pengaruh mitos haji pada keberagamaan...

66
PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MUSLIM MODERN KELURAHAN KARANG MULYA TANGERANG - BANTEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosiologi (S. Sos) Disusun Oleh: Rianita Juniartri NIM. 103032227727 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

Upload: phungdiep

Post on 29-May-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN

MASYARAKAT MUSLIM MODERN

KELURAHAN KARANG MULYA

TANGERANG - BANTEN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Sosiologi (S. Sos)

Disusun Oleh:

Rianita Juniartri

NIM. 103032227727

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 2: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

ABSTRAK

Daerah Karang Mulya sebagai bagian dari Tangerang-Banten yang

beranjak menjadi Kota Metropolitan menyimpan banyak potensi dalam berbagai bidang. Kehidupan sosial, budaya, politik serta ekonominya telah

mengalami kemajuan yang cukup pesat sehingga ia menjadi daerah yang sangat menarik bagi masyarakat daerah lain untuk datang dan menetap.

Mereka berasal dari berbagai macam etnis di Indonesia. Masyarakat Karang Mulya merupakan masyarakat yang sudah

modern, yang telah mengedepankan pola pikir yang rasional, namun kepercayaan terhadap mitos-mitos, bahwa segala perilaku jamah haji akan

mendapat balasan, masih banyak dipercaya oleh kebanyakan masyarakat

Muslim Karang Mulya.

Mitos-mitos atau kepercayaan semacam itu memang telah

mengakar sangat kuat dalam benak kebanyakan umat Islam, bahkan dalam

benak masyarakat Muslim yang sudah modern sekalipun. Hal ini, sedikit -

banyak mempengaruhi perilaku kehidupan keagamaan masyarakat

Muslim. Sehingga, mendorong keinginan untuk meneliti fenomena ini

dengan pertanyaan yang akan terjawabpada kesimpulan penelitian.

Pertama, bagaimana pengaruh mitos haji pada kehidupan sosial keagaan

masyarakat Muslim modern? Selanjutnya, bagaimana pengaruh mitos haji

pada pemahaman keagamaan dan perilaku keagamaan masyarakat Muslim

modern?

Dan untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam, maka penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan metode deskriftif dan

pendekatan kualitatif. Selain itu penelitian ini juga didukung oleh wawancara mendalam dan studi pustaka sehingga dari penelitian ini

dihasilkan bahwa, Mitos mempengaruhi Kehidupan sosial keagamaan masyarakat Muslim modern.

Page 3: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Mitos Haji pada Keberagamaan

Masyarakat Muslim Modern : Kelurahan Karang Mulya Karang Tengah-

Tangerang” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Februari

2009. skripsi ini telah diterima sebagai syaratuntuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Sosiologi Agama Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat program Strata Satu (S1).

Jakarta, 26 Februari 2009

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Anggota Drs. Bustamin, M.si Dra. Joharotul Jamilah, Msi.

Nip. Nip. 150 282 401

Penguji I Penguji II

Dra. Ida Rosyidah, MA. Dr. Masri Mansoer, MA

Nip. 150 243 267

Pembimbing

Dr. Hamid Nasuhi, MA

Page 4: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam,

yang telah memberikan segala rahmat-Nya bagi seluruh umat, sehingga kita selalu

sukses menjalani hidup dalam lindungan-Nya. Shalawat dan salam tercurah bagi

pahlawan umat, pembuka jalan terang dari kegelapan jahiliyah.

Dengan segala kekurangan dan kealpaan, penulis haturkan rasa syukur

yang tak terhingga kepada Allah SWT pemberi rahmat yang selalu menerangkan

hati dan pikiran penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang jauh

dari sempurna. Dan penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya

dukungan dan motivasi dari banyak pihak, dalam bentuk bimbingan; baik moril

maupun materiil. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis ucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. M. Amin Nurdin, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filasafat

serta seluruh staff akademik fakultas, pusat dan segenap civitas akademik

yang telah mengarahkan, membimbing dan melayani seluruh kebutuhan

administrative dan akademis penulis selama penulisan skripsi ini.

2. Hamid Nasuhi. Dosen Pembimbing Skripsi serta Pembantu Dekan I, yang

telah membimbing dan mengarahkan, serta membuka pikiran penulis,

sehingga skripsi ini dapat selesai.

3. Dra. Ida Rasyida, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi Agama dan Dra.

Jauharatul Jamilah, M.A., Dosen Pembimbing Akademik dan sekretaris

jurusan sosiologi Agama, yang banyak membantu dan memudahkan dalam

hal yang berkaitan dengan akademik.

Page 5: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

4. Ketua dan segenap staff Perpustakaan Utama serta Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat, yang telah banyak membantu dalam memberikan dan

memudahkan diperolehnya bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Keluarga tercinta : Ayahanda Drs. Simun Fach dan Ibunda Asmariah yang

tiada henti berdo’a dan berjuang dengan tetesan keringat untuk penulis,

adik-adikku: Lisa Marwiyah dan Restiana Widia, yang dalam

kesibukannya masing-masing, masih mau membantu penulis untuk

mencarikan bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini. Serta adik-adik

kecilku: Khaidah Rahma Putri yang sudah beranjak dewasa dan Ardan

Alfariz, yang ngegemesin dan selalu menghadirkan keceriaan dalam

rumah.

6. Sahabat-sahabatku di Sosiologi Agama 2003: Tuti dan Dyna, yang selalu

setia menemaniku dalam setiap keadaan,Uni Nita, Yoyo, Toto, Susi,

Rahmat, Ical, Nani, Joy, Seha, Haris, Yuni, Didink, Ira, Ria, Adhari, Roni,

Nadia, dan juga sahabatku di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, LANI dan

Rifqi, serta yang lainnya, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. Ibunda Binti Mahsunah, guruku tercinta dan Bapak Lubis serta, Dede

Badil, yang selalu menyayangiku dan mencintaiku, terima kasih karena

telah menerimaku sebagai salah satu bagian dari keluarga kalian.

8. Untuk Abang Syam, makasih ya bang dah mau dengerin segala keluh

kesah Rian dan gak pernah capek ngejawab segala pertanyaan yang

sebenarnya gak terlalu penting buat dijawab, dan juga segala perhatian dan

kasih sayang Abang buat Rian.

Page 6: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

9. Sahabat-sahabatku yang banyak membantu, dan mendoakanku, Lani, Nur

Syamsiah, Rifqi dan Eray. Makasih Yah!!!

10. Bapak Lurah Karang Mulya dan Sekertaris Lurah, serta seluruh saff.

11. Seluruh informan : Drs. H. Farid Hadjiy, MM., Hj. Nurhayati, H. Rahmat

Hidayatullah, H. Syarif Oebaidillah, Syamsuri Baidowi, Atikah, Ahmad

Fachruroji, Siti Maysaroh dan seluruh masyarakat Muslim modern di

Karang Mulya serta sekitarnya, yang banyak memberikan informasi dan

inspirasi bagi penulis.

Akhirnya penulis berdo’a segala motivasi dalam bentuk moril dan materil

mendapat balasan yang tak ternilai dari Allah SWT. Amin.

Ciputat, 10 Februari 2009

Penulis

Page 7: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………….................. i

DAFTAR ISI……………………………………………………................ iv

DAFTAR TABEL…………………………………………………............ v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………….............. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………………............... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………................ 6

D. Metode Penelitian……………………………………… 7

E. Sistematika Penulisan………………………………….. 9

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Agama dan Keberagamaan………….............................. 11

B. Pandangan Sosiologis Mengenai Mitos. ……………..... 18

C. Masyarakat Muslim Modern………………………….... 27

D. Mitos Haji…………………………………………….... 30

BAB III PROFIL OBYEK PENELITIAN

A. Kondisi Geografis dan Demografis…………………..... 34

B. Perkembangan Pendidikan, Ekonomi, dan Sosial

Keagamaan Masyarakat Kelurahan Karang

Mulya…………………………………………………... 36

Page 8: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

BAB IV PENGARUH MITOS PADA KEBERAGAMAAN

MASYARAKAT MUSLIM MODERN

A. Beberapa Contoh Mitos Haji pada Masyarakat Karang

Mulya……………………………………....................... 42

B. Pengaruh Mitos pada Pemahaman Keagamaan

Masyarakat Karang Mulya…………………………....... 45

C. Pengaruh Mitos pada Perilaku Keagamaan Masyarakat

Karang Mulya …………………..................................... 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………….............. 58

B. Saran-saran……………………………………………... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

DAFTAR TABEL

Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin............................ 34

Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis................................. 35

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan............................................. 37

Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian......................................... 39

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama.................................................... 40

Page 10: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman modern seperti sekarang ini, nilai-nilai sosial disusun secara

horisontalisme, yang berarti bahwa manusia dijadikan titik orientasi dalam

penyusunan nilai-nilai sosial, dimana aspek-aspek mitologis, irrasional dan

emosional, disingkirkan dari nilai-nilai tersebut; yang dahulu bersifat baka dan

angker kini dinisbikan. 1

Makna mitos sudah dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan. Mitos

dianggap sebagai sesuatu yang mengandung klaim kebenaran, tetapi dinilai

bertentangan dengan realitas. Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad ke-

17 dan ke-18, bahkan sejak Abad Pencerahan, pengetahuan yang dianggap sahih

(valid) tentang realitas hanyalah didasarkan pada penalaran (reasoning), baik

melalui proses induktif maupun deduktif.

Dalam rasionalisme, orang tidak bisa percaya begitu saja terhadap sesuatu.

Seorang itu percaya dengan dasar-dasar tertentu. Kepercayaan (belief) itu haruslah

masuk akal, yaitu bertalian secara logis (coherent), tidak mengandung kontradiksi

serta cocok atau sesuai (compatible) dengan pengetahuan manusia. Jika seseorang

percaya kepada sesuatu yang tidak masuk akal, karena mengandung unsur-unsur

1 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, (Yogyakarta : Kanisius, 1989), hal. 225.

Page 11: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

yang saling bertentangan dan berbeda dengan ide yang terdapat pada manusia,

maka orang itu disebut irrasional.2

Rasionalisme dan empirisme yang penuh diwujudkan dalam sains yang

merupakan “lawan” dari mitos. Sains adalah prosedur tertentu untuk memperoleh

pengetahuan yang sahih. Suatu kepercayaan untuk pertama kali harus ditempatkan

sebagai proposisi atau kebenaran sementara, bahkan sebagai pendapat yang bisa

benar dan bisa salah. Untuk bisa diakui sebagai kebenaran ilmiah, proposisi harus

diuji secara sistematis melalui pengamatan, percobaan, dan penalaran yang logis

dalam mempertimbangkan dan mengambil keputusan.

Dalam teori konvensional, modernisasi dianggap mengandung implikasi

hubungan “zero-sun” modernitas dan tradisi. Artinya, munculnya modernisasi

dalam masyarakat akan melunturkan dan melenyapkan tradisi sama sekali.3 Dari

pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa keyakinan agama primitif seperti mitos

eksistensinya akan semakin pudar ataupun hilang, terganti dengan hal-hal yang

dapat dijelaskan secara ilmiah.

Namun adapula ilmuwan yang menolak pendapat seperti itu. Seperti

pernyataan Karl Jasper seorang filsuf Jerman yang terkemuka, yang dikutip oleh

Dawam Rahardjo, bahwa mitos bukanlah sesuatu milik masa lampau, tetapi

menjadi ciri manusia sepanjang masa. 4

2 Dawam Rahardjo, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam Agama dan

Kebudayaan, (Jakarta : Paramadina, 1996), hal 195. 3 Donald Eugene Smith, Agama dan Modernisasi Politik, Suatu Kajian Analisis, (Jakarta :

CV. Rajawali, 1985), hal. XI. 4 Dawam Rahardjo, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam Agama dan

Kebudayaan, hal. 204.

Page 12: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Jhon Gardner, seorang cendikiawan Amerika yang pernah menjadi

Menteri Pendidikan dan Kesejahteraan pada pemerintahan Presiden J.F Kennedy,

pernah mengatakan.

“Tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran jika tidak percaya

kepada sesuatu, dan jika tidak sesuatu yang dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral guna menopang peradaban yang besar. Dan sekali lagi kepercayaan

kepada “sesuatu” itu melahirkan sesuatu yang secara umum disebut “agama”, yang sejauh pengalaman sebagian besar manusia, lebih banyak berdasarkan atau

berpusatkan pada legenda dan mitologi”. 5

Kehidupan manusia pada dasarnya dikuasai oleh mitos-mitos. Hubungan

antar manusia dengan sendirinya dikuasai oleh mitos yang diciptakan oleh

manusia sendiri. Manusia adalah mahluk pencipta mitos. Dan karena itu maka

manusia harus bisa hidup dengan mitos. Sikap kita terhadap sesuatu, ditentukan

oleh mitos yang ada dalam diri kita. Mitos menyebabkan kita menyukai atau

membenci yang terkandung dalam mitos tersebut. Itulah sebabnya maka manusia

itu selalu memiliki prasangka tentang sesuatu yang berkaitan dengan mitos-mitos.

Kita hidup dengan mitos-mitos yang membatasi segala tindak tanduk kita.

Ketakutan atau keberanian kita terhadap sesuatu ditentukan oleh mitos-mitos yang

kita hadapi. Banyak hal yang sukar untuk dipercayai berlakunya, tapi ternyata

berlaku hanya karena penganutnya begitu mempercayai suatu mitos. Dan

ketakutan kita akan sesuatu lebih disebabkan karena ketakutan akan sesuatu mitos,

bukan ketakutan akan keadaan yang sebenarnya.6

Dan meskipun agama sangat menghargai akal kritis, tetapi tiap agama

memiliki mitos yang menjadi sumber penggerak dan acuan ritual bagi

5 Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban : Sebuah Telaah Kritis tentang

Kemanusiaan dan Kemoderenan. (Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1992). hal. xxiii 6 Dawam Rahardjo, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam Agama dan

Kebudayaan, hal. 199.

Page 13: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

pemeluknya guna melakukan sakralisasi dan membangun makna atas tindakan

yang bersifat profan. mitos merupakan keyakinan yang tidak bisa diterangkan

dengan akal sehingga kebenarannya sulit dibuktikan secara ilmiah atau empiris,

namun pengaruhnya amat kuat dalam menggerakan perilaku orang yang

mempercayainya.7

Setiap agama memiliki konsep dan keyakinan tentang tempat suci sebagai

“Pusat dunia”, sebuah poros penghubung antara langit-bumi antara dunia-akhirat,

antara yang sakral dan yang profan, antara hidup dan mati, antara manusia-Tuhan.

Bagi umat Islam, Ka’bah di Makkah diyakini sebagi “Rumah Tuhan”, jalan

terdekat untuk berkomunikasi dengan Tuhan.8 Oleh karenanya, selama di sana,

jamaah haji tidak boleh berperilaku sembrono atau sembarangan, apalagi

berperilaku jahat.

Dalam persepsi orang dari budaya Jawa yang sangat menghormati orang

suci atau para wali, menimbulkan keyakinan bahwa orang tidak boleh berbuat

sembarangan di kawasan makam para wali. Tampaknya persepsi semacam itu

kemudian diterapkan selama menunaikan ibadah haji, karena Makkah dan

Madinah merupakan Tanah Suci atau Haramain, yang tentu harus lebih dihormati

dibanding makam wali.9

Dan dalam konteks haji, juga seakan sudah menjadi kepercayaan umum

bahwa apa yang dialami di tanah suci adalah ‘cermin kehidupan’ orang yang

bersangkutan. Jika perjalanan hajinya mulus, pertanda ia orang “baik-baik”, tetapi

7 Komaruddin Hidayat, “Mitologi dan Radikalisme Agama”, http://www.unisosdem.org.

Sumber ini diambil pada tanggal 07 Mei 2008. 8 Komaruddin Hidayat, “Mitologi dan Radikalisme Agama”, http://www.unisosdem.org

9Abu Su’ud, “Mitos-mitos dalam Haji”, http//www.Undisclosed-

Recipient:;"@freelists.org . Sumber ini diambil pada tanggal 20 Agustus 2008.

Page 14: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

jika sebaliknya berarti dia adalah “pendosa”. Dan salah satu konsekuensinya harus

menerima ganjaran yang setimpal secara tulus-ikhlas.

Mitos-mitos atau kepercayaan semacam itu telah mengakar sangat kuat

dalam benak kebanyakan umat Islam, bahkan dalam benak masyarakat Muslim

yang sudah modern sekalipun. Hal ini, sedikit - banyak mempengaruhi perilaku

kehidupan keagamaan masyarakat Muslim. Sehingga berdasarkan latar belakang

diatas, penulis tertarik untuk memilih judul “Pengaruh Mitos Haji pada

Keberagamaan Masyarakat Muslim Modern” sebagai judul penelitian dalam

skripsi ini

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah pengaruh mitos haji pada

kehidupan sosial masyarakat Muslim Modern. Penelitian ini dibatasi pada

sejauhmana mitos mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Muslim modern.

Selain itu pembahasan mitos haji pada penelitian ini juga dibatasi, hanya dengan

mitos pembalasan atau semacam karma yang akan diterima seseorang sesuai

dengan perbuatannya yang dilakukan sebelum melaksanakan atau ketika sedang

melaksanakan ibadah haji. Dan untuk lebih memperdalam penelitian ini, secara

geografis dibatasi pada masyarakat yang berada di wilayah Kelurahan Karang

Mulya Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Tangerang Propinsi Banten.

Page 15: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian yang nanti akan terjawab dalam hasil penelitian skripsi ini, Yaitu :

Bagaimana pengaruh mitos haji bagi kehidupan sosial keagamaan

masyarakat muslim modern?

Dan untuk lebih memperdalam analisis yang didapatkan dalam skripsi ini,

maka ditambahkan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhan dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana mitos haji mempengaruhi pemahaman keagamaan

masyarakat Muslim modern?

2. Bagaimana mitos haji mempengaruhi perilaku keagamaan masyarakat

Muslim modern.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mitos pada kehidupan sosial

keagamaan masyarakat, khususnya masyarakat Muslim modern.

b. Mendeskripsikan pengaruh mitos haji pada pemahaman dan perilaku

keagamaan masyarakat Muslim modern.

2. Manfaat penelitian

a. Menambah wawasan sosial keagamaan, khususnya mengenai pengaruh

mitos dalam kehidupan sosial masyarakat muslim modern.

b. Untuk mengubah dan mengembangkan literatur-literatur yang sudah ada

sebelumnya.

Page 16: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

c. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan aktifitas dan metode berpikir.

Aktifitas dan metode berpikir tersebut digunakan untuk memecahkan atau

menjawab suatu masalah. Umumnya penelitian dilakukan karena dorongan atau

rasa ingin tahu, sehingga semula masih belum diketahui dan dipahami menjadi

sebaliknya. Bila demikian halnya, dapat dikatakan bahwa yang disebut penelitian

ialah aktifitas dan metode berfikir yang menggunakan metode ilmiah secara

terancang dan sistematis untuk memecahkan atau menemukan jawaban sesuatu

masalah.10

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini jenis kualitatif dengan metode deskriptif, yakni metode yang

dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena

atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, sedangkan pendekatan yang

dipakai adalah studi kasus.

Studi kasus dipakai karena diharapkan dapat menjelaskan fenomena sosial

yang ada di masyarakat secara mendalam dan murni, dalam hal ini fenomena

pengaruh mitos pada masyarakat Muslim modern yang ada di Kelurahan Karang

Mulya.

10

Sanafiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2003), hal. 3-4.

Page 17: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Dimana studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari,

menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus (case) dalam konteksnya

secara natural tanpa adanya intervensi.11

2. Subyek Penelitian

Istilah subyek penelitian menunjuk kepada individu atau kelompok yang

dijadikan unit atau satuan khusus yang diteliti. Dalam penelitian ini subyeknya

adalah masyarakat Muslim yang berada di Kelurahan Karang Mulya.

3. Teknik pengumpulan data

a. Keputakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan

menelaah dan membaca buku-buku, majalah, karya ilmiah, makalah, dan

lain-lain. Yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang

dibahas, yang dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan

hingga situs internet.

b. Riset lapangan (Field Research) yang meliputi :

Wawancara mendalam (Indepth Interview), yaitu peneliti atau

petugas penelitian, melakukan “interview” dengan subjek informan

penelitian. Pertanyaan-pertanyaan kepada informan dikemukakan secara

lisan, berdasarkan pedoman wawancara. Informan yang diteliti sebanyak 5

orang yang sudah pernah melaksanakan ibadah haji.

4. Istrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penulisan

skripsi ini adalah pedoman wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam

11 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Pemikiran Norman dan Egon

Guba, (Yogyakarta : PT. Tirta Wacana Yogya, 2001), hal. 93.

Page 18: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

pedoman wawancara hanya pokok, dan umumnya berbentuk pertanyaan terbuka

atau tak berstruktur.

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah analisis

data kualitatif, artinya penelitian ini tidak menggunakan angka statistik, tetapi

berupa analisis terhadap data yang berkaitan dengan penjelasan-penjelasan dan

pandangan-pandangan penelitian skripsi ini. Dalam penelitian kualitatif, setiap

catatan lapangan (fieldnotes) yang dihasilkan dalam pengumpulan data, baik dari

hasil wawancara maupun dari hasil observasi, kemudian mereduksi (merangkum,

mengikhtisarkan, menyeleksi) aspek-aspek penting yang muncul dan mencoba

membuat ringkasan pada seriap kasus, berdasarkan kerangka teori dan pedoman

wawancara.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis berdasarkan pembahasan

yang dibutuhkan, dan disusun kedalam lima bab sebagai berikut :

1. Bab pertama (I) membahas tentang pendahuluan yang berisi latar

belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, serta sistematika penulisan

2. Bab kedua (II) membahas mengenai kajian teori yang digunakan

sebagai rujukan dalam penelitian skripsi ini, yaitu : pertama, berisi

pembahasan mengenai Agama dan keberagamaan. Kedua, pandangan

Page 19: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

sosiologis mengenai mitos. Ketiga, membahas mengenai masyarakat

Muslim modern. Keempat, membahas tentang mitos haji..

3. Bab ketiga (III) berisi profil daerah dan objek penelitian yang

mendeskripsikan kondisi geografis dan demografis daerah penelitian.

Selain itu, bab ini juga memberikan gambaran serta sedikit analis

mngenai perkembangan pendidikan, ekonomi, dan sosial keagamaan

masyarakat Kelurahan Karang Mulya.

4. Bab IV merupakan analisa mengenai pengaruh mitos pada kehidupan

sosial keagamaan masyarakat Muslim modern. Kemudian deskripsi

dan analisa mengenai pengaruh mitos pada pemahaman dan perilaku

keberagaman masyarakat Muslim modern yang berada di Karang

Mulya serta memberi beberapa contoh mitos haji pada masyarakat

Karang Mulya.

5. Bab kelima (V) berisi penutup yang membahas kesimpulan dan saran-

saran, serta daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 20: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Agama dan Keberagamaan

1. Agama dalam Perspektif Sosiologis

Berdasarkan sudut pandang bahasa, “agama” berasal dari Bahasa

Sansekerta, “a” yang berarti “tidak” dan “gama” yang berarti “kacau”. Hal itu

mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur

kehidupan manusia agar tidak kacau. Menurut inti maknanya yang khusus, kata

agama dapat disamakan dengan kata religion dalam Bahasa Inggris, religie dalam

Bahasa Belanda – keduanya berasal dari Bahasa Latin religio, dari akar kata

religure yang berarti mengikat.12

Definisi agama menurut sosiologi adalah definisi empiris. Sosiologi tidak

pernah memberikan definisi agama yang evaluatif (menilai), ia “angkat tangan”

mengenai hakikat agama, baik atau buruknya agama-agama yang tengah

diamatinya. Dari pengamatan ini ia hanya sanggup memberikan definisi yang

deskriptif (menggambarkan apa adanya), yang mengungkapkan apa yang

dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.13

Agama adalah gejala sosial yang umum dimiliki oleh seluruh masyarakat

yang ada didunia ini, tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam

kehidupan sosial suatu masyarakat. Agama juga dilihat sebagai unsur dari

12 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 13. 13

Hendropuspito, Sosiologi Agama , (Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983), hal.29.

Page 21: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

kebudayaan suatu masyarakat disamping unsur-unsur lain, seperti kesenian,

bahasa, sistem mata pencaharian, sistem peralatan, dan sistem organisasi.14

Pengalaman akan sifat serba dua hidup manusia mendasari kepercayaan

agama, bahwa seluruh alam semesta diresapi dan dijiwai oleh suatu zat ilahi.

Dengan kata lain, asal usul agama harus kita cari pada diri kita sendiri, agama

tidak diturunkan atau diwahyukan, tetapi dilahirkan dari bawah. Bukan

kepercayaan akan Allah, roh-roh, atau totem yang menjadi permulaan agama,

melainkan the sense of the sacred (kepekaan bagi hal-hal suci). Orang yang

berkumpul dan mengalami suasana yang khusus, lalu dari interaksi mereka timbul

sejumlah kepercayaan, kewajiban dan larangan yang bercorak khusus juga sebab

berhubungan dengan alam balik alam ini.15

Agama sering dipandang sebagai pemecah belah. Karena agama sering

mempunyai efek negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan individu. Isu-isu

keagamaan menjadi salah satu masalah penyebab perang, keyakinan agama sering

menimbulkan sikap toleran, loyalitas agama hanya menyatukan beberapa orang

tertentu dan memisahkan yang lainnya.16Karena menurut Dahrendrorf, konflik

akan selalu ada di dalam masyarakat dalam bentuk proses sosial menuju ke

kehidupan berikutnya. Begitu juga dengan agama, sebagai fenomena sosial,

14

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, hal. 14. 15

K .J. Veeger, REALITAS SOSIAL : Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu

Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993)

hal. 158-159. 16 Thomas. F.O.Dea, Sosiologi Agama : Suatu pengantar Awal, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 1997), hal. 61.

Page 22: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

agama juga mewakili kepentingan-kepentingan tertentu untuk kelompok atau

kelas tertentu dalam kaitan dengan kelangkaan sumber atau kekuatan.17

Sedangkan menurut teori fungsional, agama dipandang sebagai suatu

institusi yang lain, yang mengemban tugas (fungsi) agar masyarakat berfungsi

dengan baik, baik dalam lingkup lokal, regional, nasional, maupun mondial.

Maka, dalam tinjauannya yang dipentingkan adalah daya guna dan pengaruh

agama terhadap masyarakat, sehingga berkat eksistensi dan fungsi agama (agama-

agama), cita-cita masyarakat (akan keadilan dan kedamaian, dan kesejahtraan

jasmani serta rohani) dapat terwujud.

Bagi Elizabeth K. Nothingham, agama telah menimbulkan khayalnya yang

paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar

biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang

paling sempurna dan juga perasaan takut serta ngeri. Meskipun perhatian kita

tertuju sepenuhnya kepada adanya suatu dunia yang tidak dapat dilihat (akhirat),

namun agama juga melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-

hari di dunia ini. Agama senantiasa dipakai untuk menanamkan keyakinan baru

kedalam hati sanubari terhadap alam ghaib dan surga-surga telah didirikan di alam

tersebut. Namun demikian, agama juga berfungsi melepaskan belenggu-belenggu

adat atau kepercayaan manusia yang sudah usang.18

Adapun fungsi agama menurut Elizabeth K. Nothingham adalah sebagai

berikut :

17

Abdul Aziz M. A. Esai-Esai, Soiologi Agama, (Jakarta : Diva Pustaka,2003), hal. 55. 18 Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat “Suatu Pengantar Sosiologi

Agama”, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 3.

Page 23: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

a. Agama memelihara masyarakat dengan membantu menciptakan

sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh serta memberikan

kekuatan memaksa yang mendukung, serta memperkuat adat istiadat.

b. Agama mengkordinasikan banyak nilai yang bermacam-macam yang

tampak tidak bertalian dan tidak berarti menjadi sistem-sistem yang

terpadu.

c. Sebagai sesuatu yang sakral, agama memiliki kekuatan yang memaksa

(dalam mengatur) tingkah laku manusia serta kekuatan yang

mengukuhkan nilai-nilai moral kelompok pemeluk.

2. Keberagamaan dan Segala Aspeknya

Kata keberagamaan berasal dari kata “ beragama”, kata beragama dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu antara lain :

a. Mengatur (memeluk) agama.

b. Beribadah, taat kepada agama (baik hidupnya menurut agama),

misalnya ia berasal dari keluarga yang taat “beragama”.19

Keberagamaan berarti pembicaraan mengenai perjalanan atau fenomena

yang menyangkut hubungan antara penganut dengan agamanya, atau suatu

keadaan yang ada di dalam diri seseorang (penganut utama) yang mendorong

untuk bertingkahlaku sesuai dengan agamanya. 20

Salah satu aspek dari keberagamaan adalah pemahaman agama. Dapat

dikatakan bahwa, pemahaman agama merupakan rangkaian proses berpikir dan

19

J. S. Badudu dan Sota Muhammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan, 1994), cet. I, hal.11. 20 M. Djamaluddin, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi, (Yogyakarta : UGM

Press,1995), hal.44.

Page 24: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju kearah pemahaman perlu

diikuti dengan belajar dan berpikir. Pengetahuan dan pemahaman lahir sebagai

akibat proses belajar dan berpikir. Sehingga dapat dikatakan bahwa, pemahaman

agama merupakan proses, perbuatan dari cara memahami agama yang dianut.

Keberagamaan dalam penelitian sosial keagamaan lebih dikenal dengan

religiusitas, yaitu lebih bersifat personal, melihat aspek-aspek yang berada di

dalam hati nurani. Jadi, lebih mengarah pada nilai-nilai keagamaan yang diyakini

oleh individu, kemudian diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. 21

Menurut Glock dan Stark, ada lima dimensi yang dapat membedakan

perilaku keagaman masyarakat. Di dalam setiap dimensi tersebut terdapat

beragam kaidah dan unsur-unsur agama yang digolong-golongkan. Sehingga,

perilaku keagamaan dari individu atau kelompok masyarakat dapat

diidentifikasikan dan dinilai. Dan dimensi-dimensi tersebut adalah : dimensi

keyakinan, praktik, pengalaman, pengetahuan, konsekuensi-konsekuensi.22

a. Dimensi keyakinan, dimensi ini meliputi : Pengharapan-pengharapan,

dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis

tertentu dan mengakui kebenaran-kebenaran doktrin tersebut. Isi dan ruang

lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi

dalam agama dan tradisi yang sama. Keanekaragaman keyakinan itu

seringkali terjadi.

21

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodelogi Penelitian Survei (Jakarta :

LP3ES, 1989), cet.ke-1, hal. 127. 22 Roland Robetson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 1995), hal. 295.

Page 25: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

b. Dimensi praktik agama, dimensi ini mencangkup perilaku pemujaan,

ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen

terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri dari

dua aspek penting. Pertama, ritual yang berkaitan dengan seperangkat

upacara-upacara keagaman, perbuatan religius formal dan perbuatan-

perbuatan mulia yang diinginkan oleh semua agama agar dilakukan oleh

penganutnya. Kedua, berbakti atau ketaatan, hampir sama dengan ritual

akan tetapi akan memiliki perbedaan penting. Aspek komitmen ritual

sangat formal dan bersifat publik, tetapi disamping itu semua agama yang

dikenal mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi

personal yang relatif spontan, informal dan has pribadi.23

c. Dimensi pengalaman, dimensi ini berhubungan dengan pengalaman-

pengalaman religius, yakni perasaan persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi

yang dialami oleh seorang pelaku atau suatu kelompok keagamaan (atau

suatu masyarakat) dianggap melibatkan semacam komunikasi. Betapapun

halusnya dengan suatu esensi mulia, yakni dengan Tuhan, realitas

tertinggi, ataupun kekuatan transendental.24

d. Dimensi pengetahuan agama, dimensi ini mengacu pada harapan bahwa

orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal

pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan

tradisi-tradisi keagamaan mereka. Dimensi ini berkaitan erat dengan

dimensi keyakinan, karena pengetahuan tentang sesuatu yang diyakini

23 Roland Robetson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, hal. 228. 24

Roland Robetson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, hal. 228.

Page 26: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

merupakan prasyarat yang diperlukan bagi penerimanya. Namun pada

praktiknya, keyakinan tidak selalu berasal dari pengetahuan, demikian

pula tidak semua pengetahuan agama dihubungkan dengan keyakinan

terhadap agama itu. Seseorang bisa saja memegang teguh suatu keyakinan

tanpa benar-benar memahaminya. Artinya, keyakinan itu dapat timbul atas

dasar pengetahuan yang dimiliki.

e. Dimensi konsekuensi, dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat

keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang

dari hari ke hari. Disini terkandung makna ajaran “kerja” dalam pengertian

teologis.25

Tradisi keagamaan adalah sesuatu yang menunjukkan kepada

kompleksitas pola-pola tingkah laku, sikap-sikap, dan kepercayaan atau keyakinan

yang berfungsi untuk menolak atau menaati suatu nilai penting (nilai-nilai) oleh

sekelompok orang yang dipelihara dan diteruskan secara berkesinambungan

selama periode-periode tertentu.26

Tradisi keagamaan termasuk kedalam pranata primer. Hal ini dikarenakan,

pranata keagamaan ini mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan ke-

Tuhanan atau keyakinan, tindakan keagamaan, perasaan-perasaan yang bersifat

mistik, penyembahan kepada yang suci (ibadah), dan keyakinan terhadap nilai-

nilai yang hakiki, dengan demikian tradisi keagamaan sulit berubah, karena selain

25

Roland Robetson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, hal. 296. 26 Jalaluddin, Psyikologi Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), cet. Ke-2,

hal.171.

Page 27: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

didukung oleh masyarakat, juga memuat unsur-unsur yang memiliki nilai-nilai

luhur yang berkaitan dengan keyakinan masyarakat.27

Tradisi keagamaan dan sikap keagamaan saling mempengaruhi. Sikap

keagamaan mendukung terbentuknya tradisi keagamaan, sedangkan tradisi

keagamaan sebagai lingkungan kehidupan turut memberi nilai-nilai, norma-

norma, pola tingkah laku keagamaan kepada seseorang. Dengan demikian tradisi

keagamaan memberikan pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran

agama, sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang yang

hidup dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.

Sikap keagamaan yang terbentuk oleh tradisi keagamaan merupakan

bagian dari pernyataan diri seseorang dalam kaitan dengan agama yang dianutnya.

Sikap keagamaan ini akan ikut mempengaruhi cara berpikir, cita rasa, ataupun

penilaian seseorang atau masyarakat terhadap segala sesuatu yang berkaitan

dengan agama.

B. Pandangan Sosioligis Mengenai Mitos

1. Defenisi Umum Mitos

Kata mitos berasal dari bahasa Yunani muthos, secara harfiah diartikan

sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang: dalam pengertian yang lebih

luas dapat berarti suatu pernyataan, sebuah cerita, ataupun alur suatu drama. kata

27

Jalaluddin, Psyikologi Agama, hal.175.

Page 28: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

mythology dalam bahasa Inggris menunjuk pengertian, baik sebagai studi atas

mitos, maupun bagian tertentu dari sebuah mitos.28

Secara harfiah. mitos juga dibedakan menjadi 3 bentuk, yakni :

a. Mitos simbolis/spekulatif, yang menafsirkan secara simbolis tata

semesta alam atau tata masyarakat.

b. Mitos aetologis, yang dalam bentuk cerita menerangkan suatu praktek

(karangan/perintah, adat, dan sebagainya). Jung, dengan psikologi,

dalam satra Lev-Starauss dengan antropologi strukturalis

memperlihatkan bahwa mitos-mitos itu mempunyai arti yang sangat

dalam.

c. Dalam arti luas disamakan dengan sage, cerita legendaris mengenai

seorang cikal-bakal pahlawan dari zaman dahulu. 29

Didalam buku Ensiklopedia Indonesia disebutkan tiga golongan utama

mitos : mitos sebenarnya, yang merupakan daya-usaha sungguh-sungguh dan

imaginative untuk menerangkan gejala-gejala alam, dan sering menyangkut dewa-

dewa serta peristiwa adi kodrati yang terjadi jauh dimasa silam; cerita rakyat,

termasuk dongeng, adalah penuturan kisah-kisah dari masa sejarah yang

menyangkut kehidupan masyarakat; dan saga serta legenda, yang menceritakan

secara berbunga-bunga tentang tokoh masa lalu, baik yang pernah maupun tidak

pernah ada. Istilah mitologi juga diterapkan terhadap ilmu pengetahuan yang

mempelajari cerita-cerita tersebut diatas; daripadanya dapat dipikirkan tentang

hubungan kebudayaan dan situs arkeologi sejarah. Mitologi telah sangat

28 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (yogyakarta : Kanisius), hal. 147. 29

Dick Hartoko, B. Rahmanto, Pemandu Dunia Sastra (Yogyakarta : Kanisius, 1986) hal.

Page 29: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

memperkaya kebudayaan dan terutama kesusastraan rakyat dunia. Di Eropa

mitologi klasik telah menjadi tema bagi para seniman dan sastrawan di zaman

Renaisans.30

Mitos juga diartikan sebagai uraian naratif atau penuturan tentang sesuatu

yang suci (sacred), yaitu kejadian-kejadian yang luar biasa, dan mengatasi

pengalaman manusia sehari-hari. Penuturan itu umumnya diwujudkan dalam

dongeng-dongeng, atau legenda tentang dunia supra-natural. Karena itu maka

studi tentang mitos biasanya digali dari cerita-cerita rakyat (folklore).31

Manusia mengembangkan dua cara berpikir dan memperoleh pengetahuan,

yaitu dengan mitos dan logos. Mitos adalah pengetahuan yang bersifat mistis,

memiliki obyek abstrak-supralogis, tidak berdasarkan fakta, dan ukuran

kebenarannya ditentukan oleh rasa. Mitos tidak bisa ditunjukkan dengan bukti-

bukti rasional. Sedangkan logos sebaliknya. Ia adalah pemikiran rasional,

pragmatis, dan ilmiah. Logos terkait dengan fakta-fakta dan realitas eksternal

sehingga dapat dibuktikan secara empirik.32

Mitos pertama-tama dimengerti sebagai percobaan manusia untuk mencari

jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya tentang alam semesta, termasuk

dirinya sendiri. Pertanyaan manusia tentang kejadian alam semesta itu sudah

dijawab tapi jawaban itu diberikan justru dalam bentuk mitos, artinya, suatu

bentuk penjelasan yang sama sekali meloloskan diri dari setiap kontrol pihak rasio

30

Hasan Shadily, dkk., Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru-Vanhoeve, 1983),

hal. 2264. 31

Dawam Rahardjo, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam Agama

dan Kebudayaan, (Jakarta : Paramadina, 1996), hal. 199. 32 H. A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta : Rajawali, 1987),

hal.231.

Page 30: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

manusia. Jadi dalam pengertian itu mitos (muthos) dilawankan dengan logos (akal

budi, rasio). Maka secara lebih umum dapat dikatakan bahwa mitos itu adalah

keirasionalan atau takhyul atau khayalan, pendeknya sesuatu yang tak berada

dalam kontrol manusia dan rasio manusia.33

Mitos memang bukanlah sebuah keterangan yang gamblang, mudah

dimengerti (unequivocal). Tetapi mitos, menurut Karl Jasper, terdiri dari unsur-

unsur sebagai berikut. Pertama, mitos itu mengisahkan suatu cerita yang lebih

merupakan sesuatu yang diekspresikan dalam suatu pandangan yang intuitif

daripada dalam bentuk konsep yang universal. Mitos bersifat historis, baik dalam

bentuk maupun isinya. Ia bukan sesuatu yang samar-samar atau menyamar dibalik

jubah tentang suatu gagasan umum yang dapat dimengerti lebih baik dan langsung

secara intelektual. Ia lebih merupakan penjelasan asal-usul historis tentang sesuatu

dan bukannya tentang sesuatu yang dirasa perlu sebagai hukum-hukum universal.

Kedua, mitos lebih merupakan kisah dan visi yang kudus, dongeng tentang dewa-

dewa, daripada tentang realitas empiris. Ketiga, mitos adalah sesuatu yang

mewadahi makna-makna yang bisa diekspresikan dalam bahasa mitos. Tokoh-

tokoh mitos adalah simbol-simbol, dan karena sifatnya, tidak bisa diterjemahkan

kedalam bahasa lain. Mitos-mitos itu dapat dijangkau dalam elemen-lemen mitos

itu sendiri, tak bisa digantikan, bersifat unik. Mitos-mitos tak dapat ditafsirkan

secara rasional dan hanya dapat diinterpretasikan dengan mitos-mitos baru,

33

Shindunata, Dilema Usaha Manusia Rasional, (Jakarta : PT Gramedia, 1982), hal 123.

Page 31: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

dengan mentransformasikan mitos-mitos itu. Mitos-mitos itu saling

menginterpretasikan.34

Ernst Cassirer, sarjana terkemuka pengikut simbolisme yang dikutip oleh

Thomas. F.O. Dea, menyatakan bahwa mitos memahami dan menggambarkan

dunia sebagai yang “cair dan tidak tetap” lebih lanjut dia mengatakan :

“Dunia mitos adalah dunia yang dramatis – sebuah dunia tindakan,

kekuatan, kekuasaan yang saling bertentangan … Apapun yang dilihat atau

dirasakan dikelilingi oleh suasana khusus – suasana gembira atau duka cita,

kesedihan, kegairahan, kegembiraan, atau defresi, disini kita tidak dapat

membicarakan “sesuatu sebagai yang mati atau sebagai bahan yang tidak perlu

ditanggapi. semua objek bersifat ganda, bersahabat atau bermusuhan, familiar atau

tidak, memikat dan menjemukan atau menjijikan atau menakutkan”.35

Melaui mitos manusia tidak hanya “menjelaskan” dunia mereka tetapi

secara simbolis juga menampilkannya kembali. Mitos mempunyai cara lain dalam

melihat dunia, suatu cara yang mengungkapkan kesatuannya bersama dengan

keterlibatan emosional manusia dan partisipasi didalamnya. Mitos adalah

ungkapan serius tentang pertalian dengan dunia. “Dalam mitos dan dengan

menggunakan citra mitos, terdapat dorongan yang berasal dari “luar”, komunalitas

subtansi yang meleburnya kedalam totalitas kedirian”.36

Penelitian antropologi pada mulanya memang menganggap mitos-mitos itu

sebagai produk mental pra-logis dan karena itu irrasional, namun antropologi

modern kemudian mengubah pandangannya. Mereka kemudian berpendapat

bahwa berbagai kepercayaan (mitos) yang nampaknya absurd itu akan dapat

dilihat sebagai masuk akal jika dilihat dari konteks budaya yang tepat.

34

Dawam Rahardjo, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam Agama

dan Kebudayaan, hal. 204. 35 Thomas. F.O.Dea, Sosiologi Agama : Suatu pengantar Awal, hal. 80. 36

Thomas. F.O.Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, hal. 81.

Page 32: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Sebenarnya, mitos merupakan penggambaran dari gejala yang alamiah. Tetapi,

gejala-gejala itu terjalin secara rumit dalam dongeng-dongeng sehingga

tersembunyi atau malahan hilang. Sebab itu maka terkadang mitos perlu

ditafsirkan. Dengan pendekatan baru itu maka mitologi bisa ditafsirkan semacam

ilmu pengetahuan dalam masyarakat pra-ilmiah. 37

Dalam pandangan ilmiah yang mutakhir, mitos ditafsirkan sebagai simbol-

simbol yang mengandung rasionalitas. Jika dalam sorotan ilmiah muktahir orang

melihat irrasionalitas pada mitos, maka pemahamannya hanyalah masalah

penerjemahan atau penafsiran yang tepat.

Sebagian orang memang menertawakan mitos-mitos lama maupun

modern. Tapi manusia ternyata tetap membutuhkan mitos. Jika ia terlepas dari

satu mitos, ia akan jatuh ke mitos lain. Mitos adalah semacam penuntun pikiran

manusia dengan cara membiarkan pikiran manusia lepas bebas dan berusaha

menangkap sesuatu yang sangat kabur, sangat jauh. Mitos, barangkali adalah

sesuatu ciri manusia yang paling khas. Makin tak masuk akal, makin tertarik

manusia untuk mengetahuinya dan menemukannya. Dengan cara itulah manusia

bisa maju dan berkembang. Mitos kerap kali adalah perintisnya.38

2. Fungsi Mitos

Legenda-legenda dan mitos-mitos diperlukan manusia sebagai penunjang

sistem nilai mereka. Semua itu memberi kejelasan tentang eksistensi manusia

dalam hubungannya dengan alam sekitarnya, sekaligus tentang hubungan yang

37

Dawam Rahardjo, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam Agama

dan Kebudayaan, hal. 200. 38 Dawam Rahardjo, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam Agama

dan Kebudayaan, hal. 207-208.

Page 33: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

sebaik-baiknya antara sesama manusia sendiri dan antara manusia dengan alam

sekitarnya, serta dengan wujud Maha Tinggi. Manusia tidak dapat hidup tanpa

mitologi atau sistem penjelasan tentang alam dan kehidupan yang kebenarannya

tidak perlu di pertanyakan lagi. Maka tidak ada kelompok manusia yang benar-

benar bebas dari mitologi. Dan karena suatu mitos harus dipercayai begitu saja,

maka ia melahirkan sistem kepercayaan. 39

Jadi utuhnya mitologi akan menghasilkan utuhnya sistem kepercayaan.

Dan pada urutanya, utuhnya sistem kepercayaan akan menghasilkan utuhnya

sistem nilai. Kemudian sistem nilai sendiri yang memberi manusia kejelasan

tentang apa yang baik dan buruk (etika), yang mendasari seluruh kegiatannya

dalam menciptakan peradaban.40

Fungsi mitos dalam kehidupan religius masyarakat primitif adalah

mendalam dan penting. “Menghayati” sebuah mitos berarti memiliki pengalaman

religius murni, berbeda dengan pengalaman-pengalaman profan. karena apabila

seseorang melakukan tindakan para dewa secara simbolis dan secara pribadi

memberikan kesaksian atas peristiwa tersebut; ia lantas memasuki suatu dunia

yang diubah untuk para dewa, mahluk-mahluk supranatural dan karya-karya

mereka. Dengan demikian, orang tersebut menjadi semasa dengan peristiwa-

peristiwa asali, masa segala permulaan.41

39

Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban : Sebuah Telaah Kritis tentang

Kemanusiaan dan Kemoderenan, . (Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1992). hal. xxii. 40

Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban : Sebuah Telaah Kritis tentang

Kemanusiaan dan Kemoderenan, hal. xxiii.

41

Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta : Kanisius), hal. 150-151.

Page 34: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

3. Mitos dan Agama

Meskipun agama sangat menghargai akal kritis, tetapi tiap agama memiliki

mitos yang menjadi sumber penggerak dan acuan ritual bagi pemeluknya guna

melakukan sakralisasi dan membangun makna atas tindakan yang bersifat profan.

mitos merupakan keyakinan yang tidak bisa diterangkan dengan akal sehingga

kebenarannya sulit dibuktikan secara ilmiah atau empiris, namun pengaruhnya

amat kuat dalam menggerakan perilaku orang yang mempercayainya.42

Manusia pada dasarnya mempunyai naluri untuk percaya kepada Tuhan

dan menyembah-Nya, dan disebabkan berbagai latar belakang masing-masing

manusia berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan dari satu masa ke masa

yang lain, maka agama menjadi berbeda-beda meskipun pangkal tolaknya sama,

yaitu naluri untuk percaya kepada wujud Maha Tinggi tersebut. Keanekaragaman

agama itu lebih nyata akibat usaha manusia sendiri untuk membuat agamanya

lebih berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengaitkannya kepada

gejala-gejala yang secara nyata ada disekitarnya. Maka tumbuhlah legenda-

legenda dan mitos-mitos, yang kesemuanya itu merupakan pranata penunjang

kepercayaan alami manusia kepada Tuhan dan fungsionalisasi kepercayaan itu

dalam masyarakat.43

Mitos, dalam kaitannya dengan agama, menjadi penting karena bukan

semata-mata memuat kejadian-kejadian ajaib atau peristiwa-peristiwa mahluk

adikodrati, melainkan mitos tersebut memiliki fungsi eksistensial bagi manusia,

42

Komaruddin Hidayat, “Mitologi dan Radikalisme Agama”. 43Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban : Sebuah Telaah Kritis tentang

Kemanusiaan dan Kemoderenan.. hal. xxi.

Page 35: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

yaitu memberikan dasar peristiwa awali mengenai masa lampau yang jaya untuk

diulangi lagi dimasa kini.

Mitos merupakan kisah yang diceritakan untuk menetapkan kepercayaan

tertentu. Berperan sebagai peristiwa permulaan dalam suatu upacara atau ritus,

atau sebagai model tetap dari perilaku moral maupun religius. Karena mitologi

atau tradisi suci dari suatu masyarakat adalah kumpulan cerita yang terjalin dalam

kebudayaan mereka, yang menyuarakan keyakinan mereka, menentukan ritus

mereka, yang berlaku sebagai peta peraturan sosial maupun sebagai model tetap

dari tingkah laku moral mereka. Setiap mitos tentu saja memiliki isi literer karena

selalu berbentuk narasi. Akan tetapi, narasi ini bukan sekedar dongeng yang

menghibur ataupun pernyataan yang diberikan penganut agama. Mitos adalah

cerita sejati mengenai kejadian-kejadian yang bisa dirasa telah turut membentuk

dunia dan hakikat tindakan moral, serta menentukan hubungan ritual antara

manusia dengan penciptanya, atau dengan kuasa-kuasa yang ada.44

Mitos merupakan bentuk pengungkapan intelektual yang primordial dari

berbagai sikap dan kepercayaan keagamaan. Mitos memang telah dianggap

sebagai filsafat “primitif”, bentuk pengungkapan pemikiran yang paling

sederhana, serangkaian usaha untuk memahami dunia, untuk menjelaskan

kehidupan dan kematian, takdir dan hakikat, dewa-dewa dan ibadah”. Tetapi

mitos juga merupakan jenis pernyataan manusia yang kompleks. Merupakan

44

Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, hal.149-150.

Page 36: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

pernyataan manusia yang dramatis,45

bukan hanya sebagai pernyataan yang

rasional.46

Banyak perdebatan yang mewarnai makna mitos, namun yang pasti

pemikiran mitologis tidak pernah lenyap dari lingkungan umat beragama. Banyak

dorongan yang membuat mitologi bertahan. Antara lain dorongan psikologis,

teologis, dan kepengapan politis sehingga mereka ingin keluar memasuki dunia

lain (beyond) yang aman bersama Tuhan. Pandangan kaum modern menganggap

perilaku seperti itu aneh dan primitif, sementara bagi mereka yang meyakininya

memandang masyarakat modern penuh kebodohan dan kesesatan. Dan biasanya

pemikiran mitologis ini menguat saat kehidupan sosial tengah mengalami krisis

sehingga tak ada lagi ruang yang ramah dan menentramkan.47

C. Masyarakat Muslim Modern

Modernisasi adalah perubahan nilai-nilai, perubahan cita-cita dan

orientasi. Jadi masyarakat yang modern, adalah masyarakat yang bisa

mengembangkan rasionalitas dan cara-cara berpikir yang baru dan masuknya

cara-cara itu kedalam setiap bidang kegiatan masyarakat. Modernisasi tentu saja

suatu perubahan yang dinamis, tetapi implikasinya tidak hanya mencangkup

lunturnya tradisionalisme, tak hanya ketakutan akan perubahan, tetapi juga

meliputi usaha mewujudkan perubahan-perubahan.48

45

Disebut sebagai pernyataan yang dramatis sebab melibatkan pikiran dan perasaan,

sikap dan sentiment. 46

Thomas. F.O.Dea, Sosiologi Agama: Suatu PengantarAwal, hal. 79. 47

Komaruddin Hidayat, “Mitologi dan Radikalisme Agama”. 48 H. A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta : Rajawali, 1987),

hal.231

Page 37: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Maka menjadi masyarakat modern juga berarti, masyarakat menyadari

bahwa sejarah itu bergerak kearah tujuan tertentu. Jadi kesanggupan orang atau

masyarakat untuk mengarahkan jalannya sejarah itulah artinya modern. Untuk

menjadi modern tidak berarti bahwa orang harus hidup dalam suatu lingkungan

tertentu. Tetapi berarti bahwa orang atau masyarakat harus hidup dalam

lingkungan yang dengan sengaja dipilih dan dibinanya dengan penuh kesadaran;

dan hal itu dimungkinkan dengan adanya teknologi. Dengan itu maka modernitas

tak terletak pada apa yang dipilih orang, tetapi pada kenyataan bahwa ia sanggup

memilih, karena ia dapat mempergunakan segala kemungkinan yang terbuka

baginya.49

Cak Nur, berpendapat bahwa modernisasi adalah suatu keharusan,

malahan kewajiban yang mutlak. Modernisasi merupakan pelaksanaan perintah

dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurutnya masyarakat Muslim modern

berarti berpikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnatullah (hukum Ilahi) yang

haq (sebab, alam adalah haq). Sunatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam

hukum alam, sehingga untuk dapat menjadi modern, manusia harus mengerti

terlebih dahulu hukum yang berlaku dalam alam itu (perintah Allah).50

Lebih lanjut Cak Nur mengatakan, bahwa masyarakat Muslim modern,

adalah sebagai masyarakat rasional yang ditopang oleh dimensi-dimensi moral,

dengan berpijak pada prinsip iman kepada Tuhan yang Maha Esa. Perombakan

pola berpikir dan tata kerja baru yang tidak berdasarkan akliah (non-rasional),

digantikan dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang akliah (rasional), harus

49

H. A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, hal.231. 50 Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung : Mizan, 1998),

hal. 172-173.

Page 38: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

dikedepankan dengan melakukan penemuan-penemuan mutakhir di bidang ilmu

pengetahuan dan sains teknologi.51

Modernisasi menyebabkan pola pikir masyarakat berubah yang pada

akhirnya berakibat pada perilaku agama masyarakat. Ritus-ritus yang selau rutin

dilaksanakan, baik yang wajib maupun sunah sejalan dengan perkembangan pola

pikir masyarakat berubah mengikuti kebutuhan dunia modern. Ritual yang

berkaitan dengan animisme, dinamisme ataupun hal-hal yang bersifat sinkretis

semakin luntur, bahkan hilang dalam tradisi masyarakat modern. Karena yang

dibutuhkan masyarakat modern adalah ritual yang dapat diterima oleh logika.

Menurut Niel J. Smelser, konsep “masyarakat modern” adalah konsep

yang hampir sama dengan konsep “pembangunan ekonomi”, tetapi lebih luas

jangkauannya – menunjukkan bahwa perubahan-perubahan tehnik, ekonomi dan

ekologi berlangsung dalam keseluruhan jaringan sosial dan kebudayaan yang ada

dimasyarakat. Dalam suatu Negara atau masyarakat yang baru menuju proses

modernisasi, akan timbul perubahan-perubahan besar yang mencangkup sebagai

berikut :

1. Dalam bidang politik. Sewaktu-waktu sistem kewibawaan suku dan

desa yang sederhana, digantikan dengan sistem-sistem pemilihan

umum, kepartaian, perwakilan dan birokrasi pegawai negeri .

2. Dalam bidang pendidikan. Masyarakat berusaha mengurangi

kebutahurufan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang

membawa hasil ekonomi.

51

Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, hal. 84.

Page 39: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

3. Dalam bidang religi, sewaktu-waktu sistem-sistem kepercayaan

sekuler mulai menggantikan agama-agama tradisionalistis.

4. Dalam lingkungan keluarga. Unit-unit hubungan kekeluargaan yang

meluas akan hilang.

5. Dalam lingkungan stratifikasi. Mobilitas geografis dan sosial cendrung

untuk merenggangkan sistem-sistem hirarki yang sudah pasti dan

turun-menurun.52

Di sisi lain, adapula sosiolog yang berpendapat modernitas dan tradisi

dianggap saling meniadakan (Muttually Exclusive). Dalam masyarakat tradisional

pasti terdapat unsur-unsur modern dan begitu pula sebaliknya. Dalam beberapa

hal, modernisasi dapat memperkuat unsur-unsur tradisi dan budaya tradisional.

Transportasi, komunikasi, radio dan televisi misalnya, dapat memperkuat unsur-

unsur tradisi dan memperluas jangkauan budaya tradisional dalam masyarakat.

Sebagai contoh, dalam masyarakat Jepang ada istilah Religi Tokugawa pada salah

satu pemerintahan, dimana pada masa itu religi dan struktur masyarakat Jepang

telah menyediakan landasan bagi keberhasilan modernisasi.53

D. Mitos Haji

Dalam konteks haji, seakan sudah menjadi kepercayaan umum bahwa apa

yang dialami di tanah suci adalah ‘cermin kehidupan’ orang yang bersangkutan.

Jika perjalanan hajinya mulus, pertanda ia orang “baik-baik”, tetapi jika

52

Myron Weiner (ed), Modernisasi Dinamika Pertumbuhan , (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 1984), hal. 60. 53

Donald Eugene Smith, Agama dan Modernisasi Politik, Suatu Kajian Analisis, hal.xii.

Page 40: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

sebaliknya berarti dia adalah “pendosa”. Dan salah satu konsekuensinya harus

menerima ganjaran yang setimpal secara tulus-ikhlas. 54

Kasus-kasus pengalaman buruk seperti tersesat, kehilangan sandal,

kecopetan, ditipu orang atau terinjak dan sebagainya, selalu dikaitkan dengan

perilaku buruk yang dilakukan seseorang. Pengalaman buruk itu dipahami sebagai

tulah atau kuwalat atau pembalasan. Mitos semacam ini tampaknya berdampak

positif, sehingga seseorang takut melakukan perilaku buruk selama menunaikan

ibadah haji. Yang lebih menakutkan para jamaah adalah kalau mereka

mendapatkan pengalaman buruk, yang dianggap pula sebagai pembalasan sebagai

akibat dari amal atau perilaku buruk yang telah dilakukan selama di Tanah Air.

Menurut mitos itu, di Tanah Suci manusia akan menerima pembalasan semacam

yang terjadi Hari Pembalasan atau Hari Kiamat.55

Kepercayaan mitos di atas begitu mengakar dan diyakini hingga orang

yang mengalami musibah atau peristiwa buruk disana tidak berani

mengungkapkannya secara terbuka. Ini adalah aib diri dan berusaha ditutup rapat-

rapat.

Selain itu tidak sedikit pula cerita-cerita tentang pengalaman jamaah haji

yang merasa mendapat pertolongan gaib dari malaikat dalam wujud manusia

tinggi besar ketika mencoba mencium hajar aswad. Uluran pertolongan malaikat

itu memang bisa terjadi dimanapun, namun ada kesan bahwa malaikat lebih sering

ngejawantah di Tanah Suci. Masih banyak lagi hal-hal yang dikaitkan dengan

kegaiban yang religius dikisahkan selama menjalankan ibadah haji. Anggapan

54 Abu Su’ud, “Mitos-mitos dalam Haji”. 55

Abu Su’ud, “Mitos-mitos dalam Haji”.

Page 41: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

semacam itu nyaris menjadi mitos, yang diyakini kebenarannya di kalangan

jamaah.

Persepsi orang dari budaya Jawa yang sangat menghormati orang suci atau

para wali, menimbulkan keyakinan bahwa orang tidak boleh berbuat sembarangan

di kawasan makam para wali. Tampaknya persepsi semacam itulah yang

kemudian diterapkan selama menunaikan ibadah haji, karena Makkah dan

Madinah merupakan Tanah Suci atau Haramain, yang tentu harus lebih dihormati

dibanding makam wali. Oleh karenanya, selama di sana, jamaah juga tidak boleh

berperilaku sembrono atau sembarangan, apalagi berperilaku jahat.56

Proses sakralisasi tersebut, merupakan sesuatu perilaku sosial budaya yang

sudah berlangsung lama sekali. Dan mau tidak mau, suka tidak suka, terjadi pula

persepsi yang menyimpang di sekitar perilaku ritus yang kemudian dibakukan.

Persepsi menyimpang itu menjadi mitos, yang tidak gampang dihindari

Namun ada beberapa pertimbangan yang bisa digunakan untuk

menghindari mitos tersebut. Pertama, Hari Pembalasan hanya terjadi kelak di

Hari Kiamat. Kedua, mustahil Allah akan mempermalukan hamba-Nya yang

datang memenuhi panggilan-Nya, dan menjadi tamu. Sementara itu, kita tidak

boleh lupa bahwa pengalaman buruk seperti itu bisa saja di tempat lain, di negeri

lain, kapan saja. Terutama kalau kita berada di tempat keramaian umum.

Tetapi, pada dasarnya kehidupan manusia dikuasai oleh mitos-mitos.

Hubungan antar manusia dengan sendirinya dikuasai oleh mitos yang diciptakan

oleh manusia sendiri. Manusia adalah mahluk pencipta mitos. Dan karena itu

56

Abu Su’ud, “Mitos-itos Haji”.

Page 42: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

maka manusia harus bisa hidup dengan mitos. Sikap kita terhadap sesuatu,

ditentukan oleh mitos yang ada dalam diri kita. Mitos menyebabkan kita

menyukai atau membenci yang terkandung dalam mitos tersebut. Itulah sebabnya

maka manusia itu selalu memiliki prasangka tentang sesuatu yang berkaitan

dengan mitos-mitos. Kita hidup dengan mitos-mitos yang membatasi segala

tindak tanduk kita. Ketakutan atau keberanian kita terhadap sesuatu ditentukan

oleh mitos-mitos yang kita hadapi. Banyak hal yang sukar untuk dipercayai

berlakunya, tapi ternyata berlaku hanya karena penganutnya begitu mempercayai

suatu mitos. Dan ketakutan kita akan sesuatu lebih disebabkan karena ketakutan

akan sesuatu mitos, bukan ketakutan akan keadaan yang sebenarnya.57

Mitos-mitos semacam itu memang merupakan keyakinan yang tidak bisa

diterangkan dengan akal sehingga kebenarannya sulit dibuktikan secara ilmiah-

empiris, namun pengaruhnya amat kuat dalam menggerakkan perilaku orang yang

mempercayainya. Karena sebuah mitos bisa berfungsi sebagai tali pengikat dan

memberi arah perjalanan hidup bagi yang meyakininya.58

57

Dawam Rahardjo, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam Agama

dan Kebudayaan, hal. 199. 58

Komaruddin Hidayat, “Mitologi dan Radikalisme Agama”.

Page 43: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

BAB III

PROFIL OBYEK PENELITIAN

KELURAHAN KARANG MULYA

A. Kondisi Geografis dan Demografis

Kelurahan Karang Mulya merupakan salah satu kelurahan yang berada di

Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang Propinsi Banten. Karang Mulya .

Kelurahan Karang Mulya terletak pada jarak 4 km dari Ibukota Kota, 85 km dari

Ibukota Propinsi, dan hanya berjarak 1 km dari Ibukota Negara. Sebagai daerah

penyangga Jakarta, Kelurahan Karang Mulya merupakan daerah strategis yang

memiliki peranan penting, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, politik, sosial,

budaya maupun bidang lainnya.

Secara geografis Karang Mulya berada 25 m di atas permukaan laut,

dengan curah hujan 4, 583 mm/tahun dan tofografi rendah dengan suhu rata-rata

27 derajat celcius-35 derajat celcius. Wilayah Karang Mulya terbagi menjadi 13

Rw dan 56 Rt.

Tabel I

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

1

2

Laki-laki

Perempuan

7.268

6.642

52 %

48 %

Jumlah 13.910 100 %

Sumber : Buku Monografi Kelurahan Karang Mulya 2008

Page 44: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Seperti yang terlihat pada tabel diatas, daerah ini di huni oleh 13.969 jiwa,

dimana jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan,

yang terdiri dari 7.300 jiwa laki-laki dan 6.669 perempuan.

Sejalan dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat, maka

semakin berkembang pula kehidupan penduduk Kelurahan Karang Mulya, baik

dalam bentuk fisik maupun non fisik Sehingga banyak menarik penduduk dari

daerah lain untuk datang ke daerah ini, khususnya penduduk pedesaan yang

memiliki beragam tujuan dan asal yang berbeda pula. Sehingga Kelurahan Karang

Mulya menjadi sangat majemuk dalam hal etnis khususnya.

Tabel II

Komposisi Jumlah Penduduk berdasarkan Suku / etnis

No Suku / etnis Frekuensi Presentase

1

2

3

4

5

6

7

Betawi

Jawa

Sunda

Sumatera

Cina / Keturunan

Lampung

Kalimantan

6.020

3.084

2.692

761

633

371

346

44,8 %

22,6 %

18,2 %

5,0 %

4,0 %

2,8 %

2,6 %

13.910 100 %

Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan Karang Mulya

Wilayah Karang Mulya sebagian besar dihuni oleh penduduk asli, yang

merupakan etnis Betawi. Letaknya yang hanya berjarak 1 km dari Ibu Kota

Page 45: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Negara dan juga sebagai daerah penyangga Ibukota, perekonomian Kelurahan

Karang Mulya pun terbilang sudah maju, ini ditandai dengan merebaknya

berbagai mini market, rumah sakit, pabrik-pabrik berskala kecil dan besar, serta

fasilitas umum lainnya sangat mudah dijumpai di Kelurahan Karang Mulya.

Dengan adanya berbagai fasilitas umum tersebut, baik langsung ataupun tidak

langsung membantu mengembangkan perekonomian masyarakat asli Karang

Mulya, dan tentunya juga menarik masyarakat dari luar daerah untuk tinggal dan

menetap di Karang Mulya. Ini terbukti dengan banyaknya warga pendatang dari

daerah lain yang datang dan menetap di Kelurahan Karang Mulya.

B. Perkembangan, Pendidikan, Ekonomi, dan Sosial Keagamaan

Masyarakat Kelurahan Karang Mulya.

Dalam hal pendidikan, tidak seperti pada keadaan dua puluh tahun yang

lalu, perkembangan pendidikan pada masyarakat Karang Mulya mengalami

kemajuan yang sangat signifikan. Masyarakat Karang Mulya yang kebanyakan

etnis betawi, mulai menyadari akan pentingnya pendidikan.

Kesadaran akan pendidikan masyarakat Karang Mulya yang semakin baik,

di tunjang juga dengan semakin baiknya ketersediaan sarana prasarana pendidikan

di Kelurahan Karang Mulya. baik yang tercatat di Kelurahan maupun tidak. Dari

catatan isian potensi kelurahan tercatat, 1 buah bangunan Play Group, 4 buah TK,

3 SD, dan 1 buah; SMP; SMU.

Page 46: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Tabel III

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Presentase

1

2

3

4

5

6

Taman Kanak-kanak

SD

SMP

SMU

Diploma

Strata I

921

1.969

1.092

3.067

317

521

12 %

25 %

14 %

38,3 %

4,2 %

6,4 %

Jumlah 8.017 100 %

Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan Karang Mulya

Berdasarkan pengamatan penulis, motivasi masyarakat asli Karang Mulya,

yakni beretnis betawi, dalam bidang pendidikan kini semakin besar. Hal ini

terlihat dari semakin banyaknya Masyarakat Karang Mulya, yang bersekolah

sampai keperguruan tinggi, bahkan keperguruan tinggi negeri. Sementara rata-rata

tingkat pendidikan masyarakat Karang Mulya saat ini adalah SMU dengan

prosentase mencapai 38,3 %.

Kini para orang tua sangat bersemangat menyekolahkan anak-anak mereka

sampai ke jenjang yang tinggi. Bahkan pekerjaan mereka sebagai buruh, petani,

atau pembantu rumah tangga bukan menjadi halangan mereka untuk

menyekolahkan anak-anak mereka. Karena mereka menyadari dengan memiliki

pendidikan yang tinggi, di harapkan anak-anak mereka kelak berhasil dalam

mencapai cita-cita mereka, yang tentunya akan meningkatkan derajat mereka

Page 47: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

dalam kehidupan sosial masyarakat., sekalipun mereka sebagai orang tua tidak

memiliki pendidikan yang tinggi. Bahkan minat belajar anak-anaknya pun tinggi.

Dalam waktu satu hari, mereka bukan hanya sekolah formal, melainkan juga

belajar di sekolah agama non-formal dan mengikuti les-les tambahan seperti

Bahasa Inggris, komputer, voli dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sosial, masyarakat Karang Mulya tidak mengalami

kendala dalam berinteraksi. Beragamnya etnis di Kelurahan Karang Mulya tidak

menghalangi mereka saling berinteraksi. Sampai saat ini tidak ada dalam catatan

kriminal di kelurahan mengenai tindak kekerasan ataupun benturan fisik serta

pemikiran yang berlatar belakang etnis. Masyarakat Karang Mulya, baik

penduduk asli maupun pendatang hidup saling berdampingan. Masyarakat modern

sering dikatakan sebagai masyarakat yang individualis, namun masyarakat Karang

Mulya yang merupakan masyarakat modern, masih kuat memegang budaya

gotong royong. Dalam berbagai acara yang bersifat individual maupun kolektif,

seluruh masyarakat saling membantu.

Kebanyakan dari masyarakat Karang Mulya, bekerja dalam bidang

pertanian. Mereka membudidayakan tanaman hias. Namun tidak seperti sistem

pertanian di desa, pertanian di daerah Karang Mulya lebih teratur dan dikemas

secara modern. Pemasaran atau penjualannya juga dilakukan dengan cara yang

modern, seperti dengan mengikuti pameran-pameran tingkat daerah ataupun

pameran tingkat nasional.

Page 48: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Tabel IV

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian

No Mata Pencaharian Frekuensi Presentase

1

2

3

4

5

6

7

8

Karyawan

a. Pegawai Negeri Sipil

(PNS)

b. TNI / POLRI

c. Buruh / Swasta

Wiraswata / Pedagang

Tani

Pertukangan

Jasa

Buruh Tani

Pemulung

Pensiunan

1.532

61

1.404

1.071

2.914

176

465

26

13

1.130

17,4%

1 %

16 %

12,2 %

33 %

2 %

5,3 %

0,3 %

0,1 %

13 %

Jumlah 8.792 100 %

Sumber : Buku Monografi 2008 dan Daftar Isian Potensi Kelurahan Karang

Mulya

Walaupun begitu, dalam melakukan mobilitas ekonomi, masyarakat

Karang Mulya, memiliki pilihan pekerjaan yang cukup variatif dengan frekuensi

yang beragam pula, seperti yang terlihat dalam tabel diatas. Ini tidak lain karena

Kelurahan Karang Mulya adalah daerah yang strategis, memiliki banyak peluang

Page 49: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

bagi penduduknya untuk melakukan mobilitas ekonomi. Meskipun tidak semua

sarana; prasarana dan lokasi perekonomian berada di sini, yakni kebayakan di

daerah Kecamatan Ciledug, namun cukup menguntungkan bagi penduduknya,

karena secara geografis Kelurahan Karang Mulya bertetangga dengan Kecamatan

Ciledug. Selain itu jarak Kelurahan Karang hanya berkisar 1 km dengan Ibu Kota

Negara. Ini memudahkan masyarakat mencapai atau mendapatkan segala fasilitas

yang ada di kota yang mungkin tidak ada di daerah Karang Mulya.

Sedangkan kondisi Sosial Keagamaan Mayarakat Karang Mulya,

mayoritas agama penduduk adalah Agama Islam. Jumlah pemeluk Agama Islam

mencapai 9.259 orang dengan posisi atau sekitar 68 %, berikutnya Katholik,

Protestan, Hindu dan Budha. Hal ini juga terlihat dari jumlah Masjid dan Mushola

yang cukup banyak. Dalam satu kampung terdapat satu masjid dan Mushola.

Tabel V

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Presentase

1

2

3

4

5

Islam

Katholik

Protestan

Hindu

Budha

10.800

829

809

689

783

78 %

6 %

6 %

5 %

5 %

Jumlah 13.910 100 %

Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan Karang Mulya

Page 50: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Kehidupan beragama masyarakat Karang Mulya sudah banyak

terakulturasi dengan kehidupan modern. Modernisasi menyebabkan pola pikir

masyarakat berubah yang pada akhirnya berakibat pada perilaku agama

masyarakat. Ritus-ritus yang selalu rutin dilaksanakan, baik wajib maupun

sunnah, sejalan dengan perkembangan pola pikir masyarakat ikut berubah

mengikuti kebutuhan dalam dunia modern.

Namun antara pemeluk agama terjalin kerukunan antar umat beragama.

Masyarakatnya bersikap solidaritas dan toleransi yang amat kuat antara agama

yang lain, ini terbukti bahwa dikampung ini tidak pernah terjadi konflik antar

pemeluk beragama. Itu dikarenakan masyarakat Karang Mulya adalah masyarakat

yang sejak dulu sudah terbiasa dengan segala perbedaan, karena banyak

disinggahi orang asing.

Page 51: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

BAB IV

PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN MASYARAKAT

MUSLIM MODERN

A. Pemahaman Terhadap Rukun Islam yang Kelima

Dalam menilai pengaruh mitos haji pada keberagamaan seseorang perlu

dilihat dari pemahamannya mengenai rukun Islam yang kelima. Haji merupakan

ibadah serta rukun agama Islam kelima, yang merupakan salah satu dari rukun

yang lima jumlahnya. Kelima rukun tersebut adalah syahadat, shalat, puasa, zakat,

dan haji, yang kesemuanya mempunyai kedudukan sama, yaitu wajib, meskipun

tetap dikaitkan dengan kondisi yang berbeda.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh NH : “Ibadah haji merupakan

kewajiban Umat Islam yang mampu untuk melaksanakan ibadah haji, dalam

rangka melengkapi ibadahnya sebagai mahluk Tuhan”. 59

Sedangkan AM mengungkapkan bahwa rukun Islam yang kelima adalah,

melaksanakan ibadah haji jika mampu secara lahir dan batin. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh AM: ”Melaksanakan ibadah haji jika mampu secara lahir dan

batin”.

Sama halnya dengan AM, FH juga mengungkapkan bahwa rukun Islam

yang kelima merupakan kewajiban untuk melaksanakan ibadah haji. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh FH: ”Rukun Islam yang kelima itu adalah kewajiban

59

Wawancara Pribadi dengan NH, Tangerang, 22 Agustus 2008.

Page 52: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

untuk beribadah haji, yang dilakukan oleh umat Islam yang mampu secara faedah

dan material”.

Sedangkan SO memahami, bahwa pelaksanaan ibadah haji adalah

gambaran kecil dari keadaan manusia di hari pengadilan. “Haji itu merupakan

gambaran kecil keadaaan kita waktu di akhirat nanti”.60

Secara eksplisit ibadah haji juga dikaitkan dengan yang disebut

pengalaman ruhani atau pengalaman religius. Persepsi semacam itu menyebabkan

adanya anggapan bahwa tidaklah bermakna haji seseorang kalau tidak dikaitkan

dengan berbagai keajaiban yang dialami selama melaksanakan ibadah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh RH : “Ibadah haji merupakan suatu

ibadah yang dilaksanakan dalam rangka menyempurnakan ibadah dan mensucikan

diri, maka dari itu, hal-hal aneh yang dirasakan saat ibadah haji pasti ada sebagai

balasan dari Allah untuk membersihkan dari hal-hal buruk yang pernah kita

lakukan”.61

Melihat pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa seluruh informan sudah

mengenal konsep rukun Islam yang kelima dengan baik dan pemahaman terhadap

rukun Islam yang kelima seluruh informan, tidak hanya terbatas pada interpretasi

atau pengamalan saja, tetapi mereka juga mampu menjelaskan apa yang dipahami

tentang rukun Islam yang kelima.

60

Wawancara Pribadi dengan SO, Tangerang, 20 Agustus 2008.

61

Wawancara pribadi dengan RH, Tangerang, 30 Agustus 2008.

Page 53: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

B. Pengaruh Mitos Haji pada Pemahaman Keagamaan Masyarakat

Muslim Modern.

Mitos merupakan kisah yang diceritakan untuk menetapkan kepercayaan

tertentu. Berperan sebagai peristiwa permulaan dalam suatu upacara atau ritus,

atau sebagai model tetap dari perilaku moral maupun religius. Mitos juga turut

membentuk hakikat tindakan moral, serta menentukan hubungan ritual antara

manusia dengan penciptanya, atau dengan kuasa-kuasa yang ada.62

Sedangkan dalam pandangan lain mengatakan, keberagamaan yang berciri

mitologis bisa melahirkan sikap radikal yang muncul dalam dua bentuk

paradoksal. Pertama, radikalisme eskapis, berusaha melepaskan kehidupan

duniawi, hidup bertapa, membebaskan diri dari berbagai kenikmatan duniawi

yang dianggap racun dan bersifat maya. Kedua, membangun komunitas eksklusif

sebagai wadah dan idendtitas kelompok. yang menganggap dunia sekitarnya

dekaden, sebuah dunia iblis yang harus dimusnahkan.63

Terlepas dari beragamnya pandangan tentang fungsi mitos dalam sebuah

agama, yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah pengaruh mitos

terhadap keberagamaan masyarakat Muslim, dalam hal ini masyarakat Muslim

modern, yang telah mengedepankan pola pikir dan tata kerja yang berdasarkan

rasionalitas serta menyingkirkan unsur-unsur irrasional seperti mitos dalam

penyusunan nilai-nilai sosial mereka.

Dalam bab II telah diuraikan beberapa contoh mitos-mitos haji. Kasus-

kasus seperti tersesat, kehilangan sandal, kecopetan, ditipu, terinjak, ataupun

62 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, hal.149-150. 63

Komaruddin Hidayat, “Mitologi dan Radikalisme Agama”.

Page 54: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

mendapat pertolongan secara gaib dari malaikat dalam wujud manusia dan lain

sebagainya, banyak dialami oleh para jama’ah haji.

Dalam penelitian ini, seluruh informan mengaku pernah mendengar,

melihat ataupun mengalami secara langsung kejadian-kejadian tersebut, walaupun

kejadian-kejadiannya tidak sama seperti yang telah diungkapkan dalam paragraf

sebelumnya.

Pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ketika sedang

melaksanakan ibadah haji dialami sendiri oleh beberapa informan yang telah

melaksanakan ibadah haji, diantaranya FH, NH, dan RH.

FH mengungkapkan bahwa ia pernah tersesat ketika ia hendak pulang dari

Masjid Nabawi, menurut FH, penyebabnya adalah karena terbersit dalam

benaknya sedikit kesombongan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh FH : ” Pada

waktu di Masjid Nabawi, ada seorang ibu sesama petugas haji yang jatuh sakit.

Ibu itu bertanya kepada saya: “Bapak bisa pulangkan tanpa saya?”. Saya merasa

disepelekan, padahal saya adalah seniornya. Dan ketika saya hendak pulang, saya

lupa jalan pulang dan tersesat.”64

Kejadian tersebut dipahami AF sebagai pembelajaran, sebagaimana yang

diungkapkan oleh FH: “Saya menganggap kejadian-kejadian itu sebagai

pembelajaran, karena kedekatan orang mukmin terhadap Allah SWT pada saat

haji, sehingga kejadian sekecil apapun diamati-NYa”.

Pengalaman yang tidak menyenangkan juga dialami oleh NH, kaki kiri NH

bengkak hingga ia pulang dari melaksanakan ibadah haji, menurut NH kejadian

64

Wawancara Pribadi dengan AF, Tangerang, 26 Agustus 2008.

Page 55: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

ini karena ia menendang botol bekas air minum ketika sedang berjalan pulang dari

Masjid. “...waktu saya sedang berjalan pulang dari masjid, saya iseng menendang

botol bekas minuman yang sudah tidak ada isinya, saat itu juga kaki kiri saya

bengkak hingga saya pulang haji. Padahal saya menendang botol itu tidak keras.

Menurut NH, peristiwa aneh yang terjadi pada dirinya, memang

mempengaruhi kehidupan religiusnya, terutama dalam hal keimanan kepada Allah

SWT. Sebagaimana yang diungkapkan oleh NH: ”Hal-hal seperti itu memang

mempengaruhi kehidupan religius saya, terutama dalam hal keimanan kepada

Allah SWT, yaitu bahwa Allah SWT Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan

Maha Kuasa”.

Tidak jauh berbeda dengan FH dan NH, RH juga mengalami pengalaman

yang tidak menyenangkan terkait dengan perilakunya sebelum melaksanakan

ibadah haji, RH selalu mencium bau kotoran kucing ketika sedang berada di

Tanah Suci, menurutnya ini terjadi karena ia sangat membenci kucing dan selalu

bersikap kasar terhadap kucing. Sebagaimana yang diungkapkan oleh RH: “Saya

selalu mencium bau kotoran kucing, padahal orang-orang disekitar saya tidak

mencium bau apapun. Mungkin ini terjadi karena saya sangat membenci kucing

dan selalu bersikap kasar terhadap kucing”.

Kejadian yang dialami oleh RH, memberinya pemahaman bahwa ia harus

memperlakukan semua mahluk ciptaan Tuhan dengan baik.”...Saya jadi lebih

memahami, bahwa kita harus berbuat baik dengan setiap mahluk ciptaan Allah.”

Page 56: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Kejadian yang dialami oleh para informan diatas, diyakini oleh mereka

sebagai balasan dari perilaku mereka yang kurang baik. Pengalaman buruk itu

dipahami juga sebagai tulah, kuwalat atau pembalasan.

Dari pernyataan-pernyataan para informan diatas menggambarkan, bahwa

peristiwa-peristiwa aneh (gaib) yang menimpa para jamaaah haji selalu dikaitkan

dengan perilaku para jamaah haji. sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Su’ud,

dalam konteks haji, memang sudah menjadi kepercayaan umum bahwa apa yang

dialami di tanah suci adalah ‘cermin kehidupan’ orang yang bersangkutan. Jika

perjalanan hajinya mulus, pertanda ia orang “baik-baik”, tetapi jika sebaliknya

berarti dia adalah “pendosa”. Dan salah satu konsekuensinya harus menerima

ganjaran yang setimpal secara tulus-ikhlas.65

Berbeda dengan FH, NH, dan RH, yang mempunyai pengalaman yang

tidak menyenangkan ketika sedang melaksanakan ibadah haji, SO justru

mengalami pengalaman yang menyenangkan. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh SO: ”ditanah suci pengalaman saya yang paling berbekas adalah saat saya

thawaf. Ketika semua orang saling berdesakan saya merasakan jalan saya longgar

sekali, seolah-olah jalan dibukakan untuk saya.”66

Menurut SO, kejadian aneh (gaib) yang dialaminya merupakan sesuatu

yang ingin diperlihatkan oleh Allah SWT, bahwa segala perilaku manusia pasti

akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. ”kejadian aneh yang saya alami,

merupakan sesuatu yang ingin diperlihatkan oleh Allah SWT, bahwa segala

65 Abu Su’ud, “Mitos-mitos dalam Haji”. 66

Wawancara Pribadi dengan SO, Tangerang, 20 Agustus 2008.

Page 57: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

perbuatan yang kita lakukan pasti akan mendapat balasan dari Allah SWT dan

agar kita tidak menyimpang dari ajaran Allah SWT.”

Sedangkan AM tidak mengalami kejadian yang aneh ketika sedang

melaksanakan ibadah haji, namun ia melihat sesuatu yang aneh ketika berada di

Makkah. Ia memperhatikan burung dara yang terbang disekitar Ka’bah namun

menurut AM tak ada satupun burung yang terbang diatas Ka’bah. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh AM: ”Di Makkah banyak burung-burung dara yang

berterbangan, namun saya memperhatikan tak ada satupun burung dara yang

terbang di atas Ka’bah. Dan saya perhatikan itu berkali-kali”.67

Menurut AM, hal-hal tersebut membuatnya yakin bahwa Allah Maha

Kuasa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh AM: ” Masalah-masalah peristiwa

yang ajaib itu adalah masalah yang tersurat tapi tidak tersirat. Kejadian yang

banyak dialami tapi tidak ada dalam buku. Hal-hal seperti itu membuat kita yakin

bahwa Allah Maha Kuasa.

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

mitos-mitos haji turut mempengaruhi pemahaman keagamaan seluruh informan,

serta memberi nilai-nilai dan norma-norma keagamaan kepada mereka. Dengan

demikian dapat dikatakan, bahwa keyakinan terhadap mitos turut membentuk

pemahaman dan kesadaran beragama. Sebagaimana yang dikatakan Nurcholis

Madjid, karena suatu mitos harus dipercayai begitu saja, maka ia melahirkan

sistem kepercayaan. Jadi utuhnya mitologi akan menghasilkan utuhnya sistem

kepercayaan. Dan pada urutannya, utuhnya sistem kepercayaan akan

67

Wawancara Pribadi dengan AM, Tangerang 20 Februari 2009.

Page 58: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

menghasilkan utuhnya sistem nilai. Kemudian sistem nilai sendiri yang memberi

manusia kejelasan tentang apa yang baik dan buruk (etika). Karena itu tidak ada

manusia yang benar-benar terbebas dari mitos.68

C. Pengaruh Mitos Haji pada Perilaku Keagamaan Masyarakat Muslim

Modern.

Menurut Glock dan Stark, ada lima dimensi yang dapat membedakan

perilaku keagaman masyarakat. Di dalam setiap dimensi tersebut terdapat

beragam kaidah dan unsur-unsur agama yang digolong-golongkan. Sehingga,

perilaku keagamaan dari individu atau kelompok masyarakat dapat

diidentifikasikan dan dinilai. Dan dimensi-dimensi tersebut adalah : dimensi

keyakinan, praktik, pengalaman, pengetahuan, konsekuensi-konsekuensi.69

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dimensi pengetahuan terhadap

rukun Islam yang kelima dan pengalaman untuk mengukur pengaruh mitos pada

perilaku keagamaan masyarakat Muslim modern.

Pengalaman-pengalaman aneh (gaib) para informan ketika sedang

melaksanakan ibadah haji, turut membentuk pemahaman dan kesadaran beragama

para informan, karena mitos-mitos tersebut memberi nilai-nilai dan norma-norma

keagamaan kepada mereka. Dan pada urutannya turut mempengaruhi perilaku

keagamaan mereka, karena sistem nilai yang ada pada mitos, yang memberi

68

Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban : Sebuah Telaah Kritis tentang

Kemanusiaan dan Kemoderenan, hal. xxiii. 69 Roland Robetson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 1995), hal. 295.

Page 59: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

manusia kejelasan tentang apa yang baik dan buruk (etika). Karena itu tidak ada

manusia yang benar-benar terbebas dari mitos.

Mitos merupakan keyakinan yang tidak bisa diterangkan dengan akal

sehingga kebenarannya sulit dibuktikan secara ilmiah-empiris, namun

pengaruhnya amat kuat dalam menggerakanperilaku orang yang

mempercayainya. Karena sebuah mitos bisa berfungsi sebagai tali pengikat dan

memberi arah perjalanan hidup bagi yang meyakininya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh FH; “Kejadian itu sedikit-banyak

memang mempengaruhi perilaku saya, saya jadi lebih berhati-hati dalam bersikap

dan lebih baik dalam berperilaku”.

Sedangkan NH yang juga mendapat pengalaman yang tidak

menyenangkan ketika sedang melaksanakan ibadah haji, mulai merubah

perilakunya, kini ia takut menendang botol bekas minuman atau membuang

sampah sembarangan, terutama ketika ia sedangberibadah haji. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh NH: “saat kita sedang beribadah haji hati kita harus bersih,

jangan sampai melakukan hal yang kurang baik, walaupun hanya sekedar

menendang botol bekas air.

Tidak jauh berbeda, dengan FH dan NH, peristiwa aneh yang terjadi pad

RH juga mempengaruhi perilaku RH,menurut RH, ia kini lebih bersikap baik

kepada kucing, yang merupakan hewan, yang sangat ia benci. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh RH: “…Sikap saya sama kucing dan mahluk lainnya jadi lebih

baik. Walaupun saya tetap gak suka sama kucing, tapi sekarang saya gak kasar

lagi sama kucing”.

Page 60: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Dilihat dari pernyataan informan diatas dapat dikatakan bahwa, keyakinan

ketika beribadah haji, segala perilaku jama’ah haji akan mendapatkan balasan dari

Tuhan Yang Maha Esa, tampaknya berdampak positif, sehingga seseorang takut

melakukan perilaku buruk selama menunaikan ibadah haji.

Setiap agama memiliki konsep dan keyakinan tentang tempat suci sebagai

“Pusat dunia”, sebuah poros penghubung antara langit-bumi antara dunia-akhirat,

antara yang sakral dan yang profan, antara hidup dan mati, antara manusia-Tuhan.

Bagi umat Islam, Ka’bah di Makkah diyakini sebagi “Rumah Tuhan”, jalan

terdekat untuk berkomunikasi dengan Tuhan.70

Oleh karenanya, selama di sana,

jamaah haji tidak boleh berperilaku sembrono atau sembarangan, apalagi

berperilaku jahat.

Menurut Abu Su’ud, dalam persepsi orang dari budaya Jawa yang sangat

menghormati orang suci atau para wali, menimbulkan keyakinan bahwa orang

tidak boleh berbuat sembarangan di kawasan makam para wali. Tampaknya

persepsi semacam itu kemudian diterapkan selama menunaikan ibadah haji,

karena Makkah dan Madinah merupakan Tanah Suci atau Haramain, yang tentu

harus lebih dihormati dibanding makam wali.71

Sedangkan menurut SO adanya kejadian tersebut mengingatkannya untuk

selalu menjalankan segala perintah Allah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

SO: ”Adanya kejadian tersebut, mengingatkan saya untuk selalu menjalankan

segala perintah Allah dengan baik dan tentunya lebih baik lagi dalam

berperilaku”.

70

Komaruddin Hidayat, “Mitologi dan Radikalisme Agama”. 71 Abu Su’ud,” Mitos-mitos dalam Haji”.

Page 61: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Tidak jauh berbeda dengan SO, menurut pengamatan penulis kini AM,

lebih khusyu dalam menjalankan ibadahnya. Kini bukan hanya ibadah wajib saja

yang selalu dikerjakan oleh AM, tetapi ibadah-ibadah yang sunnah juga selalu

dikerjakan oleh AM.

AM mengungkapkan bahwa ia kini ingin selalu berdekatan dengan Tuhan

dengan menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh AM: ”yang saya rasakan sekarang saya selalu ingin berdekatan

dengan Allah SWT. Tentunya dengan selalu menjalankan segala perintah-Nya dan

menjauhkan segala laranga-Nya”.

Menurut Dawam Rahardjo, hal ini disebabkan karena pada dasarnya

kehidupan manusia dikuasai oleh mitos-mitos. Hubungan antar manusia dengan

sendirinya dikuasai oleh mitos yang diciptakan oleh manusia sendiri. Manusia

adalah mahluk pencipta mitos. Dan karena itu maka manusia harus bisa hidup

dengan mitos. Sikap kita terhadap sesuatu, ditentukan oleh mitos yang ada dalam

diri kita. Mitos menyebabkan kita menyukai atau membenci yang terkandung

dalam mitos tersebut. Itulah sebabnya maka manusia itu selalu memiliki

prasangka tentang sesuatu yang berkaitan dengan mitos-mitos. Kita hidup dengan

mitos-mitos yang membatasi segala tindak tanduk kita. Ketakutan atau keberanian

kita terhadap sesuatu ditentukan oleh mitos-mitos yang kita hadapi. Banyak hal

yang sukar untuk dipercayai berlakunya, tapi ternyata berlaku hanya karena

penganutnya begitu mempercayai suatu mitos. Dan ketakutan kita akan sesuatu

Page 62: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

lebih disebabkan karena ketakutan akan sesuatu mitos, bukan ketakutan akan

keadaan yang sebenarnya.72

Hal di atas menggambarkan bahwa, pengalaman-pengalaman gaib yang

dialami para jamaah haji oleh sekelompok orang diceritakan dan dipelihara juga

diteruskan secara berkesinambungan selama periode-periode tertentu. Perasaan-

perasaan yang bersifat mistik tersebut sulit berubah karena selain didukung oleh

masyarakat, juga karena memuat unsur-unsur yang memiliki nilai-nilai luhur yang

berkaitan dengan keyakinan masyarakat. Nilai-nilai yang ada dalam mitos itulah

yang kemudian mempengaruhi perilaku keagamaan seseorang.

72 Dawam Rahardjo, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam Agama

dan Kebudayaan, hal. 199.

Page 63: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan secara mendalam pada bab-bab

sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa:

1. Masyarakat Muslim modern di wilayah Kelurahan Karang Mulya

Kecamatan Karang Tengah masih meyakini kebenaran mitos-mitos

haji, dalam hal ini mitos haji seputar pembalasan atas perilaku

jama’ah haji ketika berada di Tanah Air maupun perilaku jama’ah

haji saat sedang melaksanakan ibadah haji.

2. Keyakinan mereka terhadap mitos-mitos haji tersebut, kemudian

turut mempengaruhi pemahaman keagamaan mereka. Mitos

pembalasan haji tersebut, dipahami oleh mereka sebagai salah satu

wujud dari Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan, serta memberi

mereka pemahaman untuk tidak melakukan perbuatan yang

menyimpang dari ajaran Allah SWT.

3. Pemahaman keagamaan itulah yang kemudian menggerakan

perilaku keagamaan mereka, seperti tidak melakukan perilaku

buruk kepada orang lain maupun kepada mahluk lainnya, ketika

mereka masih di Tanah air ataupun selama mereka sedang

menunaikan ibadah haji.

Page 64: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

B. Saran-saran

Dari akhir tulisan ini, ada beberapa hal yang penulis sampaikan kepada

pihak-pihak tertentu, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kepada birokrasi pemerintahan, yang mengurusi segala keperluan jamaah

haji, ada baiknya memperbaiki segala birokrasi yang sudah ada sekarang,

agar kejadian-kejadian buruk yang sering menimpa para jamah haji dapat

diminimalisir.

2. Kepada para guru ngaji dan para ulama, dalam menyampaikan cermahnya

perlu diisi mengenai mitos-mitos haji yang seharusnya tidak perlu

ditakutkan dan dilakukan, yang bertujuan untuk memelihara kemurnian

perilaku ibadah haji agar tidak tercampur dengan perilaku mitos.

3. Bagi masyarakat Muslim modern, ada baiknya lebih rasional dalam

menanggapi mitos-mitos pembalasan atas perilaku jamaah haji, agar tidak

terjadi persepsi yang menyimpang di sekitar perilaku ritus yang kemudian

dibakukan atau disyariatkan menjadi rangkaian ibadah.

Page 65: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul, Esai-Esai, Soiologi Agama, Jakarta : Diva Pustaka, 2003. Badudu, J.S dan Zain, Sota Muhammad, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta

: Pustaka Sinar Harapan, 1994. Dhavamony, Mariasusai, Fenomenologi Agama, yogyakarta : Kanisius, 2003.

Hartoko, Dick dan Rahmanto, B Pemandu Dunia Sastra Yogyakarta : Kanisius, 1986.

Djamaluddin, M., Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi, Yogyakarta : UGM

Press,1995.

Eugene Smith, Donald, Agama dan Modernisasi Politik, Suatu Kajian Analisis,

Jakarta : CV. Rajawali, 1985.

Faisal, Sanafiah, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2003.

F.O.Dea, Thomas ., Sosiologi Agama : Suatu pengantar Awal, Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 1997.

Hidayat, Komaruddin, “Mitologi dan Radikalisme Agama”,

http://www.unisosdem.org . Sumber ini diambil pada tanggal 07 Mei 2008.

Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, Yogyakarta : Kanisius, 1989.

Jalaluddin, Psyikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997

Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000. Madjid, Nurcholis, Islam, Doktrin dan Peradaban : Sebuah Telaah Kritis tentang

Kemanusiaan dan Kemoderenan. Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1992.

Madjid, Nurcholis, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung : Mizan, 1998.

Myron, Weiner, Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1984.

Mukti Ali, H.A., Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta : Rajawali,

1987

Rahardjo, Dawam, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam : Mitos dalam

Agama dan Kebudayaan, Jakarta : Paramadina, 1996.

Robetson, Roland, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 1995.

Shadily, Hasan. dkk., Ensiklopedia Indonesia, Jakarta : Ichtiar Baru-Vanhoeve,

1983.

Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Pemikiran Norman dan

Egon Guba, Yogyakarta : PT. Tirta Wacana Yogya, 2001.

Su’ud, Abu, “Mitos-mitos dalam Haji”, http//www.Undisclosed-

Recipient:;"@freelists.org . Sumber ini diambil pada tanggal 20 Agustus

2008. Singarimbun, Masri dan , Effendi, Sofyan, Metodelogi Penelitian Survei, Jakarta :

LP3ES, 1989.

Page 66: PENGARUH MITOS HAJI PADA KEBERAGAMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8646/1/RIANITA... · D. Metode Penelitian ... Sejak timbulnya paham Rasionalisme pada abad

Shindunata, Dilema Usaha Manusia Rasional, Jakarta : PT Gramedia, 1982.

Veeger, K.J., REALITAS SOSIAL : Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan

Individu Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1993. Wawancara Pribadi dengan AM, Tangerang, 20 Februari 2009.

Wawancara Pribadi dengan FH, Tangerang, 26 Agustus 2008. Wawancara Pribadi dengan NH, Tangerang, 22 Agustus 2008.

Wawancara pribadi dengan RH, Tangerang, 30 Agustus 2008 Wawancara Pribadi dengan SO, Tangerang, 20 Agustus 2008.