pengaruh kesehatan jiwa terhadap akhlak dalam...

79
PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM PEMIKIRAN IBN MISKAWAYH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Akmad Samnuranto NIM: 1110033100067 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H./2017 M.

Upload: vanhuong

Post on 11-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP

AKHLAK DALAM PEMIKIRAN IBN MISKAWAYH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Akmad Samnuranto

NIM: 1110033100067

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./2017 M.

Page 2: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama
Page 3: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

Jakarta, 17 Oktober 2017

Page 4: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama
Page 5: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran akhlak dari salah satu

filosof Muslim yaitu Ibn Miskawayh terutama dalam pembahasan akhlak dan

pengaruhnya bagi kesehatan jiwa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif analisis, yang akan mendeskripsikan secara terperinci terkait

dengan masalah yang hendak diteliti kemudian menganalisis setiap masalah untuk

memperoleh pemahaman secara komprehensif. Sementara teknik dalam

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka

(library research) dengan menggunakan sumber primer karya Ibn Miskawayh

sendiri, selain itu akan dikomparasikan dengan referensi yang menunjang lainnya.

Salah satu aspek terpenting dari pemikiran Ibn Miskawayh adalah

pemikirannya tentang akhlak. Ibn Miskawayh memandang bahwa akhlak

merupakan sebuah sikap mental yang mendorong seseorang untuk bertindak

sesuatu secara spontan tanpa didahului oleh sikap berpikir dan pertimbangan

terlebih dahulu. Artinya, akhlak tersebut memiliki hubungan secara langsung

dengan sikap mental atau keadaan jiwa seseorang. Ibn Miskawayh memandang

bahwa akhlak tersebut memiliki pengaruh terhadap kesehatan jiwa.

Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

aspek dalam menjaga kesehatan jiwa dan kedua menyembuhkan penyakit hati.

Peran dan pengaruh akhlak merupakan penunjang dari tercapainya kedua aspek

tersebut.

Kata kunci: akhlak, kesehatan jiwa

Page 6: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

ii

ABSTRACT

This study is aimed to determine the moral thinking of one of the Muslim

philosopher namely Ibn Miskawayh especially in the discussion of morals and its

effects for mental health. The method of this research is used descriptive -

analysis method, that will describe the research problem specifically refers to the

problem that will be scrutinized, then to analyze each problem to capture

understanding comprehensively. Furthermore, the techniques of collecting data

for this research is literature review (library research) in which used the primary

reference of the work of Ibn Miskawayh himself, in addition it will be compared

to other supported reference.

One of the most important aspects of Ibn Miskawayh's thought is his

thought of morality. Ibn Miskawayh views that morality is a mental attitude that

encourages one to act something spontaneously without preceded by the attitude

of thought and prior consideration. Therefore, morality has a direct relationship

with the mental attitude or state of one's soul. Ibn Miskawayh saw that morality

has an influence on mental health.

Ibn Miskawayh divides mental health into two aspects, first aspect in

maintaining mental health and secondly curing mental disorder. The role and

influence of morals is the support of the achievement of both aspects.

Keywords: morals, mental health

Page 7: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

skripsi berjudul Pengaruh Kesehatan Jiwa Terhadap Akhlak dalam

Pemikiran Ibn Miskawayh dapat terselesaikan.

Penyelesaian skripsi ini bukan hanya dalam rangka untuk memenuhi salah

satu persyaratan dalam penyelesaian studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, akan tetapi juga merupakan sebuah

ketertarikan penulis terhadap pemikiran Ibn Miskawayh. Namun penelitian ini

tidak akan terselesaikan pula jika tanpa adanya berbagai pihak dalam membantu

baik itu spirit atau materil yang turut memegang andil dalam penyelesaian skripsi

ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga, penulis sampaikan kepada Prof.

Dr. Zainun Kamal, MA. Selaku Dosen Pembimbing penulisan skripsi ini, atas

saran-saran membangun yang diberikan ikut memperkuat dalam pendeskripsian

penelitian ini, juga karena kesabaran beliau pada saat bimbingan yang mungkin

telah mengganggu aktifitas mengajar atau hal-hal yang lain.

Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Dede Rosada, MA. Selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kepada Prof. Dr. Masri

Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin. Kepada Dra. Tien Rahmatin,

MA. Selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik (PA) penulis. Kepada Dr. Abdul Hakim Wahid, MA

selaku Sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam.

Page 8: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

iv

Ucapan terima kasih pula kepada segenap dosen Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan dan

memperluas pemikiran juga sudut pandang penulis. Kepada pimpinan dan seluruh

staf Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas Ushuluddin yang

memberi kemudahan pada penulis dengan berbagai kumpulan-kumpulan atau

koleksi buku-buku dan karya-karya ilmiah yang dimiliki.

Salam kasih dan penghormatan yang tak terhingga, penulis haturkan

kepada kedua orang tua, ayahanda Samsuri yang senantiasa selalu berdoa tanpa

henti-hentinya kepada Illahi untuk keselamatan dan kesuksesan anaknya serta

almarhumah ibunda Nurrochmah yang belum sempat melihat anaknya untuk di

wisuda, namun pesan dan doa ibunda alhamdulillah selalu akan terkenang dan

menjadi memori yang indah di hati penulis, semoga kebaikan, pengajaran serta

teladan ibunda menjadi bekal ibunda disana dan kami anak-anakmu. Kepada

beliau berdualah karya ini saya persembahkan. Ucapan terima kasih pula kepada

Ma’de Mar yang telah menjaga dan merawat bahkan mendoakan penulis sampa

saat ini; serta adik-adik tercinta Dewi Nuriyaton, Abdur Rohman, Abdul

Rokhiman, M. Gufron dan adik kriting kami dik Rina yang selalu menjadi

penyemangat, penghibur dan membantu dalam penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada seluruh sahabat-sahabat Aqidah Filsafat (AF)

2010 secara keseluruhan dan para pejuang terakhir AF 2010 khususnya. Baik

dalam hal bertukar pikiran maupun saling memberi saran dan kritikan yang

membangun. Serta seluruh keluarga besar UKM KSR PMI UIN yang memberikan

pengalaman, kenangan dan kemampuan-kemampuan praktis yang sangat berharga

Page 9: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

v

bagi penulis. Dan tak lupa juga kepada seluruh keluarga besar SDN Jombang 03,

baik seluruh dewan guru maupun anak-anak yang mendoakan penulis.

Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya dan setinggi-

tingginya kepada semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang turut

membantu dalam perjuangan penulis dengan sengaja maupun kebetulan. Semoga

apa yang mereka beri dicatat sebagai amal saleh dan mendapat balasan yang

berlipat ganda di sisi Allah. Aamiin..

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberikan wawasan

pengetahuan bagi siapapun yang berkesempatan membacanya.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 05 Oktober 2017

Penulis

Akmad Samnuranto

Page 10: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط a a ا

ẓ ẓ ظ b b ب

، ، ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

q q ق ḥ ḥ ح

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ه s s س

ʼ ʼ ء sy sh ش

y y ي ṣ ṣ ص

h h ة ḍ ḍ ض

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris

a a أ

ī ī إي

ū ū أو

Page 11: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 8

E. Metode Penelitian ................................................................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 11

BAB II BIOGRAFI IBN MISKAWAYH.......................................................... 13

A. Latar Belakang Keluarga ...................................................................................... 13

B. Karya-karya .......................................................................................................... 16

C. Latar Belakang Pemikiran ..................................................................................... 18

BAB III GAMBARAN UMUM AKHLAK DAN JIWA .................................. 23

A. Definisi Akhlak ..................................................................................................... 23

1. Pengertian Akhlak ............................................................................................. 23

2. Pokok-pokok Keutamaan Akhlak ..................................................................... 26

3. Macam-macam Akhlak ..................................................................................... 33

B. Pengertian Jiwa dan Macam-macamnya ............................................................... 41

C. Hubungan Jiwa dengan Akhlak ............................................................................ 45

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IBN MISKAWAYH MENGENAI

PENGARUH KESEHATAN JIWA BAGI KARAKTER (AKHLAK) ......... 48

A. Akhlak dan Pengaruhnya ...................................................................................... 53

B. Kesehatan Jiwa ..................................................................................................... 56

C. Upaya Pencapaian Kesehatan Jiwa ....................................................................... 59

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 61

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 61

B. Saran-saran ............................................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64

Page 12: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan jiwa 1 bagi tiap individu, dan usaha untuk mengintegrasikan

kepribadian dalam berbagai level, mulai dari keluarga, sekolah, tempat kerja

hingga masyarakat secara umum telah menjadi fokus perhatian banyak kalangan.

Yang demikian itu adalah karena adanya kesulitan dan persaingan secara terus-

menerus dalam kehidupan masyarakat modern, aktivitas produksi yang tentunya

menuntut adanya perhatian lebih terhadap masalah psikologis, agar seseorang bisa

lebih siap menghadapi kehidupan yang lebih stabil dengan kerelaan, kepuasan,

kebahagiaan serta keberanian untuk hidup dan berusaha secara maksimal untuk

belajar dan bekerja.

Pada abad ini merupakan masa yang diwarnai oleh berbagai faktor yang

bisa memicu terjadinya konflik, kejatuhan dan pertarungan secara kejiwaan

sampai pada tingkat dimana banyak bangsa di dunia, hidup pada titik rawan. Hal

tersebut menyebabkan para tokoh behaviorisme 2 secara umum mengistilahkan

masa ini dengan Masa Kegoncangan.3

Manusia mulai bergerak untuk memikirkan dirinya ketika mereka

menemukan kenyataan bahwa kemampuan untuk mendapatkan keseimbangan diri

1 Dalam konteks ini jiwa memiliki pengertian yang sama dengan mental, nyawa, sukma,

ruh dan semangat. Lihat. DR. Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam

Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. VI, h. 3. 2 Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam

psikologi yang berdasar pada proporsisi bahwa semua yang dilakukan organisme – termasuk

tindakan, pikiran atau perasaan – dapat dan dianggap sebagai perilaku. Wikipedia, “Behaviorisme”,

artikel diakses pada 08 Desember 2016 dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme. 3 Sayyid Abdul Hamid Mursi, Jiwa Yang Tenang, penerjemah Sukamdani dan Firdaus,

(Malang: Al-Qayyim, 2004), cet. 1, h. 14.

Page 13: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

2

telah hilang, di mana hubungan mereka dengan lingkungan sekitarnya bukan lagi

merupakan hubungan yang penuh cinta dan keamanan, mereka tergerak ketika

merasakan bahaya dari kelalaian dan tidak adanya harmoni dengan lingkungan

dunia material dan juga lingkungan sosial yang mereka hidup didalamnya. Juga

ketika mereka merasakan keterasingan dan keterpisahan satu dengan yang

lainnya. Sehingga pada saat itu mereka sadar atas segala kekurangan mereka.

Mereka merasakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk melakukan evaluasi

diri dengan sungguh-sungguh untuk memahami diri mereka. Sekalipun demikian,

hal itu tidak berarti bahwa manusia dapat langsung memahami dirinya.4

Dalam sejarah kemanusiaan, telah muncul berbagai upaya untuk

memahami pribadi manusia. Akan tetapi usaha manusia untuk memahami pribadi

manusia masih merupakan permulaan. Sebab disana ada sekian banyak faktor

yang menyebabkan mereka tidak bisa memahami diri mereka sendiri. Dari

generasi ke generasi, manusia menganggap dirinya sebagai pusat dari kosmos dan

segala sesuatu harus tunduk untuk kepentingan mereka. Sehingga menyebabkan

mereka tidak mampu melihat permasalahan yang terkait dengan diri dan

kepribadian mereka; secara murni, ilmiah dan objektif tanpa melibatkan

pandangan yang parsial serta semua bentuk kecenderungan subjektif.5

Akhlak dalam hal ini merupakan salah satu yang dapat menjawab

persoalan tersebut. Akhlak juga mampu memberikan pengaruh terhadap berbagai

aspek; baik aspek Tasawuf, Tauhid, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

Sebagaimana tujuan dari akhlak adalah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-

4 Sayyid Abdul Hamid Mursi, Jiwa Yang Tenang, h. 15. 5 Sayyid Abdul Hamid Mursi, Jiwa Yang Tenang, h. 17.

Page 14: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

3

kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan

cermin yang dapat menerima Nur/cahaya Tuhan. 6 Keterangan tersebut

memberikan petunjuk bahwa akhlak berfungsi memberikan panduan kepada

manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya

menetapkan perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang baik atau yang buruk.

Dari penjelasan di atas; menurut hemat penulis, akhlak dapat

mempengaruhi kesehatan jiwa, baik pengaruh akhlak yang baik maupun akhlak

yang buruk. Tentunya hal itu juga tergantung daya berpikir manusia karena

berdasarkan daya berpikir tersebut, manusia dapat membedakan antara yang benar

dan yang salah, serta baik dan buruk. Manusia yang kemanusiaannya paling

sempurna ialah mereka yang paling benar cara berpikirnya serta paling mulia

usaha dan perbuatannya (akhlak).7

Akhlak atau etika 8 dalam disiplin keislaman telah banyak dibicarakan,

baik oleh para filosof dalam falsafah Islam klasik, para teolog dalam teologi

maupun para sufi dalam tasawuf. Namun pembahasan yang utuh terdapat dalam

bidang falsafah oleh para filosof terutama filosof Muslim.9 Filosof Muslim yang

secara khusus berbicara dalam bidang akhlak (falsafah etika) adalah Abū Bakr

Muḥammad Zakaria al-Razī (250H/864M-313H/925M) dan Ali Aḥmad ibn

Muḥammad ibn Miskawayh, yang dipopulerkan oleh kitabnya Tahdzib al-Akhlaq.

6 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo persada, 1996), cet. 1, h. 14. 7 Jalaluddin & Usman Sa’id, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan

Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 135. 8 Perbedaan etika dan akhlak menurut Daud Ali,etika dilhat dari sudut pandang kebiasaan

masyarakat sedangkan akhlak dilihat dari sudut pandang agama. Lihat Daud Ali, Pendidikan

Agama, (Jakarta: Rireka Cipta, 2001), h. 170. 9 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaa Akhlak, penerjemah Helmi Hidayat, (Bandung:

Mizan, 1994), cet. 1, h. 11.

Page 15: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

4

Walaupun masih ada filosof-filosof lain, seperti Al-Kindī, Ibn Sīna dan lain-lain,

namun secara khusus dalam bidang akhlak mereka telah terwakili oleh kedua

filosof di atas.

Ibn Miskawayh adalah orang yang representatif dalam bidang akhlak

(falsafah etika) dalam islam. Sungguhpun terpengaruh oleh budaya asing,

terutama yunani, namun usahanya sangat berhasil dalam melakukan harmonisasi

antara pemikiran falsafah dan pemikiran islam, terutama dalam bidang akhlak.10

Ibn Miskawayh adalah seorang pemikir di masa Buwaih. Dalam karyanya Ibn

Miskawayh lebih mengedepankan pendidikan tentang akhlak. Karya Ibn

Miskawayh yang terkenal adalah Tahdzib al-Akhlaq (Menuju Kesempurnaan

Akhlak) yang merupakan sebuah risalah mengenai falsafah etika dalam Islam

abad pertengahan, karya ini sudah lama dikenal dan sudah ditelaah para pakar di

Timur dan Barat, Kitab Tahdzib al-Akhlaq berisi tentang Jiwa, Fitrah manusia,

Kebaikan dan Kebahagiaan, keadilan, cinta, persahabatan dan kesehatan jiwa.

Pemikiran akhlak Ibn Miskawayh diwarnai oleh pemikiran para

pendahulunya dari para filosof Yunani dan Muslim, seperti Plato, Aristoteles,

Galen, kaum Stoa dan lainnya. Namun Ibn Miskawayh meramunya dengan

ajaran-ajaran islam. Disamping itu, Ibn Miskawayh juga banyak dipengaruhi

filosof Muslim, seperti Al-Kindī, Al-Farabi dan Al-Razī.11

Karakteristik pemikiran Ibn Miskawayh dalam pendidikan akhlak secara

umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak). Menurutnya

akhlak adalah sebagai sesuatu keadaan jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa

10 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 14. 11 Majid Fakhry, Etika Dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1995), h. 22.

Page 16: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

5

bertindak tanpa dipikir atau dipertimbangkan secara mendalam. Akhlak itu ada

yang bersifat alami dan ada akhlak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.

Kedua watak tersebut menurut Ibn Miskawayh pada hakekatnya tidak alami.

Walaupun kita diciptakan dengan menerima watak, akan tetapi watak tersebut

dapat diusahakan melalui pendidikan dan pengajaran.12

Usaha-usaha melalui pendidikan dan pengajaran akhlak inilah yang

menjadi titik temu antara akhlak dan kesehatan jiwa dalam pemikiran Ibn

Misakawayh. Menurutnya, pendidikan dan pengajaran pertama-tama harus

dilakukan dengan proses pembiasaan menjalankan tuntunan syari’at, baru

kemudian dikenalkan kepada teori-teori akhlak untuk memperkuat dan mencapai

tingkat keutamaan yang lebih tinggi. Ini dilakukan dengan metode alami, yakni

bertahap sejak pembinaan potensi kebendaan dan kebinatangan (syahwat

kemudian ghadlab) secara total sesuai keempat prinsip keutamaan akhlak, terus

potensi akal sebagai potensi khas manusia sampai ke puncaknya sebagai insan

kamil.13

Selain pembahasan akhlak Ibn Miskawayh juga dalam hal ini

menambahkan bahwa ada empat hal pokok dalam upaya pemeliharaan kesehatan

jiwa. Yakni:

1. Bergaul dengan orang yang sejenis, yakni yang sama-sama pecinta

keutamaan, ilmu yang hakiki dan ma’rifat yang sahih, menjauhi

pencinta kenikmatan yang buruk.14

12 Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathir al-‘Araq, ed. Hasan Tamim, (Beirut :

Manshūrat Dar al-Maktabah al-Hayat, 1938 H), cet.II, h. 62. 13 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, h. 37-42. 14 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 163

Page 17: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

6

2. Apabila sudah mencapai tingkat keilmuan tertentu, jangan

membanggakan diri (‘ujub) dengan ilmunya, melainkan harus belajar

terus sebab ilmu tidak terbatas dan di atas setiap yang berilmu ada

Yang Maha Berilmu, dan jangan malas mengamalkan ilmu yang ada

serta mengajarkannya kepada orang lain.

3. Hendaklah senantiasa sadar bahwa kesehatan jiwa itu merupakan

nikmat Allah yang sangat berharga yang tak layak ditukarkan dengan

yang lain.

4. Terus-menerus mencari aib diri sendiri dengan instrospeksi yang serius,

seperti melalui teman atau musuh, malah musuh lebih efektif dalam

membongkar aib ini.

Empat hal pokok di atas dapat ditempuh melalui akhlak yang baik,

tentunya melalui pembiasaan riyadlah dan keseimbangan dalam mengendalikan

jiwa yang memiliki orientasi pada akhlak dan titik pencapainnya. Adapun

pencapaian yang dimaksud adalah persoalan kebajikan. 15 Dengan kata lain

manusia bisa menjadi baik dan tinggi derajatnya di hadapan Allah atau

sebaliknya, seperti hewan, bahkan lebih rendah dari hewan. Dalam kaitan ini,

manusia diberikan oleh Allah kekuatan ikhtiar atau usaha untuk bebas

menggunakan potensi positif dan negatifnya.16

Sebagai makhluk sosial manusia selalu dalam gerak dinamis mengikuti

gerak zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi pendidikan ekonomi

15 Seyyed Hossein Nasr dan Olver Leaman, Ensiklopedia Tematis Filsafat Islam, terj.

Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), h. 312. 16 A F Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) & Kesehatan Mental, (Jakarta: Amzah,

2000), Cet. 1, h. 1.

Page 18: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

7

dan lainnya merupakan pemicu bagi gerak zaman. Ukuran akhlak tengah selalu

mengalami perubahan menurut perubahan ekstrim kekurangan dan ekstrim

kelebihan. Ukuran tingkat kesederhanaan di bidang materi misalnya, pada

masyarakat desa dan kota tidak dapat disamakan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa doktrin jalan tengah

ternyata tidak hanya memiliki nuansa dinamis tetapi juga flexibel. Oleh karena itu,

doktrin tersebut dapat terus menerus berlaku sesuai dengan tantangan zamannya

tanpa menghilangkan pokok keutamaan akhlak.

Setelah membaca dan menganalisa secara terperinci mengenai beberapa

penjelasan akhlak Ibn Miskawayh, sedikit banyak telah memberi asumsi dasar

bahwa akhlak memang berpengaruh terhadap kesehatan jiwa manusia. Atas latar

belakang pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

tersebut dalam pembahasan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kesehatan Jiwa

Terhadap Akhlak dalam Pemikiran Ibn Miskawayh”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini, penulis membatasi diri pada pembahasan mengenai

pengaruh kesehatan jiwa bagi akhlak dalam pemikiran Ibn Miskawayh. Maka

pandangan-pandangan mengenai masalah - masalah lain tidak akan dibahas dalam

skripsi ini, karena kurang relevan dengan objek studi.

Permasalahan yang akan diangkat adalah seputar pengaruh kesehatan jiwa

bagi akhlak dalam pemikiran Ibn Miskawayh. Agar pembahasan tidak melebar

dan tetap tercakup dalam judul “Pengaruh Kesehatan Jiwa Terhadap Akhlak

Page 19: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

8

dalam Pemikiran Ibn Miskawayh”, maka perlu dirumuskan sebagai berikut:

bagaimana hubungan jiwa dengan akhlak, bagaimana kesehatan jiwa dalam

pemikiran Ibn Miskawayh dan upaya pencapaiannya serta bagaimanakah

pengaruh kesehatan jiwa terhadap akhlak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan suatu kajian yang

komprehensif mengenai pemikiran Ibn Miskawayh, khususnya tentang pengaruh

akhlak terhadap kesehatan jiwa.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk memperkaya ḥazanah literatur Islam, khususnya mengenai

pengaruh akhlak bagi kesehatan jiwa dalam pemikiran Ibn Miskawayh.

2. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang akhlak dan pengaruhnya bagi

kesehatan jiwa dalam pemikiran Ibn Miskawayh.

3. Untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu dalam bidang falsafah

islam.

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelusuran, penulis menemukan empat karya yang

membahas permasalahan Ibn Miskawayh. Pertama, skripsi Abdurrahman

Zamzami pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2003 dengan judul “Pemikiran Ibn

Miskawayh Tentang Pendidikan Akhlak dan Peranannya dalam Kehidupan

Page 20: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

9

Manusia”. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana Ibn Miskawayh

memberikan pendidikan akhlak melalui pemikiran dan karya-karya tertulisnya

untuk dapat memahami konsep akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, skripsi Resnamia Nivianti pada Jurusan Pendidikan Agama Islam,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2011

dengan judul “Studi Perbandingan Konsep Pendidikan Islam menurut Ibn

Miskawayh dan Ibn Khaldun”. Skripsi ini menjelaskan tentang sejauh mana

sistem pendidikan di Indonesia khususnya pada mata pelajaran agama yang dapat

berkembang dengan baik melalui perbandingan pemikiran dari kedua tokoh

pendidikan Islam yaitu Ibn Miskawayh dan Ibn Khaldun yang meliputi tujuan

pendidikan, kurikulum pendidikan, serta metode pendidikannya.

Ketiga, skripsi Ziyadatul Ilmy pada Program Studi Aqidah dan Filsafat

Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, 2016 dengan judul

“Falsafah Kebahagiaan Ibn Miskawayh”. Skripsi ini menjelaskan mengenai

makna hakiki kebahagiaan, komponen dari kebahagiaan dan tingkatan

kebahagiaan menurut Ibn Miskawayh.

Keempat, skripsi Zulkarnaen pada Program Studi Aqidah dan Filsafat

Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, 2016 dengan judul

“Filsafat Jiwa Menurut Ibn Miskawayh”. Skripsi ini menjelaskan mengenai

konsep jiwa dalam pemikiran Ibn Miskawayh dan pendapat Ibn Miskawayh atas

peranan jiwa dalam kehidupan manusia.

Adapun yang membedakan tulisan yang akan saya tulis adalah tentang

pembahasan Pengaruh Akhlak Bagi Kesehatan Jiwa dalam Pemikiran Ibn

Page 21: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

10

Miskawayh. Sehingga dapat lebih dipahami, dan jika memang demikian,

penelitian yang dilakukan oleh penulis menjadi penelitian perdana yang

mengangkat tema ini.

E. Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan kajian kepustakaan

(library research) yaitu menghimpun buku atau tulisan yang ada hubungan

dengan tema skripsi. Data-data tersebut diambil dari sumber karya Ibn

Miskawayh sendiri yang terdokumentasikan, antara lain: Tahdzib al-Akhlaq dan

terjemahannya, Menuju Kesempurnaan Akhlaq yang diterjemahkan oleh Helmi

Hidayat. Sementara itu sumber sekundernya diambil dari berbagai buku, jurnal

dan makalah akademik yang membahas masalah yang relevan dengan penelitian

ini.

Penelitian skripsi ini menjelaskan tentang Pengaruh Akhlak Bagi

Kesehatan Jiwa dalam Pemikiran Ibn Miskawayh, jenis penelitian yang

digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yang akan dikembangkan

dalam sebuah bentuk metode penelitian akademik (the academik method of

research). Penelitian deskriptif (kualitatif) analisis 17 sangat relevan pada

penelitian studi falsafah terutama dalam penelitian pustaka.18 Penelitian kualitatif

akan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pokok

17 Penelitian-penelitian yang termasuk penelitian kualitatif adalah penelitian eksplorasi

(penjelajahan) dan penelitian-penelitian yang bersifat deskriptif yang hasilnya disajikan dalam

bentuk kualitatif. Lihat Imron Arifin (ed.), Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan

Keagamaan (Malang: Kalimah Syahadah Press, 1996), h. 13. 18 Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta: Paradigma, 2005),

cet., ke-1, h. 6.

Page 22: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

11

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Adapun untuk pedoman standar yang penulis pergunakan dalam teknik

penulisan Skripsi ini, mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) tahun 2007 yang telah diterbitkan oleh penerbit

CeQda. Adapun pedoman transliterasi menggunakan Jurnal Ilmu Ushuluddin

tahun 2013.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah bahasan tentang penulisan yang sistematis, maka

penulis menyusun ke dalam lima bab yang masing-masing terdiri dari sub-sub bab,

yaitu:

Bab I, adalah pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah sehingga

mendorong penulis mengangkat judul skripsi tersebut, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II, membahas tentang biografi Ibn Miskawayh. Ada tiga sub

pembahasan yang ditulis dalam biografi Ibn Miskawayh, yaitu latar belakang

keluarga, karya-karya dan latar belakang pemikiran. Latar belakang keluarga dan

pemikiran Ibn Miskawayh sangat penting diketahui untuk melacak pemikirannya

yang lebih mendalam. Dengan mengetahui karya-karyanya secara lebih mendetail,

kita juga dapat melacak pemikiran Ibn Miskawayh secara lebih komprehensif.

Bab III, berisi pembahasan tentang akhlak, jiwa dan hubungan keduanya.

Pembahasan tersebut dimulai dengan teori-teori umum menyangkut akhlak, jiwa

Page 23: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

12

dan hubungannya, kemudian diikuti dengan akhlak, jiwa dan hubungan keduanya

dalam perspektif Ibn Miskawayh.

Bab IV, berisi pembahasan tentang analisis pemikiran Ibn Miskawayh

mengenai pengaruh karakter (akhlak) bagi kesehatan jiwa. Dalam bab ini juga

dilakukan analisis secara lebih mendalam mengenai keterkaitan konsepsi Ibn

Miskawayh tentang akhlak dan kesehatan jiwa serta bagaimana keterkaitan dan

pengaruh keduanya.

Bab V, adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.

Kesimpulan ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dirumuskan.

Sementara saran-saran adalah berisi beberapa rekomendasi lanjutan tentang

penelitian yang sudah dilakukan serta memberikan beberapa kemungkinan lain

untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh akhlak bagi

kesehatan jiwa dalam pemikiran Ibn Miskawayh.

Page 24: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

13

BAB II

BIOGRAFI IBN MISKAWAYH

A. Latar Belakang Keluarga

Ada beberapa perspektif yang berbeda dalam mengkaji biografi Ibn

Miskawayh. Dalam buku Menuju Kesempurnaan Akhlak, bagian kata pengantar

edisi bahasa Inggris1, menyebutkan Tahdzib al-Akhlaq adalah karya Ahmad ibn

Muhammad Miskawaih dan dalam penulisan selanjutnya menggunakan nama

Miskawaih. Hasyimsyah Nasution menjelaskan Ibn Miskawayh memiliki nama

lengkap Abū ‘Ali Ahmad ibn Muhammad ibn Ya’qub Miskawayh. 2 Berbeda

dengan Hasyimsyah, Muslim Ishak menjelaskan bahwa nama beliau adalah Abū

Ali al-Khozin Ahmad Ibn Muhammad bin Ya’qud dan lebih dikenal nama Ibn

Miskawayh. 3 Penjelasan Muslim mengenai nama Ibn Miskawayh sependapat

dengan Sudarsono.4 Adapula yang menjelaskan nama Ibn Miskawayh adalah Abū

‘Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’qub Miskawayh al-Khazin ar-Razi al-

Isfahani.5

Secara umum para penulis hanya menuliskan nama Ibn Miskawayh dalam

beberapa literatur cukup disebutkan Ibn Miskawayh atau Miskawayh. Abu Bakar

Atjeh 6 menyebutnya dengan Ibn Miskawayh, sedangkan M.M. Syarief

1 Dterjemahkan oleh Ilyas Hasan dari edisi berbahasa Inggris Tahdzib al-Akhlaq, berjudul

The Refinement of Character, oleh Constantine K. Zurayk, terbitan The American University of

Beirut, Beirut, 1968. 2 Hasymsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 56. 3 Muslim Ishak, Tokoh-tokoh Falsafat Islam dari Barat (Spanyol), (Surabaya, Bina Ilmu,

1980), h. 18. 4 Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 56. 5 Muhsin Lalib, Para Filosof Sebelum dan Sesudah Mulla Shadra, (Jakarta: Al-Huda,

2005), h. 109. 6 Abu Bakar Atjeh, Sejarah Falsafat Islam, (Semarang: Ramadani, 1970), h. 147.

Page 25: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

14

menyebutnya Miskawayh saja tanpa sebutan Ibn.7 Terlepas dari perbedaan nama

lengkap serta penyebutan, penulis akan menulis nama tokoh yang dikaji dengan

nama Ibn Miskawayh.

Nama Ibn Miskawayh diambil dari kakeknya yang semula beragama

Majusi kemudian masuk Islam. 8 Berbeda dengan pendapat Yaqut 9 bahwa

ayahnyalah yang mula-mula beragama Majusi kemudian memeluk Islam, karena

Ibn Miskawayh sendiri, sebagaimana tercermin pada namanya adalah putra

seorang Muslim, yang bernama Muhammad. 10 Artinya Ibn Miskawayh lahir

dalam keluarga Islam.

Nama aslinya adalah Ahmad bin Muhammad bin Ya’qub, disebut pula

dengan nama Abū Ali Miskawayh yang diambil dari nama keluarga. Ibn

Miskawayh adalah seorang filosof Islam yang pertama kali membicarakan

masalah akhlak dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq. Ibn Miskawayh menjelaskan

masalah jiwa, penyakit jiwa dan cara penyembuhannya. Selain belajar falsafah,

beliau mempelajari sejarah terutama karya yang berjudul Tarikh at-Tobari dari

Abū Bakr Ahmad ibn Kamil al-Qadī. Ilmu falsafah didapatkan dari Ibn al-

Khammar, 11 sedangkan falsafah Aristoteles dan ilmu kimia dipelajarinya

bersama-sama dengan Abu al-Toyyib al-Razi, selain bidang falsafah Ibn

Miskawayh juga dikenal sebagai tabib.

7 M.M. Syarief, Para Filosof Muslim, terj. Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1992), h. 83. 8 Sudarsono, Filsafat Islam, h. 88. 9 Pengarang Kitab Irsyad al-‘Anb ila Ma’rifah al-Adib. 10 Abdurrahman Badawi, Miskawaih, dalam M.M Syarief, Para Filosof Muslim,

(Bandung: Mizan, 1996), cet. VIII, h. 83. 11 Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),

h. 127.

Page 26: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

15

Menurut Ensiklopedia Islam di Indonesia Ibn Miskawayh lahir di kota 320

H. (932 M.) dan wafat di Asfahan pada 9 Safar 421 H./ Februari 1030 M.12 Ibn

Miskawayh tergolong pejabat dan intelektual yang memperoleh kemajuan pesat di

bawah perlindungan Buwaihiyah (abad ke-4 sampai 5 H/abad ke-10 sampai 11 M)

dan yang memberikan sumbangsih kepada kehidupan intelektual dan kultural

yang kaya dalam periode ini.13

Ibn Miskawayh hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihiyyah (320-

450 H./932-1062 M.) yang besar pemukanya bermazhab Syi’ah. Ibn Miskawayh

mempunyai hubungan yang baik dengan orang-orang penting dan penguasa di

zamannya. Berpuluh-puluh tahun ia bekerja sebagai pustakawan pada sejumlah

wazir dan amir Bani Buwaih yakni pada Wazir Hasan bin Muhammad al-Azdari

al-Mahlabi di Bagdad (348-352 H.), Wazir Abu Fadl Muhammad Ibn al-Amid di

Ray (352-360 H.) dan puteranya, Wazir Abu al-Fath Ali bin Muhammad (360-366

H.), pada Amir Adduddaullah bin Buwaih di Bagdad (367-372 H.) dan amir-amir

berikutnya. 14 Ia pernah mendapatkan keperayaan dari salah satu menteri al-

Mahlabi dan diangkat sebagai pengawas perpustakaan, kemudian mendapat

keperayaan pula dari Sulthan ad-Daulah dan diangkat sebagai bendaharawan.

Disinilah ia mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan perpustakaan istana

selama hampir tujuh tahun, sehingga besar kemungkinan disinilah ia mempelajari

falsafah Yunani dari buku-buku yang telah diterjemahkan kedalam bahasa

12 Hasymsyah Nasution, Filsafat Islam, h. 56. 13 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 18. 14 Ensiklopedia Islam di Indonesia, Depag RI-Dirjend Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam Proyek Peningkatan Prasara dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, (Jakarta:

Djambatan, 1992), h. 662.

Page 27: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

16

Arab.15Karirnya sebagai pustakawan ini tentu memberi kesempatan yang banyak

baginya untuk tekun membaca dan menulis, sehingga ia mampu menghasilkan

karya-karya yang berkualitas.

B. Karya-karya

Pada masanya Ibn Miskawayh mempelajari hampir seluruh bidang

keilmuan yang berkembang, oleh karena itu ada beberapa penulis memberikan

predikat filosof, sastrawan, ahli kedokteran, sejarawan dan fisikawan. Selain

seorang sarjana yang amat luas ilmu pengetahuannya, Ibn Miskawayh juga selalu

tercantum dalam deretan nama-nama para filosof muslim.16 Ibn Miskawayh selain

dikenal sebagai pemikir (filosof), juga terkenal sebagai penulis produktif. Dalam

buku Para Filosof Muslim seperti yang dikutip oleh Yaqut memberikan daftar 13

buah karya Ibn Miskawayh, sebagai berikut:

1. Al-Fauz al-Akbar (membahas hal-hal yang berhubungan dengan tata

pola hidup secara individual dan bermasyarakat).

2. Al-Fauz al-Asghar (membahas hal-hal yang berhubungan dengan tata

pola hidup secara individual dan bermasyarakat).

3. Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulis

pada tahun 369 H./979 M.).

4. ‘Uns al-Farid (kumpulan anekdot, syair, pribahasa, dan kata-kata

mutiara).

5. Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik).

15 Muslim Ishak, Tokoh-tokoh Falsafat Islam dari Barat (Spanyol), h. 19. 16 Tim Divisi Data & Informasi CIPSI, Para Pemikir Dalam Tradisi Ilmiah Islam:

Kumpulan Biografi dan Karya Filosof, Saintis dan Teolog Muslim, (Jakarta: CIPSI, 2008), h. 325.

Page 28: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

17

6. Al-Mustafa (syair-syair pilihan).

7. Jawidan Khirat (kumpulan ungkapan bijak).

8. Al-Jami’.

9. Al-Siyar (tentang aturan hidup).

10. Tentang Pengobatan Sederhana (mengenai kedokteran).

11. Tentang Komposisi Bajat (mengenai seni memasak).

12. Al-Asyribah (mengenai minuman).

13. Tahzib al-Akhlaq (mengenai akhlak).17

Nomor 2, 3, dan 13 kini masih ada, dan telah diterbitkan. Juga ada lima

daftar lagi yang tak disebut oleh Yaqut dan al-Qifti, yaitu:

1. Risalah fi al-Ladzdzat wa al-‘Anam fi Jauhar al-Nafs (Naskah di

Istanbul, Ragrib Majmu’ah no. 1463, lembar 57a-59a).

2. Ajwibah wa As’ilah fi al-Nafs wa al-‘Aql (dalam Majmu’ah tersebut di

atas, dalam Raghib, di Istanbul).

3. Al-Jawab fi al-Masail al-Tsalats (Naskah di Teheran, Fihrist Maktabat

al-Majlis, II, No. 634(31)).

4. Risalah fi Jawab fi Sual Ali bin Muhammad Abu Hayyan al-Sufi fi

Haqiqah al-‘Aql (Perpustakaan Mashhad di Iran, I, No. 43 (137)).

5. Taharah al-Nafs (Naskah di Koprulu, Istanbul, No. 767).

Muḥammad Baqir Ibn Zain al-‘Abidīn al-Hawanṣari mengatakan bahwa ia

juga menulis beberapa risalah pendek dalam bahasa Parsi (Raudah al-Jannah,

17 Yaqut, Irsy ad al-‘Arib ila Ma’rifah al-Adib Vol. II, h. 88-96.

Page 29: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

18

Teheran, 1287 H./1870 M.18 Mengenai urutan karya-karyanya, kita hanya tahu

dari Ibn Miskawayh sendiri bahwa al-Fauz al-Akbar ditulis setelah al-Fauz al-

Asgar, dan Tahdzib al-Akhlaq ditulis setelah Tartib al-Sa’adah.19 Menurut Aḥmad

Amīn sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, bahwa semua karya Ibn

Miskwayh tidak luput dari kepentingan falsafah dan akhlak. Sehubungan dengan

itu Ibn Miskawayh dikenal sebagai moralis.20

C. Latar Belakang Pemikiran

Dari latar belakang pemkiran Ibn Miskawayh tidak ditemui data sejarah

yang rinci. Namun ditemui keterangan, bahwa ia mempelajari sejarah terutama

karya yang berjudul Tarikh at-Tobari dari Abū Bakr Ahmad ibn Kamil al-Qadī.

Ilmu falsafah didapatkan dari Ibn al-Khammar, sedangkan falsafah Aristoteles dan

ilmu kimia dipelajarinya bersama-sama dengan Abu al-Toyyib. Karena

keahliaannya dalam berbagai ilmu, Ibn Miskawayh dapat dikelompokkan sebagai

seorang pemikir, moralis, dan sejarawan Parsi paling terkenal.21

Ibn Miskawayh adalah seorang filosof yang representatif dalam bidang

akhlak dalam islam. Sungguhpun terpengaruh oleh budaya asing, terutama Yunani,

namun usahanya sangat berhasil dalam melakukan harmonisasi antara pemikiran

falsafah dan pemikiran islam, terutama dalam bidang akhlak.22 selain itu dalam

pengambilan kesimpulan-kesimpulan dan metode sangat berbeda dengan al-Razi.

18 M.M. Syarief, Para Filosof Muslim, (Bandung: Mizan, 1996), h. 84-85. 19 Ibn Miskawayh, Al-Fauz al-Asgar, h.120. 20 Abuddin Nata, Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Falsafat Pendidikan Islam,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 6. 21 M.M. Syarief, Para Filosof Muslim, h. 84. 22 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, penerjemah Helmi Hidayat, (Bandung:

Mizan, 1994), cet. 1, h. 15.

Page 30: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

19

Al-Razi orangnya berani, sangat rasional dan filosofis (walaupun tanpa mengutip

ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi), namun Al-Razi yakin bahwa pemikiran

falsafah tidak akan bertentangan dengan agama sedangkan Ibn Miskawayh dalam

mengemukakan pendapat-pendapatnya sering mengutip ayat-ayat Al-Qur’an,

hadis-hadis Nabi, ucapan Imam Ali dan Al-Hasan Al-Bashri, disamping puisi-

puisi arab.23

Selain pendidikan dari guru langsung, Ibn Miskawayh juga menajamkan

pemikirannya secara otodidak. Terutama saat Ibn Miskawayh diberi kepercayaan

untuk mengurusi perpustakaan. Ibn Miskawayh diketahui bekerja sebagai

pustakawan selama sepuluh tahun lamanya. Kesempatan menjadi pustakawan ini

tidak disia-siakan lagi untuk menghilangkan kehausan atas ilmu pengetahuannya.

Terutama saat memeroleh kepercayaan menguasai perpustakaan Ibn al-Amīd,

menteri Rukn al-Daulah.24

Ibn Miskawayh telah merumuskan dasar-dasar etika dalam kitabnya

Tahdzib al-Akhlaq wa Tathir al-A’raq (Pendidikan Budi dan Pembersihan

Akhlak). Sementara itu sumber falsafah Ibn Miskawayh berasal dari falsafah

Yunani, peradaban Persia, ajaran Syariat Islam dan pengalaman pribadi.25

Ibn Miskawayh adalah seorang teoritis dalam hal-hal akhlak, artinya ia

telah mengupas falsafah akhlaqiyyah secara analisa pengetahuan. Hal ini tidaklah

berarti bahwa Ibn Miskawayh tidak berakhlak, hanya saja persoalannya ditinjau

dari segi pengetahuan semata-mata.

23 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 16. 24 Maftufkhin, Filsafat Islam, h. 117-118. 25 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset,

2005), h. 327-328.

Page 31: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

20

Terlepas dari perjalanan hidup Ibn Miskawayh yang minim penjelasan,

penulis mencoba menggali dari segi tahun di masa hidup Ibn Miskawayh. Secara

umum masa hidup Ibn Miskawayh adalah abad ke IX – X. Secara umum pada

abad ke VII hingga XII M. Islam dikuasai oleh Dinasti ‘Abasiyah. ‘Abasiyah

memimpin Islam dalam periode yang cukup lama, yakni dari tahun 750 M. hingga

1030 M. berada dalam kepemimpinan Dinasti ‘Abasyiah.26

Adapun secara khusus Ibn Miskawayh berada dalam kepemimpinan

periode ‘Abasyiah ketiga. Sebab dalam dinasti ‘Abasyiah terbagi menjadi 5

periode kepemimpinan. Periode pertama terjadi pada tahun 750-847 M. periode

kedua 847-945 M. periode ketiga 945-1055 M. Dapat disimpulkan bahwa masa

hidup Ibn Miskawayh berada pada akhir ‘Abasyiah periode kedua dan periode

ketiga.27

Pada periode ‘Abasyiah ketiga juga (334 H./945 M. – 447 H./ 1055 M.)

Dinasti ‘Abasyiah dikuasai oleh Bani Buwaih. Bani Buwaih merupakan tiga

putera Buwaih yang ingin memperbaiki nasib dengan memasuki militer di dalam

pasukan Makan Ibn Kali, salah seorang panglima di Dailam. karir putera Buwaih

dalam bidang militer menjadikan mereka sebagai penguasa yang diberi gelar Amir

al-Umara oleh Khalifah. Bani Buwaih inilah yang kemudian menguasai daerah

Persia. Adapun aliran yang dianut oleh Bani Buwaih ini adalah Syi’ah. Hal

tersebut menjadi patokan bahwa aliran Syiah berkembang pesat di Persia.28

Kondisi Syi’ah sebagai aliran yang dianut Bani Buwaih ini kemudian

berdampak pada Ibn Miskawayh itu sendiri. Seperti yang disampaikan

26 Badri Yatim, Historitografi Islam, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 69. 27 Badri Yatim, Historitografi Islam, h. 70. 28 Badri Yatim, Historitografi Islam, h. 71.

Page 32: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

21

Hasyimsyah bahwa Ibn Miskawayh mengahabiskan usianya untuk mengabdi

kepada Bani Buwaih. 29 Bahkan oleh Sudarsono disebutkan, Ibn Miskawayh

merupakan pemikir yang menganut aliran Syi’ah.30

Meski dengan kondisi perbedaan paham yang dianut antara Bani Buwaih

sebagai penganut Syi’ah dan Bani Abbas penganut Sunni, tidak menjadi kendala

kedua pemimpin ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Para pemimpin

Bani Buwaih juga memberikan perhatian yang cukup besar terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa Bani Buwaih ini juga banyak filosof

yang bermunculan seperti al-Farabi, Ibn Sīna dan salah satunya adalah Ibn

Miskawayh.31

Puncak prestasi kekuasaan Bani Buwaih adalah pada masa ‘Adud al-

Daulah yang berkuasa tahun 367-372 H. Perhatiannya terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan dan kesusastraan amat besar, sehingga pada masa ini Ibn

Miskawayh memeroleh kepercayaan untuk menjadi Bendaharawan ‘Adud al-

Daulah dan masa ini jugalah Ibn Miskawayh muncul sebagai seorang filosof,

tabib, ilmuwan dan pujangga. Tetapi keberhasilan politik dan kemajuan ilmu

pengetahuan pada masa itu tidak dibarengi dengan ketinggian akhlak, bahkan

dilanda kemerosotan akhlak secara umum, baik dikalangan elit, menengah, dan

bawah. Karena itu, hal inilah yang memotivasi Ibn Miskawayh untuk memusatkan

perhatinannya pada etika Islam.32

29 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, h. 56. 30 Sudarsono, Filsafat Islam, h. 89. 31 Badri Yatim, Sejarah Kebudayaan Islam, h. 71. 32 Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bntang, 1992), h. 56.

Page 33: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

22

Justru di akhir masa hidupnya Ibn Miskawayh menghabiskan umurnya

dengan studi dan menulis. Hal tersebut menjadi bukti bahwa Ibn Miskawayh juga

memegang jabatan strategis sebagai Bendaharawan. 33 Penjelasan mengenai

biografi Ibn Miskawayh sangat sedikit. Beberapa literatur hanya

menginformasikan hal-hal yang penting. Seperti karya-karya serta keterlibatan Ibn

Miskawayh dalam kondisi politik yang ada. Namun pemikiran Ibn Miskawayh

yang begitu menonjol tidak membuat tokoh ini redup dalam dunia pemikiran,

terutama dalam falsafah.

33 Madjid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam, h. 265.

Page 34: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

23

BAB III

GAMBARAN UMUM AKHLAK DAN JIWA

A. Definisi Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefiniskan

akhlak, yaitu pendekatan etimologi dan pendekatan terminologi. Dari sudut

etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar (bentuk

infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan

(wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai),

at-tabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman),

al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).1 Akhlak ialah bentuk

jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku, atau tabi’at. 2 Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun.

Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah

manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Khuluq

di dalam Kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat.3 Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata

ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati

melakukan perbuatan. Ethicos kemudian menjadi etika.4

1 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo persada, 1996), cet. 1, h. 1. 2 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11. 3 Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994), cet. 2,

h. 1. 4 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah,

2007), cet. 1, h. 3.

Page 35: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

24

Pengertian akhlak dari segi istilah, para ahli berbeda pendapat, namun

intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat-pendapat ahli tersebut

dihimpun sebagai berikut:

a. Ibn Miskawayh yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan

terdahulu misalnya secara singkat mengatakan, bahwa akhlak:

رؤية حا ل للنفس داعية لها الى افعا لها من غير فكر وال

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.5

b. Imam al-Ghazali yang dikenal sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam),

mengatakan akhlak adalah:

ى عنها تصدر اال فعال بسهو لة ويسر من غير حا جة ال راسخة نفس عبا رة عن هيثة فى ال

ورؤية فكر

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.6

c. Ibrahim Anis dalam Mu’jam al-Wasit mengatakan bahwa akhlak ialah:

حال للنفس راسخة تصدر عنها االعمال من خير او شر من غيرحاجة الى فكر ورؤية

Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam

perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan.7

d. Abdul al-Hamid dalam Kitab Dairatul Ma’arif mengatakan akhlak ialah

ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya

5 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 3. 6 Imam al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Dini, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), h. 56. 7 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 4.

Page 36: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

25

sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang

harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk

keburukan.

e. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.

Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut

akhlaqul karīmah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul

madzmūmah.8

f. Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak,

kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sifat jiwa yang

benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.

g. Hamzah Ya’qub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:

1) Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,

antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia

lahir dan batin.

2) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang

baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan

menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan

pekerjaan mereka.9

h. Dalam Ensiklopedia Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi

pekerti, watak, kesusilaan (kesusilaan etik dan moral) yaitu kelakuan

8 Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak, h. 2. 9 Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak, h. 5.

Page 37: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

26

baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap

Khaliknya dan terhadap sesama manusia.10

Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas nampak tidak ada yang

bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya.

Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi,

dan darinya kita dapat menemukan lima ciri yang terdapat dalam perbuatan

akhlak, yaitu:

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat

dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua,

perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa

pemikiran. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul

dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan

dari luar. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan

dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima,

sejalan dengan ciri keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik)

adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah,

bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu

pujian.11

2. Pokok-pokok Keutamaan Akhlak

Kesempurnaan manusia sangat terkait dengan keutamaan-keutamaan

(al-Fada’il) atau berfungsinya potensi yang dimiliki manusia sesuai dengan

10 Soegarda Poerbakawaja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), h.

9. 11 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 5-7.

Page 38: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

27

tuntutan kesempurnaan yang dimiliki manusia. Sebaliknya tidak berfungsinya

potensi jiwa sesuai dengan tuntutan kesempurnaan itu dinamakan keburukan-

keburukan (al-Rada’il). 12 Dengan demikian, keutamaan menuntut adanya

keserasian tertentu dalam hubungan fungsional potensi yang dimiliki manusia.

Ibn Miskawayh dan al-Ghazali berpandangan sama dalam menjadikan doktrin

jalan tengah sebagai dasar keutamaan akhlak. Doktrin tersebut sebenarnya

sudah dikenal para filosof sebelumnya. Seperti Mencius (551-479 SM), yaitu

filosof Cina yang telah menulis buku tentang “The Doctrine of The Mean”

atau doktrin jalan tengah. Juga para filosof Yunani seperti Plato (427-347

SM), Aristoteles (384-322 SM), dan filosof muslim seperti al-Kindī dan Ibn

Sīna.13

Ibn Miskawayh secara umum memberi pengertian jalan tengah (al-

wasat) tersebut dengan adanya sikap seimbang, moderat, harmoni, utama,

mulia atau posisi tengah antara dua ekstrem kelebihan (al-tafrit) dan

kekurangan (al-ifrat). Dalam hal tersebut Ibn Miskawayh mengemukakan

empat keutamaan tertinggi (Ummahah al-Fada’il), yaitu al-hikmah sebagai

keutamaan akal, al-Shaja’ah sebagai keutamaan daya al-Gadab, al-‘Iffah

sebagai keutamaan daya al-Shahwah dan al-’adalah sebagai keseimbangan

daya tersebut.14

Dari kemungkinan untuk mencapai posisi pertengahan al-’adalah, al-

Ghazali berpendapat bahwa hanya Rasul yang dapat mencapai posisi

12 Murad Wahab, dkk, al-Mu’jam al-Falasafi, (Kairo: al-Saqafat al-Jadidat, 1971), h. 161. 13 Nur Hamim, Ulumuha: Jurnal Studi Keislaman, volume 18, nomor 1 (Juni 2014), h. 26. 14 Lihat, Muhammad Ahmad Syarif, Ghazali’s Theory of Virtue, (Albany: State

University of New York Press, 1975), 178-180.

Page 39: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

28

pertengahan itu, sedangkan manusia biasa hanya mampu mendekati dan tidak

mampu untuk mencapainya. 15 Akan tetapi Ibn Miskawayh, sebagaimana

Aristoteles dan Al-Farabi secara optimis berpendapat bahwa siapa pun

dengan memperhatikan aturan-aturan tertentu, akan sangat mungkin untuk

memperoleh posisi pertengahan al-’adalah tersebut.16

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa Pokok-pokok keutamaan ada

empat, dan setiap pokok keutamaan memiliki cabangnya masing-masing.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Kebijaksanaan (al-hikmah)

Yang dimaksud dengan hikmah adalah keadaan jiwa manusia yang

dengannya ia dapat membedakan antara yang benar dan salah dalam setiap

perbuatan. Jika sifat hikmah digunakan secara berlebihan dalam tujuan-

tujuan yang buruk, hal itu disebut perbuatan dosa dan kejahatan.

Sedangkan jika digunakan secara berkekurangan maka hal itu disebut

kedunguan.

Ibn Miskawayh menyebut tujuh cabang keutamaan, untuk al-

hikmah yaitu: ketajaman intelegensi atau pandai (al-dzaka), kuat ingatan

(al-dzikru), berpikir (al-ta’aqul), tangkas (sur’at), kejernihan pikiran

(safau al-dzihni), ketajaman dan kekuatan otak (jaudat al-dzihni),

kemampuan mudah belajar (suhūlat al-ta’allum).17

15 Harun Nasution, Filsafat dan Mistitisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h.

26. 16 Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathir al-‘Araq, h. 46. 17 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 46.

Page 40: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

29

Dilihat dari urgensi perolehan al-hikmah atau kebijaksanaan dalam

pendidikan akhlak adalah seseorang akan bersikap dan bertindak arif lagi

bijak dalam menyikapi segala persoalan-persoalan hidup yang amat

kompleks, baik atas nama individu yang berhubungan langsung dengan

Al-Khaliq maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Sehingga

ia akan menemui kebahagiaan dalam sikapnya tersebut.

b. Keberanian (al-saja‘ah)

Sedangkan yang dimaksud dengan keberanian, adalah dipatuhinya

akal oleh kekuatan emosi (amarah, ghadab) baik dalam tindakan maupun

keengganananya untuk bertindak. Dan manakala kekuatan emosional

menyimpang dari sifat mederatnya dan lebih cenderung ke arah yang

ekstrim atau berkelebihan, hal itu disebut nekat. Sebaliknya jika itu

cenderung ke arah kekurangan hal itu disebut pengecut.

Keberanian adalah keutamaan dari daya amarah (al-gadab) karena

mendapat bimbingan dari al-hikmah, keutamaan dari jiwa al-natiqah. Dan

sifat ini adalah pertengahan antara pengecut (al-jubn) dan nekad (al-

tahawwur). Selain al-Ghazali dan Ibn Miskawayh, Aristoteles, al-Farabi,

serta Ibnu Sina juga berpendapat demikian.18

Sebagaimana al-hikmah, al-saja‘ah juga memiliki cabang. Ibn

Miskawayh menyebutkan sembilan cabang untuk al-saja‘ah, yaitu: jiwa

besar (kibar al-nafs), keberanian (al-najdad), ketenangan (‘izam al-

himmat), keuletan (al-sabat), kesabaran (al-sabr), kemurahan hati (al-

18 Muhammad Ahmad Syarif, Ghazali’s Theory of Virtue, 44.

Page 41: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

30

hilm), menahan diri (‘adam al-taysy), keperkasaan (al-sahamat), dan

senang bekerja (ihtimal al-kadd). 19 Berbeda dengan al-Ghazali dalam

Ihya’ ‘Ulūm al-Din, menyebutkan sepuluh cabang, yaitu: kemuliaan (al-

karam), keberanian (al-najdad), keperkasaan (al-shahamat), jiwa besar

(kibar al-nafs), ketahanan (al-ihtimal), kemurahan hati (al-hilm), tahu diri

(al-waqar), dan kerahaman (al-tawaddu’).20

c. Penyegahan emosional (al-iffah)

Adapun yang dimaksud Iffah atau penyegahan emosional adalah

terdidiknya kekuatan ambisi dan hasrat oleh didikan akal dan syariat. Dan

jika kekuatan ambisi dan hasrat atau keinginan lebih cenderung ke arah

yang lebih menonjol, dengan kata lain sangat berlebihan maka hal itu

disebut kekuatan.

Ibn Miskawayh dan al-Ghazali sepakat meletakkan al-iffah sebagai

pertengahan antara rakus (al-sarah) dan dingin hati (khumūd al-sahwat),

keduanya juga sepakat jika akal dan syara dijadikan barometer dalam

menentukan posisi tengah tersebut.21

Al-iffah sebagai keutamaan daya jiwa al-sahwiyah sangat erat

terkait dengan kebutuhan fisik manusia, seperti makan, minum, berpakaian,

dan seksual. Untuk mengatur kesemuanya ini bagi anak-anak adalah

dengan pembiasaan dan latihan. Kaitannya dengan pendidikan akhlak,

keutamaan ini akan terwujud manakala orang tua juga guru selalu

19 Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathir al-‘Araq, h. 42. 20 Al-Gazalī, Ihya’ ‘Ulūm al-Din, 53. 21 Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathir al-‘Araq, h. 47.

Page 42: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

31

mengarahkan dan membimbing sampai akhirnya mereka terbiasa dengan

keutamaan-keutamaan yang dimaksud.

Al-iffah memiliki cabang lebih banyak dari pada dua keutamaan

sebelumnya, yaitu rasa malu (al-haya), ketenangan (al-da’at), sabar (al-

sabr), dermawan (al-sakha’), integritas, puas (al-qana’ah), loyal (al-

damatsah), berdisiplin diri (al-intizam), optimis atau berpengharapan baik

(husn al-huda), kelembutan (al-musalamah), anggun berwibawa (al-

wiqar), dan wara’.22 berbeda dengan Al-Ghazali yang hanya memberikan

tiga cabang untuk al-iffah yang berkenaan dengan keutamaan sosial,23 Ibn

Miskawayh lebih banyak memasukan enam cabang kedermawanan (al-

sakha’) sebagai sifat sosial karena menurut Ibn Miskawayh untuk

mencapai kesempurnaan kebajikan hanya dapat dicapai dengan

bersosialisasi. Sebagaimana kutipan Ibn Miskawayh dalam kitabnya:

“Sudah kami katakan bahwa manusia, di antara seluruh

hewan, tidak dapat mencapai kesempurnaan dengan hidup

menyendiri. Dia harus ditunjang oleh masyarakat, agar

kehidupannya baik dan agar dia mengikuti jalan yang benar.”24

Dari perbedaan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa terlihat

akhlak al-Ghazali bersifat sufistik individual, sedangkan akhlak Ibn

Miskawayh lebih bersifat akhlak sosial.25

d. Keadilan (al-’adalah)

Keseimbangan adalah keadaan jiwa seseorang yang mampu

membatasi gerak kedua kekuatan: emosi dan ambisi serta

22 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 47. 23 Muhammad Ahmad Syarif, Ghazali’s Theory of Virtue,184-185. 24 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 55. 25 Nur Hamim, Ulumuha: Jurnal Studi Keislaman, h. 31.

Page 43: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

32

mengendalikannya dalam keaktifan dan ketidak aktifan, supaya sejalan

dengan nilai-nilai hikmah. Jika sifat keseimbangan telah hilang maka tak

ada lagi ujung yang berlebihan atau yang berkekurangan. Yang ada

hanyalah sifat yang sama sekali berlawanan dengannya, yaitu kezaliman.

Dari sifat moderat dan keseimbangan tersebut timbul semua unsur akhlak

yang baik.

Al-‘adalah akan terwujud pada diri seseorang manakala adanya

integritas dan keserasian antara tiga keutamaan jiwa al-hikmah, al-saja‘ah

dan al-iffah. Oleh karenanya Al-Ghazali berpendapat bahwa al-‘adalah

tidak memiliki cabang, hanya yang ada satu lawan dari keadilan adalah

ketidakadilan (al-jawr). Berbeda dengan Al-Ghazali, Ibn Miskawayh

berpendapat bahwa keadilan adalah pertengahan antara aniaya (al-zulūm)

dan teraniaya (inzilam) juga memiliki cabang-cabang, yaitu bersahabat (al-

shadaqat), baik dalam bekerjasama (husn al-sharikah), kearifan dalam

memutuskan persoalan (husn al-qada’), cinta (tawadud) dan beribadah (al-

‘ibadah). Ibn Miskawayh membangun teori etikanya merujuk kepada

pernyataan-pernyataan moral al-Qur’an dan al-Sunnah dengan ketelitian

abstraksi dan analisis dengan menggunakan metode-metode dan kategori-

kategori filsafat. Oleh karenanya, menurut Madjid Fakhry, konsep etika

Ibnu Maskawayh adalah etika moralitas skriptual.26

26 Nur Hamim, Ulumuha: Jurnal Studi Keislaman, h. 32.

Page 44: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

33

Ekstrim Kekurangan

(al-tafrit)

Posisi Tengah

(al-wasat)

Ekstrim Kelebihan

(al-ifrat)

Kedunguan Kebijaksanaan

(al-hikmah) Kelancangan

Pengecut Keberanian (al-shaja‘ah) Nekat

Dingin hati Penyegahan emosional

(al-iffah) Rakus

Teraniaya Keadilan (al-’adalah) Aniaya

3. Macam-macam Akhlak

Dalam Islam akhlak dibagi menjadi dua macam, yaitu akhlaqul

karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak yang baik dan benar menurut syariat

Islam, dan akhlaqul madzmūmah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik

dan tidak benar menurut syariat Islam.27

a. Akhlaqul Karimah (Akhlak Terpuji)

Akhlak yang mulia dilihat dari segi hubungan manusia dengan

Tuhan, dan manusia dibagi tiga bagian, yaitu:

1) Akhlak baik terhadap Allah

Titik total akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan

kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Berikut ini adalah

beberapa alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap

Allah SWT.

a) Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala

keistimewaan dan kesempurnaan. Sebagai yang diciptakan

sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang

menciptakannya.

27 Barmawi Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1993), h. 196.

Page 45: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

34

b) Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera

hati nurani dan naluri kepada manusia. Semua potensi

jasmani dan rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan

potensi tersebut manusia dapat melakukan berbagai

aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa

kepada kejayaannya.

c) Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana

kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuhan, air,

udara, binatang, dan lain sebagainya. Semua itu tunduk

kepada kemauan manusia, dan sikap untuk di manfaatkan.28

Akhlak baik terhadap Allah, secara garis besar meliputi:

(1) Bertaubat, sikap yang menyesali perbuatan buruk yang

pernah dilakukannya dan berusaha menjauhi serta

melakukan perbuatan baik.

(2) Bersabar, sikap yang betah/menahan diri pada kesulitan

yang dihadapinya.

(3) Bersyukur, sikap yang selalu ingin memanfaatkan

dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan

oleh Allah kepadanya.

(4) Bertawakal, menyerahkan segala urusan kepada Allah

setelah berbuat semaksimal mungkin.

28 Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat & Tasawuf,

(Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 49-53.

Page 46: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

35

(5) Ikhlas, sikap menjauhkan diri dari riya ketika

mengerjakan amal baik.

(6) Bersikap takut, sikap jiwa yang sedang menunggu

sesuatu yang tidak disenangi dari Allah.29

Dalam kehidupan sehari-hari manusia harus bersyukur

kepada Allah dan berakhlak baik kepada Allah. Begitupun para

remaja agar selalu berprasangka baik kepada Allah dan selalu

mengingat Allah dimanapun mereka berada agar tidak terpedaya

dengan kehidupan dunia.

2) Akhlak baik terhadap diri sendiri

Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan

menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri

dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai

ciptaan dan amanah Allah yang di pertanggung jawabkan dengan

sebaik-baiknya. Untuk menjalankan perintah Allah dan bimbingan

Nabi Muhammad SAW maka setiap umat islam harus berakhlak

dan bersikap sebagai berikut:

a) Hindarkan minuman keras beracun/keras

b) Hindarkan perbuatan yang tidak baik

c) Memelihara kesucian jiwa

d) Pemaaf dan pemohon maaf

e) Sikap sederhana dan jujur

29 Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat & Tasawuf,

h. 70.

Page 47: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

36

f) Hindarkan perbuatan tercela30

3) Akhlak baik terhadap sesama manusia

Manusia sebagai makhluk sosial yang kelanjutan

eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung

pada orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling tolong

menolong dengan orang lain, karena itu perlunya menciptakan

suasana yang baik satu sama yang lain, berakhlak yang baik dengan

sesama manusia diantaranya mengiringi jenazah, mengabulkan

undangan, dan mengunjungi orang sakit.31

Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia sebagai makhluk

sosial yang selalu membutuhkan orang lain, untuk itu berbuat baik

terhadap sesama merupakan hal terpenting dalam kehidupan

bermasyarakat, saling berhargai dan saling menghormati akan

menciptakan keharmonisan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Sejalan dengan penjelasan di atas Ibn Miskawayh

mengatakan realisasi akhlak melalui interaksi sosial sesama

manusia, merupakan syarat agar seseorang mendapatkan kebajikan

tertinggi (al-‘adalah) atau keseimbangan akhlak, oleh hal sebab itu,

Ibn Miskawayh mengkritik cara hidup kerahiban dan pemencilan

diri.32

30 Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat & Tasawuf,

h. 55-56. 31 Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat & Tasawuf,

h. 57. 32 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 54.

Page 48: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

37

b. Akhlaqul Madzmūmah (Akhlak Tercela)

Akhlaqul Madzmūmah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir adalah segala sifat yang

tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti tangan, mulut, mata,

telinga dan sebagainya. Sedangkan maksiat batin adalah segala sifat

yang tercela yang diperbuat oleh anggota batin, yaitu hati.33

1) Maksiat-maksiat lahir

a) Maksiat lisan

(1) Berkata yang tidak memberikan manfaat baik untuk

dirinya sendiri maupun untuk orang lain

(2) Berlebih-lebihan dalam percakapan, sekalipun yang

dipercakapkan tersebut berguna

(3) Berbicara hal yang batil

(4) Berdebat dan berbantah yang hanya mencari menangnya

sendiri tanpa menghormati orang lain

(5) Berkata kotor, mencaci maki atau mengungkapkan kata

laknat baik kepada manusia, binatang, maupun benda-

benda lainnya

(6) Menghina, menertawakan atau merendahkan orang lain

(7) Berkata dusta.34

33 Asep Umar Ismail, wiwi st sajarah, dan sururin, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita

(PSW) UIN jakarta, 2005), h. 30. 34 Asep Umar Ismail, wiwi st sajarah, dan sururin, Tasawuf, h. 31.

Page 49: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

38

b) Maksiat Telinga

Diantara maksiat telinga adalah mendengarkan

pembicaraan suatu golongan yang mereka itu tidak senang kalau

pembicaraanya di dengar oleh orang lain. Juga mendengarkan

bunyi-bunyian yang dapat melalaikan untuk ibadah kepada

Allah, atau suara apapun yang diharamkan, seperti suara orang

yang mengumpat, mengadu domba, dan lain sebagainya, kecuali

mendengarnya itu karena terpaksa atau tidak sengaja, sedang ia

sendiri membenci kemungkaran-kemungkaran tersebut.

c) Maksiat mata

Maksiat mata ialah melihat hal-hal yang di haramkan

oleh Allah dan Rasul-Nya seperti seorang laki-laki melihat aurat

perempuan, dan sebaliknya seorang perempuan melihat aurat

laki-laki.

d) Maksiat tangan

Maksiat tangan ialah menggunakan tangan untuk

menggunakan hal-hal yang haram, atau sesuatu yang dilarang

oleh agama islam, seperti mencuri, merampok, merampas dan

lain sebagainya.

2) Maksiat batin

a) Marah

b) Rasa mendongkol

c) Dengki

Page 50: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

39

d) Sombong35

Demikian penjabaran tentang Akhlaqul Madzmūmah yang

perlu kita hindari dalam kehidupan sehari-hari agar kita menjadi

muslim yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam konsep Ibn

Miskawayh Akhlaqul Madzmūmah didapat manusia karena manusia

berada pada ekstrim kelebihan (al-ifrat).

Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda

antara satu dengan yang lainnya, diakibatkan karena adanya faktor dari dalam diri

(internal) seperti naluri/insting, dan faktor dari luar diri (eksternal) seperti adat/

kebiasaan, aspek wirotsah/ keturunan dan milieu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah:

a. Insting/naluri, insting merupakan seperangkat tabiat yang di bawa manusia

sejak lahir, para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai

motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.

b. Adat/kebiasaan, adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang di

lakukan secar terus menerus, dan berulang-ulang dalam bentuk yang sama

sehingga menjadi kebiasaan.

c. Keturunan, dalam hal ini secara langsung atau tidak langsung sangat

mempengaruhi pembentukan sikap dan tingkah lalu seseorang.36

Menurut Abuddin Nata, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

akhlak ada tiga, yaitu:

35 Asep Umar Ismail, wiwi st sajarah, dan sururin, Tasawuf, h. 58-59. 36 AR. Zahruddin dan Hasanuddin sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004), cet. I, h. 93-100.

Page 51: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

40

a. Aliran Natifisme

Menurut aliran ini bahwa faktor yang lain berpengaruh terhadap

pembentukan diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang

bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika

seseorang sudah memiliki pembawaan dan kecenderungan kepada yang

baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.

b. Aliran Empirisme

Aliran ini berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh

terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu

lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.

Jika pembinaan dan pendidikan yang di berikan kepada anak itu baik,

maka baiklah anak itu.

c. Aliran Konvergensi

Aliran ini berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor

internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan

dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam

lingkungan sosial.37

Dari ketiga aliran ini, aliran yang ketiga yaitu aliran konvergensi yang

sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari al-Qur’an surat al-Nahl

ayat 78:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.38

37 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2000), Cet,

III,h.165. 38 Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: al-Huda, 2005), h. 276.

Page 52: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

41

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa setiap manusia yang dilahirkan

memiliki potensi untuk dididik, yaitu melalui pendengaran, penglihatan dan juga

hati. Anugerah yang sudah diberikan Allah SWT harus disyukuri dengan cara

mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.

B. Pengertian Jiwa dan Macam-macamnya

Jiwa merupakan salah satu persoalan yang menjadi objek kajian dalam

falsafah. Secara khusus pembahasan mengenai jiwa lebih banyak ditemukan

dalam falsafah Islam. Dalam falsafah barat kebanyakan membahas manusia

sebagai esensi yang tidak terbagikan lagi. Sehingga membahas manusia tentu

secara umum. Akan tetapi dalam pandangan falsafah Islam, jiwa merupakan

substansi yang berdiri sendiri. Sehingga menjadi kajian sendiri dalam falsafah.39

Dalam kamus Al-Munawwir Versi Indonesia-Arab, kata jiwa berasal dari

kata النفس (al-Nafs) yang secara harfiah bias diterjemahkan sebagai diri atau secara

lebih sederhana bisa diterjemahkan dengan jiwa.40 Sementara dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), kata jiwa memiliki arti seluruh kehidupan batin

manusia (yang terjadi dari perasaaan, pikiran, angan-angan dan sebagainya).41 Al-

Qur’an memberikan apresiasi yang sangat besar bagi kajian jiwa (nafs) manusia.

Hal ini bisa dilihat ada sekitar 279 kali al-Qur’an menyebutkan kata jiwa (nafs).

Dalam al-Qur’an kata jiwa mengandung makna yang beragam (lafz al-musytaraq).

39 Skripsi atas judul “Filsafat Jiwa Ibn Miskawayh” Program Studi Aqidah Filsafat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 23. 40 A. W. Munawwir dan Muhammad Fairuz, Kamus Al-Munawwir Versi Indonesia-Arab,

cet. I (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), h. 366. 41 Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 586.

Page 53: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

42

Terkadang lafaz nafs bermakna manusia (insan), “Takutlah kalian kepada hari di

mana seorang manusia (nafs) tidak bisa membela manusia (nafs) yang lainnya

sedikit pun. 42 “Sesungguhnya orang yang membunuh seorang manusia (nafs)

bukan karena membunuh manusia (nafs) yang lainnya, atau melakukan kerusakan

di muka bumi, seolah-olah dia membunuh seluruh manusia (nafs).43 Kata nafs

juga menunjukkan makna Zat Tuhan, “Aku pilih engkau untuk Zat (nafs)-Ku.44

Juga bermakna hakikat jiwa manusia yang terdiri dari tubuh dan ruh, “Dan kalau

Kami menghendaki, niscaya kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk.”45

Dan “Allah tidak membebani seseorang (jiwa) melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.”46 Selain itu jiwa ditujukan pula maknanya kepada diri manusia

yang memiliki kecenderungan, “Maka, hawa nafsu Qabil menjadikannya

menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka

jadilah ia seorang di antara orang yang merugi.”47 Dan beberapa makna lain

yang secara umum dijelaskan dalam al-Qur’an.48

Dalam kamus falsafah, jiwa berasal dari kata soul mengacu kepada pelaku,

pengendalian atau prinsip vital pada manusia. Secara definisi jiwa dalam manusia

mengacu pada substansi immaterial yang selalu tetap ada di tengah-tengah

perubahan kehidupan.49 Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar, jiwa berasal dari

42 QS. Al-Baqarah [2]: 28. 43 QS. Al-Ma’idah [5]: 32. 44 QS. Taha [20]: 41. 45 QS. al-Sajdah [11]: 13. 46 QS. al-Baqarah [2]: 286. 47 QS. al-Ma’idah[5]: 30. 48 Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2006), h. 74. 49 Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2005), h. 379.

Page 54: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

43

bahasa arab, yakni nafs atau rūh. Arti umum dari jiwa adalah unsur immateri yang

terdapat dalam diri manusia.50

Kebersamaan antara jiwa dan badan setidaknya menjadi analisa sulit bagi

para filosof. Aristoteles mencoba memecahkan persoalan jiwa dan badan. Jiwa

dalam pandangan Aristoteles merupakan forma dari tubuh yang memiliki

potensialitas kehidupan. Secara tidak langsung pandangannya berarti badan

adalah wadah, sedangkan jiwa adalah isi. Jiwa merupakan substansi, sedangkan

substansi adalah sesuatu yang aktual. Dengan demikian jiwa merupakan

aktualitas dari badan manusia itu sendiri.51

Pandangan Aristoteles menunjukkan bahwa jiwa merupakan substansi

yang berbeda dengan material. Pandangan Aristoteles sebenarnya tidak terpisah

dari pemikiran ide-ide Plato. Hal ini dapat dibaca dalam pemikiran metafisika

Aristoteles. Aristoteles menjelaskan adanya “form” dan “materi” sebagai analisis

dari ide-ide Plato. Dari forma dan materi inilah kajian jiwa dapat dipahami secara

otonom.52 Sehingga secara otonom jiwa dapat dikaji secara khusus dalam falsafah.

Penjelasan di atas menegaskan bahwa jiwa merupakan satu objek yang

dikaji secara praktis dalam falsafah. Kajian jiwa tentu berada dalam kajian

metafisika, sebab objeknya bukan objek materi, namun objeknya bersifat formal.

Keberadaan jiwa tidak hanya terdapat dalam diri manusia, akan tetapi dalam

50 Amsal Bakhtiar, Tema-tema Filsafat Islam, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 35. 51 Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2007), h. 229. 52 Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, h. 222-224.

Page 55: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

44

praktisnya membahas jiwa berarti membahas unsur terpenting dalam diri

manusia.53

Menurut Ibn Miskawayh dalam diri manusia mempunyai 3 (tiga) macam

daya, yaitu:

1. Daya bernafsu (al-Nafs al-Bahimiyyah) sebagai daya terendah.

2. Daya berani (al-Nafs al-Sabū'iyyah) sebagai daya pertengahan.

3. Daya berfikir (al-Nafs al-Nathiqah) sebagai daya tertinggi.

Kekuatan berfikir manusia itu dapat menyebabkan hal positif dan selalu

mengarah kepada kebaikan, tetapi tidak dengan kekuatan berpikir binatang. Jiwa

manusia memiliki kekuatan yang bertingkat-tingkat:

1. al-Nafs al-Bahimiyyah adalah jiwa yang selalu mengarah kepada

kejahatan atau keburukan.

2. al-Nafs al-Sabū'iyyah adalah jiwa yang mengarah kepada keburukan

dan sesekali mengarah kepada kebaikan.

3. al-Nafs al-Nathiqah adalah jiwa yang selalu mengarah kepada

kebaikan.

Sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata, Ibn Miskawayh memahami

bahwa unsur ruhani berupa daya bernafsu (al-Nafs al-Bahimiyyah) dan daya

berani (al-Nafs al-Sabū'iyyah) berasal dari unsur materi, sedangkan daya berpikir

(al-Nafs al-Nathiqah) berasal dari ruh Tuhan. Oleh karena itu unsur yang berasal

53 Zulkarnaen, “Filsafat Jiwa Menurut Ibn Miskawayh”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 26.

Page 56: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

45

dari materi akan hancur bersama hancurnya badan sedangkan unsur (al-Nafs al-

Nathiqah) yang berasal dari ruh Tuhan tidak akan mengalami kehancuran.54

Hubungan jiwa al-Nafs al-Bahimiyyah (bernafsu) dan jiwa al-Nafs al-

Sabū'iyyah (berani) dengan jasad pada hakikatnya saling mempengaruhi. Kuat

atau lemahnya, sehat atau sakitnya tubuh berpengaruh terhadap kuat atau

lemahnya, sehat atau sakitnya kedua macam jiwa tersebut. Dengan kata lain,

kedua macam jiwa ini dalam melaksanakan fungsinya tidak akan sempurna kalau

tidak menggunakan alat bendawi atau badani yang terdapat dalam tubuh manusia.

Oleh karena itu Ibn Miskawayh melihat bahwa manusia terdiri dari unsur jasad

dan ruhani yang saling berhubungan.55

C. Hubungan Jiwa dengan Akhlak

Hubungan jiwa dengan jasad pada hakikatnya saling mempengaruhi, kuat

atau lemah, sehat atau sakitnya tubuh tergantung dari kuat dan sehatnya jiwa.

Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam

jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik,

disebut akhlak yang mulia (Akhlaqul Karimah), atau perbuatan buruk, disebut

akhlak yang tercela (Akhlaqul Madzmūmah) sesuai dengan pembinaanya. 56

Sejalan dengan pemikiran Ibn Miskawayh,

“bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.”57

54 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada, 2000), h. 27. 55 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, h. 7-8. 56 Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak, h. 1. 57 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 56

Page 57: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

46

Jadi pada hakikatnya khuluq atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang

telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah

berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan

tanpa memerlukan pemikiran. Khuluq disebut sebagai kondisi atau sifat yang telah

meresap dan terpatri dalam jiwa, karena seandainya ada seseorang yang

mendermakan hartanya dalam keadaan yang jarang sekali untuk suatu hajat dan

secara tiba-tiba, maka bukanlah orang yang demikian ini disebut orang yang

dermawan sebagai pantulan dari kepribadiannya.58

Ibn Miskawayh tidak membedakan antara jiwa dengan akal. Keberadaan

jiwa dan akal itu satu. Akal hanyalah merupakan daya dari daya-daya jiwa dan

merupakan manisfestasi dari adanya jiwa.59 Pada prinsipnya tema jiwa mengacu

unsur immateri dalam diri manusia. Ilah Holillah dalam Jurnal Adzikra

menjelaskan hakikat manusia terdiri dari dua unsur, yakni unsur jasmani dan

unsur rohani. 60 Dalam persoalan jasmani membahas hal-hal yang berkaitan

dengan material atau fisik. Akan tetapi dalam unsur ruhani inilah tema jiwa

menjadi pembahasan yang panjang dalam falsafah. Hubungan antara jasmani dan

ruhani dalam manusia memang tidak bisa dipisahkan, akan tetapi dapat dibedakan

satu sama lain. Selain itu sebagian filosof berpendapat bahwa jiwa merupakan

substansi utama manusia. Tanpa adanya jiwa maka manusia tidak bisa berbuat

apa-apa.61

58 Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak, h. 3. 59 Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, h. 57. 60 Ilah Holilah, “Hakikat Manusia dalam Islam”, Adzikra Vol. 01, no. 02, (Juli-Desember):

2010, h.35. 61 Amsal Bakhtiar, Tema-tema Filsafat Islam, h. 35.

Page 58: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

47

Perbedaan dan kesamaan jasmani dan ruhani seperti yang djelaskan

Driyakara. Badan manusia bukan sekedar materi belaka, melainkan sesuatu yang

seutuhnya bersatu dengan jiwa. Dengan kata lain manusia hidup tidak hanya

dengan badan, namun juga berkat atau didukung dengan substansi jiwa. Akan

tetapi meskipun jiwa bergantung pada materi, jiwa bukanlah sesuatu yang

material. Dengan demikian jiwa merupakan unsur yang berdiri sendiri.62

Akhlak dan jiwa memang sesuatu yang berbeda namun keduanya saling

melengkapi, dimana jiwa merupakan bagian immateri yang berdiri sendiri dari

badan sedangkan akhlak merupakan manifestasi dari badan yang terlihat. jiwa

yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan Tuhan misalnya, akan

melahirkan perbuatan dan sikap yang tenang pula. Sebaliknya jiwa yang kotor,

banyak berbuat kesalahan dan jauh dari Tuhan akan melahirkan perbuatan yang

jahat, sesat dan menyesatkan orang lain.63

62 Driyakara, Karya Lengkap Driyakara, (Jakarta: Gramedia Jakarta, 2006), h. 14. 63 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 33.

Page 59: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

48

BAB IV

ANALISIS PEMIKIRAN IBN MISKAWAYH MENGENAI PENGARUH

KESEHATAN JIWA BAGI KARAKTER (AKHLAK)

Ibn Miskawayh mengartikan Karakter1 (khuluq) sebagai sesuatu keadaan

jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikir atau

dipertimbangkan secara mendalam. Keadaan ini ada dua jenis. Yang pertama,

alamiah dan bertolak dari watak. Misalnya pada orang yang gampang sekali

marah karena hal yang paling kecil, atau yang takut menghadapi insiden yang

paling sepele atau yang lainnya.

Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan dan latihan. Pada mulanya

kejadiaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian,

melalui praktik terus-menerus, menjadi karakter.2 Tetapi kemudian ia menyetujui

pendapat bahwa tiada satupun khuluq manusia yang alamiah tetapi juga tak dapat

disebut bukan alamiah. Sebab, kita dicetak untuk menerima suatu khuluq dan

berubah-ubah dengan pendidikan dan pergaulan, cepat ataupun lambat.

Sesudah mengemukakan pandangan Stoika, Galen, Aristoteles dan

lainnya, Ibn Miskawayh menyatakan bahwa setiap khuluq bisa berubah,

sedangkan tiada sesuatu yang dapat berubah merupakan bawaan. Sebagaimana

silogisme Ibn Miskawayh dalam bukunya, yaitu:

“Setiap karakter dapat berubah. Apa pun yang bisa berubah, itu tidak

alami. Kalau begitu tidak ada karakter yang alami. Kedua premis itu betul

dan konklusi slogismenya pun sesuai dengan contoh kedua dari bentuk

yang pertama”3

1 Karakter merupakan istilah yang dipakai Ibn Miskawayh untuk menamakan akhlak

karena tingkatan manusia dalam menerima tatanan moral yang baik. Lihat Ibn Miskawaih, Menuju

Kesempurnaan Akhlak, h. 59. 2 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, h. 56. 3 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, h. 58.

Page 60: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

49

Terlihat jelas bahwa konsep Ibn Miskawayh mengenai karakter atau

akhlak, baik dalam keadaan jiwa yang pertama maupun yang kedua sama-sama

dapat diubah dengan kebiasaan dan latihan. Selain itu akhlak merupakan

kehendak dan kebiasaan manusia yang menimbulkan kekuatan-kekuatan besar

untuk melakukan sesuatu. Kehendak merupakan keinginan yang ada pada diri

manusia setelah dibimbing. Sedangkan pembiasaan adalah perbuatan yang

diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Perbuatan dilakukan atas dasar

kesadaran sendiri, tanpa paksaan dari luar.4

Jadi, orang yang baik akhlaknya adalah orang yang tetap

kecenderungannya kepada yang baik, dan orang yang buruk akhlaknya adalah

orang yang tetap kecenderungannya kepada yang buruk.

Kebenaran pendapat ini dibuktikan oleh fakta empirik di mana pendidikan

dan lingkungan berpengaruh pada akhlak anak, dan oleh adanya syari’at sebagai

siasat Allah atas hamba-Nya. Namun manusia bertingkat-tingkat dalam menerima

pengaruh didikan itu. Ibn Miskawayh tidak akan menyusun filsafat akhlaknya,

jika ia sendiri berpandangan bahwa akhlak manusia bersifat bawaan yang tidak

dapat diubah. Dari sini Ibn Miskawayh membicarakan pendidikan akhlak.

Pendidikan akhlak pertama-tama harus dilakukan dengan proses

pembiasaan menjalankan tuntunan syari’at di bawah bimbingan orang tua, baru

kemudian dikenalkan kepada teori-teori akhlak untuk memperkuat dan mencapai

tingkat keutamaan yang lebih tinggi. Ini dilakukan dengan metode alami, yakni

4 Robiatul Adawiyah, “Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih”, (Skripsi S1 UIN

Syarif Hdayatullah Jakarta, 2017), h. 13.

Page 61: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

50

bertahap sejak pembinaan potensi kebendaan dan kebinatangan (syahwat

kemudian ghadlab) secara total sesuai keempat prinsip fadlilah, terus potensi

akal sebagai potensi khas manusia sampai ke puncaknya sebagai insan kamil.5

Potensi yang pertama kali muncul dari potensi akal pada manusia

mumayiz dan kemudian akil-baligh adalah haya’ (malu) atas terbitnya perbuatan

buruk dan dengan mendasari sistematika pendidikan anak sejak penanaman cinta

kebaikan dan keterhormatan (karamah) serta kebencian akan keburukan, dengan

pujian dan celaan, pembiasaan dan hafalan cerita dan syair-syair baik, sampai

kepada pendidikan dan pembiasaan untuk mempertahankan jiwa anak tetap lurus.

Seperti akhlak makan-minum, tidur, berpakaian, olah raga, cara berjalan, duduk

dan sebagainya.

Membiasakan tidak berbohong dan tidak bersumpah, sedikit bicara dan

akhlak percakapan, menaati orang tua dan guru dan mengendalikan diri. Bila ini

tercapai, diteruskan dengan pembiasaan riyadlah. Bila anak tumbuh menyalahi

perjalanan dan didikan ini, tak dapat diharapkan akan selamat, dan usaha-usaha

perbaikan dan pelurusannya tidak berguna lagi, sebab ia sudah menjadi binatang

buas yang tak dapat dididik, kecuali dengan cara perlahan dan kembali ke jalan

yang benar dengan taubat, bergaul dengan orang baik-baik dan ahli hikmah serta

berfilsafat. Walaupun hal terakhir ini lebih sulit, seperti dialami Ibn Miskawayh

sendiri, namun ia lebih baik ketimbang terus bergelimang dalam kebatilan.6

Ibn Miskawayh tidak membedakan antara jiwa dengan akal. Keberadaan

jiwa dan akal itu satu. Akal hanyalah merupakan daya dari daya-daya jiwa dan

5 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, h. 37-42. 6 Ibn Miskawaih, (Tahdzib al-Akhlak wa Tathhir al-A’raq), h. 66-68 & Ibn Miskawaih,

(Menuju Kesempurnaan Akhlak), terj. Helmi Hidayat, h. 74-76.

Page 62: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

51

merupakan manisfestasi dari adanya jiwa.7 Jiwa mengetahui sesuatu dari esensi

dan substansinya sendiri yaitu akal. Sehingga bisa dikatakan bahwa akal yang

berfikir serta obyek yang dipikirkan itu setali tiga uang, dan tidak ada sesuatu

yang lain di dalamnya.8 Jiwa mempunyai tiga kekuatan dalam diri manusia yaitu

kekuatan berfikir, kekuatan marah, dan kekuatan yang menimbulkan syahwat.

Jiwa memiliki kecenderungan pada sesuatu yang bukan jasad. substansi

jiwa ini lebih tinggi dan lebih mulia dibanding dengan substansi benda-benda

jasad. Akhlak merupakan sikap mental yang mendorong untuk berbuat tanpa pikir

dan pertimbangan, ia terdiri dari baik dan buruk.

Kebaikan ada dalam obyek, namun kebaikan yang dalam obyek dapat

dipandang oleh manusia dengan kaca mata yang berbeda-beda, karena berlainan

alat dan cara memandang kebaikan tersebut. Kebaikan terbagi menjadi tiga

macam, mulia, terpuji, dan bermanfaat. Makna kebaikan merupakan titik tengah

karena letaknya di antara dua kehinaan dan pada posisi yang paling jauh dari dua

kehinaan itu. Maka jika kebaikan itu bergeser sedikit saja dari posisinya ke posisi

yang lebih rendah, maka kebaikan itu mendekati salah satu kehinaan, dan

berkurang nilainya sebab dekatnya ia dari kehinaan. 9 Adapun jiwa itu sendiri

mempunyai tiga kekuatan, kekuatan berfikir, kekuatan marah dan kekuatan

syahwat.

Akhlak buruk masih ada hubungannya dengan daya dan kekuatan jiwa,

arif, sederhana, berani dan adil dengan lawannya, bodoh, rakus, pengecut dan

dhalim. Kearifan merupakan titik tengah antara bodoh dan dungu, sifat bodoh

7 Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, h. 57. 8 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, h. 58. 9 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, h. 39.

Page 63: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

52

timbul karena penggunaan daya berfikir pada sesuatu yang tidak baik. Sedangkan

dungu adalah sengaja menyingkirkan dan mengabaikan daya berfikir. Pandai titik

tengah antara jelek mental dan kebodohan, ini timbul karena kondisi mental yang

berlebihan, sedang satunya bersifat kekurangan. Kondisi mental yang demikian

akan muncul ketidakjujuran.

Kesederhanaan bertitik tengah pada keinginan hawa nafsu dan

mengabaikan hawa nafsu. Keinginan hawa nafsu menenggelamkan diri dalam

kenikmatan tubuh sedangkan mengabaikan hawa nafsu tidak mencari kenikmatan

absah yang memang dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh berfungsi normal dan

dibolehkan oleh syariat dan akal. Salah satu sifat keutamaan sederhana adalah

rendah hati di mana titik tengah antara kehinaan yaitu tak tahu malu dan terlalu

malu.

Berani merupakan titik tengah antara dua kehinaan, pengecut dan

sembrono. Pengecut takut terhadap apa yang semestinya tidak ditakuti. Sedang

sembrono berani dalam hal yang tidak semestinya dia berani. Dermawan titik

tengah antara boros dan royal atau kikir. Boros memberikan apa yang tidak boleh

diberikan kepada orang yang tidak berhak menerimanya sedangkan kikir tidak

memberikan apa yang seharusnya diberikan pada orang berhak menerimanya.

Adil titik tengah antara berbuat dholim dan didholimi. Orang berbuat dhalim bila

dia peroleh banyak dari sumber dan cara yang salah. Orang didhalimi kalau dia

tuntut dan memberikan respon pada orang yang salah dengan cara yang salah.

Atas penjelasan diatas itulah dapat dipahami bahwa akhlak dapat selalu

berubah-rubah dan bertingkat-tingkat dari yang terendah hingga yang tertinggi

Page 64: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

53

seperti tingkat yang paling rendah nafsu kebinatangan, tingkat tengah-tengah

nafsu binatang buas, dan tingkat yang tertinggi nafsu yang cerdas. Dengan tiga

tingkatan manusia berdasarkan faktor pembawaan dan tiga kekuatan jiwa manusia

yang bertingkat-tingkat, maka kemungkinan manusia mengalami perubahan-

perubahan khuluq, maka dengan term inilah diperlukan adanya aturan syariat,

nasehat, dan berbagai macam pendidikan. Juga dengan itu semua dimungkinkan

manusia dengan akalnya dapat memilih dan membedakan antara yang baik dan

yang buruk.

Atas jabaran di atas itu, penulisan selanjutnya akan membahas lebih

mendalam mengenai akhlak baik dan buruk beserta pengaruhnya serta pengaruh

akhlak bagi kesehatan jiwa.

A. Akhlak dan Pengaruhnya

Ibn Miskawayh memandang manusia terdiri dari dua substansi; pertama,

substansi yang berupa tubuh sebagai wawasan materi, dan kedua, jiwa (al-nafs),

yaitu substansi yang tidak berdimensi sebagai wawasan imateri dan inilah yang

menjadi esensi manusia.10 Al-Ghazali dalam buku falsafahnya ma’arij al-quds

berpandangan sama dengan Ibn Miskawayh,11 akan tetapi dalam buku tasawuf

mi’raj al-salikin menggambarkan manusia terdiri dari al-nafs, al-rūh dan al-

jism.12 Dalam bahasan akhlak al-Ghazali mengistilahkan wawasan imateri dengan

tiga istilah al-rūh, al-nafs dan al-jism. Namun demikian, esensi manusia tetap.

10 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 35. 11 Al-Gazalī, Ma’arij al-Quds fi Madarij Ma’rifat al-Nafs, (Kairo: Maktabah al-Jundidat,

1968), 19-24. 12 Al-Gazalī, Mi’yar al-‘Ilm, ed. Sulayman Dunya, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1960), 291.

Page 65: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

54

Setelah itu baik Ibn Miskawayh maupun Al-Ghazali membagi jiwa (al-

nafs) menjadi tiga bagian, Ibn Miskawayh membahasakan tiga bagian tersebut

dengan fakultas berfikir (al-quwwah al-natiqah), fakultas amarah (al-quwwah al-

gadabiyyah), dan fakultas nafsu syahwat (al-quwwah al-shahwiyah).13 al-quwwah

al-natiqah (fakultas rasional) menduduki posisi yang tertinggi. Karena fakultas

tersebut menjadi ciri khas seorang manusia.

Pada dasarnya banyak sekali tingkatan manusia yang suka pada tatanan

moral yang baik atau akhlak yang baik dan kesukaan itu timbul karena jiwa yang

dimilikinya itu baik dan bajik serta rindu pada ilmu yang sejati. Selain itu agar

jiwa yang dimiliki tetap baik, maka seseorang harus bergaul dan berakhlak baik

pula. Sebagaimana yang dikatakan Ibn Miskawayh:

“Kalau jiwa itu baik dan bajik, ia suka mencari kebajikan dan ingin

memilikinya, rindu pada ilmu-ilmu yang hakiki serta pengetahuan yang

sahih, maka pemiliknya harus bergaul dengan orang-orang yang seperti

dirinya, dan jangan sekali-kali bersahabat atau bergaul dengan orang selain

mereka.”14

Dalam kutipan itu Ibn Miskawayh menganjurkan agar manusia bergaul

dengan manusia yang sama kecenderungannya, tentunya kecenderungan akan hal

baik dan bajik, agar jiwa yang sebagai substansi kedua manusia tidak kotor oleh

akhlak yang buruk. Hal ini sesuai dengan apa yang dkatakan Ibn Miskawayh:

“Jangan bergaul dengan orang keji yang suka pada kenikmatan-

kenikmatan buruk, suka berbuat dosa, bangga dan tenggelam dalam dosa.

Jangan hiraukan kata-kata mereka. Jangan baca syair-syair mereka. Jangan

merasa senang duduk bersama mereka. Sebab, dengan bersama mereka

atau mendengarkan kata-kata mereka, itu hanya akan mengotori jiwa

sedemikian sehingga tak dapat dibersihkan dengan apapun, kecuali dalam

jangka waktu yang panjang dan dengan perawatan yang sulit.”15

13 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 43-45. 14 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 163. 15 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 163.

Page 66: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

55

Akhlak buruk masih ada hubungannya dengan daya dan kekuatan jiwa,

arif, sederhana, berani dan adil dengan lawannya, bodoh, rakus, pengecut dan

dhalim. Kearifan merupakan titik tengah antara bodoh dan dungu, sifat bodoh

timbul karena penggunaan daya berfikir pada sesuatu yang tidak baik. Sedangkan

dungu adalah sengaja menyingkirkan dan mengabaikan daya berfikir. Pandai titik

tengah antara jelek mental dan kebodohan, ini timbul karena kondisi mental yang

berlebihan, sedang satunya bersifat kekurangan. Kondisi mental yang demikian

akan muncul ketidakjujuran.

Ibn Miskawaih memandang manusia adalah makhluk yang memiliki

keistimewaan karena dalam kenyataannya manusia memiliki daya pikir dan

manusia juga sebagai makhluk yang memiliki macam-macam daya. Dari faktor

pembawaan, manusia berada dalam tiga tingkatan yaitu: manusia yang baik

menurut tabiatnya, mereka ini tidak akan berubah menjadi manusia jahat. Manusia

yang jahat menurut tabiatnya, mereka ini tidak akan menjadi baik karena memang

pembawaannya sudah jahat. Manusia yang tidak termasuk golongan pertama dan

yang kedua golongan ini dapat menjadi baik dan menjadi jahat karena faktor

pendidikan yang diterimanya dan faktor lingkungan. Sedangkan untuk

membentuk akhlak mulia dilakukan dengan setapak demi setapak dengan cara

alami mengikuti proses alami disesuaikan dengan kekuatan semenjak lahir,

kemudian memperbaharuinya.

Page 67: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

56

B. Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa ialah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh

antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaiaan diri antara manusia

dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta

bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di

akhirat. Dengan rumusan lain kesehatan jiwa ialah suatu ilmu yang berpautan

dengan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, yang mencakup semua bidang

hubungan manusia, baik hubungan dengan diri sendiri, maupun hubungan dengan

orang lain, hubungan dengan alam dan lingkungan, serta hubungan dengan

Tuhan.16

Dengan masuknya aspek agama, seperti keimanan dan ketakwaan kepada

Tuhan dalam kesehatan mental, pengertiannya menjadi terasa luas, karena sudah

mencakup aspek kehidupan manusia. Aspek agama dalam perumusan kesehatan

mental sudah seharusnya dimasukkan, karena agama memiliki peranan yang besar

dalam kehidupan manusia. Agama merupakan salah satu kebutuhan psikis

manusia yang perlu dipenuhi oleh setiap orang yang merindukan ketentraman dan

kebahagiaan. Kebutuhan psikis manusia akan keimanan dan ketakwaan kepada

Allah tidak akan terpenuhi terkecuali dengan agama.

Memahami masalah kesehatan jiwa secara luas adalah penting di zaman

ini. Walaupun kemajuan ilmu, teknologi, dan industri dapat memberkan

kemudahan dan kesenangan kepada manusia tetapi semuanya itu belum dapat

menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa. Hal ini disebabkan oleh kemajuan

16 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental Peranannya dalam Pendidikan dan Pengajaran,

(Jakarta: IAIN, 1984),h. 4.

Page 68: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

57

yang membawa perubahan dalam kehidupan sosial dan budaya manusia dan sudah

barang tentu mempengaruhi kehidupan jiwa. Semakin maju kebudayaan dan

peradaban, Semakin komplek pula masalah dan kebutuhan hidup manusia. Agama

membimbing manusia untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan

akhirat.17

Kesehatan jiwa yang terganggu berpengaruh buruk terhadap kesejahteraan

dan kebahagiaan. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh gangguan atau penyakit

mental tersebut antara lain dapat dilihat dari perasaan, fikiran, tingkah laku, dan

kesehatan badan. Dari segi perasaan, gejalanya antara lain menunjukan rasa

gelisah, iri, dengki, sedih, risau, kecewa, putus asa, bimbang, dan rasa marah. Dari

segi fikiran dan dan kecerdasan gejalanya antara lain menunjukan sifat lupa dan

tak mampu mengkosentrasikan fikiran kepada suatu pekerjaan karena kemampuan

berfikir menurun. Dari segi tingkah laku, antara lain, sering menunjukan kelakuan

yang tidak terpuji, seperti suka mengganggu lingkungan, mengambil milik orang

lain, menyakiti, dan memfitnah. Apabila keadaan buruk tersebut berlarut-larut,

dan tidak dapat menemukan penyembuhan, besar kemungkinan si penderita akan

mengalami psikomatik, yakni penyakit jasmani yang disebabkan oleh kegangguan

kejiwaan, seperti hipertensi (darah tinggi), lumpuh, gangguan pencernaan, dan

lemah syaraf.18

Masalah gangguan kejiwaan banyak pula dibicarakan dalam tazkiyat al-

nafs, yang diistilahkan Al-Ghazalī dengan penyakit jiwa (amrad al-qulub atau

17 A F Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) & Kesehatan Mental, (Jakarta: Amzah,

2000), Cet. 1, h. 78. 18 Istghfarotur Rahmaniyah, “Konsep Jiwa dan Pendidikan Etika Islam Perspektif Ibn

Miskawaih”, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiah, UIN Malik Ibrahim Malang, 2009), h. 48.

Page 69: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

58

asqam al-nufus), seperti yang terdapat dalam rub’ al-muhlikat.19 Orang yang sakit

jiwanya adalah orang yang tidak memiliki sikap keseimbangan dalam berakhlak,

dalam hal ini doktrin jalan tengah Ibn Miskawayh.

Sebaiknya orang yang sehat jiwanya adalah orang yang bersikap seimbang

dalam berakhlak. Orang yang sakit jiwanya adalah buruk akhlaknya seperti,

bersifat nifak (munafik), memperturutkan hawa nafsu, berlebih-lebihan dalam

berbicara, marah, iri, dengki, cinta dunia, cinta harta, bakhil, jah (mencari

popularitas), ria, takabur, sombong, dan gurur.20

Kesehatan jiwa Ibn Miskawayh yakni menjaga kesehatannya selagi sehat,

dan memulihkannya kalau sakit. Oleh karenanya Kalau jiwa itu baik dan bajik, ia

suka mencari kebajikan dan ingin memilikinya, rindu pada ilmu-ilmu yang hakiki

serta pengetahuan yang sahih, maka pemiliknya harus bergaul dengan orang-

orang seperti dirinya, dan jangan sekali-kali bersahabat atau bergaul dengan orang

selain mereka. Jangan bergaul dengan orang keji yang suka pada kenikmatan-

kenikmatan buruk, suka berbuat dosa, bangga dan tenggelam dalam dosa. Jangan

hiraukan kata-kata mereka. Jangan baca syair-syair mereka. Jangan merasa senang

duduk bersama mereka. Sebab, dengan bersama mereka atau mendengarkan kata-

kata mereka, itu hanya akan mengotori jiwa sedemikian sehingga tak dapat

dibersihkan dengan apapun, kecuali dalam jangka waktu yang panjang dan

dengan perawatan yang sulit, Bahkan hal ini bisa menjadi sebab bagi rusaknya

19 A F Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) & Kesehatan Mental, h. 82. 20 A F Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) & Kesehatan Mental, h. 82.

Page 70: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

59

seseorang yang bajik dan bijak, atau tergodanya seorang alim dan bisa membawa

kepada keburukan.21

C. Upaya Pencapaian Kesehatan Jiwa

Keseimbangan dalam berakhlak merupakan metode seseorang untuk

memiliki jiwa yang sehat. Keseimbangan atau doktin jalan tengah Ibn Miskawayh

merupakan pokok keutamaan akhlak. Seseorang yang telah mencapai posisi

pertengahan al-’adalah akan mendapatkan kebajikan yang paling sempurna dan

paling dekat dengan sesuatu yang mempunyai kemuliaan serta tingkatan paling

tinggi. Sebagaimana yang dikatakan Ibn Miskawayh:

“karena merupakan titik tengah dari ekstrem-ekstrem, dan sikap

untuk memperbaiki kekurangan dan kelebihan, merupakan kebajikan

paling sempurna dan paling dekat dengan kesatuan. Adapun kesatuan

adalah sesuatu yang mempunyai kemuliaan dan tingkat paling tinggi.”22

Dalam hal ini Ibn Miskawaih juga menambahkan bahwa ada empat hal

pokok dalam upaya pemeliharaan kesehatan jiwa. Pertama, bergaul dengan orang

yang sejenis, yakni yang sama-sama pecinta keutamaan, ilmu yang hakiki dan

ma’rifat yang sahih, menjauhi pencinta kenikmatan yang buruk. Kedua, bila

sudah mencapai tingkat keilmuan tertentu, jangan membanggakan diri (‘ujub)

dengan ilmunya, melainkan harus belajar terus sebab ilmu tidak terbatas dan di

atas setiap yang berilmu ada Yang Maha Berilmu, dan jangan malas

mengamalkan ilmu yang ada serta mengajarkannya kepada orang lain. Ketiga,

hendaklah senantiasa sadar bahwa kesehatan jiwa itu merupakan nikmat Allah

21 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 163. 22 Ibn Miskawayh, Menuju Kesempurnaa Akhlak, h. 115.

Page 71: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

60

yang sangat berharga yang tak layak ditukarkan dengan yang lain. Keempat,

terus-terusan mencari aib diri sendiri dengan instrospeksi yang serius, seperti

melalui teman atau musuh, malah musuh lebih efektif dalam membongkar aib ini.

Ada tiga langkah (metode) yang ditempuh manusia dalam mencapai

kesehatan yakni, yakni pengobatan (kuratif), pencegahan (preventif), dan

pembinaan (konstruktif). 23 Langkah pengobatan dalam kesehatan jiwa adalah

usaha-usaha yang di tempuh untuk menyembuhkan dan merawat orang yang

mengalami gangguan dan sakit kejiwaan sehingga dapat menjadi sehat dan wajar

kembali.

Langkah pencegahan dalam kesehatan mental adalah metode yang

digunakan manusia untuk menghadapi diri sendiri dan orang lain guna

meniadakan atau mengurangi terjadinya gangguan kejiwaan. Dengan demikian,

manusia dapat menjaga dirinya dan orang lain dari kemungkinan guncangan batin

dan ketidaktentraman hati.

Langkah penbinaan, ditujukan untuk menjaga kondisi mental yang sudah

baik termasuk mengikuti cara yang ditempuh manusia untuk meningkatkan rasa

gembira, bahagia, dan kemampuan segala potensi yang ada seoptimal mungkin

seperti memperkuat ingatan, fantasi, kemauan, dan kepribadiannya.

23 A F Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) & Kesehatan Mental, h. 85.

Page 72: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan penjelasan, ada dua hal yang menjadi kesimpulan dalam

penelitian ini, sebagai jawaban atas perumusan masalah yang telah dikemukakan.

Yakni bagaimana pengaruh kesehatan jiwa bagi akhlak dalam pemikiran Ibn

Miskawayh.

Ibn Miskawayh memandang bahwa akhlak merupakan sebuah sikap

mental yang mendorong seseorang untuk bertindak sesuatu secara spontan tanpa

didahului oleh sikap berpikir dan pertimbangan terlebih dahulu. Artinya, akhlak

tersebut memiliki hubungan secara langsung dengan sikap mental atau keadaan

jiwa seseorang. Akhlak juga dapat berubah-ubah sesuai keadaan jiwa, baik akhlak

terpuji maupun akhlak tercela. Akhlak terpuji timbul dari adanya kesepadanan dan

keseimbangan ketiga keutamaan jiwa. Sedangkan Akhlak Tercela timbul dari

kelebihan salah satu jiwa. Akhlak berada pada diri dan fitrah bagi manusia, akhlak

juga merupakan cerminan dari jiwa manusia.

Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan Tuhan misalnya,

akan melahirkan perbuatan dan sikap yang tenang pula. Sebaliknya jiwa yang

kotor, banyak berbuat kesalahan dan jauh dari Tuhan akan melahirkan perbuatan

yang jahat, sesat dan menyesatkan orang lain.

Kesehatan jiwa ialah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh

antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaiaan diri antara manusia

dengan dirinya dan lingkungannya. Kesehatan jiwa dalam pandangan Ibn

Page 73: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

62

Miskawayh yakni menjaga kesehatan jiwa selagi sehat, dan memulihkannya kalau

sakit. Doktrin jalan tengah merupakan metode untuk mencapai kesehatan jiwa.

Ibn Miskawaih juga menambahkan bahwa ada empat hal pokok dalam

upaya pemeliharaan kesehatan jiwa. Yakni:

1. Bergaul dengan orang yang sejenis, yakni yang sama-sama pecinta

keutamaan, ilmu yang hakiki dan ma’rifat yang sahih, menjauhi

pencinta kenikmatan yang buruk.

2. Apabila sudah mencapai tingkat keilmuan tertentu, jangan

membanggakan diri (‘ujub) dengan ilmunya, melainkan harus belajar

terus sebab ilmu tidak terbatas dan di atas setiap yang berilmu ada

Yang Maha Berilmu, dan jangan malas mengamalkan ilmu yang ada

serta mengajarkannya kepada orang lain.

3. Hendaklah senantiasa sadar bahwa kesehatan jiwa itu merupakan

nikmat Allah yang sangat berharga yang tak layak ditukarkan dengan

yang lain.

4. Terus-menerus mencari aib diri sendiri dengan instrospeksi yang serius,

seperti melalui teman atau musuh, malah musuh lebih efektif dalam

membongkar aib ini.

Page 74: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

63

B. Saran-saran

Kontribusi Ibn Miskawayh bagi pemahaman akhlak yang religius

sekaligus rasional, layak untuk dipertimbangan sebagai suatu kajian yang perlu

diteruskan. Akhlak dan pengaruhnya bagi kesehatan jiwa diharapkan dapat

diimplementasikan dalam pikiran dan kehidupan kita.

Penulis menyadari bahwa masih banyak yang harus diekplorasi dari

pemikiran Ibn Miskawayh. Untuk itu kiranya diperlukan penelitian lebih lanjut

dengan lebih baik terhadap sumber data atau subjek penelitian agar hasil yang

diperoleh dapat lebih baik.

Page 75: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. cet. 1. Jakarta:

Amzah. 2007.

Adawiyah, Robiatul. “Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih”. Skripsi S1

Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hdayatullah Jakarta. 2017.

Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bntang, 1992).

Al-Gazalī. Ihya ‘Ulum al-Dini. Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

. Ma’arij al-Quds fi Madarij Ma’rifat al-Nafs. Kairo: Maktabah al-

Jundidat. 1968.

. Mi’yar al-‘Ilm. ed. Sulayman Dunya. Kairo: Dar al-Ma’arif. 1960.

Ali, Daud. Pendidikan Agama. Jakarta: Rireka Cipta. 2001.

Ali, Yunasril. Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam.

Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta: al-Huda. 2005.

Ardani, Moh. Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat &

Tasawuf. Jakarta: CV Karya Mulia. 2005.

As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. cet. 2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

1994.

Atjeh, Abu Bakar. Sejarah Falsafah Islam. Semarang: Ramadani. 1970.

Bagus, Loren. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. 2005.

Bakhtiar, Amsal. Tema-tema Filsafat Islam. Jakarta: UIN Press. 2005.

Daradjat, Zakiah. Kesehatan Mental Peranannya dalam Pendidikan dan

Pengajaran. Jakarta: IAIN. 1984.

Page 76: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

65

Driyakara. Karya Lengkap Driyakara. Jakarta: Gramedia Jakarta. 2006.

Ensiklopedia Islam di Indonesia, Depag RI-Dirjend Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam Proyek Peningkatan Prasara dan Sarana Perguruan Tinggi

Agama/IAIN. Jakarta: Djambatan. 1992.

Fakhry, Madjid. Sejarah Filsafat Islam.

. Etika Dalam Islam. terj. Zakiyuddin Baidhawy. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 1995.

Hamim, Nur. “Pendidikan Akhlak: Komparasi Konsep Pendidikan Ibnu

Miskawaih dan Al-Ghazali”. Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman Vol. 18.

nomor 1. (Juni 2014). h. 26.

Holilah, Ilah. “Hakikat Manusia dalam Islam”. Adzikra Vol. 01. no. 02. (Juli-

Desember): 2010. h. 35.

Imron Arifin (ed.). Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan.

Malang: Kalimah Syahadah Press. 1996.

Ishak, Muslim. Tokoh-tokoh Falsafah Islam dari Barat (Spanyol). Surabaya: Bina

Ilmu. 1980.

Ismail, Asep Umar, Wiwi st sajarah, dan Sururin. Tasawuf. Jakarta: Pusat Studi

Wanita (PSW) UIN Jakarta. 2005.

Jaelani, A F. Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) & Kesehatan Mental. cet. 1.

Jakarta: Amzah. 2000.

Jalaluddin & Sa’id, Usman. Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan

Perkembangan Pemikirannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994.

Page 77: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

66

Kaelan. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. cet. 1.Yogyakarta:

Paradigma. 2005.

Kartono, DR. Kartini. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam. cet.

VI. Bandung: Mandar Maju. 1989.

Lalib, Muhsin. Para Filosof Sebelum dan Sesudah Mulla Shadra. Jakarta: Al-

Huda. 2005.

Ma’luf, Louis. Munjid. Beirut: al-Maktabah al-Katulikiyah, t.t.

Maftufkhin, Filsafat Islam.

Miskawaih, Ibn. Al-Fauz al-Asgar.

. Menuju Kesempurnaa Akhlak. cet. 1. Penerjemah Helmi Hidayat.

Bandung: Mizan. 1994.

. Tahdzib al-Akhlaq wa Tathir al-‘Araq, ed. Hasan Tamim. cet. II.

Beirut : Manshūrat Dar al-Maktabah al-Hayat. 1938 H.

Muhaimin. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Fajar Interpratama

Offset. 2005.

Munawwir, A.W. dan Fairuz, Muhammad. Kamus Al-Munawwir Versi Indonesia-

Arab. cet. I. Surabaya: Pustaka Progressif. 2007.

Mursi, Sayyid Abdul Hamid. Jiwa Yang Tenang. penerjemah Sukamdani dan

Firdaus. Malang: Al-Qayyim. 2004. cet. 1.

Mustofa, A. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 1997.

Nasr, Seyyed Hossein dan Leaman, Olver. Ensiklopedia Tematis Filsafat Islam.

terj. Mizan. Bandung: Mizan. 2007.

Page 78: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

67

Nasution, Harun. Filsafat dan Mistitisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

1987.

Nasution, Hasymsyah. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1999.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. cet. III. Jakarta: PT Raja Grafindo persada. 2000.

. Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Falsafah Pendidikan

Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003.

. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. 2000.

Poerbakawaja, Soegarda. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. 1976.

Rahmaniyah, Istighfarotur. “Konsep Jiwa dan Pendidikan Etika Islam Perspektif

Ibn Miskawaih”. Skripsi S1 Fakultas Tarbiah. UIN Malik Ibrahim Malang.

2009.

Russel, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: PustakaPelajar. 2007.

Sudarsono. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2005.

Syarief, M.M. Para Filosof Muslim. cet. VIII. Bandung: Mizan. 1996.

. Para Filosof Muslim. terj. Ilyas Hasan. Bandung: Mizan. 1992.

Syarif, Muhammad Ahmad. Ghazali’s Theory of Virtue. Albany: State University

of New York Press. 1975.

Taufiq, Muhammad Izzudin. Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam.

Jakarta: Gema Insani Press. 2006.

Tim Divisi Data & Informasi CIPSI. Para Pemikir Dalam Tradisi Ilmiah Islam:

Kumpulan Biografi dan Karya Filosof, Saintis dan Teolog Muslim. Jakarta:

CIPSI. 2008.

Page 79: PENGARUH KESEHATAN JIWA TERHADAP AKHLAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36526/1/AKMAD... · Ibn Miskawayh membagi kesehatan jiwa menjadi dua aspek, pertama

68

Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka. 2005.

Umary, Barmawi. Materi Akhlak. Solo: Ramadhani. 1993.

Wahab, Murad dkk, al-Mu’jam al-Falasafi. Kairo: al-Saqafat al-Jadidat. 1971.

Yaqut. Irsy ad al-‘Arib ila Ma’rifah al-Adib. Vol. II. h. 88-96.

Yatim, Badri. Historitografi Islam. Ciputat: Logos Wacana Ilmu. 1997.

Zahruddin, AR. dan Sinaga, Hasanuddin. Pengantar Studi Akhlak. cet. I. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada. 2004.

Zar, Sirajuddin. Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: Rajawali Pers.

2012.

Zulkarnaen. “Filsafat Jiwa Menurut Ibn Miskawayh”. Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

08 Desember 2016 dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme