pretest jiwa

22
Afek : Istilah dalam bidang psikologis] afek adalah perasaan dan emosi yang menekankan tingkat kesenangan atau kesedihan yang pada kualitas senang dan tidak senang, nyaman mewarnai perasaan. Contoh: cinta, kebencian, kesukaan dan hobi Istilah dalam bidang kedokteran] afek adalah perubahan perasaan karena tanggapan dalam kesadaran seseorang (terutama apabila tanggapan itu datangnya mendadak dan berlangsungtidak lama, seperti marah) Afek : Adalah emosi atau perasaan yang dikemukakan penderita dan dapat diperiksa atau diamati orang lain. Afek adalah tanda obyektif yang ditemukan pada pemeriksaan status psikiatri,- berbeda dengan mood (lihat keterangan dibawah) yang merupakan pengalaman / perasaan subyektif yang dilaporkan oleh penderita. Mood Pemahaman terhadap mood pasien merupakan hal yang penting karena kondisi perasaan jangka panjang merupakan filter dari seluruh pengalaman. Mood tidak dapat dilihat, tetapi akan terungkap jika pasien ditanya langsung tentang hal itu. Kadang-kadang terdapat perbedaan yang nyata antara afek dengan mood. Pasien mengontrol afeknya dengan topeng sosial, tetapi menggambarkan mood yang terdepresi. KONSEP GANGGUAN JIWA DALAM PPDGJ - III bodymatoh Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease)

Upload: randa-dp

Post on 03-Sep-2015

230 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

Afek :

Istilah dalam bidang psikologis]afekadalahperasaan dan emosi yang menekankan tingkat kesenangan atau kesedihan yang pada kualitas senang dan tidak senang, nyaman mewarnai perasaan. Contoh: cinta, kebencian, kesukaan dan hobiIstilah dalam bidangkedokteran]afekadalahperubahan perasaan karena tanggapan dalam kesadaran seseorang (terutama apabila tanggapan itudatangnyamendadak danberlangsungtidak lama, seperti marah)Afek :Adalah emosi atau perasaan yang dikemukakan penderita dan dapat diperiksa atau diamati orang lain.Afek adalah tanda obyektif yang ditemukan pada pemeriksaan status psikiatri,- berbeda dengan mood (lihat keterangan dibawah) yang merupakan pengalaman / perasaan subyektif yang dilaporkan oleh penderita.

MoodPemahaman terhadap mood pasien merupakan hal yang penting karena kondisi perasaan jangka panjang merupakan filter dari seluruh pengalaman. Mood tidak dapat dilihat, tetapi akan terungkap jika pasien ditanya langsung tentang hal itu. Kadang-kadang terdapat perbedaan yang nyata antara afek dengan mood. Pasien mengontrol afeknya dengan topeng sosial, tetapi menggambarkan mood yang terdepresi.

KONSEP GANGGUAN JIWA DALAM PPDGJ - III bodymatoh

Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease)

PPDGJ-III mengelompokkan diagnosis gangguan jiwa ke dalam 100 katagori diagnosis, mulai dari F 00 sampai dengan F 98.F 99 Gangguan Jiwa YTT (Yang Tidak Tergolongkan), yaitu untuk mengelompokkan Gangguan Jiwa yang tidak khas.

Konsep Gangguan Jiwa dari PPDGJ II merujuk ke DSM-III, sedang PPDGJ-III merujuk pada DSM-IV.

Mental Disorder is conceptualized as clinically significant behavioural or psychological syndrome or patern that occurs in an individual and that is associated with present distress (eq., a painfull symptom) or disability (ie., impairment in one or more important areas of functioning) or with a significant increased risk of suffering death, pain, disability, or an important loss of freedom.

KONSEP DISABILITYKonsep Disabilitydari The ICD-10Classification of Mental and Behavioural Disorder : Gangguan kinerja(performance)dalam peran sosial dan pekerjaan, tidak digunakan sebagai komponen esensial untuk diagnosis gangguan jiwa, oleh karena itu hal ini berkaitan dengan variasi sosial-budaya yang sangat luas.Yang dikatakan sebagai disability adalah keterbatasan/ kekurangan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil).Dari Konsep tersebut diatas, dapat dirumuskan bahwa didalam KONSEP GANGGUAN JIWA, di dapatkan butir-butir :1. Adanya Gejala Klinis yang bermakna, berupa : - Sindrom atau Pola Perilaku - Sindrom atau pola psikologik2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), a.l berupa rasa nyeri,tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.3. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas dalam aktivitas kehidupan, sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, malan, kebersihan diri, dll) DIAGNOSIS MULTIAKSIALTujuan dari diagnosis Multiaksial :

1.Mencakup informasi yangkomprehensif(Gangguan Jiwa, kondisi fisik umum, masalah Psikososial dan lingkungan, taraf fungsi secara global), sehingga dapat membantu dalam :Perencanaan terapiMeramalkan outcome atau prognosis

2.Format yang mudah dan sistematik, sehingga dapat membantu dalam : * Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis * Menangkap kompleksitas situasi klinis * Menggambarkan heterogenitas individual dengan diagnosis klinis yang sama.

3. Memacu penggunaan Modelbio-psiko-sosial dalam klinis, pendidikan dan penelitian

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL TERDIRI DARI 5 AKSIS :

Aksis I : * Gangguan klinis* Kondisi lain yang menjadi Fokus Perhatian klinis

Aksis II : * Gangguan kepribadian * Retardasi Mental

Aksis III : * Kondisi Medik Umum

Aksis IV : * Masalah Psikososial dan lingkungan

Aksis V : * Penilaian fungsi secara global

Catatan :Antara Aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologik atau patogenese

Hubungan antara Aksis I-II-III dan Aksis IV dapat timbal balik saling mempengaruhiAKSIS I

F00 F09 Gangguan Mental Organik & SimtomatikF10 - F19 Gangguan Mental & perilaku akibat zat psikoaktifF20 F29Skizofrenia, Gangguanskizotipal& gangguan wahamF30 F39 Gangguan suasana perasaan (afektif/mood)F40 F49 Gangguanneurotik, gangguansomatoform& gangguan terkait stressF50 F59 Sindrom perilaku karena gangguan fisiologis/ fisikF62 F68 Perubahan Kepribadian karena non organic, gangguan impuls, gangguan seksF80 F89 Gangguan Perkembangan PsikologisF90 F98 Gangguan perilaku &emotional onsetkanak remajaF99 Gangguan Jiwa YTT

AKSIS II

F60 Gangguan Kepribadian khasF60.0 Gangguan KepribadianParanoidF60.1 Gangguan KepribadianschizoidF60.2 Gangguan KepribadiandissosialF60.3 Gangguan Kepribadian emosional tak stabilF60.4 Gangguan KepribadianhistrionikF60.5 Gangguan KepribadiananankastikF60.6 Gangguan Kepribadian cemas(menghindar)F60.7 Gangguan KepribadiandependenF60.8 Gangguan Kepribadian khas lainnyaF60.9 Gangguan Kepribadian YTTF61 Gangguan Kepribadian Campuran dan lainnyaF61.0 Gangguan Kepribadian CampuranF61.1 Perubahan Kepribadian yang bermasalahGambaran Kepribadian Maladaptif Mekanisme Defensi MaladaptifF70 F79 Retardasi Mental

AKSIS III

Bab I A00 B99 Penyakit infeksi dan parasit tertentuBab II C00 D48 NeoplasmaBab IV E00 G90 Penyakit endokrin, Nutrisi, & metabolikBab VI G00 G99 Penyakit susunan syarafBab VII H00 H59 Penyakit Mata & adneksaBab VIII H60 H95 Penyakit telinga & Prosesus MastoidBab IX I00 I99 Penyakit sistem sirkulasiBab X J00 J99 Penyakit sistem PernafasanBab XI K00 K93 Penyakit sistem PencernakanBab XII L00 L99 Penyakit kulit & jaringan subkutanBab XIII M00 M99 Penyakit sistem musculoskeletal & Jaringan ikatBab XIV N00 N99 Penyakit sistem genito-urinariaBab XV O00 O99 Kehamilan, kelahiran anak & masa NifasBab XVII Q00 Q99Malformasi congenital, deformasi, Kel.Bab XVIII R00 R99 Gejala, tanda & temuan klinis-lab.Bab XIX S00 T98 Cedera, keracunan & akibat kausa ekstBab XX V01 V98 Kausa eksternal dari Morb. & mort.Bab XXI Z00 Z99 Faktor status kes. & Pelayanan kes

AKSIS IV

Masalah dengan Primary support group (keluarga)Masalah berkaitan dengan lingkungan sosialMasalah PendidikanMasalah PekerjaanMasalah PerumahanMasalah EkonomiMasalah Akses ke pelayanan KesehatanMasalah Berkaitan interaksi dengan hukum/kriminalMasalah Psikososial & Lingkungan lain

AKSIS V

GLOBAL ASSESSMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE100 91 Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi.90 81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.80 71 Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll.70 61 Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.60 51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.50 41 Gejala berat (serious), disabilitas berat.40 31 Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.30 21 Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.20 11 Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus diri.10 01 Seperti diatas => persisten & lebih serius. 0 Informasi tidak adekuat.

Klasifikasi dan Urutan Hierarki Blok Diagnosis gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III

F.0. Gangguan mental organik termasuk gangguan mental simtomatik F.00. F. 03.Demensia F.04- F.07, F. 09Sindrom Amnestik& Gangguan Mental Organik

F.1. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkhohol dan zat psikoaktif lainnya. F.10. Gangguan mental dan perilaku akibat Penggunaan alkhohol F.11, F.12, F.14. Gangguan mental & perilaku akibat Penggunaan Opioida /kanabinoida/kokain F.13, F.15,F.16. Gangguan mental & perilaku akibat penggunaan Sedativa atau Hipnotika/stimulansia lain/ Hallusinogenika F.17, F.18, F.19. Gangguan Mental & perilaku akibat penggunaan Tembakau/pelarut yang mudah menguap/ zat Multiple & Zat psikoaktif lainnya

F.2. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham. F. 20, F.21, F.23.Skizofrenia, Gangguanskizitipal, Psikotik akut dan sementara F.22, F. 24 Gangguan waham menetap, gangguan Waham terinduksi F. 25. GangguanSkizoafektif F. 28, F. 29 GangguanPsikoaktif non-organiklainnya Atau YTT

F.3. Gangguan suasana perasaan (mood / afektif) F.30, F.31. Episode manik, Gangguanafektif bipolar F. 32-F.39. Episode depressif, Gangguan depressi Berulang, Gangguan suasana Perasaan (Mood/afektif)menetap/lainnya/YTT.

F. 4.GangguanNeurotik,Gangguansomatoform,dan gangguan terkait stress F. 40, F.41.Gangguan anxietas, Fobik atau lainnya F. 42. GangguanObsesif- kompulsif F. 43, F.45, F.48 Reaksi terhadap stres berat, & gangguan penyesuaian, gangguansomatoform, Gangguanneurotiklainnya. F. 44. Gangguandissosiatif(konversi)

F. 5. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik F.50- F.55, F.59 Gangguan makan, gangguan tidur, Disfungsi Seksual, atau gangguan perilaku lainnya

F. 6. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa F. 60-F.69 Gangguan kepribadian, gangguan kebiasaan danImpuls, gangguan identitas & preferensi seksual

F. 7. Retardasi Mental F. 70 F.79. Retardasi Mental

F. 8. Gangguan Perkembangan Psikologis F.80- F.89 Gangguan Perkembangan Psikologis

F. 9. Gangguan Perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa anak dan remaja F. 90 F.98 Gangguan Hiperkinetik, Gangguan tingkah laku, Gangguan emosional atau gangguan fungsi sosial Khas, gangguantic, atau gangguan perilaku & Emosional lainnya.

PEDOMAN DIAGNOSTIK DARI PPDGJ III

1.Pedoman diagnostik disusun berdasarkan atas jumlah dan keseimbangan gejala-gejala, yang biasanya ditemukan pada kebanyakan kasus untuk dapat menegakkan suatu diagnosis pasti.

2.Apabila syarat-syarat yang tercantum didalam pedoman diagnostik dapat dipenuhi, maka diagnosis dapat dianggap pasti. Namun apabila hanya sebagian saja terpenuhi, maka diagnosis masih bermanfaat direkam untuk berbagai tujuan. Keadaan ini sangat tergantung kepada pembuat diagnosis dan para pemakai lainnya untuk menetapkan apakah akan merekam suatu diagnosis pasti atau diagnosis dengan tingkat kepastian yang rendah.

3.Deskripsi klinis dari pedoman diagnostik ini tidak mengandung implikasi teoritis, dan bukan merupakan pernyataan yang komprehensif mengenai tingkat pengetahuan yang mutahir dari gangguan tersebut. Pedoman ini hanya merupakan suatu kumpulan gejala dan konsep yang telah disetujui oleh sejumlah besar pakar dan konsultan dari berbagai negara, untuk dijadikan dasar yang rasional dalam memberikan batasan terhadap kategori-kategori diagnosis dan diagnosis gangguan jiwa.

4.Disarankan agar para klinisi mengikuti anjuran umum untuk mencatat sebanyak mungkin diagnosis yang mencakup seluruh gambaran klinis.Bila mencantumkan lebih dari satu diagnosis, diagnosis utama diletakkan paling atas dan selanjutnya diagnosis lain sebagai tambahan. Diagnosis utama dikaitkan dengan kebutuhan tindakan segera atau tuntutan pelayanan terhadap kondisi pasien saat ini atau tujuan lainnya. Bila terdapat keraguan mengenai urutan untuk merekam beberapa diagnosis, atau pembuat diagnosis tidak yakin tentang tujuan untuk apa informasi itu akan digunakan, agar mencatat diagnosis menurut urutan numerik dalam klasifikasi.

GANGGUAN JIWA

Gangguan jiwa merupakan kondisi terganggunya kejiwaan manusia sedemikian rupa sehingga mengganggu kemampuan individu itu untuk berfungsi secara normal didalam masyarakat maupun dalam menunaikan kewajibannya sebagai insan dalam masyarakat itu.(Dep Kes RI, 1997) Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal, berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan kendala terhadap individu tersebut atau orang lain . ( Suliswati, 2005)

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA

Gangguan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam diktat kuliah psikiatri, Dr. dr. Luh Ketut Suryani mengungkapkan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi karena tiga faktor yang bekerja sama yaitu faktor biologik, psikologik, dan sosiobudaya.

FAKTOR BIOLOGIKUntuk membuktikan bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit seperti kriteria penyakit dalam ilmu kedokteran, para psikiater mengadakan banyak penelitian di antaranya mengenai kelainan-kelainan neurotransmitter, biokimia, anatomi otak, dan faktor genetik yang ada hubungannya dengan gangguan jiwa.Gangguan mental sebagian besar dihubungkan dengan keadaan neurotransmitter di otak, misalnya seperti pendapat Brown et al, 1983, yaitu fungsi sosial yang kompleks seperti agresi dan perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh impuls serotonergik ke dalam hipokampus.Demikian juga dengan pendapat Mackay, 1983, yang mengatakan noradrenalin yang ke hipotalamus bagian dorsal melayani sistem monoamine di limbokortikal berfungsi sebagai pemacu proses belajar, proses memusatkan perhatian pada rangsangan yang datangnya relevan dan reaksi terhadap stres.Pembuktian lainnya yang menyatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu penyakit adalah di dalam studi keluarga.Pada penelitian ini didapatkan bahwa keluarga penderita gangguan afektif, lebih banyak menderita gangguan afektif daripada skizofrenia (Kendell dan Brockington, 1980), skizofrenia erat hubungannya dengan faktor genetik (Kendler, 1983). Tetapi psikosis paranoid tidak ada hubungannya dengan faktor genetik, demikian pendapat Kender, 1981).

Walaupun beberapa peneliti tidak dapat membuktikan hubungan darah mendukung etiologi genetik, akan tetapi hal ini merupakan langkah pertama yang perlu dalam membangun kemungkinan keterangan genetik. Bila salah satu orangtua mengalami skizofrenia kemungkinan 15 persen anaknya mengalami skizofrenia.Sementara bila kedua orangtua menderita, maka 35-68 persen anaknya menderita skizofrenia, kemungkinan skizofrenia meningkat apabila orangtua, anak dan saudara kandung menderita skizofrenia (Benyamin, 1976). Pendapat ini didukung Slater, 1966, yang menyatakan angka prevalensi skizofrenia lebih tinggi pada anggota keluarga yang individunya sakit dibandingkan dengan angka prevalensi penduduk umumnya.

FAKTOR PSIKOLOGIKHubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan konstitusi orang itu.Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama periode stres. Struktur sosial, perubahan sosial dan tigkat sosial yang dicapai sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang.

Kepribadian merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang berulang-ulang yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang sekarang bukan merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan kembali.Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa fase perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan keluarga, lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya. Gejala yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan perwujudan dari pengalaman yang lampau yaitu pengalaman masa bayi sampai dewasa.

FAKTOR SOSIOBUDAYAGangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu sosiobudaya tertentu berbeda dengan budaya lainnya. Adanya perbedaan satu budaya dengan budaya yang lainnya, menurut Zubin, 1969, merupakan salah satu faktor terjadinya perbedaan distribusi dan tipe gangguan jiwa.Begitu pula Maretzki dan Nelson, 1969, mengatakan bahwa alkulturasi dapat menyebabkan pola kepribadian berubah dan terlihat pada psikopatologinya. Pendapat ini didukung pernyataan Favazza

(1980) yang menyatakan perubahan budaya yang cepat seperti identifikasi, kompetisi, alkulturasi dan penyesuaian dapat menimbulkan gangguan jiwa.Selain itu, status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa Goodman (1983) yang meneliti status ekonomi menyatakan bahwa penderita yang dengan status ekonomi rendah erat hubungannya dengan prevalensi gangguan afaktif dan alkoholisma. (litbang)

Konsep penyebab gangguan jiwa yang popular adalah kombinasi bio-psiko-sosial. Gangguan jiwa disebabkan karena gangguan fungsi komunikasi sel-sel saraf di otak, dapat berupakekuranganmaupunkelebihanneurotransmitter atau substansitertentu. Pada sebagian kasus gangguan jiwa terdapat kerusakan organik yang nyata padas struktur otak misalnya pada demensia. Jadi tidak benar bila dikatakan semua orang yang menderita gangguan jiwa berarti ada sesuatu yang rusak di otaknya. Pada kebanyakan kasus malah faktor perkembangan psikologis dan sosial memegang peranan yang lebih krusial. Misalnya mereka yang gemar melakukan tindak kriminal dan membunuh ternyata setelah diselidiki disebabkan karena masa perkembangan mereka sejak kecil sudah dihiasi kekerasan dalam

rumah tangga yang ditunjukkan oleh bapaknya yang berprofesi dalam militer. Jadi ilmu jiwa justru merupakan satu-satunya ilmu yang mengenali penyakit medis secara komplet, yaitu dari segi fisik, pola hidup dan juga riwayat perkembangan psikologis atau kejiawaan seseorang. Oleh karena itu pengobatan ilmu kejiwaan juga bersifat menyeluruh, tidak sekedar obat minum saja, tetapi meliputi terapi psikologis, terapi perilaku dan terapi kognitif/konsep berpikir.Setiap individu hendaknya mengetahui konsep-konsep tentang gangguan jiwa dan pencegahannya. Mungkin saat ini cukup banyak masyarakat awam yang rajin membaca rubrik kesehatan baik lewat tabloid maupun internet, tapi sayangnya permasalahan gangguan jiwa kurang popular jika dibandingkan masalah osteoporosis, hipertensi, penyakit jantung, stroke, makanan sehat maupun kesehatan kulit. Padahal yang perlu diketahui, gangguan jiwa dapat mengenai siapa saja. Apalagi di tengah kehidupan yang semakin dipenuhi stressor seperti sekarang ini. Tahukah Anda bahwa profesi yang paling banyak melakukan bunuh diri diUSAitu justru dokter spesialis kejiwaan?

Oleh karena itu mempelajari ilmu kejiwaan adalah penting dan lebih penting lagi untuk dapat mempraktekkan kiat-kita untuk mendapatkan jiwa yang sehat.

Konsep yang perlu Anda pahami adalah ada 3 mekanisme pertahanan utama jiwa kita untuk menolak terjadinya gangguan jiwa di tengah terpaan badai kehidupan sebagaimanapun. Ketiga benteng jiwa yang sehat itu adalah personality yang tangguh, persepsi yang positif(positif thinking)dan kemampuan adaptasi. Kepribadian yang tangguh adalah hasil pembelajaran selama proses perkembangan sejak kecil, dan tentunya hal ini didapatkan dengan banyaknya asupan nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga dan disekolah serta didapatkan dari banyaknya pengalaman langsung. Nilai-nilai hanya dapat berfungsi jika diterapkan langsung dalam keadaan nyata yaitu dengan banyak bergaul baik dengan lingkungan benar maupun salah. Apabila kita beraniSAY YESdi lingkungan yang benar danSAY NOsaat di lingkungan salah, lama kelamaan kepribadian kita akan tangguh. Mengurung anak dengan tujuan menghindarinya dari perkenalan dengan narkoba tidak menjamin bahwa kemudian ia tidak terjebak narkoba, yang benar adalah menanamkan nilai-nilai yang tangguh kepada si anak serta membiarkannya mengenal narkoba. Kepribadiannya yang tangguh itu sendiri yang akan membuatnya berani menolak narkoba seumur hidupnya.Persepsi juga perlu sebagai benteng kejiwaan. Seseorang yang selalu memandang peristiwa yang menimpanya dengan positif dan memandang hari depannya dengan optimis maka ia memiliki jiwa

yang sehat. Persepsi positif diperlukan terutama menghadapi kegagalan-demi kegagalan dalam hidup sehingga tidak membuat diri menjadi frustasi berlebih maupun menyalahi diri sendiri bahkan bunuh diri.Dan yang tidak kalah penting adalah kemampuan adaptasi karena segala sesuatu dalam hidup ini potensial untuk berubah. Hari ini bisa hidup mapan, tapi hari esok siapa tahu. Hari ini bisa bertemu kelompok orang yang asyik, hari esok siapa yang dapat menjanjikan. Adaptasi akan membuat jiwa kita meliuk-liuk dalam kehidupan seperti air yang mengalir. Dengan demikian kita dapat selalu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Setiap menghadapi bencana maka kita dapat mengubah pemikiran dari mengapa semua ini harus kualami menjadi setelah semua ini menimpaku, aku harus melakukan apa?. Dengan demikian kita akan dapat bangkit dan semakin maju setiap kali terjatuh. Lainpadanglain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Artinya, jadilah seseorang yang flexibledengan keadaan yang ada,NOW and HERE.

Menurut Bleurer, gejala skizofrenia dibagi dua, yaitu :a. Gejala primer1) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikir)2) Gangguan afek dan emosi3) Gangguan memori4) Gejala psiomotor / gejala katatonik gangguan perbuatanb. Gejala sekunder1) Waham2) Halusinasi4. Tipe-tipe SkizofreniaDalam PPDGJ III skizofrenia terbagi menjadi :a. Skizofrenia Paranoidb. Skizofrenia Hebefrenikc. Skizofrenia Katatonikd. Skizofrenia tak terincie. Defrresi pasca skizofreniaf. Skizofrenia Residualg. Skizofrenia Simplekh. Skizofrenia lainnyai. Skizofrenia tak tergolongkanDari sekian banyak tipe skizofrenia, ada studi kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Skizofrenia Hebefrenik.1) PengertianSkizofrenia Hebefrenik adalah permulaannya perlahan-lahan atau subakut, sering timbul pada masa remaja (antara 15-25), gejala yang dominan adalah ganguan proses pikir, gangguan kemauan, adanya defersonalisasi, gangguan psikomotor, neologisme, atau perilaku kekanak-kanakan, waham dan halusinasi.2) Tanda dan Gejalaa) Reaksi sikap dan tingkah laku yang tidak logis, suka tertawa-tawa, kemudian menangis, sangat irritable atau muah tersinggung sering disertai sendirian dan penuh kemarahan.b) Terjadi kemundura psikis, kekanak-kanakan, perasaan tumpul dan tidak logis.c) Pikiran melantur, muka (grimasem) tanpa aa stimulus, halusinasi.d) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya, hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.e) Alam perasaaan (mood affect) yang datar tanpa ekspresi serta yang menunjukan rasa puas diri, atau senyum yang hanya dihayati sendiri.f) Waham tidak jelas dan tidak sistematis (terpecah-pecah) tidak terorganisir sebagai suatu kekuatan.3) Pedoman DiagnostikSkizofrenia Hebefrenik (PPDGJ III, Kode F 20.1)a) Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofreniab) Ditegakan pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun)c) Kepribadian premorbid menunjukan ciri-ciri khas pemalu dan senang menyendiri.Untuk meyakinkan diperlukan pengamatan selama 2-3 bulan untuk memastikan gambaran lihat yang bertahan, antara lain perilaku yang tidak bertanggungjawab dan tidak dapat di ramalkan, kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan perilaku tanpa tujuan dan perasaan : Afek dangkal dan tidak wajar Proses fikir mengalami disorganisasi dan topik pembicaraan tidak menentu (inkoheren) Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham biasanya ada tetapi tidak menonjol.

B. Konsep Dasar Halusinasi1. PengertianHalusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan atau stimulus.( Hawari, 1996: 289 ). Pengertian lain mengemukakan bahwa halusinasi merupakan penginderaan tanpa sumber rangsangan eksternal. Hal ini desebabkan oleh distorsi atau ilusi yang merupakan tanggapan yang salah dari rangsangan yang nyata ada. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu. ( Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat: 267 ).Halusinasi pendengaran adalah individu mendengar suara suara atau bisikan bisikan padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu. ( Hawari, 1996: 289 ).

Persepsi: Proses pemindahan rangsangan fisik ke dalam informasi psikologis; suatu proses mental dimana rangsangan sensorik dibawa ke alam sadar.1. Gangguan persepsia. Halusinasi : persepsi sensorik palsu yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dari luar; dapat merupakan atau bukan merupakan suatu interpretasi khayalan dari pengalaman dalam halusinasi .(1) Halusinasi Hipnagogik : persepsi sensorik palsu yang terjadi saat tidur; biasanya dianggap nonpatologik.(2) Halusinasi Hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat bangun tidur; biasanya dianggap nonpatologik.(3) Halusinasi Auditorius : persepsi palsu tentang bunyi, biasanya suara tertentu atau keributan lainnya, seperti musik: halusinasi tersering dalam gangguan psikiatri.(4) Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan: dalam bentuk yang berwujud(contohnya orang-orang) dan yang tak berwujud ( misalnya kilatan cahaya); paling sering pada gangguan determinasi kesehatan.(5) Halusinasi Olfaktorius : persepsi palsu tentang bau; paling sering pada gangguan kesehatan.(6) Halusinasi Gustatorius : persepsi palsu dalam pengecapan, seperti rasa yang tidak sedap, disebabkan oleh suatu bangkitan uncinate: paling sering pada gangguan kesehatan.(7) Halusinasi taktil : persepsi palsu tentang perabaan, seperti pada kasus amputasi anggota tubuh; tearsa seperti ada sesuatu yang merayap di bawah kulit.(8) Halusinasi Somatik : sensasi palsu yang dirasakan dalam tubuh, paling sering pada organ visceral ( dikenal sebagaihalusinasi Senestetik).(9) Halusinasi Lilliput : persepsi palsu di mana objek terlihat dalam ukuran yang lebih kecil ( disebut jugamikropsia).(10) Halusinasi berdasarkan Mood: Halusinasi berkaitan dengan suatu perasaan tertekan atau manik; sebagai contoh, seorang pasien depresi mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang jahat; seorang pasien manik mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa dirinya penuh dengan pengetahuan dan kekuasaan serta harga diri yang tinggi.(11) Halusinasi tidak berdasar Mood: Halusinasi yang tidak berdasarkan suasana hati yang tertekan maupun manik ( contohnya, pada keadaan depresi halusinasi tidak berhubungan dengan beberapa hal seperti rasa bersalah, hukuman yang setimpal, atau ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak berhubungan dengan adanya kekuatan atau harga diri ).(12) Halusinosis : berhalusinasi, paling sering pada pendengaran, yang dihubungkan dengan penyalahgunaan alkohol tanpa gangguan sensorik, berbeda dengandelirium tremens, halusinasi terjadi disertai gangguan sensorik.(13) Sinesthesia : sensasi halusinasi disebabkan oleh sensasi lain ( sebagai contoh, sensasi pendengaran yang disertai oleh tercetusnya sensasi visual; suatu bunyi; sensasi pendengaran yang dapat dilihat atau sebaliknya sensasi penglihatan yang dapat didengar ).(14) Fenomena jejak : kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obatan halusinogenyang menyebabkan objek terlihat sebagai suatu gambaran yang terangkai.(15) Halusinasi Perintah : persepsi palsu yang mennyebabkan seseorang berkewajiban untuk mematuhi perintah dan tidak boleh membantah.b. Ilusi : persepsi atau interpretasi yang salah terhadap rangsangan sensorik yang nyata dari luar.