pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
PADA KONSEP LAJU REAKSI
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH: MARETA DWI SATUTI
106016200617
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011
i
ABSTRACT
MARETA DWI SATUTI, The Influence of Model Cooperative Type Jigsaw to the Result of Student Chemistry Study. This research aim to know are there any influence Model Cooperative Type Jigsaw to the result of student chemistry study. This research has done in Senior High School Nusa Putra Tangerang, on November 3rd-24th November 2010, on quasi experimental research methods with 80 students on 11th levels from two different classes as the samples. The first class being on control which has learn with expository method, and the second class being an experimental which has learn with cooperatipe type jigsaw. The instrument is used are multiple choice tests with 5 alternative choices, with 22 questions. The result shows there are the differences of mean experimental class 70,15 and control class 57,87. The result from the calculation of “t” test (α = 0,05 ), obtained that score (4,47) > ttable (1,999). Finally, it can be concluded that cooperative type Jigsaw can give a significant effect to the student in the learning activity of reaction concept than using expository approach. Key Word: Cooperative Jigsaw and Result Study
ii
ABSTRAK
MARETA DWI SATUTI. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 3-24 November 2010 di SMA Nusa Putra Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, dengan sampel 80 siswa kelas XI yang diambil dari 2 kelas yang berbeda. Kelas pertama menjadi kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan pembelajaran metode ekspositori dan kelas kedua menjadi kelas esperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban sebanyak 22 soal. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan antara mean kelas eksperimen 70,15 dan kelas kontrol 57,87. Dari hasil perhitungan uji “t” (α = 0,05) didapatkan nilai thitung (4,47) > ttabel (1,999). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh yang signifikan bagi siswa dalam mempelajari konsep laju reaksi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori. Kata Kunci: Kooperatif Jigsaw dan Hasil Belajar
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan salam senantiasa dicurahkan
keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw terhadap Hasil Belajar Kimia pada Konsep Laju Reaksi” ini merupakan
salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kimia,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan
terealisasikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Untuk itu
perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dedi Irwandi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen
Pembimbing II, terima kasih atas segala bimbangan dan dukungan Bapak
selama ini.
5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. selaku dosen Pembimbing I, terima kasih atas
kesabaran dalam membimbing saya.
6. Kepala Sekolah, dewan guru, staf TU serta siswa-siswi SMA Nusa Putra
Tangerang yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian.
iv
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah melimpahkan segenap kasih sayang yang tak
terhingga serta tak henti-hentinya memberikan doa yang tulus.
8. Kakak dan kembaranku (Yoga Prihastomo dan Ananda Dwi Prasetyo) dan
keluarga besar, terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangatnya.
9. Adik spiritualku tersayang, Annisaa Taradini (Ja Dini) beserta keluarga
(Bunda Rita, Ayah Yani, Ka Dana, Anindiva) terima kasih atas kasih sayang
dan perhatian yang diberikan serta kesediaan menjadi keluarga kedua bagi
penulis.
10. Sahabat spiritual FOSMA UIN dan ATS (Racil, Isti, Rianti, Monic, Nina,
Nurul, Lulut, Gitcil, Ka Ifa, Ka Gita, Ayyi, Aulia, Amar, Kiki, Uni Emil, Ja
Abe, Ja Wildan, Ibnu, Reza, Dion), terima kasih telah mengajariku indahnya
mengenal Allah.
11. Teman-teman kost (Syifa, Rilla, Dati, Putri, Thia, Noor, Lia, Seli, Yuli),
terima kasih atas kebersamaan, suka duka yang terukir dalam rumah kita.
12. Teman-teman Pendidikan Kimia Angkatan 2006 (Dede dan Novi), terima
kasih atas kebersamaan yang terjalin selama ini, sukses juga untuk kalian.
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas doa
dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan isi skripsi ini.
Akhir kata penulis hanya bisa berharap semoga penyusunan ini dapat
bermanfaat dan mempunyai nilai guna bagi yang memerlukannya.
Jakarta, Februari 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
BAB I Pendahuluan .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 8
D. Perumusan Masalah ................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
F. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
BAB II Deskripsi Teoritis, Kerangka Berpikir, Hipotesis Penelitian ......... 10
A. Deskripsi Teoritis ..................................................................... 10
1. Pembelajaran Kooperatif ...................................................... 10
2. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif .......................... 16
3. Model Pembelajaran Jigsaw ................................................. 18
4. Pendekatan Ekspositori ........................................................ 24
5. Hakekat Belajar dalam Pembelajaran Kooperatif ................. 26
6. Hakekat Hasil Belajar .......................................................... 29
7. Laju Reaksi ........................................................................... 33
8. Penelitian Yang Relevan ...................................................... 36
B. Kerangka Berpikir .................................................................... 39
C. Hipotesis Penelitian .................................................................. 41
BAB III Metodologi Penelitian ................................................................... 41
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 41
B. Metode Penelitian .................................................................... 41
vi
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 42
D. Instrumen Penelitian ................................................................ 44
E. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 44
1. Uji Validitas ......................................................................... 44
2. Uji Reliabilitas ..................................................................... 45
3. Taraf Kesukaran ................................................................... 46
4. Daya Pembeda Soal ............................................................. 47
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 48
1. Uji Normalitas ...................................................................... 48
2. Uji Homogenitas .................................................................. 49
3. Pengujian Hipotesis .............................................................. 50
G. Hipotesis Statistik .................................................................... 51
BAB IV Hasil dan Pembahasan .................................................................. 52
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 52
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ....................................... 52
1. Uji Normalitas ..................................................................... 52
2. Uji Homogenitas ................................................................. 53
C. Pengujian Hipotesis ................................................................. 54
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 55
BAB V Kesimpulan dan Saran ................................................................... 58
A. Kesimpulan .............................................................................. 58
B. Saran ........................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 61
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif .................. 14
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan ............................................... 22
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan kelompok ................................................. 23
Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ............................... 32
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 42
Tabel 4.1 Rekap Skor Hasil Belajar Konsep Laju Reaksi Kelas
Eksperimen dan Kontrol ............................................................ 52
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas .................................................................. 53
Tabel 4.3 Hasil Uji “t” ............................................................................... 54
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ..................................................... 20
Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir .......................................................... 41
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen ................................................................ 62
Lampiran 2. Soal Instrumen Penelitian ....................................................... 76
Lampiran 3. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian ...................................... 84
Lampiran 4 Perhitungan ANATES ............................................................ 85
Lampiran 5. Soal Tes Hasil Belajar ............................................................ 98
Lampiran 6. Kunci Jawaban Tes Hasil belajar ............................................ 103
Lampiran 7. RPP Kelas Eksperimen ........................................................... 104
Lampiran 8. RPP Kelas Kontrol .................................................................. 121
Lampiran 9. Nilai Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen ......................... 136
Lampiran 10. Perhitungan Kelas Eksperimen .............................................. 137
Lampiran 11. Normalitas Kelas Eksperimen ............................................... 139
Lampiran 12. Nilai Hasil Belajar Kimia Kelas Kontrol ............................... 140
Lampiran 13. Perhitungan Kelas Kontrol .................................................... 141
Lampiran 14. Normalitas Kelas Kontrol ...................................................... 143
Lampiran 15. Perhitungan Homogenitas ..................................................... 144
Lampiran 16. Perhitungan Pengujian Hipotesis ........................................... 145
Lampiran 17. Perhitungan Skor Kuis Individu ............................................ 146
Lampiran 18. Perhitungan Skor Kelompok ................................................. 150
Lampiran 19. Lampiran Tabel Perhitungan ................................................. 151
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan
manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu,
perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.1
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa
mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi
peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan
memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Keberhasilan
pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala
unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah
siswa, guru, alat dan metode, materi dan lingkungan pendidikan. Semua
unsur tersebut saling terkait dalam mendukung tercapainya tujuan
pendidikan.
Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami
perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era global. Salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita adalah masih rendahnya
kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Banyak hal yang telah dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui
berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan
kurikulum, sertifikasi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran serta
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Namun demikian mutu
pendidikan yang dicapai belum seperti apa yang diharapkan. Perbaikan
1Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2009), h. 1.
1
2
yang telah dilakukan pemerintah tidak akan ada artinya jika tanpa
dukungan dari guru, orang tua, siswa, dan masyarakat. Berbicara tentang
mutu pendidikan tidak akan lepas dengan proses belajar mengajar. Di
mana dalam proses belajar mengajar guru harus mampu menjalankan tugas
dan peranannya, sehingga akan tercipta suatu kondisi lingkungan belajar
yang kondusif.
Belajar merupakan hal yang tidak akan pernah bisa terpisahkan
dalam pendidikan. Menurut pakar psikologi jika adanya perubahan
perilaku yang positif terhadap individu baru bisa dikatakan belajar. Dalam
pandangan Islam pun belajar adalah sebuah kewajiban, bahkan ayat Al-
Quran yang pertama kali turun perintah untuk membaca, dan membaca
bisa diartikan secara luas dengan belajar. Sesuai dengan firman Allah
SWT :
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah
laku ke arah yang lebih baik.2 Kegiatan proses pembelajaran merupakan
kegiatan paling pokok dalam keseluruhan pendidikan. Hal ini mengandung
2E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003),
Cet. 3, h. 100.
3
arti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung kepada bagaimana proses pembelajaran yang dialami peserta
didik atau siswa.
Masalah utama dalam pendidikan formal dewasa ini adalah masih
rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil
belajar peserta didik yang rendah. Proses pembelajaran di sekolah pada
umumnya belum menampakkan sistem belajar mengajar yang mengajak
siswa untuk aktif berfikir dan bertindak melakukan penggalian potensi
yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin disebabkan karena
metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang
relatif lebih sukar. Hal ini secara tidak langsung sangat mempengaruhi
rendahnya hasil belajar siswa. Keadaaan ini merupakan hasil kondisi
pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak mengajak siswa
untuk bersikap lebih aktif selama proses pembelajaran. Dalam arti
susbtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih
memberikan dominasi guru dan kurang memberikan akses bagi peserta
didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses
berpikirnya.
Pembelajaran IPA tidak hanya mempelajari sekumpulan fakta saja
(produk ilmiah) tetapi juga seharusnya menumbuhkan sikap ilmiah melalui
proses ilmiah/metode ilmiah. Salah satu cabang dari IPA adalah kimia.
Mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap
sulit oleh kebanyakan siswa. Konsep-konsep kimia merupakan konsep-
konsep yang cukup sulit dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat
abstrak, banyak rumus dan perhitungannya. Oleh karena itu mata pelajaran
kimia termasuk mata pelajaran yang membutuhkan variasi model
pembelajaran pada saat penyampaiannya. Rendahnya rata-rata hasil belajar
kimia tidak terlepas dari peranan guru dalam proses belajar mengajar. Pada
umumnya, dalam mengajarkan konsep-konsep kimia, guru masih
menganut teori tabula rasa, yaitu memindahkan pengetahuan dari pikiran
guru ke dalam pikiran siswa secara utuh. Pembelajaran yang dilakukan
4
oleh guru pada umumnya dengan cara menceramahkan konsep-konsep,
prinsip-prinsip dan hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada
siswa. Guru menganggap pembelajaran dengan cara ini sudah berhasil,
namun sesungguhnya siswa belum belajar secara aktif karena dalam
pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Sehingga ada
kecenderungan siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran kimia.
Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan
keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai
adalah menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang
bervariasi yang dapat menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya
cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti
bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan
menjadi bosan apabila hanya guru sendiri yang berbicara, sedangkan
mereka duduk, diam dan mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan
uraian guru dapat mematikan semangat belajar siswa. Selain itu ada pokok
bahasan yang memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode
ceramah dan lebih efektif melalui metode lain. Oleh karena itu, guru perlu
menguasai berbagai model pembelajaran.
Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu
dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode
pembelajaran mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, konsep, maupun
situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi lain. Demikian
pula suatu metode yang dianggap baik dalam mempelajari suatu konsep
yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil
dibawakan oleh guru lain.
Seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam
menyampaikan suatu konsep. Dengan variasi beberapa metode
pembelajaran, suasana kelas menjadi lebih hidup dan tidak membosankan.
Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu cara penyampaian, dalam
arti kesesuaian antara tujuan, konsep dengan metode, situasi dan kondisi
siswa maupun sekolah, serta kecakapan guru yang membawakan sehingga
5
guru sebagai pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas atau
kemudahan bagi kegiatan belajar siswa.
Model pembelajaran dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan
siswa ke arah tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, sebaiknya seorang
guru harus menguasai beberapa model pembelajaran untuk melaksanakan
proses belajar mengajar. Teori dan praktek pendidikan modern
memperhatikan siswa bukan sebagai penerima yang pasif dan banyak
membutuhkan pengawasan, tetapi harus diarahkan sebagai anak yang aktif
berpikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada pada diri
siswa.
Perlu adanya usaha untuk memperbaiki hasil belajar siswa dengan
berbagai cara antara lain: perbaikan model pembelajaran, penggunaan
model pembelajaran yang bervariasi, peningkatan sarana dan prasarana,
memberi motivasi siswa supaya semangat belajar, mengingatkan orang tua
siswa agar memberi motivasi belajar di rumah.
Cara untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
yang membawa kepada siswa aktif, salah satu model pembelajaran yang
berorientasi pada siswa adalah model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Model pembelajaran ini bisa melatih siswa aktif.
Model pembelajaran ini berbasis pada gotong royong. Falsafah yang
mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah
falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah
ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama
merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan
hidup. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau
sekolah.3 Penggunaan secara efektif keterampilan-keterampilan kooperatif
menjadi semakin penting untuk mengembangkan sikap saling bekerja
sama, mempunyai rasa tanggung jawab dan mampu bersaing secara sehat.
Sikap yang demikian akan membentuk pribadi yang berhasil dan
3Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2010), Cet. 7, h. 28.
6
menghadapi tantangan pendidikan yang lebih tinggi yang berorientasi pada
kelompok.
Menurut Johnson dan Johnson cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil
agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka
miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.4
Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam
berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Slavin menelaah penelitian dan
melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972
samapi dengan 1986, meyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif
terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan
meliputi bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, matematika
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, membaca, dan menulis. Studi yang
ditelaah itu dilaksanakan di sekolah-sekolah kota, pinggiran, dan pedesaan
di Amerika Serikat, Israel, Nigeria, dan Jerman. Dari 45 laporan tersebut,
37 di antaranya menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil
belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Delapan studi menunjukkan tidak ada perbedaan. Tidak
satupun studi menunjukkan bahwa kooperatif memberikan pengaruh
negatif.5
Salah satu model pembelajaraan kooperatif adalah tipe Jigsaw.
Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Mengajar
serta diajar oleh sesama siswa merupakan bagian penting dalam proses
pembelajaran. Pemilihan anggota dalam setiap kelompok juga harus
diperhatikan agar pembelajaran optimal. Keanggotaan kelompok
sebaiknya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuannya maupun
4Isjoni, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 17. 5Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA-University Press,
2001), h. 15.
7
karakteristik lainnya.6 Beberapa alasan lain yang menyebabkan model
jigsaw perlu diterapkan sebagai model pembelajaran yaitu tidak adanya
persaingan antar siswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk
menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikiran yang berbeda. Siswa
dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang
ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang
lain. Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan dari guru
serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi.
Dengan demikian, jika model pembelajaran ini diterapkan dalam proses
pembelajaran, maka akan terjadi pembelajaran student center, bukan
teacher center.
Melalui model pembelajaran jigsaw diharapkan dapat memberikan
solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga
memberikan pengalamn belajar dengan konsep baru. Pembelajaran jigsaw
membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa,
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan
sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan memiliki banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai: “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, ada beberapa
masalah yang diidentifikasi, sebagai berikut:
1. Rendahnya rata-rata hasil belajar kimia di sekolah.
2. Penerapan model pembelajaran sebagian besar masih teacher center,
bukan student center.
6Isjoni, Cooperative Learning…, h. 54.
8
3. Strategi pembelajaran yang sering digunakan guru untuk
menyampaikan materi pelajaran yang masih konvensional dan
monoton (tidak bervariasi).
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang
masalah dan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran kimia pada konsep Laju Reaksi.
2. Hasil belajar kimia dibatasi hanya pada aspek kognitif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah dalam
penelitian adalah: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep Laju
Reaksi?”
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep
Laju Reaksi.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
a. Untuk menambah pemahaman bagi penulis dalam penerapan ilmu
pendidikan di dalam dunia nyata, khususnya dalam pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa.
b. Bagi guru bidang studi khususnya kimia dapat menjadikan model
pembelajaran kooperatif sebagai salah satu alternatif dalam proses
pembelajaran.
9
c. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan,
mengembangkan kemampuan berpikir dan berpendapat positif, dan
memberikan bekal untuk dapat bekerja sama dengan orang lain.
10
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskrispsi Teoritis
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif
bisa menumbuhkan sikap saling ketergantungan antara sesama teman
dalam kelompoknya.1
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada
akhir tugas.2
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran
yang sangat tepat untuk meningkatkan aktifitas siswa selama proses
belajar mengajar. Model pembelajaran ini sangat berbeda dengan
ekspositori yang saat ini sangat luas penerapannya di Indonesia. Model
pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai aktifitas bersama
sejumlah siswa dalam satu kelompok tertentu untuk mencapai suatu tujuan
tertentu secara bersama-sama. Dalam belajar secara kooperatif siswa
1Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2003), h. 56. 2Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar), h. 54-55.
10
11
diharapkan untuk mendiskusikan materi pelajaran pada teman dalam
kelompoknya masing-masing.
Selama belajar kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya
selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-
keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan
kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi dan sebagainya. Di sini
terlihat jelas siswa diajak untuk lebih aktif belajar di kelas, tidak hanya
menjadi pendengar pasif.3
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja
kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang
maksimal ada lima unsur dasar yang terdapat dalam, yaitu:
a. Saling ketergantungan yang positif, artinya kelompok siswa saling
tergantung satu sama lain, yang perlu dipupuk adalah kerjasama.
b. Tanggung jawab perseorangan, artinya kelompok siswa selain
bertanggung jawab secara bersama juga bertanggung jawab secara
individu, mengembangkan potensi dan ide-ide yang melekat pada
dirinya.
c. Tatap muka, artinya karena pembelajaran dilakukan dalam kelompok
kecil interaksi dapat terjadi secara langsung satu sama lain.
d. Komunikasi antaranggota, yang merupakan bagian dari berpikir kritis
untuk menilai, menginterpretasikan informasi yang diperolehnya,
artinya siswa dituntut untuk memiliki kemampuan interaksi seperti
mengajukan pendapat, mendengarkan opini teman, menampilkan
kepemimpinan, kompromi, klarifikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya dan kelompok.
e. Evaluasi proses kelompok, yang terjadi pada saat anggota kelompok
mendiskusikan tingkat keberhasilan, dan efektivitas kerjasama yang
telah dilakukan dalam hal tingkat pencapaian tujuan kelompok,
3Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka , 2007), h. 41-42.
12
bagaimana mereka bekerja sama, bagaimana mereka berlaku positif
untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan
berhasil. Dalam hal ini guru perlu melakukan evaluasi pekerjaan siswa
baik kerja kelompok maupun individu.4
Lundgren mengelompokkan keterampilan khusus yang didapatkan
dari pembelajaran kooperatif atas tiga kelompok besar. Pertama,
keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain meliputi (a) bertanggung
jawab atas tugas yang diberikan kepada mereka, (b) mengambil giliran dan
membagi tugas, (c) menghargai kontribusi (d) menggunakan kesepakatan,
Kedua, keterampilan tingkat menengah antara lain meliputi (a)
mendengarkan dengan aktif, (b) bertanya, menyatakan pendapat yang
berbeda dengan baik, (c) menafsirkan, (d) memeriksa ketepatan.
Keterampilan ketiga adalah keterampilan tingkat mahir meliputi (a)
mengelaborasi atau memperluas konsep, (b) membuat kesimpulan, (c)
menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu.5
Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan model kooperatif
dalam pembelajaran di kelas. Satu diantaranya untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk memperbaiki hubungan dalam satu grup,
mengatasi rintangan sekelas secara akademik dan meningkatkan harga diri.
Alasan lainnya adalah menumbuhkan kesadaran bahwa siswa perlu belajar
untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan. Tujuan paling
penting pembelajaran kooperatif adalah memberikan pengetahuan, konsep,
keterampilan dan pemahaman yang diperlukan siswa dan setiap siswa
merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota-anggota
dalam kelompoknya. Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif
adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat kelak
pada saat mereka dewasa.
4Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 31-35. 5Anita Lie, Cooperative…, h. 46.
13
Setelah melihat beberapa penjelasan tentang pembelajaran
kooperatif, maka dapat disimpulkan lingkungan belajar dan sistem
pengelolaan pembelajaran kooperatif harus:6
a. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi.
b. Meningkatkan penghargaan peserta didik.
c. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai
keterampilan sosial.
d. Memberikan peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik.
e. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif.
f. Memfasilitasi terjadinya learning to live together.
g. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok.
h. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi
koreografer kegiatan kelompok.
i. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial
dalam individunya.
Jika melihat proses pembelajaran kooperatif yang tercipta, maka
memang model pembelajaran kooperatif sangat baik digunakan di sekolah.
Siswa akan merasa senang selama proses pembelajaran, berbeda dengan
penerapan model konvensional yang selama ini cenderung monoton. Siswa
tidak diajak aktif untuk mengerahkan seluruh kemampuannya. Mereka
cenderung pasif, karena langsung menerima informasi dari guru.
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa
dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal.
Selanjutnyaa siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini
diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama menyelesaikan tugas
mereka. Fase terakhir dalam pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil
akhir tugas kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta
6Agus Suprijono, Cooperative Learning…, h. 67.
14
memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Keenam fase tersebut dapat dirangkum sebagai berikut.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif7
Fase ke- Indikator Tingkat Laku Guru
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2 Menyajikan informasi
Guru menyajiakan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3 Mengorganisasikan kedalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membentuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun berkelompok
Setelah kita melihat proses pembelajaran koopertif, maka dapat
kita simpulkan bahwa ada empat macam peran guru dalam model
pembelajaran ini, yaitu: pertama, sebagai manajer seperti, membantu
siswa mengorganisasi diri, mengatur tempat duduk. Kedua, sebagai
pengamat (observer), guru mengamati dinamika yang terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung, ketiga sebagai pemberi saran (advisor),
dan keempat sebagai penilai (evaluator).
Menurut Jarolimek dan Parker ada beberapa keunggulan yang
diperoleh dalam pembelajaran kooperatif:8
7Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 48-49.
15
a. Saling ketergantung positif
b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan
e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan
guru
f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan
Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif, yaitu:9
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping
itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Setidaknya ada tiga tujuan penting pembelajaran kooperatif,
yaitu:10
a. Hasil Belajar Akademik
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai tujuan sosial,
pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap Keragaman
8 Isjoni, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 24. 9 Isjoni, Cooperative Learning…, h. 25 10Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA-University Press,
2001), h. 6-8.
16
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah
penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.
c. Pengembangan keterampilam sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di
mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam
organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana
masyarakat secara budaya semakin beragam.
2. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat beberapa variasi dari model tersebut, setidaknya terdapat enam
pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari strategi guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu STAD, TGT, TPS,
NHT, TAI, dan CIRC.
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja
dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Kemudian siswa diberikan tes tentang materi tersebut,
pada saat tes ini mereka tidak diperkenankan untuk saling membantu.11
2. Teams Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dikembangkan secara
asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa
memainkan permaianan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. TGT sangat cocok
11Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 52.
17
untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam
dengan satu jawaban benar.12
3. Think Pairs Share (TPS)
Strategi TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Stratergi TPS ini berkembang dari penelitian belajar
kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang
Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip
Arends, menyatakan bahwa TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu
berpikir, untuk merespon dan saling membantu.13
4. Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.14
5. Team Accelerated Instruction (TAI)
Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan
belajar secara individual. Tiap nggota kelompok akan diberi soal-soal
bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya.
Setelah itu hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh anggota tim yang lain,
jika seorang siswa telah mampu mengerjakan soal dalam satu tahap, maka
ia diperbolehkan untuk mengerjakan soal selanjutnya dengan tingkat
kesulitan yang lebih tinggi. Namun jika ia belum mampu menjawab suatu
12Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif…, h. 83. 13Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif..., h. 81. 14Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif…, h. 82.
18
soal, maka ia harus kembali mengerjakan kembali soal yang tingkat
kesulitannya sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang lebih sulit.15
6. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Teknik ini sejenis denga TAI, namun hanya ditekankkan pada
pengajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari
siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim dan
kuis.16
3. Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin
dan teman-teman di Universitas John Hopkins.17 Menurut Aronson dalam
Yueh-Min Huang, setiap pelajar dalam kelompok Jigsaw dianggap
sebagai ahli dalam aspek tertentu dari topik-topik yang diteliti, dan
diharapkan untuk berkontribusi dalam memberikan pengetahuan yang
tidak dimengerti anggota kelompok lainnya.18 Jigsaw dikatakan dapat
meningkatkan belajar siswa karena a) siswa tidak tertekan dalam belajar,
b) meningkatkan jumlah partisipasi siswa dalam kelas, c) mengurangi
kebutuhan daya saing dan d) mengurangi dominasi guru dalam kelas.19
Dalam penerapan model Jigsaw, antara lain anak diberi
kesempatan untuk bertanggung jawab secara penuh, bertanggung jawab
terhadap kelompoknya, maupun bertanggung jawab dalam penguasaan dan
penyampaian informasi kepada anggota kelompok. Karena pemikiran
dasar dari teknik Jigsaw ini adalah memberi kesempatan siswa untuk
berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa
15Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 138. 16Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran…, h. 138. 17Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif…, h. 20. 18Yueh-Min Huang and Tieng-Chi Huang, “Using Annotation Services in Ubiquitous
Jigsaw Cooperative Learning Environment”, from Educational Technology and Society, 11(2), 3-15, 2008, p. 4.
19Qiao Mengduo and Jing Xiaoling, “Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”, from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4, August 2010, p. 114.
19
merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Mula-mula
siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang
siswa. Masing-masing anggota mengerjakan salah satu bagian yang
berbeda dengan yang dikerjakan oleh anggota lainnya. Kemudian mereka
memencar ke kelompok-kelompok lain, tiap anggota membentuk
kelompok baru yang memilki tugas yang sama, dan saling berdiskusi
dalam kelompok tersebut. Cara ini membuat masing-masing anggota
menjadi ahli sebelum kembali ke kelompok asalnya untuk mengerjakan
tugas utama. Sehingga strategi ini memberikan kesempatan pada setiap
siswa untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap siswa lainnya.
Setelah proses ini, guru bisa mengevaluasi pemahaman siswa mengenai
keseluruhan tugas. Jadi siswa akan bergantung kepada rekan-rekan dalam
kelompoknya. Jika model ini diaplikasikan secara teratur dan
berkelanjutan dapat menumbuhkan kreativitas siswa yang sudah cukup
lama terpasung.
Menurut Aronson dalam Ali Gocer, dalam pembelajaran model
Jigsaw siswa dibagi dalam kelompok 5 - 6 siswa per masing-masing
kelompok. Setiap kelompok diberikan subjek dibagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil sama dengan jumlah anggotanya sehingga setiap
siswa diberi bagian. Setelah siswa belajar bagian mereka sendiri, mereka
menyusun kembali, dan setiap anggota mengajarkannya bagian dia ke
anggota kelompok lainnya. Mereka bertukaran pertanyaan dan pastikan
bahwa materi harus dipahami sepenuhnya oleh setiap anggota kelompok.
Integritas dicapai dengan memiliki semua anggota kelompok membuat
presentasi mereka, sehingga membawa semua potongan bersama-sama.20
Jing Meng dalam jurnalnya menjelaskan bahwa setiap siswa dalam
satu tim diberi bagian tertentu dari suatu konsep. Setelah membaca, para
siswa di masing-masing kelompok yang mempelajari bagian yang sama
membentuk kelompok ahli untuk membahas dan menguasai informasi.
20Ali Gocer, “A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres”, from Educational Research and Reviews Vol.5 (8), August, 2010, p. 442.
20
Selanjutnya, mereka kembali untuk tim asli mereka dan mengajarkan
bagian mereka untuk rekan tim. Akhirnya, semua anggota tim diuji dalam
keseluruhan materi.21
Untuk lebih jelasnya hubungan antara kelompok asal dan
kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:
(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal) Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw22
Keterangan: Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran yang mencakup topik materi yang telah dibahas.
Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw:23
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6
orang)
21Jing Meng, “Jigsaw Cooperative Learning in English Reading”, from Journal of
Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4, July, p. 502. 22Durmus Kilic, “The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the
Principles and Methods of Teaching”, from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114, 2008, p. 111.
23Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 56-57.
# &
@ %
# &
@ %
# &
@ %
# &
@ %
# #
# #
& &
& &
@ @
@ @
% %
% %
21
b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya
bertugas mengajar teman-temannya.
f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu.
Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut:
I. Tahap Pendahuluan
a. Review, apersepsi, motivasi
b. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai
dan menjelaskan manfaatnya.
c. Pembentukan kelompok.
d. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang
heterogen.
e. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.
II. Tahap Penguasaan
a. Siswa dengan materi/soal sama bergabung dalam kelompok ahli
dan berusaha manguasai materi sesuai dengan soal yang diterima.
b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
III. Tahap Penularan
a. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.
b. Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima
materi dari siswa lain.
c. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
22
d. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal.
IV. Penutup
a. Guru bersama siswa membahas soal
b. Kuis/Evaluasi
Pada akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan atas
keberhasilan kelompok dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:24
a. Menghitung skor individu
Menurut Slavin untuk memberikan skor perkembangan individu
dihitung seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal….
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah
skor awal….
Skor awal sampai 10 poin di atas skor
awal….
Lebih dari 10 poin di atas skor awal….
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor
awal)….
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
b. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor
perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah
anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan
kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada
tabel berikut:
24Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 55-56.
23
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-Rata Tim Predikat
0 ≤ x ≤ 5
5 ≤ x ≤ 15
15 ≤ x ≤ 25
25 ≤ x ≤ 30
-
Tim baik
Tim hebat
Tim super
Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas dan melihat proses
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dapat disimpulkan beberapa
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya.
Kelebihan:
1) Siswa tidak perlu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber dan belajar dengan siswa lain.
2) Mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau gagasan dengan
kata-kata atau verbal dan membandingkan dengan ide orang lain.
3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta meneriman segala perbedaan.
4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
5) Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, serta
motivasi dan memberikan rangsangan berpikir.
Kekurangan:
1) Dalam memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif
memang membutuhkan waktu untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam
ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
2) Jika tanpa peer teaching yang efektif maka pemahaman tidak akan
pernah dicapai oleh siswa.
24
3) Guru perlu menyadari hasil atau prestasi yang diharapkan pada setiap
individu siswa.
4) Kemampuan aktifitas dalam kehidupan hanya didasarkan kepada
kemampuan secara individual.
5) Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode
waktu yang cukup panjang.
4. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas
dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar.
Hakekat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima
apa yang diberikan guru. Biasanya guru menyampaikan informasi
mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara
lisan, yang dikenal dengan istilah, kuliah, ceramah, dan lecture. Dalam
pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat
informasi yang telah diberikan oleh guru serta mengungkapkan kembali
apa yang dimiliki melalui respon siswa yang diberikan saat guru
melontarkan pertanyaan.
Pada pendekatan ekspositori, tidak terus menerus memberi
informasi tanpa peduli apakah siswa memahami informasi itu atau tidak.
Guru hanya memberi informasi pada saat tertentu jika diperlukan,
misalnya pada permulaan pelajaran, memberi contoh soal, menjawab
pertanyaan siswa dan sebagainya. Syamsudin Makmun mengemukakan
bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan
secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan
mencernanya secara teratur dan tertib.25
Secara garis besar prosedur pengajaran dengan pendekatan
ekspositori adalah sebagai berikut:26
25Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.79. 26Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 21.
25
a. Preparasi/Persiapan
Guru mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.
b. Apersepsi
Guru memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa
kepada materi yang akan diajarkan.
c. Presentasi
Guru menyajikan bahan pengajaran dengan cara memberikan ceramah,
menyuruh siswa membaca bahan yang sudah siap diajarkan dari buku
teks tertentu atau ditulis sendiri oleh guru.
d. Resitasi
Guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang
dipelajari atau siswa disuruh untuk menyatakan kembali dengan kata-
kata sendiri. Resitasi tentang pokok-pokok yang dipelajari, baik secara
lisan maupun tulisan.
Adapun keunggulan dan kelemahan Pendekatan Ekspositori27
Kelebihan:
1) Dengan pendekatan ekspositori, guru bisa mengontrol urutan dan
keluasan materi pembelajaran.
2) Dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai
siswa sangat luas, sementara waktu yang disediakan cukup terbatas.
3) Selain siswa dapat mendengar melalui penuturan, siswa juga bisa
melihat atau mengobservasi.
4) Bisa digunakan untuk jumlah dan ukuran kelas yang besar.
Kelemahan
1) Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
27Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 188-189.
26
2) Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan
gaya belajar.
3) Karena lebih banyak disampaikan melalui ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam sosialisasi, serta
kemampuan berpikir kritis.
4) Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada persiapan guru, baik
persiapan, pengetahuan, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai
kemampuan yang lain.
5) Karena lebih banyak satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol
pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan terbatas pula.
5. Hakekat Belajar dalam Pembelajaran Kooperatif
Manusia belajar karena ingin tahu dan ingin mengembangkan
tingkah laku yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Hal ini
berarti bahwa dengan belajar, seseorang dapat merubah tingkah lakunya.
Dengan belajar seseorang memperoleh kecakapan, pengertian,
keterampilan, kegemaran, sikap, dan kepuasan.
Menurut Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di
mana suatu organisma berubah perilakunya akibat pengalaman.28 Dengan
demikian bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah
pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan. Kebiasaan, sikap,
pengertian, penghargaan minat, peyesuaian diri, pendeknya mengenai
segala aspek organisme atau pribadi seseorang
Hinzman dalam Muhibbin Syah berpendapat bahwa belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisma, manusia atau hewan
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
28Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 11.
27
organisma tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang
ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi organisme.29
Johan B. Carrol mengemukakan sejumlah faktor yang mempunyai
hubungan fungsional dengan tingkat belajar. Faktor tersebut adalah:30
a. Waktu yang disediakan
b. Usaha dari masing-masing individu
c. Bakat yang dimiliki
d. Kemampuan untuk menangkap pelajaran
e. Kualitas pelajaran yang diterima
Pembelajaran kooperatif berpedoman pada pendekatan
kontruktivisme. Kontruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa
membina pengetahuannya sendiri atau konsep secara aktif berdasarkan dan
pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan
pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina
pengetahuan baru. Dalam teori kontruktivisme, penekanan diberikan
kepada siswa lebih daripada guru. Ini disebabkan siswalah yang berinterksi
dengan bahan dan peristiwa dan memperoleh pemahaman tentang bahan
dan peristiwa tersebut. Oleh karena itu siswa membina sendiri konsep dan
membuat penyelesaian terhadap suatu masalah. Pembelajaran secara
kontruktivisme menerusi pembelajaran kooperatif yang membina sendiri
pengetahuan, konsep dan ide secara aktif akan menjadikan siswa lebih
paham, lebih yakin dan lebih bersemangat.
Driver dan Bell mengemukakan prinsip-prinsip kontruktivisme
dalam pembelajaran, yaitu:
a. Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung dari pengalaman
pembelajaran di ruang kelas, tetapi tergantung pula pada pengetahuan
pelajar sebelumnya.
29Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. 64. 30Mulyati Arifin, Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, (Surabaya:
Airlangga University Press, 1995), h. 205.
28
b. Pembelajaran adalah mengkonstruksi konsep-konsep.
c. Mengkonstruksi konsep adalah adalah proses aktif dalam diri pelajar.
d. Konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi.
e. Siswalah yang paling bertanggung jawab terhadap cara dan hasil
pembelajaran mereka.
f. Adanya semacam pola terhadap konsep-konsep yang dikonstruksi
pelajar dalam struktur kognitifnya.31
Setidaknya terdapat tiga teori belajar dalam memahami
pembelajaran kooperatif. Tiga diantaranya sebagaimana disebutkan
berikut:32
a. Teori Ausubel
Menurut Ausubel bahan pelajaran yang dipelajari haruslah
bermakna (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif adalah
fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi. Dikaitkan
dengan pembelajaran kooperatif konsep yang dipelajari tidak hanya
dihafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat dipraktekkan
dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan
masalah.
b. Teori Piaget
Jika dihubungkan dalam pembelajaran, teori ini mengacu
kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi
peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya
sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan
direkonstruksi peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam
kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif.
31Isjoni, Cooperative Learning…, h. 33-34. 32Isjoni, Cooperative Learning…, h. 35-40.
29
Pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran aktif dan
partisipatif.
Menurut teori ini proses pembelajaran akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan peringkat perkembangan kognitif siswa.
Siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan
teman sebaya. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada pelajar agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif
mencari dan menemukan berbagai hal dan lingkungan.
c. Teori Vygotsky
Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu
perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian
yang spontan dan ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang
didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah
pengertian yang didapat dari ruang kelas, atau yang diperoleh dan
pelajaran di sekolah. Menurut teori ini pembelajaran terjadi pada saat
anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal. Yang dimaksud
zona perkembangan proksimal adalah jarak antara tingkat
perkembangan sesunggguhnya dengan tingkat perkembangan
potensial.
Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan
potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan
orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih
mampu. Dengan demikian, tingkat perkembangan potensial dapat
disalurkan melalui model pembelajaran kooperatif.
6. Hakekat Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dua kata, yaitu hasil dan belajar. Secara umum,
hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk pertumbuhan dan
perubahan tingkah laku seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku
30
yang baru itu misalnya dari titak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-
pengertian baru, perubahan sikap dan kebiasaan-kebisaan serta
keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial,
emosional dan pertumbuhan jasmaniah.
Hasil belajar yang ingin dicapai dalam penelitian ini hanya pada
aspek kognitif, oleh karena itu untuk mengukurnya perlu dibuat tes hasil
belajar. Tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang
ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan
disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci
jawabannya.33
Menurut Gagne, ada lima kemampuan sebagai hasil belajar, yaitu:
(1) keterampilan intelektual (suatu kemampuan seseorang menjadi
komponen suatu subjek sehingga ia dapat mengklasifikasikan,
mengidentifikasi, mendemonstrasikan, dan mengeneralisasikan suatu
gejala), (2) strategi kognitif (kemampuan seseorang untuk bisa mengontrol
aktifitas intelektualnyadalam mengatasi masalah yang dihadapi), (3)
informasi verbal (kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa lisan
maupun tulisan dalam mengungkapkan suatu masalah), (4) keterampilan
motorik yaitu kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan semua
gerak otot secara teratur dan lancar dalam dalam keadaan sadar), dan (5)
sikap (kecenderungan dalam menerima dan menolak suatu objek sikap).
Menurut Bugelski, pada sistem pembelajaran biasanya hasil belajar
dipengaruhi oleh kualitas guru dan kondisi sekolah, seperti ketersediaan
alat-alat dalam belajar.
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:34
a. Faktor Internal yang meliputi dua sapek, yakni aspek fisiologis dan
aspek psikologis, yang terdiri dari lima faktor, yaitu:
33Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), h. 76. 34Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 144-155
31
1. Intelegensi Siswa, yaitu kemampuan psiko-fisik untuk mereaksikan
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat.
2. Sikap Siswa, yaitu sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tepat terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
3. Bakat Siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4. Minat Siswa, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
5. Motivasi Siswa, yaitu keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah.
b. Faktor Eksternal terdiri atas dua macam, yakni:
1. Lingkungan Sosial, seperti para guru, para staf administratif dan
teman-teman sekelas.
2. Lingkungan Nonsosial (sarana dan prasarana), termasuk di
dalamnya media pembelajaran.
c. Faktor Pendekatan Belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan
dilihat bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat mempengaruhi hasil belajar kimia di sekolah. Selain itu
satu sisi juga akan dilihat bagaimana penggunaan pendekatan
ekspositori dalam mempengaruhi hasil belajar kimia siswa, apakah
lebih baik ataukah tidak. Keseluruhan faktor di atas secara ringkas
dapat dijelaskan dalam tabel berikut:35
35 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 156
32
Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ragam Faktor dan Unsur-Unsurnya Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan
1. Aspek Fisiologis: - tonus jasmani - mata dan telinga
2. Aspek Psikologis: - intelegensi - sikap - minat - bakat - motivasi
1. Lingkungan Sosial: - keluarga - guru dan staf - masyarakat - teman
2. Lingkungan Nonsosial: - rumah - sekolah - peralatan - alam
1. Pendekatan Tinggi - speculative - achieving
2. Pendekatan Menengah - Analytical - Deep
3. Pendekatan Rendah - reproductive - surface
Sedangkan menurut Kenneth Dunn ada beberapa faktor yang
mempengaruhi cara beberapa belajar seseorang, yaitu:36
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan belajar yang ideal berbeda menurut setiap orang. Beberapa
orang senang bekerja dalam kondisi udara yang hangat, cat ruangan
yang terang, desain meja yang bagus, dan sebagainya.
b. Faktor Emosi
Ada kelompok siswa yang dalam melaksanakan tugas dapat bekerja
dengan baik dari permulaan sampai selesai, tetapi banyak siswa yang
dalam melaksanakan tugas setiap tahap memerlukan dorongan untuk
menyelesikan.
c. Faktor Sosial
Ada kelompok siswa yang tidak berminat belajar seseuatu dari
kelompoknya. Ada yang lebih senang belajar dari didri sendiri, ada
juga kelompok orang yang mau belajar dari orang lebih tua karena
faktor tradisi.
d. Faktor Personal
36Mulyati Arifin, Pengembangan Program …, h. 211-212.
33
Ada sekelompok siswa yang senang belajar jika melihat sesuatu, ada
yang lebih senang belajar jika mendengar sesuatu misalnya radio. Ada
yang senang belajar duduk di depan meja tulis, ada yang sambil jalan
sekeliling ruangan. Ada yang melakukan tugas senang pagi, sebagian
lagi senang siang atau malam.
Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan
terjadi atau tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa masalah-
masalah baik internal maupun eksternal. Jika siswa tidak dapat mengatasi
masalah tersebut, maka dia tidak belajar dengan baik.
Selain beberapa faktor di atas ada beberapa hal yang juga perlu
diperhatikan diantaranya adalah konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu
menggunakan bermacam-macam strategi belajar. Selain konsentrasi
belajar, kebiasaan belajar juga dapat memepngaruhi hasil belajar. Dalam
kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan tersebut antara lain, belajar pada akhir semester, belajar tidak
teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar dan lain-lain.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat dijumpai di berbagai
sekolah yang ada, baik di kota besar, kota kecil ataupun di pelosik desa.
Kemungkinan yang menjadi penyebab kebiasaan yang kurang baik ini,
karena ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini
dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
7. Laju Reaksi
a. Pengertian Laju Reaksi37
Adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi tiap
satuan waktu. Reaksi kimia berlangsung dalam kecepatan yang
37Unggul Sudarmo, Kimia untuk SMA XI, (Surakarta: Phibeta, 2007), h. 75
34
berbeda-beda. Misalnya peristiwa meledaknya bom atom berlangsung
dengan cepat. Sedangkan perkaratan besi berlangsung dengan lambat.
Setiap reaksi kimia mempunyai laju reaksi tertentu. Logam-logam
yang bereaksi dengan air memiliki laju yang berbeda-beda. Kalium,
logam yang sangat reaktif, bereaksi sangat cepat dengan air dingin.
Magnesium bereaksi lambat dengan air dingin.
Pada reaksi P Q, setiap saat konsentrasi P berkurang, sedangkan
konsentrasi Q bertambah. Dengan demikian reaksi dapat diartikan
sebagai:
- Berkurangnya konsentrasi pereaksi (P) tiap satuan waktu
- Bertambahnya konsentrasi hasil reaksi (Q) tiap satuan waktu
Keadaan ini dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan
waktu sebagai berikut:
[ ] Kecepatan reaksi dapat dirumuskan:
P
atau
Q
0
b. Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi38
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel
zat yang bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul
pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif
yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan
bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi
pengaktifan) yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki
38Sandri Justiana dan Muchtaridi, Chemistry For Senior High School, (Jakarta:
Yudhistira, 2009), h. 108-130.
V = ‐ V =
35
molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan
zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia
dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik
molekul atau menurunkan harga energi aktivasi.
1) Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung
(kecepatan reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar
konsentrasi berarti jarak antarmolekul rapat/padat, sehingga
semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan
reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.
2) Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan
terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat
reaksinya. Zat padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih
besar daripada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk
bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.
3) Pengaruh suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin
tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula
energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang
memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya
reaksi makin cepat.
4) Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada
akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis
mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu
energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat
berlangsung.
Persamaan reaksinya:
36
A. Reaksi tanpa katalis A + B → AB
B. Reaksi dengan katalis (sebagai katalis C) I. A + C → AC (cepat) II. AC + B→ AB + C (cepat)
_______________________ +
A + B → AB (cepat)
c. Orde Reaksi dan Persamaan Laju Reaksi39
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari)
konsentrasi dalam persamaan laju. Jika perubahan konsentrasi tidak
mempengaruhi laju reaksi, maka disebut orde nol. Jika laju reaksi
berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu
pereaksi maka reaksi tersebut diakatakn sebagai reaksi orde pertama.
Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi
dipangkatkan orde reaksi (tingkat reaksi). Sedangkan laju reaksi orde
dua merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi.
Secara umum pada reaksi Aa + bB → cC + dD. Laju reaksi
dirumuskan dengan:
v = k[A]m[B]n
Ket:
v = laju reaksi m = orde reaksi terhadap A
[A] = konsentrasi A (M) n = orde reaksi terhadap B
[B] = konsentrasi B (M) m + n = orde reaksi
K = ketetapan laju reaksi
8. Penelitian Yang Relevan
Di bawah ini penulis menyajikan beberapa hasil penelitian yang
berkenaan dengan judul, penelitian penulis diantaranya:
Saila Mahdina Basya, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang berjudul “Perbandingan Hasil
39Keenan, et.al., Kimia untuk Universitas, (Jakarta: Erlangga, 1998), h. 531.
37
belajar Kimia antara yang Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw dan Pembelajaran Konvensional”. Penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dibandingkan yang
menggunakan metode konvensional yaitu 68,18 berbanding 54,77.40
Diana Supriyatin, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia. Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar
Siswa dengan Metode Jigsaw dan Ekspositori pada Konsep Elektrolit dan
Nonelektrolit Terintegrasi Nilai”. Penelitian ini memberikan kesimpulan
bahwa penggunaan metode jigsaw lebih baik dibandingkan metode
ekspositori.41
Qiao Mengduo dan Jing Xiaoling dalam Jurnal Jigsaw Strategy as a
Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners. Sebuah
kesimpulan ditarik bahwa teknik jigsaw merupakan cara yang efektif
untuk mempromosikan partisipasi dan antusiasme siswa serta teknik yang
berguna untuk pembelajar bahasa menyelesaikan tugas belajar di kelas
EFL.42
Ali Gocer dalam jurnal A Comparative Research on The Effectivity
of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching
Literary Genres, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw ditemukan lebih efektif daripada metode pembelajaran
konvensional.43
40Saila Mahdina Basya, “Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa antara yang
Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran Konvensional”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 57, t.d.
41Diana Supriyatin, “Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan metode Jigsaw dan Ekspositori Pada Konsep Elektrolit dan Nonelektrolit Terintegrasi Nilai”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 81, t.d.
42Qiao Mengduo and Jing Xiaoling, “Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”, from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4, August 2010)
43Ali Gocer, “A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres”, from Educational Research and Reviews Vol.5 (8), August, 2010)
38
Jing Meng dalam jurnal Jigsaw Cooperatif Learning in English
Reading”, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
mendorong minat belajar bahasa Inggris siswa, membangkitkan motivasi,
dan meningkatkan kemampuan membaca mereka. Pembelajaran kooperatif
jigsaw adalah salah satu cara mengajar yang paing efektif untuk belajar
bahasa Inggris di perguruan tinggi.44
Durmus Kilic dalam jurnal “The Effect of Jigsaw Technique on
Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching”,
menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw memberikan pengaruh positif terhadap proses pembelajaran
dibandingkan dengan metode konvensional.45
Leen Kiat-Soh dalam jurnal “Implementing the Jigsaw Model in
CS1 Close Labs” menyatakan bahwa teknik Jigsaw meningkatkan kinerja
siswa dan konsisten kinerja siswa dalam proses pembelajaran.46
Yurni Suasti, dalam jurnal “Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa
SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative Learning
Model Jigsaw. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat pengaruh yang
baik dalam peningkatan kreatifitas, walaupun tidak signifikan.47
F.A. Suprapto Mukti Nugroho, dalam jurnal “Remedial Teaching
dengan Teknik Jigsaw sebagai Pendukung Kurikulum 2004”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan remedial teaching
menggunakan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw ini cukup
efektif untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada
44Jing Meng, “Jigsaw Cooperatif Learning in English Reading”, from Journal of
Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4, pp 501-504, July 2010, p. 503. 45Durmus Kilic, “The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the
Principles and Methods of Teaching”, from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114, 2008, p. 113
46Leen Kiat-Soh, “Implementing the Jigsaw Model in CS1 Close Labs” (ITi CSE, June 26-28, Bologna, Italy, 2006)
47Yurni Suasti, “Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperatve Learning Model Jigsaw”, dalam Jurnal Pembelajaran, No.4 Tahun 26, Desember 2003.
39
akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam,
menyongsong diberlakukannya kurikulum 2004.48
H. M. Sirih dan Muhammad Ali, dalam jurnal “Penerapan Model
Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan
Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMPN 2 Kendari”.
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan tanggungjawab
siswa serta mengefektifkan penggunaan waktu dan pola pergerakan
siswa.49
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran kimia di sekolah merupakan hal yang penting. Mata
pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia yang bersifat abstrak dan banyak konsep
yang sulit untuk dipelajari, membuat pelajaran ini semakin tidak disukai oleh
para siswa.
Pembelajaran sekolah saat ini juga pada umumnya masih berpusat
pada guru (teacher center), bukan berpusat pada siswa. Metode yang
digunakan juga masih monoton. Oleh karena itu perlu dibentuk suatu
pembelajaran yang lebih bermakna selama proses pembelajaran. Pembelajaran
akan lebih bermakna bila guru mampu menciptakan kondisi belajar yang tidak
membosankan, untuk itu diperlukan kreativitas seorang guru dalam
menggunakan metode-metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar di
kelas.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar rendah, salah
satunya karena tidak tepatnya metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran, seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya. Cara
penyampaian materi yang monoton semakin membuat siswa jenuh dalam
48F.A. Suprapto Mukti Nugroho,“Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai
Pendukung Kurikulum 2004”, dalam Jurnal Widya Tama, Vol. 2 No. 3, September 2005. 49Sirih dan Muhammad Ali, “Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan
Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMPN 2 Kendari”, dalam Jurnal MIPMIPA, Vol.6, No.1, Februari 2007.
40
kelas. Hal ini yang juga menyebabkan siswa sulit untuk mengaplikasikan mata
pelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari, karena kurangnya penguasaan
konsep. Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran di
kelas yaitu pendekatan ekspositori, yang mengarah kepada teacher center. Hal
ini yang bisa membuat pelajaran kimia semakin jenuh dan siswa sulit untuk
memahami.
Semenjak 2004 kurikulum yang berlaku di Indonesia sudah berubah
mulai dari KBK dan KTSP. Sehingga proses pembelajaran di kelas harus
diupayakan menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif, mengadakan
analisis, membentuk sikap positif, memecahakan masalah, merangsang dan
memungkinkan bagi siswa untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri
berpikir secara mandiri serta bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan
kemampuannya, sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep kimia secara
benar dan utuh.
Kurikulum saat ini menuntut suatu proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan berbagai kemampuan siswa. Hal tersebut dapat
dibantu dengan peer learning yakni proses belajar bersama dengan teman
sebaya dan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus moderator dan
pembimbing, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pemikirannya tanpa dihambat, mengembangkan bersama dengan teman-
temannya untuk dapat saling belajar berkelanjutan, saling bekerja sama dalam
proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa diberi kesempatan
bukan hanya sekedar belajar tetapi juga saling mengajarkan satu sama lain
sehingga diharapkan siswa mampu tidak hanya berpikir sendiri dan
mempertanggungjawabkannya, namun juga saling berbagi dalam proses
transfer pengetahuan. Selanjutnya melalui proses kebersamaan tersebut akan
melatih siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai
perbedaan, meningkatkan partisipasi, motivasi, sikap positif, mengurangi
kecemasan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
41
Dengan demikian diduga ada pengaruh penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa.
Gambar 2.2. Alur Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
Dari kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh hasil belajar kimia siswa antara yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dibandingkan dengan yang menggunakan pendekatan ekspositori.
Ha : Terdapat pengaruh hasil belajar kimia siswa antara yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dibandingkan dengan yang menggunakan pendekatan ekspositori.
-Hasil Belajar Rendah - Tabula Rasa -Siswa Pasif -Teacher Center
-Kimia bersifat abstrak - Konsep Sulit dipelajari
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw
-Siswa Aktif -Menerima Perbedaan -Kerjasama
Hasil Belajar Siswa
-KBK
-KTSP
Permasalahan Ilmu Kimia Kurikulum
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011,
yaitu pada tanggal 3-24 November 2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Nusa Putra Tangerang yang beralamat di
Jl. Teuku Umar No. 12 Kel. Nusa Jaya, Karawaci Tangerang.
B. Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode quasi
eksperimen (eksperimen semu), yaitu metode penelitian yang tidak
mencukupi semua syarat-syarat dari suatu eksperimen.1 Metode quasi
eksperimen dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang homogen, dengan
membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok pengamatan.
Penelitian ini memiliki karakteristik, yakni dengan membandingkan dua
kelompok perlakuan yang memiliki subjek setara, sehingga perbedaan hasil
variabel terikat dari dua kelompok itu bukan disebabkan oleh perbedaan
subjek, melainkan akibat dari perlakuan yang dikenakan kepada variabel
bebas kelompok tersebut. Kelompok pertama adalah kelompok dengan
perlakukan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelompok kedua adalah
kelompok dengan perlakuan konvensional dengan metode ekspositori.
Adapun rancangan penelitian sebagai berikut:
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Only Posttest Control Group Design.
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 84.
42
43
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
E XE T
K XK T
Keterangan:
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok kontrol
XE : Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen, yaitu dengan
kooperatif Jigsaw.
XK : Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol, yaitu dengan metode
Ekspositori.
T : Tes akhir yang sama pada kedua kelompok
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 Tujuan diadakannya
populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya anggota sampel yang
diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah
generalisasi.3 Populasi dalam penelitain dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
populasi target dan populasi terjangkau. Adapun populasi target pada
penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi kelas XI SMA Nusa Putra Tangerang
yang terdaftar pada tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA Nusa Putra
Tangerang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu
mengambil sampel pada kelas yang tersedia tanpa melakukan simple random
sampling. Jumlah sampel sebanyak 80 siswa yang dikelompokkan menjadi
2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 130.
3Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 181.
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 131.
44
dua kelas, yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 2
sebagai eksperimen.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.5 Selain
itu tes juga dapat diartikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di
bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas,
atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, sehingga dapat dihasilkan
nilai.6
Instrumen tes untuk mengukur aspek kognitif hasil belajar siswa
pada konsep laju reaksi dibuat tes pilihan ganda (PG) sebanyak 22 soal
dengan lima alternatif pilihan jawaban. (lampiran 1)
E. Teknik Pengolahan Data
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes ini terlebih
dahulu diujicobakan kepada responden di luar kelas eksperimen dan kontrol
untuk mengetahui validitas, realibilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda
soal.
1. Uji Validitas
Validasi berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap
Dengan kata lain validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat
penilaian mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang
5Daryanto, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 35. 6Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 67.
45
valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang
tidak valid berarti memiliki validitas rendah.7
Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi (content
validity). Maksudnya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi dan
indikator pembelajaran. Rumus untuk menguji validitas soal:8
Keterangan:
rpbis = Koefisien korelasi point biserial
Mp = Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang
dicari korelasinya dengan tes
Mt = Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)
St = Standar deviasi skor total
p = proporsi subjek yang menjawab betul
q = 1- p
Untuk mengetahui validitas dari butir soal peneliti menggunakan
program ANATES (Lampiran). Dari 35 soal yang diujicobakan, 22 soal
yang dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh dengan tes yang
sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran
lainnya. Realibilitas bisa diartikan juga dengan ketepatan atau keajegan
instrumen dalam menilai apa yang dinilainya. Maksudnya, kapanpun
instrumen tersebut digunakanakan memberikan hasil yang relatif sama.9
Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu tes yang
7Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 168 8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 283 9Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 109.
46
berbentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus K–R 20,
yaitu:10
Keterangan:
11r = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
Vt = Varians total
P = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir
(proporsi subjek yang mendapat skor 1)
Untuk mengetahui reliabilitas dari butir soal, peneliti menggunakan
program ANATES (lampiran ). Dari hasil ANATES, diperoleh nilai
reliabilitas sebesar 0,91.
3. Taraf Kesukaran
Pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah tiap butir soal
yang terdapat pada instrumen tes termasuk soal kategori mudah, sedang,
atau sulit.
Untuk menentukan tingkat kesukaran soal pada instrument
penelitian ini menggunakan rumus:
Keterangan:
P = indeks kesukaran
10Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 188.
47
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
JS = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksudkan
Kriteria indeks kesukaran soal sebagai berikut:
0,00 – 0,30 = sukar
0,03 – 0,70 = sedang
0,70 – 1,00 = mudah11
Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari soal, peneliti
menggunakan program ANATES. Dari hasil dapat dilihat bahwa sepuluh
soal dinyatakan sangat mudah, empat belas dinyatakan mudah, sepuluh
soal dinyatakan sedang, satu soal dinyatakan sangat sukar.
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
Rumus yang digunakan:12
Keterangan:
JA = jumlah peserta kelompok atas
JB = jumlah peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda:
D = 0,00 – 0,20 : jelek
D = 0,02 – 0,40 : cukup
11 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar…, h. 208 12 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar…, h. 213
48
D = 0,04 – 0,70 : baik
D = 0,70 – 1,00 : baik sekali
Untuk mengetahui daya pembeda dari butir soal, peneliti
menggunakan program ANATES
F. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji-t dengan taraf
signifikan α = 0,05. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan
uji statistik dengan menggunakan uji-t. Tetapi sebelumnya dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis
data.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan
adalah Uji Liliefors.
Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai berikut:
a. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang paling terbesar
b. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus:
Zi = S
XX i
Keterangan:
Zi = Skor baku
X = Nilai rata-rata
Xi = Skor data ke- i
S = Simpangan baku
c. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Z,
dan sebut dengan F (Zi).
49
Jika, Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Zi < 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel)
d. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn yang lebih atau sama dengan Zi
jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:
S (Zi) = n
ZZZBanyaknya n...,2,1 yang Zi
e. Hitung selisih F (Zi) - S (Zi) , kemudian tentukan harga mutlaknya
)()( ii ZSZF
f. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini
disebut Lo.
Lo = max )()( ii ZSZF
g. Interpretasikan dengan membandingkannya pada tabel L.
h. Kesimpulan:
Jika Lo < Lt : Sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal
Lo < Lt : Sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal13
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji
homogenitas dua varians atau Uji Fisher dengan taraf signifikan α =
0,05.
Keterangan:
13Sudjana, Metode Statistik, (Bandung : Tarsito, 2002), Cet. 3, h. 466.
50
F = Fhitung
S12 = Varians data pertama / varians terbesar
S22 = Varians data kedua / varians terkecil
Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut:
H0 diterima jika Fhiung < Ftabel H0 = data memiliki varians
homogen
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel Ha = data tidak memiliki
varians homogen14
3. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan
yang signifikan hasil belajar kimia antara siswa yang mendapatkan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan metode ekspositori
Untuk menguji hipotesis, jika pada uji normalitas diperoleh
bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari
populasi yang berdistribusi normal, maka digunakan uji “t” dengan taraf
signifikansi = 0,05. Rumus uji “t” yang digunakan yaitu:
1) Jika varian populasi heterogen15
thit =
K
K
E
E
KE
n
S
n
S
XX22
2) Jika varian populasi homogen16
thit =
KEgab
KE
nnS
XX
11.
dengan S2 =
2
11 22
KE
KKEE
nn
SnSn
Keterangan:
XE : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
14 Sudjana, Metode Statistik…, h. 466 15 Sudjana, Metode Statistik…, h.240-241 16 Sudjana, Metode Statistik…, h.239
51
XK : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
nE : Jumlah sampel kelompok eksperimen
nK : Jumlah sampel kelompok kontrol
SE2 : Varians kelompok eksperimen
SK2 : Varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian a. Terima H0 jika thitung < ttabel
b. Tolak H0 jika thitung > ttabel
G. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 > µ2
µ1 :Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
µ2 :Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang menggunakan pendekatan
ekspositori.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menyajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan
akhir dan pembahasan hasil penelitian yang berupa temuan penulis, sedangkan
untuk perincian hasil perhitungan dan instrumen penelitian dapat dilihat dalam
bagian lampiran. Data yang diperoleh berasal dari tes akhir pada saat penelitain
berlangsung.
A. Hasil Penelitian
Hasil belajar siswa berupa aspek kognitif diketahui berdasarkan hasil
tes pilihan ganda sebanyak 22 soal yang dilakukan sesudah pembelajaran.
Instrumen tes pilihan ganda ini sebelumnya telah diuji validitas dan
reliabilitasnya pada kelas XII IPA 1 SMA Nusa Putra Tangerang, butir soal
juga telah diuji tingkat kesukaran dan daya bedanya sehingga instrumen ini
layak digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.1. Rekap Skor Hasil Belajar Konsep Laju Reaksi pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Eksperimen Kontrol N 40 40
Rata-rata 70,15 57,87 SD 12,17 12,8
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai hasil belajar
kimia siswa pada konsep Laju Reaksi, yaitu pada eksperimen sebesar 70,15
sedangkan kelas kontrol 57,87. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil
belajar kimia siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
1. Uji Normalitas
Sebelum dialakukan pengolahan data, dilakukan uji normalitas
hasil belajar untuk kedua kelompok penelitian. Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan
52
53
ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila kriteria Lhitung < Ltabel
diukur pada taraf signifikasi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
Statistik Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
N 40 40
X 70,15 57,87
SD 12,17 12,8
Lhitung 0,089 0,1332
Ltabel 0,14 0,14
Pengujian dilakukan dengan uji Liliefors pada taraf signifikasi 95%
(α = 0,05) untuk n = 40. Dari tabel dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel
(lihat lampiran 11 dan 14).
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari homogenitasnya dengan menggunakan uji
homogenitas dua varians dengan rumus:
Adapun kriteria pengujiannya adalah:
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel
H0 = data memilki varians homogen
Ha = data tidak memilki varians homogen
Berdasarkan data yang diperoleh S12 = 163,8 dan S2
2 = 148,1,
sehingga dengan rumus dapat diperoleh Fhitung = 1,10.
54
Dengan Fhitung = 1,10 sementara Ftabel = 1,735 pada taraf signifikasi
95% (α = 0,05) maka dapat disimpulkan kedua data memiliki varians yang
homogen, kerena memenuhi syarat Fhitung < Ftabel (lihat lampiran 15).
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan
uji homogenitas yang menunjukkan hasil dari kedua kelompok pengujian
tersebut bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji
hipotesis H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh hasil belajar
kimia siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka
digunakan uji “t” pada taraf signifikasi α = 0,05, adapun kriterianya adalah:
thitung < ttabel : H0 diterima
thitung > ttabel : H0 ditolak
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji “t” diperoleh nilai
thitung = 4,47. Dari tabel berdistribusi “t” untuk taraf signifikasi α = 0,05,
diperoleh nilai ttabel = 1,999 (lihat lampiran 16).
Sedangkan uji hasil “t” mengenai hasil belajar siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Hasil Uji “t”
Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel Jumlah
thitung ttabel Kesimpulan Data Sampel
Hasil Belajar
80 4,47 1,999
kimia siswa
Kelompok Menolak H0
eksperimen dan kelompok kontrol
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa thitung = 4,47 dengan taraf
signifikasi α = 0,05 diperoleh ttabel sebesar 1,999, maka thitung > ttabel dan
menolak H0. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara siswa yang
55
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelompok
eksperimen dan metode Ekspositori pada kelompok kontrol. Dengan
demikian penelitian dapat menguji kebenaran hipotesis, yaitu dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat pengaruh
positif terhadap hasil belajar kimia. Kenyataan ini sesuai dengan kondisi
lapangan, yaitu kelas eksperimen lebih cepat memahami materi pelajaran
kimia pada konsep laju reaksi.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model
pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan dan kerjasama siswa
dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya bertanggung jawab untuk
dirinya sendiri, tetapi siswa tersebut juga dituntut untuk mengajarkan materi
yang diberikan kepada sesama temannya di dalam kelompok. Dengan
demikian proses pembelajaran bukan menitikberatkan pada guru, tetapi pada
siswa itu sendiri. Hal ini akan menciptakan suasana kelas yang aktif.
Setelah melakukan penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada konsep Laju Reaksi, diperoleh hasil
penelitian bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara kelompok
siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dengan yang tidak menggunakannya. Selain itu diperoleh rata-rata hasil
belajar siswa yang cukup tinggi setelah melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw (70,15), dibandingkan kelas yang menggunakan pendekatan
ekspositori (57,87). Sedangkan pada pengujian hipotesis, ternyata thitung (4,47)
> ttabel (1,999). Pengujian hipotesis ini menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar
kimia siswa, khususnya pada konsep Laju Reaksi.
Perolehan rata-rata hasil belajar yang cukup tinggi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini karena model pembelajaran ini
memacu siswa untuk memahami dan menguasai materi pelajaran bersama
dengan anggota kelompoknya. Siswa juga dituntut untuk bisa mengajarkan
56
teman dalam kelompoknya sendiri. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini
juga menyajikan pengalaman belajar berkelompok yang menyenangkan.
Setiap siswa bisa berbicara dan berpendapat serta mengerahkan seluruh
kemampuannya dalam memahami materi tersebut, terutama ketika sedang
mengajarkan kepada temannya dalam satu kelompok. Karena sistem belajar
berkelompok dan bersifat heterogen menuntut seluruh siswa bekerja sama
dalam setiap kelompoknya agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Sehingga model pembelajaran ini bersifat student center atau pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Disini guru hanya sebagai fasilitator yang
mengontrol selama proses pembelajaran.
Sistem pembelajaran kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat meminimalisir sifat egoisme pada diri siswa. Karena
pembelajaran ini tidak menimbulkan persaingan belajar dengan siswa lainnya,
sebab apabila belajar secara individu terkadang siswa yang kemampuannya
lebih tidak mau membantu temannya yang pemahamannya kurang karena
takut tersaingi. Dengan begitu maka pembelajaran ini juga dapat dapat
mempererat hubungan siswa dengan sesamanya dan juga membuat Siswa
Lebih akrab dengan siswa yang lain.
Hasil yang dapat diperoleh dari penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh tehadap psikologis, interaksi dan hasil
belajar. Dalam segi psikologis, pembelajaran ini dapat mengurangi sifat
egoisme siswa, dapat menumbuhkan rasa saling menghargai dan saling
menghormati setiap anggota kelompok, dapat menerima perbedaan
kelompok, serta dapat menerima kelebihan dan kekurangan setiap anggota
kelompok. Pembelajaran ini menjadikan interaksi antar sesama siswa semakin
baik, karena telah menghasilkan kerjasama antara sesama siswa dan terjalin
keakraban antar sesama siswa dan juga mempererat persahabatan. Adapun
hasil belajar siswa menjadi meningkat karena sistem belajar siswa diubah
menjadi belajar aktif dengan kelompok dan setiap kelompok dituntut untuk
berpikir dan belajar dengan mengerahkan seluruh kemampuannya tanpa
mengharapkan bantuan dari guru.
57
Keberhasilan penelitian ini diperoleh karena perlakuan yang
diterapkan guru sejalan dengan konsep yang dipakai. Selain itu, selama
penerapan pembelajaran siswa mengikuti pembelajaran dengan sangat tertib
dan terarah. Hal ini terlihat saat berjalannya proses diskusi, karena semua
siswa berpaartisipasi aktif dalam kelompoknya. Sebagian besar siswa merasa
senang dengan pembelajaran yang diterapkan, sehingga mereka mau
menerima pembelajaran dengan senang hati dan memperlakukan guru
praktikan seperti guru sendiri. Guru juga sangat antusias dalam menerapkan
pembelajaran dan senantiasa membimbing siswa dalam proses pembelajaran.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
1. Nilai rata-rata kelas eksperimen (70,15) dibandingkan dengan kelas
kontrol (57,87) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen
mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar kimia siswa.
2. Begitu juga dengan hasil uji hipotesis, ternyata thitung (4,47) > ttabel (1,999),
ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, selanjutnya diajukan beberapa saran yang
berguna yang dapat dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar
siswa, yaitu:
1. Diharapkan guru bidang studi kimia dapat menerapkan pembelajaran yang
mengikutsertakan siswa aktif mdalam proses pembelajaran, khususnya
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Perlu diupayakan pembenahan sarana maupun prasarana yang dapat
menunjang proses pembelajaran, khususnya untuk penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
3. Sebelum guru bidang studi menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw, hendaknya pahami terlebih dahulu langkah-langkah
pembelajaran model ini agar tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Mulyati. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cet ke-5. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Basya, Saila Mahdina. 2009. Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa antara yang
Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran Konvensional. Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gocer, Ali. 2010. A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres. Taken from Educational Research and Reviews Vol.5 (8).
Huang, Yueh-Min and Tieng-Chi Huang. 2008. Using Annotation Services in Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning Environment. Taken from Journal fromEducational Technology and Society, 11(2), 3-15.
Ibrahim, Muslimin. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-University Press.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School. Jakarta: Yudhistira.
Kiat-Soh, Leen. 2006. Implementing the Jigsaw Model in CS1 Close Labs.Taken from ITi CSE, June 26-28, Bologna, Italy.
Kilic, Durmus. 2008. The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching. Taken from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning cetakan ketujuh. Jakarta: Grasindo.
59
60
Meng, Jing. 2010. Jigsaw Coopertaive Learning in English Reading. Taken from Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4.
Mengduo, Qiao and Jing Xiaoling. 2010. Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners. Taken from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nugroho, F.A. Suprapto Mukti. 2005. Remedial Teching dengan Teknik Jigsaw
Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Diambil dari Jurnal Widya Tama, Vol. 2 No. 3.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sirih, M dan Muhammad Ali. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
dengan Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendari. Diambil dari Jurnal Vol. 6, No.1.
Suasti, Yurni. 2003. Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan
UNP Melalui Modifikasi Cooperatve Learning Model Jigsaw. Diambil dari Jurnal Pembelajaran, No.4 Tahun 26.
Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. Sudijono, Anas. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Supriyatin, Diana. 2009. Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan metode Jigsaw
dan Ekspositori Pada Konsep Elektrolit dan Nonelektrolit Terintegrasi Nilai. Skripsi Sarjana UIN Syarif Hiayatullah. Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Group
61
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Yasir, Nu’man. 2008. Pengaruh Pemanfaatan Multimedia Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Pokok Bahasan Seyawa Karbon. Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah.
Zulfani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta.
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
61
62
KISI – KISI INSTRUMEN Mata Pelajaran : Kimia Kelas/semester : XI IPA/I Konsep Bahasan : Laju Reaksi Jumlah Soal : 35 Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Jawaban Ranah Soal
3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan
3.2 Memahami teori
tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep laju reaksi
Menjelaskan pengertian laju reaksi
1. Laju reaksi adalah …. a. Cepatnya suatu reaksi berlangsung b. Perubahan jenis zat yang bereaksi persatuan waktu c. Suatu reaksi kimia d. Macam-macam kecepatan laju reaksi e. Besarnya perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi/produk
persatuan waktu
2. Laju reaksi 4NH3 + 5O2 4NO + 6H2O dapat dinyatakan sebagai …. a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 tiap satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O tiap satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 tiap satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem tiap satu satuan waktu
E
E
C1
C2
63
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
e. Laju bertambahnya konsentrasi NO tiap satu satuan waktu
3. Jika reaksi kimia : P(g) + Q(g) → R(g) + S(g)
Berdasarkan reaksi di atas, maka rumus laju reaksinya adalah sebagai berikut, kecuali…
a. v = -Δt
[P]Δ d. v = +
Δt
[S]Δ
b. v = -Δt
[Q]Δ e. v = +
Δt
[R]Δ
c. v = -Δt
[R]Δ
4. Laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut.
v = -Δt
[A]Δ, v = -
Δt
[B]Δ, v = +
Δt
[C]Δ, v = +
Δt
[D]Δ
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah… a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g)
C
C
C2
C2
Menyebutkan
faktor-faktor
yang
5. Faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali...a. Suhu b. Luas permukaan c. Konsentrasi hasil reaksi
C
C1
64
reaksi
mempengaruhi
laju reaksi.
d. Konsentrasi pereaksi e. Katalisator
6. Faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali …. a. Pada suhu tetap ditambah katalisator b. Pada suhu tetap volume diperbesar c. Pada suhu tetap tekanan diperbesar d. Suhu dinaikkan e. Pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak
B
C1
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
7. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi karena .... a. Menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi b. Memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi c. Memperbesar energi kinetik molekul pereaksi d. Memperbesar tekanan e. Memperbesar luas permukaan
8. Natrium bereaksi hebat dengan air pada suhu kamar sedangkan besi
tidak. Hal ini memperlihatkan bahwa laju reaksi bergantung pada .... a. Suhu b. Jenis pereaksi c. Keadaan pereaksi d. Katalisator e. Luas permukaan sentuh
9. Data hasil percobaan untuk A + B C
C
B
D
C1
C2
C2
65
Data Masa/bentuk A Konsentrasi Waktu Suhu 1 5 gram serbuk 0,1 mol.L-1 2 detik 25oC 2 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 3 detik 25oC 3 5 gram padat 0,1 mol.L-1 5 detik 25oC 4 5 gram larutan 0,2 mol.L-1 1,5 detik 25oC 5 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 1,5 detik 25oC
Pada data percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... a. Konsentrasi b. Sifat-sifat c. Suhu d. Luas permukaan e. Katalis
10. Pereaksi berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada berbentuk kepingan, hal ini disebabkan bentuk serbuk .... a. Dapat menurunkan energi aktivasi b. Mempunyai luas permukaan yang lebih kecil c. Mempunyai luas permukaan yang lebih besar d. Lebih padat e. Lebih aktif bergerak
11. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar
terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa
C
D
C2
C4
66
laju reaksi dipengaruhi oleh …. a. Suhu d. Katalis b. Konsentrasi e. Jumlah partikel zat c. Luas permukaan
Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
12. Dalam ruang yang volumenya 2 liter sebanyak 1 mol X direaksikan dengan 2 mol Y sesuai persamaan: X + 2Y XY2. Bila setelah 10 detik dihasilkan 0,5 mol XY2, maka laju reaksi terhadap XY2 adalah .... a. 0,025 M/det b. 0,05 M/det c. 0,1 M/det d. 0.01 M/det e. 0,5 M/det
13. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan
10oC. Pada suhu kamar (25oC) reaksi dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Maka laju reaksinya bila dilakukan pada suhu 65oC adalah .... a. 0,4 M/det b. 0,6 M/det c. 0,8 M/det d. 0,16 M/det e. 0,32 M/det
14. Suatu reaksi akan menjadi 2 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan
A
D
E
C3
C3
C3
67
10ºC. Pada suhu 30ºC reaksi berlangsung 10 menit, maka pada suhu 50ºC reaksi berlangsung… a. 30 menit b. 20 menit c. 10 menit d. 5 menit e. 2,5 menit
Teori tumbukan dan energi aktivasi
Siswa dapat
menjelaskan
teori
tumbukan.
Menjelaskan
pengaruh
katalis dan
15. Tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi kimia... a. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia b. Berkurang dengan naiknya suhu c. Berkurang dengan memperkecilpartikel pereaksi d. Berkurang dengan penambahan konsentrasi e. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia
16. Tumbukan dengan energi kecil yang menghasilkan reaksi
dinamakan... a. Tumbukan lenting sempurna b. Tumbukan lenting sebagian c. Tumbukan tidak lenting d. Tumbukan efektif e. Tumbukan produktif
17. Energi minimum yang digunakan untuk memulai reaksi disebut...
a. Energi pereaksi b. Energi produk reaksi c. Enegi pengaktifan
A
D
C
C1
C1
C1
68
energi aktivasi
terhadap laju
reaksi.
d. Energi kimia e. Energi katalisasi
18. Dari proses di bawah ini yang akan mengubah energi pengaktifan
adalah... a. Memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. Menambah konsentrasi zat pereaksi c. Manambah katalis d. Menurunkan suhu e. Menurunkan tekanan
19. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi. hal itu
disebabkan oleh... a. Konsentrasi zat bertambah b. Energi pengaktifan berkurang c. Energi pengaktifan bertambah d. Energi kinetik pereaksi berkurang e. Energi kinetik pereaksi bertambah
20. Berikut pernyataan yang tepat terhadap katalis jika ditambahkan
dalam suatu reaksi adalah .... a. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi b. Habis bereaksi dengan pereaksi c. Ikut bereaksi tetapi tidak diperoleh kembali pada akhir reaksi d. Ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi e. Tidak ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir
C
B
E
C1
C1
C2
69
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dari percobaan
reaksi 21. E ..............................
Q ........ P.................... R
............................... S Yang menggambarkan energi pengaktifan dengan katalisator adalah .... a. P + Q b. P c. P + R d. R e. R + S
22. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi.
Semakin besar luas permukaan semakin cepat reaksi berlangsung karena semakin .... a. Besar energi pengaktifannya b. Kecil energi pengaktifannya c. Besar energi kinetiknya d. Besar konsentrasinya e. Mudah terjadi tumbukan
C
E
C2
C2
70
23. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan memperbesar... a. Energi kinetik molekul pereaksi b. Tekanan molekul pereaksi c. Energi pengaktifan zat yang bereaksi d. Konsentrasi zat yang bereaksi e. Luas permukaan zat yang bereaksi
24. Pernyataan berikut berkaitan dengan teori tumbukan. Pernyataan
yang tidak benar adalah .... a. Semakin besar konsentrasi, semkain besar kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif b. Semakin tinggi suhu, maka energi aktivasi suatu reaksi menjadi
lebih tinggi c. Semakin luas permukaan zat padat, maka semakin besar
kemungkinan terjadinya tumbukan d. Katalis mengubah tahap-tahap reaksi menjadi reaksi yang energi
aktivasinya rendah e. Pada pemanasan, energi kinetik molekul-molekul menjadi tinggi
sehingga tumbukan efektif semakin lebih banyak
A
B
C1
C2
Orde reaksi dan persamaan laju reaksi
Menjelaskan
pengertian
orde reaksi
25. Orde reaksi menyatakan .... a. Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi b. Besarnya pengaruh suhu pereaksi pada laju reaksi c. Besarnya pengaruh volume pereaksi pada laju reaksi d. Besarnya pengaruh luas permukaan pereaksi pada laju reaksi e. Besarnya pengaruh katalis pada laju reaksi
A
C1
71
Membedakan
antara orde
reaksi nol,
satu, dan dua
26. Laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksi.
Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .... a. Orde negatif b. Orde nol c. Orde satu d. Orde dua e. Orde tiga
27. Pada reaksi 2A + B A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol
terhadap B. Hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik .... a. v
[B]
b. v [B]
c. v [B]
C
E
C1
C2
72
Menentukan
orde reaksi
berdasarkan
data percobaan
d. v
[B]
e. v [B]
28. Suatu reaksi mempunyai tetapan laju reaksi (k) dengan satuan mol-1 dan s-1. Reaksi tersebut merupakan orde reaksi tingkat .... a. 0 b. 1 c. 2 d. 3 e. 4
29. Diketahui data eksperimen dari reaksi : 2H2 + 2NO → 2H2O + N2 Adalah sebagai berikut :
H2 (M) NO (M) Laju (M/s) 0,1 0,2 20 0,5 0,2 100 0,1 0,4 80
Orde terhadap NO adalah …. a. 0 b. ½
A
E
C2
C3
73
Membuat
c. 1 d. 3/2 e. 2
30. Dari reaksi :
CHCl3 + Cl2 → CCl4 + HCl Diketahui data sebagai berikut : CHCl3 (M) Cl2 (M) Laju (M/s)
0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40
Orde terhadap CHCl3 adalah…. a. 1 d. 0 b. 3/2 e. 3 c. 2
31. Data reaksi : A + B → AB Adalah sebagai berikut :
A (M) B (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12
Orde reaksi terhadap A adalah …. a.½ b. 1/3 c. 1 d. 2 e. 0
32. Dari reaksi :
A
D
C3
C3
74
persamaan laju
reaksi
berdasarkan
data percobaan
H2 + I2 → 2HI Diperoleh data sebagai berikut :
H2 (M) I2 (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12
Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. V = k [H]2 [I]2 b. V = k [H2]
2 [I]2 c. V = k [H]2 [I2]
2 d. V = k [H2]
2 [I2] e. V = k 2[H2]
2 [I2]2
33. Suatu reaksi X + Y → hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V =
k[X][Y]2. Bila pada suhu tetap konsentrasi X dan Y masing-masing dinaikan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…. a. Tidak berubah d. 6 kali lebih besar b. 2 kali lebih besar e. 8 kali lebih besar c. 4 kali lebih besar
34. Suatu reaksi memiliki data sebagai berikut. Pereaksi = A dan B, orede reaksi terhadap A = 1, orde total = 3/2. Persamaan laju reaksinya adalah …. a. v = k[A][B]3/2 d. v = k[A]3/2[B] b. v = k[A][B]1/2 e. v = k[A][B] c. v = k[A]1/2[B]
D
E
B
C3
C4
C4
75
35. Dari reaksi : A + B + C → zat hasil
Diperoleh data sebagai berikut : A (M) B (M) C (M) Laju (M/s)0,01 0,03 0,04 0,0048 0,02 0,03 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,08 0,0384
Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. V = k [A] [B] [C] b. V = k [A]2 [B] [C] c. V = k [A]2 [B]2 [C] d. V = k [A]2 [B]2 [C]2 e. V = k [A] [B] [C]2
E
C3
76
Soal Instrumen Penelitian Jenis Kelamin : Sekolah : Materi : Laju Reaksi Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang paling tepat! 1. Laju reaksi adalah ….
a. Cepatnya suatu reaksi berlangsung b. Perubahan jenis zat yang bereaksi persatuan waktu c. Suatu reaksi kimia d. Macam-macam kecepatan laju reaksi e. Besarnya perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi/produk persatuan waktu
2. Laju reaksi 4NH3 + 5O2 4NO + 6H2O dapat dinyatakan sebagai …. a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 tiap satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O tiap satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 tiap satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem tiap satu satuan waktu e. Laju bertambahnya konsentrasi NO tiap satu satuan waktu
3. Jika reaksi kimia : P(g) + Q(g) → R(g) + S(g)
Berdasarkan reaksi di atas, maka rumus laju reaksinya adalah sebagai berikut, kecuali…
a. v = -Δt
[P]Δ d. v = +
Δt
[S]Δ
b. v = -Δt
[Q]Δ e. v = +
Δt
[R]Δ
c. v = -Δt
[R]Δ
4. Laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut.
v = -Δt
[A]Δ, v = -
Δt
[B]Δ, v = +
Δt
[C]Δ, v = +
Δt
[D]Δ
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah… a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g)
5. Faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali... a. Suhu b. Luas permukaan c. Konsentrasi hasil reaksi
LAMPIRAN 2
77
d. Konsentrasi pereaksi e. Katalisator
6. Faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali …. a. Pada suhu tetap ditambah katalisator b. Pada suhu tetap volume diperbesar c. Pada suhu tetap tekanan diperbesar d. Suhu dinaikkan e. Pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak
7. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi karena .... a. Menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi b. Memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi c. Memperbesar energi kinetik molekul pereaksi d. Memperbesar tekanan e. Memperbesar luas permukaan
8. Natrium bereaksi hebat dengan air pada suhu kamar sedangkan besi tidak. Hal ini memperlihatkan bahwa laju reaksi bergantung pada .... a. Suhu b. Jenis pereaksi c. Keadaan pereaksi d. Katalisator e. Luas permukaan sentuh
9. Data hasil percobaan untuk A + B C Data Masa/bentuk A Konsentrasi Waktu Suhu
1 5 gram serbuk 0,1 mol.L-1 2 detik 25oC
2 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 3 detik 25oC
3 5 gram padat 0,1 mol.L-1 5 detik 25oC
4 5 gram larutan 0,2 mol.L-1 1,5 detik 25oC
5 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 1,5 detik 25oC
Pada data percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... a. Konsentrasi b. Sifat-sifat c. Suhu d. Luas permukaan e. Katalis
10. Pereaksi berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada berbentuk kepingan, hal ini disebabkan bentuk serbuk ....
78
a. Dapat menurunkan energi aktivasi b. Mempunyai luas permukaan yang lebih kecil c. Mempunyai luas permukaan yang lebih besar d. Lebih padat e. Lebih aktif bergerak
11. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh …. a. Suhu d. Katalis b. Konsentrasi e. Jumlah partikel zat c. Luas permukaan
12. Dalam ruang yang volumenya 2 liter sebanyak 1 mol X direaksikan dengan 2 mol Y sesuai persamaan: X + 2Y XY2. Bila setelah 10 detik dihasilkan 0,5 mol XY2, maka laju reaksi terhadap XY2 adalah .... a. 0,025 M/det b. 0,05 M/det c. 0,1 M/det d. 0.01 M/det e. 0,5 M/det
13. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10oC. Pada suhu kamar (25oC) reaksi dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Maka laju reaksinya bila dilakukan pada suhu 65oC adalah .... a. 0,4 M/det b. 0,6 M/det c. 0,8 M/det d. 0,16 M/det e. 0,32 M/det
14. Suatu reaksi akan menjadi 2 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu 30ºC reaksi berlangsung 10 menit, maka pada suhu 50ºC reaksi berlangsung… a. 30 menit d. 5 menit b. 20 menit e. 2,5 menit c. 10 menit
15. Tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi kimia... a. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia b. Berkurang dngan naiknya suhu c. Berkurang dengan memperkecilpartikel pereaksi d. Berkurang dengan penambahan konsentrasi e. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia
79
16. Tumbukan dengan energi kecil yang menghasilkan reaksi dinamakan... a. Tumbukan lenting sempurna b. Tumbukan lenting sebagian c. Tumbukan tidak lenting d. Tumbukan efektif e. Tumbukan produktif
17. Energi minimum yang digunakan untuk memulai reaksi disebut... a. Energi pereaksi d. Energi kimia b. Energi produk reaksi e. Energi katalisasi c. Enegi pengaktifan
18. Dari proses di bawah ini yang akan mengubah energi pengaktifan adalah... a. Memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. Menambah konsentrasi zat pereaksi c. Manambah katalis d. Menurunkan suhu e. Menurunkan tekanan
19. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi. hal itu disebabkan oleh... a. Konsentrasi zat bertambah b. Energi pengaktifan berkurang c. Energi pengaktifan bertambah d. Energi kinetik pereaksi berkurang e. Energi kinetik pereaksi bertambah
20. Berikut pernyataan yang tepat terhadap katalis jika ditambahkan dalam suatu reaksi adalah .... a. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi b. Habis bereaksi dengan pereaksi c. Ikut bereaksi tetapi tidak diperoleh kembali pada akhir reaksi d. Ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi e. Tidak ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi
21. E ..........................
Yang menggambarkan energi pengaktifan dengan katalisator adalah .... a. P + Q
80
b. P c. P + R d. R e. R + S
22. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi. Semakin besar luas permukaan semakin cepat reaksi berlangsung karena semakin .... a. Besar energi pengaktifannya b. Kecil energi pengaktifannya c. Besar energi kinetiknya d. Besar konsentrasinya e. Mudah terjadi tumbukan
23. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan memperbesar... a. Energi kinetik molekul pereaksi b. Tekanan molekul pereaksi c. Energi pengaktifan zat yang bereaksi d. Konsentrasi zat yang bereaksi e. Luas permukaan zat yang bereaksi
24. Pernyataan berikut berkaitan dengan teori tumbukan. Pernyataan yang tidak benar adalah .... a. Semakin besar konsentrasi, semkain besar kemungkinan terjadinya
tumbukan efektif b. Semakin tinggi suhu, maka energi aktivasi suatu reaksi menjadi lebih
tinggi c. Semakin luas permukaan zat padat, maka semakin besar kemungkinan
terjadinya tumbukan d. Katalis mengubah tahap-tahap reaksi menjadi reaksi yang energi
aktivasinya rendah e. Pada pemanasan, energi kinetik molekul-molekul menjadi tinggi sehingga
tumbukan efektif semakin lebih banyak 25. Orde reaksi menyatakan ....
a. Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi b. Besarnya pengaruh suhu pereaksi pada laju reaksi c. Besarnya pengaruh volume pereaksi pada laju reaksi d. Besarnya pengaruh luas permukaan pereaksi pada laju reaksi e. Besarnya pengaruh katalis pada laju reaksi
26. Laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksi. Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .... a. Orde negatif b. Orde nol
81
c. Orde satu d. Orde dua e. Orde tiga
27. Pada reaksi 2A + B A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol terhadap B.
Hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik ....
a. v
[B]
b. v
[B]
c. v
[B]
d. v
[B]
e. v
[B]
28. Suatu reaksi mempunyai tetapan laju reaksi (k) dengan satuan mol-1 dan s-1. Reaksi tersebut merupakan orde reaksi tingkat .... a. 0 b. 1 c. 2 d. 3 e. 4
29. Diketahui data eksperimen dari reaksi : 2H2 + 2NO → 2H2O + N2 Adalah sebagai berikut :
H2 (M) NO (M) Laju (M/s)
82
0,1 0,2 20 0,5 0,2 100 0,1 0,4 80
Orde terhadap NO adalah …. a. 0 b. ½ c. 1 d. 3/2 e. 2
30. Dari reaksi : CHCl3 + Cl2 → CCl4 + HCl Diketahui data sebagai berikut : CHCl3 (M) Cl2 (M) Laju (M/s)
0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40
Orde terhadap CHCl3 adalah…. a. 1 d. 0 b. 3/2 e. 3 c. 2
31. Data reaksi : A + B → AB Adalah sebagai berikut :
A (M) B (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12
Orde reaksi terhadap A adalah …. a.½ b. 1/3 c. 1 d. 2 e. 0
32. Dari reaksi : H2 + I2 → 2HI Diperoleh data sebagai berikut :
H2 (M) I2 (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12
Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. v = k [H]2 [I]2 b. v = k [H2]
2 [I]2
83
c. v = k [H]2 [I2]2
d. v = k [H2]2 [I2]
2 e. v = k 2[H2]
2 [I2]2
33. Suatu reaksi X + Y → hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V = k[X][Y]2. Bila pada suhu tetap konsentrasi X dan Y masing-masing dinaikan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…. a. Tidak berubah d. 6 kali lebih besar b. 2 kali lebih besar e. 8 kali lebih besar c. 4 kali lebih besar
34. Suatu reaksi memiliki data sebagai berikut. Pereaksi = A dan B, orede reaksi terhadap A = 1, orde total = 3/2. Persamaan laju reaksinya adalah …. a. v = k[A][B]3/2 d. v = k[A]3/2[B] b. v = k[A][B]1/2 e. v = k[A][B] c. v = k[A]1/2[B]
35. Dari reaksi : A + B + C → zat hasil Diperoleh data sebagai berikut : A (M) B (M) C (M) Laju (M/s)0,01 0,03 0,04 0,0048 0,02 0,03 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,08 0,0384
Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. v = k [A] [B] [C] b. v = k [A]2 [B] [C] c. v = k [A]2 [B]2 [C] d. v = k [A]2 [B]2 [C]2 e. v = k [A] [B] [C]2
84
Kunci Jawaban Instrumen Penelitian
1. E 11. D 21. C 31. D
2. E 12. A 22. E 32. D
3. C 13. D 23. A 33. E
4. C 14. E 24. B 34. B
5. C 15. A 25. A 35. E
6. B 16. D 26. C
7. C 17. C 27. E
8. B 18. C 28. A
9. D 19. B 29. E
10. C 20. E 30. A
LAMPIRAN 3
SKOR DATA DIBOBOT
=================
Jumlah Subyek = 30
Butir soal = 35
Bobot utk jwban benar = 1
Bobot utk jwban salah = 0
Keterangan: data terurut berdasarkan skor (tinggi ke rendah)
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
No Urt No Subyek Kode/Nama Benar Salah Kosong Skr Asli Skr Bobot
1 20 T 32 3 0 32 32
2 9 I 31 4 0 31 31
3 12 L 31 4 0 31 31
4 16 P 31 4 0 31 31
5 18 R 31 4 0 31 31
6 6 F 30 5 0 30 30
7 8 H 30 5 0 30 30
8 22 V 30 5 0 30 30
9 24 X 30 5 0 30 30
10 19 S 29 6 0 29 29
11 27 AA 29 6 0 29 29
12 7 G 28 7 0 28 28
13 25 Y 28 7 0 28 28
14 13 M 27 8 0 27 27
15 15 O 27 8 0 27 27
16 17 Q 27 8 0 27 27
17 26 Z 27 8 0 27 27
18 23 W 26 9 0 26 26
19 2 B 25 10 0 25 25
20 11 K 25 10 0 25 25
21 4 D 24 11 0 24 24
22 14 N 24 11 0 24 24
23 1 A 23 12 0 23 23
24 3 C 23 12 0 23 23
25 10 J 23 12 0 23 23
26 5 E 21 14 0 21 21
27 28 AB 21 14 0 21 21
28 29 AC 15 20 0 15 15
29 21 U 13 22 0 13 13
30 30 AD 13 22 0 13 13
RELIABILITAS TES
================
Rata2= 25.80
Simpang Baku= 5.17
KorelasiXY= 0.83
Reliabilitas Tes= 0.91
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 20 T 16 16 32
2 9 I 17 14 31
3 12 L 15 16 31
4 16 P 17 14 31
5 18 R 16 15 31
6 6 F 16 14 30
7 8 H 15 15 30
8 22 V 14 16 30
9 24 X 16 14 30
10 19 S 15 14 29
11 27 AA 16 13 29
12 7 G 15 13 28
13 25 Y 15 13 28
14 13 M 14 13 27
15 15 O 15 12 27
16 17 Q 15 12 27
17 26 Z 13 14 27
18 23 W 13 13 26
19 2 B 12 13 25
20 11 K 12 13 25
21 4 D 13 11 24
22 14 N 12 12 24
23 1 A 12 11 23
24 3 C 12 11 23
25 10 J 12 11 23
26 5 E 13 8 21
27 28 AB 11 10 21
28 29 AC 8 7 15
29 21 U 8 5 13
30 30 AD 7 6 13
KELOMPOK UNGGUL & ASOR
======================
Kelompok Unggul
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
1 2 3 4 5 6 7
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7
1 20 T 32 1 1 1 1 1 - 1
2 9 I 31 1 - 1 1 1 1 1
3 12 L 31 - 1 1 1 1 1 1
4 16 P 31 1 1 1 1 1 1 1
5 18 R 31 1 1 1 1 1 - 1
6 6 F 30 1 1 1 1 1 1 1
7 8 H 30 - 1 1 1 1 1 1
8 22 V 30 - 1 1 1 1 1 -
Jml Jwb Benar 5 7 8 8 8 6 7
8 9 10 11 12 13 14
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 8 9 10 11 12 13 14
1 20 T 32 1 1 1 1 1 1 1
2 9 I 31 1 1 1 1 1 1 1
3 12 L 31 1 1 1 1 1 1 1
4 16 P 31 1 1 - 1 1 1 1
5 18 R 31 1 1 - 1 1 1 1
6 6 F 30 1 1 1 1 1 - 1
7 8 H 30 1 1 1 1 1 1 1
8 22 V 30 1 1 1 1 1 - 1
Jml Jwb Benar 8 8 6 8 8 6 8
15 16 17 18 19 20 21
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 15 16 17 18 19 20 21
1 20 T 32 1 1 1 1 1 1 -
2 9 I 31 1 1 1 1 1 - -
3 12 L 31 1 1 1 1 1 1 -
4 16 P 31 1 1 1 1 1 - -
5 18 R 31 1 1 1 1 1 1 -
6 6 F 30 1 1 1 - 1 - -
7 8 H 30 1 1 1 1 1 1 -
8 22 V 30 1 1 1 1 1 1 -
Jml Jwb Benar 8 8 8 7 8 5 0
22 23 24 25 26 27 28
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 22 23 24 25 26 27 28
1 20 T 32 1 1 1 1 1 1 1
2 9 I 31 1 1 1 1 1 1 -
3 12 L 31 1 1 1 1 1 1 1
4 16 P 31 1 1 1 1 1 1 -
5 18 R 31 1 1 1 1 1 1 1
6 6 F 30 1 1 1 1 1 1 1
7 8 H 30 1 1 1 1 1 1 -
8 22 V 30 1 1 1 1 1 1 -
Jml Jwb Benar 8 8 8 8 8 8 4
29 30 31 32 33 34 35
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 29 30 31 32 33 34 35
1 20 T 32 1 1 - 1 1 1 1
2 9 I 31 1 1 1 1 1 1 1
3 12 L 31 - 1 1 - 1 1 1
4 16 P 31 1 1 1 1 1 1 1
5 18 R 31 1 1 1 1 1 1 -
6 6 F 30 1 1 1 - 1 1 1
7 8 H 30 - 1 1 - 1 1 1
8 22 V 30 1 1 1 1 1 1 1
Jml Jwb Benar 6 8 7 5 8 8 7
Kelompok Asor
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
1 2 3 4 5 6 7
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7
1 1 A 23 1 1 1 1 - - -
2 3 C 23 1 1 1 1 1 - -
3 10 J 23 - 1 - 1 1 - 1
4 5 E 21 1 1 1 - - - -
5 28 AB 21 1 - 1 1 - 1 -
6 29 AC 15 1 - - - - 1 1
7 21 U 13 1 - 1 1 1 1 1
8 30 AD 13 1 - 1 1 - - -
Jml Jwb Benar 7 4 6 6 3 3 3
8 9 10 11 12 13 14
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 8 9 10 11 12 13 14
1 1 A 23 - - - 1 1 1 1
2 3 C 23 1 - 1 1 1 - 1
3 10 J 23 1 - - 1 1 1 1
4 5 E 21 1 - - 1 1 1 1
5 28 AB 21 - 1 - 1 1 - 1
6 29 AC 15 - - 1 - - 1 1
7 21 U 13 1 - - - - - -
8 30 AD 13 1 - - - 1 1 -
Jml Jwb Benar 5 1 2 5 6 5 6
15 16 17 18 19 20 21
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 15 16 17 18 19 20 21
1 1 A 23 1 1 1 1 1 1 -
2 3 C 23 1 - 1 1 1 - -
3 10 J 23 - - 1 1 1 - -
4 5 E 21 1 - 1 - 1 - -
5 28 AB 21 - 1 1 1 1 1 1
6 29 AC 15 1 1 - - 1 - -
7 21 U 13 - - 1 - - - -
8 30 AD 13 1 1 1 - 1 - -
Jml Jwb Benar 5 4 7 4 7 2 1
22 23 24 25 26 27 28
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 22 23 24 25 26 27 28
1 1 A 23 1 1 1 1 1 1 -
2 3 C 23 - - - 1 1 1 1
3 10 J 23 1 1 1 1 1 1 -
4 5 E 21 - 1 - 1 1 1 1
5 28 AB 21 1 1 1 1 - - 1
6 29 AC 15 - - 1 1 1 - -
7 21 U 13 - - - - - - -
8 30 AD 13 - - 1 - - - -
Jml Jwb Benar 3 4 5 6 5 4 3
29 30 31 32 33 34 35
No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 29 30 31 32 33 34 35
1 1 A 23 - - - - 1 1 1
2 3 C 23 1 - - 1 1 1 1
3 10 J 23 1 1 1 - 1 1 -
4 5 E 21 1 - - 1 1 1 1
5 28 AB 21 - - 1 - - - 1
6 29 AC 15 1 1 - - 1 - -
7 21 U 13 - - 1 1 1 1 1
8 30 AD 13 - - - 1 - - 1
Jml Jwb Benar 4 2 3 4 6 5 6
DAYA PEMBEDA
============
Jumlah Subyek= 30
Klp atas/bawah(n)= 8
Butir Soal= 35
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)
1 1 5 7 -2 -25.00
2 2 7 4 3 37.50
3 3 8 6 2 25.00
4 4 8 6 2 25.00
5 5 8 3 5 62.50
6 6 6 3 3 37.50
7 7 7 3 4 50.00
8 8 8 5 3 37.50
9 9 8 1 7 87.50
10 10 6 2 4 50.00
11 11 8 5 3 37.50
12 12 8 6 2 25.00
13 13 6 5 1 12.50
14 14 8 6 2 25.00
15 15 8 5 3 37.50
16 16 8 4 4 50.00
17 17 8 7 1 12.50
18 18 7 4 3 37.50
19 19 8 7 1 12.50
20 20 5 2 3 37.50
21 21 0 1 -1 -12.50
22 22 8 3 5 62.50
23 23 8 4 4 50.00
24 24 8 5 3 37.50
25 25 8 6 2 25.00
26 26 8 5 3 37.50
27 27 8 4 4 50.00
28 28 4 3 1 12.50
29 29 6 4 2 25.00
30 30 8 2 6 75.00
31 31 7 3 4 50.00
32 32 5 4 1 12.50
33 33 8 6 2 25.00
34 34 8 5 3 37.50
35 35 7 6 1 12.50
TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek= 30
Butir Soal= 35
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 22 73.33 Mudah
2 2 24 80.00 Mudah
3 3 28 93.33 Sangat Mudah
4 4 27 90.00 Sangat Mudah
5 5 24 80.00 Mudah
6 6 19 63.33 Sedang
7 7 17 56.67 Sedang
8 8 26 86.67 Sangat Mudah
9 9 18 60.00 Sedang
10 10 17 56.67 Sedang
11 11 25 83.33 Mudah
12 12 24 80.00 Mudah
13 13 18 60.00 Sedang
14 14 27 90.00 Sangat Mudah
15 15 24 80.00 Mudah
16 16 19 63.33 Sedang
17 17 28 93.33 Sangat Mudah
18 18 23 76.67 Mudah
19 19 26 86.67 Sangat Mudah
20 20 13 43.33 Sedang
21 21 1 3.33 Sangat Sukar
22 22 23 76.67 Mudah
23 23 24 80.00 Mudah
24 24 21 70.00 Sedang
25 25 26 86.67 Sangat Mudah
26 26 23 76.67 Mudah
27 27 24 80.00 Mudah
28 28 14 46.67 Sedang
29 29 23 76.67 Mudah
30 30 23 76.67 Mudah
31 31 22 73.33 Mudah
32 32 19 63.33 Sedang
33 33 28 93.33 Sangat Mudah
34 34 27 90.00 Sangat Mudah
35 35 27 90.00 Sangat Mudah
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL
=================================
Jumlah Subyek= 30
Butir Soal= 35
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi
1 1 -0.202 -
2 2 0.571 Sangat Signifikan
3 3 0.358 Signifikan
4 4 0.359 Signifikan
5 5 0.620 Sangat Signifikan
6 6 0.201 -
7 7 0.296 -
8 8 0.293 -
9 9 0.584 Sangat Signifikan
10 10 0.349 Signifikan
11 11 0.634 Sangat Signifikan
12 12 0.275 -
13 13 0.075 -
14 14 0.533 Sangat Signifikan
15 15 0.308 Signifikan
16 16 0.229 -
17 17 0.305 Signifikan
18 18 0.552 Sangat Signifikan
19 19 0.255 -
20 20 0.339 Signifikan
21 21 -0.175 -
22 22 0.738 Sangat Signifikan
23 23 0.685 Sangat Signifikan
24 24 0.260 -
25 25 0.467 Sangat Signifikan
26 26 0.428 Sangat Signifikan
27 27 0.718 Sangat Signifikan
28 28 0.155 -
29 29 0.381 Signifikan
30 30 0.661 Sangat Signifikan
31 31 0.392 Signifikan
32 32 0.011 -
33 33 0.463 Sangat Signifikan
34 34 0.621 Sangat Signifikan
35 35 0.184 -
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:
df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01
10 0,576 0,708 60 0,250 0,325
15 0,482 0,606 70 0,233 0,302
20 0,423 0,549 80 0,217 0,283
25 0,381 0,496 90 0,205 0,267
30 0,349 0,449 100 0,195 0,254
40 0,304 0,393 125 0,174 0,228
50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
KUALITAS PENGECOH
=================
Jumlah Subyek= 30
Butir Soal= 35
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
No Butir Baru No Butir Asli a b c d e *
1 1 5--- 0-- 3+ 0-- 22** 0
2 2 1+ 3-- 2+ 0-- 24** 0
3 3 2--- 0-- 28** 0-- 0-- 0
4 4 0-- 0-- 27** 1+ 2--- 0
5 5 1+ 3-- 24** 2+ 0-- 0
6 6 0-- 19** 5-- 0-- 6--- 0
7 7 6-- 4++ 17** 3++ 0-- 0
8 8 1++ 26** 1++ 2-- 0-- 0
9 9 1- 2+ 9--- 18** 0-- 0
10 10 1- 9--- 17** 3++ 0-- 0
11 11 0-- 4--- 0-- 25** 1++ 0
12 12 24** 3-- 3-- 0-- 0-- 0
13 13 0-- 3++ 4+ 18** 5- 0
14 14 2--- 1+ 0-- 0-- 27** 0
15 15 24** 0-- 5--- 1+ 0-- 0
16 16 3++ 1- 6--- 19** 1- 0
17 17 0-- 0-- 28** 0-- 2--- 0
18 18 0-- 6--- 23** 1+ 0-- 0
19 19 1++ 26** 0-- 2-- 1++ 0
20 20 6+ 1-- 9--- 1-- 13** 0
21 21 1-- 27--- 1** 0-- 1-- 0
22 22 4--- 3- 0-- 0-- 23** 0
23 23 24** 6--- 0-- 0-- 0-- 0
24 24 3+ 21** 0-- 3+ 3+ 0
25 25 26** 0-- 3--- 1++ 0-- 0
26 26 0-- 5--- 23** 0-- 2++ 0
27 27 3-- 0-- 1+ 2+ 24** 0
28 28 14** 6+ 8-- 0-- 2- 0
29 29 2++ 0-- 4--- 1+ 23** 0
30 30 23** 0-- 2++ 2++ 3- 0
31 31 0-- 0-- 7--- 22** 1- 0
32 32 0-- 1- 3++ 19** 7--- 0
33 33 0-- 0-- 0-- 2--- 28** 0
34 34 0-- 27** 2--- 0-- 1+ 0
35 35 0-- 0-- 2--- 1+ 27** 0
Keterangan:
** : Kunci Jawaban
++ : Sangat Baik
+ : Baik
- : Kurang Baik
-- : Buruk
---: Sangat Buruk
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2= 25.80
Simpang Baku= 5.17
KorelasiXY= 0.83
Reliabilitas Tes= 0.91
Butir Soal= 35
Jumlah Subyek= 30
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 -25.00 Mudah -0.202 -
2 2 37.50 Mudah 0.571 Sangat Signifikan
3 3 25.00 Sangat Mudah 0.358 Signifikan
4 4 25.00 Sangat Mudah 0.359 Signifikan
5 5 62.50 Mudah 0.620 Sangat Signifikan
6 6 37.50 Sedang 0.201 -
7 7 50.00 Sedang 0.296 -
8 8 37.50 Sangat Mudah 0.293 -
9 9 87.50 Sedang 0.584 Sangat Signifikan
10 10 50.00 Sedang 0.349 Signifikan
11 11 37.50 Mudah 0.634 Sangat Signifikan
12 12 25.00 Mudah 0.275 -
13 13 12.50 Sedang 0.075 -
14 14 25.00 Sangat Mudah 0.533 Sangat Signifikan
15 15 37.50 Mudah 0.308 Signifikan
16 16 50.00 Sedang 0.229 -
17 17 12.50 Sangat Mudah 0.305 Signifikan
18 18 37.50 Mudah 0.552 Sangat Signifikan
19 19 12.50 Sangat Mudah 0.255 -
20 20 37.50 Sedang 0.339 Signifikan
21 21 -12.50 Sangat Sukar -0.175 -
22 22 62.50 Mudah 0.738 Sangat Signifikan
23 23 50.00 Mudah 0.685 Sangat Signifikan
24 24 37.50 Sedang 0.260 -
25 25 25.00 Sangat Mudah 0.467 Sangat Signifikan
26 26 37.50 Mudah 0.428 Sangat Signifikan
27 27 50.00 Mudah 0.718 Sangat Signifikan
28 28 12.50 Sedang 0.155 -
29 29 25.00 Mudah 0.381 Signifikan
30 30 75.00 Mudah 0.661 Sangat Signifikan
31 31 50.00 Mudah 0.392 Signifikan
32 32 12.50 Sedang 0.011 -
33 33 25.00 Sangat Mudah 0.463 Sangat Signifikan
34 34 37.50 Sangat Mudah 0.621 Sangat Signifikan
35 35 12.50 Sangat Mudah 0.184 -
98
SOAL TES HASIL BELAJAR Nama : Sekolah : Kelas : Materi : Laju Reaksi Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang paling tepat! 1. Laju reaksi 4NH3 + 5O2 4NO + 6H2O dapat dinyatakan sebagai ….
a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 tiap satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O tiap satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 tiap satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem tiap satu satuan waktu e. Laju bertambahnya konsentrasi NO tiap satu satuan waktu
2. Jika reaksi kimia : P(g) + Q(g) → R(g) + S(g)
Berdasarkan reaksi di atas, maka rumus laju reaksinya adalah sebagai berikut, kecuali…
a. v = -Δt
[P]Δ d. v = +
Δt
[S]Δ
b. v = -Δt
[Q]Δ e. v = +
Δt
[R]Δ
c. v = -Δt
[R]Δ
3. Laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut.
v = -Δt
[A]Δ, v = -
Δt
[B]Δ, v = +
Δt
[C]Δ, v = +
Δt
[D]Δ
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah… a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g)
4. Faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali... a. Suhu b. Luas permukaan c. Konsentrasi hasil reaksi d. Konsentrasi pereaksi e. Katalisator
5. Data hasil percobaan untuk A + B C Data Masa/bentuk A Konsentrasi Waktu Suhu
1 5 gram serbuk 0,1 mol.L-1 2 detik 25oC
LAMPIRAN 5
99
2 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 3 detik 25oC
3 5 gram padat 0,1 mol.L-1 5 detik 25oC
4 5 gram larutan 0,2 mol.L-1 1,5 detik 25oC
5 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 1,5 detik 25oC
Pada data percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... a. Konsentrasi b. Sifat-sifat c. Suhu d. Luas permukaan e. Katalis
6. Pereaksi berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada berbentuk kepingan, hal ini disebabkan bentuk serbuk .... a. Dapat menurunkan energi aktivasi b. Mempunyai luas permukaan yang lebih kecil c. Mempunyai luas permukaan yang lebih besar d. Lebih padat e. Lebih aktif bergerak
7. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh …. a. Suhu d. Katalis b. Konsentrasi e. Jumlah partikel zat c. Luas permukaan
8. Suatu reaksi akan menjadi 2 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu 30ºC reaksi berlangsung 10 menit, maka pada suhu 50ºC reaksi berlangsung…
a. 30 menit d. 5 menit b. 20 menit e. 2,5 menit c. 10 menit
9. Tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi kimia... a. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia b. Berkurang dngan naiknya suhu c. Berkurang dengan memperkecilpartikel pereaksi d. Berkurang dengan penambahan konsentrasi e. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia
10. Energi minimum yang digunakan untuk memulai reaksi disebut... a. Energi pereaksi d. Energi kimia
100
b. Energi produk reaksi e. Energi katalisasi c. Enegi pengaktifan
11. Dari proses di bawah ini yang akan mengubah energi pengaktifan adalah... a. Memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. Menambah konsentrasi zat pereaksi c. Manambah katalis d. Menurunkan suhu e. Menurunkan tekanan
12. Berikut pernyataan yang tepat terhadap katalis jika ditambahkan dalam suatu reaksi adalah .... a. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi b. Habis bereaksi dengan pereaksi c. Ikut bereaksi tetapi tidak diperoleh kembali pada akhir reaksi d. Ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi e. Tidak ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi
13. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi. Semakin besar luas permukaan semakin cepat reaksi berlangsung karena semakin .... a. Besar energi pengaktifannya b. Kecil energi pengaktifannya c. Besar energi kinetiknya d. Besar konsentrasinya e. Mudah terjadi tumbukan
14. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan memperbesar... a. Energi kinetik molekul pereaksi b. Tekanan molekul pereaksi c. Energi pengaktifan zat yang bereaksi d. Konsentrasi zat yang bereaksi e. Luas permukaan zat yang bereaksi
15. Orde reaksi menyatakan .... a. Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi b. Besarnya pengaruh suhu pereaksi pada laju reaksi c. Besarnya pengaruh volume pereaksi pada laju reaksi d. Besarnya pengaruh luas permukaan pereaksi pada laju reaksi e. Besarnya pengaruh katalis pada laju reaksi
16. Laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksi. Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .... a. Orde negatif b. Orde nol c. Orde satu d. Orde dua
101
e. Orde tiga 17. Pada reaksi 2A + B A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol terhadap B.
Hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik ....
a. v
[B]
b. v
[B]
c. v
[B]
d. v
[B]
e. v
[B]
18. Diketahui data eksperimen dari reaksi : 2H2 + 2NO → 2H2O + N2 Adalah sebagai berikut :
H2 (M) NO (M) Laju (M/s) 0,1 0,2 20 0,5 0,2 100 0,1 0,4 80
Orde terhadap NO adalah …. a. 0 b. ½ c. 1 d. 3/2 e. 2
19. Dari reaksi :
102
CHCl3 + Cl2 → CCl4 + HCl Diketahui data sebagai berikut : CHCl3 (M) Cl2 (M) Laju (M/s)
0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40
Orde terhadap CHCl3 adalah…. a. 1 d. 0 b. 3/2 e. 3 c. 2
20. Data reaksi : A + B → AB Adalah sebagai berikut :
A (M) B (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12
Orde reaksi terhadap A adalah …. a.½ b. 1/3 c. 1 d. 2 e. 0
21. Suatu reaksi X + Y → hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V = k[X][Y]2. Bila pada suhu tetap konsentrasi X dan Y masing-masing dinaikan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…. a. Tidak berubah d. 6 kali lebih besar b. 2 kali lebih besar e. 8 kali lebih besar c. 4 kali lebih besar
22. Suatu reaksi memiliki data sebagai berikut. Pereaksi = A dan B, orede reaksi terhadap A = 1, orde total = 3/2. Persamaan laju reaksinya adalah …. a. v = k[A][B]3/2 d. v = k[A]3/2[B] b. v = k[A][B]1/2 e. v = k[A][B] c. v = k[A]1/2[B]
103
Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar
1. E 11. C 21. E
2. C 12. E 22. B
3. C 13. E
4. C 14. A
5. D 15. A
6. C 16. C
7. D 17. E
8. E 18. E
9. A 19. A
10. C 20. D
LAMPIRAN 6
104
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian laju reaksi.
2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
4. Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Tujuan
Pembelajaran
: 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi.
2. Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
4. Siswa dapat menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
I. Materi Ajar : 1. Pengertian Laju Reaksi
Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar salah satu
pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk (hasil reaksi)
dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dirumuskan sebagai berikut:
Atau
LAMPIRAN 7
105
Dengan:
R = pereaksi (reaktan)
P = produk (hasil reaksi)
v = laju reaksi
t = waktu reaksi
∆[R] = perubahan konsentrasi molar pereaksi
∆[P] = perubahan konsentrasi molar produk (hasil reaksi)
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi laju reaksi
a. Konsentrasi
b. Luas permukaan
c. Suhu
d. Katalis
II. Model
Pembelajaran
: Kooperatif Jigsaw
III. Metode
Pembelajaran
: Diskusi,
IV. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (25 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan
siswa untuk belajar.
Siswa
mengkondisikan
diri untuk belajar.
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
Kuis sebelum
pembelajaran
Guru memberikan soal
kuis kepada siswa.
Siswa mengerjakan
kuis.
106
Menjelaskan
Model
Kooperatif
Jigsaw
Guru menjelaskan
metode pembelajaran
jigsaw serta
menyampaikan SK
dan KD.
Siswa
mendengarkan
guru.
Materi
Pengantar
Guru memberikan
penjelasan secara
umum tentang laju
reaksi.
Siswa
mendengarkan
guru.
B. Kegiatan Inti (50 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Membentuk
kelompok
Guru membagi siswa
ke dalam beberapa
kelompok kecil,
terdiri dari 4 orang
yang heterogen.
Siswa berkumpul
sesuai kelompoknya.
Pemberian
lembar materi
Guru memberikan
empat lembar pokok
materi yg berbeda ke
setiap siswa pada
setiap kelompok.
Siswa 1: Pengertian
laju reaksi reaktan A,
faktor konsentrasi
dan contoh sederhana
perhitungannya.
Siswa 2: Pengertian
laju reaksi reaktan B,
faktor luas
permukaan dan
contoh sederhana
Siswa menerima
materi yang diberikan.
107
perhitungannya.
Siswa 3: Pengertian
laju reaksi produk C,
faktor suhu dan
contoh sederhana
perhitungannya.
Siswa 4: Pengertian
laju reaksi produk D,
faktor katalis dan
contoh sederhana
perhitungannya.
Membaca
materi
Guru meminta siswa
membaca dan
memahami sepintas
materi yg dibagikan
kepada setiap siswa.
Siswa membaca
materi yang diberikan.
Tahap diskusi
kelompok ahli
Guru meminta siswa
yang mendapatkan
materi yang sama
untuk berkumpul
membentuk tim ahli
dan mendiskusikan
materi yang mereka
dapatkan.
Siswa berkumpul dan
mendiskusikan materi
yang mereka
dapatkan.
Tahap
penularan
meteri
Guru meminta siswa
pada kelompok ahli
untuk kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi
kepada setiap
anggota kelompok.
Siswa kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi ke
setiap anggota
kelompok.
C. Kegiatan Akhir (15 menit):
108
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
perwakilan setiap
kelompok untuk
memberikan
kesimpulan.
Siswa
menyimpulkan
materi.
Kuis setelah
pembelajaran
Guru memberikan
soal kuis individu.
Siswa mengerjakan
kuis.
V. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
VI. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol.
VII. Penilaian : Keaktifan siswa dan Hasil kuis
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
109
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan teori tumbukan.
2. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi.
3. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
Tujuan
Pembelajaran
: 1. Siswa dapat menjelaskan teori tumbukan.
2. Siswa dapat menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju
reaksi.
3. Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan
katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dari percobaan.
I. Materi Ajar : Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang
bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan
menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan
zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan
energi kinetik yang dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan)
yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar
tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-
110
faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat
dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga
energi aktivasi.
1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Makin besar konsentrasi makin besar pula kemungkinan frekuensi tumbukan
terjadi,sehingga reaksi makin cepat.
2. Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya.
3.Suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak
partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.
4. Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung.
Persamaan reaksinya:
Reaksi tanpa katalis A + B → AB Reaksi dengan katalis (sebagai katalis C) I. A + C → AC (cepat) II. AC + B→ AB + C (cepat) ______________________ + A + B → AB (cepat)
II. Model
Pembelajaran
: Kooperatif Jigsaw
III. Metode
Pembelajaran
Diskusi, Demonstrasi dengan media flash
IV. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (5 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan Siswa
111
siswa untuk belajar. mengkondisikan
diri untuk belajar.
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
B. Kegiatan Inti (65 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Membentuk
kelompok
Guru meminta siswa
untuk berkumpul
membentuk sesuai
dengan kelompok
pada pertemuan yang
sebelumnya.
Siswa berkumpul
sesuai kelompoknya.
Pemberian
lembar materi
Guru memberikan
empat lembar pokok
materi yg berbeda ke
setiap siswa pada
setiap kelompok.
Siswa 1: Pengaruh
faktor konsentrasi
terhadap laju reaksi
berdasarkan teori
tumbukan.
Siswa 2: Pengaruh
faktor luas
permukaan terhadap
laju reaksi
berdasarkan teori
tumbukan.
Siswa 3: Pengaruh
faktor suhu terhadap
laju reaksi
Siswa menerima
materi yang diberikan.
112
berdasarkan teori
tumbukan.
Siswa 4: Pengaruh
faktor katalis
terhadap laju reaksi
berdasarkan teori
tumbukan.
Membaca
materi
Guru meminta siswa
membaca dan
memahami sepintas
materi yg dibagikan
kepada setiap siswa.
Siswa membaca
materi yang diberikan.
Tahap diskusi
kelompok ahli
dan
demonstrasi
dengan media
flash
- Guru meminta
siswa yang
mendapatkan materi
yang sama untuk
berkumpul
membentuk tim ahli
dan mendiskusikan
materi yang mereka
dapatkan.
- Guru
memperlihatkan
demonstrasi kepada
masing-masing
kelompok ahli.
- Siswa berkumpul
dan mendiskusikan
materi yang mereka
dapatkan.
-Siswa
memperhatikan
demonstrasi dari guru.
Tahap
penularan
meteri
Guru meminta siswa
pada kelompok ahli
untuk kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi
kepada setiap
anggota kelompok.
Siswa kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi ke
setiap anggota
kelompok.
113
C. Kegiatan Akhir (20 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
perwakilan setiap
kelompok untuk
memberikan
kesimpulan.
Siswa
menyimpulkan
materi.
Kuis setelah
pembelajaran
Guru memberikan
soal kuis individu.
Siswa mengerjakan
kuis.
V. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
VI. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol, media flash.
VII. Penilaian : Keaktifan siswa dan Hasil kuis
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
114
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian orde reaksi.
2. Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua.
3. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan.
4. Membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
Tujuan
Pembelajaran
: 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian orde reaksi.
2. Siswa dapat membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua.
3. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan.
4. Siswa dapat membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
I. Materi Ajar : Orde Reaksi
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
a. Orde Nol
Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti
bahwa konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara
sistematis, bilangan yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu, sehingga
laju reaksi suatu zat yang orde reaksinya nol (orde nol) adalah tetap pada
konsentrasi berapa pun dan nilainya sama dengan tetapan laju reaksi (k).
b. Orde Satu
Jika orde reaski suatu zat sama dengan satu, berarti penambahan konsentrasi
akan berbanding lurus(linier) dengan kenaikan laju reaksinya.
115
c. Orde Dua
Jika orde reaksi suatu zat sama dengan dua, berarti penambahan konsentrasi
akan meningkatkan laju reaksi, dimana laju reaksi sebanding dengan kuadrat
konsentrasi zat tersebut.
d. Persamaan Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi
dengan konsentrasi pereaksi. Bentuk persamaan laju reaksi adalah sebagai
berikut. Untuk reaksi:
mA + mB pC + Qd
Persamaan Laju:
k = tetapan laju reaksi
x = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi A
y = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi B
II. Metode
Pembelajaran
: Kooperatif Jigsaw
III. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (5 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan
siswa untuk belajar.
Siswa
mengkondisikan
diri untuk belajar.
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
B. Kegiatan Inti (65 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Berkumpul
dengan
kelompok
Guru meminta siswa
untuk duduk dengan
kelompok yang
dahulu.
Siswa berkumpul
sesuai kelompoknya.
Pemberian Guru memberikan Siswa menerima
116
lembar materi empat lembar pokok
materi yg berbeda ke
setiap siswa pada
setiap kelompok.
Siswa 1: Orde Nol
beserta contohnya.
Siswa 2: Orde Satu
beserta contohnya.
Siswa 3: Orde dua
beserta contohnya.
Siswa 4: Persamaan
laju reaksi beserta
contohnya.
materi yang diberikan.
Membaca
materi
Guru meminta siswa
membaca dan
memahami sepintas
materi yg dibagikan
kepada setiap siswa.
Siswa membaca
materi yang diberikan.
Tahap diskusi
kelompok ahli
dan
demonstrasi
Guru meminta siswa
yang mendapatkan
materi yang sama
untuk berkumpul
membentuk tim ahli
dan mendiskusikan
materi yang mereka
dapatkan.
Siswa berkumpul dan
mendiskusikan materi
yang mereka
dapatkan.
Tahap
penularan
meteri
Guru meminta siswa
pada kelompok ahli
untuk kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi
kepada setiap
anggota kelompok.
Siswa kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi ke
setiap anggota
kelompok.
117
C. Kegiatan Akhir (20 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru mereview
semua materi dan
memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk
bertanya jika ada
yang belum
dipahami.
Siswa
mendengarkan dan
bertanya materi
yang belum
dimengerti
Kuis setelah
pembelajaran
Guru memberikan
soal kuis individu.
Siswa mengerjakan
soal kuis.
Memberikan
Informasi
Guru memberikan
informasi ulangan
bab laju reaksi
minggu depan.
Siswa
mendengarkan
informasi guru.
IV. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol.
VI. Penilaian : Keaktifan siswa dan Hasil Kuis
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
118
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 4
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian laju reaksi.
2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
4. Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
5. Menjelaskan teori tumbukan.
6. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi.
7. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
8. Menjelaskan pengertian orde reaksi.
9. Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua.
10. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan.
11. Membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
I. Model
Pembelajaran
: Kooperatif Jigsaw
II. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (5 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru
mengkondisikan
Siswa
mengkondisikan
119
siswa untuk ulangan. diri untuk ulangan.
Berdoa Guru memimpin
untuk berdoa.
Siswa berdoa.
B. Kegiatan Inti (75 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Ulangan
Harian Pada
Konsep Laju
Reaksi
Guru membagikan
soal ulangan harian.
Siswa mengerjakan
soal.
Mengumpulkan
jawaban
Guru meminta siswa
mengumpulkan
jawaban.
Siswa mengumpulkan
jawaban.
C. Kegiatan Akhir (10 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Memberikan
penghargaan
Guru
mengumumkan
kelompok yang
mendapatkan
predikat tim super,
tim hebat, dan tim
baik.
Kelompok terbaik
menerima
penghargaan dri
guru.
Memberikan
informasi
Guru memberikan
informasi bahwa
minggu depan
sudah masuk bab
baru, jadi
diharapkan siswa
belajar terlebih
dahulu di rumah.
Siswa
mendengarkan
informasi dari guru.
120
III. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
IV. Media
Belajar
:
Papan tulis, spidol, media flash.
V. Penilaian : Ulangan Harian Siswa
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
121
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian laju reaksi.
2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
4. Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Tujuan
Pembelajaran
: 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi.
2. Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
4. Siswa dapat menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
I. Materi Ajar : 1. Pengertian Laju Reaksi
Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar salah satu
pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk (hasil reaksi)
dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dirumuskan sebagai berikut:
Atau
LAMPIRAN 8
122
Dengan:
R = pereaksi (reaktan)
P = produk (hasil reaksi)
v = laju reaksi
t = waktu reaksi
∆[R] = perubahan konsentrasi molar pereaksi
∆[P] = perubahan konsentrasi molar produk (hasil reaksi)
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi laju reaksi
a. Konsentrasi
b. Luas permukaan
c. Suhu
d. Katalis
II. Metode
Pembelajaran
: Ekspositori (Ceramah, Tanya Jawab)
III. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (10 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan
siswa untuk belajar.
Siswa
mengkondisikan
diri untuk belajar.
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
Materi
Pengantar
Guru memberikan
pertanyaan kepada
siswa,”apa pengertian
laju menurut fisika?”
Siswa menjawab
pertanyaan guru.
133
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 4
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian laju reaksi.
2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
4. Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
5. Menjelaskan teori tumbukan.
6. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi.
7. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
8. Menjelaskan pengertian orde reaksi.
9. Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua.
10. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan.
11. Membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
I. Metode
Pembelajaran
: Ekspositori
II. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (10 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru
mengkondisikan
Siswa
mengkondisikan
134
siswa untuk ulangan. diri untuk ulangan.
Mengumpulkan
tugas
Guru meminta siswa
untuk
mengumpulkan LKS
dan buku catatan.
Siswa
mengumpulkan
LKS dan buku
catatan.
Berdoa Guru memimpin
untuk berdoa.
Siswa berdoa.
B. Kegiatan Inti (75 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Ulangan
Harian Pada
Konsep Laju
Reaksi
Guru membagikan
soal ulangan harian.
Siswa mengerjakan
soal.
Mengumpulkan
jawaban
Guru meminta siswa
mengumpulkan
jawaban.
Siswa mengumpulkan
jawaban.
C. Kegiatan Akhir (5 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Mengembalikan
LKS dan buku
catatan.
Guru membagikan
LKS dan buku
catatan
Siswa menerima
LKS dan buku
catatan dari guru.
Memberikan
informasi
Guru memberikan
informasi bahwa
minggu depan
sudah masuk bab
baru, jadi
diharapkan siswa
belajar terlebih
dahulu di rumah.
Siswa
mendengarkan
informasi dari guru.
135
III. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
IV. Media
Belajar
:
Papan tulis, spidol, media flash.
V. Penilaian : Ulangan Harian Siswa
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
123
B. Kegiatan Inti (70 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menjelaskan
Materi
Guru menjelaskan
kepada siswa
tentang:
- pengertian laju
reaksi (berdasarkan
reaktan dan hasil
reaksi).
- Persamaan laju
reaksi.
Siswa mendengarkan
penjelasan guru.
Memberikan
contoh soal
Guru memberikan
contoh soal kepada
siswa.
Siswa memperhatikan
guru dan mencatat
contoh soal.
Memberikan
kesempatan
bertanya
Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
apabila ada materi
yang belum
dimengerti.
Siswa bertanya
kepada guru.
Memberikan
soal
Guru memberikan
soal latihan kepada
siswa.
Siswa mengerjakan
soal latihan
Pembahasan
soal
Guru membahas soal. Siswa mengoreksi
jawaban masing-
masing.
C. Kegiatan Akhir (10 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
perwakilan siswa
memberikan
Siswa
menyimpulkan
materi.
124
kesimpulan.
Pemberian tugas
LKS
Guru memberikan
tugas rumah berupa
LKS.
Siswa menandai
tugas yang
diberikan guru.
IV. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol
VI. Penilaian : Keaktifan siswa dan Hasil tugas
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
129
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian orde reaksi.
2. Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua.
3. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan.
4. Membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
Tujuan
Pembelajaran
: 5. Siswa menjelaskan pengertian orde reaksi.
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian orde reaksi.
2. Siswa dapat membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua.
3. Siswa dapat membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
I. Materi Ajar : Orde Reaksi
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
a. Orde Nol
Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti
bahwa konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara
sistematis, bilangan yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu, sehingga
laju reaksi suatu zat yang orde reaksinya nol (orde nol) adalah tetap pada
konsentrasi berapa pun dan nilainya sama dengan tetapan laju reaksi (k).
b. Orde Satu
Jika orde reaski suatu zat sama dengan satu, berarti penambahan konsentrasi
akan berbanding lurus(linier) dengan kenaikan laju reaksinya.
130
c. Orde Dua
Jika orde reaksi suatu zat sama dengan dua, berarti penambahan konsentrasi
akan meningkatkan laju reaksi, dimana laju reaksi sebanding dengan kuadrat
konsentrasi zat tersebut.
d. Persamaan Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi
dengan konsentrasi pereaksi. Bentuk persamaan laju reaksi adalah sebagai
berikut. Untuk reaksi:
mA + mB pC + Qd
Persamaan Laju:
k = tetapan laju reaksi
x = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi A
y = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi B
II. Metode
Pembelajaran
: Ekspositori (Ceramah, tanya jawab)
III. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (15 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan
siswa untuk belajar.
Siswa
mengkondisikan
diri untuk belajar.
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
Kuis Guru memberikan
kuis tentang materi
sebelumnya.
Siswa mengerjakan
kuis.
B. Kegiatan Inti (60 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menjelaskan
Materi
Guru menjelaskan
kepada siswa
Siswa mendengarkan
penjelasan guru.
131
tentang:
- Orde reaksi
- Perhitungan laju
reaksi
Memberikan
contoh soal
Guru memberikan
contoh soal kepada
siswa.
Siswa memperhatikan
guru dan mencatat
contoh soal.
Memberikan
kesempatan
bertanya
Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
apabila ada materi
yang belum
dimengerti.
Siswa bertanya
kepada guru.
Memberikan
soal
Guru memberikan
soal latihan kepada
siswa.
Siswa mengerjakan
soal latihan
Membahas
soal
Guru meminta
beberapa siswa maju
ke dapan untuk
menuliskan jawaban
di papan tulis.
Siswa yang dipanggil
mengerjakan soal di
papan tulis.
C. Kegiatan Akhir (10 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru mereview
semua materi dan
memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk
bertanya jika ada
yang belum
dipahami.
Siswa
mendengarkan dan
bertanya materi
yang belum
dimengerti
132
Pemberian Tugas
LKS
Guru memberikan
tugas rumah berupa
LKS.
Siswa menandai
tugas yang
diberikan guru.
Memberikan
Informasi
Guru memberikan
informasi ulangan
bab laju reaksi
minggu depan.
Siswa
mendengarkan
informasi guru.
IV. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol.
VI. Penilaian : Keaktifan siswa dan Hasil Kuis
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
125
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan teori tumbukan.
2. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi.
3. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
Tujuan
Pembelajaran
: 1. Siswa dapat menjelaskan teori tumbukan.
2. Siswa dapat menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju
reaksi.
3. Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan
katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dari percobaan.
I. Materi Ajar : Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang
bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan
menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan
zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan
energi kinetik yang dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan)
yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar
tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-
126
faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat
dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga
energi aktivasi.
1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Makin besar konsentrasi makin besar pula kemungkinan frekuensi tumbukan
terjadi,sehingga reaksi makin cepat.
2. Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya.
3.Suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak
partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.
4. Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung.
Persamaan reaksinya:
Reaksi tanpa katalis A + B → AB Reaksi dengan katalis (sebagai katalis C) I. A + C → AC (cepat) II. AC + B→ AB + C (cepat) ______________________ + A + B → AB (cepat)
II. Metode
Pembelajaran
Ekspositori (ceramah, tanya jawab, demostrasi dengan media flash)
III. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (25 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan
siswa untuk belajar.
Siswa
mengkondisikan
diri untuk belajar.
127
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
Koreksi LKS Guru meminta siswa
mengumpulkan LKS
dan mengoreksi
bersama-sama.
Siswa
mengumpulkan,
menukarkan, dan
mengoreksi LKS.
B. Kegiatan Inti (60 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menjelaskan
Materi
Guru menjelaskan
kepada siswa
tentang:
- Teori tumbukan
- Energi Aktivasi
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi
Siswa mendengarkan
penjelasan guru.
Demonstrasi
Media Flash
Guru
mendemostrasikan
faktor-faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi melalui media
flash.
Siswa memperhatikan
media flash.
Menjelaskan
Media Flash
Guru meminta siswa
menjelaskan
demostrasi media
flash sebagai tugas
individu dikerjakan
di kertas selembar.
Siswa mengerjakan
tugas.
128
Mengumpulkan
tugas
Guru meminta siswa
mengumpulkan
tugas.
Siswa mengumpulkan
tugas
C. Kegiatan Akhir (5 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
perwakilan setiap
kelompok untuk
memberikan
kesimpulan.
Siswa
menyimpulkan
materi.
Pemberian tugas
LKS
Guru memberikan
tugas rumah berupa
LKS.
Siswa menandai
tugas yang
diberikan guru.
IV. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol, media flash
VI. Penilaian : Keaktifan siswa dan Tugas individu
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Kepala Sekolah Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 Achmad Badarudin 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 20 90,09
2 Afriana Fadillah 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 16 72,72
3 Agista Tri Aswoyo 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 12 54,54
4 Apriani Sulistiawati 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 15 68,18
5 Citra Tri Yuliana 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 18 81,81
6 Deby Patmawati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 21 95,45
7 Deni Sugiawan 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 16 72,72
8 Derry Purnama 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 18 81,81
9 Dery Murtado 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 12 54,54
10 Desima Yolanda 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 11 50,00
11 Dewi Saridah 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 13 59,09
12 Dian Muhammad 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 16 72,72
13 Dwi Septa Putra 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 14 63,63
14 Falah Ali 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 11 50,00
15 Faradita Arum Sari 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 15 68,18
16 Fitri Kurniawan 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 86,36
17 Hilda Rumondang 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 11 50,00
18 Imam Dwi Wicaksoo 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 15 68,18
19 Jamal Adi Saputra 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 77,27
20 Juliandio Sipahutar 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 18 81,81
21 Kartini Bobyka 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 11 50,00
22 Lukman Hakim 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 15 68,18
23 Lukman Nulhakim 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 15 68,18
24 Maulana Asta 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 16 72,72
25 M. Reza Supriatna 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 13 59,09
26 M. Imam Hudaya 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 17 77.27
27 M. Iqbal Mubaroq 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 81,81
28 M. Rizki Rifai 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 11 50,00
29 Nina Ayu S. 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19 86,36
30 Nita Anggraini 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 17 77,27
31 Putri Septiana 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 68,18
32 Rahel Ivana 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 16 72,72
33 Rahmania 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 12 54,54
34 Resa Hapsari 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 12 54,54
35 Reza Handika 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 14 63,63
36 Ria Kurniati 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 77,27
37 Ririn Yuliana 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 90,90
38 Ruth Victoria 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 16 72,72
39 Vicky Claudia 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 17 77,27
40 Winda Ayu Ariani 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19 86,36
136
NO NAMA SISWANOMOR SOAL
SKOR NILAI
LA
MP
IRA
N 9
137
Perhitungan Kelas Eksperimen
A. Banyak Data 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 54,54 54,54 54,54 54,54 59,0959,09 63,63 63,63 68,18 68,18 68,18 68,18 68,18 68,18 72,7272,72 72,72 72,72 72,72 72,72 77,27 77,27 77,27 77,27 77,2781,81 81,81 81,81 81,81 86,36 86,36 86,36 90,90 90,90 95,45 B. Nilai Tertinggi = 95,45 Nilai Terendah = 50,00 Rentang Kelas = 95,45-50 = 45,45 C. Banyak Interval Kelas K = 1 + 3,3 log 40 K = 1 + 3,3 (1,60) K = 1 + 5,28 K = 6,28 ~ 7
D. Panjang Interval
E. Distribusi
No Interval fi xi xi2 fixi fixi
2 1 50-56 9 53 2809 477 25281 2 57-63 2 60 3600 120 7200 3 64-70 8 67 4489 536 35912 4 71-77 11 74 5476 814 60236 5 78-84 4 81 6561 324 26244 6 85-91 5 88 7744 440 38720 7 92-98 1 95 9025 95 9025
Jumlah 40 518 39704 2806 202618
LAMPIRAN 10
138
139
Perhitungan Normalitas Kelas Eksperimen
No. Xi F Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)| 1 50,00 5 5 -1,43 0,4236 0,0764 0,125 0,0486 2 54,54 4 9 -1,11 0,3643 0,1357 0,225 0,0893 3 59,09 2 11 -0,78 0,2823 0,2177 0,275 0,0573 4 63,63 2 13 -0,46 0,1772 0,3228 0,325 0,0022 5 68,18 6 19 -0,13 0,0517 0,4483 0,475 0,0267 6 72,72 6 25 0,19 0,0754 0,5754 0,625 0,0496 7 77,27 5 30 0,52 0,1985 0,6985 0,75 0,0515 8 81,81 4 34 0,84 0,2996 0,7996 0,85 0,0504 9 86,36 3 37 1,17 0,3790 0,879 0,925 0,046 10 90,90 2 39 1,49 0,4319 0,9319 0,975 0,0431 11 95,45 1 40 1,82 0,4556 0,9556 1 0,0444
Dari uji normalitas dengan uji lilifors menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,089 <
0,14) dengan derajat signifikan 95% (α=0,05) dapat disimpulkan bahwa data tersebut
berdistribusi normal.
LAMPIRAN 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 221 A. Furqon 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 10 45,452 A'an Agus 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 19 86,363 Achmad Hadi 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 12 54,544 Ady Surya 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 12 54,545 Agung Pratama 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 12 54,546 Agung Subahtra 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 10 45,457 Anggriawan S.W 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 10 45,458 Apriyanti 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 17 77,279 Barnabas Nicholas 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 11 50,00
10 Choirunnas 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 15 68,1811 Citra Amalia 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 13 59,0912 Debbi Ramanasari 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 16 72,7213 Della Rianti 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 11 50,0014 Deni Santosoe 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 10 45,4515 Desy Mila 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 12 54,5416 Dewi Anjani 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 16 72,7217 Dina Novia 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 13 59,0918 Dio Normandika 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 81,8119 Filman Boydos 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 11 50,0020 Fitri Fuji 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 17 77,2721 Jessy Amelia 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 13 59,0922 M. Fajar Sidiq 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 12 54,5423 M. Lendi 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 10 45,4524 M.Dilham 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 12 54,5425 Meyghita Susanti 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 9 40,9026 Nia Melati 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 13 59,0927 Nia Qurotaini 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 14 63,6328 Nisda Yunia 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 81,8129 Okireksa Gilang 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 9 40,9030 Rabin K 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 11 50,0031 Recta Aprillita 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 9 40,9032 Ridwan L 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 12 54,5433 Rita Hidayati 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 13 59,0934 Rizqi Angga 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 9 40,9035 Robby Saputra 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 11 50,0036 Romana Azis 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 9 40,9037 Ryan Nurfallah 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 14 63,6338 Titi Jumiati 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 14 63,6339 Wisnu Aji 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 15 68,1840 Witta Wulandari 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 14 63,63
140
NO NAMA SISWANOMOR SOAL
SKOR NILAI
LAM
PIRA
N 12
141
Perhitungan Kelas Kontrol
A. Banyak Data 40,90 40,90 40,90 40,90 40,90 45,45 45,45 45,45 45,45 45,4550,00 50,00 50,00 50,00 50,00 54,54 54,54 54,54 54,54 54,5454,54 54,54 59,09 59,09 59,09 59,09 59,09 63,63 63,63 63,6363,63 68,18 68,18 72,72 72,72 77,27 77,27 81,81 81,81 86.36 B. Nilai Tertinggi = 86,36 Nilai Terendah = 40,90 Rentang Kelas = 86,36-40,90 = 45,46 C. Banyak Interval Kelas K = 1 + 3,3 log 40 K = 1 + 3,3 (1,60) K = 1 + 5,28 K = 6,28 ~ 7
D. Panjang Interval
E. Distribusi No Interval fi xi xi
2 fixi fixi2
1 40-46 10 43 1849 430 18490 2 47-53 5 50 2500 250 12500 3 54-60 12 57 3249 684 38988 4 61-67 4 64 4096 256 16384 5 68-74 4 71 5041 284 20164 6 75-81 2 78 6084 156 12168 7 82-88 3 85 7225 255 21675
Jumlah 40 448 30044 2315 140369
LAMPIRAN 13
142
143
No. Xi F Zn Zi Zt F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)| 1 40,90 5 5 -1,31 0,4049 0,0951 0,125 0,0299 2 45,45 5 10 -0,95 0,3289 0,1711 0,25 0,0789 3 50,00 5 15 -0,59 0,2224 0,2776 0,375 0,0974 4 54,54 7 22 -0,22 0,0832 0,4168 0,55 0,1332 5 59,09 5 27 0,12 0,0438 0,5438 0,675 0,1312 6 63,63 4 31 0,48 0,1844 0,6844 0,775 0,0906 7 68,18 2 33 0,84 0,2996 0,7996 0,825 0,0254 8 72,72 4 37 1,20 0,3849 0,8849 0,925 0,0401 9 81,81 2 39 1,91 0,4713 0,9713 0,975 0,0037 10 86,36 1 40 2,27 0,4884 0,9884 1 0,0116
Dari uji normalitas dengan uji lilifors menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,1332
< 0,14) dengan derajat signifikan 95% (α=0,05) dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi normal.
LAMPIRAN 14
Perhitungan Normalitas Kelas Kontrol
144
Perhitungan Homogenitas
Posttest
,10
Sedangkan F tabel diperoleh dari:
df pembilang = 40-1 = 39
df penyebut = 40-1 =39
F(30,40) = 1,74
F(38,40) = 1,71
Jadi,
Jadi Ftabel = 1,735
Karena Fhitung < Ftabel (1,10 < 1,735), maka data tersebut homogen.
LAMPIRAN 15
145
Perhitungan Pengujian Hipotesis
Uji t
dengan
Untuk mendapatkan ttabel dilakukan interpolasi, dengan rumus:
df = n1 + n2 – 2
= 40 + 40 – 2
= 78
t(60,95%) = 2,00
t(120,95%) = 1,980
Selisih antara ttabel(60) dengan df adalah 18, jadi t untuk df 78 adalah:
t(78,95%) = 1,999
Jadi ttabel adalah 1,999
LAMPIRAN 16
146
Karena thitung > ttabel (4,47>1,999), maka Ho ditolak, Ha diterima.
146
PERHITUNGAN SKOR KUIS INDIVIDU
Skor perkembangan individu pertemuan pertama kelas eksperimen KELOMPOK SKOR DASAR KUIS POIN
I Achmad Badarudin Deni Sugiawan Fitri Kurniawan Nina Ayu S.
35 40 40 30
70 75 70 65
30 30 30 30
II Derry Purnama Falah Ali Kartini Bobyka Ria Kurniati
30 35 30 40
65 70 75 80
30 30 30 30
III Dery Murtado Jamal Adi Saputra Afriana Fadillah Dewi Saridah
25 35 45 30
60 70 80 75
30 30 30 30
IV Dwi Septa Putra Juliando Sipahutar Citra Tri Yuliana Nita Anggraini
40 25 30 35
80 75 65 70
30 30 30 30
V Lukman Hakim M. Reza Supriatna Putri Septiana Ruth Victoria
20 35 40 30
60 75 85 70
30 30 30 30
VI Reza Handika Imam Dwi Wicaksoo Hilda Rumondang Rahel Ivana
35 40 25 30
65 70 60 75
30 30 30 30
VII Dian Muhammad Resa Hapsari Agista Tri Aswoyo Desima Yolanda
25 30 30 40
65 70 70 80
30 30 30 30
VIII M. Imam Hudaya Citra Tri Yuliana Faradita Arum Sari Deby Patmawati
25 40 35 35
60 85 75 70
30 30 30 30
IX
LAMPIRAN 17
147
M. Rizki Rifai Apriani Sulistiawati Faradita Arum Sari Winda Ayu Ariani
30 35 30 30
70 75 70 75
30 30 30 30
X Lukman Nulhakim Rahmania Ririn Yuliana Vicky Claudia
35 30 40 25
80 70 75 65
30 30 30 30
Skor perkembangan individu pertemuan kedua kelas eksperimen KELOMPOK SKOR DASAR KUIS POIN
I Achmad Badarudin Deni Sugiawan Fitri Kurniawan Nina Ayu S.
70 75 70 65
65 70 75 75
10 10 20 20
II Derry Purnama Falah Ali Kartini Bobyka Ria Kurniati
65 70 75 80
70 80 70 80
20 20 10 20
III Dery Murtado Jamal Adi Saputra Afriana Fadillah Dewi Saridah
60 70 80 75
70 75 80 60
20 20 20 0
IV Dwi Septa Putra Juliando Sipahutar Citra Tri Yuliana Nita Anggraini
80 75 65 70
70 60 70 65
20 0 20 10
V Lukman Hakim M. Reza Supriatna Putri Septiana Ruth Victoria
60 75 85 70
80 80 75 70
30 20 20 20
VI Reza Handika Imam Dwi Wicaksoo Hilda Rumondang Rahel Ivana
65 70 60 75
80 75 65 90
30 20 20 30
VII Dian Muhammad
65
50
0
148
Resa Hapsari Agista Tri Aswoyo Desima Yolanda
70 70 80
65 75 80
10 20 20
VIII M. Imam Hudaya Citra Tri Yuliana Faradita Arum Sari Deby Patmawati
60 85 75 70
60 80 75 65
20 10 10 10
IX M. Rizki Rifai Apriani Sulistiawati Faradita Arum Sari Winda Ayu Ariani
70 75 70 75
55 60 55 60
0 0 0 0
X Lukman Nulhakim Rahmania Ririn Yuliana Vicky Claudia
80 70 75 65
95 85 90 80
30 30 30 30
Skor perkembangan individu pertemuan ketiga kelas eksperimen KELOMPOK KUIS AWAL KUIS AKHIR POIN
I Achmad Badarudin Deni Sugiawan Fitri Kurniawan Nina Ayu S.
65 70 75 75
70 85 70 80
20 30 10 20
II Derry Purnama Falah Ali Kartini Bobyka Ria Kurniati
70 80 70 80
70 75 70 65
20 10 20 0
III Dery Murtado Jamal Adi Saputra Afriana Fadillah Dewi Saridah
70 75 80 60
55 60 65 45
0 0 0 0
IV Dwi Septa Putra Juliando Sipahutar Citra Tri Yuliana Nita Anggraini
70 60 70 65
85 70 80 75
30 20 20 20
V Lukman Hakim M. Reza Supriatna
80 80
65 75
0 10
149
Putri Septiana Ruth Victoria
75 70
75 85
20 30
VI Reza Handika Imam Dwi Wicaksoo Hilda Rumondang Rahel Ivana
80 75 65 90
90 85 75 90
20 20 20 20
VII Dian Muhammad Resa Hapsari Agista Tri Aswoyo Desima Yolanda
50 65 75 80
65 70 75 85
30 20 20 20
VIII M. Imam Hudaya Citra Tri Yuliana Faradita Arum Sari Deby Patmawati
60 80 75 65
75 65 70 70
30 0 10 20
IX M. Rizki Rifai Apriani Sulistiawati Faradita Arum Sari Winda Ayu Ariani
55 60 55 60
50 55 60 70
10 10 20 20
X Lukman Nulhakim Rahmania Ririn Yuliana Vicky Claudia
95 85 90 80
95 85 90 80
20 20 20 20
150
PERHITUNGAN SKOR KELOMPOK
Penghargaan Kelompok
Tim Super = Kelompok IV dan X
Tim Hebat = Kelompok I, II, IV, V, VII, VIII
Tim Baik = III, IX
LAMPIRAN 18