gizi ganda 2

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga (kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya ), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru. Masalah gizi di Indonesia terutama KEP masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya.Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80% yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk. Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan produktivitas. Pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak. Hal ini sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi pada

Upload: eedputra

Post on 19-Feb-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gizi Ganda 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah

tangga (kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya ), masalah

kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami

masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi

secara menyeluruh sudah muncul masalah baru. Masalah gizi di Indonesia terutama

KEP masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya.Sekarang ini masalah gizi

mengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih saja

melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari

perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80% yang menderita malnutrisi bermukim

di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi

mikro Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas

hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi

yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita

penyakit gizi buruk.

Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan produktivitas.

Pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak. Hal ini sehubungan dengan

terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi pada anak yang menderita

gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalam kandungan. Berbagai factor

yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada

balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk

terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan,

kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan

keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat.

Page 2: Gizi Ganda 2

Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok

kecil penduduk dunia berpikir “hendak makan dimana” sementara kelompok lain

masih berkutat memeras keringat untuk memperoleh sesuap nasi. Dibandingkan

orang dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak – anak boleh

dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat badan, kebutuhan

akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak – anak ternyata melampaui orang dewasa

nyaris dua kali lipat. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan cara mengukur

luas permukaan tubuh/menghitung secara langsung konsumsi energi itu ( yang

hilang atau terpakai ). Asupan energi dapat diperkirakan dengan jalan menghitung

besaran energi yang dikeluarkan. Jumlah keluaran energi dapat ditentukan secara

sederhana berdasarkan berat badan.

Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh

merupakan masalah serius. Keparahan KKP berkisar dari hanya penyusutan berat

badan, terlambat tumbuh sampai ke sindrom klinis yang nyata. Penilaian

antropometris status gizi dan didasarkan pada berat, tinggi badan, dan usia. Ukuran

antropometris bergantung pada kesederhanaa, ketepatan, kepekaan, serta

ketersediaan alat ukur. Marasmus biasanya berkaitan dengan bahan pangan yang

sangat parah, semikelaparan yang berkepanjangan, dan penyapihan terlalu dini,

sedangkan kwashiorkor dengan keterlambatan menyapih dan kekurangan protein.

Penanganan KKP berat dikelompokan menjadi dua yaitu pengobatan awal

ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa dan fase rehabilitasi

diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

daya manuasia ( SDM ) yang di lakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan

kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak

sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini,

pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang

Page 3: Gizi Ganda 2

diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas

dan produktif.

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya

tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya

dengan masalah ketahanan pangan  di tingkat rumah tangga juga menyangkut

aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.

Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur

harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human

Development Index ( HDI ). Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi

utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi makro pada

dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan 

asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya

disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein.

Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.

Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan  dan perkembangan fisik

maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas  dan produktifitas

penduduk. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan 

penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan

pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan

kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan

dan timbulnya berbagai penyakit menular akibat lingkungan hidup yang tidak

sehat.

Mulai tahun 1998 upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan

dengan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis di Puskesmas maupun

Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) serta upaya-upaya lain yang

Page 4: Gizi Ganda 2

bersifat Rescue. Bantuan pangan ( beras Gakin dll ) juga diberikan kepada keluarga

miskin oleh sektor lain untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman kelaparan.

Namun semua upaya tersebut nampaknya belum juga dapat mengatasi masalah dan

meningkatkan kembali status gizi masyarakat, khususnya pada balita. Balita gizi 

buruk dan gizi kurang yang mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi kasus-

kasus baru muncul yang terkadang malah lebih banyak sehingga terkesan

penanggulangan yang dilakukan tidak banyak artinya, sebab angka balita gizi

buruk  belum dapat ditekan secara bermakna.

Masalah gizi buruk masih dialami oleh anak-anak di berbagai tempat di

Indonesia dari tahun ke tahun. Ini menjadi potret buruk pemenuhan kebutuhan

mendasar bagi masyarakat Indonesia. Gizi buruk menjadi perhatian masyarakat

ketika media mengangkat kasus-kasus meninggalnya anak-anak di banyak daerah

karena malnutrisi.Pengurangan jumlah penderita malnutrisi menjadi salah satu

target Tujuan Perkembangan Milenium (Millenium Development Goals atau

MDGs). Indonesia berkomitmen untuk mengurangi hingga setidaknya tinggal 18%

penduduk yang mengalami malnutrisi pada tahun 2015, di mana angka tahun ini

masih 28%, sementara pelaksanaan MDGs tahun ini sudah memasuki periode

sepertiga terakhir.

1.2  Tujuan

1.2.1        Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah presentasi ini adalah ingin memberitahukan

kepada masyarakat hal – hal apa saja yang menjadi ruang lingkup dari masalah gizi

buruk, menambah pengetahuan bagi masyarakat agar lebih luas wawasannya

mengenai gizi buruk, memberitahukan jumlah penurunan penderita gizi buruk dari

tahun 2004 – 2007, memberikan gambaran yang jelas mengenai penyakit gizi

buruk, juga tidak lupa untuk menambah nilai mahasiswa, dan lain – lain yang bisa

berdampak positif bagi penulis dan para pembaca.

Page 5: Gizi Ganda 2

Terlaksananya kegiatan penanggulangan balita gizi buruk tingkat

Kabupaten,  Puskesmas dan Rumah Tangga.

1.2.2.      Tujuan Khusus

1)      Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulananbalita

di posyandu.

2)      Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmas/RS

dan rumah tangga.

3)      Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita

kurang gizi dari keluarga miskin.

4)      Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi

kepada anak (ASI/MP-ASI).

5)      Memberikan suplementasi gizi (kapsul Vit.A) kepada semua balita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ – organ

serta menghasilkan energi. Akibat kekurangan gizi, maka simpanan zat gizi pada

tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan apabila keadaan ini berlangsung lama

maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada

saat ini orang bisa dikatakan malnutrisi. KEP seseorang yang gizi buruk disebakan

oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari. Pada

umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah, tanda

Page 6: Gizi Ganda 2

– tanda klinis gizi buruk dapat menjadi indicator yang sangat penting untuk

mengetahui seseorang menderita gizi buruk.

Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak factor. Data komposisi

zat gizi bahan makanan yang berhubungan dengan berbagai proses pengolahan

belum cukup tersedia, pemeriksaan zat gizi spesifik bertujuan untuk menilai status

gizi. Zat gizi yang terdapat pada Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) hanyalah gizi

yang penting yaitu energi, protein, vit A, C, B 12, Tiamin, Riboflavin, Niasin,

Asam Folat, Kalsium, Fosfor, Zat Besi, Zink, dan Yodium.

Ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan gizi yaitu penyakit gizi

lebih (obesitas), gizi buruk ( malnutrisi ), metabolic bawaan, keracunan makanan,

dan lain – lain. Gangguan gizi buruk menggambarkan suatu keadaan pathologis

yang terjadi akibat ketidaksesuaian/tidak terpenuhinya antara zat gizi yang masuk

kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi dalam jangka waktu yang

relatif lama. Ilmu gizi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang khusus

mempelajari hubungan antara makanan yang kita makan dan kesehatan tubuh.

Hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh sudah diketahui sejak berabad –

abad yang lampau.. Penyakit – penyakit yang timbul akibat makanan kurang baik

seperti makanan yang tidak cukup gizinya atau kadar zat gizinya tak seimbang

disebut penyakit gangguan gizi yang pertama kali dikenal adalah penyakit

skorbut/sariawan

Kesehatan yang baik tidak terjadi karena ada perubahan yang berupa

kekurangan zat makanan tertentu ( defisiensi ) atau berlebih. Kekurangan

umumnya mencakup protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Sedangkan

kelebihan umumnya mencakup konsumsi lemak, protein, dan gula. Untuk

mencapai kondisi anak perlu/cukup gizi harus memperhatikan kebersihan diri dan

lingkungan serta melakukan kegiatan yang baik seperti olah raga, dan lain –

lain. Konsumsi yang kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan

Page 7: Gizi Ganda 2

kondisi kesehatan gizi kurang/defisiensi. Keadaan kesehatan gizi masyarakat

tergantung pada tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan.

Penyakit gizi di Indonesia terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit

defisiensi yang sering dihubungkan dengan infeksi yang bisa berhubungan dengan

gangguan gizi. Defisiensi gizi merupakan awal dari gangguan system imun yang

menghambat reaksi imunologis. Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja

sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk. Ada berbagai zat gizi yang

sangat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia. Masalah kesehatan gizi

dapat timbul dalam bentuk penyakit dengan tingkat yang tinggi

2.2.  Pengertian Gizi Buruk

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi

menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan

membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang

badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan

menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di

bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi

buruk gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau

kwashiorkor.

2.2. 1 Marasmus

Page 8: Gizi Ganda 2

Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang

timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot

di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan

kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati

dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah

makan, karena masih merasa lapar. Pada stadium lanjut yang lebih berat anak

tampak apatis atau kesadaran yang menurun.

Etiologi :

     Dapat menyertai prematuritas atau merupakan penyakit pada neonatus,

dimana menyusuinya kurang baik karena daya isapnya belum baik. Juga terjadi

apabila terus-menerus hanya diberi susu ibu tanpa tambahan. Infeksi terutama

diare, seringkali merupakan penyakit penyerta.

Tanda – tanda:

o   Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.

o   Wajah seperti orangtua

o   Cengeng, rewel

o   Perut cekung

o   Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.

o   Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta penyakit kronik.

o   Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.

Pada marasmus kalori yang dibutuhkan kurang sekali. Pada diet yang

sempurna, kalori didapat dari :

  Hidrat arang    : 50-55%

  Lemak                         : 30-35%

  Protein             : 15%

Page 9: Gizi Ganda 2

Apabila hidrat arang kurang, maka depot glycogen yang akan digunakan.

Bila depot sudah habis, maka akan menggunakan subcutant fat akibatnya anak akan

menjadi kurus. Bila protein lemak sudah habis, maka akan menggunakan protein

jaringan, akibatnya otot-otot menjadi atrophy. Lemak yang terakhir menghilang

yaitu lemak dari pipi.

Pengobatan :

1.      Kurangi kehilangan panas badan, tetapi jangan memberikan tambahan pemanas.

2.      Makanan dengan porsi kecil tapi sering,dengan tinggi protein dan kalori, misalkan

susu bubuk skim. Gula dan minyak makan dapat di tambahkan dari bahan-bahan

setempat. Mungkinmula-mula diperlukan pipa nasogastrik untuk pemberian

makanannya. Berikanlah volume makanan sesuai dengan baku untuk berat

badannya.

3.      Obati penykit penyertanya, misalnya pemberian cairan pada enteritis, vitamin A

untuk seroftalmia, pengobatan antituberkulosa, antimalaria, obat anti cacing dan

besi, dll.

4.      Berikan pendidikan agar tidak terjadi relaps.

Pencegahan :

1.      Pendidikan pada orang tua.

2.      Pemberihan makanan sapihan yang sesuai dan memadai, harus segera dimulai pada

umur 6 bulan

3.      Deteksi dini oleh petugas kesehatan setempat, dan penatalaksanaan yang sesuai

bagi bayi yang kekurangan air susu ibu.

4.      Pencegahan dan pemantauan terhadap penyakit infeksi.

2.2.2 Kwasiokor

 Kwashiorkor adalah gangguan gizi karena kekurangan protein biasa (KEP)

sering disebut busung lapar. Kalori sedikit atau malah tinggi, kebutuhan vitamin

dan mineralnya sedikit. Kwashiorkor yang murni dijumpai pada anak yang sudah

Page 10: Gizi Ganda 2

di sapih sedangkan makanan penggantinya tidak adekuat. Gejala yang

timbul diantaranya adalah tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok

dan patah, gangguan kulit.Terdapat juga gangguan perubahan mental yang sangat

mencolok. Pada umumnya penderita sering rewel dan banyak menangis. Pada

stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun.

Etiologi :

Anak yang sedang tumbuh, membutuhkan keseimbanganprotein yang pasif,

sedangkan pada orang dewasa hanya membutuhkan protein untuk mempertahankan

keseimbangan dalam tubuh saja. Protein dari makanan sering kali mahal, bisa tidak

di berikan pada anak-anak karena ketidak tahuan atau karena kepercayaan

setempat. Kekurangan protein yang cukupberat dan akan menyebabkan

kwasiorkor, sering kali berhubungan dengan defisiensi vitamin, anemia infestasi

parasit dalam usus, malaria dan infeksi lainya.

Perjalanan penyakit (menurut Vughelye) :

1.      Sesudah defisiensi diet selama 1 minggu, lalu berat badan menurun. 3 minggu

kemudian produksi enzyme pancreas menurun, yang pertama menurun ialah lipase,

kemudian trypsine, dan yang terakhir adalah amilase.

2.      Pembesaran hepar, setelah 2 minggu kemudian terjadi gangguan pencernaan.

3.      Timbulnya oedema, mula-mula pada kaki (Pre tibial) , kemudian ekstremitas alas.

Bila berat bisa terjadi oedema dimata.

Tanda – tanda Kwasiokor :

o    Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki ( dorsum pedis )

o    Wajah membulat dan sembab.

Page 11: Gizi Ganda 2

o    Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak

berbaring terus menerus.

o    Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.

o    Anak sering menolak segala jenis makanan ( anoreksia ).

o    Pembesaran hati

o    Sering disertai infeksi, anemia dan diare / mencret.

o    Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.

o    Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam

terkelupas ( crazy pavement dermatosis )

o    Pandangan mata anak nampak sayu.

Pengobatan dan Terapy Kwashiorkor :

  Pengobatan :

1.      Kurangi kehilangan panas badan, tetapi jangan diberi pemanas.

2.      Segera perbaiki ketidakseimbangan cairan/elektrolit, dan berikan makanan dengan

susu pengencer ½ , beriakan semuanya, sampai mencapai 90 kkal/kg untuk 1-2

hari. Seringkali dibutuhkan pemberian melalui pipa nasogastrik.

3.      Pada saat nafsu makan sudah kembali, naikkan masukan volume dan energinya,

berikan protein 2g/kg, campuran mineral (termasuk Mg, K, Zn, Cu) dan

multivitamin, termasuk asam folat. Campuran yang dapat bermanfaat adalah susu

bubuk skim, gula dan minyak

4.      Sesudah 7-10 hari, berikan susu beserta minyak makan, paling sedikit 150 kkal/kg.

Pada saat itu masukan disesuaikan denag nafsu makan. Berikanlah campuran

makanan dari bahan setempat misalnya daging, sayuran, kacang-kacangan.

5.      Obati infeksi penyertanya seperti malaria, parasitosis, avitaminosis, anemia

6.      Berikan pendidikan pada ibu agar jangan terjadi relaps

  Terapy Kwashiorkor

1.      Diet

Page 12: Gizi Ganda 2

Untuk terapy ini harus diperhatikan daya pencernaannya, di antaranya :

a.       Cara Pemberian :

Harus diperhatikan apakah ada anorexia, muntah, diarrhoea.

Bila tidak ada          : bisa diberikan makanan cair dan lunak.

Bila ada                   : diberikan makanan cair, dapat diberikan secara sonde/infuse.

b.      Bentuk diet

c.       Jumlah diet tergantung dari BB rata-rata.

BB ideal + BB sebenarnya

                     2

2.      Vitamin dan mineral

3.      Penyakit lain yang memberatkan

4.      Transfusi darah

Pencegahan :

1.    Pendidikan pada orang tua.

2.    Pemberihan makanan sapihan yang sesuai dan memadai, disertai cukup protein.

3.    Pencegahan dan pemantauan terhadap penyakit infeksi dan infestasi parasit,

misalkan dengan imunisasi.

4.    Deteksi dini oleh petugas kesehatan setempat, dan penatalaksanaan yang sesuai

bagi bayi yang kekurangan air susu ibu.

Perbedaan Marasmus dan Kwasiorkor

Marasmus Kwashiorkor

1.      Kurus Kering

2.      Old man face

3.      Terdapat lipatan-lipatan kulit terutama

pada gluteus

4.      Kulit kering yang hiperkeratosis

1.      Berat badan menurun, oedeme,

subcutant fat (+)

2.      Moon face

3.      Tidak ada lipatan-lipatan kulit

4.      Kulit hyperpigmentasi/crazy payement

Page 13: Gizi Ganda 2

5.      Sering terlihat decubitus (luka-luka

karena pergeseran kulit dengan tulang),

terutama di daerah sacral. Decubitus ini

berbahaya karena bisa terjadi infeksi dan

menimbulkan sepsis.

6.      Hb. Menurun tapi anemi tidak begitu

berat.

7.      Albumin menurun

8.      Inteleransi tidak begitu berat.

dermatosis.

5.      -

6.      Hb. Sangat rendah

7.      Albumin sangat rendah

8.      Sering dijumpai inteleransi yang berat

2.3 Penyebab Gizi Buruk

1.    Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk tidak satu. Ada banyak!. Penyebab

pertama adalah faktor alam. Secara umum tanah terkenal sebagai daerah tropis

yang minim curah hujan. Kadang curah hujannya banyak tetapi dalam kurun waktu

yang sangat singkat. Akibatnya, hujan itu bukan menjadi berkat tetapi

mendatangkan bencana banjir. Tetapi, beberapa tahun belakangan ini tidak ada

hujan menjadi kering kerontang! Tanaman jagung yang merupakan penunjang

ekonomi keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari rakyat gagal dipanen.

Akibatnya, banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal di daerah

pelosok, memakan apa saja demi mempertahankan hidup. Dikhawatirkan gizi yang

kurang dan bahkan buruk akan memperburuk pertumbuhan fisik dan fungsi-fungsi

otak. Kalau ini terjadi, masa depan anak-anak ini dipastikan akan sangat kelam dan

buram.

2.    Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultur sosial

masyarakat setempat. Kebanyakan masyarakat petani bersifat ‘one dimensional,’

yakni masyarakat yang memang sangat tergantung pada satu mata pencaharian

saja. Banyak orang menanam makanan ‘secukup’nya saja, artinya hasil panen itu

Page 14: Gizi Ganda 2

cukup untuk menghidupi satu keluarga sampai masa panen berikutnya. Belum ada

pemikiran untuk membudidayakan hasil pertanian mereka demi meraup

keuntungan atau demi meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya budaya

‘alternatif’ yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayur-mayur demi

menunjang kebutuhan sehari-hari. Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi

tetapi kali ini lebih berhubungan dengan persoalan struktural, yaitu kurangnya

perhatian pemerintah. Pola relasi rakyat dan pemerintah masih vertikal bukan saja

menghilangkan kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi juga membuka

akses terhadap penindasan dan ketidakadilan dan, yang paling berbahaya,

menciptakan godaan untuk menyuburkan budaya korupsi. Tentu saja tidak semua

aparat dan pejabat seperti itu!. Terlepas dari itu semua nampaknya masyarakat

membutuhkan pendampingan agar mereka memahami hak-hak individu dan hak-

hak sosial mereka sebagai warganegara.

3.    Malnutrisi primer

                        Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya

sering disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi dan

rendahnya pengetahuan. Gejala klinis malnutrisi primer sangat bervariasi

tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur penderita dan

adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus tersebut sering

dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan yang terganggu

dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun, ukuran lengan atas

menurun, pertumbuhan tulang ( maturasi ) terlambat, perbandingan berat terhadap

tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan,

aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut. Pada penderita

malnutrisi primer dapat mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mengganggu

pembentukan DNA di susunan saraf. berpengaruh terhadap perkembangan mental

Page 15: Gizi Ganda 2

dan kecerdasan anak. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada

penderita malnutri primer yang berat.

4.    Malnutrisi sekunder

Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan

yang bukan disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena

adanya gangguan pada fungsi dan sistem tubuh yang mengakibatkan gagal tumbuh.

Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran cerna, metabolisme,

kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal dan lain-lain. Kasus gizi buruk di

kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder. Malnutrisi sekunder ini

gangguan peningkatan berat badan yang disebabkan karena karena adanya

gangguan di sistem tubuh anak. pada malnutrisi sekunder tampak anak sangat

lincah, tidak bisa diam atau sangat aktif bergerak. Tampilan berbeda lainnya,

penderita malnutrisi sekunder justru tampak lebih cerdas, tidak ada gangguan

pertumbuhan rambut dan wajah atau kulit muka tampak segar.

Kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis (diagnosis yang

diberikan terlalu berlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi tuberkulosis).

Overdiagnosis tersebut terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang

ada.

Secara medis penanganan kasus malnutrisi sekunder lebih kompleks dan

rumit. Penanganannya harus melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran anak

seperti bidang gastroenterologi, endokrin, metabolik, alergi-imunologi, tumbuh

kembang dan lainnya. Gizi buruk memang merupakan masalah klasik bangsa ini

sejak dulu. Tanpa data dan informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan

terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan.

Karena, gizi buruk bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi atau kurangnya

pengetahuan dan pendidikan,

2.4 Statistik Indonesia

Page 16: Gizi Ganda 2

  Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar

27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang,

dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%).\

  Data penderita gizi kurang dan buruk di Indonesia dari tahun 1989-2004 (Susenas):

Tabel 1

Tahun

Jumlah

Penduduk

Jumlah balita

gizi kurang dan

buruk

Jumlah balita

gizi buruk

1989 177.614.965 7.986.279 1.324.769

1992 185.323.456 7.910.346 1.607.866

1995 95.860.899 6.803.816 2.490.567

1998 206.398.340 6.090.815 2.169.247

1999 209.910.821 5.256.587 1.617.258

2000 203.456.005 4.415.158 1.348.181

2001 206.070.000 4.733.028 1.142.455

2002 211.567.577 5.014.028 1.469.596

2004 211.567.577 5.119.935 1.528.676

Catatan: Jumlah balita tahun 2003 diperkirakan 8,5% dari jumlah penduduk

  WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang ke

dalam 4 kelompok yaitu rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-

29%) dan sangat tinggi (30%).

  Dengan menggunakan pengelompokan prevalensi gizi kurang berdasarkan WHO,

Indonesia tahun 2004 tergolong negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi

karena 5.119.935 (atau 28.47%) dari 17.983.244 balita di Indonesia termasuk

kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Angka ini cenderung meningkat pada tahun

2005-2006.

Page 17: Gizi Ganda 2

  Gizi masih merupakan masalah serius pada sebagian besar Kabupaten/Kota, Data

2004 menunjukkan masalah gizi terjadi di 77,3% Kabupaten dan 56% Kota, dan

besarnya angka ini hampir sama jika dilihat menurut persentase keluarga miskin :

  109 dari 347(31.4%) kabupaten/kota yang diklasifikasikan berisiko tinggi

  67(19.3%) kabupaten/kota resiko sedang, dan

  171 (49.2%) kabupaten/kota resiko rendah

  Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan Dinas Kesehatan Propinsi selama Januari-

Desember 2005 adalah 75.671 balita

2.5              Fakta Tentang Gizi Buruk

1.      Kondisi gizi buruk termasuk busung lapar dapat dicegah.

2.      Gizi buruk adalah masalah yang bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan,

(masalah struktural) tapi juga karena aspek sosial dan budaya hingga menyebabkan

tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang memadai untuk balita

(masalah individual dan keluarga).

Di Pidie Aceh, Dinas Kesehatan dan UNICEF menemukan 454 balita dari

45.000 balita mengalami gizi buruk akibat konflik dan tsunami. Di Gianyar, 80%

balita yang mengalami gizi buruk bukan berasal dari kelurga miskin (gakin).

Diperkirakan bahwa Indonesia kehilangan 220 juta IQ poin akibat

kekurangan gizi. Dampak lain dari gizi kurang adalah menurunkan produktivitas,

yang diperkirakan antara 20-30%.

Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan

mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada

rendahnya tingkat kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80 % terjadi pada

masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun.

Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar

dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab

kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek. 6.7 juta balita

Page 18: Gizi Ganda 2

atau 27.3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi akibat pemberian

ASI dan makanan pendamping ASI yang salah. 1.5 juta diantaranya menderita gizi

buruk.

Kurang Energi Protein (KEP) ringan sering dijumpai pada anak usia 9 bulan

hingga 2 tahun, meskipun dapat juga dijumpai pada anak lebih besar.Beberapa

penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, yaitu sekitar

55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi ( seperti Tuberculosis,

Madang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak.

Tabel 2

Kekurangan vitamin, mineral dan elektrolit pada penderita KEP

No NAMA PENYAKIT KEKURANGAN/

DEFISIENSI

GEJALA DAN TANDA KLINIS

Buta senja

(xeroftalmia)

Vitamin A Mata kabur atau buta

Beri-beri Vitamin B1 Badan bengkak, tampak rewel, gelisah,

pembesaran jantung kanan

Ariboflavinosis Vitamin B2 Retak pada sudut mulut, lidah merah jambu

dan licin

Defisiensi B6 Vitamin B6 Cengeng, mudah kaget, kejang, anemia

(kurang darah), luka di

mulut

Defisiensi Niasin Niasin Gejala 3 D (dermatitis /gangguan kulit,

diare, deementia), Nafsu makan menurun,

sakit di ldah dan mulut, insominia, diare,

rasa bingung.

Defisiensi Asam folat Asam folat Anemia, diare

Page 19: Gizi Ganda 2

Defisiensi B12 Vitamin B12 Anemia, sel darah membesar, lidah halus

dan mengkilap, rasa mual, muntah, diare,

konstipasi

Defisiensi C Vitamin C Cengeng, mudah marah, nyeri tungkai

bawah, pseudoparalisis (lemah) tungkai

bawah, perdarahan kulit

Rakitis dan

Osteomalasia

Vitamin D Pembekakan persendian tulang, deformitas

tulang, pertumbuhan gigi melambat,

hipotoni, anemia

Defisiensi K Vitamin K Perdarahan, berak darah, perdarahan hidung

dsb

Anemia Defisiensi

Besi

Zat besi pucat, lemah, rewel

Defisiensi Seng Seng Mudah terserang penyakit, pertumbuhan

lambat, nafsu makan berkurang, dermatitis

Defisiensi tembaga Tembaga Pertumbuhan otak terganggu, rambut jarana

dan mudah patah, kerusakan pembuluh

darah nadi, kelainan tulang

Hipokalemi kalium Lemah otot, gangguan jantung

Defisiensi klor klor Rasa lemah, cengeng

Defisiensi Fluor Fluor Resiko karies dentis (kerusakan gigi)

Defisiensi krom krom Pertumbuhan kurang, sindroma like diabetes

melitus

Hipomagnesemia magnesium Defisiensi hormon paratiroid

Defisiensi Fosfor Fosfor Nafsu makan menurun, lemas

Page 20: Gizi Ganda 2

Defisiensi Iodium Iodium Pembesaran kelenjar gondok, gangguan

fungsI mental, perkembangan fisik

2.6              Analisis Masalah

Masalah gizi buruk pada anak balita yang meningkat akhir-akhir ini telah

membangunkan pemegang kebijakan untuk melihat lebih jelas bahwa anak balita

sebagai sumber daya untuk masa depan ternyata mempunyai masalah yang sangat

besar.Berdasarkan angka human development index (HDI), Indonesia menduduki

peringkat ke 112 di dunia. Tidak tertutup kemungkinan peringkat ini akan bergeser

ke posisi lebih rendah (memburuk) apabila kondisi ini tidak ditangani secara cepat

dan tepat.

Kasus gizi buruk yang meningkat dan sangat ramai dibicarakan sejak

ditemukan di NTB, telah membuka mata kita tentang masalah gizi anak balita.

Kenyataan di lapangan, setelah NTB, hamper seluruh daerah di Indonesia segera

melaporkan adanya kasus gizi buruk di wilayahnya. Fenomena ini kemungkinan

berkaitan dengan pengalokasian dana yang digulirkan oleh pemerintah (Pusat)

untuk penanggulangan kasus gizi buruk. Ironis memang.

 Gizi buruk merupakan kejadian kronis dan bukan kejadian yang tiba-tiba.

Pertanyaan yang timbul adalah di mana laporan hasil pemantauan status gizi berada

dan ke mana laporan tersebut dikirimkan selama ini? Secara teknis, mestinya

laporan tersebut berada di Dinas Kesehatan (untuk Daerah) dan Departemen

Kesehatan (untuk Pusat). Secara teknis pula, lembaga-lembaga tersebut

bertanggungjawab atas kajian data hasil pemantauan yang dilakukan secara berkala

mulai dari tingkat Puskesmas, dengan Posyandu sebagai ujung tombak sumber

informasi. Demikian pula institusi rumah sakit, merupakan unit pelayanan yang

juga turut berkontribusi atas tersedianya informasi kasus tersebut karena berkaitan

dengan fungsinya sebagai pusat rujukan kasus.

Page 21: Gizi Ganda 2

Departemen Kesehatan telah menyelenggarakan suatu pertemuan sosialisasi

pencegahan dan penanggulangan gizi buruk bagi pemegang kebijakan di Batam 6-8

Oktober 2005 (Regional I) dan di Yogyakarta 11-13 Oktober 2005 (RegionalII).

Pada pertemuan yang dihadiri oleh para Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan

Direktur Rumah Sakit Propinsi se-Indonesia tersebut telah dibahas Rencana Aksi

Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009, yang

menginformasikan 70% dari anggaran yang tersedia akan di fokuskan pada

promosi kesehatan (dalam hal ini upaya promotif dan preventif).

Masalah Gizi di Indonesia Cenderung Meningkat :

Metrotvnews.com, Kupang: Acara wisuda di Universitas Nusa Cendana

Kupang, NTT dimulai dengan orasi ilmiah bidang gizi masyarakat yang

disampaikan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Intje Picauly.

Ia mengatakan masalah kurang gizi sering luput dari perhatian masyarakat.

Padahal menurutnya, sekitar 50 persen penduduk Indonesia mengalami aneka

masalah gizi.

Keterlambatan penanganan kurang gizi memunculkan masalah serius yang

berimplikasi pada kualitas sumber daya manusia (SDM). Namun secara bersamaan,

dia mengatakan Indonesia juga mengalami masalah gizi lebih dengan

kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. "Saat ini Indonesia

tengah menghadapi masalah gizi ganda

2.7              Program Memberantas Gizi Buruk

Baru-baru ini, pemerintah kita membuat proyek Nice Indo, yang mempunyai

tanggungjawab besar untuk menemukan kasus gizi buruk disetiap wilayah

Indonesia, terutama di pedesaan yang terpencil dengan perberdayaan masyarakat.

Page 22: Gizi Ganda 2

Dengan program ini diharapkan masalah gizi buruk dapat segera diatasi salah

satu programnya adalah memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa deteksi

dini kasus gizi buruk justru dilakukan oleh masyarakat itu sendiri sehingga ada

intervensinya dapat dilakukan sedini mungkin.

Program lainnya, disetiap puskesmas diharapkan tidak ada lagi kasus gizi

buruknya terjadi. Penderita gizi bukan semata-mata hanya sebagai symbol social,

namun diamalkan dalam menciptakan masyarakat Indonesia sehat dan cerdas.

  Penyebab gizi buruk

Penyebab timbulnya gizi buruk dalam lingkungan keluarga adalah

1.    Tidak mau atau jarang ke posyandu

2.    Pola asuh anaknya kurang baik

3.    Jumlah anak terlalu banyak

4.    Kurangnya keharmonisan dalam rumah tangga

5.    Miskin (itu yang paling utama)

6.    Ketersedian pangan dalam rumah tangga sangat terbatas

7.    Tingkat pendidikan yang rendah sehingga menimbulkan kurangnya pengetahuan

tentang gizi dan pola asuh anak serta tidak peduli dengan kebersihan dan

kesehatan.

  Cara Dan Strategi Menanggulangi Gizi Buruk

a)    Cara menanggulangi kasus gizi buruk, di antara yang adalah sebagai berikut

      Menimbulkan cakupan deteksi dini gizi buruk dengan cara penimbangan balita

diposyandu

      Meningkatkan kualitas dan cakupan tata laksana kasus gizi buruk di rumah sakit,

puskesmas dan rumah tangga

      Mengadakan pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) kepada balitanya

kekurangan gizi yang berasal dari keluarga miskin

Page 23: Gizi Ganda 2

      Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan itu terutama dalam memberikan

asupan gizi kepada anak

      Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A) kepada balitanya

b)    Berikut adalah strateginya bisa dilakukan dalam mengatasi gizi buruk adalah

sebagai berikut

   Revitalisasi posyandu agar mendukung pemantauan pertumbuhan

  Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, pemuka adat, tokoh agama dan

kelompok potensial lainnya

  Menyediakan sarana dan prasarana pendukung

  Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap kejadian luar biasa gizi buruk

c)    Strategi Penanganan gizi buruk :

         Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan

         Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan

kelompok potensial lainnya.

         Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana

gizi buruk

         Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)

         Menyediakan dan melakukan KIE

         Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Ada 4 faktor yang melatarbelakangi KKP yaitu : masalah social, ekonomi,

biologi, dan lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan social – ekonomi,

merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak

sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Malnutrisi masih saja

melatarbelakangi penyakit dan kematian anak. Kurang kalori protein sesungguhnya

Page 24: Gizi Ganda 2

berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yang tengah tumbuh-

kembang. Marasmus sering menjangkiti bayi yang baru berusia kurang dari 1

tahun, sementara kwashiorkor cenderung menyerang setelah mereka berusia 18

bulan. Penilaian status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin

setiap anggota masyarakat mendapatkan makanan yang cukup jumlah dan

mutunya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari.

Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak.Kasus gizi

buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu saja. Tetapi karena

proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapai

puncaknya. Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena

berbagai penelitian menunjukan adanya efek jangka panjang terhadap pertumbuhan

dan perkembangan otak manusia

3.2  Saran

Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk

terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita

gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk

merebak barulah pemerintah melakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah

tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku

masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah, anak-anak yang menderita

penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi

makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan.

Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis. Tanpa data dan

informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan

bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Dan seharusnya para ibu

mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk anaknya yang nantinya anak tersebut

dapat menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah hadapilah semuanya itu,

saya yakin pasti akan ada jalan keluarnya

Page 25: Gizi Ganda 2

DAFTAR PUSTAKA

Short,John Rendle.1994. Ikhtisar Penyakit Anak jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara.

Hal 142-144

                 , (       ). Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Fakultas

Kedokteran, hal :321-334

Arisman.(2004).Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu

Gizi.www//http: dinkes-dki.go.id.Tanggal 31Maret 2012.Jam 16.00 WIB

Anneahira, ( 2009).Ilmiah Gizi. file://D:/DokumenTingkat Ses  6 Makalah

GiziBuruk/karya-tulis-ilmiah-gizi.htm.Tanggal 31Maret 2012.Jam 16.00 WIB

AchaWaang,