26. reciprocal dan jigsaw

Download 26. Reciprocal Dan Jigsaw

If you can't read please download the document

Upload: ridwan-nyikuza

Post on 28-Sep-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

trjjtrgdfkuyfgsrtdyk

TRANSCRIPT

21

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Perkembangan dan perubahan pendidikan yang maju menuntut kita untuk mempersiapkannya dengan matang pula, tenaga pengajar dituntut untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan pengetahuan, ketrampilan dan keahlian (Yamin, 2010). Mengajar adalah usaha untuk membuat siswa belajar yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran (Djamarah dan Zain, 2006). Dalam hal ini guru diharapkan mampu mengenal kepribadian peserta didik sesuai tahap perkembangan psikologi pendidikan masing masing peserta didik.Peserta didik adalah individu yang unik oleh karena itu guru harus mempunyai kemampuan untuk mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan multisumber, multimedia, dan multimetode. Penggunaan variasi dalam pengajaran ditujukan untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa karena pembelajaran yang monoton, dengan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan optimal, sehingga siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.Dalam kegiatan pembelajaran proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif di dalamnya. Karena itu guru harus mampu memilih metode dalam proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk memperoleh pengetahuan bukan hanya sebagai penerima berbagai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Yamin (2010), metode pembelajaran yang digunakan guru sangat mempengaruhi tercapainya sasaran belajar, oleh sebab itu guru perlu memilih metode yang tepat dari sekian banyak metode pembelajaran, jangan metode itu digunakan berdasarkan kebiasaan, akan tetapi berdasarkan materi dan sasaran yang akan dicapai.2

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMA Swasta YPKK Ajamu, terdapat keterbatasan guru dalam mengajarkan materi biologi kepada siswanya. Seperti model pembelajaran yang belum bervariasi. Hal ini dapat terlihat pada saat proses belajar mengajar, biasanya menggunakan model pembelajaran konvesional yang bersifat satu arah satu arah saja. Hal ini menyebabkan siswa kurang dapat mengingat materi tersebut dalam jangkau waktu yang lama karena dengan hanya melihat dan mendengar guru saja kemungkinan hanya 20% materi yang dapat diserap dan diingat oleh siswa. Selain dengan menggunakan metode ceramah, metode lain yang biasa digunakan yaitu metode diskusi, namun pada saat metode diskusi ini digunakan hanya sebagian siswa saja yang aktif berperan, sementara sebagian lainnya dalam kelompok diskusi kurang aktif.Selain model pembelajaran, media pembelajaran juga kurang memadai dan, alokasi waktu pembelajaran biologi yang hanya dapat dilakukan pada saat jam pembelajaran saja . Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi. Berdasarkan data yang dilihat dari DKN (daftar kumpulan nilai) menunjukkan persentase siswa yang mencapai nilai 65 yaitu nilai ketuntasan minimal (KKM) di sekolah tersebut masih rendah. Persentase siswa yang dinyatakan tuntas pada semester II di kelas X-1 yang berjumlah 33 orang siswa hanya 53,8% atau sebanyak 18 orang sedangkan persentase siswa yang tidak tuntas sejumlah 46,2% atau 15 orang siswa. Banyaknya siswa yang tidak mencapi nilai KKM membuat guru harus melakukan remedial.Dari paparan masalah diatas untuk meningkatkan rata-rata nilai siswa dan keaktifan siswa dalam proses belajar maka perlu diadakan perubahan-perubahan dalam perencanaan pembelajaran sehingga siswa merasa tertarik untuk mempelajari biologi. Penerapan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara untuk mengatasi rendahnya pencapaian hasil belajar siswa, karena pada model pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan temannya untuk mencapi tujuan pembelajaran, sementara guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Menurut Davidson dan Kroll dalam Hobri dan Susanto (2006), belajar kooperatif adalah3

kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar berbentuk kelompok kecil, sehingga siswa dapat saling berbagi ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelasaikan tugas akademik.Pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, salah satunya adalah jigsaw. Menurut Nurhadi menjelaskan bahwa jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran yang fleksibel. Jigsaw dapat memupuk saling ketergantungan siswa yang satu dengan yang lainnya dan lebih bertanggung jawab dalam menguasai materi yang diajarkan. Model pembelajaran jigsaw merupakan model kooperatif, dengan siswa belajar 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Keunggulan pembelajaran jigsaw yaitu adanya kelompok asal dan kelompok ahli sehingga meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain sehingga siswa dapat mengingat materi pembelajaran lebih lama dan meningkatkan hasil belajar..Dalam pembelajaran kooperatif dikenal juga beberapa pendekatan pembelajaran, salah satunya model Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik). Melalui metode ini siswa diharapkan mampu belajar, mengingat, berpikir, dan memotifasi diri. Sintaks pokok dalam metode Reciprocal Teaching ini ialah mengajak siswa untuk berpikir kritis dan kreatif baik secara mandiri maupun kelompok, dan mempersiapkan diri jika sewaktu waktu guru menunjuk siswa untuk tampil di depan kelas. Metode ini juga berperan dalam konteks tukar menukar pengetahuan, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antar siswa dengan guru maupun memprediksikan persoalan selanjutnya sehingga hasil belajr siswa dapat meningkat. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Mansyur (2010) yang menyatakan bahwa melalui Reciprocal Teaching yang diterapkan pada mahasiswa angkatan 2008, menunjukkan bahwa hasil belajar mata kuliah geometri meningkat, disamping itu Reciprocal Teaching juga dapat digunakan untuk melatih4

ketrampilan mengajar calon tenaga kependidikan. Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Warouw (2010) menunjukkan bahwa Reciprocal Teaching dapat diterapkan dalam pembelajaran sains biologi karena berpengaruh dalam meningkatkan metakognitif dan hasil belajar biologi baik pada siswa berkemapuan akademik tinggi maupun akademik rendah.Dari latar belakang masalah di atas, peneliti perlu untuk melaksanakan penelitian dengan judul : Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) Dengan Jigsaw Pada Materi Pokok Virus Di Kelas X SMA Swasta YPKK Ajamu Tahun Pembelajaran 2014/2015

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yakni :

1. Nilai KKM siswa rendah

2. Nilai KKM rendah sebab hasil ulangan harian siswa rendah

3. Kemampuan mengingat siswa rendah

4. Dalam proses belajar mengajar siswa belum dapat mengingat dalam waktu lama

5. Dalam metode belajar ceramah, kegiatan siswa hanya melihat dan mendengar guru. Jika siswa hanya melihat dan mendengar maka materi yang terserap hanya 20% saja.

1.3. Batasan Masalah

Permasalahan hanya dibatasi pada :

1. Materi pelajaran dibatasi pada materi pokok virus

2. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas X-1 dan X-2 SMA Swasta YPKK Ajamu5

3. Parameter penelitian dibatasi pada hasil belajar dan persentase ketercapaian KKM yang berlaku untuk mata pelajaran biologi di SMA Swasta YPKK Ajamu Tahun ajaran 2014/20151.4. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini adalah pengujian keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) dan Jigsaw pada materi pokok virus di kelas X SMA Swasta YPKK Ajamu

1.5. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) dan jigsaw pada materi pokok virus dapat mencapai KKM?2. Apakah terdapat perbedaan persentase siswa yang mencapai KKM pada model pembelajaran kooperatif tipe Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) dengan Jigsaw dan pada materi pokok virus?

1.6. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan hasil belajar siswa dari pembelajaran yang yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) dan jigsaw pada materi pokok virus2. Untuk mendapatkan persentase ketercapaian KKM yang lebih baik sehingga diperoleh model pembelajaran yang paling efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan/atau persentase ketercapaian KKM yang lebih efektif

1.7. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritisHasil penelitian ini jika dipublikasikan ke jurnal ilmiah akan memperkuat teori yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif6

2. Manfaat praktis

Memberikan informasi pengalamam praktis penerapan pembelajaran aktif yang dapat dijadikan praktek, baik untuk diadopsi, diterapkan, dan dimodifikasi oleh guru khususnya mata pelajaran biologi

1.8.. Defenisi Operasional

Tujuan menghindari pemahaman yang berbeda terhadap variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut didefenisiskan sebagai berikut:1. Pembelajaran kooperatif tipeReciprocal Teachingadalah model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran biologi, khususnya virus di kelas X SMA Swasta YPKK Ajamu, dimana pada pembelajaran tersebut siswa melakukan pemodelan perilaku guru, yaitu siswa akan belajar untuk merangkum, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasikan dan memprediksi soal di dalam kelompoknya.2. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah adalah model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran biologi, khususnya virus di kelas X SMA Swasta YPKK Ajamu, dimana pada pembelajaran tersebut terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain3. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa dari post test yang dilakukan diakhir pembelajran materi virus, baik dengan menggunakan metode Reciprocal Teaching dan Jigsaw7

4. Persentase pencapaian KKM adalah persentase siswa yang memperoleh nilai 65 (KKM materi virus, mata pelajaran bologi kelas X SMA Swasta Santo Yoseph tahun pembelajran 2014/20158

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kerangka Teoritis

2.1.1 Teori-Teori Belajar

Teori merupakan perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan kausalitas dari proposisi-proposisi. Ibarat bangunan, teori tersusun secara kausalitas atas fakta, variabel/konsep, dan proposisi.Fungsi teori dalam konteks belajar adalah:

a. Memberi kerangka kerja konseptual untuk suatu untuk suatu informasi belajarb. Memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran c. Mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajard. Mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang

e. Mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar. Fungsi teori belajar sebagai pisau analisis berbagai pisau analisis berbagai fakta dan fenomena belajar (Suprijono,2010)

2.1.1.1.Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget,dan VygotskyMenurut Nur dalam Trianto (2009), salah satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan9

memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Trianto, 2009).

2.1.1.2. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Menurut Dahar, inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Yakininilah ini dan ajarlah ia demikian. Pernyataan inilah yang menjadi inti dari teori belajar Ausubel. Dengan demikian agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan denga konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana siswa sebelumnya untuk suaru penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Trianto, 2009).

2.1.1.3. Teori Pembelajaran Sosial

Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Bandura mengembangkan model deterministic resiprokal yang terdiri tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekan pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan perilaku dan pada proses-proses mental internal.Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan, lingkungan-lingkungan itu kerap10

kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Inti dari pembelajran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.Adapun ciri-ciri teori pemodelan Bandura adalah sebagai berikut: a. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruanb. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan dan nilai

c. Pelajarmenirusuatukemampuandarikecakapanyang didemonstrasikan guru sebagi modeld. Pelajar memperoleh kemampuan jika mmeperoleh kepuasan dan penguatan yang positife. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai diakhiri dengan pengatan yang positif.Menurut teori belajar social, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap, yaitu: perhatian, mengingat, reproduksi gerak dan motivasia. Perhatian (Attention)

Subjekharusmemperhatikantingkahlakumodeluntukdapat mmepelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap dan lain-lain yang dimiliki.b. Mengingat (Retention)

Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.c. Reproduksi gerak (Reproduction)

Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkah laku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku11

d. Motivasi

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura Karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subjek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2007).Menurut Davidson dan Kroll dalam Hobri dan Susanto (2006), Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar berbentuk kelompok kecil, sehingga siswa dapat saling berbagi ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik. Menurut Slavin dalam Hobri dan Susanto (2006), belajar kooperatif sesuai dengan paradigma bahwa disamping sebagi mahluk individual, manusia juga membutuhkan kerja sama dengan orang lain. Jelasnya belajar kooperatif tidak hanya bertujuan memahamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari namun lebih untuk saling bekerjasama, saling memahami, saling berbagi informasi, saling membantu antar kelompok, dan bertanggung jawab terhadap sesama teman kelompok untuk keberhasilan individu namun juga keberhasilan kelompok. Dari pemikiran itulah, dalam belajar kooperatif siswa belajar dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen dari segi gender, etnis, dan kemampuan akademik untuk saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama.Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren dalam Isjoni (2007) sebagai berikut: (1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka bekerja bersama-sama/ ikut serta, (2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung12

jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, (3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama (4) Para peserta membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok, (5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok, (6) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berperan terhadap evaluasi kelompok, (7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2.1.2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Ada enam langkah utama atau tahapan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim-tim belajar tahap ini diikuti bimbingan guru saat siswa bersama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.Tabel 2.1. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif

Langkah

Indikator

Tingkah Laku Guru

Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Langkah 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

13

Langkah

Indikator

Tingkah Laku Guru

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Langkah 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Langkah 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Langkah 6

Memberi penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(Trianto, 2009)

2.1.2.2. Model Kooperatif Tipe Reciprocal Teaching

Pengajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan metode pengajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan, yang mana ketrampilan-ketrampilan metakognitif diajarkan melalui pengajarna langsung dan permodelan oleh guru untuk mmeperbaiki kinerja membaca siswa yang pemahaman membacanya rendah. Dalam pembelajaran harus memperhatikan tiga hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir dan memotivasi diri.Untuk memujudkan belajar efektif, cara pembelajran resiprokal, yaitu informasi, pengarahan, berkelompok, mengerjakan LKSD-modul, membaca-14

merangkum. Sehingga belajra efektif, yaitu dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi dan hipotesa.Prosedur pengajaran terbalik yaitu: (a) membagikan bacaan pada hari ini, (b) menjelaskan bahwa anda akan bertindak sebagia guru pada bagian pertama bacaan, (c) meminta siswa membacakan bagian yang telah ditetapkan, (d) setelah membaca, siswa disuruh melakukan permodelan, (e) meminta siswa membuat komentar tentang pengajaran guru, (f) siswa yang lain membaca dalam hati bagian yang lain, (g) memilih salah satu siswa yang berperan sebagai guru, (h) membimbing siswa yang berperan sebagai guru, dan (i) mengurangi bimbingan siswa yang berperan sebagai guru (Suyatno, 2009).Menurut Trianto (2010) menyatakan bahwa sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) terlebih dulu guru memperkenalkan Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) kepada peserta didik. Pada awal penerapan pengajaran terbalik guru memberitahukan akan memperkenalkan suatu metode belajar, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedurnya. Selanjutnya mengawali pemodelan dengan membaca satu paragraf suatu bacaan, kemudian menjelaskan dan mengajarkan bahwa pada saat atau selesai terdapat kegiatan yang harus dilakukan yaitu:1. Memikirkan pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca bekenan dengan wacana dan memastikan bisa menjawabnya.2. Membuat ikhtisar/rangkuman tentang informasi terpenting dari wacana. 3. Memprediksi/meramalkan apa yang mungkin akan dibahas selanjutnyaa.4. Mencatat apabila ada hal hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa apakah kita bisa berhasil membuat hal hal tersebut berhasil.Pada tahap berikutnya setelah siswa berhasil memahami keterampilan di atas, guru akan menunjuk seorang siswa untuk menggantikan perannya mengajar di depan kelas dan setiap siswa yang lain akan diberikan kesempatan selanjutnya. Guru berperan sebagai mediator, fasilitator, yang memberi kemudahan dan bimbingan kepada peserta didik dan menjaga siswa jika mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar di kelas.15

Ada beberapa keunggulan dalam penggunaan metode kooperatif tipe Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) di sekolah :1. Pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara ekplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.2. Pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa agar menantang siswa berfikir kritis dan kreatif.3. Pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) memberi siswa kesempatan untuk kreatif dan imajinatif tentang pengalamannya dalam kegiatan proses belajar.4. Pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.5. Pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka dalam mengungkapkan dan mengidentifikasi perubahan gagasan.6. Pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) memberikan lingkungan belajar yang kondusif untuk mendukung siswa dalam mengungkapkan gagasan, kemampuan menyimak dan berfikir kreatif dan imajinatif.Menurut Warouw (2010) salah satu keungulan dari Reciprocal Teaching adalah adanya aktivitas merangkum. Aktivitas ini menuntut siswa untuk memahami kata-kata kunci dan mengenali informasi penting yang terdapat di dalam materi pelajaran maupun dari hasil diskusi dengan siswa lainnya. Siswa yang membuat rangkuman dengan diawali pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengungkap fokus, serta makna yang terkandung di dalam materi pembelajaran.Menurut Palincsar (2000) dalam Suratno, kegiatan menyusun pertanyaan merupakan usaha untuk memperoleh beberapa informasi. Kegiatan memprediksi melatih siswa mengambil keputusan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi siswa misalnya menjawab pertanyaan. Kegiatan mengklarifikasi melatih siswa mengidentifikasi informasi. Siswa yang tidak menemukan jawaban pada16

sesi klarifikasi akan mencari sumber lain yang mendukung misalnya kembali membaca bacaan yang ada atau sumber lain.Dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran diharapkan dapat memberi pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang baik akan memberikan hasil belajar yang baik kepada siswa begitu juga sebaliknya, pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat akan memberikan hasil belajar yang kurang baik kepada siswa.Untuk itu diharapkan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) dapat memberikan hasil belajar yang maksimal bagi para peserta didik.

2.1.2.3. Model Kooperatif Tipe Jigsaw

Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et ai sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini bias digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Dalam tenik ini siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi (Lie, 2010).Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawabataspenguasaanbagianmateribelajardanmampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lainMenurut Suyatno,strategi jigsaw banyak melibatkan komunikasi antar siswa baik dalam kelompok ahli maupun dalam kelompok asal. Siswa secara bergantian dapat berperan sebagai tutor dalam kelomopok asal. Menurut Slavin (1995) pada strstegi jigsaw siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan17

kelompok lain hal ini memiliki keuntungan yaitu membuat ahli menjadi pemilik informasi yang unik. Siswa dalam kelompok mempunyai peran dan kontribusi yang unik.Langkah-langkah pembelajaran jigsaw menurut Suyatno (2009) adalah sebagai berikut:a) Siswa dikelompokkan dalam 4 tim.

b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskand) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli), untuk mendiskusikan subbab mereka.e) Setelah selesai diskusi sebagi tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.f) Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi g) Guru memberi evaluasih) Penutup

Menurut Ibrahim (2000 dalam Reynold 2008), Kelebihan penggunaan tipe jigsaw adalah :-Karena masing-masing siswa diberi tanggung jawab pribadi tiap kelompok, maka siswa dapat belajar bertanggung jawab dan lebih memahami batasan yang didiskusikan.-Siswa lebih aktif, kreatif dan tanggap dalam belajar.

-Dapat menjalin kerja sama yang baik antara teman-teman karena para siswa dihadapkan oleh tujuan-tujuan yang heterogen dalam kelompok asal dan kelompok ahli.-Memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.

-Hasil diskusi muda dipahami dan dilaksanakan karena para siswa ikut aktif dalam pembahasan sampai kesuatu kesimpulan.18

-Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu seperti semangat toleransi, demokratis, kritis dalam berpikir.Menurut Ibrahim (2000 dalam Reynold 2008), kekurangan penggunaan tipe jigsaw adalah :-Waktu yang dibutuhkan lebih banyak.

-Pada setiap pembagian kelompok biasanya siswa ribut dan kelas akan kurang kondusif.-Tidak dapat digunakan pada semua pokok bahasan.

2.1.3. Kaitan Materi Ajar Virus Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Virus merupakan salah satu materi ajar biologi yang memiliki peranandalam kehidupan manusia. Seringkali saat mendengar kata virus, kita akan mengkaitkannya dengan penyakit. Begitu pula dengan siswa, saat belajar tentang virus tentang virus tentu banyak hal yang diketahuinya dalam kehidupan sehari-hari baik itu tentang penyakit yang pernah dialaminya, informasi dari media cetak atau elektronik ataupun kabar yang diketahuinya di dalam bermasyarakat.Informasi ataupun pengetahuan yang siswa dapatkan itu, seringkali tidak dapat dibahas atau didiskusikan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang dilakukan di sekolah yaitu model konvensional contohnya ceramah. Dimana pada saat pengajaran dengan berceramah, siswa hanya menerima pelajaran yang diperoleh dengan cara melihat ataupun mendengarkan penjelasan guru. Seringkali ide-ide kreatif ataupun pengetahuan yang diketahui oleh siswa tidak dapat dikemukakan di depan kelas. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat menampung semua ide, ataupun pengetahuan yang diketahui oleh siswa dan dapat dibagikan kepada siswa lainya.Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan menggunakan model kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, ide utamanya adalah siswa bekerja sama untuk belajar bertanggung jawab pada kemajuaan belajar temannya. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa untuk19

berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun guru. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama khususnya materi virus. Dengan begini,maka semua hal yang diketahui oleh siswa mengenai virus dapat dibagikannya kepada siswa lainya. Hal ini akan mebuat siswa dapat mengingat meteri virus dalam jangka waktu yang lama.

2.2.Kerangka Berpikir

Keberhasilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran dipengaruhi oleh kemampuan guru untuk menghubungkan konsep materi pelajaran yang diajarkan dengan pengalaman sehari hari. Penggunaan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar merupakan strategi yang diperlukan dalam kelas untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif.Pembelajaran kooperatif pada dasarnya menekankan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya disekolah sepenuhnya menuntut adanya kerja sama dan saling membantu antara siswa dalam menyelesaikan suatu masalah, adanya tanggung jawab yang besar pada setiap siswa. Pembelajaran kooperatif membantu menggembangkan tingkah laku kerja sama dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, dan secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademik mereka, dimana siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman yang lain dari pada memperoleh informasi dari guru. Masing masing siswa diberikan kesempatan memberikan gagasan, ide, tanggapan maupun pertanyaan pada saat proses pembelajaran berlangsung.Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang baik diterapkan. Dengan menerapkan model ini materi pelajaran biologi dapat dipelajari siswa denga rileks dimana setiap siswa saling membantu menuntaskan materi. Hal ini diharapkan dapat membuat hasil belajar biologi siswa meningkat.20

Salah satu metode kooperatif yang digunakan ialah metode kooperatif tipe Reciprocal Teaching, pada tipe pembelajaran ini siswa dituntun untuk berpikir kritis baik secara mandiri maupun kelompok dan mempersiapkan diri jika sewaktu waktu guru menunjuk siswa untuk tampil di kelompok untuk berperan sebagai guru. Metode ini juga berperan dalam konteks tukar menukar pengetahuan, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antar siswa dengan guru maupun memprediksikan persoalan selajutnya. Dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Reciprocal Teaching siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasikan semua ilmu pengetahuan yang mereka peroleh dari pemahaman konsep, pengalaman sehari hari atau bahakan dari pengamatan kejadian yang mereka temui di lingkungan sekitarnya sehingga siswa dapat berpikir kreatif dalam pembelajaran tidak hanya berfokus pada informasi yang diberikan oleh guru.Model pengajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pengajaran dimana siswa dibagi dalam dua kategori yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok ahli yaitu siswa dari kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan memahami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topik kemudian dijelaskan kepada kelompok asal.Hasil belajar adalah kemampuan anak yang diperoleh setelah mengalami pembelajaran dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipereciprocal teaching dan jigsaw.

Peneliti membuat skema kerangka berfikir sederhana mengenai perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe jigsaw dan reciprocal teaching pada materi pokok virus. Di bawah ini digambarkan skema kerangka konseptual sehubungan dengan penelitian penelitian yang akan dilakukan.21

Model Pembelajaran

Kooperatif RT

Kooperatif

Siswa

Siswa

Hasil Belajar

Gambar 2.4. Skema Kerangka Konseptual Penelitian

2.3. Rumusan Hipotesis

2.3.1 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :Ho : m1 = m2: Tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara model pengajaran kooperatif tipe Reciprocal Teaching dengan tipe Jigsaw pada materi pokok virus di kelas X SMA Swasta YPKK Ajamu Tahun Pembelajaran 2014/2015.Ha : m m2 : Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara model pengajaran kooperatif tipe Reciprocal Teaching dengan tipe Jigsaw pada materi pokok virus di kelas X SMA Swasta YPKK Ajamu Tahun Pembelajaran 2014/2015.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Swasta YPKK Ajamu pada semester II Tahun Pembelajaran 2014/2015 dan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan April 2015 s/d Juni 2015.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta YPKK Ajamu yang berjumlah 96 orang.Sampel penelitianpertama dilakukan dengan menggunakan sampel kelompok (Cluster sample) yang sudah dilakukan menurut pengelompokan oleh sekolah sehingga diperoleh 3 kelas, kemudian diambil secara sampling acak (random sampling) untuk mendapatkan kelas yang akan diberikan perlakuan. Hal ini disebabkan keseluruhan kelompok kelas memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian dengan demikian yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas X-1 yang berjumlah 33 orang siswa sebagai kelas Reciprocal Teaching dan kelas X-2 yang berjumlah 33 orang siswa sebagai kelas Jigsaw.

3.3.Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran terbalik) dan tipe jigsaw pada materi virus dalam proses belajar mengajar.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi pokok virus.

3.4.Rancangan Penelitian

Untuk memberikan arahan yang jelas tentang maksud dari penelitian ini, berikut ini disajikan tabel rancangan penelitian.23

Tabel 3.1. Skema Rancangan Penelitian

Kelompok

Pretes

Perlakuan

Post-tes

Reciprocal teaching

T1

X1

T2

Jigsaw

T1

X2

T2

Keterangan : T1= PretesT2= Post tesX1= Pembelajaran dengan model kooperatif tipe reciprocal teaching X2= Pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw

3.5. Prosedur Penelitian 3.5.1. Tahap Persiapan1. Mengadakan observasi ke sekolah

2. Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Menyusun instrumen penelitian

3.5.2. Tahap pelaksanaan 1. Mengadakan pretesTujuan dilakukan pretes adalah untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa tentang virus sebelum memberikan penjelasan pada siswa tentang tujuan pengajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Reciprocal Teaching dan model kooperatif tipe jigsaw.2.Melaksanakan pengajaran

Menyampaikan pelajaran didua kelas dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching tipe dan tipe jigsaw.3.Mengadakan postes

Setelah menyampaikan materi diadakan post-tes dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan reciprocal teaching.

3.6. Instrumen Pengumpulan Data24

Penelitian ini menggunakan test sebagai instrumen penelitian.Sebelum memulai pelajaran terlebih dahulu dilakukan pre-test kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal. Kemudian setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan post- test. Tes yang digunakan dalam penelitian ini ialah tes dalam bentuk pilihan berganda (Multiple Choice) yang terdiri dari 5 kemungkinan jawaban (a,b,c,d,e) dengan jumlah skor yang benar 1 dan jumlah skor yang salah 0. Kemungkinan jawaban (Option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban sedangkan kemungkinan jawaban yang lain adalah beberapa pengecoh (Distractor) menurut Arikunto (2009) dengan kisi kisi sebagai berikut :

Tabel 3.3. Kisi-kisi soal tes materi pokok virus

No

Materi Pokok Virus

Aspek kognitif/ No.soal

Juml ah

C1

C2

C3

C4

C5

C6

1

Mengidentifikasi ciri-ciri virus

9

10

1, 19

16

5

2

Menjelaskan cara replikasi virus

8, 14, 20

11, 12, 24

6

3

Menjelaskan peranan virus yang menguntungkan dan merugikan

13, 17

4, 22, 25

3, 5, 18, 21, 23,

2, 7, 15

6

14

Jumlah

6

7

7

4

1

-

25

3.6.1. Validitas Tes

Untuk menentukan validitas tiap butir soal (item) digunakan rumus

product moment sebagai berikut:({(}{}r =NXY -( X)( Y)xyNX 2 - X)2 NY2 - Y)2(Arikunto, 2007:72)

Dimana:

rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y25

x = skor yang diperoleh siswa untuk tiap nomor soal y = skor totalN= jumlah sampel

Untuk keberartian harga validitas tiap item maka harga tersebut dikonfirmasikan kedalam tabel keharga kritik product moment dengan kriteria soal valid jika rhitung > rtabel (Arikunto, 2007:75).Adapun kriteria validitas sebagai berikut:

0.000 < rxy 0.200 0.200 < rxy 0.400 0.400 < rxy 0.600 0.600 < rxy 0.8000.800 < rxy 1.000 validitas sangat rendah

validitas rendah validitas cukup validitas tinggivaliditas sangat tinggi

3.6.1. Reliabilitas Tes

Untuk menentukan reliabilitas tes dipakai rumus Kuder Richardson (KR20):

r = n S2 -pq 11n-1S2

Dimana:

r11= reliabilitas tes secara keseluruhan

p= proporsi siswa menjawab dengan benar q= proporsi siswa menjawab dengan salah pq= jumlah hasil perkalian antara p dan qS= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) n= jumlah butir soalTingkat reliabilitas soal digunakan skala yang dikemukakan sebagai berikut:

Tabel: 3.4. Klasifikasi indeks reliabilitas soal

No

Indeks Reliabilitas

Klasifikasi

1

2

0.0 r11 0.20 0.20 r11 0.40

sangat rendah

rendah

26

3

4 5

0.40 r11 0.60 0.60 r11 0.80 0.80 r11 1.00

sedang

tinggi sangat tinggi

(Arikunto, 2007:100)

3.6.2. Taraf Kesukaran

Untuk menentukan taraf kesukaran digunakan rumus sebagai berikut:

BP = JS Dimana:

P= indeks kesukaran

B= banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan benar JS= jumlah seluruh siswa peserta tes.Penafsiran terhadap angka indeks kesukaran item dikemukakan sebagai berikut:

Tabel 3.5. Indeks Kesukaran

No

P

Indeks Kesukaran

1 2 3

0,00 0,30 0,31 0,70 0.71 1,00

Sukar sedang mudah

(Arikunto, 2007:208)

3.6.3. Daya Beda (D)

Untuk menghitung daya beda soal digunakan rumus:

ABJJD = P -P = BA - BB A B

Dimana:

D = daya beda soal27

J= jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawahBA =banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benarPB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar Indeks daya beda soal dapat diklasifikasikan seperti tabel berikut:

Tabel 3.6. Klasifikasi indeks daya beda soal

No

Indeks daya beda (D)

Klasifikasi

1 2 3 4

0.0 0.20 0.21 0.40 0.41 0.70 0.71 1.00

Jelek Cukup BaikBaik sekali

(Arikunto, 2007:213)

3.7. Teknik Analisis Data

3.7.1. Uji Normalitas dan Homogenitas 1. Uji NormalitasUntuk menguji apakah sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas liliefors. Langkah-langkah sebagai berikut (Sudjana, 2001:466):Untuk menguji apakah sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas liliefors. Langkah-langkah sebagai berikut:a. Pengamatan x1, x1, ....., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ..., zn dengan menggunakan rumus:

SZi = Xi - X

X = Rata-rata sampel S = Simpangan bakub. Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunkan tabel daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi).28

c. Selanjutnya menghitung proporsi Z1, Z2, ..., Zn yang lebih kecil atau sama dengan z1, jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:S =banyaknyaZ1,Z2 ,....,Zn Zi Zind. Menghitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya.

e. Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut, sebutkan harga ini sebagai Lhitung. Bandingkan Lhitung dengan Ltabel (a = 0,05).f. Untuk menerima dan menolak hipotesis nol, kita bandingkan nilai Lo dengan nilai kritis L uji liliefors dengan taraf signifikan 0,05 dengan kriteria pengujian:JikaLo < Ltabel maka sampel berdistribusi normal.

JikaLo >Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal.

2. Uji homogenitas

Untuk mengetahui apakah varians sampel mempunyai varians yang sama atau homogen digunakan uji homogenitas menggunakan rumus sebagai berikut:

21SF = S22(Sudjana, 2001:261)

Dimana:

2S1 = varians terbesar data

2S2 = varians terkecil data

Kriteria pengujian adalah ditolak Ho jika Fhitung a (v1,v2) dimana Fa (v1,v2) didapat dari daftar distribusi frekuensi dengan peluang = 0,05, sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut rumus diatas.

3.7.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t dengan taraf signifikan = 0,05, dengan derajat kebebasan (dk)=n1+n22.11S =29

t = X1 - X2 S n1 + n2Dimana:

222(n1 -1)S1 +(n2 -2)S2n1 + n2 -2(Sudjana, 2001:239)

X1= Skor rata-rata kelas yang menggunakan metode kooperatif tipe reciprocal teaching

X2= Skor rata-rata kelas yang menggunakan metode kooperarif tipe jigsaw n1= Jumlah sampel (tipe reciprocal teaching)n2= Jumlah sampel (tipe jigsaw)

2S1= Varians kelas (tipe reciprocal teaching)

2S2= Varians kelas (jigsaw)

S = Standard deviasi gabungan dari kedua kelas sample Pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut:Harga thitung dibandingkan dengan harga ttabel pada tabel distribusi t. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, dimana ttabel (t0,95) didapat dari daftar distribusi t dengan dk=(n1+n2 -2) dan peluang = 0,05.