pengaruh inflasi, npf (non performing financing) dan...

121
PENGARUH INFLASI, NPF (NON PERFORMING FINANCING) DAN DPK (DANA PIHAK KETIGA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013-2017 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh: MUHAMMAD NURDIN NIM : 1112086000039 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017

Upload: lethuy

Post on 20-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH INFLASI, NPF (NON PERFORMING FINANCING) DAN

DPK (DANA PIHAK KETIGA) TERHADAP PEMBIAYAAN

MURABAHAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE

2013-2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

MUHAMMAD NURDIN

NIM : 1112086000039

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/2017

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

v

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Muhammad Nurdin

2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 22 November 1993

3. Alamat : Jl. O RI Rt 06 Rw 004 No. 24 Kel.

Kota Bambu Selatan, Kec. Palmerah,

Jakarta Barat

4. Telepon : 082211120437

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SDN 03 Pagi (2000-2006)

2. MTs Daar El-Qolam (2006-2009)

3. SMA Daar El-Qolam (2009-2012)

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H. Nasrulloh

2. Tempat & tanggal lahir : Padang, 17 Juli 1961

3. Ibu : Hj. Yurni.S

4. Tempat & tanggal lahir : Jakarta, 14 November 1962

5. Anak, dari ke : 3 dari 4 bersaudara

vii

ABSTRAK

MUHAMMAD NURDIN, Pengaruh Inflasi, NPF (Non Profit Financing)

dan DPK (Dana Pihak Ketiga) terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank

Syariah di Indonesia Periode 2011-2015. Skripsi, Program Studi Ekonomi

Syariah. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, NPF dan DPK

terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia periode 2011-

2015. Teknik pengambilan sampel dengan metode Purposive Sampling. Sampel

dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah

(UUS). Penelitian ini menggunakan data sekunder, data inflasi yang digunakan

pada penelitian ini dari data publikasi Bank Indonesia sedangkan data NPF dan

DPK dari data publikasi SPS (Statistik Perbankan Syariah). Penelitian ini

menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan pengolahan data

menggunakan aplikasi olah data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi,

NPF dan DPK secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.

Secara parsial, inflasi dan DPK berpengaruh signifikan positif dan NPF

berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan murabahah. Dalam

penelitian ini diketahui bahwa inflasi dan DPK berpengaruh signifikan positif

terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan NPF berpengaruh signifikan negatif

terhadap pembiayaan murabahah.

Kata kunci : Pembiayaan Murabahah, Inflasi, NPF, DPK.

viii

ABSTRACT

MUHAMMAD NURDIN, Effect of Inflation, Non Profit Financing

(NPF), and Third Party Funds (DPK) on Murabahah Financing at Bank Syariah

in Indonesia Period 2010-2015. Thesis, Study Program of Sharia Economics.

Faculty of Economics and Business Syarif Hidayatullah State Islamic University.

This thesis aims to determine the effect of inflation, NPF,and DPK on

murabahah financing at sharia banks in Indonesia period 2010-2015. Sampling

technique using Purposive Sampling method. The sample in this research is

Sharia Commercial Bank (BUS) and Sharia Business Unit (UUS). This study uses

secondary data, inflation data used in this study from the publication data of Bank

Indonesia while the NPF and DPK data from publication data SPS (Statistics of

Sharia Banking). This study uses multiple linear regression analysis, with data

processing using data processing application. The results showed that inflation,

NPF, and DPK simultaneously affect the murabahah financing. Partially,

inflation and DPK have a significant positive effect on murabahah financing. In

this study it is known that inflation and deposits have a significant positive effect

on murabahah financing. While the NPF has a significant negative effect on

murabahah financing.

Keywords: Murabahah Financing, Inflation, NPF, DPK

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur ditunjukkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inflasi, NPF (Non Profit

Financing)” dan DPK (Dana Pihak Ketiga) terhadap Pembiayaan

Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2011-2015”. Shalawat

dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, yang

telah menerangi alam ini sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan jika tanpa

adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Terutama doa, motivasi, kasih

sayang, serta dukungan materil dari kedua orang tua penulis, (alm) Ayahanda H.

Nasrulloh dan (almh) Ibunda Hj. Yurni, yang amat sangat penulis cintai. Dan

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada bapak/ibu, berbagai

pihak yang telah men-support penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Bapak Prof. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si dan Ibu Rr Tini Anggraeni. M.Si Selaku

Ketua dan Sekretaris Program studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Burhanuddin Yusuf, MM., MA Selaku Dosen Pembimbing I

atas segenap waktu, dan pengarahan dalam membimbing penulis hingga

akhir penulisan skripsi ini.

4. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan terhadap penulis, semoga

ilmu yang telah didapat oleh penulis dapat dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya.

5. Teruntuk kakak-kakak dan adikku yang penulis sangat cintai, yaitu Nani

Yurnita, Afri Yanti, dan Yuliana Pardilah. Terimakasih atas dukungannya

yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

x

6. Sahabat-sahabatku Dedi Iskandar, Sauqi Dawam, Edwin Prasetyo, Ahmad

Fajrul Falah, Aidyl Amril, dan Rayhan Dika Aziz yang selama 4 tahun

bersama menjalani studi.

7. Sahabat KKN GEMBIRA 242 Danang, Suher, Syauqi, Arya, Lutfiana

Anjarsari, Intan, Wanti, Neng Nadiyya, Nia, Olgha terimakasih banyak

atas jasa kalian dalam menjalani aktifitas selama sebulan dalam sama-

sama mendapatkan nilai.

8. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian

skripsi ini baik moril maupun materil yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

LAMPIRAN ......................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8

C. Batasan masalah ........................................................................................... 9

D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 11

A. Bank Syariah .............................................................................................. 11

B. Kegiatan Usaha Bank Syariah .................................................................... 12

C. PEMBIAYAAN ......................................................................................... 15

D. Inflasi.......................................................................................................... 31

E. NPF (Non Performing Financing) .............................................................. 38

F. Dana Pihak Ketiga (DPK) .......................................................................... 44

G. Review Penelitian Terdahulu ..................................................................... 47

H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 53

xii

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 53

B. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 54

C. Metode Pengolahan Data ........................................................................... 55

D. Metode Analisis Data ................................................................................. 59

E. Kerangka Berfikir....................................................................................... 63

F. Hipotesis ..................................................................................................... 65

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................ 66

A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian .............................................. 66

B. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 75

C. Analisis Regresi Linier Berganda .............................................................. 81

D. Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................................... 89

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 94

A. Kesimpulan ................................................................................................ 94

B. Saran ........................................................................................................... 94

LAMPIRAN .......................................................................................................... 99

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema Pembiayaan Murabahah ....................................................... 25

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Perkembangan Pembiayaan Murabahah (dalam miliaran) ................ 68

Grafik 4. 2 Perkembangan Tingkat Inflasi (dalam persen) ................................... 70

Grafik 4. 3 Perkembangan NPF (dalam persen) .................................................. 72

Grafik 4. 4 Perkembangan DPK (dalam miliaran) ............................................... 74

Grafik 4. 5 Hasil Uji Normal P-P Plot .................................................................. 76

Grafik 4. 6 Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................................... 78

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah ....................................................... 3

Tabel 1. 2 Pembiayaan Perbankan Syariah (miliar rupiah)..................................... 4

Tabel 1. 3 Perkembangan Inflasi (dalam persen) .................................................... 5

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 47

Tabel 4. 1 Perkembangan Pembiayaan Murabahah 2013-2017 (dalam miliaran

rupiah) ................................................................................................................... 67

Tabel 4. 2 Perkembangan Tingkat Inflasi 2013-2017 (dalam persen) ............ 69

Tabel 4. 3 Perkembangan NPF (Non Performing Financing) Tahun 2013-2017

(dalam persen) ....................................................................................................... 71

Tabel 4. 4 Perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) Tahun 2013-2017 (dalam

miliaran rupiah) ..................................................................................................... 73

Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov ......................................... 75

Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikoliniearitas ................................................................. 79

Tabel 4. 7 Uji Autokolerasi ................................................................................... 80

Tabel 4. 8 Uji Regresi Linier Berganda ................................................................ 82

Tabel 4. 9 Hasil Uji t ............................................................................................. 84

Tabel 4. 10 Hasil Uji F (Simultan) ........................................................................ 87

Tabel 4. 11 Hasil Uji Determinasi(R2) ................................................................. 88

xvi

LAMPIRAN

Lampiran 1 : DATA UJI ...................................................................................... 99

Lampiran 2 : HASIL UJI SPSS 22 ..................................................................... 102

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank adalah lembaga yang melakukan tiga fungsi utama, yaitu

menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa

pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan

yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian

tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti

menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan

untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim

dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW(Amir Mahmud Rukhmana, 2010, h. 15).

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai sejak

diberlakukannya Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan,

selanjutnya diubah dengan undang-undang tahun Nomor 21 tahun 1998.

Dalam undang-undang tersebut dinyatakan, salah satu usaha bank adalah

menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil atau

tanpa bunga sesuai dengan prinsip syariah. Pada saat itu, bank syariah

tumbuh di Indonesia dalam bentuk Bank Umum Syariah, Unit Usaha

Syariah dan Gerai syariah di kantor bank konvensional. Pada umumnya

yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan

prinsip-prinsip syariah. Karena dirasa pengaturan sebelumnya pada Undang-

2

undang No 10 tahun 1998 belum spesifik mengatur tentang ketentuan

perbankan syariah. Sehingga diatur secara khusus perundang-undangan

tentang Perbankan Syariah.

Pada tahun 16 Juli 2008 keberadaan perbankan syariah semakin

mendapat pijakan kokoh, yaitu dengan diberlakukannya Undang-undang

No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah telah memberikan kesempatan

yang luas bagi perbankan syariah untuk mengembangkan usaha dan

kegiatan yang berbasis syariah di tanah air. Sehingga perbankan syariah

semakin memiliki landasan hukum yang memadai untuk medorong

pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Pada Undang-undang No 21 tahun

2008 ini lebih dijelaskan lagi bahwa bank syariah adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut

jenisnya terdiri dari bank umum syariah dan pembiayaan syariah sedangkan

bank konvensional menurut jenisnya terbagi menjadi dua, yaitu bank umum

konvensional dan bank perkreditan rakyat. Seiring dengan perkembangan

peraturan mengenai perbankan syariah di Indonesia. Bank-bank syariah pun

mulai menjamur di indonesia.

Berkembangnya lembaga keuangan syariah didasari oleh keinginan

masyarakat yang membutuhkan lembaga keuangan yang adil, transparan

dan berkomitmen dapat membantu meningkatkan perekonomian dan usaha

nasabah. Prinsip inilah yang diterapkan oleh bank syariah dalam melayani

nasabahnya, baik nasabah muslim maupun non mslim. Dalam

pelaksanaannya bank syariah tidak boleh membedakan antara nasabah

3

muslim maupun non muslim karena ada hal yang harus diingat bahwa nilai-

nilai kebaikan tetap bersifat universal. Kejujuran bukan hanya milik agama

Islam melainkan milik semua agama. Tranparansi , keterbukaan,

kesungguhan dan keadilan juga bersifat universal (Didin Hafidhudin dan Hendri

Tanjung, 2009, h. 167). Maka dalam kegiatan muamalah tidak membedakan

agama.

Menurut Statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan

perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup memuaskan, yaitu

tumbuh antara 40-45 % per tahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset,

peningkatan pembiayaan, dan ekspansi pelayanan (jaringan kantor yang

semakin meluas menjangkau 33 provinsi di Indonesia). Sampai dengan

tahun 2015, sudah ada sekitar 12 Bank Umum Syariah (BUS). 22 bank

syariah dalam bentuk Unit UsahaSyariah (UUS). Dan 161 BPRS, dengan

jaringan kantor yang meningkat dari tahun 2009 sebanyak 1,223 menjadi

2,881 pada tahun 2015 (Otoritas Jasa Keuangan, 2015, h. 1).

Tabel 1. 1

Jaringan Kantor Perbankan Syariah

Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

BUS 11 11 11 12 12

UUS 24 24 23 22 22

BPRS 155 158 160 163 161

Jaringan

Kantor

2,101 2,663 2,925 2,910 2,881

Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia

Pada Tabel 1.1 diatas, dapat dilihat perkembangan kelembagaan

perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2011 sampai 2015 dimana

4

jumlah BUS, UUS, BPRS dan jaringan kantor meningkat setiap tahunnya.

Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan perbankan syariah di Indonesia

terus mengalami pertumbuhan yang baik di masyarakat dan dapat dilihat

dari jumlah bank dan jumlah kantor yang terus bertambah.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah, menunjukkan bahwa

pembiayaan murabahahpaling banyak menyalurkan dananya dengan Prinsip

jual-beli, dibandingkan dengan pembiayaan musyarakahdan

pembiayaanmudharabah.

Tabel 1. 2

Pembiayaan Perbankan Syariah (miliar rupiah)

Pembiayaan 2011 2012 2013 2014 2015

Mudharabah 10.229 12.023 13.625 14.354 14.906

Musyarakah 18.960 27.667 39.874 49.387 54.003

Murabahah 56.365 88.004 110.565 117.371 117.777

Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa pembiayaan

perbankan syariah berdasarkan laporan dari statistik perbankan syariah

Indonesia Desember 2011 – 2015. Berdasarkan laporan pembiayaan diatas

menunjukkan pembiayaan musyarakahdan mudharabahpeningkatannya

tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan pembiayaan murabahah. Jadi

dapat disimpulkan bahwa rata-rata masyarakat di Indonesia lebih banyak

menggunakan akad murabahahdibandingkan dengan akad pembiayaan

lainnya.

5

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-

kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun

tersier. Adakalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya dalam perkembangan perekonomian

masyarakat yang semakin meningkat, munculah jasa pembiayaan yang

ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non- bank.

Pembiayaan dikucurkan melalui dua jenis bank, yaitu bank konvensional

maupun bank syariah. Sistem bunga yang diterapkan dalam perbankan

konvensional telah mengganggu hati nurani umat Islam sehingga dicarilah

solusi yang tepat sesuai ajaran Islam salah satunya yaitu perbankan syariah

dengan pembiayaan murabahahnya.

Sementara itu pembiayaan pada bank Syariah dipengaruhi oleh

beberapa faktor makro ekonomi diantaranya faktor tingkat inflasi dan suku

bunga bank. Secara otomatis produk pembiayaan perbankan murabahahpun

dipengaruhi oleh hal-hal tersebut (Nadratuzzaman Hosen, 2016).

Tingkat inflasi dari tahun ketahun dapat dikatakan berfluktuatif (naik

turun), dibuktikan dengan data dari bank Indonesia:

Tabel 1. 3

Perkembangan Inflasi (dalam persen)

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi 3.79 4.30 8.38 8.36 6.38

Sumber : Bank Indonesia

Inflasi yang tinggi dapat memperlambat perekonomian yang akhirnya

mempengaruhi risiko dunia usaha disektor rill. Hal ini tentunya juga akan

6

berpengaruh pada sektor keuangan baik pasar modal maupun perbankan.

Salah satu peningkatan risiko yang dihadapi industri perbankan pada saat ini

adalah peningkatan risiko pembiayaan berupa meningkatnya pembiayaan

bermasalah (Sadhana Priatmadja, 2011).Berdasarkan pernyataan di atas, jika

inflasi mengalami peningkatan maka pembiayaan pada perbankan akan

menurun diakibatkan oleh meningkatnya pembiayaan bermasalah.

Pada kenyataannya yang terjadi pada pembiayaan bank syariah di tahun

2012 dan 2013 mengalami peningkatan, ketika inflasi terus meningkat pada

tahun yang sama. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan di atas yang

menyatakan bahwa apabila inflasi naik maka pembiayaan akan menurun.

Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firaldi(Mufqi

Firaldi, 2013).Dan Nurjaya(Lifstin Wardiantika dan Rohmawati Kusumaningtias,

Oktober 2014). Yang menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh

terhadap pembiayaan murabahah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan syariah di Indonesia

ditinjau dari sisi penawaran adalah Tingkat Bagi Hasil, Ekpektasi

Keuntungan, Pendapatan, Total DPK dan NPF. Pembiayaan syariah

meliputi musyarakah, mudharabah, murabahah dan istisna. Dalam prinsip

bagi hasil, jual-beli dan sewa menyewa masih terjadi ketimpangan yang

sangat jauh.

Pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut UU No. 10

Tahun 1998 Pasal 8 dilakukan berdasarkan analisis dengan menerapkan

prinsip kehati-hatian agar nasabah debitur mampu melunasi utangnya atau

7

mengembalikan pembiayaan sesuai dengan perjanjian sehingga risiko

kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya dapat dihindari.

Pembiayaan yang diberikan kepada para nasabah tidak akan lepas dari

risiko terjadinya non performing financing (pembiayaan bermasalah) yang

pada akhirnya dapat mempengaruhi terhadap kinerja bank syariah tersebut.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya bank syariah senantiasa menerapkan

prinsip kehati-hatian (Amir Machmud R, 2010, h.54).Dengan demikian, bank

syariah dapat lebih berhati-hati dalam penyaluran pembiayaan yang di

berikan kepada nasabah.

Sedangkan kemampuan Perbankan Syariah dalam menghimpun dana

akan ikut menentukan besar-kecilnya peran Perbankan Syariah nasional

dalam perekonomian. Kegiatan penghimpunan dana bank sebagian besar

bersumber dari simpanan nasabah Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK

Perbankan Syariah merupakan pool dana yang dihimpun dari masyarakat

melalui produk-produk penghimpunan dana Bank Syariah, yaitu Giro

Wadi’ah, Tabungan Wadi’ah, Tabungan Mudharabah, dan Deposito

Mudharabah. DPK yang telah dihimpun oleh bank akan dialokasikan untuk

kegiatan yang diperbolehkan menurut syari’ah, untuk menghasilkan

pendapatan. Selain itu, pengalokasian DPK mempunyai beberapa tujuan di

antaranya adalah mencapai tingkat profitabilitas yang diharapkan, tingkat

resiko yang rendah, dan mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan

menjaga agar posisi likuiditas bank tetap aman. Penurunan DPK juga sedikit

banyak akan mempengaruhi Pembiayaan yang Disalurkan (PYD).

8

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui dan

memahami lebih jauh seputar masalah tersebut. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH INFLASI,

NPF (NON PERFORMING FINANCING) DAN DPK (DANA PIHAK

KETIGA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK

SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013-2017”

B. Identifikasi Masalah

Inflasi merupakan gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat

umum dan terus menerus.Hal ini akan berakibat pada kondisi permintaan

terhadap pembiayaan dibank syariah. Kemudian dengan adanya pembiayaan

bermasalah (NPF), bank syariah dapat lebih berhati-hati dalam penyaluran

pembiayaan yang di berikan kepada nasabah. Penyaluran Pembiayaan

sebagian besar bersumber dari simpanan nasabah Dana Pihak Ketiga (DPK).

Penurunan DPK juga sedikit banyak akan mempengaruhi Pembiayaan yang

Disalurkan (PYD).

Berdasarkan latar belakangdiatas, maka penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Pengaruh inflasi terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di

Indonesia.

2. Pengaruh NPF (Non Performing Financing) terhadap pembiayaan

murabahah pada bank syariah di Indonesia.

3. Pengaruh DPK (Dana Pihak Ketiga) terhadap pembiayaan murabahah pada

bank syariah di Indonesia.

9

C. Batasan masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang

hendak ditulis dan agar permasalahan tidak meluas dalam pembahasannya.

Batasan-batasan dalam penulisan ini yaitu, data yang akan digunakan adalah

data sekunder BUS dari Laporan Statistik Perbankan Syariah (SPS) dan data

inflasi pada Bank Indonesia. Data yang dijadikan objek penelitian adalah

data periode 2013-2017.

D. Perumusan Masalah

Dalam rangka memfokuskan pembahasan, maka penulis merumuskan

beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini, yaitu:

1. Apakah Inflasi, NPF dan DPK berpengaruh secara simultan terhadap

pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia?

2. Apakah Inflasi, NPF dan DPK berpengaruh secara parsial terhadap

pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia

3. Variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap

pembiayaan murabahah ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis apakah inflasi, NPF dan DPK berpengaruh secara

simultan terhadap pembiayaan murabahah pada Bank syariah di

Indonesia.

b. Untuk menganalisis variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling

dominan terhadap pembiayaan murabahah.

10

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis

Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu laporan

keuangan sehingga penulis dapat mempraktekkan teori yang didapat

selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan masalah.

b. Bagi Bank Syariah

Diaharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan

informasi yang diperoleh untuk merencanakn suatu strategi baru, serta

peningkatan kinerja dari bank syariah.

c. Bagi akademisi

Diharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan memperkaya

bahan kajian atau referensi untuk penelitian yang akan datang dan dapat

digunakan sebagai bahan pembanding untuk penelitian-penelitian ilmiah

selanjutnya.

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bank Syariah

Bank syariah adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang saat ini telah

diubah dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998 yang melakukan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor

cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah. Bank yang menjalankan kegiatan ushanya dengan didasarkan pada

prinsip syariah dan menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS (Bank

Umum Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah). Bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan

tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah atau biasa disebut dengan

bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan yang kegiatan operasional dan

produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi

SAW. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik utama bank syariah

adalah ketiadaan bunga sebagai representasi dari riba yang diharamkan.

Pada prinsipnya, Bank Syariah adalah sama dengan perbankan

konvensional, yaitu sebagai instrumen intermediasi yang menerima dana

dari orang-orang yang surplus dana (dalam bentuk penghimpunan dana) dan

menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan (dalam bentuk produk

pelemparan dana). Sehingga produk-produk yang disediakan oleh bank bank

konvensional, baik itu produk penghimpunan dana (funding) maupun

12

produk pembiayaan (financing), pada dasarnya dapat pula disediakan oleh

Bank-bank Syariah.

Dilihat dari sistem operasionalnya, bank syariah memiliki perbedaan

yang mendasar dengan perbankan konvensional. Bank Syariah memberikan

layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam sistem operasional

bank syariah, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua

bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal sistem bunga, baik bunga

yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayar

kepada penyimpan dana di bank syariah (Ismail, 2011, h. 31).

Bank Syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang

menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah

menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor

yang menempatkan dananya akan mendapatkan imbalan dari bank dalam

bentuk bagi hasil atau bentuk lainnya yang disahkan dalam syariat Islam.

Bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan pada

umumnya dalam akad jual beli dan kerja sama usaha. Imbalan yang

diperoleh dalam margin keuntungan, bentuk bagi hasil, dan bentuk lainnya

sesuai dengan syariat Islam (Ismail, 2011, h.32).

B. Kegiatan Usaha Bank Syariah

Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara(intermediary)

antara unit-unit yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-

unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui

bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang

13

memperlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.

Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dananya kembali tersebut

yang dalam konteks bank Syariah disebut dengan istilah pembiayaan.

Bank syariah yang terdiri dari BUS, UUS serta BPRS, pada dasarnya

melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank konvensional, yaitu

melakukan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat di samping

penyediaan jasa keuangan lainnya. Perbedaannya adalah seluruh kegiatan

usaha bank syariah, UUS dan BPRS didasarkan pada prinsip syariah (Andri

soemitro, 2010, h.72).

Berdasarkan fungsinya, kegiatan usaha bank syariah adalah

penghimpunan dana (funding) dan penyaluran dana atau pembiayaan

(financing).

1. Penghimpunan dana (funding)

Penghimpunan dana atau disebut funding adalah kegiatan penarikan

dana atau penghimpunan dari masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK)

dalam bentuk simpanan dan investasi berdasarkan prinsip Syariah.

Bentuk simpanan berdasarkan prinsip syariah meliputi giro, tabungan,

dan deposito berjangka. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat

merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank, bisa

mencapai 80% hingga 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank.

Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank

konvensional maupun syariah dilakukan dengan menggunakan

14

instrument tabungan, deposito, dan giro yang secara total biasa disebut

dana pihak ketiga. Akan tet

api, pada bank syariah, klasifikasi penghimpunan dana bank syariah

tidak didasarkan pada nama instrument tersebut melainkanberdasarkan

pada prinsip yang digunakan. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN), prinsip penghimpunan dana yang digunakan dalam

bank syariah ada dua, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah (Rizal

Yaya, Aji Erlangga Martawireja dan Ahim Abdurahim, 2013, h.58).

2. Penyaluran dana atau pembiayaan (financing)

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh

suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.

Bentuk penyaluran dana atau pembiayaan yang dilakukan bank

syariah dalam melaksanakan operasinya secara garis besar dapat

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu prinsip jual beli, bagi hasil dan

sewa menyewa. Bahwasannya Allah telah menganjurkan manusia untuk

berbuat kebaikan dalam bermasyarakat dengan menolong satu sama lain,

salah satu caranya yaitu dengan meminjamkan dengan baik. Dalam hal

ini, Allah berfirman yang artinya:

Artinya : Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang

baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan

dia akan memperoleh pahala yang banyak (al-Hadid: 11).

Dalam hal ini jika ingin berbisnis dengan dananya maka

“bab” nya bisa sangat banyak, baik secara jual-beli, bagi hasil, sewa dan

lain-lain. Memang sangatlah tidak adil jika si pemilik dana telah

15

mengkontribusikan dana bersama mitranya sementara seluruh keuntungan

diambil mitra serta tidak memberikan sesuatu apa pun kepada si investor

(Muhammad Syafi’i Antonio h.72).

C. PEMBIAYAAN

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu

pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. dengan kata lain,

pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi

yang telah direncanakan (Muhammad, 2005, h.16).

Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai usaha pokok yaitu

menghimpun dana secara sementara sebagai lembaga keuangan, dan

kemudian mengalokasikan dana tersebut ke masyarakat yang

membutuhkannya untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian.

Penyaluran dana dalam bank konvensional, kita kenal dengan istilah kredit

atau pinjaman. Sedangkan dalam bank syariah untuk penyaluran dananya

kita kenal dengan istilah pembiayaan.

Dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank

syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam

menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah

menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sifat

pembiayaan, bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi

yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha (Ismail, 2013,

h.106).

16

Menurut Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998, pembiayaan

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Didalam perbankan syariah,

pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada

prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum Islam

(Ismail, 2013, h.106).

Yang dimaksud dengan pembiayaan, berdasarkan pasal 1 butir 25 UU

No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah adalah penyediaan dana

atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: (Wangsawidjaja, 2012,

h.191).

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah.

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam

bentuk Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam dan Istisna.

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk Qardh.

e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi

multijasa.

2. Tujuan Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok,

yakni tujuan tujuan untuk pembiayaan tingkat makro dan tujuan pembiayaan

untuk tingkat mikro. Secara makro pembiayaan memiliki tujuan yaitu :(Rojak

M. Asyari).

17

a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat

mengakses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat

melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf

ekonominya.

b. Tersedianya dana bagi penigkatan usaha, artinya untuk pengembangan

usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat dapat

diperoleh melalui aktifitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana

menyalurkan kepada pihak yang minus dana. Sehingga dapat dapat

tergulirkan.

c. Meningkatkan produktivitas artinya dengan adanya pembiayaan

memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya

produknya. Sebab upaya produksi tidak akan jalan tanpa adanya dana.

d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dibukanya sektor-sektor usaha

melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan

menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka

lapangan kerja baru.

e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif

mampu melakukan aktifitas kerja berarti mereka memperoleh pendapatan

dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan

masyarakat, jika ini terjadi maka akan terdistribusinya pendapatan.

Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka:

1. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki

tujuan tertinggi yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha

18

menginginkan pencapaian laba yang maksimal. Untuk dapat

menghasilkan laba maksimal, maka mereka perlu dukungan dana yang

cukup.

2. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan harus mampu

menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu

meminimalkan resiko yang timbul, resiko kekurangan modal usaha dapat

diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

3. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat

dikembangkan dengan melakukan mixing atau sumber daya alam dengan

sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam

dan SDM ada, sedangkan sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan

perlu pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat

meningkatkan daya guna sumber-sumber ekonomi.

4. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarkat ini ada

pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan.

Dalam kaitannya dengan masalah dana maka mekanisme pembiayaan

dapat menjadi jembatan dalam penyeimbang penyaluran kelebihan dana

dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang (minus) dana.

3. Macam-macam Pembiayaan

Pembiaayaan merupakan salah satu tugas pokok, yaitu pemberian

fasilitas penyedia dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang

merupakan defisit unit. Pembiayaan perbankan syariah menurut sifat

19

penggunaannya dapat dibagi menjadi dua hal yaitu :(Muhammad Syafii Antonio,

2001, h. 160).

a. Pembiayaan yang bersifat produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukkan

untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk

peningkatan usaha, baik untuk usaha produksi, perdagangan maupun

investasi.

b. Pembiayan yang bersifat konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan

untuk penggunaan pemenuhan kebutuhan konsumtif, yaitu yang akan

habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

4. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan pada bank syariah berfungsi membantu

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya.

Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan usaha, dan

lain-lain yang membutuhkan dana.Secara perinci pembiayaan memiliki

fungsi antara lain :(Ismail 2013, h.108).

a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa.

Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya

belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akan

membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan jasa.

b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.

Bank dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak

yang memerlukan dana. Pembiayaan merupakan satu cara untuk

mengatasi gap antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

20

membutuhkan dana. Bank dapat memanfaatkan dana yang idle untuk

disalurkan kepada pihak yang membutuhkan. Dana yang berasal dari

golongan yang kelebihan dana, apabila disalurkan kepada pihak yang

membutuhkan dana, maka akan efektif, karena dana tersebut

dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan dana.

c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga

Ekspansi pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang

beredar, dan peningkatan peredaran uang akan mendorong kenaikan

harga. Sebaliknya, pembatasan pembiayaan, akan berpengaruh pada

jumlah uang yang beredar, dan keterebatasan uang yang beredar di

masyarakat memiliki dampak pada penurunan harga.

d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi

yang ada.

Pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan oleh bank

syariah memiliki dampak pada kenaikan makro-ekonomi. Mitra

(pengusaha), setelah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, akan

memproduksi barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi,

meningkatkan volume perdagangan, dan melaksanakan kegiatan ekonomi

lainnya.

5. Pembiayaan Murabahah

a. Pengertian Murabahah

Salah satu pembiayaan yang dikenal di bank syariah adalah

pembiayaan yang menggunakan akad jual beli. Akad pembiayaan jual beli

21

yang dikembangkan oleh bank syariah adalah tiga akad yaitu al-

murabahah, al-istisna,dan as-salam. Masing-masing jenis akad

pembiayaan jual beli ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Return atas

pembiayaan jual beli berasal dari selisih antara harga jual dan harga beli

yang disebut dengan margin keuntungan.

Menurut karim, Bank Islam. Murabahah, yang bersal dari ribhu (

keutungan), adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah

keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah

bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok

ditambah keuntungan (margin) (Karim, adiwarman, 2004, h. 88).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pembiayaan murabahah

adalah transaksi jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual dan

nasabah sebagai pembeli, dengan penentuan harga jual yaitu harga beli

bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin), sesuai dengan

kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah.

b. Rukun dan Syarat Murabahah

Pada murabahah, untuk terbentuknya akad pembiayaan multiguna di

dalam Islam, harus memenuhi rukun dan syarat murabahah. Menurut

mayoritas (jumhur) ahli-ahli hukum Islam, rukun yang terbentuk akad

murabahah ada lima :(Muhammad Syafii Antonio, 2001, h.102).

1. Adanya penjual (ba’i)

2. Adanya pembeli (musytari)

3. Objek atau barang (mabi’) yang diperjualbelikan

22

4. Harga (tsaman) nilai jual barang berdaskan mata uang

5. Ijab qobul (shigat) suatu pernyataan kehendak oleh masing-masing

pihak yang disebut Ijab dan Kabul.

Sementara itu syarat-syarat murabahah adalah :

1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah

2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan

3. Kontrak harus bebas riba

4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat barang

sesudah pembelian

5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang, jadi disini

adanya unsur keterbukaan.

c. Ketentuan Umum murabahah

Menurut fatwa DSN-MUI No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

murabahah, ketentuan umum dalam pembiayaan di perbankan syariah

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bank dan nasabah harus mengadakan akad murabahah yang bebas

riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak termasuk kategori yang

diharamkan oleh syariat Islam.

3. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

23

4. Bank kemudan menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)

dengan harga jual senilai harga perolehan dotambah keuntungannya.

5. Nasabah membayar harga yang disepakati sesuai jangka waktu yang

disepakati.

6. Bank dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan atau

7. kerusakan akad melalui perjanjian tambahan dengan nasabah.

8. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang

dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah

barang secara prinsip menjadi milik bank.

9. Jika bank menerima permintaan nasabah akan suatu barang atau aset,

ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesan tersebut dan bank

harus menyempurnakan jual beli yang sah dengan pedagang tesebut.

d. Dasar Hukum Murabahah

Setiap pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah tentunya

mempunyai suatu dasar yang kuat untuk dapat melaksanakan hal tersebut.

Pada umumnya dasar-dasar yang digunakan berasal dari kitab suci al-

Quran, sunnah dan fatwa MUI yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah

Nasional. Dasar hukum pelaksanaan murabahah dalam sumber utama

hukum Islam adalah sebagai berikut :

a) Prinsip At-Ta’awun, yaitu saling tolong-menolong dan saling bekerja

sama diantara anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagai mana

dinyatakan dalam Al-Qur’an :

24

ن وٱت قوا ث وٱلعدو وت عاونوا على ٱلب وٱلت قوى ول ت عاونوا على ٱل شديد ٱلعقاب ٱلل إن ٱلل

Artinya: “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Q.S. Al-Maidah : 2)

b) Prinsip menghindari Al-Iktinaz, yaitu saling menahan uang (dana) dan

membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi

yang bermanfaat bagi masyarakat umum, sebagaimana dinyatakan Al-

Qur’an :

لكم ب ي كلوأا أموي ها ٱلذين ءامنوا ل ت طل إلأ أن تكونتج يأ عن رة نكم بٱلب

نكم ت راض ا كان بكم رحيم ٱلل إن أنفسكم ت قت لوأا ول م Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.(QS. An-Nisa : 29)

c) Larangan Memakan Harta Riba

ي ها ٱلذين ءامنوا ل ت عفة ا كلوا ٱلرب وأا أعع يأ وٱت قوا مض

ت فلحون لعلكم ٱلل

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan

riba dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya

kamu mendapat keberuntungan”(QS. Ali-Imran : 130)

d) Tentang Jual Beli

بوا .... م ٱلر ٱلبيع وحر ....وأحل ٱلل

25

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba.(QS. Ali-Imron : 275)

e. Skema Pembiayaan Murabahah

Dalam pembiayaan murabahah, sekurang-kurangnya terdapat dua

pihak yang melakukan trsansaksi jual beli, yaitu bank syariah sebagai

penjual dan nasabah sebagai pembeli barang (Ismail, h. 139).

Gambar 2. 1

Skema Pembiayaan Murabahah

Keterangan :

1. Bank syariah dan nasabah melakukan negosiasi tentang rencana

transaksi jual beli yang akan dilaksanakan. Poin negosiasi meliputi

jenis barang yang akan dibeli, kualitas barang, dan harga jual.

2. Bank syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah, di mana

bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dalam

akad jual beli ini, ditetapkan barang yang menjadi objek jual beli

yang telah dipilih oleh nasabah, dan harga jual barang.

26

3. Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank syariah dan

nasabah, maka bank syariah membeli barang dari supplier/penjual.

Pembelian yang dilakukan oleh bank syariah ini sesuai dengan

keinginan nasabah yang telah tertuang dalam akad.

4. Suplier mengirimkan barang kepada nasabah atas perintah bank

syariah.

5. Nasabah menerima barang dari supllier dan menerima dokumen

kepemilikan barang tersebut.

6. Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan

pembayaran. Pembayaran yang lazim dilakukan oleh nasabah ialah

dengan cara angsuran.

f. Aplikasi Pembiayaan Murabahah Dalam Bank Syariah (Ismail, h.140).

1) Penggunaan Akad Murabahah

a. Pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang sering

diaplikasikan dalam bank syariah, yang pada umumnya digunakan

dalam transaksi jual beli barang investasi dan barang-barang yang

diperlukan oleh individu.

b. Jenis penggunaan pembiayaan murabahah lebih sesuai untuk

pembiayaan investasi dan konsumsi. Dalam pembiayaan investasi,

akad murabahah sangat sesuai karena ada barang yang akan

diinvestasikan oleh nasabah atau akan ada barang yang menjadi

objek investasi. Dalam pembiayaan konsumsi, biasanya barang

yang akan dikonsumsi oleh nasabah jelas dan terukur.

27

2) Barang yang Boleh Digunakan sebagai Objek Jual Beli

a. Rumah.

b. Kendaraan Bermotor dan/atau alat transportasi.

c. Pembelian alat-alat industri

d. Pembelian pabri, gudang, dan aset tetap lainnya.

e. Pembelian aset yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.

3) Bank

a. Bank berhak menentukan dan memilih supplier dalam pembelian

barang. Bila nasabah menunjuk supplier lain, maka bank syariah

berhak melakukan penilaian terhadap supplier untuk menentukan

kelayakannya sesuai dengan kriteria yang diterapkan oleh bank

syariah.

b. Bank menerbitkan purchase order (PO) sesuai dengan kesepakatan

antara bank syariah dan nasabah agar barang dikirimkan ke

nasabah.

c. Cara pembayaran yang dilakukan oleh bank syariah yaitu dengan

mentransfer langsung pada rekening supplier/penjual, bukan

kepada rekening nasabah.

4) Nasabah

a. Nasabah harus sudah cakap menurut hukum, sehingga dapat

melaksanakan transaksi.

b. Nasabah memiliki kemauan dan kemampuan dalam melakukan

pembayaran.

28

5) Supplier

a. Supplier adalah orang atau badan hukum yang menyediakan barang

sesuai permintaan nasabah.

b. Supplier menjual barangnya kepada bank syariah, kemudian bank

syariah akan menjual barang tersebut kepaa nasabah.

c. Dalam kondisi tertentu, bank syariah memberikan kuasa kepada

nasabah untuk membeli barang sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditetapkan dalam akad.

6) Harga

a. Harga jual barang telah ditetapkan sesuai dengan akad jual beli

antara bank syariah dan nasabah dan tidak dapat berubah selama

masa perjanjian.

b. Harga jual bank syariah merupakan harga jual yang disepakati

antara bank syariah dan nasabah.

c. Uang muka (urbun) atas pembelian yang dilakukan oleh nasabah

(bila ada), akan mengurangi jumlah piutang murabahah yang akan

diangsur oleh nasabah. Jika transaksi murabahah dilaksanakan,

maka urbun diakui sebagai bagian dari pelunasan piutang

murabahah sehingga akan mengurangi jumlah piutang murabahah.

Jika transaksi murabahah tidak jadi dilaksanakan (batal, maka

urnbun (uang muka) harus dikembalikan kepada nasabah setelah

dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh bank syariah.

29

7) Jangka Waktu

a. Jangka waktu pembiayaan murabahah, dapat diberikan dalam

jangka pendek, menengah, dan panjang, sesuai dengan kemampuan

pembayaran oleh nasabah dan jumlah pembiayaan yang diberikan

oleh bank syariah.

b. Jangka waktu pembiayaan tidak dapat diubah oleh salah satu pihak.

Bila terdapat perubahan jangka waktu, maka perubahan ini harus

disetujui oleh bank syariah maupun nasabah.

8) Lain-lain

a. Denda atas tunggakan nasabah (bila ada), diperkenankan dalam

aturan perbankan syariah dengan tujuan untuk mendidik nasabah

agar disiplin dalam melakukan angsuran atas piutang murabahah.

Namun pendapatan yang diperoleh bank syariah karena denda

keterlambatan pembayaran angsuran piutang murabahah, tidak

boleh diakui sebagai pendapatan operasional, akan tetapi

dikelompokkan dalam pendapatan nonhalal, yang dikumpulkan

dalam suatu rekening tertentu atau dimasukkan dalam titipan

(kewajiban lain-lain). Titipan ini akan disalurkan untuk membantu

masyarakat ekonomi lemah, misalnya bantuan untuk bencana alam,

beasiswa untuk murid yang kurang mampu, dan pinjaman tanpa

imbalan untuk pedagang kecil.

b. Bila nasabah menunggak terus, dan tidak mampu lagi membayar

angsuran, maka penyelesaian sengketa ini dapat dilakukan melalui

30

musyawarah. Bila musyawarah tidak tercapai, maka

penyelesaiannya akan diserahkan kepada pengadilan agama.

9) Sumber Dana

Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah

dibedakan menjadi tiga kelompok (Adiwarman Karim, 2004, h. 117).

a. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan URIA (Unrestricted

Investment Account) investasi tidak terikat

b. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted

Investment Account) investasi terikat

c. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal bank.

g. Manfaat dan Resiko Pembiayaan Murabahah

Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’ al-murabahah

memeiliki beberapa manfaat demikian juga resiko yang harus diantisipas.

Bai’ al-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah

satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari

penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem ba’i al-

murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan

administrasinya di bank syariah. Diantara kemungkinan resiko yang harus

diantisipasi antara lain sebagai berikut :(Muhammad Syafii Antonio, 2001, h.

106).

1) Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

31

2) Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi bila harga suatu barang di

pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak

bisa mengubah harga jual beli tersebut.

3) penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh

nasabah karena berbagai sebab, bisa jadi karena rusak dalam

perjalanan sehingga nasabah tidak menerimanya. Karena itu,

sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena

nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang

dipesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian

dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank.

Dengan demikian, bank mempunyai resiko untuk menjualnya

kepada pihak lain.

4) Dijual, karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan hutang,

maka ketika kontrak ditandatangani barang itu menjadi milik

nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya

tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika demikian, resiko untuk

default akan besar.

D. Inflasi

1. Pengertian inflasi

Secara umum inflasi dapat didefinisikan sebagai kenaikan harga-harga

barang dan jasa secara terus-menerus pada waktu tertentu. Adapun beberapa

definisi menurut para ahli mengenai inflasi :

32

Menurut Case dan Fair inflasi adalah kenaikan tingkat harga

keseluruhan. itu terjadi ketika harga naik secara serempak. Inflasi dapat

diukur dengan melihat sejumlah besar barang dan jasa dan menghitung

kenaikan harga rata-rata selama beberapa periode tertentu (Case dan Fair, 2004,

h.58).

Menurut Boediono inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk

menaikkan secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali

bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan)

sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 1987, h.161).

Menurut Adiwarman secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat

harga secara umum dari barang/komodits dan jasa selama suatu periode

waktu tertentu (Adiwarman Karim, 2008).

Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh perekonomian.

Sampai dimana buruknya masalah ini berbeda diantara satu waktu ke waktu

yang lain. Tingkat inflasi, yaitu persentasi kecepatan kenaikan harga-harga

dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan untuk menunjukkan sampai

mana masalah ekonomi yang dihadapi (Sadono Sukirno, 2002, h.302). Inflasi

menjadi indikator apakah ekonomi dalam Negara tersebut sedang terpuruk

atau tidak.

Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu kecenderungan

meningkatnya harga umum secara terus-menerus sepanjang waktu. Dan

berdasarkan definisi tersebut kenaikan kenaikan harga umum yang terjadi

33

sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi(Muana Nanga, 2005,

h. 237).

2. Macam-macam Inflasi

Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan

menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan harga-harga

dapat diwujudkan kembali (Sadono Sukirno, 2013, h.333).

a. Inflasi Menurut Asalnya.

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestik inflation)

2) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (imported inflation) (Thamrin

Abdullah dan Francis Tantri, 2014, h.64).

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit

anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru panenan yang

gagal dan sebagainya. Inflasi yang bersal dari luar negeri adalah inflasi yang

tumbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau dinegara-nagara

langganan berdagang negara kita. Kenaikan harga barang-barang yang kita

impor mengakibatkan:

1. Secara langsung kenaikan indeks hidup biaya karena sebagian dari

barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor.

2. Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan ongkos

produksi dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau

mesin-mesin yang harus diimpor.

34

3. Secara tidak langsung menimbulkan kenaikkan harga di dalam negeri

karena ada kemungkinan kenaikan harga barang-barang yang berusaha

mengimbangi kenaikan harga impor tersebut.

Kenaikan penghasilan ini kemudian akan dibelanjakan untuk membeli

barang-barang, bila jumlah barang yang tersedia di pasar tidak bertambah,

akibatnya harga-harga barang lain akan naik pula. Penularan inflasi dari luar

negeri kedalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada negara-negara yang

perekonomiannya terbuka yaitu yang sektor perdagangan luar negerinya

penting seperti Indonesia, Korea, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan

sebagainya. Namun, berapa jauh penularan tersebut terjadi pula tergantung

kepada kebijaksanaan pemerintah yang diambil. Dengan kebijaksanaan-

kebijaksanaan moneter dan perpajakan tertentu. Pemerintah bisa

menetralisasi kecenderungan inflasi yang bersal dari luar negeri tersebut.

b. Inflasi Menurut Tingkat Keparahannya.

1. Moderate Inflation

Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat,

umumnya dikenal dengan inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi seperti

ini masyarakat masih mau untuk memegang uang dan menyimpan

kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.

2. Galloping Inflation

Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai 200%

per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang

uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-

35

aset riil. Masyarakat akan menumpuk barang-barang, membeli properti.

Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan

dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang

tidak akan mau memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga

yang sangat tinggi.

3. Hyper Inflation

Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu

beberapa ratus persen sampai dengan beberapa ribu persen hanya dalam

waktu singkat. Walaupun sepertinya banyak negara yang

perekonomiannya dapat bertahan menghadapi galloping inflation, tetapi

tidak akan pernah ada pemerintahan yang dapat bertahan pada kondisi

hyper inflation.

c. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

Berdasarkan Penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu :(Yoopi Abimanyu, 2004, h.13).

a. Demand-Pull Inflation

Yaitu inflasi yang disebabkan kenaikan permintaan barang dan jasa.

Atau kenaikan harga-harga yang terjadi akibat kenaikan permintaan

agregat (AD) yang lebih besar dari penawaran agregat (AS). Artinya,

inflasi terjadi apabila pendapatan nasional lebih besar dari pendapatan

potensial (Nurul Huda, dkk, 2013, h. 179).

b. Cost-Push Inflation

36

Yaitu inflasi yang disebabkan penurunan penawaran barang dan jasa.

Atau inflasi yang disebabkan karena peningkatan harga akibat naiknya

biaya-biaya. Apabila permintaan terhadap bahanbaku melebihi

penawarannya, maka harga akan naik. Karena para pabrikan

membayar lebih mahal atas bahan baku mereka menetapkan harga

produk akhir yang lebih tinggi kepada pedagang dan pedagang

menaikkan harga berang itu, yang kemudian akan ditanggung oleh

para konsumen (Nurul Huda, dkk, 2013, h. 178).

d. Inflasi Berdasarkan Tingkatannya.

1. Inflasi ringan (di bawah 10% setahun).

2. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun).

3. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun).

4. Hiper inflasi (di atas 100% setahun) (Thamrin Abdullah dan Francis

Tantri, 2014, h.63).

3. Dampak Inflasi

Menurut para ekonom Islam, inflasi sangat buruk bagi perekonomian

kita karena: (Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, 2014, h.63).

a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap

fungsi tabungan (nilai simpanan), fungsi dari pembayaran di muka dan

fungsi dari unit perhitungan.

b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari

masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save)

37

c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-

primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to

Consume).

d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu

penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam

mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah

produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan

lainnya.

4. Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam

Menurut para ekonom Islam, Inflasi berakibat sangat buruk bagi

perekonomian karena empat hal sebagai berikut:(Adiwarman Karim, 2010,

h.140).

a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap

fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi pembayaran dimuka, dan fungsi

unit penghitungan. Akibat beban inflasi tersebut, orang harus

melepaskan diri dari uang dan aset keuangan. Inflasi juga

mengakibatkan terjadinya inflasi kembali atau self feeding inflation.

b. Melemahkan semangat masyarakt untuk menabung (turunnya

marginal propensity to save).

c. Meningkatkan kecenderungan belanja, teritama untuk barang-barang

non primer dan mewah (naiknya marginal propensity to consume).

d. Mengarahkan investasi pada hal-hal tidak produktif seperti

penumpukan kekayaan berupa tanah, bangunan, logam mulia dan

38

mata uang asing serta mengorbankan investasi produktif seperti

pertanian, industri, perdagangan, dn transportasi.

5. Hubungan Inflasi terhadap Pembiayaan Murabahah

Inflasi merupakan kenaikan secara umum dari harga barang-barang

atau komoditas dan jasa secara terus-menerus dalam suatu periode

tertentu. Inflasi dapat menimbulkan gangguan terhadap fungsi tabungan

(nilai simpanan). Bank syariah sebagai salah satu pemain di industri

keuangan tidak luput dari dampak inflasi.

Maka inflasi akan berpengaruh dalam pelaksanaan pembiayaan

murabahah ini adalah sebagai berikut :

a. Secara langsung pada harga barang yang menjadi objek transaksi.

b. Kemampuan nasabah dan bank dikemudian hari apabila terjadi inflasi

yang mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan cicilan.

c. Tingkat keuntungan bank.

d. Jika inflasi meningkat maka harga barang yang menjadi objek

transaksi akan meningkat juga, selera masyarakat menjadi menurun

dan pembiayaan murabahah juga menurun (Saras Pinaringin, 2011,

h.32).

E. NPF (Non Performing Financing)

1. Pengertian NPF

Suatu kredit dinyatakan bermasalah jika bank benar-benar tidak mampu

menghadapi risiko yang ditimbulkan oleh kredit tersebut. Risiko bank tidak

39

bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan bunga dari pinjaman yang

diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya (Zainul Arifin, 2009, h.263).

Adapun menurut Dahlan Siamat pengertian kredit bermasalah atau Non

Performing Financing merupakan sebagai pinjaman yang mengalami

kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor

eksternal diluar kemampuan kendali debitur (Dahla Siamat, 2004, h.174).

NPF secara luas dapat didefinisikan sebagai suatu kredit dimana

pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi

kewajiban nominal yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk

dilunasi atau bahkan tidak dapat ditagih.

Pembiayaan bermasalah tersebut, dari segi produktivitasnya

(performance), yaitu dalam kaitannya dengan kemampuan menghasilkan

pendapatan bagi bank, sudah berkurang / menurun dan bahkan sudah tidak

ada lagi. Dan bahkan dari sisi bank sudah tentu mengurangi pendapatan dan

besarnya biaya pencadangan yaitu Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA),

sedangkan dari sisi rasional, mengurangi kontribusinya terhadap

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan cadangan PPA

untuk Aktiva Produktif ditetapkan paling rendah 1% dari seluruh Aktiva

Produktif yang digolongkan lancar (Wangsawidjaja, 2012, h.90).

Kelancaran atau ketidaklancaran nasabah dalam membayar

kewajibannya kepada bank, seperti membayar angsuran pokok maupun bagi

hasil/profit margin pembiayaan, menyebabkan adanya kolektabilitas

40

pembiayaan. Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan

menjadi lima macam adalah sebagai berikut:(Muhammad, 2002, h.55).

a. Lancar (L) atau kolektabilitas 1

Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan

pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.

b. Dalam perhatian khusus (DPK) atau kolektabilitas 2

Kredit dalam perhatian khusus adalah kredit yang pengembalian pokok

pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama

1 bulan dari waktu yang diperjanjikan.

c. Kurang Lancar (KL) atau kolektabilitas 3.

Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman

dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 bulan

dari waktu yang diperjanjikan.

d. Diragukan (D) atau kolektabilitas 4

Kredit yang diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman

dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan

atau 2 kali dari jadwal yang diperjanjikan.

e. Macet (M) atau kolektabilitas 5

Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun

sejak jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikan.

41

Tujuannya untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang

dihadapi oleh bank.Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas

pembiayaan bank syariah semakin buruk (Bank Indonesia).

Rumus:

Pembiayaan: pembiayaan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank

Indonesia mengenai kualitas aset Bank Umum.

Total pembiayaan: total pembiayaan dihitung berdasarkan nilai tercatat

dalam neraca secara gross (Ikatan Bangkir Indonesia, 2014, h.285).

Cakupan komponen pembiayaan dan kolektibitas pembiayaan

berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang penilaian Kualitas

Aktiva Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah yang berlaku.

Total pembiayaan adalah keseluruhan pembiayaan (kredit) yang

diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain).

Pembiayaan non lancar adalah pembiayaan (kredit) dengan kualitas kurang

lancar, diragukan dan macet dan angka tersebut dihitung proposisi (tidak

disetahunkan).

Kriteria penilaian peringkat:(Bank Indonesia).

1. Peringkat 1, NPF < 2%

2. Peringkat 2, 2% ≤ NPF < 5%

3. Peringkat 3, 5% ≤ NPF < 8%

4. Peringkat 4, 8% ≤ NPF < 12%

42

5. Peringkat 5, NPF ≥ 12%

2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah merupakan sumber permasalahan bank.

Adanya pembiayaan bermasalah ini dapat disebabkan oleh banyak faktor.

Terjadinya kredit bermasalah disebabkan beberapa faktor diantaranya:

(Siswanto Sutojo, 2008, h.18).

a. Faktor Internal

1) Rendahnya kemampuan atau ketajaman bank melakukan analisis

kelayakan permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur.

2) Lemahnya sistem administrasi kredit atau pembiayaan serta sistem

administrasi bank.

3) Campur tangan yang berlebihan dari para pemegang saham

4) Pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna.

b. Faktor Debitur

1) Salah urus atau missmanagement

2) Kurangnya pengalaman dan pengetahuan pemilik dalam bidang usaha

yang dijalani

3) Penipuan

c. Faktor Eksternal

1) Perkembangan kondisi ekonomi atau bidang usaha yang merugikan

2) Bencana alam

3) Regulasi pemerintah

43

3. Dampak Pembiayaan Bermasalah

Adanya pembiayaan bermaalah ini akan memberikan dampak negatif

kepada beberapa pihak. Terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan dari

pembiayaan bermasalah diantaranya adalah:(Siswanto Sutojo, 2008, h.18).

a. Bank yang bersangkutan akan mengalami gangguan profitabilitas untuk

menutupi cadangan pembiayaan bermasalah.

b. Jumlah modal bank akan terkikis dan menurunkan rasio kecukupan

modal bank.

c. Nasabah sendiri akan kehilangan kepercayaan pihak luar dan relasi

bisnis, serta citra dan nama baik yang rusak. Sementara nasabah lainnya

akan kesulitan mendapatkan pembiayaan dari bank yang bersangkutan.

d. Perputaran dana bank di masyarakat akan terhenti.

e. Pengusaha didalam negeri akan kehilangan kesempatan untuk

mendapatkan pembiayaan untuk ekspansi usahanya.

4. Hubungan NPF (Non Performing Financing) terhadap Pembiayaan

Murabahah

Non Performing Financing (NPF) merupakan indikator yang digunakan

untuk menunjukkan kerugian akibat resiko pembiayaan. Semakin besar NPF

menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan bermasalah. Tingkat NPF

yang tinggi mengakibatkan bank mengalami kesulitan dan penurunan

tingkat kesehatan bank, sehingga bank diharapkan tetap menjaga kisaran

NPF dalam tingkat yang wajar telah ditetapkan oleh BI yaitu minimum 5%.

Apabila tingkat NPF di atas 5% maka pihak bank semakin berhati-hati dan

44

mengurangi pembiayaan yang disalurkan (Lifstin Wardiantika dan Rohmawati

Kusumaningtias, 2014, h.1558).

F. Dana Pihak Ketiga (DPK)

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga

Menurut Arifin Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari

masyarakat, dalam arti masyarakat sebagi individu, perusahaan,

pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam

mata uang rupiah maupun dalam valuta asing (Zainul Arifin,2006, h.98). Pada

sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana

terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai

penghipun dana dari masyarakat. Dana piha ketiga adalah dana yang

dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian

penyimpanan dana dalam bentuk giro, tabungan, simpanan berjangka dan

sertifkat depositoatau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dengan

menggunakan prinsip syariah. Menurut Riyadi, dana yang berasal dari

masyarakat biasa disebut dana pihak ketiga (DPK), sedangkan yang

berasal dari pasar uang disebut dana pihak kedua (Slamet Riyadi,2006, h.63).

2. Macam-macam Dana Pihak Ketiga

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan

operasional bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana

ini. Menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998 sumber dana yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

45

Dana Pihak Ketiga = Giro + Deposito + Tabungan

Yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu giro, deposito dan

tabungan. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut: (Zainul Arifin, 2006).

a. Giro

Giro yang ada pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya

tetap sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar

apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya layanan

(service charge). Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam

operasional bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai

nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman

depositor kepada bank. Beberapa ulama memandang giro sebagai

kepercayaan, dimana dana yang diterima bank sebagai simpanan untuk

keamanan (wadi’ah yad al dhamanah).

b. Tabungan

Tabungan dibank konvensional berbeda dari giro dimana ada

beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik tabungan

biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga,

tabungan juga mempunyai sifat yang sama kecuali bahwa penabung tidak

memperoleh hasil yang pasti. Menurut ulama, penabung boleh menerima

hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank setuju

dan setuju untuk berbagi resiko dengan bank.

c. Deposito

46

Deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran

kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah ditetapkan

sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti

dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank. Oleh

karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau simpanan

investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal jatuh tempo

yang berbeda-beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi

satu dengan rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana

utama bagi kegiatan utama (financing).

3. Hubungan DPK terhadap Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan adalah salah satu aktiva produktif yang merupakan

lawan daripada dana pihak ketiga (DPK). Karenanya permintaan dan

penawaran terhadap pembiayaan tentunya juga haruslah

mempertimbangkan faktor likuiditas dalam penghimpunan DPK karena

semakin meningkat DPK yang dikumpulkan bank syariah maka

kemungkinan semakin meningkat pula pembiayaan atau penyaluran dana

yang diberikan bank syariah kepada masyarakat. Sehingga hubungan

DPK terhadap pembiayaan murabahah adalah signifikan positif. Jadi jika

jumlah DPK meningkat maka pembiayaan murabahah yang diberikan

oleh bank syariah juga meningkat (Saras Pinaringin, 2011,h. 26).

47

G. Review Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1

Penelitian Terdahulu

No Penulis, Judul Isi Penelitian Perbedaan

1. Endang Nurjaya,

skripsi S1, Analisis

Pengaruh Inflasi,

Sertifikat Bank

Indonesia (SBIS),

Non Performing

Financing (NPF) dan

Dana Pihak Ketiga

(DPK) terhadap

Pembiayaan

Murabahah pada

Bank Syariah di

Indonesia. Periode

Januari 2007-Maret

2011. Skripsi S1.

Fakultas Ekonomi

dan Bisnis. UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2011

Isi penelitian ini

menunjukkan bahwa

variabel Inflasi, SBIS,

NPF, dan DPK

berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap

pembiayaan

murabahah. Dari uji

parsial inflasi, NPF dan

DPK berpengaruh

siginifikan poitif

terhadap pembiayaan

murabahah, sedangkan

variabel SBIS

berpengaruh signifikan

negatif terhadap

pembiayaan

murabahah.

Penulis pada skripsi

ini menggunakan 4

variabel yaitu Inflasi,

SBIS, NPF dan DPK

sebagai variabel

dependennya

sedangkan penulis

hanya menggunakan

3 variabel yaitu

Inflasi, NPF dan

DPK.

2. Lifstin Wardiantika

dan Rohmawati

Kusumaningtias

PENGARUH DPK,

CAR, NPF, DAN

SWBI TERHADAP

PEMBIAYAAN

PADA BANK

UMUM SYARIAH

TAHUN 2008-2012.

Jurnal Jurusan

Manajemen, fakultas

Ekonomi,

Universitas Negeri

Surabaya, Kampus

Isi penelitian ini

menyatakan bahwa

DPK, CAR, NPF dan

SWBI berpengaruh

signifikan secara

simultan terhadap

pembiayaan murabahah

pada bank umum

syariah. Sedangkan dari

uji secara parsial DPK

berpengaruh positif

terhadap pembiayaan

murabahah. NPF

berpengaruh negatif

terhadap pembiayan

Perbedaan pada

skripsi ini terletak

pada variabel yang

digunakan. Pada

skripsi ini

menggunakan

variabel CAR dan

SWBI sedangkan

penulis

48

No Penulis, Judul Isi Penelitian Perbedaan

Ketintang Surabaya

60231.

murabahah. Sedangkan

CAR dan SWBI tidak

berpengaruh

pembiayaan

murabahah.

menggunakan

variabel Inflasi.

Persamaan dari

skripsi ini yaitu sama

sama menggunakan

variabel

dependennya

Pembiayaan

murabahah dan

variabel

independennya

menggunakan

variabel NPF dan

DPK.

3. Puspita, Skripsi S1.

Fakultas Ekonomi,

ANALISIS

PENGARUH

SERTIFIKAT

BANK INDONESIA

SYARIAH (SBIS),

DANA PIHAK

KETIGA (DPK)

DAN NON

PERFORMING

FINANCING (NPF)

TERHADAP

Penelitian ini fokus

membahas SBIS, DPK

DAN NPF terhadap

pembiayaan Murabahah

perbankan syariah di

Indonesia.

Perbedaan pada

skripsi ini terletak

pada variabel yang

digunakan. Pada

skripsi ini

menggunakan

variabel SBIS

49

No Penulis, Judul Isi Penelitian Perbedaan

PEMBIAYAAN

MURABAHAH

PERBANKAN

SYARIAH DI

INDONESIA

PERIODE

JANUARI 2008-

SEPTEMBER 2013.

dan Bisnis. UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2014.

sedangkan penulis

menggunakan

variabel Inflasi.

Persamaan dari

skripsi ini yaitu sama

sama menggunakan

variabel

dependennya

Pembiayaan

murabahah dan

variabel

independennya

menggunakan

variabel NPF dan

DPK.

4 Supandi Rahman,

Rio Monoarfa,

Mahdalena, Jurnal

2013, Pengaruh

Tingkat Inflasi dan

Suku Bunga Bank

Konvensional

terhadap Permintaan

Pembiayaan

Murabahah pada

Bank Syariah di

Isi penelitian ini

menyatakan bahwa

inflasi berpengaruh

positif namun tidak

signifikan terhadap

pembiayaan murabahah

pada bank sayriah di

Indonesia, dan terdapat

pengaruh dari inflasi

dan suku bunga bank

konvensional secara

Perbedaan dari isi

penilitian ini dari

variabel yang

digunakan pada

skripsi ini hanya

menggunakan

50

No Penulis, Judul Isi Penelitian Perbedaan

Indonesi. Periode

2008-2012.

simultan terhadap

pembiayaan murabahah

di bank syariah

Indonesia.

variabel inflasi dan

suku bunga bank

konvensional

sedangkan penulis

menggunakan

variabel Pembiayaan

Murabaha, Inflasi,

NPF dan DPK dan

persamaan dari

penelitian ini adalah

sama-sama

menggunakan

variabel pembiayaan

murabahah dan

inflasi.

5 Mufqi Firaldi,

Skripsi S1,

ANALISIS

PENGARUH

JUMLAH DANA

PIHAK KETIGA

(DPK), NON

PERFORMING

FINANCING (NPF)

DAN TINGKAT

INFLASI

Isi penilitian ini

mengindikasikan bahwa

DPK berpengaruh

signifikan positif

terhadap pembiayaan

murabahah. NPF

berpengaruh signifikan

negatif terhadap

pembiayaan

murabahah. Inflasi

tidak berpengaruh

Perbedaan pada

penelitian ini hanya

terletak pada objek

penelitian. Penulis

meneliti pada BUS

dan UUS sedangkan

51

No Penulis, Judul Isi Penelitian Perbedaan

TERHADAP

TOTAL

PEMBIAYAAN

YANG

DIBERIKAN OLEH

BANK

PEMBIAYAAN

RAKYAT

SYARIAH (BPRS)

DI INDONESIA.

terhadap pembiayaan

murabahah.

penelitian yang

dilakukan Mufqi

yaitu BPRS sebagai

objek penelitiannya.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka penulis perlu

menyusun sistematika sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan hasil

penelitian yang baik dan mudah dipahami. Adapun sistematika tersebut

adalah sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan, dalam bab ini akan menguraikan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta

sistematikanya penulisannya.

Bab II. Landasan Teori, dalam bab ini akan menguraikan kajian teoritis

yang meliputi pengertian pengertian Inflasi, NPF, DPK dan Pembiayaan

Murabahah.

Bab III. Metode Penelitian, dalam bab ini akan menguraikan metode

penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yang meliputi: ruang

lingkup penelitian, Metode pengumpulan Data, dan metode Analisis Data.

52

Bab IV. Analisis Data dan Pembahasan, dalam bab ini penulis akan

membahas tentang profil obyek penelitian, pengujian dan hasil analisa data,

pembuktian hipotesis dan pembahasan hasil analisa data.

Bab V. Penutup, bab ini merupakan bab Penutup yang berisi kesimpulan

dan saran-saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya yang

dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelititan ini adalah membahas mengenai

pengaruh inflasi, NPF dan DPK terhadap pembiayaan murabahah. Objek

penelitian ini adalah pembiayaan murabahah, inflasi, NPF dan DPK pada

bank syariah di Indonesia. Perbankan syariah yang dijadikan sampel adalah

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, data yang digunakan

merupakan data bulanan periode 2013 januari sampai dengan tahun 2017

Desember. Variabel-variabel yang menjadi objek penelitian ini adalah:

1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel dependen merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk

menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas (Ety Rochaeti dkk,

2007, h.11). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah pembiayaan murabahah.

2. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian

ini berupa:

a. Inflasi merupakan kenaikan tingkat harga secara umum dari

barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu yang

dinyatakan dalam persentase tertentu berdasarkan Indeks harga

54

Konsumen (IHK). Data laju dapat bersumber dari Badan Pusat Staistik

dan Laporan Bank Indonesia yang dinyatakan dalam bentuk persen (%)

dari periode tahun 2013 januari -2017 desember.

b. Non Profit Financing (NPF) merupakan jumlah kredit yang tergolong

lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet

berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.

Data laju NPF diambil dari laporan Statistik Perbankan Syariah dalam

bentuk persen.

c. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana

dalam bentuk giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat deposito

atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dengan menggunakan

prinsip syariah. Data laju DPK diambil dari laporan Statistik Perbankan

syariah dalam bentuk miliaran rupiah.

B. Metode Pengumpulan Data

Data adalah keterangan mengenai variabel pada sejumlah objek. Data

menerangkan objek-objek dalam variabel tertentu(Purwanto, 20012, h.213).

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif. Data kuantitatif

merupakan data yang didominasi oleh angka. Data ini mempresentasikan

satu ukuran kuantitatif objek yang diteliti dalam suatu ukuran tertentu

(Muhammad Idrus, 2009, h.84).Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder, data tersebut diperoleh dari laporan bulanan periode

2013Januari sampai dengan tahun 2017 Desember yang ada di situs Bank

55

Indonesia (www.bi.go.id), dan/atau pun data yang diperoleh dalam situs

bank umum syariah dan unit usaha syariah yang menjadi objek penelitian.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan

penelitian ini adalah Library Research.

Library Research adalah sumber pustaka yang dapat digunakan dalam

penelitian. Seperti halnya buku teks, ensiklopedia, jurnal, dan berbagai

macam artikel tentang bisnis dan ekonomi lazim dipergunakan oleh para

peneliti. Abstraksi penelitian yang telah dilakukan juga merupakan sumber

yang baik. Beberapa data yang berhubungan dengan perkembangan bisnis

yang berupa informasi statistik dapat diperoleh melalui berbagai lembaga,

baik lembaga pemerintahan, universitas, asosiasi perusahaan, maupun media

massa (Mudrajad Kuncoro,2009, h.36-37).

C. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data ini dilakukan berdasarkan metode statistika

inferensial dengan menggunakan aplikasi SPSS 22. Hasil pengolahan data

statistik akan disajikan dalam bentuk tabel.

1. Uji Asumsi klasik Regresi

Model regeresi yang digunakan akan benar-benar meunjukkan hubungan

yang signifikan dan representatif atau disebut BLUE (Best Linier

Unbiased Estimator), maka model regresi tersebut memenuhi asumsi

klasik regresi, maka asumsi dasar tersebut adalah apabila tidak terjadi

gejala autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinieritas diantara

variabel bebas dalam regresi tersebut. Setelah model yang akan diuji

56

bersifat BLUE, maka selanjutnya adalah dilakukan pengujian statistik,

yaitu t hitung, dan f hitung. Uji asumsi klasik regresi linier berganda

menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Solution) (V.

Wiratna Sujarweni, 2015, h.232).

2. Uji Normalitas

Uji asumsi ini akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel

terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi

normal atau berdistribusi tidak normal (Danang Suyanto, 2009,

h.84).Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel

bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau

normal sama sekali. Tujuan Uji Normalitas adalah ingin mengetahui

apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi

normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data

yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal,

yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke

kanan (Singgih Santoso, 2012, h.42). Uji asumsi klasik normalitas ini ada dua

cara, yaitu:

3. Cara Grafik Histogram dan Normal Probability Plots

Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data berdistribusi normal

atau tidak, cukup membandingkan antara data riil/nyata dengan garis

kurva yang terbentuk, apakah mendekati normal atau memang normal

sama sekali. Jika data riil membentuk garis kurva cenderung tidak simetri

terhadap mean (U) maka dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal,

57

dan sebaliknya. Cara grafik histogram lebih sesuai untuk data yang

sedikit karena interpretasinya dapat menyesatkan (Danang Suyanto, 2009,

h.8). Cara normal probability plot lebih andal daripada cara grafik

histogram karena cara ini membandingkan data riil dengan data distribusi

normal (otomatis oleh komputer) secara komulatif. Suatu data dikatakan

berdistribusi normal jika garis data riil mengikuti garis diagonal.

4. Uji Kolmogorov-Smirnov

Uji ini untuk menguji apakah pengamatan distribusi secara normal atau

tidak, uji ini menggunakan kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas

dapat dilihat sebagai berikut: ( V. Wiratna Sujarweni, h. 232-234).

a) Jika nilai risidual (2-tailed) untuk data < 0,05, maka signifikansi

risidualnya tidak berdistribusi normal.

b) Jika nilai risidual (2-tailed) untuk data > 0,05, maka signifikansi

risidualnya berdistribusi normal.

5. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam

suatu model. Kemiripan antar variabel independen akan mengakibatkan

korelasi yang sangat kuat. Selain itu uji ini juga untuk menghindari

kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada

uji parsial masing-masing variabel independen terhadapa variabel

independen. Jika VIF yang dihasilkan diantara 1-10 maka tidak terjadi

multikolinieritas (V. Wiratna Sujarweni, h.234).

58

6. Uji Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau

tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi

yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama, disebut terjadi

homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak sama/ berbeda disebut

terjadi heteroskedastisitas. Misalkan:(Danang Suyanto, 2009, h. 82).

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik

scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas

(sumbu X=Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan

variabel terikat (sumbu Y= Y prediksi – Y riil). Homoskedastisitas

terjadi jika pada scatterplot titik – titik hasil pengolahan data antara

ZPRED dan SRESID menyebar di bawah ataupun di atas titik origin

(angka 0) pada sumbu Y dan titik mempunyai pola yang teratur.

Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik – titiknya

mempunyai pola yang teratur, baik menyempit, melebar maupun

bergelombang – gelombang.

7. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi

linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi.Autokorelasi muncul karena

observasi yang beruntutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas

59

dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada

data runtut waktu atau time series karena gangguan pada seseorang

individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Untuk

mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat

pada buku statistik yang relevan. Namun demikian, secara umum bisa

diambil patokan: (Singgih Santoso, 2012, h.243).

1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.

3. Maka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data-data yang diperoleh yaitu

untuk mengetahui pengaruh antara inflasi, NPF, dan DPK terhadap

pembiayaan murabahah dengan menggunakan software SPSS versi 22.

Metode analisis yang digunakan adalah metode Regresi Linier Berganda.

Regresi linier berganda digunakan untuk menguji lebih dari satu variabel

bebas terhadap variabel yang tidak bebas(Tonny Wijaya, 2009, h.99).

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berkaitan dengan studi mengenai ketergantungan satu

variabel, yaitu variabel dependen, terhadap satu atau lebih variabel lainnya,

yaitu variabel penjelas, dengan tujuan untuk mengestimasi atau

memperkirakan nilai rata – rata (populasi) variabel dependen dari nilai yang

diketahui atau nilai tetap dari variabel penjelas (dalam sampling berulang

60

atau repeated sampling) (Damodar N. Gujarati, 2010,h.20).Analisis regresi dapat

diartikan dengan suatu metode dalam melakukan penelitian yang

mengarahkan nilai – nilai dari variabael – variabel yang akan di uji dan di

teliti.

Regresi linier berganda adalah regresi di mana variabel terikat (Y)

dihubungkan/dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga, dan

seterusnya variabel bebas (X1, X2, X3, ..., Xn) namun masih menunjukkan

diagram hubungan yang linier. Penambahan variabel bebas ini diharapkan

dapat lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang ada, walaupun masih

saja ada variabel yang terabaikan (M. Iqbal Hasan, 2008, h.254). Rumus umum

dari regresi linier berganda ini adalah: (Husein Umar, 2003, h. 173-174).

Y = a + b X1 + c X2 + ... + k Xk + e

Koefisien a, b, c, ...k dapat dicari dengan berbagai cara, misalnya

dengan cara kuadrat terkecil dan matriks. Perhitungan yang dilakukan

secara manual akan lebih tidak efektif bila dibandingkan dengan memakai

alat bantu komputer. Sekarang telah banyak beredar paket softwerekomputer

yang dapat membantu pengolahan statistika termasuk topik regresi, seperti

misalnya paket-paket SPSS, SAS, Microstat, bahkan aplikasi spreadsheet

pada Excel yang menggunakan operasi windows maupun Lotus yang

menggunakan operasi DOS.

Penelitian ini, yang menjadi variabel terikat (dependen) adalah

pembiayaan murabahah, sedangkan variabel bebas (independen) adalah

inflasi, NPF, dan DPK.

61

Persamaan analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b X1 + c X2 + ... + k Xk + e

Keterangan :

Y = Pembiayaan murabahah

α = Konstanta

a, b, c, ... k = Koefisien regresi

X1 = Inflasi

X2 = NPF

X3 = DPK

e = Error term (kesalahan pengganggu)

a. Uji Hipotesis / Parsial (uji t)

Uji hipotesis t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaaruhnya

satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah satu

parameter (bi) sama dengan nol, atau:

H0: b1 = 0

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha),

parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

Ha: b1 ≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2009, h. 238).

Cara melakukan uji t adalah dengan cara sebagai berikut:(V. Wiratna

Sujarweni, h. 238).

1) Pengujian t test menggunakan uji dua sisi

62

Jika t tabel < t hitung < t tabel maka H0diterima.

Jika t hitung< t tabel dan t hitung > t tabel maka H0 di tolak, atau

Jika p < 0,05, maka H0ditolak dan Ha diterima.

Jika p > 0,05, maka H0diterima dan Ha ditolak.

b. Uji Simultan (UjiF)

UjiF pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimaasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama

terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah

apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

H0: b1 = b2 = … = bk = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha),

tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

Ha: b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Mudrajad Kuncoro,

2009, h.239). Cara melakukan uji F adalah dengan cara sebagai berikut:(V.

Wiratna Sujarweni, h.241).

1) Jika Fhitung > F tabel, maka H0ditolak dan Haditerima.

Jika F hitung< F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, atau

Jika p < 0,05, maka H0ditolak dan Ha diterima.

Jika p > 0,05, maka H0diterima dan Ha ditolak.

c. Koefisien Determinasi (R2)

63

Koefisisen determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai

koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas (Mudrajad Kuncoro, 2009, h.

240).Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen.

Namun penggunaan koefisien determinasi R2 memiliki kelemahan,

yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam

model. Setiap tambahan satu variabel maka R2 meningkat tidak peduli

apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel atau

tidak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan nilai R square

(Gunawan Sudarmanto, h.87).

E. Kerangka Berfikir

Perumusan hipotesis dari teori dilakukan berdasarkan argumentasi

tertentu yang dituangkan peneliti dalam kerangka berfikir.

64

Gambar 3. 1

Kerangka Pemikiran Teoritis

A.

Bank Indonesia

Bus dan Uus

Hipotesis

Uji Asumsi Klasik

Uji Autokorelasi Uji

Heteroskesdetisita

ss

Uji Multikolinear Uji Asumsi

Normalitas

Analisa Regresi Linear Berganda

Uji F secara Simultan

Koefisien Determinasi

Uji T secara Parsial

NPF

DPK

Inflasi

Pembiayaan Murabahah

Interpretasi

65

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap apa yang diteliti.

Dugaan tersebut didasarkan teori ataupun berdasarkan atas penelitian

terdahulu tentang hal tersebut.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka

hipotesis yang diajukan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.

a. Inflasi terhadap murabahah

H0: Diduga tidak ada pengaruh signifikan dari inflasi terhadap

pembiayaan murabahah.

b. NPF terhadap murabahah

H0: Diduga tidak ada pengaruh signifikan dari NPF terhadap pembiayaan

murabahah.

c. DPK terhadap murabahah

H0: Diduga tidak ada pengaruh signifikan dari DPK terhadap pembiayaan

murabahah.

d. Inflasi, NPF, dan DPK terhadap Murabahah

H0: Inflasi, NPF dan DPK diduga ada pengaruh secara simultan terhadap

pembiayaan murabahah

66

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan sampel data inflasi dari Bank Indonesia dan

laporan data Statistik Perbankan Syariah Indonesia periode 2013-2017.

Dalam hal ini pertimbangan yang diambil adalah data bulanan inflasi pada

Bank Indonesia serta NPF dan DPK pada data Statistik Perbankan Syariah

Indonesia.

A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Perkembangan Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah salah satu produk yang dikeluarkan oleh perbankan

syariah di Indonesia. Hal ini menunjukkan eksistensi dalam perekonomian

di Indonesia saat ini. Pembayaan murahahah adalah pembiayaan yang

dialokasikan oleh perbankan syariah untuk hal jual beli. Jadi, bisa dikatakan

juga bahwa perjanjian yang dilakukan oleh perbankan syariah di indonesia

untuk para nasabah untuk melakukan jual beli. Produk murabahah ini biasa

digunakan untuk pembiayaan properti, pembelian kendaraan, pembelian

kebutuhan konsumtif, pembelian kebutuhan barang dagangan dan

kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Salah satu contoh yaitu, jika nasabah membutuhkan pembiayaan untuk

membeli motor atau mobil nasabah akan mengajukan daftar pembelian

motor atau mobil yang berisikan klarifikasi atau spesifikasi tentang motor

atau mobil yang diharapkan oleh nasabah. Secara konsep, bank syariah akan

membelikan motor atau mobil yang dimintakan oleh nasbah tersebut, yang

67

kemudian akan dijual kembali oleh nasabah dengan menambahkan

keuntungan atau margin bank. Sehingga dalam transaksinya akan ada harga

beli (harga pokok pembelian barang), ada margin (keuntungan yang diambil

oleh bank) serta ada harga jual (harga pokok ditambah dengan margin

keuntungan). Dibawah ini merupakan tabel perkembangan pembiayaan

murabahah dari periode tahun 2013 Januari – 2017 Desember.

Tabel 4. 1

Perkembangan Pembiayaan Murabahah

2013-2017 (dalam miliaran rupiah)

Bulan 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 89.655 109.803 115.979 122.287 138.498

Februari 92.792 110.047 116.268 122.042 139.075

Maret 97.415 111.727 117.358 122.168 140.611

April 98.368 112.288 117.21 122.981 141.274

Mei 100.184 112.82 117.777 124.339 142.988

Juni 102.588 114.322 118.612 126.179 145.004

Juli 104.718 114.128 117.948 125.635 143.036

Agustus 105.061 114.002 118.317 125.478 144.329

September 106.779 114.891 119.396 136.830 146.366

Oktober 107.484 115.088 119.456 137.193 148.140

68

November 108.128 115.602 120.333 138.823 148.636

Desember 110.565 117.371 122.111 139.536 150.312

Sumber : Statistik Perbankan Syariah

Grafik 4. 1

Perkembangan Pembiayaan Murabahah (dalam miliaran)

Sumber : Statistik Perbankan Syariah

Sesuai dengan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 di atas diketahui bahwa

pembiayaan dari tahun 2013-2017 mengalami peningkatan. Terlihat pada

tahun 2013-2017 kenaikan pembiayaan murabahah mengalami peningkatan

yang signifikan. Ini berarti masyarakat lebih dominan terhadap produk

pembiayaan murabahah. Hal ini disebabkan karena pembiayaan murabahah

memiliki resiko yang kecil dari pembiayaan yang ditawarkan perbankan

syariah.

2. Perkembangan Inflasi

Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh perekonomian.

Sampai dimana buruknya masalah ini berbeda di antara satu waktu ke waktu

yang lain. Tingkat inflasi, yaitu persentasi kecepatan kenaikan harga-harga

69

dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan untuk menunjukkan sampai

di mana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sadono Sukirno, 2002, hal.

302). untuk mengetahui perkembangan inflasi dari periode tahun 2013

Januari - 2017 Desember dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2

sebagai berikut:

Tabel 4. 2

Perkembangan Tingkat Inflasi 2013-2017 (dalam persen)

Bulan 2013 2014 2015 2016 1017

Januari 4,57 8,22 6,96 4,14 3,49

Februari 5,31 7,75 6,29 4,42 3,83

Maret 5,90 7,32 6,38 4,45 3,61

April 5,57 7,25 6,79 3,60 4,17

Mei 5,47 7,32 7,15 3,33 4,33

Juni 5,90 6,7 7,26 3,45 4,37

Juli 8,61 4,53 7,26 3,21 3,88

Agustus 8,79 3,99 7,18 2,79 3,82

September 8,40 4,53 6,83 3,07 3,72

Oktober 8,32 4,83 6,25 3,31 3,58

November 8,37 6,23 4,89 3,58 3,30

Desember 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61

70

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4. 2

Perkembangan Tingkat Inflasi (dalam persen)

Sumber : Bank Indonesia

Sesuai dengan Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 di atas perkembangan inflasi

fluktuasi pada setiap bulan dan tahunnya, contohnya pada bulan januari

2011 sebesar 7,02% dan menurun drastis pada desember 2011 sebesar

3,79% dan terus menurun hingga awal Januari tahun 2012 sebesar 3,65%

sedangkan inflasi pada pertengahan tahun bulan 2012 mengalami kenaikan

sebesar 4,56%. Pada pertengahan tahun 2013 bulan Juli inflasi mengalami

kenaikan yang signifikan sebesar 8,61% yang disebabkan oleh tiga faktor.

Pertama, kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya

nilai tukar rupiah. Kedua, adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang

tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitasnya. Ketiga, adanya kenaikan

harga BBM (Anwar Nasution, 2013). Pada Januari tahun 2014 inflasi sedikit

menurun sebesar 8,22% dan terus menurun hingga bulan Agustus tahun

2014 sebesar 3,99% akan tetapi pada Desember tahun 2014 mengalami

71

kenaikan signifikan sebesar 8,36% dan terus mengalami fluktuasi hingga

bulan Desember 2015 sebesar 3,35%.

3. Perkembangan NPF (Non Profit Financing)

Pembiayaan non lancar atau yang juga dikenal dengan istilah NPF (Non

Performing Financing) dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang

tergolong lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank

Indonesia tentang kualitas aktifa produktif. Rasio antara pembiayaan yang

bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah

berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Perkembangan NPF periode tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Tabel 4.3

dan Gambar 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4. 3 Perkembangan NPF (Non Performing Financing)

Tahun 2013-2017 (dalam persen)

Bulan 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 2,49 3,01 4,87 5,46 4,72

Februari 2,72 3,53 5,10 5,59 4,78

Maret 2,75 3,22 4,81 5,35 4,61

April 2,85 3,49 4,62 5,48 4,82

Mei 2,92 4,02 4,76 6,17 4,75

Juni 2,64 3,90 4,73 5,68 4,47

Juli 2,75 4,30 4,89 5,32 4,50

72

Bulan 2013 2014 2015 2016 2017

Agustus 3,01 4,58 4,86 5,55 4,49

September 2,80 4,67 4,74 4,67 4,41

Oktober 2,96 4,75 4,74 4,80 4,91

November 3,08 4,86 4,66 4,68 5,27

Desember 2,62 4,33 4,34 4,42 4,77

Sumber : Statistik Perbankan Syariah

Grafik 4. 3

Perkembangan NPF (dalam persen)

Sumber : Statistik Perbankan Syariah

Sesuai dengan Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 di atas perkembangan NPF

pada tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Pada bulan Januari 2011 NPF

sebesar 3,28% dan mengalami naik turun hingga Desember 2011 sebesar

2,52%. Pada bulan Januari tahun 2012 tingkat NPF sebesar 2,68% dsn

mengalami fluktuasi hingga bulan desember tahun 2012 sebesar 2,22%.

73

Begitu pula pada tahun 2013 hingga 2015 tingkat NPF mengalami

fluktuatif. Pada Desember 2015 tingkat NPF sebesar 4,34%.

4. Perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga)

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam

bentuk giro, tabungan dan deposito dengan menggunakan prinsip syariah.

DPK disini adalah kumpulan dana yang diperoleh dari nasabah dalam arti

nasabah sebagai masyarakat umum, individu, perusahaan, koperasi,

yayasan, dan lain lain baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang

asing yang dialokasikan atau dikelola oleh perbankan syariah dan kemudian

keuntungan tersebut akan dibagi antara kedua belah pihak baik bank dan

nasabah. Perkembangan DPK periode 2013-2017 dapat dilihat pada tabel

4.4 dan Gambar 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4. 4 Perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga)

Tahun 2013-2017 (dalam miliaran rupiah)

Bulan 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 148.731 177.93 210.761 229.094 277.714

Februari 150.795 178.154 210.297 231.820 281.084

Maret 156.964 180.945 212.988 232.657 286.178

April 158.519 185.508 213.973 33.808 291.889

Mei 163.858 190.783 215.339 238.366 295.606

Juni 163.966 191.594 213.477 241.336 302.013

74

Bulan 2013 2014 2015 2016 2017

Juli 166.453 194.299 216.083 243.184 307.638

Agustus 170.222 195.959 216.356 244.843 309.006

September 171.701 197.141 219.313 263.522 318.574

Oktober 174.018 207.121 219.478 264.678 319.124

November 176.292 209.644 220.635 270.480 322.715

Desember 183.534 217.858 231.175 279.335 334.719

Sumber : Statistik Perbankan Syariah

Grafik 4. 4

Perkembangan DPK (dalam miliaran)

Sumber : Statistik Perbankan Syariah

Sesuai dengan Tabel 4.4 dan Grafik 4.4 di atas perkembangan DPK

pada tahun 2011-2015 mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya. Pada

bulan Desember 2011 nilai DPK sebesar Rp. 115.415 miliar dan terus naik

hingga ketahun berikutnya pada bulan Desember 2012 sebesar Rp. 147.512

75

miliar dan terus meningkat ke tahun 2013 dibulan Desember sebesar Rp.

183.534 miliar dan terus meningkat Rp. 217.858 miliar pada bulan

Desember tahun 2014. Pada bulan Februari dan Juni tahun 2015 DPK

mengalami sedikit penurunan dan pada Juli sampai Desember DPK secara

perlahan mengalami peningkatan.

B. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

a. Analisis Statistik

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Imam Ghozali,

2005, h. 110).

Tabel 4. 5

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 60

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation 1.95466812

Most Extreme Differences Absolute .168

Positive .095

Negative -.168

Test Statistic .168

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

76

Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 22

Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui pengujian One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test, di mana dasar dalam pengambilan keputusan

adalah jika Sig 2-tailed> 0,05, maka tabel regresi memenuhi asumsi

normalitas dan sebaliknya. Jadi dapat dilihat pada tabel 4.1 di atas

menunjukkan besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov Asymp Sig. (2-tailed)

pada risidual tersebut sebesar 0,20 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa data pada penelitian ini merupakan data yang berdistribusi normal.

b. Analisis Grafik Histogram

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah

dengan melihat grafik histogram normal probability plot yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati

distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus

diagonal dan plotting data residual akan dibandingkan dengan garis

diagonal. Dasar pengambilan keputusan adalah jika distribusi data residual

normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan

mengikuti garis diagonalnya.

Grafik 4. 5 Hasil Uji Normal P-P Plot

77

Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 22

Berdasarkan grafik normal probability plot terlihat bahwa data

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hipotesis uji normalitas adalah

data berdistribusi normal sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada

penelitian ini merupakan data yang berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau

tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang

lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama, disebut terjadi

homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak sama/ berbeda disebut terjadi

heteroskedastisitas.

78

Untuk mendeteksi ada tidaknya heterostkedastisitas dengan melihat

pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola

yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas. Scaterrplot dapat dilihat pada output

regresi dan disajikan sebagai berikut:

Grafik 4. 6 Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 22

Dari Scatterplot di atas dapat diketahui bahwa titik-tittik menyebar

dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y

maka dapat disimpulkan data pada penelitian ini tidak ada masalah

heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu

model. Kemiripan antar variabel independen akan mengakibatkan korelasi

79

yang sangat kuat. Selain itu uji ini juga untuk menghindari kebiasaan dalam

proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-

masing variabel independen terhadapa variabel independen. Jika VIF yang

dihasilkan diantara 1-10 maka tidak terjadi multikolinieritas (V. Wiratna

Sujarweni, h. 234).

Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikoliniearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 19.654 2.633 7.463 .000

inflasi -7.007 .954 -.687 -7.346 .000 .632 1.583

dpk .413 .185 .401 2.229 .030 .171 5.860

npf -3.291 2.205 -.244 -1.493 .141 .207 4.837

a. Dependent Variable: murabahah

Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 22

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF inflasi

sebesar 1,146, nilai VIF NPF sebesar 1,355, dan nilai VIF DPK sebesar

1,483. Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas menunjukkan bahwa

semua variabel independen tersebut memiliki nilai VIF sebesar kurang dari

10 (< 10). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regersi penelitian ini

layak digunakan.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi

linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

80

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi

yang beruntutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini

timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu

observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut

waktu atau time series karena gangguan pada seseorang individu/kelompok

cenderung mempengaruhi gangguan pada individu/kelompok yang sama

pada periode berikutnya. Untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada

tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku statistik yang relevan. Namun

demikian, secara umum bisa diambil patokan(Singgih Santoso, 2012, h. 234):

1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.

3. Maka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4. 7 Uji Autokolerasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .831a .691 .674 2.00634 .621

a. Predictors: (Constant), npf, inflasi, dpk

b. Dependent Variable: murabahah

Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 22

Berdasakan model summary di atas, terlihat angka D-W sebesar +0,473

berada di antara -2 sampai +2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model

regresi penelitian ini layak digunakan.

81

C. Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda adalah regresi di mana variabel terikat (Y)

dihubungkan/dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga, dan

seterusnya varibel bebas (X1, X2, X3, ..., Xn) namun masih menunjukkan

diagram hubungan yang linier. Penambahan variabel bebas ini diharapkan

dapat lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang ada, walaupun masih

saja ada variabel yang terabaikan (M. Iqbal Hasan, 2008, h. 245). Rumus umum

dari regresi linier berganda ini adalah( Husein Umar, 2003, h. 173-174).:

Y = a + b X1 + c X2 + ... + k Xk + e

Koefisien a, b, c, ...k dapat dicari dengan berbagai cara, misalnya

dengan cara kuadrat terkecil dan matriks. Perhitungan yang dilakukan

secara manual akan lebih tidak efektif bila dibandingkan dengan memakai

alat bantu komputer. Sekarang telah banyak beredar paket softwere

komputer yang dapat membantu pengolahan statistika termasuk topik

regresi, seperti misalnya paket-paket SPSS, SAS, Microstat, bahkan aplikasi

spreadsheet pada Excel yang menggunakan operasi windows maupun Lotus

yang menggunakan operasi DOS.

Penelitian ini, yang menjadi variabel terikat (dependen) adalah

pembiayaan murabahah, sedangkan variabel bebas (independen) adalah

inflasi NPF dan DPK. Persamaan analisis regresi linier berganda dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b X1 + c X2 + ... + k Xk + e

Keterangan :

82

Y = Pembiayaan Murabahah

α = Konstanta

a, b, c, ... k = Koefisien regresi

X1 = Inflasi

X2 = NPF

X3 = DPK

e = Error term (kesalahan pengganggu)

Tabel 4. 8 Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 19.654 2.633 7.463 .000

Inflasi -7.007 .954 -.687 -7.346 .000 .632 1.583

Dpk .413 .185 .401 2.229 .030 .171 5.860

Npf -3.291 2.205 -.244 -1.493 .141 .207 4.837

a. Dependent Variable: murabahah

Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 22

Berdasarkan output koefisien regresi di atas maka formulasi model

regresi dapat diestimasi sebagai berikut:

MURABAHAH = -1,191 + 0,013 INFLASI -0,058 NPF + 1,150 DPK

1. Inflasi

Besarnya koefisien regresi inflasi sebesar 0,013 dengan signifikansi

0,004 sehingga variabel inflasi berpengaruh signifikan. Artinya kenaikan

83

tingkat inflasi sebesar 1% akan mengakibatkan pembiayaan murabahah

mengalami kenaikan sebesar 0,013%.

2. NPF

Besarnya koefisien regresi NPF sebesar -0,058 dengan signifikansi

0,000, sehingga variabel NPF berpengaruh signifikan. Artinya kenaikan

NPF sebesar 1% akan mengakibatkan pembiayaan murabahah mengalami

penurunan sebesar 0,058%.

3. DPK

Besarnya koefisien regresi DPK sebesar 1,150 dengan signifikansi

0,000, sehingga variabel DPK berpengaruh signifikan. Artinya kenaikan

DPK sebesar 1% akan mengakibatkan pembiayaan murabahah mengalami

kenaikan sebesar 1,150

4. Hipotesis / Parsial (uji t)

Uji hipotesis t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaaruhnya

satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah satu

parameter (bi) sama dengan nol, atau:

H0: b1 = 0

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha),

parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

Ha: b1 ≠ 0

84

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2009, h.238). Cara melakukan uji t adalah

dengan cara sebagai berikut (V. Wiratna Sujarweni, h.238):

1) Pengujian t test menggunakan uji dua sisi

Jika t tabel < t hitung < t tabel maka H0diterima.

Jika t hitung < t tabel dan t hitung > t tabel maka H0 di tolak, atau

2) Jika p < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4. 9 Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 19.654 2.633 7.463 .000

Inflasi -7.007 .954 -.687 -7.346 .000 .632 1.583

Dpk .413 .185 .401 2.229 .030 .171 5.860

Npf -3.291 2.205 -.244 -1.493 .141 .207 4.837

a. Dependent Variable: murabahah

Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 22

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama penelitian ini menduga bahwa inflasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Hipotesis tersebut

dinyatakan dengan hipotesis null dan hipotesis alternatif yang akan diuji

secara statistik sbb:

85

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan dari inflasi terhadap pembiayaan

murabahah.

Ha: Terdapat pengaruh signifikan dari inflasi terhadap pembiayaan

murabahah.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai probabilitas

signifikansi inflasi sebesar 0,004 < 0,05. Pengembalian keputusan yang

dapat diambil menyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima di karenakan

nilai probabilitas (signifikansi) dari inflasi lebih kecil dari 5% (0,05) dan

membuktikan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan

murabahah.

b. Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua penelitian ini menduga bahwa NPF berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Hipotesis tersebut

dinyatakan dengan hipotesis null dan hipotesis alternatif yang akan diuji

secara statistik sbb:

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan dari NPF terhadap pembiayaan

murabahah.

Ha: Terdapat pengaruh signifikan dari NPF terhadap tingkat pembiayaan

murabahah.

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai probabilitas

signifikansi NPF sebesar 0,000 < 0,05. Pengambilan keputusan yang dapat

diambil menyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima dikarenakan nilai

probabilitas (signifikansi) dari harga lebih kecil dari 5% (0,05) dan

86

membuktikan NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap pembiayaan

murabahah.

c. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga penelitian ini menduga bahwa DPK berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Hipotesis tersebut

dinyatakan dengan hipotesis null dan hipotesis alternatif yang akan diuji

secara statistik sbb:

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan dari DPK terhadap pembiayaan

murabahah.

Ha: Terdapat pengaruh signifikan dari DPK terhadap tingkat pembiayaan

murabahah.

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai probabilitas

signifikansi DPK sebesar 0,000 < 0,05. Pengambilan keputusan yang dapat

diambil menyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima dikarenakan nilai

probabilitas (signifikansi) dari DPK lebih kecil dari 5% (0,05) dan

membuktikan bahwa DPK berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan

murabahah.

5. Uji F (uji simultan)

UjiF pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimaasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama

terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah

apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

H0: b1 = b2 = … = bk = 0

87

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha),

tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

Ha: b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2009,

h.239). Hipotesis untuk uji simultan F adalah sebagai berikut:

H0: Inflasi, NPF dan DPK tidak terdapat pengaruh secara simultan terhadap

pembiayaan murabahah

Ha: Inflasi, NPF dan DPK terdapat pengaruh secara simultan terhadap

pembiayaan murabahah.

Cara melakukan uji F adalah dengan cara sebagai berikut(V.Wiratna

Sujarweni, h.241):

1) Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Haditerima.

Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, atau

2) Jika p < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4. 10 Hasil Uji F (Simultan)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 502.932 3 167.644 41.646 .000b

Residual 225.423 56 4.025

Total 728.355 59

a. Dependent Variable: murabahah

88

b. Predictors: (Constant), npf, inflasi, dpk

Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 22

Dari hasil uji F diketahui bahwa Nilai probabilitas lebih kecil dari batas

nilai signifikan α = 0,05% yaitu 0,000 < 0,05, maka pada model regresi

penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa inflasi, NPF dan DPK secara

simultan berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.

6. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisisen determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai

koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas (Mudrajad Kuncoro, 2009, h.240). Nilai

yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

Namun penggunaan koefisien determinasi R2 memiliki kelemahan,

yaitu bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam

model. Setiap tambahan satu variabel maka R2 meningkat tidak peduli

apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel atau

tidak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan nilai R

square(Gunawan Sudarmanto, h.87).

Tabel 4. 11

Hasil Uji Determinasi(R2)

Model Summaryb

89

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .831a .691 .674 2.00634 .621

a. Predictors: (Constant), npf, inflasi, dpk

b. Dependent Variable: murabahah

Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 22

Berdasarkan hasil perhitungan uji determinasi pada tabel di atas,

tampak bahwa besarnya koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,984.

Hal ini menunjukkan bahwa 98,4% variabel dependen pembiayaan

murabahah dipengaruhi oleh variabel indpenden inflasi, NPF dan DPK.

Sedangkan sisanya 0,016% (100% - 98,4%) dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam model persamaan regresi ini.

D. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Pengaruh inflasi terhadap pembiayaan murabahah

Berdasarkan hasil analisis regresi sebelumnya, inflasi memiliki

koefisien regresi sebesar 0,013 dengan signifikansi 0,004 <0,05. Hal ini

menyatakan bahwa Ha diterima dan menolak Ho. Kesimpulannya inflasi

berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Jadi apabila

kenaikan tingkat inflasi sebesar 1% akan mengakibatkan pembiayaan

murabahah mengalami kenaikan sebesar 0,013%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Nurjaya yang menyatakan pengaruh

inflasi terhadap pembiayaan murabahah disebabkan karena (Endang Nurjaya):

a. Inflasi yang meningkat tetapi tidak terlalu tajam peningkatannya akan

membuat nasabah/masyarakat bergairah untuk bekerja, menabung dan

90

berinvestasi. Lain halnya dengan peningkatan inflasi yang tak terkendali

(hyperinflation) yang membuat perekonomian menjadi kacau dan

perekonomian dirasakan lesu, seorang tidak bersemangat kerja,

menabung dan berinvestasi karena harga meningkat dengan cepat.

b. Objek transaksi atau harga barang yang meningkat pada tahun ini akan

meningkat pula pengembalian pembiayaan (cicilan), tetapi dengan

nasabah yang berbeda waktu inflasi terjadi dan tidak berlaku pada inflasi

pada bulan atau tahun berikutnya. Karena inflasi tidak mempengaruhi

dalam pembayaran cicilan, maksudnya pembayaran cicilan oleh nasabah

yang melakukan akad murabahah tidak meningkat apabila inflasi

meningkat, melainkan, tetap sebesar akad awal.

2. Pengaruh NPF (Non Performing Financing) terhadap pembiayaan

murabahah

Berdasarkan hasil analisis regresi sebelumnya, inflasi memiliki

koefisien regresi sebesar -0,058 dengan signifikansi 0,000 <0,05. Hal ini

menyatakan bahwa Ha diterima dan menolak Ho. Kesimpulannya NPF

berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan murabahah. Jadi

apabila kenaikan NPF sebesar 1% akan mengakibatkan pembiayaan

murabahah mengalami penurunan sebesar 0,058%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Wardiantika dan Kusumaningtias

yang menyatakan bahwa jika NPF mengalami peningkatan maka

pembiayaan murabahah yang disalurkan mengalami penurunan, begitu juga

sebaliknya jika NPF mengalami penurunan maka pembiayaan murabahah

91

yang disalurkan mengalami peningkatan. Tingkat NPF yang tinggi

mengakibatkan bank mengalami kesulitan dan penurunan tingkat kesehatan

bank, sehingga bank diharapkan tetap menjaga kisaran NPF dalam tingkat

yang wajar telah ditetapkan oleh BI yaitu minimum 5%. Apabila tingkat

NPF diatas 5% maka pihak bank semakin berhati-hati dan mengurangi

pembiayaan yang disalurkan. Kehati-hatian pihak bank dalam menyalurkan

pembiayaan pembiayaan membuat permintaan nasabah turun karena

nasabah merasa proses analisis terlalu lama (Lifsin Wardiantika dan Rohmawati

Kusumaningtias, 2014, h.1558). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Firaldi yang menyatakan bahwa NPF pada perbankan

syariah yang tinggi dapat mengakibatkan tidak bekerjanya fungsi

intermediasi bank secara optimal karena mengurangi atau menurunkan

perputaran dana bank, sehingga memperkecil kesempatan memperoleh

pendapatan. Apabila dana di bank berkurang maka akan pula mengurangi

pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada masyarakat (Mufqi Firaldi, 2013,

h.105).

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh NPF terhadap

pembiayaan murbahah dalam perbankan syariah memiliki dampak negatif,

hal ini disebabkan oleh kegagalan pihak debitur dalam memenuhi

kewajibannya, oleh sebab itu pihak bank diharapkan untuk lebih selektif

dalam memilih calon debitur guna untuk meminimalisir pembiayaan kurang

lancar.

3. Pengaruh DPK terhadap pembiayaan murabahah

92

Salah satu bentuk penghimpunan yang dilakukan pada bank syariah

adalah DPK (Dana Pihak Ketiga) yang merupakan dana yang berasal

masyarakat baik perorangan maupun badan usaha yang diperoleh bank

dengan menggunakan instrumen produk simpanan yang dimiliki bank. DPK

yang disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana unutk

memenuhi kebutuhannya hak ini sesuai dengan fungsi bank sebagai

penghimpunan dana dan dari pihak-pihak yang kelebihan dana kepada

masyarakat yang kekurangan dana(Muhammad Syafi`i Antonio, 2001, h.25).

Berdasarkan hasil analisis regresi sebelumnya, DPK memiliki koefisien

regresi sebesar 1,150 dengan signifikansi 0,000 <0,05. Hal ini menyatakan

bahwa Ha diterima dan menolak Ho. Kesimpulannya DPK berpengaruh

signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Jadi apabila kenaikan DPK

sebesar 1% akan mengakibatkan pembiayaan murabahah mengalami

kenaikan sebesar 1,150%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Nurjaya yang menyatakan bahwa

dengan mempertimbangkan faktor likuiditas dalam penghimpunan dana

pihak ketiga (DPK) karena dengan semakin meningkatnya DPK yang

dikumpulkan bank syariah, maka semakin banyak pula pembiayaan atau

penyaluran dana yang diberikan bank syariah kepada masyarakat. Selain itu

selain itu memperhatikan tingkat kesehatan suatu bank, bank yang sehat

dilihat dari aset yang dimilikinya. Pembiayaan yang dikeluarkan terutama

likuiditasnya. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wardiantika dan Kusumaningtias yang menyatakan bahwa DPK merupakan

93

salah satu sumber daya finansial yang dimiliki suatu bank untuk melakukan

kegiatan pembiayaan. Dengan memiliki DPK yang tinggi maka pihak bank

memiliki sumber dana yang besar untuk melakukan kegiatan penyaluran

dana (Lifstin Wardiantika dan Rohmawati Kusumaningtias, 2014, h. 1557). Hal tersebut

juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar DPK maka

semakin tinggi jumlah pembiayaan yang disalurkan.

94

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang dilakukan penulis

tentang pengaruh inflasi, NPF dan DPK terhadap pembiayaan murabahah

dapat disimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji F dengan menggunakan program spss versi 22,

menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara inflasi, NPF dan DPK

terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia.

Berdasarkan uji F penulis mendapatkan signifikansi lebih kecil dari 0,05

(0,000 < 0,005). Maka dengan demikian terbukti bahwa terdapat

pengaruh secara simultan antara inflasi, NPF dan DPK terhadap

pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia.

2. Dari hasil uji t diketahui bahwa variabel X1 (inflasi) dan variabel X3

(DPK) mempunyai pengaruh positif secara parsial terhadap pembiayaan

murabahah. Sedangkan variabel X2 (NPF) mempunyai pengaruh negatif

secara parsial terhadap pembiayaan murabahah.

3. Diantara tiga variabel independen yang mempengaruhi pembiayaan

murabahah adalah variabel NPF dan DPK, sedangkan variabel inflasi

tidak begitu mempengaruhi pembiayaan murabahah.

B. Saran

1. Diketahui bahwa inflasi mempengaruhi pembiayaan murabahah secara

positif, yang berarti semakin tinggi inflasi maka akan mendorong

peningkatan pembiayaan murabahah. Untuk itu disarankan bagi Bank

95

Syariah baik Badan Usaha Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia

walaupun dalam penelitian ini inflasi berpengaruh positif terhadap

pembiayan murabahah tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti

inflasi akan berdampak negatif terhadap pembiayaan pada bank syariah

di Indonesia.

2. Pada pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF)

mempengaruhi pembiayaan murabahah secara negatif, yang berarti

semakin tinggi NPF maka akan semakin mengurangi pembiayaan

murabahah, untuk itu penulis menyarankan agar Bank Syariah di

Indonesia agar dapat mengontrol tingkat NPF agar dapat memaksimalkan

penyaluran pembiayaan murabahah.

3. Diketahui bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) mempengaruhi pembiayaan

murabahah secara positif, yang berarti semakin banyak DPK yang

dihimpun, maka akan mendorong peningkatan pada pembiayaan

murabahah. Untuk itu disarankan pada bank syariah baik Badan Usaha

Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia agar dapat melakukan

inovasi produk dan mengembangkan fasilitas serta jaringan perbankan

syariah yang lebih baik dari bank konvensional sehingga dapat menarik

minat nasabah untuk menyimpan dananya di bank syariah.

4. Bagi penelian selanjutnya, diharapkan menambahkan variabel-variabel

lain yang mempengaruhi pembiayaan murabahah baik faktor internal

maupun eksternal dan memperpanjang periode penelitian sehingga

diperoleh hasil yang maksimal.

96

DAFTAR PUSAKA

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. Bank dan Lemabaga Keuangan Jakarta: Rajawali

Pers, 2014

Abustan. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan

Konvensional,” Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jakarta, 2009

Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema Insani, 2001

Arifin Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah Jakarta: Azkia Publisher, 2009

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajement Perbankan Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006

Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek Jakarta:

Pustaka Alvabet, 1999

Bank Indonesia, Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbs Perihal Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Jakarta: Bank Indonesia

Boediono. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE, 1987

Case dan Fair. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Edisi kelima. Jakarta: PT Indeks, 2004

Ghozali, Imam. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi 3, Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, 2005

Gujarati, Damodar N. Dasar – dasar Ekonometrika Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2010

Hafidhudin, Didin dan Hendri Tanjung. Manajement Syariah dalam Praktik Jakarta: Gema

Insani, 2009

Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Statistik 2 Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, edisi. II,

254

Huda Nurul, Dkk. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis Jakarta: Prenada Media

Group, 2013 Nurul Huda, dkk. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis Jakarta:

Prenada Media Group, 2013

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif

Jakarta: Erlangga , 2009

Ismail. Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011

Karim Adiwarman. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2008

Karim, adiwarman. Akad dan Produk Perbankan Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2004

Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004

Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009

97

Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi Manajemen

Perusahaan YKPN, 2002

Nanga, Muana. Makro Ekonomi Teori, Masalah, dan Kebijakan, Jakarta: PT Raja Grafindo,

2005

Nasution, Anwar. “Tiga Faktor Penyebab Inflasi

2013”http://thepresidentpostindonesia.com/2013/02/25/anwar-nasution-tiga-faktor-

penyebab-inflasi-2013/

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah tahun Juni 2015 Jakarta : otoritas jasa

keuangan

Purwanto. Metodologi Metodologi Penelitian Kuantitatif: untuk Psikologi dan Pendidikan

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012

Riyadi, Slamet. Banking Asset and Liability Management Jakarta: FE UI, 2006

Rochaeti, Ety Dkk Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2007

Rojak M. Asyari, Peluang dan Tantangan

Rukmana, Amir Machmud. Bank Syariah Teori, kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia),

Jakarta: Erlangga, 2010

Sadhana Priatmadja, “Pengaruh Inflasi terhadap Pembiayaan Bermasalah per Akad dan per

Sektor Ekonomi di Bank Syariah,” Tesis, 2011

Santoso, Singgih. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2012

Saras Pinaringin. “Analisis Pembiayaan Murabahah Perbankan Syaraiah dengan Metode

System Dynamics,” Thesis S2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Siamat Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, 2004

Singgih. Aplikasi SPSS pada Statistik Multivariat Jakarta: PT. Gramedia, 2012

Soemitro, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: kencana, 2010

Sudarmanto, Gunawan. Analisis Regresi Linier Berganda Dengan SPSS,

Sukirno Sadono. Makroekonomi: Teori Pengantar Edisi Ketiga Jakarta: Rajawali Pers, 2013

Sutojo, Siswanto. Menangani Kredit Bermasalah Konsep dan Kasus Jakarta: PT Damar

Mulia Pustaka, 2008

Suyatno, Danang. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis Yogyakarta: Medpress, 2009

Umar , Husein. Metode Riset Bisnis Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003

98

V. Wiratna Sujarweni. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi

Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012

Wijaya Tonny. Analisis Data Penelitian: Menggunakan SPSS Yogyakarta: Universitas Atma

Jaya Yogyakarta, 2009

Yaya Rizal. Aji Erlangga Martawireja dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan

SyariahTeori dan Praktik Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat, 2013

Yoopi Abimanyu. Memahami Kurs Valuta Asing Jakarta: LPFEUI, 2004

99

LAMPIRAN

Lampiran 1 : DATA UJI

Murabahah 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 89.655 109.803 115.979 122.287 138.498

Februari 92.792 110.047 116.268 122.042 139.075

Maret 97.415 111.727 117.358 122.168 140.611

April 98.368 112.288 117.21 122.981 141.274

Mei 100.184 112.82 117.777 124.339 142.988

Juni 102.588 114.322 118.612 126.179 145.004

Juli 104.718 114.128 117.948 125.635 143.036

Agustus 105.061 114.002 118.317 125.478 144.329

September 106.779 114.891 119.396 136.830 146.366

Oktober 107.484 115.088 119.456 137.193 148.140

November 108.128 115.602 120.333 138.823 148.636

Desember 110.565 117.371 122.111 139.536 150.312

Inflasi 2013 2014 2015 2016 1017

Januari 4,57% 8,22% 6,96% 4,14% 3,49%

Februari 5,31% 7,75% 6,29% 4,42% 3,83%

100

Inflasi 2013 2014 2015 2016 1017

Maret 5,90% 7,32% 6,38% 4,45% 3,61%

April 5,57% 7,25% 6,79% 3,60% 4,17%

Mei 5,47% 7,32% 7,15% 3,33% 4,33%

Juni 5,90% 6,70% 7,26% 3,45% 4,37%

Juli 8,61% 4,53% 7,26% 3,21% 3,88%

Agustus 8,79% 3,99% 7,18% 2,79% 3,82%

September 8,40% 4,53% 6,83% 3,07% 3,72%

Oktober 8,32% 4,83% 6,25% 3,31% 3,58%

November 8,37% 6,23% 4,89% 3,58% 3,30%

Desember 8,38% 8,36% 3,35% 3,02% 3,61%

NPF 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 2,49% 3,01% 4,87% 5,465 4,72%

Februari 2,72% 3,53% 5,10% 5,59% 4,78%

Maret 2,75% 3,22% 4,81% 5,35% 4,61%

April 2,85% 3,49% 4,62% 5,48% 4,82%

Mei 2,92% 4,02% 4,76% 6,17% 4,75%

Juni 2,64% 3,90% 4,73% 5,68% 4,47%

101

NPF 2013 2014 2015 2016 2017

Juli 2,75% 4,30% 4,89% 5,32% 4,50%

Agustus 3,01% 4,58% 4,86% 5,55% 4,49%

September 2,80% 4,67% 4,74% 4,67% 4,41%

Oktober 2,96% 4,75% 4,74% 4,80% 4,91%

November 3,08% 4,86% 4,66% 4,68% 5,27%

Desember 2,62% 4,33% 4,34% 4,42% 4,77%

DPK 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 148.731 177.93 210.761 229.094 277.714

Februari 150.795 178.154 210.297 231.820 281.084

Maret 156.964 180.945 212.988 232.657 286.178

April 158.519 185.508 213.973 33.808 291.889

Mei 163.858 190.783 215.339 238.366 295.606

Juni 163.966 191.594 213.477 241.336 302.013

Juli 166.453 194.299 216.083 243.184 307.638

Agustus 170.222 195.959 216.356 244.843 309.006

September 171.701 197.141 219.313 263.522 318.574

Oktober 174.018 207.121 219.478 264.678 319.124

102

DPK 2013 2014 2015 2016 2017

November 176.292 209.644 220.635 270.480 322.715

Desember 183.534 217.858 231.175 279.335 334.719

Lampiran 2 : HASIL UJI SPSS 22

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

murabahah 4,4410 ,37075 60

inflasi 5,8835 1,54375 60

NPF 3,5470 ,85626 60

DPK 5,0122 ,33340 60

Correlations

Murabahah Inflasi NPF DPK

Pearson Correlation murabahah 1,000 ,393 ,405 ,984

Inflasi ,393 1,000 ,210 ,356

NPF ,405 ,210 1,000 ,511

DPK ,984 ,356 ,511 1,000

Sig. (1-tailed) murabahah . ,001 ,001 ,000

Inflasi ,001 . ,054 ,003

NPF ,001 ,054 . ,000

DPK ,000 ,003 ,000 .

N murabahah 60 60 60 60

Inflasi 60 60 60 60

NPF 60 60 60 60

103

DPK 60 60 60 60

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered

Variables

Removed

Met

hod

1 DPK,

inflasi,

NPFb

. Ent

er

a. Dependent Variable: murabahah

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Mod

el R R Square

Adjusted R

Square

Std.

Error of

the

Estimate Durbin-Watson

1 .831a .691 .674 2.00634 .621

a. Predictors: (Constant), npf, inflasi, dpk

b. Dependent Variable: murabahah

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 502.932 3 167.644 41.646 .000b

Residual 225.423 56 4.025

Total 728.355 59

a. Dependent Variable: murabahah

b. Predictors: (Constant), npf, inflasi, dpk

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 19.654 2.633 7.463 .000

104

inflasi -7.007 .954 -.687 -7.346 .000 .632 1.583

dpk .413 .185 .401 2.229 .030 .171 5.860

Npf -3.291 2.205 -.244 -1.493 .141 .207 4.837

a. Dependent Variable: murabahah

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) Inflasi NPF DPK

1 1 3,921 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00

2 ,047 9,088 ,00 ,75 ,28 ,00

3 ,030 11,440 ,04 ,20 ,56 ,01

4 ,002 47,736 ,96 ,05 ,16 ,98

a. Dependent Variable: murabahah

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 3,6493 4,8573 4,4410 ,36785 60

Residual -,13869 ,07460 ,00000 ,04627 60

Std. Predicted Value -2,152 1,132 ,000 1,000 60

Std. Residual -2,920 1,571 ,000 ,974 60

a. Dependent Variable: murabahah

105

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 60

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation 1.95466812

Most Extreme Differences Absolute .168

Positive .095

Negative -.168

Test Statistic .168

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.