rasionalisme radikal falsafah politik ibn...

89
RASIONALISME RADIKAL: Falsafah Politik Ibn BajjahSkripsi Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.) pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Oleh: Nama: Sahrul Latif NIM: 11140331000078 PROGRAM STUDI AQIDAH& FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019 M

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

RASIONALISME RADIKAL:

“Falsafah Politik Ibn Bajjah”

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)

pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

Nama: Sahrul Latif

NIM: 11140331000078

PROGRAM STUDI AQIDAH& FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2019 M

Page 2: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu
Page 3: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu
Page 4: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu
Page 5: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

iv

ABSTRAK

Judul yang diangkat dalam skripsi ini adalah Falsafah Politik Ibn Bajjah. Adapun,

gagasan paling penting menurut penulis dalam Ibn Bajjah gagasannya mengenai rasinalisme.

Karena itu, pada dasarnya falsafah politik Ibn Bajjah diterangkan di sini sebagai konsekuensi

logis dari gagasan Ibn Bajjah mengenai rasionalisme, gagasan Ibn Bajjah mengenai

epistemologi, penelitian ini menggunakan metode library research yang penulis anggap

paling relevan dengan judul yang diangkat, dengan mengacu pada karya pokok Ibn Bajjah

serta karya-karya pendamping yang membahas baik falsafah politiknya maupu falsafahnya

secara umum. Skripsi ini menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu menggambarkan

bagaimana konsepsi Ibn Bajjah mengenai falsafah politik dengan merujuk baik kepada karya

pokok maupun pendamping, begitu pula teknik historis untuk menerangkan keterkaitan

antara gagasan-gagasan falsafah politik Ibn Bajjah dengan konstelasi politik yang

melatarbelakanginya.

Dengan asumsi bahwa falsafah politik Ibn Bajjah didasarkan kepada pemikiran

epistemologis Ibn Bajjah, maka geanologi epistimologis ini ditarik baik secara historis

maupus filosofis dengan merujuk kembali kepada para filsuf awal yang memiliki konsepsi

epistemologis yang mengilhami Ibn Bajjah. Hasilnya, kita dapat mengetahui bahwa secara

epistimologis, teori-teori Ibn Bajjah mengenai akal dan jiwa merupakan suatu bentuk

Platonisme. Secara eksplisit Ibn Bajjah merujuk kepada karya-karya Plato seperti Republik.

Kemudian dibahas pula bagaimana Plato ditafsirkan oleh filsuf muslim sebelum Ibn Bajjah,

seperti Al- Fārābi. Setelah pembahasan historis mengenari gagasan filosofis ini, penulis

memaparkan bagaimana rasionalisme menjadi tema utama dengan merujuk langsung kepada

karya Ibn Bajjah yang paling sistematis dan yang menjadi rujukan utama dari skripsi ini.

yaitu Tadbīr al-Mutawwahid

Kata Kunci : Ibn Bajjah, Plato, Rasionalisme, Tadbīr al-Mutawwahid, Al- Fārābi, dan teori Forma, Akal, Jiwa

Page 6: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menganugrahkan akal kepada manusia.

Allhamdulillah, tidak ada kata yang cukup yang mewakili selain ucapan syukur kepada

Allah, Tuhan semesta alam. Berkat kasih dan kuasa-Nya, skripsi ini dapat segera

diselesaikan. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita, Muhammad Saw,

tanpanya tidaklah mungkin kita dapat menikmati indahnya beriman kepada Sang Pencipta.

Dengan penuh suka cita, skirpsi berjudul “RASIONALISME RADIKAL :

FALSAFAH IBN BAJJAH” ini dapat sampai ke titik terakhirnya. Skripsi ini sederhana

dengan segala ketidaksempurnaanya yang akan membuat penulis terus belajar untuk lebih

baik lagi, baik dalam memahami, menulis atau mengamalkannya dalam kehidupan.

Terselesaikanya skripsi ini, tak lain adalah juga berkat kontribusi pemikiran, gagasan, dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan terima kasih

penulis haturkan kepada :

1. Dra. Tien Rahmatin, MA,. Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu nya untuk mengoreksi, mengarahkan serta meberikan kritik dan

saran dalam penulisan skripsi ini.

2. Dra. Tien Rahmatin, MA. Selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam dan

Banun Binaningrum, M.Pd . selaku sekertaris Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

yang telah membantu memudahkan segala prosedur yang harus ditempuh setiap

mahasiswanya.

Page 7: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

vi

3. Prof. Dr. Zainun Kamaludin F, MA., selaku dosen pembimbing akademik penulis

yang telah membimbing, mengarahkan dan memudahkan segala proses penyelesaian

skripsi ini.

4. Prof. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta

5. Prof. Dr. Amani Lubis, Prof. Dede Rosyada dan Prof. Komaruddin Hidayat selaku

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh staf perpustakaan dan civitas akademika Fakultas Ushuluddin berserta bapa

dan ibu dosen yang menyuguhkan pelajaran terbaik selama penulis menjalankan

studi di fakultas ini.

7. Kedua orang tua penulis, Mama Ema Wasimatullah dan Bapa Bunyamin yang

senantiasa mendukung dan mendoakan penulis tanpa henti dan kepada abang Najib,

Zaki, Faikar, mpok nurul dan adik uwi yang selalu mensupport penulis selama studi

di UIN Jakarta.

8. Encang-encing nyak babeh keluarga besar Ciputat yang selaku orang tua penulis

selama studi di UIN Jakarta dan Baba Nuh selaku orang tua dan guru penulis.

9. Kedua teman penulis selaku penerjemah bahasa asing Bung Dwi Platomo dan Bung

Ghifari Misbahuddin sehingga terselesaikanya skripsi ini.

10. Keluarga mahasiswa Patawasuci (Patali Wargi Mahasiswa Kasundaan Cianjur)

Jakarta. Terima kasih telah menjadi teman sekaligus keluarga penulis di Ciputat.

11. Keluarga besar Lembaga Survei Indonesia dan Indikator Politik, Khusus nya Bang

Ajuba yang senantiasa memberikan pengalaman yang luar biasa selama penulis

bekerjasama dengannya.

Page 8: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

vii

12. Keluarga besar JNE Zikri Jaya Ciputat dan PT Gojek Indonesia yang senantiasa

membantu perekonomian penulis.

13. Keluarga besar Aqidah dan Filsafat Islam yang telah berjuang bersama selama

penulis studi di UIN Jakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

tidak disebutkan satupersatu. Terimakasih atas bantuan yang diberikan baik materi maupun

immateri. Semoga Tuhan membalas dengan kesehatan, keberkahan, kebaikan-kebaikan dan

menjadikan nya amal jariyah yang tidak akan terputus, Amin.

Ciputat, 16 September 2019

Penulis

Sahrul Latif

Page 9: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

Indonesia

a

b

t

ts

j

kh

d

dz

r

z

s

sy

Inggris

a

b

t

th

j

kh

d

dh

r

z

s

sh

Arab

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

ة

Indonesia

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

h

Inggris

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

h

Vokal Panjang

Arab

أ

إي

أو

Indonesia

ā

ī

ū

Inggris

ā

ī

ū

Page 10: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ........i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ .......ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................... ......iii

ABSTRAK ...................................................................................................... ......iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... .......v

PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... .....viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ......ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ .......1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... .......1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................. .......6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. .......7

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... .......7

E. Metode Penelitian ................................................................................... .......9

F. Sistematika Penulisan ............................................................................ ......10

BAB II IBN BAJJAH DAN RIWAYAT NYA ............................................... ......11

A. Sisi Sosio-Politis ..................................................................................... ......11

B. Sisi Intelektual ....................................................................................... ......15

C. Sisi Filosofis ........................................................................................... ......22

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI FALSAFAH POLITIK ............. ......25

A. Pengertian Falsafah Politik .................................................................... ......25

B. Falsafah Politik Menurut Para Filosof ................................................... ......28

B.1. Plato ............................................................................................. ......28

B.2. Al- Fārābi ...................................................................................... ......36

BAB IV BELOKAN INDIVIDUALIS ATAU, KONSEKUENSI RADIKAL DARI

RASIONALISME IBN BAJJAH .................................................................... ......40

A. Formulasi Falsafah Ibn Bajjah ................................................................ ......40

A.1. Psikologi Ibn Bajjah .................................................................... ......45

A.2. Konsekuensi Aksiologis .............................................................. ......51

A.3. Bentuk-Bentuk Negara ................................................................. ......52

A.4. Bentuk-Bentuk Tindakan.............................................................. …..53

A.5. Bentuk-Bentuk Objek ................................................................... …..55

B. Dari Aksiologi ke Antropologi .............................................................. ......58

C. Dari Antropologi ke Epistemologi ......................................................... ......63

D. Dari Epistemologi ke Teologi ................................................................. …..66

E. Dari Metafisika ke Politik ....................................................................... …..72

BAB V PENUTUP ........................................................................................... ......75

A. Kesimpulan ............................................................................................. ......75

B. Saran ...................................................................................................... ......76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ......77

Page 11: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di situs berita Tirto, tertanggal 07 Agustus 2018 dengan judul “Mengapa

Sebagian Warganet Gemar Mempolitisasi Bencana Sebagai Azab?” dilansir bahwa

kasus politisasi agama di Indonesia terus meningkat terutama berkaitan dengan

momen-momen politis seperti pemilu. Tanggal 22 September lalu, terjadi gempa di

Palu yang menyebabkan meninggalnya korban hingga 1203 orang. Tak lama

kemudian, terdengar ujaran bahwa ini merupakan azab Allah karena salah satu ulama

dizalimi, lagi-lagi ini merupakan suatu ujaran yang terkait erat dengan kontestasi

politik yang sedang berlangsung.1 Di tanggal 22 Agustus 2018, Tirto juga menulis

berita mengenai pemasangan spanduk #2019GantiPresiden di salah satu masjid di

Medan. Hari-hari ini kita semakin sering mendengar kata azab yang tak lama

kemudian diikuti dengan penilaian politis seadanya oleh sang pengujar: “ini gara-gara

Paslon A”, “kalau saja Paslon B tidak…”. Beberapa hari yang lalu, sempat terjadi

keributan, terutama di media sosial, mengenai „luka-luka‟ RS, salah satu timses dari

Paslon nomor 2, yang kemudian diakui sebagai hoax yang diciptakan sendiri. Tentu

kita masih ingat pula dengan drama „Setnov‟ di rumah sakit hingga pencarian akun

media sosial yang membuat meme Setnov sebab dicap sebagai suatu bentuk

pencemaran nama baik. Dan hari ini pula, istilah „Cebong‟ dan „Kampret‟ bukan

sekedar gurauan di kolom komentar platform media sosial, keduanya bak sekte yang

dapat memisahkan ikatan persaudaraan yang telah lama terbangun di antara manusia.

Dunia Indonesia seakan-akan terbagi secara politis menjadi Dunia Cebong versus

Dunia Kampret.

1 Akhmad Muawal Hasan, "Mengapa Sebagian Warganet Gemar Mempolitisasi Bencana

Sebagai Azab", https://tirto.id/mengapa-sebagian-warganet-gemar-mempolitisasi-bencana-sebagai-

azab-cQE4 (diakses pada 21 Juni 2019, pukul 14.16).

Page 12: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

2

Fenomena irasional Pilpres tidak berhenti di situ saja. Beberapa waktu lalu

sebelum diadakannya pilpres, sempat muncul isu naiknya aspirasi untuk golput.

Bersamaan dengan itu, ramai diperbincangkan pula suatu film berjudul Sexy Killers

yang, dalam kaitan secara khusus memaparkan bahwa kedua paslon memiliki peran

yang besar dalam tambang batu bara yang, karena berbagai alasan baik legal, teknis

dan lainnya menelan begitu banyak korban, terutama rakyat kecil. Sempat pula film

ini dituduh sebagai upaya untuk memanas-manasi publik dan memancing kebencian

terhadap paslon.2

Sejatinya, golput pun merupakan suatu aspirasi, tidak ada

kewajiban apapun secara legal bagi warga negara untuk mencoblos dalam pemilu,

dan tentu tidak ada hukuman bagi mereka yang memilih golput, toh, jika memang

rakyat tidak menemukan paslon yang sesuai menurut mereka, tentu hak mereka untuk

tidak memilih, yang aneh adalah digaungkannya hukuman bagi mereka yang memilih

untuk tidak memilih, suatu hal yang sangat tidak demokratis. Pembubaran acara

nobar sexy killers merupakan salah satu contoh yang dinilai sebagai pemicu semangat

golput. Kemudian, dalam penyelenggaraannya, secara ironis pesta demokrasi ini

memakan korban, terdapat ratusan petugas KPPS yang meninggal dunia karena

alasan-alasan teknis penyelenggaraan.3 Jika ini pesta demokrasi untuk rakyat, lalu

kenapa yang dikorbankan adalah rakyat? Kemudian tidak selesai sampai di situ, hasil

penghitungan suara pun dipermasalahkan, aksi 22 Mei di gedung KPU merupakan

buktinya, massa paslon yang merasa dicurangi datang melakukan aksi untuk

menuntut pembongkaran kecurangan yang mereka duga, dalam aksi ini, terdapat

setidaknya sembilan demonstran meninggal dunia terkena peluru tajam.4 Berapa

banyak korban yang meninggal, dana negara yang dihabiskan untuk semua kerusuhan

2 Haris Prabowo "Duduk Perkara Penghentian Paksa Nobar Sexy Killers di Indramayu",

https://tirto.id/duduk-perkara-penghentian-paksa-nobar-sexy-killers-di-indramayu-dmaR (diakses pada

21 Juni 2019, pukul 14.16). 3 Felix Nathaniel, "Ratusan Petugas KPPS Meninggal Kenapa Belum Ada Yang Minta Maaf",

https://tirto.id/ratusan-petugas-kpps-meninggal-kenapa-belum-ada-yang-minta-maaf-dq2Y (diakses

pada 21 Juni 2019, pukul 14.16). 4 Adi Briantika, "Polri Nyatakan 4 Korban Rusuh 22 Mei Tewas Karena Peluru Tajam",

https://tirto.id/polri-nyatakan-4-korban-rusuh-22-mei-tewas-karena-peluru-tajam-ecwJ (diakses pada

21 Juni 2019, pukul 14.16).

Page 13: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

3

ini? Dan sampai detik saat teks ini ditulis, kerusuhan pilpres belum pula selesai. Kita

dapat melihatnya dalam sidang MK yang diadakan.5

Begitulah realitas politik hari ini, suatu realitas yang tentu saja menggelikan.

Mungkin realitas politik semacam ini tidak terjadi hari ini saja, bisa saja ini

merupakan problem berjuta-juta tahun lamanya: irasionalitas politik praktis.

Terbersit pertanyaan yang cukup dekat dengan kami, sebagai seorang mahasiswa di

jurusan filsafat: „Bagaimana seorang mahasiswa filsafat menghadapi realitas politik

yang irasional?‟ di satu sisi, masyarakat kita semakin terbius oleh euphoria dan

histeria massal berkenaan dengan banalitas politik praktis, di sisi lain, sang

mahasiswa filsafat merenung: apakah tahun depan jurusan ini masih ada di kampus

ini, mungkin di Indonesia? Kajian filsafat rasanya tidak begitu menjanjikan, atau

setidaknya memiliki masa depan yang tidak „secerah‟ obrolan banal mengenai politik

praktis. Bisa jadi, seorang wisudawan filsafat melamar kerja menjadi penerus Rocky

Gerung yang dikenal sebagai dosen filsafat yang juga selebriti di media sosial, tetapi

hal inipun problematis: jika semua wisudawan filsafat melamar menjadi Rocky

Gerung (yang probabilitasnya bisa dibilang nihil), apakah dia tetap menjadi seorang

filsuf, atau berubah menjadi sosok seleb yang derajat kefilsafatannya hanya diketahui

dari pilihan kosakata rumit alih-alih karya yang dihasilkan dari perenungan filosofis

yang lebih substansial?

Lalu, apa singkatnya yang disebut sebagai irasional politik praktis? Untuk

menjelaskan apa yang disebut sebagai irasionalitas, kita harus pula menjelaskan apa

itu rasionalitas. Singkatnya, rasionalitas adalah apa yang biasa kita sebut dengan

"masuk akal", atau "sesuai dengan akal sehat". Dalam ulasan filosofisnya yang apik,

5 Andrian Pratama Taher, "Dagelan Receh Sidang MK yang Mencairkan Suasana Tegang",

https://tirto.id/dagelan-receh-sidang-mk-yang-mencairkan-suasana-tegang-ecJo (diakses pada 21 Juni

2019, pukul 14.16).

Page 14: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

4

Muhammad al-Fayyadl6 memaparkan 4 definisi dari akal sehat dari 4 kelompok

filosofis yang berbeda. Empat definisi tersebut adalah:

1. Spontanitas yang bersumber dari kepolosan manusia, yang tak

tercemar oleh egoisme dan kepentingan, kemampuannya

mengekspresikan apa yang alamiah dari dalam akal budi atau jiwa.

(Kelompok Liberal-Romantik)

2. Cara para warga negara dari sebuah tatanan demokratis

mengartikulasikan pandangan mereka merespons isu-isu publik

menyangkut hak-hak dan kebebasan mereka (Kelompok Liberalisme

Modern)

3. Kemampuan orang-orang menimbang batas kebebasan mereka di

hadapan hukum moral yang universal (Kelompok Kantian)

4. Akal Sehat tak cukup sehat sampai ia memampukan massa

membongkar ilusi-ilusi Kelas Penguasa dan ilusi-ilusi

ketertindasannya sendiri dengan menghendaki suatu perubahan yang

aktornya adalah massa itu sendiri, tanpa perwakilan suatu golongan

dengan kepentingan yang sempit, menghadapi sistem. (Kelompok

Kiri)

Dari empat definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa rasionalitas

dalam politik atau masyarakat tidak jauh dari tujuan kesejahteraan bersama suatu

masyarakat. Dalam sistem demokrasi, tentu secara konkret, rasionalitas adalah prinsip

yang harus dipegang, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jika suatu sistem,

negara atau masyarakat berjalan secara rasional, maka tujuan akhirnya adalah

kesejahteraan masyarakat, bukan kerugian masyarakat. Di sinilah kita dapat

mendefinisikan irasionalitas politik praktis sebagai: alih-alih merupakan suatu praktik

yang berujung kepada kesejahteraan masyarakat, ia malah merugikan masyarakat,

6

Muhammad al-Fayyadl, "Akal Sehat: Prawacana", https://lsfdiscourse.org/akal-sehat-

prawacana/ (diakses pada 21 Juni 2019, pukul 14.16).

Page 15: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

5

baik itu mereka yang menjadi korban tambang batu bara karena para pejabat turut

serta dalam investasinya, baik para petugas KPPS yang meninggal dunia karena

perkara teknis suatu event yang diselenggarakan negara, baik mereka korban yang

meninggal dalam aksi 22 Mei. Itu semua adalah cermin dari irasionalitas politik

praktis; politik praktis yang praktiknya kita lihat hari ini, bukannya mensejahterakan,

malah menjatuhkan korban, itulah yang disebut sebagai irasionalitas politik praktis.

Dalam konteks sosio-psikologis seperti inilah, Ibn Bajjah merengkuh

relevansinya kembali. Ibn Bajjah, lewat Tadbīr al-Mutawwahid nya mencoba

menjawab suatu pertanyaan falsafah politik: „Jika seorang filsuf lahir dan hidup di

dalam salah satu sistem pemerintahan yang tidak ideal, bagaimana ia dapat hidup dan

berfilsafat untuk mencapai tujuan filosofisnya?‟ Ibn Bajjah tidak lahir di tengah-

tengah kemewahan informasi via gawai hari ini, ia hidup pada masa di mana menulis

buku pun masih sulit; tetapi pertanyaan ini, medan problematis yang ia usulkan bisa

dikatakan tak lekang oleh waktu; atau ia memiliki relevansinya kembali dengan cara

baru. Tentu saja, masyarakat hari ini dengan banalitas politiknya bukanlah

masyarakat yang diidamkan oleh Ibn Bajjah, setidaknya, Ibn Bajjah tidak akan

berharap bahwa pemimpinnya hanya bisa mengutip Avenger dan Game of Thrones7

alih-alih Plato dan Aristoteles ketika menyampaikan pidato politis.

„Tadbīr al-Mutawwahid is the answer to repeated failures of

philosophers in practical politics, the failures which consequently lead

to the obsolescence of their theories. It is the tragic retreat and the

unavoidable defeat of theorization facing reality. The book is also a

courageous attempt to adopt the truth, that which philosophers before

Ibn Bajja – and even after – have either missed or refused to admit. It

7

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/13/08560661/sudah-3-kali-jokowi-kutip-film--

fiksi-di-forum-internasional diakses pada 14 Oktober 2018 pukul 19: 20 WIB

Page 16: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

6

is an attempt to reconcile and harmonize life or metaphysics with

physics.‟8

„Tadbīr al-Mutawwahid adalah sebuah jawaban bagi kegagalan

berulang dari para filsuf dalam perkara politik praktis, kegagalan-

kegagalan yang pada gilirannya mengarahkan kepada

ketidakbergunaan teori mereka. Ini merupakan suatu kemunduran

tragis dan kekalahan tak terhindarkan dari teorisasi dalam menghadapi

kenyataan. Kitab ini juga merupakan suatu upaya yang berani untuk

menerima kebenaran, yang oleh para filsuf sebelum Ibn Bajja – dan

bahkan setelahnya – telah diabaikan atau ditolak. Ini merupakan suatu

upaya untuk melerai dan menyerasikan kehidupan atau metafisika

dengan fisika.‟

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Pemaparan masalah di atas mengacu kepada perumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apa konsep rasionalisme dalam falsafah Ibn Bajjah?

2. Bagaimana konsep rasionalisme menjadi dasar utama dari falsafah politik

Ibn Bajjah?

Pembahasan mengenai falsafah Ibn Bajjah akan ditekankan kepada kitabnya

yang secara khusus membicarakan persoalan falsafah politik, yaitu Tadbīr al-

Mutawwahid. Di sisi lain, Tadbīr al-Mutawwahid juga merupakan suatu kitab yang

membicarakan perihal epistemologis, yaitu intelektualisme, atau lebih tepatnya

rasionalisme Ibn Bajjah, maka falsafah yang akan dibahas lebih tepatnya adalah

falsafah epistemologiko-politis Ibn Bajjah.

8 Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawwahid: An Edition, Translation and

Commentary, Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) hlm. 14

Page 17: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penulisan skripsi ini memiliki manfaat memperkenalkan lebih

lanjut ibn Bajjah, sebagai salah satu filsuf yang signifikansinya besar dalam

membentuk pemikiran-pemikiran dari tokoh filsafat lain seperti ibn Rusyd dan ibn

Thufayl, namun eksistensinya dalam dunia akademis belum semasyhur keduanya.

Dari beberapa sebab yang ada ialah ketidaklengkapan teks-teks yang ia tulis, dan

singkatnya masa hidupnya disebabkan keadaan sosiopolitis di mana ia tinggal. Bukan

hanya itu, konsep al-Mutawwahid merupakan satu sumbangan filsafat Islam yang

orisinil, dengan mempertanyakan sistem etis filsafat politik Islam secara umum. Ibn

Bajjah adalah seorang filsuf yang mempunyai tempat yang tidak dapat digantikan.

Secara praktis, konsep falsafah politik Ibn Bajjah merupakan suatu jawaban

realis sekaligus rasionalis atas realitas politik, dari dahulu hingga hari ini. Suatu

langkah praktis dan konkret yang dapat diambil seorang filsuf yang hendak

mengupayakan tujuan filosofisnya namun tak berkutik menghadapi realitas sosial

politik hari ini. Singkatnya, konsep falsafah bukan hanya suatu hasil dari perenungan

abstrak seorang filsuf yang mengamati realitas dari tingginya menara gading, ini

merupakan suatu gagasan yang lahir dari kehidupan pribadinya, sehingga, ini adalah

gagasan yang benar-benar lahir untuk menjawab kenyataan masyarakat. Maka ini

dapat disebut pula manfaat praktis-politis.

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini, penelitian mengenai ibn Bajjah dalam bentuk skripsi, disertasi atau

tesis adalah: ibn Bajjah‟s Book Tadbīr al-Mutawwahid: an Edition, Translation and

Commentary sebuah tesis yang ditulis oleh Ma‟an Ziyadah sebagai upaya untuk

membawa teks lengkap ibn Bajjah ke dalam diskursus akademis, terutama di Barat.9

Ini adalah buku utama yang dijadikan sebagai sumber dari skripsi ini. Sebagaimana

yang dinyatakan oleh Ma‟an Ziyadah, penelitian mengenai ibn Bajjah termasuk masih

9Ma'an Ziyadah. Tesis: "Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawwahid: An Edition, Translation

and Commentary" (Montreal: McGill University, 1968)

Page 18: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

8

begitu miskin dibandingkan dengan dua kawan filosofisnya di Andalusia, Ibn Rusyd

dan Ibn Thufayl; terlepas dari signifikansi Ibn Bajjah. Sepanjang pengetahuan kami,

tesis ini belum diterjemahkan serta diterbitkan dalam bahasa Indonesia, suatu hal

yang amat disayangkan mengingat pentingnya pemikiran Ibn Bajjah. Karenanya,

hadirnya judul ini merupakan suatu upaya semampunya untuk memasukkan Ibn

Bajjah dalam atmosfer diskusi filsafat Islam, setidaknya di dalam komunitas UIN.

Upaya untuk memperkenalkan falsafah Ibn Bajjah sebenarnya sudah

dilakukan oleh Abdulloh Hanif dalam tesisnya berjudul Konsep al-Mutawwahid Ibn

Bajjah setidaknya ini adalah upaya yang cukup sungguh-sungguh untuk

memperkenalkan falsafah Ibn Bajjah dalam panggung filsafat nusantara.10

Sayangnya, tesis ini menurut saya memiliki beberapa poin yang sekiranya perlu

dibenahi. Misalnya, kerangka teoritis yang ia gunakan. Ia menggunakan perspektif

pesimisme Schopenhauer untuk menjelaskan konsep al-Mutawwahid Ibn Bajjah.

Meskipun sekilas, secara permukaan, Ibn Bajjah dapat dilihat sebagai sama-sama

seorang pesimis laiknya Schopenhauer, keduanya berada secara berbeda dalam aspek

sumber. Sementara Schopenhauer mendapatkan ilham pesimismenya dari spiritualitas

Buddha, Ibn Bajjah benar-benar menggunakan titik pijakan yang filosofis, alih-alih

spiritualis (dalam artian teologi Islam, misalnya). Saya kira merupakan pembacaan

yang berisiko keliru ketika membandingkan dua corak filosofis yang berbeda: yang

satu dari sumber dan peradaban Islam, yang satu dari peradaban Barat; katakanlah,

keduanya pesimis dalam artian yang berbeda. Sementara Ibn Bajjah menaruh sikap

pesimisme dalam artian ketidakmungkinan terwujudnya negara ideal dalam wacana

Platonis, Schopenhauer berangkat dari konsep Kehendak Hidup yang lahir dari

kontemplasi wawasan filosofis Kantian. Dan penekanan kepada penjabaran konsep

al-Mutawwahid masih belum mencakup aspek politik praktis yang relevansinya

sudah dijabarkan di atas.

10

Abdulloh Hanif. Tesis: "Konsep al-Mutawwahid ibn Bajjah" (Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga, 2016)

Page 19: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

9

Kemudian, skripsi yang ditulis oleh M. Quraish Shihab, Konsep Uzlah dalam

Perspektif Ibn Bajjah. Skripsi ini membandingkan konsep al-Mutawwahid Ibn Bajjah

dengan konsep Uzlah al-Ghazâlī.11

Kritik bagi skripsi ini adalah tidak adanya

penelaahan secara lebih dalam terhadap pemikiran Ibn Bajjah, setidaknya dapat

dilihat dari tidak adanya penggunaan referensi utama. Dari sini dapat disimpulkan

bahwa penelaahan terhadap apa yang ditulis Ibn Bajjah masih sangat minim

dilakukan dalam bentuk skripsi. Tanpa penggunaan referensi utama, kualitas suatu

skripsi tentu berkurang. Lalu ada skripsi yang saya hanya mengetahui judulnya dari

skripsi terakhir ini, ditulis oleh Moch. Muchlis dengan judul Ibn Bajjah (Studi

Pemikiran dan Karyanya); sebatas pengetahuan saya, skripsi ini ditulis untuk

mendapat gelar sarjana humaniora, yaitu fakultas Adab dan Humaniora; kurang lebih

ini merupakan suatu skripsi yang lebih menekankan aspek historis ketimbang

filosofis dari pemikiran Ibn Bajjah.

E. Metode Penelitian

Berdasarkan tema yang dibahas dalam skripsi ini, maka penggunaan metode

yang paling tepat adalah metode kualitatif; yaitu metode pendalaman teks tanpa

penjelasan statistik kuantitatif. Dengan mengumpulkan pemikiran-pemikiran yang

sudah ada dan mengupayakan suatu pemikiran baru. Secara konkret, skripsi ini

menggunakan metode riset perpustakaan untuk mengumpulkan karya ilmiah hasil

penelitian mengenai objek penelitian yang terkait. Dengan menggunakan sumber

primer dari terjemahan tulisan Ibn Bajjah serta sumber sekunder yang memperkaya

referensi serta analisis atas sumber primer tersebut. Penelitian ini bersifat induktif,

yaitu dengan mengabstraksi hal-hal khusus menjadi umum dari sumber-sumber

terbatas.

11

M. Quraish Shihab. Skripsi: "Konsep Uzlah Dalam Perspektif Ibn Bajjah" (Surabaya: UIN

Sunan Ampel, 2018)

Page 20: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

10

F. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini memiliki struktur logis dan sistematis serta mudah

dipahami, maka pembahasan akan dibagi menurut Bab-Bab berikut:

1. Bab 1 adalah pendahuluan, dengan mencakup Latar Belakang

Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan

Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian. Sebagai titik pijak

untuk mengawali penelitian.

2. Bab 2 berisi pembahasan pengenai konteks historis dan filosofis dari

pribadi Ibn Bajjah

3. Bab 3 berisi tentang tinjauan umum falsafah politik dan pengertian nya

menurut Plato dan Al-farabi

4. Bab 4 berisi analisis atas bagaimana falsafah politik Ibn Bajjah

merupakan konsekuensi dari teori epistemologinya yang rasionalis dan

penjelasan mengenai teori forma Ibn Bajjah, sebagai dasar dari

rasionalisme Ibn Bajjah yang kemudian menjadi dasar falsafah politik

Ibn Bajjah.

5. Bab 5 berisi kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Page 21: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

11

BAB II

IBN BAJJAH DAN RIWAYATNYA

"Wahai tanah yang agung! Betapa merupakan suatu kampung halaman yang

diidamkannya dirimu, jika saja di dalamnya tidak mengalir berbagai petaka!

(Tetapi tanah ini memiliki) air yang asin, cakrawala yang sepenuhnya suram,

dan sepotong terong yang disajikan Ibn Ma'tub"12

A. Sisi Sosio-politis

Ibn Bajjah lahir di Saragossa di penghujung abad 5 H/11 M. Tentang awal

kehidupan beliau serta kepada siapa saja beliau berguru merupakan hal yang masih

samar.13

Nama lengkapnya ialah Abu Muhammad Ibn Yahya al-Tujibi al-Andalusi al-

Saraqusti, dikenal dengan panggilan Ibn al-Sa'igh (anak pengrajin permata),

umumnya dipanggil Ibn Bajja (atau Avenpace, Avempace dalam bahasa Latin.

Meskipun tidak terdapat rekam jejak yang rinci mengenai kehidupannya, kita dapat

meyakini setidaknya dua fakta: pertama, bahwa dia dihukum mati dan kedua, bahwa

ia hidup pada masa kekacauan politis.14

Sisa-sisa dari Dinasti Umayyah, melarikan diri dari Dinasti Abbasiyah yang

telah meruntuhkannya menuju Spanyol dan berkembang di sana hingga abad ke 5

H/11 M. Penerjemahan karya-karya ilmiah Yunani yang mengawali lahirnya filsafat

12

Ma'an Ziyadah. Ibn Bajja's BookTadbīr al-Mutawwahid(Montreal: Tesis McGill. 1968). h. 33 13

M. Saghir Hasan al-Ma'sumi “Ibn Bajjah” dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy:

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical COngress. 1963). h. 506 14

Ma'an Ziyadah. Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawwahid.(Montreal: Tesis McGill. 1968). h. 35

Page 22: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

12

Islam di Baghdad pada abad ke 3 H/9 M berlanjut di Kordoba. Semisal,

disalinnyamanuskrip Yunani Dioscorides berjudul Materia medica pada tahun 340 H/

951 M. Manuskrip aslinya merupakan hadiah dari Kaisar Byzantium, Konstantin VII

kepada Khalifah Umayyah, Abd al-Rahman III (Abad 4 H/10 M). Kemudian,

anaknya, al-Hakam II (berkuasa pada tahun 350 H/961 M - 366 H/976 M) mendirikan

tujuh sekolah di Kordoba, disertai beasaiswa bagi para sarjanawan yang cerdas, dan

membanjiri perpustakaan dengan 400.000 jilid buku. Sayangnya, banyak dari buku

ini, khususnya dalam bidang logika dan astronomi, dibakar oleh Khalifah Hisyam

(berkuasa pada 366 H/976 M - 399 H/1009 M)15

.

Pada tahun 427 H/1036 M, Hisyam Mu'tamid Billah, khalifah Umayyah

terakhir di Andalusia meninggal. Tepat setelahnya, terjadi kemerosotan kekuasaan

kaum Muslim di sana. Diawali dengan masa-masa terlemah di antara tahun 443 H

dan 479 H di mana partai raja-raja mengambil alih. Kejadian ini terjadi tepat sebelum

kelahiran Ibn Bajjah. Pada tahun 479 H, salah satu dari partai raja-raja meminta

bantuan kepada Yusuf bin Tasyfin, pendiri dinasti Almoravid dan memenangkan

pertarungan melawan kaum Frank. Akan tetapi, setelah beliau meninggal pada 493 H.

dan digantikan anaknya, Ali bin Yusuf, kekuatan politik sebenarnya jatuh ke tangan

kaum fuqahā dan kaum muhadditsīn. Ibn Bajjah hidup pada masa ini, ia menemani

serta melayani Ali b. Yusuf, tetapi tak dapat hidup rukun dengan kaum muhadditsīn

15Lenn E. Goodman “Ibn Bajjah” dalam Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman (ed.) History of

Islamic Philosophy: Volume One. (New York: Routledge. 2007). h. 540-541

Page 23: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

13

dan fuqahā, tidak pula dapat menghindarkan kawan serta pelindungnya, Ali b. Yusuf,

dari pengaruh mereka.16

Pada permulaan karirnya, Ibn Bajja bekerja sebagai seorang fisikawan di

Saragossa, serta merupakan wazir dari Abu Bakr b. Ibrahim al-Sahrawi, gubernur

Saragossa. Tepat sebelum Alfonso I dari Aragon menjajah kota tersebut pada 513 H /

1118 M, ia pergi menuju Sevilla, tinggal di sana sementara waktu untuk kemudian

pergi kembali menuju Shatibah di barat laut Afrika. Di sana, Ibn Bajja dipenjara

dengan tuduhan bid'ah. Oleh ayah atau kakek dari Ibn Rusyd, yang merupakan qadi,

ia dibantu untuk keluar dari penjara. Setelah itu, ia menarik perhatian dari gubernur

Almoravid, Abu Bakr Yahya b. Yusuf b. Tasyfin dan dijadikan sebagai wazir selama

20 tahun.17

Setelah ia dipenjara oleh Abu Ishaq Ibrahim ibn Tasyfin, ia meninggalkan

Shatibah menuju Fez, di mana ia dibunuh pada 533 H /1138 M.18

Ibn Bajjah dibunuh oleh Ibn Zuhr, salah satu fisikawan masyhur di masa itu,

setelah sebelumnya gagal dibunuh oleh musuh-musuhnya yang lain.19

Abu al-'Ala b.

Zuhr dari Sevilla (w. 525 H/1131 M) merupakan ayah dari Abu Marwan b. Zuhr,

yang merupakan seorang musuh besar dari Ibn Bajjah. Sebagaimana yang

digambarkan dalam bait yang ditulis oleh kawan dan muridnya, Ibn al-Imam pada

pembuka bab ini, Ibn Bajjah diberi sepotong terong beracun oleh Ibn Ma'tub, pelayan

16

Ma'an Ziyadah. KitabTadbīr al-Mutawwahid Ibn Bajjah: Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang Tahqiq.

(Jakarta: Turos. 2018). h. 35 17Muhsin Akbas “Ibn Bajja” dalam Oliver Leaman (ed.) The Biographical Encyclopedia of Islamic

Philosophy. (New York: Bloomsbury Publishing. 2015). h. 174 18

Ma'an Ziyadah. Ibn Bajja's BookTadbīr al-Mutawwahid(Montreal: Tesis McGill. 1968). h. 35 19

M. Saghir Hasan al-Ma'sumi “Ibn Bajjah” dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy:

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963). h. 507

Page 24: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

14

dari Ibn Zuhr. Musuh lain dari Ibn Bajjah adalah al-Fath b. Khawan, yang menyerang

Ibn Bajjah secara pedas dalam bukunya, Qalā id al- iqyān serta Matmāh. Ibn Bajjah

oleh para musuhnya dituduh sebagai seorang ateis yang harus dihukum mati.20

Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, selama dinasti Almoravid,

kelompok muhadditsin konservatif merupakan pemenang dari perjuangan antara para

pemikir bebas yang akrab dengan filsafat melawan para muhadditsin. Terkadang

disebut sebagai perlawanan antara Jumhūr (kelompok orang kebanyakan) melawan

Khaṣa (kelompok elit). Kemenangan kaum Jumhur ini berdampak besar dalam

kehidupan Ibn Bajjah. Dalam perjuangannya ini, Ibn Bajjah kemudian menjadi

pembuka jalan, sebagai filsuf pertama di Andalusia yang mengawali para filsuf

setelahnya seperti Ibn Thufayl, Ibn Rusyd dan Ibn Khaldun; ia juga merupakan filsuf

pertama yang muncul setelah serangan besar dari al-Gazzali atas filsafat dan para

filsuf. Meskipun terdapat pemikir bebas lain seperti Malik b. Wahaib (dan Ibn Hazm,

keduanya tidak memberikan sumbangan yang berarti jika dibandingkan dengan Ibn

Bajjah dalam bidang filsafat. Malik b. Wuhaib menarik diri sembunyi-sembunyi

setelah mendapat ancaman dari kaum muhadditsin, hanya Ibn Bajjah yang secara

terus terang mengkritik al-Ghazzali, suatu sikap yang benar-benar berani.21

20

Ma'an Ziyadah. h. 33-34 21

Ma'an Ziyadah. h. 36-37

Page 25: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

15

B. Sisi Intelektual

Sebagaimana yang telah disinggung di atas, kita tidak memiliki informasi

mengenai kepada siapa Ibn Bajjah berguru, dan hanya sedikit informasi mengenai

murid Ibn Bajjah. Di antara murid Ibn bajjah yang diketahui adalah Abu al-Hasan al-

Judi, Ishak b. Sham'un al-Yahudi al-Kurtubi, Abu Amr al-Himara, Abu Amr Osman

b. 'Ali b. Osman al-Ansari, dan Abu al-Hasan 'Ali b. 'Abdulaziz ibn al-Imam. Yang

terakhir ini memiliki peran penting, ibn al-Imam lah yang telah menyalin serta

menjaga tulisan-tulisan Ibn Bajjah. Al-Amir al-Muqtadir b. Hud (438-74 H / 1046-81

M) yang merupakan penguasa Saragossa adalah seorang matematikawan dan filsuf

yang sezaman dengan Ibn Bajjah. Terdapat informasi pula bahwa filsuf masyhur

Spanyol. Ibn Rusyd (520-95 H/1126-98 M) termasuk murid Ibn Bajjah. Namun,

melihat tanggal lahir dan wafatnya, hal ini kurang masuk akal. Mungkin saja Ibn

Rusyd pernah menghadiri kuliah yang disampaikan Ibn Bajjah ketika ia paling tidak

berumur 12 tahun. Kemudian, filsuf Yahudi, Maimonides (1138-1204 M) menghadiri

beberapa sesi pelajaran dari para murid Ibn Bajjah yang tidak kita ketahui

identitasnya. Meskipun beberapa sejarawan mencatat bahwa filsuf Muslim Spanyol

lainnya, Ibn Thufayl (500-81 H /1106-85 M) belajar filsafat bersama Ibn Bajjah, ia

menulis dalam pengantar bukunya, Hayy ibn Yaqzhan bahwa ia tidak pernah bertemu

dengan Ibn Bajjah.22

22Muhsin Akbas “Ibn Bajja” dalam Oliver Leaman (ed.) The Biographical Encyclopedia of Islamic

Philosophy. (New York: Bloomsbury Publishing. 2015). h. 174

Page 26: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

16

Satu hal yang jelas adalah bahwa dia telah menyelesaikan karir akademisnya

di Saragossa, karena ketika ia mengunjungi Granada, ia telah menjadi seorang

sarjanawan yang amat mumpuni atas bahasa Arab dan sasatra dan bahwa ia

dinyatakan begitu mahir dalam dua belas ilmu pengetahuan. Salah satu buktinya

adalah catatan mengenai kejadian yang terjadi di masjid Granada sebagaimana dicatat

oleh al-Suyuti. Kira-kira berikut kisahnya: Suatu hari Ibn Bajjah memasuki masjid

(jamī'ah) Granada. Dia melihat seorang ahli bahasa memberikan pelajaran tentang

tata bahasa kepada para murid yang duduk mengelilinginya. Ketika melihat seorang

yang asing begitu dekat dengan mereka, para murid yang masih muda berbicara

kepada Ibn Bajjah seakan meledeknya: 'Hal macam apa yang dibawa oleh seorang

ahli fiqih? Ilmu apa yang ia kuasai, dan pandangan apa yang ia pegang?' Lalu Ibn

Bajjah membalasnya, 'Aku sedang membawa dua belas ribu dinar di bawah ketiakku.'

Kemudian Ibn Bajjah menunjukkan kepada mereka dua belas permata yang begitu

indah, yang masing-masingnya senilai seribu dinar. Ibn Bajjah menambahkan, 'Aku

telah memiliki pengalaman dalam dua belas ilmu pengetahuan, terutama dalam ilmu

'Arabiyyah yang sedang kalian bahas. Dalam pendapatku, kalian termasuk ke dalam

kelompok demikian dan demikian.' Lalu Ibn Bajjah menyebutkan sanad mereka.

Lalu, para murid yang muda, dengan amat terkejut memohon maaf kepadanya.23

Seperti yang telah ditulis sebelumnya, Ibn Bajjah memegang peranan begitu

penting dalam penyebaran wacana filosofis di Spanyol. Benar bahwa sebelum Ibn

23

M. Saghir Hasan al-Ma'sumi “Ibn Bajjah” dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy:

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963). h.506

Page 27: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

17

Bajjah terdapat beberapa pemikir yang mendalami materi filosofis seperti Ibn

Masarra (269-319 H / 882-931 M) dan Ibn Hazm (384-456 H/ 994-1064 M). Tetapi

Ibn Bajjah lah yang pertama terlibat dalam kajian filsafat dan menulis karya filosofis

secara menyeluruh di wilayah ini. Karya-karyanya mempersiapkan dasar bagi para

filsuf Muslim yang berpengaruh dari generasi selanjutnya seperti Ibn Tufayl dan Ibn

Rusyd. Melalui pengamatan serta karyanya sendiri tentang astronomi, ia memberikan

landasan bagi "pemberontakan Andalusia" melawan sistem Ptolemaik. Dia juga

merupakan seorang musisi berbakat, seorang komposer handal, dan seorang penampil

seruling yang memukau. Meskipun kita tidak memiliki sejumlah karya musik yang

cukup untuk mendukung catatan historis ini. Kecintaan Ibn Bajjah terhadap musik

digunakan sebagai dasar bagi tuduhan para muhaddits dan persekongkolan yang

melawannya sepanjang hidupnya. Beberapa puisinya tentang berbagai topik sampai

kepada kita dalam suatu karya berjudul Qalā id al- iqyān(506 H/1112 M) yang

menariknya ditulis oleh Fath b. Khaqan, salah satu dari kritikusnya yang paling

tajam.24

Ibn Tufayl memberikan kesaksian mengenai lanskap pemikiran pada zaman

ini, ia menulis: 'Sebelum penyebaran filsafat dan logika formal ke Barat, semua

penduduk asli Andalusia yang berkemampuan mengabdikan hidup mereka kepada

matematik. Mereka telah mencapai suatu level yang tinggi dalam bidang tersebut

tetapi tidak dapat berbuat lebih. Generasi selanjutnya melampaui mereka dalam hal

24Muhsin Akbas “Ibn Bajja” dalam Oliver Leaman (ed.) The Biographical Encyclopedia of Islamic

Philosophy. (New York: Bloomsbury Publishing. 2015). h. 174

Page 28: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

18

mengetahui sedikit logika. Tetapi sebisa apapun mereka mengkaji logika, mereka

tidak dapat menemukan pemecahannya.' Terkait dengan hal ini, banyak dari para

matematikawan ini adalah para fisikawan. Astronomi mereka memberi landasan bagi

"pemberontakan Andalusia" melawan sistem Ptolomeus. Pertama-tama, astronom

Kordoba, al-Majriti (w. 398 H/1007 M) dibimbing oleh geometris Abd al-Ghafir. Ia

pun mengunjungi Timur dan mengambil tabel astronomi dari al-Khawarizmi, seorang

penduduk Persia TImur, menuju tengah-tengah Kordoba. Ia menulis suatu buku kecil

mengenai astrolabe dan lainnya mengenai aritmetika perdagangan, penerapan

komputasi, geometri dan aljabar dalam persoalan penjualan, penilaian dan pajak. Lalu

ia memperkenalkan Neoplatonisme populer dari Ikhwan al-Safa ke Bashrah,

Andalusia. Kemudian, muridnya, al-Kirmani, membawanye ke Saragossa, untuk

kemudian sampai kepada Ibn Bajjah. Ibn Tufayl dalam hal ini mengagungkan Ibn

Bajjah yang telah menggabungkan suatu teori fisika, gravitasi dengan hal-hal

spiritual.25

Bahkan, dalam Muqaddimah, Ibn Khaldun menulis: 'Abu Nasr Al- Fārābi dan

Abu 'Ali Ibn Sina (Avicenna) di Timur, dan qadi Abu l-Walid b. Rusyd (Averroes)

dan wazir Abu Bakr b. as-Sa'igh (Avempace) di Spanytol, merupakan yang teragung

dari para filsuf Muslim, dan terdapat beberapa yang lain yang telah mencapai batas

dalam ilmu intelektual. Manusia-manusia tersebut mendapatkan kemasyhuran dan

2525

Lenn E. Goodman “Ibn Bajjah” dalam Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman (ed.) History of

Islamic Philosophy: Volume One. (New York: Routledge. 2007). h. 541-542

Page 29: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

19

prestasi yang istimewa.‟26

Selain Ibn Tufayl dan Ibn Khaldun, Maimonides pun,

dalam suatu surat terkenal kepada penerjemah karyanya, 'Petunjuk kepada yang

Bimbang' dari bahasa Ibrani ke bahasa Arab, ia menyebut Ibn Bajjah sebagai seorang

filsuf agung dan menyebut karyanya sebagai karya berperingkat pertama. Meskipun

Ibn Tufayl mengeluh perihal keadaan yang tak teratur serta tidak lengkap dari karta-

karya Ibn Bajjah disebabkan karena sedikitnya waktu senggang untuk berfilsafat

sebab urusan-urusan duniawi; serta atas kritik Ibn Bajjah terhadap mistisisme.27

Sedikit yang diketahui mengenai pendahulu Ibn Bajjah adalah bahwa

beberapa salinan-salinan naskah kuno dari Rasā'il Ikhwān al-Ṣafā yang tersedia di

Eropa dikaitkan dengan Maslamah ibn Ahmad al-Majriti, seorang matematikus agung

Spanyol yang masyhur selama kekuasaan Hakam II dan wafat pada tahun 598 H/1003

M. Di antara para muridnya, ibn al-Safa, Zahrawi, Karmani serta Abu Muslim 'Umar

ibn Ahmad ibn Khaldun al-Hadrami, mereka masyhur dalam ilmu matematika.

Seperti yang sekilas dibahas sebelumnya, menetapnya Karmani di Saragossa,

menurut pernyataan Qadi Sa'id dan Maqarri, adalah sebab Rasa'il Ikhwan al-Safa

sampai di Spanyol. Ia wafat di Saragossa pada tahun 450 H/1063 M. Meskipun

filsafat sebenarnya telah memasuki Spanyol jauh sebelum Rasa'il. Terdapat seorang

bernama Muhammad ibn 'Abdun al-Jabali yang berkelana ke Timur di tahun 347

H/952 M yang mengkaji logika bersama Sulaim Muhammad ibn Tahir ibn Bahram

26

Ibn Khaldun. The Muqaddimah: An Introuduction to History. (New York: Routledge. 1967). h. 374 27Lenn E. Goodman “Ibn Bajjah” dalam Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman (ed.) History of

Islamic Philosophy: Volume One. (New York: Routledge. 2007). h. 545

Page 30: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

20

al-Sijistani dan kemnali ke Spanyol pada tahun 360 H/965 M. terdapat pula Ahmad

dan Umar, dua anak dari Yunus al-Barrani yang masuk ke Baghdada pada tahun 330

H/935 M, mengkaji ilmu-ilmu dengan Tsabit ibn Sinan ibn Tsabit ibn Qurrah, dan

setelah cukup lama kembali ke Spanyol di tahun 351 H/956 M. Sebagaimana bukti

sejarah, pada abad ke Empat Hijriah/ Sepuluh Masehi, pada pelajar Spanyol

mempelajari matematika, hadits, tafsir dan fiqh bersama dengan logika dan ilmu

filsafat lainnya di Baghdad, Basrah, Damaskus dan Mesir. Kemudian di akhir abad 4

H/10 M, filsafat dan logika dilarang di Spanyol dan para pengkajinya dihukum, ini

terjadi pada masa Ibn Bajjah, sehingga menyebabkan Ibn Bajjah, Ibn Tufayl dan Ibn

Rusyd harus menghadapi hukuman, dipebjarakan dan dikutuk. Ibn Hazm yang telah

masyhur dalam bidang teologi dan ilmu agama lainnya menulis Kitab al-Fasl fi al-

Milal al-Nihal, suatu kitab yang mencatat doktrin Kristen, Yahudi, dan lainnya tanpa

menampilkan prasangka-prasangka. Namun begitu, seperti yang telah ditulis

sebelumnya, perannya berhenti di bidang non-filosofis.28

Kemudian, berkenaan dengan para pemikir yang sezaman dengan Ibn Bajjah,

kita tidak memiliki catatan yang lebih awal dari catatan Ibn al-Imam, murid Ibn

Bajjah sendiri, yang darinya kita mendapatkan informasi tentang tulisan-tulisannya.

Adalah Al-Wazir Abu al-Hasan 'Ali ibn 'Abd al-'Aziz ibn al-Imam, seorang pengikut

yang mengabdikan diri kepada Ibn Bajjah, ia menjaga tulisan-tulisan Ibn Bajjah

dalam suatu antologi yang pengantarnya ia tulis sendiri. Bukti bahwa Ibn Bajjah

28

M. Saghir Hasan al-Ma'sumi “Ibn Bajjah” dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy:

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963). h.507-508

Page 31: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

21

begitu mengagumi Ibn al-Imam nampak dalam pembuka dari suratnya yang terdapat

pula dalam antologi yang telah disebut tadi. Dalam pengantar atas antologi tersebut,

Ibn alImam menggambarkan lanskap kultur filosofis waktu itu. Bahwa buku-buku

filsafat banyak beredar di kota-kota Spanyol pada masa al-Hakam II (350 - 366

H/961-976 M). Ibn Bajjah mentranskrip buku-buku kuno dan lainnya lalu

mengadakan penelitian atasnya, suatu upaya yang benar-benar diawali oleh Ibn

Bajjah. Yang ada sebelum Ibn Bajjah adalah catatan-catatan penuh kekeliruan di

sana-sini, termasuk yang dilakukan Ibn Hazm, yang, menurut Ibn al-Imam, berada di

bawah Ibn Bajjah dalam hal penelitian. Lalu, disebutkan pula bahwa terdapat seorang

bernama Malik ibn Wuhaib dari Sevilla, ia tidak mencatat apa-apa selain secuil

prinsip logika saja, untuk kemudian menyerah untuk menelitinya secara terang-

terangan (sebagaimana yang telah disebut di atas berkaitan dengan dikutuknya logika

dan filsafat). Ada pula sepucuk surat dari al-Shawandi yang menuliskan: "Apakah

kalian memiliki, di antara kalian seseorang seperti Ibn Bajjah dalam bidang musik

dan filsafat?" Ada pula catatan dari Maqqari yang menyatakan: "Berkenaan dengan

karya-karya musik, karya Ibn Bajjah dari Granada sudahlah cukup. Ia menempati

tempat di Barat laiknya Abu Nasr Al- Fārābi di Timur."29

29

M. Saghir Hasan al-Ma'sumi “Ibn Bajjah” dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy:

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963). h. 509-510

Page 32: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

22

C. Sisi Filosofis

Pada sub-bab sebelumnya kita telah melihat betapa Ibn Bajjah merupakan

tokoh filsafat yang penting yang pernah dimiliki peradaban Islam. Setelah kita sekilas

melihat latar belakang, baik sosio-politis maupun intelektual di mana Ibn Bajjah lahir

dan besar, kini kita akan membahas mengenai bagaimana latar belakang tersebut

memiliki arti penting bagi karya-karya yang ditulis oleh Ibn Bajjah; persisnya,

seberapa dekatkah latar belakang tersebut mempengaruhi corak filosofis dari karya-

karyanya. Mengenai karya-karya Ibn Bajjah, meskipun seperti dilansir oleh beberapa

pihak seperti Ibn al-Imam dan Ibn Tufayl, dan bahkan Ibn Bajjah sendiri, perihal

ketidaklengkapan, keterceceran serta ketidakrapiannya, para sejarawan filsafat

menyatakan bahwa beberapa karya Ibn Bajjah yang sampai kepada masa ini adalah

sebagai berikut:30

a. Manuskrip Bodeian., Arabic Pococke, berisi 222 folio. ditulis pada Rabi' II

547 J/1152 M di Qus. Manuskrip ini tidak menyertakan traktat mengenai

pengobatan, dan Risalat al-Wada'.

b. Manuskrip Berlin no. 5060 (vide Ahlwardt: Catalogue), yang hilang pada

Perang Dunia Kedua.

c. Manuskrip Eskurial No. 612. Ia hanya berisi traktat-traktat yang ditulis Ibn

Bajjah sebagai ulasan-ulasan atas traktat Al- Fārābi mengenai logika.

Ditulis di Sevilla pada tahun 667 H/1307 M.

30

M. Saghir Hasan al-Ma'sumi “Ibn Bajjah” dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy:

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963). h. 510-511

Page 33: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

23

d. Manuskrip Khediviah. Akhlaq No. 290. Telah diterbitkan oleh Dr. Omar

Farrukh dalam karyanya Ibn Bajjah w al-Falsafah al-Maghribiyyah.

Sebagai perbandingan, telah disetujui bahwa ini merupakan sebuah

rangkuman dari Tadbīr al-Mutawwahid - suatu rangkuman dalam artian

bahwa ia menanggalkan sebagian besar dari teks tersebut tetapu

mempertahankan kata-kata asli dari penulisnua.

e. Brockelmann menyatakan bahwa Perpustakaan Berlin memiliki sebuah ode

unik dari Ibn Bajjah yang diberi judul Tardiyyah.

f. Karya-karya yang disunting oleh Asin Palacios dengan terjemahan

Spanyol-nya serta catatan-catatan yang penting: (i) Kitab al-Nabat, al-

Andalus, Vol. V, 1940; (ii) Risalah Ittisal al-'Aql bi al-Insan, al-Andalus,

Vol. VII, 1942; (iii) Risalah al-Wada', al-Andalus, Vol. VIII, 1943; (iv)

Tadbīr al-Mutawwahid yang diberi judul El Regimen Del Solitario, 1946.

g. Karya-karya yang disunting oleh Dr. M. Saghir Hasan al-Ma'sumi: (i) Kitab

al-Nafs dengan catatan serta pengantar dalam bahasa Arab, Majallah al-

Majma' al-'Ilm al-'Arabi, Damaskus, 1958; (ii) Risalah al-Ghayah al-

Insaniyyah yang diberi judul Ibn Bajjah on Human End, dengan terjemahan

bahasa Inggris, Journal of Asiatic Society of Pakistan, Vol. II, 1957.

h. Dan terakhir, yang terbaru adalah tesis dari Ma'an Ziyadah yang dijadikan

rujukan utama dari skripsi ini.31

31

M. Saghir Hasan al-Ma'sumi “Ibn Bajjah” dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy:

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963). h. 515-516

Page 34: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

24

Henry Corbin menambahkan, bahwa Ibn Bajjah berjasa dalam menulis beberapa

ulasan mengenai traktat Aristoteles (the Physics, the Meteorology, De generatione,

the History of Animals). Termasuk berbagai traktat mengenai Logika, sebuah traktat

tentang Jiwa, sebuah traktat tentang penyatuan antara intelek manusia dengan Akal

Aktif.32

Dari sekian karya Ibn Bajjah, setidaknya empat darinya, Kitab al-Nafs,

Ris lah al-Ittiṣ l dan al-Wada' danTadbīr al-Mutawwahid adalah yang paling

penting. Kitab al-Nafs adalah karya Ibn Bajjah tentang psikologi manusia, Ma'sumi

menyatakan bahwa kitab ini dapat disebut sebagai parafrase dari karya Aristoteles

dengan judul yang sama, On the Soul, atau De Anima. Risālah al-Wad ' dan al-

Ittishal membahas penggerak pertama, tujuan dari keberadaan manusia dan

penyatuan dari intelek manusia dengan Tuhan. Tadbīr al-Mutawwahid adalah puncak

dari pemikiran filosofisnya. Ia mempersoalkan bagaimana seorang manusia yang

benar menjaga wataknya serta mencapai kebahagiaan dalam lingkungan yang tidak

sempurna.33

Kini kita akan melihat bagaimana karya-karya penting tersebut bukan

semata-mata pemikiran tanpa berlandaskan kenyataan yang dialami Ibn Bajjah;

sebaliknya, apa yang ditulis Ibn Bajjah tidak lain dari rekam jejak kehidupan dan

pemikirannya sendiri.

32

Henry Corbin. History of Islamic Philosophy. (New York: Kegan Paul. 1962). h. 231 33Muhsin Akbas “Ibn Bajja” dalam Oliver Leaman (ed.) The Biographical Encyclopedia of Islamic

Philosophy. (New York: Bloomsbury Publishing. 2015). h. 175

Page 35: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

25

BAB III

TINJAUAN UMUM MENGENAI FALSAFAH POLITIK

Dalam Bab ini saya akan membahas mengenai pengertian Falsafah Politik

serta pendapat dari beberapa tokoh yang berbicara mengenai teori politik hal ini

diperlukan sebagai dasar acuan pembahasan Falsafah Politik Ibn Bajjah di Bab IV.

A. Pengertian Falsafah Politik

Filsafat politik telah hadir sejak manusia memulai menyadari bahwa tata

sosial kehidupan bersama bukanlah sesuatu yang sangat mungkin terbuka untuk

perubahan. Oleh karena itu, tata politik merupakan produk budaya dan memerlukan

justifikasi filosofis untuk mempertahankannya. Falsafah politik juga seringkali

muncul sebagai tenggapan terhadap situasi krisis zaman nya. Pada era pertengahan,

tema relasi antara negara dan agama menjadi tema utama falsafah politik. Pada era

modern, tema pertentangan antara kekuasaan absolut dan kekuasaan raja yang

dibatasi oleh konstitusi menjadi tema utama refleksi falsafah politik.34

Menurut Plato, Falsafah Politik adalah upaya untuk membahas dan menguraikan

bebagai segi kehidupan manusia dalam hubungannya dengan negara. Ia

menarawarkan konsep pemikiran tentang manusia dan negara yang baik dan ia juga

mempersoalkan cara yang harus ditempuh untuk mewujudkan konsep pemikiran.

Bagi Plato, manusia dan negara memiliki persamaan hakiki. Oleh karena itu, apabila

manusia baik negara pun baik dan apabila manusia buruk negara pun buruk, apabila

34

J.H Rapar, Filsafat Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001

Page 36: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

26

negara buruk berarti manusia buruk, artinya negara adalah cerminan manusia yang

menjadi warga nya.35

Falsafah politik memberikan penjelasan yang berdasarkan rasio dilihat adanya

hubungan antara sifat dan hakikat dari alam semesta (universe) dengan sifat dan

hakikat kehidupan politik di dunia fana ini. pokok pikiran dari falsafah politik adalah

bahwa persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta seperti metafisika dan

epistimologi harus dipecahkan lebih dahulu sebelum persoalan politik yang sehari-

hari dapat ditanggulangi, contoh: 36

Keadailan merupakan hakikat dari alam semesta sekaligus merupakan

pedoman untuk mencapai kehidupan yang baik yang dicita-citakan oleh Plato.

Falsafah Politik erat kaitan nya dengan etika dan falsafah politik. Dalam pembahasan

falsafah politik dikaitkan dengan falsafah politik pendidikan.37

Falsafah Politik, yang juga dikenal sebagai teori politik adalah kajian

mengenai topik-topik seperti politik, kebebasan, keadilan, kesejahteraan, hak dan

hukum38

. Falsafah politik adalah suatu cabang dari Falsafah. diantara ilmu politik,

sebuah fokus yang kuat telah secara historis ditempatkan pada peran dari Falsafah

Politik, falsafah moral dan humaniora, meskipun di akhir-akhir ini terdapat suatu

35

J.H Rapar, Filsafat Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001 36

Leo Starauss, An introduction to Political Philosophy. Detroit : Wayne State University Press, Hal

10 37

Leo Starauss, An introduction to Political Philosophy. Detroit : Wayne State University Press, 38

Leo Starauss, An introduction to Political Philosophy. Detroit : Wayne State University Press,

Page 37: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

27

perkembangan fokus pada teori politik yang didasarkan pada metodelogi kuantitatif

sebagai mana teori ekonomi dan juga ilmu sains. 39

Falsafah politik memproblematisir secara fundamental pertanyaan-pertanyaan

mengenai negara, pemerintahan, serta etika politik. Falsafah politik mempertanyakan

pertanyaan-pertanyaan “seperti apa itu pemerintahan?”, “mengapa pemerintahan

dibutuhkan?”, “apa yang melegitimasi suatu pemerintaha?”, “apa hak dan kewajiban

dari negara?” , dan seterusnya. 40

Sebelum memasuki pemikiran politik dari para Filosof, barangkali kita perlu

memproblematisir terlebih dahulu mengapa falsafah di perlukan dalam teori politik?

Sebab falfasah secara esensial tidak memiliki kebenaran, melainkan mencari

kebenaran. Ciri khas dari para Filosof adalah “ia mengetahui bahwa ia tidak

mengetahui” dan bahwa wawasan nya tentang keabaian kita mengenai hal-hal penting

mendorongnya untuk berjuang dengan semua kekuatan nya demi pengetahuan.

Falsafah sebagai pencarian akan kebijaksanaan adalah pencarian pengetahuan

universal untuk pengetahuan yang menyeluruh. Pencarian tidak akan diperlukan lagi

jika pengetahuan yang menyeluruh sudah tersedia. Ketiadaan pengetahuan akan yang

utuh tidak berarti, bahkan , bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan yang

39

Heather Savigny, dan Lee Marsden, Doing Political Science and International Relations: Theories

In Action , Macmillan International Heigher Education Hal 13 40

https://www.philoshopybasics.com/branch_political diakses pada tanggal 6 Agustus 2019 Pukul

23.05 WIB

Page 38: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

28

menyeluruh: Falsafah harus didahului oleh opini mengenai “yang menyeluruh”. Oleh

sebab itu falsafah politik adalah suatu pencarian akan pengetahuan politik.41

Fasalah politik berusaha, kemudian , mengganti opini-opini mengenai watak

atau sifat dari hal-hal politik dengan pengetahuan mengenai hal-hal politik tersebut.

Hal-hal politik adalah pada dasar nya tunduk pada persetujuan dan ketidaksetujuan

pilihan dan penolakan pujian dan cacian. Falsafah politik adalah usaha yang

sesungguh nya baik watak dari hal-hal politik dan juga hak atau kebaikan aturan-

aturan politik. 42

B. Falsafah Politik Menurut Para Filosof

B.1 Plato

Falsafah Plato memuncak dalam uraian-uraian nya mengenai negara. Latar

belakang bagi uraian-uraian ini adalah pengalaman yang pahit mengenai politik

Athena. Seluruh keaktifan Plato mesti dianggap sebagai usaha untuk memperbaiki

keadaan negara yang dirasakan buruk. Baik pendirian akademia di Athena maupun

pencampuran tangan dalam politik Sisilia mempunyai tujuan itu. Demikian juga

karya karangan Plato mengindahkan maksud yang sama. Kedua dialog terpanjang

yang ditulis Plato membicarakan persoalan-persoalan berkenaan dengan susunan

negara. Tetapi juga dalam dialog-dialog lain (mulai dengan Apologia yang dapat

41

Leo Starauss, An introduction to Political Philosophy. Detroit : Wayne State University Press, hal

15 42

Leo Starauss, What is Political Philosophy, The Jurnal of Politic. Vol 19, No 3 hal 344

Page 39: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

29

dipandang sebagai krtiknya yang petama atas bentuk negara di Athena) Plato

membahas pokok-pokok yang bersangkut paut dengan negara.43

Menurut Plato ada hubungan erat antara ajarannya di bidang etika dan

teorinya tentang negara. Karena itulah terlebih dahulu kita harus bertanya,

bagaimanakah ajaran Plato tentang etika. Sebagaimana ajaran Plato pada umumnya

tidak gampang dipisahkan dari pendirian gurunya Sokrates, demikiran pun anggapan

Plato dalam bidak etika tidak dapat siceraikan dari pendapat Sokrates. Oleh sebab itu,

apa yang terurai di atas mengenai etika Sokrates, menurut garis besarnya dapat

dipandang pula sebagai anggapan Plato tentang Etika. Bagi plato pun tujuan manusia

adalah eudaimonia, “well-being” atau hidup yang baik. Tetapi hidup yang baik tidak

mungkin kecuali dalam polis saja. Plato tetap memikhak pada cita-cita Yunani yang

tua, yakni bahwa sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis. Ia menolak

pendapat “modern” (dalam arti : menyimpang dari tradisi yunani) yang sudah timbul

pada kaum Sofis, bahwa negara hanya beralaskan nomos (adat kebiasaan) saja bukan

Physis (Kodrat). Plato tidak pernah ragu-ragu dalam keyakinan nya bahwa manusia

menurut kodratnya merupakan makhluk sosial: atau lebih tepat nya lagi, bahwa

manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau negara. Kalau memang demikian

halnya, sudah nyata bahwa hidup yang baik menuntut juga negara yang baik. Dalam

suatu negara yang buruk para warga negara tidak mampu mencapai hidup yang baik.

Tetapi kebalikannya benar juga: kalu semua warga negara hidup jelek, masakan

43

J.H Rapar, Filsafat Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001

Page 40: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

30

negara bersangkutan bisa menjadi negara yang baik? Ada pengaruh timbal balik

antara hidup yang baik sebagai individu dan negara yang baik.44

Selain Politeia dan Nomoi, ada karya ketiga lagi dimana Plato membicarakan

persoalan-persoalan yang bertalian dengan negara, yaitu dialog yang berjudul

Politikos. Bersama dengan Namoi, dialog ini juga terhitung dalam periode terakhir

aktivitas Plato sebagai pengarang: tetapi bertentangan dengan Namoi, dialog Politikos

ini pendek saja.

1.1 Politeia

Nama dialog ini berarti “tata Polis” atau “tata Negara”. Terjemahan yang

biasanya diberikan dalam bahasa inggris, yaitu “ The Republic” sebenarnya kurang

tepat, karena bagi orang modern kata “republik” mempunyai arti yang tidak

dimaksudkan Plato. Politeia terdiri dari sepuluh buku atau bagian. Tema yang

diselidiki didalamnya ialah “keadilan”. Dalam buku I pokok penyelidikan ini

diperkenalkan. Agar menjadi lebih jelas apakah keadilan itu, Sokrates mengusulkan

supaya keutamaan ini diperika bukan saja pada manusia perorangan, melaikan dalam

perspektif lebih luas, yaitu negara. Oleh karenanya, mulai dengan buku II dialog

selanjutnya berbicara mengenai negara: bukan mengenai salah satu negara konkret,

melaikan mengenai negara yang ideal. Bagaimana negara idea harus disusun? Itulah

pertanyaan yang dijawab Plato dalam Politeia. 45

44

Kees Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta PT Kanisius) 1999 hal141 45

Kees Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta PT Kanisius) 1999

Page 41: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

31

Menurut Plato alasan mengakibatkan manusia hidup dalam Polis bersifat

ekonomis. Manusia membutuhkan sesamanya. Jika peta membikin bajak dan cangkul

sendiri, pakaian sendiri dan lain sebagainya, ia hampir tidak mempunyai waktu lagi

untuk mengolah tanah. Apalagi tidak semua manusia mempunyai bakat untuk tugas

yang sama. Orang satu lebih cocok dengan perkerjaan ini, orang lain lebih cocok

dengan pekerjaan lain. Oleh karenanya, perlulah suatu “spesialisasi” dalam bidang

pekerjaan: petani-petani, tukang-tukang tenun, tukang-tukang sepatu, tukang-tukang

kayu, tukang-tukang besi, gembala-gembala, pedagang-pedagang dan lain-lain. Bila

polis sudah mencapai taraf lebih mewah, akan diperlukan juga ahli-ahli musik,

penyair-penyair, guru-guru, tukang-tukang pangkas dan lain-lain. Karena dalam polis

yang mewah jumlah penduduk berambah, tanah wilayah polis tidka akan mencukupi

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para penghuninya. Akan dirasakan keperluan

utnuk merebut sebagian wilayah polis tentangga. Dengan demikian Plato menunjukan

kecenderungan manusia untuk menambah kekayaan sebagai asal usul timbulnya

perang.46

Karena pendapat nya mengenai “spesialis” dalam bidang perkerjaan, secara

konsekuen Plato berpendirian juga bahwa hanya segolongan orang saja harus

ditugaskan untuk melakukan perang. Mereka disebut “penjaga-penjaga” (Phylakes).

Usul Plato mengenai tentara yang “Profesional” ini merupakan sesuatu yang baru

bagi masyarakat Yunani, karena dalam Polis Yunani yang tradisional tentara terdiri

46

Kees Bertens,Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta PT Kanisius) 1999

Page 42: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

32

dari semua warga negara. Seluruh buku III membicarakan pendidikan yang harus

diberikan kepada penjaga-penjaga itu. Pria dan Wanita akan menerima pendidikan

yang sama, sehingga juga para wanita dapat menjadi penjaga dan mengambil bagian

dalam peperangan. Sebagaimana biasa di Yunani pendidikan dimulai dengan

mempelajari puisi dan musik. Dalam bidang pusi Plato berpendapat bahwa banyak

penyair Yunani tidak cocok untuk membentuk jiwa orang muda yang menjadi

penjaga. Ada dua alasan petama karena penyair-penyair itu – Hesiodos dan Homeros

umpamanya- menceritakan tentang para dewa hal hal yang tidak pantas;

pembunuhan, petengkaran dan lain-lain nya. Tetapi kata Plato, “ Allah itu adalah baik

sifatnya dan ia harus dilukiskan demikian”. Alasan kedua ialah bahwa banyak penyair

berbicara tentang maut dengan cara menakutkan. Padahal, para penjaga harus dididik

demikian rupa sehingga mereka dijadikan orang yang menonjol karena

keberaniannya. Oleh sebab itu dalam masa pendidikanya mereka tidak boleh

digelisahkan dengan cerita-cerita semacam itu, biarpun mutu puitis nya tinggi sekali.

Sesudah mempelajari puisi dan musik , para penjaga harus dilatik dengan senam.

Pendidikan jasmani ini harus berlangsung kira-kira diumur 18 tahun samapai 20

tahun. Plato menekankan bahwa latihan para penjaga tidak boleh menyerupai latihan

yang biasa diberikan pada atlet-atlet Yunani. Para penjaga harus mendapat latihan

lebih umu dan lebih keras, supaya nanti mereka dapat tahan di medan perang.

Beberapa dari antara penjaga-penjaga akan dipilih menjadi pemimpin negara.

Hanya mereka yang paling baik dan paling cakap boleh dipilih. Dari tingkah lakunya

Page 43: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

33

sudah harus nyata cinta dan kesetiaan mereka kepada negara. Mereka akan

dinamakan “penjaga” dalam arti yang sebenarnya, sedangkan penjaga-penjaga lain

sebaiknya dinamakan “pembantu” saja, demikian kata Plato. Tatapi sebelum mereka

dianggap layak untuk memegang kekuasaan negara, terlebih dahulu mereka sebagai

filsuf. Pendudikan itu amat panjang. Mereka mulai dengan mempelajari semua

cabang ilmu pasti. Studi ini akan dilangsungkan sampai usia 30 tahun. Maksud studi

ini bukan praktis (penggunaan militer umpanya), melainkan untuk melatih oemikiran

mereka dalam mencari kebenaran. Sesudah itu ditiadakan seleksi lagi dan mereka

yang terpilih akan mempelajari “Dialektika” atau falsafah dalam arti sebenarnya.

Studi falsafah akan berlangsung lima tahun. Maksudnya ialah memandang Ide-ide

khususnya “yang Baik”. Setelah pendidikan ini selesai, filsuf-filsuf akan menunaikan

berbagai jabatan negara, 15 tahun lama nya. Baru pada usia 50 tahun mereka yang

sudah menyatakan kecakapannya dalam hal kepemimpinan dapat dipanggil untuk

memerintah negara. Demikianlah negara yang idea akan dipimpin oleh filsuf-filsuf.

Plato mengucapkan keyakinannya bahwa itulah satu-satunya jalan untuk

memecahkan kesulitan-kesulitan politik dialami pada waktu itu. 47

Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bawah menurut Plato negara yang

ideal terdiri dari tiga golongan (selain budak-budak). Golongan pertama adalah

penjaga-penjaga yang sebenarnya atau filsuf-filsuf. Karena mereka mempunyai

pengertian mengenai “yang Baik”, kepemimpinan negara dipercayakan kedalam

47

Kees Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta PT Kanisius) 1999

Page 44: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

34

tangan mereka. Golongan kedua adalah pembantu-pembantu atau prajurit-prajurit.

Mereka ditugaskan menjamin keamanan negara dan mengwasi supaya warga negara

tunduk kepada filsuf-filsuf. Akhinya, golongan ke tiga terdiri dari petani-petani dan

tukang-tukang yang menanggung kehidupan ekonomis bagi seluruh Polis.

1.2 Negara ideal menurut Plato

Bertrand Russell menyebutkan bahwa negara yang ingin dibangun Plato

adalah “negara utopia”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa utopia

berarti “sistem politik yang sempurna yang hanya ada dibayangan (khayalan) dan

sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan.” Kalau demikian secara

sepintas memang konsep negara yang diinginkan Plato seolah-olah hanyalah

khayalan dan tidak mungkin diterapkan dalam kehidupan nyata.

Dalam pemikiran Plato tentang negara sangat banyak dinilai luhur yang bisa

dijadikan sebagai etika dalam membangun dan memimpin sebuah negara. Plato

menegaskan bahwa sebuah negara haruslah bersendikan keadilan, kearifan,

keberanian atau semangat pengendalian diri dalam menjaga keselarasan dan

keserasian hidup bernegara. Franz Magnis Susno dalam bukunya “13 Tokoh Etika”

menyebutkan bahwa ada empat keutamaan yang paling utama, yaitu: kebijaksannan,

keberanian, sikap tahu diri dan keadilan.”48

Nilai-nilai yang disebutkan Plato

merupakan nilai yang sangat relevan dengan realitas yang dihadapi manusia sekarang,

48

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad 19, (Yogyakarta: Kanisius,

1997) h. 23

Page 45: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

35

dimana manusia saat ini masih memperjuangkan tegaknya suatu keadilan, berani

dalam menegakan kebenaran, mampu mengendalikan diri dari emosi, serta memiliki

kebijaksanaan dalam memimpin negara dan dalam kehidupan bernegara secara luas.

Plato menyebutkan bahwa pemerintah haruslah mempersmbahkan hidup

mereka bagi negara dengan mengorbankan kepentingan diri sendiri. Hal ini jelaslah

bahwa pemerintahan tidak sewajarnya dalam memerintah hanya untuk memperkaya

diri dan kelompoknya, tanpa memperlihatkan keadaan rakyat yang diperintahnya.

Sebuah negara haruslah memperjuangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat,

sehingga kebahagiaan dalam kehidupan dapat terwujud di semua golongan.

Bertrand Russell juga menyebutkan bahwa Republiknya Plato kemungkinan

dimaksudkan untuk benar-benar diwujudkan. Hal itu bukanlah suatu yang ganjil atau

mustahil sebagaimana umumnya pandangan orang. Ide negara Plato memang sudah

pernah diterapkan oleh bangsa Sparta. Pemerintahan oleh para filsuf sudah pernah di

upayakan oleh Phytagoras, Architas (pengikut Phytagoras). Bahkan negara Republik

juga pernah didirakan di wilayah pesisir Spanyol. Akan tetapi dalam perkembangan

nya, negara-negara Republik yang merupakan negara kecil, akhirnya mengalami

berbagai kemunduruan yang diakibatkan oleh peperangan dan persaingan dengan

negara yang lebih besar.49

49

Bertrand Russell, History of Westren Philosophy and Its Conncection with Politcal and Soscial

Cirumstances from the Earliest Times of the Present Day, diterjemahkan oleh sigit jatmiko dkk dengan

judul sejarah filsafat barat; kaitannya dengan kondisi Sosio-Politik zaman kuno hingga sekarang.

(Yogyakarta: Pustaka belajar, 2007), hal. 146

Page 46: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

36

B.2 Al- Fārābi

Al-Fārābi adalah pemikir politik yang perfeksionis. Dia menciptakan teori

politik dengan menggabungkan berbagai pemikiran politik yang dipelajari dari para

filosof Yunani, seperti Plato, Aristoteles dan Plotinus, teori politik Al-Fārābi sangat

kental dengan nuansa teologis yang bermuara kepada kesatuan tujuan sejati manusia,

yaitu kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Teori ini bisa dikatakan mustahil untuk

dilaksanakan oleh siapapun dan di negara manapun, karena persyaratan berat.

Pemikiran politik ini tampak sebagai gabungan dari cara pandang sistem kenegaraan

yang bersifat teologis dan sosiologis. Namun demikian, Al-Fārābi telah berusaha

keras untuk mengenalkan teorinya sendiri, dan secara mandiri mengemukakan

pandangan politiknya secara orisinil, meskipun ada beberapa yang dianggap sebagai

turunan dari teori para filosfi klasik Yunani. Keunikan pemikiran politik Al-Fārābi

terlihat ketika sampai pada bahasan tentang tujuan hidup manusia, yang dikaikan

dengan persoalan politik dan kemasyarakatan. Disini, Al-Fārābi membawanya kepada

peroalan-persoalan teologis yang berujung kepada pembahasan tenang hubungan

antara manusia, Tuhan, Benda-benda langit dan Akal aktif. Dalam pemikiran

politiknya, Al-Fārābi tidak hanya berbicara tentang negara utama (negara ideal) dan

pimpinan (negara) ideal, tetapi juga membahas tentang bangsa-bangsa ideal yang

terdiri dari kota-kota utama, dan dunia ideal yang terdiri dari bangsa-bangsa utama.

Bagi Al-Fārābi, pemimpin negara harus ada terlebih dahulu, baru kemudian rakyat

Page 47: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

37

atau masyarakatnya. Sebagaimana kejadian alam semesta, dimana Tuhan harus ada

terlebih dahulu sebelum adanya alam.50

Hubungan antara idealisme individu dan komunitas, pada awalnya mendapat

perhatian khusus dalam konsep kepemimpinanAl-Fārābi. Dia menyatakan bahwa

peran dan fungsi pemimpin terhadap warga negara nya sangat beragam, sesuai

dengan kesepakatan yang menjadi tujuan dari negara masing-masing. Namun Al-

Fārābi menjatuhkan pilihan terhadap satu pola kepemimpinan yang dianggapnya

paling baik (ideal) dengan peran, fungsi, tujuan kepemimpinan negara yang tepat dan

sesuai dengan citra kemanusiaan yang ideal. 51

Menurut Al-Fārābi pemimpin yang sesungguhnya adalah pemimpin yang

tujuan utama dari segala apa yang dilakukannya dapat memberi manfaat kepada diri

dan para warga dalam meraih kebahagiaan. Ini merupakan tugas pemimpin. Untuk

itu pemimpin negara utama haruslah orang yang paling sejahtera diantara yang lain

karena dia akan menjadi sebab kesejahteraan warga kota.52

Kemudia juga Al-Fārābi memahami pemimpin sebagai orang yang diikuti

atau diterima. Dalam arti diterima dengan alasan bahwa dia adalah orang yang

memiliki kesempurnaan tujuan, apabila perbuatan-perbuatan, keutamaan-keutamaan,

dan kreatifitas pemimpin tidak seperti yang dikehendaki oleh masyarakat, maka

50

Imam Sukardi, Negara dan Kepemimpnan dalam pemikiran Alfarabi, jurnal Al-A‟raf IAIN

Surakarta 2017 hal 285 51

Imam Sukardi, Negara dan Kepemimpnan dalam pemikiran Alfarabi, jurnal Al-A‟raf IAIN

Surakarta 2017 hal 285 52

Alfarabi, fusul muntazaah, (Beirut : Dar Al-Masyriq, 1993 Hal 47.

Page 48: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

38

kepemimpinannya tidak bisa diterima. Dengan kata lain pemimpin adalah orang yang

paling utama, paling kreatif, dan memiliki tujuan yang paling utama. Semua itu tidak

mungkin terjadi apabila dia tidak memiliki ilmu-ilmu teoritis dan keutamaan berpikir

sebagaimana yang dimiliki oleh seorang failusuf.53

Bagi Al-Fārābi , pemimpin negara harus memiliki ilmu-ilmu teoritis dan

dapat merealisasikan dalam kepemimpinananya sehingga kepercayaan masyarakat

terhadap dirinya semakin kuat. Dia tidak hanya pandai tebar pesona tetapi

mewujudkan gagasan-gagasan secara nyata. Karakter demikian ini biasanya dimiliki

orang-orang yang memahami falsafah secara baik, dia adalah failusuf yang

mempelajari ilmu pengetahuan (teoritis) dan kebenaran dan kebijakan tetapi tidak

mempraktikannya.54

Kemudian juga semakin amat terlihat jelas, bahwa Al-Fārābi benar-benar

memahami pemimpin sebagai simbol yaitu tentang teorinya mengerani organisme,

dimana hakikat negara adalah laksana suatu tubuh yang hidup sebagaimana tubuh

manusia. Sebagai ciri-ciri dari organisme ialah sifatnya yang berubah-rubah. Badan

organismme yang hidup dapat menerima dan mengambil bahan-bahan dan zat-zat

dari luar dirinya, lalu diolah untuk kebutuhan hidup dan kemudian dipisahkan mana

53

Alfarabi, Tahsil al-sa‟adah, Hyberabad : Majlis Da‟irah al-Ma‟arif al-Utsmaniyyah, 1349 H, hal 43 54

Alfarabi, tahsil al-sa‟adah, hal 44

Page 49: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

39

yang dibutuhkan dan mana yang tidak. Di dalam organisme terdapat struktur hierarki

sehingga setiap bagiannya memiliki kedudukan tertentu.55

Pemimpin Kota dan Negara yang luar biasa tidak bisa sembarangan manusia,

karena pemerintahan mebutuhkan 2 syarat : (a) ia harus diperngaruhi oleh sifat

bawaannya, (b) ia seharusnya memperoleh sikap dan kebiasaan kehendak bagi

penguasa yang berkembang dalam diri seseorang lelaki yang sifar bawaannya

cenderung untuk itu.56

Diantara sifat-sifat pemimpin yang disebutkan ialah: “bijak, berbadan kuat,

bercita-cita tinggi, baik daya pemahamannya, kuat daya hafalannya sangan cerdas,

fasih berbicara, cinta kepada ilmu, sanggup menanggung beban dan kesulitan

kareananya, tidak rakus kepada kenikmatan jasmani. Cinta kepada kejujuran, mulia

jiwanya, adil dan teladan bagi semua orang , cinta terhadap diri dan keluarganya,

serta berani dan paling awal.57

55

Ahmad Zainal Abidin, Negara utama (Jakarta : Kinta, 1968) hal 53 56

Abu Nasr alFarabi‟s , Mabadi ara ahl al-Madina al-Fadila hal 239 57

Yamani, Antara alfarabi dan Khmeini Filsafat Politik Islam, Hal 12

Page 50: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

40

BAB IV

BELOKAN INDIVIDUALIS ATAU, KONSEKUENSI RADIKAL DARI

RASIONALISME IBN BAJJAH

A. Formulasi Falsafah Politik Ibn Bajjah

Al- Fārābi mendasarkan falsafah politiknya, dalam Madīnah Fadīlah, di atas

teorinya mengenai emanasi serta tingkatan akal dan daya-dayanya, sebagaimana

dinyatakan oleh Fakhry:

Sebagaimana Sebab Pertama, pemimpin utama dari kota sempurna

dicirikan sebagai seseorang yang memiliki kesempurnaan intelektual, baik

sebagai subjek maupun objek pemikiran. Sebagai tambahan, dia adalah

seseorang yang daya imajinatifnya telah mencapai tingkatan tertinggi, di

mana ia mampu menerima, dari Intelek Aktif, pengetahuan mengenai

partikular-partikular.58

Sebagaimana Al- Fārābi, Ibn Bajjah juga mendasarkan falsafah politiknya,

terkhusus yang tertulis dalam Tadbīr, kepada beberapa teori, terutama teori

epistemologi serta teorinya tentang jiwa. Dalam Tadbīr al-Mutawwahid, Ibn Bajjah

begitu merinci pembahasan mengenai teorinya mengenai bentuk-bentuk spiritual;

dalam Bab 3 dan Bab 4 bahkan ia secara khusus membahas teori bentuk ini. Teorinya

mengenai bentuk, atau tentang forma dan materi ini begitu penting bagi landasan

58

Majid Fakhry. Al- F r bi, Founder of Islamic Neoplatonism: His Life, Works and Influence.

(Oxford: Oneword Publications. 2002) h. 102

Page 51: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

41

falsafah politiknya. Tujuan dari bab ini adalah menunjukkan bagaimana teori forma

menjadi landasan bagi pemikiran politik Ibn Bajjah secara umum.

Teori pengetahuan ini dijelaskan dalam cara-cara yang berbeda di banyak

karya Ibn Bajjah, tetapi dalam kitab Tadbīr, teori pengetahuan

mempunyai peran khusus. Teori pengetahuan diterangkan secara detail.

Hal ini tidak kita temukan di manapun, baik dalam kitab-kitabnya ataupun

esai-esainya. Hal tersebut memuat separuh dari keseluruhan isi kitab.

Tambahan, teori pengetahuan Ibn Bajjah dan Tadbīr dihubungkan dengan

pemahamannya mengenai jiwa, sebab jiwa adalah fakultas yang

mengandung daya-daya yang berbeda, sebagai alat dari manusia untuk

mencapai tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam pengetahuan.59

Dalam tulisannya mengenai Ibn Bajjah, Ma‟sumi memberikan sub-bab khusus

mengenai forma-materi. Kendati hanya menempati dua halaman semata dibanding

dengan pembahasan mengenai tema lainnya, seperti psikologi, metafisika dan etika,

pembahasan mengenai forma-materi merupakan pembahasan yang dapat memperjelas

keterkaitan antara beberapa teori yang dipaparkan dalam Tadbīr. Bisa dikatakan,

pembahasan ini merupakan benang merah dan dasar utama dari falsafah politik Ibn

Bajjah. Ma‟sumi hanya menjelaskan bagaimana teori forma Ibn Bajjah tidak

digambarkan dengan tepat oleh De Boer. Ma‟sumi menulis "Ibn Bajjah memulai

dengan asumsi bahwa materi tidak dapat eksis tanpa suatu forma, sementara forma

59

Ma'an Ziyadah. Kitab Tadbīr al-Mutawwahid: Ibn Bajjah, Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang

Tahqiq. (Jakarta: Turos. 2018) h 24-25

Page 52: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

42

dapat eksis dengan sendirinya tanpa materi." Tetapi hal ini keliru. Menurut Ibn

Bajjah, materi dapat eksis tanpa forma."60

Untuk memperkuat pendapat ini, kita dapat melihat pernyataan Ma‟sumi

dalam pengantarnya bagi terjemahan kitab Ilm al-Nafs Ibn Bajjah. Ia menyatakan

bahwa gagasan-gagasan utama dalam Ilm al-Nafs memiliki watak Aristotelian,

“Dualisme materi dan forma, penggerak dan tergerak, tindakan dan hasrat, dan

pertama dan terakhir - sangat jelas berwatak Aristotelian - membentuk dasar tak

tergantikan bagi semua argumen Ibn Bajjah yang dibangun dalam buku ini.”61

Dari

sini dapat disimpulkan bahwa teori forma Ibn Bajjah memegang peranan penting

dalam bangunan falsafah politiknya di Tadbīr.

Secara sederhana, teori forma Aristoteles, atau yang disebut dengan

hylomorfisme, adalah gagasan bahwa objek-objek adalah sesuatu yang terbentuk dari

materi dan forma.62

Teori forma sendiri merupakan teori yang dirumuskan oleh

Plato, yang singkatnya menyatakan bahwa terdapat forma-forma dari segala sesuatu,

dan forma ini merupakan arketip ideal dari segala yang material. Umpama ada suatu

hal bernama buku di dunia, ia hanya merupakan salinan dari suatu "buku" yang ada di

alam forma; sementara terdapat berbagai macam dan jumlah buku di dunia material,

buku-buku ini hanya salinan tidak sempurna dari suatu buku di alam forma, buku

60

Muhammad S.H. Ma'sumi. “Ibn Bajjah”. dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy.

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963) h 511 61

M. S. H. Ma'sumi. Ibn Bajjah's Ilm al-Nafs. (Karachi: Pakistan Historical Society. tanpa tahun). h 8 62

Michail Peramatzis. Aristotle's Hylomorphism: The Causal-Explanatory Model. Metaphysics. 2018.

1(1): h. 12, DOI: https://doi.org/10.5334/met.2

Page 53: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

43

yang 'asli'; sedangkan buku-buku yang ada di dunia tidaklah asli, mereka hanya

menyandang suatu ke-buku-an yang sama yang menghubungkannya dengan buku di

alam forma. Konsep hubungan forma-materi inilah yang dikritik oleh Aristoteles.

Baginya hubungan antara forma dan materi adalah koeksisten dan interdependen

(yang satu tak ada tanpa yang lainnya). Semisal forma dan materi dari suatu pulpen.

forma dari pulpen tersusun dari properti pulpen tersebut, ada suatu bola kecil di

ujungnya, tinta, dapat digunakan untuk menulis dan dapat digenggam oleh tangan.

Sementara materi adalah sesuatu yang melekat dengan properti tersebut.63

Lebih jauh, yang penting dari pembahasan ini adalah bagaimana teori

mengenai forma-materi ini, dalam De Anima, terkait dengan jiwa dan daya-dayanya,

sesuatu yang kita temukan dalam Ilm al-Nafs, kitab yang ditulis Ibn Bajjah untuk

memaparkan teorinya mengenai jiwa, atau bisa dibilang, oleh Ma‟sumi, sebagai

parafrase dari De Anima. Dalam Bab berikutnya, akan jelas bagaimana konsepsi jiwa

ini begitu penting bagi falsafah politik Ibn Bajjah. Dalam De Anima, Aristoteles

mengandaikan hubungan antara tubuh dan jiwa seperti lilin dan bentuknya, seperti

mata dan penglihatan. Jiwa adalah bentuk, badan adalah materi, tanpa ada satu tidak

ada yang lainnya, keduanya saling bergantung.64

Kemudian kita akan melihat bagaimana dalam Tadbīr, Ibn Bajjah merinci

teorinya mengenai forma. Pembahasan khusus mengenai forma dimulai di bab 3,

63

S. Marc Cohen, dkk. Readings in Ancient Greek Philosophy: From Thales to Aristtotle. (Cambridge:

Hackett Publishing Company. 2011) h 689-690 64

Renford Bambrough. The Philosophy of Aristotle. (New York: New American Library. 1963) h 259

Page 54: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

44

Wacana Perihal Bentuk-Bentuk Spiritual. Ibn Bajjah pertama-tama menjelaskan

bagaimana istilah ruh dan nafs dapat disamakan penggunaannya, roh terbagi menjadi

tiga, yaitu roh alamiah, perseptif dan motivatif, dan seterusnya. Setelah penjelasan ini

ia membagi bentuk (forma) spiritual menjadi empat: 1) Benda-benda langit (al-aj sm

al-mustadīrah) forma ini bukanlah materi dan sama sekali tak terkait dengan materi

2) Akal aktif (al-„aql al-fa‟al) dan akal perolehan (al-„aql al-mustafad) forma ini

mutlak non-material tetapi memiliki hubungan dengan yang materiil 3) Intelijibel

material (al-ma‟qūl t al-hayulaniyyah) bentuk ini dapat dikatakan sebagai materi, ia

adalah bentukan spiritual dari yang materiil dalam pikiran dan 4) Konsep-konsep (al-

ma‟ai) ini adalah perantara dari yang material dan spiritual . Jenis keempat ini eksis

dalam fakultas-fakultas (daya-daya) yang berbeda dalam jiwa.65

Setelah pembagian ini, Ibn Bajjah membedakan antara a) bentuk spiritual

universal, ia terhubung secara partikular kepada manusia yang memikirkannya; b)

bentuk spiritual partikular, yang memiliki dua hubungan pula, yaitu universal dan

partikular; bentuk spiritual partikular memiliki hubungan partikular dengan objek-

objek inderawi, dan memiliki hubungan universal dengan indera yang mencerap

objek inderawi tersebut.66

Pembedaan dan pembagian bentuk ini kemudian digunakan

untuk membedakan tingkatan benda-benda-terkorupsi (yang fana). Pertama, bentuk

spiritual universal, yang merupakan tingkatan rasional. Kedua, tingkatan spiritual

65

Ma'an Ziyadah. Kitab Tadbīr al-Mutawwahid: Ibn Bajjah, Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang

Tahqiq. (Jakarta: Turos. 2018) h 75 66

Ma'an Ziyadah. Kitab Tadbīr r al-Mutawwahid: Ibn Bajjah, Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang

Tahqiq. (Jakarta: Turos. 2018) h 76

Page 55: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

45

partikular, dan ketiga tingkatan korporeal. Kemudian, tingkat spiritual partikular

terbagi menjadi tiga: tingkatan konseptual yang ada dalam fakultas rekolektif,

tingkatan imaji yang ada dalam fakultas imajinasi, dan yang ketiga tingkatan refleksi

yang ada dalam sensus communis. Dari sini pula, dibagilah tingkatan fakultas pada

manusia; pertama, fakultas rasional; kemudian tingkatan kedua, ia terdiri dari tiga

fakultas spiritual; ketiga, fakultas perseptif; keemoat fakultas reproduktif; kelima

fakultas nutritive; dan keenam, fakultas korporeal. Sebagai catatan, fakultas kelima

dan keenam adalah fakultas yang tidak hanya dimiliki makhluk hidup sebagai yang

esensial, karenanya disebut fakultas alamiah.67

Di sini kita dapat menemukan

hubungan antara teori forma (bentuk-bentuk) dengan jiwa dan fakultasnya, dan tentu

saja, dengan teori Ibn Bajjah mengenai jiwa, suatu psikologi yang dirumuskannya.

A.1 Psikologi Ibn Bajjah

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Ibn Bajjah menulis pemaparan

psikologi, atau teorinya mengenai jiwa dalam Kitab al-Nafs. Sebagaimana dalam

Tadbīr, Ibn Bajjah juga mengawali pembahasan dalam kitab ini dengan definisi

mengenai ruh atau jiwa yang digunakan dalam beberapa arti. Dan bahwa badan, entah

yang natural atau artifisia; terdiri dari materi dan bentuk (forma), dan forma tersebut

adalah perolehan permanen, atau entelekhi dari badan, entelekhi terdiri dari berbagai

jenis, entah ia termasuk kepada yang melaksanakan fungsinya tanpa digerakkan

secara esensial, atau yang bergerak atau bertindak ketika mereka digerakkan. Badan

67

Ma'an Ziyadah. Kitab Tadbīr al-Mutawwahid: Ibn Bajjah, Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang

Tahqiq. (Jakarta: Turos. 2018) hal 90-91

Page 56: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

46

dengan jenis terakhir ini terdiri dari penggerak dan yang digerakkan, badan artifisial

memiliki penggeraknya di luar. Jiwa adalah suatu bentuk yang menyediakan

entelekhi bagi suatu badan natural.68

Jiwa memiliki fungsi yang berbeda-beda, karenanya, ia adalah suatu kata

dengan makna beragam; ia memiliki fungsi nutritif, sensitif, imajinatif, rasional.

Fakultas Nutritif memiliki dua tujuan, tumbuh dan berkembang biak. Dalam hal ini,

terdapat perbedaan pula antara fakultas nutritif dan reproduktif. Fakultas Sensitif dan

Imajinatif termasuk dalam Fakultas Perseptif, yaitu pemahaman. Ia terkait dengan

lima indera manusia - penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba - ini

yang terhubung dengan sensus communis, yang memainkan peran sebagai materi

yang dengannya forma-forma dari benda-benda dapat dipahami. Kemudian, Fakultas

imajinatif menggunakan materi yang disediakan sensus communis tadi, yang berujung

kepada fakultas rasional yang dengannya seorang manusia mengungkapkan sesuatu

kepada yang lainnya.69

Kita dapat merinci setiap fakultas dengan masing-masing fungsinya sebagai

berikut:

1. Fakultas Nutritif: ia didefinisikan sebagai entelekhi pertama dari badan nutritif

yang tersusun, disokong oleh dua fakultas lain yaitu fakultas pertumbuhan dan

68

Muhammad S.H. Ma'sumi. “Ibn Bajjah”. dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy.

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963) h 512 69

Muhammad S.H. Ma'sumi. “Ibn Bajjah”. dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy.

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963) h 515

Page 57: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

47

reproduktif. Fungsi dari fakultas nutritif adalah untuk menyiapkan substansi-

substansu dalam badan yang kemudian digunakan sebagai penjaga

keberlangsungan dari badan, perkembangannya, dan pada akhirnya

perkembangbiakannya. Fakultas nutritif mengubah makanan menjadi suatu

bagian dari badanl fakultas reproduktif menghasilkan kembali badan dari spesies

tersebut.70

2. Fakultas Sensitif: Adalah entelekhi pertama dari badan berkesadaran, mencerap

bentuk-bentuk dari benda-benda inderawi. Fakultas ini memiliki beberapa

indera, masing-masingnya memiliki suatu organ; karenanya ini disebut jiwa-jiwa

oleh Ibn Bajjah. Indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, peraba,

sensus communis dan fakultas penggerak, yang disebut fakultas hasrat. Fakultas

Hasrat (apetitif) memiliki tiga daya: hasrat imajinatif, hasrat perantaram dan

hasrat rasional. Sementara dua yang pertama dimiliki binatang secara umum,

yang menjaga diri mereka sekaligus terkait dengan perkembangbuakan, yang

ketiga khusus bagi manusia.71

3. Fakultas Imajinatif: Fakultas ini adalah entelekhi pertama dari badan imajinatif,

fakultas imajinatif didahului oleh sensasi, penginderaan yang menyediakan

materinya. Sensasi dan imajinasi karenanya telah digambarkan sebagai dua jenis

persepsi jiwa. Tetapi perbedaan di antara keduanya sangat jelas. Sensasi adalah

partikular, sementara imajinasi general. Fakultas imajinatif berpundak pada

70

M. S. H. Ma'sumi. Ibn Bajjah's Ilm al-Nafs. (Karachi: Pakistan Historical Society. tanpa tahun). h 7 71

M. S. H. Ma'sumi. Ibn Bajjah's Ilm al-Nafs. (Karachi: Pakistan Historical Society. tanpa tahun). h 8

Page 58: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

48

fakultas penalaran yang melaluinua seorang manusia mengungkapkan sesuatu

kepada yang lain, menerima sekaligus memberikan pengetahuan.72

Pembagian di atas sekaligus juga merupakan tingkatan dari yang terendah

menuju yang tertinggi, dari yang awal menuju yang akhir. Pertama, ini menunjukkan

perbedaan antara fakultas dari jiwa makhluk yang berbeda, kedua ini menggambarkan

juga suatu teori epistemologi, yaitu tentang bagaimana suatu pengetahuan dapat

diperoleh. Setelah penjelasan ketiga fakultas tersebut, jelas, yang terakhir adalah

pembahasan mengenai fakultas rasional, fakultas tertinggi sekaligus yang khusus bagi

manusia. Pada tahap akhir dari imajinasi, muncullah intelek, dan fakultas rasional

mulai berfungsi. Sebagai contoh, seorang manusia mendapati beberapa objek

pengetahuan (konsep) yang berisi perbedaan antara baik dan jahat, berguna dan

berbahaya. Ia juga mendapati, di hadapan dirinya hal-hal yang dia anggap mutlak

benar, apa yang disebut oleh jiwa sebagai logos.73

Menurut Ma‟sumi, Ibn Bajjah

menerangkan dua metode bagaimana pemahaman terjadi dalam fakultas rasional:

Pertama, fakultas rasional menghadirkan makna-makna universal di hadapan

akal, dan memahaminya sebagai benar terkait individu-individu yang terbayangkan,

yang ditandai olehnya. Melalui wawasan, fakultas rasional melihat makna-makna

72

M. S. H. Ma'sumi. Ibn Bajjah's Ilm al-Nafs. (Karachi: Pakistan Historical Society. tanpa tahun). h 8 73

Muhammad S.H. Ma'sumi. “Ibn Bajjah”. dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy.

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963) h 516

Page 59: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

49

universal dalam individu-individu. Dalam artian ini, fakultas ini membedakan makna-

makna universal satu sama lain melalui cara tersebut.

Kedua. Melalui metode yang lain, fakultas rasional membedakan makna-

makna universal dengan sempurna, tetapi ketika ia melihatnya melalui wawasannya

dalam fakultas imajinatif yang juga bertindak terhadapnya, dan membuatnya serupa

makna universal dan memberikannya bentuk-bentuk yang sama kepada lebih dari

satu hal, tetapi tidak kepada semua individu yang padanya suatu makna dapat

diterapkan. Sebagai contoh, sang pemahat mencerminkan bentuk dari seekor kuda

pada batu, atau seorang pelukis menggambar bentuk dari kuda tersebut di atas

permukaan suatu papan, tetapi pencerminan ini tidaklah sempurna, karena ia

mencerminkan dan menghasilkan ulang bentuk dari suatu kuda tersebut yang

memperoleh nutrisi, dan watak-wataknya. Tetapi semua yang dicerminkan tidaklah

sama bagi semua kuda. Fakultas imajinatif mencerminkan hal-hal yang terbatas

terkait usia, ukuran, dll. Sebuah citra dari seekor kuda tidaklah sama bagi kuda yang

telah tumbuh tua, kuda yang muda dan kuda yang masih muda. Citranya sama hanya

bagi kuda dengan ukuran atau usia tertentu yang dicerminakn oleh fakultas imajinatif.

Seketika fakultas rasional membedakan makna-makna universal, dan

menghadirkannya kepada akal untuk melihatnya lebih dekat melalui wawasannya,

yang terakhir melihatnya melalui citra yang dicerminkan oleh fakultas imajinatif.

Page 60: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

50

Fakultas rasional membedakan apakah suatu citra itu semourna atau tidak, sama atau

tidak. Tanpa kesulitan ia berpikir tentang makna-makna intelijibel.74

Hubungan antara pembahasan mengenai teori forma dan fakultas jiwa dengan

falsafah politik dapat diperjelas dengan melihat kepada bagaimana Ibn Bajjah dalam

Tadbīr memasukkan pembahasan mengenai tindakan-tindakan manusia mengenai

bentuk-bentuk spiritual. Ibn Bajjah membagi tindakan-tindakan manusia dalam

beberapa ketegori. Bentuk korporeal fisik, yaitu pangan sandang, papan, kebutuhan

dasar, dan hal-hal bertujuan materil dari manusia, seperti kekayaan, ketenaran, gaya

berpakaian, bentuk-bentuk spiritual, seperti kesenian, keterampilan; misal, pada

bentuk pertama, seorang manusia memerlukan baju untuk menutupi dan melindungi

badannya, pada bentuk kedua, spiritual, ia melihat aspek keindahan seperti corak,

rancangan dan aspek lainnya selain fungsi langsungnya.75

Ibn Bajjah, dengan kategori ini membagi tindakan, mana yang manusiawi

mana yang hewani. Makan tentu saja merupakan tindakan manusia juga hewan,

namun, perbedaannya adalah bahwa bagi hewan, makan itu didasarkan atas keperluan

dan keinginan, sementara bagi manusia, adalah untuk menjaga kekuatan dan nyawa

untuk kemudian mencapai kebahagiaan spiritual. Demikianlah bagaimana fakultas

apetitif atau hasrat dapat berbeda bagi manusia dan hewan. Hal lain yang

membedakan mana tindakan manusia terkait perkara kehendak. Tindakan yang

74

Muhammad S.H. Ma'sumi. “Ibn Bajjah”. dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy.

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963) h 517 75

Ma'an Ziyadah. Kitab Tadbīr al-Mutawwahid: Ibn Bajjah, Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang

Tahqiq. (Jakarta: Turos. 2018) h 101

Page 61: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

51

dilakukan manusia memiliki aspek nilai. Terdapat dua jenis nilai, formal dan

spekulatif. Misal, kejujuran, kejujuran dalam hewan merupakan sesuatu bernilai

formal, karena tidak mungkin seekor anjing berbohong. sementara ia bernilai

spekulatif bagi manusia, karena ia dibubuhi dengan kehendak; spekulatif artinya, bisa

saja suatu tindakan dapat dinilai jujur atau tidak.76

A.2 Konsekuensi Aksiologis

Setelah penjelasan sebelumnya mengenai teori forma dan psikologi Ibn

Bajjah, kini kita akan membahas bagaimana teori-teori yang telah dipaparkan tadi

menjadi dasar dari falsafah politik Ibn Bajjah. Tepatnya, bagaimana teori tentang

bentuk-bentuk, teori tentang daya-daya jiwa merupakan dasar dari pembahasan Ibn

Bajjah dalam Tadbīral-Mutawwahid. Kita akan mendapati bahwa Ibn Bajjah

menggunakan teori forma ini dalam berbagai pembahasannya dalam Tadbīr, terutama

dalam empat hal: mengenai bentuk-bentuk negara (yaitu penjelasan mengenai negara

sempurna dan tidak sempurna), mengenai bentuk-bentuk tindakan (yaitu tindakan

manusia, tindakan hewani, dan tentu tindakan illahi), mengenai bentuk-bentuk objek

yang diamati oleh daya-daya jiwa, dan tentang hubungan dari daya dari jiwa tersebut

dengan bentuk tadi. Singkatnya, teori forma memberi suatu bentuk yang kokoh bagi

pemaparan Ibn Bajjah dalam Tadbīr.

76

Muhammad S.H. Ma'sumi. “Ibn Bajjah”. dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy.

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963) h 524

Page 62: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

52

A.3 Bentuk-bentuk Negara

Mengikuti Plato, Ibn Bajjah menulis bahwa ada empat jenis negara tidak

sempurna. terdapat oligarki, tirani dan demokrasi, sementara satu nama didapati

kosong dalam manuskrip. Menurut Rosenthal, Ibn Bajjah jelas membaca Republik

Plato, kemudian menjelaskan falsafah politiknya, terkhusus pembagian negara

menjadi sempurna dan tidak sempurna. Adapun, negara yang sempurna, menurut Ibn

Bajjah adalah negara yang tidak membutuhkan dokter dan hakim. Di mana

keberadaan keduanya menandakan bahwa di dalam negara tersebut masih ada

penyakit, baik fiskal maupun sosial; dan negara sempurna tentu tidak mengandung

hal semacam ini.77

Sementara itu, rumah di dalam negara yang bukan negara sempurna

eksistensinya adalah tak sempurna dan ia mempunyai elemen-elemen

tidak alamiah. Rumah pertama adalah satu-satunya yang sempurna, yang

tidak ada tambahan elemen untuknya, kecuali beralih menuju yang cacat

atau lemah seperti enam jari. Ini adalah karakteristik rumah sempurna

bahwa setiap elemen tambahan untuknya merupakan suatu cacat.78

Dari kutipan di atas, secara implisit ini jelas rujukan kepada teori forma

Platonis, yang menyatakan bahwa terdapat suatu Idea sempurna - di alam forma tentu

saja - dan apa-apa yang ada di dunia materiil merupakan salinan cacat atasnya.

77

E.I.J. Rosenthal. Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Online. (Cambridge:

Cambridge University Press. 2009) h 165 78

Ma'an Ziyadah. Kitab Tadbīr al-Mutawwahid: Ibn Bajjah, Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang

Tahqiq. (Jakarta: Turos. 2018) h 57

Page 63: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

53

Rumah di alam forma, atau negara di alam forma adalah yang sempurna, sementara

negara yang ada hanya salinan cacat dan samar dari negara di alam forma tersebut,

kira-kira begitu bagaimana Plato menghubungkan gagasan mengenai forma dan

materi terkait keberadaan negara. Dalam hal ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Ibn

Bajjah, bersama Plato, mengaitkan teori forma dengan eksistensi negara.

A.4 Bentuk-bentuk Tindakan

Teori forma kembali menjadi dasar bagi diskusi Ibn Bajjah mengenai bentuk-

bentuk tindakan. Jika pada perkara bentuk-bentuk negara, yaitu sempurna atau tidak

sempurna, Ibn Bajjah dapat dikatakan mengacu kepada teori forma Plato, maka pada

pemikiran mengenai bentuk tindakan, ia memadukan teori forma dengan definisi

bahwa manusia merupakan makhluk rasional. Mengacu kepada Aristoteles terutama

dalam Nichomachean Ethics, Ibn Bajjah menyatakan bahwa tindakan manusia ditilik

dari hadirnya kehendak bebas dalam diri manusia, yaitu kehendak yang muncul dari

perenungan, yang merupakan fungsi dari fakultas rasional manusia. Kemampuan

untuk memahami bentuk-bentuk spiritual inilah, yang dihasilkan fakultas rasional,

dalam imajinasi dan memori, yang menyebabkan suatu tindakan manusia dapat

dibedakan dari tindakan hewan.79

Sebagaimana yang sebelumnya dinyatakan, sejenis dualisme materi dan forma

menjadi prinsip yang membuat manusia dapat menjadikan tindakannya manusia.

Kita dapat melihat kembali beberapa tipe bentuk menurut Ibn Bajjah yang telah

79

E.I.J. Rosenthal. Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Online. (Cambridge:

Cambridge University Press. 2009) h 168-9

Page 64: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

54

disebutkan. Terdapat bentuk dari: a) Benda-benda langit b) Intelijibel Material c)

bentuk-bentuk yang eksis dalam fakultas jiwa. Bentuk-bentuk yang terkait dengan

intelek aktif disebut oleh Ibn Bajjah sebagai forma-forma spiritual universal,

sementara yang terkait dengan sensus communis adalah forma-forma spiritual

partikular. Dua bentuk ini bisa dikatakan bersesuaian dengan dua cara untuk melihat

sesuatu hal: materi dapat dipahami oleh mata lahir, sementara bentuk dapat dipahami

melalui mata batin. Kiranya analogi ini, meskipun tidak terlalu tepat, dapat mewakili

bagaimana sesuatu hal dapat dipahami melalui dua aspek, atau dua relasi.80

Untuk memperjelas poin ini, kita dapat menyatakan bahwa suatu tindakan

hewani adalah suatu tindakan yang dilakukan karena tuntutan-tuntutan afeksi, yaitu

berdasarkan hasrat yang tertuju kepada aspek materiil dari sesuatu. Sementara suatu

tindakan manusia dilakukan karena opini yang benar dan penilaian terkait kebenaran,

yang wataknya lebih universal dan rasional. Umpamanya dalam perkara makan,

tindakan hewani, yang dibimbing oleh afeksi, akan menganggap makan sebagai

sesuatu keinginan belaka, yaitu karena ingin makan dan karena ingin kenyang, atau

tepatnya menuruti kemauan materiilnya belaka, ini adalah suatu tindakan hewani;

namun, jika suatu tindakan makan diarahkan oleh suatu pendapat dan perenungan,

bahwa dengan makan seseorang dapat melanjutkan tugasnya, dengan makan ia dapat

mengisi tenaganya dan untuk meneruskan cita-citanya, maka tindakannya disebut

manusiawi. Contoh yang paling jelas dalam hal ini adalah, hewan secara naluriah

80

Muhammad S.H. Ma'sumi. “Ibn Bajjah”. dalam M.M. Sharif (ed.) A History of Muslim Philosophy.

Volume One. (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress. 1963) h 512

Page 65: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

55

akan menghindari makanan-makanan beracun karena tidak sesuai dengan dorongan

afektifnya, tetapi manusia, melalui perenungan, misalnya pemikiran mengenai

ketidakbergunaan hidup dan bunuh diri, dapat menentang afeksinya, dan dapat

memakan sesuatu yang melukai tubuhnya, ini merupakan tindakan manusiawi.81

A.5 Bentuk-Bentuk Objek

Setiap objek korporeal, menurut Ibn Bajjah, memiliki tiga tingkatan

eksistensi: a) tingkat spiritual universal b) tingkat spiritual partikular dan c) tingkat

korporeal. Umpama sebuah buku, ia memiliki tiga tingkatan ini, pada tingkatan

korporeal, kita mendapati aspek-aspek inderawi, buku dapat dilihat, disentuh, berbau

tertentu, ketika jatuh mengeluarkan bunyi tertentu; ini adalah tingkatan paling bawah,

yaitu tingkat paling materiil. Kedua, pada tingkat spiritual partikular, suatu buku A

dipahami berbeda dengan suatu buku B, misalnya dalam hal warna. Pada tingkat

ketiga, terdapat gagasan buku yang universal.82

Umpamanya, si A, pada tingkatan pertama, yaitu tingkatan inderawi melihat

suatu buku, ia dapat menyatakan, "Ini Buku", pada saat ini, ia menunjuk suatu buku

partikular, inderawi. Pada tingkatan kedua, ia menemukan ada buku lainnya, maka, ia

menyatakan bahwa "Ini buku yang lain", sementara buku yang pertama tidak ia lihat

secara inderawi, tetapi sudah masuk dalam fakultas imajinatif. Pada tingkatan kedua,

ia sudah masuk kepada konsepsi universal tentang buku, tetapi masih partikular

81

Ma'an Ziyadah. Kitab Tadbīr al-Mutawwahid: Ibn Bajjah, Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang

Tahqiq. (Jakarta: Turos. 2018) h 69-71 82

Ma'an Ziyadah. Kitab Tadbīr al-Mutawwahid: Ibn Bajjah, Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang

Tahqiq. (Jakarta: Turos. 2018) h 90

Page 66: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

56

karena merujuk kepada suatu buku tertentu. Sementara pada tingkatan ketiga, ia,

dengan fakultas rasionalnya mengetahui bahwa ada suatu gagasan bernama buku,

suatu bentuk spiritual, yang dapat diterapkan bukan hanya kepada satu atau dua buku

tetapi secara universal, kepada setiap buku yang ada. Dengan penjelasan ini, maka

kutipan berikut akan menjadi jelas:

Berdasarkan diskusi di atas, tiap-tiap manusia memiliki jenis fakultas

yang berbeda-beda. Pertama ialah fakultas rasional (al-quwwah al-

fikriyyah); kedua, terdiri dari tiga fakultas spiritual (al-quwwah al-

ruhaniyyah), ketiga, fakultas perseptif (al-quwwah al-hassah).83

Penjelasan mengenai bentuk-bentuk di atas, atau, tentang teori forma,

mengarah langsung kepada pembagian tindakan manusia sebagaimana ditulis dalam

bab 4 Tadbīr. Ibn Bajjah menyebut terdapat tiga jenis tindakan manusia: korporeal,

spiritual partikular dan spiritual universal. Tindakan manusia jenis pertama adalah

menciptakan bentuk-bentuk korporeal semata, semisal pangan, sandang papan.

Tindakan manusia jenis kedua terkait dengan bentuk-bentuk spiritual partikular,

semisal seorang seniman yang merancang pakaian yang indah, bukan hanya yang

berfungsi sebagai pelindung tubuh semata, seorang juru masak, koki, yang

memperindah bentuk makanan atau minuman. Tindakan manusia jenis ketiga terkait

dengan suatu pendapat rasional mengenai kebenaran. Pada poin inilah, kita mendapati

aspek politis dari teori forma: ketika politik didefinisikan sebagai suatu ilmu untuk

83

Ma'an Ziyadah. Kitab Tadbīr al-Mutawwahid: Ibn Bajjah, Rezim Sang Failasuf. terj. Nanang

Tahqiq. (Jakarta: Turos. 2018) h 90

Page 67: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

57

memperoleh kebahagiaan bagi manusia yang merupakan makhluk sosial, dan demi

umat manusia, diperlukan prinsip-prinsip kebenaran universal yang dijadikan

tujuan.84

Untuk menutup penjelasan pada bab ini, kita dapat mengaitkannya dengan

kriteria Plato tentang negara sempurna: ketidakhadiran dokter dan hakim. Adanya

dokter menyiratkan bahwa suatu masyarakat masih memiliki persoalan dalam bidang

kesehatan, sebabnya adalah pola makanan dan konsepsi soal makanan yang secara

rasional tidak benar. Makanan bukan hanya ditujukan untuk memenuhi keinginan

semata sebagaimana hewan, makanan juga bukan ditujukan untuk diadu keindahan

dan kelezatannya semata sebagaimana oleh para juru masak, tetapi aspek kesehatan

badani yang menjadi syarat menuju kebahagiaan, dan tentunya kebahagiaan manusia

dalam suatu masyarakat. Begitu pula, suatu tindakan dilakukan bukan atas dasar

keinginan, semisal kebutuhan manusia akan uang. Ini bukan perkara keinginan untuk

mendapatkan uang yang menyebabkannya mencari nafkah, bukan pula untuk sekadar

memperindah penampilan badani saja, misal seseorang yang membeli mobil semata-

mata agar dilihat sebagai seorang yang hebat. Tetapi harus pula didasari oleh gagasan

mengenai kebenaran, tanpa adanya gagasan ini, seseorang bisa saja mencuri uang

atau harta milik orang lain, sebab tujuannya hanya korporeal belaka; hal inilah yang

menyebabkan suatu negara memerlukan hakim, yang mengadili perbuatan manusia

yang melakukan sesuatu tidak atas dasar kebenaran. Tiadanya dokter dan hakim

84

E.I.J. Rosenthal. Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Online. (Cambridge:

Cambridge University Press. 2009) hal 161

Page 68: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

58

menandakan bahwa setiap manusia di dalam suatu negara telah memahami bahwa

setiap tindakan harus didasarkan kepada suatu asas rasional, bahwa setiap manusia di

dalamnya telah menuju kepada tujuan spiritual universal, yaitu kebahagiaan spiritual

manusia.

B. Dari Aksiologi ke Antropologi

Jika Ibn Bajjah bertemu dengan Hegel yang mengucapkan „yang real itu

rasional, dan yang rasional itu real‟, dengan lantang Ibn Bajjah akan menyanggah,

„yang real itu irasional, dan yang rasional harus dijadikan realitas. Dari titik ini, jika

keduanya disebut sebagai filsuf yang bernaung dalam kelompok rasionalis, kita dapat

membedakan seorang rasionalis yang realis dan idealis. Ibn Bajjah paham betul

bahwa kehidupan politik, bahwa massa rakyat di mana ia tinggal, begitu jauh dari

ideal rasional; dan bahwa apa yang disebut dengan kehidupan dalam masyarakat ideal

itu benar-benar ideal, yakni, hanya ada dalam ranah ideal saja, bukan ranah realitas.85

Ia menulis Tadbīr bukan sebagai suatu upaya menyerasikan antara teori emanasi dan

politik, laiknya Al- Fārābi, bukan untuk membuat filsafat dan agama –sebagaimana

dipahami kaum tradisionalis – menjadi nampak serupa. Tadbīr bukanlah suatu

deskripsi mengenai tipe-tipe negara, yang ideal dan yang tidak, bukan mengenai

keterkaitan antara bagaimana suatu negara menjadi tidak ideal dari masa ke masa86

,

85

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 17 86

E.I. J. Rosenthal, Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Outline, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2009) h. 158

Page 69: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

59

seturut dengan teori emanasi, yang menciptakan keadaan yang menjauhi titik

berangkat immaterial-spiritual. Tadbīr adalah kitab „politik praktis‟ par excellence.

Jika para filsuf lainnya, terkhusus Al- Fārābi, mengikuti jejak Plato dalam

menulis Madīnah al-Faḍīlah, dalam kategorisasi negara, dan dalam gagasan bahwa

negara adalah suatu hal yang tujuannya adalah mewujudkan kebahagiaan spiritual

bagi penduduknya, maka Ibn Bajjah berada bersama Al- Fārābi. Tetapi Ibn Bajjah,

sementara menerima bahwa tujuan negara adalah mengantarkan setiap diri menuju

kebahagiaan spiritualnya, kemudian bertanya balik: „namun bagaimana jika suatu

negara tidak sempurna?‟ Al- Fārābi diam pada poin ini, laiknya suatu deskripsi,

falsafah politiknya menggambarkan keadaan ideal tanpa balikan kepada

problematisasi realitas yang ada. Ibn Bajjah bukan tipe filsuf yang membiarkan

persoalan ini abadi, baginya, pencapaian kebahagiaan spiritual bukanlah hal yang

harus ditunda sementara berharap menunggu suatu negara menjadi sempurna, suatu

negara yang dipimpin oleh filsuf-raja di mana Tadbīr yang ia buat mampu

menghantarkan setiap penduduknya menuju kebahagiaan spiritual.87

Apa yang membuat suatu negara tidak sempurna? Karena Tadbīr dari negara

tersebut tidak disusun oleh filsuf-raja, pemimpin ideal dari suatu negara ideal. Maka,

Tadbīr yang ada dalam negara tidak sempurna disusun bukan oleh sang filsuf, ia

disusun oleh mereka, orang biasa, tepatnya, mereka yang daya rasional-nya belum

sempurna. Keadaan negara tanpa Tadbīr yang disusun secara rasional meniscayakan

87

E.I.J. Rosenthal. Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Online. (Cambridge:

Cambridge University Press. 2009) hal 163

Page 70: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

60

jaraknya dengan negara ideal, semakin jauh ia dari ideal rasional, semakin negara itu

tidak sempurna, semakin ia irasional, dan semakin ia membutuhkan beberapa profesi,

yaitu dokter dan hakim.88

Negara yang tidak sempurna memerlukan dokter karena di

dalamnya tentu terdapat banyak penyakit, dari pola konsumsi penduduk yang tidak

rasional; memerlukan hakim, karena terjadi perselisihan sebab hal-hal material:

kekayaan, jabatan, kenikmatan material dan banal.

Ibn Bajjah menyerukan bahwa dalam kondisi seperti ini, kehidupan di dalam

masyarakat irasional, untuk melakukan suatu pengasingan-diri.89

Sebab, negara

seperti ini tidak akan pernah dapat menyampaikan seseorang kepada tujuan

tertingginya: kebahagiaan melalui kontak dengan intelek aktif. Masyarakat irasional

mengikuti Tadbīr irasional yang tujuannya bukanlah spiritual, tetapi korporeal. Pada

negara seperti ini, Ibn Bajjah tidak akan pernah berharap, dan eksistensi Tadbīr

secara khusus menyatakan dengan jelas, bahwa, sebab negara yang ideal itu hanya

ideal, maka pada praktiknya, tidak pernah ada negara yang bisa diharapkan.

Sependapat dengan Plato mengenai negara ideal, Ibn Bajjah memisahkan diri dalam

hal praktik: negara ideal bukanlah ditunggu, tetapi diwujudkan sesegera mungkin,

dengan cara menerapkan Tadbīr yang sesuai di negara ideal di suatu negara tidak

ideal. Maka sang filsuf yang telah memahami Tadbīr ini adalah bibit dari suatu

88

Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman (ed.). History of Islamic Philosophy. (Canada: Routledge.

2007) h. 563 89

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 17

Page 71: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

61

negara ideal yang belum ada dalam ranah realitas90

: satu-satunya negara ideal dalam

negara tidak ideal adalah negara ideal yang ada dalam akal sang filsuf.

Dalam pernyataan bahwa negara tidak ideal disebabkan oleh Tadbīr yang

tidak ideal, yang tidak rasional, yang disusun oleh pimpinan yang bukan filsuf,

tersirat makna berikutnya: bahwa di sana terdapat hirarki antar manusia. Apa yang

menyebabkan sang filsuf lebih tinggi dari manusia lainnya, adalah bahwa sang filsuf

mampu mengenali forma-forma spiritual universal melalui daya rasionalitas yang

sempurna.91

Maka, pada Pasal kedua dalam Tadbīr, setelah membahas mengenai

definisi Tadbīr dan kaitannya dengan teori falsafah politik sebelum Ibn Bajjah, adalah

Pasal mengenai tindakan makhluk. Inti dari pasal ini adalah penegasan bahwa pada

dasarnya ada kesamaan antara manusia dengan makhluk lainnya, sekaligus hirarki.

Bahwa manusia sama dengan hewan dan tumbuhan dan benda mati dalam kaitan

dengan hukum tertentu, semisal bahwa ia, yakni badan materialnya, akan jatuh dari

tempat yang tinggi ke tempat yang rendah; dalam hal ini, ia sama dengan semua

makhluk. Bahwa ia memiliki kesamaan dengan binatang karena tindakan-tindakan

manusia juga kerap dilaksanakan karena afeksi-afeksi naluriah, non-rasional, semisal

ketika lapar manusia akan mencari makan. Tetapi, apa yang membedakan manusia

90

E.I. J. Rosenthal, Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Outline, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2009) h. 161 91

Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman (ed.). History of Islamic Philosophy. (Canada: Routledge.

2007) h. 552

Page 72: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

62

dari keseluruhan makhluk adalah bahwa manusia memilih tindakannya setelah

perenungan, menggunakan daya rasional-nya.92

Tadbīr ditulis khusus untuk manusia, satu-satunya makhluk yang diberkati

dengan daya rasional. Tadbīr adalah seruan bagi para filsuf, yang secara aktual telah

meninggikan daya rasionalnya, bukan ditujukan untuk manusia yang tidak mengenal

intelijibel-intelijibel abstrak, forma-forma spiritual. Maka manusia-manusia yang

tidak menggunakan daya rasionalnya dalam setiap tindakannya pada dasarnya tidak

memiliki esensi manusia sebagai makhluk rasional. Tipe manusia seperti inilah yang

hadir dan menjadi mayoritas dalam suatu negara tidak ideal: mereka semata-mata

mengejar bentuk-bentuk korporeal seperti kenikmatan duniawi, dan urusan-urusan

duniawi yang tidak berhubungan dengan daya intelektual-rasionalnya. Terhadap

manusia dalam tipe ini, sang mutawwahid hendaknya tidak mengakrabinya kecuali

seperlunya. Sang mutawwahid, dalam misinya menerapkan Tadbīr yang benar

berdasarkan rasionalitas dan bentuk spiritual universal yang diperoleh dari akal aktif,

harus mengisolasi dirinya dari hal-hal yang membuatnya ikut dalam kesenangan

korporeal belaka.93

Manusia yang telah mencapai tingkat rasional semacam ini adalah sang

mutawwahid. Dan Tadbīr ditulis sebagai suatu petunjuk praktis bagi mereka, untuk

mengejar kebahagiaan individual-spiritual yang tidak akan pernah dapat diwujudkan

92

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 63 93

E.I. J. Rosenthal, Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Outline, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2009) h. 162

Page 73: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

63

oleh negara tidak ideal, dan karenanya, harus diemban oleh sang mutawwahid sendiri.

Maka dapat diambil kesimpulan, bahwa Tadbīr menyiratkan suatu makna

antropologis: bahwa manusia-lah, sebagai pemiliki daya rasional yang

kebahagiaannya dituju, dan kemudian, bukan semua manusia, tetapi mereka, sang

filsuf, sang mutawwahid, yang tujuannya spiritual, bukan semata korporeal, yang

dituju dan dipanggil oleh Ibn Bajjah, untuk menjadi pemimpin bagi diri mereka

sendiri, untuk menerapkan negara, rezim-diri rasional dan ideal di tengah-tengah

negara tidak ideal.

C. Dari Antropologi ke Epistemologi

Suatu negara tidak ideal adalah negara yang masyarakatnya hanya tertuju

kepada objek-objek partikular inderawi semata. Katakanlah, seorang manusia melihat

seekor kuda di suatu tempat, dan seorang lainnya melihat kuda yang lain. Bagi yang

pertama, kuda yang ia lihat, katakanlah berwarna hitam; sementara yang kedua

melihat kuda berwarna putih. Dalam kasus ini, dalam akal mereka, ketika disebutkan

kata „kuda‟ maka yang nampak bagi keduanya berbeda; konsepsi kuda mereka

berdasarkan pada satu kuda inderawi yang mereka temui. Sementara, seorang sarjana,

yang telah memahami bahwa ada berbagai jenis kuda, akan memiliki konsepsi kuda

yang lebih luas daripada kedua orang sebelumnya. Ia paham bahwa kuda, entah itu

berwarna hitam atau putih, tetaplah kuda meskipun secara partikular berbeda; dan

sang sarjana mengetahui bahwa kuda itu kuda karena ada kesamaan universal antara

kuda-kuda partikular yang ia lihat secara inderawi. Di sini terdapat dua jenis forma,

Page 74: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

64

pertama forma korporeal yang dipahami oleh dua orang pertama, yang kedua forma

spiritual partikular, yaitu suatu forma yang memiliki relasi universal dengan forma-

forma lain, meskipun ia berasal dari satu objek inderawi partikular, yaitu kuda tadi.94

Ini adalah suatu penegasan bahwa Tadbīr terkait erat dengan teori

pengetahuan, dengan epistemologi. Pada pasal tiga mengenai macam-macam bentuk

Spiritual, Ibn Bajjah merumuskan suatu epistemologi yang nantinya dijadikan dasar

bagi aksiologi, bagi falsafah politiknya. Pengetahuan mengenai bentuk-bentuk

spiritual inilah yang menjadikan seorang manusia dapat mencapai kebahagiaan

spiritual. Maka teori epistemologi Ibn Bajjah terkait dengan teori forma-materi.95

Terdapat tiga jenis pemahaman atas bentuk. 1) Pemahaman atas bentuk-

bentuk korporeal-partikular yang dicapai lewat indera luar, semisal pengamatan dua

orang di atas terhadap seekor kuda. 2) Pemahaman terhadap bentuk-bentuk spiritual-

partikular, yang juga terdiri dari dua jenis, a) hubungan antara bentuk spiritual dan

objek partikular, b) hubungan universal dari bentuk spiritual-partikular; semisal pada

sang sarjana yang, setelah mengamati seekor kuda, mengetahui konsepsi „kuda‟, ia

mengetahui bahwa nama ini terkait dengan kuda partikular yang ia lihat, ini adalah

hubungan pertama, kedua, ia juga memahami bahwa nama ini juga dapat disematkan

kepada kuda-kuda lain selain yang ia amati, ini adalah hubungan kedua. 3) yang

terakhir adalah bentuk-bentuk intelijibel, yang tidak berkaitan dengan objek-objek

94

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 24 95

E.I. J. Rosenthal, Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Outline, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2009) h. 168-9

Page 75: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

65

partikular-inderawi, yang hanya dipahami oleh para filsuf. Ketiganya terkait secara

hirarkis dengan yang ketiga sebagai yang tertinggi. Maka dalam pemahaman

mengenai bentuk inilah, sang filsuf memiliki kedudukan tertinggi dalam negara ideal,

karena ia yang memahami Tadbīr ideal. Ini adalah tingkat tertinggi rasionalitas

sebagaimana dinyatakan lewat kutipan berikut ini:

Melalui korporealitas (jismaniyyah), failasuf adalah manusia yang

eksis (semata). Melalui spiritualitas, failasuf adalah makhluk yang

lebih tinggi, dan melalui rasionalitas, failasuf adalah makhluk ilahiah

dan superior, pemilik kearifan, oleh karenanya, niscaya merupakan

manusia ilahiah lagi superior.96

Ada beberapa jalan menuju bentuk-bentuk spiritual tertinggi, pertama jalan

ilahi, kedua jalan alami. Jalan ilahi merujuk kepada fenomena orang-orang tertentu

yang diberi anugerah Allah untuk mengetahui hal-hal yang hakikat dan pendapat

yang benar secara langsung tanpa melalui silogsme, dus, tanpa melalui daya rasional.

Figur seperti para rasul, sahabat, dan orang-orang tertentu lainnya memiliki

pemahaman bahwa suatu hal benar tanpa mengetahui kontradiksi antara pendapat itu

dengan pendapat yang salah. Ini adalah jalan ilahi menuju bentuk spiritual. Tetapi

karena jenis pemahaman ini datang kepada orang-orang yang tidak tentu, dan berkat

anugerah Allah alih-alih kemampuan rasional, maka ini bukan jalan yang disarankan

oleh Tadbīr, tepatnya, hal ini diabaikan oleh Tadbīr karena hal semacam ini tidak

96

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 25

Page 76: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

66

dapat dijadikan suatu seni, suatu petunjuk politik yang dapat dipraktikkan.97

Maka,

jalan alami adalah jalan rasionalitas, yaitu manusia mengembangkan daya

rasionalitasnya sehingga dapat memahami pendapat yang benar, Tadbīr yang benar.

Dalam makna partikular, Tadbīr merujuk kepada Tadbīr yang benar atau salah, benar

atau salahnya suatu Tadbīr disebabkan oleh aktualitas atau potensialitas suatu daya

rasional individu; ketika daya rasionalnya tidak aktual, maka Tadbīr yang ia

rumuskan salah, ketika daya rasionalnya aktual, maka Tadbīr yang ia rumuskan

benar. Terkait dengan pernyataan bahwa rasionalitas ini bisa aktual atau potensial, hal

ini menyiratkan fakta bahwa di sana ada suatu hal yang dapat membawanya dari

keadaan potensial ke aktual, dus, teori mengenai akal aktif. Untuk selalu merumuskan

Tadbīr yang benar, seorang indivvidu harus menjalin kontak aktif dengan akal aktual

sehingga daya rasionalnya aktual, dan Tadbīr yang ia rumuskan benar. Konsepsi

mengenai akal aktif ini berkaitan dengan beberapa aspek teologis, yang membuat Ibn

Bajjah disebut sebagai seorang ateis oleh para musuhnya.

D. Dari Epistemologi ke Teologi

Ibn Bajjah, sebagai seorang filsuf, seorang rasionalis yang membawa

rasionalisme hingga batas-batas paling akhirnya tanpa kenal kompromi, hidup dalam

kondisi yang selalu terancam, kematiannya disebabkan oleh konsumsi terong

97

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 76

Page 77: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

67

beracunyang direncanakan oleh salah satu musuhnya.98

Beberapa poin-poin

epistemologis yang menyebabkan Ibn Bajjah menjadi dapat dikelompokkan kepada

kelompok yang keluar dari agama adalah: konsepsi mengenai tidak adanya kehidupan

setelah mati sebagaimana digambarkan oleh para agamawan dan filsuf lainnya,

baginya, setelah mati, tidak ada lagi jiwa-jiwa individual yang akan merasakan

nikmat di surga ataupun siksa di neraka, semua jiwa akan menjadi satu, karena ia

immaterial, sementara individualitas selalu menandakan korporealitas suatu hal;

kedua, peran syariat sebagai yang hanya berfungsi mengantarkan individu untuk

mencapai pengetahuan mengenai hakikat, bukan sebagai suatu hal yang dipatuhi, bagi

Ibn Bajjah, eksistensi syari‟at dan nabi yang membawanya hanya diperlukan bagi

suatu negara tidak ideal di mana Tadbīr yang ada tidaklah rasional, dan Ibn Bajjah

meletakkan rasionalitas sebagai yang lebih tinggi, suatu anugerah tertinggi dari Tuhan

untuk manusia. Konsepsi ini mengantarnya kepada konsekuensi berikutnya, nihilnya

penggunaan kata „rasul‟ dalam bentuk singular, namun selalu „rusul‟ dalam bentuk

jamak, merupakan suatu penolakan yang terlampau tersirat dan berani terhadap

kepercayaan kaum agamawan mengenai hirarki antara para rasul dengan Rasulullah

sebagai yang paling tinggi.99

Ketiga poin ini saja cukup menghantarkannya kepada

tuduhan ateis.

98

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 33 99

E.I. J. Rosenthal, Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Outline, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2009) h. 163

Page 78: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

68

Maka, satu poin lagi akan menyebabkan Ibn Bajjah benar-benar seorang yang

tidak takut atas posisi rasionalisme radikalnya: penolakannya kepada konsepsi

falsafah kolektifis; yaitu, bahwa orang-orang tertentu yang telah diberkati dengan

pemahaman spiritual dan rasional, dalam konsepsi Plato, harus turun ke bawah dan

mengajak masyarakat lainnya yang masih terjerumus dalam korporealitas, untuk ikut

bersamanya.100

Ibn Bajjah menafikan kewajiban tersebut, maka tidak heran jika ia

benar-benar dikucilkan dari semua sisi: sosial, spiritual, dan moral. Ia merupakan

perwujudan nyata dari apa yang ia sebut dengan nawabit, orang-orang yang memiliki

konsepsi yang berbeda dengan manusia kebanyakan di dalam suatu negara.

Dengan mengamini konsepsi negara ideal dan tidak ideal dari Plato, Ibn

Bajjah juga meyakini bahwa di dalam suatu negara ideal, tidak akan terdapat tiga hal:

dokter, hakim, dan „yang terasing‟. Bagaikan jari tangan yang, apabila kelebihan satu

akan menjadi cacat, begitulah negara ideal; suatu negara ideal bila memperoleh

tambahan anasir maka ia tidaklah ideal. Negara ideal meniscayakan rakyatnya hidup

dalam cinta dan aturan rasional; maka tidak akan ada konflik antar rakyat, sang

penindas dan sang tertindas, negara ideal berdasarkan atas asas cinta; tidak pula ada

hal-ihwal seperti penyakit yang besar dan bahaya karena ia diatur oleh rasionalitas

dalam segala hal, dalam diet-diet yang merupakan jalan hidup masing-masing rakyat.

Karenanya, tidak diperlukan adanya hakim yang mengurusi konflik antar rakyat, yang

menghukum para penindas dan yang membela yang tertindas. Tidak pula ada dokter

100

E.I. J. Rosenthal, Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Outline, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2009) h. 170-171

Page 79: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

69

yang menyembuhkan penyakit-penyakit fatal yang dapat membawa seorang warga

menuju kematian. Negara ideal pun tidak akan menghasilkan oposisi opini bersama,

sebab yang rasional itu universal. Maka tidak akan ada orang-orang yang akan

dituduh sebagai orang yang pendapatnya tidak sesuai dengan negara, yang tiba-tiba

bisa dihilangkan oleh negara karena alasan politis.101

Negara ideal tidak akan

memiliki penduduk semacam itu. Namun, faktanya, Tadbīr ditulis, ini menunjukkan

bahwa negara, setidaknya di mana Ibn Bajjah tinggal, tidaklah ideal, begitu pula

terdapat hakim dan dokter yang menyembuhkan segala penyakit, baik sosial maupun

biologis.

Kehadiran dari tiga anasir tersebut merupakan motivasi Ibn Bajjah menulis

Tadbīr, sekaligus suatu kritik terhadap konsepsi falsafah politik sebelumnya. Konsep

„yang terasing‟, „alang-alang‟ adalah konsep Ibn Bajjah untuk menunjukkan

keniscayaan falsafah politik yang ditulis khusus bagi al-Mutawwahid. Dengan

didahului konsepsi bahwa „yang terasing‟ dalam perbedaan pendapatnya dengan

negara tidak mesti salah; terdapat kemungkinan bahwa justru apa yang diyakini oleh

orang-orang asing inilah yang merupakan ideal dari suatu negara. Ini seperti konsepsi

sufistik mengenai para Sufi102

, yang terasing dari masyarakatnya karena mengetahui

hakikat dari segala sesuatu, sementara orang-orang pada umumnya terjerembab

dalam ilusi inderawi semata tanpa tahu dan paham mengenai hakikat. Konsepsi „yang

101

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 59 102

Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman (ed.). History of Islamic Philosophy. (Canada: Routledge.

2007) h. 564

Page 80: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

70

terasing‟ memiliki konotasi positifnya dalam karya Ibn Bajjah. Istilah nawabit yang

dalam karya Al- Fārābi mendapatkan konotasi negative, sebagai sesuatu yang niscaya

hadir dalam tipe negara tidak ideal, dalam falsafah politik Ibn Bajjah mendapatkan

peran yang positif dan aktif dalam pembentukan negara ideal. Maka nawabit yang

memiliki konsepsi benar inilah nama lain dari al-Mutawwahid. Maka Tadbīr al-

Mutawwahid tidak lain adalah suatu karya yang ditulis untuk para nawabit di seluruh

dunia. „Hai para nawabit di seluruh dunia, bersatulah!‟ begitulah kiranya seruan dari

Ibn Bajjah melalui karya-karyanta, terkhusus Tadbīr al-Mutawwahid.

Seorang nawabit tidaklah harus mematuhi apa-apa yang diperintahkan negara,

karena konsepsi negara ideal dalam akalnya lah yang seharusnya dituruti. Negara-

negara tidak ideal menyebabkan manusia-manusianya terjebak dalam ilusi

korporealitas. Kebanyakan manusia acuh-tak acuh kepada urusan-urusan spiritual,

dan lebih memilih turut serta dalam obrolan mengenai pakaian, parfum, jabatan dan

segala urusan duniawi yang menjauhkan seseorang dari Tuhan dan kebenaran

spiritual. Benar bahwa, menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk sosial, makhluk

politis yang harus turut serta dalam urusan-urusan politis, sebagai warga negara yang

„baik‟ yang demokratis, yang dapat mengandalkan politik representative untuk

mencapai tujuan-tujuannya baik fiscal, mental dan spiritual. Tetapi semua itu hanya

dapat dicapau di dalam suatu negara ideal. Jika penarikan diri dari masyarakat dan

negara secara esensial mengingkari kodrat manusia, dan karenanya disebut jahat,

maka kejahatan ini dapat ditolerir dengan alasan spiritual: jika dengan

Page 81: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

71

menjerumuskan diri dalam urusan keseharian, kenegaraan seseorang malah semakin

jauh daru urusan spiritual, maka kejahatan dari penarikan diri ini pada gilirannya

menjadi aksidental. Justru ini merupakan suatu langkah spiritual niscaya yang

diambil dalam negara-negara tidak ideal.103

Dalam sejarah islam sendiri, tema penarikan-diri dari masyarakat bukanlah

suatu hal yang asing: terdapat Ikhwan al-Safa, suatu kelompok intelektual-spiritual

rahasia yang menyembunyikan identitasnya karena ancaman rezim, konsepsi Imam

tersembunyi dari Syiah yang menyembunyikan identitasnya. Dan bukti konkret dari

sejarah sufisme dalam Islam di mana sufi seperti al-Hallaj yang dianggap sebagai

„alang-alang‟ menjadi korban eksekusi dengen mangabaikan esensi dari pesan

spiritual yang ia sampaikan.104

Maka, dalam sejarah Islam, al-Mutawwahid selalu

berada dalam posisi positif; suatu posisi elitis yang mengandaikan bahwa terdapat

tingkatan pengetahuan dari syari‟at ke hakikat. Di sinilah bedanya konsepsi al-

Mutawwahid dengan sufisme secara umum. Jika dalam konsepsi gnostic sufisme,

pengetahuan yang benar datang dari Tuhan tanpa perlu diupayakan, dan karenanya

tidak dapat direncanakan dan sangat arbitrer; maka konsepsi al-Mutawwahid Ibn

Bajjah menghilangkan model elitism ini. Sebab pada hakikatnya manusia adalah

makhluk rasional, maka al-Mutawwahid harus membawa rasionalitas ini menuju

konsekuensinya yang paling radikal: untuk mencapai spiritualitas, untuk bersatu

103

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 17 104

Ibid. h. 18-19

Page 82: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

72

dengan Intelek Aktif melalui jalur-jalur rasional; inilah tujuan penulisan dari Tadbīr

al-Mutawwahid.

E. Dari Metafisik ke Politik

Kala Al- Fārābi, mengikuti jejak Plato dalam Republik, masih mempersoalkan

„Bagaimana bentuk Negara terbaik dan bagaimana cara mewujudkannya?‟ Ibn Bajjah

justru mempersoalkan pemaparan persoalan itu sendiri; ia memaparkan suatu

persoalan politik yang begitu baru, „Bagaimana sang metafisikus meraih tujuan-

tujuannya?‟.105

Falsafah politik Ibn Bajjah bukan falsafah politik yang berlandaskan

pada utopia mengenai negara ideal, bukan sekedar gambaran dari bentuk-bentuk

negara sempurna dan cacat. Falsafah politik Ibn Bajjah adalah suatu jawaban konkret

dan praktis dari persoalan yang ia paparkan, suatu solusi idealis yang realis atas

persoalan kehidupan politis seorang filsuf, seorang metafisikus, seorang yang

terasing, yang dari kumpulannya terbuang. Apa yang membuat mandul diskursus

falsafah politik selama ini adalah kesalahan dalam memaparkan persoalan, Al- Fārābi

masih berkutat dalam ranah teoretis mengenai kehidupan dalam negara ideal, sembari

menafikan fakta bahwa masyarakat di mana ia tinggal tidak pernah ideal, dan seperti

yang dinyatakan Ibn Bajjah, “negara ideal hanya ada dalam ranah ideal”; dus, ini

adalah posisi idealis dari Ibn Bajjah. Dan, dari sinilah solusi realis dari Ibn Bajjah

lahir: alih-alih menunggu datangnya sang filsuf-raja yang dimimpikan Plato dan

dibayangkan Al- Fārābi, mengapa tidak, sebagai sang filsuf menjadi ideal itu sendiri,

105

E.I. J. Rosenthal, Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Outline, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2009) h. 159-160

Page 83: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

73

ideal yang menubuh dalam negara yang tidak pernah ideal; alih-alih menanti rezim

pemerintahan yang ideal, mengapa tidak mendirikan rezim-diri, demi mencapai

kebahagiaan diri?

Tawaran politis dari Ibn Bajjah adalah upaya untuk membalikkan persoalan

etika ke ranah praksis. Selama ini para filsuf politik hanya menafsirkan dan

menggambarkan dunia dan negara ideal, yang paling penting adalah untuk mencapai

yang ideal itu melalui suatu jalan. Sekiranya, begitulah keyakinan Ibn Bajjah. Suatu

upaya untuk menjembatani perkara metafisika dengan fisika, suatu ideal dengan

realitas, angan dan ingin. Dalam hal ini, Tadbīr al-Mutawwahid, alih-alih

diterjemahkan menjadi rezim sang filsuf, sebagaimana oleh Nanang Tahqiq, akan

lebih tepat diterjemahkan menjadi rezim sang penyendiri, atau rezim sang

Mutawwahid; poinnya adalah bahwa rezim sang filsuf akan menyejajarkan konsepsi

falsafah politik Ibn Bajjah dan Al- Fārābi yang mengikuti jejak Plato, dalam hal

memimpikan adanya filsuf-raja yang menjadi pimpinan rezim. Kemudian, sang-

penyendiri atau mutawwahid juga akan menambahkan dimensi mistis, sebagaimana

keterkaitan antara Ibn Bajjah dan pemikiran mistis sering dirujuk oleh beberapa

penulis; terlepas dari ketidaksesuaian antara mutawwahid dan konsep ittisal (bukan

ittihad) secara nominal. Penerjemahan menjadi sang-penyendiri atau sang-asing juga

memiliki arti penting terkait dengan konsep “alang-alang” dari Ibn Bajjah.

Ibn Bajjah tidak sedang ingin menulis suatu traktat filsafat politik

sebagaimana umumnya. Dalam Tadbīr, ia sering menyatakan “hal ini dibahas dalam

Page 84: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

74

ilmu politik”.106

Artinya, ia memisahkan diri dari persoalan falsafah politik seperti

kategorisasi negara ideal dan tidak ideal, urusan-urusan politik praktis lainnya, dan

menyatakan bahwa “yang terpenting yang kami bahas adalah persoalan mengenai

rezim-diri sang Mutawwahid”. Artinya, politik dalam artian umum dalam tulisannya

memiliki posisi yang aksidental. Ibn Bajjah menyinggung politik sejauh ia berkaitan

dengan tujuan metafisika yang ia usulkan. Politiknya tidak ditujukan untuk

mendirikan suatu rezim politis yang nyata, tetapi mendirikan suatu rezim ideal, yaitu

rezim sepanjang ia merupakan apa-apa yang mengatur tindakan diri seseorang tanpa

mengandalkan institusi di luar akal orang yang bersangkutan, ini adalah rezim akal

sebagai yang bukan rezim fiscal, ini adalah rezim metafisik, bukan rezim fisik. Dus,

falsafah politik Ibn Bajjah dapat disebut sebagai suatu Metafisika Politik, atau Politik

Metafisis.

106

Ma'an Ziyadah, Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and Commentary,

Tesis, (Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies, 1968) h. 6-7

Page 85: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelum nya,maka dapat di ambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pertama, konsep rasionalisme Ibn Bajjah adalah suatu kemampuan untuk

menghadirkan makna-makna universal dihadapan akal, dan memahaminya

sebagai benar terkait hal ihwal yang terbayangkan, yang ditandai oleh

nya. Melalui wawasan, fakultas rasional melihat makna-makna universal

dalam segala sesuatu. Serta kemampuan untuk membedakan makna-

makna universal dengan sempurna.

2. Kedua, setelah meluruskan epistemologi rasional Ibn Bajjah yang radikal

dalam arti ia tidak berkompromi lagi dengan sumber-sumber pengetahuan

seperti teologi atau mistik, berimplikasi pada perspektif politik Ibn Bajjah.

Ibn Bajjah menganggap bahwa suatu Negara perlu didasari oleh suatu

landasan yakni Tadbīr yang dirumuskan melalui kemampuan rasional.

Pada titik inilah penulis memahami bahwa landasan dari teori politik Ibn

Bajjah adalah suatu Rasionalitas yang diraih dari individu-individu

Page 86: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

76

B. .Saran

Penulis berharap kedepan nya kajian tentang Ibn Bajjah bisa lebih banyak

lagi. Selain itu, selanjutnya diharapkan mampu mencari sumber primer lebih

banyak lagi, mengingat sumber primer yang ada di tangan penulis tidak lengkap.

Selain itu pengkajian pemikiran politik Islam di Indonesia terbilang masih cukup

minim, sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas masyrakat Indonesia. Penulis

berharap agar pemikiran politik Islam dapat terus dikaji dan dikembangkan.

Karena sebagaimana yang kita ketahui, politik merupakan hal penting yang

menyangkut hajat hidup orang banyak.

Page 87: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

77

DAFTAR PUSTAKA

Abu Nasr Al- Fārābi,Mabadi ara ahl al-Madina al-Fadila

Ahmad Zainal Abidin, Negara Utama. Jakarta: Kinta. 1968

Akasoy, Anna & Guido Giglioni, Renaissance Averroism and Its Aftermath: Arabic

Philosophy in Early Modern Europe. London: Springer. 2013.

Alfarabi. Fusul muntazaah. Beirut: Dar Al-Masyriq. 1993.

Alfarabi. Tahsil al-sa‟adah. Hyberabad: Majlis Da‟irah al-Ma‟arif al-Utsmaniyyah.

1349.

Arnzen, Rudiger.Averroes,On Aristotle's "Metaphysics": An Annotated Translation of

the So-called "Epitome". New York & Berlin: De Gruyter. 2010.

Bowering, Gerhard (ed.), The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought.

Princeton & Oxford: Princeton University Press. 2013.

Davidson, Herbert A. Alfarabi, Avicenna and Averroes on Intellect: Their

Cosmologies, Theories of Active Intellect, & Theories of Human Intellect.

Oxford: Oxford University Press. 1992.

Fakhry, Majid.A History of Islamic Philosophy. New York & London: Columbia

University Press. 1970.

Fakhry, Majid. Al- F r bi, Founder of Islamic Neoplatonism; His Life, Works and

Influence. Oxford: Oneworld. 2002.

Fakhry, Majid.Averroes; His Life, Works and Influence. Oxford: Oneworld. 2008.

Glasner, Ruth.Averroes' Physics: A Turning Point in Medieval Natural Philosophy.

Oxford: Oxford University Press. 2009.

Page 88: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

78

Groff, Peter S. with Oliver Leaman, Islamic Philosophy A-Z, Edinburgh: Edinburgh

University Press. 2007.

Hanif, Abdulloh.Konsep al-Mutawwahid Ibn Bajjah.Tesis. UIN Sunan Kalijaga.

2016.

Heather Savigny, dan Lee Marsden.Doing Political Science and International

Relations: Theories in Action.Macmillan International Heigher Education

Imam Sukardi, Negara dan Kepemimpnan dalam pemikiran Alfarabi,Jurnal Al-A‟raf

IAIN Surakarta. 2017.

J.H Rapar.Filsafat Politik.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001

Kees Bertens.Sejarah Filsafat Yunani. PT Kanisius

Leaman, Oliver (ed.). The Biographical Encyclopedia of Islamic Philosophy. London

& New York: Bloomsbury. 2015.

Leo Strauss.An introduction to Political Philosophy. Detroit: Wayne State University

Press

Rosenthal, E.I.J. Averroes' Commentary on Plato's Republic: Edited with an

Introduction, Translation and Notes. London: Cambridge University Press.

1969.

Rosenthal, E.I.J. Political Thought in Medieval Islam: An Introductory Outline.

Cambridge: Cambridge University Press. 2009.

Russell,Bertrand, History of Westren Philosophy and Its Conncection with Politcal

and Soscial Cirumstances from the Earliest Times of the Present Day,

terjemahan Sigit Jatmiko Dkk : Sejarah Filsafat Barat; Kaitannya dengan

Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno hingga Sekarang. Yogyakarta: Pustaka

belajar, 2007

Page 89: RASIONALISME RADIKAL Falsafah Politik Ibn Bajjahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · RASIONALISME RADIKAL: “ Falsafah Politik Ibn Bajjah ” Skripsi . Di. susu

79

Shihab, M. Quraish.Konsep Uzlah Dalam Perspektif ibn-Bajjah.Skripsi. UIN Sunan

Ampel Surabaya. 2018.

Yamani. Antara alfarabi dan Khmeini Filsafat Politik Islam

Ziyadah, Ma'an.Ibn Bajja's Book Tadbīr al-Mutawahhid: An Edition, Translation and

Commentary.Tesis. Montreal: McGill University, Institute of Islamic Studies.

1968.