pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan …

72
i PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN DI KOTA JAMBI Implementasi Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2016 (Studi Dinas Sosial) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Program Studi Hukum Tata Negara Oleh: ANI PRIASTUTI NIM. 106170686 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

i

PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK

JALANAN DI KOTA JAMBI

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2016

(Studi Dinas Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S.1) dalam Program Studi Hukum Tata Negara

Oleh:

ANI PRIASTUTI

NIM. 106170686

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2021

Page 2: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

ii

Pembimbing I : Ayub Mursalin, S. Ag. MA

Pembimbing II : Yudi Armansyah, M. Hum

Alamat : Fakultas Syariah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi

Jl. Jambi-Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren

Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. 90741) 582021

Jambi, April 2021

Kepada Yth.

Bapak Dekan Syariah

Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi

di-

Jambi

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu’alaikum wr. wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan perbaikan seperlunya, maka

Skripsi Saudara Ani Priastuti yang berjudul “Pemberdayaan Gelandangan,

Pengemis dan Anak Jalanan di Kota Jambi. Implementasi Peraturan Daerah

Nomor 29 Tahun ( Studi Dinas Sosial ) telah disetujui dan dapat diajukan untuk

dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S1) dalam Ilmu Hukum Tata Negara pada Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 3: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

iii

Demikianlah, kami ucapkan terimakasih semoga bermanfaat bagi

kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Ayub Mursalin, S. Ag. MA Yudi Armansyah, M. Hum

NIP. 197606072003121005 NIP. 198806092015031007

Page 4: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

iv

Page 5: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

v

MOTTO

“Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaan,

sesungguhnya ia telah meminta bara api; terserah kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan

sedikit atau memperbanyaknya” (HT. Muslim: 1041)

Page 6: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis diberikan

kekuatan dan ketegaran dalam menyelesaiakan skripsi ini dengan judul

“Pemberdayaan Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan di Kota Jambi.

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2016 ( Studi Dinas Sosial)

Penelitian dan penulisan Skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Program Studi Hukum Tata

Negara pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin

Jambi.

Selanjutnya dengan tulus hati penulis ingin menyampaikan terimakasih

kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama

kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA., Ph. D Selaku Rektor UIN STS Jambi

2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE., M. EI Selauk Wakil Rektor I UIN STS

Jambi

3. Bapak Dr. As’ad Isma, M. Pd Selaku Wakil Rektor II UIN STS Jambi

4. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S. Ag., MA Selaku Wakil Rektor III UIN STS

Jambi

5. Bapak Dr. Sayuti Una, M. H Selaku Dekan Fakultas Syariah

6. Bapak Agus Salim, S. Th.I., MA., M.IR., Ph.D Selaku Wakil Dekan I

Fakultas Syariah

7. Bapak Dr. Ruslam Abdul Ghani, SH., M. Hum Selaku Wakil Dekan II

Fakultas Syariah

8. Bapak Dr. H. Ishak, SH., M. Hum Selaku Wakil Dekan III Fakultas Syariah

9. Bapak Abdul Razak, S. H., M.i.S Selaku Ketua Prodi Hukum Tata Negara

UIN STS Jambi

10. Ibu Tri Endah, S.ip., Mip Selaku Sekretaris Prodi Hukum Tata Negara UIN

STS Jambi

11. Bapak Ayub Mursalin, S. Ag. MA Selaku Pembimbing I

12. Bapak Yudi Armansyah, M. Hum Selaku Pembimbing II

13. Dosen-Dosen Beserta Staf Fakultas Syariah

Page 7: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

vii

14. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin

penulis sebutkan satu persatu.

15. Para karyawan dan karyawati Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

Sultan Thaha Saifuddin Jambi. yang telah memberikan pelayanan dan

berbagai urusan bagi penulis dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi.

16. Keluarga besar Dinas Sosial dan Satpol PP Kota Jambi yang telah bersedia

memberikan informasi mengenai data-data yang diperlukan dalam penulisan

skripsi ini.

17. Kedua orang tuaku, yang telah memberi semangat sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

kelancaran dalam penyusunan skripsi.

Semoga bantuan dan dorongan yang diberikan kepada penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung menjadi amal baik serta diterima oleh Allah

SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Jambi, April2021

Ani Priastuti

106170686

Page 8: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep dan tujuan pemberdayaan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan menurut Peraturan Daerah Kota Jambi

No 29 Tahun 2016 di Kota Jambi serta mengetahui pelaksanaan Peraturan Daerah

Kota Jambi No 29 Tahun 2016 tentang pemberdayaan gelandangan, pengemis dan

anak jalanan di Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

wawancara dan analisis data menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa konsep dari Peraturan Daerah Kota Jambi No 29

Tahun 2016 dalam melakukan pemberdayaan terhadap gelandangan, pengemis

dan anak jalanan adalah memberikan pelatihan dan pembekalan baik secara moral

maupun keterampilan agar pada gelandangan, pengemis dan anak jalanan ini

dapat mencapai kemandirian ekonomi dan kemandirian sosial. Tujuan dari adanya

kegiatan pemberdayaan tersebut selain untuk memberdayakan para gelandangan,

pengemis dan anak jalanan agar hidup mandiri baik secara ekonomi maupun

sosial. Selanjutnya pelaksanaan Perda No 29 Tahun 2016 tentang penanganan dan

pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan sudah tepat dan sudah

dilakukan dengan baik oleh Dinas Sosial Kota Jambi. dimana Dinas Sosial sudah

bekerjasama dengan Satpol PP, isntansi pemerintah, dunia usaha dan masyarakat

dalam penanganan dan pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan.

Dinas sosial juga sudah melakukan penanganan, penertiban, pembinaan

(rehabilitasi sosial), pemberdayaan, penyediaan anggaran dan fasilitas serta

penerapan sanksi yang sesuai dengan aturan dalam Perda No 29 Tahun 2016.

................ Kata kunci : Pemberdayaan, Implementasi

Page 9: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... iv

MOTTO ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 5

D. Kerangka Teori ................................................................................. 6

E. Kerangka Konseptual………………………………………………..6

F. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 18

G. Metode Penelitian .............................................................................. 19

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN

GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN

A. Penanganan Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan ................... 22

B. Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penangganan

Gelandangan, Penggemis Serta Anak Jalanan di Kota Jambi ............ 24

BAB III GAMBARAN UMUM POTENSI DAN PERMASALAHAN

EKONOMI DI KOTA JAMBI

A. Gambaran Umum Kota Jambi ........................................................... 26

B. Potensi Ekonomi Kota Jambi ............................................................. 29

C. Masalah Kemiskinan di Kota Jambi .................................................. 31

BAB IV IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN

2016 DALAM PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS

DAN ANAK JALANAN DI KOTA JAMBI

A. Program dan Tujuan Pemberdayaan Gelandangan, Pengemis dan Anak

Jalanan Menurut Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016 di

Kota Jambi ......................................................................................... 33

B. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016

Tentang Pemberdayaan Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan

Page 10: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

x

di Kota Jambi ..................................................................................... 39

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 57

B. Saran ................................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini sering kita jumpai banyak sekali anak-anak, remaja bahkan

orang tua yang lanjut usia berdiri disetiap lampu merah di Kota Jambi untuk

mengemis atau dalam kata lain meminta-minta kepada pengguna jalan raya.

Dilihat dari perilaku tersebut tentu saja tindakan ini sangat tidak dibenarkan dan

bahkan menganggu pengguna jalan atau masyarakat sekitar yang berlalu lalang di

jalanan raya tersebut. Perilaku meminta-minta yang dilakukan seseorang atau

kelompok tertentu biasa di sebut dengan pengemis.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistic(BPS) Wilayah Jambi, tahun lalu

angka pengangguran tertinggi bertambah sekitar 15,56 ribu orang. Namun,

pertumbuhan pengangguran lebih rendah dari peningkatan jumlah orang yang

bekerja sehingga tingkat pengangguran terbuka (TPT) naik 0,79 persen menjadi

4,41 persen pada Februari 2020, berbanding terbalik dengan Februari 2019.

Sedangkan menurut data badan statistic Kota Jambi pengangguran ditahun 2018

mencapai 19.488 orang.1 Dengan demikian peningkatan ini berimbas kepada

semakin meningkatnya jumlah pengemis di Kota Jambi dimana mereka mengemis

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Dikutip dari Dinas Sosial Kota Jambi jumlah pengemis tahun 2018

berjumlah 23 jiwa, gelandangan berjumlah 15 jiwa sedangkan jumlah anak

jalanan berjumlah 139 jiwa, Dengan total keseluruhan data penngemis,

geladangan dan anak jalanan berjumlah 231 jiwa. Pada tahun 2019 pengemis

1 https://metrojambi.com/read/2020/05/06/53304/tingkat-pengangguran-terbuka-tpt-di-

jambi-naik-sebesar-441-persen. diakses pada Senin, 22 November 2020

Page 12: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

2

berjumlah 51 jiwa, gelandangan berjumlah 15 dan anak jalanan berjumlah 76 jadi

total keselurahan menjadi 142 jiwa. Adapun jumlah Gelandangan dan Pengemis di

Kota Jambi pada tahun 2018 dan 2019 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan Kota Jambi

Tahun 2018-2019

No Kategori Tahun 2018

L P Jumlah

Tahun 2019

L P Jumlah

1 Gelandangan 7 8 15 7 8 15

2 Pengemis 15 8 23 21 30 51

3 Anak Jalanan 105 34 139 53 23 76

Jumlah

Dari data diatas dapat peneliti simpulkan bahwa jumlah geladangan,

pengemis dan anak jalanan mengalami penurunan. Menurut Kabit Rehabilitas

Sosial yang peneliti wawancarai pada hari Senin tangal 23 November 2020 hal

tersebut terjadi karena Dinas Sosial Kota Jambi sudah melaksanakan razia rutin

yang dilakukan seminggu 2 kali.2 Razia ini dilakukan dengan tujuan untuk

menertibkan dan membina para gelandangan, pengemis dan anak jalanan tersebut

agar tidak mengemis dan hidup di jalanan serta tidak berkeliaran di Kota Jambi.

Sesuai Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016 tentang penangganan

Gelandangan, penggemis serta anak jalanan di Kota Jambi Mengingat Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Kemiskinan dan Vs

2 Dokumen Laporan Dinas Sosial Kota Jambi, Jumlah Gelandangan, Pengemis dan Anak

Jalanan Kota Jambi Tahun 2018-2019, 28 Maret 2021

Page 13: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

3

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 51, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3177).3

Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 34 Ayat 1 yang berbunyi fakir miskin dan

anak terlantar dipelihara oleh negara, Pasal 34 Ayat 2 negara mengembangkan

sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memperdayakan masyarakat yang

lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusian, Pasal 34 Ayat 3

menegaskan Negara bertanggungjawab atas penyedian pelayanan kesehatan dan

fasilitas pelayanan umum yang layak.4

Disamping itu diperlukannya usaha represif dan usaha preventif, akan

tetapi di Kota Jambi tidak dilakukannya usaha preventif hal ini dikatakan karena

tidak adanya kebijakan dari Dinas Sosial Kota Jambi yang mengatur bahwa

masyarakat wajib ikut andil dalam menertibkan gelandangan, pengemis dan anak

jalanan, sedangkan usaha represif sudah diterapkan seperti yang dilakukannya

razia, dikembalikan ke tempat asal dan diberi bimbingan mental tentang

keagamaan, yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Jambi.5

Minimnya lapangan pekerjaan di Kota Jambi membuat masyarakat

binggung untuk berkerja dan memilih untuk tidak berkerja atau menggangur.

Pengangguran merupakan salah satu sumber masalah ekonomi yang sering terjadi

di kehidupan bermasyarakat. Ketidakseimbangan jumlah angkatan kerja dengan

kesedian lapangan kerja menjadi penyebab terjadinya pengangguran. Tingginya

angka pengangguran disuatu negara atau daerah akan berdampak pada

perekonomian negara atau daerah tersebut. Salah satu dampak yang ditimbulkan

3 Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2016 tentang penangganan Gelandangan, penggemis

serta anak jalanan di Kota Jambi 4 Pasal 34 Ayat 1-3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

5 Wawancara dengan Bapak Rekan Budiaman, Kabid Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas

Sosial Kota Jambi, 23 November 2020

Page 14: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

4

oleh pengangguran adalah banyaknya jumlah orang yang akan menjadi pengemis,

geladangan dan anak jalanan karena tidak memiliki perkerjaan untuk

menghasilkan uang yang akan digunakan untuk keberlangsungan hidup. Hal

tersebut merupakan salah satu permasalahan sosial yang dapat mengganggu

ketentraman khalayak ramai mulai dari pengendara di jalan dan masyarakat

sekitar.6

Hal tersebut sejalan dengan yang dijelaskan oleh Shintia (2019) Penggerak

utama adalah titik di mana jumlah pembangunan penduduk tidak sebanding

dengan jumlah posisi yang tersedia. Pada umumnya orang-orang ini mendapatkan

dengan bertanya dan bertanya di kota dan ada juga gelandangan yang

menggunakan peralatan seperti bernyanyi dengan instrumen dengan harapan

mendapatkan kehangatan dari lingkungan sekitar. Bertanya biasanya dilakukan

oleh gelandangan di tempat-tempat terbuka seperti kafe, angkutan umum, lampu

merah dan bahkan dengan mengunjungi rumah individu.7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah yakni:

1. Bagaimana program dan tujuan pemberdayaan gelandangan, pengemis

dan anak jalanan menurut Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun

2016 di Kota Jambi?

6 Wawancara dengan Bapak Rekan Budiaman, Kabid Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas

Sosial Kota Jambi, 23 November 2020 7 Shinta, Analisis Implementasi Peraturan Daerah No,6 Tahun 2002 tentang Ketertiban

Sosial dalam Menangani jumlah di Kota Batam, Jurnal Ilmu Sosial, Vol 1, No 6 Tahun 2002,

hlm. 1

Page 15: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

5

2. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016

tentang pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan di Kota

Jambi?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui konsep dan tujuan pemberdayaan gelandangan,

pengemis dan anak jalanan menurut Peraturan Daerah Kota Jambi No 29

Tahun 2016 di Kota Jambi.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Jambi No 29

Tahun 2016 tentang pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak

jalanan di Kota Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut, maka kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Kegunaan Praktis

Penelitian ini digunakan studi awal yang dapat dijadikan suatu wawasan

bagi peneliti di bangku perkuliahan, serta dapat dijadikan dasar dan

bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa.

b. Kegunaan Praktis

Bagi pemerintah penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pengambilan

keputusan, terutama dalam menangani permasalahan sosial dan

kemiskinan di daerahnya.

Page 16: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

6

D. Kerangka Teori

1. Teori Implementasi

Teori implementasi adalah suatu rangkaian aktivitas dalam

rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan

tersebut dapat membawa hasil sebagaimana di harapkan. Rangkaian

kegiatan tersebut mencangkup, pertama persiapan seperangkat peraturan

lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Kedua,

menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan implementasi

termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan

tentu saja penetapan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan

kebijaksanaan tersebut. Ketiga, bagaimana mrnghantarkan

kebijaksanaan secara kongkrit kemasyarakat.

E. Kerangka Konseptual.

1. Proses Pembentukan Peraturan Daerah

Peraturan daerah adalah salah satu produk peraturan perundang-undangan

tingkat daerah yang dibentuk oleh Kepala Daerah, baik daerah Provinsi maupun

daerah Kabupaten/Kota dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

maupun Kabupaten Kota.

Mengingat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 1 Ayat (1) Keadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara

Kesatuan.8 Kemudian, pada pasal 18 Ayat (1) disebutkan: Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi menjadi daerah-daerah umum dan daerah umum

8 Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Page 17: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

7

dipisahkan menjadi rezim dan masyarakat kota, di mana setiap daerah, daerah,

dan kota memiliki pemerintahan teritorial, yang diarahkan oleh undang-undang.9

Pembagian wilayah negara menjadi daerah-daerah umum dan di dalam

daerah terdiri dari rezim/daerah, sama seperti pemerintah teritorial, sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) “Pemerintah provinsi, daerah, dan kota mengendalikan

dan mengawasi sendiri masalah pemerintah sesuai dengan undang-undang. .aturan

pemerintahan sendiri dan organisasi bersama." Sebagai pelengkap

penyelenggaraan pemerintahan dan sebagai komponen pemerintahan daerah,

badan usaha perseorangan provinsi dibingkai sebagaimana dimaksud pada ayat

(3). Kemudian, pada saat itu wakil ketua, pejabat dan ketua secara individu

sebagai kepala pemerintahan umum, lokal dan regional dipilih secara adil.10

Dalam mengatur pemerintahan di daerah, pemerintah provinsi diberikan

pemerintahan sendiri yang paling luas, kecuali masalah pemerintahan yang

ditentukan oleh undang-undang sebagai urusan pemerintah pusat. Sehubungan

dengan pelaksanaan pemerintahan mandiri yang luas di kabupaten, pemerintah

daerah memiliki hak istimewa untuk menentukan pedoman provinsi dan pedoman

lain untuk melakukan tugas pemerintahan sendiri dan membantu tugas. Mengingat

pengaturan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah, maka yang dimaksud dengan pedoman daerah adalah

pedoman daerah umum atau pedoman lokal yang berpotensi rezim/metropolitan.

Pengaturan lebih lanjut mengenai pedoman lokal ini diatur dalam pasal 136

9 Pasal 18Ayat 13 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

10 Pasal 34 Ayat 2-3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Page 18: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

8

sampai dengan 149 UU No. 32 Tahun 2004. Pedoman provinsi dibuat oleh

pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan kemerdekaan daerah dalam NKRI.11

DPRD dan Kepala Daerah akan bersama-sama memutuskan Rencana

Pendapatan dan Penggunaan Daerah (APBD) dan Pedoman Daerah lainnya.

Kepala Daerah mendorong pemerintah daerah untuk melaksanakan APBD dan

pedoman yang berbeda. Apa lagi DPRD juga mengatur. Terhadap kepala daerah

dalam melaksanakan APBD dan pedoman provinsi lainnya. Di dalam sistem

kewajiban dan ahli kepala provinsi, memimpin dan mengendalikan organisasi

lokal. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan, khususnya menjalankan strategi

teritorial, menerapkan pedoman provinsi, menawarkan jenis bantuan publik ke

jaringan dan pengumpulan terdekat, dan mengawasi data untuk diajukan sebagai

saran kepada kepala daerah. Kabupaten sebagai daerah yang mandiri sebagai

satuan pemerintahan daerah yang mempunyai daya ikat dan disetujui untuk

membuat pedoman-pedoman dalam mengatur keluarganya.

Pedoman teritorial adalah keseluruhan pedoman yang dibuat oleh

pemerintah terdekat untuk melaksanakan pedoman yang berbeda pada tingkat

yang lebih signifikan. Dengan demikian, materi pedoman daerah pada umumnya

berisi antara lain:

1. Hal-hal yang berhubungan dengan keluarga tetangga dan hal-hal

yang berhubungan dengan asosiasi pemerintah terdekat;

2. Hal-hal yang diidentikkan dengan kewajiban dan bantuan

(mendebewindl) selanjutnya pedoman provinsi adalah hasil yang

sah dari pemerintah lingkungan dalam melaksanakan pemerintahan

11 Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Page 19: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

9

daerah sendiri, khususnya melaksanakan swasembada daerah,

khususnya mengamalkan hak dan kedudukan untuk menguasai dan

mengurusi daerahnya. masalah keluarga sendiri hanya sebagai

pedoman lokal. . adalah sah untuk membantu pemerintah bersama

sebagai daerah yang memerintah sendiri.12

.

3. Ada beberapa prasyarat untuk membuat undang-undang dan

pedoman yang besar termasuk pembuatan pedoman provinsi di

mana kebutuhan ini juga dapat diterima untuk pengembangan

pedoman daerah, antara lain:

1) Prasyarat filosofis, lebih spesifiknya adanya keterkaitan

antara keutamaan suatu negara sebagai gaya hidup (jika di

Indonesia terhimpun dalam Pancasila).

2) Prasyarat yuridis, khususnya adanya dasar hukum yang

menjadi alasan dikeluarkannya suatu pedoman, selain itu

juga menjadi alasan pendirian/yayasan yang memberikan

pedoman yang telah ditetapkan. Kebutuhan yuridis

dibedakan menjadi dua:

a) Formal adalah pedoman/undang-undang yang

membingkai premis pedoman/undang-undang bagi

instansi/kantor untuk memberikan pedoman

tertentu.

b) Materi adalah premis sejauh (materi) hanya sebagai

survei sejauh ilmu hukum, terutama menurut sudut

12

Rosyidi Ranggawidjaja, Pengatur Imu Perundang-undangan Indonesia, (Bandung:

Penerbit Mandar Maju, 1998), hlm. 23.

Page 20: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

10

pandang sosiologis, khususnya sejauh mana

pedoman/undang-undang dapat mengubah

keakraban masyarakat dengan hukum.

2. Pemberdayaan

a. Pengertian Pemberdayaan

Penguatan berasal dari bahasa Inggris “Strengthening” yang umumnya

diartikan sebagai kekuatan. Dalam perasaan memberi atau menambah “kekuatan”

(power) kepada individu yang lemah sekaligus tidak beruntung.13

Pemberdayaan merupakan siklus nonstop untuk memperluas kapasitas dan

kebebasan daerah setempat dalam menggarap way of life mereka, upaya ini harus

diakhiri dengan membangkitkan penguatan mereka, membangun way of life

mereka di atas solidaritas mereka sendiri. Anggapan mendasar yang digunakan

adalah bahwa setiap individu memiliki potensi dan kemampuan untuk membina

dirinya untuk memperbaiki sesuatu. Dengan demikian, pada dasarnya manusia

bersifat dinamis dengan tujuan akhir untuk mengembangkan penguatan diri.

Berkenaan dengan penguatan ini, upaya utama adalah untuk membangun tingkat

pendidikan dan kesejahteraan dan penerimaan aset moneter seperti modal,

kemampuan, inovasi, data dan pekerjaan.14

Pemberdayaan adalah gerakan yang gigih, dinamis, dan sinergis untuk

memberdayakan asosiasi semua kemungkinan daerah yang ada secara partisipatif.

Teknik ini akan memberdayakan tatanan masyarakat umum yang pluralistik, sarat

13

Engking Soewarman Hasan, Strategi Menciptakan Manusia yang Bersumber Daya

Unggul, (Bandung: Pustaka Rosda Karya, 2002), hlm. 56-57 14

K Suhendra, Peran Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Alfabaeta,

2006), hlm. 74

Page 21: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

11

dengan komitmen dan hak yang terus-menerus, penghargaan bersama tanpa orang

luar di mata publik.15

Suatu pemberdayaan (empowerment), pad intinya ditujukan guna membantu

klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek

hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan, hal ini dilakukan melalui

peningkatan kemapuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia

miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.16

Secara mendasar, penguatan wilayah lokal merupakan pendekatan yang

pragmatis dan bermanfaat untuk mendapatkan hasil terbaik bagi wilayah lokal

yang dipersyaratkan oleh peruntukan serta pengaturan kekuasaan secara baik dan

memadai. Artinya, siklus dinamis dan kewajiban diserahkan sepenuhnya kepada

daerah. Lambat laun, penguatan meminta lebih banyak kemampuan dan aset

administratif, termasuk memberdayakan, bekerja sama, menasihati, mengarahkan,

dan mendukung yang menghasilkan keseimbangan kepuasan. perspektif yang

mendalam dan material, atau kepuasan keseimbangan terhadap isu-isu informasi

dan ekonomi (instruksi dan pembayaran).17

Penguatan wilayah lokal adalah dorongan untuk membuat atau membangun

batas wilayah lokal baik secara mandiri maupun secara berkelompok dalam

mengatasi berbagai persoalan yang diidentifikasikan dengan upaya mengupayakan

kepuasan pribadi, kebebasan, bantuan pemerintah. Penguatan area lokal

15 Kartasasmitha, G. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan. (Jakarta: PT Pusaka Cisendo, 2016), hlm. 146 16 Adi, I.R. Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya

Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018), hlm. 77-78 17

Sulistyani, A.T, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, (Yogyakarta: Gava Media,

2014), hlm. 6

Page 22: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

12

membutuhkan inklusi yang lebih menonjol dari otoritas pemerintah terdekat dan

pertemuan yang berbeda untuk memberikan keterbukaan dan menjamin dukungan

dari hasil yang dicapai. Penguatan adalah usaha membangun keluhuran lapisan

masyarakat yang meliputi:18

1) Memberdayakan, memacu, meningkatkan kesadaran

kemampuannya untuk membangun lingkungan atau iklim

pembangunan.

2) Memperkuat gaya, potensi digerakkan oleh langkah pasti dalam

menciptakannya.

3) Berikan sumber data yang berbeda dan tingkatkan tingkat

pengajar, derajat kesehatan, penerimaan modal, inovasi yang

sesuai, data, bisnis dan pasar seperti kantor yang ada.

Upaya penguatan daerah harus memiliki pilihan untuk mengambil bagian

dalam menggarap sifat (SDM), terutama dalam membentuk dan mengubah

perilaku individu untuk mencapai cara hidup yang lebih baik. Perkembangan dan

perubahan tingkah laku, baik dalam ukuran sektoral, khususnya dalam semua

sudut pandang atau bidang keberadaan manusia, pengukuran sosial, yang

mencakup ruang lingkup bantuan pemerintah dari materi ke non-materi, unsur

waktu dan kualitas, khususnya saat ini. selama mungkin dan membatasi kualitas

bangunan dan administrasi. , juga sebagai target pengukuran yang dapat dijangkau

dari semua lapisan masyarakat.

18

Mutmainah, R. dan Sumardjo, Peran Kepemimpinan Kelompok Tani dan Efektivitas

Pemberdayaan Petani. Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol. 1 No. 1, 2012, hlm. 185

Page 23: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

13

b. Tujuan Pemberdayaan

Penguatan cita-cita negara untuk dicapai melalui perubahan yang

bersahabat, khususnya daerah yang berdaya, kekuatan atau informasi dan

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, finansial, dan sosial mereka seperti

keberanian, mengkomunikasikan kerinduan, memiliki pekerjaan, tertarik pada

persahabatan. latihan. latihan. lebih lanjut, mandiri dalam melakukan usaha-usaha

hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Fahrudin, penguatan merupakan suatu

upaya untuk menginisiasi dan memberdayakan daerah dengan upaya-upaya yang

menyertainya: dividu manusia yang meliputi:19

1) Pemberdayaan, yaitu secara spesifik membangun lingkungan atau

lingkungan yang memungkinkan kemampuan daerah setempat untuk

berkreasi. Tahap awal adalah pengakuan bahwa setiap masyarakat

umum, setiap masyarakat umum memiliki potensi yang dapat

diciptakan. Penguatan adalah dorongan untuk mengkonstruksi

kekuatan itu dengan (memberdayakan), menginspirasi dan membawa

isu-isu (perhatian) kapasitas laten dan berusaha untuk

menumbuhkannya.

2) Melibatkan, yaitu perluasan batas tertentu dengan membentengi

potensi atau kekuatan yang digerakkan oleh daerah setempat.

Penguatan ini mencakup kemajuan substansial, misalnya, memberikan

sumber informasi yang berbeda dan membuka akses ke berbagai

kebebasan yang dapat membuat area lokal lebih aktif.

19 Fahrudin, Tujuan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), hlm. 17

Page 24: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

14

3) Protecting yaitu melindungi kepentingan dan pengembangakan system

perlindungan bagi masyarakat yang menjadi subjek pengembangan.

Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi

bertambah lemah, oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi

yang kuat. Melindungi dalam hal ini dilihat sebagai upaya untuk

mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi

yang kuat atas yang lema

Pemberdayaan pada hakekatnya adalah untuk menyiapkan masyarakat agar

mereka mampu dan mau secara aktif berpartisipasi dalam setiap program dan

kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup

(kesejahteraan) masyarakat, baik dalam pengertian ekonomi, sosial, fisik, maupun

mental.20

3. Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan

Kata melarat dan gelandangan dibatasi menjadi "gepeng", masyarakat

Indonesia pada umumnya tahu tentang bentuk singkatan "gepeng" yang bukan

hanya jargon biasa dalam diskusi biasa dan topik inklusi komunikasi luas, namun

juga telah menjadi istilah dalam strategi pemerintah. . mengacu pada kumpulan

individu tertentu yang umumnya ditemukan di daerah perkotaan yang sangat luas.

Jargon lain yang sering digunakan untuk menggambarkan keberadaan

gelandangan dan gelandangan dalam budaya Indonesia adalah Tunawisma.21

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980

Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis, Gelandangan adalah orang-

20 Mardikanto, T, Konsep Pemberdayaan Masyarakat, (Surakarta: UNS Press, 2010), hlm.

73 21

Magfud Ahmad, Strategi Kelangsungan Hidup Gelandangan dan Pengemis (Gepeng),

Jurnal Penelitian STAIN, Vol. 7. No. 2, Pekalongan, 2010,,hlm, 2.

Page 25: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

15

orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang

layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan

pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.

Sedangkan, pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan

meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk

mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Mengemis ialah upaya meminta

harta orang lain, bukan untuk kemaslahatan agama melainkan untuk kepentingan

pribadi.

Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

11 Tahun 2009 tentang Bantuan Sosial Pasal 5 ayat (1) menjelaskan, pelaksanaan

bantuan sosial pemerintah difokuskan pada: orang, keluarga, perkumpulan,

jaringan. Gelandangan dan gelandangan diperintahkan sebagai perkumpulan

orang-orang yang mengalami kehancuran sosial atau Orang-orang dengan

Masalah Bantuan Pemerintah Sosial (PMKS). Sebagai pedoman yang sah dalam

kaitannya dengan bantuan sosial pemerintah di Indonesia, Undang-undang ini

menekankan pelaksanaan utama, khususnya pelaksanaan bantuan sosial

pemerintah untuk daerah yang berfokus pada individu yang memiliki kehidupan

sehari-hari yang tidak simpatik. tepat dan memiliki langkah-langkah untuk

masalah sosial: kebutuhan, pengabaian, ketidakmampuan, jarak, jatuh. terlebih

lagi, penyimpangan sosial dari pelakunya, penyintas bencana, atau korban

potensial dari demonstrasi kebrutalan, pelecehan dan pemisahan. Dalam tingkat

ini orang miskin dan gelandangan jelas merupakan kumpulan individu yang

mengalami masalah kemelaratan dengan tujuan agar masalah pelaksanaan latihan

bantuan pemerintah yang ramah harus menghubungi fakir miskin.

Page 26: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

16

Penggambaran fakir miskin secara keseluruhan adalah sebagai berikut: (1)

berkumpulnya individu-individu yang miskin atau terdesak oleh wilayah

setempat, (2) individu-individu yang dijauhkan dari keberadaan penduduk secara

keseluruhan, dan (3) individu-individu yang cara hidup adalah memiliki pilihan

untuk bertahan dalam kebutuhan dan keterasingan. Istilah melarat, yang

menyiratkan terus-menerus berkelok-kelok atau selalu gagal memiliki rumah

abadi.22

Selain itu, gelandangan sering digunakan sebagai tugas untuk orang-orang

yang membutuhkan uang, makanan, penutup, atau hal-hal lain dari orang yang

mereka temui dengan bertanya. Mereka menggunakan kualitas yang berbeda,

seperti pakaian usang dan usang, topi, gelas plastik, atau penutup permen, atau

kotak kecil untuk menaruh uang yang mereka dapatkan dari meminta. Mereka

menjadikan meminta sebagai pekerjaan mereka karena berbagai alasan, seperti

kebutuhan dan kelemahan mereka karena pembukaan bisnis yang ketat.23

Sebagaimana tercantum dalam Perda Nomor 15 Tahun 2017 tentang

Perlakuan Miskin dan , Pasal 5 dan Pasal 6 menjelaskan bahwa gelandangan

adalah orang perseorangan dengan ketentuan sebagai berikut:24

a) .Tidak ada kartu identitas.

b) Tanpa tempat yang berbeda / abadi dari rumah.

c) Tidak ada gaji yang konsisten.

22 Isma Riskawati, Abdul Syani, “Faktor Penyebab Terjadinya Gelandangan dan Pengemis

(Studi Pada Gelandangan dan Pengemis Di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar

Lampung)”, Jurnal Sociologie, Vol. 1, No. 1, September 2011), hlm. 43. 23 Dimas Dwi Irawan, Pengemis Undercover Rahasia Seputar Kehidupan Pengemis,

(Jakarta: Titik Media Publisher, 2013), hlm. 1. 24

Pasal 5 dan 6 Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanganan Gelandangan

dan Pengemis

Page 27: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

17

d) Tidak ada desain untuk nasib anak-anaknya atau dirinya

sendiri.

Selain itu, fakir adalah individu dengan langkah-langkah berikut

a) bergantung pada kebaikan orang lain.

b) Berpakaian menyedihkan, babak belur, dan tidak wajar.

c) Berada di tempat-tempat siang bolong.

d) Memanfaatkan orang lain untuk menjiwai simpati orang lain

Anak jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian besar energi

mereka untuk melakukan latihan sehari-hari yang tinggal di kota, baik untuk

menghasilkan uang atau berkeliaran di jalan dan tempat umum lainnya. Anak

jalanan memiliki ciri-ciri, dewasa antara 5 hingga 18 tahun, melakukan latihan

atau berkelok-kelok di jalan, penampilan mereka sebagian besar kusam dan

pakaian tidak terlalu disukai, portabilitas tinggi Mengenai waktu yang dihabiskan

dan sekitar 4 jam dalam satu hari. Pada dasarnya, anak jalanan menginvestasikan

energi mereka untuk menghasilkan uang, baik dengan mudah maupun di bawah

tekanan orang tua mereka.25

Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu:26

a. Children on the street

Apakah anak-anak muda yang memiliki latihan keuangan di jalan yang

benar-benar memiliki asosiasi dengan keluarga mereka. Ada dua

kelompok anak-anak di kelas ini, tepatnya: 1) anak-anak yang tinggal

bersama orang tua mereka dan selalu pulang ke rumah setiap hari, dan 2)

anak-anak yang melakukan latihan keuangan dan hidup di jalanan

25

Sri Sanituti Hariadi dan Bagong Suyanto, Anak Jalanan di Jawa Timur, (Surabaya:

Airlangga University Press, 2009), hlm. 1. 26 Ibid. hlm. 3

Page 28: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

18

namun tetap menjaga hubungan dengan mereka. keluarga dengan

kembali dengan tepat. sebentar-sebentar atau pada jadwal yang tidak

terduga.

b. Children of the street Adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh

atau sebagian besar waktunya di jalanan yang tidak memiliki atau

memutuskan hubungan dengan orang tua / keluarganya lagi.

c. Children in the street atau children from the families of the street

Adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang

berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.

Anak jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian besar

energinya di kota atau di tempat-tempat di siang hari bolong, dewasa di suatu

tempat dalam kisaran 6 dan 21 tahun yang melakukan latihan di kota atau tempat-

tempat terbuka, misalnya, penjaja, pengamen, taksi cruiser, wiper kendaraan, dan

lain-lain. lain. Latihan yang dilakukan dapat membahayakan diri sendiri atau

mengganggu permintaan publik. Anak jalanan adalah anak-anak yang berkeliaran

dan memiliki latihan yang tidak jelas dengan status instruktif masih sekolah dan

ada juga yang tidak sekolah. Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga

yang tidak berdaya..27

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan penelusuran tentang studi terdahulu yang

berkait dengan penelitian ini. Untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu, maka peneliti mencantumkan penelitian-penelitian terdahulu dan

27

Zulfadli, “Pemberdayaan Anak Jalanan dan Orang tuanya Melalui Rumah Singgah (Studi

Kasus Rumah Singgah Amar Makruf I Kelurahan Pasar Pandan Air Mati Kecamatan Tanjung

Harapan Kota Solok Propinsi Sumatra Barat)”, Tesis Institut Pertanian Bogor, (2004), hlm. 5

Page 29: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

19

menunjukkan perbedaan dalam penelitian ini, literatur yang relavan dengam

masalah yang menjadi objek penelitian di jelaskan antara lain:

a) Penelitian yang dilakukan oleh Najemia, mahasiswi fakultas Syariah jurusan

Ilmu Pemerintahan UIN Jambi, dengan judul skripsi Implementasi Peraturan

Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban Gelandangan dan

Pengemis. Adapun dalam skripsi ini membahas bagaimana

pengimplementasian peraturan walikota dalam menanggani penertiban

Gelandangan dan penggemis. Sedangkan penelitian yang di lakukan oleh

peneliti yaitu membahas bagaimana pemberdayaan Gekandangan, Pengemis

dan Anak Jalanan di Kota Jambi.

b) Penelitian yang di lakukan oleh Khairul lahmi, mahasiswa fakultas Syariah

jurusan Ilmu Pemerintahan UIN Jambi, dengan judul skripsi Kinerja Dinas

Sosial Dalam Penangganan Gelandangan dan Penggemis di Kota Jambi,

Adapun dalam skripsi ini membahas tolak ukur kinerja Dinas Sosial dalam

menangani masalah gelandangan dan pengemis. Penelitian yang di teliti oleh

peneliti yaitu membahas program dan tujuan dari Pemberdayaan

Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menggunakan

metode dekriptif untuk menjelaskan serta menggambarkan hasil penelitian

yang dilakukan.

Page 30: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

20

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer bersumber dari Peraturan Daerah Kota Jambi No

29 Tahun 2016 dan informan yaitu Kepala/Staf Kantor Dinas Sosial Kota

Jambi, Kepala/Staf Kantor Satpol PP Kota Jambi dan Gelandangan,

pengemis serta anak jalanan. Selanjutnya sumber data sekunder dalam

penelitian ini di antaranya buku, dokumen, artikel, jurnal dan website

internet.

3. Instrument Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

wawancara kepada informan serta melkaukan analisis terhadap Peraturan

Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisis

deskriptif dengan cara menjabarkan hasil analisis mengenai Peraturan

Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016 dan implementasinya menggunakan

kalimat yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami.

Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode

penelitian dan sistematikan penulisan.

Bab II Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Gelandangan, Pengemis dan

Anak Jalanan

Page 31: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

21

Bab ini membahas tentang kebijakan pemerintah dalam penanganan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan dan apa alasan pemerintah

mengeluarkan Peraturan Daerah mengenai penanganan gelandangan,

pengemis dan anak jalanan

Bab III Gambaran Umum Potensi dan Permasalahan Ekonomi di Kota Jambi

Bab ini membahas tentang gambaran umum Kota Jambi termasuk potensi

dan permasalahan ekonomi yang ada di dalamnya.

Bab IV Implementasi Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2016 dalam

Pemberdayaan Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan di Kota Jambi

Bab ini akan membahas tentang konsep dan tujuan pemberdayaan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan menurut Peraturan Daerah No 29

Tahun 2016 di Kota Jambi. selain itu juga membahas tentang pelaksanaan

Peraturan Daerah No 29 Tahun 2016 tentang pemberdayaan gelandangan,

pengemis dan anak jalanan di Kota Jambi.

Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran sebagai

bentuk rekomendasi dalam penelitian.

Page 32: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

22

BAB II

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN GELANDANGAN,

PENGEMIS DAN ANAK JALANAN DI KOTA JAMBI

C. Penanganan Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan

Pertumbuhan gelandangan, pengemis dan anak jalanan sebenarnya erat

kaitannya dengan pertumbuhan kota dan tren urbanisasi yang kelewat batas maka

menimbulkan permasalahan yang kompleks sebagai bentuk resiko dari pertumbuhan

kota. Pada dasarnya gelandangan dan pengemis yang muncul pada wilayah urban

akan selalu mencai celah yang ada dengan mencari sentrak keramain dan juga

kawasan wisata untuk dapat melakukan aksinya mereka. Artinya di mana ada

kawasan ramai dalam perkoataan maka tidak akan luput dari eksistensi gelandangan

pengemis. Berbagai riset sejarah mengemukakan jika lahirnya masalah gelandangan

pengemis pada mayoritas kota kota besar pada belahan dunia sudah mengalami titik

temu di mana lahirnya gelandangan pengemis akan selalu berjalan berbarengan

dengan gelombang gerakan industrialisasi, globalisasi, modernisasi, dan

pembangunan.28

Gelandangan, pengemis dan anak jalanan penting untuk ditindak lanjuti atau

ditertibkan, karena keberadaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan akan

berdampak pada berdampak pada sisi kebijakan, ekonomi, politik, serta pada aspek

keyakinan dalam pengetahuan, keaneragaman dan bangunan world view

masyarakat.29

28 Hendi Setiawan, Fenomena Gelandangan Pengemis Sebagai Dampak Disparitas

Pembangunan Kawasan Urban dan Rural Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Moderat, Vol. 6

No. 2, Mei 2020, hlm. 263 29 Ibid. hlm. 364

Page 33: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

23

Isu perataan dan anjal menjadi titik fokus perhatian para pemerhati bantuan

sosial yang berupaya mengatasinya. Layanan Silaturahmi dengan program

pemulihannya yang tersebar melalui rumah singgah yang tersebar di seluruh

Indonesia, belum menunjukkan hasil yang kritis. Hal ini karena yang utama, jumlah

masalah yang tidak merata kontras dengan mengurus. Jumlah panti jompo dengan

staf yang menanganinya tidak sebanding dengan jumlah organisasi spesialis,

sehingga masih banyak ghetto yang berkeliaran. Kedua, berkembangnya contoh

pemanfaatan publik yang dibawa oleh perubahan yang bersahabat karena

globalisasi.30

Kesederhanaan yang digunakan orang untuk mengakses berita, menunjukkan

dengan kehalusan publikasi mendorong peningkatan dalam desain penggunaan

individu sehingga semakin banyak orang merasa bahwa gaji mereka tidak memadai.

Faktor berikutnya adalah kecenderungan untuk menjadi sosial dan sosial, bukan

hanya finansial. Semakin terlihat bahwa ada peningkatan dalam preferensi individu,

dengan banyak "umpan" terlihat setiap hari. Tampaknya perkembangan petunjuk

kemiskinan bukan karena mereka tidak bisa makan. Misalnya, orang miskin (vs)

tidak memiliki keinginan untuk diberi makan, melainkan periode 20 sampai 30 tahun

sebelumnya. Sebelum tahun 90-an, banyak orang miskin yang meminta makanan,

kemudian dengan cepat menikmatinya. Berbeda dengan gelandangan yang dialami

akhir-akhir ini, gelandangan lebih memilih untuk tidak dirawat, namun mereka

meminta uang tunai atau pakaian. Gaun biasanya akan ditukar dengan uang tunai.

Realitas seperti ini menunjukkan adanya spread dan anjal saat ini sebagai akibat dari

kebutuhan uang tunai.31

30 Ani Mardiyati, Gelandangan Pengemis dan Anak Jalanan dari Perpektif Sosial Budaya,

Jurnal Kesejahteraan Sosial, Vol. 39 No. 1, Maret 2015, hlm. 80 31 Ibid.

Page 34: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

24

Bagian dari otoritas publik dan area privat sangat diharapkan untuk

mempertimbangkan untuk mengurus masalah sosial yang tidak akan pernah berakhir.

Pemerintah lingkungan melakukan perjalanan melalui Peraturan Daerah Provinsi

Nomor 9 Tahun 2013 tentang Permintaan Masyarakat, melakukan tindakan keras

dengan menurunkan Satpol Bantuan Umum untuk menyelesaikan serangan.

Pemerintah lingkungan mengatur dengan Bantuan Sosial untuk melakukan arahan

tindak lanjut dengan tujuan yang pasti agar mereka tidak kembali ke jalan, dengan

harapan mereka dapat melakukan kapasitas sosialnya. Usaha-usaha ini dapat

mengalahkan masalah kemerataan dan anjal, namun hal itu tidak kekal. Spread dan

smoothing kembali dipindahkan ke spread di berbagai tempat yang dianggap

penting. Hal ini dimungkinkan karena ditampung setelah dirazia.

Penanganan anak jalanan, gelandangan, dan pengemis memiliki beberapa

tujuan, antara lain mencegah dan mengantisipasi meningkatnya komunitas anak

jalanan, gelandangan dan pengemis, mencegah penyalahgunaan komunitas anak

jalanan, gelandangan dan pengemis dari eksploitasi pihak-pihak tertentu, mendidik

komunitas anak jalanan, gelandangan dan pengemis agar lebih mandiri.32

D. Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penangganan

Gelandangan, Penggemis Serta Anak Jalanan di Kota Jambi

Gelandangan, pengemis dan anak jalanan juga menjadi masalah tersulit bagi

pemerintah Kota Jambi. Hal ini dikarenakan keberadaan gelandangan, pengemis dan

anak jalanan menggambarkan bahwa terjadi kesenjangan sosial yang menyebabkan

sebagian masyarakat di Kota Jambi tidak dapat merasakan kesejahteraan sosial

maupun ekonomi secara baik.

32 https://puspensos.kemsos.go.id/pentingnya-peran-serta-pemerintah-dalam-rangka-

penanganan-permasalahan-anak-jalanan-gelandangan-dan-pengemis diakses 25 Maret 2021

Page 35: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

25

Oleh karena itu, pemerintah Kota Jambi mengeluarkan Peraturan Daerah

Nomor 29 Tahun 2016 tentang penangganan gelandangan, penggemis serta anak

jalanan di Kota Jambi. Peraturan ini sebagai wujud kebijakan pemerintah Kota Jambi

dalam menangani masalah gelandangan, penggemis serta anak jalanan. Selain itu,

Perda ini juga dibentuk karena jumlah gelandangan, penggemis serta anak jalanan di

Kota Jambi ini cukup banyak sehingga mereka perlu ditangani dengan cara

dilakukan penertiban dan pemberdayaan agar mereka dapat mencapai kesejahteraan

sosial dan ekonomi sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor

29 Tahun 2016 ttersebut.

Untuk memahami kehidupan masyarakat yang mulia dan sosial, penting untuk

memiliki upaya yang substansial dalam melibatkan komunitas lokal yang miskin,

gelandangan dan anak jalanan. Maka, pada saat itu persoalan transien dan vs di Kota

Jambi harus ditangani secara menyeluruh dan terkoordinasi untuk membangun

kebutuhan fisik, mendalam dan aktivitas publik lainnya sambil terus

mempertahankan kebebasan bersama sesuai dengan sifat-sifat Pancasila..

Perda ini juga menjelaskan bahwa fenomena berkembangnya komunitas

gelandangan dan pengemis apabila tidak ditanggulangi secara benar dan terpadu

akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial dan ketertiban yang dapat

mengganggu keharmonisan kehidupan sosial masyarakat sebagai salah satu faktor

kunci keberhasilan pembangunan.

Page 36: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

26

BAB III

GAMBARAN UMUM POTENSI DAN PERMASALAHAN EKONOMI DI

KOTA JAMBI

A. Gambaran Umum Kota Jambi

1. Kondisi Geografi

Secara geografis, Kota Jambi memiliki atas-batas wilayah Kota Jambi

sebelah utara, barat, selatan dan timur berbatasan dengan kabupaten Muaro Jambi,

dengan kata lain Kota Jambi ini wilayahnya dikelilingi oleh kabupaten Muaro

Jambi. Kota jambi memiliki luas wilayah 205,38 Km yang terdiri dari 11

Kecamatan dan 62 Kelurahan. Untuk lebih jelasnya mengenai orientasi wilayah

Kota Jambi dan batas administrasinya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Wilayah Administrasi Kota Jambi

No Kecamatan Luas Wilayah (Km) Persentase (%)

1 Kota Baru 36,11 17,56

2 Alam Barajo 41,67 20,27

3 Jambi Selatan 11,41 5,55

4 Paal Merah 27,13 13,20

5 Jelutung 7,92 3,85

6 Pasar Jambi 4,02 1,96

7 Telanaipura 22,51 10,95

8 Danau Sipin 7,88 3,83

9 Danau Teluk 15,70 7,64

10 Pelayangan 15,29 7,44

11 Jambi Timur 15,34 7,75

Sumber : BPS Kota Jambi (2020)

Tabel 3. Kecamatan dengan luas wilayah terluas adalah Kecamatan Alam

Barajo yaitu 41,67 Km atau sekitar 20,27% dari luas Kota Jambi, sedangkan

Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Pasar Jambi dengan

luas 4,02 Km atau sekitar 1,96% dari luas Kota Jambi.

Page 37: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

27

2. Kondisi Demografi

Kondisi demografi merupakan kondisi kependudukan di wilayah Kota

Jambi tahun 2019. Penduduk adalah orang yang berdomisili di wilayah

pemerintahan Kota Jambi. Adapun jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur

di Kota Jambi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk di Kota Jambi Tahun 2019

No Usia (tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 0-14 147.302 24,63

2 15-64 426.612 71,33

3 65->75 24.199 4,04

Jumlah 598.113 100

Sumber : BPS Kota Jambi (2020)

Tabel 4. menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Jambi sebanyak

598.113 jiwa. Jumlah penduduk tersebut dibagi dalam tiga kategori yaitu kategori

penduduk berdasarkan usia belum produktif (0-14 tahun) di Kota Jambi sebanyak

147.302 jiwa (24,63%), jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kota

Jambi sebanyak 426.612 (71,33%) serta jumlah penduduk berdasarkan usia tidak

produktif (65->75 tahun) di Kota Jambi sebanyak 24.199 jiwa (4,04). Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Jambi lebih banyak yang berada

dalam kategori usia produktif. Jumlah penduduk dalam usia produktif akan

mempengaruhi perekonomian di kota Jambi.

3. Kondisi Sosial

Dalam mendukung kemajuan di Kota Jambi, tentunya tidak dapat

dipisahkan dari bidang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan

tinggi, sekolah nonformal sebagai persekolahan dan persiapan di berbagai bidang

Page 38: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

28

informasi sebagai pelatihan kemampuan yang diperlukan untuk kemajuan.

Berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kota Jambi pada tahun 2018/2019

adalah Taman Kanak-Kanak 171 buah, Sekolah Dasar dan MI 266 buah,

SMTP/Sederajat 103 buah dan SLTA/Sederajat 65 buah.

Perguruan tinggi di Kota Jambi diantaranya, yaitu Universitas Negeri Jambi,

Universitas Islam Negeri Serata Universitas/Perguruab Tinggi swasta diantaranya

universitas Batanghari, Akademi Sekretariat dan Manajemen, Sekolah Tinggi

Manajemen Informatika Komputer, STIKOM Dinamika Bangsa, Akper

Baiturrahim, serata Akper Depkes dan perguruan tinggi Muhammadiyah.

Penyediaan sarana kesehatan dalam Kota Jambi tahun 2019 tersebar

dibeberapa Kecamatan masing-masing, diantaranya: Rumah Sakit Umum Jambi,

RS. Bratananta (DKT), RS. Teressia, RS. Siloam, RS. MMC, RS Bhayangkara

Serata I Rumah Sakit Khusus. Jumlah pusat kesehatan masyarakat dan sejenisnya

antara lain: Puskesmas 22 buah dan puskesmas pembantu 36 buah.

Tempat ibadah yang ada di Kota Jambi tersebar disetiap Kecamatan yang

digunakan bagi setiap penduduk sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-

masing. Adapun jenis tempat ibadah tersebut adalah sebagai berikut Masjid 380

buah, Langgar dan Musholla 420 buah, Kelenteng 25 buah, Gereja 42 buah dan

Wihara 11 buah.

4. Kondisi Perekonomian Kota Jambi

Pertumbuhan ekonomi wilayah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto merupakan produksi yang

dihasilkan oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu 1 tahun yang berada di

Page 39: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

29

daerah atau regional tertentu. Produk Domestik Regional Bruto sebagai salah satu

indikator ekonomi memuat berbagai instrumen ekonomi yang didalamnya terlihat

dengan jelas keadaan makro ekonomi suatu daerah dengan pertumbuhan

ekonominya, pendapatan per kapita dan berbagai instrumen lainnya. Dimana

dengan adanya data-data tersebut akan sangat membantu pengambil kebijakan

dalam perencanaan dan evaluasi sehingga pembangunan tidak akan salah arah.

Angka Produk Domestik Regional Bruto sangat dibutuhkan dan perlu disajikan,

karena selain dapat dipakai sebagai bahan analisa perencanaan pembangunan juga

merupakan barometer untuk mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah

dilaksanakan.

Penyajian PDRB biasanya dilakukan dalam 2 (dua) bentuk ; PDRB atas

harga berlaku dan PDRB atas harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan

menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan

menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada

satu tahun tertentu sebagai dasar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Kota Jambi tahun 2019 meenunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota

Jambi sebesar 5,48%. Struktur ekonomi disektor perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil dan sepeda motorsebesar 30,75%. Selanjutnya nilai PDRB atas

dasar harga konstan di Kota Jambi sebesar 28,92%.

B. Potensi Ekonomi Kota Jambi

Perda Nomor 3 Tahun 2009 tentang RPJPD Kota Jambi, diungkapkan

bahwa Kota Jambi memiliki cita-cita untuk berubah menjadi Masyarakat yang

Page 40: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

30

Tegas dan Sosial untuk Pertukaran dan Administrasi. Melalui visi ini, peningkatan

metropolitan ditujukan untuk meningkatkan penggunaan potensi di area

pertukaran untuk barang-barang mekanis kecil, sedang dan besar. Untuk

membantu pencapaian visi ini, dukungan usaha sangat penting. Lingkungan usaha

yang menguntungkan terjadi ketika otoritas publik, area pribadi dan populasi

secara keseluruhan dapat memanfaatkan kehadiran spekulasi. Pemerintah

setempat mengenakan kenaikan pendapatan, pengusaha mendapatkan keuntungan

yang tinggi, dan pekerjaan dikonsumsi dengan cara ini mengurangi jumlah

pengangguran.

Jumlah penduduk di Kota Jambi merupakan komitmen nilai tambah secara

keseluruhan sebesar 598.113 individu, dengan ketebalan 2.766 individu/km2.

Praktis 71,33% dari mereka memiliki tempat dengan kelompok usia 15 – 59

tahun, khususnya kelas usia yang berguna, ini menyiratkan bahwa mereka adalah

sumber utama bagi pembangunan keuangan Kota Jambi. Pekerjaan yang pasti

dilakukan oleh penduduk Kota Jambi sebagian besar bekerja di bidang diskon,

ritel dan penginapan, disusul oleh pekerjaan di bidang struktur/pembangunan,

bidang usaha perakitan, bidang administrasi keuangan, organisasi perlindungan

dan persewaan, bidang sosial , wilayah administrasi sosial dan individu.

Memang, kemajuan pertukaran fokus dan ruko telah berkembang pesat

dalam sepuluh tahun terakhir. Kota Jambi memiliki situasi yang esensial terhadap

keberadaan wilayah dan rejim yang berdampingan (hinterland), khususnya:

Aturan Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung

Timur. Dalam kedudukannya sebagai pusat pemerintahan, Kota Jambi harus

Page 41: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

31

menyediakan berbagai kerangka kerja agen, dan bekerja dengan kebutuhan pihak

swasta dan pemerintah untuk langsung berhubungan dengan latihan mekanik dan

pertukaran.33

Selain itu, kota Jambi merupakan wilayah yang menghubungkan bagian

tengah dan timur Sumatera dan dapat menjadi pusat pertukaran wilayah karena

wilayah geologisnya. Selain aksesnya yang sederhana ke komunitas perkotaan

yang signifikan di Sumatera, Kota Jambi juga dekat dengan habitat

pengembangan wilayah Batam, Singapura dan Johor.

C. Masalah Kemiskinan di Kota Jambi

Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

kompleks dan bersifat multidimensi yang terjadi di Kota Jambi. Pada tahun 2018

jumlah penduduk miskin di Kota Jambi sebanyak 50,61 ribu jiwa dan tahun 2019

jumlahnya menurun menjadi 57,95 ribu jiwa.34

Melihat kondisi tersebut, maka jumlah penduduk miskin di Kota Jambi

masih cukup tinggi karena jumlah penduduk miskin tersebut mencapai 9,69% dari

total pnduduk di Kota Jambi. Tingginya angka kemiskinan ini disebabkan karena

terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan yang dapat menyerap tenaga kerja,

sedangkan jumlah angkatan kerja terus meningkat. Tahun 2018 jumlah angkatan

kerja di Kota Jambi sebanyak 297.290 jiwa dan tahun 2019 meningkat sebanyak

33 Tri Rahardjanto, Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Dalam Pembangunan Daerah Di

Kota Jambi, Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja, Vol. 11 No. 1, Juni 2018, hlm. 43 34

Badan Pusat Statistik KotaJambi, Jumlah Penduduk Miskin di Kota Jambi Tahun 2018-

2020, 29 April 2021

Page 42: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

32

307.022 jiwa. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, maka jumlah penduduk yang

bekerja hanya 286.387 jiwa dan sisanya menganggur.

Mereka yang menjadi pengangguran ini tentu tidak memiliki penghasilan

tetap, sementara kebutuhan hidup tetap berjalan dan harus dipenuhi. Akibatnya

mereka kesulitan memenuhi kebutuhan hidup dan berada dalam garis kemiskinan.

Kondisi ini akhirnya yang mendorong mereka untuk menjadi pengemis dan

gelandangan. Bagi remaja ada pula yang memilih utnuk menjadi anak jalanan.

Page 43: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

33

BAB IV

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2016

DALAM PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN

ANAK JALANAN DI KOTA JAMBI

A. Program dan Tujuan Pemberdayaan Gelandangan, Pengemis dan

Anak Jalanan Menurut Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun

2016 di Kota Jambi

Gelandangan, pengemis dan anak jalanan merupakan permasalahan besar

bagi beberapa wilayah termasuk Kota Jambi. Selain mengganggu ketertiban

umum, keberadaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan dapat menajdi

indikasi bahwa kesejahteraan sosial masyarakat di Kota Jambi belum berjalan

dengan baik, dimana masih ada beberapa penduduknya yang belum memiliki

kelayakan hidup secara pebuh sehingga mereka harus turun kejalanan menjadi

gelandangan, pengemis maupun anak jalanan.

Berdasarkan data dari Dinas Sosial Kota Jambi jumlah gelandangan,

pengemis dan anak jalanan di Kota Jambi selama tahun 2018 sampai 2019

mengalami peningkatan. Adapun jumlah gelandangan, pengemis dan anak jalanan

tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan di Kota Jambi

No Kategori Tahun 2018 Tahun 2019

L P Jumlah L P Jumlah

1 Gelandangan 7 8 15 7 8 15

2 Pengemis 15 8 23 21 30 51

3 Anak jalanan 105 34 139 53 23 76

Jumlah

Sumber : Dinas Sosial Kota Jambi (2018-2019)

Page 44: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

34

Tabel 5. Menunjukkan bahwa selama tahun 2018 sampai 2019 jumlah

gelandangan di Kota Jambi cenderung tetap yaitu 15 orang, jumlah pengemis

mengalami peningkatan dari 23 orang di tahun 2018 menjadi 51 orang di tahun

2019, serta anak jalanan di Kota Jambi juga mengalami penurunan dari 139 orang

menjadi 76 orang di tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

gelandangan, pengemis dan anak jalanan di Kota Jambi masih cukup tinggi dan

perlu penanganan serius, agar permasalahan kesejahteraan sosial masyarakat di

Kota Jambi dapat dituntaskan.

Oleh karena itu, pemerintah Kota Jambi melalui Dinas Sosial Kota Jambi

berupaya penuh untuk melakukan penertiban terhadap keberadaan gelandangan,

pengemis dan anak jalanan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah

Kota Jambi dalam menangani permasalahan gelandangan, pengemis dan anak

jalanan adalah dengan menerbitkan Peraturan Daerah dalam hal ini adalah

Peraturan Walikota Jambi No 29 Tahun 2016 tentang Penanganan Gelandangan,

Pengemis (Gepeng) dan Anak Jalanan.

Peraturan Daerah No 29 Tahun 2016 tersbeut merupakan tindak lanjut dari

Peraturan Daerah Kota Jambi No 41 Tahun 2002 tentang Ketertiban Umum.

Penerbitan Peraturan Daerah No 29 Tahun 2016 dilakukan karena masalah

gelandangan, pengemis dan anak jalanan di Kota Jambi perlu ditanggulangi secara

komprehensif dan terpadu guna meningkatkan kebutuhan hidup jasmani, rohani

dan kehidupan sosial lainnya dengan senantiasa menjunjung tinggi hak-hak asasi

manusia yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

Page 45: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

35

Konsep dari Peraturan Daerah No 29 Tahun 2016 dalam menangani

permasalahan gelandangan, pengemis dan anak jalanan di Kota Jambi adalah

melalui kegiatan pemberdayaan. Kegiatan pemberdayaan ini bertujuan untuk

menjadikan gelandangan, pengemis dan anak jalanan di Kota Jambi menjadi

pribadi yang lebih baik dan dapat hidup secara mandiri , baik mandiri secara

ekonomi maupun secara sosial.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 huruf (d) Peraturan Daerah

No 29 Tahun 2016 yang menegaskan bahwa penanganan gelandangan, pengemis

dan anak jalanan bertujuan untuk :

Memberdayakan para gelandangan, pengemis dan anak jalanan untuk dapat

hidup mandiri secara ekonomi dan sosial.

Bunyi dari Pasal 3 tersebut secara tegas mengatur bahwa tujuan utama dari

pemberdayaan adalah untuk memberikan kemandirian secara ekonomi dan sosial

terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Kemandirian secara ekonomi

artinya gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang telah mendapat pembekalan

selama mengikuti kegiatan pemberdayaan dapat meningkatkan taraf hidupnya

sendiri dan mengakses sumberdaya dengan sebaik mungkin. Artinya kemandirian

ekonomi berkaitan dengan kemampuan gelandangan, pengemis dan anak jalanan

untuk memanfaatkan keterampilan dan sumberdaya yang dimiliki guna

memperoleh pendapatan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Contoh dari kemandirian ekonomi yang diharapkan dari kegiatan

pemberdayaan ini adalah ketika mengikuti kegiatan pemberdayaan, maka

gelandangan, pengemis dan anak jalanan akan diberi pelatihan seperti menjahit,

bengkel, pelatihan potong rambut dan salon kecantikan serta pelatihan-pelatihan

Page 46: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

36

lain. kemudian setelah kegiatan ini selesai diharapkan para gelandangan,

pengemis dan anak jalanan tidak kembali ke pekerjaan awal, melainkan sudah

bekerja atau membuka usaha sesuai dengan keterampilan yang diperoleh selama

pelatihan sehingga pendapatan mereka menjadi lebih tinggi dibanding dengan

mengemis atau mengamen.

Selain kemandirian ekonomi, kegiatan pemberdayaan juga bertujuan untuk

memberikan kemandirian sosial. Kemandirian sosial merupakan kemampuan

seseorang untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan masyarakat disekitar

tempat tinggalnya. Selama ini sebagian besar masyarakat di Kota Jambi

memandang kelompok gelandangan, pengemis dan anak jalanan dengan sebelah

mata. Masyarakat menganggap bahwa kelompok ini cukup meresahkan dan bisa

menjadi permasalahan bagi tatanan kehidupan di masyarakat. Terutama anak

jalanan yang dianggap oleh masyarakat sering menimbulkan keresahan dan

banyak berbuat tindak kriminal seperti tawuran dan mencuri.

Bukan hanya masyarakat, bahkan keluarga yang seharusnya menjadi

pelindung justru menganggap bahwa gelandangan, pengemis dan anak jalanan ini

sebagai beban keluarga. Padahal gelandangan, pengemis dan anak jalanan hidup

dibawah garis kemiskinan dan seharusnya keluarga merupakan orang pertama

yang dapat membantu mereka agar tidak menjadi gelandangan maupun pengemis,

namun faktanya justru keluarga mereka sendiri yang bersikap semena-mena

terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan.

Akibat dari hal ini, maka gelandangan, pengemis dan anak jalanan tdiak

akan mampu bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya. Kondisi ini harus

Page 47: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

37

ditangani dengan setepat mungkin, karena gelandangan, pengemis dan anak

jalanan juga manusia dan memiliki hak dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh

karenanya, melalui kegiatan pemberdayaan tersebut maka gelandangan, pengemis

dan anak jalanan dapat memperoleh pelatihan dan keterampilan untuk kemudian

bekerja maupun membuka usaha dan mereka mandiri secara ekonomi. Ketika

gelandangan, pengemis dan anak jalanan ini sudah mandiri secara ekonomi, maka

secara otomatis kemandirian sosial juga akan diperoleh karena mereka sudah

memiliki mata pencaharian yang lebih layak dan keluarga serta masyarakat tentu

akan menghormati mereka sehingga mereka dapat bersosialisasi dan terlibat

dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.

Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara kepada staf Dinas Sosial Kota

Jambi yang menyatakan bahwa :

Sesuai wawancara dengan Bapak Toyib selaku stap dinas sosial beliau

mengatakan Konsep dari Peraturan Daerah No 29 Tahun 2016 itu

merupakan bentuk tindak lanjut dari Peraturan Daerah No 41 Tahun 2002

tentang Ketertiban Umum, dimana penaganan Gelandangan, pengemis dan

anak jalanan dapat diwujudkan melalui kegiataan pembinaan dan

pemberdayaan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjadikan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan agar mandiri secara ekonomi dan

sosial, sehingga mereka tidak perlu ada dijalanan dan dapat hidup dengan

layak serta bersosial dengan masyarakat pada umumnya.35

Berdasarkan hal tersebut, maka konsep dari Peraturan Daerah Kota Jambi

No 29 Tahun 2016 dalam melakukan pemberdayaan terhadap gelandangan,

pengemis dan anak jalanan adalah memberikan pelatihan dan pembekalan baik

secara moral maupun keterampilan agar pada gelandangan, pengemis dan anak

jalanan ini dapat mencapai kemandirian ekonomi dan kemandirian sosial. Olehk

35 Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 48: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

38

arena itu, Dinas Sosial dan Satpol PP Kota Jambi terus melakukan penertiban dan

pendataan terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Kemudian mereka

akan diseleksi, setelah itu mereka akan ditempatkan dalam panti penampungan

sementara dan dilakukan penyuluhan, pembinaan, pelaksanaan kegiatan

pemberdayaan kemudian disalurkan kedunia kerja.

Selanjutnya tujuan dari adanya kegiatan pemberdayaan tersebut selain untuk

memberdayakan para gelandangan, pengemis dan anak jalanan agar hidup mandiri

baik secara ekonomi maupun sosial, tujuan lainnya adalah mendidik komunitas

gelandangan, pengemis dan anak jalanan agar dapat diterima oleh masyarakat

serta mengajak seluruh elemen masyarakat dan para pelaku usaha agar sama-sama

membantu para gelandangan, pengemis dan anak jalanan untuk hidup layak.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Pasal 3 huruf c dan e Perda No 29

Tahun 2016 bahwa tujuan dari kegiatan pemberdayaan dan penanganan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan adalah (c) mendidik komunitas

gelandangan, pengemis dan anak jalanan agar dapat hidup secara normal dan

layak sebagaimana kehidupan masyarakat hukum; (e) meningkatkan peran serta

kesadaran pemerintah daerah, dunia usaha dan seluruh elemen masyarakat lainnya

untuk berpartisipasi dalam penanggulangan gelandangan, pengemis dan anak

jalanan.

Berdasarkan konsep dan tujuan tersbeut, maka Perda No 29 Tahun 2016

berperans angat penting dalam kegiatan pemberdayaan gelandangan, pengemis

dan anak jalanan. Selai, itu, Perda ini juga menjadi pedoman bagi Dinas Sosial

Page 49: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

39

dan instansi terkait yang ada di Kota Jambi agar dapat bergerak dengan tepat dan

sesuai dnegan Peraturan yang telah ditetapkan tersebut.

B. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016 Tentang

Pemberdayaan Gelandangan, Pengemis dan Anak Jalanan di Kota

Jambi

Penerbitan Peraturan Daerah No 29 Tahun 2016 dilakukan oleh pemerintah

Kota Jambi dengan tujuan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang

ebrmartabat dan berkeadilan sosial melalui upaya-upa kongkrit dalam

pemberdayaan kelompok masyarakat gelandangan, pengemis maupun anak

jalanan.

Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya kelompok-kelompok

gelandangan, pengemis dan anak jalanan apabila tidak ditanggulangi secara tepat

maka akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial dan ketertiban yang dapat

mengganggu keharmonisan kehidupan sosial masyarakat sebagai salah satu faktor

kunci keberhasilan pembangunan.

Kondisi ini menyebabkan pemerintah Kota Jambi melalui Dinas Sosial Kota

Jambi benar-benar melaksanakan Peraturan Daerah No 29 Tahun 2016 dalam

penanganan gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Dinas Sosial dan Satpol PP

Kota Jambi selalu menerapkan dan menggalakkan Perda tersebut dalam setiap

tindakan yang diambil untuk penanganan permasalahan gelandangan, pengemis

dan anak jalanan.

Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Staf Dinas Sosial Kota Jambi yaitu

Babak Toyib beliau menyatakan bahwa :

Page 50: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

40

Sebelum adanya Perda No 29 Tahun 2016 penertiban gelandangan,

pengemis dan anak jalanan hanya dilakukan sebatas merazia, mendata,

membuat surat perjanjian yang isinya mereka tidak akan mengganggu

ketertiban umum dan kembali kejalanan serta mengembalikan mereka

kepada pihak keluarga. Akan tetapi sejak adanya Perda tersebut, Dinas

Sosial benar-benar mengimplementasikan Perda dalam setiap tindakan yang

dimabil untuk penanganan gelandangan, pengemis dan anak jalanan.

Artinya semua aturan-aturan yang ada dalam Perda tersebut sudah kami

terapkan.36

Hasil wawancara tersbeut juga didukung hasil wawancara dengan staf

Satpol PP Kota Jambi yaitu bapak Rafli yang menyatakan bahwa :

Satpol PP dalam melakukan razia gelandangan, pengemis dan anak jalanan

itu berpedoman pada Perda No 29 tahun 2016. Dalam Perda tersebut sudah

dijelaskan tatacara penanganan, pembinaan maupun pemberdayaan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Namun tugas Satpol PP hanya

melakukan penertiban, ketika sudah kami tertibkan untuk kemudian kami

serahkan kepada pihak Dinas Sosial Kota Jambi.37

Pelaksanaan Perda No 29 Tahun 2016 tersebut merupakan wujud dari

implementasi kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Jambi.

adapun pelaksanaan dari Perda No 29 Tahun 2016 dalam pemberdayaan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang telah dilakukan oleh Dinas Sosial

Kota Jambi sebagai berikut:

1. Penertiban

Langkah awal yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Jambi dalam

melakukan kegiatan pemberdayaan adalah dengan menertibkan pada gelandangan,

pengemis dan anak jalanan. Penertiban atau pengamanan ini dilakukan oleh Dinas

Sosial yang bersinergi dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota

Jambi. Dinas Sosial dan Satpol PP akan melakukan patroli terhadap wilayah-

36 Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021 37

Hasil Wawancara dengan Bapak Rafli Selaku Petugas Satpol PP Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 51: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

41

wilayah yang menjadi pusat adanya gelandangan, pengemis dan anak jalanan.

Setelah mereka diamankan, maka seluruh gelandangan, pengemis dan anak

jalanan yang terjaring razia akan dibahwa ke Dinas Sosial untuk dilakukan

pembinaan.

Hal sesuai hasil wawancara dengan staf Dinas Sosial Kota Jambi yaitu

Bapak Toyib menyatakan bahwa :

Konsep dari Perda No 29 Tahun 2016 itu menegaskan tentang bagaimana

tahap awal sampai tahap akhir pemberdayaan terhadap gelandangan,

pengemis dan anak jalanan yang ada di Kota Jambi. sebelum melakukan

pemberdayaan, terlebih dahulu harus di lakukan pengamanan terhadap

gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang ada di wilayah-wilayah

rawan. Setelah diamankan, mereka akan kami data, kemudian kami bawa ke

Dinas untuk dibina dan dilakukan pemberdayaan. Dalam hal ini Dinas

Sosial bekerjasama dengan Satpol PP.38

Hasil wawancara tersebut juga didukung dengan hasil wawancara petugas

Satpol PP Kota Jambi Yaitu Bapak Rafli menyatakan bahwa :

Dinas Sosial Kota Jambi memang bekerjasama dengan Satpol PP dalam

melakukan mengamanan terhadap anak jalanan, gelandangan dan pengemis.

Hal ini dikarenakan Satpol PP memiliki kewenangan untuk penertiban

umum, tetapi dalam kegiatan pemberdayaan dan pembinaannya nanti itu

yang berwenang adalah Dinas Sosial Kota Jambi. jadi Satpol PP hanya

membantu dalam hal penertiban gelandangan, pengemis dan anak jalanan.39

Setelah diamankan, maka gelandangan, pengemis dan anak jalanan akan di

bawa ke Dinas Sosial dan akan dibina kemudian dilakukan kegiatan

pemberdayaan. Selama mengikuti kegiatan pemberdayaan gelandangan, pengemis

dan anak jalanan ditempatkan di panti penampungan sementara yang ada di Dinas

Sosial Kota Jambi dan harus sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaa, kesusilaan dan

38 Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021 39

Hasil Wawancara dengan Bapak Rafli Selaku Petugas Satpol PP Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 52: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

42

kesopanan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 Ayat 1 dan 2 Perda No

29 Tahun 2016 yang menegaskan bahwa:

1. Suaka singkat di tempat perlindungan sementara bagi gelandangan,

orang miskin, dan anak jalanan setelah penyerangan dilakukan

sehubungan dengan pengumpulan dan penentuan informasi.

2. Selama di rumah penampungan sementara, Cabang Para Pihak

bersama dengan kantor-kantor yang berlaku harus fokus pada

kualitas manusia, konvensionalitas dan kesopanan..

Setelah gelandangan, pengemis dan anak jalanan berada di penampungan

sementara, maka tidak semua dari mereka akan diberdayakan, elainkan harus

melalui tahap seleksi dan pembinaan terlebih dahulu. Hal ini sebagaimana hasil

wawancara dengan staf Dinas Sosial Kota Jambi yaitu Bapak Toyib menjelaskan

bahwa :

Berdasarkan Perda No 29 Tahun 2016 kegiatan pemberdayaan tidak bisa

langsung dilakukan begitu saja, melainkan harus melalui tahap seleksi dan

pembinaan terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar kegiatan pemberdayaan

ini benar-benar tepat sasaran.40

Pemilah terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan dilakukan oleh

Dinas Sosial sesuai dengan pasal-pasal yang tercantum dalam Perda No 29 Tahun

2016. Berdasarkan Perda tersebut, maka seleksi yang dimaksud adalah

menentukan kualifikasi permasalahan yang disandang oleh para gelandangan,

pengemis dan anak jalanan. Jika gelandangan, pengemis dan anak jalanan masih

dibawah umum biasanya mereka akan direhabilitasi di Panti sosial atau

dikembalikan kepada pihak keluarga, sedangkan apabila gelandangan, pengemis

40

Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 53: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

43

dan anak jalanan sudah memasuki usia produktif maka akan diberi kegiatan

pemberdayaan tersebut.

2. Penanganan

Selanjutnya setelah ditertibkan, maka yang dilakukan oleh Dinas Sosial

Kota Jambi sebagai bentuk pelaksanan Perda No 29 Tahun 2016 dalam kegiatan

pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan di Kota Jambi adalah

melakukan penanganan terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Dalam

melakukan penanganan ini, Dinas Sosial Kota Jambi melaksanakan secara terpadu

yang melibatkan Satpol PP, pelaku usaha dan seluruh elemen masyarakat, seperti

pemerintah Kecamatan, pemerintah Kelurahan, pihak RT/RW bahkan pihak

keluarga dan orang-orang terdekat dari gelandangan, pengemis dan anak jalanan.

Tujuan dari Dinas Sosial Kota Jambi dengan melakukan penanganan

melalui pihak-pihak tersebut sebagai wujud pencegahan agar para gelandangan,

pengemis dan anak jalanan mendapat pengawasan dari pihak terkait, sehingga

mereka tidak kembali ke jalanan.

Hal ini sesuai hasil wawancara dengan staf Dinas Sosial Kota Jambi yaitu

Bapak Toyib menyatakan bahwa:

Pelaksanaan pertama dari Perda Kota Jambi No 29 Tahun 2016 itu adalah

melakukan penanganan terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan.

Penanganan ini tidak hanya melibatkan Dinas Sosial dan Satpol PP saja,

tetapi juga pelaku usaha dan masyarakat khususnya keluarga atau

lingkungan terdekat dengan gelandangan, pengemis dan anak jalanan

tersebut. hal ini sebagai bentuk implementasi atau pelaksanaan dari Perda

No 29 Tahun 2016 Bagian ke Ayat 1 dan 2.41

41

Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 54: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

44

Hasil wawancara dengan staf Dinas Sosial Kota Jambi menjelaskan bahwa

penanganan yang dilakukan oleh Dinas Sosial merupakan wujud implementasi

atau pelaksanaan dari Perda No 29 Tahun 2016 di BAB III bagian Penanganan

Ayat 1 dan 2 berbunyi:

1) Penanganan gelandangan, pengemis dan anak jalanan dilaksanakan

secara terpadu oleh pemerintah Kota Jambi dengan melibatkan dunia

usaha dan elemen masyarakat lainnya.

2) Penanganan gelandangan, pengemis dan anak jalanan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengacu pada asas dan tujuan

peraturan ini dilakukan secara terpadu melalui usaha preventif,

respensif, rehabilitasi dan represif.

Berdasarkan hal tersebut, maka pelaku usaha yang biasanya dilibatkan oleh

Dinas Sosial sebagai pelaksanaan penanganan gelandangan, pengemis dan anak

jalanan adalah pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di

Kota Jambi, seperti usaha industri rumahan, bengkel, salon, cuci motor dan lain-

lain yang sesuai dengan kegiatan pemberdayaan yang diadakan di Dinas Sosial.

Keterlibatan peelaku usaha ini sebagai pihak yang memberikan pelatihan dan

arahan kepada gelandangan, pengemis dan anak jalanan ketika mengikuti

kegiatan pemberdayaan. Selain itu, pelaku usaha tersebut juga sebagai fasilitas

untuk menyalurkan gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang telah selesai

mengikuti pemberdayaan, teetapi jika gelandangan, pengemis dan anak jalanan

tersbeut merasa memiliki kemampuan maka mereka boleh untuk membuka usaha

secara mandiri.

Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Jambi dalam hal ini melalui

Dinas Sosial Kota Jambi telah melaksanakan Perda No 29 Tahun 2016 tentang

penanganan gelandangan, pengemis dan anak jalanan dengan cukup baik dan telah

Page 55: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

45

melakukan upaya-upaya penanganan gelandangan, pengemis dan anak jalanan

dengan optimal dan sesuai aturan dalam Perda tersebut.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan

Selama mengikuti kegiatan pemberdayaan, gelandangan, pengemis dan anak

jalanan akan diberi penyuluhan, bimbingan mental, bimbingan sosial, bimbingan

keterampilan baru kemudian disalurkan kedunia kerja. Hal ini sebagaimana

tercantum dalam Pasal 14 Ayat 1 Perda No 29 Tahun 2016 menegaskan bahwa :

Usaha rehabilitasi sosial terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan

meliputi serangkaian kegiatan bimbingan mental, bimbingan sosial,

bimbingan keterampilan dan penyaluran.

Hal ini juga dijelaskan oleh staf Dinas Sosial Kota Jambi bahwa :

Sebelum gelandangan, pengemis dan anak jalanan ini diberdayakan,

merekka harus terlebih dahulu mendapat bimbingan mental maupun

keterampilan sampai mereka benar-benar siap untuk kita salurkan dalam

kehidupan sosial masyarakat.42

Berdasarkan konsep dari Perda No 29 Tahun 2016 tersebut, maka kegiatan

pemberdayaan terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang dilakukan

oleh Dinas Sosial Kota Jambi pada tahun 2020 lalu adalah pelatihan kemampuan

dibidang salon dan kecantikan, dimana gelandangan, pengemis dan anak jalanan

yang berjenis kelamin laki-laki akan dibina keterampilannya dalam hal potong

rambut sedangkan gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang berjenis kelamin

perempuan akan dibina keterampilannya dalam hal salon kecantikan. Sementara

untuk tahun 2021 ini belum ada kegiatan pemberdayaan yang dilakukan.

42

Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 56: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

46

Tahun 2020 ini kegiatan pemberdayaan hanya dalam bidang potong rambut

dan salon kecantikan karena terbatasnya anggaran Dinas Sosial untuk melakukan

pemberdayaan terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Anggaran yang

terbatas tersebut dikarenakan Dinas Sosial harus mengalokasikan dana untuk

penanganan wabah covid-19 termasuk meberikan bantuan sosial kepada seluruh

masyarakat yang ada di Kota Jambi.

Semnetara itu, pada tahun-tahun sebelumnya tepatnya tahun 2018 dan 2019

lalu kegiatan pemberdayaan untuk gelandangan, pengemis dan anak jalanan

meliputi pelatihan kemampuan dan keterampilan dibidang otomotif seperti

bengkel dan cuci motor. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan staf Dinas

Sosial Kota Jambi bahwa :

Berpedoman pada Perda No 29 Tahun 2016 tersebut, maka kegiatan

pemberdayaan untuk gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang

dilakuka oleh Dinas Sosial di tahun 2020 lalu adalah pemberdayaan dalam

bidanag potong rambut dan salon kecantikan. Sedangkan

tahun 2021 ini belum ada karena anggaran yang harus dialihkan untuk

bantuan sosial selama pandemic Covid-19. Tapi tahun 2018 daan 2019 lalu

banyak kegiatan pemberdayaan yang dilakukan, diantaranya adalah

pemberdayaan bengkel dan cuci motor.43

Kegiatan pelatihan dalam pemberdayaan tersebut dilakukan sebnayak 3-4

kali dalam seminggu dan akan terus dilakukan sampai gelandangan, pengemis dan

anak jalanan tersebut siap untuk disalurkan dalam dunia kerja sesuai dengan

keterampilan yang telah diajarkan. Setelah kegiatan pemberdayaan tersebut

selesai, maka gelandangan, pengemis dan anak jalanan akan disalurkan

kebeberapa sektor usaha atau lapangan kerja lainnya, dikembalikan kepada pihak

43

Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 57: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

47

keluarga atau bahkan gelandangan, pengemis dan anak jalanan akan dibantu untuk

membuka usaha mandiri.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 Ayat 6 Perda No 29 Tahun

2016 bahwa :

Penyaluran terhadap Gelandangan dan pengemis yang telah direhabilitasi

sosial meliputi pengembalian dalam kehidupan keluarga dan masyarakat,

menyalurkan kejalur-jalur lapangan kerja/sektor usaha serta usaha mandiri.

Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan dari Pasal

14 Ayat 1 sampai Ayat 7 Perda No 29 Tahun 2016. Bagi gelandangan, pengemis

dan anak jalanan yang telah memasuki usia kerja maka akan dilakukan kegiatan

pemberdayaan dengan diberikan bimbingan usaha ekonomi produtkif dan

bimbingan keterampilan kerja untuk kemudian dilakukan penyaluran kepada

dunia kerja. Hal ini dijelaskan dalam Ayat 5 dan 6 Pasal 14 Perda No 29 Tahun

2016 bahwa :

5) Bimbingan keterampilan dalam usaha rehabilitasi sosial meliputi:

a. Bimbingan usaha ekonomis produktif; dan

b. Bimbingan keterampilan kerja

6) Penyaluran terhadap gelandangan dan pengemis yang telah

direhabilitas sosial meliputi:

a. Pengembalian dalam kehidupan keluarga dan masyarakat

b. Menyalurkan ke jalur-jalur lapangan kerja

c. Usaha mandiri.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kegiatan pemberdayaan yang diberikan

kepada gelandangan, pengemis dan anak jalanan adalah kegiatan potong rambut

dan salon kecantikan. Kegiatan bimbingan keterampilan kerja ini dilakukan

sebanyak 3 sampai setiap hari selama seminggu. Setelah kegiatan pemberdayaan

ini selesai Dinas juga selalu melakukan pemantauan terhadap gelandangan,

Page 58: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

48

pengemis dan anak jalanan. Bagi mereka yang ketahuan kembali turun kejalan

maka akan dikenakan sanksi. Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh salah satu

gelandangan dan pengemis yang telah mengikuti kegiatan pemberdayaan,

menjelaskan bahwa:

Dinas Sosial memberikan pelatihan potong rambut dan salon kecantikan

kepada gelandangan dan pengemis. Pelatihannya selama 3 sampai 1

minggu, itu bisa setiap hari sampai kami benar-benar mampu. Setelah

kegiatan pemberdayaan tersebut selesai, kami akan disalurkan ke usaha

salon atau buka usaha mandiri, tapi ada juga yang kembali kepihak

keluarga. Dinas dan Satpol PP masih terus memantau jika kami ketangkap

lagi maka akan dipenjara.44

4. Menyediakan Anggaran Dana

Guna mendukung pelaksanaan kegiatan pemberdayaan tersebut, maka

pemerintah Kota Jambi juga menyediakan anggaran dana yang dapat digunakan

untuk kegiatan pemberdayaan. Hal ini sebagai bentuk pelaksanan Perda No 29

Tahun 2016 yang menegaskan bahwa pemerintah Kota Jambi harus menyediakan

anggaran dan tempat khusus untuk penampungan dan pelaksanaan kegiatan

pemberdayaan. Hal ini sebagaimana bentuk implementasi dari Pasal 19 Perda No

29 Tahun 2016 yang menegaskan bahwa:

1) Pembiayaan penyelenggaraan pemeliharaan gelandangan,

gelandangan, dan anak jalanan oleh badan publik, pemerintah

umum, dan tambahan pemerintah daerah dibebankan pada

rencana pengeluaran pendapatan dan konsumsi negara, APBD

biasa, APBD, serta sumber-sumber asli lainnya sesuai

pengaturan hukum dan pedoman.

2) Sumber pembiayaan dalam pengobatan gelandangan,

gelandangan dan anak jalanan dibantu melalui bantuan dunia

44

Hasil Wawancara dengan NN Gelandangan dan Pengemis di Kota Jambi pada Tanggal

24 Maret 2021

Page 59: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

49

usaha, kepentingan daerah, pemberi bantuan yang halal dan

tidak dibatasi yang diawasi oleh pejabat yang berwenang.

Berdasarkan bunyi dari Pasal tersebut, maka pemerintah Kota Jambi seelalu

berupaya untuk menyediakan anggaran dan fasilitas agar kegiatan penanganan dan

pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan dapat berjalan dengan

baik.

5. Pelaksanaan Pencegahan dan Rehabilitasi Sosial

Selaanjutnya sebagai bentuk pelaksanaan dari Perda No 29 Tahun 2016

yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Jambi adalah melaksanakan Pencegahan

dan Rehabilitasi sosial terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Hal ini

sebagai bentuk implementasi atau pelaksanaan Perda No 29 Tahun 2016 BAB IV

bagian kesatu, kedua ketiga dan keempat.

Bagian pertama dari BAB IV Perda No 29 Tahun 2016 mengatur tentang

usaha preventif yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kota Jambi melalui Dinas

Sosial dalam penanganan dan pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak

jalanan. Bagian ini menjelaaskan bahwa usaha preventif dilakukan untuk

mencegah timbulnya atau maraknya gelandangan, pengemis dan anak jalanan.

Usaha preventif ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pemantauan dan

pengendalian terhadap penyebab timbulnya gelandangan, pengemis dan anak

jalanan.

Dinas Sosial melakukan kerjasama dengan pihak Satpol PP dalam

melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap gelandangan, pengemis dan

anak jalanan. Pemantauan tersebut dilakukan setiap hari selema 24 jam, apabila

Page 60: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

50

ketika melakukan pemantauan Satpol PP menemukan gelandangan, pengemis dan

anak jalanan yang sedang beroperasi, maka akan langsung dibawa ke Dinas

Sosial. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan staf Dinas Sosial Kota Jambi

bahwa :

Pemantauan gelandangan, pengemis dan anak jalanan dilakukan oleh Dinas

Sosial dan Satpol PP Kota Jambi setiap hari dan dilakukan selama 24 jam.

Artinya setiap waktu ada petugas yang berkeliling Kota Jambi untuk

memantau gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Jika ditemukan maka

akan dirazia dan dibawa ke Dinas Sosial untuk kemudian kita bina.45

Pernyataan tersebut juga sesuai hasil wawancara dengan staf Satpol PP Kota

Jambi bahwa:

Pemantauan memang dilakukan selama 24 jam oleh pihak Satpol PP yang

tentu bekerjasama dengan Dinas Sosial. Ketika ada ditemukan gelandangan,

pengemis dan anak jalanan yang sedang beroperasi maka akan langsung

dibawa ke Dinas Sosial dan urusan selanjutnya diserahkan kepada Dinas,

karena mereka lebih berwenang dalam pembinaan dan pemberdayaan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan.46

Selain melakukan pemantauan, Dinas Sosial juga melakukan sosialisasi

sebagai bentuk usaha preventif dalam mencegah maraknya gelandangan,

pengemis dan anak jalanan. Sosialisasi ini dilakukan oleh Dinas Sosial dan

bekerjasama dengan instansi terkait seperti pihak Kecamatan maupun Kelurahan

serta pihak keluarga. Pelaksanaan sosialisasi ini dilakukan secara langsung dan

tidak langsung.

Sosialisasi secara langsung dilakukan dengan cara Dinas Sosial datang ke

Kelurahan atau Kecamatan serta memberikan dampak dari gelandangan, pengemis

dan anak jalanan serta memberikan solusi kepada keluarga yang kurang mampu

45 Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021 46

Hasil Wawancara dengan Bapak Rafli Selaku Petugas Satpol PP Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 61: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

51

supaya tidak menjadi gelandangan dan pengemis. Solusi yang diberikan biasanya

berupa pelatihan keterampilan membuat kerajinan tangan maupun pelatihan usaha

kecil. Namun sosialisasi secara langsung ini tidak bisa sering-sering dilakukan

karena keterbatasan anggaran dan tenaga.

Selanjutnya sosialisasi secara tidak langsung juga dilakukan oleh Dinas

Sosial Kota Jambi dnegan cara memberikan himbauan mengenai dampak,

larangan dan sanksi administrative kepada gelandangan, pengemis dan anak

jalanan. Sosialisasi ini tidak hanya ditujukan kepada gelandangan, pengemis dan

anak jalanan, tetapi juga kepada setiap orang yang memberikan uang/barang

kepada gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Sosialisasi tidak langsung ini

dilakukan melalui media cetak maupun media sosial.

Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Dinas Sosial Kota Jambi yang

menjelaskan bahwa :

Usaha preventif tidak hanya dilakukan dengan cara pemantauan, ettapi juga

melakukan sosialisasi. Sosialisasi ini dilakukan secraa langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dilakukan dnegan cara orang Dinas datang ke

Kecamatan maupun Kelurahan dan mengumpulkan warga yang kurang

mampu untuk ikut pelatihan dan lain sebagainya agar mereka termotivasi

untuk melakukan usaha dan tidak menjadi gelandangan, pengemis maupun

anak jalanan. Sedangkan sosialisasi tidak langsung biasanya kita himbau

mengenai larangan menajdi gelandangan, pengemis dan anak jalanan atau

bahkan memberikan barang/uang kepada gelandangan, pengemis dan anak

jalanan yang ada di lampu merah, jalan protocol dan lain sebagainya.47

Selanjutnya bagian kedua dari Bab IV Perda No 29 Tahun 2016 adalah

melakukan usaha represif. Usaha represif ini bertujuan untuk mengurangi atau

bahkan meniadakan gelandangan, pengemis dan anak jalanan di Kota Jambi.

dalam hal ini usaha represif yang dilakukan oleh Dinas Sosial adalah melakukan

47 Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 62: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

52

razia, menampung gelandangan, pengemis dan anak jalanan, melakukan

identifikasi dan seleksi kepada gelandangan, pengemis dan anak jalanan serta

melakukan penyuluhan dan bimbingan kepada gelandangan, pengemis dan anak

jalanan.

Pertama yang dilakukan sebagai usaha represif oleh Dinas adalah

melakukan razia terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Razia ini

dilakukan oleh Satpol PP yang berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kota Jambi.

pelaksanaan razia tetap memperhatikan dan berlandaskan pada prinsip-prinsip

kemanusiaan, kesopanan dan kesusilaan. Hal ini sebagaimaana hasil wawancara

dengan staf Satpol PP Kota Jambi bahwa :

Razia gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang melaksanakan adalah

Satpol PP, tetapi berkoordinasi dengan Dinas Sosial, karena penanganan

lebih lanjut terhada gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang terkena

razia dillakukan oleh Dinas Sosial. Razia ini tetap memperhatikan asas-asas

kesopanan dan kemanusiaan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 8 Ayat 1-

4.48

Setelah melakukan razia, maka gelandangan, pengemis dan anak jalanan

akan dibawa ke penampungan sementara yang ada di Dinas Sosial. Kemudian

mereka akan diseleksi, dimana anak gelandangan, pengemis dan anak jalanan

yang belum memasuki usia kerja maka akan dibawa ke Panti sosial, kemudian

gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang mengalami gangguang kejiwaan

akan di bawa ke Rumah Sakit Jiwa serta gelandangan, pengemis dan anak jalanan

yang sudah memasuki usia kerja/produktif akan dilakukan kegiatan pemberdayaan

kembali. Tetapi sebelum dibawa ke Panti Sosial, gelandangan, pengemis dan anak

jalanan ini akan direhabilitasi terlebih dahulu di penampungan sementara minimal

48 Hasil Wawancara dengan Bapak Rafli Selaku Petugas Satpol PP Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 63: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

53

3 hari dan paling lama 1 minggu, kecuali bagi gelandangan, pengemis dan anak

jalanan yang mengalami gangguan kejiwaan.

Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan staf Dinas Sosial Kota Jambi

yang menjelaskan bahwa :

Setelah di razia, mereka akan diseleksi, anak jalanan yang masih dibawah

umur akan diserahkan ke Panti dan gelandangan, pengemis dan anak jalanan

yang sudah masuk usia produktif akan dilakukan pemberdayan untuk masuk

dunia kerja. Sedangkan yang mengalami gangguan jiwa akan kita bawa ke

Rumah Sakit Jiwa. Tapi sebelumnya, mereka akan di rehab selama 1

minggu dan paling cepat selama 3 hari.49

Bagian ketiga Bab IV Perda No 29 Tahun 2016 usaha selanjutnya yang

dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Jambi adalah melakukan rehabilitasi sosial.

Pelaksanakaan rehabilitasi ini dilakukan dnegan cara gelandangan, pengemis dan

anak jalanan akan dibina, dibimbing dan dilakukan pemberdayaan. Bimbingan

yang diberikan bermacam-macam, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan,

keagamaan, budi pekerti, bimbingan usaha ekonomis produktif, bimbingan usaha

keterampilan dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, pelaksanaan pencegahan dan rehabilitasi akan dilakukan

kepada gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang sudah mengikuti kegiatan

pemberdayaan tetapi mereka masih kembali ke jalanan.

6. Melakukan Sanksi

Dinas Sosial Kota Jambi juga melakukan sanksi kepada gelandangan,

pengemis dan anak jalanan yang tertangkap dua kali karena kembali kejalanan

setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan. Sanksi yang diberikan berrupa teguran

49

Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 64: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

54

bahkan denda atau kurungan penjara. Hal ini dilakukan sebagai bentuk

pelaksanaan Bab VII daan Bab VIII Perda No 29 Tahun 2016.

Tujuan dari penerapan sanksi ini adalah untuk memberikan efek jera kepada

gelandangan, pengemis dan anak jalanan sehingga mereka tidak kembali

kejalanan. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu gelandangan,

pengemis dan anak jalanan yang ada di Kota Jambi bahwa:

Dinas Sosial menghimbau kami untuk tidak kembali kejalanan, melainkan

harus bekerja atau membuka usaha. Jika kami melanggar maka kami akan

dipenjara.50

Sanksi yang ada di Perda No 29 Taahun 2016 tersebut beenar-benar

diimplementasikan oleh Dinas Sosial Kota Jambi dengan tujuan agar penanganan

dan pemberdaayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang ada di Kota

Jambi tepat sasaraan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka pelaksanaan Perda No 29

Tahun 2016 tentang penanganan dan pemberdayaan gelandangan, pengemis dan

anak jalanan sudah tepat dan sudah dilakukan dengan baik oleh Dinas Sosial Kota

Jambi. dimana Dinas Sosial sudah bekerjasama dengan Satpol PP, isntansi

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam penanganan dan pemberdayaan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Dinas sosial juga sudah melakukan

penanganan, penertiban, pembinaan (rehabilitasi sosial), pemberdayaan,

penyediaan anggaran dan fasilitas serta penerapan sanksi yang sesuai dengan

aturan dalam Perda No 29 Taahun 2016.

50

Hasil Wawancara dengan NN Gelandangan dan Pengemis di Kota Jambi pada Tanggal

24 Maret 2021

Page 65: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

55

Hal ini tentu mempengaruhi jumlah gelandangan, pengemis dan anak

jalanan, dimana selama tahun 2018-2019 jumlah anak jalanan di Kota Jambi

mengalami penurunan dan gelandangan jumlahnya tetap, sedangkan untuk

pengemis yang jumlahnya masih meningkat tentu Dinas akan melakukan upaya-

upaya optimal agar dapat mengurangi jumlah pengemis di Kota Jambi. Salah

satunya adalah terus melakukan evaluasi terhadap Perda No 29 Tahun 2016

tentang penanganan dan pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan

di Kota Jambi.

Berdasarkan hasil penelitian pemerintah Kota Jambi telah melakukan

pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang sesuai dengan

Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016. Pelaksanaan Perda tersebut juga

sudah tepat karena jumlah gelandangan dan anak jalanan di Kota Jambi sudah

mulai berkurang, sedangkan untuk pengemis masih membutuhkan perhatian dan

upaya yang lebih kompleks agar jumlahnya berkurang.

Seperti yang telah diketahui bahwa jumlah pengemis di Kota Jambi selama

tahun 2018-2019 justru mengalami peningkatan, karena sebagian besar pengemis

tersebut berasal dari luar daerah atau luar Kota Jambi sehingga Dinas Sosial sulit

untuk melakukan kegiatan pemberdayaan. Pengemis-pengemis tersebut sengaja

datang dari luar daerah menuju Kota Jambi untuk mencari keuntungan dengan

cara mengemis.51

Oleh karena itu, pemerintah Kota Jambi masih melakukan evaluasi terus-

menerus terhadap Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016 terutama

51

Hasil Wawancara dengan Bapak Toyib Selaku Staf Dinas Sosial Kota Jambi pada

Tanggal 24 Maret 2021

Page 66: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

56

untuk menangani gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang berasal dari luar

daerah. Pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan penting

dilakukan supaya mereka dapat hidup dengan layak dan mandiri untuk bekerja

maupun berwirausaha.

Upaya penguatan daerah harus dapat berperan dalam menggarap sifat

(SDM), terutama dalam membentuk dan mengubah perilaku individu untuk

mencapai kehidupan yang lebih baik. Perkembangan dan perubahan tingkah laku,

baik dalam ukuran sektoral, khususnya dalam semua sudut pandang atau bidang

keberadaan manusia, pengukuran sosial, yang mencakup ruang lingkup bantuan

pemerintah dari materi ke non-materi, komponen waktu dan kualitas, khususnya

jangka pendek hingga jangka panjang serta peningkatan limit dan kualitas

administrasi. , sebagai ukuran objektif yang dapat menjangkau semua lapisan

masyarakat.

.

Page 67: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Konsep dari Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016 dalam

melakukan pemberdayaan terhadap gelandangan, pengemis dan anak

jalanan adalah memberikan pelatihan dan pembekalan baik secara moral

maupun keterampilan agar pada gelandangan, pengemis dan anak jalanan

ini dapat mencapai kemandirian ekonomi dan kemandirian sosial.. Tujuan

dari adanya kegiatan pemberdayaan tersebut selain untuk memberdayakan

para gelandangan, pengemis dan anak jalanan agar hidup mandiri baik

secara ekonomi maupun sosial.

2. Pelaksanaan Perda No 29 Tahun 2016 tentang penanganan dan

pemberdayaan gelandangan, pengemis dan anak jalanan sudah tepat dan

sudah dilakukan dengan baik oleh Dinas Sosial Kota Jambi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran penelitian ini sebagai berikut:

1. Diharapkan Pemerintah Kota Jambi segera melakukan upaya tegas dalam

melakukan penanganan pengemis yang berasal dari luar daerah sehingga

jumlah pengemis di Kota Jambi dapat berkurang.

2. Sebaiknya evaluasi terhadap Perda No 29 Tahun 2016 segera dilakukan

dan memuat aturan-aturan penanganan terhadap gelandangan, pengemis

dan anak jalanan dari luar daerah.

Page 68: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

58

3. Masyarakkat dan keluarga harus bisa membantu Pemerintah Kota Jambi

dalam melakukan pengawasan terhadap gelandangan, pengemis dan anak

jalanan sehingga jumlah gelandangan, pengemis dan anak jalanan di Kota

Jambi dapat terkontrol.

Page 69: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

59

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abu Hurairah, Pengorganisasiann dan Pengembangan Masyarakat Model dan

Strategi Pembangunan Yang Berbasis Kerakyatan, Bandung: Humaniora,

2008

Adi, I.R. Intervensi komunitas dan pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya

Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018

Ani Mardiyati, Gelandangan Pengemis dan Anak Jalanan dari Perpektif Sosial

Budaya, Jurnal Kesejahteraan Sosial, Vol. 39 No. 1, Maret 2015

Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: PSH FH UUL,

2002

Dimas Dwi Irawan, Pengemis Undercover Rahasia Seputar Kehidupan Pengemis,

Jakarta: Titik Media Publisher, 2013

Engking Soewarman Hasan, Strategi Menciptakan Manusia Yang Bersumber Daya

Unggul, Bandung: Pustaka Rosda Karya, 2002

Fahrudin, Tujuan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Kanisius, 2013

Hendi Setiawan, Fenomena Gelandangan Pengemis Sebagai Dampak Disparitas

Pembangunan Kawasan Urban dan Rural Di Daerah Istimewa Yogyakarta,

Jurnal Moderat, Vol. 6 No. 2, Mei 2020

Isma Riskawati, Abdul Syani, “Faktor Penyebab Terjadinya Gelandangan dan

Pengemis (Studi Pada Gelandangan dan Pengemis Di Kecamatan Tanjung

Karang Pusat Kota Bandar Lampung)”, Jurnal Sociologie, Vol. 1, No. 1,

September 2011

Kartasasmitha, G. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan, Jakarta: PT Pusaka Cisendo, 2016

K Suhendra, Peran Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat, Bandung:

Alfabaeta, 2006

Magfud Ahmad, Strategi Kelangsungan Hidup Gelandangan dan Pengemis

(Gepeng), Jurnal Penelitia STAIN, Vol. 7. No. 2, Pekalongan, 2010

Mardikanto, T, Konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta: UNS Press, 2010

Mutmainah, R. dan Sumardjo, Peran Kepemimpinan Kelompok Tani dan Efektivitas

Pemberdayaan Petani. Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol. 1 No. 1, 2012

Page 70: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

60

Rosyidi Ranggawidjaja, Pengatur Imu Perundang-undangan Indonesia, Bandung:

Penerbit Mandar Maju, 1998

Shinta, Analisis Implementasi Peraturan Daerah No,6 Tahun 2002 tentang

Ketertiban Sosial dalam Menangani jumlah di Kota Batam, Jurnal Ilmu Sosial,

Vol 1, No 6 Tahun 2002

Sri Sanituti Hariadi dan Bagong Suyanto, Anak Jalanan Di Jawa Timur, Surabaya:

Airlangga University Press, 2009

Sulistyani, A.T, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Yogyakarta: Gava

Media, 2014

Tri Rahardjanto, Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Dalam Pembangunan Daerah

Di Kota Jambi, Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja, Vol. 11 No. 1,

Juni 2018

Zulfadli, Pemberdayaan Anak Jalanan dan Orang tuanya Melalui Rumah Singgah

(Studi Kasus Rumah Singgah Amar Makruf I Kelurahan Pasar Pandan Air

Mati Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok Propinsi Sumatra Barat), Tesis

Institut Pertanian Bogor, 2004

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Sosial

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan

Gelandangan, Dan Pengemis (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1980 Nomor 51, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3177)

Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanganan Gelandangan dan

Pengemis

Peraturan Daerah Kota Jambi No 29 Tahun 2016 Tentang Penangganan

Gelandangan, Penggemis Serta Anak Jalanan.

C. Lain-lain

Badan Pusat Statistik KotaJambi, Jumlah Penduduk Miskin di Kota Jambi Tahun

2018-2020, 29 April 2021

Dokumen Laporan Dinas Sosial Kota Jambi, Jumlah Gelandangan, Pengemis dan

Anak Jalanan Kota Jambi Tahun 2018-2019, 28 Maret 2021

Page 72: PEMBERDAYAAN GELANDANGAN, PENGEMIS DAN ANAK JALANAN …

62

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Ani Priastuti

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tgl lahir : Parit Culum / 06 Agustus 1998

NIM : 106170686

Alamat : RT 12 RW 03 Kel. Parit Culum 1 Kec. Muara Sabak Barat,

Kab. Tanjabtim

No Hp : 0819 7799 2105

Nama Ayah : Ahmad Bustami

Nama Ibu : Siti Rahma

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SD/MI, tahun lulus : SDN 77/x TALANG RIMBO 2011

b. SMP/MTs, tahun lulus : SMPN 17 TANJUNG JABUNG TIMUR

2014

c. SMA/MA, tahun lulus : SMAN 8 TANJUNG JABUNG TIMUR 2017

d. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Sulthan

ThahaSaifuddin Jambi 2017

2. Pendidikan Non-formal (Pelatihan, Kursus, dll)

a. Koordinator Bidang Sosial dan Budaya 2017-2018

b. Kabid External HMI Komisariat Syariah 2020

Jambi, Juli 2021

Penulis

ANI PRIASTUTI

106170686