mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/4. artikel.docx · web...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH DAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH KELAS VIII SMP NEGERI O. MANGUNHARJO
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
ARTIKEL ILMIAH
oleh:
Nama : KustadinNIM : 4009025Prodi : Pendidikan MatematikaDosen Pembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd.
2. Rani Refianti, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU2016
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH DAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH KELAS VIII SMP NEGERI O. MANGUNHARJO
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
By Kustadin1, Anna Fauziah2, Rani Refianti3
ABSTRACT
This thesis entitled “Comparison of Mathematics Learning Outcomes Between of Active Learning Model Type Index Card Match and Cooperative Learning Model Type Make A Match In The Eight Grade Students SMP Negeri O. Mangunharjo In the academic Year of 2013/2014”. The problem of this study was the following student learning outcomes of learning mathematics through active learning model of Index Card Match significantly better learning outcomes than students who take mathematics learning through cooperative learning models Make A Match In The Eight Grade Students SMP Negeri O. MangunharjoIn the academic Year of 2013/2014? Research methods used are purely the type of comparative experiments. Its population is all students of the eight grade students SMP Negeri O. Mangunharjoin the academic year of 2013/2014, as the sampel is class VIII.B model of active learning type Index Card Match and class VIII.C given model of cooperative learning type Make A Match. Data collected by test techniques. Data were analyzed using t-test. Based on the results of the data analysis it can be concluded that learning outcomes of students who take mathematics learning through active learning model of Index Card Match significantly better learning outcomes than students who take mathematics learning through cooperative learning models Make A Match In The Eight Grade Students SMP Negeri O. MangunharjoIn the academic Year of 2013/2014. Average student learning outcomes Index Card Match class of 80,06 and Make A Match of 74,49.
Keywords: Active, Cooperative, Index Card Match, Make A Match, Math
A. Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di era
globalisasi ini menyebabkan begitu banyak perubahan dalam masyarakat. Salah
satunya dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat
menghasilkanperubahan tingkah laku para siswa. 1Menurut Trianto (2010:1), 1 Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka.
pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis
sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
adalahhal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya
kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus-menerus dilakukan sebagai kepentingan masa depan.
Berdasarkan hasil observasi dan informasi dari guru mata pelajaran
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo, bahwa pencapaian hasil
belajar matematika siswa kelas VIII masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil
ulangan harian matematika dari keseluruhan jumlah siswa kelas VIII sebanyak 160
siswa, 89 siswa (55,60%) belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah yaitu 75. Sedangkan yang sudah tuntas hanya 71 siswa (44,40%).
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika,
perlu diterapkan suatu pembelajaran yang tepat yang menuntut keaktifan siswa dan
siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga penyelesaian konsep
matematika siswa akan lebih baik. Model pembelajaran yang digunakan oleh
peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran aktif tipe
Index Card Match dan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Index
Card Match dan Make A Match sama-sama menggunakan kartu dalam proses
pembelajarannya sehingga belajar akan terasa lebih menyenangkan dan siswa dapat
termotivasi untuk belajar lebih aktif dari biasanya.
Meskipun kedua model tersebut memiliki kesamaan dalam proses
pembelajarannya tapi Index Card Match terlihat lebih aktif jika dibandingkan
dengan Make A Match, sebab pada model Index Card Match terjadi proses
presentasi antar pasangan setelah mencocokkan kartu soal dan jawabansedangkan
Make A Match hanya sekedar mencocokkan kartu pasangan saja yang berupa kartu
soal dan kartu jawaban. Model pembelajaran dikatakan baik jika semakin kecil
upaya yang dilakukan oleh guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa2.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu
penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan
Model Pembelajaran aktif tipe Index Card Match dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match Kelas VIII SMP Negeri O. MangunharjoTahun
Pelajaran 2013/2014”.
B. Landasan Teori
1. Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match
3Index Card Match adalah cukup menyenangkan yang digunakan
untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian,
materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta
didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu
sehinggaketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (Zaini,
dkk, 2008:67). Berdasarkan pendapat para ahli disimpulkan bahwa Model
pembelajaran aktif tipe Index Card Match merupakan model pembelajaran
yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan dapat meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa atas apa yang dipelajari dengan cara yang
2Isjoni. 2007. Cooperatif Learning. Bandung: Alfa Beta.
3 Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
menyenangkan. Siswa saling bekerja sama dan saling membantu untuk
menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan pertanyaan kepada pasangan lain.
Langkah-langkah model pembelajaran aktif tipe Index Card Match
adalah sebagai berikut:
a. Guru membuat potongan-potongan kertas sebanyak peserta didik
yang ada dikelas.Potongan-potongan kertas tersebut dibagi menjadi
dua bagian yang sama.
b. Pada setengah bagian kertas, tulis pertanyaan-pertanyaan tentang
materi yang telah diajarkan sebelumnya.Pada setengah bagian kertas
yang lain, tulis jawaban dari masing-masing pertanyaan yang telah
dibuat.Campurkan semua kertas dan kocok beberapa kali hingga soal
dan jawaban benar-benar tercampur.
c. Berikan satu kertas kepada peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan secara berpasangan. Sebagian siswa akan
mendapat soal dan sebagian lagi akan mendapat jawaban.
d. Setiap siswa memikirkan soal/jawaban yang ada dikartu yang
dipegangnya.
e. Minta peserta didik untuk menemukan pasangannya. Jika pasangan
sudah terbentuk maka minta mereka untuk duduk berdekatan dengan
pasangannya (terangkan kepada mereka untuk tidak memberitahu
materi yang mereka dapatkan kepada pasangan yang lain).
f. Minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang
diperolehnya dengan keras kepada pasangan yang lain dan kemudian
memberikan kuis kepada pasangan-pasangan yang lain untuk
menjawab soal tersebut. Jawaban langsung dikerjakan di papan tulis.
g. Bila pasangan lain tidak ada yang bisa menjawabnya, maka
pasangan yang memegang jawaban tentang soal yang dibacakan tadi
harus menjawabnya. Demikian seterusnya.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
4Model pembelajaranMake A Match (membuat pasangan) merupakan
salah satu jenis dari model dalam pembelajaran kooperatif. Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik. Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin5. Berdasarkan pendapat para ahli
disimpulkan bahwa Make A Match adalah suatu model pembelajaran
kooperatif yang dilakukan dengan mencari pasangan sambil mempelajari suatu
konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan melalui suatu
permainan kartu pasangan dan guru akan memberikan nilai reward kepada
siswa yang dapat mencocokkan kartu dengan benar.
Langkah-langkah pembelajaran Make A Match yaitu:
1. Guru menyiapkan kartu soal dan kartujawaban sebanyak jumlah siswa
yangada pada kelas sampel.Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
2. Guru meminta siswa memikirkan soal atau jawaban dari kartu yang
dipegang. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang 4 Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif
Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia.5 Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
cocok dengan kartunya (kartu soal ataupun kartu jawaban) sebelum
batas waktu tertentu.
3. Guru mengamati kegiatan mencari pasangan kartu, jika ada siswa yang
dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberikan poin.Jika
siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya atau
salah, maka diberi hukuman sesuai dengan kesepakatan bersama.
4. Setelah satu babak, guru mengacak kartu soal dan kartu jawaban lagi
agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya dan
seterusnya, kemudian Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 27Maret sampai 30April 2014 di
SMP Negeri O. Mangunharjo tahun pelajaran 2013/2014 pada kelas VIII dengan
jumlah populasi terdiri dari 5 kelas dan berjumlah160 siswa.Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara undian. Masing-masing kelas diberi nomor yang berbeda,
kemudian memilih salah satu nomor secara acak. Setelah pengundian dilakukan
pada 5 kelas, maka diperoleh 2 kelas eksperimen yang akan dijadikan sebagai
sampel dalam penelitian ini yaitu kelas VIII.B sebagai kelas eksperimen 1 dan
VIII.C sebagai kelas eksperimen 2. Pada kelas eksperimen pertama akan
diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model aktif tipe Index
Card MatchSedangkan pada kelas eksperimen kedua akan diberikan perlakuan
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Make A Match.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kuantitatif. Dalam penelitian ini data dianalisis berupa angka-angka mulai dari
pengumoulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya. Terdapat beberapa langkah pada teknik analisis data penelitian, yaitu:
menentukan skor rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas data, uji
homogenitas data, dan uji kesamaan dua rata-rata.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil penelitian
a) Deskripsi Data Pre-test Kelas Eksperimen I dan Kelas eksperimen II
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan pemberian tes awal (pre-
test). Pre-test dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014 di kelas VIIIb
sebagai kelas eksperimen 1 dengan model Indec Card Match dengan
jumlah siswa sebanyak 31 orang dan kelas VIIIc sebagai kelas eksperimen 2
dengan model Make A Match dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang.
Berdasarkan analisis data pre-tes diperoleh nilai rata-rata dan
simpangan baku kelas eksperimen I (Index Card Match) berturut-turut
30,44 dan 6,08. Sedangkan untuk kelas eksperimen II (Make A Macth)
adalah 28,62 dan 6,95. Jadi, dapat di simpulkan bahwa kemampuan awal
siswa kelas eksperimen I dengan model Index Card Match dan kelas
eksperimen II denganmodel Make A Match tidak terdapat perbedaan yang
begitu besar.
b) Deskripsi Data Post-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Ekperimen
II
Pelaksanaan Post-test pada tanggal 28 April 2014 yang diikuti oleh
31 siswa untuk kelas Index Card Matchdan 31 siswa untuk kelas Make A
Match. Kemampuan akhir siswa diperoleh dari tes akhir setelah diberikan
perlakuan pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar.
Berdasarkan hasil post-test diperoleh bahwa skor rata-rata siswa kelas
eksperimen Index Card Match sebesar 80,06 dan kelas eksperimen Make A
Match sebesar 74,49. Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada kelas Index
Card Match mencapai 87,09% dan pada kelas Make A Match hanya
mencapai 80,64%. Jadi, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa
kemampuan akhir siswa setelah diberi perlakuan model pembelajaran aktif
tipe Index Card Match lebih tinggi dari pada kemampuan akhir siswa
setelah diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Peningkatanrata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa
pada kelas Index Card Match lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
hasil belajar siswa kelas Make A Match. Perbandingan peningkatan rata-
rata nilai dan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut.
Rata-rata Nilai Ketuntasan Belajar0
102030405060708090
49.62
87.09%
45.87
80.04%
Index Card Match Make A Match
Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pre-Test dan Post-Test
c) Analisis data
1. Uji normalitas
Berikut rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas (selengkapnya
pada lampiran C) dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3Hasil Uji Normalitas post-test
Kelas χ2hitung
dk χ2tabelKesimpulan
a. Ekperimen Ib. Eksperimen II
4,203,69
55
11,0711,07
NormalNormal
Berdasarkan ketentuan uji normalitas dengan menggunakan uji χ2
(chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelompok data
untuk post-test pada kelas eksperimen I dan kelas ekperimen II berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Berdasarkan perhitungan statistik (lampiran C) tentang uji
homogenitas skor post-test, maka rekapitulasi hasil perhitungan uji
homogenitas (lampiran C) dapat dilihat pada table berikut.
Kelas Fhitung Dk F tabel KesimpulanEksperimen I
1,71 30 : 30 1,84 HomogenEksperimen II
Dari tabel 4.7 ditunjukkan bahwa Fhitung = 1,71 dan Ftabel dengan dk
(30;30) adalah 1,84. Karena Fhitung < Ftabel maka H0 diterima.Dengan
demikian kedua varians skor post-test kedua kelompok kelas eksperimen
Index Card Match dan Make A Match adalah homogen.
3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Post-Test
Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbandingan hasil belajar matematika dengan menggunakan
Index Card Match (ICM)dengan Make A Match (ICM).Berdasarkan hasil
uji normalitas dan homogenitas, maka uji kesamaan rata-rata yang
digunakan adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:
H a :
H0 :
Berdasarkan hasil perhitungan data tes akhir bahwa hasil analisis uji-t
mengenai kemampuan akhir pada kelas Index Card Match dan Make A
Match memiliki kemampuan akhir siswa diperoleh thitung = 2,65 dengan
taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2 = 31 +31
– 2 = 60 maka diperoleh nilait tabel = 2,00. Hal ini menunjukan bahwa
thitung >t tabel (2,65 > 2,00) sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima kebenarannya, jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran aktif
Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model
pembelajaran aktif tipe Index Card Match lebih dari rata-rata hasil belajar
matematika siswa yang menggunakan kodel pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match(μ1>μ2).
Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model
pembelajaran aktif tipe Index Card Match kurang dari atau sama dengan
rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match(μ1 ≤ μ2).
tipe Index Card Match secara signifikan lebih baik dari pada hasil belajar
siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match”.
2. Pembahasan
a) Pembahasan tentang Hasil Penelitian dan Hambatan yang ditemui
Pelaksanaan penelitian ini di mulai dengan memberikan soal pre-test,
setelah tes awal dikerjakan, kedua kelas diberi perlakuan pembelajaran yang
berbeda yaitu dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe Index
Card Match di kelas eksperimen I dan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match di kelas eksperimen II.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di kelas
Index Card Match mampu menyelesaikan soal dengan baik jika
dibandingkan dengan siswa di kelas Make A Match. Hal ini dapat dilihat dari
hasil rata-rata kedua kelas pada tes akhir, dimana kelas Index Card Match
memperoleh nilai rata-rata sebesar 80,06 sedangkan kelas Make A Match
memperoleh nilai rata-rata sebesar 74,49 dari siswa yang mengikuti tes.
b) Pembahasan tentang Proses Pembelajaran dan Hambatan yang ditemui
Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen I dengan menggunakan
model pembelajaran aktif tipe Index Card Match. Pembelajaran dengan Index
Card Match ini merupakan pembelajaran yang menggunakan kartu dalam
proses pembelajarannya dan dilakukan secara berpasangan dengan cara
mencocokkan kartu soal dan kartu jawaban, kemudian hasil pencocokkan kartu
tersebut dipresentasikan di depan kelas secara bergantian. Pada pertemuan
pertama ini siswa yang dapat menemukan pasangan kartu yang cocok dengan
kartu yang dipegangnya hanya lima pasang siswa, sisa siswa tidak dapat
menemukan pasangan kartu yang sesuai dengan kartu yang dipegangnya,
dikarenakan banyak siswa yang masih malu jika berpasangan dengan lawan
jenisnya, siswapun belum bergerak secara aktif dalam mencari kartu
pasangannya dan belum bekerja dengan cepat ketika mencocokkan kartu yang
dipegangnya. Pada saat presentasi pun masih banyak siswa yang malu-malu
dan belum begitu berani menjawab tantangan dari pasangan lain.
Pada pertemuan kedua, siswa sudah mulai bisa bergerak dengan aktif
dalam menemukan pasangannya walaupun masih ada siswa yang malu jika
berpasangan dengan lawan jenis tetapi semangat mereka untuk menemukan
pasangan kartu tetap tinggi. Pada pertemuan kedua ini, banyak siswa yang dapat
menemukan pasangan dengan cepat yaitu sebanyak dua belas pasang dan pada
saat presentasi banyak siswa yang ingin membacakan soal untuk memberikan
tantangan kepada pasangan lain, keaktifan siswa pun dapat terlihat disini tetapi
untuk menjawab soal tantangan itu, masih banyak siswa atau pasangan yang
masih takut untuk menjawabnya dan banyak yang masih malu mengerjakannya
di papan tulis. Meskipun begitu, tetap ada pasangan yang berani menjawab soal
tantangan tersebut dengan baik.
Pada pertemuan ketiga, siswa sudah bisa menemukan pasangannya lebih
cepat dari sebelumnya dan seluhnya menemukan pasangannya. Aktivitas siswa
dapat terlihat pada saat mereka mencari pasangannya dan melakukan presentasi
antar pasangan. Pada pertemuan ketiga ini, sudah banyak siswa yang berani
menjawab tantangan dari pasangan lain, merekapun tidak kaku lagi dalam
menerapkan pembelajaran dengan Index Card Match ini. Siswa yang awalnya
malu berpasangan dengan lawan jenisnya, sekarang sudah tidak malu lagi untuk
saling berpasangan dan mereka pun saling berlomba-lomba untuk membacakan
soal kepada pasangan lain serta memiliki keinginan untuk menjawab soal
tantangan tersebut. Akibatnya suasana pembelajaran pun terasa lebih aktif dan
lebih menyenangkan.
Berdasarkan hal tersebut terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model Index Card Match.
Peningkatan proses pembelajaran semakin terlihat dengan meningkatnya siswa
yang dapat menemukan pasangan kartunya jika dibandingkan dengan petemuan
pertama. Mereka sudah bisa menyesuaikan diri dengan model pembelajaran ini
melalui pasangan kartu yang berupa kartu soal dan kartu jawaban. Siswa tidak
merasa malu lagi dalam berpasangan, tidak kaku lagi dalam berdiskusi atau
dalam melakukan kegiatan presentasi antar pasangan dan siswa juga memiliki
semangat belajar sehingga siswa dapat lebih aktif dalam belajar yang
mengakibatkan meningkatnya hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan
belajar.
Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen II dengan menggunakan
model kooperatif tipe Make A Match. Make A Match adalah suatu model
pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mencari pasangan sambil
mempelajari suatu konsep tertentu melalui suatu permainan kartu yang terdiri
dari kartu soal dan kartu jawaban, selanjutnya guru akan memberikan nilai
reward kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu dengan benar. Siswa yang
dapat menemukan pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya
hanya sembilan pasang siswa, tiga pasang siswa tidak cocok antara kartu soal
dengan kartu jawaban pada babak pertama dan untuk babak kedua terdapat dua
belas pasang siswa yang dapat mencocokkan kartu dengan benar sisanya tidak
dapat mencocokan dikarenakan batas waktu habis. Hal itu dikarenakan siswa
belum terbiasa dengan model kooperatif tipe Make A Match dan siswa juga
belum terbiasa untuk bekerja sama dengan cepat, bagi mereka waktu yang
diberikan masih kurang sehingga masih banyak siswa yang tidak menemukan
pasangannya dengan benar. Kemudian, masih banyak siswa yang bermain-main
dan malu karena pada saat siswa menemukan pasangan kartu yang cocok
dengan kartu yang dipegangnya dan ternyata berpasangan dengan lawan
jenisnya.
Pada pertemuan kedua, untuk babak pertama ada sepuluh pasang siswa
yang bisa menemukan pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang
dipegangnya dan untuk babak kedua ada empat belas pasang yang dapat
menemukan pasangan dengan benar. Hal ini berarti terjadi peningkatan karena
pada pertemuan pertama hanya sembilan pasang dan dua belas pasang siswa
yang dapat menemukan pasangan kartunya untuk babak pertama dan kedua
sedangkan pada pertemuan kedua menjadi sepuluh pasang siswa dan empat
belas pasang siswa yang dapat menemukan pasangan kartunya. Terjadinya
peningkatan tersebut menandakan bahwa siswa sudah mulai bisa untuk serius
dalam proses pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga, untuk babak pertama ada empat belas pasang
siswa yang bisa menemukan pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang
dipegangnya dan pada babak kedua ada tujuh belas pasang yang dapat
mencocokkan kartu dengan benar. Siswa sudah bisa bekerjasama dengan
pasangannya dan mereka bisa serius dalam belajar sehingga tidak malu-malu
lagi mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya.
Pada pembelajaran Make A Match ini, dibutuhkan pembatasan waktu
dalam mencocokkan pasangan kartunya sebab pembelajarannya terdiri dari
beberapa babak jadi setiap babak dibatasi waktunya. Pada kegiatan awal, siswa
masih banyak yang belum bisa menemukan pasangan kartu sesuai dengan
waktu yang diberikan. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dalam
pembelajaran Make A Match, masih banyak siswa yang kurang serius dalam
belajar dan belum berperan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa pun masih
banyak yang menemukan pasangan tidak sesuai dengan waktu yang diberikan.
Tapi seiring berjalannya waktu, siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran ini
dan siswa mulai bergerak cepat dan aktif dalam menemukan pasangan kartu
soal dan kartu jawaban. Lama kelamaan, semakin banyak siswa yang dapat
menemukan pasangan kartu sebelum batas waktu yang diberikan. Peningkatan
proses pembelajaran semakin terlihat dengan meningkatnya siswa yang dapat
menemukan pasangan kartunya jika dibandingkan dengan pertemuan awal.
Akhirnya, hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik.
E. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran aktif tipe Index Card Match secara signifikan lebih baik dari pada
hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match di kelas VIII SMP Negeri
O.Mangunharjo tahun pelajaran 2013/2014.
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni. 2007. Cooperatif Learning. Bandung: Alfa Beta.
Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: PT. Prestasi Pustaka.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani.