pengaruh model reciprocal teaching pada …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikelll.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA
PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X MA. MAZRO’ILLAH
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
𝐄𝐫𝐰𝐢𝐧 𝐇𝐚𝐦𝐝𝐚𝐧𝟏, 𝐀𝐡𝐦𝐚𝐝 𝐀𝐦𝐢𝐧, 𝐌. 𝐒𝐢.𝟐, 𝐘𝐚𝐬𝐩𝐢𝐧 𝐘𝐨𝐥𝐚𝐧𝐝𝐚, 𝐌. 𝐏𝐝. 𝐒𝐢.𝟑
STKIP-PGRI Lbuklinggau
Email : [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul“ Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching pada
Pembelajaran Fisika Siswa Kelas XI MA Mazro’illah Lubukulinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proses belajar mengajar
yang berlangsung secara klasikal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh model reciprocal teaching pada pembelajaran fisika siswa kelas X MA.
Mazro’illah Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen, dengan desain
kelompok kontrol dan eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI MA Mazro’illah Lubuklinggau. Sampel diambil dalam penelitian
ini adalah populasi (sampel populasi) hal ini disebabkan sekolah kelas X MA
Mazro’illah Lubuklinggau tempat penelitian hanya memiliki dua kelas. Jadi
populasi Seluruh kelas X dan sampel yang akan diteliti menggunakan dua kelas
oleh karena itu peneliti menjadikan seluruh kelas populasi digunakan sebagai
sampel. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Data tes siswa
dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data post-test
kelas eksperimen dan kontrol dengan taraf signifikansi 5% didapat zhitung =
2,058 dan ztabel 1,960, karena zhitung > ztabel, Ho ditolak bearti rata-rata nilai
kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol dari penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh model reciprocal teaching pada hasil belajar
fisika siswa kelas X MA. Mazro’illah Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata Kunci: Reciprocal Teaching, hasil belajar.
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
PENDAHULUAN
Fisika adalah ilmu yang menguraikan dan menganalisa struktur dan
peristiwa alam yang disertai percobaan dan pengukuran serta penyajian secara
matematis. Kebiasaan belajar siswa yang kurang baik akan membuat suasana
belajar yang tidak efektif. Siswa belajar jika ada ulangan atau bahkan siswa tidak
belajar.
Guru mempunyai tanggung jawab atas terselengaranya proses belajar
mengajar dan menciptakan suasana belajar yang nyaman, baik untuk guru dan
muridnya. Bagi siswa tingkat SMA/MA pelajaran fisika khususnya materi besaran
dan satuan merupakan wahana untuk menumbuhkan kemampuan berfikir dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi masalah adalah
bagaimana proses berintraksi itu berjalan dengan efektif agar pembelajaran yang
ingin disampaikan dapat mencapai tujuan yang diharapakan dan diterima dengan
baik. Proses pembelajaran dikatakan baik, apabila proses tersebut dapat
menimbulkan kegiatan belajar yang efektif dan adanya komponen guru yang
saling mendukung untuk mencapai tingkat pencapaian siswa berupa pembelajaran
terbalik. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang menarik membuat
antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang
nampak, siswa merasa bosan dalam pembelajaran karena hanya diposisikan
sebagai pendengar sehingga membuat rendahnya penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran fisika.
Berdasarkan pengamatan peneliti di MA. Mazro’illah Lubuklinggau
pembelajaran yang digunakan di kelas X dengan menggunakan metode
pembelajaran ceramah. Pada umumnya lebih didominasi oleh guru atau bersifat
”teacher centered”, menerangkan konsep di depan kelas kemudian diterapkan
dalam bentuk contoh soal dan latihan-latihan. Siswa cenderung pasif dan kurang
berpartisipasi dalam pembelajaran. Ditambah lagi tuntutan kreteria ketuntusan
minimal (KKM) KD yang telah ditentukan yaitu 73. Dari seluruh siswa kelas X
MA. Menurut Trianto (2007:96) model reciprocal teaching merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri,
kreatif dan lebih aktif. Model tersebut merupakan model yang menerapkan empat
strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar (summarizing),
menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya (questioning), menjelaskan kembali
pengetahuan yang telah diperoleh (clarifying), kemudian memprediksi pertanyaan
selanjutnya dari persoalan yang diberikan kepada siswa (predicting).
Dari beberapa permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan menggunakan model reciprocal teaching pada siswa X MA.
Mazro’illah Lubuklinggau dengan judul “Pengaruh model reciprocal teaching
pada pembelajaran fisika siswa kelas X MA. Mazro’illah Lubuklinggau tahun
pelajaran 2015/2016”
LANDASAN TEORI
Gagne (dalam Slameto, 2003:2) mendefinisikan belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan
dan tingkah laku. Slameto (2010:2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
individu dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan perilaku pada siswa, dimana perubahan tersebut
didapat melalui pendidikan, pengalaman atau melalui prosedur latihan dan
bimbingan. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan
(kognitif), sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotorik). Menurut
Arikunto (2013:118) mendefinisikan memperlihatkan bahwa pembelajaran
sebagai suatu sistem yang perlu mempertimbangkan aspek belajar siswa, selain itu
pembelajaran juga mempengaruhi kompetensi guru, teknologi yang tersedia,
lingkungan, budaya organisasi, dan faktor manajemen.
Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses interaksi keseluruhan sumber belajar demi
mencapai tujuan dari proses pembelajaran.
Sudjana (2010:22), mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dimyati dan Mudjiono (2009:250), mendefinisikan hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dibandingkan pada saat sebelum belajar, sedangkan dari sisi guru hasil belajar
merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang akan terjadi pada
diri sendiri yang bersipat aspek ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Dalam
penelitian ini perubahan yang akan terjadi atau hasil belajar yang dinilai hanya
pada aspek ranah kognitif.
Trianto (2007:96) mendefinisikan model reciprocal teaching adalah suatu
model pembelajaran yang membiasakan siswa menggunakan empat strategi
pemahaman mandiri, yaitu: 1) Menyimpulkan bahan ajar (summarizing) 2)
Menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya (questioning), 3) Menjelaskan
kembali pengetahuan yang sudah didapat (clarifying) 4) Memprediksi
(predicting).
Suyatno (2009:64) mendefinisikan reciprocal teaching merupakan model
pengajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan, dimana
keterampilan-keterampilan yang diajarkan melalui pengajaran langsung dan
pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja pemahaman yang rendah.
Reciprocal teaching adalah suatu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan
strategi-strategi belajar. Melalui reciprocal teaching siswa diajarkan empat
strategi pemahaman pengaturan dari spesifik, yaitu perangkuman, pengajuan
pertanyaan, pengklarifikasian dan prediksi. reciprocal teaching terutama
dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang
bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan secara mandiri di kelas
(Trianto, 2007:96). Kemudian Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2007:96)
mendefinisikan reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip pembuatan atau pengajuan pertanyaan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model
reciprocal teaching merupakan suatu prosedur pembelajaran yang menerapkan
empat strategi pemahaman mandiri siswa, yaitu menyimpulkan bahan ajar,
menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan
yang telah diperolehnya, kemudian memprediksi pertanyaan selanjutnya dari
persoalan yang diberikan kepada siswa. Selama pembelajaran guru tidak berperan
sebagai pemimpin diskusi dalam kelompok tetapi diserahkan kepada siswa. Guru
memberikan dukungan, umpan balik, fasilitator dan semangat bagi siswa. Model
reciprocal teaching mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk
membangun proses keaktifan siswa sehingga siswa dapat lebih mandiri dan aktif.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran terbalik, yaitu: (1)
Membagikan teks bacaan yang akan dibahas pada pertemuan tersebut. (2)
Menjelaskan pada bagian awal pembelajaran berlangsung. (3) Menyuruh siswa
membaca bahan ajar tersebut. (4) Menyuruh siswa merangkum atau membuat
suatu kesimpulan tentang pengajaran guru. (5) Guru memberikan dugaan
sementara atau memprediksikan tentang pertanyaan selanjutnya dari persoalan
yang diberikan kepada siswa. (6) Kemudian guru memberitahukan pada siswa
yang selanjutnya menjadi guru adalah siswa dalam kelas tersebut yang dipilih
secara acak, sehingga seluruh siswa harus siap. (7) Meminta siswa unutk
membuat suatu pertanyaan beserta dengan jawabannya. (8) Memilih salah satu
siswa tersebut untuk menjadi guru dengan diacak. (9) Menyuruh siswa yang
berperan manjadi guru untuk menjelaskan kembali tentang pengetahuan yang
sudah didapatnya melalui rangkuman yang telah dibuat. (10) Mengurangi
bimbingan siswa yang berperan sebagai guru. (11) Selanjutnya guru berperan
sebagai moderator, menjaga agar siswa tetap berada dalam jalur dan membantu
mengatasi kesulitan. (12) Meminta siswa membuat komentar tentang pengajaran
guru. (13) Menutup pembelajaran serta menarik kesimpulan.
Model pembelajaran terbalik sebagai salah satu alternatif yang dipakai
dalam penyampaian materi pembelajaran selama proses belajar mengajar juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Aziz (2011:113) menyatakan adapun
kelebihan model reciprocal teaching yaitu mengembangkan kreativitas siswa,
memupuk kerjasama antara siswa, menumbuhkan bakat siswa terutama dalam
berbicara dan mengembangkan sikap, siswa lebih memperhatikan pelajaran
karena menghayati sendiri, memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di
depan kelas, melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil
kesimpulan dalam waktu singkat, menumbuhkan sikap menghargai guru karena
siswa akan merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran
terutama pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan, dan dapat
dipergunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi waktu yang
terbatas.
Aziz (2011:113) menyatakan adapun kelemahan model reciprocal
teaching yaitu adanya kurang kesungguhan para siswa yang berperan sebagai guru
menyebabkan tujuan tak tercapai, pendengar (siswa yang tidak berperan) sering
menertawakan tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana
dan kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya memperhatikan
aktivitas siswa yang berperan sebagai guru.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan desain berbentuk pretest-postest
control group design atau desain kelompok kontrol-eksperimen. Dalam penelitian
ini, terdapat dua kelompok sampel yaitu kelompok kelas eksperimen dan
kelompok kelas kontrol. Dimana kelompok eksperimen diajarkan dengan model
reciprocal teaching, sedangkan kelompok kelas kontrol diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X MA. Mazro’illah Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016.
Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kelas X.B sebagai kelompok kelas
eksperimen dan kelas X.A sebagai kelompok kelas control.
. Teknik pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah tes. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
(pre-test) dan sesudah (post-test) materi yang diajarkan. Tes awal diberikan
sebelum proses model reciprocal teaching, dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Tes akhir dilakukan setelah proses pembelajaran
berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa
setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan 7 butir soal dalam bentuk
essay, materi tes adalah besaran dan satuan. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mencari rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas
data, uji homogenitas, dan pengujian hipotesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MA Mazro’illah Lubukliggau
Tahun Pelajaran 2015/2016 pada tanggal 03 Agustus 2015 sampai dengan 01
September 2015. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan lima 5 kali
pertemuan yaitu dengan rincian satu kali pemberian pre-test, tiga kali
pembelajaran dengan model reciprocal teaching dan satu kali pemberian post-test.
Pelaksanaan pre-test ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal
tentang suatu materi atau topik dari masing-masing kelas, baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol sebelum dilakukan pembelajaran. Soal yang digunakan
berbentuk essay yang terdiri dari 7 soal. Berdasarkan hasil perhitungan
rekapitulasi hasil pre-test siswa dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Nilai Rata-rata x Simpangan Baku Hasil Tes Awal (pre-test)
Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Max
Min
Rata-rata
Simpangan Baku
45
13
24,2
8,0
45
0
19,7
9,6
Dari data tersebut menunjukan bahwa kemapuan awal siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol relatif sama, karena kelas eksperimen dan kelas
kontrol belum diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model
reciprocal teaching sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan metode
pembelajaran ceramah.
Post-test dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran fisika dengan menggunakan model reciprocal teaching, dengan
demikian dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Post-test ini dilakukan
pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan kelima. Soal tes yang digunakan
berbentuk essay yang terdiri dari empat soal. Berdasarkan rekapitulasi hasil tes
akhir siswa dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Nilai Rata-rata x Simpangan Baku Hasil Tes Akhir (post-test)
Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Max
Min
Rata-rata
Simpangan Baku
90
61
80,3
6,8
87
61
75,7
8,3
Secara diskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir antara kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, karena kedua kelas diberi perlakuan
pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelas, dimana kelas eksperimen
menggunakan model reciprocal teaching sedangkan pada kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat disimpulkan bahwa hal ini
mengalami suatu peningkatan rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Rata-rata nilai pre-test dan post-test dapat dilihat
pada grafik 1.
Grafik 1
Rata-Rata Nilai Hasil Pre-test ke Post-test
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang empat minggu di kelas X MA
Mazro’illah Lubuklinggau yang berjumlah 40 siswa terdiri dari dua kelas yaitu
0102030405060708090
24,2 19,7
80,3 75,7Pree-test EksperimenPree-test KontrolPost-test EksperimenPost-test Kontrol
kelas Xa berjumlah 20 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas Xb berjumlah 20
siswa sebagai kelas eksperimen. Perhitungan waktu pelaksanaan Penelitian di
kelas X MA Mazro’illah Lubukliggau Tahun Pelajaran 2015/2016 pada tanggal
03 Agustus 2015 sampai dengan 01 September 2015. Senin tanggal 03 Agustus
dilaksanakan Uji Instrumen di kelas XI, Tes Awal dilaksankan pada hari Selasa
tanggal 11 Agustus 2015 sebanyak 20 Siswa dikelas XA (Kontrol) dan 20 Siswa
kelas XB (Eksperimen). Pada Tanggal 18 dan 25 diberikan perlakuan sesuai
dengan kelas masing-masing kelas XA (Kontrol) menerapkan pembelajran
konveksional dan kelas XB (Eksperimen) Menerapkan Model Reciprocal
Teaching. Tes akhir dilakukan pada tanggal 01 September sesuai dengan kelas
masing-masing dengan soal yang sama pada tes awal dan diikuti masing-masing
kelas berjumlah 20 siswa. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah “ada
pengaruh model reciprocal teaching pada hasil belajar fisika siswa kelas X MA.
Mazro’illah Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016”?
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model reciprocal
teaching, terlebih dahulu peneliti mengadakan uji coba instrumen dan sosialisasi
tentang pembelajaran fisika dengan menerapkan model reciprocal teaching.
Peneliti juga menginformasikan materi yang akan diajarkan dengan menerapkan
model reciprocal teaching yaitu pokok bahasan besaran dan satuan.
Setelah pemberian pembelajaran pada kelas ekperimen dan kelas kontrol
dengan cara yang berbeda bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa
kelas eksperimen dengan kelas control. Pembelajaran diberikan pada kelas
eksperimen yaitu pembelajaran dengan menerapkan model Reciprocal Teaching,
kelas kontrol yaitu pembelajaran dengan mengunakan metode ceramah, tanya
jawab dan penugasan. Disaat memberikan perlakuan terhadap dua kelas yang
diajarkan dengan cara pembelajaran yang berbeda, ketika pemberian perlakuan di
kelas kontrol dengan menerapakan pembelajaran secara konveksional siswa hanya
sekedar menerima pembelajaran yang dijelaskan oleh guru, lingkungan belajar
kurang aktif, kurang menantang bagi siswa disaat pembelajaran sedang
berlangsung serta kemamapuan siswa kurang menonjol.
Ketika dalam menerapkan perlakuan di kelas eksperimen siswa lebih aktif,
percaya diri, berani tampil walaupun sedikit tidak tepat dengan apa yang mereka
jelaskan, lebih menantang dikarna semua siswa memiliki peluang yang sama yang
dipilih secara acak dengan cara diundi, dan semua siswa lebih percaya terhadap
kemampuannya berani tampil dan menjelaskan itu yang menjadi utama.
Adapun kelebihan dan kelemahan model reciprocal teaching, Aziz
(2011:113) menyatakan adapun kelebihan model reciprocal teaching yaitu
mengembangkan kreativitas siswa, memupuk kerjasama antara siswa,
menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap,
siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri, memupuk
keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas, melatih siswa untuk
menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat,
menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan merasakan perasaan
guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama pada saat siswa ramai atau
kurang memperhatikan dan dapat dipergunakan untuk materi pelajaran yang
banyak dan alokasi waktu yang terbatas.
Aziz (2011:113) menyatakan adapun kelemahan model reciprocal
teaching yaitu adanya kurang kesungguhan para siswa yang berperan sebagai guru
menyebabkan tujuan tak tercapai, pendengar (siswa yang tidak berperan) sering
menertawakan tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana
dan kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya memperhatikan
aktivitas siswa yang berperan sebagai guru.
Setelah memberikan perlakuan terhadap dua kelas, yang diberikan
pembelajaran denagan cara yang berbeda, maka terakhir peneliti memberikan tes
akhir kepada siswa dengan soal yang sama dengan soal tes awal sebanyak tujuh
soal esai, setelah memberikan tes akhir kepada siswa maka peneliti menganalisis
data hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil tes awal pada
kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai sebesar 24,2 dengan simpangan baku
yaitu 8,0. Setelah diberi perlakuan dengan menerapkan model reciprocal teaching
diperoleh hasil tes akhir dengan rata-rata nilai sebesar 80,3 dengan simpangan
baku 6,8. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan hasil
belajar sebesar 56,4%.
Berdasarkan dari hasil perhitungan tes awal diperoleh nilai hitungz sebesar
1,590 dan nilai tabelz sebesar 1,960, jadi nilai hitungz <
tabelz atau 1,590< 1,960. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
kemampuan awal yang sama. Sedangkan hasil perhitungan pada tes akhir
diperoleh nilai hitungz sebesar 2,058 dan nilai tabelz adalah 1,960, jadi hitungz >
tabelz sehingga Ho ditolak. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh model reciprocal teaching pada hasil belajar fisika siswa kelas X MA.
Mazro’illah Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh model reciprocal teaching pada hasil belajar fisika siswa kelas X
MA. Mazro’illah Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Dimana nilai rata-
rata tes akhir kelas eksperimen 80,3 lebih besar dari nilai rata-rata tes akhir siswa
kelas kontrol sebesar 75,7 dan diperoleh data hasil perhitungan uji-z mengenai
yaitu nilai hitungz = 2,058 dan nilai tabelz = 1,960 karena hitungz >
tabelz , maka Ho
ditolak Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini diterima kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, Abdul. 2011. Kelemahan dan Kelebihan Model Reciprocal Theaching.
[Online].Http://wbung.in/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x
none_16.html. [27 November 2014].
Ariyasa, I Gd. dkk,. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD N 1 Tulamben Tahun
Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD, Vol. (2) No. 1, 33-41
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Herman, Nurul Atiqah. dkk,. 2014. Penerapan Model Reciprocal Teaching pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 26 Padang. Jurnal
Pendidikan Matematika, Vol. (3) No. 1, 13-17
Jihad dan Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta. Rineka.
Cipta.
Sukmadinata. 2010. Pembelajaran Model Terbalik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsinto
. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana
Pustaka.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2003. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudarmin. 2013. Pendidikan dan Prilaku kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencan