mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel dina... · web...

26
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 OLEH DINA MARIANA NIM 4009084

Upload: others

Post on 03-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 9 LUBUKLINGGAUTAHUN PELAJARAN 2015/2016

OLEH

DINA MARIANANIM 4009084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP – PGRI) LUBUKLINGGAU2016

Page 2: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 9 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh :

Dina Mariana1, Anna Fauziah2, Idul Adha3

[email protected]

(STKIP – PGRI) LUBUKLINGGAU

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif Tipe Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas?. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah eksperimen Semu. Populasinya yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2015/2016. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara cluster random sampling dan sampel adalah kelas VIII.3 sebagai kelas ekperimen. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes yang terdiri dari 6 soal. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif Tipe Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai tes akhir setelah diterapkan model model kooperatif Tipe Two Stay Two Stray sebesar 83.31 dengan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 94,29%.

Kata kunci: Penerapan, Hasil Belajar, model pembelajaran Two Stay Two Stray

PENDAHULUAN

Menurut Sanjaya (2010:139), salah satu permasalahan yang dihadapi dunia

pendidikan kita adalah rendahnya kualitas hasil dan proses belajar yang dicapai siswa.

Rendahnya kualitas hasil ditandai oleh pencapaian prestasi belajar yang belum

memenuhi standar kompetensi seperti tuntunan kurikulum. Dalam setiap mata pelajaran

termasuk mata pelajaran matematika khususnya, proses belajar yang dilakukan siswa

terbatas pada penguasaan materi pelajaran sedangkan matematika merupakan mata

pelajaran yang susah dipahami, sehingga ketidaksenangan siswa terhadap mata

pelajaran matematika kemungkinan disebabkan oleh sukarnya memahami mata

Page 3: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

pelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum

mencapai KKM yang ditetapkan.

Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan observasi penulis dari salah seorang

guru matematika di SMP Negeri 9 Lubuklinggau diperoleh data bahwa rata-rata hasil

belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran matematika masih rendah, ini dapat terlihat

dari hasil belajar siswa yang sudah dapat dikatakan tuntas sebanyak 94 siswa (38,37%)

dari 246 jumlah siswa kelas VIII dan sisanya sebanyak 152 siswa (61,63%) belum

tuntas karena Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 75.

Kesulitan belajar matematika yang ditimbulkan bukan karena sulitnya materi

pelajaran matematika, tetapi oleh metode penyampaian guru dalam mengelola

pembelajaran yang kurang efektif. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung

berpusat pada guru (Teacher Centered) sehingga siswa menjadi pasif (Trianto, 2007:1).

Hal ini mengakibatkan hasil belajar matematika menjadi rendah. Meskipun demikian

guru lebih suka menerapkan metode tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan

praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain.

Masalah ini banyak dijumpai dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu,

perlu menerapkan suatu suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

memahami materi ajar dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Peneliti berkeinginan untuk melakukan suatu penelitian eksperimen, agar proses

kegiatan belajar-mengajar di kelas lebih aktif. Untuk itu peneliti akan mencoba memilih

suatu model pembelajaran yang mampu membuat suasana pembelajaran menjadi

menarik dan menyenangkan. Penerapan model pembelajaran yang inovatif harus

mampu dikembangkan oleh guru sebagai upaya untuk membantu memperbaiki hasil

belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat di terapkan adalah model

pembelajaran Two Stay Two Stray

Model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah suatu model pembelajaran yang

diawali dengan pembagian kelompok dengan sistem dua tinggal dua tamu sehingga

dapat melatih siswa untuk lebih tanggap dalam menerima infomasi dari kelompok lain

dan memberikan informasi kepada kelompok lain, lalu menyampaikan kembali

informasi yang telah diperoleh tersebut kepada temannya dalam satu kelompok belajar.

(Suyatno, 2009:67)

Page 4: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

Sedangkan menurut Nurhadi (2011:119) “Model pembelajaran Two Stay Two

Stray merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas,

motivasi, dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran karena model

pembelajaran ini berorientasi kepada siswa”. Pembelajaran ini juga dapat memberikan

dukungan pada siswa dalam tukar menukar ide, memecahkan masalah, berpikir

alternatif, dan meningkatkan kecakapan berbahasa. Sehingga di harapkan penerapan

model pembelajaran ini mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Dimana

akan berimplementasi pada meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis akan

melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two

Stray Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9

Lubuklinggau Tahun Ajaran 2015/2016”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi

masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII

SMP Negeri 9 Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif Tipe Two Stay Two

Stray secara signifikan tuntas?"

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar

matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau setelah penerapan model

kooperatif Tipe Two Stay Two Stray.

KAJIAN TEORI

1). Hakekat Belajar

Menurut Robbins (dalam Trianto, 2010:20) belajar adalah proses menciptakan

hubungan antara (sesuatu pengetahuan) yang baru. Makna belajar disini merupakan

keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Sutikno (dalam Faturohman dan Sutikno 2007:5), belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku, akibat interaksi dengan

lingkungannya.

Page 5: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

2). Hasil Belajar

Mudjiono dan Dimyati (2009:3) mendefinisikan hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Menurut Hamalik (2010:103) mengemukakan guru perlu mengenal hasil belajar

dan kemajuan belajar siswa yang telah diperoleh sebelumnya, hal-hal yang perlu

diketahui itu antara lain adalah penguasaan pelajaran dan keterampilan belajar.

Bloom (dalam Rasyid dan Mansur, 2009:13) Hasil belajar mencakup peringkat

dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar dan hasil afektif.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah pencapaian tujuan pembelajaran yang merupakan hasil dari kegiatan belajar dan

seluruh aspek baik afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diharapkan pada siswa

setelah melakukan proses belajar mengajar.

3). Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nurhadi (2005:112) pengajaran kooperatif adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Lie (dalam Isjoni, 2009:16) pembelajaran kooperatif disebut dengan istilah

pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan

kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan model kooperatif adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus yang berorientasi pada pembelajaran gotong

royong (kelompok interaktif) dimana memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

4). Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Menurut Lie (2009:61) model kooperatif tipe Two Stay Two Stray atau model

dua tinggal dua tamu adalah suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan

kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.

Suyatno (2009:67) model kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model

pembelajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima informasi dari

kelompok lain dan memberi informasi kepada kelompok lain, lalu menyampaikan

informasi tersebut yang didapat dari kelompok lain kepada temannya satu kelompok.

Page 6: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

Sintak model kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah kerja kelompok, dua siswa

bertamu kekelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima

dua orang dari kelompok lain, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok dan laporan

kelompok, setelah siswa kembali ke kelompok asal, siswa diminta mendiskusikan

temuan mereka.

Menurut Riyanto (2010:277) ciri model kooperatif tipe Two Stay Two Stray

adalah satu kelompok beranggota empat siswa, beri tugas untuk diskusi, setelah selesai

dua siswa bertamu ke kelompok lain, dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil

diskusinya kepada dua tamunnya, tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model

kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah suatu pembelajaran yang lebih menekankan

pada proses kerjasama siswa dalam memperoleh informasi dan pengetahuan yang baru

dan memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi

dengan kelompok lainnya.

Menurut Lie (2009:62) langkah-langkah penerapan pembelajaran model

kooperatif tipe Two Stay Two Stray sebagai berikut :

a). Siswa bekerja sama dalam bentuk berempat seperti biasa

b). Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain

c). Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu mereka

d). Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain

e). Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:57) kelebihan model kooperatif tipe two stay

two stray ini dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, belajar siswa menjadi lebih

bermakna, lebih berorientasi pada sikap, meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan.

Kelemahan model kooperatif tipe two stay two stray adalah membutuhkan waktu yang

relatif cukup lama, siswa cenderung tidak mau belajar kelompok dan menyerahkan

tugas kepada satu siswa dalam kelompok tersebut.

Page 7: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu dengan

kategori pre-test and post-test group. Adapun desain eksperimen semu menurut

Arikunto (2006:85) dapat digambarkan sebagai berikut :

A O1 X O2

Keterangan :

A : Sampel acak

O1 : Pre-test

X : Penerapan model kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

O2 : Post-test

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

pengundian, sehingga terpilih kelas VIII.3 sebagai kelas sampel dan diberi perlakuan

pembelajaran Two Stay Two Stray.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

tes. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar

siswa dan dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum pembelajaran (pre-test) untuk

melihat kemampuan awal siswa dan sesudah pembelajaran (post-test) untuk melihat

kemampuan akhir siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal berbentuk

essay sebanyak 6 soal materi bentuk aljabar.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menentukan Skor Rata-rata dan

Simpangan Baku pada tes awal dan tes akhir data hasil belajar pada kelas yang

menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray, Uji Normalitas Data (2) dan

Pengujian hipotesis

Sebelumnya peneliti mengadakan uji coba instrumen di kelas IX.2 SMP Negeri

9 Lubuklinggau pada tanggal 30 Juli 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 30 siswa.

Uji coba instrumen dilakukan untuk menganalisis kualitas instrumen yang digunakan

meliputi validitas, taraf kesukaran, daya pembeda dan pada reliabilitas diperoleh

koefisien reliabilitas sebesar 0,91. Ini berarti soal tersebut mempunyai derajat

reliabilitas tinggi, sehingga dapat dipercaya sebagai alat ukur.

Page 8: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 31 Juli s.d 31 Agustus 2015 di kelas VIII.3

di SMP Negeri 9 Lubuklinggau. Sehari sebelum pertemuan pertama dilaksanakan,

peneliti mengadakan sosialisasi tentang pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Sosialisasi ini perlu dilaksanakan mengingat

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini belum

pernah diterapkan sebelumnya.

Peneliti menginformasikan materi yang akan diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini yaitu materi pokok bentuk aljabar.

Jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah lima kali pertemuan dengan

rincian satu kali pemberian tes awal, tiga kali proses pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dan satu kali pemberian tes akhir.

Selama tiga kali proses pelaksanaan penelitian peneliti merekapitulasi nilai tes pada

setiap pertemuan. Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan nilai hasil belajar anak

selama penelitian.

1. Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum

mengikuti pembelajaran yang diberikan. Kemampuan awal tersebut menggambarkan

kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

Pemberian tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi

pokok segiempat. Pemberian tes awal dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 Agustus

2015 yang diikuti 35 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan rekapitulasi data tes awal

dapat dilihat pada tabel 1.1:

Tabel 1.1Rekapitulasi Data Tes Awal

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah Tuntas Tidak Tuntas Rata-Rata

Nilai60 19 0 siswa (0%) 35 siswa (100%) 39.03

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa

sebesar 39.03 dengan nilai tertinggi yang diperoleh sebesar 60 dan nilai terendah

sebesar 19. Sedangkan siswa yang tuntas sebanyal 0 siswa (0%) dan sebanyak 35 siswa

(100%) tidak tuntas. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar siswa untuk tes

Page 9: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

awal sebesar 0%. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal

siswa sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

termasuk kategori belum tuntas.

2. Kemampuan Akhir Siswa

Setelah kemampuan awal siswa diketahui, dilanjutkan kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Kegiatan pembelajaran

dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada materi bentuk aljabar. Pada akhir penelitian

dilakukan tes akhir untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Kemampuan akhir siswa

adalah kemampuan siswa dalam penguasaan materi pokok bentuk aljabar pada kelas

VIII.3 di SMP Negeri 9 Lubuklinggau yang merupakan hasil belajar siswa setelah

proses pembelajaran. Tes kemampuan akhir dilaksanakan pada hari senin, 31 Agustus

2015 yang dikuti sebanyak 35 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan rekapitulasi data tes

akhir dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :

Tabel 1.2Rekapitulasi Data Tes Akhir

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah Tuntas Tidak Tuntas Rata-Rata Nilai

98 70 30 siswa (85,71%)

5 siswa (14,29%) 82.80

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata ( x̄ ) nilai secara keseluruhan

sebesar 82.80 dengan nilai tertinggi sebesar 98 dan nilai terendah sebesar 70. Siswa

yang tuntas untuk tes akhir sebanyak 30 siswa (85,71%) dan sisanya sebanyak 5 siswa

(14,29%) tidak tuntas.

Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray termasuk dalam

kategori tuntas karena persentase ketuntasan yang diperoleh siswa secara klasikal

sebesar 85%.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa rata-rata nilai pre-test adalah 39.03 dan

untuk rata-rata nilai post-test adalah 82,80. Ini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

rata-rata nilai dari pre-test ke post-test sebesar 43,77. Sedangkan persentase jumlah

siswa yang tuntas pada pre-test sebesar 0% dan pada post-test sebesar (85,71%). Untuk

Page 10: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

ketuntasan belajar inipun mengalami peningkatan sebesar (85,71%). Secara rinci

peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar tersebut dapat dilihat pada grafik 1.1:

Nilai Rata-Rat

Ketuntasan Belajar

0102030405060708090

pre-testpost-test

Grafik 1.1Peningkatan Nilai Rata-Rata Nilai dan Ketuntasan Belajar

3. Analisis Inteferensial Data Penelitian

a). Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa berdistribusi

normal atau tidak. Kriteria pengujiannya adalah χ2

hitung dibandingkan dengan χ2¿ ,

dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = j – 1, dimana j adalah banyaknya kelas interval.

Jika 2hitung ≤ 2

tabel, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal, dan jika

2hitung > 2

tabel, maka dapat dinyatakan bahwa data tidak normal. Rekapitulasi hasil uji

normalitas data post-test dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3Hasil Uji Normalitas Skor Post-test

Perlakuan χ2

hitung dk χ2

tabel KesimpulanPostest 4.494 5 11.070 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas data post-test (Lampiran C) diperoleh nilai χ2

hitung = 4.494. Selanjutnya χ2

hitung dibandingkan χ2

tabel dengan derajat kebebasan (dk) = j

Page 11: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

– 1, dimana j adalah banyaknya kelas interval. Jika χ2

hitung<χ2tabel, maka dapat

dinyatakan bahwa data berdistribusi normal dan dalam hal lainnya data tidak

berdistribusi normal. Nilai χ2

tabel dengan α = 5% dan dk = 5 adalah 11,070. Dengan

demikian χ2

hitung <χ2tabel, maka dapat dinyatakan bahwa post-test berdistribusi normal.

b). Uji-t

Karena data berdistribusi normal dan simpangan baku populasi tidak diketahui

maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji-t. Hipotesis statistik yang diuji

adalah:

Ho : Rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray kurang dari 75 (µo ≤ 75).

Ha : Rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray lebih dari atau sama

dengan 75(µo > 75).

Rekapitulasi hasil uji-t post-test dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut.

Tabel 4.4Hasil Uji-t Skor Post-test

thitung dk ttabel Kesimpulan5,909 34 1,697 Ho ditolak dan Ha diterima

Berdasarkan analisis pengujian hipotesis (lampiran C) diperoleh bahwa thitung =

5,909. Selanjutnya thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada daftar distribusi t dengan

derajat kebebasan dk = n-1 = 35-1 = 34, α = 0,05 diperoleh t tabel = 1,697. Dengan

demikian thitung (5,909) > ttabel (1,697), hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan

kata lain hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, sehingga dapat

disimpulkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau

tahun pelajaran 2014/2015 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray secara signifikan sudah tuntas.

PEMBAHASAN

Kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa dalam pengembangan

pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun

sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena itu, kegiatan

Page 12: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

menganalisis kemampuan awal siswa merupakan proses untuk mengetahui pengetahuan

yang dikuasai siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran. Pada tes awal nilai rata-

rata siswa (x̄ ) sebesar 39.03 dengan nilai tertinggi yang diperoleh sebesar 60 dan nilai

terendah sebesar 19 dan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray rata-rata hasil belajar siswa ( x̄ ) meningkat menjadi 82,80 dengan nilai

tertinggi sebesar 98 dan nilai terendah sebesar 70.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil

belajar yang diperoleh siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Hal ini dapat dilihat pada tabel

4.1 dan tabel 4.2, pada tes awal tidak ada siswa yang mendapat nilai lebih dari atau

sama dengan nilai KKM yaitu 75. Jumlah siswa yang tuntas 0% dan jumlah siswa yang

tidak tuntas 100% dan rata-rata ( x ) nilai keseluruhan yang diperoleh sebesar 39.03.

Setelah dilakukan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada materi bentuk aljabar, diadakan post-test.

Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75 (tuntas) sebanyak 30

siswa (85,71%%) dan rata-rata ( x ) nilai keseluruhan yang diperoleh sebesar 82,80. Hal

ini berarti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada

pembelajaran matematika terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa sebesar

43,89 dan jumlah siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan sebesar 85,71%.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis diperoleh thitung

(5,909) > ttabel (1,697), dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima

kebenarannya, artinya hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray signifikan sudah tuntas. Hasil penelitian ini

didukung oleh temuan peneliti di lapangan selama proses belajar-mengajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray siswa terlihat

lebih aktif, siswa cenderung siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mempelajari

terlebih dahulu materi yang akan dibahas di kelas.

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini

kecenderungan guru menjelaskan materi hanya dengan ceramah dapat dikurangi,

Page 13: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

sehingga siswa lebih bisa mengkontruksi pengetahuannya sendiri sedangkan guru lebih

banyak berfungsi sebagai fasilitator daripada pengajar. Dalam pengajaran matematika

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray memungkinkan

siswa dapat bekerja sama dengan temannya dimana siswa saling bekerjasama dalam

mempelajari materi yang dihadapi. Dalam pembelajaran ini siswa dilatih untuk

mempresentasikan kepada teman sekelas apa yang telah mereka kerjakan. Dari sini

siswa memperoleh informasi maupun pengetahuan serta pemahaman yang berasal dari

sesama teman dan guru. Perbedaan hasil belajar yang muncul juga disebabkan karena

siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray mempunyai pengalaman dalam mempresentasikan pendapatnya dan

hasil pekerjaannya kepada teman.

Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan ciri

memiliki kepandaian lebih, memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang

disampaikan oleh guru, mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain, tidak tinggi

hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan dan mempunyai daya kreatifitas.

Sintak model kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah kerja kelompok, dua siswa

bertamu kekelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima

dua orang dari kelompok lain, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok dan laporan

kelompok, setelah siswa kembali ke kelompok asal, siswa diminta mendiskusikan

temuan mereka.

Selama proses pelaksanaan penelitian, peneliti membuat rekapitulasi nilai tes

yang dilakukan setiap kali pertemuan. Nilai tes ini merupakan nilai rata-rata kelompok

selama melakukan penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray . Jumlah

kelompok yang dibentuk oleh peneliti adalah sebanyak 8 kelompok dengan jumlah per

kelompok sebanyak 3-4 orang. Berikut hasil rekapitulasi nilai rata-rata kelompok dalam

tiga kali pertemuan yang dilakukan peneliti. Berdasarkan analisis rekapitulasi nilai rata-

rata kelompok untuk tiap tes yang dilakukan setiap pertemuan diperoleh bahwa pada

pertemuan pertama rata-rata kelompok sebesar 41,46. Kecilnya rata-rata ini mungkin

disebabkan anggota tiap kelompok masih belum melaksanakan peranannya masing-

masing antara pembagian tugas dalam team investigasi yang akan ke kelompok lain.

Page 14: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

Pada pertemuam kedua nilai rata-rata kelompok meningkat menjadi 61,46. Peningkatan

ini cukup besar karena anggota kelompok telah bisa melakukan peranannya masing-

masing walaupun belum maksimal. Pada pertemuan ketiga nilai rata-ratanya meningkat

lagi menjadi 72,72. Pada pertemuan ini kendala-kendala teknis seperti siswa ribut atau

malas tidak terlihat lagi. Tiap anggota kelompok melaksanakan peranannya sangat baik,

walaupun masih ada satu kelompok yang membutuhkan bimbingan namun dalam

pelaksanaannya ini tidak menganggu kinerja kelompok lain. Jadi dapat dikatakan bahwa

terjadi peningkatan hasil belajar kelompok untuk setiap pertemuan yang dilakukan.

Saat pertama kali diterapkan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas

pada pertemuan pertama siswa belum mampu berdiskusi dengan baik kelompok dan

pergi ke kelompok lain sebagai tamu. Namun setelah dijelaskan tentang model

kooperatif tipe Two Stay Two Stray, siswa terlihat merekapun mengerti. Sehingga pada

pertemuan pertama ini hanya 5 siswa dari 35 siswa yang menjawab. Pada pertemuan

pertama ini penelitipun kewalahan menghadapi ributnya siswa mencari pasangan

kelompok mereka atau saat melaksanakan pembelajaran kelompok. Hal inipun menjadi

pelajaran dan akan direfkleksi untuk pertemuan berikutnya.

Fenomena dan kendala yang tampak setiap pertemuan dapat diatasi oleh

peneliti mengaktifkan peran kembali fungsi tim ahli. Selain itu setiap akhir pertemuan

peneliti mengadakan refleksi dengan guru pamong, sehingga tiap pertemuan mengalami

perbaikan pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat seiring dengan aktifnya siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sehingga dapat diasumsikan bahwa model

pembelajaran Two Stay Two Stray ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini

sejalan dengan kelebihan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray yang menurut

Hanafiah dan Suhana (2010:57) antara lain: a) meningkatkan hasil belajar siswa, b)

menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan menjadi lebih aktif

dan c) meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau setelah penerapan

model kooperatif Tipe Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai tes

Page 15: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel DINA... · Web viewpelajaran matematika. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah dan belum mencapai

akhir setelah diterapkan model model kooperatif Tipe Two Stay Two Stray sebesar

83.31 dengan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 94,29%.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Faturohman dan Sutikno. 2007. Strategi Belajar-Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Lie, Anita. 2009. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta : Grasindo

Mansur dan Rasyid. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Wacana Prima.

Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Suhana dan Hanafiah. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.