pengaruh pembelajaran sistim koloid terhadap hasil belajar dan retensi hasil belajar siswa kelas xi...
DESCRIPTION
Skripsi Asli dari musrin salila jurusan Pendidikan Kimia UNGTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada
faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk
menghasilkan out put proses pembelajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya
guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru
adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat
mempengaruhi pendidikan. Pentingnya pendidikan dalam rangka peningkatan
sumber daya manusia ini maka, jajaran Departemen Pendidikan Kebudayaan telah
mengambil kebijakan ke arah penyempurnaan sistem pendidikan. Pendidikan
tidak lepas dari pelaku-pelaku pendidik itu sendiri yang dalam proses
pembelajaran melakukan berbagai pendekatan, cara maupun strategi ke arah
peningkatan mutu pendidikan. Pada pembelajaran kimia misalnya, guru
menginginkan agar setiap materi ajar dapat dikuasai oleh siswa, begitu pula
sebaliknya, siswa menginginkan agar setiap materi yang diajarkan bisa diserap
dan dipahami oleh siswa itu sendiri, sehingga masalah yang terjadi
memungkinkan untuk dipecahkan.
Secara garis besar, konsep-konsep dalam kimia dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu konsep konkrit dan konsep terdefenisi. Konsep konkrit
digeneralisasi dari pengamatan langsung terhadap gejala alam atau hasil
eksperimen, seperti misalnya konsep tentang wujud zat, dan konsep asam basa.
2
Konsep terdefenisi adalah konsep yang ditetapkan dan digunakan untuk
menjelaskan suatu obyek, misalnya peristiwa abstrak seperti ionisasi dan solvasi.
Mampu di jelaskan dengan media pembelajaran macromedia flash.
Dalam pembelajaran kimia dituntut seorang guru harus mampu mengusai
metode-metode pembelajaran yang menyenangkan yang dapat membuat siswa
mampu menganalisis dan memahami materi dengan baik, sehingga pembelajaran
dapat berlangsung dengan efektif dan efisiensi, maka perlu adanya media
pembelajaran berbasis flash yang di gunakan dengan tujuan agar konsep materi
mudah difahami dalam peningkatan hasil belajar. Salah satu media alternatif yang
digunakan untuk memberikan pemahaman konsep kepada siswa pada pelajaran
kimia khususnya pada materi system koloid walaupun tidak lagi dengan
melakukan eksperimen atau demonstrasi lewat laboratorium.
Selain strategi yang digunakan oleh guru sebagai pendidik, media juga
merupakan komponen penting dalam pencapaian tujuan dalam suatu proses
pembelajaran. Media yang tepat dan menarik perhatian tentunya akan lebih mudah
untuk difahami peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan
adanya media, maka kegiatan pembelajaran juga tidak monoton sehingga
menghindarkan timbulnya kebosanan pada peserta didik.
Dengan adanya kemajuan teknologi, maka media yang dapat digunakan
pun kian beragam. Terutama sejak teknologi multimedia meningkat pesat akhir-
akhir ini, maka pilihan media pun semakin beragam, terutama media yang
berbasis software komputer. Salah satu media yang sangat menarik dan konkret
adalah media berbasis Flash Macromedia Flash. Dengan media ini, maka proses
3
pembelajaran pun menjadi menarik. Konsep-konsep abstrak pun dapat dijelaskan
dengan konkret dan dengan tampilan animasi-animasi yang lebih berwarna.
Bunurul (2008:) Pembelajaran dengan menggunakan software computer
macromedia flash player lebih memotivasi siswa dalam pengembangan hasil
belajarnya. Software ini pun banyak digunakan untuk mendukung pembelajaran
berbasis komputer (CAI). Namun, apakah dengan kecanggihan yang ditawarkan
pembelajaran ini dapat menggantikan posisi guru masih merupakan tanda tanya
besar.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi masalah
tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan
media berbasis flash Macromedia Flash dengan tujuan mampu memberikan
pemahaman konsepsi belajar siswa yang mandiri, epektif dan efisien serta
menyenangkan.
Dari hasil observasi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tapa, bahwa
pembelajaran yang selama ini digunakan guru kimia masih kurang menumbuhkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selama ini pembelajaran kimia
disajikan dalam bentuk pembelajaran langsung seperti ceramah, tanya jawab, dan
pemberian soal latihan tanpa menggunakan media pembelajaran. Pada proses
pembelajaran berlangsung, hanya beberapa siswa yang mampu mengemukakan
pendapat atau ide serta kurangnya kerja sama antar siswa serta interaksi antara
siswa dan guru. Pada observasi ini diperoleh data hasil belajar siswa pada konsep
sistem koloid di tahun ajaran 2006/2007 jumlah persentase kelulusan dengan nilai
ketuntasan 65 hanya 51 % (nilai asli), sedangkan di tahun ajaran 2007/2008
4
dengan nilai ketuntasan 65 mencapai 49% (nilai asli). Meskipun kita ketahui
bahwa mata pelajaraan sistem koloid tergolong mudah untuk difahami
dibandingkan dengan materi yang lain, namun penguasaan konsep tentang materi
masih begitu rendah. Pada mata pelajaran sistem koloid yang pada dasarnya
minimal harus diaplikasikan dengan melakukan demonstrasi atau eksperimen
dilaboratorium sehingga siswa dikategorikan tidak hanya menghafal konsep tetapi
mampu memahami konsep materi dengan baik. Ini tidak nampak dalam
pembelajarannya, disebabkan karena laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Tapa
tidak dimanfaatkan dengan alasan alat-alat dan bahan laboratorium tidak
memadai. Kaitannya dengan media pembelajaran dengan menggunakan
makromedia flash, pola berpikir siswa dalam memahami konsep abstrak dari
materi sistem koloid dapat diingat dan mudah dipahami walaupun tanpa
melakukan eksperimen di laboratorium. Sehingga, muncul inisiatif untuk
melakukan penilitian dengan desain menggunakan makromedia flash.
Berdasarkan uraian diatas, maka mendorong penulis melakukan
penelitian dengan judul : β Pengaruh Pembelajaran Sistem Koloid Dengan
Menggunakan Macromedia Flash Terhadap Hasil Belajar Dan Retensi Hasil
Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tapaβ.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan masalah
dalam penelitian sebagai berikut :
5
1. Apakah untuk materi sistem koloid hasil belajar yang diajar dengan
menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada yang diajarkan tanpa
menggunakan macromedia flash?
2. Apakah untuk materi sistem koloid retensi hasil belajar yang diajar dengan
menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada yang diajarkan tanpa
menggunakan macromedia flash?
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang di uraikan, adapun tujuan penelitian
yaitu :
1. Mengetahui hasil belajar untuk materi sistem koloid yang diajarkan dengan
menggunakan macromedia flash dibandingkan dengan yang diajarkan tanpa
menggunakan macromedia flash
2. Untuk mengetahui retensi hasil belajar untuk materi sistem koloid yang
diajarkan dengan menggunakan macromedia flash dibandingkan dengan yang
diajarkan tanpa menggunakan macromedia flash.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh informasi tentang pengaruh penggunaan Macromedia Flash
terhadap hasil belajar dan retensi hasil belajar siswa pada materi sistem
koloid.
6
2. Sebagai bahan pertimbanagan bagi para praktisi pendidikaan dalam
meningkatkan pemahaman konsep sistem koloid oleh siswa melalui
Macromedia Flash
1.5. Batasan istilah
Untuk menghindari terjadinya perbedaan pengertian, maka perlu
dijelaskan beberapa istilah yaitu:
1. Macromedia flash adalah aplikasi pencipta objek animasi yang powerful.
Ditambah dengan pembuatan objek grafis vektor yang terkandung di
dalamnya, pemprograman ActionScript. Animassi yang dimaksud yaitu dari
gerak partikel-partikel atom dan molekul yang tidak nampak dengan panca
indra, tidak bisa digeneralisasi dari pengamatan, harus dapat digeneralisasikan
dengan teori.
2. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam aspek pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi pada materi system
koloid dimana kemampuan ini diperoleh melalui media pembelajaran
macromedia flash. Kemampuan siswa dalam aspek tersebut dinyatakan dalam
skor tes hasil belajar.
3. Retensi hasil belajar adalah kemampuan siswa mengingat materi yang telah
diajarkan oleh guru pada rentang waktu tertentu. Retensi hasil belajar siswa
dalam hal ini dinyatakan dalam skor tes retensi hasil belajar.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Keberhasilan Proses Belajar
Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas
mentransfer materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun
proses pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan
ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan
senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternative. Di samping itu,
guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan
diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-
tekhnik atau metode mengajar (Soetardjo, 1998).
Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki
dalam tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan
menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih
metode yang tepat (Nur, 2000).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada
faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk
menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada
hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan,
8
sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat
mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).
Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi
pembelajaran. Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi
juga metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan
informasi dan membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi, pilihan strategi
pengajaran, menentukan lingkungan pengajaran menjadi tanggung jawab guru.
Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru
pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan
cara penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa
berinteraksi dengan informasi itu (Wartono, 2004).
2.2. Defenisi Belajar dan Hasil Belajar Kimia
Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku. Hal ini
memberikan informasi bahwa dalam belajar harus dilandasi oleh adanya
perubahan. Proses perubahan terjadi selama jangka waktutertentu. Winkel (1996 :
50) menyatakan bahwa adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang
menandakan telah terjadi belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh
sampai menjadi milik pribadi, makin bayak pula perubahayang telah dialami. Jadi
banyaknya kemampuan yang dimiliki sebagai hasil dari belajar sebanding dengan
banyaknya perubahan yang dialami.
9
Belajar menurut Cronbach dalam suryabrata (1994 : 247) adalah
mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca indera. Hal
ini senada dengan apa yang dikemukakan ioleh Winkel ( 1996 : 52 ) belajar terjadi
dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang-orang, dalam
memegang benda, dan dalam menghadapi peristiwa. Selanjutnya Winkel ( 1996 :
53 ) mengemukakan bahwa belajar pada manusia dirumuskan sebagai berikut :
βsuatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan, keterampilan, dan nilai
serta sikap β.
Dari berbagai definisi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan yang melibatkan aktivitas mental yang melairkan
kecakapan baru melalui usaha keras dalam proses berkelanjutan.
Dalam proses belajar menghasilkan kemampuanβkemampuan belajar
yang selanjutnya disebut hasil belajar. Secara sederhana, kemudian Winkel (1996:
51) menggolongkan kemampuan belajar dalam kemampuan kognitif yang
meliputi keterampilan melakukan rangakaian gerak-gerik badan dalam urutan
tertentu; kemampuan dinamik efektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi
perilaku dan tindakan.
Secara global, hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk perubahan
tingkah laku yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku yang baru sebagai hasil
dari pengalaman dan latihan. Perubahan ini melingkupi kemampuan kognitif,
sensorik, psikomotor, dan kemampuan dinamik. Pada umumnya dalam mengukur
hasil belajar dapat dinyatakan dalam ukuran kualitatif dan kuantitatif. Secara
10
kualitatif hasil belajar dinyatakan dengan baik atau kurang baik, bagus atau
kurang bagus. Sedangkan secara kuantitatif dinyatakan dengan angka.
Ilmu kimia sama halnya dengan ilmu pengetahuan yang lainnya dibangun
oleh konsep, aturan-aturan, fakta-fakta, deskripsi, dan peristilahan. Sastrawijaya
(1998) menyatakan bahwa mempelajari kimia adalah mempelajari teori-teori,
fakta-fakta, aturan-aturan, deskripsi, dan peristilahan kimia. Tetapi pembelajaran
kimia tidak diartikan bahwa didalamnya hanya terdapat keharusan menyampaikan
hukum, teori, fakta-fakta, aturan-aturan, deskripsi, model, dan peristilahan khusus.
Dengan pelajaran kimia diharapkan tercapainya sikap positif pada siswa terhadap
dunia spiritual ilmu pengetahuan kimia yang mendorong siswa untuk mampu
berpikir kreatif, mengadakan analisis, dan memecahkan masalah. Sejalan dengan
pandangan kontruktivistik yang dikemukakan Degeng (dalam Hariun 2003),
aktifitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif
dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis, analisis, membandingkan,
generalisasi, memprediksi, dan menghipotesis.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa
kemampuan yang diperoleh dari mempelajari kimia atau hasl belajar kimia adalah
pengetahuan yang diperoleh dari proses abstraksi atau idealisasi dari fakta atau
fenomena alam yang kemudian darinya dibangun atau dirumuskan suatu model
teori.
11
2.3. Pembelajaran
Menurut Tim Dikdatik Metodik Kurikulum Depdikbud (1995:1),
pembelajaran berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya
kegiatan atau kecakapan baru pada orang lain. Sedangkan Nana Sudjana (1989:7)
memberikan batasan pembelajaran sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran adalah pelaksaaan proses belajar mengajar, yakni
suatu proses penterjemahan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum kepada para siswa melalui interaksi belajar mengajar di sekolah.
Definisi lain dari Roeestiyah N.K. (1986 :41) Pembelajaran adalah (1)
transfer pengetahuan kepada siswa, (2) mengajar siswa bagaimana caranya
belajar, (3) hubungan interaksi antara guru dan siswa, (4) proses interaksi siswa
dengan siswa dan konsultasi guru.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
serangkaian proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas
dalam menyampaikan program pembelajaran pada sejumlah siswa sehingga
terjadi interaksi dua arah, yaitu guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
2.4. Hasil belajar
Tes ini diberikan kepada seluruh kelompok siswa yang secaara acak
terpilih sebagai objek penelitiaan yang diberikan setelah seluruh pemblejaran
selesai dilaksanakan. Pelaksanaan tes ini dilakukan pada waktu bersaamaan
dengan alokasi waktu yang sama yaitu sebanyak dua jam pelajaran, tetapi masing-
12
masing kelompok sampel ditempatkan dalam ruang yang berbeda. Raudaah
Herleni (1999:47).
2.5. Retensi Belajar
Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli pendidikan yang
berkaitan dengan retensi, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Guskey &
Gates (1985), Hursh (1976), Kulik et, al., (1978 & 1990) (dalam Semb et, al.,
1993: 305) diantaranya membuktikan bahwa kita menyimpan banyak ingatan
terhadap apa yang telah dipelajari di sekolah. Retensi dan lupa merupakan dua
istilah yang tidak dapat dipisahkan.
Retensi mengacu pada tingkat dimana materi yang telah dipelajari masih
melekat dalam ingatan, sedangkan lupa mengacu pada porsi ingatan yang hilang.
Ilmuwan yang pertamakali meneliti tentang retensi adalah Ebbinghaus pada tahun
1885. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ebinghaus adalah kurva retensi
yang menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval
waktu tertentu dan lupa atau berkurangnya retensi ini dapat terjadi beberapa jam
pertama setelah proses belajar berlangsung (James Dese, 1959: 241). Retensi
merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar.
Dalam tahap ini retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan
perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition (fase
menerima informasi). Dalam tahap belajar terjadi proses internal dalam pikiran
siswa. Winkel (1996: 305), menggambarkan tahapan proses tersebut terjadi
dengan urutan sebagai berikut:
13
1. Siswa menerima rangsang dari reseptor,
2. Rangsang yang masuk ditampung dalam sensori register dan diseleksi,
sehingga membentuk suatu kebulatan perseptual,
3. Pola perseptual tersebut masuk ke dalam ingatan jangka pendek (Short
Term Memory / STM) dan tinggal disana selama 20 detik, kecuali bila
informasi tersebut ditahan lebih lama melalui proses penyimpanan,
4. Penampungan hasil pengolahan informasi yang berada dalam STM dan
menyimpannya dalam ingatan jangka panjang (Long Term Memory /
LTM) sebagai informasi yang siap pakai sewaktu-waktu pada saat
diperlukan,
5. Pada saat diperlukan siswa menggali informasi yang telah dimasukkan
dalam LTM untuk dimasukkan kembali ke dalam STM Dengan
melihat proses internal yang terjadi dalam siswa, maka fase ke 3 dan 4
dimana ingatan dimasukkan dan ditahan dalam STM dan kemudian
dimasukkan ke dalam LTM merupakan proses yang amat penting bagi
retensi.
Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Winkel di atas informasi
tersebut dapat ditahan lebih lama melalui proses penyimpanan. Tentu saja yang
dimaksud dengan proses penyimpanan ini berkaitan dengan bagaimana informasi
ini dapat diterima dan dikonstruksikan dan akhirnya disimpan dalam benak siswa.
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila banyak ilmuwan dibidang pendidikan
menyatakan bahwa proses pembelajaran memegang peranan pentin terhadap
14
retensi siswa. Semb dan Elis (1992) (dalam Semb dan Elis, 1993: 305)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi LTM tehadap
pengetahuan yang telah dipelajari dalam kelas adalah tingkat dari materi yang
dipelajari, tugas yang harus dipelajari, metode pembelajaran, dan perbedaan
individual.
Sedangkan dalam masalah lupa Winkel (1987: 297) menyatakan bahwa
gejala lupa mudah terjadi pada pengetahuan kognitif bila individu tidak berhasil
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri atau tidak berhasil mengaitkan konsep-
konsep yang dipelajarinya dengankonsep-konsep yang telah dimilikinya. Lupa
akan terjadi apabila materi yang dipelajari tidak menarik, tidak diperlukan
individu sehingga tidak dihiraukan. Dengan demikian dalam pembelajaran
dipandang perlu untuk menitik beratkan pada aspek-aspek bernalar sehingga
pembelajaran menjadi bermakna. Pembelajaran yang menitik beratkan pada guru
(teacher centered) dinilai telah gagal untuk mengembangkan pemahaman yang
permanen. Penelitian yang dilakukan oleh Angelo (1991, dalam Susan Hanley,
1994: 3) terhadap siswanya di Berkeley membuktikan bahwa dengan
menggunakan metode pembelajaran secara tradisional dimana guru bertindak
sebagai penyampai informasi dan siswa penerima informasi didapatkan hasil
bahwa kurang dari 20% dari siswanya dapat mengingat apa yang telah
disampaikan oleh guru. Mereka terlalu sibuk mencatat dam memasukkan
informasi tanpa melalui seleksi ke dalam ingatan mereka.
Dengan demikian perlu diupayakan pembelajaran yang bermakna bagi
siswa. Pembelajaran yang banyak melibatkan panca indra dalam proses berpikir
15
dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga dengan
demikian memungkinkan kuatnya retensi siswa terhadap konsep-konsep yang
diajarkan. Untuk memenuhi hal tersebut guru sedapat mungkin melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah dengan memberikan pertanyaan
untuk memacu keterlibatan berpikir siswa sehingga siswa dapat menggunakan dan
mengaitkan konsep-konsep yang telah dimilikinya. Bila konsep-konsep tersebut
terkait satu sama lain maka akan terbentuk pengetahuan yang bermakna yang
tidak mudah untuk dilupakan
2.6. Retensi hasil belajar
Tes ini diberikan kepada semua siswaa baik kelas eksperiment maupun
kelas control. Tes ini diberikaan tanpa adanya pemberitaahuan sebelumnya, hal ini
dilakukaan agar retensi belajar siswa yang diukur brnaar-benar mencerminkan
hassil belajar hasil belajar siswa pada saat perlakuan, bukan karena pengulangan
belajarnya. Pelaksaanaan tes retensi hasil belajar ini diberikan setelah dua minggu
pembelajaran telah selesai dilaksanakan.
Instrument yang digunakan adalah sama, dalam arti mengandung soal
yang sama, tetapi memanipulasi nomor soal dan nomor pilihan alternaatif jawaban
untuk setiap soal. Hal ini dilakukan untuk mengurangi timbulnya βcarry over
effectβ dan βpractice effectβ. Seperti halnya tes hasil belajar, tes retensi hasil
belajar juga dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan dengan alokasi waktu
yang sama yaitu 2 jam pelajaran, tapi masing-masing kelompok sampel
ditempatkan pada ruang yang berbeda. (Raudaah Herleni.tesis; 1999:48)
16
2.7. Media Pembelajaran
Apabila media membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu
disebut media pembelajaran (Azhar Arsyad, 2002: 4). Agar media pembelajaran
tersebut berfungsi dengan baik dan mampu membantu siswa maupun guru dalam
mencapai apa yang diharapkan. Maka dalam hal ini guru harus memahami teknik
penyajian pelajaran.
Teknik penyajian pelajaran adalah sebagai teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan
oleh siswa dengan baik (Roetiyah N. K, 1991:1). Klasifikasi media pembelajaran
berdasarkan bentuknya yaitu:
Media berbasis manusia (Guru, instruktur, tutor, kegiatan kelompok)
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk
mengirim dan mengkomunikasikan pesan atau informasi.
Media berbasis cetak (Buku penuntun, buku latihan)
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku
teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas.
Media berbasis visual (buku, alat batu kerja, grafik, peta, gambar, transparan,
slide).
Media ini memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar.
Media ini dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual
17
dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antar
materi pelajaran dengan dunia nyata.
Media berbasis Audio Visual (Vidio, film, Tv)
Salah satu hal yang penting yang diperlukan dalam media audio visual adalah
penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak
rancangan, dan penelitian.
Media berbasis komputer
Komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidIkan dan
latihan. Komputer sebagai manajer dalam proses pembelajaran. Ada pula
peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatnya
meliputi penyajian informasi, isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya.
Adapun fungsi atau peranan media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi.
3. Alat peraga dalam pembelajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dan
isi pelajaran.
4. Penggunaan alat peraga bukan semata alat hiburan.
5. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.
6. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar (Sudjana, 1987).
18
Demikian pula Nasution (1986), mengemukakan bahwa faedah yang
terkandung dalam media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Menambah kegiatan belajar mengajar.
2. Menghemat waktu belajar.
3. Menambah keadaan permanen dari hasil belajar.
4. Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajaran.
5. Membangkitkan minat, perhatian, dan aktivitas pada murid.
6. Memberi pengalaman yang lebih tepat dan jelas.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulan bahwa media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengefektikan metode mengajar.
2. Dapat membantu siswa dalam menyamakan persepsi terhadap konsep.
3. Memperkecil verbalisme.
4. Menigkatkan pemahaman terhadap materi.
5. Membangkitkan minat dan aktivitas siswa.
6. Menghamet waktu belajar.
7. Menambah kegiatan belajar mengajar.
8. Menambah keadaan permanen dari hasil belajar.
2.8. Urgensi Media dalam Pembelajaran
Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering
muncul mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran.Kita
19
harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena
proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian
pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke
dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata & tulisan) maupun non-
verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi
tersebut oleh siswa dinamakan decoding. Ada kalanya penafsiran berhasil,
adakalanya tidak. Kegagalan/ketidakberhasilan dalam memahami apa yang
didengar, dibaca, dilihat atau diamati. Kegagalan/ketidakberhasilan atau
penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise.
Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima.
2.9. Animasi Macromedia Flash
Macromedia adalah sebuah perusahaan perangkat lunak yang bergerak di
bidang grafis dan pengembangan web. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1992
dan telah berkembang pesat pada tahun 1990-an dan 2000-an. Pada Desember
2005 Macromedia diakui salah satu perusahaan saingannya yaitu Adobe Systems,
tetapi Adobe sementara ini masih tetap menggunakan nama Macromedia pada
sejumlah programnya.
Macromedia didirikan pada tahun 1992 melalui merger antara
Authorware Inc. (perusahaan pembuat Authorware) dan MacroMind-Paracomp
(perusahaan pembuat Macromind Director). Hingga pertengahan 1990-an,
Macromedia Director yang digunakan untuk memproduksi CD-ROM dan kios-
kios informasi masih merupakan produk unggulan Macromedia, namun seiring
20
meningkatnya popularitas World Wide Web Macromedia menciptakan Shockwave,
sebuah plugin Director bagi penjelajah web serta pada tahun 1996 mengakui sisi
dua perusahaan berorientasi web, FutureWave Software (yang membuat
FutureSplash Animator - yang kemudian berkembang menjadi Flash) dan iBand
Software (pembuat perangkat lunak authoring HTML yang digunakan sebagai
dasar untuk mengembangkan Dreamweaver).
Kemampuan membuat objek seperti shockwave Flash maupun animasi
gif, dapat dikatakan bahwa Macromedia Flash adalah aplikasi pencipta objek
animasi yang powerful. Ditambah dengan pembuatan objek grafis vektor yang
terkandung di dalamnya, pemprograman ActionScript dan transisi layernya yang
dinamis membuat produk ini lebih produktif dibandingan produk penciptaan
animasi sejenis.
Macromedia Flash merupakan standar profesional yang digunakan untuk
membuat animasi di web. Sejak keberadaannya pertama kali dan digunakan oleh
beberapa situs web untuk membuat animasi intro dan permainan, banyak orang
dibuat kagum olehnya. Ini disebabkan karena ukurannya yang begitu kecil tetapi
dapat menampilkan animasi di web yang luar biasa mengagumkan.
2.10. Kelebihan Flash Sebagai Media Presentasi
Presentase adalah salah satu contoh komunikasi langsung dimana
presenter (pembawah maateri presentase) berhadaapan dengan audiens (pendengar
persentasi). Pendenganr tentu tidak memuliki beban karena mereka tinggal
menerima apa yang dikatakan persenter, persenterlaah yang memiliki beban
21
karena harus membwakan materi daan harus bertanggung jawab atas apa yang
disampaaikaannya (Andi Pramono, 2006: 1)
Presentasi yang baik adalah presentasi yang komunikatif. Banayak faktor
yang dapat menyebabkan orang tidak dapat memperhatikan apa yang
disaampaikan oleh presenter. Salah satunya adalah karena media yang digunakan
untuk presentasi (Andi Pramono, 2006: 2)
Ada bebrapa alasan mengapa kita memilih flash sebagai media
presentasi, yaitu karena flash memiliki kelebihan-kelebihan sebaggai berikut :
1. Hasil akhir file flash memiliki ukuraan yang lebih kecil (setelah di publish)
2. Flash mampu mengimpor hampir semua file gambar dan file-file aaudio
hingga presentassi dengan flash dapat lebih hidup.
3. Animasi dapat dibentuk, dijalankan, dan dikontrol.
4. Flash mampu membuat file executable (*.exe) sehingga dapat dijalankan pada
Pcmanapun tanpa harus menginstall terlebih dahulu prograam flash.
5. Font presentase tidak akan berubah meskipun PC yang digunakan tidak
memiliki font tersebut.
6. Gambar flash merupakan gambar vektor sehinggaa tidak akan pernah pecah
meskipun di-zoom beratus kali.
7. Flash mampu dijalankan pada sistem operasi windows maupun macintosh.
8. Hasil akhir dapat disimpan dalam berbagai macam bentuk, seperti *.avi, *.gif,
*.mov, ataupun file dengan format yang lain.
(Andi Pramono, 2006: 2)
22
2.11. Komponen dan Pengelompokkan Koloid.
System koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak
antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Untuk lebih memahami secara
konnseptual maka dijelaskan komponen dan pengelompokan koloid.
2.11.1. Komponen Sistem Koloid.
Bila suatu zat di campurkan dengan zat lain, maka akan terjadi
penyebaran secara merata dari suatu zat kedalam zat lain yang disebut dengan
system dispertsi. Berdasarkan ukuran partikelnya, system disperse dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu : larutan, koloid, dan suspensi. Secara sepintas
perbedaan antara suspense (sering Disebut campurab kasar) dengan larutan (sering
disebut larutan sejati) akan tampak jelas dari homogenitasnya, tetapi akan sulit
dibedakan antara larutan dengan koloid atau antara koloid dengan suspense. Jika
gula pasir dicampurkan ke dalam air, molekul gula segera larut dan terbentuklah
suatu larutan yang jernih. Ukuran partikel gula dalam air lebih kecil dari 10-4
dan
tidak dapat dipisahkan dari air dengan cara penyaringan. Jika pasir dicampurkan
ke dalam air, pasir dan air akan memisah ketika campuran ini didiamkan.
Campuran semacam ini disebut suspensi. Partikel pasir berukuran lebih besar dari
10-5
cm, dan dapat dipisahkan dari air dengan cara penyaringan.
Diantara kedua sistem campuran di atas (antara suspensi dan larutan),
terdapat sistem koloid. Sebagai contoh, jika tanah liat dicampurkan ke dalam air
yang mnegadung sedikit NaOH, tanah liat pecah menjadi sejumlah partikel kecil
campuran yang terbentuk tidak jernih. Tetapi partikel tanah liat tidak mengendap
23
jika didiamkan, dan juga tidak dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Partikel
tanah liat cukup kecil untuk mampu menembus kertas saring.tetapi cukup besar
untuk menyebabkan campuran menjadi keruh.
Istilah βKoloidβ di usulkan oleh Thoms Graham (1805-1869) dari ingris
pada tahun 1861. Sewaktu meneliti proses difusi sebagai zat dalam medium
cairan. Graham mengamati bahwa zat seperti kanji, gelatiu, getah, dan albumin
berdifusi sangat lambat dan tidak mampu menembus membran tertentu.
Kelompok zat ini lalu di namainya koloid.yang berarti seperti lem β(bahasa
yunani : kalta : lem,oidos : seperti).
Dewasa ini istila koloid di pakai untuk menyatakan ukuran partikel serta
sistem campuran. Partikel-partikel suatu zat di katakan berukuran kolid apabila
berdiameter antara 10-5
cm sampai 10-7
cm.Yang di sebut βKoloidβ adalah suatu
campuran zat di mana suatu zat tersebut merata dengan berukuran koloid dalam
suatu zat lain.
Sebagaimana halnya larutan yang tersusun dari zat terlarut dan pelarut,
maka sistem koloid juga tersusun dari dua komponen, yaitu fase terdispersi, yaitu
zat tersebar merata serta fase pendispersi, yaitu zat medium tempat partikel-
partikel koloid itu tersebar.
24
Perbedaan antara larutan, sistem koloid dan suspensi dapat dirangkum
dalam tabel 2.1
Tabel 2.1 perbandingan larutan, sistem koloid dan suspensi.
No. Larutan Sistem koloid
Suspensi
1.
Satu fase Dua fase Dua fase
2. Jernih Tidak jernih
Diameter partikel
lebih besar dari 10-5
cm
3.
Diameter partikel
lebih kecil dari
10-7
cm
Diameter partikel antara
10-7
sampai 10 -5
cm
Diameter partikel
lebih besar dari 10-7
cm
4. Tidak dapat
disaring Tidak dapat disarig Dapat disaring
5. Tidak memisah
jika didamkan
Tidak memisah jika tidak
didiamkan
Memisah jika
dididihkan
6. Homogen Antara homogen,
heteogen Heterogen
2.11.2. Pengelompokkan Sistem Koloid.
Baik fase terdispersi maupun pendispersi dalam suatu sistem koloid dapat
berupa gas, cair atau padat. Namun perlu segera dikemukakan bahwa campuran
gas dengan gas tidaklah membentuk sistem koloid, sebab semua gas akan
tercampur homogen dalam segala perbandingan.
25
Dengan demikian kita mengenal delapan jenis sistem koloid, seperti yang
tercantum dalam tabel 2.2 berikut:
Table. 2.2. Pengelompokan system koloid
Fase
terdispersi
Fase
pendispersi Sistem koloid Contoh
Gas Cair Busa Buih sabun, ombak, limun, krem
kocok,
Gas Padat Busa padat Batu apung, lava, karet, busa,
biskuit
Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan, pengeras rambut
(hairspray), obat semprot.
Cair Cair Emulsi Susu, santan, minyak ikan,
mayonnaise
Cair Padat Gel
Keju, mentega, nasi, selai, agar-
agar, lateks, mutiara, semir padat,
lem padat.
Padat Gas Aerosol padat Asap, debu, buangan knalpot
Padat Cair Sol
Kanji, cat, tinta, protoplasma, putih
telur, air lumpur, semir cair, lem
cair
Padat Padat Sol padat Tanah, kaca, permata, perunggu,
kuningan.
Dari tabel di atas tampak jelas bahwa proses di alam sekitar kita banyak
berhubungan dengan sistem koloid. Kegunaan dari cabang ilmu βkimia koloidβ
terdapat diberbagai bidang. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan
sistem koloid, sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi dalam
sel. Tanah juga merupakan sistem koloid, dan pemahaman tentang koloid sangat
membantu dalam meningkatkan kesuburan lahan. Dalam bidang industri, kimia
koloid banyak dimanfaatkan pada pembuatan berbagai produk antara lain biskuit,
keju, mentega, hairspray, cat, tinta, keramik, sabun, semen, karet, obat-obatan,
26
kosmetika, insektisida, plastik dan tekstil, seluruh fakta ini menunjukkan betapa
luas peranan sistem koloid dalam kehidupan kita.
2.11.3. Sifat-Siat Koloid.
Sistem koloid mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan
atau pun suspensi. Selanjutnya akan dibahas beberapa sifat-sifat khas dari system
koloid
A. Efek Tyndall.
Jika seberkas cahaya masuk ke dalam ruang gelap melalui celah, maka
berkas cahaya itu akan terlihat jelas, sebab partikel debu dalam ruangan yang
berukuran koloid akan menghamburkan cahaya tersebut. Demikian pula jika kita
berada di tengah hutan yang lebat pada pagi hari, cahaya matahari yang masuk
melalui sela-sela pepohonan akan tampak dengan nyata sebab cahaya itu
dihamburkan oleh partikel kabut yang merupakan sistem koloid.
Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel loloid disebut efek tyndall,
sebab hal ini mula-mula di terangkan oleh john tyndall (1820-1893), ahli fisika
bangsa Inggris.
Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dan
larutan sejati. Partikel dalam larutan yang berupa molekul atau ion terlalu kecil
untuk menghamburkan cahaya, sehinga berkas cahaya dalam larutan tidak terlihat,
sebaliknya, cahaya yang melewati sistem koloid akan terlihat nyata. Partikel-
27
partikel koloid yang berukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya itu
kesegala arah,meskipun partikel koloidnya tidak tampak.
Efek tyndall dapat menerangkan mengapa langit pada sing hari berwarna
biru, sedangkan ketika matahari terbenam langit di ufuk barat berwarna jingga
atau merah. Ini di sebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel
koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar matahari di hamburkan dengan
intensitas yang sama. Oleh karen intensitas cahaya yang di hamburkan berbanding
lurus dengan frekuensi, maka ketika matahari melintas di atas kita frekuesi paling
tingilah yang banyak sampai ke mata kita, sehinga kita melihat langit berwarna
biru. Ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah lebih banyak, sehinga
kita menyaksikan langiit berwarna jingga atau merah. Maha besar Allah yang
telah menciptakan efek tyndall agar umatnya dapat menikmati langit.
B. Gerak Brown
Mengapa partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya
dan tidak memisah meskipun didiamkan? hal ini disebabkan oleh adanya gerak
terus-menerus secara acak tetapi gesit dari partikel koloid tersebut. Gerakan acak
dari partikel koloid dalm medium pendispersinya ini disebut gerak brown.
Berdasarkan nama ahli botani bangsa Inggris yang menemukan gerakan ini pada
tahun 1827, yaitu Robert Brown (1773-1858). Perlu juga diketahui bahwa
pengamatan gerakan partikel koloid tersebut ternyata merintis jalan bagi Robert
Brown untuk menemukan adanya inti sel pada tahun 1831.
28
Gerak Brown membuktikan teori kinetik molekul, sebab gerakan tersebut
adalah akibat tabrakan antara partikel koloid dengan molekul pendispersinya dari
segala arah. Oleh karena momentum partikel koloid jauh lebih besar dari molekul
mediumnya, maka partikel koloid bergerak pada garis lurus sampai arah dan
kecepatannya diubah oleh tabrakan berikutnya.
Gerak brown akan semakin cepat jika ukuran partikel koloid makin kecil.
Sebaliknya, makin besar ukuran partikel gerakannya makin lambat. Itulah
sebabnya pada partikel suspensi gerak brown tidak lagi di jumpai.
C. Adsorpsi Koloid
Peristiwa penyerapan suatu molekul atom ion pada permukaan suatu zat
disebut adsosrpsi. Dengan dikelirukan dengan adsorpsi, yaitu penyerapan sampai
kebagian dalam dibawahpermukaan.
Suatu sistem koloid mempunyai kemampuan mengadsorpsi, sebab
partikel koloid memiliki permukaan yang sangat luas. Sipat adsorpsi dan koloid
dapat kita reaksikan antara lain, pada proses berikut ini.
a. Pada penyembuhan sakit perut oleh serbuk karbon (norit), campuran serbuk
karbon dengan cairan usus akan membentuk sistim koloid yang mampu
mengadsorpsi kuman yang berbahaya.
b. Pada proses pemurnian gula pasir, gula yang masih kotor (berwarna coklat) di
larutkan dalam air panas, lalu di alirkan melalui sistem koloid yang berupa
tanah diatom atau karbon kotoran pada gula akan teradsorpsi sehingga di
peroleh gula yang poutih bersi.
29
c. Deodoran dan anti pespiran (zat anti keringat) dapat menghilangkan bau badan
anti pespiran umumnya mengandung senyawa aluminium, seperti aliminium
klorohidrat, Al2(OH )5 Cl.2H2O, yang dapat memperkecil pori kelenjar
keringat, sehinga hanya sedikit keringat yang keluar. Hal ini karena ion
aluminium mengumpulkan sebagian cairan dalam kelenjar sehingga porinya
menjadi kecil. Pada umumnya anti pespiran di tambahi parfum untuk
menghilangkan bau badan sehingga berfungsi sebagai diodoran mengandung
seng peroksida,minyak esensial parfum, serta zat anti septik untuk
menghentikan kegiatan bakteri.seng peroksida dapat menghilangkan senyawa
yang berbau dengan cara mengoksidasinya, sedangkan minyak esensialm dan
parfum menyerap atau menghilangkan bau badan. Di permukaan tubuh
manusia terdapat kurang lebih dua juta kelenjar kerigat.penguapan air dari
cairan yang keluar dari kelenjar inilah yang mengatur suhu tubuh manusia.
Bau badan terutama disebabkan terdapatnya senyawa nitrogen organik, lemak
yang keluar dari tubuh, dan dari pertumbuhan bakteri dalam kelenjar keringat.
Sebenarnya keringat sendiri tidak berbau, tetapi hasil penguraiyannya oleh
bakteri yang berbau.
d. Tawaspun dapat di gunakan sebagai zat antipespira. Dahulu tukang cukur
mengoleskan tawas untuk dagu yang berdarah akibat pisau cukur.darah yang
keluar akan mengalami koagulasi sehinga menutup pori dan pendarahan akan
terhenti.
e. Daya adsorpsi dari koloid dalam tanah mampu menahan bahan makanan yang
di perlukan tumbuhan, sehingga tidak terbawa air hujan. Tanah juga mampu
30
mengadsorsi kuman yang berbahaya, itulah sebabnya tangki kotora (septik
tang) harus berjarak minimal delapan meter dari sumur, agar tanah dapat
mengadsorpsi semua zat pencemar.
D. Muatan Koloid dan Elekrofensis
Partikel-partikel koloid dapat bermuatan listrik sebagai akibat dari
penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut. Sebagai contoh, koloid
Fe(OH)3 dalam air akan menyerap kation sehingga bermuatan positif, sedangkan
koloid As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorsi anion.
Disamping karena adanya gerak brown, kestabilan suatu sistem koloid
juga disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid. Gaya
tolak-menolak di antara muatan sama akan mencegah pemisahan atau
pengumpulan sehingga sistim koloid menjadi stabil.
Jika sepasang elektroda di celupkan ke dalam suatu sistem koloid, lalu
kepadanya di alirkan arus listrik, maka partikel-partikel koloid yang bermuatan
positif akan menuju katode dan yang bermuatan negatif akan menuju anode.
Pergerakan partikel koloid di pengaruh medan listrik disebut elektroforosis. Pada
peristiwa elektroforosis, partikel koloid akan di netralkan muatannya dan di
gumpalkan pada elektrode.
31
Beberapa kegunaan dari proses elektroforosis antara lain sebagai berikut:
1. Untuk menentukan muatan sutu partikel koloid.
2. Untuk memproduksi barang industri yang terbuat dari karet. Misalnya, pada
pembuatan boneka dan arung tangan, karetnya diendapkan pada cetakan
bentuk boneka atau sarung tangan secara elektroforosis.
3. Untuk mengurai zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap
pabrik. Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877-1948), dari
Amerika serikat. Cerobong asap pabrik bagian dalam dilengkapi dengan
pengendap elektrotatika berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik,
yang akan menarik dan mengumpulkan debu halus dalam asap buangan.
E. Koagulasi Koloid
Partikel koloid dapat mengalami koagulasi (pengumpulan) dengan cara
penambahan suatu elektrolit yang muatannya berlawanan. Sifat koagulasi partikel
koloid, antara lain ; dapat diamati pada proses berikut ini:
a. Pada pengolahan karet dari bahan mentahnya (lakets), partikel karet dalam
lakets digumpalkan dengan menambahkan asam asetat, sehingga karet dapat
dipisahkan dari laketsnya.
b. Partikel lumpur dan tanah liat yang dikandung air sungai akan mengendap
takkala berjumpa dengan air laut yang mengandung banyak elektrolit,
sehingga terjadilah delta daerah muara.
32
c. Jika bagia tubuh kita mengalami luka, maka ion Al3+
atau Fe3+
segera
menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi
penggumpalan yang menutupi luka.
d. Pada proses penjernihan air,di tambahkan tawas, Al2(SO4)3, yang
menyediakan ion Al+3
untuk mengendapkan partikel lumpur,sehingga air
menjadi jernih.
F. Koloid Liofil dan Koloid Liofod.
Berdasarkan sifat adsorsi dari partikel koloid terhadap medium
pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid.
a. Koloid liofil yaitu koloid yang βsenang cairanβ (bahasa Yunani: Iyo = cairan;
Philia = senang). Partikel koloid akan menjadi sorpsi molekul cairan,
sehingga terbentuk selubung disekeliling partikel koloiud itu. Jika medium
pendispersinya air, istilah yang dipergunakan adalah hidrofil (senang air).
Contoh koloid liofil adalah kanji, protein dan agar-agar.
b. Koloid liopob, yaitu koloid yang βbenci cairanβ (phobia = benci). Koloid tidak
mengabsorbsi molekul cairan jika mediumnya air. Istilah yang dipakai adalah
hidrofob (benci air). Contoh koloid hidrofob adalah sol sulfida dan sol logam.
Koloid liofil lebih stabil dari pada koloid liofob. Untuk menggumpalkan
berkas liofil diperlukan eletrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung yang
berfungsi sebagai pelindung harus dipecah dahulu. Adapun koloid liofob mudah
digumpalkan dengan diberi sedikit elektrolit saja.
33
Pada pembuatan sol hidrofob, cairan yang akan dipakai sebagai medium
pendispersi harus dimurnikan dahulu dan elektrolit (ion) yang dapat mengganggu
kestabilan koloid pemurnian medium pendispersi dari elektrolit ini disebut
dialistis. Koloid dimasukkan ke dalam kantung yang terbuat dari selaput semi
permiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan material atau ion tetapi tidak
dapat dilewati partikel koloid jika kantung yang berisi koloid itu dimasukkan ke
dalam air, maka ion pengganggu akan menembus selaput masuk ke dalam air
sedangkan partikel koloid akan tetap tinggal tinggal di dalam kantung.
Beberapa koloid hidrofil, seperti gelatin dna gan Arab, bukan hanya
stabil terhadap koagulasi, tetapi juga ditambahkan itu disebut koloid pelindung,
sebab menutupi permukaan koloid hidrofob. Jadi, jika gelatin ditambahkan ke
dalam sol emal atau sol As2S3, maka sol itu sukar digumpalkan oleh elektrolit.
Penambahan koloid pelindung banyak dipakai dalam pembuatan berbagai produk
industri, misalnya film fotografi yang merupakan koloid AgBr dalam gelatin.
G. Emulsi.
Emulsi adalah sistem koloid yang partikel terdispersi dan medium
pendispersinya sama-sama cair. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan
cairan polar dan cairan non polar, mis: air dan minyak.
Jika minyak kelapa dicampurkan dengan air kemudian dikocok,
terjadilah campuran yang akan memisah kembali, setelah didiamkan agak lama.
Untuk menstabilkan emulsi ini perlu ditambahkan zat pengemulsi (emulgator),
yaitu senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar dan nonpolar
34
sehingga mampu mengikat zat polar (air) dan zat nonpolar (minyak). Misalnya
sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun dari βekorβ
alkil yang nonpolar (larut dalam minyak dan βkepalaβ ion karboksilat yang polar
(larut dalam air).
Prinsip inilah yang menyebabkan sabun dan detergen memiliki daya
pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian, ekor nonpolar dari sabun
menempel kotoran dan kepala polarnya menempel pada air. Akibatnya, tegangan
permukaan air menjadi berkurang, sehingga air jauh lebih mudah menarik
kotoran.
Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, dimana lemak
terdispersi dalam air. Dalam susu terkadung kasein suatu protein yang berfungsi
sebagai zat pengemulsi, jika susu menjadi masam, karena laktosa (gula susu)
terodksidasi menjadi asam laktat, kasein akan terkoagulasi dan tidak dapat lagi
menstabilkan emulsi. Akibatnya, lemak bersama kasein akan memisah susu.
Proses pencernaan lemak dalam tubuh kita berlangsung melalui pembentukan
emulsi. Dalam usus selalu terkandung larutan basa yang akan berreaksi dengan
sebagian kecil lemak, membentuk semacam zat pengemulsi yang mengemulsikan
lemak sisanya, sehingga memudahkan enzim lipase untuk mengkatalisis
penguraian lemak tersebut.
Dalam bidang industri obat-obatan dan kosmetika, bentuk emulsi banyak
digunakan dalam pembuatan berbagai produk, seperti salep, cream, lotion dan
minyak ikan.
35
2.11.4. Pembuatan Sistem Koloid
Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel
suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan mengelompokan
(agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar
kemudian didispersikan kedalam medium disperse. Cara yang pertama disebut
kondensasi sedangkan yang kedua disebut cara dispersi.
A. Cara Kondensasi.
Salah satu cara pembuatan sistem koloid adalah cara kondensasi, yaitu
menggumpalkan partikel larutan yang terlalu kecil menjadi partikel yang
berukuran koloid, partikel larutan yang berupa ion, atom, atau molekul dapat
dikondensasi atau digumpalkan menjadi ukuran koloid melalui cara fisis
(penurunan kelarutan) atau cara kimia (reaksi tertentu).
Cara fisis yang dapat dilakukan untuk mengkondesasikan partikel adalah
sebagai berikut:
a. Pendinginan.
Kelarutan suatu zat pada umumnya berbanding lurus dengan suhu,
sehingga proses pendinginan akan menggumpalkan larutan menjadi suatu koloid.
b. Penggantian pelarut.
Misalnya kita membuat sol belerang dari air; belerang sukar larut dalam
air, tetapi melarut baik dalam alkohol. Maka larutan jenuh belerang dalam alkohol
36
diteteskan ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi
partikel koloid, kemudian alkohol dipisahkan dengan metode dialisis.
c. Pengembunan uap.
Misalnya; uap raksa dialirkan melalui air dingin, sehingga terbentuk sol
raksa. Kemudian amonium sitrat ditambahkan sebagai penstabil (stabilizar).
Pembuantan sistem koloid cara kondensasi yang paling banyak dilakukan
adalah melalui reaksi kimia. Adapun reaksi kimia tersebut antara lain sebagai
berikut:
a. Reaksi Penngendapan
Dua buah larutan encer yang masing-masing mengandung elektrolit
dicampurkan, sehingga menghasilkan endapan yang berukuran koloid.
AgNO3 β NaCl AgCl(S) + NaNO3
b. Reaksi hidrolisis
Sol hidroksida seperti Fe(OH)3 dan Al(OH)3 diperoleh dengan
menambahkan garam klorida ke dalam air mendidih dan garam itu terhidrolisis
menjadi hidroksida yang berukuran koloid.
FeCl3 + 3 H2O Fe (OH)3 (S) + 3 HCl
AlCl3 + 3 H2O Al (OH)3 (S) + 3 HCl
c. Reaksi redoks
Sol logam seperti sol emas dapat diperoleh dengan mereduksi larutan
garamnya, menggunakan reduktor non elektrolit seperti formaldehida.
2 AuCl3 + 3 HCHO + 3 H2O 2 Au + 6 HCl + 3 HCOOH
37
Sol belerang dan iodin dapat dibuat dengan mengoksidasi ion sulfida dan
iodida.
2H2S + CO2 3S(s) + 2H2O
5HI + HIO 3I2 + 3H2O
B. Cara Dispersi.
Selain cara kondensasi, suatu sistem koloid dapat dibuat melalui cara
dispersi, yaitu menghaluskan partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel
yang berukuran koloid.
Beberapa cara dispersi yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Cara Mekanik.
Yang dimaksud dengan cara mekanik adalah melakukan penggensan
(penggilingan) untuk zat padat. Setelah diperoleh kehalusan yang dikehendaki,
barulah zat ini didispersikan kedalam medium pendispersi. Jika perlu
ditambahkan zat pemantap (stabilizar) guna mencegah penggumpalan kembali sol
bedorong sering dibuat dengan metode seperti ini.
b. Cara Peptisasi.
Partikel endapan dipecah dan dihaluskan menjadi partikel koloid dengan
menambahkan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis: Misalnya, sol Fe
(OH)3 dibuat dengan menambah FeCl3 dan sol NiS dibuat dengan menambahkan
H2S.
38
c. Cara Busur Bredig (Cara Elektrodispersi).
Cara ini khusus untuk membuat sol logam dengan cara dispersi. Dua kawat
logam yang berfungsi. Sebagai elektrode dicelupkan ke dalam air, kemudian
kedua ujung kawat diberi loncatan listrik, sebagian logam clear mendebu ke
dalam air dalam bentuk partikel koloid.
2.12. Hipotesis penelitian
Dalam penelitiaan ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa pada materi sistem koloid yang pembelajarannya
menggunakan macromedia flash lebih tinggi di bandingkan dengan tanpa
menggunakan macromedia flash.
2. Retensi hasil belajar siswa pada materi sistem koloid yang pembelajarannya
menggunakan macromedia flash lebih tinggi di bandingkan dengan tanpa
menggunakan macromedia flash.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini membuktikan hasil belajar untuk materi sistem koloid yang
diajarkan dengan menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada yang
diajarkan tanpa menggunakan macromedia flash dan untuk mengetahui retensi
hasil belajar untuk materi sistem koloid yang diajarkan dengan menggunakan
macromedia flash lebih tinggi dari pada yang diajarkan tanpa menggunakan
macromedia flash.
Jenis penelitian merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan
pelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah post test only controle group
design. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pretest karena dianggap kemampuan
awal siswa sama berdasarkan rata-rata nilai rapor untuk mata pelajaran kimia
semester ganjil tahun ajaran 2008/2009. Untuk kelompok yang diajar dengan
menggunakan media pembelajaran macromedia flash merupakan kelas
eksperimen dan kelompok yang diajar tanpa menggunakan media pembelajaran
macromedia flash disebut kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini.
40
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Post Test Only Controle Group Design
KE X O1 O3
KK - O2 O4
Keterangan:
KE : Kelas Eksperimen
KK : Kelas Kontrol
X : Pengajaran dengan menggunakan macromedia flash
O1 & O3 : Tes hasil belajar dan retensi hasil belajar kelas eksperimen
O2 & O4 : Tes hasil belajar dan retensi hasil belajar kelas kontrol
3.2.Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tapa
pada tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun ajaran tersebut terdapat 2 kelas dengan
perincian pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Distribusi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tapa
Kelas Banyaknya
Siswa
Nilai Rata-rata Kelas
Untuk Semester ganjil
XI IPA1 21 71,98
XI IPA2 21 72,2
X=72.09
41
3.2.2 Sampel Penelitian
Pada penelitian ini 2 kelas yang bisa digunakan sebagai sampel yaitu
kelas XI IPA1 dan Kelas XI IPA2 yang merupakan kelas-kelas homogen karena
nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran kimia smester 1 yang diperoleh hampir
sama dengan rata-rata kelas keseluruhan. Untuk kelas XI IPA1 dikenai pengajaran
dengan menggunakan media pembelajaran macromedia flash dan kelas XI IPA2
tanpa menggunakan media pembelajaran macromedia flash. Penelitian ini cukup
representative karena subyek penelitian keseluruhan dari jumlah populasi.
3.3. lnstrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk evaluasi tes hasil belajar dan
retensi hasil belajar berupa soal tes bentuk pilihan ganda dengan 1 (satu) jawaban
benar, 2 (dua) jawaban mengecoh dan 1 (satu) pilihan jawaban yang diberikan
sendiri oleh siswa jika tiga pilihan jawaban yang diberikan dianggap tidak benar.
Butir-butir soal yang telah disusun selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing.
3.4.Verifikasi Instrumen Penelitian
Verifikasi instrumen penelitian yang digunakan meliputi validitas,
reliabilitas dan tingkat kesukaran item.
42
3.4.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui
kesahihan suatu intstrumen. Sebuah tes yang dikatakan valid apabila dapat tepat
mengukur apa yang diukur Arikunto (2002) Pengujian validitas untuk penelitian
ini adalah berdasarkan validitas isi (content validity) yang diperoleh melalui
pertimbangan satu dosen dan dua guru kimia SMA Negeri 1 Tapa. Dalam
validitas isi ini yang menjadi perhatian utama adalah keterwakilan konsep dengan
baik oleh setiap soal sesuai dengan apa yang diukur, serta pemakaian kalimat yang
digunakan sudah komunikatif atau belum. Soal diberi skor 2 jika telah mewakili
konsep dan kalimatnya sudah komunikatif. Soal diberi skor 1 jika telah mewakili
konsep saja tetapi kalimatnya belum komunikatif, atau belum mewakili konsep
dan kalimatnya sudah komunikatif. Sedangkan soal diberi skor 0 (nol) jika belum
mewakili konsep dan kalimatnya belum komunikatif. Selanjutnya skor-skor yang
diberikan oleh tiap penilai dikonfirmasikan antara satu dengan lainnya dan
dinyatakan dalam persentase yaitu;
β¦β¦β¦β¦(3.1)
Dimana Pn = Persentase skor penilaian n(n=0,1,2)
Dari hasil perhitungan uji validitas diperoleh persentase untuk setiap
penilai sebesar 100%. Dengan kata lain koefesien validitas tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 1 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar
lampiran.
43
3.4.2. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Dalam penelitian ini reliabilitas dari instrumen
diukur dengan rumus Kuder dan Richardson-20 atau KR-20 yaitu:
β¦β¦β¦ (3.2)
Arikunto (2002)
Keterangan
r11 = reliabilitas tes
βp.q = jumlah hasil perkalian antara p dan q
s = standar deviasi
n = banyaknya item tes
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
Kriteria yang digunakan dalam reliabilitas ini adalah semakin besar nilai
dari r11 maka reliabilitas suatu tes makin tinggi (Arikunto, 2001: 75). Untuk
mengintepretasikan reliabilitas suatu tes digunakan kriteria sebagai berikut:
a. Bila r11 antara 0,8 - 1,0 berarti reliabilitas tersebut cukup tinggi
b. Bila r11 antara 0,6 - 0,8 berarti reliabilitas tersebut tinggi
c. Bila r11 antara 0,4 - 0,6 berarti reliabilitas tersebut cukup
d. Bila r11 antara 0,2 - 0,4 berarti reliabilitas tersebut rendah
e. Bila r11 antara 0,0 - 0,2 berarti reliabilitas tersebut agak rendah
44
Dari hasil perhitungan yang didapatkan pada uji relibilitas yaitu r11 = 0,69. Artinya
nilai yang diperoleh maka nilai reabilitas soal yang di gunakan tersebut tinggi.
Pengujian relibilitas tes dilaksanakan di Sekolah SMA Negeri 4 Gorontalo
kelas XI IPA 2 dengan jumlah siswa keseluruhan 27 orang dibantu dengan guru
mitra.
3.4.3. Tingkat Kesukaran Item
Tingkat kesukaran (P) suatu item tes ditentukan berdasarkan perbedaan
antara siswa yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Rumus yang
digunakan adalah:
β¦β¦β¦β¦.(3.3)
Arikunto (2002)
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = jumlah seluruh peserta tes
Kriteria yang digunakan untuk mengukur mengintepretasikan tingkat
kesukaran item tes dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Soal dengan P = 0,00 - 0,45 adalah soal sulit
b. Soal dengan P = 0,45 - 0,75 adalah soal sedang
c. Soal dengan P = 0,75 - 1,00 adalah soal mudah
dari hasil perhitungan dapat dilihat keseluruhan soal dengan kategori
untuk soal yang mudah =5; soal sedang = 21 dan soal yang sulit =2 total soal
45
keseluruhan sejumlah 28. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar lampiran
8.
3.5 Pengumpulan dan Analisis Data
3.5.1 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data diambil dengan jalan mengadakan perlakuan dan
tes. Tes dan perlakuan diadakan pada awal bulan Mei 2009. Pengajaran dilakukan
oleh peneliti sedangkan pengawasan ujian dilakukan oleh peneliti dan dibantu
oleh guru kimia untuk menjamin kejujuran siswa dalam mengerjakan soal
tersebut.
3.5.2 Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka dilakukan langkah-langkah
analisis sebagai berikut:
Pengujian prasyarat, mencakup:
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan dalam analisis ini guna untuk
mengetahui apakah data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini digunakan uji lilefors (Sudjana, 1998:466) dengan prosedur sebagai
berikut.
1. Pengamatan X1,X2,β¦..ΒΈXn dijadikan bilangan baku Z1 ,Z2,β¦.,Zn dengan
menggunakan rumus s
XXZ
2
111
β¦β¦β¦β¦β¦(3.4)
46
Dimana :
X
= rata-rata sampel yang diperoleh dengan rumus
n
XX
1
β¦β¦β¦β¦..(3.5)
s = standar deviasi yang diperoleh dengan rumus
111
2
1
2
11
nn
XXns
β¦β¦β¦β¦(3.6)
2. Untuk bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang ii ZZPZF
Misalnya; untuk Z = 0,2 maka F(0,2) - P(Z 0,2) = P(- ~ < Z 0) + P
(0 < Z < 0,2) - 0,5000 + 0,0793 = 0,5793 Selanjutnya dihitung profosi
nZZZ ,.......,, 21 yang lebih kecil atau sama dengan iZ Jika proporsi ini dinyatakan
oleh S( iZ ), maka
n
ZyangZZZBanyaknyaZS in
i
,...,,)( 21
β¦β¦β¦(3.7)
3. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
4. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut.
47
Dari hasil perhitungan uji normalitas untuk skor hasil belajar kelas eksperimen
diperoleh L0 = 0,121433 dan Ltabel = 0,225 dengan n = 21 pada taraf signifikan
0,01 disimpulkan bahwa L0 < dari Ltabel artinya skor hasil belajar untuk kelompok
yang diajar dengan menggunakan macromedia flash terdistribusi normal. Begitu
juga sebalikanya pada hasil perhitungan skor hasil belajar kelas kontrol
didapatkan L0 = 0,132652 dan Ltabel = 0,225, pada skor retensi hasil belajar untuk
kelas eksperimen diperoleh hasil L0 = 0,13791 dan Ltabel = 0,225 dan skor terensi
hasil belajar untuk kelas kontrol diperoleh L0 = 0,128043 dan Ltabel = 0,225 dari
hasil yang ada disimpulkan secara keseluruhan pada uji normalitas hasil belajar
untuk kelompok yang diajarkan dengan menggunakan macromedia flash dan
tanpa menggunakan macromedia flash terdistribusi normal artinya nilai L0 < dari
Ltabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar lampiran.
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk menyelidiki kehomogenan sampel penelitian
yang diambil dari populasi penelitian. Untuk pengujian kehomogenitasan varians
digunakan uji F dengan rumusan sebagai berikut:
β¦β¦β¦. (3.8)
Sudjana dalam Anik Setyowati (2002:41)
48
Dimana:
SA = Simpangan baku dari kelas yang diajar dengan media pembelajaran
macromedia flash
SB = Simpangan baku dari kelas yang diajar tanpa menggunakan media
pembelajaran macromedia flash.
Kriteria pengujian:
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel untuk taraf signifikan 0,01
Ho ditolak jika Fhitung β₯ Ftabel untuk taraf signifikan 0,01
Hasil uji homogenitas tidak lepas dari data yang diperoleh pada uji
normalitas untuk kelas eksperimen diperoleh nilai F0 = 1,04 sedangkan pada
kelas kontrol diperoleh nilai F0 = 1,65 sementara pada Ftabel = 2,94
c. Pengujian Hipotesis
Analisis data penelitian adalah didasarkan atas perbedaan skor rata-rata
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji-t.
Rumus yang digunakan adalah:
β¦β¦.. (3.9)
Sudjana dalam Anik Setyowati (2002:42)
49
dengan:
XA = Rata-rata skor tes siswa yang diajar dengan menggunakan macromedia
flash.
XB = Rata-rata skor tes siswa yang diajar tanpa menggunakan macromedia
flash.
NA= jumlah siswa kelas yang diajar dengan menggunakan macromedia flash.
NB = jumlah siswa kelas yang diajar tanpa menggunakan macromedia flash.
SA = simpangan baku kelas yang diajar dengan menggunakan menggunakan
macromedia flash.
SB = Simpangan baku kelas yang diajar tanpa menggunakan menggunakan
macromedia flash.
Kriteria pengujian adalah:
Ho dapat diterima jika thitung β€ ttabel untuk taraf signifikan 0,01
Ho dapat ditolak jika thitung > ttabel untuk taraf signifikan 0,01
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Data skor rata-rata hasil belajar dan retensi hasil belajar siswa untuk
materi sistem koloid kelompok yang diajar dengan menggunakan macromedia
flash (Kelas Eksperimen) dan tanpa menggunakan macromedia flash (Kelas
kontrol) diberikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 skor tes hasil belajar dan retensi hasil belajar pada kelas
eksperimen dan kelas control.
Kelas Ekperimen
Kelas Kontrol
No Tes Hasil
(X1) Retensi
(X2) Tes Hasil
Y1 Retensi
Y2
1 82.14 46.42 67.86 42.86
2 82.14 50 64.29 35.71
3 82.14 50 75 42.86
4 75 53.57 75 42.86
5 82.14 53.57 60.71 32.14
6 78.57 60.71 60.71 35.71
7 71.43 67.86 64.29 35.71
8 67.86 42.86 82.14 28.57
9 71.43 46.42 67.86 32.14
10 64.29 28.57 57.14 42.86
11 64.29 32.14 57.14 35.71
12 82.14 42.86 67.86 32.14
13 78.57 53.57 64.29 39.29
14 85.71 67.86 67.86 32.14
51
Sambungan Tabel diatas.
Dari rata-rata skor hasil belajar untuk kelompok eksperimen sebesar
76,87 dan untuk kelompok kontrol sebesar 68,54 sedangkan rata-rata skor tes
setelah berselang 3 minggu (retensi) hasil belajar untuk kelompok eksperimen
sebesar 47,28 dan untuk kelompok kontrol sebesar 38,43. Jadi dibandingkan
dengan skor hasil belajar, maka retensi untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol masing-masing menunjukan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan macromedia flash memberikan hasil yang lebih besar dalam
mempertahankan retensi hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran
tanpa menggunakan macromedia flash.
4.2.Pengujian Hipotesis Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
analisis. Uji persyaratan analisis tersebut meliputi uji normalitas dan uji
homoginitas. Adapun pengujian hipotesis diperoleh informasi dari tabel 4.2 skor
tes hasil belajar dan retensi hasil belajar pada kelas eksperimen dengan
15 85.71 42.86 67.86 39.29
16 85.71 42.86 67.86 32.14
17 78.57 28.57 75 35.71
18 71.43 46.42 71.43 42.86
19 71.43 50 82.14 46.42
20 78.57 42.86 71.43 53.57
21 75 42.86 71.43 46.42
β 1614.27 992.84 1439.3 807.11
X 76.87 47.28 68.54 38.43
52
menggunakan macromedia flash (X) dan kelas kontrol tanpa menggunakan
macromedia flash (Y).
4.3.Prasyarat
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
hasil penelitian yang terkumpul berdistribusi normal atau memiliki sebaran yang
normal, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan statistic parametric
dapat dilanjutkan. Seperti telah dikatakan pada bagian sebelumnya, pengujian
normalitas data ini menggunakan uji liliefors dengan Ξ± = 0,01 dan dengan
kriterianya adalah tolak 0H bahwa populasi berdistribusi normal jika L0 < Ltabel
dalam hal lainnya 0H diterima.
Data yang akan diuji terdiri dari dua kelompok data yaitu data skor hasil
belajar siswa dan skor retensi hasil belajar siswa pada materi system koloid
dengan menggunakan macromedia flash dan data skor hasil belajar dan retensi
hasil belajar siswa pada materi system koloid yang diajarkan secara konvensional.
53
Tabel 4.2 Ikhtisar uji normalitas Untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Kriteria
Kelas Ekperimen Kelas Kontrol
Kesimpulan
L0
Ltabel
keputuasan
pengujian
L0
Ltabel
keputusan
pengujian
Hasil
Belajar
0,121433
0,225
H0 diterima
0,132652
0,225
H0 diterima
Terdistribusi
Normal
Retensi
belajar
0,13791
0,225
H0 diterima
0,128043
0,225
H0 diterima
Terdistribusi
Normal
Keterangan :
H0 diterima, L0(hitung) < Ltabel
H0 ditolak, L0(hitung) > Ltabel
Lπ‘ππππ =1,031
π=
1,031
21=
1,031
4,58= 0,225
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar lampiran13.
b. Uji Homogenitas
Uji homoginitas digunakan untuk mengetahui apakah data skor varians
kelas eksperimen dan kelas control homogen. Harga F perlu dikonsultasikan
dengan harga pada Ftabel pada taraf kesalahan tertentu dengan dk pembilang dan
penyebut. Untuk itu digunakan taraf kesalahan 0,01 dengan dk pembilang maupun
penyebut. Jadi harga F dicari pada tabel F di peroleh F(0,99)(20,20) = 2,94. Ikhtisar
54
hasil homoginitas diberikan pada tabel 4.4 dan hasil perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 13.
Tabel 4.3 Ikhtisar Hasil Belajar dan Retensi hasil Belajar siswa untuk
uji homoginitas kelas eksperimen dan kelas kontrol
Hasil Belajar Retensi Hasil Belajar
Kesimpulan Kelas Eksperimen & Kontrol Kelas Eksperimen & Kontrol
F0
Ftabel
keputuasan
pengujian
F0
Ftabel
keputusan
pengujian
1,04
2,94
H0 diterima
1,65
2,94
H0 diterima
Homogen
Keterangan :
H0 diterima, F0(hitung) < Ftabel
H0 ditolak, F0(hitung) > Ftabel
4.4. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis 1 (Skor Hasil Belajar)
Hipotesis 1 yang berbunyi : βHasil belajar siswa pada materi sistem
koloid yang pembelajarannya menggunakan macromedia flash lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa menggunakan macromedia flash.
Hasil analisis dengan menggunakan Microsoft Office Excel terdapat pada
lampiran 13 ringkasan hasil analisis seperti dalam table 4.8 iktisar skor tes hasil
belajar berikut.
Dengan demikian dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa data hasil belajar dan
retensi hasil Belajar adalah homogen dimana
nilai F0(hitung) < Ftabel dengan kriteria H0
diterima
55
Tabel 4.4 Ikhtisar Skor Tes hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol Pada Hipotesis 1
Kriteria thitung ttabel Keputusan
Pengujian
Kesimpulan
H0 diterima,
t β€ t(1-Ξ±/2)(Nx/Ny-1)
H0 ditolak,
t > t(1-Ξ±/2)(Nx/Ny-1)
3,93
2,84
H0 ditolak
Secara ril dan bukan faktor
kebetulan hasil belajar kelas
eksperimen lebih tinggi dari
pada kelas kontrol.
*) ttabel = t (1-Ξ±/2)(Nx/Ny -1)
ttabel = t (1-0.01/2)(20-1)
ttabel = t (0,995)(20) = 2,84
Dari daftar distribusi pada taraf signifikan 0,01 diperolen nilai thitung =
3,93 > dari ttabel (0,995)(20) = 2,84 dan H0 di tolak sehingga dapat dinyatakan bahwa
hasil belajar siswa yang mengalami pembelajaran dengan menggunakan
macromedia flash secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
mengalami pembelajaran tanpa menggunakan macromedia flash (metode
konvensional) berdasarkan perhitungan nilai rata-rata hasil belajar untuk
kelompok eksperimen sebesar 76,87 dan nilai rata-rata untuk kelas kontrol sebesar
68,54. Hal ini menunjukan bahwa pada pembelajaran dengan menggunakan
macromedia flash hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
tanpa menggunakan macromedia flash.
56
Hal ini dapat kita lihat pada Grafk 4.1 hasil belajar sebagai berikut.
Grafik 4.1 skor hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
Keterangan:
= Kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan
macromedia flash
= Kelas Kontrol yang pembelajarannya tanpa menggunakan
macromedia flash
b. Hipotesis 2 (Skor Retemsi Hasil Belajar Berselang 2 Minggu 6 Hari
Hipotesis 2 yang berbunyi : βRetensi hasil belajar siswa pada materi
sistem koloid yang pembelajarannya menggunakan macromedia flash lebih tinggi
di bandingkan dengan tanpa menggunakan macromedia flash.
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122
Nila
i
Jumlah Responden
57
Tabel 4.5 Ikhtisar Skor Tes Retensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol Pada Hipotesis 2
Kriteria thitung ttabel Keputusan
Pengujian
Kesimpulan
H0 diterima,
t β€ t(1-Ξ±)(Nx/Ny-1)
H0 ditolak,
t > t(1-Ξ±)(Nx/Ny-1)
3,29 2.84 H0 ditolak
Secara ril dan bukan faktor
kebetulan hasil belajar kelas
eksperimen lebih tinggi dari
pada kelas kontrol.
Dari daftar distribusi pada taraf signifikan 0,001 diperolen nilai thitung =
3,29 > dari ttabel (0,995)(20) = 2,84 dan kriteria H0 ditolak sehingga dapat dinyatakan
bahwa ada hubungan antara hasil belajar siswa dengan pembelajaran
menggunakan macromedia flash. Namun, secara riil dan bukan faktor kebetulan
pada skor retensi hasil belajar yang mengalami pembelajaran dengan
menggunakan macromedia flash secara signifikan lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mengalami pembelajaran tanpa menggunakan macromedia
flash (metode konvensional) berdasarkan perhitungan skor perolehan nilai rata-
rata hasil belajar untuk kelompok eksperimen sebesar 47,28 dan nilai rata-rata
untuk kelas kontrol sebesar 38,43 hal ini menunjukan bahwa pada pembelajaran
dengan menggunakan macromedia flash hasil belajar lebih tinggi dibandingkan
dengan pembelajaran tanpa menggunakan macromedia flash.
58
Hal ini dapat kita lihat pada Grafik 4.2 retensi hasil belajar sebagai
berikut.
Grafik 4.2 skor retensi hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
Keterangan:
= Kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan
macromedia flash
= Kelas Kontrol yang pembelajarannya tanpa menggunakan
macromedia flash
Ini kemudian diuji melalui hipotesis nol yang berbunyi untuk materi
sistem koloid hasil belajar dan retensi hasil belajar kelompok eksperimen yang
diajar dengan menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada hasil belajar
dan retensi hasil belajar kelompok kontrol yang diajar tanpa menggunakan
macromedia flash. Ikhtisar hasil pengujian diberikan pada tabel 4.8 dan table 4.9.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.
01020304050607080
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nila
i
Jumlah Responden
59
4.5. Pembahasan
Dalam penjelasan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
macromedia flash beda dengan pembelajaran secara konvensional, dimana lebih
menekankan berfikir dedukatif. Pada hakekatnya guru hanya menyampaikan isi
mata pelajaran tanpa pernah melakukan analisis karakteristik konsep untuk
mengetahui apakah siswa telah benar-benar mengetahui konsep secara lebih
spesifik. Pembelajaran dengan menggunakan macromedia flash dimana siswa
diminta lebih banayak berfikir dalam memahami konsep melalui beberapa
tampilan animasi dari macromedia flash.
Penggunaan macromedia flash dalam pengajaran materi system koloid
menyebabkan materi tersebut mudah untuk dipahami oleh siswa. Hal ini
menyebabkan imajinasi siswa dalam memahami konsep materi tersebut yang
pembelajarannya melalui macromedia flash dengan logika yang benar akan
terlihat. Disamping itu macromedia flash siswa akan terbantu dalam memahami
konsep materi dengan baik sehingga hasil belajar dan retensi hasil belajar
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar dan retensi hasil belajar
siswa yang diajar tanpa menggunakan macromedia flash. Dapat dilihat
berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada lampiran 13, uji-t diperoleh
bahwa perlakuan pembelajaran dengan menggunakan macromedia flash
dinyatakan secara umum berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar dan
retensi hasil belajar yang dibuktikan dengan skor hasil belajar dan retensi hasil
belajar. Pengaruh yang dimaksud adalah dapat meningkatkan hasil belajar dan
retensi hasil belajar siswa.
60
Kajian terhadap retensi, terkait dengan fungsi memori dalam mengingat
dan melupakan (Herleni, raudah,1999). Mengingat adalah proses memanggil
kembali informasi yang telahb tersimpan dalam memori, dan lupa adalah ketidak
mampuan untuk memanggil informasi yang tersimpan dalam memori. Artinya,
bahwa informasi yang tersimpan dalam memori setelah selang waktu tertentu
akan mengalami penurunan. Sebagian masih tersimpan dalam memori dan
sebagian telah dilupakan. Hal ini akan mudah dipahami apabila konsepsi retensi
tersebut dikaitkan dengan proses retrieval didalam memori ingatan si pelajar.
Berkaitan dengan retensi tersebut, maka pengunaan macromedia flash akan dapat
mempermudah proses retrieval yang terjadi dalam ingatan si pelajar.
61
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian kemudian dianalisis tes hasil belajar dan
retensi hasil belajar maka dapat disimpulkan diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk materi sistem koloid hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada hasil belajar yang
diajar tanpa menggunakan macromedia flash.
2. Untuk materi sistem koloid retensi hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada retensi hasil belajar
yang diajar tanpa menggunakan macromedia flash.
5.1. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Dalam membelajarkan konsep sistem koloid diharapkan guru menjelaskan
konsep tersebut menggunakan macromedia flash sehingga siswa dapat
memahami konsep tanpa harus menghafal konsep, sehingganya hasil belajar
yang diperoleh siswa bisa lebih baik.
2. Pemanfaatan sofwere macromedia flash sebagai media pembelajaran
dikalangan guru atau tenaga pendidik harus benar-benar relefan dengan materi
yang diajarkan, sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep materi
pelajaran kimia lebih baik.
62
DAFTAR PUSTAKA
Aktor Sadewa, Wiwin. dkk. 2006. Mahir Dalam 7 Hari Macromedia
Flash Pro 8. Yogyakarta. Andi offsat
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bhineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 1989. Menajemen Penelitian. Jakarta : Proyek
pengembangan lembaga pendidikantenaga kependidikan
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta; Rajawali Pers.
Bunurul. 2008. Evaluasi-Pembelajaran-Kimia-Berbasis-Software-Flashtm.
http://bunurul.wordpress.com
Educare. 2009. Jurnal Pendidikan dan Budaya. http://educare.e-
fkipunla.net/Generated: 24 March, 2009, 14:13
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Herleny Raudah. 1999. Keefektifan Model Perolehan Konsep Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Dan Retensi Hasil Belajar Siswa
SMU Negeri Kabupaten Kotabaru. Malang : Institut Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Malang Program Studi Pendidikan Kimia. Tesis.
H. M Rohani, Ahmad. 2004. Pengolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Jaya.
Kean dan Middlecaamp. 1984. Karakteristik-ilmu-kimia.
http://chemi-is-try.com/index2.php?page=produk&id=1
Kurtek, upiedu. ____. Pengertian+Retensi+Hasil+Belajar&cd=11&hl=id&ct
=clnk&gl=idhttp://209.85.173.132/search?q=cache:Op6EtWJggjgJ:
/media/sources/BAB%25201.doc+*.
Nasir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang : Universitas Negeri
Malang.
63
Purwanto, M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Pramono Andi. 2006. Presentase Multimedia dengan Makromedia
Flash.Yogyakarta. Andi offsat
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta ; Erlangga
Rahmat, Abdul. 2009. Super Teacher. Bandung: MQS Publising
Santyasa.____.Model_Model_Pembelajaran.pdf+*.
pengertian+retensi+hasil+belajar&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://209.85.173.132/search?q=cache:orA9nxHWjhoJ:www.freew
ebs.com/
Setyowati Anik. 2002. Pengaruh Pengajaran Ionisasi Larutan Elektrolit Dengan
Menggunakan Gambaran Mikroskopik Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Kelas II SMU PGRI 1 Jombang. Malang :Universitas Negeri
Malang FMIPA Prodi. Kimia. Skripsi.
Sudarmo, unggul. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XI.2. Jakarta. PHiΓETA
Sunardi. 2008. Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI semester 1 dan 2.
Bandung : Yrama widya
Uno, Hamza & Kuadrat, Masri. 2009. Pengelolaan Kecerdasan Dalam
Pembelajaran (Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis
Kecerdasan). Jakarta: Bumi Aksara
Winkel, W. S. 1995. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.
Yuyun. VBS. 2009. PC Media (Percantik Windows). Jakarta: PT.Ginantika
Pratama Prima (GPP).
___________. 2009. CHIP (Teknologi Superkomputer). Jakarta: PT. Galva
Teknologies
64
Lampiran 1
LEMBAR SOAL TES HASIL BELAJAR
MATERI SISTEM KOLOID
KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 TAPA
Soal Pilihan Ganda
Identitas dituliskan terlebih dahulu pada lembar jawaban anda
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D dan E di lembar
jawaban anda untuk jawaban yang paling dianggap benar!
Diisikan terlebih dahulu soal yang paling di anggap mudah
Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal selama 45 menit
1. Sistem berikut yang merupakan sistem dispersi koliod adalah : β¦β¦..
a) Bensin d. Air garam
b) Air kanji e. Sirop
c) Air soda
2. Kabut adalah sistem koloid dari....
a. Gas dalam zat cair d.Gas dalam zat padat
b. Zat cair dalam gas e. ZAT cair dalam zat cair lain
c. Gas dalam gas lain
3. Di antara zat-zat di bawah ini, yang tidak dapat membentuk koloid liofil jika
didispersikan ke dalam air ialah....
a. Kanji d. Sabun
b. Belerang e. Agar-agar
c. Gelatin
4. Contoh koloid yang medium pendispersinya padat dan fase terdispersinya cair
adalah....
a. Asap d. Awan
b. Kuningan e. Mutiara
c. Batu apung
5. Dispersi zat cair atau zat padat dalam gas disebut ....
a. Sol d. Aerosol
b. Emulsi e. Suspensi
c. Bum
6. Gejala atau proses yang paling tidak ada kaitannya dengan sistem koloid
adalah....
a. Efek tyndall d. Emulsi
b. Dialysis e. Elektrolisis
c. Koagulasi
65
7. Proses penjernihan air dengan tawas berkaitan dengan sifat koloid, yaitu ....
a. Gerak Brown d. Koagulasi
b. Elektroforesis e. Adsorpsi
c. Efek Tyndall
8. Salah satu sifat penting dari dispersi koloid yang banyak dimanfaatkan dalam
bidang industri dan analisis biokimia adalah ....
a. Prinsip elektroforesis d. Homogenisasi
b. Efek Tyndall e. Peptisasi
c. Gerak Brown
9. Bila minyak kelapa dicampurkan dengan air, maka akan terjadi dua lapisan
yang tidak saling melarut. Suatu emulsi akan terjadi bila campuran ini dikocok
dan ditambahkan ....
a. Air panas d. Minyak tanah
b. Es e. Larutan garam
c. Air sabun
10. Penghamburan berkas sinar oleh sistem koloid disebut ....
a. Gerak Brown d. Elektroforesis
b. Efek Tyndall e. Osmosis
c. Koagulasi
11. Sistem berikut tergolong emulsi, kecuali ....
a. Santan d. Mayonaise
b. Minyak ikan e. Alkohol 70%
c. Air susu
12. Hal-hal berikut merupakan ciri sistem koloid, kecuali ....
a. Tidak dapat disaring d. Homogen
b. Stabil (tidak memisah) e. Menghamburkan cahaya
c. Terdiri atas dua fase
13. Salah satu perbedaan antara koloid dengan suspensi adalah ....
a. Koloid bersifat homogen, sedangkan supensi heterogen
b. Koloid menghamburkan cahaya, sedangkan suspensi
meneruskan cahaya
c. Koloid stabil, sedangkan suspensi tidak stabil
d. Koloid satu fase, sedangkan suspensi dua fase
e. Koloid transparan, sedangkan suspensi keruh
66
14. Perhatikan data di bawah ini.
Dari data di atas yang termasuk dispersi koloid adalah ....
a. 1 dan 3 d. 3 dan 5
b. 2 dan 4 e. 4 dan 5
c. 2 dan 3
15. Gerak Brown terjadi karena ....
a. Gaya gravitasi
b. Tolak-menolak antara partikel koloid yang bermuatan sama
c. Tarik-menarik antara pertikel koloid yang berbeda muatan
d. Tumbukan antara partikel koloid
e. Tumbukan molekul medium dengan partikel koloid
16. Suatu contoh air sungai setelah disaring diperoleh filtrat yang tampak jemih.
Filtrat tersebut temyata menunjukkan efek Tyndall. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa air sungai
a. Tergolong lamtan sejati
b. Tergolong suspensi
c. Tergolong sol
d. Tergolong koloid
e. Mengandung partikel kasar dan partikel koloid
17. Peristiwa koagulasi dapat ditemukan pada peristiwa ....
a. Pembuatan agar-agar d. Pembusukan air susu
b. Terjadinya berkas sinar e. Terjadinya delta di muara sungai
c. Pembuatan cat
No.
Warna
Larutan
Keadaan
Sebelum
Penyaringan
Keadaan
Sesudah
Penyaringan
Larutan
Dikenakan Cahaya ;
1.
Kuning
Keruh
Keruh
Terjadi penghamburan cahaya
2.
Kuning coklat
Bening
Bening
Terjadi penghamburan cahaya
3.
Biru
Bening
Bening
Tidak terjadi penghamburan cahaya
4.
Putih
Keruh
Keruh
Terjadi penghamburan cahaya
5.
Tak berwarna
Bening
Bening
Tidak terjadi penghamburan cahaya
67
18. Proses elektrodialisis yang dilakukan terhadap sistem koloid bertujuan untuk....
a. Memisahkanjenis-jenis partikel koloid
b. Menggumpalkan partikel koloid
c. Mengukur dimensi partikel koloid
d. Membuang kelebihan ion-ion elektrolit dari koloid
e. Membuat larutan dari koloid
19. Partikel koloid bermuatan listrik karena ....
a. Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid
b. Absorpsi ion-ion oleh partikel koloid
c. Partikel koloid mengalami ionisasi
d. Pelepasan elektron oleh partikel koloid
e. Reaksi partikel koloid dengan mediumnya
20. Aluminium hidroksida membentuk sol bermuatan positif dalam air. Di antara
elektrolit berikut, yang paling efektif untuk menggumpalkan koloid itu
adalah....
a. NaCI d. Na3PO4
b. Fe2(SO4)3 e. Na2SO4
c. BaCl2
21. Kelebihan elektrolit dalam suatu dispersi koloid biasanya dihilangkan dengan
cara.
a. Elektrolisis d. Dekanasi
b. Elektroforesis e. Presipitasi
c. Dialisis
22. Sistem koloid yang partikel-partikelnya tidak menarik molekul pelarutnya
disebut
a. Liofil d. Elektrofil
b. Dialisis e. Liofob
c. Hidrofil
23. Zat-zat yang tergolong sol liofil adalah ....
a. Belerang, agar-agar, dan mentega
b. Batu apung, awan, dan sabun
c. Susu, kaca, dan mutiara
d. Minyak tanah,asap,dan debu
e. lem karet, lem kanji, dan busa sabun
24. Yang termasuk koloid liofob adalah ....
a. Amilum dalam air d. Lemak dalam air
b. Protein dalam air e. Agar βagar dalam air
c. Putih telur dalam air
68
25. Diantara beberapa percobaan pembuatan koloid berikut :
1. Larutan kalium asetat + Alkohol
2. Belerang + gula + Air
3. Susu + Air
4. Minyak + air
5. Agar-agar yang dimasak
Yang menunjukan proses pembuatan gel ialahβ¦..
a. 1 dan 5 d. 3 dan 4
b. 1 dan 3 e. 2 dan 4
c. 2 dan 5
26. Pembuatan koloid berikut yang tidak tergolong cara kondensasi adalahβ¦
a. Pembutann sol belerang dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan
SO2
b. Pembuatan sol emas dengan mereduksi suatu larutan garam emas
c. Pembuatan sol kanji dengan memanaskan suspense amilum
d. Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan hidrolisis larutan besi (III) klorida
e. Pembuatan sol As2S3 dengan mereaksikan larutan As2O3 dengan larutan
H2S
27. Diantara cara-cara pembuatan koloid berikut yang merupakan cara dispersi
adalahβ¦.
a. Pembuatan sol belerang dengan dialiri gas H2S dalam larutan SO2
b. Pebutan kanji dengan memanaskan amilum
c. Pembuatan sol emas dengan mereduksi larutan garam emas
d. Pembuatan sol Fe(OH)3 dalam air mendidih
e. Pembutan AgCl dengan mereaksikan larutan AgNO3 encer dengan
larutan NaCl encer
28. Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan cara :
(1) Hidrolisis
(2) Peptisasi
(3) Reaksi redoks
(4) Penggilingan atau penggerusan
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi adalah nomorβ¦.
a. 1 dan 2 d. 2 dan 3
b. 1 dan 3 e. 2 dan 4
c. 1 dan 4
69
Lampiran 2
KUNCI JAWABAN SOAL TES HASIL BELAJAR
MATERI SISTEM KOLOID
KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 TAPA
Soal Pilihan Ganda
1. b
2. b
3. b
4. d
5. d
6. e
7. e
8. a
9. c
10. b
11. e
12. d
13. c
14. b
15. e
16. d
17. a
18. d
19. e
20. b
21. c
22. e
23. e
24. a
25. a
26. b
27. b
28. b
70
Lampiran 3
LEMBAR SOAL TES RETENSI HASIL BELAJAR
MATERI SISTEM KOLOID
KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 TAPA
Soal Pilihan Ganda
Identitas dituliskan terlebih dahulu pada lembar jawaban anda
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D dan E di lembar
jawaban anda untuk jawaban yang paling dianggap benar!
Diisikan terlebih dahulu soal yang paling di anggap mudah
Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal selama 45 menit
1. Sistem berikut yang merupakan sistem dispersi koliod adalah : β¦β¦..
a. Bensin
b. Air garam
c. Sirop
d. Air soda
e. Air kanji
2. Kabut adalah sistem koloid dari....
a. Gas dalam zat cair
b. Gas dalam zat padat
c. Zat cair dalam gas
d. ZAT cair dalam zat cair lain
e. Gas dalam gas lain
3. Di antara zat-zat di bawah ini, yang tidak dapat membentuk koloid liofil
jika didispersikan ke dalam air ialah....
a. Kanji
b. Sabun
c. Belerang
d. Agar-agar
e. Gelatin
4. Contoh koloid yang medium pendispersinya padat dan fase terdispersinya
cair adalah....
a. Asap
b. Awan
c. Kuningan
d. Mutiara
e. Batu apung
71
5. Dispersi zat cair atau zat padat dalam gas disebut ....
a. Sol
b. Emulsi
c. Aerosol
d. Suspensi
e. Bum
6. Gejala atau proses yang paling tidak ada kaitannya dengan sistem koloid
adalah....
a. Efek tyndall
b. Emulsi
c. Dialysis
d. Elektrolisis
e. Koagulasi
7. Proses penjernihan air dengan tawas berkaitan dengan sifat koloid,
yaitu....
a. Gerak Brown
b. Koagulasi
c. Elektroforesis
d. Adsorpsi
e. Efek Tyndall
8. Salah satu sifat penting dari dispersi koloid yang banyak dimanfaatkan dalam
bidang industri dan analisis biokimia adalah ....
a. Homogenisasi
b. Efek Tyndall
c. Peptisasi
d. Gerak Brown
e. Prinsip elektroforesis
9. Bila minyak kelapa dicampurkan dengan air, maka akan terjadi dua lapisan
yang tidak saling melarut. Suatu emulsi akan terjadi bila campuran ini
dikocok dan ditambahkan ....
a. Air panas
b. Minyak tanah
c. Es
d. Larutan garam
e. Air sabun
10. Penghamburan berkas sinar oleh sistem koloid disebut ....
a. Gerak Brown
b. Elektroforesis
c. Koagulasi
d. Efek Tyndall
e. Osmosis
72
11. Sistem berikut tergolong emulsi, kecuali ....
a. Santan
b. Alkohol 70%
c. Mayonaise
d. Minyak ikan
e. Air susu
12. Hal-hal berikut merupakan ciri sistem koloid, kecuali ....
a. Tidak dapat disaring
b. Stabil (tidak memisah)
c. Homogen
d. Menghamburkan cahaya
e. Terdiri atas dua fase
13. Salah satu perbedaan antara koloid dengan suspensi adalah ....
a. Koloid menghamburkan cahaya, sedangkan suspensi meneruskan
cahaya
b. Koloid bersifat homogen, sedangkan supensi heterogen
c. Koloid transparan, sedangkan suspensi keruh
d. Koloid stabil, sedangkan suspensi tidak stabil
e. Koloid satu fase, sedangkan suspensi dua fase
14. Perhatikan data di bawah ini.
No.
Warna
Larutan
Keadaan
Sebelum
Penyaringan
Keadaan
Sesudah
Penyaringan
Larutan
Dikenakan Cahaya ;
1. Kuning
Keruh
Keruh
Terjadi penghamburan cahaya
2.
Kuning coklat
Bening
Bening
Terjadi penghamburan cahaya
3.
Biru
Bening
Bening
Tidak terjadi penghamburan cahaya
4.
Putih
Keruh
Keruh
Terjadi penghamburan cahaya
5.
Tak berwarna
Bening
Bening
Tidak terjadi penghamburan cahaya
73
Dari data di atas yang termasuk dispersi koloid adalah ....
a. 2 dan 3
b. 3 dan 5
c. 2 dan 4
d. 4 dan 5
e. 1 dan 3
15. Gerak Brown terjadi karena ....
a. Tolak-menolak antara partikel koloid yang bermuatan sama
b. Gaya gravitasi
c. Tarik-menarik antara pertikel koloid yang berbeda muatan
d. Tumbukan molekul medium dengan partikel koloid
e. Tumbukan antara partikel koloid
16. Suatu contoh air sungai setelah disaring diperoleh filtrat yang tampak jemih.
Filtrat tersebut temyata menunjukkan efek Tyndall. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa air sungai
a. Tergolong suspensi
b. Tergolong lamtan sejati
c. Tergolong sol
d. Mengandung partikel kasar dan partikel koloid
e. Tergolong koloid
17. Peristiwa koagulasi dapat ditemukan pada peristiwa ....
a. Pembusukan air susu
b. Pembuatan agar-agar
c. Terjadinya berkas sinar
d. Terjadinya delta di muara sungai
e. Pembuatan cat
18. Proses elektrodialisis yang dilakukan terhadap sistem koloid bertujuan
untuk....
a. Menggumpalkan partikel koloid
b. Membuang kelebihan ion-ion elektrolit dari koloid
c. Memisahkanjenis-jenis partikel koloid
d. Membuat larutan dari koloid
e. Mengukur dimensi partikel koloid
19. Partikel koloid bermuatan listrik karena ....
a. Absorpsi ion-ion oleh partikel koloid
b. Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid
c. Reaksi partikel koloid dengan mediumnya
d. Partikel koloid mengalami ionisasi
e. Pelepasan elektron oleh partikel koloid
74
20. Aluminium hidroksida membentuk sol bermuatan positif dalam air. Di antara
elektrolit berikut, yang paling efektif untuk menggumpalkan koloid itu
adalah....
a. NaCl2
b. Na3PO4
c. Na2SO4
d. Fe2(SO4)3
e. BaCl2
21. Kelebihan elektrolit dalam suatu dispersi koloid biasanya dihilangkan dengan
cara.
a. Elektrolisis
b. Dekanasi
c. Elektroforesis
d. Presipitasi
e. Dialisis
22. Sistem koloid yang partikel-partikelnya tidak menarik molekul pelarutnya
disebut
a. Liofil
b. Elektrofil
c. Dialisis
d. Liofob
e. Hidrofil
23. Zat-zat yang tergolong sol liofil adalah ....
a. Batu apung, awan, dan sabun
b. Minyak tanah,asap,dan debu
c. Susu, kaca, dan mutiara
d. Belerang, agar-agar, dan mentega
e. lem karet, lem kanji, dan busa sabun
24. Yang termasuk koloid liofob adalah ....
a. Lemak dalam air
b. Amilum dalam air
c. Protein dalam air
d. Agar βagar dalam air
e. Putih telur dalam air
25. Diantara beberapa percobaan pembuatan koloid berikut :
6. Larutan kalium asetat + Alkohol
7. Belerang + gula + Air
8. Susu + Air
9. Minyak + air
10. Agar-agar yang dimasak
75
Yang menunjukan proses pembuatan gel ialahβ¦..
a. 2 dan 5
b. 3 dan 4
c. 1 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 5
26. Pembuatan koloid berikut yang tidak tergolong cara kondensasi adalahβ¦
a. Pembuatan sol kanji dengan memanaskan suspense amilum
b. Pembuatan sol As2S3 dengan mereaksikan larutan As2O3 dengan larutan
H2S
c. Pembutann sol belerang dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan
SO2
d. Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan hidrolisis larutan besi (III) klorida
e. Pembuatan sol emas dengan mereduksi suatu larutan garam emas
27. Diantara cara-cara pembuatan koloid berikut yang merupakan cara dispersi
adalahβ¦.
a. Pebutan kanji dengan memanaskan amilum
b. Pembuatan sol emas dengan mereduksi larutan garam emas
c. Pembutan AgCl dengan mereaksikan larutan AgNO3 encer dengan
larutan NaCl encer
d. Pembuatan sol belerang dengan dialiri gas H2S dalam larutan SO2
e. Pembuatan sol Fe(OH)3 dalam air mendidih
28. Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan cara :
(5) Hidrolisis
(6) Peptisasi
(7) Reaksi redoks
(8) Penggilingan atau penggerusan
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi adalah nomorβ¦.
a. 1 dan 4
b. 2 dan 3
c. 1 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 2
76
Lampiran 4
KUNCI JAWABAN SOAL TES RETENSIHASIL BELAJAR
MATERI SISTEM KOLOID
KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 TAPA
Soal Pilihan Ganda
1. e
2. c
3. c
4. b
5. c
6. d
7. d
8. e
9. e
10. d
11. b
12. c
13. d
14. c
15. d
16. e
17. b
18. b
19. c
20. d
21. e
22. d
23. e
24. b
25. e
26. e
27. a
28. c
77
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lampiran 5
Data Uji Coba Instrumen
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
5 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1
6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1
7 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
9 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1
11 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
12 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1
13 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1
14 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
15 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
16 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
17 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
18 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
19 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1
20 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
21 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0
22 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1
23 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0
24 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
25 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1
26 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1
27 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1
18 18 21 18 18 12 16 19 17 19 19 12 19 19 23
78
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Sambungan.
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Skor X
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 24 85,71
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 23 82,14
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 22 78,53
1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 22 78,57
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 21 75
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 21 75
1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 20 71,43
1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 20 71,43
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 20 71,43
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 20 71,43
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 20 71,43
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 19 67,86
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 19 67,86
0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 18 64,29
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 18 60,29
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 18 64,29
1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 18 64,29
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 18 64,29
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 64,29
0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 17 60,71
1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 17 60,71
0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 17 60,71
1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 17 60,71
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 17 60,71
0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 16 57,14
0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 16 57,14
0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 16 57,14
19 20 24 20 24 21 17 19 20 17 15 16 13 512 1824,53
79
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lampiran 6.
UJI VALIDITAS TES
Keterangan :
Penilai 1 : HAMZA YUSUF, S.Pd
Penilai 2 : NITA SULEMAN, S.T, M.T
Penilai 3 : MASRID PIKOLI, S.Pd, M.Pd
Perhitungan Validitas
Jumlah pemberian skor 2 (Skor yang telah relevan) dari penilai :
Penilai 1 : 28
Penilai 2 : 28
Penilai 3 : 28
Nomor Soal Penilai 1 Penilai 2 Penilai 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
80
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Persentase soal menggunakan rumu:
π = ππππ ππππ ππππππππ‘ ππππ 2
ππππ πΎππ πππ’ππ’βππ π₯ 100 %
Penilai 1
Penilai 2
Penilai 2
Diperoleh persentase untuk setiap penilai sebesar 100%. Dengan kata lain
koefesien validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1
81
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lampiran 7
HASIL NILAI
Uji Validitas Soal SMA Negeri 4 Gorontalo
Kelas XI IPA 2
No. Nama Siswa
Perolehan Nilai
Skor
Nilai
ππππ πππππ
28 π₯100
01. Nurhayati Usman 17 60,71
02. Sri Munifa Habibie 18 64,29
03. Hendra Karim 16 57,14
04. Djamilah Arsyad 16 57,14
05. Muhammad Fazri Tangahu 21 75,00
06. Imam wahyudin latief 16 57,14
07. Fadil Cilvani 17 60,71
08. Roman Djafar 18 60,29
09. Siskawati Usman 23 82,14
10. Kiki Rahmawati Arsyad 22 78,57
11. Nurelisa Mokoagow 18 64,29
12. Rahmawati Ibrahim 18 64,29
13. Desiyanti Kaharu 19 67,86
14. Nurnaningsih Kadir 18 64,29
15. Samsiar Saputri S. Harun 20 71,43
16. Servin Nune 21 75
17. Lindra Husain 20 71,43
18. Delawanti Pakaya 19 67,86
19. Mariam Dalai 18 64,29
20. Susanti Djafar 17 60,71
21. Zainuddin Laiyah 20 71,43
22. Agustina Suwarno 22 78,53
23. Insan Lestari 17 60,71
24. Pipin Huda 20 71,43
25. R. Lahmuda 20 71,43
26. Susan Montu 24 85,71
27. Yeyen Yurike Yusuf 17 60,71
82
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lampiran 8.
UJI TINGKAT KESUKARAN ITEM
Tabel. Uji Coba Tingkat kesukaran Item
Uji Coba Tingkat Kesukaran Item
No B JS P Kriteria
1 18 27 0.666667 sedang
2 18 27 0.666667 sedang
3 21 27 0.777778 mudah
4 18 27 0.666667 sedang
5 18 27 0.666667 sedang
6 12 27 0.444444 sulit
7 16 27 0.592593 sedang
8 19 27 0.703704 sedang
9 17 27 0.62963 sedang
10 19 27 0.703704 sedang
11 19 27 0.703704 sedang
12 12 27 0.444444 sulit
13 19 27 0.703704 sedang
14 19 27 0.703704 sedang
15 23 27 0.851852 mudah
16 19 27 0.703704 sedang
17 20 27 0.740741 sedang
18 24 27 0.888889 mudah
19 20 27 0.740741 sedang
20 24 27 0.888889 mudah
21 21 27 0.777778 mudah
22 17 27 0.62963 sedang
23 19 27 0.703704 sedang
24 20 27 0.740741 sedang
25 17 27 0.62963 sedang
26 15 27 0.555556 sedang
27 16 27 0.592593 sedang
28 13 27 0.481481 Sedang
83
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Tingkat kesukaran item menggunakan rumus :
(Arikunto 1997: 212)
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa
Kriteria
Jika P = 0,00 - 0,45 Adalah soal yang sukar
P = 0,45 β 0,75 Adalah soal yang Sedang
P = 0,75 β 1,00 Adalah soal yang mudah
84
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lampiran 9.
UJI RELIABILITAS TES
Tabel Hitung Produk Momen Corelation
No.
Urut Skor
kuadrat
deviasi
Siswa X X2
1 24 576
2 23 529
3 22 484
4 22 484
5 21 441
6 21 441
7 20 400
8 20 400
9 20 400
10 20 400
11 20 400
12 19 361
13 19 361
14 18 324
15 18 324
16 18 324
17 18 324
18 18 324
19 18 324
20 17 289
21 17 289
22 17 289
23 17 289
24 17 289
25 16 256
26 16 256
27 16 256
N = 27 βX = 512 βX2 = 9834
No.
Soal B JS P q P x q
1 18 27 0.666667 0.333333 0.222222
2 18 27 0.666667 0.333333 0.222222
3 21 27 0.777778 0.222222 0.17284
4 18 27 0.666667 0.333333 0.222222
5 18 27 0.666667 0.333333 0.222222
6 12 27 0.444444 0.555556 0.246914
7 16 27 0.592593 0.407407 0.241427
8 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
9 17 27 0.62963 0.37037 0.233196
10 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
11 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
12 12 27 0.444444 0.555556 0.246914
13 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
14 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
15 23 27 0.851852 0.148148 0.1262
16 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
17 20 27 0.740741 0.259259 0.192044
18 24 27 0.888889 0.111111 0.098765
19 20 27 0.740741 0.259259 0.192044
20 24 27 0.888889 0.111111 0.098765
21 21 27 0.777778 0.222222 0.17284
22 17 27 0.62963 0.37037 0.233196
23 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
24 20 27 0.740741 0.259259 0.192044
25 17 27 0.62963 0.37037 0.233196
26 15 27 0.555556 0.444444 0.246914
27 16 27 0.592593 0.407407 0.241427
28 13 27 0.481481 0.518519 0.249657
βp.q = 5.766804
85
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Reliabilitas instrumen penelitian diukur dengan menggunakan rumus Kuder dan
Richardson-20:
(Arikunto, 1997:81)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas tes
βp.q = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
S = Varians skor total
n = Banyaknya item tes
p = Banyaknya siswa yang menjawab benar item tes
q = Banyaknya siswa yang menjawab salah item tes (q =1- p)
dari data didapatkan :
n = 28
Ξ£ P.q = 5.77
π2 = π
2β
π 2
ππ
= 9834 β
512 2
2828
= 9834 β 9362,29
28 =
471,71
28
S2 = 16,85 π = 16,85 = 4,11
Sehingga:
π11 = 28
28 β 1
4,112 β 5,77
4,112 =
28
27
16,89 β 5,77
16,89 = 1,04 0,66
r11 = 0,69 reabilitas tinggi
Dari nilai yang diperoleh maka nilai reabilitas soal yang di gunakan tersebut
tinggi.
86
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lampiran 10
DAFTAR NILAI
Uji Tes Hasil Belajar Dan Retensi Hasil Belajar
SMA Negeri 1 Tapa
Kelas XI IPA 1 (Kelas Eksperimen)
No Nama Siswa
Nilai Hasil Belajar Nilai Retensi Hasil
Belajar
Skor
Nilai
ππππ πππππ
28 π₯100
Skor
Nilai
ππππ πππππ
28 π₯100
01. Sitra Dulanggo 23 82,14 13 46,42
02. Nurlaila Samad 23 82,14 14 50
03. Seftiyani R Abas 23 82,14 14 50
04. Megawati Makulase 21 75 15 53,57
05. Moh. Rizky Masionu 23 82,14 15 53,57
06. Rini Mahmud 23 78,57 17 60,71
07. Roy Ronal Naiya 20 71,43 19 67,86
08. Itin Loiyo 19 67,86 12 42,86
09. Rianti Sahrain 20 71,43 13 46,42
10. Sutrisno Abdul Kadir 18 64,29 8 28,57
11. Abd. Muhklis Ahmad 18 64,29 9 32,14
12. Rusni L Wumu 23 82,14 12 42,86
13. Yunangsi Walangadi 22 78,57 15 53,57
14. Fahriani Butolo 24 85,71 19 67,86
15. Indriati Usman 24 85,71 12 42,86
16. Sulastri Ladiku 24 85,71 12 42,86
17. Suleman Naniu 22 78,57 8 28,57
18. Kartika Amu 20 71,43 13 46,42
19. Nirmala Radjak 20 71,43 14 50
20. Nuriawaty Cenik 22 78,57 12 42,86
21. Novita H Ahmad 21 75 12 42,86
87
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lampiran 11
DAFTAR NILAI
Uji Tes Hasil Belajar Dan Retensi hasil Belajar
SMA Negeri 1 Tapa
Kelas XI IPA 2 (Kelas Kontrol)
No. Nama Siswa
Nilai Hasil Belajar Nilai Retensi Hasil
Belajar
Skor
Nilai
πΊπππ π΅ππππ
ππ ππππ
Skor
Nilai
πΊπππ π΅ππππ
ππ ππππ
01. Novrianti Kidamu 19 67,86 12 42,86
02. Fatmawaty S. Tahir 18 64,29 10 35,71
03. Riskawati Ishak 21 75 12 42,86
04. Misra Suleman 21 75 12 42,86
05. Nirmawati Kadir 17 60,71 9 32,14
06. Wilan Yusuf 17 60,71 10 35,71
07. Yusuf Abjul 18 64,29 10 35,71
08. Karmila Radjak 23 82, 14 8 28,57
09. Noval Hamzah 19 67,86 9 32,14
10. Sri Metha Liskawati F.S. 16 57,14 12 42,86
11. Serly Yahya 16 57,14 10 35,71
12. Andrian Usman 19 67,86 9 32,14
13. Moh. Yusran Huntoyungo 18 64,29 11 39,29
14. Riskawaty Lasimpala 19 67,86 9 32,14
15. Yuliana Lasimpala 19 67,86 11 39,29
16. Harsyid F Lasimpala 19 67,86 9 32,14
17. Selviana Ibrahim 21 75 10 35,71
18. Feri Duhi 20 71,43 12 42,86
19. Rukaiyah Usman 23 82,14 13 46,42
20. Asmin Nani 20 71,43 15 53,57
21. Lisna Yusuf 20 71,43 13 46,42
88
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lampiran 12.
Data Skor tes hasil belajar dan retensi hasil belajar pada kelas eksperimen
dengan menggunakan macromedia flash (X) dan kelas kontrol tanpa menggunakan
macromedia flash (Y).
Kelas Ekperimen
Kelas Kontrol
No. Tes Hasil Retensi Tes Hasil Retensi
X1 X2 Y1 Y2
1 82.14 46.42 67.86 42.86
2 82.14 50 64.29 35.71
3 82.14 50 75 42.86
4 75 53.57 75 42.86
5 82.14 53.57 60.71 32.14
6 78.57 60.71 60.71 35.71
7 71.43 67.86 64.29 35.71
8 67.86 42.86 82.14 28.57
9 71.43 46.42 67.86 32.14
10 64.29 28.57 57.14 42.86
11 64.29 32.14 57.14 35.71
12 82.14 42.86 67.86 32.14
13 78.57 53.57 64.29 39.29
14 85.71 67.86 67.86 32.14
15 85.71 42.86 67.86 39.29
16 85.71 42.86 67.86 32.14
17 78.57 28.57 75 35.71
18 71.43 46.42 71.43 42.86
19 71.43 50 82.14 46.42
20 78.57 42.86 71.43 53.57
21 75 42.86 71.43 46.42
β 1614.27 992.84 1439.3 807.11
89
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lmpiran 13
ANALISIS DATA
1. Uji Normalitas
a. Skor Hasil Belajar
- Kelas Eksperimen
Tabel Data Skor Hasil Belajar Kelas Eksperimen
No.
Xi
Zi
F(Zi)
S(Zi)
βF(Zi) - S(Zi)β
Resp
1 64.29 -1.86647 0.0314 0.095238 0.063838095
2 64.29 -1.86647 0.0314 0.095238 0.063838
3 67.86 -1.3368 0.0918 0.142857 0.051057143
4 71.43 -0.80712 0.2119 0.333333 0.121433
5 71.43 -0.80712 0.2119 0.333333 0.121433
6 71.43 -0.80712 0.2119 0.333333 0.121433
7 71.43 -0.80712 0.2119 0.333333 0.121433333
8 75 -0.27745 0.3936 0.428571 0.034971
9 75 -0.27745 0.3936 0.428571 0.034971429
10 78.57 0.252226 0.5987 0.619048 0.020348
11 78.57 0.252226 0.5987 0.619048 0.020348
12 78.57 0.252226 0.5987 0.619048 0.020348
13 78.57 0.252226 0.5987 0.619048 0.020347619
14 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074843
15 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074843
16 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074843
17 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074843
18 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074842857
19 85.71 1.311573 0.9049 1 0.0951
20 85.71 1.311573 0.9049 1 0.0951
21 85.71 1.311573 0.9049 1 0.0951
β 1614.27 -6.1E-14 10.8104 12.28571 1.475314476
90
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Diketahui:
βXi = 1614,26 n = 2
π = ππ
π=
1614,27
21 = 76,87
π2 = π π2 β π 2
π (π β 1)=
21 124996,8573 β 1614,27 2
21 (21 β 1)
π2 = 2624934,003 β 2605867,633
420
π2 = 19075,37
420= 45,42π = 45,42 = 6,74
L0 = 0,121433
Lπ‘ππππ =1,031
π=
1,031
21=
1,031
4,58= 0,225
Dari perhitungan diatas diperoleh L0 = 0,121433, dan Ltabel = 0,225 dengan
n = 21 pada taraf signifikan 0,01. Dengan demikian L0 = 0,121433 < Ltabel = 0,225,
maka dapat disimpulkan bahwa gain skor hasil belajar untuk kelompok yang diajar
dengan menggunakan macromedia flash terdistribusi normal
91
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
- Kelas Kontrol
Tabel Data Skor Hasil Belajar Kelas Kontrol
No.
Resp Xi Zi F(Zi) S(Zi) βF(Zi) - S(Zi)β
1 57.14 -1.64475 0.1977 0.095238 0.102462
2 57.14 -1.64475 0.1977 0.095238 0.102461905
3 60.71 -1.1296 0.3669 0.190476 0.176424
4 60.71 -1.1296 0.3669 0.190476 0.17642381
5 64.29 -0.613 0.2709 0.333333 0.062433
6 64.29 -0.613 0.2709 0.333333 0.062433
7 64.29 -0.613 0.2709 0.333333 0.062433333
8 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
9 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
10 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
11 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
12 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
13 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652381
14 71.43 0.417302 0.8849 0.761905 0.122995
15 71.43 0.417302 0.8849 0.761905 0.122995
16 71.43 0.417302 0.8849 0.761905 0.122995238
17 75 0.932454 0.9564 0.904762 0.051638
18 75 0.932454 0.9564 0.904762 0.051638
19 75 0.932454 0.9564 0.904762 0.051638095
20 82.14 1.962757 0.9969 1 0.0031
21 82.14 1.962757 0.9969 1 0.0031
β 1439.3 -3.5E-14 13.9698 12.28572 2.071082762
Diketahui :
βXi = 1439,3 n = 21
π = ππ
π=
1439,3
21 = 68,54
π2 = π π2 β π 2
π (π β 1)=
21 99606,5512 β 1439,3 2
21 (21 β 1)
π2 = 2091737,575 β (2073312,01)
21 (21 β 1)
92
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
π2 = 18425,565
420= 43,87 π = 43,87 = 6,62
L0 = 0,132652
Lπ‘ππππ =1,031
π=
1,031
21=
1,031
4,58= 0,225
Dari perhitungan diatas diperoleh L0 = 0,132652, dan Ltabel = 0,225 dengan
n = 21 pada taraf signifikan 0,01. Dengan demikian L0 = 0,132652 < Ltabel = 0,225,
maka dapat disimpulkan bahwa gain skor hasil belajar untuk kelompok yang diajar
tanpa menggunakan macromedia flash terdistribusi normal
b. Skor Retensi Hasil Belajar
- Kelas Eksperimen
Tabel Data Skor Retensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen
No. Xi Zi F(Zi) S(Zi) βF(Zi) - S(Zi)β
Resp
1 -50 -2.00749 0.0228 0.047619 0.024819048
2 -42.85 -1.32131 0.0934 0.142857 0.049457
3 -42.85 -1.32131 0.0934 0.142857 0.049457143
4 -39.28 -0.9787 0.166 0.190476 0.02447619
5 -35.72 -0.63705 0.2643 0.285714 0.021414
6 -35.72 -0.63705 0.2643 0.285714 0.021414286
7 -35.71 -0.63609 0.2643 0.333333 0.069033333
8 -32.15 -0.29444 0.3859 0.380952 0.004947619
9 -32.14 -0.29348 0.3859 0.52381 0.13791
10 -32.14 -0.29348 0.3859 0.52381 0.13791
11 -32.14 -0.29348 0.3859 0.52381 0.137909524
12 -25.01 0.390778 0.6517 0.619048 0.032652
13 -25.01 0.390778 0.6517 0.619048 0.032652381
14 -25 0.391738 0.6517 0.714286 0.062586
15 -25 0.391738 0.6517 0.714286 0.062585714
16 -21.43 0.734348 0.7673 0.809524 0.042224
17 -21.43 0.734348 0.7673 0.809524 0.04222381
18 -17.86 1.076958 0.8577 0.904762 0.047062
19 -17.86 1.076958 0.8577 0.904762 0.047061905
20 -17.85 1.077918 0.8577 0.952381 0.094680952
21 -3.57 2.448359 0.9927 1 0.0073
β -610.72 -6.2E-15 10.4193 11.42857 1.149776905
93
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Diketahui :
βXi = -610,72 n = 21
π = ππ
π=β610,72
21 = β29,08
π2 = π π2 β π 2
π (π β 1)=
21 20063,58 β β610,72 2
21 (21 β 1)
π2 = 421335,18 β (372978,92)
21 (21 β 1)
π2 = 48356,26
420= 115,13
π = 115,13 = 10,72
L0 = 0,13791
Lπ‘ππππ =1,031
π=
1,031
21=
1,031
4,58= 0,225
Dari perhitungan diatas diperoleh L0 = 0,13791, dan Ltabel = 0,225 dengan
n = 21 pada taraf signifikan 0,01. Dengan demikian L0 = 0,13791 < Ltabel = 0,225,
maka dapat disimpulkan bahwa gain skor hasil belajar untuk kelompok yang diajar
dengan menggunakan macromedia flash terdistribusi normal
94
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
- Kelas control
Tabel Data Skor Retensi Hasil Belajar Kelas Kontrol
No.
Resp Xi Zi F(Zi) S(Zi) βF(Zi) - S(Zi)β
1 -53.57 -2.81235 0.0025 0.047619 0.045119048
2 -39.29 -1.1009 0.1357 0.095238 0.040461905
3 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933
4 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933
5 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933
6 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933
7 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933333
8 -32.14 -0.24398 0.4052 0.428571 0.023371
9 -32.14 -0.24398 0.4052 0.428571 0.023371429
10 -28.58 0.182685 0.5714 0.52381 0.04759
11 -28.58 0.182685 0.5714 0.52381 0.047590476
12 -28.57 0.183883 0.5714 0.666667 0.095267
13 -28.57 0.183883 0.5714 0.666667 0.095267
14 -28.57 0.183883 0.5714 0.666667 -0.095266667
15 -25.01 0.610547 0.7291 0.714286 0.014814286
16 -25 0.611746 0.7291 0.857143 0.128043
17 -25 0.611746 0.7291 0.857143 0.128043
18 -25 0.611746 0.7291 0.857143 0.128042857
19 -21.43 1.039609 0.8485 0.904762 -0.056261905
20 -17.86 1.467471 0.9278 0.952381 -0.024580952
21 -14.28 1.896532 0.9706 1 0.0294
β -632.19 -2.2E-14 10.7259 11.85714 1.07993681
Diketahui :
βXi = -632,19 n = 21
π = ππ
π=β632,19
21 = β30,10
π2 = π π2 β π 2
π (π β 1)=
21 20424,01 β β632,19 2
21 (21 β 1)
π2 = 428904,21 β (399664,1961)
21 (21 β 1)
95
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
π2 = 29240,01
420= 69,62
π = 69,62 = 8,34
L0 = 0,128043
Lπ‘ππππ =1,031
π=
1,031
21=
1,031
4,58= 0,225
Dari perhitungan diatas diperoleh L0 = 0,128043, dan Ltabel = 0,225 dengan
n = 21 pada taraf signifikan 0,01. Dengan demikian L0 = 0,128043 < Ltabel = 0,225,
maka dapat disimpulkan bahwa gain skor hasil belajar untuk kelompok yang diajar
tanpa menggunakan macromedia flash terdistribusi normal
2. Uji Homogenitas
a. Perhitungan Statistik Homogenitas Untuk Gain Skor Hasil Belajar
Kedua Kelompok Pengajkaran Dengan Uji-F
Kriteria: Tolak H0, Jika F0 β₯ Ftabel
Terima H0, Jika F0 < Ftabel
Rumus yang digunakan:
πΉ0 = π2 . πππ ππ
π2 .πππππ (π΄ππππ’ππ‘π, 1993: 2809)
Pada lampiran 13 uji normalitas diperoleh skor hasil belajar kedua kelompok adalah
sebagai berikut :
Diketahui βΆ N1 = 21; S1 = 6,74; S12 = 45,42; X 1 = 76,87
Diketahui βΆ N2 = 21; S2 = 6,62; S22 = 43,87; X 2 = 68,54
F0 =π2π΅ππ ππ
π2πΎππππ =
45,42
43,87= 1,04
Dimana; Ftabel = F(1-Ξ±)(n1-1,n2-1)
= F(1-0,01)(21-1,21-1)
= F(0,99)(20,20) = 2,94
Dapat disimpulkajn bahwa F0(hitung) = 1,04 < Ftabel = 2,94 dengan kriteria H0
diterima dan criteria pengujian adalah homogeny
96
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
b. Perhitungan Statistik Homogenitas Untuk Gain RETENSI Hasil Belajar
Kedua Kelompok Pengajkaran Dengan Uji-F
Kriteria: Tolak H0, Jika F0 β₯ Ftabel
Terima H0, Jika F0 < Ftabel
Rumus yang digunakan:
πΉ0 = π2 . πππ ππ
π2 .πππππ (π΄ππππ’ππ‘π, 1993: 2809)
Pada lampiran 13 uji normalitas diperoleh skor hasil belajar kedua kelompok adalah
sebagai berikut :
Diketahui βΆ N1 = 21; S1 = 10,73; S12 = 115,13; X 1 = β29,08
Diketahui βΆ N2 = 21; S2 = 8,34; S22 = 69,62; X 2 = β30,10
F0 =π2π΅ππ ππ
π2πΎππππ =
155,13
69,62= 1,65
Dimana; Ftabel = F(1-Ξ±)(n1-1,n2-1)
= F(1-0,01)(21-1,21-1)
= F(0,99)(20,20) = 2,94
Dapat disimpulkajn bahwa F0(hitung) = 1,65 < Ftabel = 2,94 dengan kriteria H0
diterima.
97
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
3. Uji Hipotesis 1 Skor hasil belajar Siswa
Perhitungan Uji-t untuk perbedaan hasil belajar anatara siswa yang diajar
dengan menggunakan macromedia flash kelas eksperimen (X) dengan yang tanpa
menggunakan macromedia flash kelas kontrol(Y).
Diketahui :
X = X
NX=
1614,27
21= 76,87 NX = 21
SX2 =
NX X2 β X 2
NX (NX β 1)=
21 124996,9 β 1614,27 2
21(21 β 1)
SX2 =
2624934,9 β (2605867,633)
21( 21 β 1)
No.
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
X.Y X2.Y
2
X X2 Y Y
2
1 64.29 4133.204 57.14 3264.98 3673.5306 13494827.07
2 64.29 4133.204 57.14 3264.98 3673.5306 13494827.07
3 67.86 4604.98 60.71 3685.704 4119.7806 16972592.19
4 71.43 5102.245 60.71 3685.704 4336.5153 18805364.95
5 71.43 5102.245 64.29 4133.204 4592.2347 21088619.54
6 71.43 5102.245 64.29 4133.204 4592.2347 21088619.54
7 71.43 5102.245 64.29 4133.204 4592.2347 21088619.54
8 75 5625 67.86 4604.98 5089.5 25903010.25
9 75 5625 67.86 4604.98 5089.5 25903010.25
10 78.57 6173.245 67.86 4604.98 5331.7602 28427666.83
11 78.57 6173.245 67.86 4604.98 5331.7602 28427666.83
12 78.57 6173.245 67.86 4604.98 5331.7602 28427666.83
13 78.57 6173.245 67.86 4604.98 5331.7602 28427666.83
14 82.14 6746.98 71.43 5102.245 5867.2602 34424742.25
15 82.14 6746.98 71.43 5102.245 5867.2602 34424742.25
16 82.14 6746.98 71.43 5102.245 5867.2602 34424742.25
17 82.14 6746.98 75 5625 6160.5 37951760.25
18 82.14 6746.98 75 5625 6160.5 37951760.25
19 85.71 7346.204 75 5625 6428.25 41322398.06
20 85.71 7346.204 82.14 6746.98 7040.2194 49564689.2
21 85.71 7346.204 82.14 6746.98 7040.2194 49564689.2
β 1614.27 124996.9 1439.3 99606.55 111517.5714 611179681.4
98
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
SX2 =
19067,27
420= 45,40
SX = 45,40 = 6,74
Diketahui :
Y = Y
NY=
1439,3
21= 68,54 NY = 21
SY2 =
NY Y2 β Y 2
NY (NY β 1)=
21 99606,55 β 1439,3 2
21(21 β 1)
SY2 =
(2091736,5) β (2071584,49)
21( 21 β 1)
SY2 =
20152,01
420= 47,98
SY = 47,98 = 6,93
Uji-t
t = X β Y
ππ β 1 ππ
2 + ππ β 1 ππ2
ππ + ππ β 2 1ππ
+1ππ
t = 76,87 β 68,54
21 β 1 45,40 + 21 β 1 47,98 21 + 21 β 2
121 +
121
t = 76,87 β 68,54
908 + 959,6 40
0,048 + 0,048
t = 8,33
1867,640 0,048 + 0,048
99
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
t = 8,33
(46,69) 0,096
t = 8,33
4,48
π‘ = 8,33
2.12= 3,93
π‘π‘ππππ = π‘ 1βπΌ/2 ππ /ππβ1
π‘π‘ππππ = π‘ 1β0,01/2 21β1
π‘π‘ππππ = π‘ 0,995 20
π‘π‘ππππ = 2,84
Dari hasil perhitungan diatas diketahui pada ttabel = 2,84 untuk taraf
signifikan 0,01 dengan dk = 40 ternyata thitung > ttabel maka hipotesis nol di tolak.
100
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
4. Uji Hipotesis II Skor retensi Hasil belajar Siswa
Perhitungan Uji-t untuk perbedaan hasil belajar anatara siswa yang diajar
dengan menggunakan macromedia flash kelas eksperimen (X) dengan yang tanpa
menggunakan macromedia flash kelas control (Y).
No.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol X.Y X2.Y2
X X2 Y Y2
1 46.42 2154.816 42.86 1836.98 1989.561 3958354
2 50 2500 35.71 1275.204 1785.5 3188010
3 50 2500 42.86 1836.98 2143 4592449
4 53.57 2869.745 42.86 1836.98 2296.01 5271663
5 53.57 2869.745 32.14 1032.98 1721.74 2964388
6 60.71 3685.704 35.71 1275.204 2167.954 4700025
7 67.86 4604.98 35.71 1275.204 2423.281 5872289
8 42.86 1836.98 28.57 816.2449 1224.51 1499425
9 46.42 2154.816 32.14 1032.98 1491.939 2225881
10 28.57 816.2449 42.86 1836.98 1224.51 1499425
11 32.14 1032.98 35.71 1275.204 1147.719 1317260
12 42.86 1836.98 32.14 1032.98 1377.52 1897562
13 53.57 2869.745 39.29 1543.704 2104.765 4430037
14 67.86 4604.98 32.14 1032.98 2181.02 4756850
15 42.86 1836.98 39.29 1543.704 1683.969 2835753
16 42.86 1836.98 32.14 1032.98 1377.52 1897562
17 28.57 816.2449 35.71 1275.204 1020.235 1040879
18 46.42 2154.816 42.86 1836.98 1989.561 3958354
19 50 2500 46.42 2154.816 2321 5387041
20 42.86 1836.98 53.57 2869.745 2296.01 5271663
21 42.86 1836.98 46.42 2154.816 1989.561 3958354
β 992.84 49156.69 807.11 31808.85 37956.89 72523224
Diketahui :
X = X
NX=
992,84
21= 47,28 NX = 21
SX2 =
NX X2 β X 2
NX(NX β 1)=
21 49156,69 β 992,84 2
21(21 β 1)
101
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
SX2 =
1032290.42 β (985731,27)
21( 21 β 1)
SX2 =
46559,15
420= 110,86
SX = 110,86 = 10,52
Diketahui :
Y = Y
NY
= 807,11
21= 38,43 NY = 21
SY2 =
NY Y2 β Y 2
NY(NY β 1)=
21 31808.89 β 807,11 2
21(21 β 1)
SY2 =
(667986,69) β (651426,55)
21( 21 β 1)
SY2 =
16560,14
420= 39,43
SY = 39,43 = 6,28
Uji-t
t = X β Y
ππ β 1 ππ
2 + ππ β 1 ππ2
ππ + ππ β 2 1ππ
+1ππ
t = 47,28 β (38,43)
21 β 1 110,86 + 21 β 1 39,43 21 + 21 β 2
121
+121
t = 47,28 β (38,43)
2217,2 + 788,640
0,048 + 0,048
102
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
t = 8,85
3005,840
0,096
t = 8,85
(75,15) 0,096
t = 8,85
7,21 π‘ = 3,29
π‘π‘ππππ = π‘ 1βπΌ/2 ππ /ππβ1
π‘π‘ππππ = π‘ 0,995 20
π‘π‘ππππ = 2,84
Dari hasil perhitungan diatas diketahui pada ttabel = 2,84 untuk taraf
signifikan 0,01 dengan dk= 40 ternyata thitung > ttabel maka hipotesis nol di tolak.
103
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Lampiran 13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
I. IDENTITAS MATA PELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
II. STANDAR KOMPETENSI
5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam
kehidupansehari-hari.
III. KOMPETENSI DASAR
5.1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya
IV. INDIKATOR
Menjelaskan perbedaan antara larutan, koloid dan suspense
Mengelompokan jenis koloid berdasarkan pase terdispersi dan medium
pendispersi
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai :
Mampu menjelaskan perbedaan antara larutan, koloid dan suspense
berdasarkan tampilan animasi macromedia flash
Mampu mengelompokan jenis koloid berdasarkan pase terdispersi dan
medium pendispersi bedasarkan tampilan animnasi macromedia flash
104
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
MATERI POKOK
SITEM KOLOID
Sistem Dispersi
a. Suspensi
b. Larutan
c. Koloid
VI. MODEL PEMBELAJARAN
Ceramah Interaktif dengan menggunakan macromedia flash
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
I. Tatap muka
Langkah-
langkah
Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
Apersepsi
dan
motivasi
Kegiatan
inti
- Menanyakan jenis-jenis
koloid yang diketahui oleh
siswa dalam kehidupan
sehari-hari
- Menjelaskan materi
dengan menggunakan
macromedia flash
- Dimintakan untuk
memperhatikan materi
yang disampaikan
- Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya kepada materi
yang masih belum
difahami.
- Diberikan kesempatan
kepada siswa yang lain
- mencermati dan menjawab
pertanyaan guru
- siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
materi dengan tampilan
animasi macromedia flash
- Siswa memperhatikan
materi dengan baik dengan
tampilan animasi-animasi
macromedia flash
- Siswa menanyakan materi
yang dianggap belum
difahami
- Siswa yang lain menjawab
pertanyaan yang
10 menit
70 menit
105
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Penutup
untuk menjawab
pertanyaan yang di
sampaikan oleh temannya.
- Jika belum puas dengan
jawaban yang diberikan
siswa, guru menambahkan
dan meluruskan jawaban
yang dianggap masih
keliru.
- Memberikan kuis pad
asiswa
- Menyuruh siswa untuk
menyimpulkan materi
- Memberikan tugas mandiri
disampaikan temannya.
- Siswa memperhatikan
jawaban yang ditambahkan
oleh guru
- Siswa menjawab Quis
- Siswa menyimpulkan materi
10 menit
II. Tugas Terstruktur
Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid
III. Tugas Mandiri
Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid
IV. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
a. Media : LCD, Labtop, macromedia flash
b. Sumber belajar :
- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.
- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya
- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA
106
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
V. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar
b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar
Gorontalo, Mei 2009
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA
NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035
Mengetahui,
Kepala SMA Negri 1 Tapa
RESI MILE, S.Pd, M.Pd
NIP. 1950 09011977031004
107
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
I. IDENTITAS MATA PELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit
II. STANDAR KOMPETENSI
5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
III. KOMPETENSI DASAR
5.2.Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
IV. INDIKATOR
Mendiskripsikan sifat-sifat koloid dengan menggunakan macromedia
flash (effek Tyndall, gerak brown, dialysis, elektroforosis, kestabilan
koloid)
menjelaskan proses penjernihan air dan kaitannya dengan sifat koloid
melalui macromedia flash
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan mampu :
Untuk mendiskripsikan sifat-sifat koloid dengan menggunakan
macromedia flash (effek Tyndall, gerak brown, dialysis, elektroforosis,
kestabilan koloid)
Untuk menjelaskan proses penjernihan air dan kaitannya dengan sifat
koloid melalui macromedia flash
108
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
VI. MATERI POKOK
- Sifat-sifat koloid
a. Efek tyndall
b. Gerak brown
c. Adsorpsi
d. Koagulasi
- Kestabilan koloid
a. Stabilisator koloid
b. Proses dialisis
- Koloid liofil dan koloid liofod
a. Koloid liofil
b. Koloid liofob
c. Pemanfaatan sifat-sifat iofil
dan liofob
VII. MODEL PEMBELAJARAN
Ceramah Interaktif dengan menggunakan macromedia flash
VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
I. Tatap muka
Langkah-
langkah
Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
Apersepsi
dan
motivasi.
Kegiatan
inti
- Menanyakan matri yang
telah dipelajari dan
menghuungkannya dengan
materi hari ini
- Menjelaskan materi dengan
menggunakan macromedia
flash
- Dimintakan untuk
memperhatikan materi yang
disampaikan
- Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya kepada materi
yang masih belum difahami.
- Diberikan kesempatan
kepada siswa yang lain
untuk menjawab pertanyaan
yang di sampaikan oleh
temannya.
- Jika belum puas dengan
jawaban yang diberikan
- mencermati dan menjawab
pertanyaan guru
- siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
materi dengan tampilan
animasi macromedia flash
- Siswa memperhatikan
materi dengan baik dengan
tampilan animasi-animasi
macromedia flash
- Siswa menanyakan materi
yang dianggap belum
difahami
- Siswa yang lain menjawab
pertanyaan yang
disampaikan temannya.
10 menit
70 menit
109
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
Penutup
siswa, guru menambahkan
dan meluruskan jawaban
yang dianggap masih keliru.
- Memberikan kuis pad
asiswa
- Menyuruh siswa untuk
menyimpulkan materi
- Memberikan tugas mandiri
- Siswa memperhatikan
jawaban yang ditambahkan
oleh guru
- Siswa menjawab Quis
- Siswa menyimpulkan materi
10 menit
II. Tugas Terstruktur
Mengerjakan latihan soal sistem koloid dan sifat-sifat koloid
III. Tugas Mandiri
Mengerjakan latihan soal sistem koloid dan sifat-sifat koloid
XI. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
a. Media : LCD, Labtop, macromedia flash.
b. Sumber belajar :
- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.
- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya
- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA
110
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
IX. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar
b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar
Gorontalo, Mei 2009
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA
NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035
Mengetahui,
Kepala SMA Negri 1 Tapa
RESI MILE, S.Pd, M.Pd
NIP. 1950 09011977031004
111
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
I. IDENTITAS MATA PELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit
II. STANDAR KOMPETENSI
5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
III. KOMPETENSI DASAR
5.2.Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
IV. INDIKATOR
Mendeskripsikan cara pembuatan koloid dengan sederhana
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan :
Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan cara pembuatan koloid setelah
mengamati dari tampilan animasi makromedia flash
112
S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
VI. MATERI POKOK
Pembuatan koloid
a. Cara kondensasi
Pendinginan
Penggantian pelarut
Pengembunan
b. Cara dispersi
Dispersi mekanik
Peptisasi
Busur bredig
Homoginisasi
VII. MODEL PEMBELAJARAN
Ceramah Interaktif dengan menggunakan macromedia flash
VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
I. Tatap muka
Langka
h-
langkah
Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
Aperseps
i dan
motivasi.
Kegiatan
inti
- Menanyakan matri yang
telah dipelajari dan
menghuungkannya dengan
materi hari ini
- Menjelaskan materi dengan
menggunakan macromedia
flash
- Dimintakan untuk
memperhatikan materi yang
disampaikan
- Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya kepada materi
yang masih belum difahami.
- Diberikan kesempatan
kepada siswa yang lain
untuk menjawab pertanyaan
yang di sampaikan oleh
- mencermati dan menjawab
pertanyaan guru
- siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
materi dengan tampilan
animasi macromedia flash
- Siswa memperhatikan
materi dengan baik dengan
tampilan animasi-animasi
macromedia flash
- Siswa menanyakan materi
yang dianggap belum
difahami
- Siswa yang lain menjawab
10 menit
70 menit
113
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
Penutup
temannya.
- Jika belum puas dengan
jawaban yang diberikan
siswa, guru menambahkan
dan meluruskan jawaban
yang dianggap masih keliru.
- Memberikan kuis pad
asiswa
- Menyuruh siswa untuk
menyimpulkan materi
- Memberikan tugas mandiri
pertanyaan yang
disampaikan temannya.
- Siswa memperhatikan
jawaban yang ditambahkan
oleh guru
- Siswa menjawab Quis
- Siswa menyimpulkan materi
11 menit
II. Tugas Terstruktur
Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid
III. Tugas Mandiri
Mengerjakan latihan soal soal di rumah terkait dengan materi
pembuatan koloid
XI. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
a. Media : LCD, Labtop, macromedia flash.
b. Sumber belajar :
- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.
- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya
- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA
114
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
IX. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar
b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar
Gorontalo, Mei 2009
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA
NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035
Mengetahui,
Kepala SMA Negri 1 Tapa
RESI MILE, S.Pd, M.Pd
NIP. 1950 09011977031004
115
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
Lampiran 14
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
VIII. IDENTITAS MATA PELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
IX. STANDAR KOMPETENSI
5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
X. KOMPETENSI DASAR
5.1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya
XI. INDIKATOR
Menjelaskan perbedaan antara larutan, koloid dan suspense
Mengelompokan jenis koloid berdasarkan pase terdispersi dan medium
pendispersi
XII. TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai :
Mampu menjelaskan perbedaan antara larutan, koloid dan suspense tanpa
menggunakan macromedia flash
Mampu mengelompokan jenis koloid berdasarkan pase terdispersi dan
medium pendispersi tanpa menggunakan macromedia flash
116
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
XIII. MATERI POKOK
SITEM KOLOID
Sistem Dispersi
d. Suspensi
e. Larutan
f. Koloid
XIV. MODEL PEMBELAJARAN
Ceramah Interaktif
XV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
I. Tatap muka
Langka
h-
langkah
Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
Aperseps
i dan
motivasi
Kegiatan
inti
- Menanyakan jenis-jenis
koloid yang diketahui oleh
siswa dalam kehidupan
sehari-hari
- Menjelaskan materi dengan
sistematis dan terstruktur .
- Dimintakan untuk
memperhatikan materi yang
disampaikan
- Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya kepada materi
yang masih belum difahami.
- Diberikan kesempatan
kepada siswa yang lain
untuk menjawab pertanyaan
yang di sampaikan oleh
temannya.
- mencermati dan menjawab
pertanyaan guru
- siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
materi yang dimaksud.
- Siswa memperhatikan
materi dengan baik.
- Siswa menanyakan materi
yang dianggap belum
difahami
- Siswa yang lain menjawab
pertanyaan yang
disampaikan temannya.
- Siswa memperhatikan
10 menit
70 menit
117
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
Penutup
- Jika belum puas dengan
jawaban yang diberikan
siswa, guru menambahkan
dan meluruskan jawaban
yang dianggap masih keliru.
- Memberikan kuis pad
asiswa
- Menyuruh siswa untuk
menyimpulkan materi
- Memberikan tugas mandiri
jawaban yang ditambahkan
oleh guru
- Siswa menjawab Quis
- Siswa menyimpulkan materi
11 menit
II. Tugas Terstruktur
Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid
VI. Tugas Mandiri
Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
a. Media : papan tulis dan spidol.
b. Sumber belajar :
- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.
- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya
- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PhiBE
118
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
VIII. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar
b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar
Gorontalo, Mei 2009
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA
NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035
Mengetahui,
Kepala SMA Negri 1 Tapa
RESI MILE, S.Pd, M.Pd
NIP. 1950 09011977031004
119
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
X. IDENTITAS MATA PELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit
XI. STANDAR KOMPETENSI
5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
XII. KOMPETENSI DASAR
5.2.Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
XIII. INDIKATOR
Mendiskripsikan sifat-sifat koloid tanpa menggunakan macromedia flash
(effek Tyndall, gerak brown, dialysis, elektroforosis, kestabilan koloid)
menjelaskan proses penjernihan air dan kaitannya dengan sifat koloid
tanpa menggunakan macromedia flash
XIV. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan mampu :
Untuk mendiskripsikan sifat-sifat koloid tanpa menggunakan
macromedia flash (effek Tyndall, gerak brown, dialysis, elektroforosis,
kestabilan koloid)
Untuk menjelaskan proses penjernihan air dan kaitannya dengan sifat
koloid tanpa menggunakan macromedia flash
120
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
XV. MATERI POKOK
121
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
- Sifat-sifat koloid
e. Efek tyndall
f. Gerak brown
g. Adsorpsi
h. Koagulasi
- Kestabilan koloid
c. Stabilisator koloid
d. Proses dialisis
- Koloid liofil dan koloid liofod
d. Koloid liofil
e. Koloid liofob
f. Pemanfaatan sifat-sifat iofil dan lofob
MODEL PEMBELAJARAN
Ceramah Interaktif
XVI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
II. Tatap muka
Langkah-
langkah
Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
Apersepsi
dan
motivasi.
Kegiatan
inti
- Menanyakan matri yang
telah dipelajari dan
menghuungkannya
dengan materi hari ini
- Menjelaskan materi
secara sistyematis tanpa
macromedia flash
- Dimintakan untuk
memperhatikan materi
yang disampaikan
- Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya kepada materi
yang masih belum
- mencermati dan menjawab
pertanyaan guru
- siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
materi.
- Siswa memperhatikan
materi dengan baik.
- Siswa menanyakan materi
yang dianggap belum
difahami
10 menit
70 menit
122
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
Penutup
difahami.
- Diberikan kesempatan
kepada siswa yang lain
untuk menjawab
pertanyaan yang di
sampaikan oleh
temannya.
- Jika belum puas dengan
jawaban yang diberikan
siswa, guru
menambahkan dan
meluruskan jawaban
yang dianggap masih
keliru.
- Memberikan quis pad
asiswa
- Menyuruh siswa untuk
menyimpulkan materi
- Memberikan tugas
mandiri
- Siswa yang lain menjawab
pertanyaan yang
disampaikan temannya.
- Siswa memperhatikan
jawaban yang ditambahkan
oleh guru
- Siswa menjawab quis
- Siswa menyimpulkan materi
12 menit
II. Tugas Terstruktur
Mengerjakan latihan soal materi sifat-sifat koloid
IV. Tugas Mandiri
Mengerjakan latihan soal materi sifat-sifat koloid di rumah
123
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
XI. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
a. Media : papan tulis dan spidol
b. Sumber belajar :
- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.
- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya
- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA
XVII. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar
b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar
Gorontalo, Mei 2009
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA
124
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035
Mengetahui,
Kepala SMA Negri 1 Tapa
RESI MILE, S.Pd, M.Pd
NIP. 1950 09011977031004
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
X. IDENTITAS MATA PELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit
XI. STANDAR KOMPETENSI
5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
XII. KOMPETENSI DASAR
125
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
5.2.Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
XIII. INDIKATOR
Mendeskripsikan cara pembuatan koloid dengan sederhana
XIV. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan :
Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan cara pembuatan koloid setelah
memperoleh iknformasi yang telah dijelaskan.
XV. MATERI POKOK
Pembuatan koloid
Cara kondensasi
Pendinginan
Penggantian pelarut
Pengembunan
Cara dispersi
Dispersi mekanik
Peptisasi
Busur bredig
XVI. MODEL PEMBELAJARAN
Ceramah Interaktif tanpa menggunakan macromedia flash
XVII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
IV. Tatap muka
Langkah-
langkah
Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
Apersepsi dan
motivasi.
Kegiatan inti
- Menanyakan matri yang telah
dipelajari dan
menghuungkannya dengan
materi hari ini
- Menjelaskan materi dengan
dengan sistematis.
- Dimintakan untuk
memperhatikan materi yang
- mencermati dan menjawab
pertanyaan guru
- siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
materi.
- Siswa memperhatikan
materi dengan baik dari
10 menit
70 menit
126
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
Penutup
disampaikan
- Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
kepada materi yang masih
belum difahami.
- Diberikan kesempatan kepada
siswa yang lain untuk
menjawab pertanyaan yang di
sampaikan oleh temannya.
- Jika belum puas dengan
jawaban yang diberikan
siswa, guru menambahkan
dan meluruskan jawaban
yang dianggap masih keliru.
- Memberikan quis pad asiswa
- Menyuruh siswa untuk
menyimpulkan materi
- Memberikan tugas mandiri
penjelasan guru.
- Siswa menanyakan materi
yang dianggap belum
difahami
- Siswa yang lain menjawab
pertanyaan yang
disampaikan temannya.
- Siswa memperhatikan
jawaban yang
ditambahkan oleh guru
- Siswa menjawab Quis
- Siswa menyimpulkan
materi
13 menit
V. Tugas Terstruktur
Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid
VI. Tugas Mandiri
Mengerjakan latihan soal soal di rumah terkait dengan materi
pembuatan koloid
XI. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
a. Media : papan tulis dan spidol
b. Sumber belajar :
- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.
- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya
- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA
XVIII. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar
127
R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar
Gorontalo, Mei 2009
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA
NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035
Mengetahui,
Kepala SMA Negri 1 Tapa
RESI MILE, S.Pd, M.Pd
NIP. 1950 0901197703104