pengaruh status gizi terhadap demam...

72
PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM BERDARAH DENGUE DI INSTALASI RAWAT INAP ANAK RSUD TANGERANG TAHUN 2011 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Adinda Pramitra Permatasari NIM : 109103000027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012M

Upload: vantuong

Post on 31-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP

DEMAM BERDARAH DENGUE DI INSTALASI

RAWAT INAP ANAK RSUD TANGERANG

TAHUN 2011

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Adinda Pramitra Permatasari

NIM : 109103000027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012M

Page 2: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN
Page 3: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN
Page 4: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN
Page 5: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyeleseikan penelitian yang berjudul

PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM BERDARAH DENGUE DI

INSTALASI RAWAT INAP ANAK RSUD TANGERANG TAHUN 2011. Shalawat

serta salam saya sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW, suri tauladan kita

dengan sebaik-baiknya akhlak. Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi

syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And sebagai Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syaruf Hidayatullah

Jakarta.

3. dr. Riva Auda, Sp.A, M.Kes sebagai dosen pembimbing I dan dr. Erike Anggraini

S, M.Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu,

tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyususnan

penelitian ini.

4. Direktur serta semua staf bagian diklit dan rekam medik RSUD Tangerang yang

sudah mengizinkan dan membantu saya untuk melakukan penelitian di RSUD

Tangerang.

5. Kedua orang tua tercinta, Bapakku Drs. Sunarko dan Ibuku Catur Widya Andini,

M.Pd, yang telah memberikan kasih sayang, dorongan berupa moril dan materil

dan tak pernah lelah selalu mendoakan anak gadisnya ini, serta adikku tercinta

Page 6: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

vi

Adam Al Hakim yang selalu memberikanku hiburan dalam menulis laporan

penelitian ini.

6. Seluruh teman sejawat mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2009 yang selalu

bersama-sama menempuh pendidikan selama ini.

Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

dari semua pihak yang telah membantu saya menyeleseikan penelitian ini. Semoga

penelitian ini dapat membawa manfaat bagi perkembangan ilmu khususnya dalam

bidang kedokteran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 25 September 2012

Penulis

Page 7: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

vii

ABSTRAK

Adinda Pramitra Permatasari. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh status gizi

terhadap demam berdarah dengue di instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang

2011. Tahun 2012

Anak dengan status gizi lebih (obesitas) akan menderita penyakit demam

berdarah dengan derajat yang lebih parah dibandingkan dengan status gizi kurang

dan status gizi baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status

gizi terhadap penyakit demam berdarah dengue di instalasi rawat inap anak RSUD

Tangerang tahun 2011. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross-

sectional. Sampel diambil secara total sampling, dengan jumlah 98 orang. Hasil

penelitian dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa pasien anak

status gizi lebih (obesitas) dengan diagnosis DBD derajat 3 dan 4 (berat) 54,5%,

status gizi lebih dengan diagnosis DBD derajat 1 dan 2 (ringan) 45,5%, status gizi

baik dan kurang dengan diagnosis DBD derajat 3 dan 4 (berat) 26,3%, status gizi

baik dan kurang dengan diagnosis DBD derajat 1 dan 2 ( ringan) 73,7%. Terdapat

pengaruh status gizi dengan derajat demam berdarah p=0,013 (p<0,05). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara status gizi terhadap derajat

demam berdarah di instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang tahun 2011 dengan

odds ratio 3,4 (95% CI 1,258 – 8,973).

Kata Kunci : Status Gizi, Demam Berdarah Dengue

ABSTRACT

Adinda Pramitra Permatasari. Medical Study Programme. The Influence of

nutritional status on dengue hemorrhagic fever in children pediatric ward of

Tangerang District Hospital in 2011. Year 2012

Children with obese will suffer from dengue hemorrhagic fever with a more

severe degree than the malnutrition and good nutritional status. The purpose of this

study was to determine the effect of nutritional status on dengue hemorrhagic fever

in children pediatric ward of Tangerang District Hospital in 2011. This research was

an analytical cross-sectional design. Samples taken by total sampling, (n=98). The

results using the chi square test showed patients obese with a diagnosis of DHF grade

3 and 4 (severe) 54.5%, patients obese with a diagnosis of DHF grade 1 and 2 (mild)

45, 5%, and patients non obese with a diagnosis of DHF grade 3 and 4 (severe)

26.3%, patients non obese with a diagnosis of DHF degrees 1 and 2 (mild) 73.7%.

There is a degree of influence the nutritional status of dengue hemorrhagic fever p =

0.013 (p <0.05). It can be concluded that there is influence of nutritional status on the

degree of dengue hemorrhagic fever in children pediatric ward of Tangerang District

Hospital in 2011 with odds ratio 3,4 (95% CI 1,258 – 8,973).

Keywords: Nutritional Status, Dengue Hemorrhagic Fever

Page 8: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................. iv

KATA PENGANTAR......................................................................... v

ABSTRAK/ABCTRACT.................................................................... vii

DAFTAR ISI........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR........................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN..................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2

1.3 Hipotesis.......................................................................................... 2

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian........................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Demam Berdarah Dengue............................................................... 4

2.1.1 Definisi...................................................................................... 4

2.1.2 Epidemiologi............................................................................. 4

2.1.3 Cara Penularan........................................................................... 5

2.1.3.1 Virus.................................................................................... 5

2.1.3.2 Vektor.................................................................................. 6

2.1.3.3 Host...................................................................................... 6

2.1.3.4 Penularan Virus Dengue...................................................... 7

2.1.4 Patofisiologi............................................................................... 7

2.1.4.1 Sistem Vaskular................................................................... 7

2.1.4.2 Sistem Respon Imun............................................................ 7

2.1.4.3 Trombositopenia.................................................................. 8

2.1.4.4 Sistem Koagulasi dan fibrinolisis........................................ 8

2.1.4.5 Sistem Komplemen............................................................. 9

2.1.4.6 Respon Leukosit.................................................................. 9

2.1.5 Patogenesis................................................................................ 9

2.1.6 Manifestasi Klinis...................................................................... 13

2.1.7 Diagnosis Demam Berdarah Dengue........................................ 15

2.1.7.1 Gejala Klinis demam berdarah dengue................................ 15

2.1.7.2 Data Laboratorium............................................................... 15

2.1.8 Tata Laksana Demam Berdarah Dengue................................... 16

2.1.8.1 Derajat Penyakit................................................................... 16

2.1.8.2 Penatalaksanaan.................................................................... 16

Page 9: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

ix

2.2 Status Gizi....................................................................................... 20

2.2.1.Antropometri............................................................................. 21

2.2.1.1 Berat badan .......................................................................... 21

2.2.1.2 Panjang atau Tinggi badan .................................................. 22

2.2.1.3 Lingkar Kepala..................................................................... 22

2.2.2 Pengaruh Status Gizi terhadap Demam Berdarah Dengue........ 25

2.3 Kerangka Konsep............................................................................

2.4 Definisi Operasional........................................................................

26

27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28

3.1 Desain Penelitian............................................................................. 28

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................... 28

3.3. Populasi dan Sampel....................................................................... 28

3.4 Kritelia Penelitian............................................................................ 29

3.4.1 Kriteria Inklusi........................................................................... 29

3.4.2 Kriteria Eksklusi........................................................................ 29

3.5 Cara Kerja Penelitian....................................................................... 29

3.5.1 Izin Pengambilan Data sekunder penelitian.............................. 29

3.5.2 Alur Penelitian........................................................................... 30

3.6 Manajement Data............................................................................. 30

3.6.1 Pengumpulan Data..................................................................... 30

3.6.2 Pengolahan Data........................................................................ 31

3.6.3 Analisis Data............................................................................. 31

3.6.4 Penyajian Data........................................................................... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................. 32

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian...................................................... 32

4.2 Analisis Hasil Penelitian.................................................................. 38

4.3 Keterbatasan Penelitian................................................................... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................. 42

5.1 Kesimpulan..................................................................................... 42

5.2 Saran............................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 44

LAMPIRAN

Page 10: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Dosis parasetamol menurut kelompok umur .................... 16

Tabel 2.2 Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit 5-8%).... 18

Tabel 2.3 Kebutuhan cairan rumatan.................................................. 18

Tabel 2.4 Indeks status gizi ............................................................... 23

Tabel 2.5 Definisi Operasional........................................................... 27

Tabel 4.1 Karakteristik subyek penelitian.......................................... 32

Tabel 4.2.1 Status gizi pasien DBD anak.............................................. 39

Tabel 4.2.2 Hasil Analisis Bivariat status gizi dengan derajat DBD

anak....................................................................................

39

Page 11: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Virus Dengue....................................................... 5

Gambar 2.2 Patogenesis DBD............................................................... 11

Gambar 2.3 Teori Enhancing Antibody............................................... 12

Gambar 2.4 Fase perjalanan klinis DBD............................................... 14

Gambar 2.5 Tata Laksana Pasien DBD dengan penigkatan >20%....... 19

Gambar 2.6 Tata Laksana Pasien SSD.................................................. 20

Gambar 2.7 Kerangka Konsep.............................................................. 26

Gambar 3.1 Alur Penelitian................................................................... 30

Gambar 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin............................................... 33

Gambar 4.2 Karakteristik Umur Pasien Anak....................................... 34

Gambar 4.3 Karakteristik Bulan Perawatan.......................................... 35

Gambar 4.4 Karakteristik ruang rawat inap.......................................... 36

Gambar 4.5 Karakteristik Keadaan Akhir Pasien.................................. 38

Page 12: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

xii

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

RSUPN : Rumah Sakit Umum Pusat Nasional

RSU : Rumah Sakit Umum

RS : Rumah Sakit

KLB : Kejadian Luar Biasa

DBD : Demam Berdarah Dengue

RNA : Ribonucleic Acid

NS : Nonstruktural

SSD : Sindrom Syok Dengue

Ig : Imunoglobulin

TNF : Tumor Necrosis Factor

IL : Interleukin

FDP : fibrinogen degradation products

ADE : antibody dependent enhancement

PAF : platelet activating factor

USG : ultrasonography

BMI : Body Mass Index

CRP : C Reaktif Protein

PAI : Plasminogen Activator Inhibitor

Page 13: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data rekam medik pasien anak RSUD Tangerang

Lampiran 2. Alat Pengukur

Lampiran 3. Data Hasil Statistika

Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

Page 14: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD), adalah penyakit infeksi yang disebabkan

virus dengue dengan manifestasi klinis demam, perdarahan (terutama di kulit),

hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi darah.1

World Health Organization (WHO)

memperkirakan sekitar 2,5 miliar orang di 100 negara endemik DBD,

mentransmisikan virus dengue sehingga 50 juta infeksi terjadi setiap tahun dengan

500.000 kasus demam berdarah dengue dan 22.000 kematian berasal dari

kalangan anak-anak.2

Di Indonesia, lebih dari 35% dari penduduk negara tinggal di daerah

perkotaan, 150.000 kasus demam berdarah dengue dilaporkan tahun 2007 (rekor

tertinggi) dengan lebih dari 25.000 kasus dilaporkan dari Jakarta dan Jawa Barat.3

Dari database Departemen Kesehatan Republik Indonesia dilaporkan bahwa pada

tahun 2009 terdapat 158.912 penderita demam berdarah dengue di Indonesia. Data

yang sama menunjukkan provinsi DKI Jakarta memiliki insidens DBD tertinggi

(313 kasus per 1000 penduduk).4

Demam berdarah dengue disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B

Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus

Flavivirus, famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis serotipe virus dengue, yaitu ;

DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Terdapat tiga faktor yang memegang

peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor

perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti.5

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan DBD yaitu status imun

setiap individu, strain atau serotipe virus yang menginfeksi, usia pasien, latar

belakang genetik pasien, dan infeksi sekunder dengue.6 Khusus pada keadaan gizi

buruk, semua organ atau sistem dalam tubuh akan berkurang fungsinya, termasuk

sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi hati.7

Page 15: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

2

Menurut penelitian yang dilakukan di Thailand, didapatkan hasil bahwa

sindrom syok dengue lebih sering terjadi pada anak berstatus gizi kurang daripada

anak yang berstatus gizi normal. Hal ini berasal dari data status gizi 4532 anak

dengan infeksi dengue dengan 734 anak diantaranya memiliki indikasi lain (diare

& pneumonia).8

Penelitian yang dilakukan di bagian rawat inap anak Rumah Sakit Umum

Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, Bali, menyimpulkan bahwa obesitas merupakan

faktor risiko terjadinya sindrom syok dengue (SSD) pada anak. Anak yang

obesitas berisiko 4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang tidak

obesitas.9

Penelitian yang dilakukan di enam rumah sakit di Jakarta ( RSUPN Dr Cipto

Mangunkusumo, RSUP Fatmawati, RSU Pasar Rebo, RSU Koja, RSAB Harapan

Kita dan RSU Sumber Waras) saat kejadian luar biasa DBD tahun 2004,

mendapatkan 1818 kasus DBD pada anak usia 0-15 tahun. Penelitian ini

mendapatkan sebagian besar pasien DBD memiliki status gizi baik 42,3%, dan

1,4% pasien DBD yang memiliki status gizi buruk.10

Oleh karena itu, peneliti akan akan mengadakan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap demam berdarah dengue di

instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang periode Januari sampai dengan

Desember 2011.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

Apakah terdapat pengaruh status gizi terhadap beratnya demam berdarah

dengue di instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang periode Januari sampai

dengan Desember 2011 ?

1.3 Hipotesis

Terdapat pengaruh status gizi terhadap beratnya demam berdarah dengue di

instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang periode Januari sampai dengan

Desember 2011.

Page 16: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

3

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh status gizi terhadap beratnya demam berdarah

dengue di instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang periode Januari sampai

dengan Desember 2011.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah pasien anak yang mengalami demam berdarah dengue

di instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang periode Januari sampai

dengan Desember 2011.

2. Untuk mengetahui bahwa pada anak dengan status gizi lebih sangat

berisiko mengalami demam berdarah dengue berat.

1.5 Manfaat Penelitian

1. RSUD Tangerang

Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang

pengaruh status gizi terhadap beratnya demam berdarah dengue.

2. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan

dalam membuat kebijakan-kebijakan di bidang kesehatan di masa

mendatang khususnya dalam penatalaksanaan penderita demam berdarah

dengue pada anak. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi data

dasar bagi penelitian selanjutnya.

3. Peneliti

a. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana

kedokteran.

b. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan

memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan

menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat

penelitian ilmiah.

c. Menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh status gizi

terhadap demam berdarah dengue.

Page 17: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1. Definisi

Demam berdarah dengue (DBD), adalah penyakit infeksi yang disebabkan

virus dengue dengan manifestasi klinis demam tinggi, perdarahan terutama di

kulit, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi.1 Pada demam berdarah dengue

terjadi hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) akibat perembesan plasma.11

Demam berdarah dengue disebabkan virus dengue yang termasuk

kelompok B Arthropod Bone virus (Arboviroses) genus flavivirus, famili

Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

DEN-4.5

2.I.2 Epidemiologi

Sebanyak 1,8 milliar (lebih dari 70%) dari populasi di seluruh dunia yang

tinggal di negara-negara anggota dari WHO, Asia Tenggara, dan Pasifik wilayah

Barat berisiko terkena demam berdarah dengue dan hampir 75% dari beban

penyakit global akibat demam berdarah dengue.3

Wabah demam berdarah adalah masalah kesehatan terbesar di Indonesia,

Myanmar, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste yang berada di zona khatulistiwa

dan musim tropis. Aedes aegypti tersebar luas di perkotaan dan pedesaan, serotipe

virus beredar dan demam berdarah adalah penyebab utama rawat inap dan

kematian pada anak-anak. Lebih dari 35% dari penduduk Indonesia tinggal di

daerah perkotaan, 150.000 kasus dilaporkan pada tahun 2007 (rekor tertinggi)

dengan lebih dari 25.000 kasus dilaporkan dari Jakarta dan Jawa Barat.3

Wabah di Kuba tahun 1981, dilaporkan kasus demam berdarah dengue

pada anak dan dewasa terpajan sama. Hal ini menunjukkan terjadi sindrom

permeabilitas vaskuler akut. Terjadi hampir selalu pada anak usia 14 tahun dan

Page 18: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

5

yang lebih muda. Pada orang dewasa penyakit ini lebih sering disertai fenomena

perdarahan.7

2.1.3 Cara Penularan

2.1.3.1 Virus

Virus dengue (DEN) adalah virus RNA kecil beruntai tunggal yang terdiri

dari empat serotipe yang berbeda (DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4). Virus ini

terkait erat serotipe virus dengue memiliki genus flavivirus, dan famili

flaviviridae.3

Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe

lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai

terhadap serotipe lain tersebut.5 Di Asia genotipe DEN 2 dan DEN 3 sering terkait

dengan penyakit berat yang menyertai infeksi dengue sekunder.3

Gambar 2.1 Struktur Virus Dengue

Sumber : M. Z. Fanani, 2011

Partikel matur dari virus dengue berbentuk bulat dengan diameter 50 nm

yang mengandung beberapa isi dari tiga protein struktural yang berasal dari host,

membran tunggal dan bilayer genom RNA beruntai tunggal.3

Panjang genom virus 11 kb dan genom dengan urutan yang lengkap berguna

untuk isolasi dari keempat serotipe virus dengue.11

Virus DEN virionnya tersusun oleh suatu untaian genom RNA dikelilingi oleh

nukleokapsid, ditutupi oleh suatu envelope (selubung) dari lipid yang

mengandung 2 protein, yaitu selubung protein (E) dan protein membran (M).

Page 19: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

6

Genom RNA virus Dengue mengkode tiga protein struktural, kapsid (C),

membran (M), dan selubung (E) serta tujuh protein nonstruktural, yaitu NS1,

NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5.12

2.1.3.2 Vektor

Berbagai serotipe virus dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti yang terinfeksi. Selain itu, nyamuk Aedes albopictus, Aedes

polynesiensis, dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini

walaupun merupakan vektor yang kurang berperan.3

Nyamuk Aedes aegypti termasuk spesies tropis dan subtropis yang di

distribusikan secara luas di seluruh dunia, terutama di antara garis Lintang 350

Lintang Utara dan 350 Lintang Selatan. Aedes aegypti telah ditemukan sejauh 45

0

lintang utara, tetapi invasi terjadi selama musim panas dan nyamuk tidak bertahan

di musim dingin. Karena suhu yang lebih rendah, Aedes aegypti relatif jarang

ditemukan di atas ketinggian 1000 meter.3

2.1.3.3 Host

Setelah masa inkubasi 4-10 hari, infeksi salah satu virus dari empat serotipe

dapat menghasilkan spektrum yang luas dari penyakit, walaupun infeksi tanpa

gejala atau subklinis. Infeksi primer menyebabkan kekebalan perlindungan

seumur hidup terhadap infeksi serotipe. Individu yang terkena infeksi akan

dilindungi dari penyakit dengan serotipe yang berbeda dalam 2-3 bulan infeksi

primer tetapi tanpa kekebalan jangka panjang.3

Faktor-faktor risiko yang menentukan derajat keparahan penyakit yaitu infeksi

sekunder, usia, etnis, dan mungkin penyakit kronis (asma, anemia sel sabit, dan

diabetes melitus). Pada usia anak, kurang mampu mengkompensasi kebocoran

kapiler sehingga dapat berisiko besar menjadi sindrom syok dengue.3

Virus dengue memasuki tubuh manusia melalui proses gigitan nyamuk yang

menembus kulit. Setelah nyamuk menggigit manusia disusul oleh periode tenang

kurang lebih 4 hari, virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia

virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia) apabila jumlah virus sudah cukup,

dan manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Tubuh memberi reaksi

Page 20: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

7

setelah adanya virus dengue dalam tubuh manusia. Bentuk reaksi terhadap virus

antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda dan

memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit.12

2.1.3.4 Penularan Virus Dengue

Manusia adalah host utama dari virus. Virus dengue yang beredar dalam

sirkulasi darah manusia yang ditularkan oleh nyamuk betina yang terinfeksi. Virus

ini kemudian menginfeksi usus nyamuk dan kemudian menyebar secara sistemik

selama periode 8-12 hari yang selanjutnya siap ditularkan kembali kepada

manusia lainnya. Masa inkubasi ekstrinsik dipengaruhi sebagian oleh kondisi

lingkungan, terutama suhu lingkungan. Aedes agypti adalah salah satu vektor yang

paling efisien untuk arbovirus karena sangat antropofilik dan selalu berada di

dekat manusia.3

2.1.4 Patofisiologi

2.1.4.1 Sistem Vaskular

Patofisiologi primer DBD dan SSD adalah peningkatan akut permeabilitas

vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler.

Hal tersebut menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah.

Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, hal ini didukung

penemuan postmortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi, dan

hipoproteinemia.12

Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi

diabsorpsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan

hemostasis pada DBD dan SSD melibatkan 3 faktor : perubahan vaskuler,

trombositopeni, dan kelainan koagulasi. Hampir semua penderita DBD

mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopeni, dan banyak

diantaranya penderita menunjukkan gangguan koagulasi.12

2.1.4.2 Sistem Respon Imun

Setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak

dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang

Page 21: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

8

berlangsung 5-7 hari. Setelah itu muncul respon imun baik humoral maupun

seluler. 12

Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar

demam hari ke 5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan

menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat

sekitar demam hari ke 14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat

pada hari kedua. Oleh karena itu, diagnosis dini infeksi primer hanya dapat

ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis

infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi

IgG dan IgM yang cepat.12

2.1.4.3. Trombositopenia

Pada kasus DBD, kelainan hematologis ini ditemukan. Nilai trombosit

mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok.

Pada masa konvalesens kadar trombosit akan sangat cepat meningkat dan kadar

trombosit menjadi normal biasanya tercapai 7-10 hari sejak permulaan sakit.

Trombositopenia berhubungan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam

sumsum tulang dan masa hidup trombosit yang pendek akibat meningkatnya

destruksi trombosit. Penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui,

namun beberapa faktor dapat menjadi penyebab yaitu virus dengue, komponen

aktif sistem komplemen, kerusakan sel endotel, dan aktivasi sistem pembekuan

darah secara bersamaan atau terpisah.1

2.1.4.4 Sistem koagulasi dan fibrinolisis

Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyebab terjadinya inflamasi

sistemik yang ditandai dengan meningkatnya kadar berbagai sitokin dalam

sirkulasi seperti TNFα, IL-1, dan IL-6, yang dapat menimbulkan aktivasi sistem

koagulasi dan fibrinolisis pada DBD.1

Kelainan sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan DBD. Masa

perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, dan masa tromboplastin parsial

yang teraktivasi memanjang. Beberapa faktor pembekuan menurun, termasuk

Page 22: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

9

faktor II, V, VII, VIII, X, dan fibrinogen. Pada kasus DBD berat terjadi

peningkatan fibrinogen degradation products (FDP). 1

2.1.4.5 Sistem Komplemen

Sistem komplemen diaktifkan oleh kompleks virus dan antibodi dengan

mensekresikan C3a dan C5a, yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas

dinding pembuluh darah sehingga terjadi ekstravasasi plasma dari intravaskuler

menuju ekstravaskuler.1

Bukti-bukti yang mendukung peran sistem komplemen

pada penderita DBD ialah ditemukannya kadar histamin yang meningkat dalam

urin 24 jam, adanya kompleks imun yang bersirkulasi (circulating immune

complex) baik pada DBD derajat ringan maupun berat, dan adanya korelasi antara

kadar kuantitatif kompleks imun dengan derajat berat penyakit.1

2.1.4.6 Respon Leukosit

Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai lekositosis

sedang. Leukopeni dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan hitung

jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada hari ketiga

sampai kedelapan. Pada sediaan apus darah tepi penderita DBD dapat ditemukan

limfosit bertransformasi atau atipik (20-50%), terutama pada infeksi sekunder.

Limfosit atipik ini merupakan sel berinti satu (mononuklear) dengan struktur

kromatin inti halus dan agak padat, serta sitoplasma yang relatif lebar dan

berwarna biru tua. Limfosit atipik ini dikenal sebagai limfosit plasma biru yang

ditemukan sejak hari ketiga demam.1

2.1.5 Patogenesis

Patogenesis demam berdarah dengue (DBD) dan sindrom syok dengue

(SSD) masih merupakan masalah yang kontroversial karena sejauh ini belum ada

teori yang menjelaskan secara tuntas patogenesis DBD. Secara garis besar ada dua

teori yang banyak dianut untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD

dan SSD yaitu hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection)

dan hypothesis antibody dependent enhancement (ADE).12

Teori infeksi sekunder, menyebutkan bahwa apabila seseorang yang

pernah mendapat infeksi primer virus dengue, akan mempunyai antibodi yang

Page 23: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

10

dapat menetralisasi yang sama (homologous). Tetapi jika orang tersebut

mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi

infeksi yang berat. Pada infeksi selanjutnya, antibodi heterologous yang telah

terbentuk dari infeksi primer akan membentuk kompleks dengan infeksi virus

dengue baru dari serotipe berbeda, namun tidak dapat dinetralisasi virus baru

bahkan membentuk kompleks yang infeksius.12

Akibat adanya infeksi sekunder oleh virus yang heterolog (virus dengan

serotipe lain atau virus lain) karena adanya non-netralising antibodi maka partikel

virus DEN dan molekul antibodi IgG membentuk kompleks virus-antibodi. Ikatan

antara kompleks tersebut dengan reseptor Fc γ pada sel melalui bagian Fc IgG

menimbulkan peningkatan (enhancement) infeksi virus DEN. Kompleks virus-

antibodi meliputi sel makrofag yang beredar dan antibodi tersebut akan bersifat

opsonisasi, internalisasi sehingga makrofag mudah terinfeksi. Makrofag akan

teraktivasi dan akan memproduksi IL-1, IL-6, dan TNF-α dan juga “platelet

activating factor” (PAF). Karena antibodi bersifat heterolog, maka virus tidak

dapat dinetralisasi tetapi bebas bereplikasi di dalam makrofag.12

TNF-α yang terangsang IFN γ maupun makrofag teraktivasi antigen -

antibodi kompleks. Kompleks ini akan menyebabkan kebocoran dinding

pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke jaringan tubuh yang disebabkan

kerusakan endotel pembuluh darah yang mekanismenya sampai saat ini belum

jelas. Hal tersebut akan mengakibatkan syok.12

Patogenesis terrjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary

heterologous infection, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue

yang berlainan pada pasien, mengakibatkan terbentuknya komplek virus - antibodi

yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen, agregasi trombosit, dan

mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah.12

Page 24: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

11

Gambar 2.2 Patogenesis DBD

Sumber : Soegeng Soegijanto, 2008

Teori Infection Enhancing Antibody berdasarkan pada peran sel fagosit

mononuklear merangsang terbentuknya antibodi non - netralisasi. Antigen dengue

lebih banyak didapat pada sel makrofag yang tinggal menetap di jaringan. Pada

kejadian ini antibodi non - netralisasi berupaya melekat pada sekeliling

permukaan sel makrofag yang beredar dan tidak melekat pada sel makrofag yang

menetap di jaringan. Makrofag yang dilekati antibodi non - netralisasi, akan

memiliki sifat opsonisasi, internalisasi, dan akhirnya sel mudah terinfeksi.

Makrofag yang terinfeksi akan menjadi aktif dan akan melepaskan sitokin yang

memiliki sifat vasoaktif atau prokoagulasi diantaranya IL-1, IL-6, dan TNF-α juga

Platelet Activating Factor (PAF). Bahan - bahan mediator tersebut akan

memengaruhi sel – sel endotel dinding pembuluh darah dan sistem hemostatik

yang akan mengakibatkan kebocoran plasma dan perdarahan.12

Page 25: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

12

Gambar 2.3 Teori Enhancing Antibody

Sumber : Soegeng Soegijanto, 2008

Selain kedua teori tersebut masih ada teori-teori lain tentang patogenesis

DBD diantaranya, adalah teori virulensi virus yang mendasarkan pada perbedaan

serotipe virus dengue Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4. Semuanya dapat

ditemukan pada kasus yang fatal, tetapi berbeda antara daerah yang satu dengan

yang lain.12

Teori antigen-antibodi, menjelaskan bahwa pada penderita DBD terjadi

penurunan aktivitas sistem komplemen yang ditandai dengan penurunan kadar C3,

C4, dan C5. Empat puluh delapan sampai tujuh puluh dua persen penderita DBD

terbentuk kompleks imun antara IgG dengan virus dengue, selanjutnya kompleks

imun tersebut dapat menempel pada trombosit, sel B, dan sel dalam organ tubuh

lain. Terbentuknya kompleks imun tersebut akan memengaruhi aktivitas

komponen sistem imun yang lain.12

Teori mediator, menjelaskan bahwa makrofag yang terinfeksi virus dengue

akan melepas berbagai mediator seperti interferon, IL-1, IL-6, IL-2, TNF-α, dan

lain-lain. Diperkirakan mediator dan endotoksin bertanggung jawab atas

terjadinya syok septik, demam, dan peningkatan permeabilitas kapiler.12

Gigitan Nyamuk Virus melekat pada reseptor monosit

Monosit terinfeksi Mekanisme

eferen

Mekanisme

aferen

Hati, limpa,

usus, sum -

sum tulang

Komplemen

Viremia

Tromboplastin Mediator Kimiawi

Aktivasi sistem

koagulasi

Sitokin

Permeabilitas

Kapiler

Page 26: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

13

2.1.6 Manifestasi Klinis

Terdapat 4 gejala utama penyakit DBD, yaitu demam tinggi, fenomena

perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Gejala lain adalah perasaan

tidak enak di daerah epigastrium, nyeri di bawah lengkung iga kanan, atau

kadang-kadang nyeri perut dapat dirasakan di seluruh perut.1

Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase

kritis, dan fase pemulihan.

1. Fase febris.

Biasanya demam mendadak tinggi 2-7 hari, disertai muka kemerahan,

eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia, dan sakit kepala.

Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, faring hiperemis, injeksi

konjungtiva, anoreksia, mual, dan muntah. 3

Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti petekie,

perdarahan mukosa, dan dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan

perdarahan gastrointestinal walaupun jarang. Hepatomegali timbul saat

beberapa hari setelah demam.3

2. Fase kritis.

Terjadi pada hari ke 3-7 dengan penurunan suhu tubuh menjadi 37,5-380C

atau kurang, disertai peningkatan permeabilitas kapiler secara paralel

dengan hematokrit menigkat, merupakan tanda awal fase kritis. Timbulnya

kebocoran plasma biasanya berlangsung selama 24-48 jam. Kebocoran

plasma sering didahului oleh leukopeni progresif disertai penurunan hitung

trombosit.3

Tingkat kebocoran plasma bervariasi. Efusi pleura dan asites secara klnis

terdeteksi tergantung pada tingkat kebocoran plasma dan volume dari

terapi cairan. Foto dada dan USG abdomen sangat berguna untuk

penegakan diagnosis. Tingkat kenaikan hematokrit juga merupakan dasar

yang menggambarkan tingkat keparahan kebocoran plasma.3

Syok dapat terjadi ketika volume plasma menghilang melalui kebocoran

plasma, hal ini sering ditandai dengan suhu tubuh di bawah normal.

Dengan syok berkepanjangan akan menyebabkan hipoperfusi organ,

Page 27: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

14

penurunan nilai organ, asidosis metabolik, dan koagulasi intravaskular

diseminata. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan yang parah dan

hematokrit menjadi turun saat syok berat. Selain itu, penurunan fungsi

organ yang berat seperti hepatitis, ensefalitis atau miokarditis, dan atau

perdarahan berat juga dapat berkembang tanpa kebocoran plasma atau

syok.3

3. Fase pemulihan.

Bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari

ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya.

Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali,

hemodinamik stabil, dan diuresis membaik.3

Beberapa pasien mungkin memiliki rash, pruritus, bradikardi, dan

perubahan pada fase ini. Hematokrit akan stabil atau lebih rendah karena

efek pengenceran dari reabsorpsi cairan. Jumlah sel darah putih akan naik

segera setelah suhu normal dibandingkan jumlah trombosit. Gangguan

pernapasan dari efusi pleura dan asites akan terjadi bila pemberian cairan

intravena yang berlebihan. Selama fase kritis atau fase pemulihan, terapi

cairan yang berlebihan berhubungan dengan edema paru dan gagal jantung

kongestif.3

Gambar 2.4 Fase perjalanan klinis DBD

Sumber : WHO, 2009

Page 28: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

15

2.1.7 Diagnosis Demam Berdarah Dengue

2.1.7.1 Gejala klinis demam berdarah dengue.

Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus

menerus selama 2-7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :

- Uji bendung positif.

- Petekie, ekimosis, purpura.

- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi.

- Hematemesis atau melena.

Pembesaran hati.

Syok, ditandai frekuensi denyut nadi teraba cepat dan lemah sampai tidak

teraba, penyempitan tekanan nadi ( ≤ 20 mmHg), hipotensi sampai tidak

terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time

memanjang (> 2 detik), dan pasien tampak gelisah.11

2.1.7.2 Data Laboratorium

Trombositopenia (100 000/μl atau kurang).

Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler,

dengan manifestasi sebagai berikut :

- Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar.

- Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan.

- Efusi pleura/perikardial, asites, dan hipoproteinemia.11

Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau

hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis kerja DBD.11

Kelainan hematologis lain yaitu waktu perdarahan memanjang, kadar

protombin menurun (jarang ditemukan < 40% kontrol), kadar fibrinogen mungkin

subnormal dan produk-produk pecahan fibrin naik, kenaikan kadar transaminase

serum, konsumsi komplemen, asidosis metabolik ringan dengan hiponatremia,

dan kadang-kadang hipokloremia, sedikit kenaikan urea nitrogen serum, dan

hipoalbuminemia. Roentgenogram dada menunjukkan efusi pleura pada hampir

semua penderita.7

Page 29: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

16

2.1.8 Tata Laksana Demam Berdarah Dengue

2.1.8.1 Derajat Penyakit

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat

sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi):

Derajat 1 : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya menifestasi

perdarahan ialah uji bendung.

Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain.

Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,

tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,

sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak

gelisah.

Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan

darah tidak terukur.11

2.1.8.2 Penatalaksanaan

Tata laksana bersifat simptomatik dan suportif. Antipiretik kadang-kadang

diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi

lama demam pada DBD. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam.

Pemberian parasetamol dapat disederhanakan seperti tertera pada tabel 2.1.5

Tabel 2.1 Dosis parasetamol menurut kelompok umur

Umur (tahun) Parasetamol (tiap kali pemberian)

Dosis (mg) Tablet (1 tab = 500mg)

<1 60 1/8

1-3 60-125 1-8-1/4

4-6 125-250 1/4-1/2

7-12 250-500 1/2-1

Sumber : Depkes, 2005

Page 30: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

17

Pengobatan suportif lain yang dapat diberikan antara lain larutan oralit, larutan

gula garam, jus buah, susu, dan lain-lain. Apabila pasien mulai terlihat tanda -

tanda dehidrasi pemberian cairan oral dapat diberikan untuk mencegah dehidrasi.

Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam 4-6 jam pertama. Setelah

keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100 ml/kg BB

dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih minum ASI, tetap harus diberikan ASI

selain larutan oralit. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak

dapat minum, muntah, atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena

rumatan perlu diberikan.5

Peningkatan nilai hematokrit 10-20% menandakan pasien memasuki fase

kritis dan memerlukan pengobatan cairan intravena apabila pasien tidak dapat

minum oral. Pasien harus dirawat dan diberikan cairan sesuai kebutuhan. Tanda

vital, hasil laboratorium, asupan dan keluaran cairan harus di catat dalam lembar

khusus. Penurunan hematokrit merupakan tanda-tanda perdarahan. Umumnya

pada fase ini pasien tidak dapat makan dan minum karena anoreksia dan muntah.

Kewaspadaan perlu ditingkatkan pada pasien dengan risiko tinggi, seperti bayi,

DBD derajat III dan IV, berbadan gemuk, perdarahan berat, dan penurunan

kesadaran.13

Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan

kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam larutan NaCl 0,45%.

Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46% 1-2 ml/kgBB intravena

bolus perlahan-lahan. Apabila terdapat hemokonsentrasi 20% atau lebih maka

komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume dan

komposisi cairan yang diperlukan sesuai cairan untuk dehidrasi diare ringan

sampai sedang, yaitu cairan rumatan + defisit 6% (5 sampai 8%), seperti tertera

pada tabel 2.2 di bawah ini. Jenis cairan adalah golongan kristaloid (ringer laktat,

atau ringer asetat) dan koloid.5

Page 31: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

18

Tabel 2.2 Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit 5-8%)

Berat badan waktu masuk RS Jumlah cairan ml/kg berat badan perhari

<7 220

7-11 165

12-18 132

>18 88

Sumber : Depkes, 2005

Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur

dan berat badan pasien serta derajat kehilangan plasma, yang sesuai dengan

derajat hemokonsentrasi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan

berat badan ideal untuk anak umur yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat

diperhitungan dari tabel 2.3 berikut.5

Tabel 2.3 Kebutuhan cairan rumatan

Berat Badan (kg) Jumlah cairan (ml)

10 100 per kg BB

10-20 1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)

>20 1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)

Sumber : Depkes, 2005

Kemampuan untuk memberi cairan sesuai kebutuhan pada fase ini

menentukan prognosis. Sebagian pasien sembuh setelah pemberian cairan

intravena, sedangkan pasien dengan kondisi berat atau tidak mendapat cairan

sesuai dengan kebutuhan akan jatuh ke dalam fase syok. Pemberian cairan

intravena sebelum terjadi kebocoran plasma sebaiknya dihindarkan karena dapat

menimbulkan kelebihan cairan. Pemantauan tanda vital pada fase kritis bertujuan

untuk mewaspadai gejala syok.13

Dengue berat harus dipertimbangkan apabila ditemui bukti adanya

kebocoran plasma, perdarahan bermakna, penurunan kesadaran, perdarahan

saluran cerna, atau gangguan organ berat. Tata laksana dini pemberian cairan

untuk penggantian plasma dengan kristaloid dapat mencegah terjadinya syok

sehingga menghindari terjadinya penyakit berat. Apabila terjadi syok, maka

Page 32: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

19

berikan cairan sebanyak-banyaknya 10-20 ml/kgBB atau tetesan lepas selama 10-

15 menit sampai tekanan darah dan nadi dapat diukur, kemudian turunkan sampai

10 ml/kg/jam. Berikan oksigen pada kasus dengan syok.13

Setelah itu ulangi pemeriksaan hematokrit. Apabila ada kenaikan

hematokrit, ganti cairan dengan koloid yang sesuai (diindikasikan pada keadaan

syok berulang atau syok berkepanjangan), dengan tetesan 10 ml/kg/jam. Apabila

syok masih berkepanjangan dan didapatkan penurunan hematokrit, maka mungkin

terdapat perdarahan bermakna yang memerlukan transfusi darah. Apabila ada

penurunan hematokrit dan tanda vital yang tidak stabil meski sudah telah diberi

cairan pengganti dengan volume cukup banyak, berikan packed red cell (PRC) 5

ml/kg/kali. Apabila tidak tersedia, dapat diberikan sediaan darah segar 10

ml/kg/kali.13

Gambar 2.5 Tata Laksana Pasien DBD dengan penigkatan >20%

Sumber : WHO, 1997

Page 33: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

20

2.2 Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran yang digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi.14

Status gizi ialah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan

antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)

oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan,

aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lain sebagainya). Jika terdapat

ketidakseimbangan antara jumlah asupan dan dibutuhkan yang dibutuhkan untuk

fungsi biologis maka akan terjadi penurunan / peningkatan status gizi.15

Penilaian status gizi pada pasien anak merupakan hal yang terpenting

dalam perawatan karena status gizi dapat mempengaruhi respon penyakit pasien

tersebut. Pada pasien anak status gizi harus diperhatikan karena pada pasien anak

tejadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh genetik dan

juga bersamaan dengan penyakit lain selain status gizi. Dengan demikian,

Tanda Vital Tidak Stabil

Urine Output menurun

Tanda syok

Segera, Penggantian Volume cepat 10-20 ml/kg

Ringer laktat, Ringer’s Acetat atau 5% glukosa dalam cairan fisiologis dengan IV bolus ( diulangi jika diperlukan)

Perbaikan Tidak Ada Perbaikan

Sesuai Terapi IV (sesuai

gambar 2.5) )

Oksigen

Hematokrit Menurun Hematokrit meningkat

Transfusi Darah

(10 ml/kg) jika hematokrit

masih >35%

10-20 ml//kg plasma, plasma

substitutes atau 5% albumin,

seperti bolus IV (diulangi

jika diperlukan)

Gambar 2.6 Tata Laksana Pasien SSD

Sumber : WHO, 1997

Page 34: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

21

penilaian status gizi merupakan bagian terpenting dalam hal evaluasi klinis dan

perawatan pada pasien anak.16

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi dalam lingkungan

masyarakat itu sendiri, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan

adalah antropometri gizi.14

2.2.1 Antropometri

Antropometri digunakan untuk menilai dan memprediksi kinerja,

kesehatan dan kelangsungan hidup individu baik dari segi kesejahteraan sosial dan

ekonomi. Antropometri sering digunakan karena murah dan tidak invasif untuk

mengukur status gizi secara umum dalam populasi. 17

2.2.1.1 Berat Badan

Berat badan adalah pengukuran status gizi secara keseluruhan dengan usia,

jenis kelamin, dan panjang/tinggi badan diperlukan untuk interpretasi yang

optimal. Berat badan seharusnya diukur di tempat terang dan tidak menggunakan

pakaian. Bayi tidak menggunakan popok. Berat badan dicatat dengan ketepatan

0,01 kg pada bayi dan 0,1 kg pada anak yang lebih tua.16

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan,

antara lain :

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara

periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas

di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan

penjelasan secara meluas.

4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan

pengukur.

Page 35: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

22

5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk

pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan

sebagai dasar pengisiannya.

6. Karena masalah umur merupakan faktor untuk penilaian status gizi, berat

badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan sebagai indeks yang tidak

tergantung pada umur.

7. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang

tinggi dengan menggunakan timbangan gantung yang sudah dikenal oleh

masyarakat.18

2.2.1.2 Panjang atau Tinggi Badan

Pengukuran panjang atau tinggi badan sangat penting untuk memantau

status gizi jangka panjang. Untuk bayi baru lahir sampai usia 2 atau 3 tahun,

pengukuran panjang badan menggunakan papan ukur dan juga dibutuhkan 2 orang

pengukur. Posisi orang pertama yaitu lurus dengan kepala bayi yang melawan

bagian kepala ranjang. Posisi orang kedua memegang lutut bayi sejajar dengan

meja dan tumit sejajar dengan papan kaki, sehingga mencegah mencegah

pergerakan bayi saat diukur.16

Berdasarkan Irene E, Olsen, Maria R, Mascarenhas dan Virginia AS

menyatakan bagi anak-anak yang dapat berdiri sendiri, tinggi badan diukur

dengan menggunakan stadiometer. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

pakaian yang tidak tebal dan tidak memakai alas kaki untuk memungkinkan

pemeriksa memeriksa dengan posisi yang benar. Selama pengukuran, anak berdiri

tegak, kedua kaki, tumit, pantat dan bagian belakang dari kepala menempel pada

stadiometer dan menatap ke depan. Pengukuran panjang dan tinggi badan dicatat

dengan ketepatan terdekat sampai 0,1 cm.16

2.2.1.3 Lingkar Kepala

Pertumbuhan kepala terutama karena perkembangan otak, yang paling

cepat yaitu dalam 3 tahun pertama kehidupan. Pengukuran lingkar kepala

merupakan komponen penilaian status gizi pada anak sampai usia 3 tahun. Ini

lebih lama pada balita yang memliki risiko tinggi status gizi. Lingkar kepala

Page 36: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

23

merupakan indikator yang kurang sensitif bila dibandingkan dengan berat badan

dan tinggi badan. Lingkar kepala tidak dapat digunakan pada anak yang menderita

hidrosefalus.16

Lingkar kepala diukur dengan menempatkan pita ukur pada supraorbital

sampai dengan oksipital. Pengukuran harus dicatat dengan nilai kesalahan 0,1

cm.16

Berdasarkan Bruce Cogill dari Anthropometric Indicators Measurement

Guide terdapat 3 indikator yang biasa digunakan untuk menilai status gizi pada

anak :

a. Berat badan terhadap umur.

b. Tinggi badan atau panjang badan terhadap umur.

c. Berat badan terhadap tinggi badan atau panjang badan.17

Dalam antropometri gizi digunakan indeks antropometri sebagai dasar

penilaian status gizi, beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu

Berat badan menurut Umur (BB/U), Tinggi badan menurut Umur (TB/U), dan

Berat badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). 19

Diantara bermacam-macam indeks antropometri, BB/U merupakan indikator

yang paling umum digunakan sejak tahun 1972. Indeks BB/U adalah pengukuran

total berat badan termasuk air, lemak, tulang, dan otot.19

Page 37: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

24

Dalam menentukan klasifikasi status gizi, penelitian ini menggunakan

kurva pertumbuhan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) 2000.

Kurva ini tersedia untuk anak laki-laki dan perempuan usia 0 hingga 36 bulan

untuk berat badan, panjang, lingkar kepala. Tersedia pula kurva usia 2 sampai 20

tahun untuk berat badan, tinggi badan, BMI (Body Mass Index) terhadap usia, dan

berat badan terhadap tinggi badan. 16

BB/U dibandingkan dengan acuan standard (CDC 2000) dan dinyatakan

dalam persentase :

1. > 120% : Gizi Lebih.

2. 80-120% : Gizi baik.

3. 60-80% : Tanpa edema ; Gizi kurang.

Dengan edema ; Gizi buruk (kwasiorkhor).

4. < 60% : Gizi buruk : tanpa edema (marasmus).

Dengan edema (marasmus-kwasiorkhor).20

Interpretasi dari TB/U dengan acuan standard (CDC 2000) dan dinyatakan

dalam persentase :

1. 90-110% : baik/normal.

2. 70-89% : tinggi kurang.

3. < 70% : tinggi sangat kurang.20

BB/TB (%) = Interpretasi dari BB/TB dengan acuan standard (CDC 2000

dan dinyatakan dalam persentase :

1. >120% : obesitas.

2. 110-120% : overweight.

3. 90-110% : normal.

4. 70-90% : gizi kurang.

5. < 70% : gizi buruk.20

Page 38: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

25

2.2.2 Pengaruh Status Gizi terhadap Demam Berdarah Dengue

Menurut penelitian yang dilakukan di Thailand, didapatkan hasil status

gizi kurang kemungkinan terjadi sindrom syok dengue lebih tinggi dari pasien

dengan satus gizi normal. Hal ini berasal dari data status gizi 4532 anak dengan

infeksi dengue dengan 734 anak diantaranya memiliki penyakit lain (diare dan

penumonia).8

Penelitian yang dilakukan di bagian rawat inap anak Rumah Sakit Umum

Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar Bali, menyimpulkan bahwa obesitas adalah

faktor risiko terjadinya sindrom syok dengue pada anak. Besarnya risiko sindrom

syok dengue pada anak obesitas 4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan anak

tidak obesitas.9

Penelitian yang dilakukan di enam rumah sakit di Jakarta ( RSUP dr Cipto

Mangunkusumo, RSUP Fatmawati, RSU Pasar Rebo, RSU Koja, RSAB Harapan

Kita dan RSU Sumber Waras) saat KLB DBD 2004, didapatkan 1818 kasus

DD/DBD usia 0-15 tahun dan dilaporkan sebagian besar pasien DD dan DBD

memiliki status gizi baik, 1,4% pasien DBD diantaranya memiliki status gizi

buruk.10

Page 39: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

26

2.3 Kerangka Konsep

Penelitian ini menunjukkan pengaruh status gizi terhadap penyakit demam

berdarah dengue di RSUD Tangerang 2011. Status gizi lebih menyebabkan

penimbunan jaringan adiposa yang berlebih sehingga terjadi peningkatan sitokin

pro inflamasi. Sitokin menyebabkan peningkatan kejadian pada penderita DBD,

ditambah patogenesis DBD berdasarkan teori Infection Enhancing Antibody dan

teori mediator makrofag yang terinfeksi virus dengue, akan menjadi aktif dan

akan melepaskan sitokin yang memiliki sifat vasoaktif atau prokoagulasi

diantaranya IL-1, IL-6, dan TNF-α juga Platelet Activating Factor (PAF). Bahan-

bahan mediator tersebut akan memengaruhi sel-sel endotel dinding pembuluh

darah dan sistem hemostatik yang akan mengakibatkan kebocoran plasma dan

perdarahan.

Gambar 2.7 Kerangka Konsep

Keterangan :

Status Gizi BB/U

Kurang Baik Lebih

Obesitas

Penimbunan

Jaringan

Adiposa

berlebihan

Sekresi

sitokin pro

inflamasi

Derajat Demam

Berdarah

Berat Ringan

sel endotel

pembuluh

darah

Kebocoran Plasma ↑ Perdarahan ↑

= Variabel yang diteliti

= Hubungan yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang tidak diteliti

Page 40: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

27

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.5 Definisi Operasional

No

.

Variabel Definisi Pengukur Alat

ukur

Cara

Pengukuran

Skala

Pengukuran

1. Demam

berdarah

dengue

Penyakit infeksi yang

disebabkan virus

dengue dengan

manifestasi klinis

demam, perdarahan

terutama dikulit,

hepatomegali, dan

kegagalan peredaran

darah.

Derajat

DBD

menurut

WHO

1997

Derajat

DBD

penderita

dinyatakan

dokter

berdasarkan

diagnosis

terakhir saat

pasien

pulang

Kriteria

DBD

menurut

WHO 1997

dibeda

kan menjadi

2 kelompok,

yaitu :

Kelompok

Demam

Dengue,

DBD grade

1 dan 2

(Ringan) dan

Kelompok

DBD grade

3 dan 4

(Berat)

Kategorik

Ordinal

2. Anak Anak-anak antara

usia 0–14 tahun

karena di usia inilah

risiko cenderung

menjadi besar.

Identitas

dalam

rekam

medik

Identitas

dalam rekam

medik

Identitas

dalam rekam

medik

Kategorik

Ordinal

3. Status

Gizi

Terdiri

dari:

Umur

Berat

Badan

keadaan tubuh

sebagai akibat

konsumsi makanan

dan penggunaan zat-

zat gizi.

Durasi atau lamanya

seseorang hidup

salah satu ukuran

yang memberikan

gambaran massa

jaringan, termasuk

cairan tubuh.

Mengukur

BB/U

Kurva CDC

2000

Memplot

BB/U pada

kurva CDC

2000

dibedakan

menjadi

status gizi

kurang, baik,

dan lebih

Kategorik

Ordinal

Page 41: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik bivariat. Penelitian ini

menggunakan studi cross sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik RSUD Tangerang. Waktu

penelitian adalah pada bulan 27 Juni – 4 Agustus 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien DBD yang dirawat di

instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang. Sedangkan populasi terjangkaunya

adalah seluruh pasien DBD di instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang periode

Januari sampai Desember 2011. Sampel yang ditargetkan pada penelitian ini

minimal sebanyak 62 orang.

Dihitung dengan rumus yang menggunakan :

Diketahui :

OR : 4,927 (kepustakaan)9

P2 : 0,434 (kepustakaan)9

= 55,7

Ditambah 10%, Jadi besar sample yang diambil adalah 61,27. Dibulatkan menjadi

62

Pada penelitian ini, pengambilan sampel secara keseluruhan (total sampling).

Page 42: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

29

3.4 Kriteria Penelitian

3.4.1 Kriteria Inklusi :

1. Data pasien anak yang terdiagnosis pasti DBD.

Derajat 1 : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya menifestasi

perdarahan ialah uji bendung.

Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain.

Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,

tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau

hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab,

dan anak tampak gelisah.

Derajat IV: Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan

tekanan darah tidak terukur.11

2. Data pasien DBD di instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang periode

bulan Januari sampai dengan Desember 2011, data pasien anak berumur

<14 tahun.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Data pasien anak yang tidak terdiagnosis pasti demam berdarah dengue.

2. Data rekam medik yang tidak lengkap.

3.5 Cara Kerja Penelitian

3.5.1 Izin Pengambilan Data Sekunder Penelitian

Data sekunder penelitian berupa rekam medik pasien anak yang

terdiagnosis DBD dan mendapat izin dari RSUD Tangerang setelah

diajukan permohonan.

Page 43: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

30

3.5.2 Alur Penelitian

3.6 Manajement Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Data diperoleh dari bagian rekam medik RSUD Tangerang. Data berupa

rekam medik pasien DBD di Instalasi rawat inap anak RSUD Tangerang periode

bulan Januari sampai dengan Desember 2011.

Pengajuan Judul Penelitian

Persetujuan Pembimbing

Izin Rumah Sakit

Bagian Rekam Medik

Pembuatan Proposal

Pembuatan surat izin

penelitian ke RSUD

Tangerang

Pengambilan Data

Demam berdarah dengue

pada anak

Pengolahan Data

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Page 44: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

31

3.6.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for

Windows versi 16.

3.6.3 Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan analitik data uji chi-square.

3.6.4 Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tekstural, grafikal, dan tabular.

Page 45: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Pada periode Januari sampai dengan Desember 2011 dijumpai 121 pasien

DBD dirawat di bagian anak, RSUD Tangerang. Dari 121 pasien tersebut hanya

98 pasien yang memiliki data lengkap dan digunakan untuk analisis data. Kriteria

pasien anak dalam penelitian ini adalah anak dengan usia 0-14 tahun.

Tabel 4.1 Karakteristik subyek penelitian (n=98)

Karakteristik n % Rerata (SD)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Umur

0-5 tahun

6-10 tahun

11-14 tahun

Berat Badan (kilogram)

Status Gizi

Lebih

Baik

Kurang

51

47

27

54

17

-

22

46

30

52

48

27,6

55,1

17,3

22,4

46,9

30,6

-

-

-

-

-

25,69 (13,597)

-

-

-

Bulan Perawatan

Musim Hujan (Oktober – April)

Musin Kemarau (Mei - September)

61

37

62,2

37,8

-

-

Lama Rawat Inap (hari) - 4,96 (2,149)

Demam hari (hari) - 4,15 (1,187)

Ruang rawat inap

Kelas 1

Kelas 2

Kelas 3

Ruang ICCU

18

18

59

3

18.4

18,4

60,2

3,1

-

-

-

-

Kadar Trombosit saat hari pertama

rawat inap

-

89.084 (60.873)

Kadar Hematokrit awal -

38.33 (6.075)

Kadar Hematokrit tertinggi selama

rawat inap

- 48,13 (2,693)

Outcome

Sembuh

Meninggal

95

3

96,9

3,1

-

-

Page 46: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

33

Subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin dari 98 pasien anak terdiri

dari 51 orang (52%) anak laki-laki, dan 47 orang (48%) anak perempuan, dengan

rentang umur antara 0-14 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih

banyak terkena DBD dibandingkan dengan perempuan.

Temuan ini tidak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan di bagian

anak RSUD Ulin Banjarmasin yang mendapatkan bahwa distribusi jenis kelamin

pada anak laki-laki 66 orang (54,6%) lebih banyak dibandingkan dengan anak

perempuan 57 orang (45,4%) dari 123 kasus.21

Anak laki-laki memiliki angka kesakitan yang lebih tinggi dibanding anak

perempuan, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan dalam hal jenis kelamin

terhadap angka kesakitan DBD. Meskipun hasil penelitian lain menunjukkan pola

kejadian yang sama.22

Gambar 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin

Berdasarkan penggolongan umur, subjek penelitian ini didominasi oleh

anak berumur 6-10 tahun sebanyak 54 orang (55,1%), selanjutnya kelompok umur

0-5 tahun sebanyak 27 orang (27,6%), dan kelompok 11-14 tahun 17 orang

(17,3%).

Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di bagian

anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang mendapatkan bahwa kasus DBD lebih

banyak terjadi pada anak usia 6-10 tahun (usia sekolah dasar).22

Hal ini ditemukan

51

47

45

46

47

48

49

50

51

52

Laki-laki Perempuan

52%

48%

Page 47: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

34

juga pada penelitian di RS. M. Djamil Padang yang mendapatkan kelompok usia

terbanyak 5 – 10 tahun (49,8%).23

Menurut penelitian oleh Raihan dkk di bagian anak RSUP Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta mendapatkan bahwa kerentanan untuk terjadi syok relatif

konstan antara umur 4 sampai 12 tahun dan menurun pada usia remaja.

Kemungkinan disebabkan karena pada anak yang lebih muda endotel pembuluh

darah kapiler lebih rentan terjadi pelepasan sitokin sehingga terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler. Selain itu perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena

terjadinya perubahan pola transmisi. Awal era DBD transmisi umumnya terjadi di

rumah namun saat ini telah beralih ke fasilitas publik seperti sekolah dan tempat

bermain anak-anak sehingga banyak kasus ditemukan pada usia sekolah.24

Kejadian DBD pada usia lebih dari 5 tahun bahkan dewasa berhubungan

dengan teori secondary heterolog infection bahwa penyakit akan muncul apabila

seseorang setelah terinfeksi virus dengue untuk pertama kali kemudian

mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue serotipe lain dalam jarak waktu 6

bulan sampai 5 tahun.9

Gambar 4.2 Karakteristik Umur Pasien Anak

Rerata berat badan subyek penelitian adalah 25,69 ± 13,597 kg dengan

berat badan terkecil 6 kg dan berat badan terberat 62 kg. Kekurangan dari rerata

berat badan ini adalah perbedaan yang terlalu jauh antara berat badan yang

teringan dan terberat. Hal ini disebabkan karena rerata berat badan yang dinilai

umur 0-14 tahun. Subyek penelitian berdasarkan status gizi sebagian besar yaitu

27

54

17

0

10

20

30

40

50

60

0-5 tahun 6-10 tahun 11-14 tahun

27,6%

55,1%

17,3%

Page 48: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

35

memiliki status gizi baik 46 orang (46,9%), selanjutnya status gizi kurang 30

orang (30,6%), dan status gizi lebih 22 orang (22,4%).

Penelitian yang dilakukan oleh Saniathy E, Arhana BNP, Suandi IKG,

Sidiartha IGL di bagian rawat inap anak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Sanglah Denpasar Bali memperoleh rerata berat badan pada kasus DBD syok

yaitu 29,5 ± 13,0 kg sedangkan pada kasus DBD tidak syok yaitu 26,4 ± 12,2 kg.9

Berat badan merupakan salah satu indikator untuk menentukan status gizi

anak. Semakin tinggi angka berat badan anak, maka anak tersebut mempunyai

status gizi lebih. Status gizi seseorang sangat berkaitan dengan respon imun

tubuh. Seorang anak yang memiliki status gizi lebih akan terjadi peningkatan

dalam mensekresikan dan melepaskan sitokin pro inflamasi, sehingga mempunyai

peluang besar menjadi SSD.9

Berdasarkan bulan perawatan dijumpai sebagian besar 61 orang (62,2%)

pasien anak menderita saat musim hujan periode bulan Oktober sampai dengan

April. Saat musim kemarau periode bulan Mei sampai dengan September

didapatkan 37 orang (37,8%) pasien anak.

Hasil tersebut di temukan juga pada penelitian di Palembang yang

menghubungkan antara peningkatan curah hujan dengan peningkatan kasus DBD

anak yang dirawat di tiga rumah sakit di Palembang. Terdapat korelasi antara

curah hujan dengan peningkatan jumlah kasus DBD yang dirawat.25

Gambar 4.3 Karakteristik Bulan Perawatan

61

37

0

10

20

30

40

50

60

70

musim hujan(oktober-april)

musim kemarau(mei-september)

62,2%

37,8%

Page 49: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

36

Rerata lama rawat inap subyek penelitian ini adalah 4,96 ± 2,149 hari

dengan rawat inap terlama 16 hari. Rerata pasien masuk rumah sakit demam hari

ke 4,15 ±1,187 dengan riwayat demam masuk terlama hari ke 7.

Hasil penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian di bangsal anak

RSUP Dr. Kariadi Semarang ditemukan hasil rerata lama perawatan adalah 5,2 ±

4,41 hari, dengan lama perawatan terpanjang 23 hari. Rerata hari demam sebelum

dirawat adalah 4,1 ± 1,57 hari.26

Penelitian pada bagian anak RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta,

hampir 80% pasien anak dirawat setelah mengalami demam tiga hari di rumah

atau sakit hari keempat.24

Lama sakit menentukan perjalanan penyakit DBD berada pada suatu fase

dari tiga fase yang ada yaitu fase demam (hari sakit ke 1-3), fase kritis/syok (hari

sakit ke 4-7) kebocoran plasma terhebat terjadi setelah demam 3 hari dan

berlangsung selama 24-48 jam. Fase penyembuhan yaitu apabila fase kritis

terlewati dan terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler

secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya (hari sakit lebih dari 7).24

Berdasarkan penggolongan kelas rawat inap, subjek sebagian besar berada

di kelas 3 sebanyak 59 orang (60,2%), selanjutnya kelas 2 sebanyak 18 orang

(18,4%) dan kelas 1 sebanyak 18 orang (18,4%). Pasien anak yang datang dengan

keadaan kritis langsung masuk ke ruang ICCU sebanyak 3 orang (3,1%).

Gambar 4.4 Karakteristik ruang rawat inap

18 18

59

3

0

10

20

30

40

50

60

70

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Ruang ICCU

18,4%

60,2%

18,4% 3 (3,1%)

Page 50: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

37

Kadar trombosit saat hari pertama penderita masuk rumah sakit atau

demam hari ke 4 , rata-rata 89.084/mm3 ± 60.873/mm

3. Ditemukan juga hal yang

sama, di bagian anak RSUPN CM Jakarta yaitu kadar trombosit 50.000-

100.000/mm3 sebesar 67,4%.

24

Mekanisme terjadinya trombositopenia pada DBD/SSD kemungkinan

bersifat multifaktorial. Terdapat beberapa asumsi mengenai keadaan ini,

diantaranya menyatakan bahwa kombinasi dari difusi cedera sel endotel,

peningkatan aktivasi platelet, dan disseminated intravascular coagulation akan

mengakibatkan peningkatan konsumsi trombosit.

Trombositopenia di bawah 100.000/mm3 merupakan salah satu kriteria

diagnosis DBD, nilai trombosit mulai menurun pada masa demam hari ke 3 dan

mencapai nilai terendah pada masa syok. Beberapa studi menunjukkan bahwa

keadaan trombositopenia tidak dapat digunakan dalam menilai derajat suatu

penyakit DBD/SSD. Sehingga trombositopenia hanya digunakan sebagai salah

satu kriteria laboratoris dalam menegakkan diagnosis DBD/SSD.27

Kadar hematokrit awal pada pasien anak DBD dalam penelitian ini antara

25-53% dengan rerata kadar hematokrit 38,33% ± 6.075. Kadar hematokrit

tertinggi selama rawat inap pada pasien anak DBD dalam penelitian ini antara 42-

55% dengan rerata 48,13 ± 2,693.

Hal ini ditemukan sama pada penelitian yang dilakukan pada RS. M.

Djamil Padang, terdapat pasien anak DBD dengan kadar hematokrit <42% pada

saat masuk.23

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RSUPN CM Jakarta

berdasarkan karakteristik hematokrit, ditemukan kadar hematokrit >42% sebesar

54,3% dari pasien DBD anak.24

Nilai hematokrit yang tinggi diasosiasikan dengan kebocoran plasma.

Makin besar kebocoran yang terjadi makin tinggi nilai hematokritnya. Kebocoran

plasma ini mencapai puncaknya pada saat syok. Hemokonsentrasi yang ditandai

dengan peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencerminkan peningkatan

permeabilitas kapiler, perembesan plasma, dan berhubungan dengan beratnya

penyakit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit 20% atau lebih

dianggap menjadi bukti definitif adanya peningkatan permeabilitas vaskular dan

Page 51: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

38

kebocoran plasma. Namun kadar hematokrit juga dipengaruhi oleh penggantian

dini volume, intake kurang, loss, dehidrasi, dan perdarahan.24

Keaadaan akhir pasien keluar dari rumah sakit sebagian besar 95 orang

pasien sembuh (96,9%) dan 3 orang pasien yang meninggal (3,1%) dengan status

gizi kurang.

Ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Saniathy E, Arhana BNP,

Suandi IKG, Sidiartha IGL di bagian rawat inap anak Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Sanglah Denpasar Bali memperoleh keadaan akhir pasien keluar rumah

sakit sebagian besar sembuh, dan hanya 2 orang pasien yang meninggal.9

Pada sebagian besar kasus, dengan pengelolaan yang tepat didapatkan

outcome yang baik. Penderita DBD yang mengalami syok dengan awitan akut dan

cepat teratasi mengalami perbaikan klinis yang seringkali dramatis. Hal ini

berkaitan dengan kenyataan bahwa tidak terjadi kerusakan atau lesi vaskuler

akibat inflamasi DBD, pada penyakit ini perubahan fungsional vaskuler sangat

mungkin disebabkan oleh sekresi mediator-mediator inflamasi.28

Gambar 4.5 Karakteristik Keadaan Akhir Pasien

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Dari tabel 4.2.1 di didapatkan hasil bahwa status gizi baik memiliki angka

kejadian yang lebih tinggi terkena DBD pada pasien anak di RSUD Tangerang.

95

3

0

20

40

60

80

100

sembuh meninggal

96,9%

3 (3,1%)

Page 52: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

39

Tebel 4.2.1 Status gizi pasien DBD anak

Status Gizi DBD grade 3 dan 4

(Berat)

n %

DBD grade 1 dan 2

(Ringan)

n %

Total

n %

Lebih 12 54,5 10 45,5 22 100

Baik 10 21,7 36 78,3 46 100

Kurang 10 33,3 20 66,7 30 100

Total 32 32,7 66 67,3 98 100

Dari hasil analisis statistik, didapatkan hasil uji analisis statistik Chi

Square dan diperoleh nilai p value adalah 0,013. Nilai p < α (0,05) yang berarti

H0 ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi

terhadap derajat demam berdarah dengue pada penderita DBD anak di RSUD

Tangerang. Hal ini berarti bahwa status gizi berpengaruh terhadap derajat demam

berdarah dengue.

Tabel 4.2.2 Hasil Analisis Bivariat status gizi dengan derajat DBD anak

Status Gizi

DBD grade 3

dan 4

(Berat)

n %

DBD grade 1

dan 2

(Ringan)

n %

Total

n %

OR

95% CI

P

Lebih 12 54,5 10 45,5 22 100

Baik,kurang 20 26,3 56 73,7 76 100 3,36 1,258– 8,973 0.013

Total 32 32,7 66 67,3 98 100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara status gizi terhadap derajat demam berdarah dengue di RSUD

Tangerang. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari total 98 pasien anak

yang terdiagnosis DBD, pasien anak yang terdiagnosis DBD grade 3 dan grade 4

(berat) dialami oleh anak yang memiliki status gizi lebih sebanyak 12 anak

(54,5%). Sedangkan yang memiliki status gizi baik dan kurang terdapat 20 anak

(26,3%). Berbeda dengan jumlah pasien anak yang terdiagnosis DBD grade 1 dan

2 (ringan), pasien anak yang memiliki status gizi lebih sebanyak 10 anak (45,5%)

dan yang memiliki status gizi baik dan kurang sebanyak 56 anak (73,7%). Nilai

rasio odds 3,36 yang menunjukkan bahwa risiko DBD berat pada anak status gizi

lebih 3,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak status gizi baik dan kurang

(95% CI 1,258 – 8,973).

Page 53: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

40

Pengaruh status gizi lebih terhadap kejadian derajat DBD masih

kontroversial. Dari beberapa penelitian kasus DBD dengan grade 3 dan 4 (berat)

ditemukan pada status gizi kurang dan juga ada pula yang ditemukan pada status

gizi lebih. Menurut penelitian yang dilakukan Kalayanarooj dan Nimmanninitya

di Thailand, didapatkan hasil bahwa status gizi kurang memiliki sindrom syok

dengue lebih tinggi daripada pasien dengan satus gizi normal. Hal ini berasal dari

data status gizi 4532 anak dengan infeksi dengue dengan 734 anak diantaranya

memiliki indikasi lain (diare & penumonia). Status gizi kurang pada DBD 7,9%

sedangkan pada SSD 10,9%, perbedaan ini berbeda secara bermakna dengan rasio

odds 1,43 ((1,11-1,83) dan nilai p = 0,004.8

Penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh

Saniathy E, Arhana BNP, Suandi IKG, Sidiartha IGL di bagian rawat inap anak

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar Bali, menyimpulkan bahwa

obesitas adalah faktor risiko terjadinya sindrom syok dengue pada anak, besarnya

risiko sindrom syok dengue pada anak obesitas dengan rasio odds 4,9 (IK 95% 1,5

-16,0) dan nilai p = 0,009. 9

Obesitas yaitu kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak

(adiposa) di dalam tubuh secara berlebihan. Secara fungsi biologis jaringan

adiposa dibagi menjadi jaringan adiposa putih dan jaringan lemak coklat, dan

yang dimaksud dengan lemak adalah jaringan adiposa putih yang merupakan

cadangan terbesar dalam tubuh dan ditemukan pada daerah subkutan dan visera.

Jaringan adiposa berfungsi sebagai penyimpan lemak dan mensuplai energi ke

seluruh tubuh. Sel-sel adiposit mensekresi adipokin seperti leptin dan adiponektin

yang merupakan sinyal-sinyal protein serta sitokin dan kemokin seperti TNF-α,

IL-6, IL-10, dan IL-1β.31

Keadaan obesitas merupakan suatu keadaan inflamasi kronis derajat

rendah. Pendapat ini didasari oleh adanya beberapa penanda inflamasi seperti IL-

6, IL-8, leptin, CRP, PAI-1 dan haptoglobin yang meningkat pada individu

dengan obesitas yang berkurang seiring penurunan berat badan. Normalnya,

sepertiga dari kadar IL-6 yang beredar dalam sirkulasi perifer berasal dari jaringan

adiposa. Keadaan peningkatan berat badan seperti pada obesitas akan

meningkatkan jumlah IL-6 yang diproduksi oleh jaringan adiposa. TNFα yang

Page 54: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

41

merupakan salah satu sitokin utama yang diproduksi oleh jaringan adiposa

menyebabkan peningkatan produksi dari sitokin Th2 seperti IL-4 dan IL-5.30

Oleh karena itu dengan adanya peningkatan sitokin pro inflamasi yang

berasal dari obesitas, hal ini menyebabkan peningkatan kejadian pada penderita

DBD. Patogenesis DBD berdasarkan teori Infection Enhancing Antibody dan teori

mediator makrofag yang terinfeksi virus dengue akan menjadi aktif dan akan

melepaskan sitokin yang memiliki sifat vasoaktif atau prokoagulasi diantaranya

IL-1, IL-6 dan TNF α juga Platelet Activating Factor (PAF). Bahan-bahan

mediator tersebut akan memengaruhi sel-sel endotel dinding pembuluh darah dan

sistem hemostatik yang akan mengakibatkan kebocoran plasma dan perdarahan.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :

1. Pengaturan berkas pasien yang tidak terletak dalam satu ruangan dan tidak

teratur menyebabkan pencarian berkas tersebut membutuhkan waktu yang

cukup lama.

2. Dari data pengumpulan rekam medik banyak data yang tidak lengkap

sehingga banyak data yang tidak terpakai. Tetapi kelemahan ini bisa di

kurangi pada penelitian ini dengan mengambil data pasien dengan data

yang lengkap saja.

Page 55: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

a. Jenis kelamin anak laki-laki 51 orang (52%) dan jenis kelamin anak

perempuan 47 orang (48%).

b. Penggolongan umur, didominasi oleh anak berumur 6-10 tahun 54 orang

(55,1%), kelompok umur 0-5 tahun 27 orang (27,6%), dan kelompok 11-

14 tahun 17 orang (17,3%).

c. Rerata berat badan adalah 25,69 ±13,597 kg dengan berat badan terkecil 6

kg dan terberat 62 kg. Berdasarkan status gizi sebagian besar yaitu

memiliki status gizi baik 46 orang (46,9%), selanjutnya status gizi kurang

30 orang (30,6%), dan status gizi lebih 22 orang (22,4%).

d. Bulan perawatan dijumpai sebagian besar saat musim hujan 61 orang

(62,2%), sedangkan saat musim kemarau periode didapatkan 37 orang

(37,8%). Rerata pasien masuk rumah sakit demam hari ke 4,15 ±1,187 dan

riwayat demam masuk RS terlama yaitu hari ke 7.

e. Penggolongan kelas rawat inap, sebagian besar berada di kelas 3 59 orang

(60,2%), kelas 2 18 orang (18,4%), kelas 1 18 orang (18,4%), dan ruang

ICCU 3 orang (3,1%).

f. Kadar trombosit saat hari pertama penderita masuk rumah sakit atau

demam hari ke 4, rata-rata 89.084/mm3 (antara 9.000-293.000/mm

3).

Kadar hematokrit awal antara 25-53% dengan rerata kadar hematokrit

38,33% ± 6.075. Kadar hematokrit tertinggi selama rawat inap 42-55%

dengan rerata 48,13 ± 2,693.

g. Keadaan akhir pasien keluar dari rumah sakit sebagian besar 95 pasien

sembuh (96,9%) dan 3 pasien yang meninggal (3,1%) dengan status gizi

kurang.

h. Pengaruh status gizi dengan beratnya penyakit demam berdarah dengue

pada anak dengan nilai p value adalah 0,013 dan besarnya risiko demam

Page 56: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

43

berdarah dengue berat pada anak status gizi lebih 3,4 kali lebih besar

dibandingkan dengan anak status gizi baik dan kurang.

5.2 Saran

1. Penelitian pengaruh status gizi dengan beratnya penyakit demam berdarah

dengue pada anak dapat dilanjutkan oleh peneliti lain.

2. Diperlukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih lama, sehingga

pengambilan data rekam medik menjadi lebih banyak dikarenakan banyak

data rekam medik yang tidak lengkap.

3. Pengaturan berkas rekam medik RSUD Tangerang di harapkan tersusun

rapih dan teratur sehingga pencarian data rekam medik menjadi lebih

mudah.

Page 57: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

44

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi

Kedua. Jakarta:IDAI;2012.h.155-181.

2. World Health Organization.Global Alert and Response (GAR), Impact of

Dengue. Diunduh dari website :

http://www.who.int/csr/disease/dengue/impact/en/. Diakses tanggal 23

Januari 2012.

3. World Health Organization and the Special Programme for Research and

Training in Tropical Disease. Dengue guidlines for diagnosis, treatment,

prevention and control. New edition. World Health Organization;

2009.h.1-86.

4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Database Kesehatan

Departemen Kesehatan RI. Diunduh dari website :

http://www.bankdata.depkes.go.id/nasional/public/report/. Diakses tanggal

10 Juli 2011.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman tata laksana klinis

infeksi dengue sarana pelayanan kesehatan. Departemen Kesehatan.

Jakarta. 2005.h. 25-43.

6. Pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah dengue :

Panduan lengkap / WHO ; alih bahasa , Palupi Widyastuti; editor bahasa

indonesia Salmiyatun. Jakarta : EGC; 2004.h.25-30.

7. Behrman RE, Kliegman RM, dan Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan

Anak. Ed 15 Vol 2. Jakarta: EGC; 2000.h.1134-35.

8. Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Is dengue severity related to nutritional

status. SouthEast Asian J Trop Med Public Health 2005;36:380-4.

9. Saniathy E, Arhana BNP, Suandi IKG, Sidiartha IGL. Obesitas sebagai

faktor risiko sindrom syok dengue di RSUP Sanglah Denpasar. Sari

Pediatri. 2009; 11( 4):238-43.

10. Citraresmi E, Hadinegoro SR, Akib AAP. Diagnosis dan tata laksana

demam berdarah dengue pada kejadian luar biasa tahun 2004 di enam

rumah sakit di Jakarta. Sari Pediatri. 2007; 8(3): 8-14.

11. WHO. Dengue hemorrhagic fever : diagnosis, treatment, prevention, and

control. Geneva, 1997.h.1-66.

Page 58: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

45

12. Soegijanto S. Demam berdarah dengue. Edisi 2. Surabaya : Airlangga

University Press; 2008.h.45-132.

13. Hadinegoro SR, Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambasari CG. Update

management of infetious disease and gastrointestinal disorders. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan

Anak; 2012.h.1-25.

14. Nyoman ID, dkk. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2002.h.5-10.

15. Apriani G, Hardinsyah, Efendi YH. Pengaruh status gizi awal dan

konsumsi chlorella growth factor terhadap keluhan klinis penderita

demam berdarah dengue. Jurnal Gizi dan Pangan. 2010; 5(3):137-9.

16. E Irene, Olsen, RD, Mazcarenhas R, dan Stalling VA, Clinical assesment

of nutritional status. Dalam Duggan C, et al. Nutrition in pediatric. Edisi

ke-4. Canada : BC Decker ; 2008.h.1-5.

17. Cogill B. Anthropometric indicators measurement guide. Washington DC:

Food and nutrition technical assistance project, Academy for Educational

Project; 2001.h.10-13.

18. Nelii S. Hubungan status gizi dengan kejadian renjatan pada penderita

anak demam berdarah dengue periode Januari – Juni 2006 di RS. Dr. M.

Djamil Padang. Padang; Program studi ilmu biomedik Universitas

Andalas. 2007.

19. Supariasa. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC; 2008. h.37-121

20. Matondang CS, Wahidayat I, Sastronegoro S. Diagnosis fisis pada anak.

Edisi ke 2. Jakarta : CV Sagung Seto; 2003.

21. Hartoyo E. Spektrum klinis demam berdarah dengue pada anak. Sari

Pediatri. 2008 Oktober ;10(3):145-50.

22. Wibowo K, Juffrie M, Laksanawati IS, Mulatsih S. Pengaruh Transfusi

trombosit terhadap terjadinya perdarahan masif pada demam berdarah

dengue. Sari Pediatri. 2011 ; 12(6):404-8.

23. Mayetti. Hubungan gambaran klinis dan laboratorium sebagai faktor risiko

syok pada demam berdarah dengue. Sari Pediatri. 2010; 11(5): 367-73.

24. Raihan, Hadinegoro SR, Tumbelaka AR. Faktor prognosis terjadinya syok

pada demam berdarah dengue. Sari Pediatri. 2010; 12(1):47-52.

Page 59: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

46

25. Iriani Y. Hubungan antara curah hujan dan peningkatan kasus demam

berdarah dengue anak di Kota Palembang. Sari Pediatri. 2012 ; 13(3): 378-

83.

26. Santosa B, RMD Kisdjamiatun, Ermin T, Mahayani NPA. Korelasi Kadar

plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1) plasma dengan enzim

transaminase serum pada demam berdarah dengue. Sari Pediatri. 2010;

12(1): 6-10.

27. Gunawan S, Sutanto FC, Tatura SNN, Mantik MFJ. Platelet distribution

width dan mean platelet volume : hubungan dengan derajat penyakit

demam berdarah dengue. Sari Pediatri. 2010;12( 2): 74-77.

28. Aji FD. Kualitas hidup anak pasca sindrom syok dengue. Tesis. Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro; 2004.

29. Hersoug L-G, Linneberg A. The link between the epidemics of obesity and

allergic diseases: does obesity induce decreased immune tolerance allergy.

2007;62:1205-13.

30. Fanani MZ. Arsitektur genom virus dengue dan peluang desain inhibitor.

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga : Surabaya; 2011.

31. Dahlan, Sopiyudin. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam

penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi ke 2. Jakarta : Salemba

Medika. 2009.h.1-77.

Page 60: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

Nama Jenis

Kelamin

Umur Berat

badan

Status Gizi Diagnosis

Sl Perempuan 10 62 Lebih DBD Berat

AL Laki-laki 13 48 Lebih DBD Ringan

AA Laki-laki 14 58 Lebih DBD Ringan

FA Laki-laki 13 47 Lebih DBD Ringan

SD Perempuan 11 35 Kurang DBD Ringan

Kt Perempuan 13 43 Kurang DBD Ringan

Sf Laki-laki 14 37 Kurang DBD Ringan

Ag Laki-laki 12 35 Kurang DBD Ringan

Hl Laki-laki 14 52 Lebih DBD Berat

FN Perempuan 14 51 Lebih DBD Berat

Nd Perempuan 7 35 Lebih DBD Berat

Rz Laki-laki 7 33 Lebih DBD Berat

DK Perempuan 6 12 Kurang DBD Berat

MF Laki-laki 7 10 Kurang DBD Berat

DP Perempuan 9 21 Baik DBD Berat

Y Laki-laki 6 24 Baik DBD Ringan

L Perempuan 6 15 Kurang DBD Ringan

A Laki-laki 7 20 Baik DBD Ringan

SR Perempuan 9 21 Baik DBD Ringan

SEU Perempuan 7 18 Baik DBD Ringan

Rz Laki-laki 7 20 Baik DBD Ringan

A Laki-laki 9 19 Kurang DBD Ringan

IN Perempuan 6 16 Baik DBD Ringan

IH Laki-laki 3 11 Kurang DBD Ringan

FV Laki-laki 3 14 Kurang DBD Ringan

G Laki-laki 3 10 Kurang DBD Ringan

MN Laki-laki 5 14 Kurang DBD Ringan

E Laki-laki 9 32 Baik DBD Ringan

D Laki-laki 0 6 Kurang DBD Ringan

TN Perempuan 8 20 Baik DBD Ringan

N Perempuan 3 10 Kurang DBD Berat

S Perempuan 7 22 Baik DBD Berat

SM Perempuan 10 24 Baik DBD Ringan

MR Laki-laki 4 16 Baik DBD Ringan

S Perempuan 7 18 Baik DBD Ringan

D Perempuan 3 13 Baik DBD Ringan

F Laki-laki 4 17 Baik DBD Ringan

SN Perempuan 5 15 Baik DBD Ringan

MD Laki-laki 3 10 Kurang DBD Berat

MEM Laki-laki 9 19 Kurang DBD Berat

JH Laki-laki 8 33 Baik DBD Berat

R Laki-laki 8 28 Baik DBD Berat

E Perempuan 13 36 Kurang DBD Ringan

EW Perempuan 12 34 Kurang DBD Ringan

Ds Perempuan 7 21 Baik DBD Ringan

Wy Laki-laki 7 21 Baik DBD Ringan

Bm Perempuan 10 34 Baik DBD Ringan

I Perempuan 10 20 Kurang DBD Berat

M Laki-laki 7 17 Kurang DBD Berat

Lampiran 1

Data Rekam Medik Pasien anak RSUD Tangerang

Page 61: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

MDN Laki-laki 4 21 Baik DBD Berat

SNA Perempuan 5 12 Kurang DBD Berat

Ak Perempuan 13 49 Lebih DBD Ringan

RA Laki-laki 13 47 Lebih DBD Ringan

As Perempuan 14 51 Lebih DBD Ringan

Asp Perempuan 13 48 Lebih DBD Ringan

SP Perempuan 6 29 Lebih DBD Berat

Z Laki-laki 0 8 Baik DBD Ringan

Ads Laki-laki 6 17 Baik DBD Ringan

Az Laki-laki 3 10 Kurang DBD Ringan

IAZ Perempuan 5 11 Kurang DBD Ringan

MS Perempuan 8 45 Lebih DBD Ringan

DP Perempuan 5 15 Baik DBD Ringan

Ww Laki-laki 5 13 Kurang DBD Ringan

Dn Perempuan 5 18 Baik DBD Ringan

SK Perempuan 3 12 Baik DBD Berat

FI Laki-laki 8 17 Kurang DBD Berat

Yn Perempuan 9 20 Kurang DBD Ringan

Fj Laki-laki 5 20 Baik DBD Ringan

Rr Perempuan 9 17 Kurang DBD Ringan

C Perempuan 6 14 Kurang DBD Berat

Zr Perempuan 3 14 Baik DBD Ringan

NS Perempuan 4 17 Baik DBD Berat

SA Perempuan 2 11 Baik DBD Berat

Lf Laki-laki 6 20 Baik DBD Ringan

Ar Laki-laki 9 26 Baik DBD Ringan

AN Perempuan 6 18 Baik DBD Ringan

MN Laki-laki 10 30 Baik DBD Ringan

MB Laki-laki 8 20 Baik DBD Ringan

Nv Perempuan 6 15 Kurang DBD Ringan

Jb Laki-laki 3 11 Kurang DBD Ringan

MZ Laki-laki 4 14 Baik DBD Ringan

Ez Perempuan 10 50 Lebih DBD Berat

SH Perempuan 8 45 Lebih DBD Berat

Vk Laki-laki 8 35 Lebih DBD Berat

Ag Laki-laki 10 52 Lebih DBD Berat

Yp Laki-laki 14 52 Lebih DBD Ringan

NL Perempuan 11 41 Lebih DBD Ringan

Fr Laki-laki 6 29 Lebih DBD Berat

Rb Laki-laki 10 40 Baik DBD Ringan

My Laki-laki 10 40 Baik DBD Ringan

AB Laki-laki 10 20 Kurang DBD Ringan

SN Perempuan 8 22 Baik DBD Ringan

Mf Laki-laki 9 26 Baik DBD Ringan

Mfd Laki-laki 10 30 Baik DBD Ringan

DA Perempuan 7 28 Baik DBD Ringan

G Laki-laki 1 9 Baik DBD Berat

OL Perempuan 6 25 Baik DBD Ringan

(Lanjutan)

Page 62: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

Lampiran 2

Alat Pengukur

Page 63: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

(Lanjutan)

Page 64: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

(Lanjutan)

Page 65: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

(Lanjutan)

Page 66: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

Lampiran 3

Data Hasil Statistika

A. Karakteristik Subjek Penelitian

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 51 52.0 52.0 52.0

perempuan 47 48.0 48.0 100.0

Total 98 100.0 100.0

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0-5 tahun 27 27.6 27.6 27.6

6-10 tahun 54 55.1 55.1 82.7

11-14 tahun 17 17.3 17.3 100.0

Total 98 100.0 100.0

Berat Badan

N Valid 98

Missing 0

Mean 25.69

Median 20.50

Mode 20

Std. Deviation 13.597

Variance 184.874

Skewness .796

Std. Error of Skewness .244

Kurtosis -.393

Std. Error of Kurtosis .483

Minimum 6

Maximum 62

Page 67: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

(Lanjutan)

Bulan Perawatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid musim hujan (oktober - april) 61 62.2 62.2 62.2

musim kemarau (mei -

september) 37 37.8 37.8 100.0

Total 98 100.0 100.0

Lama Rawat Inap

N Valid 98

Missing 0

Mean 4.96

Median 5.00

Mode 5

Std. Deviation 2.149

Variance 4.617

Skewness 1.906

Std. Error of Skewness .244

Kurtosis 6.984

Std. Error of Kurtosis .483

Minimum 1

Maximum 16

Page 68: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

(Lanjutan)

Demam hari ke brp masuk RS

N Valid 98

Missing 0

Mean 4.15

Median 4.00

Mode 5

Std. Deviation 1.187

Variance 1.409

Skewness .188

Std. Error of Skewness .244

Kurtosis .314

Std. Error of Kurtosis .483

Minimum 1

Maximum 7

Kelas Rawat Inap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kelas 1 18 18.4 18.4 18.4

Kelas 2 18 18.4 18.4 36.7

Kelas 3 59 60.2 60.2 96.9

Kelas ICCU 3 3.1 3.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

Page 69: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

(Lanjutan)

trombosit hari pertama

N Valid 98

Missing 0

Mean 8.91E4

Median 7.40E4

Mode 22000

Std. Deviation 6.087E4

Variance 3.706E9

Skewness 1.190

Std. Error of Skewness .244

Kurtosis 1.275

Std. Error of Kurtosis .483

Minimum 9000

Maximum 293000

Ht paling tinggi

N Valid 98

Missing 0

Mean 48.13

Median 48.00

Mode 48

Std. Deviation 2.693

Variance 7.250

Skewness .752

Std. Error of Skewness .244

Kurtosis .535

Std. Error of Kurtosis .483

Minimum 42

Maximium 55

Page 70: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

(Lanjutan)

Keadaan akhir pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sembuh 95 96.9 96.9 96.9

meninggal 3 3.1 3.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

B. Hasil Analisis Bivariat

stgizi2 * diagnosis Crosstabulation

diagnosis

Total

DBD Grade 3

dan 4

DBD grade 1

dan 2,

stgizi2 lebih Count 12 10 22

Expected Count 7.2 14.8 22.0

% within stgizi2 54.5% 45.5% 100.0%

% within diagnosis 37.5% 15.2% 22.4%

% of Total 12.2% 10.2% 22.4%

baik, kurang Count 20 56 76

Expected Count 24.8 51.2 76.0

% within stgizi2 26.3% 73.7% 100.0%

% within diagnosis 62.5% 84.8% 77.6%

% of Total 20.4% 57.1% 77.6%

Total Count 32 66 98

Expected Count 32.0 66.0 98.0

% within stgizi2 32.7% 67.3% 100.0%

% within diagnosis 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 32.7% 67.3% 100.0%

Page 71: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

(Lanjutan)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.183a 1 .013

Continuity Correctionb 4.966 1 .026

Likelihood Ratio 5.893 1 .015

Fisher's Exact Test .020 .014

Linear-by-Linear

Association 6.120 1 .013

N of Valid Casesb 98

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,18.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for stgizi2 (lebih /

baik, kurang) 3.360 1.258 8.973

For cohort diagnosis = DBD

Grade 3 dan 4 2.073 1.213 3.542

For cohort diagnosis = DBD

grade 1 dan 2, .617 .383 .994

N of Valid Cases 98

Page 72: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP DEMAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25480/1/Adinda... · Saya menulis laporan penelitian ini untuk memenuhi ... BAB I PENDAHULUAN

Lampiran 4

Riwayat Penulis

Nama : Adinda Pramitra Permatasari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan tanggal lahir : Tangerang, 23 Mei 1992

Agama : Islam

Alamat :

Nomor Telepon : 081318961960

Email : [email protected]

Riwayat pendidikan :

1. 1996 - 1998 : TK Budi Mulia

2. 1998 - 2003 : SD Islam AR-Rahman

3. 2003 - 2006 : SMP Budi Mulia

4. 2006 - 2009 : SMAN 57 Jakarta

5. 2009 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jl. KH. Mas Mansyur 02/015 No. 10 Kunciran

Pinang Tangerang