mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · web...

24
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI SUMBER REJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH Oleh: Nama : Sri Haryani NPM : 4011010 Prodi : Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd. 2. Drajat Friansah, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI SUMBER REJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:

Nama : Sri HaryaniNPM : 4011010Prodi : Pendidikan MatematikaDosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd.

2. Drajat Friansah, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU2016

Page 2: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh: Sri Haryani 1, Sukasno 2, Drajat Friansah3

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri Sumber Rejo Tahun Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalahnya adalah apakah ada pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri Sumber Rejo tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri Sumber Rejo tahun pelajaran 2015/2016. Penelitiannya berbentuk eksperimen murni. Populasinya seluruh siswa kelas VII SMP Negeri Sumber Rejo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 82 siswa, sebagai sampelnya adalah kelas VII.1 dan kelas VII.2 yang diambil secara random. Kelas VII.1 diberi pembelajaran dengan model Problem Based Learning sedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan α=0,05.Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri Sumber rejo tahun pelajaran 2015/2016. Skor rata-rata siswa untuk kelas yang diajarkan dengan model Problem Based Learning sebesar 16,89 sedangkan untuk kelas yang diajarkan dengan model konvensional sebesar 12,93.

Kata kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif, Problem Based Learning.

PENDAHULUAN

Page 3: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami

konsep dasar matematika, memahami konsep dasar matematika yang baru harus

diperlukan prasyarat memahami konsep dasar sebelumnya. Dengan demikian

pemahaman konsep yang salah akan berakibat pada kesalahan terhadap pemahaman

konsep selanjutnya. Di samping itu, matematika sangat penting untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir siswa yang berguna dalam mempelajari ilmu pengetahuan maupun

dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir yang

selalu dipupuk akan membentuk kemampuan siswa untuk berpikir kreatif. Menurut

Munandar (2012:167) berpikir divergen (berpikir kreatif) ialah memberikan macam-

macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan

penenkanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan

dan perlu dilatihkan pada siswa mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang

pendidikan menengah. Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dilatihkan kepada siswa

pada pembelajaran matematika, yaitu untuk pemahaman konsep-konsep yang

diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lain, serta

memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis, dan cermat serta berpikir

objektif dan terbuka, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VII SMPN

Sumber Rejo, pada umumnya pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru.

Guru masih menggunakan metode konvensional dan sesekali menggunakan metode

diskusi, sehingga siswa menjadi pasif dalam proses belajar mengajar dikelas dan

pertanyaan dari siswa jarang muncul. Maka kegiatan pembelajaran seperti ini akan

mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini sesuai dengan

pernyataan (Khoiri dkk, 2013:115) bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru akan

menyebabkan siswa pasif dan pembelajaran seperti ini tidak memberikan kesempatan

1) Alumni prodi pendidikan atematika2,3) Dosen prodi matematika

Page 4: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

yang luas bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam pemecahan masalah,

penalaran, representasi, koneksi, dan komunikasi matematis, sehingga hal ini akan

mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.

Menurut Ahmadi dan Amri (2011:95) rata-rata hasil belajar peserta didik yang

senantiasa masih sangat memprihatinkan. Dalam arti bahwa proses pembelajaran hingga

dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan pembelajaran yang masih bersifat

konvensional serta tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara

mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Agar siswa dapat berpikir kreatif

dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru menumbuhkan minat belajar para siswa.

Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif dapat tumbuh berkambang. Oleh karena

itu guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat memacu siswa untuk

secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya

keterampilan berpikir kreatif, pemecahan masalah dengan bermacam cara, dan

membentuk pemahaman siswa dengan penemuan kensep dari proses belajar yaitu

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

Menurut Sani (2013:140) model Problem–Based–Learning merupakan pembelajaran

yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog.

Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang

ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan kondisi tersebut, maka perlu adanya inovasi pembelajaran matematika

yang berpusat pada siswa, pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar dan mengembangkan kemampuan berpikir

kreatif siswa yaitu model problem based learning. Dalam model problem based

learning, masalah yang diajukan oleh guru adalah permasalahan dunia nyata dan siswa

dilatih untuk memecahkan masalah tersebut yang membutuhkan pemikiran kreatif.

Page 5: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah pengaruh

model problem based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif pada

pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri Sumber Rejo tahun pelajaran

2015/2016.

LANDASAN TEORI

1. Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut Uno dan Mohamad (2013:164) berpikir kreatif berarti berusaha untuk

menyelesaiakan suatu permasalahan dengan melibatkan segala tampakan dan fakta

data di otak. Menurut Munandar (2012:7) kemampuan berpikir kreatif adalah

kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan jawaban atas suatu

masalah.

Untuk menilai kemampun berpikir kreatif menggunakan acun yang dibuat,

Munandar (2012:192), indikator kemampuan berpikir kreatif yang dapat diamati

meliputi:

a. Keterampilan berpikir lancar

1) Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan

2) Arus pemikiran lancar

b. Keterampilan berpikir luwes (flexibility)

1) Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam

2) Mampu mengubah cara atau pendekatan

3) Arah pemikiran yang berbeda-beda

c. Keterampilan berpikir orisinal

1) Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang

diberikan kebanyakan orang

d. Keterampilan berpikir terperinci/elaborasi (elaboration)

1) Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan

2) Memperinci detail-detail

3) Memperluas suatu gagasan

Page 6: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

Berdasarkan uraian indikator tersebut, maka indikator kemampuan berpikir

kreatif dalam penelitian ini adalah:

a. Keterampilan berpikir lancar (fluency)

1) Mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan tepat dan benar

2) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya

b. Keterampilan berpikir luwes (flexibility)

1) Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam.

2) Mampu mengubah cara atau pendekatan.

3) Menggunakan berbagai strategi pemecahan masalah.

4) Membangun ide yang beragam.

c. Keterampilan berpikir orisinal

1) Memberikan jawaban dengan cara sendiri tidak lazim, yang lain dari yang lain,

yang jarang diberikan kebanyakan orang.

2) Menggunakan strategi yang baru, unik, dan tidak biasa.

d. Keterampilan berpikir terperinci/elaborasi (elaboration)

1) Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan.

2) Memperinci detail-detail.

3) Menjelaskan secara rinci.

Langkah-langkah penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa mengacu rubrik

penilaian seperti pada tabel 1.

Tabel 1Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Deskripsi Jawaban Skor

Berpikir Lancar

Siswa tidak dapat menggunakan strategi/langkah penyelesaian soal dengan benar dan tidak memperoleh hasil akhir yang benar

0

Siswa 50% dapat menggunakan strategi/langkah penyelesaian soal dengan benar dan tidak memperoleh hasil akhir yang benar

1

Page 7: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

Siswa dapat menggunakan strategi/langkah penyelesaian soal dengan benar, namun tidak memperoleh hasil akhir yang benar

2

Siswa dapat menggunakan strategi/langkah penyelesaian soal dengan benar dan memperoleh hasil akhir yang benar 3

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Deskripsi Jawaban Skor

Berpikir Luwes

Siswa tidak tepat dalam mencetuskan satu gagasan/jawaban serta tidak dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

0

Siswa tepat dalam mencetuskan satu gagasan/jawaban serta tidak dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

1

Siswa 50% tepat dalam mencetuskan satu gagasan/jawaban serta dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

2

Siswa tepat dalam mencetuskan satu gagasan/jawaban serta dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

3

Berpikir Orisinal

Siswa tidak dapat menjawab soal dengan jawaban yang lazim digunakan siswa lainnya 0Siswa dapat menjawab soal dengan jawaban yang lazim digunakan siswa lainnya 1Siswa dapat menjawab soal dengan cara sendiri/tidak lazim digunakan siswa lainnya, namun jawabannya 50% tepat 2Siswa dapat menjawab soal dengan cara sendiri/tidak lazim digunakan siswa lainnya dan jawabannya tepat 3

Berpikir Merinci

Siswa tidak dapat mengembangkan suatu gagasan/merinci dari suatu gagasan menjadi lebih menarik dan tidak memperoleh jawaban yang tepat

0

Siswa 50% dapat mengembangkan suatu gagasan/merinci dari suatu gagasan menjadi lebih menarik dan tidak memperoleh jawaban yang tepat

1

Siswa dapat mengembangkan suatu gagasan/merinci dari suatu gagasan menjadi lebih menarik dan 50% memperoleh jawaban yang tepat

2

Siswa dapat mengembangkan suatu gagasan/merinci dari suatu gagasan menjadi lebih menarik dan memperoleh jawaban yang tepat

3

(Modifikasi Putro, 2013)

Page 8: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

2. Model Problem Based Learning

Menurut Jauhar (2011:88) pembelajaran berbasis masalah dikembangkan

untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan

masalah, dan keterampilan intelektual; belajar peranan orang dewasa melalui

pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; serta menjadi pelajar

mandiri.

Langkah-langkah pembelajaran dengan model problem based learning

yaitu:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;

b. Guru menyampaikan alur pembelajaran dengan model problem based

learning;

c. Siswa dihadapkan pada permasalahan;

d. Siswa membentuk kelompok sesuai dengan petunjuk guru;

e. Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS);

f. siswa mengumpulkan informasi yang sesuai dengan solusi pemecahan masalah

dengan bantuan guru;

g. siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok yang dipandu oleh guru

kemudian presentasi dilakukan secara bergiliran;

h. siswa melakukan konfirmasi terhadap hasil penemuan kerja kelompok bersama

guru;

i. Guru mengarahkan siswa untuk memberikan kesimpulan tentang materi yang

sudah dipelajari;

j. Guru memberi tugas kepada peserta didik sebagai pekerjaan rumah;

k. Guru menutup pembelajaran.

METODE PENELITIANSugiyono (2012:1) mengemukakan bahwa penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni (True Eksperiment)

kategori Random, Pre-test, Post-test Desain. Eksperimen murni kategori Random, Pre-

test, Post-test Desain adalah sebuah eksperimen yang dilaksanakan sudah ada kelompok

Page 9: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

kontrol, subjek dipiliih secara random dan observasi dua kali (Pre-test dan Post-test).

Kelompok eksperimen disini adalah kelompok yang diberi perlakuan dengan model

Problem Based Learning sedangkan kelompok kontrol yang diberi perlakuan dengan

belajar secara konvensional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

Sumber Rejo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 82 siswa, sebagai sampel

adalah kelas VII.1 sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan

menggunakan model Problem Based Learning dan kelas VII.2 yang diberikan

pembelajaran konvensional.

Untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berpikir kreatif digunakan teknik

tes. Tes yang digunakan adalah tes berbentuk soal uraian sebanyak 5 soal. Tes dalam

penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (post-

test) materi yang diajarkan. Teknis analisis data yang digunakan untuk menguji

hipotesis adalah uji-t satu pihak pada taraf kepercayaan α = 0,05 karena data

berdistribusi normal dan homogen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dari hasil pre-test diperoleh bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif

kelas eksperimen sebesar 5,96 dengan kelas kontrol sebesar 6,19. Berdasarkan hasil

anasis uji-t kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kreatif

yang sama karena thitung = -0,74 < ttabel = 2,000, sehingga H0 diterima. Dengan

demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata skor kemampuan

berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebelum diberi

perlakuan.

Dari hasil post-test diperoleh bahwa rata-rata skor kelas eksperimen sebesar

16,89 dengan kelas kotrol sebesar 12,93. Dari data hasil post-test setelah dianalisis

menggunakan uji perbedaan dua rata-rata (uji t) pada taraf signifikan α = 0,05 dan

dk = 53 menunjukkan nilai t hitung>t tabel (9,63 ¿ 1,671) sehingga dapat disimpulkan

H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam

Page 10: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Jadi dapat disimpulkan “terdapat

pengaruh yang signifikan model Problem Based Learning terhadap kemampuan

berpikir kreatif pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri Sumber

Rejo tahun pelajaran 2015/2016”.

2. Pembahasan Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan dan dilaksanakan

langsung oleh peneliti, dalam kegiatan pembelajaran dapat digunakan berbagai

model pembelajaran. Pada penelitian ini peneliti memilih model Problem Based

Learning dengan tujuan melihat pengaruh model tersebut terhadap kemampuan

berpikir kreatif pada pembelajaran matematika siswa SMP Negeri Sumber Rejo,

karena seperti yang diungkapkan Sunaryo (2014:49) model pembelajaran berbasis

masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa.

Hal ini disebabkan model pembelajaran berbasis masalah membuat siswa lebih kritis

dalam memahami masalah yang diberikan di awal pembelajaran sehingga ide-ide

mereka muncul untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Pada pertemuan pertama menggunakan model Problem Based Learning di

kelas eksperimen, siswa merasa kebingungan dan merasa kesulitan dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan peneliti karena tidak terbiasa mendapatkan

soal sebelum dijelaskan oleh guru. Kesulitan siswa ini dapat diatasi peneliti dengan

adanya langkah pembelajaran dimana peneliti membantu siswa untuk memperoleh

data yang digunakan, dan membantu siswa memilih kemungkinan penyelesaian

masalah tersebut sebagaimana juga yang di ungkapkan oleh Prasetiyo dan

Mubarokah (2014:11) sehingga siswa dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya.

Pada pertemuan ini ada 12 siswa atau 3 kelompok yang dapat menyelesaikan

permasalahan dengan benar. Dari pertemuan pertama dapat disimpulkan bahwa

siswa masih banyak mendapat kesulitan dalam belajar menggunakan model Problem

Based Learning terlebih untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Pertemuan kedua peneliti memberikan masalah yang berkaitan dengan

penjumlahan dan pengurangan pada bentuk aljabar. Setelah diberikan masalah siswa

mulai paham dengan apa yang harus dilakukan, dan mulai aktif bertanya tentang

kemungkinan-kemungkinan alternatif penyelesaian. Pada pertemuan kedua

Page 11: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

pembelajaran mulai berjalan lancar dan aktif, terlihat sekali saat peneliti meminta

siswa mempresentasikan hasil pengerjaan masalah banyak siswa yang antusias dan

presentasi yang diberikan sudah baik, tetapi masih banyak siswa yang kurang paham

dengan penjelasan dari temannya, tetapi setelah peneliti mengajak siswa berdiskusi

siswa dapat memahami penjelasan peneliti. Pada pertemuan ini ada 20 siswa atau 5

kelompok yang dapat menyelesaikan permasalahan dengan benar.

Pertemuan ketiga, siswa sudah paham dengan model Problem Based Learning,

siswa sudah terbiasa aktif bertanya dan meminta bimbingan kepada peneliti dan

masalah yang diberikan peneliti dapat dipahami siswa dan secara cepat siswa dapat

mengerjakannya, kemampuan berpikir kreatif siswa terlihat lebih meningkat

dibandingkan pertemuan pertama dan kedua. Meskipun seperti iti, masih ada siswa

yang melakukan kesalahan saat perhitungan, diakibatkan karena siswa kurang teliti

dalam menghitung, dan ada beberapa siswa yang kurang paham tentang perkalian

bentuk aljabar. Pada pertemuan ini ada 24 siswa atau 6 kelompok yang dapat

menyelesaikan permasalahan dengan benar. Dari pertemuan ketiga ini dapat

disimpulkan bahwa siswa jauh lebih aktif dan kemampuan berpikir kreatif siswa

sudah meningkat.

Rekapitulasi kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan indikator dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2Rekapitulasi kemampuan berpikir kreatif berdasarkan indikator

Soal % Berpikir Lancar

% Berpikir Luwes

% Berpikir Orisinal

% Berpikir Memperinci

1 15,24 % - - 3,57 %2 19,29 % - - 6,9 %3 13,1 % 5,95 % 13,69 % 0,7 %4 18,81 % - - 4,52 %5 12,38 % 7,14 % 13,69 % 2,86 %

Rata-rata 15,76 % 6,55 % 13,69 % 3,71 %

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa persentase rata-rata skor

kemampuan berpikir kreatif hasil post-test yang tertinggi adalah indikator berpikir

lancar karena siswa dapat menjawab soal dengan tepat atau dapat menyelesaikan

Page 12: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

permasalahan yang diberikan peneliti dengan benar. Sedangkan persentase rata-rata

skor kemampuan berpikir kreatif hasil post-test yang terendah adalah indikator

memperinci karena siswa belum bisa menambahkan dan memperinci detil-detil suatu

objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Model Problem Based Learning diharapkan menjadi salah satu model untuk

membiasakan siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah khususnya yang

berhubungan dengan kehidupan nyata, sehingga dapat meningkatkan imajinasi dan

kemampuan berpikir kreatif siswa karena soal yang diberikan berbentuk soal non

rutin, sehingga siswa dibiasakan untuk berpikir lebih dalam menggunakan nalar dan

imajinasinya.

Pada proses belajar mengajar dengan menggunakan model Problem Based

Learning dibutuhkan keaktifan, dan rasa ingin tahu siswa yang tinggi, tetapi ada

beberapa siswa yang rasa ingin tahunya rendah, sehingga siswa tersebut kurang

tertarik dalam belajar. Sehubungan hal itu peneliti dapat mengatasinya dengan baik

karena peneliti telah mengetahui hal tersebut. Dalam hal ini peneliti memberikan

masalah disekitar yang berhubungan dengan materi yang diajarkan sehingga siswa

dapat lebih tertarik dengan materi yang sedang dipelajari.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kreativitas siswa,

maka pembelajaran matematika dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat

mengarahkan siswa agar mengembangkan kreativitasnya yang meliputi kemampuan

berpikir lancar, kemampuan berpikir luwes, kemampuan berpikir orisinal, dan

kemampuan berpikir memperinci. Penjelasan akan diuraikan seperti berikut:

1. Kemampuan berpikir lancar (fluency)

Pada setiap pertemuan peneliti selalu mendorong siswa untuk mencetuskan

banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan supaya

kemampuan berpikir lancar yang dimiliki siswa dapat berkembang. Hal ini sesuai

dengan pendapat Munandar (dalam Hidayati, 2010:113) perilaku siswa yang

menunjukkan kemampuan berpikir lancar adalah siswa mengajukan banyak

pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban, lancar mengungkapkan

Page 13: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

gagasan-gagasan, dan dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu

objek atau situasi.

Hasil tes menunjukkan bahwa ide-ide yang dikeluarkan siswa sudah cukup

baik seperti ide-ide untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-

hari tentang bentuk aljabar. Siswa dengan kemampuan lancarnya mampu

menyelesaikan sendiri permasalahan yang diberikan oleh peneliti tentang bentuk

aljabar.

2. Kemampuan berpikir luwes (fleksibilitas)

Menurut Munandar (dalam Azhari, 2013:4) fleksibilitas dalam berpikir

merupakan kemampuan untuk memberikan jawaban/gagasan yang seragam

namun arah pemikiran yang berbeda-beda, mampu mengubah cara atau

pendekatan dan dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang.

Hasil tes menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah mampu menggali

informasi dari permasalahan yang disajikan meskipun terkadang mereka sulit

memahami maksud dari soal-soal yang diberikan.

3. Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas)

Pada pembelajaran matematika ini, peneliti mendorong siswa untuk

mengeluarkan ide yang orisinal dari dalam diri siswa. Pada saat proses

pembelajaran sebagian siswa sudah mampu mengeluarkan ide-idenya dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Selain itu, mereka menganalisis permasalahan

yang ada ketika menyelesaikan permasalahan tersebut. Meskipun demikian, siswa

masih kesulitan membuat kombinasi-kombinasi dari unsur-unsur yang sudah ada

dan terkadang masih menggunakan cara-cara yang lama.

Hasil tes menunjukkan bahwa Siswa merasa bahwa mereka mampu

mengungkapkan ide-ide dalam menyelesaikan permasalahan tetapi belum mampu

membuat kombinasi dari unsur-unsur yang sudah ada.

4. Kemampuan berpikir memperinci (elaborasi)

Kemampuan berpikir memerinci adalah kemampuan untuk menyampaikan

dan mengembangkan ide serta menguraikan ide tersebut secara terperinci. Hal ini

Page 14: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

sesuai dengan pernyataan Cahyaningsih dan Asikin (2015:285) bahwa berpikir

memperinci adalah menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren terhadap

prosedur matematis, jawaban, atau situasi matematis tertentu.

Hasil tes menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah mampu, siswa sudah

mampu menyelesaikan permasalahan dengan langkah-langkah yang runtut dan

rinci. Mereka sudah menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan kemudian

melakukan langkah-langkah penyelesaian. Selain itu, siswa mampu

menambahkan dan memperinci detil-detil suatu objek, dan gagasan. Siswa juga

telah mampu mengembangkan gagasan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Hambatan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah banyaknya

siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang rendah, kemudian terdapat beberapa

siswa yang ribut ketika pembelajaran dilaksanakan, dan juga siswa yang awalnya

bingung ketika diberi masalah yang bagi mereka soal tersebut sangat sulit untuk

mereka kerjakan. Untuk mengatasi hal tersebut guru memberi pendekatan intensif

terhadap siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang rendah dan membimbing siswa

yang mulai merasa kebingungan, sehingga keadaan kelas tetap tertib dan

kondusif.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan model Problem Based Learning terhadap kemampuan

berpikir kreatif pada matematika siswa kelas VII SMP Negeri Sumber Rejo. Rata-rata

skor kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen sebesar 16,89 dan kelas kontrol

sebesar 12,93.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru dan Sofan Amri. 2011. Paikem Gembrot. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Page 15: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan

Azhari. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme Di Kelas Vii Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri 2 Banyuasin III. Jurnal Pendidikan Matematika, 7 (2), 1-12.

Cahyaningsih, Restu Dan M. Asikin. 2015. Komparasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematissiswa Menggunakan Pembelajaran Matematika Humanistik Dan Problem Based Learning Dalam Setting Model Pelatihan Innomatts. jurnal Nalar Pendidikan, 3 (1), 280-286.

Hidayati, Farida. 2010. Peningkatan Kreatifitas Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD) di Kelas VIII SMPN 1 Tegalrejo. Skripsi. Yogyakarta : Jurusan FMIPA UNY. [online] http:// eprints.uny.ac.id/1 750 /1/ perlengkapan .do c .[28 April 2015]

Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Paikem Dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Khoiri, dkk. 2013. Problem Based Learning Berbantuan Multimedia dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Jurnal of Matematis Education, 2 (1), 115-121.

Munandar, Utami. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasetiyo, Anton David dan Lailatul Mubarokah. 2014. Berpikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 2 (1), 9-18.

Putro, Eko Widoyoko. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sani, Ridwan Abdullah 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta..

Sunaryo, Yoni. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa SMA Di Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan, 1 (2), 41-51.

Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohamad. 2013. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Page 16: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel[1].docx · Web viewsedangkan kelas VII.2 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan