tuna ganda

37
LAPORAN RINCIAN KEGIATAN OBSERVASI TUNA GANDA Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Inklusi Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd Disusun Oleh : 1. Mayang Gupita (K2311047) 2. Restiana Puspita .J. (K2311065) 3. Yuli Priyanti (K2311088) UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: restiana-jayanty

Post on 24-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

semangat

TRANSCRIPT

Page 1: Tuna Ganda

LAPORAN RINCIAN KEGIATAN

OBSERVASI TUNA GANDA

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Inklusi

Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Mayang Gupita (K2311047)

2. Restiana Puspita .J. (K2311065)

3. Yuli Priyanti (K2311088)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN FISIKA

2013

Page 2: Tuna Ganda

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dilindungi dan dijamin

oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun nasional. Dokumen Pendidikan

untuk Semua (Deklarasi Dunia Jomtien, 1990) ingin memastikan bahwa semua anak,

tanpa kecuali, memperoleh pendidikan. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2)

menyatakan bahwa setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk

memperoleh pendidikan. Selain itu, UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional

pasal 3, 5, 32 dan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 48 dan 49,

yang pada intinya Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.

Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat kriteria anak yang tergolong Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) salah satunya adalah tuna ganda. Tuna ganda merupakan

keadaan dimana anak yang memiliki lebih dari satu jenis kebuthan khusus (ketunaan).

Anak tuna ganda berbeda dengan penanganannya dengan anak yang memiliki satu jenis

ketunaan. Karena anak tuna ganda memiliki keterbatasan yang lebih banyak bila

dibandingkan dengan anak yang memiliki satu jenis ketunaan. Selain itu tidak semua

anak memiliki ketunaan yang sama, sehingga diperlukan cara yang tepat untuk

memberikan pemahaman ilmu yang disesuaikan dengan jenis ketunaan anak tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah kurikulum untuk anak tuna ganda?

2. Apakah metode pembelajaran yang diterapkan untuk anak tuna ganda?

3. Apakah media pembelajaran yang digunakan untuk anak tuna ganda?

4. Bagaimanakah metode evaluasi untuk anak tuna ganda?

Page 3: Tuna Ganda

C. Tujuan Penulisan

Dari perumusan masalah di atas, tujuan penulisan laporan observasi ini adalah:

1. Mengetahui kurikulum yang digunakan untuk anak tuna ganda.

2. Mengetahui metode pembelajaran untuk anak tuna ganda.

3. Mengetahui media pembelajaran yang digunakan untuk anak tuna ganda.

4. Mengetahui model evaluasi pembelajaran untuk anak tuna ganda.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa, penulisan laporan ini bisa memenuhi tugas mata kuliah inklusi serta

memberikan pengetahuan lebih mengenai sekolah inklusi.

2. Bagi masyarakat luas, penulisan laporan ini dapat memberikan sebuah gambaran

mengenai anak tuna ganda serta dapat membantu anak tuna ganda untuk beradaptasi

dengan lingkungan sekitarnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Hasil Observasi, Kelompok kami melakukan observasi di SMPLB NEGERI

SURAKARTA dan KLINIK SLB N SURAKARTA.

2. Studi kepustakaan internet (e-search), penelitian yang dilakukan dengan mencari

bahan-bahan tertulis dan data yang bersifat teoritis dari literatur-literatur, majalah,

koran, situs-situs internet sebagai media pendukung dalam pembuatan laporan

observasi.

F. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan observasi ini adalah

metode deskriptif, yaitu menjelaskan permasalahan di lapangan secara terperinci, akurat,

dan signifikan. Adapun penulis menggunakan kepustakaan dalam penulisan menurut

sumber-sumber,.

G. Sistematika Penulisan

Adapun untuk mempermudah penulisan makalah, penyusun menggunakan

sistematika penulisan sebagai berikut:

Page 4: Tuna Ganda

Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan berikut sistematika

penulisan.

Bab kedua merupakan Laporan Rincian kegiatan Observasi yang dilakukan di

SMPLB N SURAKARTA dan KLINIK SLB N SURAKARTA.

Bab ketiga merupakan tinjauan pustaka umum dan pembahasan mengenai

observasi yang telah dilakukan, dan penjabaran mengenai kurikulum, metode

pembelajaran, media pembelajaran, dan model evaluasi siswa untuk anak tuna ganda.

Bab keempat merupakan  penutup yang meliputi simpulan dan saran.

Page 5: Tuna Ganda

BAB II

RINCIAN KEGIATAN OBSERVASI

BAB III

PEMBAHASAN

a. Tinjauan Pustaka

Dalam kegiatan observasi didapatkan tuna ganda microchepaly dan gangguan bicara,

slow learner dan disleksia, serta cerebral palsy dan tuna grahita. Berikut ini penjelasan dari

masing-masing ketunaan yang dialami oleh anak-anak tersebut.

1. Microchepaly

Microcephalus (microcephaly) adalah kondisi di mana otak tidak tumbuh pada tingkat

yang diharapkan dan fisik hasil di lingkar kepala anak yang lebih kecil dari biasanya.

Seorang anak dengan Microcephalus mungkin tidak memiliki gejala lain dari ukuran kepala

mereka. Seorang anak dengan Microcephalus mungkin memiliki kemampuan yang normal

untuk berpikir dan memahami. Setiap anak berbeda dan gangguan mampu mempengaruhi

anak-anak dengan cara yang berbeda

Ada dua jenis Microcephalus; primer dan sekunder. Kedua jenis hasil Microcephalus

pada anak yang memiliki kepala kecil, namun gejala lain yang tidak sama.

Microcephalus Primer (hadir sejak lahir) seringkali tidak memiliki gejala-gejala yang

terkait.

Microcephalus sekunder (berkembang kemudian) dapat memiliki berbagai gejala

tergantung pada kondisi yang menyebabkan gangguan tersebut.

Mikrosefalus seringkali terjadi akibat kegagalan pertumbuhan otak pada kecepatan yang

normal. Beberapa penyakit yang memengaruhi pertumbuhan otak dapat menyebabkan

Page 6: Tuna Ganda

mikrocephalus. Mikrocephalus seringkali berhubungan dengan keterbelakangan mental.

Microcephalus dapat terjadi setelah infeksi yang menyebabkan kerusakan pada otak pada

bayi yang sangat muda (misalnya meningitis dan meningoensefalitis).

(http://odasunrisenurse.blogspot.com/2011/05/mickrosepalus.html)

Penyebab Microcephaly yang tidak bisa dicegah karena merupakan penyakit genetik:

Cornelia de Lange syndrome

Cri du chat syndrome

Down syndrome

Rubinstein-Taybi syndrome

Seckel syndrome

Smith-Lemli-Opitz syndrome

Trisomy 13

Trisomy 18

Penyebab Microchepaly yang bisa dicegah:

Phenylketonuria (PKU) yang tidak terkontrol

Keracunan Methylmercury

Terinfeksi Rubella selama hamil

Terinfeksi Toxoplasma selama hamil

Terinfeksi CytomegaloVirus (CMV) selama hamil

Memakai obat atau zat berbahaya seperti alkohol and phenytoin

Malnutrisi saat Kehamilan

(http://doktercare.com/mikrocepali-penyakit-apa-dan-bagaimana-perawatannya.html)

Page 7: Tuna Ganda

2. Gangguan bicara

Yang dimaksud dengan gangguan bicara dan bahasa adalah terjadinya gangguan atau

keterlambatan pada anak dalam berbicara atau menggunakan bahasa di dalam kehidupan

sehari-harinya. Anak mengalami keterlambatan yang tidak sesuai dengan tahapan

perkembangan di usianya.

Gangguan bicara dan bahasa berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses

tersebut, seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan ini bisa dimulai

dari bentuk yang paling sederhana, seperti bunyi suara yang ‘tidak normal’ (sengau atau

serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau

ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk berbicara dan makan.

Yang termasuk dalam gangguan wicara dan bahasa antara lain: gangguan perkembangan

artikulasi, gangguan kelancaran berbicara (gagap), terlambat bicara dan bahasa, gangguan

Dysphasia dan Aphasia (ketidakmampuan  membentuk kata dan menangkap arti kata),

gangguan disintegratif pada kanak-kanak, gangguan “Multisystem Development Disorder”

(anak yang mengalami gangguan komunikasi, sosial, dan sensoris).

(http://cae-indonesia.com/apa-itu-gangguan-bicara-dan-bahasa/)

A. Gangguan Kefasihan

Penderita yang mengalami gangguan kefasihan berbicara (fluency disorder)

biasanya mengalami kegagapan, pengulangan kata-kata, latah, atau memperpanjang

bunyi, silaba, atau kata tertentu. Seiring bertambahnya usia dan pengetahuannya

tentang bahasa, gangguan tersebut bisa hilang. Namun demikian, gangguan tersebut

bisa saja bertahan hingga dewasa yang dapat menghambatnya dalam interaksi sosial.

Orang yang gagap tidak mampu mengendalikannya apa yang ingin

diucapkannya. Selain gangguan komunikasi, orang yang mengalami kegagapan juga

dapat mengalami gangguan psikologis seperti minder dan enggan bergaul.

Belum ada yang tahu penyebab yang pasti mengapa seseorang mengalami

kegagapan. Namun, para ilmuan menemukan bahwa 50% penderita gagap memiliki

Page 8: Tuna Ganda

riwayat anggota keluarga yang mengalami kegagapan. Hal ini menunjukan bahwa

gagap merupakan gangguan yang dibawa secara genetis. Para peneliti tersebut juga

menemukan bahwa laki-laki lebih banyak menderita gagap dari pada perempuan.

Selain gagap, gangguan kefasihan juga dapat berupa gangguan psikogenik

seperti berbicara manja, berbicara kemayu, dan latah.

B. Gangguan Artikulasi

Artikulasi bunyi melibatkan organ bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan palatal.

Ganguan artikulasi dapat diakibatkan oleh kanker mulut dan tenggorokan, kecelakaan,

bawaan lahir (seperti celah bibir), atau faktor lain yang mengakibatkan rusaknya organ

bicara. Orang yang mengalai gangguan artikulasi biasanya bermasalah dalam

melafalkan bunyi atau melafalkan bunyi dengan keliru.

Selain faktor rusaknya organ wicara, faktor neurologis juga dapat

mengakibatkan gangguan artikulasi. Dysarthria adalah gangguan motorik yang

diakibatkan oleh lesi pada otak di daerah yang bertanggung jawab untuk perencanaan,

eksekusi, dan pengendalian gerakan otot yang dibutuhkan untuk berbicara. Dysarthria

umumnya ditemukan pada orang yang pernah mengalaim stroke, tumor, dan penyakit

degenerative seperti Parkinson. Orang yang mengalami Dysarthria biasanya

mengalami serak atau parau, bahkan tidak dapat berbicara sama sekali. Penderita

biasanya berbicara pelan, tidak jelas, dan sulit dimengerti karena kesalahan artikulasi

konsonan. Indikasi lain Dysarthria biasanya penderita berbicara melalui hidung dan

seperti bergumam. Namun demikian, gejalana tergantung pada lokasi dan kadar

kerusakan sistem saraf.

Ganguan saraf lain yang dapat menimbulkan ganguan bicara adalah Apraxia

atau dikenal dengan motorik-fonetik (Jack dan Robin, 2010), yaitu gangguan yang

diakibatkan oleh kerusakan bagian otak yang berhubungan dengan proses bicara yang

mengakibatkan ketidakmampuan menerjemahkan bentuk gramatikal kedalam susunan

fonetik yang benar.Penderita biasanya mengalami kesulitan, susunan fonetis, irama

dan waktu, atau berbicara sesuatu yang berbeda dari yang dimaksudkannya.

Page 9: Tuna Ganda

Apraxia pada anak-anak (Developmental Apraxia of Speech), ditandai dengan

keterlambatan bicara. Anak-anak yang mengalami gangguan ini tidak melewati tahap

babbling. Seiring bertambahnya usia, pada saat dewasa mereka mengalami kesulitan

dalam mengucapkan frasa yang atau kalimat yang panjang. Anak yang mengalami

masalah dengan kemampuan otaknya dalam pengolahan dan penyampaian sinyal yang

dibutuhkan untuk berbicara. Diantara faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara

pada anak antara laian, gangguan pedengaran, gangguan pada otot bicara, keterbatasan

kemampuan kognitif, mengalamai gangguan pervasive, dan kurangnya komunikasi

dan interaksi dengan orang tua dan lingkungannya. (Sastra, 2011)

Apraxia pada orang dewasa (Acquire Apraxia) agak berbeda dengan Apraxia

pada anak-anak karena mereka telah memiliki bahasa. Gangguan pada orang dewasa

biasanya ditandai dengan ketidakmampuannya dalam menyusun kata atau silaba

dengan benar. Mereka biasanya sadar akan kesalahannya dan berusaha mengulangi

tuturannya dengan benar, seperti pada contoh berikut ini. (Lanier, 2010)

Apraxia pada orang dewasa dapat disebabkan oleh stroke, tumor, atau penyakit

lain yang dapat mempengaruhi otak.

Penanganan Gangguan Bicara

Penanganan gangguan bicara diawali dengan identifikasi pasein (Sastra, 2011)

seperti, riwayat kesehatan, kemampuan berbicara, kemampuan mendengar, kemapuan

kognitif, dan kemampuan berkomunikasi. Kemudian penanganan dilanjutkan dengan

diagnosis gangguan yang dialami pasien. Setelah hasil diagnosis didapat, barulah

diterapkan terapi yang tepat untuk pasien.

1. Terapi Bicara

Terapi bicara biasanya menggunakan audio atau video dan cermin. Setelah

pasien mengetahui gangguan yang dideritanya, terapis kemudian mengajarkan

kemampuan berbicara dengan menggunakan metode yang sesuai dengan usia

pasien. Terapi bicara anak-anak biasanya menggunakan pendekatan bermain,

boneka, bermain peran, memasangkan gambar atau kartu. Terapi bicara orang

Page 10: Tuna Ganda

dewasa biasanya menggunakan metode langsung, yaitu melalui latihan dan

praktek. Terapi artikulasi pada orang dewasa berfokus untuk membantu pasien

agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat. Terapi ini biasanya meliputi

bagaimana menempatkan posisi lidah dengan tepat, bentuk rahang, dan mengontrol

nafas agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat. Untuk gangguan suara, terapi

berfokus pada bagaimana menghasilkan bunyi yang baik dan memperbaikan

tingkah laku yang mengakibatkan gangguan vokal.

2. Terapi Oral Motorik

Terapi ini menggunakan latihan yang tidak melibatkan proses bicara, seperti

minum melalui sedotan, menium balon, atau meniu terompet. Latihan ini bertujuan

untuk melatih dan memperkuat otot yang digunakan untuk berbicara.

3. Terapi Berbasis Komputer

Seiring perkembangan teknologi, para ahli patologi bahasa dan bicara

mengembangkan berbagai piranti lunak yang dapat membantu dalam proses terapi

gangguan bicara, diantaranya:

TinyEYE merupakan piranti lunak yang memungkinkan terapi bicara dapat

dilakukan dari jarak jauh. Metode yang digunakan pada piranti ini sama dengan

metode yang dipakai pada terapi tatap muka.

Fast ForWord merupakan piranti lunak yang dirancang berdasarkan masalah

pada proses pendengaran. Piranti ini menggunakan permainan yang dirancang

untuk memperlambat tempo suara sehingga memungkinkan pengguna untuk

membedakan bunyi.

TWIST (Technology with Innovative Speech Therapy) merupakan piranti lunak

yang dikembangkan untuk terapi berbicara bagi penderita stroke, penderita geger

otak, penderita penyakit degeneratif saraf, dan anak-anak yang mengalami

gangguan berbicara.

4. Terapi Intonasi Melodi

Page 11: Tuna Ganda

Terapi intonasi melodi dapat diterapkan pada penderita stroke yang

mengalami gangguan berbahasa. Musik atau melodi yang digunakan biasanya

yang bertempo lambat, bersifat lrik, dan mempunyai tekana yang berbeda. (Sastra,

2011).

Selain mengembangkan berbagai metode dan instrumen terapi berbicara, para ahli juga

mengembangkan komunikasi alternatif bagi para penderita gangguan berbicara agar

dapat berkomunikasi, seperti bahasa isyarat, bahasa tubuh, papan komunikasi, atau yang

lebih canggih seperti piranti elektronik yang dapat memproduksi suara.

Berbagai penyebab gangguan bicara baik faktor genetis maupun faktor non genetis,

seperti cacat lahir, kecelakaan, kanker, stroke, gegar otak, dan faktor sosial dapat

menyebabkan gangguan bicara.

3. Slow learner

Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di

bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan

atau keterlambatan berfikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh

lebih baik dibanding dengan tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal,

mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-

tugas akademik maupun non akademik, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan

khusus.

Faktor penyebab dari anak lamban belajar (slow learner), yaitu:

1) Faktor internal yaitu faktor genetik, biokimia yang dapat merusak otak, misalnya:

zat pewarna pada makanan, pencemaran lingkungan,gizi yang tidak memadai, dan

pengaruh-pengaruh psikologis dan sosialyang merugikan perkembangan anak.

2) Faktor eksternal yaitu penyebab utama problem anak lamban belajar (slow learner)

yang berupa strategi pembelajaran yang salah atau tidak tepat, pengelolaan

kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan

pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat.

Karakteristik atau ciri-ciri anak lamban belajar (slow learner), yaitu:

Page 12: Tuna Ganda

1) Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6)

2) Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan dengan

anak lain yang seusia dengannya.

3) Daya tangkap terhadap pelajaran lambat.

4) Pernah tidak naik kelas

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2194401-anak-lamban-belajar-slow-

learner/#ixzz2Tw8XESP1)

C. Bimbingan Terhadap Siswa Yang Lambat Belajar

Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang konselor atau guru dalam

melakukan bimbingan terhadap siswa yang lambat belajar. Strategi-strategi yang

dapat dilakukan oleh seorang konselor atau guru antara lain:

1. Bimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi

Ubahlah cara mengajar dan jumlah materi yang akan diajarkan

Siswa yang mengalami masalah perhatian dapat ketinggalan jika materi yang

diberikan terlalu cepat atau jika beban menumpuk dengan materi yang kompleks.

Oleh akrena itu, akan berguna bagi mereka untuk :

Memperlambat laju presentasi materi.

Menjaga agar siswa tetap terlibat dengan 12ember pertanyaan pada saat materi

diberikan.

Gunakan perangkat visual seperti membuat bagan/skema garis besar materi.

Untuk memberikan gambaran pada siswa mengenai langkah-langkah atau

bagian-bagian yang diajarkan.

b) Adakan pertemuan dengan siswa.

Siswa mungkin tidak menyadari peranan perhatian dalam proses pengajaran.

Mereka juga tidak menyadari kalau perhatian merupakan bidang kesulitan

tertentu bagi mereka. Dalam pertemuan ini seorang kita memberikan penjelasan

dengan cara yang tanpa memberikan hukuman dan tanpa encaman akan sangat

berguna bagi siswa.

Page 13: Tuna Ganda

c) Bimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran.

Karena tanpa disadari kita telah mengalihkan perhatian kita dari siswa.

Dengan membawa mereka dekat dengan kita secara fisik secara rafia akan

membawa si anak lebih dekat kepada proses pengajaran.

d) Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang.

Biarkan siswa tahu kalau anda melihatnya ketika sedang memperhatikan.

Kontak mata ketika pembelajaran berlangsung itu sangat penting. Cobalah

berikan penghargaan atas kehadirannya. Bias juga dengan penghargaan verbal

yang dilakukan dengan tenang, dan lembut.

e) Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelesaikan tugas.

Siswa mungkin merasa kecil hati dan tidak diperhatikan bila mereka

dihukum karena tidak menyelesaikan tugas secepat orang lain. Membuat

penyesuaian dan jumlah tugas yang harus diselesaikan maupun waktu yang

disediakan untuk menyelesaikan tugas berdasar kemampuan individu mengkin

akan sangat membantu dan mendorong bagi sebagaian siswa.

f) Ajarkan self-monitoring of attention.

Melatih siswa untuk memonitor perhatian mereka sendiri sewaktu-waktu

dengan menggunakan timer atau alarm jam. Mengajarkan mereka untuk

mencatat berbagai interval apakah mereka memberikan perhatian atau tidak pada

saat pengajaran. Catatan ini akan membantu menciptakan perhatian yang lebih

besar bagi kebutuhan dalam memfokuskan perhatian juga bias berguna dalam

strategi untuk memperkokoh keterampilan memperhatikan “attention skill”.

2. Bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat

a) Ajarkan menggunakan highlighting atau menggaris bawahi dengan penanda,

untuk membantu memancing ingatan. Mereka harus diberi tahu cara memilih

tajuk bacaan, nkalimat dan istilah kunci untuk diberi garis bawah atau tanda

dengan highlighter. Kemudian me-review dari bacaan yang di sudah digaris

bawahi tadi.

b) Perbolehkan menggunakan alat bantu memori (memory aid). Yang mana alat-

alat itu bias berfungsi bagi mereka sebagai alat pengingat dan bias jadi juga

sebagai alat pengajaran.

Page 14: Tuna Ganda

c) Biarkan siswa yang mengalami masalah sulit mengingat untuk mengambil

tahapan yang lebih kecil dalam pengajaran. Misalnya dengan membagi tugas-

tugas kelas dan rumah atau dengan memberikan tes kemampuan penguasaan

lebih sering.

d) Ajarkan siswa untuk berlatih mengulang dan mengingat. Misalnya dengan

memberikan tes langsung setelah pelajaran disampaikan.

3. Bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi

a) Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “high meaning”.

Ini berguna untuk untuk mengetahui apakan siswa memahami arti bacaan

mereka atau arti suatu pertanyaan mengenai materi baru. Pengertian dapat

diperkokoh dengan menggunakan contoh, analogi atau kontras.

b) Menunda ujian akhir dan penilaian.

Perlu memberikan umpan balik dan dorongan yang lebih sering bagi siswa

berkesulitan belajar. Evaluai terhadap tugas mereka sebagai tambahan

pengajaran akan sangat membantu. Dengan kata lain, suatu kesadaran yang

konstan mengenai siswasiswa ini akan membentuk kepercayaan diri dan

kemampuan mereka. Bagi sebagian siswa, menunda ujian akhir mereka sampai

siswa menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari, mungkin merupakan cara

terbaik.

c) Tempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang “tidak pernah gagal”.

Siswa berkesulitan belajar seringkali mempunyai sejarah kegagalan

disekolah. Biasanya mereka memiliki perasaan akan gagal (sense of failing)

dalam berbagai hal yang mereka lakukan. Memutuskan rantai kegagalan dan

menciptakan cipta diri (senseof self) baru bagi siswa ini merupakan sesuatu

yang paling penting bagi guru untuk melakukannya. Pada setiap tugas atau

kemampuan siswa harus ditarik kembali kepada masalah diman tugas dapat

dilakukan tanpa kegagalan.

4. Bimbingan bagi anak dengan masalah social dan Emosional

a) Buatlah sistem perhargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses.

Siswa berkesulitan belajar perlu memahami system penghargaan ini

dikelas dan merasa ikut serta di dalamnya. Jangan sampai siswa yang

Page 15: Tuna Ganda

berkesulitan melajar merasa “out laws”, mereka yang tidak memilki

kesempatan untuk mendapatkan penghargaan yang diterima siswa lain. Untuk

memahami bagaimana mereka dapat mendapatkan penghargaan yang baik,

para siswa disini perlu diberi pemahaman tentang bagaimana cara

mendapatkan keuntungan sosial dari sikap positif dan hubungan social yang

baik dikelas.beberapa siswa mungkin ingin pembuktian langsung dikelas.

b) Membentuk kesadaran tentang diri danorang lain.

Sebagian siswa yang berkesulitan beljar tidak memilki kesadaran yang

jelas pada sikapnya sendiri serta dampaknya pada orang lain. Membantu siswa

ini menjadi lebih mengenal sikap mereka dan dampaknya pada orang lain

merupakan kesempatan yang brarti bagi perkembangan sosial dan emosional.

Berbicara terbuka dan penuh perhatian kepada siswa ini mengenai sikapnya

juga dapat menjadi langkah penting dalam membentuk hubungan yang saling

percaya di antara mereka.

c) Mengajarkan sikap positif.

Ketika siswa berkesulitan belajar menjadi lebih sadar terhadap sikapnya

dan mendapat pemahaman yang lebih baik atas interaksi dengan orang lain,

mereka akan merespon dengan baik intruksi-intruksi tentang cara membentuk

hubungan yang baik dan senseof self (citra diri) yang lebih positif.

d) Minta bantuan.

Jika sikap seorang siswa berkesulitan belajar sangat tidak layak atau sikap

negatifnya tetap ada ketika semua cara telah dicoba, jangan ragu minta

bantuan. Cari bantuan pada teman sejawat disekolah yang mungkin dapat

memberikan bantuan dalam menjelaskan masalah-masalah social dan

emosional, serta mencari solusi mengenai kesulitan tersebut. Pertolongan ini

bisa datang dari psikolog, konselor, orang tua, guru, dan kepala sekolah. Yang

terpenting seorang pendidik memahami bahwa minta bantuan bukan tanda

kelemahan atau ketidakmampuan.

(http://junroza.blogspot.com/2011/11/bimbingan-terhadap-siswa-yang-lambat.html)

d) Disleksia

Page 16: Tuna Ganda

Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada

seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas

membaca dan menulis.

Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam

membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar

yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera

perasa.

Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan

membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini

sering disebut sebagai Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan menulis,

disleksia juga ditengarai juga memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa

pengidapnya.

Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak

hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat

dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke

bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori

pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi

dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat

menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.

Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak

yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.

Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired

dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental

dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak.

Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis

(membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi

tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung

Page 17: Tuna Ganda

antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan

berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan

menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis

dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia)

Disleksia dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu :

1. Disleksia visual (penglihatan)

Kesukaran utama yang dihadapi ialah untuk mengigat dan mengenal abjad serta

konfugirasi perkataan. Simbol-simbol perkataan yang dicetak juga sukar untuk

diterjemahkan. Kemungkinan untuk melihat abjad-abjad tertentu atau sebahagian

perkataan adalah secara terbalik

2. Disleksia auditori (pendengaran)

Kesukaran untuk mengingat bunyi abjad, menganalisis bunyi mengikut suku

kata perkataan dan menyusun atau menggabungkan suku kata bagi menyembunyikan

perkataan. Bunyi percakapan yang tuturkan secara halus juga tidak dapat dibedakan.

Masalah untuk membezakan bunyi vokal dengan konsonan juga dihadapi oleh

disleksia auditori.

3. Disleksia visual-auditori

Kesukaran mambaca yang amat teruk dan ini disebabkan oleh kelemahan untuk

memproses tulisan secara visual dan audio.

(http://propintar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=32:mengenali-

kanak-kanak)

Usaha yang dapat dilakukan untuk anak disleksia, antara lain:

Usahakan agar benar-benar aktif dalam mendampinginya dari waktu ke waktu.

Page 18: Tuna Ganda

Penderita disleksia setiap saat akan menemukan kesulitan-kesulitan. Dan  bila kita

biarkan mereka mencari jawabannya sendiri,maka ketika  menemukan kegagalan demi

kegagalan,si penderita justru akan menjadi  semakin bodoh. Keadaan tersebut akan

memperburuk penyimpangannya.

Memberikan dorongan sedemikian rupa untuk mengembalikan kepercayaan dirinya.

Penderita  disleksia akan cenderung  menghabiskan waktunya untuk mencari cara 

dalam usahanya untuk menguasai sejumlah materi pelajaran  seperti,membaca,menulis

dan hitungan-hitungan. Perjuangan ini hanya akan  tetap bertahan apabila kepercayaan

dirinya terus terjaga.

Buatlah semenarik mungkin ketika mengajarinya membaca.

Hampir  semua anak penderita disleksia tidak suka pelajaran membaca, karena 

membaca adalah pekerjaan yang paling berat bagi dirinya. Carilah isi  bacaan yang

disukai oleh subjek,sehingga hal tersebut akan menjadi  menarik bagi subjek untuk terus

mambacanya walaupun sulit.

Berikan model peran , seperti orang-orang sukses yang disleksia.

Model  peran  sangat penting mereka untuk meningkatkan semangatnya, dan tidak 

selalu harus Albert Einstein, karena mungkin itu terlalu kuno. Ambilah  misalnya

Orlando Bloom,Jackie Chan,Mc Dreamy,Patrick Dempsey (ini adalah  tokoh-tokoh pria

sukses yang disleksia). Untuk wanita bisa diberikan  tokoh: Selma Hayek,Jewel,Whoopi

Goldberg yang tentu akan membangkitkan  semangat dan harapan kesembuhan pada

dirinya.

Bantu mereka dengan teknologi  yang membantu.

Memberikan komputer saja untuk anak-anak disleksia  tidak akan sangat

membantu. Berikan mereka software seperti Dragon Naturally Speaking atau Kurzweil

3000 . Biarkan mereka belajar sampai ia benar-benar menguasainya .

Page 19: Tuna Ganda

Gunakan Metode Pendekatan Multi-Sensori. Wilson  Reading System.

Orton-Gillingham, dan Slingerland Approach merupakan  pendekatan pengajaran

Multi-sensori. Mengajar mereka dengan pendekatan  multi-sensori akan sangat

membantu proses recoverynya. Ke enam cara ini  bisa anda gunakan untuk bisa

membantu mereka.

(http://klinikautisindonesia.wordpress.com/2012/11/03/penanganan-terkini-gangguan-

belajar-disleksia-pada-anak/)

e) Cerebral palsy

Cerebral palsy adalah suatu kerusakaan yang permanent, tetapi bukan berarti tidak

mengalami perubahan sama sekali pada postur gerakan yang terjadi karena kerusakan otak

non progresif (tidak berkelanjutan), disebabkan oleh faktor bawaan, masalah selama

kandungan, proses kelahiran, dan masa bayi atau sekitar dua tahun pertama kehidupan anak.

Secara definisi dapat diartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy

adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan

atau bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem dan penyebab

anak mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan yang

abnormal atau kombinasi dari karakter-karakter tersebut. Kelaian yang muncul tergantung

luasnya kerusakan otak yang dialami anak, letak kerusakan di otak dan seberapa cepat

penanganannya yang diberikan, kerusakan yang dialami biasanya tidak akan bertambah

parah, namun dengan bertambahnya usia maka kemampuan anak yang dimilki dapat terlihat

semakin tertinggal.

Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif oleh karena

suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang

tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya. Cerebaral palsy merupakan gangguan pada

otak yang bersifat non progresif.gangguan ini dapat disebabkan oleh adanya lesi atau

gangguan perkembangan pada otak Cerebaral palsy adalah akibat dari lesi atau gangguan

perkembangan otak bersifat non progresif dan terjadi akibat bayi lahir terlalu dini

(prematur). Defisit motorik dapat ditemukan pada pola abnormal dari postur dan gerakan.

Page 20: Tuna Ganda

Cerebral palsy dapat disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat:

1. Bayi masih berada dalam kandungan

2. Proses persalinan berlangsung

3. Bayi baru lahir

Cerebral palsy tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung

seumur hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa hidup semandiri

mungkin. Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa:

1. terapi fisik

2. braces (penyangga)

3. kaca mata

4. alat bantu dengar

5. pendidikan dan sekolah khusus

6. obat anti-kejang

7. obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan)

8. terapi okupasional

9. bedah ortopedik

10. terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi masalah

makan

(http://hidayat2.wordpress.com/2010/11/07/cerebral-palsy/)

f) Tuna grahita

Tuna grahita membutuhkan pengajaran yang lebih atau ekstra dibanding anak- anak

normal lainnya. Proses pembelajaran untuk anak tunagrahita harus dilakukan secara intensif

karena mereka sangat memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Proses pembelajaran merupakan bagian yang paling pokok dalam kegiatan pendidikan di

Page 21: Tuna Ganda

sekolah. Pembelajaran adalah interaksi timbal balik antara siwa dengan guru dan antar

sesama dalam proses pembelajaran.

Kajian teori dalam proses pembelajaran:

a. Teori Motivasi

b. Teori Belajar dan Tingkah Laku

c. Teori Kognitif

Anak Tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi, yaitu :

1. Tunagrahita Ringan

Anak yang tergolong dalam Tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan

kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung,

menggambar, bahkan menjahit. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi, selain

itu kondisi fisik mereka juga tidak terlihat begitu mencolok. Mereka mampu mengurus dirinya

sendiri untuk berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak

memerlukan pengawasan ekstra, mereka hanya perlu terus dilatih dan dididik.

2. Tunagrahita Sedang

Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun

mampu untuk diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam

menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, mereka paham untuk menjawab pertanyan dari

orang lain, contohnya, ia tahu siapa namanya, alamat rumah, umur, nama orangtuanya, ,ereka

akan mampu menjawab dengan jelas. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk

perkembangan mental dan social anak tunagrahita sedang.

3. Tunagrahita Berat

Anak tunagrahita berat dapat disebut juga Idiot. Karena dalam kegiatan sehari- harinya

membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayananyang maksimal. Mereka tidak dapat

mengurus dirinya sendiri. Asumsi anak tunagrahita sama dengan idiot tepat digunakan jika

anak tunagrahita tergolong dalam tunagrahita berat.

Anak tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya,

cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita

memiliki karakteristik yang berada sesuai dengan tingkat kekurangannya. Secara umum karakteristik

tersebut dapat digeneralkan ke dalam :

1. Segi Intelektualnya

Page 22: Tuna Ganda

Anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari situasi, benda-benda dan orang

disekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya. Hal tersebut

disebabkan oleh faktor bahasa yang manjaadi hambatan, dikarenakan mereka pada

umunya sulit untuk mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan

yang diinginkannya.

Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tidak mampu

membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun sulit untuk memilih

alternatif pilihan yang berbeda.

Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga secara umum mereka

memiliki ksulitan dalam bidang membaca, menulis dan berhitung.

Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami kesulitan yang

berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam menempatkan dirinya

dengan keadaan situasi lingkungannya.

2. Segi Tingkah Laku (Perilaku Adaptif)

Perkembangan anak tunagrahita lamban. sulit mempelajari sikap tertentu, bahkan sulit

melakukan pekerjaan yang ditugaskan walaupun tugas tersebut bagi orang normal

sangat sederhana.

Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut, khususnya yang berkenaan

dengan perhatian dengan atau konsentrasi, ingatan, berbicara dengan bahasa yang

benar, dan dalam kemampuan akademiknya.

Anak tunagrahita seringkali merasakan ketidakmampuan dalam melakukan suatu

pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya, karena seringnya melakukan kesalahan-

kesalahan pada saat melakukannya.

Mereka pada umunya kurang percaya diri dan seringkali menggantungkan bimbingan

atau bantuan orang lain, atau dengan kata lain rasa kemampuan dirinya kurang. Mereka

juga seringkali sulit dalam memilih lingkungan pergaulan yang baik, sehingga mudah

terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif.

Berdasarkan karakteristik diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita itu memiliki

kekurangan di dalam :

Melakukan koordinasi gerak dan sensorinya.

Rendahnya rasa toleransi.

Kemampuan untuk memahami konsep-konsep yang bersifat akademik.

Page 23: Tuna Ganda

Memusakan perhatian.

Kesulitan dalam bahasa.

Kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan dan melakukan pekerjaan

Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para

ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Faktor keturunan

Adanya kelainan kromosom baik autosom (mempunyai kromosom 3 ekor pada

kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s S yndrome dan pada

trisomi kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan cicri-ciri

berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung empedu yang besar .

Adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan duplikasi dan translokasi) maupun

kelainan pada gonosom (gonosom yang seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau

XXXY. Ciri yang menonjol adalah nampak laki-laki dan tunagrahita. Setelah mencapai masa

puber tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar).

b. Gangguan metabolisme dan Gizi

Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan individu

terutama perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan

metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:

Phenylketonuria

Salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino juga kelainan gerakan

enzym phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak adalah tunagrahita,

kekurangan pigmen, microcephaly, serta kelainan tingkah laku.

Cretinisme

Disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin

atau segera setelah melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat

kekurangan thyroxin. Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidaknormalan fisik

yang khas dan ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan,

anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.

Infeksi dan keracunan

Page 24: Tuna Ganda

Adanya infeksi dan keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin

masih berada dalam kandungan ibunya yang menyebabkan anak lahir menjadi

tunagrahita.

Rubella

Penyakit ini menjangkiti ibu pada dua belas minggu pertama kehamilan. Selain

tunagrahita, ketidaknormalan yang disebabkan penyakit ini adalah kelainan

pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat rendah pada waktu

lahir dan lain-lain.

Syphilis bawaan

Kondisi bayi yang terkena Syphilis adalah kesulitan pendengaran, hidungnya

tampak seperti hidung kuda.

Syndrome Gravidity Beracun

Ketunagrahitaan yang timbul dari Syndrome Gravidity Beracun terjadi pada

sebagian bayi yang lahir prematur, kerusakan janin yang disebabkan oleh zat beracun,

dan berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta

c. Trauma dan zat radioaktif

Trauma otak yang terjadi dikepala dapat menimbulkan pendarahan intracranial

terjadinya kecacatan pada otak. Ini biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga

memerlukan alat bantu (tang). Selain itu penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam

kandungan mengakibatkan cacat mental microcephaly.

d. Masalah pada kelahiran

Adanya kelahiran yang disertai hypoxia (kejang dan nafas pendek) dipastikan bahwa

bayi yang akan dilahirkan menderita kerusakan otak.

e. Faktor lingkungan

Latar belakang pendidikan orang tua sering juga dihubngkan dengan masalah-masalah

perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta

kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa

perkembangan anak dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan

dalam perkembangan anak. Kurangnya kontak pribadi dangan anak, misalnya dengan tidak

mengajaknya berbicara, tersenyum, bermain yang mengakibatkan timbulnya sikap tegang,

Page 25: Tuna Ganda

dingin dan menutup diri. Kondisi demikian akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan

anak baik fisik maupun mental intelektualnya.

Beberapa alternatif upaya pencegahan timbulnya ketunagrahitaan adalah sebagai berikut :

a. Diagnostik Prenatal

Diagnostik Prenatal yaitu usaha yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan. Dengan ini

diharapkan dapat ditemukan kemungkinan adanya kelainan pada janin, baik berupa

kromosom maupun kelainan enzim yang diperlukan bagi perkembangan janin.

b. Imunisasi

Imunisasi dilakukan terhadap ibu hamil maupun balita. Sehingga dengan begitu dapat

mencegah timbulnya penyakit yang mengganggu perkembangan bayi.

c. Tes darah

Tes darah dilakukan untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih yang

berkelainan.

d. Tindakan operasi

Tindakan operasi diperlukan terutama bagi kelahiran dengan resiko tinggi untuk

mencegah kelainan yang ditimbulkan pada waktu kelahiran (masalah perinatal, misalnya

trauma, kekurangan oksigen dan lainnya.)

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN:

SARAN: