pengaruh penerapan developmental...

75
PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CARE TERHADAP STRES FISIOLOGIS PADA BBLR DI RUANG PERINATOLOGI RS PANTI WALUYO SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh: CH. Tri Andar Utami NIM. ST 13013 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: hahuong

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CARE

TERHADAP STRES FISIOLOGIS PADA BBLR

DI RUANG PERINATOLOGI RS PANTI

WALUYO SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh:

CH. Tri Andar Utami

NIM. ST 13013

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program
Page 3: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program
Page 4: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena

atas perkenananNyalah penulis dapat menelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh

Penerapan Developmental care pada Bayi Berat lahir Rendah di Ruang

perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta

Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

transfer Stikes Kusuma Husada Surakarta. Penulis berharap hasil penelitian yang

terangkum dalam skripsi ini dapat memberikan kemajuan dalam pelayanan,

penelitian dan pendidikan keperawatan

Penyusunan skripsi ini dapat terlaksana atas bimbingan, bantuan dan

kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu penulis memberikan penghargaan, rasa

hormat dan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S. Kep,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi

keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

3. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan bimbingan, arahan

dan masukan untuk kesempurnaan penelitian dan skripsi ini

Page 5: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

iv

4. Ibu Anissa Cindy Nurul Afni, S.kep, Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang

telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan bimbingan,

arahan dan masukan untuk kesempurnaan penelitian dan skripsi ini

5. Ibu Atiek Murhayati, S. Kep, Ns.,M. Kep selaku penguji yanh telah

memberikan arahan dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

6. Dr. T. Soebroto, M. Kes selaku direktur RS Panti Waluyo yang telah

memberikan ijin penelitian

7. Bp. Bambang Kamiwarno, S. Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan RS

Panti Waluyo yang memberi masukan dalam penelitian ini

8. Kepala Diklat RS Panti Waluyo beserta staf yang telah memberikan ijin dan

kesempatan untuk penelitian

9. Kepala Instalasi Rawat Inap RS Panti Waluyo yang telah memberikan ijin

untuk penelitian

10. Seluruh staf ruang perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta yang telah

bekerjasama dalam penelitian ini

11. Bapak dan Ibu orang tua responden yang telah memberikan ijin untuk

pengambilan data dalam penelitian ini

12. Seluruh Staf Akademik dan Non akademik Stikes kusuma Husada Surakarta

yang telah menyediakan fasilitas dan dukungannya dalam penelitian ini

13. Suami saya Abdon Wahyu Bimo Wilutono, Anak – anak saya Gracia dan

Kenzie, Bapak, Ibu dan seluruh Keluarga tercinta yang telah memberikan

dukungan, semangat dan doa yang tidak pernah putus sehingga penelitian ini

berjalan baik

Page 6: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

v

14. Semua sahabat, teman yang senantiasa mendukung, memotivasi sehingga

penelitian ini selesai tepat pada waktunya

Surakarta, 21 Agustus 2015

Penulis

Page 7: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN….................................................................... iii

KATA PENGANTAR............................................................................. iv

DAFTAR ISI............................................................................................ vi

DAFTAR TABEL.................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR............................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xi

ABSTRAK............................................................................................... xii

ABSTRACT............................................................................................. xiii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian........................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian...................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori............................................................. 7

2.2 Keaslian Penelitian...................................................... 18

2.3 Kerangka Teori........................................................... 20

2.4 Kerangka Konsep........................................................ 21

Page 8: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

vii

2.5 Hipotesis..................................................................... 21

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian…………………….. 22

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 23

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian………………………. 25

3.4 Variabel, Definisi Operasional, Skala Pengukuran…. 25

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data……….. 29

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data………………. 33

3.7 Etika Penelitian……………………………………... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden………………………..….. 38

4.2 Stres fisiologis sebelum developmental care pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan................

4.3 Stres Fisiologis sesudah developmental care pada

kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan…………………………………….............

4.4 Beda stres fisiologis sebelum dan sesudah developmental

care pada kelompok perlakuan.......................................

4.5 Beda stres fisiologis sebelum dan sesudah developmental

care pada kelompok kontrol...............

4.6 Beda stres fisiologis sesudah developmental care pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan........

39

40

41

43

44

Page 9: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

viii

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden……………………............. 46

5.2 Gambaran stres fisiologis sebelum developmental care kelompok kontrol dan

perlakuan...................................................................

5.3 Gambaran stres Fisiologis sesudah developmental

care pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan……...........................................................

5.4 Beda stres fisiologis sebelum dan sesudah

developmental care pada kelompok perlakuan...........

5.5 Beda stres fisiologis sebelum dan sesudah

developmental care pada kelompok kontrol................

5.6 Beda stres fisiologis sesudah developmental care

pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.......

49

50

51

52

54

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan …………………………………………. 57

6.2 Saran ……………………………………………… 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 18

3.1 Variabel penelitian, definisi operasional 25

4.1 Karakteristik responden 38

4.2 Distribusi responden anemia 39

4.3 Distribusi Responden stres fisiologis sebelum

Developmental care

40

4.4 Distribusi Responden stres fisiologis sesudah

Developmental care

41

4.5 Perbedaan rerata stres fisiologis sesudah

developmental care pada kelompok perlakuan

42

4.6 Perbedaan rerata stres fisiologis sesudah

developmental care pada kelompok kontrol

43

4.7 Perbedaan rerata stres fisiologis sesudah

developmental care pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan

47

Page 11: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

1 Kerangka Teori 20

2 Kerangka Konsep 21

3 Jenis dan rancangan 22

Page 12: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan

1 Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian

2 Surat balasan Studi pandahuluan

3 Permohonan Ijin Penelitian

4 Surat balasan Ijin Penelitian

5 Permohonan menjadi Responden

6

7

8

9

10

Surat Persetujuan menjadi Responden

Lembar observasi developmental care

Hasil Uji Analisa statistik

Lembar konsultasi

Jadwal Penelitian

Page 13: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

xii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

CH. Tri Andar Utami

Pengaruh penerapan Developmental care terhadap Stres fisiologis pada

BBLR di Ruang Perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta

Abstrak

BBLR seringkali mengalami kesulitan saat adaptasi dari intruterin keekstrauterin karena imaturitas organ. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuipengaruh developmental care terhadap stres fisiologis (saturasi oksigen dandenyut nadi) pada BBLR.

Rancangan penelitian ini menggunakan Quasy Experimental dengan Non

Equivalent control group design. Sampel penelitian 47 BBLR yang dirawat diRuang Perinatologi RS Panti Waluyo dipilih dengan teknik Purposive sampling.Hasil analisa menggunakan Mann-whitney test menunjukkan bahwa adaperbedaan stres fisiologis setelah dilakukan developmental care pada kelompokperlakuan dan kelompok kontrol (p= 0,000).

Developmental care dapat memfasilitasi BBLR dalam beradaptasi denganlingkungan perawatan melalui keteraturan fungsi fisiologis yaitu saturasi oksigendan denyut nadi

Kata kunci :Developmental care, stres fisiologis, BBLRDaftar Pustaka: 48(2004-2011)

Page 14: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

xiii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

CH. Tri Andar Utami

Effect of Developmental Care Application on Physiological Stress of Low

Birth Weight Infants at Perinatology Department of Panti Waluyo Hospital

of Surakarta

ABSTRACT

A low birth weight infant usually has a difficulty to adapt from intrauterineto extra-uterine due to the organ immaturity. The objective of this research is toinvestigate the effect of the developmental care on the physiological stress(oxygen saturation and pulse) of the low birth weight infants.

The research used the quasi experimental method with the non-equivalentcontrol group design. The samples of the research consisted of 47 low birthweight infants at Perinatology Department of Panti Waluyo Hospital of Surakarta.They were taken by using the purposive sampling technique.

The result of Mann-Whitney’s Test shows that there were physiologicalstress differences between the experimental group and the control group followingthe application of the developmental care as indicated by the p-value 0.000.

Thus, the developmental care could facilitate the low birth weight infantsto adapt to the care environment through the regularity of physiological functionsi.e. oxygen saturation and pulse.

Keywords: Developmental care, physiological stress, low birth weight infantsReferences: 48 (2004-2011)

Page 15: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan

umur 28 hari, dimana terjadi perubahan sangat besar dari kehidupan intra

uterin ke kehidupan ekstra uterin. Masa perubahan paling besar terjadi pada

jam ke 24 sampai 72 jam pertama, bayi terus beradaptasi namun kondisi ini

lebih sulit pada bayi dengan resiko tinggi seperti bayi prematur dan berat

badan lahir rendah (BBLR). Bayi khususnya BBLR memerlukan stimulus

yang adekuat dari lingkungan untuk tumbuh dan berkembang. Kenyataannya

perawatan intensif menyebabkan stimulus yang berlebihan sehingga

mengakibatkan stres pada bayi dan dapat mengganggu keseimbangan fungsi

fisiologis.

BBLR seringkali mengalami beberapa masalah pada periode segera

setelah lahir sebagai akibat karakteristik organ yang belum matang.

Karakteristik organ yang belum matang ini misalnya masalah gangguan

pernafasan karena faktor surfaktan yang belum terbentuk, kurangnya otot

polos pembuluh darah dan rendahnya kadar oksigen darah yang

mengakibatkan terjadinya trauma susunan saraf pusat dan keterlambatan

penutupan duktus arteriosus serta ketidakmampuan meregulasi stimulus yang

datang mengakibatkan bayi cenderung mengalami stres (Bobak, Lodermilk &

Jensen, 2005; Maguire et al, 2008; Kosim et al, 2010). Keadaan ini akan

Page 16: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

2

menjadi lebih buruk apabila berat lahir semakin rendah (Bobak, Lowdermilk

& Jensen, 2005).

Kondisi stres yang dialami BBLR dalam perawatan yang demikian

dapat terlihat dari perilaku yang nampak pada bayi, termasuk perubahan

fisiologis, kewaspadaan atau perhatian dan aktivitas motorik (Hockenberry &

Wilson, 2007). Perilaku BBLR sebagai respon terhadap stimulus yang

berlebihan seperti kebisingan, pencahayaan dan berbagai prosedur pengobatan

dan perawatan dapat diamati dari perubahan kondisi tubuh. Perubahan kondisi

tubuh diantaranya hipoksemia, apnea (Meguire et al, 2008) selain itu

perubahan kondisi tubuh BBLR dapat diamati melalui peningkatan denyut

nadi dan penurunan saturasi oksigen (Ais et al, 1986, dalam symington &

Pinelli, 2006).

BBLR membutuhkan perawatan intensif, cermat dan tepat. Perawatan

yang diberikan dirancang untuk mendukung kelangsungan hidup bayi berat

lahir rendah. Kenyataan bahwa perawatan intensif yang diberikan, juga

menjadi sumber stres karena stimulasi yang berlebihan sebagai contoh

kebisingan alarm inkubator, ventilator, patient monitor, prosedur invasif,

perpisahan dengan orang tua (Westrup; Symington & Pinelli, 2006 ; Lissauer

& Fanaroff, 2009).

Strategi pengelolaan lingkungan perawatan intensif untuk

meminimalkan pengaruh lingkungan perawatan yang memberikan stimulus

yang berlebihan sangat dibutuhkan. Strategi tersebut dapat tercapai melalui

asuhan perkembangan yang disebut developmental care yaitu asuhan yang

Page 17: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

3

memfasilitasi perkembangan bayi melalui pengelolaan lingkungan yang

adekuat yang akan meningkatkan stabilisasi fisiologi dan penurunan stres bayi

(Byers, 2006; Rick, 2006).

Pengelolaan lingkungan dalam developmental care tersebut

diantaranya meliputi pemberian penutup inkubator untuk meminimalkan

pencahayaan, pemberian nesting atau sarang untuk menampung pergerakan

yang berlebihan dan memberi bayi tempat yang nyaman, pengaturan posisi

fleksi untuk mempertahankan normalitas batang tubuh dan mendukung

regulasi (Kenner & Mc Grath, 2004). Selain itu beberapa bentuk intervensi

dari developmental care lainnya dalam bentuk meminimalisir membuka

ataupun menutup inkubator atau minimal handling untuk hal yang tidak perlu,

clustered care atau memusatkan beberapa tindakan dalam jam – jam tertentu

atau pengadaan jam tenang, Perawatan Metode Kanguru (PMK) atau skin to

skin contact (Klauss & Fanaroff, 2009).

Salah satu tujuan dari Milenium Development Goals (MDG’s) adalah

menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2006 menurut World

Health Organization (WHO) Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 49 per

1000 kelahiran. Di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKB sebesar 32 / 1000 kelahiran hidup.

Prevalensi BBLR menurut WHO tahun 2011 diperkirakan 15 % dari seluruh

kelahiran di dunia. Secara statistik menunjukkan 90 % kejadian BBLR

didapatkan di negara berkembang. Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah

10,5 % masih diatas angka rata - rata Thailand 9,6 % Vietnam 5,2 %. Di Jawa

Page 18: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

4

Tengah pada tahun 2009 sebesar 2,81% meningkat bila dibandingkan

tahun 2008 sebesar 2,08% (Profil Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2009).

Di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, pada tahun 2013 angka

kejadian BBLR adalah 100 bayi, dengan jumlah kelahiran 621, yang berarti

16,10 % sedangkan angka kematian bayi baru lahir pada tahun 2013 sebanyak

16 bayi dengan jumlah kelahiran 621 yaitu sekitar 2,65 %. Angka kematian

disebabkan karena BBLR sebesar 31,25 %. Perawatan BBLR di Rumah Sakit

Panti waluyo belum menggunakan developmental care karena belum

tersedianya peralatan yang dibutuhkan untuk developmental care.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Perawatan yang intensif menyebabkan stimulus yang berlebihan bagi

BBLR. BBLR belum memilik kemampuan yang baik untuk beradaptasi

dengan lingkungan karena imaturitas organnya sehingga diperlukan strategi

pengelolaan lingkungan melalui developmental care. Developmental care

yaitu asuhan yang memfasilitasi perkembangan bayi melalui pengelolaan

lingkungan yang adekuat Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik

untuk melakukan penelitian, bagaimana pengaruh developmental care

terhadap stres fisiologis pada BBLR ?

Page 19: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

5

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penerapan developmental care terhadap

stres fisiologis pada BBLR

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden.

b. Mengidentifikasi stres fisiologis sebelum dilakukan developmental

care pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

c. Mengidentifikasi stres fisiologis setelah dilakukan developmental

care pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

d. Menganalisis beda stres fisiologis sebelum dan sesudah dilakukan

developmental care pada kelompok perlakuan.

e. Menganalisis beda stres fisiologis sebelum dan sesudah dilakukan

developmental care pada kelompok kontrol.

f. Menganalisis beda stres fisiologis setelah dilakukan developmental

care pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi perawat

dalam pemberian asuhan keperawatan pada BBLR di unit

Perinatologi.

Page 20: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

6

1.4.2. Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pngembangan

ilmu pengetahuan dan bahan pembelajaran di bidang keperawatan.

1.4.3. Peneliti Lain

Hasil penelitaian ini di harapkan dapat menjadi rujukan bagi peneliti

berikutnya yang berhubungan dengan developmental care pada

BBLR.

1.4.4. Peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memotivasi peneliti untuk

mengembangkan pengetahuan dan inovasi dalam pererapan

developmental Care bagi BBLR di unit perinatologi.

Page 21: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1 Bayi Berat Lahir Rendah

1. Pengertian

BBLR adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram

(Arif, 2009). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang

ketika dilahirkan mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram

(Yulifah & Yuswanto, 2009). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah

Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia

kehamilan. Hal ini berarti bahwa berat lahir tersebut dapat sesuai masa

kehamilan atau kecil masa kehamilan yaitu apabila berat lahir kurang

dari normal menurut usia kehamilan tersebut (Saifuddin et al, 2006).

Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi

menjadi 2 golongan (Arief, 2009):

a. Prematuritas murni

Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu

dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa

kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa

Kehamilan (NKB _ SMK).

Page 22: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

8

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa kehamilan. Dismatur dapat terjadi dalam

preterm, term dan post term. Dismatur ini dapat disebut juga

Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Mas Kehamilan (NKB –

KMK), Neonatus Cukup Bulan – Kecil Masa Kehamilan (NCB –

KMK), Neonatus Lebih Bulan Kecil Masa Kehamilan (NLB –

KMK).

2. Etiologi

Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009) BBLR dapat

disebabkan oleh beberapa faktor :

1) Faktor Ibu:

a) Penyakit

Penyakit langsung yang berhubungan dengan kehamilan

misalnya : perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,

DM, toksemia gravidarum dan nefritis akut.

b) Usia Ibu

Angka kejadiantertinggi adalah pada usia , 20 tahun dan multi

gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.

c) Keadaan sosial ekonomi

Kejadian tertinggi terdapat pada tingkat sosial ekonomi rendah,

hal ini disebabkan karena keadaan gizi yang kuarang baik dan

pengawasan antenatal yang kurang.

Page 23: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

9

d) Faktor Lain

ibu perokok, ibu peminum alkohol, pecandu obat narkotik.

2) Faktor Janin

Hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom.

3) Faktor Lingkungan

Tempat tinggal didataran tinggi, radiasi dan zat – zat racun.

3. Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah

Pada kelahiran dengan berat lahir rendah proses adaptasi

yang dilalui sangat sulit karena ketidakmatangan (imaturitas) sistem

organ (Bobak, Lowdemilk & Jensen, 2005). Beberapa contoh

karaktristik organ yang belum matang pada bayi BBLR adalah

kekurangan surfaktan, alveoli yang berfungsi sedikit jumlahnya

sehingga bayi mengalami distres pernafasan, penyakit membran

hialin, selain itu struktur kulit tipis dan transparan, cadangan lemak

bawah kulit sedikit mengakibatkan bayi mudah kehilangan panas

yang ditandai dengan hipotermi.

Tanda dan Gejala bayi Berat Lahir Rendah menurut Maryunani

dan Nurhayati (2009) menyatakan tanda – tanda BBLR:

a) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.

b) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm.

c) Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

d) Lingkar dada kurang dari 30 cm.

e) Letak kuping menurun.

Page 24: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

10

f) Pembesaran dari salah satu atau dua ginjal.

g) Masalah dalam pemberian makanan (refleks menghisap dan

menelan berkurang).

h) Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan).

4. Masalah yang terjadi pada BBLR

Menurut Damanik (dalam Buku ajar Neonatologi, 2010)

masalah yang lebih sering di jumpai pada bayi BBLR:

1) Ketidakstabilan suhu

BKB dan BBLR memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu

tubuh akibat :

a. Peningkatan hilangnya panas.

b. Kurangnya lemak sub kutan.

c. Rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar.

d. Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak

memadai dan ketidakmampuan untuk menggigil.

2) Kesulitan pernafsan

a) Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke PMH

(Penyakit Membran Hialin).

b) Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks

batuk, refleks menghisap dan refleks menelan.

c) Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu

respirasi yang lemah.

d) Pernafasan yang periodik dan apnea.

Page 25: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

11

3) Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

a) Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34

minggu.

b) Motilitas usus yang menurun.

c) Pengosongan lambung yang tertunda.

d) Pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak

kurang.

e) Defisiensi enzim laktase pada brush border usus.

f) Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat

besi dalam tubuh.

g) Meningkatnya resiko EKN (Entero Kolititis Nekrotikans).

2.1.2 Stress Fisiologis

Als et al (1986 dalam Symington & Pinelli,2006) menyebutkan

bahwa parameter stress yang dapat diamati pada BBLR sebagai akibat

stimulus yang berlebihan dari lingkungan perawatan adalah perubahan

fungsi fisiologis tubuh berupa penurunan saturasi oksigen dan

peningkatan denyut nadi. Diskripsi dari penilaian fungsi fisiologis

saturasi oksigen dan denyut nadi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Saturasi oksigen

Saturasi oksigen didefinisikan sebagai prosentase jumlah

hamoglobin yang teroksigenasi dalam darah (Brooker, 2005;

Hockenberry & Wilson, 2007). Saturasi oksigen juga merpakan

Page 26: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

12

gambaran aliran oksigen dalam tubuh yang sangat penting bagi

optimalnya fungsi jantung dan organ tubuh lainnya karena oksigen

merupakan bahan bakar metabolisme. Sekitar 97 % oksigen yang

ditransportasikan kedalam aliran darah berkaitan dengan

haemoglobin di dalam sel darah merah dan 3 % lainnya larut dalam

plasma. Haemoglobin yang mengikat jumlah maksimum oksigen

dalam setiap molekulnya disebut kondisi tersaturasi (Walsh, 2006).

Nilai normal saturasi oksigen dalam rentang antara 90 – 99 %

(Kattwinkle et al, 2006). Berikut beberapa kondisi yang

mempengaruhi saturasi oksigen (Berman et al, 2009) :

a. Kadar haemoglobin

Kadar haemoglobin rendah pada Anemia akan menyebabkan

nilai saturasi oksigen menjadi rendah karena okigen tidak dapat

diikat oleh haemoglobin sel darah merah dalam jumlah yang

mencukupi.

b. Sirkulasi

Sistem sirkulasi berperan dalam transportasi darah dan oksigen

sehinnga pada kondisi dimana sirkulasi mengalami gangguan

seperti pada penyakit jantung, perdarahan . penyakit paru – paru

akan berpengaruh pada ikatan oksigen dan haemoglobin dalam

darah.

Page 27: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

13

2. Denyut Nadi

Denyut nadi merypakan gambaran dari setiap denyut jantung

yang memompakan darah ke arteri (Walsh, 2006). Rentang nilai

normal denyut jantung bayi, termasuk bayi BBLR adalah berada

antara 100 – 160 kali setiap menitnya (Saefuddin, 2006). Beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi denyut nadi seperti latihan fisik,

berada pada wilayah pada kondisi tekanan atmosfir yang rendah,

kondisi emosional, penyakit jantung dan demam (Gill & O’ Brien ,

2003).

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur saturasi oksigen

adalah pulse oxymetri. Pulse oxymetri merupakan alat ukur non

ivasif untuk mengukur kadar saturasi oksigen darah arteri (Berman,

2009). Sensor pulse oxymetri terdiri atas :

a) Dua dioda pemancar cahaya (dioda merah dan inframerah) yang

mentranmisikan cahaya melalui kuku, darah vena, darah arteri,

dan jaringan.

b) Fotodetektor yang dilelakkan langsung di depan dioda

Haemoglobin yang tersaturasi akan lebih bayak mengabsorbsi

cahaya inframerah. Sedangkan haemoglobin yang tidak

tersaturasi lebih bayak mengabsorbsi cahaya merah. Jumlah

akumulasi cahaya merah dan inframerah oleh haemoglobin yang

tersaturasi dan haemoglobin yang tidak tersaturasi dalam arteri

Page 28: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

14

akan diukur oleh fotodetektor dan dilaporkan sebagai prosentase

saturasi oksigen (Slota, 2006; Berman et al, 2009 ).

2.1.3 Developmental care

Bayi khususnya BBLR membutuhkan stimulus yang adekuat

dari lingkungan untuk tumbuh dan berkembang (Symington & Pinelli,

2006; Lissauer & Fanaroff, 2009; Maguire et al, 2009). Tetapi

lingkungan yang inensif memberikan stimulus yang berlebihan.

Strategi penelolaan lingkungan yang dapat dilakukan untuk

menurunkan stres akibat stimulus yang berlebihan ini disebut dengan

asuhan perkembangan atau developmental care. Developmental care

merupakan asuhan yang memfasilitasi perkembangan bayi melalui

pengelolaan lingkungan perawatan dan observasi perilaku sehingga

bayi mendapatkan stimulus lingkungan yang adekuat (Symington &

Pinelli, 2006; Lissauer & Fanaroff, 2009; Maguire et al, 2009).

Stimulus lingkungan yang adekuat menyebabkan terjadinya stabilisasi

fisiologis tubuh dan penurunan stress (McGrath et al, 2011; Byers,

2006).

Lissauer dan Fanaroff (2009) mengatakan bahwa perilaku bayi

tidak hanya sebagai bentuk komunikasi melainkan juga sebagai

cerminan kesiapan seorang bayi untuk menjalankan tugas

perkembangan yang merupakan hasil atau respon terhadap pengaruh

stimulus lingkungan. Stimulus lingkungan bukan merupakan satu –

Page 29: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

15

satunya faktor yang mempengaruhi perilaku bayi. Usia gestasi yaitu

usia kehamilan saat bayi dilahirkan dan kematangan saraf pusat

merupakan faktor lain yang mempengaruhi bagaimana bayi berperilaku

(Bobak, Lodemilk & Jensen, 2005).

2.1.3.1 Skin to skin contact

Pengelolaan lingkungan perawatan yang dilakukan dalam

developmental care ini meliputi stimulasi perkembangan kemampuan

visual melalui gambar dan warna, stimulasi taktil dan oral, pemberian

terapi non farmakologis seperti pembedongan ,sentuhan, fasilitas ikatan

atau interaksi orang tua dan anak dapat berupa kunjungan orang tua

atau skin to skin contact atau yang dikenal dengan perawatan metode

kanguru, dimana sangat penting untuk proses adaptasi bayi dan orang

tua terhadap kehadiran dan penerimaan satu sama lain (Sizun &

Westrup, 2004; Maguire et al, 2008; Wong et al, 2009; Kanner &

McGrath, 2009).

Ludington pada tahun 1990 mengamati efek skin to skin contact

pada bayi prematur terhadap level aktivitas dan periode tidur tenang.

Hasil penelitian meyebutkan bahwa terjadi penurunan level aktivitas

dan disertai peningkatan periode tidur selama skin to skin contact. Gray

et al (2000) mengemukakan bahwa skin to skin contact antara ibu dan

bayi selama 15 – 20 menit terbukti menurunkan intensitas menangis

dan menstabilkan denyut jantung.

Page 30: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

16

2.1.3.2 Minimal Handling

Pengelolaan lingkungan perawatan intensif lainya yang dapat

dilakukan dalam developmental care adalah minimal handling. Minimal

handling dilakukan untuk memberikan waktu istirahat dan tidur bagi

bayi tanpa adnya gangguan aktivitas pengobatan, perawatan dan

pemeriksaan lainnya dengan cara sedikit mungkin memberikan

penanganan pada bayi atau memungkinkan penanganan bayi untuk

beberapa tindakan dalam satu waktu. Contoh tindakan minimal

handling adalah meberlakukan jam tenang, meminimalkan membuka

menutup inkubator utuk hal yang tidak perlu (Sizun & Westrup, 2004;

Maguire et al, 2008; Wong et al, 2009).

2.1.3.3 Nesting

Pemasangan Nesting atau sarang yang mengelilingi bayi dan

posisi fleksi juga merupakan bentuk dari pengelolaan lingkungan dalam

developmental care. Nesting dapat menopang tubuh bayi dan

memberikan tempat yang nyaman (Lissauer & Fanaroff, 2009). Posisi

fleksi sendiri merupakan posisi terapeutik karena posisi ini bermanfaat

dalam mempertahankan normalitas batang tubuh (Kenner & McGrath,

2004) dan mendukung regulasi diri karena melalui posisi ini bayi

difasilitasi untuk meningkatkan aktivitas tangan ke mulut dan tangan

menggenggam (Kenner & McGrath, 2004; Wong et al, 2009). Dalam

Bobak, Lowdemilk dan Jensen (2005) disebutkan pula bahwa posisi

fleksi bayi baru lahir di duga berfungsi sebagai sistem pengamanan

Page 31: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

17

untuk mencegah kehilangan panas karena sikap ini mengurangi

pemajanan permukaan tubuh pada suhu lingkungan.

2.1.3.4 Intensitas suara

American Academy of Pediatrics (AAP) (dalam Kenner

&McGrath,2004) merekomedasikan bahwa pengelolaan lingkungan

intensif dengan pengendaliaan intensitas suara di ruang perawatan tidak

boleh melebihi 48 desibel (dB). Kebisingan lingkungan perawatan

berkontribusi terhadap peningkatan level hormon stress pada bayi

BBLR sehingga penerapan developmental care untuk menurunkan level

hormon stress yang dipengaruhi oleh kebisingan dengan menggunakan

penutup telinga bagi bayi BBLR, mendorong petugas kesehatan untuk

berbicara dengan tenang selama di ruang perawatan (Sizun & Wistrup,

2004; Maguire et al,2008; Wong et al, 2009).

2.1.3.5 Penutup Inkubator

Pengaturan pencahayaan menjadi bagian penting dalam

pengelolaan lingkungan pada developmental care. Pencahayaan untuk

melakukan prosedur medis dan perawatan direkomendasikan sebesar 60

footcandles (ftc) (AAP, 1997 dalam Kenner & McGrath, 2004),White

(dalam Kenner & McGrath,2004) juga merekomendasikan tentang

intensitas pencahayaan sebesar 10 – 20 ftc sebagai pencahayaan yang

adekuat dalam lingkungan perawatan bayi. Penggunaan penutup

inkubator untuk menurunkan intensitas pencahayaan dalam pengelolaan

lingkungan pada penerapan developmental care.

Page 32: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

18

2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

N

o

Nama

peneliti

Judul penelitian Metode Hasil Penelitian

1 AntariniIndriansari

Pengaruhdevelopmental

care terhadapfungsi fisiologisdan perilaku tidurterjaga bayi BBLRdi RS FatmawatiJakarta

Metode penelitianini menggunakanquasy

eksperimental

dengan self

controlled study

design. Samplepenelitian 15BBLR yangdirawat di ruangperinatologidipilihmenggunakantekhnik purposive

sampling

Hasil penelitianmenunjukkanadanya pengaruhyang signifikandengan penerapandevelopmental

care terhadapperilaku terjagadan tidur tenang(p=0,002) danpenurunan tiduraktif (p=0,003)serta penurunandenyutnadi(p=0,20)namun tidaksignifikan terhadapsaturai oksigen (p=0,234)

2 Lia Herliana Pengaruhdevelopmental

care terhadaprespon nyeri akutpada bayiprematur yangdilakukanprosedur invasif diRSU Tasikmalayadan RSU Ciamis

Metode penelitianmenggunakanquasy

experimental non

equivalent control

group before and

after design.Dengan jumlahsample 42 bayiprematur. Terdiridari 21 kelompokkontrol dan 21responden sebagaikelompokintervensi

Hasil penelitianmenunjukkan adaperbedaan yangsignifikan darirespon nyeri akutsebelum dansesudahdevelopmental care(p=0,000)

Page 33: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

19

3 SandieBredemeyer,ShelleyReid, Janpolverinodan Cristawocadlo

Implementation

anf Evaluation of

an Individualized

developmental

care program in a

Neonatal Intensive

care Unit

Metode penelitianini menggunakanstudy cohort.Sample penelitianyang diambiladalah bayisangat prematuratau usia gestasikurang dari 32minggu denganjumlah responden110 bayi

Hasil penelitianmenunjukkanbahwa tidakditemukanperbedaan yangsignifikan antaratingkat cemas bayidan orang tua

Page 34: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

20

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

BBLRImaturitas organ

BBLR

Stres Fisiologis

BBLR

Stres BBLRmenurun yangdapat diamatimelalui stabilisasinilai HR, SpO2

DEVELOPMENTAL CARE

a. Stimulus visual, taktil,oral

b. Skin to skin contact

c. Minimal handling

d. Clustered care

e. Penutup inkubatorf. Bicara perlahang. Nesting

Perawatan

Intensif

(stimulus yang

berlebihan)

Page 35: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

21

2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian ( Nursalam, 2003 ). Hipotesis terbagi dalam 2 tipe :

a. Hipotesis Nol (Ho): Tidak ada pengaruh pemberian developmental care

terhadap stress fisiologis pada BBLR.

b. Hipotesis alternative (Ha/H1): Ada pengaruh developmental care

terhadap stress fisiologis pada BBLR.

BBLR Developmental care Stres

fisiologis

Page 36: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy

experimental. Quasy Experimental adalah metode penelitian eksperimen

dengan menggunakan kelompok kontrol namun tidak sepenuhnya untuk

mengontrol variabel luar yang mempengaruhi penelitian (Sugiyono,2008).

Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam quasy experimental

dengan menggunakan Non Equivalent Control group design yaitu metode

penelitian yang memberikan perlakuan dan terdiri dua tau lebih kelompok

subjek. Before and After design karena penelitian ini membandingkan

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Tetapi tidak perlu kelompok

kontrol yang benar – benar sama.

Bentuk rancangan dapat di gambarkan sebagai berikut :

Pretest perlakuan post test

xKelompok Intervensi Q1 Q3

Kelompok Kontrol Q2 Q4

Keterangan :

Q1 : Kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan

Q3 : Kelompok Intervensi setelah diberikan perlakuan

Page 37: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

23

Q2 : Kelompok Kontrol sebelum diberikan perlakuan

Q4 : kelompok Kontrol setelah diberikan perlakuan

X : perlakuan , yaitu developmental care

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah sejumlah subjek yang

mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah bayi BBLR yang dirawat di ruang

Perinatologi RS Panti Waluyo.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan

cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya

(Sastroamoro & Ismael, 2010). Pemilihan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi,

2013) berupa kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh

sampel sehingga dapat diikutsertakan dalam penelitian (Sastroasmoro &

Ismael, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: Bayi dirawat

di inkubator tidak menggunakan ventilator mekanik. Kriteria eksklusi

adalah kondisi yang menyebabkan subjek penelitian memenuhi kriteria

inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian.

Page 38: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

24

(Sastroasmoro & Ismael, 2010). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah :

1. Bayi yang mengalami perdarahan intraventrikuler.

2. Bayi yang mengalami distres pernafasan.

3. Bayi yang dengan riwayat penyakit kardiovaskuler atau PJB

(Penyakit Jantung Bawaan).

4. Bayi yang mengalami demam atau sepsis.

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menurut Notoatmojo

(2010) sebagai berikut :

Keterangan :

N : Jumlah populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan = 0,01

88n =

1 + 88 (0,1) 2

n= 46,8

Berdasarkan rumus diatas penelitian ini membutuhkan sampel 47

responden.

Page 39: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

25

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang prinatologi RS Panti Waluyo

Surakarta. RS Panti Waluyo merupakan rumah sakit tipe C yang belum

menerapkan developmental care.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu pengumpulan data penelitian dilakukan dalam kurun waktu 3

bulan yang dimulai pada Februari sampai dengan Februari sampai dengan

Mei 2015.

3.4 Variabel penelitian, Definisi Operasional dan Skala pengukuran

Tabel 3.1

Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala pengukuran

Variabel Independen

No Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Indikator

penilaian

Skala

1 VariabelIndependen:developmen

tal care

Pemberiandevelopmental

care pada BBLRselamamenjalaniperawatan diruangperinatologi RSPanti Waluyomeliputi :pemberiannesting, minimal

handling,

clustered care,penutupinkubator, skin

to skin contact

Alat Ukur :lembarobservasiCara Ukur:memberikanintervensidevelopmental

care padaBBLR diRuangperinatologiRS PantiWaluyo

1 : tidak ,bila bayiBBLR tidakmendapatintervensidevelopmen

tal care

artinyarespondenpada fasetanpadevelopmen

tal care

2 : Ya, bilabayi BBLRmendapatintervensidevelopmen

tal care

Nominal

Page 40: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

26

artinyarespondenpada fasedevelopmen

tal care

Variabel dependen

No Variabel Definisi

operasional

Alat Ukur Indikator

penelitian

skala

1 Fungsifisiologis :saturasioksigen

Pengukuranaliranoksigentubuh bayiBBLR

Alat ukur : alatmonitoringsaturasioksigen (pulse

Oxymetri) danlembarobservasiCara ukur :melakukanpencatatannilai saturasiyang terteradalam alatpulse

Oxymetri.Pembacaandilakukantepat pada tiap2 menit dalamrentangwwaktu 20menit. Padamasing –masing faseyaitu fasetanpadevelopmental

care dan fasedevelopmental

care

Nilai saturasidalam angka(prosentase)

Interval

2 Fungsifisiologis :denyutnadi (HR)

Frekuensidenyut nadiBBLR dalam1 menit

Alat ukur : alatmonitoringdenyut nadi(patient

monitor) danlembarobservasi

Nilai denyutnadi dalamangka

Interval

Page 41: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

27

Cara ukur :melakukanpencatatannilai HR yangtertera dalamalat patientmonitorPembacaandilakukantepat pada tiap2 menit dalamrentang waktu20 menit. Padamasing –masing faseyaitu fasetanpadevelopmental

care dan fasedevelopmental

care

Variabel lainnya : Karakteristik responden

3 UsiaGestasi

Usiakehamilansaat bayidilahirkan

Alat ukur :lembarobservasiCara ukur:melihat catatanusia gestasibayi BBLRyang tercatatdi RekamMedis

Usia gestasidalamminggu

Interval

4 Usia saatpenelitian

Usia bayiBBLR saatpengambilandatapenelitiandilakukanyang dihitungdari tanggalkelahiranbayi

Alat ukur :lembarobservasiCara ukur :Menghitungusia bayiBBLR sejakbayi dilahirkansampaipengambilandata penelitiandilakukan.Tanggal

hari Rasio

Page 42: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

28

kelahirandalam rekammedis bayi

5 Beratbadan lahir

Berat badanlahir bayi

Alat ukur :lembarobservasiCara ukur :Melihat databerat badanbayi BBLRdalam catatanrekam medisbayi

Berat badandalam gram

Interval

6 Beratbadan saatpenelitian

Berat badanbayi saatpengambilandatapenelitiandilakukan

Alat ukur :lembarobservasiCara ukur :Melihat databerat badanbayi BBLRdalam catatanharian perawat

Berat badandalam gram

Interval

7 Anemia Diagnoseatau adanyariwayatanemia saatdilakukanpengambilandata

Alat ukur ;lembarobservasiCara ukur :melihat hasilpemeriksaankadar Hb bayiBBLR terakhirdi catatanrekam medisbayi.Apabila Hb <13 gr% makabayidikategorikanmengalamianemia

1: tidak, bilabayi BBLRmempunyaikadar Hb ≥13 gr% saatdilakukanpengambilandatapenelitianatau tidakadanyariwayatanemia saatsebelumpenelitian2: ya, bilabayi BBLRmemilikikadar Hb ≤13 gr % saatdilakukanpengambilandatapenelitian

Nominal

Page 43: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

29

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi kondisi fisiologis bayi, yang memuat informasi mengenai

karakteristik responden meliputi usia gestasi, usia bayi saat penelitian, berat

badan lahir bayi, berat badan bayi saat penelitian, anemia dan fungsi

fisiologis: saturasi oksigen, denyut nadi.

Alat untuk mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan pulse

oxymetri dan alat untuk mengukur denyut nadi menggunakan patient monitor.

Validitas alat dilakukan dengan cara kalibrasi sebelum penelitian.

Pencatatan hasil observasi terhadap fungsi fisiologis: saturasi dan denyut nadi

dilakukan bersamaan yaitu tiap 2 menit dalam waktu 20 menit untuk tiap –

tiap fase, fase tanpa developmental care atau pada kelompok kontrol dan fase

dengan developmental care pada kelompok perlakuan.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

1. Persiapan

Persiapan penelitian meliputi :

a. Peneliti mengajukan permohonan ijin ke Stikes Kusuma

Husada.

b. Peneliti menyampaikan ijin Penelitian dari Direktur RS Panti

Waluyo ke Kepala Instalasi Rawat Inap dan Kepala Ruang

Perinatologi RS Panti Waluyo.

Page 44: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

30

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini meliputi :

a) Peneliti menyampaikan sosialisasi mengenai intervensi

developmental care kepada kepala Ruang perinatologi, Ketua

Tim dan seluruh pelaksana Ruang Perinatologi RS Panti

Waluyo.

b) Peneliti bekerjasama dengan perawat ruang Perinatologi untuk

menentukan responden.

c) Peneliti menetapkan responden yang sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya.

d) Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat serta prosedur

dan hak- hak responden kepada orang tua responden.

e) Penelitian dilakukan setelah orang tua responden memberikan

ijin dengan menandatangani informed concent.

f) Peneliti mulai melakukan pengumpulan data dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan

sebelumnya.

g) Peneliti melakukan pengumpulan data melalui alur prosedur

dengan membagi responden menjadi dua kelompok yaitu

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Pada kelompok kontrol:

Page 45: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

31

1) Touching time, yaitu bayi mendapatkan perawatan seperti ganti

popok, asupan oral, perawatan tali pusat prosedur atau

tindakan perawatan lain setelah itu bayi dipasang nesting.

2) Periode stabilisasi, yaitu setelah touching time bayi diberikan

waktu istirahat sekitar 20 menit sebelum pengukuran nadi dan

saturasi tanpa developmental care.

3) Fase tanpa developmental care yaitu bayi kemudian setelah

stabilisasi dilakukan pengukuran fungsi fisiologis : nadi dan

saturasi tanpa ada intervensi developmental care tiap 2 menit

selama 20 menit.

4) Setelah selesai pengukuran pada kelompok kontrol bayi tetap

di beri nesting.

Pengukuran fungsi fisiologis tanpa developmental care

dilakukan selama 10 hari.

Pada kelompok perlakuan:

1) Touching time (1), yaitu bayi mendapatkan perawatan atau

tindakan keperawatan seperti ganti popok, asupan oral dalam

satu waktu agar bayi tidak mendapatkan penanganan berulang

2) Fase dengan developmental care yaitu bayi mendapatkan

intervensi developmental care : pemasangan nesting, penutup

inkubator, clustered care, pengaturan intensitas suara dan skin

to skin contact

Page 46: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

32

3) Periode stabilisasi sekitar 20 menit.

4) Dilakukan pengukuran fungsi nadi dan saturasi tiap 2 menit

selama 20 menit.

5) Setelah pengukuran fungsi fisiologis bayi di biarkan istirahat

6) Touching time (2) bayi mendapatkan prosedur perawatan ganti

popok, atau tindakan perawatan lain.

7) Skin to skin contact atau perawatan metode kanguru dengan

ibu bayi jika kondisi ibu memungkinkan. Tetapi jika tidak bisa

digantikan oleh ayah atau keluarga lain minimal 1 jam.

8) Periode stabilisasi selama 20 menit.

9) Pengukuran nadi dan saturasi setiap 2 menit sekali selama 20

menit. Pengukuran fungsi fisiologis dengan developmental

care dilakukan selama 10 hari.

3.6 Teknik pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan sebagai langkah awal sebelum analisis

data. Pengolahan data ada beberapa tahapan (Setiadi, 2013) :

a. Editing / memeriksa

Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para

pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini

dilakukan terhadap :

Page 47: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

33

a) Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada

jawabnnya, meskipun jawabannya hanya berupa tidak tahu atau

tidak mau menjawab.

b) Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit

pengolahan data atau pengolah data salah membaca.

c) Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak

relevan maka editor harus menolaknya.

b. Coding / memberi tanda

Adalah mengklasifikasikan jawaban – jawaban daripada responden

kedalam bentuk angka / bilangan. Coding data berdasarkan rencana hail ukur

yang telah disusun dalam definisi operasional. Seperti memberikan kode 1

untuk fase kontrol, kode 2 untuk fase intervensi atau untuk karakteristik

Anemia, kode 1 untuk karakteristik responden yang tidak mengalami anemia

dan kode 2 untuk karakteristik responden yang mengalami anemia.

c. Processing

Adalah memproses data agar data yang sudah di-entry dapat

dianalisis. Pemrosesan data dapat dilakukan dengan cara meng-entry data dari

kuisoner ke paket program komputer.

d. Cleaning

Pembersihan data, lihat variabel apakah sudah benar atau belum.

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry

apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi

pada saat kita meng-entry data ke komputer.

Page 48: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

34

Analisa data adalah langkah setelah dilakukan pengolahan data. Analisa data

bertujuan :

1) Untuk mengetahui komponen – komponen yang mempunyai sifat menonjol

dan mempunyai nilai yang ekstim.

2) Membandingkan antara komponen dengan menggunakan nilai rasio.

3) Memperbandingkan antara komponen dengan keseluruhan menggunakan

nilai proporsi (prosentase) kemudian menyimpulkannya.

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :

1. Analisa Univariat

Merupakan analisa yang menjelaskan karakteristik dari masing – masing

variabel yang diteliti (Hastono,2007). Karakteristik variabel yang dianalisa dalam

penelitian ini adalah usia gestasi, berat badan lahir, berat badan saat penelitian,

anemia, saturasi oksigen, denyut nadi. Variabel anemia dijelaskan menggunakan

distribusi frekuensi dan prosentase karena merpakan data kategorik. Variabel data

numerik yaitu usia gestasi, berat badan lahir, berat menggunakan distribusi

frekuensi dan prosentase karena merpakan data kategorik. Variabel data numerik

yaitu usia gestasi, berat badan lahir, berat badan saat penelitian, saturasi oksigen,

denyut nadi dianalisa menggunakan varians data.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

atau perbedaan yang signifikan antara dua variabel atau lebih (Hastono,2007)

adapun analisa bivariat dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 49: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

35

Untuk mengetahui beda stres fisiologis setelah dilakukan developmental care

pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan uji independent t-

tes.

b) Uji paired t test dilakukan untuk mengetahui perbedaan stres fisiologis

sebelum dan sesudah dilakukan developmental care pada kelompok

perlakuan dan untuk mengetahui beda stres fisiologis sebelum dan sesudah

tanpa developmental care pada kelompok kontrol.

c) Sebelum melakukan analisis bivariat harus dilakukan uji normalitas. Data

dikatakan normal apabila hasil uji dengan Shapiro-Wilk > 0,05.

3. Uji alternatif

Jika dengan uji independent t- test ditemukan distribusi data yang tidak

normal maka dilakukan uji non parametrik dengan Mann-Whitney dan untuk

distribusi data yang abnormal pada Uji paired t-tes dilakukan uji non parametric

dengan Wilcoxon.

3.7 Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip – prinsip

etik yang bertujuan untuk melindungi subjel penelitian. American Nurses

Associations (2001) dalam Labiondo – Wood dan Haber (2006) menyebutkan

terdapat lima petunjuk prinsip – prinsip etik yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu :

Page 50: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

36

a) Right to self determination

Dalam hal ini peneliti meminta kesediaan responden untuk terlibat dalam

penelitian melalui persetujuan orang tua responden (informed consent)

terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, prosedur

penelitian.

b) Right to privacy and dignity

Peneliti menjaga privasi dan martabat responden dalam hal ini bayi BBLR

dengan menyapa, memberikan salam dan mengucapkan terima kasih

setelah dilakukan pengambilan data.

c) Right to anonymity and confidentiality

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden yang terlibat dalam

penelitian ini dengan tidak mencatumkan nama responden tetapi inisial

responden.

d) Right to fair treatment

Dalam penelitian ini responden tetap mendapatkan intervensi

developmental care. Intervensi developmental care diberikan pada

responden setelah selesai pengambilan data pada fase tanpa developmental

care.

e) Right to protection from discomfort and harm

Kenyamanan dan resiko yang mungkin muncul karena intervensi tetap di

perhatikan dalam penelitian ini. Intervensi tidak dipaksakan kepada

responden ketika responden dalam pemeriksaan atau tindakan lain untuk

kepentingan responden.

Page 51: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Variabel dengan data numerik yaitu usia gestasi, usia saat penelitian,

berat badan lahir, berat badan saat penelitian disajikan dengan menggunakan

nilai rerata, minimum, maksimum, standar deviasi atau simpangan baku. Dan

variabel kategorik anemi disajikan dengan distribusi frekuensi dan prosentase

Tabel 4.1

Karakteristik responden berdasarkan usia gestasi , umur bayi saat penelitian,berat badan lahir, berat badan saat penelitian di

RS Panti Waluyo SurakartaFebruari – Mei 2015

(n=47)

Variabel Minimum Maksimum Mean Std.deviation

usia gestasi (minggu) 23.00 37.00 33.48 2.32usia bayi saatpenelitian (hari)

0.00 2.00 0.17 0.43

berat badan lahir(gram) 1500 2500 2.09 262.71

berat badan saatpenelitian (gram) 1500 2500 2.09 263.62

Tabel 4.1 menunjukkan rerata distribusi responden bayi berat lahir

rendah berdasarkan usia gestasi 33,48 minggu dengan nilai simpangan baku

2.32 minggu.

Page 52: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

38

Rerata distribusi responden bayi berat lahir rendah berdasarkan usia

saat penelitian adalah 0.17 hari dengan nilai simpangan baku 0.43 hari.

Rerata distribusi responden bayi berat lahir rendah berdasarkan berat badan

lahir sebesar 2.098 gram dengan simpangan baku 262.7 gram. Rerata

distribusi responden bayi berat lahir rendah berdasarkan berat badan saat

penelitian sebesar 2.096 gram dengan simpangan baku 263.6 gram.

Tabel 4.2Distribusi responden berdasarkan Anemia saat penelitian di RS Panti Waluyo

Surakarta Februari – Mei 2015 (n=47)

Variabel Frekuensi Percent (%)Tidak anemia 40 85.1Anemi 7 14.9total 47 100

Tabel 4.1.2 tentang distribusi responden bayi berat lahir rendah

berdasarkan Anemia di dapatkan hasil bahwa bayi yang tidak mengalami

anemia paling banyak yaitu sejumlah 40 atau 85.1 % dan bayi yang

mengalami anemia sebanyak 7 (14,9%).

4.2 Stres fisiologis sebelum developmental care pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan

Stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi pada fase sebelum

developmental care pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah

sebagai berikut:

Page 53: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

39

Tabel 4.3

Distribusi responden berdasarkan saturasi oksigen dan denyut nadi sebelumdevelopmental care pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan saat

penelitian di RS Panti Waluyo SurakartaFebruari – Mei 2015 (n=47)

Variabel kelompok Minimal Maksimal MeanStd.

Deviasi

SpO2 pre testKontrol 90 96 92.95 1.91

Perlakuan 90 95 92 1.58Denyut Nadi

pretestKontrol 119 167 158.78 9.10

Perlakuan 115 178 148.45 10.75

Tabel 4.2 menunjukkan rerata SpO2 sebelum developmental care

pada kelompok kontrol adalah 92.95 % dengan simpangan baku 1,91 dan

rerata SpO2 sebelum developmental care pada kelompok perlakuan adalah

92% dengan simpangan baku 1.58. rerata Denyut Nadi sebelum

developmental care pada kelompok kontrol adalah 119 x/menit dengan

simpangan baku 9.10 dan rerata Denyut Nadi sebelum developmental care

pada kelompok perlakuan adalah 115 x/menit dengan simpangan baku 10.75.

4.3 Stres fisiologis sesudah developmental care Pada kelompok Kontrol dan

Kelompok Perlakuan

Stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi pada fase sesudah

developmental care pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah

sebagai berikut:

Page 54: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

40

Tabel 4.4Distribusi responden berdasarkan saturasi oksigen dan denyut nadi sesudahdevelopmental care pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

saat penelitian di RS Panti Waluyo SurakartaFebruari – Mei 2015

(n=47)

Variabel kelompok Minimal Maksimal MeanStd.Deviasi

SpO2 post testKontrol 90 96 93.04 2.05

Perlakuan 90 96 93 1.84

Denyut Nadipost test

Kontrol 110 165 157 10.78Perlakuan 144 151 148.1

62.07

Tabel 4.3 menunjukkan rerata SpO2 sesudah developmental care pada

kelompok kontrol adalah 93.04 % dengan simpangan baku 2.05 dan rerata

SpO2 sesudah developmental care pada kelompok perlakuan adalah 93%

dengan simpangan baku 1.84. Rerata denyut nadi sesudah developmental care

pada kelompok kontrol adalah 157 x/menit dengan simpangan baku 10.78

dan rerata denyut nadi sesudah developmental care pada kelompok perlakuan

adalah 148 x/menit dengan simpangan baku 2.07.

4.4 Beda stres fisiologis sebelum dan sesudah dilakukan developmental care

pada kelompok perlakuan

Perbedaan rerata stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi

sebelum dan sesudah dilakukan developmental care pada kelompok

perlakuan responden adalah sebagai berikut:

Page 55: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

41

Tabel 4.5Perbedaan rerata stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum

dan sesudah dilakukan developmental care pada kelompok perlakuanresponden di RS Panti Waluyo Surakarta

februari – Mei 2015

Hasil uji normalitas dengan menggunakan Shapiro-wilk saturasi

oksigen kelompok perlakuan diperoleh nilai p pretest (0,018) < 0,05 dan

postest (0,199) > 0,05 sehingga terdapat salah satu data berdistribusi tidak

normal sehingga digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Wilcoxon.

Hasil uji wilcoxon diperoleh nilai p= 0,056 > 0,05 sehingga tidak terdapat

pengaruh saturasi oksigen sebelum dan sesudah developmental care pada

kelompok perlakuan

Hasil uji normalitas denyut nadi kelompok kontrol diperoleh p value

pretest (0,000) < 0,05 dan postest (0,087) > 0,05 sehingga terdapat salah satu

data yang tidak terdistribusi normal sehingga digunakan uji statistik non

parametrik yaitu uji wilcoxon. Hasil uji wilcoxon diperoleh p value 0,656>

0,05 sehingga tidak terdapat pengaruh denyut nadi sebelum dan sesudah

developmental care pada kelompok perlakuan

Variabel Fase mean Std. Deviasi P Value

SpO2Pre test 91,32 1,58

0,056Post test 92.22 1,84

Denyut

Nadi

Pre test 143,9 10,750,656

Post test 147,28 2,078

Page 56: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

42

4.5 Beda stres fisiologis sebelum dan sesudah dilakukan developmental care

pada kelompok kontrol

Perbedaan rerata stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi

sebelum dan sesudah developmental care pada kelompok kontrol responden

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6Perbedaan rerata stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum

dan sesudah developmental care pada kelompok kontrol respondendi RS Panti Waluyo Surakarta

februari – Mei 2015

Hasil uji normalitas dengan Shapiro-wilk diperoleh nilai p pretest

(0,175) dan postest (0,052) > 0,05 sehingga data dinyatakan berdistribusi

tidak normal sehingga digunakan uji statistik parametrik yaitu uji Paired

sample t-test. Hasil uji Paired t- test diperoleh nilai p 0,891 > 0,05 sehingga

tidak terdapat perbedaan saturasi oksigen sebelum dan sesudah pada

kelompok kontrol

Dari Hasil uji normalitas denyut nadi kelompok kontrol diperoleh nilai

p pretest (0,000) < 0,05dan postest (0,000) < 0,05 sehingga data tidak

terdistribusi normal sehingga digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji

Variabel Fase mean Std. Deviasi P Value

SpO2Pre test 92,9 1,91

0,891Post test 93,04 2.05

Denyut NadiPre test 158,78 9,10

0,106Post test 157,08 10,78

Page 57: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

43

Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon diperoleh p value 0,106 > 0,05 sehingga tidak

terdapat beda denyut nadi sebelum dan sesudah developmental care pada

kelompok kontrol.

4.6 Beda stres fisiologis sesudah dilakukan developmental care pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

Perbedaan rerata stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi

sesudah developmental care pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7Perbedaan rerata stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi sesudah

developmental care pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuanresponden di RS Panti Waluyo Surakarta

februari – Mei 2015

Hasil uji normalitas saturasi oksigen pretest pada kelompok kontrol

diperoleh nilai p post test (0,175) < 0,05 dan postest (0,018) > 0,05 sehingga

terdapat salah satu data yang tidak terdistribusi normal sehingga digunakan

uji statistik non parametrik yaitu uji Mann whitney. Hasil uji Mann whitney

diperoleh nilai p= 0,000 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan saturasi oksigen

sebelum developmental care pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

Variabel kelompok Mean P Value

SpO2 post testkontrol 93.04

0,000perlakuan 92.22

Denyut Nadi post

test

kontrol 157,080,000

perlakuan 147.28

Page 58: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

44

Hasil uji normalitas saturasi oksigen pretest pada kelompok kontrol

diperoleh nilai p pretest (0,052) > 0,05 dan postest (0,199) > 0,05 sehingga

data terdistribusi normal sehingga digunakan uji statistik parametrik yaitu

independent sample t-test. Hasil uji diperoleh p value 0,000 < 0,05 sehingga

terdapat perbedaan saturasi oksigen setelah developmental care pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Hasil uji normalitas denyut nadi pretest pada kelompok kontrol

diperoleh p value pretest (0,000)< 0,05 dan postest (0,000) < 0,05 sehingga

data tidak terdistribusi normal sehingga digunakan uji statistik non parametrik

yaitu Mann-whitney. Hasil uji diperoleh p value 0,000 < 0,05 sehingga

terdapat perbedaan denyut nadi sebelum developmental care pada kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan.

Hasil uji normalitas denyut nadi pretest pada kelompok kontrol

diperoleh nilai p pretest (0,000) < 0,05 dan postest (0,087) > 0,05 sehingga

salah satu data tidak terdistribusi normal sehingga digunakan uji statistik non

parametrik yaitu Mann-whitney. Hasil uji diperoleh p value 0,000 < 0,05

sehingga terdapat perbedaan denyut nadi sesudah developmental care pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Page 59: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

45

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Analisa Univariat bertujuan menjelaskan karakteristik dari masing –

masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah

karakteristik responden yaitu usia gestasi, usia saat penelitian, berat badan

lahir, berat badan saat penelitian, anemia, stres fisiologis yaitu saturasi

oksigen dan denyut nadi.

5.1.1 Usia Gestasi

Bayi Berat Lahir rendah yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah bayi yang usia gestasinya minimal 23 minggu dan

maksimal 37 minggu dengan standar deviasi 2.32. BBLR mengalami

kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan diluar rahim

karena imaturitas organ (Bobak, Lowdemilk, & Jensen, 2005) sehingga

bayi kurang mampu meregulasi stimulus lingkungan luar (Maguire et

al, 2008). Bayi preterm memiliki sistem persarafan yang immature yang

menyebabkan respon fisiologis tidak adekuat terhadap stressor di

ekstrauterin (Martin et al, 2011).

Badr et al dalam penelitian (2010) menyatakan bahwa semakin

rendah umur kehamilan atau usia gestasi akan memiliki skala

Premature Infant Pain Profile (PIPP) yang tinggi dengan p value

0,001. Dalam penelitian yang sama dilakukan oleh Gibbins (2007)

Page 60: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

46

menyatakan bahwa bayi dengan usia gestasi 28 minggu sampai dengan

32 – 36 minggu akan mengalami perubahan saturasi oksigen dan denyut

jantung yang tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang usia gestasinya

diatas 36 minggu. BBLR dengan prematuritas murni memiliki level

oksidative stress yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang

cukup bulan (Galvan & Donzelli, 2009) sehingga usia gestasi memiliki

pengaruh yang lebih besar terjadinya stress oksidative (Nasi et al,

2009). Sehingga di perlukan perawatan yang memfasilitasi proses

adaptasi bayi dengan lingkungan yaitu developmental care.

5.1.2 Usia saat Penelitian

Usia BBLR saat penelitian ini minimal 0 hari dan maksimal 2

hari dengan simpangan baku 0.43. Minggu – minggu pertama

kehidupan merupakan proses transisi bagi bayi baru lahir. Proses

transisi ke ekstrauterin memerlukan fungsi ventilasi, respirasi, jantung

yang baik selain itu BBLR juga memerlukan mekanisme adaptasi

fisiologis (Martin, Fanaroff & Walsh, 2011). Transisi dari kehidupan

intrauterin ke ekstrauterin melibatkan serangkaian perubahan fisiologis

kompleks (Lissauer & Fanaroff, 2008). Demikian halnya yang terjadi

pada BBLR yang menjadi reponden dalam penelitian ini. BBLR berusia

maksimal 2 hari, berarti masih dalam masa transisi. Seiring dengan

bertambahnya usia bayi akan mengalami peningkatan kemampuan

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar rahim (Depkes,

2006).

Page 61: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

47

5.1.3 Berat Badan Lahir

Berat badan lahir bayi yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah bayi yang berat lahirnya minimal 1500 gram dan

maksimal 2500 gram dengan simpangan baku 262.71. Menurut

Damanik (2010) masalah yang lebih sering di jumpai pada bayi BBLR

adalah ketidakstabilan suhu karena faktor berat badan bayi saat lahir

rendah sehingga peningkatan hilangnya panas yang menyebabkan

hipotermi. Selain itu kurangnya lemak sub kutan, rasio luas permukaan

terhadap berat badan yang besar, produksi panas berkurang akibat

lemak coklat yang tidak memadai dan ketidakmampuan untuk

menggigil. Pada kondisi bayi mengalami hipotermi bayi akan

mengalami peningkatan kebutuhan oksigen (Wong et al, 2009).

Hipotermi dapat berkontribusi pada hipoglikemi, asidosis dan bahkan

mortalitas pada BBLR (Lissauer & Fanaroff, 2008).

5.1.4 Berat Badan saat Penelitian

Berat badan bayi saat penelitian yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah bayi yang beratnya minimal 1500 gram dan

maksimal 2500 gram dengan nilai rerata 2090 gram dengan simpangan

baku 263.62. Pada bayi baru lahir karena proses adaptasi terjadi

penurunan berat badan pada ± 10 hari pertama kehidupan adalah hal

yang normal selanjutnya bayi akan mencapai berat lahirnya (Wong et

Page 62: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

48

al, 2009). Bayi membutuhkan nutrisi enteral 120 -140 kkal/Kg/hari

untuk mempertahankan laju pertumbuhan. Karena kebutuhan energi

yang tinggi sering tidak terpenuhi, bayi BBLR, preterm pada awalnya

statis bahkan menurun dan kadang membutuhkan waktu 21 hari untuk

mencapai berat lahirnya dan pertumbuhan mereka suboptimal (Lissauer

& Fanaroff, 2009).

Stres fisiologis dapat menyebabkan hambatan dalam konversi

energi yang dibutuhkan BBLR utuk tumbuh dan berkembang (Wong et

al, 2009). Pertambahan berat badan pada bayi merupakan cerminan dari

kemampuan bayi dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Demikian

halnya yang terjadi dengan responden yang menjadi penelitian ini.

5.1.5 Anemia

Dalam penelitian ini sebanyak 14,9% responden mengalami

anemia saat pengambilan data. Anemia merupakan karakteristik lain

yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Anemia pada BBLR

merupakan suatu kondisi dimana kadar hemoglobin darah kurang dari

13 gr/dl. Berman et al (2009) menyatakan bahwa kadar haemoglobin

rendah pada anemia akan menyebabkan nilai saturasi oksigen menjadi

rendah karena okigen tidak dapat diikat oleh haemoglobin sel darah

merah dalam jumlah yang mencukupi sehingga mempengaruhi saturasi

oksigen. Hal ini dimungkinkan menjadi faktor yang mempengaruhi

dalam penelitian ini.

Page 63: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

49

5.2 Gambaran Stres Fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum

developmental care

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa gambaran stres fisiologis

saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum developmental care pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ada perbedaan tetapi masih

dalam rentang normal.

Respon stres digerakkan oleh suatu area yang terletak pada bagian

otak depan yaitu amigdala. Respon stres ini menstimulasi pelepasan hormon

adrenokortikoid dari hipotalamus yang menyebabkan stimulasi aktivitas

sistem saraf simpatik, meningkatkan curah jantung, meningkatkan glikolisis

dan glukoneogenesis di hati, mengurangi transport glukosa ke jaringan

penyimpanan, dapat menekan aktivitas sel imun (Ward, Clarke & Linden,

2009) serta adanya peningkatan hormon stres atau kortisol (Als et al,1986

dalam Symington & Pinelli, 2006; Maguire et al, 2008).

5.3 Gambaran Stres Fisiologis sesudah Developmental care

Pada penelitian ini diketahui bahwa rerata stres fisiologis saturasi

oksigen dan denyut nadi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

mengalami peningkatan di banding sebelum developmental care. Secara

statistik ada perbedaan bermakna dari peningkatan rerata saturasi oksigen dan

penurunan denyut nadi.

Perubahan heart rate (HR) dan saturasi oksigen menunjukkan tanda

stres fisiologis terhadap stressor lingkungan pada bayi prematur (Peng et al;

Page 64: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

50

2009). Bayi – bayi preterm yang dirawat di NICU terpapar stres lingkungan,

stres fisiologis dan stres psikologis. Stres lingkungan terjadi dari stimulasi

pendengaran yang berlebihan, stres fisiologis karena ketidakmatangan organ

dan stres psikologis karena terpisahnya antara ibu dan bayi (Nyqvist et al,

2010., Sizun & Browne, 2005).

Terdapat hubungan antara stressor lingkungan (prosedur perawatan)

yaitu intensitas suara dan cahaya dengan kenaikan HR dan penurunan saturasi

oksigen pada bayi prematur. Environmental Protection Agency

merekomendasikan bahwa peralatan di Rumah Sakit khususnya di ruang

perawatan neonatal memiliki level suara tidak boleh melebihi 55 dB pada jam

aktivitas dan pada jam tidur tidak boleh lebih dari 45 dB karena kebisingan

dapat meningkatkan tekanan darah, meningkatkan respirasi, peningkatan

sirkulasi kortisol yang akan menyebabkan neonatus stres (Witt, 2008). Witt

juga menyatakan bahwa tingkat kebisingan ini terus menerus berlangsung

dapat merusak saraf – saraf pendengaran. Bayi yang lahir preterm memiliki

banyak kerugian termasuk stres dan morbiditas yang cukup besar (Lissauer &

Fanaroff, 2006).

5.4 Beda stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum dan

sesudah dilakukan developmental care pada kelompok perlakuan

Hasil pengamatan dan analisa statistik terhadap beda stres fisiologis

saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum dan sesudah dilakukan

developmental care pada kelompok perlakuan responden dalam penelitian ini

Page 65: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

51

adalah tidak terdapat pengaruh stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut

nadi sebelum dan sesudah developmental care pada kelompok perlakuan

dengan nilai p 0,656.

Hasil penelitian yang serupa dapat diketahui dari penelitian yang di

lakukan oleh Syahreni (2010). Hasil penelitian Syahreni menebutkan bahwa

tidak terdapat perbedaan bermakna rerata saturasi oksigen sebelum dan

sesudah penggunaan protokol pretise penutup telinga pada BBLR dengan

nilai p=0,750.

Dalam penelitian ini sebanyak 14,9 % responden mengalami anemia

saat pengambilan data. Kadar haemoglobin rendah pada Anemia akan

menyebabkan nilai saturasi oksigen menjadi rendah karena oksigen tidak

dapat diikat oleh haemoglobin sel darah merah dalam jumlah yang

mencukupi (Berman, 2009). Saturasi oksigen didefinisikan sebagai

prosentase jumlah hamoglobin yang teroksigenasi dalam darah (Brooker,

2005; Hockenberry & Wilson, 2007). Sekitar 97 % oksigen yang

ditransportasikan kedalam aliran darah berkaitan dengan haemoglobin di

dalam sel darah merah dan 3 % lainnya larut dalam plasma. Haemoglobin

yang mengikat jumlah maksimum oksigen dalam setiap molekulnya disebut

kondisi tersaturasi. Berman (2007) juga menyatakan bahwa beberapa kondisi

yang mempengaruhi saturasi oksigen adalah kadar haemoglobin dan sirkulasi.

Faktor ini dimungkinkan yang mempengaruhi tidak ada perbedaan yang

bermakna terhadap stres fisiologis saturasi oksigen

Page 66: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

52

5.5 Beda stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum dan

sesudah dilakukan developmental care pada kelompok kontrol

Hasil pengamatan dan analisa statistik terhadap beda stres fisiologis

saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum dan sesudah dilakukan

developmental care pada kelompok kontrol responden dalam penelitian ini

adalah tidak terdapat beda stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi

sebelum dan sesudah developmental care pada kelompok kontrol. Menurut

Hockenberry dan Wilson (2009) pendekatan developmental care dapat

dilakukan dengan menciptakan suasana malam hari untuk meningkatkan tidur

bayi dengan cara menggunakan penutup inkubator, meminimalkan stimulasi

lingkungan atau minimal handling, Clustered care, membantu memperbaiki

posisi bayi dengan cara miring dan fleksi, Nesting untuk mempertahankan

posisi fleksi ketika bayi terlentang atau miring (Maguire et al, 2009), skin to

skin contact atau Kangaroo Mother care dan Cobedding of twins yaitu bayi

kembar ditempatkan pada satu tempat tidur atau inkubator.

Responden kelompok kontrol dalam penelitian ini mendapat

intervensi nesting saja. Pemasangan nesting atau sarang yang mengelilingi

bayi dan posisi fleksi juga merupakan bentuk dari pengelolaan lingkungan

dalam developmental care. Nesting dapat menopang tubuh bayi dan

memberikan tempat yang nyaman (Lissauer & Fanaroff, 2009). Dalam

Bobak, Lowdemilk dan Jensen (2005) disebutkan pula bahwa posisi fleksi

bayi baru lahir di duga berfungsi sebagai sistem pengamanan untuk mencegah

kehilangan panas karena sikap ini mengurangi pemajanan permukaan tubuh

Page 67: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

53

pada suhu lingkungan. Faktor ini dimungkinkan yang mempengaruhi tidak

ada perbedaan yang bermakna terhadap stress fisiologis saturasi oksigen

5.6 Beda stres fisiologis sesudah dilakukan developmental care pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

Pada penelitian ini didapatkan hasil pengamatan dan analisa statistik

terhadap beda stres fisiologis sesudah dilakukan developmental care pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah terdapat perbedaan saturasi

oksigen sebelum developmental care pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan dengan nilai p 0,000. Pengenalan terhadap perilaku bayi termasuk

pengenalan terhadap kerentanan fisik, fisiologis dan emosional adalah hal

yang mendasari penerapan developmental care (Lissauer & Fanarrof, 2009).

Perawat memiliki peran yang bermakna dalam menciptakan lingkungan

perawatan tanpa stres. Lingkungan tersebut dapat diciptakan melalui asuhan

perkembangan atau developmental care. Developmental care bertujuan untuk

memfasilitasi BBLR dalam beradaptasi dengan lingkungan perawatan melalui

keteraturan fungsi fisiologis yaitu saturasi oksigen dan denyut nadi.

Keseluruhan intervensi yang dilakukan bertujuan agar BBLR diperlakukan

seperti kehidupan di dalam rahim dimana bayi tidak mendapat stimulus yang

berlebihan. Menurut Buonocore dan Bellieni (2008) rangsangan tersebut akan

menimbulkan stres pada bayi. Lebih jauh Buonocore dan Bellieni

menyebutkan bahwa satu metode non farmakologik adalah dengan cara

intervensi lingkungan.

Page 68: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

54

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sizun dan Wistrup (2004) bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap respon nyeri akut sebelum dan

sesudah developmental care (p value=0,000). Hal ini dapat terjadi karena

dengan strategi developmental care, input sensori menjadi tepat dan minimal

sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap rangsangan. Sebaliknya sensori

sangat banyak, bayi tidak mampu beradaptasi akan menimbulkan stres.

Dengan demikian developmental care merupakan strategi yang tepat dalam

mengurangi respon nyeri dan stres.

Skin to skin contact atau yang dikenal dengan perawatan metode

kanguru, dimana sangat penting untuk proses adaptasi bayi dan orang tua

terhadap kehadiran dan penerimaan satu sama lain (Sizun & Westrup, 2004;

Maguire et al, 2008; Wong et al, 2009; Kanner & McGrath, 2009).

Ludington pada tahun 1990 mengamati efek skin to skin contact pada bayi

prematur terhadap level aktivitas dan periode tidur tenang. Hasil penelitian

meyebutkan bahwa terjadi penurunan level aktivitas dan disertai peningkatan

periode tidur selama skin to skin contact. Metode kanguru tidak hanya

sekedar pengganti inkubator dalam perawatan BBLR, namun juga

memberikan banyak keuntungan yang tidak diberikan oleh inkubator (Suradi

& Yunarso, 1996 dalam Perinasia 2008). PMK (Perawatan Metode Kanguru)

menstabilkan suhu, denyut jantung dan frekuensi nafas teratur, mencegah

apnea, peningkatan saturasi oksigen (Perinasia, 2008). Penelitian lain yang

dilakukan oleh Ali et al (2009) menyebutkan bahwa frekuensi nafas, suhu

tubuh dan saturasi oksigen lebih baik pada bayi BBLR yang menjalani PMK

Page 69: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

55

dibanding dengan bayi yang tidak di lakukan PMK. Penelitian yang lain

menyebutkan bahwa skin to skin contact meningkatkan kedekatan ibu dengan

bayinya, mengurangi stres ibu dan bayi dan membuat ibu dan bayi lebih

rileks (Tessier, 1998 dalam Perinasia 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Bredemeyer, S., Reid, S et al (2008)

menyebutkan bahwa Implementasi developmental care pada BBLR di NICU

dapat membantu meningkatkan kebahagiaan dan menurunkan tingkat

kecemasan orangtua dari BBLR tersebut. Developmental care memberikan

pengaruh yang signifikanterhadap perkembangan neurobehavioral (Prechtl

1977 dalam Maguire et al, 2009). Penelitian lain menunjukkan bahwa

developmental care dapat mempercepat kenaikkan berat badan bayi prematur

dan mempercepat kepulangan pasien (Ludwig, Steichen, Khoury & Krieg,

20008). Developmental care juga memiliki dampak jangka panjang seperti

penelitian yang dilakukan oleh McAnulty et al (2010) tentang efek NIDCAP

(Neonatal Individualized Developmental Care and Assesment Program)

setelah 8 tahun tindakan. Hasilnya menunjukkan secara signifikan terdapat

perbedaan fungsi yang lebih baik pada hemisfer kanan dan lobus frontal pada

kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol.

Page 70: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

56

BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

1. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah bayi berat lahir rendah

dengan rerata usia gestasi 33,48 minggu. Usia gestasi terendah adalah 23

minggu dan tertinggi 37 minggu. Distribusi responden bayi berat lahir

rendah dengan rerata berat badan lahir sebesar 2.098 gram. Berat badan

saat penelitian yang terendah adalah 1500 gram. Bayi yang mengalami

anemia sebanyak 7 (14,9%)

2. Gambaran stres fisiologis sebelum dilakukan developmental care pada

kelompok perlakuan saturasi oksigennta adalah 92 % dan denyut

nadi148.45 x/menit. Gambaran stres fisiologis sebelum developmental

care pada kelompok kontrol saturasi oksigennya adalah 92.95 % dan

denyut nadi 158.78 x/ menit.

3. Gambaran stres fisiologis sesudah dilakukan developmental care pada

kelompok perlakuan saturasi oksigennya adalah 93 % dan denyut nadi

148.16 x/menit. Gambaran stres fisiologis sesudah dilakukan

developmental care pada kelompok kontrol adalah saturasi oksigennya

93.04 % dan denyut nadi 157 x/menit.

4. Tidak ada beda stres fisiologis sebelum dan sesudah dilakukan

developmental care pada kelompok perlakuan dengan nilai p 0,056

Page 71: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

57

5. Tidak ada beda stres fisiologis sebelum dan sesudah dilakukan

developmental care pada kelompok kontrol dengan nilai p 0,891

6. Ada beda stres fisiologis setelah dilakukan developmental care pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nilai p 0,000

6.2 SARAN

1) Manfaat Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi perawat dalam

pemberian developmental care bagi BBLR di unit Perinatologi.

2) Manfaat Bagi Pendidikan

Implikasi penelitian ini terhadap pendidikan keperawatan bagi calon

perawat adalah penelitian tentang developmental care ini menjadi landasan

teori dalam praktek asuhan keperawatan pada bayi BBLR

3) Manfaat Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitaian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi peneliti

berikutnya yang berhubungan dengan developmental care pada BBLR

misalnya tentang hubungan developmental care terhadap LOS (Length of

Stay) pasien BBLR.

Page 72: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

58

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S.M; Sharma, J., Sharma,R.,& Alam.(2009).Kangaroo Mother care ascompared to conventional care for low birth weight babies. Dicle Tipderg/Dicle Med J,36(3).155-160. Diunduh darihttp://www.proquest.umi.com

Als. H. (1986). A Sycnactive of model neonatal behavioral organization. Physicaland Occupational Therapy in Pediatrics 6,3-53 dalam Symington, A.J &Pinelli, J.(2006).Developmental Care for Promoting Development and

Preventing Morbidity in Preterm Infants. Cochrane Database of

systemics review.2.diunduh dari www.cochrane.org

American academy of Pediatrics (AAP). (1997).Noise: A hazard forv the fetusand newborn. Dalam Kenner, C & McGrath, J.M.(2004).Developmental

care of newborn & infants: A guide for health proffesionals.St.Louis:Mosby

Badr, L.K., Abdallah, B., Hawari, M., Sidani, S., Kassar, M., & Nakad, P, et al.(2010). Determinans of Premature Infant Pain responses to heelstick.Pediatrics Nursing,36(3),129-136

Berman, A., Synder, S.J., Kozier, B & Erb, G. (2009). Buku Ajar Praktik

KeperawatanKlinis. Edisi 5. Jakarta: EGC

Bobak, I.M.,Lowdermilk, D.L & Jensen, M.D.(2005).Buku Ajar

KeperawatanMaternitas. (edisi4). Jakarta: EGC

Bombell, S & McGuire, W. (2009). Early Thropic Feeding for Very Low BirthWeight Infants.Cochrane Database of Systemic Review,3. Diunduh dariwww.cochrane.org

Bredemeyer, S., Reid, S., polverino, J., & Wacadlo, C. (2008). Implementationand Evaluation of an Individualized development care program in aNeonatal Intensive Care Unit. Journal Compilation 13(4):281-291

Brooker, C. (2005).Ensiklopedi Keperawatan. Jakarta: EGC

Buonocore, G., & Bellieni, C.V. (2008). Neonatal pain: suffering, pain and risk

og Brain damage in the fetus and newborn. Italia: Springer-verlag

Byers, et al. (2006). A quasi-experimental trial non Individualized,developmentally supportive family centered care.JOGNN,35,105-115diunduh dari http://onlinelibrary.wiley.com

Celeste, M., Maguire, C.M., Frans, J., Wather., Arwen, J., Sprij., Saskia Lecessie., Wit, J.M., Sylvia Veen and for The Leiden Developmental care

Page 73: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

59

Project. (2009). Effect of Individualized Developmental care inRandomized Trial of Infant <32 weeks. Pediatrics.124: 1021-1030.Originally publised online DOI: 10.1542/peds.2008-1881 diunduh darihttp://www.pediatrics.org/cgi/content/full/124/4/1021

Depkes RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta:Dirjen Bina Kesehatan masyarakat-Depkes RI

Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans InfoMedia

Gibbins, S., Stevens, B., McGrath, P.J., Yamada, J., Beyene, J., Breau, L.,Ohlsoson, A. (2007). Comparison of pain responses in infant of differentGestation ages. Neonatology, 93(1):10-21

Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: FKM UniversitasIndonesia

Herliana, L. (2011). Tesis: Pengaruh developmental care terhadap respon nyeriakut pada bayi prematur yang dilakukan prosedur invasif di RSUTasikmalaya da RSU Ciamis. Tidak dipublikasikan. Depok: FIKUniversitas Indonesia

Hockenberry, M.J & Wilson,D.(2007).Wong’s: Nursing care of infants

andchildren. (8th ed). St.Louis: Mosby

Indriansari, A. (2011). Tesis: Pengaruh developmental care terhadap fungsifisiologis dan perilaku tidur terjaga Bayi Berat lahir Rendah di RSUPFatmawati Jakarta. Tidak dipublikasikan. Depok: FIK UniversitasIndonesia.

Kattwinkle, J et al. (2006). Buku Pedoman Resusitasi Neonatus. (edisi 5). Jakrta :Perinasia

Kenner,C & McGrath, J.M. (2004). Developmental care of newborn andinfants. A

guide for health proffesionals. St.Louis: Mosby

Kosim, M.S., Yunanto, A., Dewi, R ., Sarosa, G.I & Usman, A. (2010). Buku Ajar

Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Lissauer, T & Fanaroff, A. (2009). At a glance: neonatologi. Jakarta: Erlangga

Ludwig, S., Steichen, S., Khoury, J., & Krieg, P. (2008). Quality ImprovementAnalysis of Developmental care in Infant Less than 1500 Grams at Birth.Newborn and infant Nursing Review vol 8(2):93-100

Maguire, C.M., Walther, F.J., Swieten, C., Le Cessie, S., Wit, J.M.,& Veen, S.(2008).Effects of Basic Developmental care on Neonatalmorbidity,neuromotor development and growth and term age on infants

Page 74: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

60

who were born at<32 weeks. Pediatrics.121,239-245. diunduh dariwww.pediatrics.org

Martin, R.J., Fanaroff, A.A., & Walsh, M.S. (2011). Fanaroff and Martin’s

Neonatal-Perinatal Medicine: Diseases of The Fetus and Infant (9th ed).St. Louise, Mo: Elsevier

McAnulty, G.B., Butler, S.C., Jane, H., Bernstein, J.H., Als, H., & Frank, H., et al.(2010). Effect of the Newborn Individualized developmental care andAssesment Program (NIDCAP) at age 8 years : Preliminary data. Journalof Clinical pediatrics.49(3):258-270

McGrath, J., Cone, S., (Abou) Samra, H. (2011). Neuroprotection in pretemInfant: futher understanding of the short and Long-term Implication forBrain develpment. Newborn Infant review,103:109-112

Millenium Development Goals (MDG’s). (2008).diunduh dari www.undp.or.id

Nassi, N., Ponziani, V., BeCatti, M., Galvan, P., & Donzelli, G. (2009).Antioksidant Enzymes and related elements in term and pretermnewborns. Pediatrics International,51(2):183-187

Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta

Nyqvist, K.H., Anderson, G.C., Bergman, N., Cattaneo, A., Charpak, N.,Davanzo, R., WidstrÖm, A. (2010). Towards universal KangarooMother care: Recommendations and Report from The first EuropeanConference and seventh International Workshop on Kangaroo Mothecare.(no.99).Wiley-Blackwell.doi:10.1111/J.1651-2227.2010.01787.X

Peng, N.H., Bachman, J., Jenkins, R., Chen, C.H., Chang, Y.C., Chang, Y.S.,Wang, T.M. (2009). Relationship between Environmental stressor andStress Biobihavioral responses of Preterm Infant in NICU. Journal ofpeerinatal and neonatal Nursing vol 23(4):363-371

Perinasia. (2008). Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah dengan Metode Kanguru.Jakarta: Perinasia

Saifudin, A.B., Adriaansz, G., Winkjosastro, G.H & Waspodo, D. (2006). BukuAcuan nasional: Pelayanan Maternal dan neonatal. Jakarta: YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sastroasmoro, S., & Ismael, S.(2010). Dasar – dasar Metodologi PenelitianKlinis.Jakarta: Sagung Seto

Sizun, J., & Westrup, B. (2004). Early Developmental care for preterm neonates:a call for more research. Arch Dis Childfetal Neonatal, 89(5):F305-88

Page 75: PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CAREdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-chtriandar... · Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program

61

Sizun, J., & Browne, J.V. (2005). Research on erly developmental care for

Preterm Neonates. Paris, France: John Libbey and company Ltd

Slota, M.C. (2006). Core curriculum for Pediatrics Critical care Nursing. (2nded). St. Louis: Elsevier

Sugiyono. (2008). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Syahreni, E. (2010). Tesis: Pengaturan pengaruh stimulus sensoris teerhadaprepon fisiologis dan perilaku BBLR di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo. Tidak di publikasikan. Depok: FIK UniversitasIndonesia

Symington, A.J., & Pinelli, J. (2006). Developmental care for Promotingdevelopment and preventing morbidity in preterm infants. CochraneDatabase of Systemic Review,2. Diunduh dari www.cochrane.org

Walsh, W., McCullough, K., White, R. (2006). Room for Improvement: Nurses’perceptions of providing care in a single room newborn Intensive caresetting. Adv Neonatal Care Vol 6: 261 – 270

Ward, J.P.T., Clarke, R., & Linden, R. (2009). At a glance: Fisiologi. Jakarta:Erlangga

Witt, C.L. (2008). Turn down the Noise.Advance in Neonatal care.vol.8, No.3 PP.AC080301_137-138.qxp

World Health Organization. (2009). The Worldwide incidence of preterm Birth.A systematic Review of maternal mortality and morbidity. BuletinWHO,88(1):1-80

World Health Organization. (2010). World Health Statistic 2010. France: WHOLibrary Cataloguing in publication data

Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkeistein, M.L., & Schawrtz,P. (2009). Wong: Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (edisi 6). Jakarta:EGC