religiusitas dan mentalitas kerja pengemis di...

205
RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI KAMPUNG KEBANYAKAN KOTA SERANG -BANTEN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.) Oleh Aat Atqiya NIM 11140520000004 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS

DI KAMPUNG KEBANYAKAN

KOTA SERANG -BANTEN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)

Oleh

Aat Atqiya

NIM 11140520000004

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 3: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 4: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 5: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

i

ABSTRAK

Aat Atqiya, NIM 11140520000004, Religiusitas dan Mentalitas

Kerja Pengemis di Kampung Kebanyakan Kota Serang - Banten,

dibawah bimbingan Abdul Azis, M.Psi.

Permasalan keagamaan dan mentalitas kerja pengemis semakin

marak terjadi, hal ini terbukti dari banyaknya pengemis yang ditemui

disekitar jalan/lampu merah, tempat-tempat keramaian sampai meminta-

minta dari rumah ke rumah. Penelitian ini dilakukan di Kampung

Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang Kota Serang-Banten.

Masyarakat di Kampung Kebanyakan rata-rata beragama islam dan

memiliki sikap religiusitas tetapi banyak juga masyarakat yang memiliki

mentalitas kerja sebagai pengemis. Penelitian ini bertujuan menjelaskan

proses religiusitas pengemis, mentalitas kerja pengemis serta

menjelaskan pengaruh religiusitas terhadap mentalitas kerja pengemis.

Teori yang digunakan adalah teori religiusitas dari

Mangunwidjadja yang menjelaskan bahwa religiusitas adalah kualitas

keadaan individu dalam memahami, menghayati ajaran agama yang

dianutnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yang

merefleksikannya dalam beragama, dan teori mentalitas yaitu suatu sikap

rohaniah yang menuntun prilaku berbuat atau bertindak dalam

kehidupan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Dilakukan pada

tiga informan dan data dianalisis dengan menggunakan teknik miles dan

huberman, yaitu data collection, reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) bentuk pengembangan

religiusitas pengemis pada saat mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim,

para informan pengemis meliburkan diri untuk meminta-minta supaya

bisa mengikuti pengajian, materi yang diajarkan pada saat pengajian

berupa materi yang ada dalam kitab kuning, seperti ilmu fiqih, ilmu

hadits serta ilmu al-qur’an dan tafsir. (2) pengemis di Kampung

Kebanyakan adalah pengemis yang memiliki mentaliltas malas, karena

pada dasarnya informan masih bisa mendapatkan pekerjaan selain

mengemis namun karena mentalitas kerjanya sudah terbentuk sebagai

pengemis sehingga tidak mau mencari pekerjaan lain supaya bisa

memenuhi kebutuhan hidupnya. (3) setelah tertanam religiusitas terjadi

perubahan sikap pada mentalitas kerja beberapa pengemis, meskipun

belum sepenuhnya meninggalkan aktivitas mengemis tapi sudah mulai

ada kesadaran untuk mencari pekerjaan lain selain mengemis.

Kata Kunci: Religiusitas, Mentalitas Kerja, Pengemis

Page 6: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

ii

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan

salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia.

Setelah melalui proses yang panjang akhirnya penulis

dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh

Religiusitas Terhadap Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung

Kebanyakan Kelurahan Sukawana Kecamatan Serang Kota Serang

Provinsi Banten”. Sebagai tugas akhir dalam menepuh jenjang

pendidikan S-1, untuk mendapat gelar Sarjana Sosial di Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak

akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan

dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih kepada kedua orang tua,

Ayahanda Astawi dan Ibunda Munah yang selama ini telah

memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang

senantiasa ridho dengan langkah penulis, yang tidak pernah

berhenti mengirimkan do’a dan tidak pernah habis membagi cinta,

kasih sayang serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh

pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, kepada:

Page 7: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

ii

1. Suparto, M. Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiah, S.Ag., BSW, MSW. Selaku

Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Shihabudin Noor, M.A.

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Drs.

Cecep Castrawijaya, M.A. selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.

2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE. selaku Ketua Jurusan Bimbingan

dan Penyuluhan Islam.

3. Artiarini Puspita, M.Psi. selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan

dan Penyuluhan Islam.

4. Abdul Azis, M.Psi. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi arahan

dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Dosen Penasihat

Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Kelas A,

angkatan 2014.

6. Seluruh Dosen dan Staf dilingkungan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu

yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk

mendapatkan referensi dalam menyusun skripsi.

8. Adik-adik penulis yaitu Rifki Zidan dan Rizki Zidan, embah

penulis yaitu embah Guntur, yang selalu memberikan dukungan

iii

Page 8: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 9: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7

C. Batasan Masalah .......................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ....................................................................... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………. ............... 8

F. Metodologi Penelitian ................................................................. 9

1. Pendekatan Penelitian ............................................................... 9

2. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................... 10

3. Lokasi dan Waktu……… ......................................................... 10

4. Penelitian Sumber Data ............................................................. 11

5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 12

6. Teknik Analisis Data ................................................................. 13

7. Keabsahan Data Penelitian ....................................................... 15

G. Sisitematika Penulisan ................................................................. 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori .............................................................................. 20

1. Religiusitas .................................................................................... 20

a. Pengertian Religiusitas .............................................................. 20

b. Karakteristik Individu yang Memiliki Religiusitas ................... 22

v

Page 10: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

iv

c. Dimensi-dimensi Religiusitas ................................................... 23

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas ....................... 26

2. Mentalitas ...................................................................................... 28

3. Kerja .............................................................................................. 31

a. Pengertian Kerja ........................................................................ 31

b. Hakekat Kera............................................................................. 32

c. Motivasi Kerja .......................................................................... 33

4. Pengemis ....................................................................................... 34

a. Pengertian Pengemis ................................................................ 34

b. Rekayasa Pengemis ................................................................... 37

c. Faktor Munculnya Pengemis ................................................... 37

5. Mentalitas Kerja Pengemis ........................................................... 39

B. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 41

C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 46

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Profil Daerah Kampung Kebanyakan

1. Letak Geografis ........................................................................... 48

2. Kondisi Ekonomi Sosial dan Pendidikan .................................... 49

3. Sarana .......................................................................................... 51

B. Awal Mula Munculnya Pengemis di Kampung Kebanyakan ........ 52

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Karakteristik .................................................................................... 54

1. Profil Pembimbing ...................................................................... 54

2. Profil Subjek Terbimbing ............................................................ 54

B. Intervensi Pembimbing Agama di Majelis Ta’lim ........................... 59

C. Ritual dan Prilaku Pengemis dalam Pengembangan Religiusitas .... 61

vi

Page 11: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

iv

1. Ritual dan Prilaku Pengemis Sebelum Pengembangan

Religiusitas ................................................................................... 61

2. Ritual dan Prilaku Pengemis Selama Pengembangan

Religiusitas .................................................................................... 62

3. Ritual dan Prilaku Pengemis Setelah Pengembangan

Religiusitas .................................................................................... 63

D. Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung Kebanyakan ....................... 67

E. Pengaruh Religiusitas Terhadap Mentalitas Kerja Pengemis ............. 68

BAB V PEMBAHASAN

A. Analisis Intervensi Pembimbing Agama di Majelis Ta’lim ............. 80

B. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis dalam Pengembangan

Religiusitas ....................................................................................... 81

1. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Sebelum Pengembangan

Religiusitas ....................................................................................... 81

2. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Selama Pengembangan

Religiusitas ....................................................................................... 84

3. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Setelah Pengembangan

Religiusitas ....................................................................................... 87

C. Kehidupan Mentalitas Kerja Pengemis ............................................ 91

D. Pengaruh Religiusitas Terhadap Mentalitas Kerja Pengemis .......... 95

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 104

B. Implikasi ........................................................................................... 105

C. Saran ................................................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Page 12: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pembimbing dan Terbimbing……………………………………….. 42

Tabel 5.1 Perkembangan Religiusitas Pengemis ……………………………… 66

Tabel 5.2 Perkembangan Religiusitas dan Mentalitas Kerja Pengemis ………. 74

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ……………………………………………….. 37

viii

Page 13: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang yang memiliki

permasalahan sosial dilingkungan masyarakat, salah satunya

kemiskinan. Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan

dimana seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggota

masyarakat lainnya, yang menimbulkan munculnya pengemis.1

Pengemis menjadi suatu fenomena sosial terutama di

daerah perkotaan, kehadiran pengemis menjadi cerminan

kemiskinan. Sebagian orang memilih menjadi pengemis dengan

sengaja mengemis dijadikan sebagai profesi.2

Mentalitas kerja yang rendah sedangkan kebutuhan

ekonomi semakin tinggi membuat seseorang memilih jalan praktis

menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat

keramaian.

Ada dua tipe pengemis, yaitu pengemis miskin materi dan

pengemis miskin mental. Pengemis miskin materi adalah yang

kondisi ekonominya sulit dan tidak mampu memenuhi kebutuhan

sehari-hari, sehingga mereka memutuskan untuk mencari

penghasilan dari mengemis.

1Abdulsyani, Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2002), h. 190. 2Adi Saputro, dalam skripsi Pengaruh Persepsi Tentang Gepeng

(Gelandangan dan Pengemis) dengan Pengambilan Keputusan, Jurusan

Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakata, 2011, h. 2.

1

Page 14: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

2

Kedua, pengemis miskin mental adalah pengemis yang

kondisi ekonominya masih tergolong mampu namun mereka tetap

memilih mengemis dikarenakan memiliki mental malas untuk

berusaha mencari penghasilan dari pekerjaan yang lebih layak.3

Pengemis miskin mental banyak ditemui disekitar kita,

biasanya mereka mengemis untuk memperkaya diri dan untuk

memenuhi segala kebutuhan hidup serta gaya hidup mereka yang

tinggi, tetapi tidak sebanding dengan semangat bekerja keras dan

latar belakang pendidikan maupun tingkat keterampilan mereka.

Menjadi pengemis adalah pilihan untuk mencari nafkah

dengan mudah, karena untuk menjadi pengemis orang tidak

membutuhkan keterampilan yang membuat mereka terbebani, dan

tidak perlu pusing kesana-kemari melamar pekerjaan di

perusahaan-perusahaan atau ditempat lainnya.

Dalam pandangan islam, bekerja merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan, mulai dari niat bekerja yaitu tidak hanya

mencari kelimpahan materi di dunia tetapi juga mencari pahala

untuk di akhirat nanti.

Niat ini akan berkorelasi dengan usaha yang dilakukan oleh

seorang individu. Islam menyuruh umatnya untuk bekerja keras

dengan diikuti oleh berbagai perangkat pengamannya seperti nilai-

nilai moral, yaitu akhlak dan etika.4

3Arzena Devita Sari, dalam jurnal Pelembagaan Prilaku Pengemis di

Kampung Pengemis (studi deskriptif di kampung pragaan daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep), di akses dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts48ab4a8caafull.pdf, pada tanggal 04 april 2018, Hal. 3.

4Ima Amaliah, Aan Julia, Westi Riani, dalam jurnal, Pengaruh Nilai Islam Terhadap Kinerja Kerja, Mimbar, Vol. 29, No. 2, Tahun 2013. H. 166.

Page 15: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

3

Allah SWT memerintahkan kepada hambanya supaya

bekerja dan berusaha di muka bumi untuk mencari rizki, Allah

SWT berfirman,

ن فضل وٱذكروا ٱلله م وٱبتغوا روا ف ى ٱلرض لوة فنتش يت ٱلص فإ ذا قض

كث يرا لعلكم تفل حون

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu

dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah

banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS. Al-jumu’ah, 62:

10).

Dengan demikian islam tidak menghendaki para

pengikutnya untuk menjadi orang-orang yang malas dan menyerah

saja, apalagi beranggapan bahwa bekerja itu jelek dan menyiksa.

Islam merupakan ajaran yang penuh dengan perintah kepada

umatnya untuk bekerja keras dan amat mengecam peminta-minta.

Banten adalah sebuah provinsi di tatar pasundan, serta

wilayah paling barat di pulau Indonesia. Provinsi Banten pernah

menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat, namun menjadi wilayah

pemekaran semenjak tahun 2000, dengan keputusan Undang-

undang No 23 tahun 2000. Dan pusat pemerintahannya berada di

Kota Serang.

Provinsi Banten banyak ditemui para pengemis di setiap

ruas jalan maupun tempat wisata yang ramai. Berdasarkan

keterangan dari Dinas Sosial Provinsi Banten, pengemis di Banten

Page 16: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

4

tercatat mencapai 2.674 orang sesuai dengan hasil pendataan di

dinas kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Banten.5

Kota Serang adalah pusat pemerintahan Provinsi Banten,

oleh karenanya banyak orang yang datang dan mengadu nasib,

bagi mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan bisa

beradaptasi dan mencapai kesuksesan dan bagi mereka yang belum

beruntung dan tidak memiliki keterampilan bukan tidak mungkin

juga akan memilih menjadi gelandangan dan pengemis.

Kampung Kebanyakan salah satu sudut buram Kota

Serang. Letaknya 7 kilometer dari pusat kota. Karena banyaknya

warga yang meminta-minta, maka kebanyakan di juluki sebagai

kampung pengemis. Hampir setiap kali Satpol PP merazia, maka

pengemis yang tertangkap selalu dari kampung Kebanyakan.

Di Kota Serang terdapat Kampung yang lekat dengan

julukan kampung pengemis, Namanya Kampung Kebanyakan,

Desa Sukawana, Kecamatan Serang. Di Kampung Kebanyakan

tercatat ada 2.213 jiwa dari 522 KK (Kepala Keluarga). Kampung

Kebanyakan terbagi atas tida rukun warga (RW). Yaitu RW 1

(kebanyakan wetan) dengan jumlah 219 KK, RW 2 (kebanyakan

kulon) 131 KK, dan RW 3 (kebanyakan tegal) 92 KK. Dari jumlah

tersebu terdapat 76 KK yang berprofesi sebagai pengemis. Muklas

ketua RT 1 Kebanyakan Wetan mengungkapkan, ada 30 warganya

yang menjadi pengemis. Mayoritas dari mereka adalah perempuan

yang tidak pernah mengenyam bangku pendidikan atau paling

tinggi sekedar lulus SD.”hampir rata-rata sudah berumah tangga

dan janda tua, kalau anak-anak juga ada mereka lebih memilih jadi

pemulung,” ujar Mukhlas. (Radarbanten.co.id, 2016)6

5Radar Banten, Di Banten Ada 2.674 Pengemis, diakses dari

https://www.radarbanten.co.id/di-banten-ada-2-674-pengemis/, pada tanggal 12 April 2018.

6Radar Banten, Kisah Miris Budaya Mengemis Dari Kampung Pengemis Bag. 1, diakses dari https://www.radarbanten.co.id/kisah-miris-

Page 17: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

5

Pengemis di Kampung Kebanyakan termasuk dalam

pengemis yang memiliki miskin mental, karena pada dasarnya para

pengemis di Kampung Kebanyakan masih bisa mencari pekerjaan

lain seperti berdagang, menjadi kuli cuci dan lainnya, mereka

mengemis dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai

dengan gaya hidupnya.

Data yang peneliti dapat dari salah satu warga Kampung

Kebanyakan sekaligus sebagai ketua Rt 1 Kebanyakan Wetan

(Mukhlas) menyatakan bahwa:

“Betul ada beberapa warga yang masih mengemis di

jalanan dikarenakan mereka tidak mampu memenuhi kehidupan

sehari-hari dan mereka tidak memiliki pekerjaan tetap yang bisa

mencukupi segala kebutuhan yang dimiliki”.7

Motif warga di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana

Kecamatan Serang menjadi pengemis adalah untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya baik berupa sandang, pangan dan papan.

Mereka lebih memilih mengemis dijadikan sebagai profesi karena

mengemis merupakan pekerjaan yang mudah bagi mereka.

Mengemis cukup berjalan keliling atau menunggu belas

kasihan orang lain tidak perlu cape kerja dan tidak memakai

banyak tenaga. Ini merupakan jenis mental kerja yang negativ,

karena pekerjaan yang dipilih tidak sesuai dengan norma dan

aturan yang ada baik dimasyarakat maupun pemerintah, bahkan

budaya-mengemis-dari-kampung-pengemis-bag-1/, pada tanggal 04 maret 2018.

7Hasil wawancara dengan Mukhlas – Ketua Rt 1 Kebanyakan Wetandi desa sukawana pada Selasa, 24 april 2018.

Page 18: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

6

didalam agama sekalipun mengemis bukanlah pekerjaan yang di

halalkan untuk dijadikan sebagai profesi.

Mayoritas warga di Kampung Kebanyakan beragama islam

termasuk para pengemis yang setiap harinya mencari nafkah

dengan mengharap belas kasihan dari orang lain. Seseorang yang

meyakini suatu agama seharusnya memiliki sikap religiusitas.

Religiusitas merupakan kualitas keadaan individu dalam

memahami, menghayati ajaran agama yang dianutnya, serta

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan

merefleksikan ketaatannya dalam beragama.8

Religiusitas menjadi penting dalam membentuk mentalitas

kerja seseorang, dalam hal ini pada mentalitas kerja pengemis.

Mentalitas merupakan daya otak atau kekuatan berpikir yang ada

pada sikap seseorang yang menuntun prilaku berbuat atau

bertindak dalam kehidupan.9

Penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan

karena mayoritas masyarakat di kampung Kebanyakan desa

Sukawana Kecamatan Serang Kota Serang Banten adalah muslim

yang seyogyanya melaksanakan adab-adab yang baik dalam

berprilaku sehari-hari terutama dalam bekerja keras untuk mencari

nafkah keluarga, tidak dengan cara meminta-minta (mengemis).

8Satriani, dalam skripsi, Hubungan Tingkat Religiusitas dengan

Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuludin UIN Suska Riau, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.29.

9Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), cet. Ke-4, h.38.

Page 19: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

7

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka

penulis melakukan penelitian tentang RELIGIUSITAS DAN

MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI KAMPUNG

KEBANYAKAN KOTA SERANG - BANTEN.

B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar

belakang, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai

berikut:

1. Lingkungan sekitar pengemis tinggal

2. Religiusitas pengemis

3. Mentalitas kerja pengemis

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan , maka

peneliti memfokuskan dan membatasi pembahasan dan

permasalahan hanya pada religiusitas dan mentalitas kerja

pengemis di Kampung Kebanyakan Serang – Banten.

Religiusitas yang dimaksud adalah kualitas keadaan

individu pengemis dalam memahami, menghayati ajaran agama

yang dianutnya, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari. Yang didapat dari pembimbing agama setiap

mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim.

Mentalitas kerja yang dimaksud adalah kekuatan berpikir

seseorang yang menuntun prilaku pengemis dalam berbuat atau

bertindak dikehidupan.

Pengemis yang dimaksud adalah seseorang yang

mendapatkan penghasilan dengan cara meminta-minta ditempat

umum dengan berbagai cara dan alasan.

Page 20: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

8

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk pengembangan religiusitas pada pengemis

di Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.

2. Bagaimana Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung

Kebanyakan Kota Serang – Banten.

3. Bagaimana religiusitas dan mentalitas kerja pengemis di

Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bentuk pengembangan religiusitas

pengemis di Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.

b. Untuk mengetahui bagaimana mentalitas kerja pengemis di

Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh religiusitas terhadap

mentalitas kerja pengemis di Kampung Kebanyakan Kota Serang

– Banten.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis/Pengembangan Pendidikan

1. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah

ilmu pengetahuan dalam menangani permasalahan sosial

banyaknya pengemis yang ada di Kampung Kebanyakan Desa

Sukawana Kecamatan Serang Kota Serang-Banten sehingga

masalah pengemis dapat berkurang dan dihilangkan. Dan

diharap dapat memberikan sumbangan keilmuan dan

Page 21: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

9

pengetahuan yang meliputi Bimbingan Penyuluhan Sosial dan

Bimbingan Penyuluhan Islam. Khsusnya yang berkaitan

dengan “Religiusitas dan Mentalitas Kerja Pengemis di

Kampung Kebanyakan Serang-Banten

2. Penelitian ini diharapkan dapat memicu kesadaran para

akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya

jurusan Bimbingan dan penyuluhan Islam akan pentingnya

mengkaji dan berperan aktif dalam menanggulangi

permasalahan sosial. Dalam hal ini permasalahan banyaknya

warga yang memilih profesi sebagai pengemis untuk

mencukupi kehidupannya sehari-hari.

b. Manfaat Praktis

Peneliti dapat memahami dan mendalami ilmu

pengetahuan di bidang ilmu dakwah dan komunikasi khusunya

dalam hal Bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai

religiusitas mentalitas kerja pengemis.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pendekatan

Kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang mencoba

memahami fenomena dalam setting dan konteks naturalnya,

dimana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena

yang diamati.10 Konsep fenomenologi bermula dari pandangan

Edmund Huserl yang meyakini bahwa sesungguhnya objek ilmu

itu tidak terbatas pada hal-hal yang empiris (terindra), tetapi juga

10Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT

Indeks), 2012, h.7.

Page 22: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

10

mencakup fenomena yang berada di luar itu, seperti, pemikiran,

kemauan dan keyakinan sebjek tentang “sesuatu” di luar

dirinya.11

Metode kualitatif digunakan bila:

a. masalah penelitian belum jelas, kompleks dan dinamis

b. untuk memahami makna dibalik data yang tampak

c. untuk memahami interaksi sosial

d. memahami perasaan seseorang.12

Menurut peneliti masalah yang diteliti bersifat kompleks

dan dinamis, oleh karenanya dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif guna mengetahui lebih dalam

secara fenomenologi permasalahan yang ada.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini peneliti menetapkan

subjek penelitian yaitu pengemis di Kampung Kebanyakan

Kota Serang-Banten.

b. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah “Religiusitas Mentalitas

Kerja Pengemis.”

11Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:

Erlangga, 2009), h. 58. 12Sofwatillah Amin, Dalam Skripsi: Dukungan Sosial dan Kemampuan

Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy, (jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2016, h.12.

Page 23: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

11

3. Lokasi dan Waktu

Peneliti memiliki beberapa alasan melakukan penelitian

pada warga Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan

Serang Kota Serang-Banten, yaitu:

a. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang religiusitas

dan mentalitas kerja pengemis.

b. Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang

terdapat warganya yang bekerja untuk mencari nafkah dengan

cara mengemis dijalanan, tempat-tempat ramai, dan tempat-

tempat lainnya.

c. Banyaknya warga masyarakat Kampung Kebanyakan yang

memiliki permasalahan sosial (kemiskinan) sehingga muncul

para pengemis.dan kurangnya upaya pemerintah dalam

memberikan pelatihan yang bersifat pemberdayaan masyarakat

supaya memiliki keterampilan dan bentuk penyuluhan dari

penyuluh agama dan penyuluh sosial setempat belum

maksimal.

Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian ini

dilaksanakan pada tanggal 09 Desember 2018 sampai dengan

08 Mei 2019.

4. Penelitian Sumber Data

Dalam hal ini, peneliti berupaya mengumpulkan data-

data terkait religiusitas mentalitas kerja pengemis. Dalam

penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai

berikut:

Page 24: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

12

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh peneliti melalui

observasi langsung, sebagai pengamat dan wawancara

langsung kepada informan yaitu, Ketua RT, tokoh agama dan

pengemis. di Kampung Kebanyakan.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti melalui

catatan pribadi, dokumen yang berkaian dengan penelitian ini

baik dari referensi buku, majalah, jurnal yang ada kaitannya

dengan pembahasan penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka

pengumpulan data diperoleh dengan langkah sebagai berikut:

1. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan cara membaca,

mempelajari serta menganalisis teori-teori dan data tertulis

melalui literature, buku-buku atau dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan pembahasan

2. Studi lapangan, yaitu mengumpulkan, menyeleksi dan meneliti

data yang diperoleh dilokasi penelitian dengan teknik-teknik

sebagai berikut:

a. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan pengamatan akan manusia pada

habitatnya, dalam hal ini adalah lingkungan tempat tinggal, atau

lokasi lain dimana para partisipan berada, hidup, berinteraksi

dan beraktivitas.13 Dalam observasi, peneliti melakukan

kunjungan dan meneliti secara langsung kepada pengemis di

Kampung Kebanyakan.

13Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks),

2012, h.56.

Page 25: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

13

b. Wawancara

Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua

orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan wawancara

peneliti dapat memperoleh banyak data yang berguna bagi

penelitinya.14 Wawancara yang peneliti lakukan yaitu dengan

Ketua Rt, pengemis, dan tokoh agama Kampung Kebanyakan

yang dianggap dapat memberikan informasi bagi peneliti terkait

permasalahan dalam penelitian ini.

c. Dokumentasi

Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk

tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokunen yang dimaksud

adalah segala catatan baik dalam kertas (hardcopy) maupun

elektronik (softcopy). Dokumen dapat berupa buku, artikel

media massa, catatan harian, undang-undang, notulen, blog,

halaman web dan foto.15

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada

saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara,

peneliti sudah mulai melakukan analisis terhadap jawaban

informan yang diwawancara. Jika selesai analisis belum

memuaskan maka peneliti melanjutkan wawancara lagi sampai

tahap tertentu, dan diperoleh data yang kredibel. Menurut Miles

14Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks),

2012, h.45. 15Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks),

2012, h.61

Page 26: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

14

dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu

Collection data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.16

Adapun teknik analisis data penelitian yang akan dilakukan

dalam penelitian ini akan menggunakan analisis data sebagai

berikut:

a. Data Collection ialah peneliti mengumpulkan data dari sumber

sebanyak mungkin mengenai Religiusitas dan Mentalitas Kerja

Pengemis di Kampung Kebanyakan.

b. Data Reduction (Reduksi Data) yaitu setelah data koleksi

terkumpul dan dipaparkan apa adanya, sedangkan data yang

tidak relevan maka dianggap tidak pantas atau kurang valid

akan dihilangkan atau tidak dimasukan ke dalam pembahasan,

data Reduction juga memiliki arti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya, sehingga data yang direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas.17

c. Data Display atau penyajian data, yaitu data yang didapat dari

penelitian tentang Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas

Kerja Pengemis dipaparkan secara ilmiah oleh peneliti dan tidak

ada yang ditutup-tutupi kekurangannya, dan digunakan

16Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks),

2012, h.218 17Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,

2010), h.95

Page 27: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

15

penyajian data berupa teks naratif, penyajian data ini akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

d. Conclusion Drawing/Verifying atau penarikan kesimpulan dan

verifikasi adalah melakukan dengan melihat kembali pada

reduksi data (pengurangan data) sehingga kesimpulan sebagai

jawaban rumusan masalah dengan melihat kembali gambarak

keseluruhan dari tema Religiusitas dan Mentalitas Kerja

Pengemis.

7. Keabsahan data penelitian

Keabsahan data sebuah penelitian merupakan kebutuhan

primer, menyediakan konsep agar mudah diterima dan data hasil

penelitian dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan temuan-

temuannya. Kemudian pada prinsipnya, tujuan dari mengetahui

keabsahan data adalah bagaimana mendorong orang lain

khususnya peneliti untuk mempercayai dan mempertimbangkan

temuan-temuan penelitian yang sudah dilakukan.18 Uji keabsahan

data dalam penelitian kualitatif meliputi uji validitas dan uji

reliabilitas yaitu:

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan sebuah langkah pemeriksaan

terhadap keakuratan hasil penelitian dengan menerapkan prinsip

dan aturan tertentu. Berikut aturan yang dipakai:19

18Abdul Azis, dalam skripsi Proses Konversi Spiritual (Studi

Fenonenologi pada Remaja Tunanetra), Program Studi Psikologi, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, h. 46.

19Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 270-274.

Page 28: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

16

1. Perpanjang Pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber

data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan

perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan

nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak

ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga

tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan kerekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam

secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan,

maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data

yang telah ditemui itu salah atau tidak. Demikian juga dengan

meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan

deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

3. Triangulasi

Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu.

a) Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dengan cara

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan

umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, kemudian

Page 29: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

17

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.20

b) Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,

lalu dicek dengan observasi, dokumentasi.

c) Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada

nara sumber saat masih segar belum banyak masalah, akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

b. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui hasil penelitian yang konsisten. Maka

peneliti mendokumentasikan prosedur dan langkah penelitiannya

sebanyak mungkin. Langkah-langkah peneliti dalam menguji

reliabilitas penelitian ini yakni:21

1. Mebuat kategorisasi data yang sudah direduksi dari hasil

wawancara dan observasi dalam bentuk tabel. Tujuannya dapat

mempermudah peneliti memilih data mana yang sesuai fokus

penelitian dan mebuang data yang dianggap tidak penting.

2. Membuat kesimpulan sementara dari hasil data verbatim

wawancara yang sudah diresuksi.

3. Membuat data berbentuk teks yang bersifat naratif

4. Data yang sudah terpenuhi keseluruhannya kemudian disimpulkan

20M. Djunadi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian

Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2016), h. 332. 21Abdul Azis, dalam skripsi Proses Konversi Spiritual (Studi

Fenonenologi pada Remaja Tunanetra), Program Studi Psikologi, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, h. 49.

Page 30: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

18

sesuai dengan rumusan masalah.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini diuraikan sebagai

berikut:

BAB 1 : Dimulai dengan latar belakang yang merupakan argumen

yang menunjukan adanya suatu kebutuhan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas

Kerja Pengemis dalam mengurangi permasalahan sosial yaitu

pengemis yang ada di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana

Kecamatan Serang Kota Serang Banten. Dalam bab ini juga

diuraikan tentang permasalahan yang akan diteliti, pembatasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian, kerangka teori serta studi pustaka yang merupakan

temuan karya ilmiah yang menginspirasi pembuatan skripsi ini.

BAB II : Dimulai dengan kajian pustaka atau teori yang akan

membahas secara lebih rinci tentang pengertian pengemis dan

motif menjadi pengemis, mentalitas: pengertian mental, pengertian

mentalitas, sistem nilai budaya dan sikap mental, serta mentalitas

kerja pengemis, religiusitas: pengertian religiusitas, karakteristik

individu yang memiliki religiusitas, dimensi-dimensi religiusitas,

dan faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas.

BAB III : Pada bab ini akan membahas tentang metodologi

penelitian, Pendekatan Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian,

Lokasi dan Waktu, Penelitian Sumber Data, Teknik

Pengumpulann Data, dan Teknik Analisis Data.

Page 31: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

19

BAB IV : Gambaran umum lokasi penelitian yang mencakup letak

geografis Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan

Serang Kota Serang-Banten, agama/religiusitas masyarakat,

pendidikan, pekerjaan, penduduk dan strtur pemerintah.

BAB V : Pada bab ini diuraikan hasil penelitian. Yang akan

membahas pengaruh religiusitas terhadap mentalitas kerja

pengemis di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan

Serang Kota Serang-Banten.

BAB VI : Bab ini akan berisi kesimpulan dari penelitian serta

saran-saran untuk penelitian lebih lanjut.

Page 32: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Religiusitas

a. Pengertian Religiusitas

Menurut Nasution (dalam Arifin, 2008), kata religi

beasal dari Bahasa latin yaitu religare yang berarti mengikat.

Agama (religi) mengandung arti ikatan yang harus dipegang

dan dipatuhi manusia. Menurut Gock dan Stark (dalam Ancok

dan Suroso, 2005) agama (religiusitas) adalah sistem simbol,

sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem prilaku yang

terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-

persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi

(Ultimate Meaning). Menurut Syafaat, Sahrani dan Muslih

(2008) agama (religi) merupakan norma-norma abadi yang

mengerti kehidupan manusia. Menurut Siswanto (2007)

agama adalah yang menentukan norma-norma hidup dan

norma-norma etika. Menurut Rahmat (dalam Ali, 2007)

religiusitas adalah sikap keagamaan yaitu suatu keadaan yang

ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap

agama.1

Menurut Mangunwidjadja, agama dan religiusitas

merupakan kesatuan yang saling mendukung dan saling

1Satriani, dalam skripsi Hubungan Tingkat Religiusitas dengan

Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau, Fakultas

Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.26.

20

Page 33: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

21

melengkapi karena keduanya merupakan konsekuensi logis

manusia yang diibaratkan selalu mempunyai dua kutub, yaitu

kehidupan pribadi dan kebersaman ditengah masyarakat.

Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong

individu untuk melakukakn suatu aktivitas, karena perbuatan

yang dilakukan dinilai mempunyai unsur kesucian serta

ketaatan. Kriterian ini akan mempengaruhi seseorang untuk

berbuat sesuatu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa religiusitas dapat diartikan sebagai kualitas keadaan

individu dalam memahami, menghayati ajaran agama yang

dianutnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-

hari, yang merefleksikan ketaatannya dalam beragama.2

Dalam masyarakat Indonesia sekarang ini tampak

terlampau banyak usaha baru yang dengan tujuan

memamerkan taraf hidup yang mewah dalam waktu singkat.

Dengan cara-cara yang tidak lazim, atau dengan cara

“menyikat keuntungan sebesar-besarnya mumpung ada

kesempatan”, tanpa mau merasakan pahit getirnya permulaan

usaha.3 Bahkan ada pula yang memilih pekerjaan yang tidak

lazim seperti mengemis atau meminta-minta dengan harapan

dapat mendapatkan hasil atau keuntungan yang banyak tanpa

harus bermodalkan uang dan kerja keras.

2Satriani, dalam skripsi Hubungan Tingkat Religiusitas dengan

Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau, Fakultas

Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.29. 3Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, h.46.

Page 34: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

22

b. Karakteristik Inividu yang Memiliki Religiusitas

Individu yang memiliki religuitas tinggi akan tercermin

pada prilakunya.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hawari

(dalam Sutoyo 2009: 148-160) menyebutkan ciri orang yang

memiliki religiusitas yang tinggi sebagai berikut:

1) Merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan apa

yang diperintahkan oleh Allah atau melaukan suatu yang

dilarang-Nya.

2) Selalu merasa bahwa tingkah laku dan ucapannya selalu

ada yang mengontrol.

3) Melakukan pengalaman agama seperti yang dicontohkan

oleh para Nabi.

4) Memiliki jiwa yang sehat sehingga bisa membedakan mana

yang baik dan buruk bagi dirinya.

5) Selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam

kehidupannya.

6) Memiliki kesadaran bahwa adanya batas-batas maksimal

apa yang tidak bisa dicapai olehnya, karena ia menyadari

bahwa hal tersebut sepenuhnya merupakan kehendak

Allah, dan tidak mengalami stress ketika mengalami

kegagalan serta tidak menyombongkan diri ketika sukses,

karena ia menyadari kegagalan dan kesuksesan pada

dasarnya merupakan ketentuan Allah. 4

4Atika Okaviani Palupi, dalam skripsi Pengaruh Religiusitas

Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi

Kabupaten Tegal, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang, 2013, hal.54.

Page 35: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

23

c. Dimensi-dimensi religiusitas

Keberagaman atau religiusitas diwujudkan dalam

berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan

hanya terjadi ketika seseorang melakukan prilaku ritual

(beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang

didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang

berkaitan dengan aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam

hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan

meliputi berbagai macam sisi dan dimensi. Dengan demikian,

agama adalah system yang berdimensi banyak. Menurut

Glock & Stark (Robertson, 1988), ada lima macam dimensi

keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi

peribadatan atau praktik agama (ritualistik), dimensi

penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan

(konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual).5

Pertama, dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi

pengharapan-pengharapan di mana orang religious berpegang

teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui

kebenaran doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan

seperangkat kepercayaan di mana penganut diharapkan akan

taat.

Kedua, dimensi praktik agama. Dimensi ini mencakup

prilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan untuk

menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya.

5Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), hal. 76.

Page 36: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

24

Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting,

yaitu:

a. Ritual, mengacu pada seperangkat ritus, tindakan agama

formal dan praktek-praktek suci yang semua

mengharapkan para pemeluk melaksanakan.

b. Ketaatan, ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air,

meski ada perbedaan penting.

Ketiga, dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan

dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung

pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika

dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada

suatu waktu akan mencapai pada pengetahuan subjektif dan

langsung megenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir

bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan

superanatural).

Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini

mengacu pada harapan bahwa orang-orang yang beragama

paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan

mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan

tradisi-tradisi. Dimensi keyakinan dan pengetahuan jelas

berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu

keyakinan adalah syarat bagi penerimanya.

Kelima, dimensi pengalaman atau konsekuensi.

Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat

dimensi yang sudah dibicarakan di atas. Dimensi ini mengacu

pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik,

pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.

Page 37: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

25

Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan disini

walaupun agama banyak menggariskan kehidupan sehari-hari,

tidak sepenuhnya jelas sebatas konsekuensi-konsekuensi

agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau

semata-mata berasal dari agama.6

Menurut R. Stark dan C.Y. Glock dalam bukunya yang

berjudul “American Piety: The Nature Of Religious” yang

dikutip oleh Ancok dan Suroso dimensi religiusitas dibagi

menjadi lima yaitu:

1) Religious Belief (The Ideological Dimension), yaitu

tingkat sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang

dogmatic dalam agamanya. Misalnya kepercayaan akan

adanya Tuhan, surga, neraka dan sebagainya.

2) Religious Practise (The ritualistic dimension), yaitu

tingkat sejauh mana seseorang melakukan kewajiban-

kewajiban ritual dalam agamanya. Misalnya shalat,

puasa, zakat, haji, dan ibadah muamalah lainnya.

3) Religious Feeling (The experiental dimension), yaitu

perasaan perasaan atau pengalaman keagamaan yang

pernah dialami dan dirasakan oleh seseorang. Misalnya

merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa,

atau merasa diselamatkan oleh Tuhan.

4) Religious Knowledge (The Intelektual dimension), yaitu

seberapa jauh mengetahui tentang ajaran agamanya

terutama yang ada dalam kitab suci maupun lainnya.

6Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h.78.

Page 38: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

26

5) Religious Effect (The consecquental dimension), yaitu

dimensi yang menunjukkan sejauh mana perilaku

seseorang dimotivasi oleh ajaran agama di dalam

kehidupan sosial. Yaitu meliputi perilaku suka menolong,

memaafkan, tidak mencuri, tidak berzina, menjaga

amanah, dan lain sebagainya.7

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas

Dalam perkemangan jiwa seseorang dalam

kehidupan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern

yang berupa pengaruh dari dalam dan faktor ekstern yang

berupa pengaruh dari luar.

1) Faktor intern

a) Faktor hereditas

Maksudnya bahwa keagamaan secara langsung

bukan sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun

temurun melainkan terbentuk dari unsur lainnya.

b) Tingkat usia

Dalam bukunya The Development of Religious on

Childern Ernest Harm, yang dikutip Jalaluddin

mengungkapkan bahwa perkembangan agama dalam masa

anak-anak di tentukan oleh tingkat usia mereka,

perkembangan tersebut dipengaruhi oleh aspek kejiwaan

termasuk agama dan perkembangan berpikir.

c) Kepribadian

7D. Ancok dan K. Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 80-81.

Page 39: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

27

Kepribadian menurut pandangan para psikologis

terdiri dari dua unsur yaitu hereditas dan lingkungan. dari

kedua unsur tersebut para psikolog cenderung berpendapat

bahwa tipologi memiliki keperibadian yang unik dan

berbeda. Sebaliknya, karakter menunjukan bahwa

kepribadian manusia terbentuk berdasarkan pengalaman

dan lingkungan.

d) Kondisi kejiwaan

Kondisi kejiwaan ini terkai dengan faktor intern.

Menurut Sigmun Freud menunjukan gangguan kejiawaan

ditimbulkan oleh konflik yang ditekan di alam ketidak

sadaran manusia, konflik akan menjadi sumber gejala

kejiwaan yang abnormal.

2) Faktor ekstern

a) Faktor keluarga

Keluarga merupakan satuan sosial yang paling

sederhana dalam kehidupan manusia, khususnya orang tua

yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa

keagamaan anak, karena jika kedua orang tuanya

berkelakuan baik maka cenderung anak juga akan

berkelakuan baik, begitupun sebaliknya jika orang tua

berkelakuan buruk maka anak juga akan berkelakuan

buruk.

b) Lingkungan institusional

Lingkungan ini ikut mempengaruhi perkembangan

jiwa keagamaan, baik dalam institut formal maupun non

formal seperti perkumpulan dan organisasi.

Page 40: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

28

c) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat bukan merupakan

lingkungan yang mengandung unsur bertanggung jawab,

melainka hanya unsur pengaruh belaka, tetapi terkadang

norma dan tata nilai yang lebih mengikat bahkan

pengaruhnya lebih besar baik dalam perkemangan jiwa

keagamaan dalam bentuk positif maupun negativ.8

2. Mentalitas

Mental dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai “suatu hal yang berhubungan dengan batin dan watak

manusia yang bukan bersifat badan dan tenaga”.9 H.M. Arifin

menyatakan bahwa “arti mental” adalah sesuatu kekuatan yang

abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat dilihat oleh pancaindra

tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak adalah

hanya gejalanya saja.10 Zakiah Darajat, mengemukakan bahwa

mental sering digunakan sebagai ganti dari kata Personalty

(kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-

unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan dalam

keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak tingkah

laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan

mengecewakan, mengembirakan dan sebagainya.11

8Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007), hlm: 279-287 9Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-1,

Edisi Tiga, h. 733. 10H.M. Arifin, “Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah

Manusia”, (Jakarta: Bulan Bintan, 1997), Cet. Ke-2,h. 17. 11Zakiah Darajat, ”Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental”,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1990), Cet. Ke-4, h.38-39.

Page 41: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

29

Jadi kata mental adalah suatu yang tidak dapat dilihat,

diraba secara lahiriah dan tidak mudah untuk di ukur karena ia

sesuatu yang abstrak. Namun pada prinsipnya mental itu suatu

yang utuh dan terbentuk dalam suatu wujud kegiatan yang

merupakan gambaran yang jelas antara suasana yang mereka

lakukan, sehingga hal ini dapat terlihat dalam wujud tingkah

laku seseorang dalam bentuk wajar atau tidak. Mental berkaitan

dengan batin yang mewujud dalam cara berpikir, cara merasa,

dan cara bersikap atau meyakini yang melahirkan tindakan.

Menurut Poerwadar-minta (2005: 762) bahwa mentalitas berarti

keadaan batin, cara berpikir dan berperasaan.

Mentalitas atau orang inggris menamakan mentality,

berarti daya otak atau kekuatan pikir, suatu sikap rohaniah

(mental) yang ada pada sikap seseorang yang menuntun prilaku

berbuat atau bertindak dalam kehidupan. Ada lima macam

konsep sikap mental yang bisa kita pelajari, seperti

dikemukakan oleh Kluckhon dan Strodbeck (1961) (dalam

Mattulada, 1987) yang secara universal terdapat pada semua

bangsa dan semua zaman yang menjadi sumber nilai budaya

dan terhadapnya orang itu menyatakan sikapnya:

a. Tanggapan terhadap hakikat hidup. Semua kebudayaan di dunia

ini niscaya memiliki konsep tentang apa yang disebut hakikat

hidup. Apa arti hidup ini, apa tujuan dan bagaimana

menjalaninya. Biasanya agama-agama memberikan tuntunan

hidup seseorang sehingga terbentuk persepsinya terhadap hidup

itu.

Page 42: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

30

b. Tanggapan terhadap karya. Konsep tentang arti karya begitu

banyak variasinya, yang ditampilkan oleh berbagai

kebudayaan. Ada yang memandang karya atau bekerja itu

sebagai sesuatu yang memberikan arti bagi kehidupan;

c. Tanggapan terhadap alam. Bagaimana manusia harus

menghadapi alam juga terdapat persepsi yang berbeda-beda

menurut tiap-tiap kebudayaan. Ada yang memandan bahwa

ala mini sebagai sesuatu yang potensial dapat memberikan

suatu kebhidupan yang bahagia bagi manusia dengan

mengelolanya; ada yang memandang alam ini sebagai

sesuatu yang sacral dan orang harus menerima sebaggaimana

adanya; dan berbagai tanggapannya.

d. Tanggapan terhadap waktu. Berbagai tanggapan oran

tentang waktu terbentuk dalam kebudayaan yang

membinanya. Ada tanggapan bahwa sebaik-baiknya adalah

masa lalu yang memberikan pedoman kebijaksanaan dalam

hidupnya; ada yang memandang masa kini itulah waktu yang

terpenting dan ada yang beranggapan berorientasi ke masa

depan itulah yang terbaik untuk kehidupan ini.

e. Tanggapan terhadap sesama manusia. Ada peradaban yang

menanamkan pada warga masyaraka pandangan-pandangan

terhadap sesama manusia bahwa orang-orang atasan itulah

yang sepatutnya menjadi pola ikutan yang sebaik-baiknya;

ada yang menanamkan pandangan bahwa mengikuti kepada

sesama adalah yang terbaik; dan ada yang berorietasi pada

pengikut pengalaman leluhur itulah yang baik; dan berbagai

jenis tanggapan lainnya.

Page 43: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

31

3. Kerja

a. Pengertian Kerja

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh

manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam,

berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari

oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang

hendak dicapai. Dan orang berharap bahwa aktivitas kerja

yang dilakukan dapat membawanya kepada suatu keadaan

yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dalam

dirinya mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang kemudiam

membentuk tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya.

Untuk memenuhi kebutuhannya orang akan terdorong

melakukan aktivitas yang disebut kerja.12

Menurut Hegel (1770-1831), inti pekerjaan adalah

kesadaran manusia. Pekerjaan memungkinkan orang dapat

menyatakan diri secara obyektif ke dunia ini, sehingga ia

dan orang lain dapat memandang dan memahami

keberadaan dirinya. Bagi sebagian orang yang sudah

berada pada taraf tidak lagi mencari nafkah (karena

persediaan uangnya sudah cukup banyak), kerja hanyalah

kesenangan (hobby) atau merupakan pilihan untuk

memenuhi egonya saja.

Menurut Dr. May Smith dalam bukunya

“Introduction to Industrial Psichology”, tujuan dari kerja

12Pandji Anoraga, Psikologi Kerja (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.6

2014), hal. 11.

Page 44: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

32

adalah untuk hidup. Dengan demikian, maka mereka

menukarkan kegiatan fisik atau kegiatan otak dengan

sarana kebutuhan untuk hidup. Dengan demikian bahwa

hanya orang-orang yang bermotivasikan kebutuhan

ekonomi saja yang bisa dikategorikan sebagai kerja.13

b. Hakekat Kerja

Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan

bermacam-macam aktivitas. Salah satu aktivitas itu

diwujudkan dalam gerakan yang dinamakan kerja.

Bekerja mengendung arti melaksanakan tugas yang

kemudikan diberikan upah/bayaran untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Faktor pendorong yang menyebabkan

manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus

dipenuhi. Aktivitas bekerja mengandung unsur suatu

kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya

bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada

hakekatnya orang bekerja tidak hanya untuk

mempertahankan kelangsungan hidup, namun juga

bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Menurut Mc. Gregor (dikutip dari Smith &

Wakeley, 1972), seseorang bekerja karena bekerja

merupakan kondisi bawaan, sama halnya seperti bermain

dan beristirahat, untuk aktif mengerjakan sesuatu.

Kemudian Smith & Wakeley menambahkan dengan

teorinya yang menyatakan bahwa seseorang didorong

13Pandji Anoraga, Psikologi Kerja (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.6

2014), hal. 12.

Page 45: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

33

melakukan aktivitas karena berharap agar bisa membawa

pada keadaan yang lebih memuaskan dari pada sekarang.

Pendapat dari Gilmer (1971), bahwa bekerja itu

merupakan proses fisik maupun mental manusia dalam

mencapai tujuannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa

bekerja adalah aktivitas manusia baik fisik maupun mental

yang dasarnya adalah bawaan dan mempunyai tujuan

untuk mencapai kepuasan.14

c. Motivasi Kerja

Motivasi sering diartikan sebagai istilah dorongan.

Dorongan atau tenaga yang merupakan gerak jiwa dan

jasmani untuk berbuat. Motivasi merupakan suatu proses

psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap,

kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri

seseorang. Pengertian yang dikemukakan oleh Wexley &

Yukl adalah pemberian atau penimbulan motif. Jadi

motivasi kerja adalah sesuat yang menimbulkan semangat

atau dorongan kerja.

Motivasi sebagai sesuatu yang dirasakan sangat

penting, hal ini disebabkan karena beberapa hal:

a) Motivasi sebagai suatu yang penting (Important

Subject)

b) Motivasi sebagai sesuatu yang sangat sulit (Puzzling

Subject)

14Moh. As’ad, “Psikologi Industri”, (Yogyakarta: Lambaga

Management YKPN, 1980), h. 45-46.

Page 46: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

34

Motivasi bekerja seseorang dapat lebih bercorak

proaktif atau reaktif. Pada motivasi proaktif orang akan

berusaha untuk mneingkatkan kemapuannya sesuai dengan

yang dituntuk oleh pekerjaan atau berusaha untuk

mencarinya, menemukna, dan menciptakan peluang dimana

ia dapat menggunakan kemampuannya untuk performance

yang tinggi. Sebaliknya motivasi seseorang yang lebih

reaktif, cenderung menunggu upaya atau tawaran dari

lingkungannya. Ia mau bekerja jika mau dipaksa (dari luar

dirinya) untuk bekerja. Bila motivasi kerja rendah, maka

untuk kerja akan rendah pula meskipun memiliki

kemampuan yang cukup baik. Sebaliknya jika motivasi

kerjanya besar, namun peluang untuk menggunakan

kemampuasn tidak ada atau tidak diberikan, untuk kerjanya

pun akan rendah.15

4. Pengemis

a. Pengertian

Pengemis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

berasal dari kata emis dan mengemis (meminta sedekah dan

meminta penuh rendah serta harapan). Emis pengemis (orang

yang meminta-minta). Raharjo (1986:143), menyebutkan

bahwa pengemis merupakan jenis gelandangan untuk

mencari nafkah. Dalam mengemis tidak selalu mendapatkan

penghasilan kecil, jika dilakukan secara professional maka

dengan mengemis bisa mendapatkan penghasilan yang

15Minto Waluyo, dalam artikel ilmiah “Manajemen Psikologi

Industri”, (Jakarta: PT Indeks, 2015), h. 62-63.

Page 47: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

memuaskan, bahkan lebih dari cukup rata-rata orang yang

bekerja di pabrik atau di kantoran, dan mengemis tidak

memandang laki-laki, perempuan, anak-anak, orang tua

maupun muda yang sebagian besar waktunya untuk

meminta-minta. Menurut Humaidi (2003), jenis praktek

mengemis biasanya dilakukan secara individual, baik dalam

hal keberangkatan maupun penentuan daerah mengemis.16

Menurut PP No 31 tahun 2010 pengemis adalah

orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan

meminta-minta dimuka umum dengan berbagai cara dan

alasan untuk mendapatkan belas kasihan orang lain. Sejalan

dengan peraturan tersebut, dijelaskan pula dalam peraturan

Mentri Sosial Republik Indonesia No 08 Tahun 2012 dengan

pedoman pendataan dan pengelolaan data penyandang

masalah kesejahteraan sosial (PMKS), potensi dan sumber

kesejahteraan sosial (PSKS) yang menyebutkan bahwa

“pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan

penghasilan meminta-minta ditempat umum dengan

berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan

orang lain dengan kriteria:

a) Mata pencahariannya bergantung pada belas kasihan

orang lain

b) Berpakaian kumuh dan compang camping

16Lita Yuniarti, “Prilaku Pengemis di Alun-alun Kota Probolinggo”,

Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember, file:///D:/JURNAL/JURNAL%20DAN%20SKRIPSI/jurnal%20prilaku%20pengemis.pdf, h.2.

Page 48: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

36

c) Berada ditempat-tempat ramai/strategis

d) Memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan

orang lain.17

Pengemis merupakan bagian dari penyandang

permasalahan sosial. Pada kluster pemerintahan sosial

belum termasuk kedalam penyandang masalah

kesejahteraan sosial (PMKS). Menurut Oscar Lewis,

prilaku mengemis berawal dari kemiskinan yang diawali

dengan keterbatasan ekonomi dan terbentuknya budaya

kemiskinan serta cara berpikir yang mengarah pada prilaku

miskin dengan cara berharap pemberian dari orang lain.

Prilaku miskin yang kini disandang pengemis

disebabkan karena kebiasaan yang telah dijalaninya selama

bertahun-tahun dan rasa apatis dari keluarganya. Sehingga

dalam tinjauan psikologi membuatnya tidak berdaya

kecuali dengan mengemis. Pada dasarnya inti dari aktivitas

mengemis yang dilakukan adalah untuk mengejar istilah

kesejahteraan dalam hidupnya dengan membanting setir

terjun sebagai pengemis yang dianggap sebagai solusi

terbaik. Penghasilan yang didapatkan dari mengemis pun

sesuai dengan yang diharapkan.18

17Ama Farida Sari, dalam skripis Sikap Mental Pengemis di Kompleks

Pecinan Desa hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”, Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. h.25.

18Halim Purnomo, “Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota Cirebon”, (Jakarta: Cakrawala Budaya, 2017), h. 193.

Page 49: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

37

b. Rekayasa Pengemis (mengemis dengan cara menipu)

Dalam keadaan terpaksa karena himpitan ekonomi,

banyak masyarakat yang menyulap dirinya sebagai

pengemis. Mereka beranggapan bahwa dengan cara

mengemis dapat menghasilkan uang banyak tanpa harus

keluar banyak modal dan tidak perlu pendidikan tinggi.

Bahkan untuk mengetahui cara-caranya pun tidak perlu

belajar. Itulah alasan mereka berpindah profesi.19 Banyak

pengemis yang merubah penampilannya untuk membuat

orang merasa kasihan dan iba sehingga memberikan uang

atau barang kepadanya. Biasanya para pengemis mengakali

dengan cara memakai pakaian yang compang camping,

membawa anak kecil, pura-pura cacat bahkan sampai

membuat rekayasa bagian tubuh supaya terlihat cacat.

c. Faktor Munculnya Pengemis

Artijo Alkostar (1984: 120-121) mengatakan

bahwa munculnya pengemis disebabkan dua faktor, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi

sifat-sifat malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kuat,

adanya cacat fisik maupun cacat psikis. Sedangkan faktor

eksternal meliputi faktor sosial, kultural, ekonomi,

pendidikan, lingkungan, agama dan letak geografis.20

19Halim Purnomo, “Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota

Cirebon”, h. 217. 20Maghfur Ahmad, dalam jurnal “Strategi Kelangsungan Hidup

Gelandangan dan Pengemis (gepeng),” Volume 7, Nomor 2, November 2010, h. 3.

Page 50: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

38

Effendi (1993: 114), menurut buku Standar Pelayanan

Minimal Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan

Pengemis, ada beberapa hal yang mempengaruhi sesorang

menjadi pengemis, yaitu:21

a) Tingginya tingkat kemiskinan, menyebabkan seseorang

tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga

tidak dapat mengembangkan kehidupan baik pribadi

maupun keluarga secara layak.

b) Rendahnya tingkat pendidikan, merupakan faktor yang

menyebabkan sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan

sehingga memilih mengemis untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

c) Kurangnya keterampilan kerja atau bahkan tidak

memiliki keahlian dalam bekerja menyebabkan seseorang

tidak mampu bersaing dalam memenuhi tuntutan pasar

kerja.

d) Faktor sosial budaya: ada beberapa faktor sosial budaya

yang mempengaruhi seseorang menjadi pengemis, yaitu:

1) Rendahnya harga diri, sehingga ketika meminta-minta

(mengemis) tidak merasa malu.

2) Sikap pasrah pada nasib. Mereka berpikir bahwa menjadi

pengemis adalah nasib yang harus dijalani sehingga tidak

21Lita Yuniarti, “Prilaku Pengemis di Alun-alun Kota Probolinggo”,

Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember, file:///D:/JURNAL/JURNAL%20DAN%20SKRIPSI/jurnal%20prilaku%20pengemis.pdf, h. 3.

Page 51: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

39

ada keinginan untuk merubah nasib dan tidak lagi menjadi

seorang pengemis.

3) Kebebasan dan kesenangan hidup menggelandang. Ada

kenikmatan sendiri ketika mereka hidup mengemis dan

menggelandang, karena mereka merasa tidak terikat oleh

aturan aturan atau norma yang terkadang membebani

mereka, sehingga mengemis menjadi salah satu mata

pencaharian. (Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Depsos RI, 2005: 7-8).

5. Mentalitas Kerja Pengemis

Mentalitas atau orang inggris menamakan mentality,

berarti daya otak atau kekuatan berpikir yang ada pada sikap

seseorang yang menuntun prilaku berbuat atau bertindak

dalam kehidupan. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan

oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam,

berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari

oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang

hendak dicapai.

Berdasarkan teori-teori yang disampaikan diatas,

antara mentalitas kerja memiliki pengertian daya otak atau

kekuatan berpikir yang ada pada sikap seseorang yang

menuntun prilaku berbuat atau bertindak dalam kehidupan

untuk memenuhi kebutuhannya atau mencapai suatu

keinginannya. Mentalitas kerja yang rendah akan mendorong

seseorang untuk melakukan tindakan praktis sedangkan

budaya konsumersime mereka tinggi sehingga mereka

memilih mengemis untuk memunuhi kebutuhan hidupnya.

Page 52: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

40

Tujuan dari bekerja sebagai pengemis terdiri dari dua

macam:

a) Membantu penghasilan suami atau istri (biaya rumah tangga

dan sekolah anak)

b) Memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Bagi mereka yang memiliki tujuan untuk membantu

suami atau istrinya, bermula dari jenis pekerjaan mereka yang

sama seperti menjadi tukang sampah dan buruh tani yang

selama ini tidak mampumemenuhi segala kebutuhan

keluarganya karena pendapatan yang sangat minim. Akhirnya,

atas kesepakatan mereka masing-masing pasangan, maka

salah satu dari keduanya bergabung menjadi pengemis.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan pada

“Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota Cirebon”.

Memaknai peran diri sebagai pengemis di Kota Cirebon, dapat

dilihat dari cara mereka melihat dirinya sebagai pengemis,

sperti diketahui bahwa menjadi pengemis bagi mereka

merupakan suatu pilihan yang harus diambil untuk

menyelasikan masalah kehidupan yang dialaminya.

Berkeliaran mencari nafkah dengan mengemis bukan

semata-mata hanya karena ajakan orang lain, tetapi

merupakan pilihan yang harus mereka lakukan untuk

memecahkan persoalan hidup yang mereka hadapi. Misalnya

ketidak mampuannya memenuhi kebutuhan hidupnya,

memperoleh pendidikan yang layak untuk anak-anaknya, dan

meningkatnya harga kebutuhan pokok, menyebabkan mereka

Page 53: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

41

pergi ke jalanan untuk mengemis untuk mencari tambahan

penghasilan.22

B. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dimaksudkan untuk memberikan

informasi tentang penelitian atau karya-karya lain yang

berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti agar tidak

terjadi penggandaan. Tinjauan pustaka juga berfungsi untuk

memberikan gambaran tenteng seberapa penting penelitian ini

harus dilakukan.

Adapun penelitian yang berbentuk skripsi dan jurnal yang

pernah penyusun baca meliputi:

1. Skripsi Ama Farida Sari dengan judul : “Sikap Mental

Pengemis di Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan

Jekulo Kabupaten Kudus”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi adanya pengemis meliputi

faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal datang dalam

diri si miskin itu sendiri, Alasan dasar yang menjadi penyebab

kemisikan yaitu faktor ekonomi. Faktor ekonomi mempengaruhi

hampir seluruh bagian kehidupan masyarakat. Mereka yang

kekurangan ekonomi akan mencari berbagai cara untuk

memperbaiki hidupnya dan salah satu cara yang digunakan yaitu

mengemis. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah a.

bagaimana sikap mental pengemis yang berada di Komplek

Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, b.

apasaja faktor yang melatar belakangi pengemis melakukan

22Halim Purnomo,”Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota

Cirebon”, h.205.

Page 54: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

42

kegiatan mengemis. Dalam skripsi ini menggunakan teori sikap

mental dari Graham dalam Poerwopoespito (200:2) dan teori

konstruksi sosial dari Suryanto dalam Ayni (200). Sikap mental

yang dimiliki oleh pengemis di kompleks pecinan menunjukan

bahwa mereka malas untuk mencari pekerjaan yang lain karena

pekerjaan menjadi pengemis sudah mereka jalani sejak dulu

bahkan diajarkan kepada anak cucu mereka secara turun temurun.

Faktor yang melatar belakangi sikap mental pengemis Kompleks

Pecinan melakukan kegiatan mengemis adalah karena adanya

suatu kehendak sendiri oleh pengemis, kondisi ekonomi yang

mereka miliki, lingkungan sosial dan lingkungan keluarga di

Kompleks tempat mereka tinggal. 23

2. Skripsi Ruri Anggraeni dengan judul “Peran Dinas Sosial

Dalam Merehabilitasi Mental Gelandangan dan Pengemis

(Studi Kasus di Dinas Sosial Provinsi Banten)”. Dalam skripsi

ini dijelaskan bahwa faktor penyebab pengemis yaitu: a)

pekerjaan yang tidak tepat dan tidak normative. b) tempat tinggal

yang tidak manusiawi, tidak sehat, tidak eduktif, merusak tatanan

lingkungan. c) kondisi fisik dan mental gelandangan yang tidak

khas. Faktor ini berkaitan dengan masalah sosial: 1) nilai

keagamaan yang rendah, yaitu nilai yang berkaitan dengan tidak

memiliki rasa malu untuk meminta-minta. 2) nilai atau sikap

pasrah pada nasib yaitu pengemis mengaggap bahwa kemiskinan

dan kondisi mereka sebagai pengemis adalah takdir dari tuhan,

23Ama Farida Sari, dalam skripsi “Sikap Mental Pengemis Kompleks

Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”, 2016, Jurusan

Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang.

Page 55: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

43

sehingga mereka tidak ada upaya untuk melakukan perubahan. 3)

nilai kebebasan dan kesenangan hidup mengemis yaitu ada

kebahagiaan tersendiri bagi sebagian pengemis yang hidup

mengemis karena mereka merasa tidak terikat oleh aturan atau

norma yang kadang-kadang membebani mereka. Rumusan

masalah dalam skripsi ini: a. bagaimana peran dinas sosial dalam

merehabilitasi mental gelandangan dan pengemis, b. bagaimana

kondisi gelandangan dan pengemis setelah direhabilitasi. Teori

yang digunakan yaitu teori rehabilitas dan teori mental. Setelah

dilakukan rehabilitasi oleh Dinas Sosial Provinsi Banten ini, para

gelandangan dan pengemis mengalami perubahan. Dari lima

responden yang di rehabilitasi, mereka telah memiliki keahlian

yang berbeda-beda yaitu dibidang bisnis, keteampilan menjahit,

keterampilan kerajinan tangan dan bercocok tanam. Selain

keterampilan yang berbeda-beda kelima responden, mereka juga

memiliki rasa percaya diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari

dan lebih termotivasi untuk menjalani hidup yang lebih baik

lagi.24

3. Zaenal Abidin, Sangidun, Alief Budiono (dosen jurusan

dakwah STAIN Puwokerto) (VOl.7, NO2, Tahun 2013)

dengan judul Penanganan Problematika Pengemis,

Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT) Melalui

Bimbingan dan Konseling Islami di Balai Rehabilitasi Sosial

“Martini” Cilacap. Hasil dalam jurnal ini menunjukan bahwa,

24Ruri Anggraeni, dalam skripsi “Peran Dinas Sosial dalam

Merehabilitasi Mental Pengemis (Studi Kasus Dinas Sosial Provinsi Banten)”,

2016, Fakultas Ushuludin Dakwah dan Adab Istitut Agama Islam Negeri

(IAIN) Sultan Maulana Hasanudin Banten.

Page 56: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

44

Balai Rehabilitasi Sosial Martani merupakan lembaga di bawah

naungan Kementrian Sosial Provinsi Jawa Tengah, yang

berdomisili di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap, Balai

Rehabilitasi Sosial “martani” Cilacap telah melakukan layanan

sosial terhadap pengemis, gelandangan dan orang terlantar

(PGOT) bahkan dari berbagai daerah diluar kota yang rata-rata

masih usia produktif; para PGOT yang masuk dan tinggal di

Balai Rehabilitasi Sosial “martini” rata-rata lebih disebabkan

oleh ketidak berdayaan menghadapi kehidupan, didera oleh

kemiskinaan, tidak memiliki life skill, ketidak adaannya

kepeduliain dari orang tua, saudara, bahkan anaknya serta

pemerintah setempat dan masyarakat dimana ia tinggal

sebelumnya. Pelayanan masih fokus pemenuhan fasilitas papan,

sandang dan pangan, dan kesehatan, sedangkan layanan sosial

pendidikan life skill dan pembinaan sosial dan rohani PGOT

belum optimal namun sudah dilakukan dengan bekerjasama

dengan berbagai pihak terutama pemerintah daerah kabupaten

cilacap.

4. Tyas Martika Anggriana (VOL.7, NO.1, Tahun 2016), dalam

jurnal berjudul “Identifikasi Permasalahan Gelandangan dan

Pengemis di UPT Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan

Pengemis”. Hasil dalam jurnal ini dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa permaslahan yang dialami oleh gelandangan dan

pengemis di Panti Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis

yang terkait dengan : masalah ekonomi, masalah pendidikan,

masalah sosial budaya, masalah lingkungan, masalah hukum dan

kewarganegaraan, dan sikap mental yang kurang

Page 57: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

45

sehat.sedangkan faktor penyebab gepeng memilih untuk hidup

dijalanan bukan hanya karena kurangnya bekal keterampilan dan

pendidikan yang memadai namun ada penyebab lain, diantaranya

adanya sikap malas,tidak mau berusaha untuk mengubah

hidupmenjadi lebih baik dan menginginkan hidup enak dengan

cara yang instan. Untuk itu pembinaan dan pendampingan yang

mnekankan pada pemberian berbagai keahlian dan keterampilan

kerja masih kurang optimal untuk mengetaskan keberadaan

gepeng. Sikap malas dan tidak mau bekerja merupakan ciri dari

mental yang tidak sehat. Jika seseorang memiliki mental yang

sehat maka ia akan memotivasi dirinya untuk mendapatkan

kehidupan yang lebih baik lagi, maka individu tersebut memiliki

gangguan kesehatan mental. Untuk itu mereka butuh

pendampingan dari psikolog yang dapat menumbuhkan sikap

mental yang sehat.

Kajian pustaka pertama meneliti tentang sikap mental

mengemis yang terbentuk didalam lingkungan, kajian pustaka

kedua meneliti tentang peran Dinas Sosial dalam merehabilitasi

mentalitas pengemis serta membahas tentang faktor seseorang

menjadi pengemis, kajian pustaka ketiga meneliti tentang

penanganan problematika Pengemis, Gelandangan dan Orang

Terlantar (PGOT) melalui bimbingan rohani, kajian pustaka

keempat meneliti tentang identifikasi permasalahan gelandangan

dan pengemis.

Perbedaan dari penelitian di atas dengan penelitian ini

adalah pada fokus penelitiannya. Penelitian di atas mayoritas

fokus terhadap identifikasi permasalahan pengemis dan program

Page 58: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

46

dalam penanganan gelandangan dan pengemis. Sedangkan yang

peneliti lakukan adalah meneliti religiusitas dan mentalitas kerja

pengemis di Kampung Kebanyakan Kota Serang – Banten.

C. Kerangka Berpikir

Pengemis merupakan seseorang yang meminta-minta

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga, banyak

orang yang memilih bekerja sebagai pengemis dengan alasan

tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia sedangkan

kebutuhan semakin banyak, maka memilih jalan praktis dengan

cara meminta-minta.

Pengemis di Kampung Kebanyakan pada dasarnya

adalah pengemis yang masih mampu mencari peluang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara lain, namun karena

mentalitas kerja rendah sehingga memilih meminta-minta

sebagai pekerjaan supaya bisa cepat mendapatkan uang.

Masyarakat di Kampung Kebanyakan mayoritas

beragama islam, sudah seharusnya memahami aturan-aturan

dalam agama islam salah satunya adalah aturan dalam memilih

pekerjaan, karena agama islam menentukan norma hidup dan

etika seseorang. Sikap keagamaan atau religiusitas yang ada

dalam diri seseorang akan mendorong tingkah lakunya sesuai

kadar ketaatan terhadap agama.

Pengemis di Kampung Kebanyakan rutin mengikuti

pengajian di Majelis Ta’lim yang didalamnya diajarkan ilmu

tentang agama serta aturan-aturan yang ada dalam agama islam

dengan harapan para jama’ah terutama pengemis memiliki

Page 59: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

47

sikap religiusitas dalam bertingkah laku. Upaya penulis dalam

menjelaskan kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Religiusitas dan Mentalitas Kerja Pengemis di

Kampung Kebanyakan

Religiusitas dan Mentalitas kerja Pengemis

Religiusitas Mentalitas Kerja

Pengemis

1. Keyakinan

2. Ritual

3. Pengetahuaan

4. penghayatan

1. Sikap

2. Emosi

3. Kebutuuhan

Page 60: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

51

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Profil Daerah Kampung Kebanyakan Desa Sukawana

Kecamatan Serang

1. Letak Geografis dan Jumlah Penduduk

Serang, ibu kota Provinsi Banten baru Sembilan

tahun berpisah dengan Kabupaten Serang. Kota seluas

266,77 kilometer persegi memiliki enam kecamatan

yaitu :

a. Kecamatan Cipocok Jaya

b. Kecamatan Curug

c. Kecamatan Kasemen

d. Kecamatan Serang

e. Kecamatan Taktakan

f. Kecamatan Walantaka

Di kecamatan Serang terdapat sebuah kampung

lekat dengan julukan kampung pengemis yaitu di kampung

Kebanyakan desa Sukawana. Kampung Kebanyakan

menyumbang pengemis terbanyak di kota Serang, setiap

kali ada pengemis yang tertangkan oleh Satpol PP mengaku

berasal dari kampung Kebanyakan. Jarak kampung

Kebanyakan dengan pusat pemerintahan kota serang

(Puspemkot) Serang hanya 1,5 kilometer. Berlokasi di

sebelah timur Kompleks Kota Serang Baru (KSB)

Cipocokjaya Kecamatan Serang, akses menuju kecamatan

juga relatif mudah menggunakan kendaraan roda empat

atau roda dua.

51

Page 61: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

52

Di kampung Kebanyakan tercatat ada 2.213 jiwa

dari 522 KK (kepala keluarga), kampung Kebanyakan

terbagi atas tiga rukun warga (RW). Yaitu RW 1

(kebanyakan wetan) dengan jumlah 219 kepala keluarga,

RW 2 (kebanyakan kulon) dengan julah 131 kepala

keluarga, dan RW 3 (kebanyakan tegal) dengan jumlah 92

kepala keluarga.1

2. Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Pendidikan

Kampung Kebanyakan merupakan salah satu

sudut buram kota Serang, banyaknya warga yang

meminta-minta baik di ruas jalan, pasar, maupun di

perumahan-perumahan sekitar kota serang, kabupaten

serang dan cilegon. Maka kampung kebanyakan

dijuluki sebagai kampung pengemis, karena setiap kali

Satpol PP merazia pengemis mengaku berasal dari

kampung Kebanyakan. Kampung Kebanyakan juga

penyumbang pengemis terbanyak di kota Serang.

Dalam segi ekonomi masyarakat,

pengangguran memang menjadi wacana yang penting,

karena minimnya keahlian ataupun keterampilan yang

dimiliki oleh masyarakat. Di kampung Kebanyakan

terdapat pengusaha kecil, seperti sablon dan menjahit.

Namun banyak masyarakat yang memilih mengemis

sebagai profesi dengan alasan tidak mempunyai

keahlian dalam menjahit ataupun sablon. Beberapa

1Dokumentasi kampung Kebanyakan tahun 2016

38

Page 62: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

53

lembaga pemerintahan memberikan pelatihan

keterampilan baik itu menjahit, membuat kerajinan

tangan dan keterampilan lainnya, dengan tujuan untuk

membantu masyarakat supaya mempunyai

keterampilan dan tidak mengemis lagi. Namun upaya

tersebut belum berhasil, para pengemis setelah

mendapatkan pelatihan dan mampu untuk membuat

keterampilan tidak dapat mengembangkan, banyak dari

mereka yang memilih kembali mengemis untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut

dikarenakan pengemis tidak mampu memasarkan hasil

kerajinan tangan mereka.

Kondisi masyarakat kampung Kebanyakan

begitu heterogen yang berarti hampir seluruh suku

bangsa yang berada di Negara Republik Indonesia

dengan beraneka ragam pemeluk agama, budaya, dan

adat istiadatnya yang berdomisili di Kampung

Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang.

Namun lebih banyak masyarakatnya beragama Islam,

untuk itu diperlukan pola-pola tertentu dalam rangka

pembinaan kepada masyarakat secara

berkesinambungan agar terciptanya peningkatan

kehidupan dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara

guna terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.

Mata pencaharian warga Kampung

Kebanyakan terdiri dari pedagang/pengusaha, pegawai

negeri sipil, konveksi jahit, konveksi sablon, karawan

Page 63: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

54

swasta, pensiunan, pengemis dan lain-lain. Mayoritas

warga Kampung Kebanyakan adalah pedagang,

konveksi jahit dan konveksi sablon. Namun banyak

juga warganya yang berprofesi sebagai pengemis untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sandang,

pangan dan papan,

Dalam hal pendidikan, dengan semakin

berkembangnya dunia pendidikan dan perkembangan

teknologi yang begitu cepat, tapi disisi lain

perkembangan pendidikan masih kurang mendukung,

dengan adanya usia putus sekolah padahal belum tamat

SD sekalipun.

3. Sarana

a. Saranan Ibadah

Sarana ibadah merupakan hal penting untuk

manusia dalam menjalankan kewajibannya sebagai

makhluk Tuhan. Seperti yang diketahui bahwa warga

Kampung Kebanyakan mayoritas beagama Islam

sehingga tempat-tempay ibadahnya pun didominasi

untuk kaum muslim yaitu Masjid.

b. Sarana Pendidikan

Pendidikan memegang peranan yang sangat

penting dalam membina dan memajukan suatu wilayah

khususnya di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana

Kecamatan Serang, dengan turut sertanya masyarakat

dalam mendukung program wajib belajar 9 tahun

berarti turut serta pula dalam membangun generasi

Page 64: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

55

muda yang berpendidikan. Fasillitas pendidikan di

Kampung Kebanyaka seperti gedung sekolah yang

sesuai standard an juga program pendidikan diluar

sekolah. Dengan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun dan

pendidikan diluar sekolah akan sangat membantu

pemerintah dalam mengurangi jumlah anak putus

sekolah dan buta aksara di masyarakat.

c. Sarana Ekonomi

Kampung Kebanyakan terdapat banyak

konveksi jahit dan konveksi sablon, hal tersebut

dimanfaatkan oleh warganya untuk mencari nafkah

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi

tidak semua warga Kampung Kebanyakan bisa

memanfaatkan peluang tersebut, banyak warganya

yang memilih menjadi pengemis untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini ditemukan

berbagai macam tipe pengemis, yaitu pengemis yang

memang benar-benar tidak mempunyai keahlian dan

mengemis hanya untuk kebutuhan sehari-hari ada juga

pengemis yang memanfaatkan peluang mengemis

untuk memperkaya diri.

B. Awal Mula Munculnya Pengemis di Kampung

Kebanyakan

Awal munculnya pengemis di Kampung

Kebanyakan bukan asli dari warga Kampung Kebanyakan

yang mengemis, namun ada seorang janda yang datang

kemudian tinggal di Kampung Kebanyakan, janda ini

Page 65: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

56

merupakan janda yang memiliki anak banyak tapi tidak

memiliki harta dan pekerjaan yang layak sehingga untuk

rumah pun hanya mampu membuat rumah seperti kandang

kambing.

Sehingga masyarakat di Kampung Kebanyakan

merasa kasihan dan memberikan bantuan berupa uang atau

makanan, kemudian dia memint-minta, awalnya hanya

kepada sanak saudaranya namun lama kelamaan kepada

warga lainnya bahkan meminta-minta di jalanan untuk

memenuhi kebutuhan hidup serta kebutuhan anak-anaknya

sekolah.

Hasil dari mengemis sangat menggiurkan, dia bisa

membuat rumah dan menyekolahkan anak-anaknya sampai

lulus SMA, sehingga banyak orang yang tertarik untuk

mencari uang dengan cara meminta-minta, dan kebiasaan

ini turun temurun sampai sekarang masih ada tapi tidak

sebanyak dulu. Ada sekitar 30 orang warga di Kampung

Kebanyakan yang masih mengemis atau sekitar 1,6 % dari

jumlah penduduk yang ada di Kampung Kebanyakan.2

2Hasil Wawancara dengan Ketua Rw 02, hari minggu 29 september

2019.

Page 66: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

53

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan hasil temuan lapangan yang

didapatkan selama melakukan penelitian di Kampung Kebanyakan

Kota Serang - Banten tentang religiusitas dan mentalitas kerja

pengemis.

Ustadz KH. Sabihis, Informan, Ibu TI dan Ibu SH (nama

inisial) adalah informan dalam penelitian ini. Ustadz KH. Sabihis

adalah pembimbing sekaligus tokoh agama di Kampung

Kebanyakan, Informan, Ibu TI dan Ibu SH adalah warga Kampung

Kebanyakan yang berprofesi sebagai pengemis.

Tabel 4.1 Pembimbing dan Terbimbing

No Nama Usia Jabatan Pendidikan

1. Ustadz KH.

Sabihis 65 Tahun

Tokoh

Agama SMA

3. UH 42 Tahun Pengemis Tidak

tamat SD

4. TI 45 Tahun Pengemis Tidak

tamat SD

5. SH 50 Tahun Pengemis Tidak

tamat SD

53

Page 67: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

54

A. Karakterisitik

1. Profil Pembimbing

Ustadz KH. Sabihis adalah seorang tokoh agama di

Kampung Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang. Umur

beliau sekarang 65 tahun dan beliau lulusan SMA, beliau banyak

belajar ilmu agama dari ke dua orangtua nya sehingga beliau

diangkat menjadi tokoh agama atau orang yang di tuakan oleh

masyarakat Kampung Kebanyakan.

Beliau dikenal masyarakat adalah seorang pembimbing

(ustadz) yang sangat berwibawa, dermawan, ramah dan sederhana,

beliau sangat mengerti dan memahami kondisi masyarakat

terutama ketika memberikan bimbingan, beliau konsisten

melakukan bimbingan kepada masyarakat setiap minggunya di

hari selasa.

2. Profil subjek terbimbing yaitu pengemis di Kampung

Kebanyakan

Dalam penelitian terbimbing dibatasi guna mempermudah

dalam melakukan penelitian, disini peneliti memilih terbimbing

sebagai informan yaitu, Informan UH, TI dan SH yang berprofesi

sebagai pengemis. Alasan memilih informan terpilih karena para

informan tersebut merupakan pengemis yang masih rutin

melakukan aktivitas meminta-minta setiap hari baik di sekitar

perumahan, di sekitar pasar maupun di jalanan, dan para informan

rutin mengikuti pengajian setiap minggunya di Majelis Ta’lim

yang ada di Kampung Kebanyakan.

Page 68: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

55

a. Informan UH

Informan adalah salah satu dari sekian banyak warga di

Kampung Kebanyakan yang berprofesi sebagai pengemis.

Informan mengemis untuk membantu suaminya dalam memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari, Informan berusia 42 tahun, selain

mengemis keseharian Informan merupakan ibu rumah tangga yang

mempunyai 4 orang anak dan satu orang anak meninggal dunia,

pendidikan Informan tidak tamat SD.

Di Kampung Kebanyakan sudah tidak asing lagi jika

ditanya soal warganya yang mengemis, karena banyak warga di

Kampung Kebanyakan yang memilih berprofesi sebagai

pengemis, padahal di Kampung Kebanyakan terkenal akan

banyaknya masyarakat yang membuka konveksi di rumah, namun

tidak dengan informan UH, beliau memilih mengemis untuk

memenuhi kebutuhannya setiap hari, bahkan informan tidak ada

rasa malu saat ditanya soal profesinya, karena profesi mengemis

ini merupakan turunan dari ibunya yang juga dulu seorang

pengemis.

“saya mah ngemis nong, ibu saya juga sama dulunya

ngemis juga, sekarang mah nggak orang udah tua

geh”. (W1/UH: 8-10)

“banyak nong orang sini yang mengemis, ibu geh

karena kebutuhannya banyak. Kadang-kadang

Bapak pulang dagang dapet uang tapi kadang gak

dapet mah yaudah. Anak-anak mah gak tau apa-apa

pengennya uang aja buat jajan segala”. (W1/UH:

60-65)

Anak pertama Informan berusia 18 tahun tapi tidak

melanjutkan sekolah hanya lulus SD dan saat ini belum bekerja.

Informan biasa mengemis disekitar perumahan dan yang paling

Page 69: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

56

sering disekitar perumahan ciceri. Di rumah Informan tinggal 6

orang, 3 orang anak Informan, Informan dan suami, serta Ibu

informan yang sudah tua renta dan sering sakit-sakitan,

sebelumnya Ibu informan juga merupakan pengemis, namun akhir-

akhir ini sering sakit-sakitan sehingga sudah berhenti mengemis,

maka dari itu kebutuhannya sekarang di tanggung oleh informan

UH.

Suami Informan bekerja sebagai pedagang asongan di

lampu merah sekitaran Kota Serang, Informan mengemis dengan

alasan ingin membantu suami dalam mencari nafkah, karena uang

yang dihasilkan dari menjual asongan tidak seberapa.

“saya ngemis soalnya suami sayanya gak mampu,

jualan tentengan air sama asongan gitu di jalanan

paling sehari dapet berapa nong, buat anak sekolah”

(W1/UH: 25-28)

Informan UH biasa mengemis disekitar perumahan atau

ditempat ramai lainnya, informan biasa berangkat mengemis pagi

hari dan pulang sekitar pukul 13.00 WIB atau tergantung dengan

hasil yang didapatkan, penghasilan mengemis informan UH dalam

satu hari sekitar Rp. 50.000-, sampai Rp. 100.000-, jika merasa

cukup informan langsung pulang dan jika dirasa belum cukup

informan akan melanjutkan mengemis, informan ketika berangkat

dan pulang mengemis selalu diantar jemput oleh anaknya. Tempat

tinggal informan UH sudah bangunan permanen dan cukup bagus

serta fasilitas didalamnya juga tersedia. Misalnya, televise, kulkas,

motor, dan sebagainya.

Page 70: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

57

“tergantung kalo udah dapet mah bisa lebih cepet

pulangnya kalo belum dapet mah ya masih nyari

terus nong sampe jam satu atau jam dua baru

pulang”. (W3/UH: 40-43)

b. Informan TI

Informan TI adalah seorang janda berusia 45 tahun dan

memiliki 4 orang anak yang masih kecil, alasan informan

mengemis karena mempunyai anak banyak dan suaminya sudah

meninggal dunia sehingga tidak ada lagi yang memberi nafkah,

jika suami masih hidup informan tidak ingin menjadi pengemis

yang setiap harinya meminta-minta dan selalu mengharap belas

kasihan orang lain.

Informan TI mengemis dengan alasan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya beserta keluarga, sebelum mengemis

informan sempat menjadi penyanyi (biduan) yang biasa menyanyi

dari panggung ke panggung ketika hajatan, namun sekarang sudah

tidak lagi menjadi penyanyi setelah suaminya meninggal.

Informan mengatakan tidak memiliki pilihan lain selain mencari

uang dengan cara mengemis.

Informan sebenarnya tidak menginginkan bekerja sebagai

pengemis namun jika informan bekerja selain mengemis informan

akan dibayar sebulan sekali, sedangkan kebutuhan hidup setiap

harinya membutuhkan uang, ketika mengemis informan sudah

memiliki jadwal dan lokasi tersendiri dan setiap harinya mengemis

hanya setengah hari saja.

“pengennya mah kerja, tapi pengennya mah kalo

kerja langsung dibayar, kalo yang gak harian mah

gimana yah nong”. (W1/TI: 60-62)

Page 71: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

58

Biasanya setelah meminta-minta informan langsung

membelanjakan uang hasil dari minta-minta untuk kebutuhan

makan bersama anak-anaknya, setelah itu informan langsung

memasak dan makan bersama dengan anak-anaknya. Sama dengan

informan UH rata-rata pendapatan harian mengemis informan TI

dalam satu hari sekitar Rp. 50.000-, sampai Rp. 100.000-,

“biasanya juga gitu nong setiap harinya udah masak

langsung makan bareng-bareng”. (W3/TI: 47-50).

Rumah yang ditempati oleh informan SH beserta anak-

anaknya layak untuk ditempati, jika orang lain yang melihat tidak

akan mengira bahwa rumah tersebut ditinggali oleh seorang yang

berprofesi sebagai pengemis. Didalam rumah terdapat motor,

Televisi serta perabotan rumah tangga lainnya.

c. Informan SH

Informan SH merupakan pengemis yang berusia 50 Tahun

yang sebelumnya berjualan makanan ringan di Pasar Rau, Suami

informan SH sebelumnya bekerja sebagai tukang becak namun

sekarang sudah tidak bisa lagi bekerja untuk mencari nafkah

karena sakit dan penglihatannya sudah tidak lagi jelas.

Informan SH menjadi pengemis setelah tertabrak motor

saat sedang berjualan kue di Pasar Rau dan tangannya sempat tidak

bisa digerakan, untungnya orang yang menabrak informan mau

bertanggung jawab sampai sembuh, meskipun sudah tidak bisa lagi

sembuh total seperti sedia kala. Maka dari itu untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan suami, informan memilih mencari uang

dengan cara meminta-minta supaya bisa bertahan hidup karena

sudah tidak bisa lagi bekerja.

Page 72: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

59

“ketabrak motor nong, terus jatoh, untung orangnya

mau tanggung jawab, itupun pas ibu lagi jualan di

Pasar Rau ketabraknya, kemaren-kemaren mah

jalannya juga susah nong harus dituntun sama

bapak” (W1/SH: 77 – 81)

Informan SH memiliki empat orang anak dua orang laki-

laki dan dua orang perempuan, ke empatnya sudah menikah dan

sudah memiliki anak, tiga orang anak sudah tidak tinggal bersama

informan, hanya ada satu anak laki-laki beserta istri dan anaknya

yang masih tinggal bersama yang sehari-harinya bekerja sebagai

tukang ojek.

Rumah informan SH sangat layak dan cukup bagus untuk

seorang pengemis, fasilitas yang ada di rumahnya pun cukup

lengkap. Rata-rata penghasilan informan setiap hari dari mengemis

sekitar Rp. 50.000-, sampai Rp. 150.000-, itupun mengemis hanya

dari pagi sampai siang hari.

B. Intervensi Pembimbing Agama di Majelis Ta’lim

Kegiatan bimbingan agama atau pengajian di majelis ta’lim

di khususkan untuk ibu-ibu setiap hari selasa dan sudah

berlangsung kurang lebih lima tahun.

“udah lumayan lama ngisi pengajian disini mah,

pokoknya setiap hari selasa pagi saya ngisi pengajian

disini dari jam 09.00-11.00 WIB” (W/Ustadz KH.

Sabihis: 17-20)

Materi yang diambil adalah dari kitab-kitab kuning, mulai

dari ilmu fiqih, akhlak, ilmu hadits, ilmu al-quran dan tafsir. Dan

biasanya disesuaikan dengan apa yang terjadi pada lingkungan

masyarakat, sehingga kebiasaan buruk yang berkembang di

masyarakat bisa sedikit demi sedikit berkurang, terutama

Page 73: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

60

permasalahan pengemis di Kampung Kebanyakan Desa Sukawana

Kecamatan Serang ini.

Profesi sebagai pengemis sudah biasa dan banyak

ditemukan di Kampung Kebanyakan, biasanya yang mengemis

adalah ibu-ibu dengan alasan untuk membantu perekonomian

keluarga, namun ada juga yang mengemis untuk memenuhi

keinginan pribadi, misalnya kebutuhan sandang dan papan

yang tidak terlalu penting.

Menariknya para pengemis di Kampung Kebanyakan

setiap hari selasa sengaja tidak berangkat mengemis supaya bisa

mengikuti pengajian rutin di Majelis Ta’lim, namun sayangnya

mereka mengikuti pengajian bukan atas dasar pentingnya mencari

ilmu terutama ilmu agama, tetapi hanya karena rasa tidak enak jika

tidak hadir dan menjadi omongan para tetangga, sehingga

meskipun sudah diberikan peringatan dan pengetahuan tentang

meminta-minta yang dilarang oleh agama mereka menghiraukan

dan terus berangkat mengemis.

“hadir terus kalo ada pengajian gitu nong, cuman

susah dinasehatinya disurUH berentinya gak mau,

padahal dari pemerintah sudah pernah ngasih

bantuan, maksudnya mah supaya tidak mengemis lagi

dikasih modal buat dagang paling bertahan seminggu

setelah itu balik lagi berangkat ngemis”. (W/Ustadz

SS: 50-57)

Menurut Ustadz KH. Sabihis ada dua macam pengemis

dalam agama, yang pertama pengemis yang dibolehkan agama

yaitu orang yang meminta-minta karena memang sudah tidak

mampu untuk mencari nafkah, kemudian yang ke-dua

pengemis yang tujuannya adalah untuk memperkaya diri.

Page 74: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

61

Pengemis di Kampung Kebanyakan termasuk dalam pengemis

yang tujuannya adalah untuk memperkaya diri karena pada

dasarnya mereka masih bisa mencari pekerjaan lain yang lebih

layak.

Pembimbing agama selalu memberikan nasihat dan

teguran untuk jama’ah yang setiap harinya mengemis supaya

segera meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain

yang sesuai dengan yang disyari’atkan oleh agama. Nasihat

dan teguuran diberikan ketika pengajian berlangsung.

C. Ritual dan Prilaku Pengemis Dalam Pengembangan

Religiusitas

Gambaran pengemis sebelum mendapatkan bimbingan

religiusta, selama mendapatkan bimbingan religiusitas dan setelah

mendapatkan bimbingan religiusitas oleh pembimbing agama atau

Ustadz disetiap pengajian yang dilaksanakan di Majelis Ta’lim.

1. Ritual dan Prilaku Pengemis Sebelum Pengembangan

Religiusitas

Pengemis di Kampung Kebanyakan ada sudah sejak lama,

sebelum adanya pengajian di Majelis Ta’lim mereka tidak

mengetahui bahwa mengemis adalah pekerjaan yang dilarang oleh

agama dan juga pemerintah, sehingga mengemis dijadikan

pekerjaan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, mulai

dari kebutuhan makan sehari-hari dan kebutuhan lainnya.1

Ketiga informan beragama islam, namun sebelum adanya

pengajian mereka belum memahami agama lebih dalam dan belum

1Hasil observasi,

Page 75: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

62

begitu paham apa yang sebenarnya harus dilakukan supaya bisa

menjadi hamba yang ta’at. Sesuai dengan yang dipaparkan oleh

informan UH.

“sebelum adanya pengajian shalat semaunya dan

gak begitu paham nong kayak aturan-atutrannya

gitu, taunya saya dari kecil agamanya islam aja.”

(W2/UH: 92-94)

2. Ritual dan Prilaku Pengemis Selama Pengembangan

Religiusitas

Selama proses bimbingan religi para pengemis di

Kampung kebanyakan rutin mengikuti pengajian di Majelis

Ta’lim, dari pengajian ini para informan pengemis memiliki

tambahan ilmu pengetahuan tentang agama dan mulai

terbentuknya religiusitas para informan.

Adanya bimbingan religi atau pengajian ini memiliki

maksud dan tujuan supaya bisa menambah wawasan bagi para

masyarakat tentang aturan-aturan yang ada dalam agama, mulai

dari aturan yang harus dilaksanakan sampai aturan yang harus

ditinggalkan, terutama untuk para pengemis supaya bisa merubah

prilaku mengemis yang sudah menjadi kebiasaan mereka setiap

hari.

Selama proses pengajian berlangsung setiap hari selasa

para pengemis sengaja meliburkan diri dari rutinitas mereka setiap

hari yang bekerja sebagai pengemis dan mengikuti pengajian di

Majelis Ta’lim, namun para pengemis belum benar-benar atas

dasar kesungguhan hati untuk menuntut ilmu ketika mengikuti

pengajian.

Page 76: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

63

“Setiap hari selasa kan ada pengajian nong disini di

Majelis Ta’lim, ibu juga biasa dateng, kesini aja

kalo mau ikut nong”. (W2/SH: 11-18)

Hal serupa terjadi karena pada saat pengajian, para jama’ah

kurang kondusif dan banyak jama’ah yang tidak memperhatikan

apa yang disampaikan oleh Ustadznya, ditambah warga Kampung

Kebanyakan lebih memilih duduk dibagian paling belakang.

“Ibu biasa ke tempat pengajian jam 10.00 WIB pas

pengajian mau dimulai baru dateng, sekalian

nunggu pak Ustadznya, terus duduknya diluar paling

belakang, yang dibarisan depan itu orang Kampung

Ciwedus kalo orang Kampung Kebanyakan Etan

mah biasanya dibelakang aja”. (W2/TI: 130-140)

Kondisi pada saat pengajian di Majelis Ta’lim yang di isi

oleh Ustadz KH. Sabihis berlangsung kurang kondusif, karena

banyaknya warga yang hadir dan terbatasnya tempat serta ruangan

yang panas mengganggu konsentrasi para jama’ah. Ditambah para

pengemis yang memilih duduk dipaling belakang dan terkadang

diluar ruangan membuat mereka tidak konsentrasi dalam

mendengarkan apa yang disampaikan oleh ustadznya.2

3. Ritual dan Prilaku Pengemis Setelah Pengembangan

Religiusitas

Setelah mengikuti pengajian rutin setiap hari selasa di

Majelis Ta’lim terdapat perubahan yang berbeda pada ketiga

informan:

a. Perubahan pada informan UH dan TI

Pada informan UH dan TI terjadi perubahan prilaku

dari yang tadinya tidak rajin shalat menjadi lebih rajin shalat

2Hasil Observasi, Selasa 26 Februari 2019

Page 77: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

64

dan yang tadinya tidak pernah membaca al-qur’an lebih sering

membaca al-qur’an meskipun hanya malam hari yaitu setelah

shalat maghrib atau isya.

Informan UH dan TI juga lebih bertanggung jawab

dalam melaksanakan kewajiban ibadah yang diperintahkan

agamanya. Mulai dari shalat fardhu lima waktu, kewajiban

berpuasa dibulan ramadhan serta mengeluarkan zakat fitrah

setiap tahunnya meskipun hasil dari meminta-minta.

“iyah nong shalat, di rumah aja nong, kecuali bulan

puasa, kalo bulan puasa mah iyah berjama’ah di

majelis, kan deket tuh. Kan kata pak ustadznya juga gak

papa yang nong yang penting shalat” (W2/TI: 34-37)

“bayar nong, semuanya dibayar nong meskipun gak ada

geh diusahain biar bisa bayar zakat fitrah kan wajib yah

nong” (W2/TI: 58-60)

“kalo sekarang mah kayaknya mending gitu nong, ibu

lebih rajin shalat dibandingkan sebelumnya” (W2/UH:

89-90)

“itu aja sih nong sama paling ngaji kalo abis shalat

maghrib paling” (W2/UH: 92-93)

Perubahan prilaku pada informan UH dan TI juga

terlihat dari rutinitasnya sebagai pengemis. Semenjak adanya

pengajian ini mulai tumbuh kesadaran akan prilaku mengemis

yang menyimpang, terutama bagi mereka yang masih mampu

untuk bekerja, sehingga mulai ada kesadaran dan mencoba

mencari penghasilan dengan cara menjadi kuli cuci atau

sekedar membantu membersihkan rumah dan halaman rumah

di sekitar perumahan tempat mereka mengemis, meskipun

rutinitas mengemis mereka belum sepenuhnya ditinggalkan.

Page 78: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

65

“sekarang mah di perumahan atau di komplek-komplek

aja, kadang disuruh nyuci yam au nyuci, suruh nyabutin

rumput ya mau, yang penting dikasih beras 2 liter sama

uang kadang tiga puluh ribu, yang penting mah dapet

uang nong” (W1/UH: 70-74)

“nggak ada yang jahil malah yang kasihan mah banyak.

Ada yang udah jadi keluarga ditolongin segala-galanya,

mulai dari nyuci, ngegosok. Kalo udah ada say amah

dikasih segala-gala, pernah ada yang sakit terus dipijit

sama ibu eh dianya sembuh orang yang sering ngasih itu,

saya mah biasa juga nyapu gak kaya orang-orang yang

cuman minta-minta doang, saya mah malu, kadang

bersih-bersih, nyuci piring, apa aja dikerjain” (W2/TI:

77-86)

b. Perubahan pada informan SH

Informan SH juga memiliki perubahan setelah

mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim setiap hari selasa

seperti halnya dengan informan UH dan TI namun tidak

begitu significant. Karena pada dasarnya informan SH

mengikuti pengajian bukan atas dasar kesadaran sendiri

namun karena rasa tidak enak dengan tetangga jika tidak

berangkat ke pengajian.

“kalo ibu mah sejujurnya orang bodoh nong ngaji itu

nggak terlalu bisa nggak terlalu paham, ibu mah ngaji geh

nggak terlalu paham, ibu mah ngaji geh telinga doang paling

ngedengerin doang nong orangnya mah nggak terlalu paham,

kalo bapak mah tuh bisa ngajinya meskipun sedikit-sedikit

geh, soalnya ibu mah emang dari kecil geh udah bodoh nggak

tahu apa-apa” (W2/SH: 52-58)

Perubahan yang terlihat yaitu perubahan dalam ibadah

informan seperti melaksanakan shalat lima waktu, karena

informan sudah mulai menyadari bahwa shalat lima waktu

Page 79: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

66

merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beragama islam.

Informan juga rutin berdzikir setiap setelah shalat.

Informan mengakui bahwa dirinya tidak bisa

membaca al-qur’an dan tidak mau mempelajarinya dengan

alasan malu karena sudah tua, ketika shalat informan

membaca surat-surat pendek yang sudah dihafal dari kecil,

karena metode belajar al-qur’an zaman dulu dengan cara

dihafal.

Namun ustadz yang mengisi dipengajian ibu-ibu

majelis ta’lim selalu mengatakan kepada para jama’ahnya

meskipun tidak bisa membaca al-qur’an tetap harus bisa

mengamalkan amalan-amalan lainnya misalnya berdzikir dan

bershalawat kepada Nabi sebanyak-banyaknya setiap hari

setelah shalat.

“sebenernya ini mah yah nong ibu mah gak bisa ngaji

qur’an nong, gak bisa kalo bacca-baca al-qur’an gitu mah,

paling geh sebisanya aja ibu mah kan kata kiayinya juga kalo

gak bisa baca al-qur’an sebisanya aja megang tasbeh paling

sehabis shalat baca shalawat sampe 700 kali kadang 800 kali

nong” (W1/SH: 61-66)

Dalam rutinitasnya sebagai pengemis informan SH

belum terlihat ada perubahan setelah sering mengikuti

pengajian di Majelis Ta’lim, karena memang pada dasarnya

informan tidak paham dan tidak memperhatikan apa yang

dijelaskan oleh ustadz. Sehingga sampai saat ini informan

belum mengetahui jika mengemis merupakan pekerjaan yang

dilarang dan tidak sesuai dengan norma yang ada sehingga

informan tetap mengemis dengan alasan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan suami.

Page 80: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

67

D. Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung Kebanyakan

Profesi sebagai pengemis sudah umum di Kampung

Kebanyakan sehingga para informan tanpa ada rasa malu

mengakui prihal pekerjaanya saat ditanya kegiatan sehari-hari

mereka. Para informan mengakui bahwa kesehariannya meminta-

minta untuk mencukupi kebutuhan hidupnya beserta keluarga.

“saya mah ngemis nong, ibu saya juga sama dulunya

pengemis juga, sekarang mah nggak orang udah tua geh”

(W1/UH: 8-10)

“iyah nong sebenernya minta-minta nong, orang sini

banyak jjuga yang minta-minta buat keperluan sehari-hari,

yang punya anak satu dan suaminya masih ada aja ngemis,

apalagi saya yang punya anak banyak, saya suaminya

nggak ada udah meninggal” (W1/TI: 12-17)

“keseharian ibu?, ibu mah gak malu, tadinya mah ibu

jualan tapi sekarang mah ibu minta-minta nong” (W1/SH:

8-10)

Dari tiga informan yang diwawancarai semuanya

berprofesi sebagai pengemis dan sampai saat ini mereka masih

sering mengemis, tempat mereka mengemis beragam, ada yang

mengemis di sekitar jalanan atau lampu merah, ada yang

mengemis disekitar perumahan da nada juga yang mengemis

disekitar pasar atau tempat-tempat ramai.

Informan SH memang tidak bisa bekerja lagi karena

kondisinya yang sudah tua dan tangan serta kakinya sudah tidak

berfungsi sepenuhnya akibat kecelakaan. Suaminya pun sudah

tidak bisa bekerja lagi karena penglihatannya sudah berkurang dan

kakinya sering sakit karena asam urat, tapi informan SH

mempunyai anak yang juga tinggal bersama, namun informan

Page 81: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

68

tetap mencari uang dengan cara meminta-minta di jalanan supaya

bisa memenuhi kebutuhannya dan suami.

Berbeda dengan informan SH, informan UH dan TI dilihat

dari kondisi fisiknya masih memungkinkan jika menginginkan

pekerjaan lain misalnya menjadi kuli cuci atau profesi lainnya.

Mereka juga sering diminta mencuci pakaian saat sedang

mengemis di sekitar perumahan, namun sayangnya mereka masih

mempertahankan profesinya sebagai pengemis untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan keluarga dibandingkan dengan kuli cuci.

Mengemis merupakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan

norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat, mereka beranggapan

bahwa mengemis merupakan suatu pekerjaan yang sama seperti

pekerjaan lainnya, yaitu suatu pekerjaan yang bisa menghasilkan

uang untuk mereka bertahan hidup dan memenuhi segala macam

kebutuhan hidupnya mulai dari makan, minum, pakaian, sekolah

anak dan lainnya.

E. Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Religiusitas merupakan sikap yang ada dalam diri

seseorang yang akan mendorongnya dalam tingkah laku sesuai

dengan kadar ketaatannya terhadap agama, untuk mengetahui

berpengaruh atau tidaknya religiusitas para informan terhadap

mentalitas kerja pengemis ini dapat dilihat dari berbagai macam

sisi dan dimensi.

1. Informan UH

a. Dimensi Keyakinan

Dalam hal keyakinan akan kekuasaan Allah SWT informan

meyakini dan mempercayai akan adanya Allah dan segala sesuatu

Page 82: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

69

yang terjadi saat ini merupakan kehendak Allah termasuk ketika

meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT.

Selama melaksanakan rutinitas setiap harinya informan

pun mengakui bahwa Allah SWT selalu mengawasi setiap gerak

geriknya sehingga informan merasa takut jika membuat kesalahan,

namun informan belum benar-benar menyadari bahwa mengemis

merupakan pekerjaan yang dilarang oleh agama padahal informan

mengetahui balasan kelak di akhirat bagi orang yang meminta-

minta.

“yakin nong, Allah kuasa atas segala-galanya”

(W2/UH:2)

b. Dimensi Praktik Agama

Ritual mengacu pada seperangkat ritus, tindakan agama

dan praktek praktek suci yang menharapkan para pemeluk untuk

melaksanakannya.3 Dalam hal praktik agama informan UH rutin

melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai seorang muslim ini

merupakan bentuk ketaatan pada Allah SWT. Bentuk ritual

tersebut seperti melaksanakan kewajiban shalat lima waktu dan

juga membiasakan membaca al-Qur’an.

Jika sedang sakit Informan akan lebih sering membaca al-

Qur’an, karena meyakini bahwa dengan membaca al-Qur’an

segala sesuatu yang mengganggu akan pergi dan memberikan

ketenangan saat membacanya, informan juga mengakui setiap

akan melakukan aktivitas selalu membaca

bismillahirrahmanirrahim.

3Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h.78.

Page 83: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

70

“sering nong, hampir setiap hari membaca al-

Qur’an, semalem juga 3 kali membaca surat ya sin

biar setannya pergi, baca tabaraq atau al-mulk”.

(W2/UH: 9-11)

“Setelah shalat baca al-Qur’an, udah baca mah

enak nong adem, walaupun gak punya apa-apa,

walaupun Cuma punya air aja, perasaan ibu mah

kayak gitu”. (W2/UH: 14-17)

Bahkan ketika bulan ramadhanpun informan

mengusahakan supaya bisa membayar zakat fitrah, karena

informan mengetahui bahwa zakat fitrah ini hukumnya wajib, jadi

informan akan berusaha membayarnya meskipun dari hasil

informan mengemis.

Dalam melaksankan sunnah informan tidak begitu rajin,

bahkan hampir tidak sama sekali melaksanakan sunnah kecuali

sunnah-sunnah dibulan puasa misalnya shalat sunnah tarawih,

informan biasa berpuasa setiap hari senin dan kamis hanya untuk

mengqadha puasa dibulan ramadhan, setelah qadha puasa selesai

informan tidak lagi puasa setiap hari senin dan kamis.

“iyah nong, sebelum berangkat berdo’a supaya ada

yang nyuruh nyuci atau apa aja supaya dapet uang,

eh beneran nong kadang ada aja yang nyuuruh

mah”. (W2/UH: 56-58)

c. Dimensi Pengalaman

Pada dasarnya informan UH memiliki pengalaman

keagamaan, pengalaman ini di dapat dari pengajian di Majelis

Ta’lim, informan mengikuti pengajian secara rutin disetiap hari

selasa setiap minggunya, bahkan informan dengan sengaja tidak

berangkat mengemis hanya untuk mengikuti pengajian ini. Setelah

Page 84: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

71

adanya pengajian informan jadi lebih merasa takut akan dosa-dosa

yang dilakukan, sehingga informan lebih rajin dalam melaksanakan

ibadah dari sebelumnya.

Selain itu, informan juga pernah mendapatkan penyuluhan

dan pelatihan membuat suatu kerajinan tangan berupa membuat

keset, dengan maksud memberikan keterampilan yang kemudian

bisa dimanfaatkan hasil karyanya untuk dijual sehingga informan

bisa mendapatkan uang dari jualan keset dan tidak lagi mengemis,

namun faktanya informan tetap mengemis sampai sekarang dengan

alasan karena informan bingung menjualnya dimana sedangkan

informan setiap harinya membutuhkan uang untuk makan dan

keperluan lainnya.

“dulu mah ada pelatihan membuat keset, terus

dibikin I Love You gitu ibu bikin udah dapet bagus-

bagus nong”. (W2/UH: 48-50)

“nggak nong, udah bisa bikin bagus mah gak

dilanjutin. Bingung juga mau dijualinnya dimana

karena kan gak banyak yang butuh dan gak setiap

hari orang membeli keset, sedangkan kebutuhan

kita kan banyak jadi ibu balik lagi ngemis”.

(W2/UH: 53-57)

d. Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan agama merupakan dimensi yang

dimiliki oleh orang yang beragama, minimal mengetahui dasar-

dasar keyakinan, ritual-ritual keagamaan, kitab suci dan tradisi-

tradisi yang dimiliki suatu agama. Dimensi pengetahuan dan

keyakinan jelas berkaitan satu sama lain karena pengetahuan bagi

suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya.4

4Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h.78.

Page 85: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

72

Dari sejumlah wawancara dan observasi yang dilakukan

terhadap informan UH menunjukan bahwa informan memiliki

pengetahuan agama yang lumayan baik, buktinya pada praktik

sehari-harinya informan mengerjakan shalat lima waktu dan ritual-

ritual yang diperintahkan oleh agamanya. Informan mendapatkan

pengetahuan agama dari pengajian yang diikuti setiap minggunya

di Majelis Ta’lim yang di isi oleh Ustadz KH. Sabihis.

Informan UH mengetahui akan hukuman bagi orang yang

meminta-minta, namun karena alasan ekonomi informan tetap

menjadi pengemis, padahal jika dilihat dari kondisi fisik informan

masih bisa bekerja lain selain mengemis, misalnya kuli cuci atau

pekerjaan lainnya.

“Pernah denger hukuman bagi orang yang minta-

minta, cuman mau gimana lagi nong, ibu kan butuh

untuk makan ibu sama anak-anak, kadang juga anak

minta jajan , apalagi anak yang kecil mah kan gak

mau tau kalo ibunya lagi gak punya uang, ya itinya

buat kebutuhan hiduplah nong biar bisa bertahan

hidup”. (W2/UH: 63-70)

“Pernah dikasih tahu nong sama pak Ustadz

katanya kalo minta-minta keliatannya mah uang pas

di dunia tapi nanti pas di akhirat mah ternyata api”.

(W2/UH: 81-83)

e. Dimensi Pengalaman dan Konsekuensi

Dimensi pengalaman dan konsekuensi merupakan dimensi

yang menunnjukan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi

oleh ajaran agama. Informan UH memiliki pengetahuan agama

yang lumayan baik, mulai dari informan meyakini adanya Allah

SWT dan segala ketetapan yang Allah berikan sampai pada praktik

agama sehari-hari, dalam hal praktik agama informan sudah

Page 86: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

73

menjalankan segala kewajiban yang diperintahkan oleh Allah

SWT, namun sayangnya dalam hal berprilaku dan mencari

pekerjaan informan belum menunjukan bahwa informan adalah

seorang yang memiliki sikap religiusitas.

Religiusitas yang berkembang pada informan hanya

sebatas pengetahuan saja dan belum benar-benar menghayati

segala bentuk kewajiban bagi seorang muslim yang sudah

informan lakukan setiap harinya. Padahal jika informan benar-

benar menghayati segala bentuk religiusitas yang dia tahu dan dia

laksanakan setiap harinya harusnya informan merasa takut dan

tidak mengemis lagi dan akan mencari pekerjaan lain, namun

sedikit demi sedikit mulai terjadi perubahan itu dengan adanya

usaha lain meskipun tidak sering yaitu sebagai kuli cuci ketika

mengemis di sekitar perumahan supaya bisa mendapatkan uang.

2. Informan TI

a. Dimensi Keyakinan

Informan TI menyadari bahwa yang terjadi saat ini adalah

cobaan dari Allah SWT maka dari itu informan harus sabar dan

ikhlas menjalani segala takdir hidupnya, selain itu informan juga

selalu merasa dilindungi dari segala macam bahaya, informan

meyakini segala yang dialaminya merupakan cobaan hidup yang

harus ia dan keluarganya hadapi.

Informan meyakini akan kekuasaan Allah SWT, informan

juga percaya akan adanya malaikat yang selalu mengawasinya

ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu informan juga

meyakini dan melaksanakan perintah yang diwajibkan oleh agama

yang dianutnya.

Page 87: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

74

“iyah nong shalat, di rumah aja nong, kecuali bulan puasa,

kalo bulan puasa mah iyah di Majelis kan deket sekalian yasinan”

(W2/TI: 34-36)

b. Dimensi Praktik Agama

Dalam hal ibadah informan rutin melaksanakan ibadah

yang diperintahkan oleh Allah SWT terutama shalat lima waktu,

meskipun terkadang shalatnya masih sesuai dengan apa yang

diketahui dan mengambil hal yang menurutnya bisa dikerjakan.

Misalnya menjamak shalat dzuhur dengan shalat ashar, padahal

tidak sedang dalam perjalanan yang jauh. Menjamak shalat dzuhur

ke shalat ashar hanya karena ketika akan melaksanakan shalat

dzuhur masih dalam kondisi capek.

“mau shalat dzuhur juga belum ini, tadi langsung

masak sekarangnya cape paling nanti aja dibarengin

sama ashar” (W2/TI: 57-60)

Selain melaksanakan kewajiban shalat lima waktu,

informan juga rutin melaksanakan kewajiban yang lainnya seperti

membayar zakat fitrah, bersedekah dan membaca al-qur’an.

Meskipun hidup sederhana dan mendapatkan uang dari hasil

mengharapkan belas kasihan orang lain informan TI selalu

mengusahakan supaya bisa membayar zakat fitrah setiap tahunnya.

Membaca al-qur’an merupakan kegiatan rutin yang

informan lakukan, informan sering membaca al-Qur’an ketika

malam hari, biasanya membaca surat ya sin apalagi jika informan

atau anak-anaknya sedang sakit, karena informan masih

mempercayai hal-hal mistis. Setiap terkena musibah atau masalah

selalu dikaitkan dengan hal mistis, terutama ketika informan atau

anak-anaknya sedang sakit.

Page 88: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

75

“iyah sering nong, semalem geh 2 kali, baca al-qur’an

baca surat ya sin dua kali makanya kata anak saya emak

mah ngaji terus”(W2/TI: 93-95)

“biasanya malem nong abis shalat maghrib, tengah malem

apalagi sekarang lagi bawaannya sakit, kalo kata orang

mah ada yang ngeganggu gitu, kalo lagi sakit geh

kadang-kadang bisa langsung sembuh kalo abis baca al-

qur’an” (W2/TI: 97-101)

Seperti halnya informan UH, Informan TI juga rajin

mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim setiap hari selasa, namun

sayangnya informan mengikuti pengajian bukan atas dasar

kesadaran akan pentingnya menuntut ilmu tetapi karena takut

menjadi omongan orang jika tidak mengikuti pengajian terlebih

rumah Ibu TI sangat dekat dengan majelis Ta’lim, Setelah

informan mengikuti pengajian ini informan merasa takut jika

berbuat dosa dan menyadari bahwa informan diselamatkan dari

segala macam bahaya yang pernah menimpanya.

c. Dimensi Pengetahuan

Pengetahuan agama yang dimiliki oleh informan TI cukup

baik, tandanya informan TI melakukan setiap perintah yang

agamanya ajarkan, bahkan dalam hal memilih pekerjaan sebagai

pengemis pun informan mengetahuinya bahwa pekerjaan itu

dilarang oleh agama islam.

d. Dimensi Pengalaman

Pengalaman dan pengetahuan yang informan miliki

menujukan sikap dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari yang

sesuai dengan ajaran agama, namun tidak semua hal dilakukan atas

dasar pengalaman dan pengetahuan tersebut contohnya dalam hal

memilih pekerjaan informan tetap memilih menjadi pengemis

Page 89: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

76

meskipun sudah mengetahui bahwa pekerjaan tersebut dilarang

oleh agama, disini menunjukan bahwa informan tidak benar-benar

menghayati dan melaksanakan apa yang telah informan ketahui,

informan beralasan karena tidak memiliki pilihan lain untuk

mencari uang.

Informan mengingikan pekerjaan lain, namun yang

bayarannya perhari karena butuh uangnya untuk kebutuhan sehari-

hari, jika bayarannya perbulan informan tidak mau dan bingung

untuk mensiasati kebutuhan sehari-harinya itu kenapa sampai saat

ini informan masih mengemis, namun terkadang ketika mengemis

informan juga sambil menjadi kuli cuci jika kebetuhan mengemis

disekitar perumahan. Dan sudah memiliki langganan cuci gosok

yang sudah dianggap seperti keluarga.

“ada yang udah jadi kayak keluarga ditolongin

segala-galanya, mulai dari nyuci, ngegosok. Kalo

udah ada say amah dikasih segala-gala. Pernah

ada yang sakit terus dipijitin sama ibu eh terus dia

sembuh nong jadi orangnya sering ngasih. Ibu mah

biasa juga nyapu gak kayak orang-orang yang

cuman minta-minta doang saya mah malu, kadang

bersih-bersih, nyuci piring apa aja dikerjain”.

(W2/TI: 77-86)

Anak ke dua informan masih sekolah sekaligus mondok

dan mendapatkan bantuan berupa biaya gratid dan perlengkapan

belajar seperti buku, kitab-kitab dan juga pakaian untuk sekolah

dan keperluan pondok. Dari sini dapat terlihat dalam diri informan

ada upaya untuk bisa merubah garis kemiskinan dan supaya nanti

anaknya tidak lagi mengemis dengan cara memberikan pendidikan

terbaik untuk anaknya.

Page 90: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

77

“anak kedua dipondok nong di pak haji nggak bayar

nggak apa, soalnya tahu bukan orang punya,

semenjak bapaknya masih ada juga udah disitu,

muali dari kitab, al-Qur’an, baju dan kebutuhan

lainnya dikasih nong”. (W1/TI: 35-39)

3. Informan SH

a. Dimensi Keyakinan

Keyakinan merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang

yang bersifat sakral, keyakinan disini berkaitan dengan keimanan

seseorang terhadap agama yang dianutnya. Informan SH memiliki

keyakinan bahwa yang sudah terjadi merupakan ketetapan dari

Allah SWT tinggal bagaimana kita bisa menjalaninya dengan sabar

atau tidak. Menurut informan bagaimanapun yang Allah takdirkan

untuk kita, kita harus bisa menjalaninya.

b. Dimensi Ritual

Sehari-hari informan SH melakukan ritual keagamaan yang

diwajibkan oleh agamanya sebagai bentuk ketaatan seorang hamba

pada Tuhan, misalnya melaksanakan shalat lima waktu yang wajib

dilakukan oleh seorang hamba yang sudah baligh dan berakal.

“ya jelas nong, shalat mah shalat terus meskipun

bacaannya gak bisa juga nong” (W2/SH: 9-11)

Informan rutin melaksanakan shalat lima waktu meskipun

sekarang sudah tidak bisa lagi shalat dengan cara berdiri setelah

mengalami kecelakaan. Selain itu informan juga tidak bisa

membaca al-qur’an namun tapi informan mempunyai sedikit

hafalan surat pendek yang sering digunakan ketika shalat fardhu.

Informan juga melakukan ritual keagamaan lainnya seperti

berinfaq untuk anak-anak yatim, membayar kewajiban berzakat

Page 91: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

78

ketika bulan puasa, dan melakukan zikir serta do’a setelah shalat

wajib.

“kalo buat shalat mah bisa nong, paling al-fatihah

sama qulhu nong yang bisa ibu apalin aja, soalnya

kalo dulu mah ngajinya diapal gitu nong, diapal

surat-surat buat shalat jadi ya bisanya itu-itu aja

nong, kalo diapal mah ibu bisa nong tapi kalo baca

mah ibu gak bisa nong, kalo bapak mah bisa tuh”

(W2/TI: 79-84)

c. Dimensi pengalaman

Informan memiliki pengalaman keagamaan terutama

setelah mengikuti pengajian setiap hari selasa di Majelis Ta’lim

informan sedikit demi sedikit mulai paham akan ajaran agama

islam, karena tujuan mengikuti pengajian supaya bisa

mendapatkan pengetahuan agama (religiusitas).

pengajian ini sudah ada sejak informan masih kecil namun

tidak terlalu rutin, mulai rutin sekitar tujuh tahun yang lalu dan

Ustadz yang membimbing konsisten mengisi kajian untuk

masyarakat terutama untuk ibu-ibu disetiap hari selasa jam 09.00

WIB sampai selesai. Namun sayangnya informan hanya

menggugurkan kewajiban saja saat hadir di setiap pengajian,

karena informan tidak benar-benar mengikuti secara sungguh-

sunggah dan tidak begitu paham akan apa yang disampaikan oleh

Ustadznya.5

d. Dimensi Pengetahuan

Pengetahuan agama informan SH tidak begitu paham, ini

atas pengakuan informan sendiri yang mengatakan bahwa tidak

5Hasil Observasi, selasa 26 Februari 2019

Page 92: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

79

begitu tahu persoalan agama, hanya tahu yang wajib dilaksanakan

saja seperti shalat fardhu lima waktu. Informan juga tidak bisa

membaca al-qur’an padahal suami dan anak-anaknya bisa namun

informan tidak mau belajar dengan alasan malu karena sudah tua.

“kalo ibu mah sejujurnya orang bodoh nong ngaji

itu nggak bisa nggak terlalu paham, ibu mah ngaji

geh telinga doang nong ngedengerin orangnya mah

nggak terlalu paham”. (W2/SH: 54-56)

Informan SH melaksanakan segala kewajiban yang

diajarkan oleh agamanya namun tidak semua hal yang dilakukan

oleh informan SH menunjukan prilaku seorang yang memiliki

sikap religiusitas yang tinggi, faktanya informan masih mengemis

untuk mencukupi kebutuhan hidupnya padahal dalam agama islam

mengemis merupakan pekerjaan yang tidak dibolehkan. Informan

mengemis karena informan sudah tidak bisa lagi bekerja yang lain

dengan kondisi informan yang tidak begitu sempurna (cacat).

Page 93: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

80

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan pembahasan dari

analisis data yang diperoleh di lapangan terkait pengaruh

religiusitas terhadap mentalitas kerja pengemis di Kampung

Kebanyakan Desa Sukawana Kecamatan Serang. Analisis

data dan temuan dilapangan terdiri dari:

A. Analisis Intervensi Pembimbing Agama di Majelis

Ta’lim

Berdasarkan hasil analisis dan wawancara, peneliti

menyimpulkan adanya intervensi pembimbing agama

dalam pengembangan religiusitas pengemis di Kampung

Kebanyakan, sebagai berikut:

1. Pemberi Pelajaran

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang

dilakukan menunjukan bahwa pembimbing agama

memberikan pelajaran tentang ilmu-ilmu agama dengan

menggunakan materi yang ada pada kitab-kitab kuning,

mulai dari ilmu fiqih, akhlak, ilmu hadits, ilmu al-qur’an

dan tafsir.

Pembimbing agama memberikan pelajaran supaya

jama’ah memiliki sikap religiuisitas dalam kehidupan

sehari-hari, mulai dari pemahaman, prilaku, ritual, dan

penghayatan terhadap ajaran agama islam.

80

Page 94: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

81

2. Penasihat dan Pemberi Teguran

Pembimbing agama di Majelis Ta’lim bukan hanya

memberikan pengetahuan saja, tetapi juga memberikan

nasihat serta teguran bagi jama’ah yang berprilaku tidak

sesuai dengan norma agama.

Pembimbing agama memberikan teguran bagi

jama’ah yang setiap harinya mencari uang dengan cara

meminta-mint serta memberikan nasihat supaya para

pengemis meninggalkan pekerjaan tersebut dan mencari

pekerjaan lain yang lebih layak.

B. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Dalam

Pengembangan Religiusitas

1. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Sebelum

Pengembangan Religiusitas

Dalam ilmu psikologi, prilaku seseorang bisa

dilihat dari usianya. Informan UH, TI dan SH termasuk

dalam masa perkembangan dewasa madya antara usia 40-

60 tahun. Dewasa madya merupakan masa transisi,

dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani

dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode

dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku

yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar

dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-

kadang minat serta perhatiannya terhadap agama

dilandasi dengan kebutuhan pribadi dan sosial.1

1Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2019),

hlm. 246.

Page 95: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

82

Sebelum religiusitas berkembang dalam diri

pengemis atau disebut dengan pra-religiusitas, agama bagi

para informan hanya bersifat formalitas saja dan

menganggap agama merupakan turunan dari orang tua,

sehingga mereka tidak benar-benar memaknai agama

yang mereka yakini dan tidak menjalankan perintah

agamanya.

Prilaku religiusitas yang berkembang di Kampung

Kebanyakan terutama para informan pengemis berawal

dari adanya pengajian ibu-ibu di Majelis Ta’lim yang

diadakan setiap hari selasa pukul 09.00 WIB sampai

dengan selesai dan diisi langsung oleh Ustadz KH. SS.

Sebelum adanya pengajian para informan tidak

mengetahui bahwa mengemis merupakan pekerjaan yang

dilarang baik oleh pemerintah maupun agama.

Mengemis merupakan profesi yang sudah tidak

asing lagi di Kampung Kebanyakan karena terdapat

banyak warga di Kampung Kebanyakan yang setiap

harinya mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Prilaku mengemis sudah ada sejak lama dan bersifat turun

temurun, seolah-olah mengemis merupakan pekerjaan

yang baik dimata mereka.

Prilaku miskin yang kini disandang pengemis

disebabkan karena kebiasaan yang telah dijalaninya

selama bertahun-tahun dan rasa apatis dari keluarganya.

Sehingga dalam tinjauan psikologi membuatnya tidak

berdaya kecuali dengan mengemis. Pada dasarnya inti

60

Page 96: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

83

dari aktivitas mengemis yang dilakukan adalah untuk

mengejar istilah kesejahteraan dalam hidupnya dengan

membanting setir terjun sebagai pengemis yang dianggap

sebagai solusi terbaik. Penghasilan yang didapatkan dari

mengemis sesuai dengan yang diharapkan.2

Informan UH adalah anak dari seorang pengemis.

Informan mengemis agar bisa membantu suaminya yang

bekerja sebagai pedagang asongan di jalanan untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan biaya sekolah

anak-anaknya, padahal jika dilihat dari kondisi fisiknya

informan masih bisa mencari pekerjaan yang lain selain

mengemis. Informan TI merupakan seorang janda yang

juga berprofesi sebagai pengemis, informan mengemis

semenjak suaminya meninggal dunia dan mengemis

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta anak.

Berbeda dengan informan UH dan TI, informan

SH merupakan seorang pengemis yang sudah berusia

lanjut dan memiliki keterbatasan fisik (cacat) akibat

kecelakaan yang dialaminya ketika sedang berjualan kue

di pasar, informan SH memulai mengemis setelah

informan kecelakaan dan tidak bisa berjualan, religiusitas

pada diri informan SH belum tertanam, karena informan

mengakui bahwa informan SH tidak paham dengan

pengetahuan-pengetahuan agama apalagi tentang larangan

mengemis. Sehingga informan SH tetap memilih

2Halim Purnomo, “Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota Cirebon”, (Jakarta: Cakrawala Budaya, 2017), h. 193.

Page 97: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

84

mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak

mau mencari pekerjaan lainnya.

2. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Selama

Pengembangan Religiusitas

Ada dua faktor yang mempengaruhi religiusitas,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

berupa pengaruh dari dalam diri seseorang termasuk usia

akan berpengaruh dengan religiusitas. Sedangkan faktor

eksternal berupa pengaruh dari luar, misalnya dari

keluarga maupun lingkungan.

Keluarga merupakan satuan sosial yang paling

sederhana dalam kehidupan manusia, khususnya orang tua

yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa

keagamaan. Lingkungan ikut mempengaruhi

perkembangan keagamaan seseorang, baik dalam institut

formal maupun non formal seperti perkumpulan dan

organisasi atau lingkungan masyarakat.

Lingkungan masyarakat hanya unsur pengaruh

belaka, terkadang norma dan tata nilai yang lebih

mengikat bahkan pengaruhnya lebih besar dalam

perkembangan jiwa keagamaan dalam bentuk positif

maupun negativ.3 Proses mendapatkan pemahaman

tentang religiusitas tidak semudah yang difikirkan apalagi

untuk merubah mentalitas para informan yang

kesehariannya bekerja sebagai pengemis. Selama proses

3Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007), hlm: 279-287

Page 98: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

85

mendapatkan bimbingan religi para informan didukung

oleh lingkungan masyarakat yang memiliki religiusitas

cukup baik.

Di Kampung Kebanyakan terdapat rutinitas

pengajian untuk ibu-ibu pada hari selasa pukul 09.00 WIB

sampai selesai tujuannya supaya masyarkat Kampung

Kebanyakan mendapatkan pemahaman agama sehingga

berprilaku sesuai dengan ajaran agama dan tidak

berprilaku menyimpang.

Pengajian di Majelis Ta’lim sudah berlangsung

sekitar lima tahun dan Ustadz yang /mengisinya konsisten

untuk tetap mengisi pengajian disetiap minggunya,

pengajian dilaksanakan setiap hari selasa pukul 09.00

WIB sampai selesai. Jama’ah di Majelis Ta’lim bukan

hanya dari warga Kampung Kebanyakan saja, banyak

juga warga dari Kampung lainnya yang mengikuti

pengajian. Sayangnya para jama’ah dari Kampung

Kebanyakan memilih duduk di paling belakang terutama

para pengemis duduk di luar Majelis karena tempat duduk

paling depan sudah di isi oleh jama’ah dari Kampung lain

dan setiap pengajian selalu seperti itu.

Sebelum ustadz datang biasanya para jama’ah

bersama-sama membaca ya sin dan juga shalawat dilanjut

dengan berdo’a bersama. Pada saat pengajian berlangsung

ustadz yang mengisi pengajian hanya fokus terhadap apa

yang dibaca dikitab sambil menjelaskan maksud dari kitab

Page 99: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

86

yang dibaca. Namun sayangnya tidak terlalu

memperhatikan kondisi para jama’ah.

Ketika pengajian berlangsung para jama’ah

banyak yang asik ngobrol dan tidak memperhatikan apa

yang disampaikan oleh Ustadz, terutama para pengemis

yang memilih duduk diluar asik dengan obrolannya

bersama rekan-rekannya. Sehingga para jama’ah terutama

para pengemis tidak bisa langsung mendengar dengan

jelas apa yang disampaikan oleh Ustadz dan tidak bisa

langsung mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-

hari.4

Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti,

religiusitas di Kampung Kebanyakan berkembang baik,

dilihat dari adanya pengajian di setiap minggunya,

terutama pengajian di Majelis Ta’lim untuk ibu-ibu untuk

memfasilitasi mereka supaya bisa menambah pengetahuan

agama.

Jama’ah di Majelis Ta’lim bukan hanya dari

Kampung Kebanyakan saja tetapi banyak juga dari

Kampung-kampung lain. Target pengajian adalah ibu-ibu,

terutama ibu-ibu yang setiap harinya mengemis supaya bisa

meninggalkan pekerjaannya dan memilih pekerjaan yang

lebih layak dari pada harus meminta-minta.

4Hasil Observasi, Selasa 26 Februari 2019.

Page 100: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

87

3. Analisis Ritual dan Prilaku Pengemis Setelah

Pengembangan Religiusitas

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, terdapat

perubahan prilaku pada para informan setelah mengikuti

pengajian di Majelis Ta’lim, diantaranya:

a. Perubahan prilaku informan UH dan TI

Perubahan prilaku informan UH dan TI dapat dilihat

dari rutinitas beribadah setiap hari, setelah mengikuti

pengajian di Majelis Ta’lim informan lebih rajin

melaksanakan kewajiban dalam beribadah dan adanya

perubahan sikap dalam rutinitas sebagai pengemis.

Dalam melaksanakan kewajiban seperti shalat lima

waktu informan UH dan TI lebih sering melaksanakan

dibanding sebelumnya, meskipun pelaksanaannya belum

tentu benar namun mereka sudah memiliki kesadaran

bahwa shalat lima waktu merupakan kewajiban yang harus

dilaksanakan.

Kedua informan memiliki perubahan prilaku yang

sama setelah mendapatkan bimbingan religi dari pengajian

yang diikuti setiap hari selasa di Majelis Ta’lim, pada

informan TI melaksanakan shalat namun terkadang

menggampangkan praktek yang dilakukan.

Informan TI biasa melaksanakan shalat dzuhur di

jama’ dengan waktu shalat ashar, dengan alasan ketika

waktunya shalat dzuhur informan masih dalam kondisi

capek karena baru pulang dari rutinitas mengemis dan

langsung memasak untuk makan siang.

Page 101: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

88

Selain perubahan dalam melaksanakan kewajiban

shalat lima waktu, kedua informan juga semenjak

mengikuti pengajian lebih rutin membaca al-qur’an, karena

selalu diingatkan oleh ustadz yang mengisi disetiap

pengajian untuk membaca al-qur’an terutama saat sedang

sakit.

Informan TI dan UH lebih sering membaca al-qur’an

saat malam hari dan setelah shalat maghrib atau isya, jika

informan atau anggota keluarga ada yang sakit informan

akan lebih sering membaca al-qur’an karena Ustadz yang

mengisi dipengajian mengatakan bahwa al-qur’an bisa

menjadi penenang dan penyembuh dari sakit dan kedua

informan sudah membuktikannya

Selain itu kedua informan sadar akan kewajiban-

kewajiban lainnya seperti melaksanakan puasa disetiap

bulan ramadhan dan membayar zakat fitrah meskipun untuk

membayar zakat fitrah kedua informan harus mencarnya

dengan cara mengemis.

Setelah adanya pengajian religiusitas pada informan

mulai berkembang dan mempengaruhi prilaku kedua

informan dalam rutinitas sehari-harinya sebagai pengemis.

Kedua informan mulai ada kesadaran bahwa pekerjaan

yang mereka lakukan bukanlah pekerjaan yang baik.

Informan UH dan TI mengatakan bahwa mereka

bukan hanya mengemis untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya namun melakukan pekerjaan lainnya menjadi kuli

cuci, nyapu, ngepel, dan kuli setrika, ini dilakukan supaya

Page 102: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

89

mereka bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

b. Perubahan prilaku informan SH

Perubahan prilaku pada informan SH tidak terlihat

begitu significant. Karena informan mengikuti pengajian

tidak atas dasar kemauan sendiri dan kebutuhan akan ilmu

agama, namun informan mengikuti pengajian hanya karena

merasa malu dan akan menjadi pembicaraan orang lain jika

tidak mengikuti pengajian.5

Perubahan prilaku pada informan terlihat dari

kebiasaan informan dalam beribadah. Informan mengakui

bahwa setelah mengikuti pengajian ini informan menjadi

lebih rajin dalam melaksanakan shalat lima waktu,

meskipun bacaannya belum semuanya benar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, informan tidak

bisa membaca al-qur’an dan jika melaksanakan shalat lima

waktu informan menggunakan hafalan surat-surat pendek

yang informan hafal semenjak kecil. Meskipun tidak bisa

membaca al-qur’an namun informan biasa menghafal surat-

surat pendek di al-qur’an yang dibacakan oleh Ustadz atau

suaminya untuk bacaan shalat lima waktu.

Suami dan anak-anak informan semuanya bisa

membaca al-qur’an, hanya informan SH saja yang tidak

bisa dan tidak mau belajar membaca al-qur’an dengan

5 Hasil Wawancara dengan Informan SH, dirumah beliau pada

tanggal 25 Februari 2019.

Page 103: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

90

alasan malu karena sudah tua, padahal suami informan mau

mengajarinya membaca al-qur’an.

Ketika mengikuti pengajian informan diingatkan oleh

ustadz yang mengisi dipengajian jika tidak bisa membaca

al-qur’an setelah shalat coba biasakan membaca shalawat

kepada Nabi dan berdzikir sebanyak-banyaknya dan

informan melakukan hal tersebut rutin setiap setelah shalat

lima waktu.

Religiusitas pada informa SH tidak benar-benar

berkembang, informan hanya melaksanakan rutinitas agama

yang wajib dilaksanakan saja seperti shalat lima waktu,

tetapi tidak mempunyai pemahama akan ajaran agama yang

lainnya terutama dalam berprilaku dan memilih pekerjaan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya informan

tetap mengemis dan tidak merasa bersalah dengan

profesinya sebagai pengemis, karena ketika mengikuti

pengajian di Majelis Ta’lim informan tidak benar-benar

mendengarkan apa yang disampaikan oleh ustadz, padahal

sudah diingatkan bahwa mengemis merupakan pekerjaan

yang menyimpang baik menurut agama maupun Negara.6

6 Hasil Wawancara dengan Informan SH, dirumah beliau pada

tanggal 25 Februari 2019.

Page 104: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

91

Tabel 5.1 Perkembangan Religiusitas Pengemis

C. Kehidupan Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung

Kebanyakan

Mentalitas atau mentality adalah daya otak atau

kekuatan berpikir yang ada dalam sikap seseorang yang

menuntun prilaku berbuat atau bertindak dalam

kehidupan.7 Sedangkan kerja merupakan suatu yang

dibutuhkan oleh manusia, kebutuhan bisa bermacam-

macam, berkembang dan berubah bahkan seringkali tidak

disadari oleh pelakunya. Untuk memenuhi kebutuhannya

orang akan terdorong melakukan aktivitas yang disebut

7Zakiah Darajat, ”Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental”,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1990), Cet. Ke-4, h.38-39.

Informan

Sebelum

Pengembangan

Religiusitas

Setelah

Pengembangan

Religiusitas

UH dan TI

Mengemis merupakan

penghasilan utama

untuk memenuhi

kebutuhan hidup

Memiliki penghasilan

tambahan hasil dari

kuli cuci dan lain

sebagainya

Perintah agama tidak

dikerjakan seluruhnya

Rutin melaksanakan

kewajiban yang

diperintahkan agama

SH

Tidak rutin

melaksanakan perintah

agama

Rutin melaksanakan

perintah agama

meskipun belum

sempurna

Tidak bisa dan biasa

membaca al-qur’an

setelah shalat

Berdzikir dan

bershalwat sebanyak-

banyaknya setelah

melaksanakan shalat

lima waktu.

Page 105: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

92

kerja.8 Bagi sebagian orang yang sudah berada pada taraf

tidak lagi mencari nafkah (karena persediaan uangnya

cukup banyak), kerja hanyalah kesenangan (hobby) atau

merupakan pilihan untuk memenuhi egonya saja.

Mentalitas kerja adalah kekuatan berpikir yang

menuntun prilaku seseorang untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan para

informan dis memiliki mentalitas kerja pengemis,

informan bekerja sebagai pengemis untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya atau bisa jadi untuk memenuhi

egonya saja. Karena jika dilihat dari kondisi fisik para

informan harusnya masih bisa bekerja selain mengemis.

Misalnya menjadi kuli cuci, menjadi asisten rumah tangga

atau berjualan. Kecuali informan SH yang memang sudah

tua dan fisiknya tidak lagi sempurna akibat kecelakaan.

Para informan juga sudah memiliki rumah bangunan

permanen yang layak, bahkan jika orang lain yang

melihatnya tidak akan tahu jika orang-orang yang tinggal

dirumah itu berprofesi sebagai pengamis.9

Persoalan pengemis di Kampung Kebanyakan

sudah tidak asing lagi, dilihat dari sikap para informan

yang merasa biasa saja ketika ditanya tentang profesinya.

Para informan mengaku secara terang-terangan dan tanpa

ada rasa malu sedikitpun tentang aktivitasnya sehari-hari

8Pandji Anoraga, Psikologi Kerja (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.6 2014),

hal. 11. 9Hasil Observasi, hari senin tanggal 25 februari 2019.

Page 106: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

93

yaitu meminta-minta atau bisa disebut pengemis. Bahkan

para informan mengatakan jika di Kampung Kebanyakan

bukan hanya mereka saja yang mengemis tapi banyak

warga Kampung Kebanyakan yang berprofesi sebagai

pengemis.

Pekerjaan meminta-minta dikatakan hina jika

pekerjaan itu dilakukan dalam keadaan serba cukup,

sehingga akan merendahkan dirinya sendiri baik dimata

manusia maupun dalam pandangan Allah SWT diakhirat

nanti. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan mental

pemalas yang selalu mengharap dari orang lain. Meminta-

minta boleh dilakukan tetapi dalam keadaan terdesak atau

sangat terpaksa. Ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang

artinya:

“… Wahai qabishah! Sesungguhnya meminta-

minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga

orang: seseorang yang menanggung beban (hutang orang

lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia bisa

melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang

ditimpa musibah dan menghabiskan hartanya, ia boleh

meminta-minta sampai ia memperoleh sandaran hidup.

Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga

ada tiga orang berakal dari kaumnya yang mengatakan, ‘si

fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh

meminta-minta sampai ia memperoleh sandaran hidup.

Wahai Qabishah meminta-minta selain tiga hal itu adalah

haram, dan orang yang memakannya adalah memakan

yang haram.”10

10Jagat Rayana Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Wal Aqidah Ash-

Shofa (STISA), Arah dan Kritik dengan Metode Takhrij Hadits Tentang Meminta-minta, Volume 03, No. 06, Tahun 2016. h. 17.

Page 107: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

94

Alasan utama para pengemis di Kampung

Kebanyakan mengemis karena faktor ekonomi yang

harus dipenuhi terutama kebutuhan dasar untuk

melangsungkan hidup setiap harinya sehingga mereka

mau melakukan segala macam cara termasuk mengemis.

Informan UH, TI dan SH mengemis dengan alasan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika dilihat dari fisiknya

informan UH dan TI masih bisa mencari pekerjaan lain

misalnya kuli cuci, menjadi asisten rumah tangga atau

berdagang, sedangkan informan SH merupakan pengemis

yang sudah lanjut usia dan dan fisiknya tidak lagi

sempurna sehingga terpaksa mencari uang dengan cara

mengemis, sebelumnya informan SH adalah seorang

pedagang kue di sekitar Pasar Rau karena kecelekaan

yang menimpanya membuat tangan dan kakinya cacat dan

tidak bisa berfungsi dengan sempurna, anak-anak

informan SH sudah dewasa dan sudah bekerja seharusnya

bisa menghidupi kedua orang tuanya supaya informan

tidak lagi mengemis untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan suami.

Prilaku mengemis ketiga informan termasuk

kedalam prilaku mengemis yang diharamkan oleh agama,

karena tidak termasuk kedalam tiga golongan yang

dibolehkan untuk mengemis, pada dasarnya ketiga

informan masih bisa mendapatkan uang untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dengan pekerjaan lain.

Page 108: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

95

Prilaku mengemis merupakan prilaku yang buruk,

tetapi mengemis sudah menjadi kebiasaan bagi para

informan untuk mencari uang, mentalitas kerja mereka

sudah terbentuk sebagai pengemis dan mengemis sudah

menjadi rutinitas informan UH, TI dan SH setiap hari

sehingga sulit untuk meninggalkannya. Karena segala

kebutuhannya bisa terpenuhi dari hasil mereka mengemis

setiap hari. Padahal sudah pernah diberikan bimbingan

keterampilan serta modal untuk berdagang supaya para

informan tidak lagi mengemis namun setelah program

tersebut selesai dan tidak ada pantauan secara lebih lanjut

para informan kembali lagi mengemis untuk memenui

kebutuhan hidupnya.

D. Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja

Pengemis

Religiusitas merupakan sikap keagamaan yaitu suatu

keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya

untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya

terhadap agama.11 Orang yang memiliki religiusitas akan

bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya

dan akan menghindari larangan-larangan yang diajarkan

oleh agamanya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti religiusitas yang ada pada diri informan belum

11Satriani, dalam skripsi Hubungan Tingkat Religiusitas dengan

Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau, Fakultas

Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.26.

Page 109: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

96

berkembang dengan baik, tandanya para informan masih

memilih mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Rahmat (dalam Ali, 2007) religiusitas

adalah sikap keagamaan yaitu suatu keadaan yang ada

dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah

laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.12

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai

sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya

terjadi ketika seseorang melakukan prilaku ritual

(beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang

didorong oleh kekuatan supranatural. Karena itu,

keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi

dan dimensi. Dengan demikian, agama adalah system yang

berdimensi banyak. Menurut Glock & Stark (Robertson,

1988) 13, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu

dimensi keyakinan, dimensi praktik agama (ritual dan

ketaatan), dimensi pengetahuan agama, dimesi pengalaman

dan konsekuensi, dan dimensi penghayatan.

a. Dimensi Keyakinan

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

dengan tiga informan pengemis di Kampung Kebanyakan

menunjukan hasil bahwa ketiga informan memiliki

keyakinan terhadap agama yang dianutnya. Dari ketiga

12Satriani, dalam skripsi Hubungan Tingkat Religiusitas dengan

Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau, Fakultas

Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011, h.26. 13Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), hal. 76.

Page 110: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

97

informan semuanya beragama islam dan meyakini akan

adanya Allah SWT serta kekuasaanya, para informan

meyakini bahwa segala yang terjadi saat ini merupakan

cobaan dari Allah SWT dan harus sabar dalam

menjalaninya.

Ketiga informan juga meyakini akan adanya surga

dan neraka, dan juga meyak akan adanya malaikat yang

selalu mengawasi dan mencatat perbuatan mereka, yaitu

perbuatan baik dan juga perbuatan buruk mereka,

sehingga para pengemis merasa takut jika berbuat

kesalahan.

ketiga informan pengemis di Kampung

Kebanyakan bukan hanya meyakini akan adanya Allah

SWT tetapi juga melaksanakan segala perintah yang

diwajibkan oleh Allah sebagai bentuk ketaatan mereka

pada Tuhannya. Dari hasil wawancara dan pengamatan

peneliti, para pengemis rutin melaksanakan ritual

keagamaan yang diwajibkan. Seperti shalat fardhu lima

waktu, puasa bulan ramadhan dan membayar zakat fitrah.

b. Dimensi Praktik Agama

Meskipun dalam pelaksanaannya belum sempurna

namun ketiga informan berusaha supaya bisa menjalankan

kewajiban mereka, misalnya dalam melaksanakan shalat

lima waktu mereka sering menjama’ shalat mereka

meskipun tidak sedang berada dalam perjalanan jauh,

sedangkan persyaratan dibolehkannya menjama’ shalat

adalah ketika seseorang sedang dalam perjalanan jauh.

Page 111: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

98

Mereka menjama’ shalat dengan alasan capek setelah

melaksanakan aktivitas sehari-hari. Para informan sering

menjama’ shalat dzuhur dengan shalat ashar. Saat bulan

ramadhan para informan juga melaksanakan

kewajibannya dalam berpuasa dan membayar zakat fitrah,

meskipun harus membayar zakat fitrah dari hasil

meminta-minta.

Ketiga informan juga menjalankan ritual

keagamaan lainnya seperti bersedekah, bersosialisasi baik

di masyarakat dan juga membaca al-Qur’an. Namun tidak

semua informan yang diteliti bisa membaca al-qur’an, ada

satu informan yaitu informan SH tidak bisa membaca al-

qur’an dan tidak mau belajar karena sudah tua jadi malu

jika masih belajar al-qur’an.

c. Dimensi Pengetahuan Agama

Pengetahuan agama yang dimiliki oleh para

pengemis lumayan baik, buktinya para pengemis meyak

akan adanya Allah dan mengetahui segala perintah serta

larangan Allah SWT. Bahkan informan UH dan TI

mengetahui tentang larangan meminta-minta, informan

UH pernah diberi tahu oleh Ustadz bahwa setiap uang

yang diterima ketika meminta-minta di dunia kelak di

akhirat akan menjadi api.

Para informan hanya sekilas mengetahui larangan

meminta-minta tapi tidak benar-benar mendalaminya,

buktinya mereka tidak mengetahui ayat al-qur’an dan hadits

Page 112: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

99

yang menyebutkan bahwa meminta-minta merupakan

perbuatan yang dilarang, sesuai dengan hadits yang artinya:

“Telah berkata kepada kami Abu Bakar bin Abi

Syaibah telah berkata kepada kami Ibnu Fudail dari

Umarah bin al-Qa’qa dari Abi Zur’ah dari Abi hurairah

berkata: Rasulullah SAW bersabda: “barangsiapa yang

meminta harta kepada orang lain untuk memperkaya diri

maka sesungguhnya dia hanyalah meminta bara api, maka

silahkan mereka meminta sedikit atau banyak”. (Musnad

Abi Ya’la, Juz. 10, hlm. 474, No 6087)14

d. Dimensi Pengalaman dan Dimensi Konsekuensi

Dimensi pengalaman atau dimensi konsekuensi

merupakan dimensi yang mengacu pada akibat-akibat

keyakinan keagamaan, praktik, dan pengetahuan. Dalam

hal para informan memiliki pengalaman keagamaan yang

cukup, pengalaman didapat ketika para informan

konsisten mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim, di

Majelis Ta’lim informan mendapatkan pelajaran-pelajaran

tentang ilmu Fiqh, Akhlak dan juga pekerjaan.

Para informan rutin mengikuti pengajian setiap

hari selasa di Majelis Ta’lim dan dari Majelis Ta’lim lah

para informan mendapatkan pengetahuan serta

pengalaman keagamaan, dan menambah keyakinan

informan terhadap agama dan tuhannya serta membawa

14Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Wal Aqidah As-Shofa (STISA)

Tasikmalaya, Arah dan Kritik dengan Metode Takhrij Hadits Tentang Meminta-minta, Volume 03, Nomor 06, Tahun 2016, hlm. 22.

Page 113: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

100

informan agar berprilaku baik serta tidak lagi menjadi

pengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan hasil penelitian lewat wawancara dan

observasi yang peneliti lakukan, dari ketiga informan

semuanya meyakini akan adanya Allah dan segala

ketentuannya serta melaksanakan praktik keagamaan yang

diwajibkan setiap harinya. Informan UH serta TI memiliki

pengetahuan agama yang baik serta mengetahui bahwa

mengemis merupakan pekerjaan yang tidak dibolehkan

agama, namun informan SH belum begitu memahamai

ilmu agama serta belum mengetahui tentang larangan

meminta-minta dari segi agama islam.

Dari ketiga informan pengemis belum ada yang

benar-benar menghayati sikap religiusitas yang sudah

berkembang dalam dirinya, biasanya sikap atau tindakan

seseorang jika sudah benar-benar menghayati ajaran

agamanya maka tindakannya pun akan sesuai dengan

yang diatur oleh agama tersebut seperti pemilihan

pekerjaan tetap menjadi seorang pengemis atau akan

mencari jalan lain supaya bisa mendapatkan uang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kemantapan jiwa orang dewasa setidaknya

memberikan gambaran tentang bagaimana sikap

keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah

memiliki tanggung jawab terhadap nilai yang dipilihnya,

baik nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun

nilai-nilai yang bersumber dari ajaran yang lain. Sikap

Page 114: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

101

keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang

luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu,

sikap keberagamaan itu umumnya juga dilandasi oleh

pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang

ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang

dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar

ikut-ikutan.15

Dari ketiga informan yang diteliti oleh peneliti

menujukan bahwa sikap keberagamaan mereka tidak

sepenuhnya sesuai dengan ajaran agama islam, karena

dalam islam dilarang untuk meminta-minta namun mereka

masih tetap meminta-minta dengan alasan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, padahal dari segi fisik

dan jika ada keinginan bekerja selain mengemis mereka

masih memiliki fisik yang cukup baik, kecuali informan

SH yang fisiknya sudah lemah serta tidak bisa berfungsi

dengan sempurna (cacat) namun anak-anak informan SH

sudah dewasa dan memiliki pekerjaan dan bisa memenugi

kebutuhan hidup kedua orang tuanya sehingga informan

tidak lagi bekerja sebagai pengemis

Ketiga informan pada dasarnya memiliki

pemahaman agama yang cukup baik, hanya saja

pengetahuan mereka hanya sekedar pengetahuan dan tidak

diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya

para informan benar-benar didampingi dalam hal

15Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996), hlm. 107.

Page 115: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

102

penanaman sikap religiusitas supaya bisa benar-benar

menghayati apa yang sudah diketahui mereka. Terutama

untuk perubahan prilaku mereka yang setiap hari rutin

untuk mengemis.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, informan

UH dan TI memang sudah memiliki kesadaran akan

pentingnya ilmu agama serta memiliki keyakinan adanya

Allah SWT, adanya hari akhir nanti, dan menyadari apa

yang dilakukan saat di dunia akan dimintai pertanggung

jawaban di akhirat, termasuk profesinya sebagai

pengemis. Setelah mendapatkan bimbingan religi

Informan UH dan TI mencari uang bukan dengan cara

mengemis saja namun juga mau bekerja sebagai kuli cuci

baju, setrika baju, nyapu, ngepel dan membersihkan

halaman dari rumput-rumput liar.16

Berbeda dengan informan UH dan TI, informan

SH tidak memiliki perhatian yang lebih besar terhadap

agama, karena meskipun informan SH rutin mengikuti

pengajian, hanya sebatas ikut saja tapi tidak begitu paham

dengan apa yang disampaikan oleh ustadznya, bisa

dikatakan informan SH beragama islam karena

merupakan agama turun temurun dari orang tuanya dan

lingkungan disekitar tempat tinggal beragama islam serta

rutin mengikuti pengajian.

Meskipun belum sempurna dalam perubahan yang

terjadi pada ketiga informan tetapi dapat disimpulkan

16Hasil Observasi, Senin 08 April 2019.

Page 116: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

103

bahwa religiusitas berpengaruh pada mentalitas kerja

pengemis.

Tabel 5.2 Perkembangan Religiusitas dan Mentalitas

Kerja Pengemis

NO Perkembangan

Religiusitas

Perkembangan Mentalitas

Kerja Pengemis

1 Pra perkembangan

religiusitas, agama

sebagai formalitas bagi

ketiga informan.

Bekerja sebagai pengemis tanpa

mengetahui hukumnya.

2 Pasca dan selama

perkembangan

religiusitas UH dan TI,

mengikuti ritual dan

menjalankan kewajiban

agama.

Sadar dan mulai untuk mencari

pekerjaan selain mengemis,

seperti kuli cuci, setrika, nyapu

dan lain-lain

3 Pasca dan selama

perkembangan

religiusitas SH,

mengikuti ritual dan

menjalankan kewajiban

agama tapi tidak atas

dasar kesadaran sendiri.

Tidak ada perubahan yang

significant dalam memilih

pekerjaan, karena mengemis

merupakan satu-satunya pekerjaan

yang bisa dilakukan oleh

informan.

Page 117: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

104

BAB VI

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tentang Religiusitas dan

Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung Kebanyakan Kota

Serang - Banten ini, dapat disimpulkan hasil penelitian

bahwa ternyata religiusitas bisa merubah mentalitas kerja

pengemis namun tidak mudah. Buktinya dari ketiga

informan yang diteliti dua informan memiliki sedikit

perubahan mentalitas kerjanya dan satu informan tidak ada

perubahan pada mentalitas kerjanya.

1. Dari ketiga informan, informan UH dan TI memiliki

perubahan mentalitas kerja sebagai pengemis setelah

mendapatkan bimbingan religiusitas dari pengajian di

Majelis Ta’lim dan menanamkan nilai-nilai religiusitas

pada diri informan meskipun belum sepenuhnya

meninggalkan pekerjaannya sebagai pengemis. Informan

UH dan TI, mulai ada kesadaran untuk mencari pekerjaan

lain misalnya, menjadi kuli cuci, kuli setrika serta bersih-

bersih dan beres-beres rumah, supaya bisa mendapatkan

uang dan tidak terus mengandalkan uang dari hasil

mengemis

2. Pada informan SH belum ada perubahan mentalitas kerja

sebagai pengemis, karena atas pengakuan informan SH

mengikuti pengajian juga bukan karena keinginan sendiri

atau karenapentingnya ilmu yang akan didapat namun

karena keterpaksaan dan ketakutan jika tidak mengikuti

104

Page 118: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

105

pengajian akan menjadi pembicaraan tetangga, sehingga

nilai-nilai religiusitas yang ditanamkan dalam pengajian

tersebut tidak berkembang dalam diri informan SH.

B. Implikasi

Dari hasil tentang penelitian Pengaruh Religiusitas

terhadap Mentalitas Kerja Pengemis di Kampung

Kebanyakan dapat dilihat bahwa religiusitas dapat

merubah mentalitas kerja pengemis, dan religiusitas pada

informan dapat berkembang dari pengajian di Majelis

Ta’lim yang diikuti oleh para informan.

Ketiga informan memiliki dimensi keyakinan yaitu

meyakini akan adanya Allah SWT dan juga meyakini akan

adanya hari akhir nanti yang akan dimintai pertanggung

jawaban dari apa yang dilakukan di dunia, serta meyakini

bahwa Allah SWT yang telah mengatur segala jalan

hidupnya sekarang ini. Informan UH dan TI memiliki

dimensi pengetahuan yang didapat dari pengajian di

Majelis Ta’lim.

Ketiga informan melakukan ritual keagamaan

seperti mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim,

menjalankan kewajiban shalat lima waktu, melaksanakan

puasa ketika bulan ramadhan, membayar zakat fitrah

meskipun dari hasil meminta-minta, dan rutin membaca al-

qur’an setiap setelah shalat ketika malam hari apalagi jika

ada anggota keluarga yang sedang sakit akan lebih sering

membaca al-qur’an karena sesuai dengan yang

disampaikan oleh pembimbing bahwa al-qur’an sebagai

Page 119: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

106

penyembuh dan penenang. Kecuali informan SH yang

tidak bisa membaca al-qur’an dan tidak mau belajar

membaca al-qur’an dengan alasan malu karena sudah tua.

Religiusitas dapat merubah mentalitas kerja ketiga

informan pengemis. Dalam penelitian ini perubahan dapat

dilihat pada informan UH dan TI, yang sudah menyadari

akan nilai-nilai yang ada dalam religiusitas, meskipun

belum sepenuhnya meninggalkan aktivitas mengemis

namun sudah mulai menjalankan pekerjaan lain untuk

mendapatkan uang. Kecuali pada informan SH yang belum

menyadari nilai-nilai religiusitas sehingga belum ada

kesadaran untuk meninggalkan aktivitasnya sebagai

pengemis.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

a. Dalam proses bimbingan religi sebaiknya para informan

benar-benar didampingi sampai adanya kesadaran untuk

tidak meminta-minta dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

b. Pembimbing religi sebaiknya lebih memperhatikan para

jama’ah di pengajian supaya materi yang disampaikan

dapat diterima terutama oleh para informan pengemis.

c. Kesulitan teori tentang pengaruh religiusitas terhadap

mentalitas kerja pengemis adalah problem utama dalam

menganalisis penelitian ini, akan tetapi peneliti sudah

berusaha semaksimal mungkin untuk menjelaskan

Page 120: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

107

tentang pengaruh religiusitas terhadap mentalitas kerja

pengemis dengan teori yang ada sehingga dapat menjadi

salah satu sudut pandang serta dapat memberikan

kontribusi yang bersifat membangun dan beragam.

d. Peneliti mengakui dengan kesadaran penuh bahwa

masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, sehingga

kekurangan tersebut diharapkan bagi peneliti

selanjutnya bisa menggali lebih mendalam dengan

fenomena yang sama atau berbeda sehingga

menemukan suatu hal yang baru sebagai pembanding

dengan penelitian ini.

Page 121: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. (2002). Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ahmad, M. (2010). Strategi Kelangsungan Hidup Gelandangan

dan Pengemis (Gepeng). Vol.7. No. 2.

Almanshur, M. D. (2016). Metode Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Amaliah, I., A, Julia., & Westi Riani. (2013). Pengaruh Nilai Islam

Terhadap Kinerja Kerja. mimbar, Vol. 29, No.2.

Amin, S. (2016). Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesuaian

Diri Remaja Suku Baduy Luar Yang Bersekolah di Luar

Baduy. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ancok, Djamaludin & Fuadh Nashori Suroso. (1995). Psikologi

Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ancok, Djamaludin & Fuadh Nashori Suroso (2008). Solusi Islam

Atas Probelm-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Anggraeni, R. (2016). Peran Dinas Sosial dalam Merehabilitasi

Mental Gelandangan dan Pengemis. Skripsi, Jurusan

Bimbingan Konseling Islam Fakultas Ushuludin Dakwah

dan Adab, Institut Agama Islam Negeri "Sultan Maulana

Hasanudin" Banten.

Anoraga, P. (2014). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta Cet.

Ke-6.

Arifin, H. M. (1997). Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan

Rohaniah Manusia. Jakarta: Bulan Bintang.

As'ad, M. (1980). Psikologi Industri. Yogyakarta: Lembaga

Management YKPN.

Azis, A. (2014). Proses Konversi Spiritual (studi fenomenologi

pada remaja tunanetra). Skripsi, Program Studi Psikologi

Page 122: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Bahasa, T. P. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Radar Banten. (2018). Di Banten ada 2.674 Pengemis. Serang:

Radar Banten. https://www.radarbanten.co.id/di-banten-

ada-2-674-pengemis/.

Radar Banten. (2018). Kisah Miris Budaya Mengemis Dari

Kampung Pengemis Bag. 1. Serang: Radar Banten.

https://www.radarbanten.co.id/kisah-miris-budaya-

mengemis-dari-kampung-pengemis-bag-1/.

Darajat, Z. (1990). Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental.

Jakarta: Bulan Bintang Cet. Ke-4.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta:

Erlangga.

Jahja, Y. (2019). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Jalaludin. (2007). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Palupi, A. O. (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan

Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi

Kabupaten Tegal. Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Purnomo, H. (2017). Spiritualitas dan Prilaku Pengemis di Kota

Cirebon. Jakarta: Cakrawala Budaya.

Rayana, J. (2016). Arah dan Kritik dengan Metode Takhrij Hadits

Tentang Meminta-minta. Vol. 3. No. 6.

Saputro, A. (2011). Pengaruh Persepsi Tentang Gepeng

(Gelandangan dan Pengemis) dengan Pengambilan

Keputusan. Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 123: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Sari, A. D. (2018). Pelembagaan Prilaku Pengemis di Kampung

Pengemis (studi deskriptif di kampung pragaan daya

kecamatan pragaan kabupaten sumenep). Journal unair,

http://juornal.unair.ac.id/download-fullpapers-

kmnts48ab4a8caa.full.pdf.

Sari, A. F. (n.d.). Sikap Mental Pengemis di Kompleks Pecinan

Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.

Skripsi: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.

Saroso, S. (2012). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.

Indeks.

Satriani. (2011). Hubungan Tingkat Religiusitas dengan

Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuludin UIN Suska Riau.

Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif, Kuantitatif

dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Waluyo, M. (2015). Manajemen Psikologi Industri. PT Indeks, 62-

63.

Yuniarti, L. (n.d.). Prilaku Pengemis di Alun-alun Kota

Probolinggo. Jurnal, Program Studi Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.

sile:///D:/JURNAL/JURNAL%20DAN%20SKRIPSI/jurn

al%20prilaku%pengemis.pdf.

Page 124: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 125: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 126: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 127: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 128: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 129: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 130: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 131: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 132: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 133: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe
Page 134: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA

a. Pedoman Guide Observasi

Nama Inisial :

Usia :

Jenis Kelamin :

Tabel 1. Blue Print Guide Observasi Penelitian

Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja

Pengemis

NO Aspek Keterangan Proses Pengaruh Religiusitas

terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

1. Keseharian informan

menjalani hidup

sebagai pengemis

Permulaan terjadinya proses pengaruh religiusitas

terhadap mentalitas kerja pengemis, peneliti

mengamati informan secara keseluruhan dimulai

dari sikap verbal dan non verbal, interaksi dengan

orang lain atau grupnya. Dan mengamati sejauh

mana kesungguhan, kesadaran, motivasi kuat

informan untuk tidak mengemis.

2. Kondisi informan saat

diwawancara.

Sikap saat menjawab setiap pertanyaan, ekspresi

wajah, gesture tubuh, intonasi suara, dan kontak

mata.

3. Pola dalam berinteraksi

informan dengan

Tuhannya dan

lingkungan sekitar

seperti lingkungan

keluarga dan

masyarakat.

Apa saja bentuk ibadah yang dilakukan informan,

bagiamana informan berinteraksi dan

berkomunikasi dengan Tuhan dan lingkungan

sekitarnya.

4. Suasana rumah

informan

Kegiatan informan di rumah. Suasana keakraban

dan kebersamaan antar anggota keluarga.

Page 135: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Tabel II. Guide Wawancara Pada Informan

(Religiusitas)

B. Tabel blue print wawancara (Religiusitas)

Nama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan :

Hari/tanggal wawancara :

Waktu wawancara :

Lokasi wawancara :

No Indikator Pertanyaan

1. Identitas informan a. Bisa tolong ceritakan identitas

anda secara keseluruhan?

b. Bagaimana awal menjadi

pengemis?

c. Apa yang dirasakan ketika

menjadi pengemis?

2.

Keyakinan a. Apakah yakin Allah yang

mengatur jalan kehidupan

terbaik?

b. Bagaimana bisa yakin Allah

tempat meminta perlindungan

dan pertolongan?

c. Apakah yakin akan adanya

malaikat dan menyakini bahwa

malaikat akan mencatat segala

amal perbuatan?

d. Apakah yakin bahwa al-Quran

dapat memberikan ketenangan

dan kesembuhan batin?

e. Kenapa meyakini bahwa al-

Quran memberikan ketenangan

dan kesembuhan batin?

f. Bagaimana bisa yakin akan

perbuatan yang dilakukan akan

ada perhitungannya dan balasan

di hari akhir?

g. Apakah yakin yang terjadi adalah

kehendak Allah?

Page 136: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

h. Apakah yakin adanya makhluk

gaib sehingga harus senantiasa

berlindung kepada Allah dari

gangguang?

3. Ritual a. Apakah rutin melaksanakan

shalat wajib berjama’ah?

b. Kenapa melaksanakan shalat

berjama’ah?

c. Dimana biasa melaksanakan

shalat berjama’ah?

d. Apakah rutin melaksanakan

shalat sunnah (rawatib, dhuha,

tahajud)?

e. Bagaimana perasaan setelah

melaksanakan shalat?

f. Apakah melaksanakan puasa

dibulan ramadhan?

g. Apakah rutin melaksanakan

puasa sunnah?

h. Kenapa melaksanakan puasa

sunnah?

i. Apakah membayar zakat yang

wajib dikeluarkan?

j. Apakah rutin mengeluarkan infaq

dan sedekah?

k. Kapan mengeluarkan infaq dan

sedekah?

l. Dimana mengeluarkan infaq dan

sedekah?

m. Apakah terbiasa membaca

do’a/basmallah sebelum

melaksanakan sesuatu?

n. Apakah selalu melaksanakan

zikir pagi petang atau setelah

shalat?

4. Penghayatan a. Apakah selalu merasa diawasi

oleh Allah?

b. Kapan Allah mengawasi

umatnya?

Page 137: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

c. Apakah merasa dilindungi oleh

Allah?

d. Bagaimana Allah melindungi

umatnya?

e. Apakah merasa tenang setelah

shalat atau zikir?

f. Bagaimana Allah mengabulkan

do’a-do’a yang dipanjatkan?

g. Kapan Allah mengabulkan do’a

yang dipanjatkan?

h. Dimana biasa melakukan

aktivitas berdo’a?

i. Apakah merasa Allah

memberikan nikmat yang

banyak?

j. Apakah merasa Allah

memberikan musibah supaya bisa

lebih beriman?

k. Siapa yang paling ditakuti ketika

melakukan perbuatan yang

dilarang oleh agama?

l. Kenapa masih melakukan

pekerjaan mengemis?

m. Apakah pekerjaan yang

dilakukan diniatkan untuk

ibadah?

5. Pengetahuan a. Apakah memahami bahwa

sumber ajaran islam adalah al-

Quran dan sunnah/hadits shahih?

b. Bagaimana islam mengajarkan

untuk bersabar dalam

menghadapi musibah dan

kesulitan?

c. Apakah mengetahui bahwa Allah

melarang hambanya untuk

meminta-minta (mengemis)?

d. Siapa yang memerintahkan untuk

mengemis?

e. Bagaimana perasaan ketika

mengemis?

Page 138: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

f. Kapan melakukan praktek

mengemis?

g. Apakah mengetahui do’a-do’a

saat menghadapi kesulitan?

h. Bagaimana do’a yang

dipanjatkan saat menghadapi

kesulitan?

Page 139: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Tabel II. Guide Wawancara Pada Informan

(Mentalitas Kerja)

B. Tabel blue print wawancara (Mentalitas Kerja)

Nama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan :

Hari/tanggal wawancara :

Waktu wawancara :

Lokasi wawancara :

No Indikator Pertanyaan

1. Sikap a. Bagaimana ibu bisa memilih mengemis sebagai

pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup?

b. Pernahkah ibu melakukan pekerjaan selain

mengemis?

c. Bagaimana cara ibu supaya orang bisa

memberikan uang untuk ibu?

d. Apakah ibu meyakini bahwa mengemis

merupakan pekerjaan yang baik?

e. Apakah ibu mendukung jika ada anak atau

anggota keluarga yang lain ikut mengemis?

f. Bagaimana ibu menyikapi orang yang

membicarakan profesi ibu sebagai pengemis?

g. Selama ini apakah ibu aktif bersosialisasi

dengan warga sekitar dalam kegiatan sosial

atau yang lainnya?

2. Emosi 1. Apakah ibu senang bekerja sebagai pengemis?

2. Apakah ibu merasa puas dengan hasil yang

didapat dari mengemis?

3. Adakah rasa bersalah ketika ibu mendapatkan

uang dari mengemis?

4. Adakah ketenangan dalam diri ibu ketika

sedang mengemis?

5. Apakah ibu merasa terganggu dengan ucapan

orang lain yang membicarakan tentang profesi

ibu sebagai pengemis?

Kebutuhan 1. Apa yang ibu butuhkan saat ini?

2. Seberapa besar kebutuhan ibu dan

keluarga?

Page 140: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

3. Apakah dengan mengemis kebutuhan ibu

tercukupi?

4. Bagaimana ibu mengatur keuangan supaya

mencukupi kebutuhan ibu?

5. Apakah kebutuhan pangan baik makan dan

minum ibu dan keluarga tercukupi?

6. Pernahkan ibu dan keluarga merasakan

tidak makan seharian?

7. Apakah kebutuhan sandang berupa pakaian

ibu dan keluarga terpenuhi dan cukup layak

untuk dipakai?

Page 141: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Tabel III. Guide Wawancara dengan Significant Other

B. Tabel blue print wawancara dengan significant

other

Nama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan :

Hari/tanggal wawancara :

Waktu wawancara :

Lokasi wawancara :

Tabel Wawancara untuk Significant Other

1. Identitas diri significant

others

a. Bisa anda perkenalkan identitas anda?

b. Bagaimana kedekatan anda dengan

informan?

c. Sudah berapa lama anda mengenal

informan?

d. Bagaimana relasi anda dengan informan

dan sejauh mana anda mengenal dengan

informan?

2. Persepsi masyarakat

terkait pengaruh

religiusitas terhadap

mentalitas kerja pada

informan (pengemis)

a. Sejauh ini menurut anda bagaimana

sikap dan prilaku keseharian informan,

baik di lingkungan keluarga dan

masyarakat?

b. Bagaimana kesadaran informan dalam

melaksanakan praktik ibadah?

c. Apakah informan sering mengikuti

kajian-kajian keagamaan?

d. Menurut anda apakah informan

mengemis untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya atau untuk memperkaya diri?

e. Bagaimana gaya hidup informan sehari-

hari?

3. Pandangan mengenai

proses religiusitas

informan

a. Bagaimana anda melihat informan

sebagai sosok yang memiliki

religiusitas?

b. Sejauh ini adakah sikap yang menonjol

dari religiusitas infornan?

Page 142: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

c. Pernahkah informan mengalami kendala

dalam melakukan praktik religiusitas

(beribadah)?

d. Bagaimana pandangan anda tentang

hubungan informan terhadap Tuhan dan

lingkungan sekitarnya?

e. Apa saja bentuk ibadah yang sering

informan lakukan?

Page 143: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

WAWANCARA TOKOH AGAMA

Nama : Sahibis

Usia : 65 tahun

Alamat : Kampung Kebanyakan Ds. Sukawana

Pendidikan : SMA

Hari/tanggal wawancara : Senin/25 Februari 2019

Lokasi wawancara : Majelis Ta’lim

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamua’laikum pak, saya Aat

dari UIN Jakarta sedang

mengadakan penelitian, saya mau

mewawancarai bapak apakah

bisa?

Wa’alaikumsalam iyah nong boleh

Sebelumnya boleh minta jelaskan

profil tentang pak ustadz?

Iya, saya biasa di panggil Pak haji

atau ada juga yang manggil Ustad

Sabihis, usianya 65 tahun saya

punya pesantren dan ngajar disana

saya juga lulusan pesantren dan

sering mengisi pengajian ibu-ibu

Pak ustadz kalo boleh tau sudah

berapa lama mengisi pengajian

ibu-ibu disini?

Udah lumayan lama ngisi pengajian

disini mah, pokoknya setiap hari

selasa pagi saya biasa ngisi

pengajian disini dari jam 09.00-

11.00

Pak Ustadz mengetahui bahwa

ada warga yang mengemis disini?

Iya nong udah tau, biasa juga

mereka ikut pengajian kok disini

setiap minggunya

Bagaimana tanggapan Pak

Ustadz saat melihat ada warga

yang mengemis?

Sudah lama mengisi

pengajian di Majelis ta’lim

ibu-ibu di Kampung

Kebanyakan Desa

Sukawana Kecamatan

Serang

Mengetahui akan adanya

warga/jama’ah

pengajiannya yang

berprofesi sebagai

pengemis

Page 144: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

75

Bingung sih nong ya, sebenernya

mah kan gak boleh dalam ajaran

islam meminta-minta itu

Oh gitu tapi pak ustadz sudah

pernah mengingatkan ke mereka

supaya tidak lagi mengemis?

Sudah nong, udah sering malah,

setiap dipengajian juga sering

diomongin kalo mengemis itu

dilarang oleh agama. Tapi jawaban

mereka kalo istilah jaman

sekarangnya mah “lu lu gua gua”

jadi masing-masing aja gitu katanya,

ada juga yang jawab ini kan bukan

urusan pak ustad jadi gak usah ikut

campur saya kan banyak keperluan

dan pak ustad juga gak bisa ngasih

dan memenuhi kebutuhan saya” jadi

ya terserah mereka aja sekarang

mah. Sering diingetin pokoknya

mah.

Ketika pengajian mereka hadir

terus pak?

hadir mah hadir terus nong cuman

susah dinasehati, disuruh berenti

juga gak mau. Dari pemerintah juga

udah pernah ngasih bantuan

maksudnya mah supaya jangan

ngemis lagi dikasih modal buat

dagang paling bertahan semingu

setelah itu berangkat ngemis lagi,

dipengajian bapak-bapak juga

sering diingetin. Pastikan yang diliat

kiyai nya gimana, jadi sekarang mah

jangan liat kiyai gimana intinya kita

sudah sering ngingetin di pengajian-

pengajian baik pengajian ibu-ibu

ataupun pengajian bapak-bapak.

Menurut bapak bagaimana

pemahaman agama mereka?

Gimana ya, intinya mereka bukan

orang bodoh, harusnya orang bodoh

ngikut ke orang pinter tapi mereka

enggak, mereka paham surga neraka

Merasa bingung dengan

kondisi

warganya yang mengemis,

padahal sudah diberikan

penjelasan supaya tidak

mengemis lagi namun

mereka menghiraukan

Mereka mengatakan bukan

urusan Pak Ustadz lagi

karena mereka mengemis

untuk kebutuhan kecuali

jika pak ustadz mau

menanggung segala

keperluan mereka

Para pengemis rajin

mengikuti pengajian tapi

hanya sekedar hadir tidak

benar-benar mengikuti

pengajian untuk

mendapatkan tambahan

ilmu-ilmu agama

Pemerintah sudah pernah

memberikan bantuan

berupa modal usaha namun

tidak pernah bertahan lama,

setelah 1 minggu kemudian

mereka kembali lagi

mengemis

Pengemis paham tentang

pengetahuan agama, adanya

surga neraka dan yang

diharamkan untuk

Page 145: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

80

85

90

95

100

105

110

115

cuman gitu sudah jadi kecintaan,

kan pak haji juga udh pernah

ngomong mengemis itu tidak selalu

haram, kalo untuk makan mah bisa,

kecuali bagi mereka yang kelaparan

terus ngemis makan udah kenyang

berenti, tapi inikan nggak, mereka

mengemis untuk kekayaan, benerin

rumah, motor, terus juga kan kalo

yang badannya masih sehat mah

bisa aja kuli nyuci, itu yang pak haji

haramkan.

Pengemis disini termasuk

kedalam pengemis yang

diharamkan atau bukan pak?

justru itu nong, bukan cuman

sekedar makan, rumah-rumah kan

udah layak yah, di kampung

kebanyakan ini gak ada yang sampe

gak makan, gak ada yang beberiman

untuk makan semuanya untuk

kekayaan, makan pengennya beli di

warung duitnya 100rban tapi kalo

diomongin ya mereka jawabnya

sebodo masing-masing aja, kalo

terus-terusan diomong takut malah

jadi fitnah.

Menurut bapak sebelum adanya

pengajian ini mereka bagaimana

pak?

Sebelum ada pengajian mereka

ngemis bener-bener buat

memperkaya diri, pengemis disini

kan bukan pengemis sehari dua hari

nong tapi udah tahunan, dulu

mereka berangkat pagi pulang sore,

makanya kan sampe kebangun

rumah terus didalem rumahnya juga

nggak kosong nong, semacam tv

mah ada. Liat aja kan rumahnya juga

udah bangunan permanen semua

kalo orang luar mah gak bakal

berfikir kalo itu rumah pengemis

meminta-minta, namun

masih menuruti ego untuk

memenuhi kebutuhan hidup

(kekayaan)

Pengemis di Kampung

Kebanyakan adalah

pengemis yang mengemis

untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan menuruti gaya

hidupnya

Di Kampung Kebanyakan

tidak ada yang termasuk

orang yang diperbolehkan

untuk mengemis

Sebelum adanya pengajian

mengemis dijadikan profesi

utama yang bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya

Page 146: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

120

125

130

istilahnya mah orang yang gak

mampu nong.

Iyah yah pak rumahnya lumayan

udah dikeramik semua, proses

mereka mengikuti pengajian ini

bagaimana pak?

Kalau pengajian mereka rutin nong

setiap hari selasa itu mereka nggak

berangkat ngemis buat ikut

pengajian ini, maknaya kan kata

bapak juga kalo sekedar ilmu doang

mah mereka itu pinter-pinter nong

Hehe iyah yah pak, kalau setelah

mereka rutin ikut pengajian Ini

ada perubahan yang terlihat

nggak pak?

Mendingan kayaknya nong mereka

ada waktunya mau shalat, terus

sekarang mah kalo ngemis itu

cuman dari pagi sampe siang doang

nong, kalo udah sekiranya dapet ya

udah pada pulang, terus ada juga

yang ngemis sambil cari kerjaan

sampingan bilangnya sih gitu nong.

Para pengemis rutin

mengikuti pengajian

Setelah adanya pengajian

pengemis mau

melaksanakan kewajiban

yaitu shalat lima waktu

Page 147: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Tokoh Agama Tentang Pengaruh

Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Interpretasi Kategori Sub Kategori

Sudah lama mengisi

pengajian di Majelis ta’lim

ibu-ibu di Kampung

Kebanyakan Desa Sukawana

Kecamatan Serang (W/SS:

17-20)

Pembimbing agama

di Kampung

Kebanyakan

Proses pemberian

bimbingan religi

Mengetahui akan adanya

warga/jama’ah pengajiannya

yang berprofesi sebagai

pengemis (W/SS: 23-25)

Tahu aktivitas

mengemis di

Kampung

Kebanyakan

Mereka mengatakan bukan

urusan Pak Ustadz lagi

karena mereka mengemis

untuk kebutuhan kecuali jika

pak ustadz mau menanggung

segala keperluan mereka

(W/SS:39-45)

Para pengemis tidak

menerima nasihat

untuk berhenti

sebagai pengemis

Tidak menerima

nasehat kecuali ada

cara lain untuk

mendapatkan uang

Para pengemis rajin

mengikuti pengajian tapi

hanya sekedar hadir tidak

benar-benar mengikuti

pengajian untuk

mendapatkan tambahan

ilmu-ilmu agama (W/SS: 50-

52)

Mengikuti pengajian

tidak atas dasar

kesadaran

Kebutuhan akan ilmu

tidak tertanam dalam

diri pengemis

Pemerintah sudah pernah

memberikan bantuan berupa

modal usaha namun tidak

pernah bertahan lama,

setelah 1 minggu kemudian

mereka kembali lagi

mengemis (W/SS: 52-57)

Tidak bertahan lama

ketika diberikan

peluang untuk bekerja

selain mengemis

Bantuan dari

pemerintah sudah

pernah diterima

Pengemis paham tentang

pengetahuan agama, adanya

surga neraka dan yang

diharamkan untuk meminta-

minta, namun masih

menuruti ego untuk

Para informan

memiliki pengetahuan

agama yang cukup

baik, namun tetap

mengemis

Pengetahuan agama

tidak menjamin

seseorang akan

bertingkah laku baik

Page 148: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

memenuhi kebutuhan hidup

(kekayaan) (W/SS: 66-79)

Pengemis di Kampung

Kebanyakan adalah

pengemis yang mengemis

untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan menuruti gaya

hidupnya (W/SS: 75-80)

Bukan termasuk

pengemis yang

dibolehkan

Mengemis untuk

memenuhi kebutuhan

hidup

Di Kampung Kebanyakan

tidak ada yang termasuk

orang yang diperbolehkan

untuk mengemis (W/SS: 84-

90)

Sebelum adanya pengajian

mengemis dijadikan profesi

utama yang bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya (W/SS:

98-110)

Sikap sebelum

adanya pengajian

Profesi utama adalah

mengemis

Para pengemis rutin

mengikuti pengajian (W/SS:

115-120)

Kesadaran akan

rutinitas yang baik

yang harus diikuti

Proses mendapatkan

bimbingan religi

Setelah adanya pengajian

para pengemis mau

melaksanakan kewajiban

yaitu shalat lima waktu

(W/SS: 124-130)

Di tempat pengajian

diingatkan supaya

melaksanakan

kewajiban sebagai

seorang muslim

Perubahan sikap

religiusitas

Page 149: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Wawancara 1 – X1

Nama : UH

Usia : 42 tahun

Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Pengemis

Waktu Wawancara : Minggu/ 09-12-2018

Lokasi Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamu’alaikum apakah kabar bu? Ibu

dengan ibu UH?

Iya nong saya UH, ada apa yah nong

Gak papa bu, mau minta waktunya sebentar

buat ngobrol-ngobrol bisa bu?

Iyah bisa nong

Ibu kesehariannya bekerja?

Saya mah ngemis nong, ibu saya juga sama

dulunya pengemis juga, sekarang mah nggak

orang udah tua geh

Selain mengemis apakah ibu punya keahlian

lain?

gak ada nong, namanya orang kampung, gak

bisa apa-apa paling ya kuli nyuci

oh gitu, tapi ibu sebenernya pengen nggak sih

punya penghasilan selain dari mengemis?

Pengennya mah nong meningkat nggak ngemis

terus, kalo punya mah pengen jualan cuman mau

minjem uangnya takut gak kebayar nong,

banyak kan yah yang minjemin uang gitu

contohnya bangling (bank keliling) dan yang

lainnya juga banyak.

Oh iyah bu banyak sekarang mah, ibu udah

berapa lama ngemis?

Saya ngemis soalnya suami sayanya gak

mampu, jualan tentengan air sama asongan gitu

di jalan, paling sehari dapet berapa, buat anak

sekolah.

Anaknya berapa bu?

Anaknya empat meninggal 1, tinggal tiga

Anaknya masih kecil semua bu?

Iyah nong masih kecil nong

Anak pertamanya umur berapa bu?

Umur 18 tahun nong

Pengakuan secara terang-

terangan bahwa kesehariannya

sebagai pengemis dan ibunya

dulu sebagai pengemis juga

Ada keinginan untuk mencari

uang selain mengemis (adanya

sikap kurang percaya diri saat

menjawab pertanyaan)

Mengemis untuk memenuhi

kebutuhan hidup

Page 150: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

75

Berarti sudah lulus sekolah yah bu?

Sudah nong tapi cuman lulus sekolah SD

Owalah, selain buat makan ibu ngemis buat

kebutuhan apa aja bu?

Iyah nong buat sekolah kan bayar buku, terus

yang lainnya juga kan bayar meskipun katanya

gratis juga tapi beli buku, seragam sekolah, tas

dan sepatu mah beli sendiri aja nong.

Sekolah nya dimana bu?

Disini nong di SD Kebanyakan

Berarti deket yah bu, oh iyah bu disini sudah

pernah ada penyUHuhan atau pelatihan gitu

belum yah bu?

Ada nong, dUHu mah ada pelatihan bikin keset,

terus di bikin I love you gitu ibu bikin dapat

bagus-bagus nong

Sekarangnya gimana bu, masih dilanjutin

atau nggak?

Nggak nong udah bisa bikin bagus mah gak

dilanjutin. Bingung juga mau dijualinnya

dimana karena kan gak banyak yang butuh dan

gak setiap hari orang beli keset sedangkan

kebutuhan kita kan banyak, jadi ibu balik lagi

untuk mengemis

Sayang banget yah bu, oh iyah kalo orang sini

(Kampung Kebanyakan) banyak gak bu

yang mengemis?

Banyak nong orang sini yang mengemis, ibu geh

karena kebutuhannya banyak. Kadang kadang

bapak pulang dagang dapet uang tapi kadang

kalo gak dapet mah yaudah. Anak mah gak mau

tau apa-apa, pengennya uang aja buat jajan

segala.

Ibu biasanya kalo minta-minta gitu dimana

tempatnya?

Di deket-deket sini aja paling di perumahan

ciceri.

Di jalanan?

Nggak nong, sekarang mah di perumahan

komplek-komplek aja terus kadang disuruh

nyuci ya mau nyuci, suruh nyabutin rumput ya

mau, yang penting dikasih beras 2 liter sama

uang kadang 30 ribu. Yang penting mah dapet

uang.

Mengemis untuk memenuhi

kebutuhan sekolah anak

Pernah ada pelatihan membuat

keset untuk bekal keterampilan

ibu-ibu supaya tidak mengemis

Tidak ada yang menampung

keset buatan ibu-ibu pengemis

sehingga mereka bingung untuk

menjualnya.

Dan kembali mengemis lagi.

Ada banyak warga kampung

kebanyakan yang mengemis

Mengemis di perumahan sekitar

ciceri dan sambil menjadi kuli

cuci atau beres-beres rumah

Merasa malu saat mengemis

(informan menjawab seperti

ragu-ragu)

Page 151: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

80

85

90

95

100

105

110

115

Ibu pernah denger orang-orang disekitar ibu

entah tetangga, sodara, adek atau yang

lainnya ngomongin tentang profesi ibu

nggak?

Iya geh nong, kalo didengerin mah begitu,

sebenernya ibu juga malu, berhubung gak ada

lagi, gak ada apa-apa, kalo ada yang nyuruh mah

mau aja nong apa aja nong, suruh bersihin got

juga saya mah mau asal dikasih buat makan aja.

Berarti ibu ngemisnya setiap hari atau

gimana?

Ibu mah cuman kalo lagi gak punya doang

ngemis juga, kalo lagi punya mah ibu gak

berangkat nong

Oh gitu berarti nggak rutin yah bu setiap

hari berangkat?

Iyah nong tergantung gimana kebutuhannya

nong

Tapi ibu kalo akhir-akhir ini masih sering

berangkat buat minta-minta?

Iyah nong soalnya lagi banyak kebutuhan jadi

mau gak mau ibu minta-minta lagi

Ibu di Kampung Kebanyakan ini biasa ada

pengajian?

Ada nong

Setiap hari apa bu?

Setiap hari selasa nong rutin

Ibu biasa ikut pengajian?

Dateng aja ibu mah nong kalo lagi sehat mah

Iyah yah bu, yaudah kalo gitu makasih

banyak yah bu udah mau di wawancara,

nanti dilanjut lagi yah bu, insyaallah nanti

saya bakal kesini lagi

Iyah nong sama-sama ibu mah ngebantu

sebisanya ibu aja nong, iyah gak papa nong

kesini aja

Iyah bu Assalamua’laikum

Wa’alaikumsalam

Mengemis hanya ketika tidak

punya uang

Page 152: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Informan UH Tentang Pengaruh

Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Interpretasi Sub Kategori Kategori

Pengakuan secara terang-terangan

bahwa kesehariannya sebagai

pengemis dan ibunya dulu sebagai

pengemis juga (W1/UH: 8-10)

Pengakuan sebagai

pengemis tanpa ada rasa

malu

Profesi sebagai

pengemis sudah

umum di sekitar

rumahnya

Ada banyak warga kampung

kebanyakan yang mengemis

(W1/UH: 60-65)

Merasa memiliki banyak

teman sesama pengemis

di sekitar rumah

Mengemis untuk memenuhi

kebutuhan hidup (W1/UH: 25-30)

Tidak memiliki

pekerjaan lain selain

mengemis

bekerja supaya

bisa mendapatkan

uang untuk

kelangsungan

hidup

Mengemis untuk memenuhi

kebutuhan sekolah anak (W1/UH:

37-42)

Mengemis hanya ketika tidak

punya uang (W1/UH: 85-90)

Pernah ada pelatihan membuat

keset untuk bekal keterampilan

ibu-ibu supaya tidak mengemis

(W1/UH: 45-50)

Pelatihan dan

penyuluhan yang

diberikan kepada

pengemis tidak terus

didampingi sehingga

banyak yang kembali

mencari uang dengan

mengemis

Upaya untuk

merubah

mentalitas kerja

informan yang

setiap harinya

bekerja sebagai

pengemis

Tidak ada yang menampung keset

buatan ibu-ibu pengemis sehingga

mereka bingung untuk

menjualnya.

Dan kembali mengemis lagi.

(W1/UH: 50-60)

Mengemis di perumahan sekitar

ciceri dan sambil menjadi kuli cuci

atau beres-beres rumah (W1/UH:

70-75)

Mencari penghasilan

tambahan menjadi kuli

cuci jika sedang

mengemis di sekitar

perumahan

Kesadaran akan

profesi yang

dijalani selama ini

tidak baik dan

mulai ada usaha

untuk merubah

pekerjaan sebagai

pengemis

Merasa malu saat mengemis

(W1/UH: 75-85)

Merasa malu saat

mengemis hanya sebatas

ucapan saja

Ada keinginan untuk mencari uang

selain mengemis (adanya sikap

kurang percaya diri saat menjawab

pertanyaan)

(W1/UH: 15-25)

Keinginan mencari uang

bukan dari mengemis

masih hanya sebatas

ucapan saja

Page 153: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Wawancara 2 – x1

Nama : UH

Usia : 42 tahun

Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Pengemis

Waktu Wawancara : Senin, 25 Februari 2019

Lokasi Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Ibu yakin akan adanya Allah?

Yakin nong, Allah kuasa atas segala-

galanya

Ibu sering meminta pertolongan

kepada Allah?

Iyah nong

Kapan biasa ibu meminta

pertolongan?

iya nong ketika shalat minta apa aja,

minta rizki segala.

Ibu sering membaca al-quran?

Sering nong, hampir tiap hari membaca

al-quran, semalem juga 3 kali membaca

surat ya sin biar setannya pergi, baca

tabarok atau surat al-mulk.

Ibu yakin bahwa al-quran bisa

memberikan ketenangan dan

kesembuhan batin?

Iyah yakin nong, setelah shalat juga

baca, udah baca mah enak nong adem,

walaupun gak punya apa-apa,

walaupun Cuma punya air aja, perasaan

ibu mah kaya gitu.

Ibu percaya dengan adanya makhluk

ghaib, sehingga ibu harus berlindung

kepada Allah?

Percaya nong yah, kan Allah

menciptakan bukan Cuma manusia

doang.

Ibu rutin melaksanakan shalat

wajib?

Iyah semua rutin nong shalat lima waktu

Meyakini akan kuasa Allah

Informan sering membaca al-

quran (surat yasin dan al-mulk)

Informan merasa tenang

setelah membaca al-quran

Informan rutin melaksanakan

shalat lima waktu

(informan menjawab ragu-

ragu/ketakutan)

Page 154: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

75

Kalau shalat sunnah bagaimana bu?

nggak sunnah mah paling geh kalau

pengen shalat tahajud, kalau bulan

puasa mah iyah sunnah juga.

Kalu shalat dhuha apakah ibu

sering?

iya, kadang-kadang juga sih

Kalau untuk puasa sunnah senin-

kamis atau puasa sunnah yang

lainnya gimana?

Biasa puasa senin-kamis sambil bayar

hutang

Ibu kalo zakat fitrah gitu apakah

membayarnya?

Iyah bayar nong kan wajib yah jadi satu-

satu bayarnya sama guru ngajinya,

meskipun lagi gak punya uang juga

bayar aja nong ibu nyari uang buat bayar

zakat fitrah paling cuman yang kecil aja

yang belum mengaji kalo lagi gak punya

banget ya nggak bayar

Ibu apakah biasa membaca basmalah

sebelum melakukan aktivitas?

Iyah baca nong

bismillahirrahmanirrahim

Ibu apakah sering membaca dzikir

pagi dan petang di al-ma’surat?

Nggak nong, orang nggak bisa, paling

baca-baca do’a doang bahasa

jawa/Indonesia

Kalo puasa ramadhan apakah ibu

puasa fUHl?

iyah fUHl kecuali ada halangan

Ibu jika sedang melakukan sesuatu

apakah merasa diawasi?

Iyah nong, merasa diawasi kan ada

malaikat roqib atid yah nong

Ibu selama ini merasa dilindungi

sama Allah gak?

Iyah nong setiap shalat itu merasa adem

Ibu merasa Allah mengabUHkan

do’a-do’a ibu?

Iyah nong, sebelum berangkat berdo’a

supaya ada yang nyuruh nyuci atau apa

Meskipun sedang tidak

memiliki uang informan

mencari supaya bisa

membayar zakat fitrah setiap

tahunnya karena merupakan

kewajiban

Dalam memUHai sesuatu

selalu membaca

bismillahirrahmanirrahim

Berdo’a menggunakan bahasa

sehari-hari

Informan mengetahui bahwa

dalam melakukan sesuatu

selalu diawasi oleh Allah SWT

Informan merasa bahwa Allah

SWT mengabUHkan do’a-

do’a yang dipanjatkan

Mengemis untuk memenuhi

kebutuhan hidup supaya

informan beserta anak-anaknya

bisa tetap bertahan hidup

Page 155: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

80

85

90

95

100

105

110

115

120

aja supaya dapet uang, eh beneran nong

kadang ada aja yang nyuruh mah

Apakah ibu merasa takut jika

berbuat dosa?

takut geh nong

Ibu pernah mendengar hukum bagi

orang yang meminta-minta itu

seperti apa?

Pernah nong cuman mau gimana lagi

ibu kan butuh makan juga

Kalau pekerjaan yang ibu lakukan

diniatkan untuk apa?

Untuk makan ibu sama anak-anak,

kadang juga anak minta jajan anak kecil

kan gak mau tau kalo ibunya lagi gak

punya uang ya intinya buat kebutuhan

hidup lah nong biar bisa bertahan hidup

Apakah ibu mengetahui bahwa

sumber ajaran islam itu al-Quran

dan hadits shahih?

Iyah tau nong

Kalau do’a-do’a untuk menghadapi

kesUHitan apakah ibu hapal?

Tidak nong

Ibu pernah membaca ayat al-Quran

atau hadits tentang larangan

meminta-minta?

Gak tau nong, kan ngaji al-Quran dari

alif lam mim sampe seterusnya kan gak

ada artinya jadi gak tau, paling kalo

dipengajian pernah dikasih tau katanya

keliatannya mah uang tapi nanti pas

udah di akhirat ternyata api.

Tapi disini sering ada pengajian gitu

kan bu? Ibu biasanya hadir atau

nggak?

Iyah nong ada setiap hari selasa, kalo

lagi sehat mah hadir aja nong ibu mah,

kan kalo hari selasa ibu juga gak

berangkat ngemis karena ada pengajian

ini

Ohh gitu, oh iya bu, ibu kan sering

mengikuti pengajian setiap hari

selasa nah apa yang ibu rasa saat

Informan mengetahui balasan

kelak diakhirat bagi orang

yang minta-minta

Mengikuti pengajian setiap

hari selasa

Lebih sering rajin shalat dan

membaca al-qur’an

Page 156: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

125

130

135

140

sebelum ikut pengajian dengan

sekarang pas udah ikut pengajian

rutin setiap hari selasanya?

Kalo sekarang mah kayaknya mending

gitu nong, ibu jadi lebih rajin shalat

dibandingkan sebelumnya

Oh gitu yah bu, perubahan yang lain

ada lagi bu?

Itu aja sih nong sama paling ngaji kalo

abis shalat maghrib paling

Emang sebelum adanya pengajian

bagaimana bu?

Shalat semaunya dan gak begitu paham

nong kayak aturan-aturannya gitu,

taunya saya dari kecil agamanya islam

aja.

Owalah gitu bu, oh iyah bu makasih

yah bu sudah mau diwawancarai

saya mau pamit dulu udah sore

Iyah nong sama-sama nong

Mari bu, Assalamua’laikum

Wa’alaikumsalam

Page 157: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Informan UH Tentang Pengaruh

Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Interpretasi Sub Kategori Kategori

Meyakini akan kuasa Allah

(W2/UH: 1-5)

Meyakini akan kuasa

Allah hanya sebatas

ucapan saja

Proses religiusitas

yang berkembang

didalam diri

informan Informan sering membaca al-

quran (surat yasin dan al-

mulk) (W2/UH: 8-13)

Melakukan ritual

keagamaan setiap hari

Informan merasa tenang

setelah membaca al-quran

(W2/UH: 14-17)

Informan rutin melaksanakan

shalat lima waktu (W2/UH:

18-22)

Dalam memUHai sesuatu

selalu membaca

bismillahirrahmanirrahim

(W2/UH: 40-45)

Mengikuti pengajian setiap

hari selasa (W2/UH: 85-90)

Berdo’a menggunakan

bahasa sehari-hari (W2/UH:

43-47)

Meskipun sedang tidak

memiliki uang informan

mencari supaya bisa

membayar zakat fitrah setiap

tahunnya karena merupakan

kewajiban (W2/UH: 32-38)

Informan berusaha supaya

dapat melaksanakan

kewajiban mengeluarkan

zakat fitrah setiap

tahunnya

Informan mengetahui bahwa

dalam melakukan sesuatu

selalu diawasi oleh Allah

SWT (W2/UH: 49-55)

Berdo’a menggunakan

bahasa sehari-hari

Lebih sering rajin shalat dan

membaca al-qur’an (W2/UH:

90-95)

Perubahan setelah

mengikuti pengajian

Informan merasa bahwa

Allah SWT mengabUHkan

do’a-do’a yang dipanjatkan

(W2/UH: 56-58)

Kesadaran atas apa yang

didapat merupakan bagian

dari do’a yang

dipanjatkan

Page 158: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Mengemis untuk memenuhi

kebutuhan hidup supaya

informan beserta anak-

anaknya bisa tetap bertahan

hidup (W2/UH: 66-70)

Menentukan pekerjaan

supaya dapat memenuhi

kebutuhan hidup

Keadaan yang

mengharuskan

untuk bekerja

apapun supaya bisa

memenuhi

kebutuhan hidup

Informan mengetahui balasan

kelak diakhirat bagi orang

yang minta-minta (W2/UH:

78-84)

Sebatas mengetahui tidak

benar-benar menghayati

Religiusitas yang

berkembang pada

informan hanya

sebatas

pengetahuan belum

benar-benar

menghayati

Page 159: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Wawancara 3 – x1

Nama : UH

Usia : 42 tahun

Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Pengemis

Waktu Wawancara : Sabtu, 06 April 2019

Lokasi Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamua’laikum..

Wa’alaikumsalam eh iyah nong masuk nong,

sebentar yah ibu nanggung lagi masak dulu

Iyah bu, gak papa bu dilanjut aja

masaknya bu..

Gimana nong khabarnya sehat? Perasaan

lama gak kesini yah nong?

Hehe iyah bu udah hampir 2 minggu

nggak kesini, kemaren sempet di RS

nungguin kakek sakit bu, ibu apa kabar?

Ya ampun kasiannya, Alhamdulillah baik

nong, cuman ini anak saya kepalanya bocor

Bocor kenapa bu?

Di timpug si arif anaknya bu UH nong

Becandaan apa gimana bu?

Gak tau yah nong nja tadinya mah lagi

duduk-duduk aja lagi ngobrol tiba-tiba si arif

nimpug peke batu gede kena kepala anak

saya, yaudah anak sayanya nangis kejer

Ya Allah kasiannya.. udah mendingan

belum bu sekarangnya? Susah yah bu

namanya anak-anak suka main

sembarangan tanpa mikir akibatnya

gimana

Udah sekarang mah mendingan nong,

semalem mah nangis terus kesakitan, iyah

nong makanya ibunya bingung mau marahin

jug gak enak sama ibunya jadi ya udahlah

nanti juga mereka main bareng lagi

Hehe iyah bu, ini di jait nggak bu?

Nggak nong cuman dikasih kopi doang itu

nong, kalo di kampung mah gak ada yang

dijait-jait gitu kalo bocor, paling juga dikasih

kopi biar darahnya gak keluar lagi

Page 160: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

Owalah emang bisa yah bu sama kopi?

Baru tau soalnya

Iyah nong bisa, kan nyerep gitu, malem

paling dikasihnya kalo mau tidur nong

Ibu baru pilang?

Iyah nong baru pulang langsung masak tadi

Biasanya emang pulang jam segini bu?

Iyah nong, tapi tergantung sih, kalo udah

dapet mah bisa lebih cepet pulangnya kalo

belum dapet mah ya masih nyari terus nong,

sampe jam satu atau jam dua baru pulang.

Pulangnya naik apa bu?

Dijemput nong, kan pagi-pagi dianter terus

nanti pulangnya juga dijemput

Nanti ngabarin kalo mau pulang itu

gimana bu?

Kan udah tau nong pulangnya mau jam

berapa ya nanti dijemput juga jam segitu.

Ohh gitu, kalo tempatnya selalu di

perumahan sekitar Serang aja apa

gimana bu?

Gimana hatinya nong, kalo hatinya ngajak ke

perumahan yang di Serang ya kesana kalo

ngajaknya ke Cilegon ya berangkat ke

Cilegon, kan kita punya perkiraan baiknya

ngemis dimana

Berarti nggak pasti yah bu kemana nya?

Iyah nong nggak pasti, berhubung orang-

orang udah pada kenal jadi kadang disuruh

nyetrika, nyuci piring, nyuci, ngegosok mau

aja apa geh dikerjain.

Biasa berangkatnya jam berapa bu?

Jam enam paling atau kadang-kadang jam

setengah tujuh, tadi geh ada yang ngasih

kerudung nong, dari jokowi katanya, gak

enak sebenrnya mah yah ngasih je kerudung

cuman ya yaudahlah diterima aja

Hehe iyah bu buat dipake nanti kalo

pengajian-pengajian gitu bu

Iyah nong tapi geh saya mah malu, , kalo

nong milihnya apa nih jokowi apa prabowo?

Informan biasa pulang jam

13.00 atau tergantung

pendapatan

Setiap berangkat dan pulang

dianter oleh anaknya di dekat

jalan raya

Anaknya sudah tau jadwal

pulang ibunya

Tempat mengemis ditentukan

tergantung keinginan hati mau

dimana

Orang-orang di seskitar

perumahan di kota serang sudah

paham dengan jadwal bu UH

meminta-minta dan akan

memberikan kerjaan kepada bu

UH untuk mencuci baju

Bersosialisasi baik di

lingkungan, karena ketika ada

tetangga yang ngundang ada rasa

tidak enak ketika tidak datang

atau datang tapi tidak membawa

apa-apa

Page 161: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

75

80

85

90

95

100

Hehe belum tau bu masih bingung

Iya ya orang dua-duanya geh ngasih je yah

nong, cuman ibu mah nggak dapet kalo ibu

tini mah iya tuh dapet bantuan dari jokowi

katanya ini juga lagi pusing banyak

kondangan, kalo kondangan gak ada

berasnya kalo gak kondangan gak enak yah

nong namanya juga kenal

Hehe iyah yah bu, sebenernya mah yang

penting dateng

Iyah nong tapi nggak enak nong, makanya

gimana-gimana geh dicariin meskipun dapet

utang geh. Kalo orang yang ngundangnya

mah nggak tau apa-apa yang penting dateng

terus bawa beras atau amplop

Iyah sih bu hehe, tapi kalo lagi nggak ada

mah mau gimana lagi, oh iyah bu

ngomong-ngomong ini udah sore kayanya

mau ujan juga saya mau ke pak rt dulu

sekalian mau pamit, makasih banyak yah

maaf juga udah mengganggu waktunya

Iyah nong sama-sama, jangan kapokan yah

nong nanti main-main lagi kesini, apa nggak

mau nginep aja tah nong kasian udah sore

terus mau ujan juga nanti gimana kalo

keujanan di jalan?

Gak usah deh bu gak papa nanti ada jas

hujan, insya’allah nanti bakal kesini lagi

buat silaturrahim, mari bu

Assalamua’laikum

Iyah nong wa’alaikumsalam

Page 162: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Informan UH Tentang Pengaruh

Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Interpretasi Sub Kategori Kategori

Informan biasa pulang jam

13.00 atau tergantung

pendapatan (W3/UH: 48-52)

Melakukan

aktivitas rutin

setiap harinya yaitu

mengemis, dengan

jadwal dan tempat

tergantung

keinginan hati

Mengemis

merupakan pekerjaan

yang setiap hari

dilakukan dan sudah

terjadwal Setiap berangkat dan pulang

dianter oleh anaknya di dekat

jalan raya (W3/UH: 44-46)

Anaknya sudah tau jadwal

pulang ibunya (W3/UH: 47-

50)

Tempat mengemis ditentukan

tergantung keinginan hati

mau dimana (W3/UH: 50-55)

Orang-orang di seskitar

perumahan di kota serang

sudah paham dengan jadwal

bu UH meminta-minta dan

akan memberikan kerjaan

kepada bu UH untuk mencuci

baju (W3/UH: 55-60)

Mempunyai

pekerjaan lain

sebagai kuli cuci

jika mengemis di

perumahan

Proses merubah

mentalitas kerja

sebagai pengemis

Bersosialisasi baik di

lingkungan, karena ketika ada

tetangga yang ngundang ada

rasa tidak enak ketika tidak

datang atau datang tapi tidak

membawa apa-apa (W3/UH:

70-75)

Berinteraksi dan

bersosialisasi

dengan masyarakat

sekitar rumah

Berinteraksi sosial

layaknya masyarakat

lain

Page 163: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Wawancara 1 – X2

Nama : TI

Usia : 45 tahun

Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Pengemis

Waktu Wawancara : Minggu, 09 desember 2018

Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan UH

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamua’laikum bu?

Wa’alaikum salam..

Ibu boleh minta waktunya sebentar untuk

diwawancarai?

Iyah boleh nong

Saya Aat bu, saya sedang melakukan penelitian

mudah-mudahan ibu berkenan untuk saya

teliti.

Iyah nong gak papa

Sebelumnya mau tanya bu, ibu kegiatan sehari-

harinya apa ya?

iyah nong sebenernya minta-minta nong orang sini

banyak juga yang minta-minta buat kepeluan

sehari-hari, yang punya anak satu dan suaminya

masih ada aja ngemis, apalagi saya yang punya

anak banyak saya suaminya nggak ada udah

meninggal, kalo masih ada mah saya mau nurut

suami aja nong, gak usah cape-cape nyari uang

dengan cara minta-minta kayak gini, kalo ngemis

langsung dapet uang biasanya langsung dipake

belanja terus masak buat makan setiap harinya aja

nong. Kalo kerja mah kuli nyuci atau yang lainnya

dikasihnya sebulan sekali, terus mau gimana buat

makan sehari-harinya? Udah mah anak minta uang

maunya langsung yang dikasih aja receh. Yang

kecil minta, yang gede minta udah dikasih 4ribu

masih kurang. Paling sehari dapetnya 50ribu buat

ongkos 20ribu buat beli beras 1,5liter sehari, laki-

laki tiga sedangkan makannya lagi banyak-

banyaknya.

Anak pertamanya umuran berapa bu?

Umuran 13tahun nong, hayatullah namanya

keduanya diki

Mengemis karena

mempunyai anak

banyak dan suaminya

sudah meninggal, di

sekitaran rumah

informan banyak juga

yang mengemis

dengan alasan untuk

memenuhi kebutuhan

hidup

Jika masih memiliki

suami informan tidak

ingin menjadi sebagai

pengemis yang setiap

harinya meminta-

minta dan

mengharapkan belas

kasihan orang lain

Tidak ingin kerja lain

karena dapat uangnya

satu bulan sekali,

sedangkan setiap

Page 164: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

75

Masih sekolah bu?

Yang satu nggak, yang kedua di pondok di Pak Haji

Sibli nggak bayar nggak apa, soalnya tahu bukan

orang punya, semenjak bapaknya masih ada juga

udah disitu, mulai dari kitab, al-Quran, baju-baju

dan kebutuhan lainnya juga dikasih jarang pulang,

cuman sekarang ada di rumah tak marahin gara-

gara air gak ada semua malah kalo mandi boros ke

air jadinya tak marahin.

Tapi Ibu sebelumnya punya keahlian lain nggak

bu, mungkin sebelum minta-minta ibu kerja

dimana gitu?

apa ya, dulu mah punya nong nyanyi, waktu

suaminya masih yang pertama mah sering nyanyi

nggak punya anak selama 12 tahun terusnya mah

pagar makan tanaman, direbut sama temen jadi

saya ngalah, terus punya suami bapaknya itu yang

meninggal

Biasanya ibu nyanyi dihajatan-hajatan gitu?

Iyah tadinya kalo sekarang mah nggak, makanya

biasa kalo disini ada yang hajatan suka disuruh

nyanyi, cuman saya sudah tua, suaranya udah gak

enak, malu saya udah punya anak banyak nanti

anaknya marah. Dulu mah iyah enak suaranya.

Tapi ibu sebenernya ada nggak sih keinginan

buat nggak minta-minta lagi gitu?

Pengennya mah kerja, tapi pengennya mah kalo

kerja langsung dibayar, yang harian kalo gak harian

mah gimana yah nong.

Biasanya ibu ngemis disekitaran mana?

Di cilegon nong, semua disitu banyakan ada pasar

minggu

Berarti naek bus dulu yah bu?

Iyah nong, ini juga baru pulang, yang lain mah

masih disana kalo saya mah setengah hari aja

langsung pulang yang penting cukup buat beli

beras, makanya saya sempet berpikir kalo ada yang

mau mah apa saya nikah lagi aja ya, tapi emang ada

yang mau, terus nanti tidurnya juga dimana ya kan

itu ada anak-anak saya semua soalnya kamarnya

juga cuman ada satu jadi nanti ajalah pas udah gede

anak-anaknya. Soalnya trauma juga nong karena

dulu suami saya gak nafkahin saya. Apalagi di

rumah saya gak ada tv kalo mau nonton tv ya disini

harinya butuh uang

untuk makan

Anak kedua informan

di pondok dan

mendapat bantuan

berupa biaya gratis

dan perlengkapan

belajar seprti buku,

kitab dan juga

pakaian

Sebelum mengemis

sempat menjadi

penyanyi (biduan),

mengemis ketika

suaminya sudah

meninggal

Mempunyai

keinginan bekerja

namun bekerja yang

dibayarnya harian

Mengemis disekitar

pasar minggu di

daerah cilegon

Mengemis hanya

setengah hari setelah

itu langsung pulang

Lebih sering

mengemis di Cilegon

Mempunyai

keinginan untuk

menikah lagi, tapi

trauma karena dulu

suaminya tidak

Page 165: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

80

85

90

95

100

Anak yang pertama sekarang dimana?

Ada di rumah, tadi pulang paling ya jajan maen

gitu-gitu doang. Sekolah geh udah nggak, cuman

kadang bantu-bantu ibu sama anter jemput ibu

nong.

Oh gitu berarti yang di pondok hanya anak ke-

2 yah bu?

Iyah nong anak ke-2 yang di pondok, soalnya dia

mah dapet bantuan gitu, Alhamdulillah anaknya

pinter jadi ibu gak perlu bayar apa-apa lagi paling

ngasih cuman buat jajan doang, kalo diamah sering

bilang ke ibu biar gak minta-minta lagi cuman

ibunya bingung nong kalo gak minta-minta ibu

sama anak-anak ibu mau makan apa nantinya, mau

jadi tukang cuci tapi bayarannya perbulan ibu gak

bisa nong kalo perbulan mah

Oh gitu hmm iya sih yah bu cuman mungkin

nanti insyaAllah anak ibu yang bakal ngangkat

drajat ibu, oh iya bu makasih yah bu sudah mau

dimintai untuk wawancara, saya mau langsung

pamit aja, nanti insyaallah kesini lagi yah bu

Iyah nong sama-sama yaudah nong hati-hati yah

nong

Iyah bu, assalamua’laikum

Wa’alaikumsalam

menafkahi dan takut

tidak bisa menerima

anak-anak serta

kondisi keluarganya

saat ini

Anak pertama putus

sekolah

Anak ke-2 masih

melanjutkan sekolah

sekaligus tinggal di

pesantren dan

mendapat bantuan

Anak ke-2 meminta

ibu TI untuk berhenti

mengemis

Page 166: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Informan TI Tentang Pengaruh

Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Interpretasi Sub Kategori Kategori

Mengemis karena

mempunyai anak banyak

dan suaminya sudah

meninggal, di sekitaran

rumah informan banyak

juga yang mengemis

dengan alasan untuk

memenuhi kebutuhan hidup

(W1/TI: 10-16)

Tidak memilik pilihan

lain selain mencari

uang dengan

berprofesi sebagai

pengemis

Mengemis untuk

memenuhi

kebutuhan hidup

Jika masih memiliki suami

informan tidak ingin

menjadi sebagai pengemis

yang setiap harinya

meminta-minta dan

mengharapkan belas

kasihan orang lain (W1/TI:

19-24)

Sebelum mengemis sempat

menjadi penyanyi (biduan),

mengemis ketika suaminya

sudah meninggal (W1/TI:

44-57)

Tidak ingin kerja lain

karena dapat uangnya satu

bulan sekali, sedangkan

setiap harinya butuh uang

untuk makan (W1/TI: 26-

30)

Memilih pekerjaan

yang bisa

mendapatkan uang

setiap hari (dibayar

setiap hari)

Alasan pokok

memilih bekerja

sebagai

pengemis

Anak kedua informan di

pondok dan mendapat

bantuan berupa biaya gratis

dan perlengkapan belajar

seprti buku, kitab dan juga

pakaian (W1/TI: 35-48)

Ada upaya untuk

merubah garis

kemiskinan dengan

memberikan

pendidikan terbaik

untuk anaknya

Proses

perubahan

mentalitas kerja

sebagai

pengemis

Mempunyai keinginan

bekerja selain mengemis

namun bekerja yang

dibayarnya harian (W1/TI:

60-63)

Kesadaran untuk

mendapatkan

penghasilan selain dari

mengemis

Page 167: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Anak ke-2 meminta ibu TI

untuk berhenti mengemis

(W1/TI: 91-96)

Mengemis disekitar pasar

minggu di daerah cilegon

(W1/TI: 64-66)

Ketika mengemis

sudah memiliki jadwal

dan lokasi tersendiri

Konsisten

dengan jadwal

mengemis setiap

harinya Mengemis hanya setengah

hari setelah itu langsung

pulang (W1/TI: 67-70)

Anak ke-2 masih

melanjutkan sekolah

sekaligus tinggal di

pesantren dan mendapat

bantuan (W1/TI: 84-90)

Memberikan

pendidikan terbaik

untuk anaknya

Upaya

penanaman

religiusitas

terhadap anak

Page 168: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Wawancara 2 – x2

Nama : TI

Usia : 45 tahun

Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Pengemis

Waktu Wawancara : Senin, 25 Februari 2019

Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan UH

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamua’laikum?

Wa’alaikumsalam masuk nong

Iyah bu, apakabar bu?

Ibu lagi sakit nong baru mendingan ini

udah lama gak kerja-kerja, untungnya

setiap hari jum’at ada yang ngasih buat

anak yatim satu orang dapet 30ribu

mah lumayan buat makan buat jajan

anak-anak, tapi dipegang ibu aja si

uangnya paling anak minta buat

jajannya 10 ribu.

Owalah, tapi sekarang mah udah

mendingan yah bu?

Iyah nong Alhamdulillah sekarang

mah udah mendingan udah mulai

ngemis lagi ini

Alhamdulillah kalo gitu, bu boleh

minta waktunya lagi untuk saya

wawancarai?

iyah nong boleh, silahkan aja ibu mah

yang pasti sebisanya ibu jawab aja

nong

ibu yakin atau nggak kalo yang ibu

jalani saat ini sudah diatur oleh

Allah?

Iyah yakin nong, (tiba-tiba datang

anaknya yang masih SD dan langsung

bercerita)

itu anak saya satu, yang di pondok satu,

banyak makannya paling yang ikut

yang laki-laki anak ke tiga buat jajan,

baut beli buku, paling cuman sehari

doang ikut juga

Setiap hari jum’at

anak-anaknya

mendapat sedekah

karena anak-anak

yatim

Anak yang masih di

SD kadang-kadang

ikut mengemis

Page 169: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

oh ini anak nya yang ke tiga bu, oh

iyah ibu percaya kalo yang saat ini

ibu alami merupakan kehendak

Allah?

Iyah ini anak saya yang ke tiga nong,

iya nong percaya anggap aja cobaan

bagi saya

Iyah bu mudah-mudahan ibu selalu

diberikan kesabaran, oh iya bu biasa

melaksanakan shalat lima waktu?

Biasanya berjama’ah apa di rumah

aja?

Aamiin nong, iyah nong shalat, di

rumah aja nong, kecuali bulan puasa,

kalo bulan puasa mah iyah berjama’ah

di majelis kan deket tuh sekalian

yasinan, kan kata pak ustadznya juga

gak papa yah nong yang penting shalat.

Biasanya yang berjama’ah di masjid

bapak-bapak doang yah bu, kalo ibu

percaya adanya malaikat?

Iyah nong, paling geh bapak-bapaknya

kalo shalat maghrib, isya sama subuh,

percaya nong, kan ada juga malaikat

yang ngikutin kita

Sama aja berarti yah bu kayak di

rumah saya juga gitu, paling bapak-

bapaknya aja yang shalat jama’ah

di masjid, ibu biasa puasa sunnah

atau shalat sunnah?

paling pas bulan puasa doang nong kan

traweh tuh, shalat sunnah dulu sebelum

isya terus sebelum shalat subuh juga

biasa shalat sunnah dulu, kalo bukan

bulan puasa mah saya males nong

sejujurnya.

Ibu sering shalat sunnah dhuha dan

tahajud gak setiap harinya?

nggak nong nggak shalat sunnah duha

atau shalat sunnah tahajud

Kalo zakat fitrah gimana bu,

biasanya mengeluarkan zakat fitrah

atau nggak setiap tahunnya?

Menyadari bahwa

yang terjadi sekarang

adalah cobaan

Shalat berjama’ah

hanya ketika bulan

ramadhan

Percaya akan adanya

malaikat yang selalu

mengawasi

Mengakui selain

bulan puasa malas

melaksanakan shalat

sunnah

Page 170: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

75

80

85

90

95

100

105

110

115

Bayar nong, semuanya dibayar

meskipun gak ada geh diusahain biar

bisa bayar zakat kan wajib yah nong.

Kalo sebelum ngemis gitu bu ada

do’a-do’a yang ibu minta nggak sih

sebelum berangkat?

Iyah nong paling baca bismilah sama

minta mudah-mudahan nanti banyak

yang ngasih

Oh gitu yah bu, ibu kalo lagi ngemis

gitu ngerasa lagi diawasi nggak

sama Allah bu?

Iyah nong ngerasa diawasi.

Tapi ibu ngerasa kalo dilindungi

Allah nggak?

Iya nong pastinya, kalo nggak mah

mungkin ibu juga gak bakal selamet

Iyah yah bu, ibu pernah kena razia?

Alhamdulillah saya gak pernah ketemu

razia kalo lagi ngemis gitu nong

Kalo orang yang jahil ada bu, kayak

preman gitu yang suka malakin?

Nggak ada malah yang kasihan mah

banyak. Ada yang udah jadi keluarga

ditolongin segala-galanya, mulai dari

nyuci, ngegosok kalo udah ada say

amah dikasih segala-gala, pernah ada

yang sakit terus dipijitin sama ibu eh

terus dianya sembuh orang yang sering

ngasih itu, saya mah biasa juga nyapu

gak kaya orang-orang yang cuman

minta-minta doang, saya mah malu,

kadang bersih-bersih, nyuci piring apa

aja dikerjain.

Biasanya orang-orang kayak gitu

adanya di daerah mana bu?

Di cilegon nong, kalo gak pergi-pergi

tuh suka dicariin kemana ibu TI, ada

yang tau dijawab lagi sakit.

Kalo baca al-Qur’an ibu sering?

Iyah sering, semalem geh dua kali

membaca al-Quran baca surat ya sin

dua kali makanya kata anak saya emak

mah ngaji terus.

Membayar zakat

fitrah karena

diwajibkan oleh

agama

Sebelum mengemis

baca bismillah dan

berdo’a supaya

banyak yang

memberi uang

Merasa selalu

dilindungi oleh Allah

Mempunyai

langganan cuci gosok

yang sudah dianggap

seperti keluarga

Sering dicari ketika

tidak berangkat

mengemis di daerah

cilegon

Sering membaca

surat ya sin apalagi

ketika sedang sakit

Page 171: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

120

125

130

135

140

145

150

155

Biasanya waktu ngaji ibu kapan

aja?

Biasanya malem nong, abis shalat

maghrib, tengah malem apalagi

sekarang lagi bawaannya sakit kalo

kata orang mah ada yang ngeganggu

gitu, kalo lagi sakit geh kadang-kadang

bisa langsung sembuh kalo abis baca

al-Quran. Disuruh ziarah sebenernya

mah ke suami saya cuman sayanya

belum punya uang.

Emang dimana bu di makaminnya?

disini sebenernya mah nong, cuman

saya belum punya uang buat ngasih ke

orang yang ziarahinnya, kalo disini

mah biasanya ngasih gitu. Setiap

malam jumat didatengin katanya mah

di khawatirin gitu.

Kalau untuk do’a menghadapi

kesulitan ibu do’anya gimana?

Paling geh minta biasa aja ngomong

jawa, minta sembuh, minta rizki

gimana ya kalo sayanya sakit aja mah

gak ada yang nyari uang nong

makanya pengennya mah dikasih sehat

aja biar anak-anak sayanya bisa makan

soalnya kan anak saya masih kecil-

kecil belum bisa nyari uang nong

Iya yah bu, mudah-mudahan ibunya

sehat terus yah bu diberikan

kesabaran juga aamiin

Iyah nong aamiin

Saya pamit yah bu terimakasih

sudah mau membantu saya yah bu

Iyah nong sama-sama nong

Mari bu, Assalamua’laikum

Wa’alaikumsalam

Membaca al-qur’an

lebih sering malam

hari

Dalam berdo’a selalu

menggunankan

bahasa jawa

Page 172: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Informan TI Tentang Pengaruh

Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Interpretasi Sub Kategori Kategori

Setiap hari jum’at anak-anaknya

mendapat sedekah karena anak-

anak yatim (W2/TI: 4-10)

Mendapatkan

sedekah untuk

anak yatim

Bantuan sedekah untuk

anak yatim setiap hari

jum’at

(tiba-tiba datang anaknya yang

masih SD dan langsung bercerita)

Anak yang masih di SD kadang-

kadang ikut mengemis (W2/TI:

20-25)

Anak-anak

terkadang ikut

serta mengemis

Mengajarkan sikap

mentalitas bekerja sebagai

pengemis kepada anaknya

Menyadari bahwa yang terjadi

sekarang adalah cobaan (W2/TI:

26-30)

Memiliki sikap

religiusitas, mulai

dari pemahaman,

sikap sehari-hari

hanya saja belum

bisa menghayati

religiusitas

Religiusitas hanya sebatas

pengetahuan belum benar-

benar bisa menghayati

Shalat berjama’ah hanya ketika

bulan ramadhan (W2/TI: 34-36)

Mengakui selain bulan puasa

malas melaksanakan shalat

sunnah (W2/TI: 47-51)

Membayar zakat fitrah karena

diwajibkan oleh agama (W2/TI:

55-60)

Merasa selalu dilindungi oleh

Allah (W2/TI: 67-71)

Sering membaca surat ya sin

apalagi ketika sedang sakit

(W2/TI: 92-95)

Membaca al-qur’an lebih sering

malam hari (W2/TI: 96-100)

Dalam berdo’a selalu

menggunankan bahasa jawa

(W2/TI: 110-115)

Mempunyai langganan cuci gosok

yang sudah dianggap seperti

keluarga (W2/TI: 75-80)

Memiliki

pekerjaan

tambahan ketika

mengemis

Upaya untuk merubah

mentalitas kerja sebagai

pengemis

Sering dicari ketika tidak

berangkat mengemis di daerah

cilegon (W2/TI: 87-91)

Page 173: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Wawancara 3 – x2

Nama : TI

Usia : 45 tahun

Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Pengemis

Waktu Wawancara : Sabtu, 06 April 2019

Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamua’laikum bu?

Wa’alaikum salam, eh iyan nong lama

yah gak ketemu. Makan nong ibu lagi

makan sama anak baru pulang, dapet

sedikit tadi langung beli langsung masak

ini juga baru beres masak laper jadi

langsung aja makan bareng sama anak,

yuk makan nong nanti ibu siapin sama

sambel dan ikan asin makannya juga,

anak yang di pondok mah belum makan

ini, yang kecil ini makannya susah

Iyah bu udah makan tadi di rumah

Bagaimana khabarnya bu? Sehat?

Iyah nong Alhamdulillah udah

mendingan ini, ada motor peninggalan

almarhum bapak itu belum dijual, gmn

yah dijualnya susah sekarang mah

bingung udah jelek lagi.

Buat dipake anak ibu motornya?

Nggak jalan nong harus dibetulin dulu,

anak bapaknya kan banyak yah disana,

jangan diambil kata saya buat nanti anak

saya aja, anak-anak disana mah udah

pada gede, anak-anak saya mah masih

kecil-kecil, ngehol juga say amah nggak

pernah nong, paling yang ngeholin

bapaknya anak-anak yang disana.

Tadinya mah iya ngehol bapaknya terus

pas sebelum sayanya sakit, saya kan

pernah sakit tiga bulan gak bangun-

bangun nong.

Sakit yang waktu saya kesini itu

bukan bu? Kan saya kesini ibu baru

mendingan gitu?

Ketika mendapatkan uang hasil

dari minta-minta langusng

dibelikan makanan untuk dimakan

bersama anak

Suami ibu TI meninggal dan

meninggalkan motor

Mempunyai anak tiri, sebelum

menikah dengan ibu TI suaminya

sudah mempunyai istri dan anak

Setiap tahun yang melaksanakan

haul untuk suaminya adalah anak

tirinya ibu TI

Ibu TI pernah sakit selama

berbulan-bulan

Page 174: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

75

Bukan geh nong, pas waktu keponakan

saya meninggal, terus saya makan

nasinya kayanya mah kekambuan kalo

kata orang sini mah, yaudah sayanya gak

bisa bangun, terus anak saya yang

bangunin disuruh suntik terus diminta-

mintain ke temen-temen, yaudah

Alhamdulillah sehat nong.

Ohh gitu, ini sekarang ibu baru

pulang?

Iyah, udah masak, masak nasi, masak

ikan asin, masak lalapan, dari pagi nong

laper mikirin anak bae jadi langsung

masak, biasanya juga gitu nong setiap

harinya udah masak langsung makan

bareng-bareng, yang dua mah belum

makan anaknya, masih lagi sekolah,

nanti kalo pulang sekolah mah pulang

makan. Biasanya kalo abis makan itu

nyuci piring terus nyuci baju nong, ini

juga belum nyuci mah, cape nong.

Banyak anaknya ganti baju terus, udah

nyuci baju mah asar be terus gak berasa

malem be, sehari-harinya gitu nong.

Mau shalat dzuhur juga belum ini, tadi

langsung masak sekarangnya cape

paling nanti aja dibarengin sama asar.

Nong belum pernah kesini yah?

Yaudah atuh bu sekarang shalat dulu

aja bu mumpung masih ada waktu

dzuhur, belum bu, tadi ke rumah ibu

ulfah dulu terus ada anak ibu jadi

minta anterin kesini biar tau juga

rumah ibu.

Nanti aja nong biasanya ibu mah

shalatnya juga nanti sekalian ashar aja

nong, Iyah gak papa nong, tapi

rumahnya jelek nong, ini pun berhubung

tadinya bekas bapaknya jadi sedikit-

sedikit dikeramik, pintunya juga pada

rusak gak ada bapaknya mah gak ada

yang benerin, tadinya pas masih hidup

sering beli tv rusak masih tuh dua lagi,

belum lama ini sih meninggalnya juga

Ibu TI masih mempercayai hal-hal

mistis, karena setiap terkena

musibah atau masalah selalu

dikaitkan dengan hal ghoib/mistis

Setelah pulang minta-minta

aktiivitas ibu TI setiap harinya

adalah masak kemudian langsung

makan bersama anak-anaknya,

nyuci piring kemudian nyuci baju,

karena masih memiliki anak kecil

jadi setiap nyuci selalu banyak

Ibu TI biasa shalat zuhur dan

ashar di jamak ke ashar, dengan

alasan shalat dzuhur masih dalam

kondisi capek

Sebelum meninggal suami nya

tukang service barang-barang

elektronik, sehingga banyak

barang-barang elektronik rusak di

rumah ibu TI

Page 175: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

80

85

90

95

100

105

110

115

120

paling geh satu tahun, baru satu kali

haul. Pas habis beli tv itu sakit, sakitnya

mah cuman dua hari nong terus di bawa

ke rumah sakit eh gak lama meninggal.

(datang anak pertama) itu anak saya

yang paling gede nong belum makan

juga.

Ini anaknya yang di pondok bu?

bukan nong, ini mah anak saya yang

paling gede, anak yang di pondok mah

anak kedua belum pulang dia mah, ini

anak saya yang pertama juga main aja

kerjaannya tapi kadang kalo lagi gak

punya uang mah cari rongsokan nong

buat dijual, buat jajan dianya sendiri,

mendinglah jadi gak minta lagi ke saya

uang buat jajannya. Itu anaknya ibu

ulfah juga kasian nong kepalanya bocor.

Bocor karena apa emang bu?

Di timpug anak saya nong, anak saya

yang ke tiga gak tau masalahnya apa

tiba-tiba nimpug kepala anaknya bu

ulfah tadinya mah nangis kejer itu nong

anak bu ulfahnya, anak saya juga saya

marahin cuman gak tega nong mau

marahin nya soalnya baru mendingan

lagi nong abis sakit namanya juga anak-

anak yah nong susah, itu geh nggak

sekolah-sekolah anak bu ulfahnya,

bilang sama gurunya aja langsung kalo

gak masuk. Anak saya juga gak sekolah-

sekolah itu tadinya bilang aja sama

gurunya arilnya sakit.

Aril kelas berapa emang bu?

Kelas empat nong, abis sakit nong

tadinya katanya mau di tengok sama

gurunya tapi udah lah gak usah kata saya

nya. Baru tadi sekolah, pengen sekolah

katanya. Ini geh tuh beli buku LKS Rp.

15.000 satu terusnya mah nggak dipake

nong, harusnya anak yatim mah gak

usah bayar, ini mah bayar aja. Kata

gurunya sih iya nanti diusahain lagi biar

Suami meninggal karena sakit,

sudah dibawa ke rumah sakit tapi

tidak tertolong

Anak pertama ibu TI tidak

melanjutkan sekolah, setiap

harinya jarang ada dirumah lebih

sering main dengan teman-

temannya dan ketika sedang tidak

punya uang biasanya dia mencari

barang bekas atau rongsokan

untuk dijual setelah itu uangnya

dipakai untuk memenuhi

kebutuhannya

Anak ke tiga ibu TI kelas empat

sekolah di SDN kebanyakan 1 dan

setiap semesternya harus membeli

buku LKS, guru-gurunya sedang

mengusahaka supaya aril

Page 176: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

125

130

135

140

145

150

155

160

gak bayar tapi tetep aja sampe sekarang

bayar terus.

Oh gitu, iya yah bu. Ini langsung

tembus ke majlis yah bu?

Iyah nong majlis biasa tempat pengajian,

besok juga ada pengajian ini

Oh iya yah bu, besok hari selasa.

Selasa minggu yang kemaren juga

saya kesana ikut pengajian, kok gak

ketemu ibu yah?

Kok gak ketemu yah nong, ibu kesana

jam sepuluhan pas mau mulai ngaji baru

dating, sekalian nunggu pak ustadnya.

Terus duduknya di luar paling belakang.

Pantesan gak ketemu bu, saya duduk

di depan gabung sama ibu-ibu yang

lain.

Oh berarti kamu di barisan orang-orang

ciwedus, kebanyakan ulon yah. Ibu mah

dibelakang aja gabung sama orang-

orang sini, orang kebanyakan etan mah

biasanya dibelakang aja.

oh gitu bu, besok juga ada pengajian

yah bu?

Iyah nong besok ada pengajian,

dipengajian juga dimintain sumbangan

buat penutupan pengajian katanya, kan

sebentar lagi mau puasa nong. Mudah-

mudahan ada rizki nong buat ikut

nyumbangan di pengajian nanti,

biasanya meskipun seribu ngasih aja

nong.

Oh iyah yah bu, pak ustadz juga besok

hadir berarti yah bu?

Iyah nong besok ada pak ustadznya juga,

pak ustadz setiap hari selasa rutin selalu

hadir terus nong paling kalau lagi sakit

parah doang gak hadir, selebihnya hadir

meskipun kadang datengnya telat juga

nong.

Yaudah bu kalau gitu besok kesini

lagi bu sambil nanti ikut pengajian

sekarang udah sore dan mau ujan

juga cuacanya

mendapat beasiswa supaya tidak

perlu bayar lagi

Rumah Ibu TI dekat dengan

Majelis tempat ibu-ibu pengajian

Ibu TI dan teman-temannya rajin

mengikuti pengajian setiap hari

selasa namun biasa duduk

dipaling belakang

Informan rutin memberikan

sumbangan ketika dimintai

sumbangan di tempat pengajian

meskipun nilai yang diberikan

tidak seberapa

Ustadz yang membimbing di

tempat pengajian konsisten untuk

terus hadir meskipun kadang

datang terlambat kecuali sakit

parah baru tidak datang

Page 177: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

165

170

175

180

Iyah nong, nggak nginep aja disini

nong? Nginep aja sih kan besok juga

mau kesini lagi sekalian, sekarang juga

kan udah mau ujan takut nanti keujanan

di jalan.

Hehe gak papa bu langsung pulang

aja, insyaAllah besok pagi kesini lagi,

mumpung belum hujan ini,

terimakasih yah bu maaf sudah

mengganggu waktunya

Iyah nong sama-sama, disini juga

dianggurin aja ini gak dikasih apa-apa

Udah bu udah cukup kok ini, udah

mau dibantu juga udah terimakasih

bu, mari bu assalamu’alaikum

Iyah nong wa’alaikumsalam

Page 178: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Informan TI Tentang Pengaruh

Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Interpretasi Sub Kategori Kategori

Ketika mendapatkan uang hasil dari

minta-minta langsung dibelikan

makanan untuk dimakan bersama

anak

(W3/TI: 1-10)

Hasil dari mengemis

digunakan untuk

makan mengemis untuk makan

Suami ibu TI meninggal dan

meninggalkan motor (W3/TI: 12-

18) Memiliki motor

peninggalan suami

ketika masih hidup

dan barang-barang

elektronik yang

belum diservice

Motor merupakan harta

peninggalan dari suami

sebelum meninggal dan

barang-barang

elektronik bekas, karena

suaminya bekerja

sebagai tukang service

Sebelum meninggal suami nya

tukang service barang-barang

elektronik, sehingga banyak

barang-barang elektronik rusak di

rumah ibu TI (W3/TI: 68-75)

Suami meninggal karena sakit,

sudah dibawa ke rumah sakit tapi

tidak tertolong (W3/TI: 76-80)

Mempunyai anak tiri, sebelum

menikah dengan ibu TI suaminya

sudah mempunyai istri dan anak

(W3/TI: 20-25)

Suami informan

sudah memiliki anak

sebelum menikah

dengan ibu TI, dan

rutin melaksanakan

haul setiap tahunnya

Informan memiliki anak

tiri dan ketika haul

suaminya hanya anak

tirinya yang

melaksanakan Setiap tahun yang melaksanakan

haul untuk suaminya adalah anak

tirinya ibu TI (W3/TI: 26-27)

Ibu TI pernah sakit selama

berbulan-bulan (W3/TI: 28-30) Masih mempercayai

hal mistis dan

mempercayai sakit

yang dialami

berkaitan dengan hal-

hal mistis tersebut

Ketika sakit informan

mengaitkan dengan hal

mistis

Ibu TI masih mempercayai hal-hal

mistis, karena setiap terkena

musibah atau masalah selalu

dikaitkan dengan hal ghoib/mistis

(W3/TI: 34-41)

Setelah pulang minta-minta

aktivitas ibu TI setiap harinya

adalah masak kemudian langsung

makan bersama anak-anaknya,

nyuci piring kemudian nyuci baju,

karena masih memiliki anak kecil

jadi setiap nyuci selalu banyak

(W3/TI: 45-51)

Kegiatan rutin yang

dilakukan informan

setelah meminta-

minta

Aktivitas sehari-hari

informan dengan anak-

anaknya

Page 179: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Ibu TI biasa shalat zuhur dan ashar

di jamak ke ashar, dengan alasan

shalat dzuhur masih dalam kondisi

capek (W3/TI: 55-60)

Mengerjakan praktek

religiusitas sesuai

yang dia ketahui dan

mengambil hal yang

menurutnya bisa

dikerjakan

Menggampangkan

praktek religiusitas

sesuai dengan

keyakinannya

Anak pertama ibu TI tidak

melanjutkan sekolah, setiap harinya

jarang ada dirumah lebih sering

main dengan teman-temannya dan

ketika sedang tidak punya uang

biasanya dia mencari barang bekas

atau rongsokan untuk dijual setelah

itu uangnya dipakai untuk

memenuhi kebutuhannya (W3/TI:

88-94)

anak pertama tidak

lanjut sekolah dan

terkadang bekerja

mencari barang

rongsokan untuk

kebutuhan pribadinya Tidak semua anak

informan melanjutkan

sekolah Anak ke tiga ibu TI kelas empat

sekolah di SDN kebanyakan 1 dan

setiap semesternya harus membeli

buku LKS, guru-gurunya sedang

mengusahaka supaya aril mendapat

beasiswa supaya tidak perlu bayar

lagi

(W3/TI: 110-118)

Anak ketiga informan

masih sekolah kelas

empat SD

Ibu TI dan teman-temannya rajin

mengikuti pengajian setiap hari

selasa namun biasa duduk dipaling

belakang (W3/TI: 125-130)

Mengikuti pengajian

ibu-ibu setiap hari

selasa hanya karena

rumah informan

dekat dengan majelis

Mengikuti pengajian

bukan atas dasar

kesadarannya untuk

menuntut ilmu Rumah Ibu TI dekat dengan Majelis

tempat ibu-ibu pengajian (W3/TI:

120-122)

Informan rutin memberikan

sumbangan ketika dimintai

sumbangan di tempat pengajian

meskipun nilai yang diberikan tidak

seberapa (W3/TI: 140-146)

Membayar

iuran/sumbangan

ketika diminta di

tempat pengajian

Memiliki rasa tidak enak

sehingga mengusahakan

supaya bisa ikut serta

memberikan iuran atau

sumbangan ketika

diminta

Ustadz yang membimbing di

tempat pengajian konsisten untuk

terus hadir meskipun kadang datang

terlambat kecuali sakit parah baru

tidak datang (W3/TI: 149-154)

Rutin diberikan

bimbingan oleh

ustadz setiap hari

selasa ketika

pengajian

Pembimbing/ustadz

konsisten memberikan

bimbingan

Page 180: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

VERBATIM WAWANCARA DENGAN SIGNIFICANT OTHER

Nama : Mukhlas (Ketua Rt serta tetangga informan

1 UH dan informan 2 TI)

Usia : 50 tahun

Alamat : Kampung Kebanyakan Desa Sukawana

Pekerjaan : Wirausaha dan Ketua RT

Pendidikan : SMA

Hari/tanggal : Senin, 08 April 2019

Lokasi wawancara : Rumah beliau

Tujuan wawancara : Menggali lebih dalam Informan 1 UH dan

informan 2 TI

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamua’laikum?

Wa’alaikumsalam

Permisi pak boleh minta waktunya

sebentar untuk diwawancarai?

Iyah nong boleh

Bapak kenal dengan ibu UH sudah

berapa lama?

Udah lama banget nong, dari dulu juga

bapak udah kenal sama Ibu UH mah

kan bapak dari dulu udah tinggal disini

dari kecil juga udah kenal nong

Kalau dengan ibu tini bagaimana

pak?

Sama nong udah lama juga nong

Oh gitu berarti udah lama yah pak,

kalo menurut bapak sikap dan

prilaku sehari-hari ibu UH sama Ibu

bagaimana sama keluarga dan

tetangga-tetangganya pak?

Iyah nong, dua-duanya biasa aja sih

kalo menurut bapak sama kaya warga

yang lainnya aja, sering ngobrol-

ngobrol juga sama saya sama tetangga-

tetangga sekitar juga, kalo ada kegiatan

kumpulan atau gotong royong gitu ya

ikut-ikut aja

Kalau kajian-kajian keagamaan gitu

pak sering ikut? Kayak pengajian

gitu

Informan berinteraksi

dan bersosialisasi

dengan masyarakat

sekitar seperti

masyarakat yang

lainnya

Informan rutin

mengikuti pengajian

dan tidak berangkat

mengemis ketika ada

pengajian

Page 181: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

Setau saya sih ikut terus nong, kan

kalo disini pengajian rutin buat ibu-ibu

itu adanya hari selasa orang sini kan

sengaja nggak berangkat ngemis

karena ikut pengajian di Majelis yang

dibelakang rumahnya itu nong

oh yang dibelakang rumahnya bu TI

itu Majelis Ta’lim pak?

Iyah nong Majelis Ta’lim nong,

mungkin ikut pengajian juga karena

gak enak orang deket kan masa gak

ikut pengajian

Kalo menurut bapak setelah adanya

pengajian terus ibu UH dan ibu TI

ikut juga dipengajian tersebut ada

perubahan yang bapak lihat?

Kalo yang saya liat si kayak sekarang

mah nggak terlalu sering ngemis nong,

kalo pun ngemis juga nggak lama

paling sebelum dzuhur udah pada

pulang biasanya kan mereka berdua

seringnya kalo ngemis bareng-bareng

terus nong

Iya yah pak, oh iyah pak kalo

menurut bapak dari yang bapak

lihat selama ini ibu UH dan Ibu TI

dalam melaksanakan ibadah

bagaimana?

Setau bapak sih wayahnya shalat ya

shalat nong, kalo puasa ramadhan ya

puasa juga terus shalat terawih juga

Berarti rajin yah pak kalo urusan

ibadah mah?

Ngelaksanain sih ngelaksanain nong

cuman kalo rajin atau nggaknya bapak

kurang tau yah karena kan nggak

serumah, jadi sekilas yang bapak

ketahui aja nong

Oh gitu yah pak, pak kalo menurut

bapak ibu UH dan Ibu TI ini

mengemisnya untuk apa yah pak?

Yang bapak tau sih iya buat makan

nong soalnya suaminya Ibu UH kan

pedagang asongan mungkin biar ada

Ada kemungkinan

mengikuti pengajian

karena malu rumahnya

dekat dengan majelis

tempat pengajian

Ada sedikit perubahan

semenjak adanya

pengajian di majelis

ta’lim

Melaksanakan ibadah

yang diwajibkan oleh

agama, tapi tidak tau

rajin atau tidaknya

Mengemis untuk

membantu ekonomi

keluarga terutama

untuk makan

Page 182: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

75

80

85

90

95

100

105

110

115

tambahan dengan cara dia ngemis

nong terus kalo Ibu Tinikan janda nong

anaknya banyak jadi ya mungkin

dengan cara ngemis itu bisa buat

menghidupi anak-anaknya

Oh gitu, yang bapak tau gaya hidup

Ibu UH dan Ibu TI ini sehari-

harinya bagaiamana pak? mulai

dari pakaian, makan dan yang

lainnya?

Kalo yang bapak liat sih sama aja kaya

orang-orang lainnya makan ya makan

dari hasil ngemisnya itu kan bisa

kebeli beras sama lauk pauk buat

dimasak terus dimakan bareng-bareng

sama keluarganya, kalo pakaian ya

biasa aja sih soalnya kalo ke warung

bapak juga paling sesarungan nong

orang sini mah kalo sehari-hari ya

begitu-begitu aja pakaiannya

Ohh gitu yah pak, pak kalo dari

yang bapak lihat ibu UH ini apakah

termasuk orang yang memiliki

religiusitas yang tinggi, mulai dari

pemahaman agamanya, pelaksanaan

kewajiban dan yang lainnya?

kalo tinggi banget sih nggak nong

cuman ya kalo paham mungkin paham

cuman kalo dibilang religiusitasnya

tinggi nggak deh kayaknya nong,

buktinya kan masih aja ngemis

padahalkan diagama juga dilarang buat

ngemis nong

Berarti biasa aja yah pak

religiusitasnya, yang bapak tau

sikap religiusitas yang paling

menonjol dari informan apa?

biasa aja nong gak ada sikap

religiusitas yang menonjol si dari Ibu

UH ini

oh gitu yah pak, kalo kendala Ibu

UH dan Ibu TI dalam beribadah apa

yah pak?

Gaya hidup sehari-hari

normal seperti

masyarakat umumnya,

makan nasi serta lauk

yang diingginkan dari

uang hasil dia

mengemmis

Memiliki pemahaman

agama hanya saja tidak

benar-benar

menghayati dan

mengaplikasikan

dalam kehidupan

sehari-hari

Keluhan informan

ketika waktunya shalat

dzuhur dan ashar

sering dilewat atau

dijamak

Page 183: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

120

125

130

135

140

145

150

155

Yang bapak tau sih paling kayak shalat

dzuhur atau ashar keseringan dilewat

kalo nggak dijamak alasannya sih

karena capek, kan kadang suka

ngobrol-ngobrol gitu sama bapak

kadang sama ibu

Oh gitu, kalo ibadah yang sering

informan lakukan yang bapak

ketahui apa saja?

Iyah nong, paling ya yang wajibnya

shalat, terus ngaji, puasa kalo

ramadhan gitu itu siih yang bapak tau

Kalau disini pernah ada semacam

pelatihan atau penyuluhan gitu

tidak yah pak khusus untuk

pengemis?

Pernah nong, dulu mah sering malah

cuman ya gitu balik lagi ngemis

setelah dapet pelatihan juga, padahal

kalau mau bener-bener kerja mah bisa

di konveksi-konveksi sekitar sini juga

kan banyak, bisa juga kuli cuci nong

Ohh gitu pak, yaudah pak makasih

banyak yah ini udah mau

diwawancarai mohon maaf ini udah

ganggu waktunya

Iyah nong gak papa nong, bapak mah

kalo mau ada yang minta tolong

apalagi urusan skripsi kayak gini ya

bapak bantu sebisa bapak soalnya kan

anak bapak juga lagi kuliah bakalan

ngalamin juga nyusun skripsi kayak

gini

Anak bapak kuliah dimana?

Di UIN Banten nong, baru masuk sih

Oh gitu, yaudah atuh pak saya

sekalian mau pamit yah pak sekali

lagi terimakasih banyak ini pak,

assalamua’laikum

Iyah nong hati-hati wa’alaikumsalam

warahmatUHlahi wabarakatuh

Hubungan dengan

masyarakat sekitar

dengan tetangga baik-

baik saja

Ibadah yang informan

lakukan shalat lima

waktu, membaca al-

qur’an, puasa bulan

ramadhan

Setelah mendapatkan

pelatihan kembali lagi

mengemis

Page 184: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Signivicant Other Informan UH

dan Tini Tentang Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja

Pengemis

INTERPRETASI SUB KATEGORI KATEGORI

Informan rutin mengikuti pengajian dan tidak

berangkat mengemis ketika ada pengajian

(W/Mukhlas: 25-31)

Muncul proses

religiusitas untuk

mencari pengetahuan

tentang agama namun

bukan atas kesadaran

diri sendiri

Proses religiusitas

Ada kemungkinan mengikuti pengajian karena

malu rumahnya dekat dengan majelis tempat

pengajian (W/Mukhlas: 32-36)

Ada sedikit perubahan semenjak adanya

pengajian di majelis ta’lim (W/Mukhlas: 37-

45)

Muncul proses

perubahan religiusitas

Tahap menuju

perubahan mentalitas

kerja sebagai

pengemis Melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh

agama, tapi tidak tau rajin atau tidaknya

(W/Mukhlas: 46-52)

Ibadah yang informan lakukan shalat lima

waktu, membaca al-qur’an, puasa bulan

ramadhan (W/Mukhlas: 112-117)

Melaksanakan ritual

keagamaan /

religiusitas

Tahap perkembangan

religiusitas

Mengemis untuk membantu ekonomi keluarga

terutama untuk makan (W/Mukhlas: 60-67)

Proses memenuhi

kebutuhan

Pilihan pekerjaan

Informan berinteraksi dan bersosialisasi

dengan masyarakat sekitar seperti masyarakat

yang lainnya (W/Mukhlas: 15-23)

Proses interaksi sosial Interaksi sosial

Gaya hidup sehari-hari normal seperti

masyarakat umumnya, makan nasi serta lauk

yang diingginkan dari uang hasil dia mengemis

(W/Mukhlas: 67-78)

gaya hidup tidak

menonjolkan bahwa

dia pengemis

Gaya hidup normal

seperti masyarakat

lain

Memiliki pemahaman agama hanya saja tidak

benar-benar menghayati dan mengaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari (W/Mukhlas: 79-

90)

Paham akan

pengetahuan agama

namun tidak benar-

benar menghayati dan

melaksanakannya

Religiusitas hanya

sebatas pengetahuan

Keluhan informan ketika waktunya shalat

dzuhur dan ashar sering dilewat atau dijamak

(W/Mukhlas: 97-104)

Memudahkan diri

sendiri dalam

beribadah

Setelah mendapatkan pelatihan kembali lagi

mengemis (W/Mukhlas: 118-127)

Tidak benar-benar

mengaplikasikan

pelatihan yang didapat

Mengemis masih

menjadi pekerjaan

utama

Page 185: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Wawancara 1 – X3

Nama : SH

Usia : 50 tahun

Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Pengemis

Waktu Wawancara : Sabtu, 06 April 2019

Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan SH

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamua’laikum bu?

Wa’alaikumsalam iyah nong ada perlu apa yah?

Ibu benar dengan Ibu SH?

Iyah bener nong

Ibu boleh minta waktunya sebentar, saya Aat

dari Mahasiswa UIN Jakarta mau Tanya-

tanya soal keseharian Ibu saat ini

Keseharian ibu? Ibu mah gak malu tadinya mah

ibu jualan tapi sekarang mah ibu minta-minta

nong, paling geh sebentar doang kesitu tuh nong

orang gimana yah pengen makan, bapak gak

bisa kerja kakinya kayak gitu (bengkak) karena

asam urat nong, ibu mah gak pernah nutup-

nutupin sehari-harinya ibu mah minta-minta

soalnya butuh geh

Oh gitu, oh iyah bu saya kan sekalian lagi

penelitian nih mudah-mudahan ibu berkenan

untuk diwawancarai, dan inipun akan dijaga

kerahasiaannya.

Ohh iyah sih nong nggak papa nong, bapak juga

sekarang udah nggak usaha dulu mah iyah narik

becak tapi sekarang mah nggak kuat kakinya

pegel-pegel, kalo gak gitu mah gak bisa makan

nong, ini juga rumah numpang sama anak

Kalo boleh tau nama asli ibu siapa bu?

Asiah nong

Kalo pendidikan terakhirnya apa yah bu?

Dulu pernah sekolah atau tidak?

nggak nong orang dulu mah susah mau sekolah

juga, terus mah bapak saya nya juga tukang

becak jadi ya gak disekolahin.

Iya yah bu, dulu mah masih jarang yang

sekolah, oh iyah bu ibu biasanya minta-minta

disekitaran mana yah bu?

Mengakui tanpa rasa

malu bahwa

kesehariannya

meminta-minta untuk

mencukupi hidupnya

dan suami, karena

suaminya sudah tidak

bisa bekerja karena

asam urat

Suaminya dulu

seorang tukang becak

Responden

berbohong, tidak

mengakui nama

aslinya

Page 186: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

75

Gak jauh-jauh nong ibu mah paling geh minta-

minta di ciruas, yang penting mah udah dapet

nong kalo lama-lama mah gak kuat kakinya juga

sakit nong, nggak dapet banyak juga yang

penting dapet buat sekedar makan atau ngopi-

ngopi mah ibu mah udah langsung pulang aja

nong.

Bapak juga ikutan minta-minta bu?

Nggak nong bapak mah di rumah aja, gimana

geh orang kakinya kayak gitu takut nanti malah

kesakitan nong, nggak pernah kemana-mana

terus mah matanya juga nggak terlalu keliatan,

kirain mah dari calon mau ngasih sesuatu ibu

mah.

Bukan bu hehe, tapi disini pernah ada

bantuan bu?

Ada pernah tapi ibu mah gak pernah kebagian

nong, paling juga yang punya anak sekolah, kan

ibu mah udah gak punya anak sekolah jadi ya

gak dapet bantuan. Tapi kalo beras mah iyah

dapet nong itupun harus nebus dulu cuman

emang lebih murah sih

Ohh biasa beras raskin/bulog itu yah bu?

Iyah nong beras 10 kg terus telornya 10 biji baru

banget kemarennya ini dikasihnya ibu mah gak

pernah dapet biasanya geh. Kalo nong mau

ngasih sesuatu mah ibu terima dengan senang

hati supaya ibu gak berangkat ngemis lagi nong

Hehe iyah yah bu, tapi sayangnya belum bisa

ngasih apa-apa bu soalnya juga belum kerja

Iyah gak papa nong becanda aja ibu mah, ya

sejujurnya ibu mah gak malu-malu orang

keadaanya kayak gini geh, kalo gak gitu ya ibu

gak ada yang ngasih, ada anak usaha anaknya

juga ngojek nong

Oh gitu bu, dari tahun berapa bu ibu udah

minta-minta?

Belum lama ini nong, paling geh 1 tahun lah

baru minta-minta karena udah nggak jualan aja

ini

Kenapa gitu bu nggak jualan lagi?

Tangannya kasar nong susah digerakin laginya

ini

Tadinya bekas ngapain bu?

Biasa mengemis

disekitaran Ciruas

Suaminya sudah

tidak bekerja

semenjak sakit

Responden mengira

dari timses calon

presiden

Tidak pernah

mendapatkan

bantuan, karena lebih

sering bantuan untuk

anak seklah

sedangkan ibunya

tidak memiliki anak

yang masih sekolah

Berharap ketika ada

tamu yang datang

membawa bingkisan/

bantuan (masa

kampanye pemilu)

Page 187: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

80

85

90

95

100

105

110

115

120

Ke tabrak motor nong, terus jatoh, untung

orangnya mau tanggung jawab, itupun pas ibu

lagi jualan di pasar rau, itupun kemaren-

kemaren mah jalannya juga susah dituntun terus

sama bapak dulunya geh

Berarti parah banget yah bu ketabraknya?

Iyah nong, jalan geh susah, pugu ini mau mandi

tadinya mah nong terus kata bapak ada tamu dari

carenang, ibu bingung siapa ya perasaan belum

punya kenalan orang sana

Hehe iyah bu maaf yah jadi mengganggu,

biar jadi sodara aja nantinya hehe

Iyah gak papa nong itu diminum sih, gak di

kasih apa-apa adanya cuman air teh doang nong,

nong kesini sendirian ajah?

Iyah bu diminum, iyah ini sendirian aja bu

Aih beranian sendirian itu, kan jauh nong

Iyah bu, tapi gak papa udah biasa kok bu,

biasanya ibu berangkat jam berapa yah bu?

Se pengennya nong, gak pasti namanya juga

banyak cucu jadi ya seberesnya aja baru

berangkat

Oh gitu, emang ibu punya anak berapa?

Punya anak empat nong, 2 laki-laki 2

perempuan, yang laki-laki udah nikah terus yang

perempuan juga udah nikah nong, sebenarnya

ibu gak tiap hari sih minta-minta juga, kalo lagi

gak punya uang doang paling ibu berangkat,

biasanya mah bersih-bersih aja di kebon

singkong kalo lagi gak berangkat mah nong

sembari ngasuh cucu, kan anak sayanya kerja

nong jadi cucunya di titipin ke saya, diminum

sih nong itu gak ada makanan apa-apa lagi yaah

Iyah bu diminum, biarin bu ini juga udah

cukup, malah jadi ngerepotin ibu

Gak papa nong, ibu mah seneng kalo ada yang

kesini dan mau nganggep ibu sebagai sodara

mah, mudah-mudahan nong diberikan kesehatan

yaah, dilancarkan rizki nya dan umur yang

panjang.

Iyah bu Aamiin Allahuma Aamiin, ngomong-

ngomong geh udah sore yah bu sekalian mau

pamit aja yah bu, makasih banyak ini udah

mau direpoti bu

Informan memiliki

anak laki-lakinya

bekerja sebagai

tukang ojek dan

sudah berkeluarga

Baru satu tahun

meminta-minta,

sebelumnya

berjualan kue di pasar

Ketika sedang

berjualan di pasar

tiba-tiba di tabrak

motor, beruntung

orangnya mau

bertanggung jawab

Ibu SH mengalami

kesulitan saat

berjalan setelah

tertabrak motor

Jam berangkat untuk

meminta-minta tidak

pasti

Page 188: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

125

130

135

Atuh gak papa sih nong disini aja juga, iyah

nong sama-sama ibunya juga minta maaf yah

disininya di anggurin aja gak di kasih makan-

makanan aja

Iyah bu kan udah ada teh bu itu hehe, yaudah

bu pamit yaah assalamua’laikum..

Iyah nong wa’alaikumsalam hati-hati yah nong

Memiliki 4 orang

anak, 2 laki-laki dan

2 perempuan,

keempatnya sudah

menikah

Page 189: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Informan SH Tentang Pengaruh

Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Interpretasi Sub Kategori Kategori

Mengakui tanpa rasa malu

bahwa kesehariannya

meminta-minta untuk

mencukupi hidupnya dan

suami, karena suaminya

sudah tidak bisa bekerja

karena asam urat (W1/SH:

8-15)

Mengakui sebagai

pengemis tanpa ada rasa

malu

Profesi sebagai

pengemis sudah umum

disekitar rumah

informan di Kampung

Kebanyakan Desa

Sukawana Kecamatan

Serang

Biasa mengemis

disekitaran ciruas

(W1/SH: 34-40)

Suaminya dulu seorang

tukang becak (W1/SH: 20-

25)

Suami informan sudah

tidak bekerja semenjak

sakit

Suami Informan sudah

tidak bekerja dan

informan yang

mencari nafkah Suaminya sudah tidak

bekerja semenjak sakit

(W1/SH: 42-44)

Tidak pernah

mendapatkan bantuan,

karena lebih sering

bantuan untuk anak

sekolah sedangkan ibunya

tidak memiliki anak yang

masih sekolah (W1/SH:

50-55)

Informan tidak pernah

mendapatkan bantuan

khusus dari pemerintah

karena biasanya bantuan

hanya untuk yang

memiliki anak sekolah

saja, sedangkan

informan sudah tidak

memiliki anak

Informan tidak pernah

mendapatkan bantuan

khusus dari

pemerintah

Informan memiliki anak

laki-lakinya bekerja

sebagai tukang ojek dan

sudah berkeluarga

(W1/SH: 64-69)

Anak laki-laki informan

bekerja sebagai tukang

ojek dan sudah

berkeluarga

Anak laki-laki

informan bekerja

sebagai tukang ojek

dan sudah berkeluarga

Memiliki 4 orang anak, 2

laki-laki dan 2 perempuan,

keempatnya sudah

menikah

(W1/SH: 100-105)

Baru satu tahun meminta-

minta, sebelumnya

Informan meminta-

minta semenjak

Mengemis karena

keterpaksaan dan

Page 190: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

berjualan kue di pasar

(W1/SH: 71-73)

tertabrak motor dan

kesulitan saat berjalan,

sebelumnya informan

jualan makanan ringan

di pasar

kondisi yang tidak

memungkinkan untuk

bekerja

Ketika sedang berjualan di

pasar tiba-tiba di tabrak

motor, beruntung

orangnya mau

bertanggung jawab

(W1/SH: 77-83)

Ibu SH mengalami

kesulitan saat berjalan

setelah tertabrak motor

(W1/SH: 84-87)

Jam berangkat untuk

meminta-minta tidak pasti

(W1/SH: 95-100)

Tidak memiliki jadwal

yang pasti ketika

mengemis

Tidak memiliki jadwal

pasti berangkat

mengemis namun

setiap hari pasti

berangkat mengemis

Page 191: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Wawancara 2 – x3

Hari/Tanggal /25 Februari 2019

Nama : SH

Usia : 50 tahun

Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Pengemis

Waktu Wawancara : Senin, 08 April 2019

Tempat Wawancara : Di Tempat Kediaman Informan SH

BARIS PERTANYAAN INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamua’laikum?

Wa’alaikumsalam, masuk nong

Iyah bu, gimana khabarnya bu?

Alhamdulillah baik nong, nong gimana?

Alhamdulillah baik juga bu. Oh iyah bu

biasanya ibu shalat dimana yah?

Di rumah aja nong ibu mah

Tapi ibu kalo shalat setiap waktunya

shalat selalu?

ya jelas nong shalat mah shalat terus

meskipun bacaannya gak bisa juga nong,

namanya juga orang islam nong, besok juga

ada pengajian nong di Majlis Ta’lim

Oh iyah bu yang dibelakang situ yah bu

tempat pengajiannya, selasa kemaren

juga saya kesana bu

Iyah nong yang dibelakang situ nong, oh

udah pernah ikut pengajian nong, kok gak

ketemu yah sama ibu, besok juga selasa nong

kesini aja kalo mau ikut pengajian lagi mah

nong

Iyah bu, insyaallah niatnya sih besok mau

ikut pengajian juga bu

Iyah kesini aja nong nanti yang ngisi pak haji

Sabihus yang ngajar

Iyah bu, oh iya pak haji udah berapa lama

emang bu ngisi pengajian disini?

Udah lama banget nong, dari ibu kecil cuman

dulu mah nggak terlalu rutin nong ngajar di

sekolah segala nong, mulai rutin sekitar lima

tahun yang lalu kan dulu mah itu yang

dijadiin tempat pengajian sekarang pondok

nong

Ibu SH rajin

melaksanakan shalat

wajib, karena mengakui

dirinya adalah seorang

mmuslim yang sudah

seharusnya melaksanakan

kewajiban

Ibu SH rajin mengikuti

pengajian setiap hari

selasa

Sejak informan masih

kecil sudah ada pengajian,

namun tidak terlalu rutin,

mulai rutin ada pengajian

sekitar tujuh tahun yang

lalu

Page 192: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

75

Oh iyah yah bu, kalo sepuluh tahun kira-

kira ada bu, pak haji ngisi pengajian?

Lebih kayaknya nong sepuluh tahun mah,

semenjak ibu belum kayak gini kakinya.

Kaki ibu aja udah 6 tahun jalannya kayak

gini

Lama banget berarti yah bu, iyah waktu

itu juga beliau yang ngisi pengajiannya bu

Iyah nong pak haji aja yang ngisi pengajian

ibu-ibunya, kan sekarang mah rumahnya

yang dipinggir jalan itu tuh yang kayak

gedongan itu juga sekalian ada pondoknya

juga nong disana

Yang pas mana itu yah bu?

Itu nong yang pinggir jalan pokoknya mah

rumah yang paling gede yang ada pagernya,

gak ada lagi disini mah nong itu doang rumah

yang paling gede itu yang cat nya warna

kuning.

Kalo ibu percaya nggak kalo Allah yang

ngatur segala ketetapan sekarang ini?

Iyah geh nong percaya kan biasa di pengajian

juga dibahas nong, kalo abis ngaji Qur’an

terus ada ceramah gitu, jelasin hal-hal yang

kayak gitu setelah itu ngaji kitab, kalo gak

sambil ngaji kitab sambil dijelasin nong, kalo

ibu mah sejujurnya orang bodoh nong ngaji

itu nggak bisa nggak terlalu paham, ibu mah

ngaji geh telinga doang paling ngedengerin

doang nong orangnya mah nggak terlalu

paham, kalo bapak mah tuh bisa ngajinya

meskipun sedikit-sedikit geh, soalnya ibu

mah emang dari kecil geh udah bodoh nggak

tau apa-apa nong

Tapi ibu ngaji mah lanjutkan yaah bu,

ngaji qur’an kalo sehabis shalat gitu?

Sebenernya ini mah yah nong ibu mah nggak

bisa ngaji qur’an nong, gak bisa kalo baca-

baca qur’an gitu mah, paling geh sebisanya

aja ibu mah kan kata kiayi nya juga gitu kalo

gak bisa mah baca al-Qur’an sebisanya aja

megang tasbeh paling sehabis shalat baca-

baca shalawat sampe 700 kadang 800 kali

nong, mau diajarin bapak geh gak mau nong

Kakinya cacat setelah

tertabrak orang saat

sedang berjualan di pasar

sejak 6 tahun yang lalu

Meyakini bahwa yang

sudah terjadi merupakan

ketetapan dari Allah SWT

Ibu SH mengakui ketika

ikut pengajian hanya

sekedar hadir dan kurang

memahami yang

disampaikan sama

ustadznya

Ibu SH tidak bisa

membaca al-Qur’an,

setelah shalat paling

hanya membaca shalawat

dan dzikir sebisanya yang

ia pahami dari ustadznya

Page 193: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

80

85

90

95

100

105

110

115

120

malu tapi kalo anak-anak mah Alhamdulillah

pada bisa dari semenjak kecil udah belajar,

ibu doang yang gak bisa. Dulu sekolah juga

nggak namanya juga orang gak puny amah

gimana gitu nong paling ngasuh adek-adek

yang masih kecil-kecil dulunya, tapi kalo

bapak mah bisa nong cuman sekarang mah

matanya gak terlalu keliatan, bisa baca ya sin

fadhilah atau ya sin benernya juga bisa nong,

nggak malu-maluin banget lah dari pada saya

mah gak bisa apa-apa sama sekali biasa kalo

abis shalat tuh ngaji bapak mah nong

Terus ibu kalo shalat gimana bacaannya?

Kalo buat shalat mah bisa nong, paling al-

fatihah sama qulhu nong yang ibu bisa apalin

aja, soalnya kalo dulu mah ngajinya di apal

gitu nong, diapal surat-surat buat shalat jadi

ya bisanya itu-itu aja nong. Kalo di apal mah

ibu bisa tapi kalo baca mah ibu nggak bisa

nong, kalo bapka mah bisa tuh nong

Oh gitu yah bu, ibu biasa shalat

berjama’ah atau sendiri-sendiri aja bu?

Sendiri-sendiri aja nong ibu mah, susah geh

nong gak bisa berdiri lama-lama, kalo bisa

mah iyah nong berjama’ah di Masjid nong,

shalat geh dodok nong

Oh iya yah bu, gak papa kan bu yang

penting mah shalat kan kalo gak bisa

berdiri ya dipersilahkan duduk

perintahnya juga bu, tapi ibu kalo shalat

sunnag gitu sering nggak bu, sahalat

sunnah sebelum atau sesudah shalat wajib

atau sahalat sunnag yang lainnya gitu?

Nggak nong orang nggak bisa, paling ya

shalat wajibnya aja nong yang lima waktu

Kalo zakat atau infaq gitu ibu sering

melaksankan nggak bu?

Iya paling kalo ke anak yatim nong ibu mah

ngasihnya, banyak disini yang anak yatim

nong tapi paling kalo ibu dapet uang lebih,

kalo nggak mah ya nggak nong kan

meskipun ngaishnya seribu-seribu geh kalo

banyak mah bingung nong

Kalo zakat fitrah mah bayar tersu yah bu?

Suami dan anak-anaknya

bisa mengaji al-Qur’an,

namun ibu SH tidak mau

belajar dengan alasan

malu karena sudah tua

Ketika shalat membaca

surat yang ia bisa dan

sudah hafal

Dulu ngaji tanpa

membaca tapi langsung

mengikuti ustadz dan

menghafalnya

Shalat sendiri, setelah

kecelakaan ibu SH tidak

bisa berdiri terlalu lama

ketika shalat pun ibu SH

duduk

Hanya melaksanakan

shalat wajib

Page 194: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

125

130

135

140

145

150

155

160

165

Iyah geh nong kalo zakat fitrah mah kan

wajib, gimana geh kalo nggak dijalankan

mah nong meskipun ibunya gak punya geh

tapi ya dicariin, sekarang juga ibu lagi

berobat terus ini nong, bulak balik suntik

terus ini, biasanya anak yang sering

nganterin, yah siapa tau nong mau bantu-

bantu gitu yaah

Hehe iyah yah bu maunya sih gitu bantuin

Iyah nong becanda ibu mah, tapi kalo mau

beneran gak papa hehe, ini juga rumah dapet

anak nong yang ngerapihin takutnya ada

tamu gitu biar enak duduk dan ngobrolnya

katanya. Coba aja nong jalan ke situ banyak

juga yang minta-minta juga nong

Oh iyah yah bu banyak berarti yah yang

minta-minta disini? Kalo menurut ibu

selama ini ibu berdo’a kira-kira Allah

sudah mengabulkan do’a-do’a ibu atau

belum?

Nggak deh kayanya nong, orang ibu mah gak

pernah minta do’a yang macem-macem nong

yang penting mah ibu mah do’anya minta

selamat aja nong

Sebelumnya ibu jualan apa yah bu?

Jualan kueh nong, gorengan, kroket,

makanan-makanan kayak gitu lah nong,

rame dulunya mah nong semenjak anak-anak

saya masih pada kecil-kecil nong

Ibu ketika minta-minta ada rasa bersalah

nggak bu?

Nggak lah nong, orang ibunya butuh buat

makan geh ya, kalo gak kaya gitu mah

gimana ibu gak bisa makan geh nong,

sebenernya mah kalo ad amah ibu geh gak

mau ngemis gini nong

Tapi ibu udah pernah denger atau

mungkin ada yang ngasih tau kalo ngemis

itu sebenernya dilarang oleh agama?

Ya namanya juga pengen makan nong, dari

pada ibu maling kan, dan ibu juga paling

sampe zuhur

Ibu sejauh ini merasa cukup nggak

dengan hasilnya?

Sering berinfaq untuk

anak-anak yatim

Membayar kewajiban

berzakat

Ibu SH dalam berdo’a

hanya meminta supaya

selamat

Ibu SH berjualan

makanan ringan di pasar

sebelum kecelakaan

Tidak merasa bersalah

ketika meminta-minta

Page 195: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

170

175

180

185

190

195

Nggak nong orang buat ngojek segala

macem terus mah naik angkot juga bulak

balik kan harus bayar juga nong

Oh gitu yah bu, iyah bu makasih yah bu

maaf ini udah ganggu waktunya

Iyah nong sama-sama iyah gak papa disini

juga dianggurin aja nong, diminum sih itu

nong teh nya

Iyah bu di minum yah bu, ibu baru

nyampe?

Nggak nong nyampe nya mah jam dua itu

tapi cape jadi ya selonjoran dulu baru mau

mandi ini tadinya mah

Anak-anak nya masih tinggal disini semua

bu?

Iyah disini nong, lagi di orang hajat disana,

yang dua mah nggak, yang satu jauh di

karang bolong, yang satu di mauk nong

Berarti dua anak ibu yang masih tiggal

disini yah, lumayan jauh juga yah bu

anak-anaknya yang dua orang

Iyah nong jauh makanya geh

Disini rame terus yah bu orang-

orangnya?

Iyah nong disini mah rame terus, coba aja

nong jalan kesana tuh banyak orang pasti

yang lagi pada nongkrong di depan

rumahnya

Hehe iyah bu nanti deh coba kesana, oh

iya bu ngomong-ngomong mau langsung

pamit aja bu ini, makasih banyak yah bu

Iyah nong sama-sama hati-hati nong

Iyah bu assalamua’laikum

Wa’alaikumsalam

Tidak merasa cukup

dengan hasil mengemis

Page 196: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Informan SH Tentang Pengaruh

Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja Pengemis

Interpretasi Sub Kategori Kategori

Ibu SH rajin melaksanakan

shalat wajib, karena mengakui

dirinya adalah seorang

muslimah yang sudah

seharusnya melaksanakan

kewajiban (W2/SH: 5-13)

Sadar dan melakukan

ritual keagamaan

dengan melaksanakan

kewajiban setiap harinya

sebagai seorang

muslimah

Rutin melakukan ritual

keagamaan (religiusitas)

Ibu SH rajin mengikuti

pengajian setiap hari selasa

(W2/SH: 15-18)

Mengikuti pengajian

setiap hari selasa

Proses mendapatkan

pengetahuan agama

(religiusitas)

Sejak informan masih kecil

sudah ada pengajian, namun

tidak terlalu rutin, mulai rutin

ada pengajian sekitar tujuh

tahun yang lalu (W2/SH: 25-30)

Pengajian dilaksanakan

sudah lebih dari tujuh

tahun

Konsisten adanya

pengajian (bimbingan)

terhadap masyarakat

terutama ibu-ibu

Kakinya cacat setelah tertabrak

orang saat sedang berjualan di

pasar sejak 6 tahun yang lalu

(W2/SH: 30-35)

Adanya perbedaan

informasi tentang

kondisi kaki yang cacat,

diwawancara pertama

informan mengatakan

mengemis sejak kakinya

cacat satu tahun yang

lalu, dan ketika

diwawancarai kedua

kalinya informan

mengatakan kakinya

cacat sejak 6 tahun yang

lalu

Adanya ketidak jujuran

informan tentang lama

mengemis

Meyakini bahwa yang sudah

terjadi merupakan ketetapan dari

Allah SWT (W2/SH: 49-53)

Religiusitas berkembang

dalam diri informan

Yakin akan ketetapan

Allah merupakan bagian

dari sikap religiusiitas

Ibu SH mengakui ketika ikut

pengajian hanya sekedar hadir

dan kurang memahami yang

disampaikan sama ustadznya

(W2/SH: 54-59)

Mengikuti pengajian

hanya sekedar hadir

tidak benar-benar untuk

mendapatkan

pengetahuan

Mengikuti pengejian

tidak atas kesadaran

akan pentingnya ilmu

agama

Ibu SH tidak bisa membaca al-

Qur’an, setelah shalat paling

Informan tidak dapat

membaca al-qur’an dan

Menghafal al-qur’an

hanya untuk shalat

Page 197: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

hanya membaca shalawat dan

dzikir sebisanya yang ia pahami

dari ustadznya (W2/SH: 60-65)

tidak mau belajar

dengan alasan malu,

padahal suami dan anak-

anaknya bisa membaca

al-qur’an

Suami dan anak-anaknya bisa

mengaji al-Qur’an, namun ibu

SH tidak mau belajar dengan

alasan malu karena sudah tua

(W2/SH: 68-78)

Ketika shalat membaca surat

yang ia bisa dan sudah hafal

Dulu ngaji tanpa membaca tapi

langsung mengikuti ustadz dan

menghafalnya (W2/SH: 80-85)

Ketika shalat hanya

membaca surat yang

dihafal sejak kecil

Mengahafal surat-surat

yang diajarkan oleh

ustadznya tanpa harus

bisa membaca al-qur’an

Informan setiap hari shalat

sendiri tidak berjama’ah, setelah

kecelakaan ibu SH tidak bisa

berdiri terlalu lama ketika shalat

pun ibu SH duduk (W2/SH: 86-

91)

Melaksanakan ritual

keagamaan yang

diwajibkan meskipun

harus shalat dengan cara

duduk

Melaksanakan

kewajiban tanpa benar-

benar menghayati

Hanya melaksanakan shalat

wajib (W2/SH: 98-99)

Melakukan ritual

keagamaan tapi tidak

dengan kesadaran akan

maknanya dan tidak

benar-benar menghayati

Melakukan ritual

keagamaan tidak benar-

benar menghayati Sering berinfaq untuk anak-anak

yatim (W2/SH: 102-106)

Membayar kewajiban berzakat

(W2/SH: 108-114)

Ibu SH dalam berdo’a hanya

meminta supaya selamat

(W2/SH: 125-127)

Tidak merasa bersalah ketika

meminta-minta (W2/SH:135-

138)

Tidak merasa bersalah

karena menganggap

mengemis merupakan

perkejaan yang sudah

umum dilakukan orang

Dan tidak merasa cukup

uang dari hasil

mengemis

Meminta-minta

merupakan hal wajar

dan tidak merasa cukup

dari hasil mengemis Tidak merasa cukup dengan

hasil mengemis (W2/SH: 146-

148)

Page 198: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

VERBATIM WAWANCARA DENGAN SIGNIFICANT OTHER

Nama : Muhammad Buang

Usia : 60 Tahun

Alamat : Kampung Kebanyakan Desa Sukawana

Kecamatan Serang Banten

Pendidikan : Tidak Tamat SD

Hari/tanggal wawancara : Senin / 08 April 2019

Lokasi wawancara : Kediaman Informan

BARIS WAWANCARA INTERPRETASI

1

5

10

15

20

25

30

Assalamua’laikum pak apa kabar?

Wa’alaikumsalam Alhamdulillah baik

nong

Pak mau minta waktunya sebentar

untuk diwawancarai boleh?

Iyah nong boleh nong, gimana ada yang

bisa bapak bantu?

Iyah pak hehe mau nanya-nanya

tentang istri bapak, sejauh ini

bagaimana kedekatan bapak dengan

istri bapak?

Deket banget lah nong namanya juga

suami istri nong

Hehe iya yah pak, oh iyah pak bapak

sehari-harinya masih bekerja atau

dirumah saja?

Nggak nong bapak udah lama nggak

kerja kakinya pada sakit nong kalo

sebelum sakit mah iyah bapak yang kerja

narik becak

Ohh gitu, berarti yang kerja hanya ibu

yah pak?

Iyah nong ibu doang, saya soalnya udah

nggak kuat jalan jauh, ibu juga dulunya

jualan cuman waktu itu ketabrak motor

sampe gak bisa jalan sama sekali

sekarang aja udah agak mendingan udah

bisa jalan, cuman ya gitu ibu mah

kerjanya minta-minta nong

Kalau hubungan dan sikap keseharian

ibu bagaimana pak baik dikelurga

ataupun dimasyarakat sekitar?

Informan mengemis

semenjak kecelakaan dan

kakinya cacat

Page 199: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

35

40

45

50

55

60

65

70

75

Dikeluarga baik-baik aja nong

dilingkungan masyarakat juga

Alhamdulillah baik-baik aja ibu mah

orangnya cuek-cuek aja nong meskipun

kadang ada aja orang yang ngomongin

inilah itulah tapi ibu mah gak pernah

ngambil pusing orangnya kalo diladenin

mah kan pasti jadi itu berantem nong

Owalah, emang yang biasa terdengar

orang-orang ngomongin gimana pak?

iyah ngomongin masalah kerjanya yang

minta-minta gitu paling nong

Oh gitu, kalau ibu dalam

melaksanakan ibadah yang

diwajibkan bagaimana pak?

Alhamdulillah nong kalo shalat mah

nggak tinggal, meskipun kadang shalat

diakhir waktu geh atau kadang dijamak

Kalau kayak puasa, ngaji gimana pak?

Kalau puasa ramadhan ya puasa nong,

kalo ngaji emang sih ibu mah gak bisa

ngaji al-Qur’an nong, disuruh belajarnya

nggak mau juga katanya sih malu udah

tua, jadi paling kalo ngaji mah saya aja

nong ibu mah paling ngedengerin doang

nong

Berarti kalau shalat gitu gimana pak

bacaannya?

Baca yang sebisanya ibu aja nong, kan

kayak surat-surut qulhu, an-nas sama

alfatihah mah bisa nong udah hafal

ibunya

ohh gitu, kalau ada pengajian gitu ibu

biasa ikut atau nggak pak?

Alhamdulillah ikut aja nong kalo ada

pengajian mah, kalo nggak ikut mah suka

diomongin soalnya kan deket juga

tempatnya nong

Biasa pengajiannya setiap hari selasa

yah pak?

Iyah nong setiap hari selasa pengajiannya

Kalo menurut bapak ibu ini

bagaimana dalam pemahaman

agamanya pak?

Sikap sehari-hari dengan

keluarga dan masyarakat

baik-baik saja dan

hubungannya baik juga

Ketika ada orang yang

membicarakan pekerjaan

informan, informan tidak

pernah menanggapi dan

mengabaikan omongan

orang tersebut

Informan tidak pernah

meninggalkan shalat

meskipun shalat diakhir

waktu atau menjamaknya

Informan melaksanakan

kewajiban puasa ketika

ramadhan

Informan tidak bisa

membaca al-qur’an dan

tidak mau belajar karena

malu sudah tua

Ketika shalat membaca

surat yang sudah dihafal

dari kecil

Informan mengikuti

pengajian rutin setiap hari

selasa di Majelis Ta’lim

karena jika tidak mengaji

menjadi omongan orang

Informan tidak begitu

paham prihal agama

Page 200: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

80

85

90

95

100

105

110

115

Jujur yah nong kalo pemahaman agama

mah emang ibu mah kurang begitu

paham nong, ya maklum lah dulunya

nggak sekolah terus nggak ada yang

ngajarin juga

Oh iya-iya pak, kalo selama ini ada

kendala nggak sih bagi ibu dalam

melaksanakan kewajiban?

Paling kendalanya kalo lagi males gitu

doang nong

Kenapa pak kalo lagi males?

Iyah kalo lagi males shalatnya kadang

ditinggal, kadang dijamak gitu nong

Oh gitu, menurut bapak hubungan ibu

dengan Allah seperti apa?

Allah kan emang Tuhan kita yah nong

yang wajib kita laksanakan segala

perintahnya kalo menurut bapak ibu mah

sebisa mungkin ngelaksanain gitu, kayak

abis shalat juga kan sering berdo’a sama

Allah, dzikir, shalawat dan yang lainnya

sebisa mungkin dikerjain

Kalo bentuk ibadah sunnah yang

sering ibu lakukan apa aja pak?

Apa yah kalo sunnahnya mah jarang sih

nong orang yang wajib aja masih kadang

dilaksanain kadang nggak nong, paling

kalo ada yang nggak punya uang gitu ibu

mah sering ngasih sedekah terutama buat

jajan cucunya nong meskipun ibu daper

uangnya juga dari hasil minta-minta tapi

kalo lagi ada uang lebih mah ngasih aja

nong

Oh gitu, cucunya udah ada berapa

pak?

Banyak nong cuman yang ada disini mah

2 orang cucu, yang lainnya mah pada

jauh-jauh nong rumahnya

Owalah gitu yah pak, pak makasih

banyak yah udah mau direpotkan ini,

udah mau membantu saya juga

Iyah nong sama-sama nong, saya nya

minta maaf ini gak bisa ngasih apa-apa

karena tidak sekolah dan

tidak ada yang

mengajarkan

Ketika sedang malas

informan terkadang

meninggalkan shalat

Informan sering berdo’a

kepada Allah, berdzikir

kepada Allah dan

bershalawat ketika setelah

shalat

Ibadah lain yang sering

dilakukan bersedekah

untuk anak-anak terutama

untuk cucunya

Page 201: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

120

125

Gak papa pak saya juga gak bawa

apa-apa kesini, nanti buat sodaraan

aja pak, insyaAllah saya mampir

kesini lagi pak

Iyah nong, iyah jangan kapokan kalo

mau kesini kesini aja nong

Yaudah pak saya pamit pulang yah

pak Assalamua’laikum

Wa’alaikumsalam hati-hati nong

Page 202: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Pengkategorian dari Wawancara Significant Other Informan SH

Tentang Pengaruh Religiusitas terhadap Mentalitas Kerja

Pengemis

INTERPRETASI SUB KATEGORI KATEGORI

Informan mengemis semenjak kecelakaan

dan kakinya cacat (W/Buang: 17-23)

Memulai profesi

mengemis

Terbentuk mentalitas

kerja sebagai

pengemis Ketika ada orang yang membicarakan

pekerjaan informan, informan tidak pernah

menanggapi dan mengabaikan omongan

orang tersebut (W/Buang: 29-31)

Mentalitas kerja

sebagai pengemis

sudah tertanam dalam

diri

Sikap sehari-hari informan dengan keluarga

dan masyarakat baik-baik saja dan

hubungannya baik juga (W/Buang: 25-28)

Interaksi dengan

keluarga dan

masyarakat

berlangsung baik

Proses

perkembangan

religiusitas

Informan tidak pernah meninggalkan shalat

meskipun shalat diakhir waktu atau

menjamaknya (W/Buang: 39-41)

Muncul proses ritual

religiusitas dalam

pribadi informan

namun belum benar-

benar menghayati Ketika shalat membaca surat yang sudah

dihafal dari kecil

(W/Buang: 50-52)

Informan melaksanakan kewajiban puasa

ketika ramadhan (W/Buang: 42-47)

Ketika sedang malas informan terkadang

meninggalkan shalat (W/Buang: 75-80)

Informan sering berdo’a kepada Allah,

berdzikir kepada Allah dan bershalawat

ketika setelah shalat (W/Buang: 83-89)

Ibadah lain yang sering dilakukan

bersedekah untuk anak-anak terutama untuk

cucunya (W/Buang: 86-90)

Informan tidak bisa membaca al-qur’an dan

tidak mau belajar karena malu sudah tua

(W/Buang: 44-46)

Malu untuk belajar al-

Qur’an

Belum ada

penghayatan dalam

proses religiusitas

Informan mengikuti pengajian rutin setiap

hari selasa di Majelis Ta’lim karena jika

tidak mengaji menjadi omongan orang

(W/Buang: 58-60)

Mengikuti pengajian

hanya untuk

menghindari

pembicaraan orang

tidak atas dasar

kesadaran dan

membutuhkan ilmu

agama

Informan tidak begitu paham prihal agama

karena tidak sekolah dan tidak ada yang

mengajarkan (W/Buang: 62-65)

Page 203: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

DOKUMENTASI

Tampak Depan Rumah Informan UH

Tampak Dalam Rumah Informan UH

Tampak Depan Rumah Informan TI

Tampak Depan Rumah Informan SH

Page 204: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Tampak Depan Majelis Ta’lim

Suasana Pengajian di Majelis

Ta’lim

Foto Bersama Informan TI

Foto Bersama Informan UH

Page 205: RELIGIUSITAS DAN MENTALITAS KERJA PENGEMIS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · menjadi pengemis dan meminta-minta ditempat-tempat keramaian. Ada dua tipe

Proses Wawancara Dengan Informan SH