mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. artikel.docx · web...

27

Click here to load reader

Upload: vokhanh

Post on 02-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH DAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH KELAS VIII SMP NEGERI O. MANGUNHARJO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ARTIKEL ILMIAH

oleh:

Nama : KustadinNIM : 4009025Prodi : Pendidikan MatematikaDosen Pembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd.

2. Rani Refianti, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU2016

Page 2: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH DAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH KELAS VIII SMP NEGERI O. MANGUNHARJO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

By Kustadin1, Anna Fauziah2, Rani Refianti3

ABSTRACT

This thesis entitled “Comparison of Mathematics Learning Outcomes Between of Active Learning Model Type Index Card Match and Cooperative Learning Model Type Make A Match In The Eight Grade Students SMP Negeri O. Mangunharjo In the academic Year of 2013/2014”. The problem of this study was the following student learning outcomes of learning mathematics through active learning model of Index Card Match significantly better learning outcomes than students who take mathematics learning through cooperative learning models Make A Match In The Eight Grade Students SMP Negeri O. MangunharjoIn the academic Year of 2013/2014? Research methods used are purely the type of comparative experiments. Its population is all students of the eight grade students SMP Negeri O. Mangunharjoin the academic year of 2013/2014, as the sampel is class VIII.B model of active learning type Index Card Match and class VIII.C given model of cooperative learning type Make A Match. Data collected by test techniques. Data were analyzed using t-test. Based on the results of the data analysis it can be concluded that learning outcomes of students who take mathematics learning through active learning model of Index Card Match significantly better learning outcomes than students who take mathematics learning through cooperative learning models Make A Match In The Eight Grade Students SMP Negeri O. MangunharjoIn the academic Year of 2013/2014. Average student learning outcomes Index Card Match class of 80,06 and Make A Match of 74,49.

Keywords: Active, Cooperative, Index Card Match, Make A Match, Math

A. Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di era

globalisasi ini menyebabkan begitu banyak perubahan dalam masyarakat. Salah

satunya dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat

menghasilkanperubahan tingkah laku para siswa. 1Menurut Trianto (2010:1), 1 Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka.

Page 3: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

adalahhal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu

terus-menerus dilakukan sebagai kepentingan masa depan.

Berdasarkan hasil observasi dan informasi dari guru mata pelajaran

matematika siswa kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo, bahwa pencapaian hasil

belajar matematika siswa kelas VIII masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil

ulangan harian matematika dari keseluruhan jumlah siswa kelas VIII sebanyak 160

siswa, 89 siswa (55,60%) belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

ditetapkan sekolah yaitu 75. Sedangkan yang sudah tuntas hanya 71 siswa (44,40%).

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika,

perlu diterapkan suatu pembelajaran yang tepat yang menuntut keaktifan siswa dan

siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga penyelesaian konsep

matematika siswa akan lebih baik. Model pembelajaran yang digunakan oleh

peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran aktif tipe

Index Card Match dan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Index

Card Match dan Make A Match sama-sama menggunakan kartu dalam proses

pembelajarannya sehingga belajar akan terasa lebih menyenangkan dan siswa dapat

termotivasi untuk belajar lebih aktif dari biasanya.

Meskipun kedua model tersebut memiliki kesamaan dalam proses

pembelajarannya tapi Index Card Match terlihat lebih aktif jika dibandingkan

dengan Make A Match, sebab pada model Index Card Match terjadi proses

Page 4: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

presentasi antar pasangan setelah mencocokkan kartu soal dan jawabansedangkan

Make A Match hanya sekedar mencocokkan kartu pasangan saja yang berupa kartu

soal dan kartu jawaban. Model pembelajaran dikatakan baik jika semakin kecil

upaya yang dilakukan oleh guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa2.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu

penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan

Model Pembelajaran aktif tipe Index Card Match dan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make A Match Kelas VIII SMP Negeri O. MangunharjoTahun

Pelajaran 2013/2014”.

B. Landasan Teori

1. Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match

3Index Card Match adalah cukup menyenangkan yang digunakan

untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian,

materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta

didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu

sehinggaketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (Zaini,

dkk, 2008:67). Berdasarkan pendapat para ahli disimpulkan bahwa Model

pembelajaran aktif tipe Index Card Match merupakan model pembelajaran

yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan dapat meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa atas apa yang dipelajari dengan cara yang

2Isjoni. 2007. Cooperatif Learning. Bandung: Alfa Beta.

3 Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Page 5: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

menyenangkan. Siswa saling bekerja sama dan saling membantu untuk

menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan pertanyaan kepada pasangan lain.

Langkah-langkah model pembelajaran aktif tipe Index Card Match

adalah sebagai berikut:

a. Guru membuat potongan-potongan kertas sebanyak peserta didik

yang ada dikelas.Potongan-potongan kertas tersebut dibagi menjadi

dua bagian yang sama.

b. Pada setengah bagian kertas, tulis pertanyaan-pertanyaan tentang

materi yang telah diajarkan sebelumnya.Pada setengah bagian kertas

yang lain, tulis jawaban dari masing-masing pertanyaan yang telah

dibuat.Campurkan semua kertas dan kocok beberapa kali hingga soal

dan jawaban benar-benar tercampur.

c. Berikan satu kertas kepada peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah

aktivitas yang dilakukan secara berpasangan. Sebagian siswa akan

mendapat soal dan sebagian lagi akan mendapat jawaban.

d. Setiap siswa memikirkan soal/jawaban yang ada dikartu yang

dipegangnya.

e. Minta peserta didik untuk menemukan pasangannya. Jika pasangan

sudah terbentuk maka minta mereka untuk duduk berdekatan dengan

pasangannya (terangkan kepada mereka untuk tidak memberitahu

materi yang mereka dapatkan kepada pasangan yang lain).

f. Minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang

diperolehnya dengan keras kepada pasangan yang lain dan kemudian

Page 6: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

memberikan kuis kepada pasangan-pasangan yang lain untuk

menjawab soal tersebut. Jawaban langsung dikerjakan di papan tulis.

g. Bila pasangan lain tidak ada yang bisa menjawabnya, maka

pasangan yang memegang jawaban tentang soal yang dibacakan tadi

harus menjawabnya. Demikian seterusnya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

4Model pembelajaranMake A Match (membuat pasangan) merupakan

salah satu jenis dari model dalam pembelajaran kooperatif. Teknik ini bisa

digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak

didik. Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari

pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa

yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin5. Berdasarkan pendapat para ahli

disimpulkan bahwa Make A Match adalah suatu model pembelajaran

kooperatif yang dilakukan dengan mencari pasangan sambil mempelajari suatu

konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan melalui suatu

permainan kartu pasangan dan guru akan memberikan nilai reward kepada

siswa yang dapat mencocokkan kartu dengan benar.

Langkah-langkah pembelajaran Make A Match yaitu:

1. Guru menyiapkan kartu soal dan kartujawaban sebanyak jumlah siswa

yangada pada kelas sampel.Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

2. Guru meminta siswa memikirkan soal atau jawaban dari kartu yang

dipegang. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang 4 Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif

Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia.5 Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Page 7: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

cocok dengan kartunya (kartu soal ataupun kartu jawaban) sebelum

batas waktu tertentu.

3. Guru mengamati kegiatan mencari pasangan kartu, jika ada siswa yang

dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberikan poin.Jika

siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya atau

salah, maka diberi hukuman sesuai dengan kesepakatan bersama.

4. Setelah satu babak, guru mengacak kartu soal dan kartu jawaban lagi

agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya dan

seterusnya, kemudian Guru bersama-sama dengan siswa membuat

kesimpulan.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 27Maret sampai 30April 2014 di

SMP Negeri O. Mangunharjo tahun pelajaran 2013/2014 pada kelas VIII dengan

jumlah populasi terdiri dari 5 kelas dan berjumlah160 siswa.Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara undian. Masing-masing kelas diberi nomor yang berbeda,

kemudian memilih salah satu nomor secara acak. Setelah pengundian dilakukan

pada 5 kelas, maka diperoleh 2 kelas eksperimen yang akan dijadikan sebagai

sampel dalam penelitian ini yaitu kelas VIII.B sebagai kelas eksperimen 1 dan

VIII.C sebagai kelas eksperimen 2. Pada kelas eksperimen pertama akan

diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model aktif tipe Index

Card MatchSedangkan pada kelas eksperimen kedua akan diberikan perlakuan

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Make A Match.

Page 8: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

kuantitatif. Dalam penelitian ini data dianalisis berupa angka-angka mulai dari

pengumoulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari

hasilnya. Terdapat beberapa langkah pada teknik analisis data penelitian, yaitu:

menentukan skor rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas data, uji

homogenitas data, dan uji kesamaan dua rata-rata.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil penelitian

a) Deskripsi Data Pre-test Kelas Eksperimen I dan Kelas eksperimen II

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan pemberian tes awal (pre-

test). Pre-test dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014 di kelas VIIIb

sebagai kelas eksperimen 1 dengan model Indec Card Match dengan

jumlah siswa sebanyak 31 orang dan kelas VIIIc sebagai kelas eksperimen 2

dengan model Make A Match dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang.

Berdasarkan analisis data pre-tes diperoleh nilai rata-rata dan

simpangan baku kelas eksperimen I (Index Card Match) berturut-turut

30,44 dan 6,08. Sedangkan untuk kelas eksperimen II (Make A Macth)

adalah 28,62 dan 6,95. Jadi, dapat di simpulkan bahwa kemampuan awal

siswa kelas eksperimen I dengan model Index Card Match dan kelas

eksperimen II denganmodel Make A Match tidak terdapat perbedaan yang

begitu besar.

b) Deskripsi Data Post-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Ekperimen

II

Page 9: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

Pelaksanaan Post-test pada tanggal 28 April 2014 yang diikuti oleh

31 siswa untuk kelas Index Card Matchdan 31 siswa untuk kelas Make A

Match. Kemampuan akhir siswa diperoleh dari tes akhir setelah diberikan

perlakuan pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar.

Berdasarkan hasil post-test diperoleh bahwa skor rata-rata siswa kelas

eksperimen Index Card Match sebesar 80,06 dan kelas eksperimen Make A

Match sebesar 74,49. Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada kelas Index

Card Match mencapai 87,09% dan pada kelas Make A Match hanya

mencapai 80,64%. Jadi, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa

kemampuan akhir siswa setelah diberi perlakuan model pembelajaran aktif

tipe Index Card Match lebih tinggi dari pada kemampuan akhir siswa

setelah diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

Peningkatanrata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa

pada kelas Index Card Match lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata

hasil belajar siswa kelas Make A Match. Perbandingan peningkatan rata-

rata nilai dan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut.

Rata-rata Nilai Ketuntasan Belajar0

102030405060708090

49.62

87.09%

45.87

80.04%

Index Card Match Make A Match

Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pre-Test dan Post-Test

Page 10: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

c) Analisis data

1. Uji normalitas

Berikut rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas (selengkapnya

pada lampiran C) dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3Hasil Uji Normalitas post-test

Kelas χ2hitung

dk χ2tabelKesimpulan

a. Ekperimen Ib. Eksperimen II

4,203,69

55

11,0711,07

NormalNormal

Berdasarkan ketentuan uji normalitas dengan menggunakan uji χ2

(chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelompok data

untuk post-test pada kelas eksperimen I dan kelas ekperimen II berdistribusi

normal.

2. Uji Homogenitas

Berdasarkan perhitungan statistik (lampiran C) tentang uji

homogenitas skor post-test, maka rekapitulasi hasil perhitungan uji

homogenitas (lampiran C) dapat dilihat pada table berikut.

Kelas Fhitung Dk F tabel KesimpulanEksperimen I

1,71 30 : 30 1,84 HomogenEksperimen II

Dari tabel 4.7 ditunjukkan bahwa Fhitung = 1,71 dan Ftabel dengan dk

(30;30) adalah 1,84. Karena Fhitung < Ftabel maka H0 diterima.Dengan

demikian kedua varians skor post-test kedua kelompok kelas eksperimen

Index Card Match dan Make A Match adalah homogen.

3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Post-Test

Page 11: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya perbandingan hasil belajar matematika dengan menggunakan

Index Card Match (ICM)dengan Make A Match (ICM).Berdasarkan hasil

uji normalitas dan homogenitas, maka uji kesamaan rata-rata yang

digunakan adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

H a :

H0 :

Berdasarkan hasil perhitungan data tes akhir bahwa hasil analisis uji-t

mengenai kemampuan akhir pada kelas Index Card Match dan Make A

Match memiliki kemampuan akhir siswa diperoleh thitung = 2,65 dengan

taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2 = 31 +31

– 2 = 60 maka diperoleh nilait tabel = 2,00. Hal ini menunjukan bahwa

thitung >t tabel (2,65 > 2,00) sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat

diterima kebenarannya, jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa

yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran aktif

Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model

pembelajaran aktif tipe Index Card Match lebih dari rata-rata hasil belajar

matematika siswa yang menggunakan kodel pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match(μ1>μ2).

Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model

pembelajaran aktif tipe Index Card Match kurang dari atau sama dengan

rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match(μ1 ≤ μ2).

Page 12: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

tipe Index Card Match secara signifikan lebih baik dari pada hasil belajar

siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match”.

2. Pembahasan

a) Pembahasan tentang Hasil Penelitian dan Hambatan yang ditemui

Pelaksanaan penelitian ini di mulai dengan memberikan soal pre-test,

setelah tes awal dikerjakan, kedua kelas diberi perlakuan pembelajaran yang

berbeda yaitu dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe Index

Card Match di kelas eksperimen I dan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match di kelas eksperimen II.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di kelas

Index Card Match mampu menyelesaikan soal dengan baik jika

dibandingkan dengan siswa di kelas Make A Match. Hal ini dapat dilihat dari

hasil rata-rata kedua kelas pada tes akhir, dimana kelas Index Card Match

memperoleh nilai rata-rata sebesar 80,06 sedangkan kelas Make A Match

memperoleh nilai rata-rata sebesar 74,49 dari siswa yang mengikuti tes.

b) Pembahasan tentang Proses Pembelajaran dan Hambatan yang ditemui

Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen I dengan menggunakan

model pembelajaran aktif tipe Index Card Match. Pembelajaran dengan Index

Card Match ini merupakan pembelajaran yang menggunakan kartu dalam

proses pembelajarannya dan dilakukan secara berpasangan dengan cara

mencocokkan kartu soal dan kartu jawaban, kemudian hasil pencocokkan kartu

tersebut dipresentasikan di depan kelas secara bergantian. Pada pertemuan

pertama ini siswa yang dapat menemukan pasangan kartu yang cocok dengan

Page 13: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

kartu yang dipegangnya hanya lima pasang siswa, sisa siswa tidak dapat

menemukan pasangan kartu yang sesuai dengan kartu yang dipegangnya,

dikarenakan banyak siswa yang masih malu jika berpasangan dengan lawan

jenisnya, siswapun belum bergerak secara aktif dalam mencari kartu

pasangannya dan belum bekerja dengan cepat ketika mencocokkan kartu yang

dipegangnya. Pada saat presentasi pun masih banyak siswa yang malu-malu

dan belum begitu berani menjawab tantangan dari pasangan lain.

Pada pertemuan kedua, siswa sudah mulai bisa bergerak dengan aktif

dalam menemukan pasangannya walaupun masih ada siswa yang malu jika

berpasangan dengan lawan jenis tetapi semangat mereka untuk menemukan

pasangan kartu tetap tinggi. Pada pertemuan kedua ini, banyak siswa yang dapat

menemukan pasangan dengan cepat yaitu sebanyak dua belas pasang dan pada

saat presentasi banyak siswa yang ingin membacakan soal untuk memberikan

tantangan kepada pasangan lain, keaktifan siswa pun dapat terlihat disini tetapi

untuk menjawab soal tantangan itu, masih banyak siswa atau pasangan yang

masih takut untuk menjawabnya dan banyak yang masih malu mengerjakannya

di papan tulis. Meskipun begitu, tetap ada pasangan yang berani menjawab soal

tantangan tersebut dengan baik.

Pada pertemuan ketiga, siswa sudah bisa menemukan pasangannya lebih

cepat dari sebelumnya dan seluhnya menemukan pasangannya. Aktivitas siswa

dapat terlihat pada saat mereka mencari pasangannya dan melakukan presentasi

antar pasangan. Pada pertemuan ketiga ini, sudah banyak siswa yang berani

menjawab tantangan dari pasangan lain, merekapun tidak kaku lagi dalam

menerapkan pembelajaran dengan Index Card Match ini. Siswa yang awalnya

Page 14: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

malu berpasangan dengan lawan jenisnya, sekarang sudah tidak malu lagi untuk

saling berpasangan dan mereka pun saling berlomba-lomba untuk membacakan

soal kepada pasangan lain serta memiliki keinginan untuk menjawab soal

tantangan tersebut. Akibatnya suasana pembelajaran pun terasa lebih aktif dan

lebih menyenangkan.

Berdasarkan hal tersebut terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan model Index Card Match.

Peningkatan proses pembelajaran semakin terlihat dengan meningkatnya siswa

yang dapat menemukan pasangan kartunya jika dibandingkan dengan petemuan

pertama. Mereka sudah bisa menyesuaikan diri dengan model pembelajaran ini

melalui pasangan kartu yang berupa kartu soal dan kartu jawaban. Siswa tidak

merasa malu lagi dalam berpasangan, tidak kaku lagi dalam berdiskusi atau

dalam melakukan kegiatan presentasi antar pasangan dan siswa juga memiliki

semangat belajar sehingga siswa dapat lebih aktif dalam belajar yang

mengakibatkan meningkatnya hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan

belajar.

Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen II dengan menggunakan

model kooperatif tipe Make A Match. Make A Match adalah suatu model

pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mencari pasangan sambil

mempelajari suatu konsep tertentu melalui suatu permainan kartu yang terdiri

dari kartu soal dan kartu jawaban, selanjutnya guru akan memberikan nilai

reward kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu dengan benar. Siswa yang

dapat menemukan pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya

hanya sembilan pasang siswa, tiga pasang siswa tidak cocok antara kartu soal

Page 15: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

dengan kartu jawaban pada babak pertama dan untuk babak kedua terdapat dua

belas pasang siswa yang dapat mencocokkan kartu dengan benar sisanya tidak

dapat mencocokan dikarenakan batas waktu habis. Hal itu dikarenakan siswa

belum terbiasa dengan model kooperatif tipe Make A Match dan siswa juga

belum terbiasa untuk bekerja sama dengan cepat, bagi mereka waktu yang

diberikan masih kurang sehingga masih banyak siswa yang tidak menemukan

pasangannya dengan benar. Kemudian, masih banyak siswa yang bermain-main

dan malu karena pada saat siswa menemukan pasangan kartu yang cocok

dengan kartu yang dipegangnya dan ternyata berpasangan dengan lawan

jenisnya.

Pada pertemuan kedua, untuk babak pertama ada sepuluh pasang siswa

yang bisa menemukan pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang

dipegangnya dan untuk babak kedua ada empat belas pasang yang dapat

menemukan pasangan dengan benar. Hal ini berarti terjadi peningkatan karena

pada pertemuan pertama hanya sembilan pasang dan dua belas pasang siswa

yang dapat menemukan pasangan kartunya untuk babak pertama dan kedua

sedangkan pada pertemuan kedua menjadi sepuluh pasang siswa dan empat

belas pasang siswa yang dapat menemukan pasangan kartunya. Terjadinya

peningkatan tersebut menandakan bahwa siswa sudah mulai bisa untuk serius

dalam proses pembelajaran.

Pada pertemuan ketiga, untuk babak pertama ada empat belas pasang

siswa yang bisa menemukan pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang

dipegangnya dan pada babak kedua ada tujuh belas pasang yang dapat

mencocokkan kartu dengan benar. Siswa sudah bisa bekerjasama dengan

Page 16: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

pasangannya dan mereka bisa serius dalam belajar sehingga tidak malu-malu

lagi mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya.

Pada pembelajaran Make A Match ini, dibutuhkan pembatasan waktu

dalam mencocokkan pasangan kartunya sebab pembelajarannya terdiri dari

beberapa babak jadi setiap babak dibatasi waktunya. Pada kegiatan awal, siswa

masih banyak yang belum bisa menemukan pasangan kartu sesuai dengan

waktu yang diberikan. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dalam

pembelajaran Make A Match, masih banyak siswa yang kurang serius dalam

belajar dan belum berperan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa pun masih

banyak yang menemukan pasangan tidak sesuai dengan waktu yang diberikan.

Tapi seiring berjalannya waktu, siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran ini

dan siswa mulai bergerak cepat dan aktif dalam menemukan pasangan kartu

soal dan kartu jawaban. Lama kelamaan, semakin banyak siswa yang dapat

menemukan pasangan kartu sebelum batas waktu yang diberikan. Peningkatan

proses pembelajaran semakin terlihat dengan meningkatnya siswa yang dapat

menemukan pasangan kartunya jika dibandingkan dengan pertemuan awal.

Akhirnya, hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik.

E. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

Hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran aktif tipe Index Card Match secara signifikan lebih baik dari pada

hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match di kelas VIII SMP Negeri

O.Mangunharjo tahun pelajaran 2013/2014.

Page 17: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. ARTIKEL.docx · Web viewPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD

DAFTAR PUSTAKA

Isjoni. 2007. Cooperatif Learning. Bandung: Alfa Beta.

Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: PT. Prestasi Pustaka.

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani.