pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN, TATA KELOLA PERUSAHAAN, SECURE DAN
MATURITY TERHADAP PERINGKAT SUKUK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memenuhi Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh :
MEYTA SITI AULYA
11150820000028
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
ii
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN, TATA KELOLA PERUSAHAAN, SECURE, DAN
MATURITY TERHADAP PERINGKAT SUKUK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
MEYTA SITI AULYA
NIM: 11150820000028
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Zuwesty Eka Putri, S.E, M.Ak
NIP.19800416 200901 2 006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 11 Maret 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1 Nama : Meyta Siti Aulya
2 NIM : 11150820000028
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Tata Kelola
Perusahaan, Secure, dan Maturity
Terhadap Peringkat Sukuk
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Maret 2019
1. Atiqah, S.E, M.S.Ak
NIP. 19820120 200912 2 004 ( )
Penguji 1
2. Yusar Sagara, M.Si., Ak., CA., CMA., CPMA
NIDN. ( )
Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI
Hari ini Rabu, 26 Juni 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:
1. Nama : Meyta Siti Aulya
2. NIM : 11150820000028
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan, Tata Kelola Perusahaan, Secure dan
Maturity terhadap Peringkat Sukuk.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama prosses ujian skripsi, maka diputuskan mahasiswa tersebut
diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juni 2018
1. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA
NIP.19720516 200901 1 006
( …...…………….. )
Ketua Penguji
2. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak
NIP.19800416 200901 2 006
( …...…………….. )
Sekretaris Penguji
3. Dr. Rini, SE., M.Si., Ak., CA
NIP.19760315 200501 2 002
( )
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Meyta Siti Aulya
NIM : 11150820000028
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 06 Mei 2019
Yang Menyatakan,
(Meyta Siti Aulya)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Meyta Siti Aulya
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Mei 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Anak Ke- dari : 1 dari 3
6. Alamat : Villa Nusa Indah 2 Blok
V24 No. 20. RT 06/RW 40.
Kel. Bojong Kulur
Kec. Gunung Putri
Kab. Bogor
7. Telepon : 087787240197
8. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (2003 – 2009) : SDIT DAAR EL SALAM
2. SMP (2009 – 2012) : SMP NEGERI 9 BEKASI
3. SMA (2012 – 2015) : SMA NEGERI 11 BEKASI
4. S1 (2015 – 2019) : UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Panitia Economy Expo Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2015.
2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi 2016
Departemen Minat dan Bakat.
3. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi 2017
Departemen Penelitian dan Pengembangan.
4. Ketua Pelaksana Visit Company Goes to KPK 2017.
5. Bendahara KKN TREE 150 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.
vii
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Ir. Djoni Riyanto
Tempat, Tanggal Lahir : Purwokerto, 6 April 1961
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Ibu : Leni Eka Wati
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Desember 1971
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Villa Nusa Indah 2 Blok
V24 No. 20. RT 06/RW
40. Kel. Bojong Kulur
Kec. Gunung Putri
Kab. Bogor
viii
THE INFLUENCE OF FIRM SIZE, FIRM GROWTH, CORPORATE
GOVERNANCE, SECURE, AND MATURITY ON SUKUK RATING
ABSTRACT
The purpose of the research is to examine the influence of firm size, firm
growth, corporate goverance, secure and maturity on sukuk rating. The populations
of the research used 13 companies that issued sukuk and listed in PT Pefindo. Based
on criteria, selected a sample of 11 companies with 5 years observation from 2013-
2017. In this research used purposive sampling as the sampling method. Hypothesis
in this research was tested use ordinal logistic regression analysis. The data has
been used are secondary data obtained from Indonesia Stock Exchange (IDX) and
PT. Pefindo.
The results of this research indicated that independent commissioner, audit
committee, and maturity have no effect on sukuk rating. While firm size, firm
growth, and secure have effect on sukuk rating.
Keywords: Sukuk rating, firm size, firm growth, corporate governance,
independent commissioner, audit committee, secure and maturity.
ix
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN, TATA KELOLA PERUSAHAAN, SECURE, DAN
MATURITY TERHADAP PERINGKAT SUKUK
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, tata kelola perusahaan, secure, dan maturity terhadap
peringkat sukuk. Populasi penelitian ini menggunakan 13 perusahaan yang
menerbitkan sukuk yang telah terdaftar di PT Pefindo. Berdasarkan kriteria, terpilih
sampel berjumlah 11 perusahaan dengan masa pengamatan 5 tahun periode dari
tahun 2013-2017. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pusposive sampling. Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan
analisis regresi ordinal logistik. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan PT. Pefindo.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel dewan komisaris
independen, komite audit, dan maturity tidak berpengaruh terhadap peringkat
sukuk. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, secure
berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Kata kunci: Peringkat Sukuk, Ukuran perusahaan, Pertumbuhan perusahaan,
tata kelola perusahaan, dewan komisaris independen, komite
audit, secure dan maturity.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah segala puji bagi Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan nikmat sehat, nikmat iman serta
islam. Dengan segala rahmat-Nya yang tercurah kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH UKURAN
PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, TATA KELOLA
PERUSAHAAN, SECURE DAN MATURITY TERHADAP PERINGKAT
SUKUK”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-
syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Orang tua saya yang telah memberikan saya kehidupan yang luar biasa,
motivasi, semangat, doa, dan segalanya dalam mendukung saya dalam
menyelesaikan perkuliahan hingga akhir.
2. Adik-adik saya, Afra Fahira dan Muhammad Afif Hadianto yang telah
memberi semangat dan motivasi untuk cepat lulus.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi
penulis yang telah memotivasi penulis, membantu dan membimbing penulis
selama menyusun skripsi. Terima kasih banyak bu.
6. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yuliyanti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang
telah membimbing selama penulis menimba ilmu di jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
8. Semua tenaga pendidik di Jurusan Akuntansi yang telah memberikan ilmu
yang sangat berharga kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat “7icons” yang selalu menghiasi hari-hari penulis selama
kuliah dan semoga selamanya. Terima kasih Rida, Citra, Dina, Hana,
Hanifa, Farda.
10. Keluarga besar Akuntansi 2015 UIN Jakarta. Terima kasih telah menjadi
teman seperjuangan dan terima kasih momen-momen indah selama ini.
Khususnya keluarga besar Akuntansi B 2015.
11. Senior-senior yang membantu kelancaran skripsi ini. Terima kasih Kak
Fika, bang Handiko, bang Rahman, bang Hugo, bang Reza, bang Ryan,
bang Indra, bang Andrian.
12. Teman-teman KKN TREE 150 2018, terima kasih sudah menjadi bagian
perjalanan di kampus dan terima kasih kesan yang diberikan selama KKN.
13. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuannya selama
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 06 Mei 2019
Meyta Siti Aulya
xii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI ................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 13
A. Tinjauan Literatur....................................................................................... 13
xiii
1. Teori Keagenan ...................................................................................... 13
2. Teori Sinyal ............................................................................................ 15
3. Ukuran Perusahaan ................................................................................. 18
4. Pertumbuhan Perusahaan ....................................................................... 20
5. Tata Kelola Perusahaan .......................................................................... 22
6. Secure ..................................................................................................... 31
7. Maturity .................................................................................................. 34
8. Sukuk ...................................................................................................... 36
9. Peringkat sukuk ...................................................................................... 41
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ................................................................ 49
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 56
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap peringkat sukuk ........................ 56
2. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat sukuk .............. 57
3. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap peringkat sukuk ........ 58
4. Pengaruh komite audit terhadap peringkat sukuk .................................. 58
5. Pengaruh secure terhadap peringkat sukuk ............................................ 59
6. Pengaruh maturity terhadap peringkat sukuk ......................................... 60
D. Perumusan Hipotesis .................................................................................. 63
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 64
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 64
xiv
B. Teknik Penentuan Sampel .......................................................................... 64
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 65
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 65
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 66
2. Pengujian Hipotesis Penelitian ............................................................... 67
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 71
1. Ukuran perusahaan ................................................................................. 71
2. Pertumbuhan perusahaan ........................................................................ 72
3. Dewan komisaris independen ................................................................. 72
4. Komite audit ........................................................................................... 72
5. Secure ..................................................................................................... 73
6. Maturity .................................................................................................. 73
7. Peringkat sukuk ...................................................................................... 74
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 76
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 76
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian.............................................................. 77
1. Hasil Uji Statistik Deksriptif .................................................................. 77
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 79
a. Uji Parallel Lines .................................................................................... 79
b. Uji Goodness of Fit ................................................................................ 80
xv
c. Uji Koefisien Determinasi ...................................................................... 81
d. Uji Hipotesis ........................................................................................... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 102
A. Kesimpulan .............................................................................................. 102
B. Saran ......................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 109
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Peringkat Sukuk Menurut PEFINDO ................................ 46
Tabel 2.2 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................... 50
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .............................. 75
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian ....................................................................... 76
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deksriptif .............................................................. 78
Tabel 4.3 Hasil Uji Parallel Lines ....................................................................... 79
Tabel 4.4 Hasil Uji Pseudo R-Square2 ................................................................ 80
Tabel 4.5 Hasil Uji Goodness of Fit .................................................................... 81
Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikan ............................................................................. 82
Tabel 4.7 Hasil Uji Parameter Individual .......................................................... 84
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi merupakan komitmen untuk menahan sejumlah dana
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.
Kegiatan investasi sudah dilakukan oleh nabi Muhammad Saw. Dengan
adanya investasi akan tercapainya maslahah multiplayer effect, di antaranya
terciptanya lapangan usaha dan lapangan pekerjaan, menghindari dana
mengendap dan agar dana tersebut tidak berputar di antara orang kaya saja
(QS. Al-Hasyr [59]: 7, dalam Pardiansyah, 2017).
Konsep keuangan berbasis syariah dewasa ini telah diterima secara
luas di dunia dan telah menjadi alternatif baik bagi pasar yang menghendaki
kepatuhan syariah maupun bagi pasar konvensional sebagai sumber
keuntungan. Diawali dengan perkembangan yang pesat di negara-negara
Timur Tengah dan Asia Tenggara. Selain itu, lembaga-lembaga yang
menjadi infrastruktur pendukung keuangan Islam global juga telah didirikan
seperti, Accounting and Auditing Organization for Islamic Institution
(AAOIFI), International Financial Service Board (IFSB), International
Islamic Financial Market (IIFM), dan Islamic Research and Training
Institute (Melis, 2017).
Adanya jenis kegiatan yang dilarang dalam Islam terdapat dalam
fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 80/DSN-
MUI/III/2011 yaitu kegiatan perekonomian yang mengandung unsur maisir
2
(melibatkan perjudian), gharar (adanya ketidakpastian dalam akad), riba
(adanya bunga), bathil (dilakukan tidak sesuai dengan syariat Islam), bai al-
madum (kegiatan jual barang di mana barang tersebut belum dimiliki oleh
penjual), taghrir (upaya mempengaruhi orang lain yang mengandung
kebohongan agar menarik perhatian untuk melakukan transaksi), ihtikar
(membeli suatu barang yang sangat diperlukan masyarakat pada saat harga
mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjualnya kembali pada
saat harganya lebih mahal), ghabn (ketidakseimbangan antara dua barang
yang dipertukarkan dalam suatu akad, baik segi kualitas maupun kuantitas),
tadlis (tindakan menyembunyikan kecacatan objek akad yang dilakukan
oleh penjual untuk mengelabui pembeli), tanajusy/najsy (tindakan menawar
barang dengan harga lebih tinggi oleh pihak yang tidak bermaksud
membelinya, untuk menimbulkan kesan banyak yang berminat untuk
membeli), dharar (tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian
pihak lain) (Fatwa DSN No. 80, 2011).
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
nomor 32/DSN-MUI/IX/2002, sukuk merupakan surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin atau fee, serta
membayar kembali dana obligasi syariah saat jatuh tempo (Fatwa DSN No.
32, 2002).
Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat
3
sebagai bukti kepemilikan aset berwujud atau kegiatan investasi khusus
dengan penerimaan imbalan dan bagi hasil sebagai pembeda dari obligasi
konvensional yang menggunakan konsep pembagian bunga (Purnamawati,
2015).
Perkembangan sukuk di dunia dipelopori oleh Malaysia, yang
mengawali penerbitan sukuk senilai $600 juta pada tahun 2002. Setelah itu
Bahrain menerbitkan sovereign sukuk dengan akad ijarah dan salam.
Kemudian tergabung dalam Gulf Cooperation Countries (GCC) untuk
penerbitan sukuk terpusat di Negara Timur Tengah dan sebagian Negara
Asia. Negara penerbit sukuk tidak hanya negara berpenduduk muslim saja,
namun negara-negara Barat yang berpenduduk muslim minoritas juga ikut
memanfaatkan peluang perkembangan sukuk, seperti negara Jerman,
Inggris, Kanada. Di Indonesia sendiri pada tahun 2002, penerbit sukuk
pertama kali dipelopori oleh PT Indosat Tbk (Indosat). Saat itu Indosat
menerbitkan Sukuk Mudharabah senilai Rp175 Miliar sebagai bentuk
pendanaan untuk memenuhi kebutuhan investasi (Kurniawati, 2014).
Menurut Adiwarman dalam Seminar Muktamar Ikatan Ahli
Ekonomi Islam, penerbitan sukuk di negara lain dilakukan hanya sesekali
namun dalam jumlah besar berbeda dengan Indonesia. Kemudian pada
tahun 2005, 2007, dan 2008 Indosat kembali menerbitkan Sukuk Ijarah I, II,
dan III dengan jumlah penerbitan yang semakin meningkat, yaitu senilai
Rp285 Miliar, Rp400 Miliar, dan Rp570 Miliar. Total keseluruhan sukuk
yang diterbitkan Indosat adalah Rp1,43 Miliar dalam 4 periode. Sehingga
sukuk Indosat dinilai sebagai sukuk yang jumlahnya terbesar dan teraktif di
4
Indonesia. Indosat meraih penghargaan “The Biggest and the Most Active
Sukuk Issuer Award” pada tahun 2008 dan 2009 dari Karim Business
Consulting. (republica.co.id, 2015).
Sukuk mendapatkan respons yang baik dan dapat terserap oleh
pasar, sehingga langkah Indosat dalam menerbitkan sukuk diikuti
perusahaan-perusahaan besar lainnya. Dari tahun ke tahun semakin banyak
perusahaan yang menerbitkan sukuk. Pada periode 2002 – 2004 sukuk
mudharabah lebih mendominasi pasar daripada sukuk ijarah karena akad
mudharabah dianggap paling memenuhi kepatuhan syariah, barulah pada
periode 2004 sukuk ijarah lebih mendominasi. Hal ini terkait dengan
struktur ijarah yang mampu memberikan pengembalian tetap (Melis, 2017).
Di Indonesia sendiri perkembangan sukuk Negara baru di mulai
pada tahun 2008, dimana pemerintah baru menjual Surat berharga berbasis
syariah yaitu sukuk senilai Rp15 Triliun setelah disahkan UU SBSN tahun
2008. Penerbitannya dibagi menjadi dua, yaitu untuk pasar domestik dan
pasar internasional. Diterbitkannya sukuk ini ditujukan untuk pembiayaan
defisit anggaran APBN pada tahun 2008. Faktanya keberadaan sukuk dapat
memperkuat kondisi perekonomian di Indonesia, sehingga sukuk
merupakan instrumen investasi yang tepat untuk menarik perhatian investor
tidak dari dalam negeri saja namun juga para investor dari negara yang
tertarik dengan invetasi yang sesuai dengan syariat Islam (kompasiana.com,
2017).
Berdasarkan data statistik sukuk yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) per Desember 2017, terlihat akumulasi jumlah penerbitan
5
sukuk dari tahun 2012 sampai dengan Desember 2017 yang terus
mengalami peningkatan, sebanyak 137 perusahaan yang menerbitkan sukuk
dengan nilai akumulasi penerbitan mencapai Rp26.394,90 Miliar. Sampai
dengan Desember 2017, jumlah sukuk yang masih beredar sebanyak 79
dengan nilai outstanding Rp15.740,5 Miliar. Hal ini dapat dikatakan bahwa
produk sukuk dari tahun ke tahun selalu diminati oleh para investor, karena
sukuk sendiri memiliki banyak kelebihan. Adapun kelebihan sukuk
beberapa diantaranya adalah berinvestasi sekaligus melaksanakan ajaran
Islam, terjauh dari hal-hal yang dilarang dalam Islam salah satunya riba,
adanya nisbah bagi hasil yang kompetitif (Data statistik perkembangan
sukuk OJK, 2017).
Di samping kelebihan, sukuk juga memiliki risiko yang perlu
diperhatikan para investor. Menurut Murdaningsih (2017) dalam
republika.co.id, risiko yang perlu mejadi perhatian investor yaitu, pertama
risiko pasar berupa risiko terhadap tingkat sukuk bunga di pasar dan risiko
nilai tukar mata uang asing (apabila sukuk diterbitkan dalam denominasi
selain rupiah), kedua risiko likuiditas yaitu risiko yang timbul karena sukuk
diperjualbelikan di pasar sekunder yang belum likuid dan belum terbentuk
dengan baik, sehingga mengakibatkan investor kesulitan menjual sukuk
dengan nilai yang wajar, ketiga risiko operasional beripa risiko gagal bayar
oleh penerbit sukuk, risiko pembayaran kupon, dan risiko yang terkait
dengan aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk. Keempat, risiko hukum
adanya ketidak selarasan struktur sukuk dengan hukum yang berlaku. Dan
terakhir risiko tidak sesuai dengan syariah, sukuk yang diterbitkan tidak
6
mengikuti kaidah atau prinsip-prinsip syariah yang telah ditentukan dalam
fatwa DSN MUI. Risiko yang paling mendominasi adalah risiko gagal
bayar. Risiko gagal bayar merupakan risiko dimana perusahaan tidak
mampu untuk memenuhi kewajibannya untuk memberikan dana yang telah
dijanjikan perusahaan kepada para investor pada saat sudah jatuh tempo.
Namun risiko ini dapat berkurang apabila sukuk yang diterbitkan disertai
dengan jaminan. Biasanya perusahaan akan menjadikan asetnya atau
piutangnya sebagai jaminan atas obligasi ataupun obligasi syariah
(republika.co.id, 2017).
Berdasarkan informasi yang didapat dari situ berita katadata.co.id
yang dirilis pada tanggal 8 Februari 2018 pukul 17.27 WIB, salah satu kasus
gagal bayar terjadi saat Pefindo menurunkan peringkat surat utang milik PT
Tiga Pilar Sejahtera Food (TPS Food). Pefindo menurunkan peringkat
obligasi dan sukuk yang diterbitkan oleh TPS Food. Pefindo memberikan
peringkat CCC dari sebelumnya BB+ terhadap sukuk ijarah I tahun 2013
sebesar Rp300 Miliar dan Rp600 Miliar untuk obligasi I 2013 yang
keduanya jatuh tempo pada 5 April 2018 yang lalu. Peringkat CCC yang
diberikan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajibannya. Diketahui TPS Food terkendala likuiditas lemah, sehingga
TPS Food rentan gagal bayar atas surat utangnya. TPS Food telah
memastikan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran kupon atas
obligasi dan sukuk ijarah I tahun 2013 yang telah jatuh tempo. Direktur
Utama TPS Food Joko Mogoginta menyatakan bahwa setelah perusahaan
meninjau posisi kas dan setara kas, TPS Food belum memiliki kemampuan
7
untuk membayar kupon atas surat utangnya tersebut. Apabila ditinjau
laporan keuangan 2017 dengan 2016, total dari kas dan setara kas TPS Food
sendiri mengalami penurunan sebesar 38,63% dari posisi Rp295,93 Miliar
menyusut menjadi Rp181,61 Miliar (beritasatu.com, 2018).
Selain dengan jaminan, investor juga harus memperhatikan
peringkat atas sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan. Peringkat sukuk
sangat penting diketahui sebagai alat ukur sukuk tersebut memiliki risiko
yang tinggi atau tidak (republica.co.id, 2017). Salah satu perusahaan
pemeringkat tertua dan terpercaya di Indonesia yang juga bekerja sama
dengan Bursa Efek Indonesia adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia
(Pefindo). Di dalam memberikan peringkat, agen pemeringkat bekerja
secara independen, objektif, dan tentunya dapat dipercaya sehingga
membantu para investor untuk menilai tingkat keamanan obligasi maupun
obligasi syariah berdasarkan informasi yang di dapat dari agen pemeringkat.
Peringkat yang diberikan oleh agen pemeringkat yaitu investment grade dan
non-investment grade. Investment grade merupakan kategori obligasi atau
obligasi syariah dengan risiko gagal bayar yang rendah, semakin rendah
risiko maka semakin tinggi peringkat yang diberikan. Obligasi yang
termasuk dalam investment grade memiliki peringkat BBB, A, AA, dan
AAA. Sedangkan untuk obligasi yang termasuk non-investment grade
memiliki risiko gagal bayar yang tinggi sehingga peringkat yang didapat
rendah mulai dari peringkat BB, B, CCC, hingga D (pefindo.com).
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai peringkat
sukuk dapat dipengaruhi oleh faktor keuangan maupun non-keuangan. Yang
8
termasuk kedalam faktor keuangan yaitu data dari rasio keuangan seperti
leverage, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, aktivitas, serta ukuran
perusahaan dan pertumbuhan perusahaan. Sedangkan faktor non-keuangan
meliputi tata kelola perusahaan, jaminan (secure), umur dari obligasi
(maturity), dan kualitas dari auditor. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya
berfokus pada ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, tata kelola
perusahaan, secure, dan maturity.
Dalam penelitian Kusbandiyah dan Wahyuni (2014), Surya dan
Wuryani (2015), Meirinaldi dan Astuti (2017) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peringkat sukuk.
Sedangkan penelitian Arisanti, Fadah dan Puspitasari (2015) menunjukkan
hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap peringkat
sukuk, hasil tersebut selaras dengan penelitian Pranoto, Anggraini, dan
Takidah (2017). Faktor lain yaitu pertumbuhan perusahaan pernah diteliti
oleh Wijayanti dan Priyadi (2014) menunjukkan bahwa pertumbuhan
perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap peringkat obligasi.
Sedangkan penelitian Arisanti et.al (2016) menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah.
Selain kedua faktor diatas, tata kelola perusahaan juga dapat
memberikan dampak pada peringkat sukuk karena dengan adanya
mekanisme corporate governance dapat menciptakan lingkungan yang
kondusif, mampu memberikan perlindungan dan jaminan kepada para pihak
yang berkepentingan agar tidak ada pihak yang bertindak sesuai dengan
kepentingannya sendiri. Dalam penelitian ini, tata kelola perusahaan
9
menggunakan proxy dewan komisaris independen dan komite audit.
Penelitian hubungan antara dewan komisaris terhadap peringkat sukuk telah
diteliti oleh Dali, Ronni, dan Malelak (2015) yang menyatakan bahwa
dewan komisaris independen berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Berbeda dengan penelitian Irfandi dan Wasila (2013) menyatakan bahwa
dewan komisaris independen tidak mempengaruhi peringkat sukuk.
Selanjutnya variabel komite audit yang telah diteliti oleh Irfandi dan Wasila
(2013), Dali et.al (2015), Rahayuningsih dan Sulistiyo (2016) yang
mengemukakan bahwa komite audit mempengaruhi peringkat sukuk karena
dengan keberadaan komite audit menjadi perhatian serius yang dapat
meningkatkan kinerja perusahaan sehingga peringkat obligasi syariah akan
meningkat. Sedangkan penelitian Utami (2012) berbeda, keberadaan komite
audit tidak mempengaruhi peringkat obligasi.
Dengan adanya secure atau jaminan investor akan merasa aman
dalam berinvestasi karena investor akan tetap mendapatkan ganti rugi jika
di masa yang akan datang perusahaan mengalami kegagalan. Purwaningsih
(2013) menyatakan bahwa secure berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Berbeda dengan penelitian Rahayuningsih dan Sulistiyo (2016) yang
menunjukkan secure tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Variabel maturity atau umur sukuk merupakan waktu yang
diberikan oleh pihak perusahaan kepada para investor untuk mendapatkan
kembali pembayaran dari nilai sukuk yang dimilikinya. Penelitian telah
dilakukan oleh Purwaningsih (2013) yang menyatakan maturity mempunyai
pengaruh terhadap peringkat sukuk. Namun berbeda dengan penelitian
10
Kusbandiyah dan Wahyuni (2014) yang menujukkan maturity tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah.
Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil dari penelitian
sebelumnya mengenai peringkat sukuk sebagai variabel dependen, masih
menunjukkan hasil yang berbeda sehingga menarik peneliti untuk
melakukan penelitian yang serupa. Penelitian ini merupakan gabungan dari
penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih (2013), Irfandi dan Wasila
(2013), Kusbandiyah dan Wahyuni (2014) dengan perbedaan yaitu
penelitian ini menggunakan sampel perusahaan tahun 2013 sampai 2017
yang sukuknya di rating oleh PT Pefindo. Penelitian ini dilakukan untuk
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat sukuk, dengan
mengambil judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan, Tata Kelola Perusahaan, Secure, dan Maturity Terhadap
Peringkat Sukuk”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap peringkat sukuk?
2. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap peringkat
sukuk?
3. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap peringkat
sukuk?
4. Apakah komite audit pengaruh kepemilikan keluarga terhadap peringkat
sukuk?
11
5. Apakah secure berpengaruh terhadap peringkat sukuk?
6. Apakah maturity berpengaruh terhadap peringkat sukuk?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk:
1. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap peringkat
sukuk
2. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap
peringkat sukuk
3. Untuk menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap
peringkat sukuk
4. Untuk menganalisis pengaruh komite audit terhadap peringkat sukuk
5. Untuk menganalisis pengaruh secure terhadap peringkat sukuk
6. Untuk menganalisis pengaruh maturity terhadap peringkat sukuk
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan juga dijadikan referensi
dalam penelitian selanjutnya.
b. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
c. Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai sukuk.
2. Kontribusi Praktis
12
a. Bagi Perusahaan, diharapkan dapat membantu manajemen dalam
meningkatkan kualitas dari laporan keuangan mebantu para pihak
manajemen dalam menyusun rencana investasi perusahaan sehingga
dapat memberikan sinyal yang baik bagi para investor terhadap
sukuk yang diterbitkan.
b. Bagi Investor, diharapkan dapat menjadikan masukan dan
memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi
sukuk.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan
Teori keagenan adalah teori yang mendeskripsikan hubungan antara
prinsipal dan agen. Prinsipal adalah para pemegang saham dan agen
adalah pihak manajemen. Hubungan antara agen dan prinsipal didasari
oleh kontrak antara keduanya. Prinsipal yang memberikan mandat
kepada agen agar bekerja dan bertindak atas kepentingan prinsipal.
Teori keagenan ini dikemukakan pertama kali oleh Jensen dan Meckling
(1976). Dalam teorinya dijelaskan bahwa adanya pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian di dalam suatu perusahaan atau entitas.
Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara agen dan prinsipal.
Jika kedua belah pihak (agen dan prinsipal) berupaya untuk
memaksimalkan kebutuhannya sendiri, maka akan timbul alasan yang
kuat bahwa agen tidak akan selalu bertindak baik kadang kala bertindak
bertentangan untuk kepentingan prinsipal, sehingga memicu timbulnya
biaya keagenan (agency cost).
Menurut Jensen dan Meckling (1976), biaya keagenan (agency cost)
terdiri dari:
a. Monitoring expenditures by the principal
Biaya monitoring atau pengawasan ini dikeluarkan oleh pihak
prinsipal untuk mengawasi perilaku pihak agen, seperti usaha
14
untuk mengendalikan perilaku pihak agen melalui pembatasan
anggaran (budget restriction) dan kebijakan kompensasi
(compensation policies).
b. Bonding expenditures by the agent
Biaya bonding ini dikeluarkan oleh pihak agen sebagai jaminan
bahwa pihak agen tidak akan melakukan tindakan yang
merugikan pihak prinsipal dan melakukan tugas sesuai dengan
kepentingan prinsipal.
c. The residual loss
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi apabila ada penurunan
tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen akibat dari
perbedaan keputusan antara pihak prinsipal dan pihak agen.
Menurut Kausari (2014) hubungan agensi ada ketika salah satu
pihak (prinsipal) mempekerjakan pihak lain (agen) untuk melaksanakan
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agen tersebut. Dengan demikian, seorang agen wajib
untuk mempertanggungjawabkan mandat yang diberikan oleh prinsipal
kepadanya. Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu
bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Teori keagenan
mengemukakan antara pihak pemilik dan manajer memiliki kepentingan
yang berbeda sehingga memunculkan konflik keagenan. Teori keagenan
dapat terwujud dalam kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan
kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
manfaat secara keseluruhan (Dian dan Lidyah, 2014).
15
Hubungan keagenan merupakan salah satu bentuk interaksi sosial
yang paling umum muncul ketika ada pemisahan fungsi pengelolaan dan
fungsi kepemilikan, dimana salah satu pihak (agent) bertindak sebagai
perwakilan pihak lain (principal) dalam pengambilan keputusan.
Pemisahan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan menimbulkan
agency problems karena adanya perbedaan kepentingan. Masalah
keagenan di Indonesia unik karena saham perusahaan di Indonesia
banyak sekali dimiliki oleh keluarga pendiri. Teori keagenan ingin
menyelesaikan masalah yang timbul dari hubungan keagenan yaitu
ketika principal tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah agent
sudah bertindak dengan tepat, dan ketika principal memiliki pandangan
yang berbeda dengan agent terkait risiko (Liviani, Mahadwartha,
Wijaya, 2016). Inti dari teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang
tepat untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agent dalam hal
terjadi konflik kepentingan (Moeljono, 2005 dalam Dian dan Lidyah,
2014).
2. Teori Sinyal
Teori sinyal merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan
oleh investor untuk mempertimbangkan dan menentukan apakah para
investor akan menanamkan sahamnya atau tidak pada perusahaan yang
bersangkutan. Informasi mengenai perubahan harga dan volume saham
mengandung informasi dalam memberikan bukti yang bermanfaat dan
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan (Arizona, 2016).
16
Teori sinyal adalah konsep dimana pihak pemberi infromasi dapat
memilih apa dan bagaimana informasi akan ditampilkan dan pihak
penerima informasi dapat memilih bagaimana menginterpretasikan
informasi yang diterima. Pengumuman informasi akuntansi
memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik
atau buruk di masa mendatang. Apabila informasi keuangan memiliki
penilaian yang baik maka informasi yang diterima investor merupakan
kabar yang baik sehingga investor tertarik untuk melakukan
perdagangan saham dan berujung pada perubahan harga saham.
Sebaliknya bila informasi keuangan menunjukkan penilaian buruk maka
informasi yang diterima investor adalah kabar buruk dan mempengaruhi
perdagangan serta harga saham pula (Khairudin dan Windita, 2017).
Pada umumnya, sinyal diartikan sebagai isyarat atau petunjuk yang
dilakukan oleh pihak perusahaan kepada pihak eksternal. Segala bentuk
sinyal yang dikeluarkan, dimaksudkan untuk menyiratkan sesuatu.
Dengan tujuan pihak eksternal akan melakukan perubahan penilaian
atas perusahaan, dengan begitu sinyal yang dibuat harus mengandung
informasi yang kuat agar dapat merubah penilaian dari pihak eksternal
perusahaan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang telah
dilakukan oleh pihak internal (manajemen) untuk merealisasikan
keinginan pihak pemilik perusahaan. Dalam teori sinyal menunjukkan
adanya ketidak seimbangan atau asimetri informasi antara pihak internal
perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan. Informasi yang
dikeluarkan oleh pihak perusahaan adalah hal yang sangat penting.
17
Karena dapat berpengaruh terhadap keputusan investasi dari pihak luar
perusahaan. Teori sinyal dikembangkan oleh beberapa peneliti untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok terkait dengan kebijakan
perusahaan, seperti kebijakan dividen (Spence, 1973).
Teori sinyal menjelaskan alasan suatu perusahaan perlu menyajikan
informasi kepada para pihak eksternal, baik informasi yang
berhubungan langsung dengan keuangan perusahaan, maupun informasi
yang tidak berhubungan langsung dengan keuangan perusahaan.
Dorongan pihak perusahaan memberikan informasinya karena adanya
asimetri informasi antara pihak perusahaan dengan pihak eksternal,
karena pihak perusahaan lah yang lebih banyak mengetahui keadaan di
dalam perusahaan (Surya dan Wuryani, 2015).
Informasi sangatlah penting bagi investor atau pelaku bisnis karena
dengan adanya informasi pihak-pihak yang berkepentingan dapat
mengetahui bagaimana gambaran atau catatan yang ada di dalam
perusahaan baik itu keadaan masa lalu maupun keadaan masa yang akan
datang. Dengan adanya informasi yang dipublikasikan, akan
memberikan sinyal bagi para investor dalam pengambilan keputusan
investasi. Kurangnya informasi bagi pihak eksternal dapat berakibat
pihak eksternal melindungi diri mereka sehingga pihak eksternal akan
memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Dengan begitu, pihak
perusahaan harus meningkatkan nilai perusahaannya dengan cara
mengurangi asimetri informasi tersebut dan memberikan sinyal yang
baik pada pihak eksternal (Arizona, 2016).
18
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan pengklasifikasian besar atau
kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel
yang banyak digunakan untuk menjelaskan mengenai variasi
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan (Bone dan Ponto,
2017).
Yuliana (2011) dalam Surya dan Wuryani (2015) mengemukakan
bahwa semakin besar perusahaan dan semakin dikenal oleh masyarakat,
maka semakin banyak informasi yang bisa diperoleh investor dan
semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor. Dengan
ukuran perusahaan, investor dapat mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membayar bunga obligasi secara periodik dan melunasi pokok
pinjaman yang dapat meningkatkan peringkat obligasi perusahaan.
Menurut Arisanti, Fadah, dan Puspitasari (2014) besar atau kecilnya
ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva, log size, nilai pasar
saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan mempunyai hubungan dengan
risiko kebangkrutan sehingga ukuran perusahaan dapat mempengaruhi
peringkat sukuk. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat
kemudahan dalam memperoleh dana dari perusahaan modal maupun
dari pihak eksternal, karena biasanya perusahaan kecil kurang bisa
mendapatkan akses ke pasar modal yang terorganisir baik dalam
obligasi maupun saham.
Pranoto, Anggraini, dan Takidah (2017) menyatakan bahwa
semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil risiko
19
perusahaan mengalami gagal bayar sehingga peringkat sukuk yang
dimiliki akan semakin baik. Perusahaan yang besar biasanya cenderung
memiliki risiko yang lebih kecil dibanding dengan risiko yang akan
diterima dari perusahaan yang lebih kecil. Dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 30/POJK.05/2014 Tentang Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Pasal 50 ayat (1)
dan (2) tertera perusahaan wajib menerapkan manajemen risiko dengan
mengidentifikasi, menilai, dan memantau risiko usaha secara efektif.
Manajemen risiko tersebut harus disesuaikan dengan tujuan, kebijakan
usaha, ukuran perusahaan, dan kompleksitas usaha serta kemampuan
perusahaan.
Ukuran perusahaan juga dapat menentukan kekuatan dalam hal
tawar menawar, biasanya perusahaan yang besar mendapat berbagai
keuntungan dalam memilih pendanaan dari berbagai bentuk utang.
Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan laba, aktiva, tenaga
kerja, dan lainnya yang mempunyai korelasi yang tinggi (Sihombing
dan Rachmawati, 2015).
Wati (2004) dalam Kusbandiyah dan Wahyuni (2014) menyatakan
bahwa semakin besar dan semakin terkenal suatu perusahaan oleh
masyarakat, maka akan semakin banyak pula informasi yang dapat
diperoleh oleh investor dan ketidakpastian yang dimiliki investor akan
semakin kecil. Selain itu dengan ukuran perusahaan maka investor dapat
mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi pokok pinjaman
yang dapat meningkatkan peringkat sukuk perusahaan.
20
4. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu kemampuan pihak
perusahaan dalam meningkatkan ukuran perusahaannya. Dalam
pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dalam kondisi finansial sebuah
perusahaan. Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan
sampai sejauh mana perusahaan akan menggunakan hutang sebagai
sumber pembiayaan (Sudaryanti, Mahfudz, dan Wulandari, 2011).
Pertumbuhan menggambarkan presentasi pertumbuhan pos-pos
perusahaan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan perusahaan yang kuat
berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade dari rating
berikutnya diberikan untuk perusahaan karena growth mengindikasikan
prospek kinerja cash flow masa datang dan meningkatkan nilai ekonomi
(Febriani, Nugraha, dan Saryadi, 2013).
Menurut Sejati (2010) dalam Widiastuti dan Rahyuda (2016)
perusahaan penerbit obligasi yang memiliki pertumbuhan perusahaan
yang tinggi dari tahun ke tahun, memiliki peluang yang lebih besar
untuk memperoleh peringkat obligasi yang tinggi daripada perusahaan
penerbit obligasi yang memiliki pertumbuhan rendah. Di dalam memilih
investasi terhadap obligasi, investor akan melihat pengaruh dari
pertumbuhan perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut
memiliki nilai yang baik maka perusahaan tersebut juga akan memiliki
obligasi investment grade. Sihombing dan Rachmawati (2015)
menyatakan bahwa, kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
pertumbuhan perusahaannya tergantung pada empat faktor, yaitu
21
margin laba, kebijakan deviden, kebijakan keuangan, dan perputaran
total aset:
a. Margin laba: dengan kenaikan margin laba akan meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan yang dapat
dipertahankan.
b. Kebijakan deviden: dalam penurunan persentase laba bersih
yang harus dibayarkan sebagai deviden, akan meningkatkan
rasio retensi. Hal ini akan meningkatkan ekuitas yang dihasilkan
secara internal dan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan
perusahaan yang dapat dipertahankan.
c. Kebijakan keuangan: kenaikan rasio keuangan akan
meningkatkan pengungkitan keuangan perusahaan. Karena hal
ini membuka kemungkinan bertambahnya penggunaan hutang,
maka tingkat pertumbuhan yang dipertahankan akan meningkat.
d. Perputaran total aset: dalam kenaikan tingkat perputaran total
aset akan meningkatkan penjualan yang dihasilkan untuk setiap
dolar aset. Kenaikan ini akan menurunkan kebutuhan
perusahaan akan aset-aset baru sehingga penjualan akan tumbuh
dan mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan yang akan di
pertahankan.
Pada umumnya perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang cukup
baik akan memberikan peringkat sukuk investment grade. Pemodal
di dalam menentukan instrument investasi terhadap sukuk akan
22
memperhatikan pengaruh pertumbuhan perusahaan, apabila
pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka emiten sukuk akan
memiliki peringkat sukuk yang cukup baik (Rozie dan Sofie. 2010
dalam Sudaryanti et.al, 2011).
5. Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan merupakan suatu kebijakan atau aturan
sebagai kontrol bagi suatu perusahaan. Tata kelola perusahaan timbul
sebagai pengendali perilaku dari manajemen yang ingin mementingkan
diri sendiri. Dalam tata kelola perusahaan juga mengatur hubungan
antara manajer perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan
pemangku kepentingan perusahaan lainnya. Tata kelola perusahaan
yang baik dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tersebut
dan dapat mengurangi risiko yang dapat timbul dari pengelola
perusahaan yang ingin menguntungkan diri sendiri.
Istilah tata kelola perusahaan ini pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee pada tahun 1992. Hal itu di latar belakangi karena
banyak kasus skandal manipulasi perusahaan besar sampai
kebangkrutan akibat dari praktik tata kelola perusahaan yang buruk di
Inggris dan Amerika Serikat, seperti Enron, Tyco, Adelphia, Global
Crossing, Williams Technologies Companies, WorldCom, Dynegy, JP
Morgan, dan lain sebagainya.
Sebelumnya OJK sudah mengeluarkan Peraturan OJK (POJK)
terkait pelaksanaan GCG, yaitu Tata Kelola Perusahaan Terbuka yang
terdiri dari lima aspek: 1) hubungan perusahaan terbuka dengan
23
pemegang saham dalam menjamin hak-hak pemegang saham; 2) fungsi
dan peran dewan komisaris; 3) fungsi dan peran direksi; 4) partisipasi
pemangku kepentingan; dan 5) keterbukaan informasi. Pada 3 Desember
2015, OECD bersama OJK meluncurkan prinsip corporate governance
yang baru. Diharapkan penerapan prinsip-prinsip baru dapat
memudahkan para pelaku pasar untuk menyesuaikan implementasi
prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Perubahan prinsip-prinsip
GCG G20/OECD dibagi menjadi enam bab yang penambahan nya
dimasukkan ke dalam tiap-tiap bab: 1) dasar kerangka tata kelola yang
efektif; 2) hak dan perlakuan yang adil untuk pemegang saham dan
fungsi kunci kepemilikan; 3) investor institusi, pasar modal dan
perantara lainnya; 4) peran pemangku kepentingan dalam tata kelola; 5)
transparansi dan keterbukaan informasi; 6) tanggung jawab direksi dan
dewan komisaris.
Berdasarkan prinsip tersebut, selanjutnya setiap negara mengadopsi
prinsip-prinsip untuk dijadikan pedoman dan merealisasikan sesuai
ketentuan tiap negara. Di Indonesia, Pedoman Umum Good Corporate
Governance ini disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG). Prinsip GCG menurut Pedoman Umum Good Corporate
Governance yang telah dibuat oleh KNKG yaitu Transparansi,
Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, serta Fairness atau
Kewajaran dan Kesetaraan.
24
a. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan informasi yang wajib
dilakukan oleh setiap perusahaan kepada masyarakat khususnya
semua pemangku kepentingan. Informasi yang disampaikan harus
jujur, benar, lengkap, dan tepat waktu. Tidak diperbolehkan untuk
menyembunyikan atau menunda pengungkapan agar perusahaan
dapat citra yang baik dan kepercayaan dari masyarakat.
Dalam pelaksanaannya transparansi harus menyangkut hal
sebagai berikut: pertama, perusahaan harus menyediakan informasi
secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan
sesuai haknya. Kedua, informasi yang diungkapkan meliputi tidak
terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang
saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota, direksi dan
anggota dewan komisaris beserta anggota keluarganya dalam
perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko,
sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan
pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhan nya, dan kejadian penting
yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. Ketiga, prinsip
keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan
hak-hak pribadi. Keempat, kebijakan perusahaan harus tertulis dan
25
secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku
kepentingan.
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban kepada pihak yang berkepentingan.
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Dalam
akuntabilitas pelaksanaannya meliputi beberapa hal, pertama
perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas
dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan, dan strategi
perusahaan. Kedua, perusahaan harus meyakini bahwa semua organ
perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai
dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan
GCG. Ketiga, perusahaan harus memastikan adanya sistem
pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
Keempat, perusahaan harus memiliki ukuran kinerja semua jajaran
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi. Kelima, dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ
26
perusahaan dan karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan
pedoman perilaku yang telah disepakati.
c. Responsibilitas
Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawabnya kepada
masyarakat dan lingkungan sekitar serta mematuhi hukum yang
telah berlaku. Dalam pelaksanaan responsibilitas, pertama organ
harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar
dan peraturan perusahaan. Kedua, perusahaan harus melaksanakan
tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama sekitar perusahaan
dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
d. Independensi
Dalam prinsip independensi ini, perusahaan yang dikelola
harus independen tidak ter intervensi dari pihak mana pun sehingga
pelaksanaan GCG dalam perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Pelaksanaan independensi perusahaan harus menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak mana pun, tidak terpengaruh oleh kepentingan
dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara objektif. Perusahaan harus
melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar
dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi atau
melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.
27
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Perusahaan harus memberikan perlakuan yang adil dan setara dalam
memenuhi hak stakeholder sesuai dengan perjanjian dan peraturan
yang berlaku. Dalam pelaksanaannya perusahaan harus memberikan
kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan
serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing. Perusahaan
harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada
pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang
diberikan kepada perusahaan. Perusahaan harus memberikan
kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarier dan
melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.
Dalam penelitian ini, pengukuran tata kelola perusahaan yang
digunakan adalah dewan komisaris independen dan komite audit.
a. Dewan komisaris independen
Dalam UU PT No. 40 Tahun 2007, dewan komisaris adalah
organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi
nasihat kepada direksi. Menurut KNKG, komisaris independen
adalah anggota dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan
manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
28
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan.
Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan regulasi tentang
jumlah dewan komisaris independen yang harus dimiliki tiap
perusahaan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
57/POJK.04/2017 tentang penerapan tata kelola perusahaan efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek dan
perantara pedagang efek, yang mensyaratkan bahwa persentase
komisaris independen sebesar 30%. Menurut KNKG
pertanggungjawaban dewan komisaris sebagai berikut:
1. Dewan komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas,
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan atas
pengelolaan perusahaan oleh direksi. Laporan pengawasan
dewan komisaris merupakan bagian dari laporan tahunan yang
disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persertujuan.
2. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan
pengesahan atas laporan keuangan, berarti RUPS telah
memberikan pembebasan dana pelunasan tanggung jawab
kepada masing-masing anggota dewan komisaris dalam hal
terjadi tindak pidana atau kesalahan dan atau kelalaian yang
menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat
dipenuhi dengan aset perusahaan.
29
3. Pertanggungjawaban dewan komisaris kepada RUPS
merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas
pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas GSG.
Tanggung jawab dewan komisaris termasuk dewan komisaris
independen diatur dalam UU PT No. 40 Tahun 2007 Pasal 114:
1. Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1).
2. Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik,
kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
3. Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara
pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan
bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
4. Dalam hal dewan komisaris terdiri dari atas dua anggota dewan
komisaris atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap
anggota dewan komisaris.
5. Anggota dewan komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan
atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
6. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling
sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan
30
hak suara dapat menggugat anggota dewan komisaris yang
karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada
perseroan ke pengadilan negeri.
b. Komite audit
Menurut KNKG, komite audit bertugas membantu dewan
komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan
baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan
sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan
hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas
dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya
tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah,
perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,
perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat
luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan. Komite audit diketuai oleh komisaris
independen dan anggotanya dapat terdiri dari komisaris dan atau
pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang anggota memiliki
latar belakang dan kemampuan akuntansi dan atau keuangan.
Dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor
Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A Tentang
31
Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang
Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, jumlah keanggotaan komite
audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota, seorang
diantaranya merupakan komisaris independen perusahaan tercatat
yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan
anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana
sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki keahlian di bidang
akuntansi dan atau keuangan.
6. Secure
Dalam menerbitkan sukuk, perusahaan ada yang memberikan
jaminan (secure) dan juga ada yang tidak memberikan jaminan. Jaminan
ini dimaksudkan agar para investor mendapatkan pengganti ketika
perusahaan mengalami kegagalan pada masa yang akan datang (Al
Haraqi dan Ningsih, 2017). Menurut Werastuti (2015) biasanya para
investor lebih menyukai sukuk yang diberikan jaminan dibandingkan
yang tidak diberikan jaminan, karena investor akan merasa aman dalam
berinvestasi apabila sukuk tersebut telah diberikan jaminan. Tingkat
risiko yang terkandung dalam sebuah obligasi salah satunya dipengaruhi
oleh jaminan.
Dengan adanya jaminan, risiko gagal bayar yang akan diterima para
investor akan berkurang. Jaminan ini dapat berupa aset yang dimiliki
perusahaan ataupun jaminan alternatif lain ialah tagihan piutang
perusahaan. Pemberian jaminan pada sukuk dapat menjadi daya tarik
para investor, sehingga semakin banyak investor yang berinvestasi pada
32
perusahaan tersebut. Semakin banyak investor yang berinvestasi sukuk
dalam perusahaan, maka akan semakin tinggi pula peringkat sukuk yang
akan didapatkan oleh perusahaan (Arisanti, Fadah, dan Puspitasari,
2016).
Pada umumnya, jaminan merupakan suatu benda atau barang yang
dijadikan sebagai tanggungan dalam bentuk pinjaman uang. Bagi
perusahaan yang tidak memberikan jaminan aset tertentu atas penerbitan
sukuk, harus memenuhi persyaratan tertentu yang telah disepakati,
seperti persyaratan untuk mempertahankan rasio-rasio keuangan
tertentu dan mendapatkan persetujuan secara tertulis. Biasanya
perusahaan yang tidak memberikan jaminan merupakan perusahaan
yang telah memiliki reputasi yang baik dan telah membentuk dana
cadangan (sinking fund), sehingga telah timbul dan terjaga kepercayaan
investor. Para investor telah yakin bahwa perusahaan tersebut mampu
untuk memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo (Al Haraqi dan
Ningsih, 2017).
Menurut Murdaningsih (2017) yang menjadi pembeda antara sukuk
dengan instrumen surat utang lainnya adalah adanya syarat memberikan
jaminan aset atau biasa dikenal underlying asset untuk setiap nilai
penerbitannya. Tanpa adanya underlying asset, surat berharga akan
menjadi seperti surat utang lainnya karena tidak ada transaksi yang
mendasari penerbitan sukuk. Dalam sistem ekonomi Islam semua
transaksi keuangan harus berkaitan dengan sektor riil. Maka, begitu pula
dengan sukuk sebagai instrumen keuangan yang mensyaratkan adanya
33
aset riil dalam setiap penerbitannya. Adapun kriteria aset yang dapat
menjadi dasar penerbitan sukuk ialah harus mempunyai nilai ekonomis
atau memiliki aliran penerimaan kas, dapat berupa aset yang berwujud
(gedung, tanah, dan bangunan lainnya) atau aset tidak berwujud (jasa),
nilai manfaat atas aset berwujud, maupun proyek yang akan atau sedang
dibangun. Yang terpenting ialah tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Penerbit sukuk juga harus menjamin bahwa selama periode
sukuk, aset yang menjadi underlying tidak akan bertentangan dengan
prinsip syariah. Dalam peraturan OJK No. 18 Tahun 2015 tentang
persyaratan dan penerbitan sukuk disebutkan beberapa contoh aset yang
bertentangan dengan prinsip syariah. Diantaranya barang atau aset atau
jasa yang terkait dengan perjudian, ribawi, dan jual beli risiko yang
mengandung unsur ketidakpastian (republika.co.id, 2017).
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 18/POJK.04/2015 Tentang
Penerbitan dan Persyaratan Sukuk, emiten wajib mengungkapkan
informasi tambahan seperti yang tertera pada pasal 8 yaitu informasi
jaminan yang meliputi paling sedikit jenis, nilai, dan status kepemilikan
(jika ada). Emiten yang melakukan penawaran umum sukuk wajib
menyusun perjanjian perwaliamanatan sukuk, perjanjian tersebut wajib
memuat ketentuan tambahan yang tertera pada pasal 12 (3) huruf b
bahwa aset yang menjadi dasar sukuk paling sedikit terdiri dari jenis
atau bentuk aset, lokasi aset, status kepemilikan aset, status aset (sebagai
jaminan atau tidak) dan implikasi hukum dan ekonomi yang menyertai
(jika ada), serta nilai aset berdasarkan hasil penilaian dari Penilai.
34
7. Maturity
Maturity atau umur dari sukuk adalah jangka waktu sejak
diterbitkannya obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi.
Obligasi dengan jatuh tempo yang lebih pendek akan dianggap kurang
berisiko daripada obligasi jangka panjang, dan hal ini direfleksikan
dalam peringkat (Fauziah, 2014). Maturity merupakan waktu yang
diberikan oleh pihak perusahaan kepada para investor untuk
mendapatkan kembali pembayaran dari nilai pokok sukuk yang
dimilikinya. Pada umumnya, sukuk mempunyai periode jatuh tempo
yang bervariasi 1 sampai 5 tahun. Umur sukuk yang pendek akan
menunjukkan tingkat risiko gagal bayar yang kecil apabila
dibandingkan dengan sukuk yang memiliki waktu jatuh tempo lebih dari
5 tahun, biasanya investor cenderung lebih menyukai sukuk dengan
waktu jatuh tempo yang singkat atau pendek karena risiko yang akan
diterima para investor akan kecil (Arisanti, Fadah, dan Puspitasari,
2014).
Menurut Rahardjo (2003) dalam Al Haraqi dan Ningsih (2017)
menyatakan bahwa suatu sukuk yang jatuh temponya lama akan
meningkatkan risiko investasi karena dalam periode yang cukup lama,
bisa saja ada risiko peristiwa yang dapat menyebabkan kinerja
perusahaan akan menurun. Sudaryanti, Mahfudz, dan Wulandari (2011)
menyatakan setiap obligasi atau obligasi syariah mempunyai masa jatuh
tempo atau maturity date yaitu tanggal dimana nilai pokok obligasi
harus dilunasi oleh pihak penerbit. Emiten obligasi mempunyai
35
kewajiban mutlak untuk membayar nilai nominal obligasi kepada
pemegang obligasi pada saat jatuh tempo yang biasanya tercantum pada
kesepakatan yang dibuat sebelumnya.
Magreta dan Poppy (2007) dalam Arisanti et.al (2014) menyatakan
bahwa umur dari obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun
akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih
kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo
dalam waktu lebih dari 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh
tempo suatu obligasi, semakin tinggi pula kupon. Semakin pendek
jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati investor karena
dianggap risiko lebih kecil dan kemungkinan besar penerbit dapat
mengembalikan pokok dan fee sesuai yang di janjikan. Sehingga umur
obligasi yang pendek banyak diminati oleh investor dan menunjukkan
peringkat obligasi investment grade. Sebaliknya semakin panjang umur
obligasi maka risiko obligasi juga semakin besar, karena kondisi
perusahaan dan kondisi perekonomian negara yang tidak tetap dari
tahun ke tahun.
Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih
panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar.
Dengan demikian semakin panjang umur obligasi semakin rendah
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga periodik dan melunasi
pokok pinjaman akan menurunkan peringkat dari obligasi (Kusbandiyah
dan Wahyuni, 2014).
36
8. Sukuk
Sukuk berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari “Shak” yang
berarti instrumen legal, amal, cek yang digunakan untuk obligasi dengan
prinsip syariah. Sukuk merupakan sertifikat atau dokumen hutang yang
dikeluarkan oleh pemerintah atau organisasi untuk sejumlah uang yang
dipinjam dari pemegang sukuk dan menjanjikan akan mengembalikan
uang yang dipinjam (Elhaj, Muhamed, and Ramli, 2015).
Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) mendefinisikan sukuk sebagai
sertifikat sebagai bukti kepemilikan aset berwujud atau kegiatan
investasi khusus dengan penerimaan imbalan dan bagi hasil sebagai
pembeda dari obligasi konvensional yang menggunakan konsep
pembagian bunga. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia nomor 32/DSN-MUI/IX/2002, sukuk merupakan surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil margin atau fee, serta membayar kembali dana obligasi syariah saat
jatuh tempo. Di dalam obligasi syariah terdapat beberapa ketentuan
obligasi syariah, yakni:
a. Ketentuan umum
1. Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah, yaitu obligasi
yang bersifat utang dengan kewajiban membayar berdasarkan
bunga.
37
2. Obligasi yang dibenarkan menurut syariah, yaitu obligasi yang
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta
membayar kembali dana obligasi pada jatuh tempo.
b. Ketentuan khusus
Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah
antara lain;
1. Mudharabah
2. Musyarakah
3. Murabahah
4. Salam
5. Istishna
6. Ijarah
7. Jenis usaha yang dilakukan emiten tidak boleh bertentangan
dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-
MUI Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi untuk reksadana syariah.
8. Pendapatan investasi yang dibagikan emiten kepada pemegang
obligasi syariah mudharabah harus bersih dari unsur nonhalal.
38
9. Pendapatan yang diperoleh pemegang obligasi syariah sesuai
akad yang digunakan.
10. Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akal-akal
yang digunakan.
Menurut Sutedi (2009) dalam bukunya yang berjudul Aspek Hukum
Obligasi dan Sukuk menjelaskan tentang karakteristik dan ketentuan
mekanisme obligasi syariah, sebagai berikut:
a. Karakteristik obligasi syariah
1. Obligasi syariah menekankan pendapatan investasi bukan
berdasar kepada tingkat bunga (kupon) yang telah ditentukan
sebelumnya. Tingkat pendapatan dalam obligasi syariah
berdasar kepada tingkat rasio bagi hasil yang besarnya telah
disepakati oleh pihak emiten dan investor.
2. Sistem pengawasannya selain diawasi oleh pihak wali amanat
maka mekanisme obligasi syariah juga diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah sejak dari penerbitan obligasi syariah sampai
akhir dari masa penerbitan obligasi syariah tersebut. Dengan
adanya sistem ini maka prinsip kehati-hatian dan perlindungan
kepada investor obligasi syariah diharapkan bisa lebih terjamin.
3. Jenis industri yang dikelola emiten serta hasil pendapatan
perusahaan penerbit obligasi syariah harus terhindar dari unsur
non halal. Adapun lembaga Profesi Pasar Modal yang terkait
dengan penerbitan obligasi syariah masih sama seperti obligasi
konvensional.
39
b. Ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah
1. Obligasi syariah harus berdasarkan konsep syariah yang hanya
memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam
bentuk bagi hasil serta pembayaran utang pokok pada saat jatuh
tempo.
2. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus
berdasarkan pada bentuk pembagian hasil keuntungan yang
telah disepakati sebelumnya serta pendapatan yang diterima
harus bersih dari unsur non halal.
3. Nisbah harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum
penerbitan.
4. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau
sesuai ketentuan bersama, pada saat jatuh tempo
diperhitungkan secara keseluruhan.
5. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan
Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh
Dewan Syariah Nasional MUI.
6. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau
melanggar syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian
dana investor dan harus dibuat suatu pengakuan utang.
7. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak
investor dapat menarik dananya.
40
8. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dipindah
tangankan kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad
perjanjian.
Menurut Fatah (2011) dalam Fasa (2016) sukuk dapat dikategorikan
menjadi dua kategori yaitu sukuk yang dapat diperdagangkan dan sukuk
yang tidak dapat diperdagangkan. Beberapa sukuk yang dapat
diperdagangkan antara lain:
1. Sukuk Mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad mudharabah dimana satu pihak
menyediakan modal (Rab al-Mal) dan pihak lain mempunyai
keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut dibagi
berdasarkan presentase bagi hasil yang telah disepakati pada
awal transaksi, dan kerugian yang timbul ditanggung
sepenuhnya oleh pemilik modal.
2. Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih
bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek
baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai
kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbuk di
tanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing.
3. Sukuk Ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri
atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hal manfaat
41
atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode
yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan aset.
Sedangkan sukuk yang tidak dapat diperdagangkan antara lain:
1. Sukuk Istishna dan atau Murabahah, yaitu kepemilikan utang
yang semakin meningkat yang diperoleh dari jenis pembiayaan
istishna dan murabahah.
2. Sukuk salam, yaitu dana dibayarkan di muka dan komoditi
menjadi utang. Dana juga dapat dalam bentuk sertifikat yang
merepresentasikan utang.
Sukuk dapat meningkatkan stabilitas lembaga keuangan dengan
menyediakan portfolio, likuiditas, dan alat manajemen risiko yang lebih
baik. Sukuk menjadi sangat dituntut karena banyaknya permintaan agar
kepemilikan perusahaannya sesuai dengan hukum Islam. Permintaan
sukuk telah menjadi semakin populer dan telah mendapatkan
penerimaan universal sebagai alternatif yang layak untuk produk
keuangan konvensional. Sukuk telah berkembang sebagai salah satu
mekanisme paling signifikan untuk meningkatkan keuangan di pasar
melalui struktur yang dapat diterima sesuai hukum Islam (Fasa, 2016).
9. Peringkat sukuk
Peringkat dalam sukuk diberikan oleh perusahaan pemeringkat
obligasi dan sukuk. Tujuan dari peringkat sukuk adalah untuk
memberikan informasi mengenai kinerja keuangan dari entitas yang
menerbitkan sukuk dalam bentuk peringkat kepada para investor.
42
Sebelum seorang investor menginvestasikan modal dalam bentuk surat
utang baik itu obligasi maupun sukuk, pasti investor tersebut akan
melihat laporan keuangan dan peringkat dari surat utang tersebut.
Adapun surat utang mempunyai risiko tersendiri yang perlu
diperhatikan bagi para investor yaitu adanya risiko gagal bayar yang
bisa merugikan investor dimana investor akan menerima jumlah lebih
kecil daripada jumlah pengembalian surat utang yang telah dijanjikan
oleh pihak perusahaan (Sudaryanti, Mahfudz, dan Wulandari, 2011).
Maka dari itu, lembaga pemeringkat ini bertugas melakukan
analisis dan evaluasi terhadap kemungkinan macetnya pembayaran
surat utang. Di Indonesia, lembaga yang memberikan peringkat
terhadap surat utang adalah PT Pefindo. Banyak perusahaan yang
menerbitkan surat utang yang listing di BEI menggunakan jasa Pefindo.
Pefindo didirikan pada tanggal 21 Desember 1993 atas inisiatif dari
Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia. Pefindo telah melakukan
pemeringkatan terhadap lebih dari 700 perusahaan dan pemerintah
daerah. Pefindo melakukan pemeringkatan terhadap surat-surat utang,
termasuk obligasi dan obligasi sub-ordinasi konvensional, sukuk, MTN,
KIK-EBA, dan reksa dana. Untuk mempertahankan independensinya,
Pefindo dimiliki oleh 86 badan hukum (per Juni 2018) yang
merepresentasikan pasar modal Indonesia dengan tidak satupun
pemegang saham yang memiliki lebih dari 50% saham (pefindo.com).
PT PEFINDO sendiri untuk lebih meningkatkan tanggung jawab
dalam rangka menjaga citra positif, profesionalisme serta independensi
43
untuk menghasilkan peringkat yang objektif, berkualitas serta dapat
dipertanggungjawabkan, dipandang perlu untuk menyempurnakan
Keputusan Direksi PT PEFINDO Nomor KEP-01/PEF-DIR/I/2010
tentang Kode Etik Perseroan PT PEFINDO, dengan menetapkan
Keputusan Direksi PT PEFINDO yang baru.
Dalam website resmi PT PEFINDO (pefindo.com) untuk jasa
pemeringkatan PT PEFINDO melakukan dua jenis pemeringkatan yaitu
pemeringkatan perusahaan dan pemeringkatan utang. Untuk peringkat
perusahaan yang biasa disebut General Obligation (GO) Rating atau
Issuer Rating adalah sebuah kajian kredit sebuah perusahaan atau
kemampuannya untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya.
Issuer rating tidak serta merta berlaku atas suatu jenis efek utang, karena
tidak mempertimbangkan esensi dan prasyarat jaminan, statusnya dalam
proses kebangkrutan atau likuidasi, preferensi statutoir dan legitimasi
serta kemampuan untuk dapat mengambil alih aset jaminan itu sendiri,
juga tidak mempertimbangkan kelayakan kredit dari penjamin,
perusahaan asuransi atau bentuk lain enhancement kredit yang
mendukung kualitas kredit. Jenis peringkat ini dapat digunakan oleh
perusahaan atau untuk memberikan ukuran-ukuran tingkatan atas
kualitas kredit secara relatif terhadap yang lainnya. Peringkat
perusahaan dapat digunakan sebagai alat pemasaran untuk
mempromosikan status perusahaan. Selanjutnya, pemeringkat utang
adalah opini terkini atas kualitas kredit dari sebuah obligor terkait
kewajiban finansial yang spesifik, jenis kelas kewajiban tertentu atau
44
program keuangan tertentu. Di pertimbangkan juga kualitas kredit dari
penjamin, perusahaan asuransi, atau bentuk lain dari enhancement kredit
atas kewajiban. Opini tersebut juga mengevaluasi kemampuan obligor
dan niatnya untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Peringkat jenis
ini akan mengarahkan penerbit utang untuk menetapkan struktur emisi
utang (suku bunga, jangka waktu, enhancement kredit). Pada waktu
yang bersamaan, sangat berguna bagi investor untuk membandingkan
berbagai penerbit utang dan surat utang pada saat membuat keputusan
investasi dan mengelola portfolio (pefindo.com).
Seperti yang tertera dalam website resmi PT PEFINDO
(pefindo.com), metodologi pemeringkatan PEFINDO baik untuk
lembaga keuangan maupun lembaga non keuangan secara umum
mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu risiko industri, risiko bisnis,
dan risiko keuangan. PEFINDO juga menerapkan metodologi dukungan
induk perusahaan dalam memberikan peringkat yang berlaku untuk
perusahaan swasta dan untuk perusahaan yang dikendalikan oleh
pemerintah baik pusat maupun daerah, PEFINDO menggunakan
metodologi pemeringkatan atas entitas milik pemerintah dan lembaga
terkait pemerintah.
Proses untuk pemberian peringkat diawali dengan pihak perusahaan
melengkapi semua persyaratan administrasi. Kemudian pihak
pemeringkat melakukan proses analisis dengan review informasi yang
telah disediakan oleh perusahaan baik itu melalui dokumen maupun
kunjungan lapangan. Lalu mengidentifikasi informasi tambahan yang
45
harus disajikan oleh pihak manajemen perusahaan, apabila semua
informasi yang dibutuhkan telah terpenuhi maka komite peringkat akan
memberikan rekomendasi akhir peringkat kredit. Selanjutnya pihak
perusahaan berhak untuk melakukan pembelaan atas hasil
pemeringkatan sementara dengan cara menyajikan informasi tambahan
serta alasan yang mendukung dalam jangka waktu yang telah disepakati.
Apabila pihak perusahaan tidak menyetujui hasil akhir dari proses
pemeringkatan tersebut, maka pihak pemeringkat tidak akan
mempublikasikan nya. Berikut ini standar peringkat sukuk menurut
PEFINDO (pefindo.com).
46
Tabel 2.1 Standar Peringkat Sukuk Menurut PEFINDO
Peringkat Keterangan
idAAAsy Instrumen dengan peringkat paling tinggi
yang diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan
emiten untuk memenuhi komitmen keuangan
jangka panjang atas kontrak pendanaan
syariah relatif dibanding emiten Indonesia
lainnya adalah superior.
IdAA+sy Berbeda sedikit dengan peringkat tertinggi,
kemampuan emiten untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang atas
kontrak pendanaan syariah relatif dibanding
emiten Indonesia lainnya adalah sangat kuat.
Tanda tambah (+) menunjukkan bahwa
peringkat yang diberikan relatif kuat dan di
atas rata-rata kategori yang bersangkutan.
idAAsy Kemampuan emiten untuk memenuhi
komitemen keuangan jangka panjang atas
kontrak pendanaan syariah relatif dibanding
emiten Indonesia lainnya adalah sangat kuat.
idAA-sy Kemampuan emiten untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang atas
kontrak pendanaan syariah relatif dibanding
emiten Indonesia lainnya adalah sangat kuat.
Tanda kurang (-) menunjukkan bahwa
peringkat yang diberikan relatif lemah dan di
bawah rata-rata kategori yang bersangkutan.
IdA+sy Dalam peringkat ini mengindikasikan bahwa
kemampuan emiten untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang dalam
kontrak pendanaan syariah relatif dibanding
emiten Indonesia lainnya adalah kuat. Namun
demikian, mungkin akan terpengaruh oleh
perubahan buruk keadaan kondisi ekonomi
dibandingkan instrumen yang peringkatnya
lebih tinggi. Tanda tambah (+) menunjukkan
bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat
dan di atas rata-rata kategori yang
bersangkutan.
idAsy Peringkat ini mengindikasikan bahwa
kemampuan emiten untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang dalam
kontrak pendanaan syariah relatif
dibandingkan emiten Indonesia lainnya
adalah kuat.
47
Peringkat Keterangan
idA-sy Peringkat ini mengindikasikan bahwa
kemampuan emiten untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang dalam
kontrak pendanaan syariah relatif dibanding
emiten Indonesia lainnya adalah kuat. Namun
demikian, mungkin akan terpengaruh oleh
perubahan buruk keadaan dan kondisi
ekonomi dibandingkan instrumen yang
peringkatnya lebih tinggi. Tanda kurang (-)
menujukkan bahwa peringkat yang diberikan
relatif lemah dan di bawah rata-rata kategori
yang bersangkutan.
idBBB+sy Mengindikasikan parameter proteksi yang
memadai. Namun demikian, kondisi ekonomi
yang memburuk atau perubahan keadaan akan
lebih mungkin memperlemah kemampuan
emiten untuk memenuhi komitmen keuangan
jangka panjang kontrak pendanaan syariah,
relatif terhadap emiten Indonesia lainnya.
Tanda tambah (+) menunjukkan bahwa
peringkat yang diberikan relatif kuat dan di
atas rata-rata kategori yang bersangkutan.
idBBBsy Peringkat ini mengindikasikan parameter
proteksi yang memadai. Namun demikian,
kondisi ekonomi yang memburuk atau
perubahan keadaan akan lebih mungkin
memperlemah kemampuan emiten untuk
memenuhi komitmen keuangan jangka
panjang kontrak pendanaan syariah, relatif
terhadap emiten Indonesia lainnya.
idBBB-sy Mengindikasikan parameter proteksi yang
memadai. Namun demikian, kondisi ekonomi
yang memburuk atau perubahan keadaan akan
lebih mungkin memperlemah kemampuan
emiten untuk memenuhi komitmen keuangan
jangka panjang kontrak pendanaan syariah,
relatif terhadap emiten Indonesia lainnya.
Tanda kurang (-) menunjukkan bahwa
peringkat yang diberikan relatif lemah dan di
bawa rata-rata kategori yang bersangkutan.
idBB+sy Mengindikasikan parameter proteksi yang
sedikit lemah. Kemampuan untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjangnya
berdasarkan kontrak pendanaan syariah relatif
dibanding emiten Indonesia lainnya, akan
sangat terpengaruh oleh keadaan.
48
Peringkat Keterangan
idBBsy Mengindikasikan parameter proteksi yang
sedikit lemah. Kemampuan untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjangnya
berdasarkan kontrak pendanaan syariah relatif
dibanding emiten Indonesia lainnya, akan
sangat terpengaruh oleh keadaan yang
merugikan karena ketidakpastian bisnis,
keuangan atau perekonomian.
idBB-sy Mengindikasikan parameter proteksi yang
sedikit lemah. Kemampuan untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjangnya
berdasarkan kontrak pendanaan syariah relatif
dibanding emiten Indonesia lainnya, akan
sangat terpengaruh oleh keadaan yang
merugikan karena ketidakpastian bisnis,
keuangan atau perekonomian. Tanda kurang
(-) menunjukkan bahwa peringkat yang
diberikan relatif kuat dan di bawah rata-rata
kategori yang bersangkutan.
idB+sy Mengindikasikan parameter proteksi yang
lemah. Kemampuan untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang
berdasarkan kontrak pendanaan syariah,
relatif dibanding emiten Indonesia lainnya,
akan sangat mungkin diperlemah oleh adanya
kondisi buruk bisnis, keuangan atau
perekonomian. Tanda tambah (+)
menunjukkan bahwa peringkat yang
diberikan relatif lemah dan di atas rata-rata
kategori yang bersangkutan.
idBsy Mengindikasikan parameter proteksi yang
lemah. Kemampuan untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang
berdasarkan kontrak pendanaan syariah,
relatif dibanding emiten Indonesia lainnya,
akan sangat mungkin diperlemah oleh adanya
kondisi buruk bisnis, keuangan atau
perekonomian.
idB-sy Mengindikasikan parameter proteksi yang
lemah. Kemampuan untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang
berdasarkan kontrak pendanaan syariah,
relatif dibanding emiten Indonesia lainnya,
akan sangat mungkin diperlemah oleh adanya
kondisi buruk bisnis, keuangan atau
perekonomian.
49
Peringkat Keterangan
idCCCsy Rentan untuk gagal bayar dan tergantung
terhadap perbaikan kondisi bisnis dan
keuangan emiten untuk dapat memenuhi
komitmen keuangan jangka panjangnya
dalam kontrak pendanaan syariah.
idDsy Peringkat ini diberikan pada saat emiten
mengalami gagal bayar pada saat pertama kali
atas komitmen keuangan jangka panjangnya
dalam kontrak pendanaannya.
Sumber: pefindo.com
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang
berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.2
50
Tabel 2.2 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Dewi
Widowati,
Yeterina
Nugrahanti,
dan Ari Budi
Kristanto
(2013)
Analisis Faktor Keuangan
dan Non Keuangan Yang
Berpengaruh Pada Prediksi
Peringkat Obligasi di
Indonesia (Studi Pada
Perusahaan Non Keuangan
yang Terdaftar di BEI dan
di Daftar Peringkat PT
Pefindo 2009-2011)
Variabel independen
maturity
Pengambilan sampel
yang terdaftar di PT
Pefindo
Variabel independen
ukuran perusahaan,
tata kelola
perusahaan, secure.
Tahun periode
penelitian
Hasil analisis regresi logistik
membuktikan bahwa profitabilitas,
leverage, likuiditas, dan reputasi auditor
berpengaruh pada prediksi peringkat
obligasi. Sedangkan solvabilitas dan
maturity tidak berpengaruh pada
prediksi peringkat obligasi.
2 Muhammad
Edo Irfandi
dan Wasila
SE.Ak, M.E
(2013)
Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance
Terhadap Peringkat Rating
Sukuk Perusahaan di
Indonesia
Variabel independen
komite audit dan
dewan komisaris
independen
Variabel dependen
peringkat sukuk
Pengambilan sampel
Variabel independen
ukuran perusahaan,
secure, maturity.
Tahun periode
penelitian
Hasil penelitian empiris menemukan
bahwa komite audit mempengaruhi
secara signifikan pada rating sukuk
perusahaan. Untuk meningkatkan rating
dari sukuk, penelitian ini
merekomendasikan bahwa keberadaan
dari komite audit menjadi perhatian
serius bagi perusahaan yang
mengeluarkan sukuk dalam meningkat
kan rating sukuk. Proksi lain dari
mekanisme corporate governance
seperti blockholders, kepemilikan
institusional, kepemilikan insider,
kualitas audit, jumlah dewan komisaris,
51
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
dan persentase dewan komisaris
independen tidak mempengaruhi rating
sukuk
3 Septi
Purwaningsih
(2013)
Faktor Yang Mempengaruhi
Rating Sukuk Yang Ditinjau
Dari Faktor Akuntansi dan
Non Akuntansi
Variabel independen
maturity dan secure
Variabel dependen
rating sukuk
Pengambilan sampel
yang terdaftar di PT
Pefindo
Variabel independen
ukuran perusahaan
dan tata kelola
perusahaan
Tahun periode
penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel leverage dan liquidity secara
parsial tidak berpengaruh terhadap
rating sukuk. Variabel secure dan
maturity secara parsial berpengaruh
terhadap rating sukuk. Leverage,
liquidity, secure, dan maturity secara
simultan berpengaruh terhadap rating
sukuk.
4 Ani
Kusbandiyah
dan Sri
Wahyuni
(2014)
Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat
Obligasi Syariah: Studi
Empiris Pada Pasar Obligasi
Syariah di Indonesia
Variabel independen
ukuran perusahaan,
maturitas
Variabel independen
tata kelola
perusahaan, secure.
Periode penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap peringkat obligasi syariah.
Variabel leverage, profitabilitas,
coverage, umur perusahaan, utang bank,
maturitas, ukuran obligasi tidak
signifikan yang berarti bahwa agen
pemeringkat tidak mempertimbangkan
variabel di atas dalam menyusun
peringkat obligasi syariah.
5 Chandra Ly
Dali, Sautma
Ronni, dan
Mariana Ing
Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan
Rasio Keuangan terhadap
Peringkat Obligasi
Variabel independen
tata kelola
perusahaan
Variabel independen
ukuran perusahaan,
secure, dan maturity.
Periode penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan institusi, kepemilikan
manajerial, komisaris independen,
komite audit, CGPI, DER, ROA, dan
52
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Malelak
(2015)
Pengambilan sampel
penelitian
CR berpengaruh secara signifikan
terhadap peringkat obligasi.
6 Erny Indah
Surya dan Eni
Wuryani
(2015)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan (Firm Size),
Profitabilitas, Likuiditas,
Produktivitas, dan Leverage
Terhadap Peringkat
Obligasi
Variabel independen
ukuran perusahaan
Pengambilan sampel
yang terdaftar di PT
Pefindo
Variabel independen
tata kelola
perusahaan, secure,
dan maturity.
Tahun periode
penelitian
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
ukuran perusahaan, produktivitas, dan
leverage berpengaruh terhadap
peringkat obligasi, sedangkan
profitabilitas dan likuiditas merupakan
variabel yang tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi.
7 Hengki Junius
Sihombing
dan Eka
Nuraini
Rachmawati
(2015)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Peringkat
Obligasi Pada Perusahaan
Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Variabel independen
ukuran perusahaan
Variabel independen
tata kelola
perusahaan, secure,
dan maturity.
Tahun periode
penelitian
Hasil analisis menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan secara signifikan
berpengaruh terhadap peringkat obligasi
pada level of significance kurang dari
5% namun, pertumbuhan perusahaan,
leverage dan profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
8 Dwi
Rahayuningsih
dan Agung
Budi Sulistiyo
(2016)
Pengaruh Secure, Maturity,
Kualitas Auditor, Komite
Audit, dan Singking Fund
terhadap Rating Sukuk
Variabel independen
secure, maturity,
komite audit.
Variabel dependen
peringkat sukuk.
Variabel independen
ukuran perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, tata
kelola perusahaan.
Periode penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel secure berpengaruh tidak
signifikan terhadap rating sukuk.
Sedangkan variabel maturity, kualitas
auditor, komite audit, dan sinking fund
berpengaruh signifikan terhadap rating
sukuk.
53
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
9 Ike Arisanti,
Isti Fadah, dan
Novi
Puspitasari
(2016)
Analisis Faktor Keuangan
dan Non Keuangan Yang
Mempengaruhi Prediksi
Peringkat Obligasi Syariah
(Studi Empiris Pada
Perusahaan Penerbit
Obligasi Syariah Yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-
2012)
Variabel independen
ukuran perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, maturity,
dan secure
Variabel independen
tata kelola
perusahaan
Tahun periode
penelitian
Objek penelitian
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan
bahwa variabel pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan, bagi
hasil, likuiditas, jaminan, umur obligasi
syariah secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi
syariah. Secara parsial, variabel
pertumbuhan perusahaan, ukuran
perusahaan, dan bagi hasil tidak
berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi syariah. Sedangkan
likuiditas, jaminan, dan umur obligasi
berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap peringkat obligasi syariah.
10 Ni Putu
Tresna
Widiastuti dan
Henny
Rahyuda
(2016)
Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan, Rasio
Likuiditas, Maturity, dan
Rasio Aktivitas Terhadap
Peringkat Obligasi Pada
Perusahaan Jasa
Variabel independen
maturity, dan
pertumbuhan
perusahaan
Variabel independen
ukuran perusahaan,
secure, tata kelola
perusahaan.
Periode penelitian
Hasil analisis menunjukkan bahwa
secara parsial pertumbuhan perusahaan
dan rasio likuiditas berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap peringkat
obligasi, maturity berpengaruh positif
signifikan terhadap peringkat obligasi,
rasio aktivitas berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap peringkat obligasi.
Secara simultan pertumbuhan
perusahaan, rasio likuiditas, maturity,
dan rasio aktivitas berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi
54
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
11 Galih Estu
Pranoto, Ratna
Anggraini, dan
Erika Takidah
(2017)
Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan,
Produktivitas, dan Reputasi
Auditor Terhadap Peringkat
Sukuk
Variabel independen
ukuran perusahaan
Variabel dependen
peringkat sukuk
Pengambilan sampel
penelitian
Variabel independen
tata kelola
perusahaan, secure,
dan maturity.
Tahun periode
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profitabilitas dan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap peringkat sukuk. Sedangkan
produktivitas dan reputasi auditor
memiliki pengaruh signifikan negatif
terhadap peringkat sukuk.
12 Meirinaldi dan
Pudji Astuti
(2017)
Analisa Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat
Sukuk (Studi Kasus Pada
Perusahaan Penerbit Sukuk
Non Keuangan)
Variabel independen
ukuran perusahaan
Variabel dependen
peringkat sukuk
Pengambilan sampel
yang terdaftar di PT
Pefindo
Variabel independen
tata kelola
perusahaan, secure,
dan maturity.
Tahun periode
penelitian
Objek penelitian
Hasil penelitian ini adalah variabel rasio
likuiditas dan ukuran perusahaan secara
parsial berpengaruh terhadap peringkat
sukuk. Variabel rasio profitabilitas,
rasio leverage, dan rasio aktivitas secara
parsial tidak berpengaruh terhadap
peringkat sukuk
13 M. Siddiq Al
Haraqi dan
Endang
Surasetyo
Ningsih
(2017)
Pengaruh Return On Asset,
Secure, dan Maturity
Terhadap Rating Sukuk
Variabel independen
Secure dan Maturity
Variabel dependen
peringkat sukuk
Variabel independen
tata kelola
perusahaan dan
Ukuran perusahaan
Objek penelitian
Tahun periode
penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ROA, Secure, dan maturity secara
simultan berpengaruh terhadap rating
sukuk. ROA dan maturity secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ratingsukuk, sedangkan secure
berpengaruh tidak signifikan terhadap
rating sukuk
56
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap peringkat sukuk
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusbandiyah dan
Wahyuni (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh yang positif terhadap peringkat obligasi syariah. Meirinaldi
dan Astuti (2017) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
secara parsial terhadap peringkat sukuk. Penelitian yang dilakukan oleh
Surya dan Wuryani (2015) juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan
dapat mempengaruhi peringkat obligasi perusahaan, dalam
penelitiannya ukuran perusahaan diukur dari total aset perusahaan yang
dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan untuk memperoleh
dana dari pasar modal. Perusahaan yang besar pada umumnya
mempunyai akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi
maupun saham. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan
diharapkan semakin mempunyai kemampuan dalam melunasi
kewajiban di masa depan. Mengingat jumlah aset yang besar yang dapat
dijadikan sebagai jaminan penerbitan obligasi.
Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Arisanti,
Fadah, dan Puspitasari (2016) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi
syariah. Ukuran perusahaan dapat mempunyai korelasi terhadap tingkat
risiko kebangkrutan sehingga dapat mempengaruhi rating obligasi
syariah. Namun dalam penelitiannya pernyataan tersebut tidak
57
mendukung hasil dalam penelitian yang disebabkan karena untuk
melihat peringkat obligasi dalam pengukuran size sebaiknya dilihat juga
dari segi kewajiban hutang perusahaan bukan hanya dari total asetnya,
karena peringkat obligasi terkait dengan kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban atau hutangnya. Hal ini selaras dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pranoto, Anggraini, dan Takidah (2017) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap peringkat sukuk.
2. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat sukuk
Wijayanti dan Priyadi (2014) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa pertumbuhan perusahaan memberikan pengaruh positif terhadap
peringkat obligasi, dengan adanya pertumbuhan perusahaan maka
perusahaan mempunyai peluang investasi yang berarti perusahaan
mempunyai sesuatu yang menjanjikan dalam memberikan laba dan hasil
investasi yang dilakukan sehingga perusahaan bisa tetap membayar
pokok dan bunga obligasi dengan lancar menggunakan laba yang
dihasilkan dari investasi. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka
akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arisanti, Fadah, dan Puspitasari
(2016) menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi syariah
58
3. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap peringkat sukuk
Dali, Ronni, dan Malelak (2015) melakukan penelitian tentang
pengaruh mekanisme corporate governance dan rasio keuangan
terhadap peringkat obligasi dan menunjukkan hasil bahwa dewan
komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat
obligasi. Dengan adanya komisaris independen dalam sebuah
perusahaan maka pengawasan terhadap pihak manajemen perusahaan
akan semakin baik.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfandi dan Wasila
(2013) menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak
mempengaruhi peringkat sukuk. Walaupun dalam perusahaan
mempunyai tata kelola dan keuangan yang baik tidak menjamin
perusahaan tersebut akan memiliki peringkat sukuk yang tinggi.
4. Pengaruh komite audit terhadap peringkat sukuk
Irfandi dan Wasila (2013) mengemukakan dalam penelitiannya
bahwa komite audit mempengaruhi secara signifikan pada peringkat
sukuk perusahaan. Untuk meningkatkan peringkat sukuk, keberadaan
dari komite audit menjadi perhatian serius bagi perusahaan yang
menerbitkan sukuk dalam meningkatkan peringkat sukuk. Penelitian
yang dilakukan oleh Dali, Ronni, dan Malelak (2015) yang menyatakan
bahwa komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
peringkat obligasi, hasil kinerja komite audit yang efektif sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya akan meningkat kinerja perusahaan
59
sehingga dengan kinerja perusahaan yang baik maka peringkat obligasi
pun akan naik.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahayuningsih dan Sulistiyo (2016) membuktikan bahwa komite audit
mempengaruhi peringkat sukuk, dengan keberadaan komite audit
menjadi pertimbangan agar memberikan pendapat professional yang
independen kepada Dewan Komisaris serta mengidentifikasi hal-hal
yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris mengenai pelaksanaan
audit internal di perusahaan. Dengan adanya komite audit akan
meningkatkan kinerja perusahaan dan akan mempengaruhi yield yang
ditawarkan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012) yang
menyatakan bahwa keberadaan komite audit tidak mempengaruhi
peringkat obligasi. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan komite
audit oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk memenuhi
regulasi semata bukan untuk mengakkan prinsip dari good corporate
governance.
5. Pengaruh secure terhadap peringkat sukuk
Dalam penelitiannya, Purwaningsih (2013) menyatakan bahwa
secure atau jaminan secara parsial berpengaruh positif terhadap rating
sukuk. Hal ini mengindikasikan bahwa investor akan lebih tertarik
terhadap sukuk yang dijamin dengan aktiva tertentu daripada sukuk
yang tidak dijamin dengan aktiva tertentu. Hal ini mengindikasikan
60
bahwa pemodal akan berinvestasi lebih besar terhadap obligasi
perusahaan yang dijamin dengan aktiva tertentu daripada obligasi yang
tidak dijamin dengan aktiva tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh
Wijayanti dan Priyadi (2014) yang menyatakan bahwa secure
berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi, hal ini
mengindikasikan bahwa obligasi yang dijamin dengan aset maupun
obligasi yang tidak dijamin dengan aset tidak terlalu diperhitungkan
dalam menentukan peringkat obligasi.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsih dan
Sulistiyo (2016) secure tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat
sukuk, hal ini dikarenakan bahwa sukuk yang dijamin dengan aset
tertentu tidak terlalu diperhitungkan dalam menentukan peringkat
sukuk.
6. Pengaruh maturity terhadap peringkat sukuk
Purwaningsih (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa
terdapat pengaruh antara maturity terhadap rating sukuk. Perusahaan
yang memiliki obligasi yang pendek menunjukkan bahwa rating
obligasi yang didapatkan tidak memiliki risiko yang banyak. Karena itu
investor dianjurkan memilih perusahaan yang mempunyai umur
obligasi kurang dari lima tahun. Penelitian ini berlawanan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Widowati, Nugrahanti, dan Kristanto
(2013) menyatakan bahwa maturity tidak berpengaruh terhadap
peringkat obligasi, karena hasil observasi data umur obligasi perusahaan
61
penerbit obligasi cenderung memiliki umur obligasi yang panjang,
sehingga tidak terlalu diperhitungkan dalam pemeringkatan obligasi.
Selain itu semakin tinggi umur obligasi biasanya perusahaan akan
memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
obligasi yang umurnya lebih pendek. Selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kusbandiyah dan Wahyuni (2014) yang menyatakan
bahwa maturity tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi syariah. Hal ini karena agen pemeringkat tidak
mempertimbangkan variabel maturity dalam menyusun peringkat
obligasi syariah.
Dari uraian diatas maka dibuat model penelitian yang menunjukkan
kerangka pemikiran mengenai pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, tata kelola perusahaan, secure, dan maturity terhadap peringkat
sukuk.
62
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Judul: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan,
Tata Kelola Perusahaan, Secure, dan Maturity Terhadap
Peringkat Sukuk
Perusahaan yang terdaftar di pt.
pefindo 2013 – 2017
Basis Teori:
Teori Agen
Teori Sinyal
Ukuran
Perusahaan
Dewan
Komisaris
Independen
Komite Audit
Secure
Maturity
Pertumbuhan
Perusahaan
Peringkat
Sukuk
Metode Analisis:
Analisis Ordinal Logistik
Kesimpulan dan Saran
63
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, dapat
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
2. H2: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
3. H3: Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap peringkat
sukuk.
4. H4: Komite Audit berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
5. H5: Secure berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
6. H6: Maturity berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
64
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian menguji
pengaruh dari variabel independen yang terdiri dari komposisi ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dewan komisaris independen, komite
audit, secure, dan maturity terhadap variabel dependen yaitu peringkat
sukuk.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sukuk nya
tercatat dan diperingkat oleh PT PEFINDO. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data keuangan perusahaan
yang telah menerbitkan sukuk pada periode 2013-2017.
B. Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang sukuk
nya tercatat dan dinilai oleh PT Pefindo pada periode 2013-2017. Pemilihan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling atau dengan kriteria
tertentu. Kriteria tersebut adalah:
a. Perusahaan yang menerbitkan sukuk di PT Pefindo tahun 2013 – 2017.
b. Perusahaan yang sukuk nya dinilai atau diberi peringkat oleh PT Pefindo
tahun 2013 – 2017.
c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan secara lengkap
selama periode pengamatan.
65
d. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang Rupiah dan tahun fiskal
laporan keuangan perusahaan berakhir pada 31 Desember.
e. Perusahaan tidak mengalami gagal bayar sukuk pada periode
pengamatan.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Data dikumpulkan dimulai dengan melakukan studi
kepustakaan yaitu mempelajari bacaan yang berhubungan dengan pokok
bahasan penelitian. Selanjutnya mengkaji data yang dibutuhkan seperti
ketersediaan data, cara memperoleh data, dan cara mengolah data. Terakhir
penelitian pokok dengan mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan
dengan tujuan menjawab persoalan penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder yaitu data yang sumber penelitiannya diperoleh secara tidak
langsung atau melalui media perantara. Pengumpulan data ini bertujuan
untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan perusahaan yang
berkaitan dengan kebutuhan penelitian ini yaitu laporan keuangan
perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian. Adapun laporan keuangan
perusahaan diambil melalui website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id
dan peringkat sukuk dilihat melalui website PT Pefindo www.pefindo.com
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknis
analisis kuantitatif dengan analisis regresi ordinal logistik (ordered logistic
66
regression). Alat analisis regresi ordinal logistik digunakan sebagai metode
analisis data karena variabel dependen berupa skala ordinal dimana
peringkat idAAA lebih tinggi dibandingkan dengan idAA, dan idAA
mempunyai peringkat lebih tinggi dibandingkan dengan idA. Maka analisis
logistik harus menggunakan ordinal regression atau lebih dikenal dengan
PLUM (Polytomous Universal Model) (Ghozali, 2018:347).
Tahapan dalam pengujian regresi ordinal logistik (ordered logistic
regression) adalah dengan statistik deskriptif dan pengujian hipotesis
penelitian. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai tahapan-tahapan
pengujian dalam penelitian ini:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi (standard
deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel.
Standar deviasi digunakan untuk menilai penyebaran rata-rata sampel.
Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan
maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian (Ghozali, 2018:19).
67
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Uji Parallel Lines
Uji parallel lines menilai apakah asumsi bahwa semua kategori
memiliki parameter yang sama atau tidak. Nilai yang diinginkan
dalam uji ini adalah signifikan yaitu p>0,05. Uji parallel lines untuk
menilai apakah asumsi bahwa semua kategori memiliki parameter
yang sama atau tidak. Dengan menyesuaikan link function untuk
menghasilkan model yang terbaik, yaitu dapat mengganti link
function: logit, cauchit, negative log log, complemantary log log,
dan probit. Link function yang baik dapat dilihat dari uji parallel
lines yaitu jika nilai p > 0,05 maka model tersebut dapat dikatakan
cocok (Ghozali, 2018:353).
b. Uji Goodness of Fit
1) Uji Pseudo R-Square
Untuk melihat model yang tepat dalam ordered logistic
regression dapat melihat nilai dari Cox and Snell, Nagelkerke,
McFadden. Nilai tersebut menunjukkan seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen. Uji goodness
of fit dalam regresi logistik adalah untuk mengetahui kebaikan
model dengan menggunakan ukuran Pseudo R2 Cox and Snell,
Nagelkerke dan McFadden. Statistika Cox and Snell R2
mengandung kelemahan yaitu nilainya tidak pernah mendekati
68
satu sehingga Nagelkerke membuat modifikasi model Cox dan
Snell R2 agar bisa menghasilkan nilai antara 0 dan 1.
2) Uji Goodness of Fit
Untuk melihat seberapa baik model dari ordered logistic
regression (Goodness of Fit) tersebut dapat menggunakan
beberapa cara, yaitu: melihat ukuran pseudo R2, mengukur
proporsi variasi data yang dijelaskan oleh model. Melihat nilai
pearson X2, semakin besar nilai pearson X2 mengindikasikan
model kurang baik karena terdapat perbedaan besar antara
observasi yang diamati dengan prediksi kejadian dan sebaliknya
semakin kecil nilai pearson X2 mengindikasikan model baik
karena perbedaan besar antara observasi yang diamati dengan
yang diprediksi adalah kecil. Melihat nilai deviance X2, dihitung
dari perbedaan -2LL antara model dengan saturated model yaitu
dengan memasukkan interaksi antara variabel independen, jika
perbedaan keduanya kecil model adalah baik dan sebaliknya jika
perbedaan keduanya besar maka model kurang baik (Ghozali,
2018:351).
c. Uji koefisien determinasi
Uji koefisien determinasi menunjukkan apakah dengan
memasukkan variabel independen ke dalam model hasilnya lebih
baik dibandingkan dengan model yang hanya memasukkan intersep
saja. Jika uji final lebih kecil dari tingkat signifikansi maka menolak
69
Ho sehingga variabel independen memberikan akurasi yang lebih
baik untuk memprediksi variabel dependen. Sebaliknya apabila
lebih besar dari tingkat signifikansi maka menerima Ho, sehingga
variabel independen tidak memberikan akurasi yang lebih baik
untuk memprediksi variabel dependen
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama
mempengaruhi peringkat sukuk (memberikan akurasi yang lebih
baik). Dalam model ordered logistic regression digunakan uji
likelihood, berdasarkan pada perbedaan -2LL antara model yang
hanya mempunyai intersep dan model yang di estimasi. Atau diuji
melalui uji Chi Squares (X2) dalam model fitting informasi yang
sudah tersedia pada software analisis. Informasi terdiri dari dua yaitu
model hanya dengan intersep saja atau dengan kata lain koefisien
regresi variabel independen semua nol dan model yang diamati
(final). Seperti hipotesis berikut:
Ho: variabel independen tidak memberikan akurasi yang lebih baik
untuk memprediksi peringkat sukuk.
Ha: variabel independen memberikan akurasi yang lebih baik untuk
memprediksi peringkat sukuk.
Pengujian pada tingkat signifikansi (α = 5%) dengan kriteria
pengujian: jika uji final lebih kecil dari tingkat signifikansi maka
menolak Ho sehingga variabel independen memberikan akurasi
70
yang lebih baik untuk memprediksi peringkat sukuk. Sebaliknya
apabila lebih besar dari tingkat signifikansi maka menerima Ho,
sehingga variabel independen tidak memberikan akurasi yang lebih
baik untuk memprediksi peringkat sukuk (Ghozali, 2018:351).
d. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk memberikan gambaran antara
hubungan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.
Pada penelitian ini, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
signifikansi parameter individual (significance test). Uji signifikansi
model logit ini menggunakan uji statistika Wald. Uji statistika Wald
menunjukkan apakah variabel independen mempengaruhi variabel
dependen dalam model. Uji Wald dengan melihat nilai probabilitas
Chi Squares (X2). Jika nilai probabilitas Chi Squares (X2) lebih kecil
dari tingkat signifikansi (α = 5%) maka signifikan dan menolak H0,
dan sebaliknya jika nilai probabilitas Chi Squares (X2) lebih besar
dari tingkat signifikansi (α = 5%) maka tidak signifikan dan
menerima H0. Selain itu dapat dilakukan pengujian: jika nilai
signifikan dari masing-masing variabel independen (SIZE,
GROWTH, DKI, KA, SCRE, MTRTY) lebih kecil dari tingkat
signifikansi (α = 5%) maka menolak Ho sehingga variabel
independen (SIZE, GROWTH, DKI, KA, SCRE, MTRTY) secara
individu berpengaruh terhadap memprediksi peringkat sukuk.
Sebaliknya apabila lebih besar dari tingkat signifikansi maka
71
menerima Ho, sehingga variabel independen (SIZE, GROWTH,
DKI, KA, SCRE, MTRTY) secara individu tidak berpengaruh
terhadap memprediksi peringkat sukuk.
Metode regresi ordinal logistik secara matematik dapat
dituliskan sebagai berikut (Ghozali, 2018: 352):
Logit (p1) = Log (p1/(1-p1)) =𝛼1+𝛽′𝑋 persamaan (1)
Logit (p1+p2) = Log ((p1+p2)/(1-p1-p2)) = 𝛼1+𝛽′𝑋 persamaan (2)
Logit (p1+p2+…+pk) = Log ((p1+p2+p3)/(1-p1-p2-p3)) = 𝛼1+𝛽′𝑋
persamaan (3)
Keterangan:
α1 = konstanta
β’X = koefisien respektif pada prediktor X
X = Size, Growth, DKI, KA, Secure, Maturity
P = probabilitas peringkat sukuk
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Ukuran perusahaan
Menurut Surya dan Wuryani (2015) pengukuran ukuran perusahaan
dapat dinilai dengan berbagai cara, antara lain: total aset yang dimiliki,
total penjualan yang diperoleh, total ekuitas yang digunakan dan lain-
lain seperti nilai saham. Salah satu pengukurannya adalah total aset yang
dimiliki:
72
𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 𝑜𝑓 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
2. Pertumbuhan perusahaan
Menurut Sumarna (2016) pengukuran pertumbuhan perusahaan
dapat menggunakan rasio pertumbuhan laba, sebagai berikut:
GROWTH = Ln TA – Ln TAt-1
3. Dewan komisaris independen
Dewan komisaris independen menjadi bagian utama bagi penerapan
tata kelola perusahaan yang baik. Sesuai dengan namanya independen,
maka dewan komisaris independen harus menjalankan fungsinya yaitu
sebagai fungsi pengawasan, memiliki profesionalisme tanpa ada
intervensi dari pihak manapun.
Dalam penelitian ini dewan komisaris independen diukur dengan
persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluruh
anggota dewan komisaris. Pengukuran dewan komisaris independen
yang dilakukan oleh Dali, Ronni, dan Malelak (2015) sebagai berikut:
DKI = Jml Anggota Dewan Komisaris Independen x 100%
Jml Anggota Dewan Komisaris
4. Komite audit
Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: KEP-643/BL/2012 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit dijelaskan bahwa
keberadaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang
dimana komisaris independen perusahaan menjadi ketua komite,
73
sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang independen dan minimal
salah seorang di antaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi
dan keuangan.
Pengukuran komite audit pada penelitian ini menggunakan
pengukuran Agustia (2013) yaitu menggunakan variabel dummy dengan
kriteria 1 untuk jumlah komite audit sama dengan 3 atau lebih, dan 0
untuk jumlah komite audit kurang dari 3.
5. Secure
Tingkat risiko yang ada dalam obligasi maupun sukuk dipengaruhi
oleh jaminan. Para investor sangat menyukai sukuk yang dijamin
dibandingkan yang tidak ada jaminannya. Dengan aset yang di jaminkan
untuk sukuk maka peringkat suatu sukuk akan membaik sehingga sukuk
tersebut akan aman untuk di investasikan.
Pengukuran variabel ini menggunakan pengukuran Rahayuningsih
dan Sulistiyo (2016) yaitu menggunakan variabel dummy dengan
kriteria 1 jika sukuk tersebut menggunakan jaminan dan bernilai 0 jika
tidak menggunakan jaminan.
6. Maturity
Jatuh tempo atau maturity adalah tanggal dimana pemegang obligasi
atau sukuk akan mendapatkan pembayaran kembali yang dimilikinya.
Periode jatuh tempo pada sukuk sangat bervariasi mulai darisatu sampai
dengan diatas lima tahun. Perusahaan yang rating obligasinya tinggi
mempunyai umur obligasi yang pendek. Investor cenderung tidak
74
menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang
akan didapat juga akan semakin besar.
Pengukuran variabel ini menggunakan pengukuran Purwaningsih
(2013) yaitu menggunakan variabel dummy dengan kriteria bernilai 1
jika obligasi tersebut mempunyai umur kurang dari 5 tahun dan bernilai
0 jika obligasi tersebut mempunyai umur lebih dari 5 tahun.
7. Peringkat sukuk
Peringkat sukuk merupakan sebuah standarisasi yang diberikan oleh
lembaga pemeringkat sekuritas yang terkenal dan terpercaya yaitu PT
Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia) yang telah bekerja sama dengan
BEI (Bursa Efek Indonesia) kepada para penerbit obligasi dan yang
dapat memberikan kemampuan tingkat kepercayaan untuk para investor
dalam pembayaran bunga dan pokoknya sesuai dengan jadwal yang
mereka sepakati.
Pengukuran peringkat pada penelitian ini didasarkan pada standar
peringkat yang dikeluarkan Pefindo dengan menggunakan pengukuran
Purwaningsih (2013) yang mengonversi peringkat kedalam bentuk nilai
sebagai berikut: idAAAsy bernilai 4, idAAsy- hingga idAAsy+ bernilai
3, idAsy- hingga idAsy+ bernilai 2, dan idBBBsy- hingga idBBBsy+
bernilai 1.
75
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Pengukuran Skala
1 Ukuran
perusahaan
(Surya dan
Wuryani, 2015)
𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 𝑜𝑓 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Rasio
2 Pertumbuhan
perusahaan
(Sumarna, 2016)
GROWTH = Ln TA – Ln TAt-1
Rasio
3 Dewan
komisaris
independen
(Dali, Ronni, dan
Malelak, 2015)
DKI = Jml Angg Dewan Komisaris Independen x 100%
Jml Anggota Dewan Komisaris
Rasio
4 Komite audit
(Agustia, 2013)
Variabel dummy dengan kriteria 1 untuk jumlah komite
audit sama dengan 3 atau lebih, dan 0 untuk jumlah
komite audit kurang dari 3.
Nominal
5 Secure
(Rahayuningsih
dan Sulistiyo,
2016)
Variabel dummy, bernilai 1 jika sukuk tersebut
menggunakan jaminan dan bernilai 0 jika tidak
menggunakan jaminan
Nominal
6 Maturity
(Purwaningsih,
2013)
Variabel dummy, bernilai 1 jika sukuk mempunyai
umur kurang dari 5 tahun dan bernilai 0 jika sukuk
mempunyai umur lebih dari 5 tahun
Nominal
7 Peringkat sukuk
(Purwaningsih,
2013)
idAAAsy bernilai 4, idAAsy- hingga idAAsy+
bernilai 3, idAsy- hingga idAsy+ bernilai 2, dan
idBBBsy- hingga idBBBsy+ bernilai 1
Ordinal
76
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang terdapat pada penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan dari semua sektor perusahaan yang terdaftar dan di peringkat
oleh lembaga pemeringkat PT PEFINDO. Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling dalam menentukan sampel. Berdasarkan
kriteria-kriteria yang ditentukan sebelumnya, telah diperoleh data sampel
sebanyak 11 perusahaan, dengan periode pengamatan sebanyak 5 tahun
periode yaitu periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. Sehingga total
keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 65
sampel. Berikut adalah sampel perusahaan yang memenuhi kriteria
penelitian.
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di PT PEFINDO
sebagai penerbit sukuk pada periode 2013-2017
13
2. (-) Perusahaan yang tidak melakukan rating secara
rutin dari periode 2013-2017
(2)
3. (-) Perusahaan yang sukuk nya gagal bayar pada tahun
2013-2017
(0)
4. (-) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan
dengan mata uang selain rupiah
(0)
Jumlah total sampel (11 perusahaan selama 5 tahun) 55
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2019
Sampel yang telah lulus kriteria penelitian dalam penelitian ini
sebelumnya terdapat peringkat sukuk dari 11 perusahaan dalam 5 tahun
77
periode yang menjadi sampel berupa data kuantitatif yaitu: AAA, AA+, AA,
AA-, A+, A, A-, BBB+, BBB, BBB- sehingga dikuantitatifkan dengan
melihat peringkat sebagai berikut: (AAA) = 4, (AA+, AA, AA-) = 3, (A+,
A, A-) = 2, dan (BBB+, BBB, BBB-) = 1.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deksriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2015).
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peringkat sukuk. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini
terdiri dari ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dewan
komisaris independen, komite audit, secure, dan maturity. Skala yang
digunakan pada variabel penelitian ini menggunakan tiga skala yaitu
skala rasio, skala nominal, dan skala ordinal. Skala rasio digunakan pada
variabel ukuran perusahaan (SIZE), pertumbuhan perusahaan
(GROWTH), dewan komisaris independen (DKI). Sedangkan variabel
yang menggunakan rasio ordinal adalah peringkat sukuk, dan skala
nominal adalah variabel komite audit (KA), secure (SCRE), maturity
(MTRTY). Skala nominal merupakan kelompok dari suatu subjek dan
skala ordinal merupakan pengukuran tingkatan peringkat dari tinggi
sampai terendah. Skala ordinal dan nominal tidak dimasukan dalam
78
perhitungan statistik deskriptif karena angka dan tingkatan peringkat
tersebut hanya berfungsi sebagai label kategori dan tingkatan. Hasil dari
uji statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deksriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
SIZE 55 8.001 14.104 10.25878 1.437207
GROWTH 55 .004 .778 .12793 .131601
DKI 55 .000 .750 .4096 .13637
KA 55 .000 1.000 .9455 .22918
SCRE 55 .000 1.000 .7273 .44947
MTRTY 55 .000 1.000 .4545 .50252
RATING 55 1.000 4.000 2.6727 .86184
Valid N
(listwise)
55
Sumber: Data sekunder yang di olah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa jumlah data (Valid N)
yang ada di dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 sampel yang berasal
dari 11 perusahaan yang tercatat di PT PEFINDO selama 5 periode,
yaitu tahun 2013-2017.
Selanjutnya, hasil statistik deskriptif penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki rata-rata sebesar
10,25878 dengan standar deviasi 1,437207. Nilai maksimum sebesar
14,104 terletak pada perusahaan PT PLN tahun 2017. Nilai minimum
sebesar 8,001 terletak pada PT Sumberdaya Sewatama pada tahun 2017.
Variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH) memiliki rata-rata
sebesar 0,12793 dengan standar deviasi 0,131601. Nilai maksimum
sebesar 0,778 terletak pada perusahaan PT PLN tahun 2015. Nilai
79
minimum sebesar 0,004 terletak pada Adira Dinamika Multi finance
tahun 2016.
Variabel dewan komisaris independen (DKI) memiliki rata-rata
sebesar 0,4096 dengan standar deviasi 0,13637. Nilai maksimum
sebesar 0,750 terletak pada perusahaan Bank Syariah Mandiri tahun
2017. Nilai minimum sebesar 0,000 terletak pada PT Sumberdaya
Sewatama pada tahun 2017.
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji Parallel Lines
Uji parallel lines menilai apakah asumsi bahwa semua
kategori memiliki parameter yang sama atau tidak. Nilai yang
diinginkan dalam uji ini adalah signifikan yaitu p>0,05 (Ghozali,
2015). Dalam penelitian ini, pengujian parallel line menggunakan
link function complementary log-log karena memenuhi nilai yang
diinginkan yaitu probabilitas yang lebih besar dari signifikansi 0,05.
Hasil uji parallel lines dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Parallel Lines
Test of Parallel Linesa
Model -2 Log
Likelihood
Chi-
Square
df Sig.
Null
Hypothesis
.000
General .000b .000 12 1.000
The null hypothesis states that the location parameters (slope
coefficients) are the same across response categories.
a. Link function: Complementary Log-log.
b. The log-likelihood value is practically zero. There may be a
complete separation in the data. The maximum likelihood
estimates do not exist.
80
Berdasarkan tabel 4.3 nilai signifikansi model penelitian
menggunakan link function complementary log-log sebesar 1,000
yang bernilai lebih besar dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan
bahwa model memiliki parameter yang sama, sehingga dapat
disimpulkan tidak terdapat ketidakcocokan pada model ordered
logistic yang digunakan dalam penelitian ini.
b. Uji Goodness of Fit
Uji goodness of fit dalam regresi logistik adalah untuk
mengetahui kebaikan model dengan menggunakan ukuran Pseudo
R2 Cox and Snell, Nagelkerke dan McFadden. Statistika Cox and
Snell R2 mengandung kelemahan yaitu nilainya tidak pernah
mendekati satu sehingga Nagelkerke membuat modifikasi model
Cox dan Snell R2 agar bisa menghasilkan nilai antara 0 dan 1. Dalam
penelitian ini, hasil pengujian goodness of fit mengacu kepada
Nagelkerke dan McFadden seperti disajikan dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Pseudo R-Square2
Pseudo R-Square
Cox and Snell .885
Nagelkerke 1.000
McFadden 1.000
Link function: Complementary Log-log.
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.4 Nilai dari Nagelkerke dan McFadden
sebesar 1,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontribusi
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
sebesar 100%.
81
Selain menggunakan Pseudo R2, pengukuran goodness of fit
juga dapat menggunakan dua pengukuran lain yaitu, Pearson χ2
dan Deviance χ2. Nilai yang diinginkan dalam ukuran Pearson χ2
dan Deviance χ2 adalah tidak signifikan atau p>0,05. Dalam
penelitian ini, hasil pengujian goodness of fit dengan ukuran
Pearson χ2 dan Deviance χ2 disajikan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Uji Goodness of Fit
Goodness-of-Fit
Chi-Square Df Sig.
Pearson 54.730 156 1.000
Deviance 64.514 156 1.000
Link function: Complementary Log-log.
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.5 Nilai dari Pearson χ2 sebesar 1,000
dan Deviance χ2 sebesar 1,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa
nilai signifikansi Pearson χ2 maupun Deviance χ2 lebih dari
signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model mampu
menjelaskan data dengan baik.
c. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi menunjukkan apakah dengan
memasukkan variabel independen ke dalam model hasilnya lebih
baik dibandingkan dengan model yang hanya memasukkan intersep
saja (Ghozali, 2015). Jika uji final lebih kecil dari tingkat
signifikansi maka menolak Ho sehingga variabel independen
82
memberikan akurasi yang lebih baik untuk memprediksi variabel
dependen. Sebaliknya apabila lebih besar dari tingkat signifikansi
maka menerima Ho, sehingga variabel independen tidak
memberikan akurasi yang lebih baik untuk memprediksi variabel
dependen. Dalam penelitian ini, hasil pengujian signifikan dalam
tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikan
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.6 nilai intersep sebesar 119,177
sedangkan jika variabel independen dimasukkan kedalam model,
maka nilai -2 log likelihood turun menjadi 0,000 dan penurunan ini
signifikan pada 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa model dengan
variabel independen memberikan akurasi yang lebih baik untuk
memprediksi variabel dependen, sehingga dapat disimpulkan bahwa
model sesuai dengan hipotesis.
d. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk memberikan gambaran antara
hubungan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.
Pada penelitian ini, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
Model Fitting Information
Model
-2 Log
Likelihood Chi-Square Df Sig.
Intercept Only 119.177
Final .000 119.177 6 .000
Link function: Complementary Log-log.
83
signifikansi parameter individual (significance test). Uji signifikansi
model logit ini menggunakan uji statistika Wald. Uji statistika Wald
menunjukkan apakah variabel independen mempengaruhi variabel
dependen dalam model. Dalam penelitian ini, hasil pengujian
signifikansi parameter individual disajikan dalam tabel 4.7.
84
Tabel 4.7 Hasil Uji Parameter Individual
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald df Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Threshold [Rating =
1.00]
8.677 3.355 6.690 1 .010 2.102 15.252
[Rating =
2.00]
13.590 3.999 11.549 1 .001 5.752 21.427
[Rating =
3.00]
14.755 4.061 13.204 1 .000 6.797 22.714
Location SIZE 1.237 .345 12.848 1 .000 .561 1.914
GROWTH -4.538 2.063 4.840 1 .028 -8.582 -.495
DKI -3.148 2.074 2.304 1 .129 -7.213 .917
KA 2.490 1.910 1.700 1 .192 -1.253 6.233
SCRE 1.303 .616 4.481 1 .034 .097 2.510
MTRTY -.103 .452 .051 1 .821 -.988 .783
Link function: Complementary Log-log.
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2019
Berdasarkan pada hasil uji signifikansi individual yang disajikan
pada tabel 4.7 diatas, maka didapat persamaan regresi seperti
berikut:
Logit (p1) = 8,677 + 1,237X1 – 4,538X2 – 3,148X3 + 2,490X4 –
1,303X5 – 0,103X6
Logit (p1+p2) = 13,590 + 1,237X1 - 4,538X2 - 3,148X3 + 2,490X4
+ 1,303X5 – 0,103X6
Logit (p1+p2+p3) = 14,755 + 1,237X1 - 4,538X2 - 3,148X3 +
2,490X4 + 1,303X5 – 0,103X6
Dimana p1 = probabilitas peringkat BBB-, BBB, BBB+; p2 =
probabilitas peringkat A-, A, A+; dan p3 = probabilitas peringkat
85
AA-, AA, AA+.
1) Pengaruh variabel X1 (SIZE) terhadap peringkat sukuk dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: X1 = 1 dan variabel
independen = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (8,677 + 1,237) / 1 – exp (8,677 + 1,237) = 1,03854
p1 + p2 = exp (13,590 + 1,237) / 1 – exp (13,590 + 1,237) =
1,02544
p2 = 1,03854 + 1,02544 = 2,06398
p1 + p2 + p3 = exp (14,755 + 1,237) / 1 – exp (14,755 + 1,237)
= 1,02355
p3 = 1,03854 + 1,02544 + 1,02355 = 3,08753
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x1 akan
menaikkan Odd rasio (exp 1,237) sebesar 1,03854 pada
probabilitas peringkat BBB-, BBB, BBB+; menaikkan Odd rasio
(exp 1,237) sebesar 2,06398 pada probabilitas peringkat A-, A,
A+; menurunkan Odd rasio (exp 1,237) sebesar 3,08753 pada
probabilitas peringkat AA-, AA, AA+.
2) Pengaruh variabel X2 (GROWTH) terhadap peringkat sukuk
dapat diinterpretasikan sebagai berikut: jika X2 = 1 dan variabel
independen lainnya = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (8,677 – 4,538) / 1 – exp (8,677 – 4,538) = 1,09755
p1 + p2 = exp (13,590 – 4,538) / 1 – exp (13,590 – 4,538) =
1,04236
86
p2 = 1,09755 + 1,04236 = 2,13991
p1 + p2 + p3 = exp (14,755 – 4,538) / 1 – exp (27,796 – 4,538)
= 1,03735
p3 = 1,09755 + 1,04236 + 1,03735 = 3,17727
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x2 akan
menaikkan Odd rasio (exp -4,538) sebesar 1,09755 pada
probabilitas peringkat BBB-, BBB, BBB+; menaikkan Odd rasio
(exp -4,538) sebesar 2,13991 pada probabilitas peringkat A-, A,
A+; menaikkan Odd rasio (exp -4,538) sebesar 3,17727 pada
probabilitas peringkat AA-, AA, AA+.
3) Pengaruh variabel X3 (DKI) terhadap peringkat sukuk dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X3 = 1 dan variabel
independen lainnya = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (8,677 – 3,148) / 1 – exp (8,677 – 3,148) = -1,07128
p1 + p2 = exp (13,590 – 3,148) / 1 – exp (13,590 – 3,148) = -
1,03652
p2 = 1,07128 – 1,03652 = -2,10780
p1 + p2 + p3 = exp (14,755 – 3,148) / 1 – exp (14,755 – 3,148)
= -1,03273
p3 = -1,07128 – 1,03652 – 1,03273 = -3,14053
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x3 akan
menurunkan Odd rasio (exp -3,148) sebesar -1,07128 pada
probabilitas peringkat BBB-, BBB, BBB+; menurunkan Odd
87
rasio (exp -3,148) sebesar -2,10780 pada probabilitas peringkat
A-, A, A+; menurunkan Odd rasio (exp -3,148) sebesar -3,14053
pada probabilitas peringkat AA-, AA, AA+.
4) Pengaruh variabel X4 (KA) terhadap peringkat sukuk dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X4 = 1 dan variabel
independen lainnya = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (8,677 + 2,490) / 1 – exp (8,677 + 2,490) = -1,03407
p1 + p2 = exp (13,590 + 2,490) / 1 – exp (13,590 + 2,490) = -
1,02341
p2 = -1,03407 – 1,02341 = -2,05748
p1 + p2 + p3 = exp (14,755 + 2,490) / 1 – exp (14,755 + 2,490)
= -1,02180
p3 = -1,03407 – 1,02341 – 1,02180 = -3,07928
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x4 akan
menurunkan Odd rasio (exp 2,490) sebesar -1,03407 pada
probabilitas peringkat BBB-, BBB, BBB+; menurunkan Odd
rasio (exp 2,490) sebesar -2,05748 pada probabilitas peringkat
A-, A, A+; menurunkan Odd rasio (exp 2,490) sebesar -3,07928
pada probabilitas peringkat AA-, AA, AA+.
5) Pengaruh variabel X5 (SCRE) terhadap peringkat sukuk dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X5 = 1 dan variabel
independen lainnya = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (8,677 + 1,303) / 1 – exp (8,677 + 1, 303) = 1,03827
88
p1 + p2 = exp (13,590 + 1,303) / 1 – exp (13,590 + 1,303) =
1,02533
p2 = 1,03827 + 1,02533 = 2,06360
p1 + p2 + p3 = exp (14,755 + 1,303) / 1 – exp (14,755 + 1,303)
= 1,02345
p3 = 1,03827 + 2,06360 + 1,02345 = 3,08705
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x5 akan
menaikkan Odd rasio (exp 1,303) sebesar 1,03827 pada
probabilitas peringkat BBB-, BBB, BBB+; menaikkan Odd rasio
(exp 1,303) sebesar 2,06360 pada probabilitas peringkat A-, A,
A+; menaikkan Odd rasio (exp 1,303) sebesar 3,08705 pada
probabilitas peringkat AA-, AA, AA+.
6) Pengaruh variabel X6 (MTRTY) terhadap peringkat sukuk dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X5 = 1 dan variabel
independen lainnya = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (8,677 – 0,103) / 1 – exp (8,677 – 0,103) = -1,04373
p1 + p2 = exp (13,590 – 0,103) / 1 – exp (13,590 – 0,103) = -
1,02761
p2 = -1,04373 – 1,02761 = -2,07134
p1 + p2 + p3 = exp (14,755 – 0,103) / 1 – exp (14,755 – 0,103)
= -1,02539
p3 = -1,05654 – 1,01367 – 1,01270 = -3,09673
89
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x5 akan
menurunkan Odd rasio (exp -0,103) sebesar -1,04373 pada
probabilitas peringkat BBB-, BBB, BBB+; menurunkan Odd
rasio (exp -0,103) sebesar -2,07134 pada probabilitas peringkat
A-, A, A+; menurunkan Odd rasio (exp -0,103) sebesar -3,09673
pada probabilitas peringkat AA-, AA, AA+.
Berikut hasil uji signifikansi parameter individual dari
variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan (SIZE),
pertumbuhan perusahaan (GROWTH), dewan komisaris
independen (DKI), komite audit (KA), secure (SCRE), dan
maturity (MTRTY) terhadap variabel dependen yaitu peringkat
sukuk. Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
1) Ukuran perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh ukuran
perusahaan (SIZE) terhadap peringkat sukuk yang telah
dilakukan menghasilkan nilai signifikansi yang ditunjukkan
adalah lebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05). Artinya
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Dengan demikian hal yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap peringkat sukuk diterima.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Kusbandiyah dan Wahyuni (2014). Ukuran perusahaan
90
merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam
menyusun peringkat obligasi syariah oleh agen pemeringkat.
Dengan ukuran perusahaan investor dapat mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membayar bagi hasil secara
periodik yang dapat meningkatkan peringkat dari obligasi
syariah perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Arisanti, Fadah, dan Puspitasari (2016)
yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak
mempengaruhi peringkat obligasi syariah karena dalam
pengukuran size sebaiknya tidak dilihat dari total aset saja
melainkan dilihat juga dari segi kewajiban hutang
perusahaan agar terlihat kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajibannya atau hutangnya.
Oleh karena itu penelitian ini dapat menunjukkan
pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan
peringkat sukuk, dikarenakan semakin besar ukuran
perusahaan maka perusahaan tersebut mempunyai akses ke
pasar modal yang lebih terorganisir. Semakin besar total aset
perusahaan penerbit sukuk diharapkan perusahaan tersebut
mampu untuk membayar kewajibannya di masa yang akan
datang sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan
untuk mendapatkan peringkat sukuk yang tinggi. Dengan
91
begitu, ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang
diperhitungkan dalam menyusun peringkat sukuk.
2) Pertumbuhan perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh
pertumbuhan perusahaan (GROWTH) terhadap peringkat
sukuk yang telah dilakukan menghasilkan nilai signifikansi
yang ditunjukkan adalah lebih kecil daripada 0,05 (0,028 <
0,05). Artinya pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap peringkat sukuk. Dengan demikian hal yang
menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap peringkat sukuk diterima.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Arisanti, Fadah, dan Puspitasari (2016).
Penelitian ini menghasilkan variabel pertumbuhan
perusahaan tidak mempengaruhi peringkat sukuk.
Namun hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian Wijayanti dan Priyadi (2014) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan perusahaan memberikan pengaruh
positif terhadap peringkat obligasi. Dengan adanya
pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi maka akan
memberikan peringkat obligasi yang investment grade dan
menjadikan peluang investasi bagi perusahaan yang berarti
92
perusahaan mempunyai sesuatu yang menjanjikan dalam
memberikan laba atau bagi hasil atau kupon dengan lancar.
Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan dapat
disebabkan karena beberapa hal seperti perbedaan proxy
yang digunakan dalam penelitian, periode penelitian, dan
sampel yang digunakan. Pertumbuhan perusahaan dapat
mempengaruhi peringkat sukuk mengindikasikan bahwa
semakin baik pertumbuhan dari suatu perusahaan, maka
investor semakin tertarik karena investor meyakini apabila
mereka berinvestasi di perusahaan tersebut risiko yang
diterima tidak tinggi. Seperti berinvestasi dengan sukuk,
perusahaan dengan pertumbuhan yang baik pasti akan
meyakinkan para investor agar tidak melakukan gagal bayar
di masa yang akan datang, sehingga perusahaan akan
menjanjikan pembagian bagi hasil dengan lancar dan tak
terkendala. Disamping itu, semakin tinggi pertumbuhan
suatu perusahaan maka akan menghasilkan peringkat sukuk
atau obligasi yang investment grade.
3) Dewan Komisaris Independen
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh dewan
komisaris independen (DKI) terhadap peringkat sukuk yang
telah dilakukan menghasilkan nilai signifikansi yang
ditunjukkan adalah lebih besar daripada 0,05 (0,129 > 0,05).
93
Artinya dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap peringkat sukuk. Dengan demikian hal yang
menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap peringkat sukuk ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Irfandi dan Wasilah (2013). Dewan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk
dikarenakan meskipun perusahaan memiliki tata kelola
korporasi dan keuangan yang baik serta kinerja GCG yang
baik, tidak menjamin perusahaan akan memiliki peringkat
sukuk yang tinggi.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Dali,
Ronni dan Malelak (2015) yang menyatakan bahwa dewan
komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi. Dengan adanya dewan komisaris
independen dalam sebuah perusahaan maka pengawasan
terhadap pihak manajemen perusahaan akan semakin baik.
Penelitian ini menghasilkan rata-rata jumlah variabel
persentase dewan komisaris independen sebesar 40,96% dan
telah sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 57/POJK.04/2017 tentang penerapan tata kelola
perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek dan perantara pedagang efek, yang
94
mensyaratkan bahwa persentase komisaris independen
sebesar 30%. Walaupun hasil penelitian ini telah sesuai
dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan, akan tetapi
penelitian ini tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan
antara dewan komisaris independen dengan peringkat sukuk.
Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat menunjukkan
pengaruh yang signifikan antara dewan komisaris
independen dengan peringkat sukuk dikarenakan rata-rata
variabel dewan komisaris independen dalam penelitian ini
hanya 40,96% yang menunjukkan bahwa dewan komisaris
independen belum mampu secara optimal mempengaruhi
kebijakan dewan komisaris dalam melakukan tugasnya
untuk mengawasi manajemen. Selain itu, dewan komisaris
tidak terlalu dipertimbangkan didalam peringkat sukuk.
4) Komite Audit
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh komite audit
(KA) terhadap peringkat sukuk yang telah dilakukan
menghasilkan nilai signifikansi yang ditunjukkan adalah
lebih besar daripada 0,05 (0,192 > 0,05). Artinya komite
audit tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Dengan
demikian hal yang menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh terhadap peringkat sukuk ditolak.
95
Dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta
Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A
Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain
Saham yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, jumlah
keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari
tiga orang anggota, seorang diantaranya merupakan
komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus
merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota
lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana
sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki keahlian di
bidang akuntansi dan atau keuangan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
dari Utami (2012). Keberadaan komite audit oleh perusahaan
mungkin hanya untuk pemenuhan regulasi saja, tidak
dimaksudkan untuk menegakkan good corporate
governance dalam perusahaan. Hal ini didukung oleh sebuah
survei yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for
Corporate Governance terhadap 52 perusahaan publik,
dimana sekitar 65% perusahaan publik menyatakan
menerapakan CG karena regulasi yang mengharuskan.
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
dari Rahayuningsih dan Sulistiyo (2016) yang membuktikan
bahwa komite audit mempunyai pengaruh terhadap
96
peringkat sukuk. Dengan adanya keberadaan komite audit
menjadi perhatian serius bagi perusahaan yang menerbitkan
sukuk dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan
mempengaruhi peringkat sukuk.
Adanya indikasi keberadaan komite audit dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan mempengaruhi
peringkat sukuk menjadi pertimbangan agar memberikan
pendapat profesional yang independen kepada dewan
komisaris dan memastikan perusahaan menggunakan
prinsip-prinsip akuntansi yang dapat menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas.
Hasil penelitian ini tidak terdapatnya pengaruh yang
signifikan antara komite audit dengan peringkat sukuk dapat
disebabkan karena berbagai kemungkinan, seperti perbedaan
proksi perhitungan, atau keberadaan komite audit hanya
sebagai pemenuhan regulasi yang berlaku sehingga
kurangnya efektifitas komite audit dalam menjalankan
fungsi pengawasan. Selain itu komite audit tidak terlalu
dipertimbangkan dalam peringkat sukuk.
5) Secure
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh secure
(SCRE) terhadap peringkat sukuk yang telah dilakukan
menghasilkan nilai signifikansi yang ditunjukkan adalah
97
lebih kecil daripada 0,05 (0,034 < 0,05). Artinya secure
berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Dengan demikian hal
yang menyatakan bahwa secure berpengaruh terhadap
peringkat sukuk diterima.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Rahayuningsih dan Sulistiyo (2016). Secure
tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk karena sukuk
yang dijamin dengan aset tertentu maupun tidak dijamin
dengan aset tertentu tidak terlalu diperhitungkan dalam
menentukan peringkat sukuk. Perusahaan yang tidak
memberikan jaminan atas obligasi yang diterbitkan
merupakan perusahaan yang memiliki reputasi yang baik
atau memiliki goodwill. Tingkat kepuasan dan kepercayaan
investor masih terjaga karena perusahaan telah mengurangi
risiko yang diterima dengan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. Jadi meskipun
perusahaan memberikan jaminan atau tidak memberikan
jaminan tidak terlalu diperhitungkan dalam menentukan
peringkat sukuk.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Purwaningsih (2013) yang menyatakan bahwa secure
berpengaruh positif terhadap peringkat sukuk. Hal ini
mengindikasikan bahwa investor lebih tertarik terhadap
98
sukuk yang dijamin dengan aktiva tertentu daripada sukuk
yang tidak dijamin.
Oleh karena itu dengan adanya jaminan
mempengaruhi peringkat sukuk perusahaan yang termasuk
kategori investment grade dan non-investment grade. Ini
mengindikasikan bahwa sukuk yang dijamin akan lebih
menarik investor karena risiko yang akan diterima investor
kecil kemungkinannya. Walaupun perusahaan tersebut
sudah dikenal perusahaan besar dan mendapatkan
kepercayaan maupun goodwill saja tidak cukup apabila
perusahaan tersebut tidak memberikan jaminan kepada
investor. Karena investor juga tidak ingin ada risiko gagal
bayar di masa yang akan datang, sehingga jaminan penting
dalam menerbitkan sukuk ataupun obligasi.
6) Maturity
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh maturity
(MTRTY) terhadap peringkat sukuk yang telah dilakukan
menghasilkan nilai signifikansi yang ditunjukkan adalah
lebih besar daripada 0,05 (0,821 > 0,05). Artinya maturity
tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Dengan
demikian hal yang menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh terhadap peringkat sukuk ditolak.
99
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kusbandiyah dan Wahyuni (2014). Maturity
tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi
syariah. Hal ini disebabkan karena agen pemeringkat tidak
mempertimbangkan variabel maturity dalam menyusun
peringkat obligasi syariah.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian dari
Purwaningsih (2013) yang menyatakan maturity
berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Menurut
Purwaningsih, perusahaan yang memiliki obligasi syariah
yang pendek menunjukkan bahwa peringkat yang didapat
adalah investment grade atau tidak memiliki risiko yang
banyak.
Hasil dari observasi data, lima dari sebelas
perusahaan memiliki umur sukuk yang pendek. Banyaknya
perusahaan yang menerbitkan sukuk dengan umur lebih dari
lima tahun mengakibatkan umur sukuk tidak mempengaruhi
peringkat sukuk. Dan juga maturity bukan salah satu hal
yang dipertimbangkan oleh lembaga pemeringkat dalam
menyusun peringkat sukuk.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dewan komisaris independen, komite audit, secure, dan
maturity terhadap peringkat sukuk. Pada perusahaan yang terdaftar di PT
PEFINDO. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan pada bab
pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil dari
kesimpulan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusbandiyah dan Wahyuni (2014).
2. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil
dari kesimpulan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Wijayanti dan Priyadi (2014).
3. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap peringkat
sukuk. Hasil dari kesimpulan ini mendukung penelitian sebelumnya
yaitu penelitian Irfandi dan Wasilah (2013).
4. Komite audit tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil dari
kesimpulan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Utami (2012).
5. Secure tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil dari
kesimpulan ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian
Purwaningsih (2013).
103
6. Maturity tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Hasil dari
kesimpulan ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian
Kusbandiyah dan Wahyuni (2014).
B. Saran
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian ini,
maka ada beberapa saran yang diberikan untuk perkembangan penelitian
selanjutnya terkait dengan peringkat sukuk pada perusahaan sehingga
diharapkan penelitian selanjutnya dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Berikut saran yang dapat dipertimbangkan:
1. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya mengambil sampel lebih
banyak dari penelitian ini.
2. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya menambah variabel lain
seperti rasio-rasio, leverage, dan tata kelola perusahaan dengan
indikator lainnya yang diperkirakan dapat mempengaruhi peringkat
sukuk.
3. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya menggunakan lembaga
pemeringkat lain selain pefindo sebagai referensi untuk menambah
sampel perusahaan lainnya.
104
DAFTAR PUSTAKA
Al Haraqi, M. Siddiq dan Endang Surasetyo Ningsih. “Pengaruh Return
on Asset, Secure dan Maturity Terhadap Rating Sukuk”. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi. Vol.2, No.4, hal.116-
124. 2017.
Agustia, Dian. “Pengaruh Faktor Corporate Governance, Free Cash
Flow dan Leverage Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol.15, No.1, hal. 27-42. 2013.
Arisanti, Ike, Isti Fadah dan Novi Puspitasari. “Prediksi Peringkat
Obligasi Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen.
Vol.11, No.3. 2014.
_________. “Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang
Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Syariah”. Jurnal
Ekonomi Akuntansi dan Manajemen. Vol.13, No.2. 2014.
Arizona, I Putu Edy. “Moderasi Economic Value Added Atas Pengaruh
Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Riset
Akuntansi JUARA. Vol.6, No.1. 2016.
Bone, Fandi dan Sahrul Ponto. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan
Faktor Regulasi Terhadap Kualitas Implementasi Corporate
Governance”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. 2017.
Dali, Chandra Ly, Sautma Ronni dan Mariana Ing Malelak. “Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Rasio Keuangan
terhadap Peringkat Obligasi. Finesta”. Vol.3, No.1, hal. 30-35.
2015.
Dian, Fachrur dan Rika Lidyah. “Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusi terhadap Nilai Perusahaan Tambang Batu Bara yang
Terdaftar di BEI”. Journal STIE MBP. 2014.
Ekarina, artikel diakses pada tanggal 22 April 2019, dari
https://id.beritasatu.com/corporateaction/tps-food-kembali-
gagal-bayar-kupon-obligasi-dan-sukuk/178008
Elhaj, M. Abulgasem, Nurul Aini Muhamed dan Nathasa Mazna Ramli.
“The Influence of Corporate Governance, Financial Ratios,
and Sukuk Structure on Sukuk Rating”. Procedia Economics
and Finance. 2015.
105
Fasa, Muhammad Iqbal. “Sukuk: Teori dan Implementasi”. Jurnal Studi
Ekonomi dan Bisnis Islam. Vol. 1, No.1. 2016.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 32/DSN-
MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah.
Fauziah, Yossy. “Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Umur Obligasi
Terhadap Prediksi Peringkat Obligasi”. Jurnal Akuntansi. Vol.
2 No. 1. 2014.
Febriani, Irma, Hari S. Nugraha, dan Saryadi. “Analisis Faktor-faktor
Yang Memengaruhi Peringkat Obligasi Pada Lembaga
Keuangan Bank Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. Vol. 2, No. 1. 2013.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 25”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Jakarta.
2018.
Investor Daily, artikel diakses pada tanggal 22 April 2019, dari
https://katadata.co.id/berita/2018/02/08/peringkat-turun-tiga-
pilar-terancam-gagal-bayar-obligasi-rp-600-m
Irfandi, Muhammad Edo dan Wasilah. “Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Peringkat Sukuk Perusahaan
di Indonesia”. Jurnal Akuntansi Universitas Indonesia. 2013.
Jensen, Michael C. dan Meckling, W. H. “Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership
Structure”. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4, pp.
305-360. 1976.
Kausari, Annis. “Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Kinerja
Perusahaan dengan Mempertimbangkan Strategi Bisnis
sebagai Variabel Pemoderasi pada Industri Makanan dan
Minuman di Bursa Efek Indonesia”. 2014.
Direksi Bursa Efek Indonesia. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta
Nomor: KEP-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-A
Tetang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain
Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat.
106
Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: KEP-643/BL/2012 Tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Khairudin, dan Windita. “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Debt
to Equity Ratio (DER) dan Price to Book Value (PBV)
Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan di
Indonesia”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 8, No. 1. 2017.
Kurniawati, Devi Dwi. “Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi
Syariah) dan Dampaknya Bagi Pasar Modal Syariah”. Jurnal
Mahasiswa Unesa. 2014.
Kusbandiyah, Ani dan Sri Wahyuni. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Peringkat Obligasi Syariah: Studi Empiris
Pada Pasar Obligasi Syariah di Indonesia”. Seminar Nasional
dan Call For Paper. 2014.
Komite Nasional Kebijakan Governance. Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia. 2006.
Liviani, Shiela, Putu A. Mahadwartha dan Liliana I. Wijaya. “Uji Model
Keseimbangan Teori Keagenan: Pengaruh Kebijakan Utang
dan Kebijakan Dividen terhadap Kepemilikan Manajerial”.
DeReMa Jurnal Manajemen. Vol. 11 No. 1. 2016.
Madani, M. Amin, artikel diakses pada tanggal 27 Juni 2019, dari
https://www.republika.co.id/berita/inpicture/nasional-
inpicture/15/04/30/nnm901-seminar-ekonomi-islam-
muktamar-iii-iaei
Magreta dan Poppy Nurmayanti. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau Dari Faktor Akuntansi
dan Non Akuntansi”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11, No.
3, hal. 143-154. 2009.
Meirinaldi dan Pudji Astuti. “Analisa Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat Sukuk”. Jurnal Ekonomi. Vol. 19,
No. 2. 2017.
Melis. “Perkembangan Sukuk di Indonesia, Malaysia, dan Dunia”.
Economica Sharia. Vol. 2, No. 2. 2017.
107
Murdaningsih, Dwi, artikel diakses pada tanggal 27 Juni 2019, dari
https://www.republika.co.id/berita/ojk/pasar-modal-
syariah/17/06/01/oquqtn368-mengenal-risiko-investasi-di-
sukuk-korporasi
Nisa, Khairun, artikel diakses pada tanggal 27 Juni 2019, dari
https://www.kompasiana.com/nisahd/59ed3004a208c054007c
aef4/perkembangan-sukuk-negara-di-Indonesia
Otoritas Jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
30/POJK.05/2014 Tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
Bagi Perusahaan Pembiayaan.
Otoritas Jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 Tentang Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Otoritas Jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
57/POJK.04/2017 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin
Emisi Efek Dan Perantara Pedagang Efek.
Pardiansyah, Elif. “Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam:
Pendeketan teoritis dan Empiris”. Economica: Jurnal Ekonomi
Islam. Vol. 8, No. 2, hal. 337-373. 2017.
Pemeringkat Efek Indonesia, website diakses pada tanggal 5 Februari
2019, dari http://www.pefindo.com/
Pranoto, Galih Estu, Ratna Anggraini dan Erika Takidah. “Pengaruh
Profitabilitas, Ukuran Perusahhaan, Produktivitas, dan
Reputasi Auditor Terhadap Peringkat Sukuk”. Jurnal Ilmiah
Wahana Akuntansi. Vol. 12, No. 01. 2017.
Purnamawati, Indah. Perbandingan Sukuk dan Obligasi (Telaah dari
Perspektif Keuangan dan Akuntansi). Jurnal Akuntansi
Universitas Jember. 2015.
Purwaningsih, Septi. “Faktor yang Mempengaruhi Rating Sukuk yang
Ditinjau Dari Faktor Akuntansi dan Non-Akuntansi.
Accounting Analysis Journal. Vol. 2, No. 3. 2013.
Rahayuningsih, Dwi dan Agung Budi S. Pengaruh Secure, Maturity,
Kualitas Auditor, Komite Audit, dan Sinking Fund Terhadap
Rating Sukuk. Artikel Ilmiah Mahasiswa. 2016.
108
Sihombing, Hengki Junius dan Rachmawati E. N. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi,
Manajemen, dan Akuntansi I. Vol. 24, No. 1. 2015.
Spence, Michael. Job Market Signaling. The Quarterly Journal of
Economics. Vol. 87, No. 3, hal. 355-374. 1973.
Sudaryanti, Neneng, Akhmad A. Mahfudz, dan Ries Wulandari.
“Analisis Determinan Peringkat Sukuk dan Peringkat Obligasi
di Indonesia”. Islamic Finance & Business Review. Vol. 6, No.
2. 2011.
Sumarna, Alfonsa D. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Perusahaan”. Jurnal Benefita. Vol. 1, No. 2, hal.
48-57. 2016.
Surya, Erny Indah dan Eni Wuryani. “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Likuiditas, Produktivitas, dan Leverage
Terhadap Peringkat Obligasi”. Jurnal Akuntansi UNESA. Vol.
3 No. 2. 2015.
Sutedi, Adrian. “Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk”. Sinar Grafika,
Jakarta. 2009.
Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas.
Utami, Ayu Gandar. “Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Peringkat Obligasi”. Accounting Analysis Journal. Vol. 1, No.
2. 2012.
Widiastuti, N. P. T., dan Rahyuda. H. “Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan, Rasio Likuiditas, Maturity, dan Rasio Aktivitas
Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Jasa”. E-jurnal
Manajemen Unud. Vol. 5, No. 11, hal. 6964:6993. 2016.
Widowati, Dewi et.al. “Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan
Yang Berpengaruh Pada Prediksi Peringkat Obligasi di
Indonesia.” Jurnal Manajemen. Vol. 13 No. 1. 2013.
Wijayanti, Indah dan Maswar Patuh Priyadi. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat Obligasi”. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi. Vol. 3, No. 3. 2014.
109
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Daftar Perusahaan
Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel
No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1 PT BANK MUAMALAT INDONESIA BBMI
2 PT BANK SYARIAH MANDIRI BSYM
3 PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH
SUMATERA BARAT
BSBR
4 PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE ADMF
5 PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PPLN
6 PT SUMMARECON AGUNG SMRA
7 PT ADHI KARYA (PERSERO) ADHI
8 PT INDOSAT ISAT
9 PT MAYORA INDAH MYOR
10 PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD AISA
11 PT SUMBERDAYA SEWATAMA SSMM
110
Lampiran 1.2 Data Perusahaan
No. Kode
Perusahaan
Ukuran Perusahaan
2013 2014 2015 2016 2017
1 BBMI 10,892 11,042 10,953 10,929 11,030
2 BSM 11,066 11,112 11,162 11,275 11,384
3 BSBR 9,695 9,799 9,875 9,934 9,970
4 ADMF 10,342 10,307 10,231 10,227 10,292
5 PPLN 13,288 13,311 14,089 14,056 14,104
6 SMRA 9,446 9,672 9,839 9,943 9,983
7 ADHI 9,182 9,255 9,727 9,905 10,252
8 ISAT 10,906 10,883 10,922 10,836 10,833
9 MYOR 9,181 9,240 9,336 9,467 9,610
10 AISA 8,521 8,906 9,112 9,133 9,074
11 SSMM 8,166 8,210 8,281 8,046 8,001
111
No. Kode
Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan
2013 2014 2015 2016 2017
1 BBMI 0,180 0,150 0,088 0,024 0,101
2 BSM 0,165 0,046 0,050 0,114 0,109
3 BSBR 0,122 0,104 0,076 0,058 0,036
4 ADMF 0,197 0,035 0,076 0,004 0,065
5 PPLN 0,072 0,023 0,778 0,033 0,048
6 SMRA 0,152 0,226 0,167 0,104 0,040
7 ADHI 0,211 0,073 0,472 0,179 0,346
8 ISAT 0,013 0,023 0,039 0,086 0,004
9 MYOR 0,157 0,059 0,097 0,130 0,144
10 AISA 0,261 0,384 0,206 0,021 0,059
11 SSMM 0,234 0,044 0,071 0,235 0,045
112
No. Kode
Perusahaan
Dewan Komisaris Independen
2013 2014 2015 2016 2017
1 BBMI 50% 50% 50% 50% 60%
2 BSM 60% 60% 60% 60% 75%
3 BSBR 67% 50% 50% 50% 50%
4 ADMF 50% 50% 50% 33% 33%
5 PPLN 22% 22% 22% 29% 22%
6 SMRA 50% 50% 50% 50% 50%
7 ADHI 33% 33% 33% 33% 33%
8 ISAT 40% 43% 30% 30% 30%
9 MYOR 40% 40% 40% 40% 40%
10 AISA 33% 20% 40% 40% 25%
11 SSMM 33% 33% 33% 33% 0%
113
No. Kode
Perusahaan
Komite Audit
2013 2014 2015 2016 2017
1 BBMI 1 1 1 1 0
2 BSM 1 1 1 1 1
3 BSBR 1 1 1 1 1
4 ADMF 1 1 1 1 1
5 PPLN 1 1 1 1 1
6 SMRA 1 1 1 1 1
7 ADHI 1 0 1 1 1
8 ISAT 1 1 1 1 1
9 MYOR 1 1 1 1 1
10 AISA 1 1 1 1 1
11 SSMM 1 1 1 1 0
114
No. Kode
Perusahaan
Secure
2013 2014 2015 2016 2017
1 BBMI 0 0 0 0 0
2 BSYM 0 0 0 0 0
3 BSBR 1 1 1 1 1
4 ADMF 1 1 1 1 1
5 PPLN 1 1 1 1 1
6 SMRA 1 1 1 1 1
7 ADHI 1 1 1 1 1
8 ISAT 1 1 1 1 1
9 MYOR 1 1 1 1 1
10 AISA 1 1 1 1 1
11 SSMM 0 0 0 0 0
115
No. Kode
Perusahaan
Maturity
2013 2014 2015 2016 2017
1 BBMI 0 0 0 0 0
2 BSM 0 0 0 0 0
3 BSBR 0 0 0 0 0
4 ADMF 1 1 1 1 1
5 PPLN 0 0 0 0 0
6 SMRA 1 1 1 1 1
7 ADHI 1 1 1 1 1
8 ISAT 0 0 0 0 0
9 MYOR 0 0 0 0 0
10 AISA 1 1 1 1 1
11 SSMM 1 1 1 1 1
116
No. Kode
Perusahaan
Peringkat Sukuk
2013 2014 2015 2016 2017
1 BBMI A+(sy) A+(sy) AA-(sy) A+(sy) A+(sy)
2 BSM AA+(sy) AA+(sy) AA+(sy) AA+(sy) AA+(sy)
3 BSBR A(sy) A(sy) A(sy) A(sy) A(sy)
4 ADMF AA+(sy) AAA(sy) AAA(sy) AAA(sy) AAA(sy)
5 PPLN AAA(sy) AAA(sy) AAA(sy) AAA(sy) AAA(sy)
6 SMRA A+(sy) A+(sy) A+(sy) A+(sy) A+(sy)
7 ADHI A(sy) A(sy) A(sy) A-(sy) A-(sy)
8 ISAT AA+(sy) AAA(sy) AAA(sy) AAA(sy) AAA(sy)
9 MYOR AA-(sy) AA-(sy) AA-(sy) AA-(sy) AA(sy)
10 AISA A-(sy) A-(sy) A-(sy) A(sy) A(sy)
11 SSMM
A(sy) A(sy) A(sy) A(sy)
BBB-
(sy)
117
Lampiran 1.3 Hasil Perhitungan
Tahun 2013
No.
Kode
Perusahaan
Variabel
Rating
(Y)
SIZE
(X1)
GROWTH
(X2)
DKI
(X3)
KA
(X4)
SCRE
(X5)
MTRTY
(X6)
1 BBMI 2 10,892 0,180 0,50 1 0 0
2 BSM 3 11,066 0,165 0,60 1 0 0
3 BSBR 2 9,695 0,122 0,67 1 1 0
4 ADMF 3 10,342 0,197 0,50 1 1 1
5 PPLN 4 13,288 0,072 0,22 1 1 0
6 SMRA 2 9,446 0,152 0,50 1 1 1
7 ADHI 2 9,182 0,211 0,33 1 1 1
8 ISAT 3 10,906 0,013 0,40 1 1 0
9 MYOR 3 9,181 0,157 0,40 1 1 0
10 AISA 2 8,521 0,261 0,33 1 1 1
11 SSMM 2 8,166 0,234 0,33 1 0 1
118
Tahun 2014
No.
Kode
Perusahaan
Variabel
Rating
(Y)
SIZE
(X1)
GROWTH
(X2)
DKI
(X3)
KA
(X4)
SCRE
(X5)
MTRTY
(X6)
1 BBMI 2 11.042 0.150 0.50 1 0 0
2 BSM 3 11.112 0.046 0.60 1 0 0
3 BSBR 2 9.799 0.104 0.50 1 1 0
4 ADMF 4 10.307 0.035 0.50 1 1 1
5 PPLN 4 13.311 0.023 0.22 1 1 0
6 SMRA 2 9.672 0.226 0.50 1 1 1
7 ADHI 2 9.255 0.073 0.33 0 1 1
8 ISAT 4 10.883 0.023 0.43 1 1 0
9 MYOR 3 9.240 0.059 0.40 1 1 0
10 AISA 2 8.906 0.384 0.20 1 1 1
11 SSMM 2 8.210 0.044 0.33 1 0 1
119
Tahun 2015
No.
Kode
Perusahaan
Variabel
Rating
(Y)
SIZE
(X1)
GROWTH
(X2)
DKI
(X3)
KA
(X4)
SCRE
(X5)
MTRTY
(X6)
1 BBMI 2 10,953 0,088 0,50 1 0 0
2 BSM 3 11,162 0,050 0,60 1 0 0
3 BSBR 2 9,875 0,076 0,50 1 1 0
4 ADMF 4 10,231 0,076 0,50 1 1 1
5 PPLN 4 14,089 0,778 0,22 1 1 0
6 SMRA 2 9,839 0,167 0,50 1 1 1
7 ADHI 2 9,727 0,472 0,33 1 1 1
8 ISAT 4 10,922 0,039 0,30 1 1 0
9 MYOR 3 9,336 0,097 0,40 1 1 0
10 AISA 2 9,112 0,206 0,40 1 1 1
11 SSMM 2 8,281 0,071 0,33 1 0 1
120
Tahun 2016
No.
Kode
Perusahaan
Variabel
Rating
(Y)
SIZE
(X1)
GROWTH
(X2)
DKI
(X3)
KA
(X4)
SCRE
(X5)
MTRTY
(X6)
1 BBMI 2 10,929 0,024 0,50 1 0 0
2 BSM 3 11,275 0,114 0,60 1 0 0
3 BSBR 2 9,934 0,058 0,50 1 1 0
4 ADMF 4 10,227 0,004 0,33 1 1 1
5 PPLN 4 14,056 0,033 0,29 1 1 0
6 SMRA 2 9,943 0,104 0,50 1 1 1
7 ADHI 2 9,905 0,179 0,33 1 1 1
8 ISAT 4 10,836 0,086 0,30 1 1 0
9 MYOR 3 9,467 0,130 0,40 1 1 0
10 AISA 2 9,133 0,021 0,40 1 1 1
11 SSMM 2 8,046 0,235 0,33 1 0 1
121
Tahun 2017
No.
Kode
Perusahaan
Variabel
Rating
(Y)
SIZE
(X1)
GROWTH
(X2)
DKI
(X3)
KA
(X4)
SCRE
(X5)
MTRTY
(X6)
1 BBMI 2 11,030 0,101 0,60 0 0 0
2 BSM 3 11,384 0,109 0,75 1 0 0
3 BSBR 2 9,970 0,036 0,50 1 1 0
4 ADMF 4 10,292 0,065 0,33 1 1 1
5 PPLN 4 14,104 0,048 0,22 1 1 0
6 SMRA 2 9,983 0,040 0,50 1 1 1
7 ADHI 2 10,252 0,346 0,33 1 1 1
8 ISAT 4 10,833 0,004 0,30 1 1 0
9 MYOR 3 9,610 0,144 0,40 1 1 0
10 AISA 2 9,074 0,059 0,25 1 1 1
11 SSMM 1 8,001 0,045 0,00 0 0 1
122
Lampiran 1.4 Hasil Output SPSS
1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Ukuran Perusahaan 55 8.001 14.104 10.25878 1.437207
Pertumbuhan
Perusahaan 55 .004 .778
.12793 .131601
Dewan Komisaris
Independen 55 .000 .750
.4096 .13637
Komite Audit 55 .000 1.000 .9455 .22918
Secure 55 .000 1.000 .7273 .44947
Maturity 55 .000 1.000 .4545 .50252
Peringkat Sukuk 55 1.000 4.000 2.6727 .86184
Valid N (listwise) 55
2. Uji Parallel Lines
Test of Parallel Linesa
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Null Hypothesis .000
General .000b .000 12 1.000
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are
the same across response categories.
a. Link function: Complementary Log-log.
b. The log-likelihood value is practically zero. There may be a complete
separation in the data. The maximum likelihood estimates do not exist.
123
3. Uji Pseudo R2
Pseudo R-Square
Cox and Snell .885
Nagelkerke 1.000
McFadden 1.000
Link function: Complementary Log-log.
4. Uji Goodness-of-Fit
Goodness-of-Fit
Chi-Square Df Sig.
Pearson 54.730 156 1.000
Deviance 64.514 156 1.000
Link function: Complementary Log-log.
5. Uji Signifikan
Model Fitting Information
Model -2 Log Likelihood Chi-Square Df Sig.
Intercept Only 119.177
Final .000 119.177 6 .000
Link function: Complementary Log-log.
124
6. Uji Signifikan Parameter Individual
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald df Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Threshold [Rating_Sukuk
= 1.00]
8.677 3.355 6.690 1 .010 2.102 15.252
[Rating_Sukuk
= 2.00]
13.590 3.999 11.549 1 .001 5.752 21.427
[Rating_Sukuk
= 3.00]
14.755 4.061 13.204 1 .000 6.797 22.714
Location SIZE 1.237 .345 12.848 1 .000 .561 1.914
GROWTH -4.538 2.063 4.840 1 .028 -8.582 -.495
DKI -3.148 2.074 2.304 1 .129 -7.213 .917
KA 2.490 1.910 1.700 1 .192 -1.253 6.233
SCRE 1.303 .616 4.481 1 .034 .097 2.510
MTRTY -.103 .452 .051 1 .821 -.988 .783
Link function: Complementary Log-log.