mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel sumiati.docx · web...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X
SMK PERTANIAN NEGERI 2 TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Nama : SumiatiNPM : 4110095Prodi : Pendidikan FisikaDosen Pembimbing : 1. J. Albert Barus, M.Pd.
2. Fitria Dewi Yanti, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X
SMK PERTANIAN NEGERI 2 TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ABSTRACT
This thesis is entitled "The Application of Reciprocal Learning Model to Improve Students Physics Learning Outcome of Class X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo Academic Year 2014/2015". The aims of this research were (1) To know the use of reciprocal learning model significantly toward accomplishment of students’ physics learning outcome in class X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo. (2) To describe the students’ learning activities after the implemented of reciprocal learning in class X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo. The type of this research is experimental research, with one-group pre-test and post-test design. The population of this research is all students of class X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo; 86 students. A class is taken as a random sample, which is X.1 class with 28 students as a class experiment. The technique of the data collection are tests and observation. The result of the research is analyzed by using t-test. The conclusions of this research are the outcome of learning physics after the application of reciprocal learning model in class X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo significantly accomplish. It can be seen based on the result of data anilysis calculation with the level of α = 0.05 is obtained thitung (1.75)> ttable
(1.703). Thus the hypothesis that is proposed in this research can be accepted as true, that, using the reciprocal learning model in physics in class X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo toward the student learning outcome significantly accomplish. In addition, based on the calculation of the gain scores, seen an increasement at 1.02 with the high category and the percentage of the total students’activity in the first meeting is at 76.02 with good category and at the second meeting is at 91.17 with excellent category.
Keywords: Reciprocal Learning, Learning Outcome, Physics.
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter,
perkembangan ilmu dan mental anak yang nantinya akan menjadi manusia dewasa
yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya baik
secara individu maupun sebagai makhluk sosial. Berdasarkan pengertian
pendidikan tersebut, guru sangat berperan penting dalam pendidikan di sekolah
terutama dalam membimbing, mendidik dan mampu dalam mengelola proses
belajar mengajar.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilaksanakan disekolah, supaya terjadi pembelajaran yang efektif
diantaranya dengan mengupayakan dan mengoptimalkan kemandirian siswa untuk
belajar, bekerjasama dan menilai diri sendiri dengan tujuan siswa mampu
membangun pemahaman dan pengetahuannya untuk mencapai tujuan pendidikan.
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan walaupun hasilnya
belum memenuhi harapan. Salah satu cerminan kualitas pendidikan di sekolah
adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan dan kecepatan belajar
yang berbeda satu dengan yang lain dalam waktu yang berbeda pula. Maka dari
itu, perlu adanya suatu sistem pembelajaran yang mampu menjadikan situasi
proses belajar mengajar di sekolah sebagai kegiatan yang lebih mengaktifkan
untuk membaca dan memecahkan masalah sendiri dibawah pengawasan dan
bimbingan guru yang selalu siap membantu siswa yang mempunyai kesulitan
belajar terutama mata pelajaran fisika.
Menurut W.S. Winkel (dalam Susanto, 2013: 4), belajar adalah suatu
aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan
lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan
berbekas. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar (Hamalik,
2008:73). Komponen-komponen dalam tujuan belajar disini merupakan
seperangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar
dari menerima materi, partisipasi siswa ketika di dalam kelas, mengerjakan tugas-
tugas dan lain-lain. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar siswa
akan mengalami perubahan-perubahan dalam segi pemikiran, tingkah laku yang
nantinya siswa akan memperoleh suatu pemahaman, pengetahuan, dan
keterampilan yang berdampak positif, sehingga tugas seorang guru harus
membuat suasana belajar yang menyenangkan agar siswa tidak cepat bosan dan
terus menumbuhkan semangat belajar yang tinggi demi mencapai tujuan belajar.
Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa baik
menyangkut aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik
(tingkah laku) (Susanto, 2013:5). Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu dari diri peserta didik dan dari luar peserta didik. Faktor dari diri peserta
didik meliputi intelegensi, minat, perhatian, motivasi, sikap, dan lain-lain.
Sedangkan faktor dari luar peserta didik meliputi kualitas pengajaran, bagaimana
membelajarkan peserta didik, pengelolaan kelas, dan lain-lain.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, fisika adalah salah satu
mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan formal terutama di
Sekolah Menengah Kejuruan yang mempunyai peranan penting dalam
pembelajaran. Fisika merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga hasil belajar fisika perlu mendapatkan perhatian yang serius agar tujuan
pendidikan dapat tercapai. Menurut Sukardi (1987:25) mengemukakan bahwa
minat belajar adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak
perpaduan dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas dan kecenderungan-
kecenderungan, lain yang biasa mengarahkan individu kepada suatu pilihan
tertentu. Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis
yang dimiliki seseorang (Dalyono, 2009:127). Siswa yang kurang senang dalam
mengikuti pelajaran fisika, hal ini menjadi tugas seorang guru untuk
menumbuhkan kemauan, minat, bakat dan melakukan hal-hal positif pada siswa
yang nantinya bisa membuat siswa senang mengikuti pelajaran fisika.
Hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh aktivitas siswa dalam
pembelajaran atau dapat dikatakan keaktifan siswa juga dapat menentukan
keberhasilan belajar siswa. Aktivitas belajar siswa yang rendah dapat dilihat dari
minat bertanya siswa kurang, kurang berani mengemukakan pendapat, dan kurang
berani mengajukan gagasan, kurang percaya diri dan kurang mau menyiapkan diri
dalam belajar. Kebanyakan siswa mengobrol dengan siswa lain saat guru
menjelaskan materi, kurang keingintahuan siswa tentang materi yang dipelajari,
siswa kurang diberi kesempatan dalam melakukan aktivitas belajar dan peran guru
dalam pembelajaran lebih terlihat. Upaya mengatasi permasalahan ini perlu
penerapan model pembelajaran yang membuat siswa aktif, dan berpikir kritis.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan ibu Miranty,
S.Pd. guru fisika kelas X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo, beliau mengatakan
bahwa hasil belajar siswa di kelas X masih tergolong rendah. Rata-rata hasil
ulangan tengah semester siswa yaitu 53,5 pada tahun ajaran 2014/2015 pada
semester ganjil. Hal ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan pada ulangan tengah
semester siswa di kelas X masih dibawah dari nilai KKM yaitu 75. Sebanyak 22
siswa atau 25% mencapai KKM dan 64 siswa atau 75% dari siswa kelas X masih
dibawah KKM sehingga mereka harus mengikuti remedial. Hal ini menunjukkan
bahwa proses pembelajaran fisika yang diterapkan selama ini kurang bervariasi
dan pembelajaran konvensional yang diterapkan selama ini membuat siswa
kurang aktif yaitu guru hanya menyuruh salah satu siswa untuk menulis dipapan
tulis tentang materi pelajaran yang sudah diringkas oleh guru tersebut lalu siswa
yang lainnya ditugaskan mencatat materi yang ada di papan tulis tersebut.
Berdasarkan hal tersebut siswa hanya monoton dalam proses belajar mengajar dan
ada juga siswa yang tidak mencatat hanya mengobrol saja. Mereka juga hanya
menerima apa yang diberikan guru tanpa memberikan ide atau mengemukakan
pendapat dalam permasalahan sehingga pola berpikir kritis siswa kurang.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman)
belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar) Ngalimun (2012:27).
Mengajarkan fisika harus memerlukan model dan pendekatan agar siswa mudah
dalam memahami materi dan penyelesaian masalah mengenai materi yang
diajarkan. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis
mencoba menerapkan model pembelajaran reciprocal learning untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran reciprocal adalah metode
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012:202). Model
pembelajaran reciprocal adalah suatu model pembelajaran yang menekankan
kemampuan membaca.
Model reciprocal learning ini diharapkan akan terjadi komunikasi dan
kerjasama antara guru dan siswa, sehingga siswa aktif dalam mengikuti proses
kegiatan belajar mandiri, akhirnya siswa dapat meringkas, menghasilkan
pertanyaan, menjelaskan, dan memprediksi materi hingga mendapat solusi dalam
penyelesaian soal. Selain itu, manfaat model pembelajaran reciprocal learning ini
yang pertama akan timbul keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, karena
siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan
baik sehingga penguasaan konsep langsung dapat dimengerti oleh dirinya dan
dapat di aplikasikan dalam kehidupan nyata. Sedangkan manfaat yang kedua
adalah pembelajaran tidak membosankan, karena dalam metode ini terjadinya
pembelajaran timbal balik antara siswa dengan guru (interactive teaching)
maupun antara siswa dengan siswa lainnya (interactive learning). Sehingga
interaksi semakin terasa aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian tersebut, guru harus mempunyai strategi yang tepat
untuk membimbing, mengajar demi mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini
memotivasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan model
pembelajaran reciprocal learning untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa
kelas X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo”.
B. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Aktivitas belajar
Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pada siswa, sebab
dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga tercipta situasi
belajar aktif. Setiap siswa diberi kesempatan aktif dalam pembelajaran. Menurut
Hamalik (2009:172), aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu:
a. Kegiatan-kegiatan visualMembaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkanMendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulisMenulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambarMenggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrikMelakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mentalMerenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosionalMinat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Berdasarkan delapan aktivitas belajar diatas, maka aktivitas belajar yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1Aktivitas Belajar Siswa
Indikator Deskriptor
Aktivitas Visual
Membaca materi pelajaran yang diberikan oleh guru.Mengamati pemodelan yang dicontohkan oleh guru.
Aktivitas Lisan Berbagi informasi dengan kelompok.Mengemukakan pendapat
Aktivitas Mendengarkan
Mendengarkan penjelasan materi yang dijelaskan oleh guru.Mendengarkan penyajian materi yang disampaikan pada diskusi kelompok.
Aktivitas MenulisMerangkum materi yang dipelajari.
Mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Aktivitas Mempresentasikan
Mengajukan pertanyaan pada kelompok yang menyajikan materi.Menanggapi/menjawab pertanyaan dari kelompok lain.
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Reciprocal Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal Learning
Model Pembelajaran reciprocal adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan kemampuan membaca (Wati, 2010:33). Strategi
pembelajaran reciprocal yaitu memprediksi, bertanya, menjelaskan, dan
merangkum. Model pembelajaran reciprocal learning adalah salah satu tipe
dari pembelajaran kooperatif yang dirancang dengan metode-metode tertentu,
sehingga siswa dapat belajar lebih serius dan menumbuhkan rasa tanggung
jawab, kerjasama, berpikir kritis, keaktifan dalam bertanya dan keterlibatan
dalam proses belajar (Sari, 2013:12).
Weinstein & Meyer (dalam Ngalimun, 2014:166) mengemukakan
bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana
siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan menurut
Resnik (dalam Ngalimun, 2014:166) mengemukan bahwa belajar efektif
dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi,
hipotesis. Menurut Donna Meyer (dalam Ngalimun, 2014:166),
mengemukakan cara pembelajaran reciprocal yaitu informasi, pengarahan,
berkelompok mengerjakan modul, dan membaca-merangkum.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran reciprocal learning adalah kegiatan pembelajaran yang
menekankan kemampuan membaca dalam bentuk interaksi dialog antar guru
dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya mengenai segmen teks sehingga
siswa mampu memprediksi, bertanya, menjelaskan, dan merangkum.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Reciprocal Learning
Mitraikhtiar (28 Maret 2014), menjelaskan strategi-strategi model
pembelajaran reciprocal learning adalah sebagai berikut:
1) Memprediksi Pada tahap ini siswa diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperoleh di awal untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca. Kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topik dari paragraf selanjutnya.
2) Pertanyaan Tahap ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman siswa terhadap bahan bacaan. Pertanyaan timbul setelah mempelajari materi, konsep yang belum dimengerti sepenuhnya dalam materi, dan keingintahuan tentang semua hal yang berkaitan dengan materi belajar.
3) Klarifikasi/menjelaskanTahap ini siswa berusaha untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang
baru saja diajukan. Dalam hal ini diharapkan siswa tidak hanya mengucapkan kata-kata dengan benar tetapi juga memahami makna yang mendasari dari isi materi.
4) Merangkum/meringkasTahap ini siswa harus mempunyai kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut.
Menurut Silver (dalam Sari, 2013:14), langkah-langkah model
pembelajaran reciprocal learning adalah:
a) Persiapan, mempersiapkan kelompok, membagikan sumber belajar, kemudian guru menugaskan siswa untuk mempelajari secara mandiri, dan merangkum materi yang telah dipelajari.
b) Pelaksanaan, siswa mampu mempresentasikan materi yang telah dipelajari.
c) Tindak lanjut, mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang diterimanya, melalui diskusi pengembangan materi antar siswa dengan siswa, dan antar siswa dengan guru.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah untuk model pembelajaran reciprocal learning yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa berhubungan dengan
materi yang akan dipelajari untuk merangsang siswa dalam memprediksi
jawaban sebelum membuka sumber belajar.
2) Guru mempersiapkan kelompok, membagikan sumber belajar dan
menugaskan siswa untuk mempelajari materi secara mandiri.
3) Guru menyuruh siswa merangkum materi yang telah dipelajari dan
membuat pertanyaan.
4) Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempresentasikan materi yang
telah dipelajari.
5) Guru memberikan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai materi
yang telah dipelajari.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:3). Metode penelitian
eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi Eksperiment) yang
dilaksanakan tanpa kelas pembanding. Metode ini digunakan karena penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
reciprocal learning pada pembelajaran fisika siswa.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pre-test
and Post-test design, karena desain ini tidak ada kelas kontrol. Dalam desain ini
tes dilakukan dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Tes
yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut Pre-test, sedangkan sesudah
eksperimen (O2) disebut Post-test. Menurut Arikunto (2010:124), desain
penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Tabel. 3.1Desain Penelitian
Group Pre-test Treatment(variabel bebas)
Post-test(variabel terikat)
Eksperimen O1 X O2
dengan O1 adalah tes awal, O2 adalah tes akhir, dan X adalah perlakuan
yang diberikan dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal learning.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Teknik Tes
Menurut Arikunto (2010:193), tes adalah serentetan pertanyaan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes dalam penelitian ini
dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah
eksperimen (post-test). Adapun instrumen penelitian dalam bentuk tes yang
diberikan siswa berupa soal uraian sebanyak delapan butir soal. Tes ini dilakukan
bertujuan untuk menilai kemampuan kognitif siswa.
2. Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto,
2010:199). Pada penelitian ini observasi dilakukan untuk memperoleh data
aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
reciprocal learning. Pada penelitian ini data observasi diperoleh dengan
menggunakan instrumen dalam bentuk lembar observasi aktivitas belajar siswa.
D. Data Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Penelitian dengan model pembelajaran reciprocal learning ini
dilaksanakan dikelas X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo tahun pelajaran
2014/2015 yang dilakukan pada tanggal 23 Oktober sampai 22 November 2014.
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X yang terdiri dari tiga kelas
dengan jumlah 86 siswa. Berdasarkan tiga kelas tersebut, hanya diambil satu kelas
untuk dijadikan sampel penelitian yaitu kelas X.1 dengan jumlah 28 siswa untuk
mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal
learning. Sebelum melakukan pre-test terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen tes yang berfungsi untuk mengetahui kualitas soal yang digunakan.
Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas XI.IPA2 di SMK Pertanian
Negeri 2 Tugumulyo pada tanggal 23 Oktober 2014 dengan jumlah siswa yang
mengikuti tes yaitu 28 siswa pada materi hukum Newton dan penerapannya.
Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen, dari sepuluh soal yang diujikan
hanya terdapat delapan soal yang sudah memenuhi syarat validitas, daya pembeda
dan tingkat kesukaran sehingga soal dapat digunakan sebagai alat tes, baik tes
kemampuan awal (pre-test) maupun tes kemampuan akhir (post-test). Pelaksanaan
penelitian pada pertemuan pertama terlebih dahulu diadakan pre-test pada tanggal
28 Oktober yang diikuti oleh 28 siswa, bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan pada materi hukum
Newton dan penerapannya.
Setelah pre-test dilakukan, selanjutnya siswa akan diberikan perlakuan
dalam pembelajaran dengan model pembelajaran reciprocal learning pada tanggal
4 November 2014 sampai dengan 11 November 2014 yang pelaksanaannya
selama dua jam pelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran dikelas eksperimen
diikuti observasi dilakukan oleh guru fisika SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo
sebagai observer yang bernama ibu Miranty, S.Pd. Pelaksanaan untuk pemberian
tes akhir (post-test) pada tanggal 18 November 2014 yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
dengan model pembelajaran reciprocal learning selama dua kali pertemuan.
a. Deskripsi dan Analisis Data Observasi
Observasi yang dilaksanakan di kelas eksperimen bertujuan untuk melihat
aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran reciprocal learning. Observasi siswa diamati
secara individu dengan bantuan observernya yaitu peneliti dan guru fisika SMK
Pertanian Negeri 2 Tugumulyo yang bernama ibu Miranty, S.Pd. Observasi ini
dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan menggunakan lembar observasi
yang terdiri dari lima indikator yang masing-masing mempunyai dua deskriptor.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dengan menggunakan model
pembelajaran reciprocal learning pada kelas eksperimen selama pembelajaran
berlangsung, maka diperoleh data hasil observasi aktivitas belajar siswa yang
dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pertemuan Nilai Setiap Indikator % Ket.1 2 3 4 51 96,4 73,15 82,1 96,4 35,65 76,02 Baik
2 100 92,8 92,85 100 73,15 91,17 Sangat Baik
Rata-rata(%) 92,8 82,9 87,5 98,2 54,4 83,59 Baik
Keterangan:
1. Aktivitas Visual
2. Aktivitas Lisan
3. Aktivitas Mendengarkan
4. Aktivitas Menulis
5. Aktivitas Mempresentasikan
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan
pertama adalah 76,02 % dengan kategori baik dan pada pertemuan kedua rata-rata
aktivitas siswa diperoleh sebesar 91,17 % dengan kategori sangat baik. Jadi rata-
rata aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen secara keseluruhan adalah 83,78
% dengan kategori baik
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas X.1 maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran reciprocal learning memiliki aktivitas yang
baik. Data aktivitas siswa untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran C
(halaman:152 dan 156). Selain dari penjelasan tersebut, untuk mengetahui
perbandingan aktivitas siswa kelas eksperimen selama kegiatan pembelajaran
dapat dilihat melalui grafik 4.1 berikut.
1 2 3 4 50
20
40
60
80
100
120
pertemuan 1pertemuan 2
Grafik 4.1 Perbandingan Aktivitas Siswa
b. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (Pre-test)
Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi Hukum
Newton dan Penerapannya merupakan data penelitian yang diperoleh dari hasil
pre-test atau soal yang diberikan sebelum siswa mendapat pembelajaran dari guru.
Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti oleh 28
siswa yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal
learning. Soal pre-test yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari delapan
soal. Rekapitulasi hasil tes awal dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2Rekapitulasi Hasil Tes Awal (pre-test)
No Uraian Kelas Eksperimen1 Nilai Rata-rata 12,72 Nilai Terkecil 43 Nilai Terbesar 214 Rentang Nilai 175 Simpangan Baku 3,9
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata dan
simpangan baku pre-test adalah 12,7 dan 3,9. Perhitungan untuk selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran C (halaman:142). Hasil rekapitulasi pre-test
memperlihatkan bahwa semua siswa belum mencapai KKM dan dapat dinyatakan
bahwa 100% siswa tidak tuntas.
c. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (post-test)
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi hukum Newton dan
penerapannya merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Kemampuan akhir melalui post-test yang diikuti oleh 28 siswa.
Pelaksanaan post-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
setelah diberi perlakuan model pembelajaran reciprocal learning. Rekapitulasi
hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (post-test)
No Uraian Kelas Eksperimen1 Nilai Rata-rata 78,62 Nilai Terkecil 463 Nilai Terbesar 994 Rentang Nilai 535 Simpangan Baku 10,96 % Ketuntasan Hasil Belajar 79
Berdasarkan analisis hasil post-test (lampiran C halaman:160) dapat dilihat
perbedaan hasil belajar antara kemampuan awal siswa (tabel 4.2) dengan
kemampuan akhir siswa (tabel 4.3), terdapat peningkatan hasil belajar setelah
diberikan perlakuan dengan model pembelajaran reciprocal learning. Peningkatan
hasil belajar tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pre-test adalah 12,7 dan nilai
rata-rata post-test adalah 78,6. Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata
sebesar 65,9. Simpangan baku pre-test adalah 3,9 sedangkan simpangan baku
post-test adalah 10,9. Hasil rekapitulasi post-test memperlihatkan bahwa siswa
yang tidak tuntas mencapai 21 % sebanyak 6 orang dari 28 siswa dan 79 %
sebanyak 22 orang yang tuntas dari 28 siswa. Jadi, dapat dikatakan bahwa hasil
post-test siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
reciprocal learning meningkat dan mencapai KKM. Rekapitulasi selisih hasil
rata-rata pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4Rekapitulasi Selisih Hasil
Tes awal (pre-test) dan Tes Akhir (post-test)
No Uraian Pre-test Post-test SelisihPre-test dan Post-test
1 Nilai Rata-rata 12,7 78,6 65,92 Nilai Terkecil 4 46 423 Nilai Terbesar 21 99 784 Rentang Nilai 17 53 365 Simpangan Baku 3,9 10,9 7,0
Gambaran tentang data peningkatan rata-rata antara pre-test dan post-
test untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut.
Pre-test Post-test0
102030405060708090
Rata-rata
Grafik 4.2 Peningkatan rata-rata antara Pre-test dan Post-test
2. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan di SMK Pertanian Negeri
2 Tugumulyo yang terdiri dari 28 siswa kelas X.I sebagai kelas eksperimen,
terdapat peningkatan pada hasil belajar fisika siswa. Hal ini disebabkan peneliti
melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
reciprocal learning. Model pembelajaran reciprcocal learning adalah suatu
pembelajaran yang efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum,
bertanya, representasi, hipotesis dan penilaian.
Tahap pertama pembelajaran reciprocal learning yaitu menganalisis
pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal dan karakteristik siswa.
Kemampuan awal siswa diperoleh dengan memberikan pre-test, dan karakteristik
siswa dapat diperoleh melalui wawancara kepada guru yang mengajar materi
tersebut. Berdasarkan tabel 4.2 hasil perhitungan pre-test antara lain nilai rata-rata
hasil pre-test adalah 12,7, nilai terendahnya adalah 4, nilai tertingginya adalah 21
dan rentang nilai adalah 17. Melalui nilai yang diperoleh tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pada saat pre-test semua siswa (100%) tidak tuntas dan belum
mencapai KKM.
Tahap kedua menetapkan pembelajaran yang akan diperoleh dari silabus
dan kurikulum. Tahap ketiga menggunakan model pembelajaran reciprocal
learning dalam pembelajaran. Pada tahap ini, proses pembelajaran sebagai tahap
persiapan peneliti mengkondisikan kelas dan memberikan motivasi dan apersepsi
kepada siswa. Selain itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai pada materi hukum Newton dan penerapannya.
Pada pertemuan pertama dapat dilihat siswa masih kesulitan dan belum
terbiasa dalam menerapkan model pembelajaran reciprocal learning dan siswa
belum menumbuhkan kesadaran diri dalam menumbuhkan kemampuan
berpikirnya, karena ada siswa yang membaca materi tetapi tidak mau memahami
dan merangkum, pemalu, pendiam dan kurang percaya diri dalam mengemukakan
pendapat, kurang berinteraksi dengan kelompoknya. Hal ini dapat dilihat pada
saat peneliti menyuruh siswa untuk memberikan contoh penerapan hukum
Newton I, II, dan III dalam kehidupan sehari-hari. Siswa masih bingung
memberikan contoh, mendemonstrasikan menggunakan meja atau kursi dan
menyimpulkan hubungan massa, percepatan dan gaya.
Selanjutnya pada pertemuan kedua, siswa mulai tertarik dalam belajar dan
sudah terbiasa dalam membaca, memahami materi, merangkum, berbagi
informasi, mengemukakan ide dengan kelompoknya, terlibat aktif dalam
mempresentasikan materi, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
mengerjakan soal-soal yang diberikan guru dengan benar. Misalnya pada saat
guru menyuruh siswa untuk membedakan gaya normal dan gaya berat melalui
sebuah gambar dan saat guru menyuruh mengerjakan soal-soal, siswa berebut
untuk maju menjawab soal.
Tahap keempat melakukan evaluasi dengan memberikan suatu post-test.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah belajar
menggunakan model pembelajaran reciprocal learning. Berdasarkan tabel 4.3
hasil perhitungan post-test antara lain nilai rata-rata hasil post-test adalah 78,6,
nilai terendahnya adalah 46, nilai tertingginya adalah 99 dan rentang nilai adalah
53. Melalui nilai yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa pada saat post-
test ada 6 siswa (21%) tidak tuntas atau belum mencapai KKM dan 22 siswa
(79%) tuntas atau mencapai KKM.
Perbedaan hasil belajar mereka sebelum dan sesudah dapat dijadikan
indikator pembelajaran fisika dalam menerapkan model pembelajaran reciprocal
learning. Setelah diberi perlakuan yang berbeda, diperoleh rata-rata hasil pre-test
sebesar 12,7 dan rata-rata hasil post-test sebesar 78,6. Hasil post-test mengalami
peningkatan sebesar 65,9 dari hasil pre-test. Tingginya hasil belajar siswa pada
post-test disebabkan beberapa kelebihan dari penggunaan model pembelajaran
reciprocal learning diantaranya adalah (1) suasana belajar menjadi lebih aktif dan
efektif; (2) menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggungjawab; (3)
menumbuhkan kerjasama dalam kelompok; (4) menumbuhkan berpikir kritis
siswa; dan (5) menumbuhkan interaksi antara pengajar dan pembelajar.
Ketuntasan belajar secara keseluruhan terjadi karena siswa melaksanakan
kerjasama dalam kelompok, adanya interaksi antara siswa dengan siswa, siswa
dengan guru, adanya rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan ide, lebih
berpikir kritis dalam memahami materi pelajaran, dan bertanggungjawab dalam
belajar, sehingga suasana belajar lebih aktif. Selain itu juga, dalam pembelajaran
reciprocal learning peran siswa sangat penting dalam proses pembelajaran,
sebelum mempresentasikan siswa berusaha menguasai dan memahami materi
yang dipelajari sehingga proses belajar lebih bermakna bagi siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi
hasil belajar fisika setelah diterapkan model pembelajaran reciprocal learning
dalam pembelajaran fisika di kelas X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo secara
signifikan tuntas dapat diterima kebenarannya. Hasil belajar siswa memenuhi
kriteria peningkatan nomor (2) oleh Nuraeni yaitu apabila secara statistik hasil
belajar siswa dengan menggunakan model reciprocal learning menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dan pemahaman setelah
pembelajaran
Hasil penelitian ini didukung oleh temuan peneliti di lapangan selama
proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal
learning, siswa terlihat aktif dan berpikir kritis. Siswa cenderung siap mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan membaca, mempelajari dan merangkum materi
yang akan dibahas dikelas. Selain temuan dilapangan penelitian ini juga didukung
oleh penelitian sebelumnya oleh Ria Sari yang menyatakan bahwa model
pembelajaran reciprocal learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar fisika setelah diterapkan model pembelajaran reciprocal learning dalam
pembelajaran fisika di kelas X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo secara
signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar fisika sebesar 78,6 dengan persentase
jumlah siswa yang tuntas mencapai 79%.
Aktivitas siswa pada proses pembelajaran fisika dengan menggunakan
model pembelajaran reciprocal learning memiliki aktivitas belajar siswa yang
baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata aktivitas siswa pada setiap
pertemuan. Pada pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa sebesar 76,02% dan
pada pertemuan kedua sebesar 91,17%. Jadi rata-rata aktivitas siswa secara
keseluruhan adalah 83,78% dengan kriteria baik.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut:
a. Model pembelajaran reciprocal learning perlu disosialisasikan agar dapat
digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika agar siswa lebih aktif
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan untuk ketuntasan hasil belajar.
b. Model pembelajaran reciprocal learning ini perlu diterapkan pada materi
yang lain sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan memaksimalkan
hasil pembelajaran.
c. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adybudiman.2011.Macam-macam Metode dalam Mengajar. [online] http://adybudiman.blogdetik.com/2011/08/31/ macam-macam metode dalam mengajar/. 28 Maret 2014
Arikunto, Suharsim. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyanti dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta.
Giancoli, Douglas.2001.Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta:Erlangga.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mitraikhtiar.2014.Reciprocal Learning. [online] http:// mitraikhtiar. blogspot .Com/ 2012/12/reciprocal –learning-pengajaran-timbal.html. [28 Maret 2014]
Meltzer, David E. 2002. The Relationship Beetwen Mathematic Preparation and Concept Learning Gain in Physics: A. Possible “Hidden Variabel” in Diagnostic Pretest Score. American Journal of Physics, 70 (12), 1259-1267. [7 Maret 2014].
Moeliono.2011. Peningkatan Hasil Belajar. [online] http://www.scribd.com/doc/67 970579/Bab-II-Skripsiku . [24 April 2014]
Nurachmandani.2009.Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Nuraeni et. Al.2012. Kriteria Peningkatan Hasil Belajar. [online] http://eprints.uny .ac.id/8472/3/bab%20-08511244018.pdf [28 April 2014]
Ngalimun.2014.Strategi dan Model Pembelajaran.Banjarmasin: Rineka Cipta
Purwanto, Ngaliman. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:Rajawali Pers.
Saputra, Azmir. Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Materi Energi Siswa Kelas VIII SMP Negeri Bingin Teluk Tahun Pelajaran 2011/2013. Lubuklinggau: Tidak Diterbitkan.
Sari, Ria.2013. Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Learning Pada Mata Pelajaran Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2012/2013. Lubuklinggau :Tidak Diterbitkan.
Serway dan Jewett.2009. Fisika untuk Sains dan Teknik Jakarta:Salemba Teknika
Slameto.2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana.2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sukardi. 1987. Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sumantri. 2014. Model Pembelajaran: Kelebihan dan Kekurangan Model Reciprocal Learning. [online] http://thsumantri.blogspot.com/2014/05 /model -pembelajaran-kelebihan-dan.html . [26 April 2015]
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima
Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Susetyo, Budi. 2012. Statistika untuk analisis data penelitian dilengkapi dengan SPSS dan Ms. Office Excel. Jakarta: PT. Refika Aditama.
Trianto.2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wati, widya.2010. Makalah Model Pembelajaran dibuat untuk memenuhi mata kuliah Konsentrasi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana. Padang, November.