pendahuluan · 2015. 7. 8. · non performing financing (npf) ... peninjauan, penilaian, dan...

30
1 PENDAHULUAN Sektor perbankan merupakan salah satu pilar yang penting dalam perekonomian suatu negara, karena sektor perbankan memiliki peran strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat yaitu melalui penyaluran dana. Oleh sebab itu, pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan sektor perbankan dalam struktur perekonomian nasional. Pertumbuhan sektor perbankan di Indonesia terjadi pesat sejak Pakto tahun 1988 hingga mencapai puncaknya pada akhir tahun 1996, di mana terdapat 239 bank umum dengan 7.314 kantor bank. Pertumbuhan perbankan tersebut terjadi secara pesat dikarenakan pemerintah mempermudah pendirian bank baru sampai dengan menjelang krisis perbankan tahun 1997. Krisis perbankan pada tahun 1997/1998 menjadi tonggak sejarah kelam dalam kancah bisnis perbankan, di mana dalam kurun 1997 sampai dengan Desember 2002 jumlah bank umum konvensional menurun karena adanya 18 bank yang dilikuidasi oleh pemerintah, 10 bank beku operasi , 42 bank beku kegiatan usaha, 28 bank yang melakukan merger, dan dua bank yang melakukan likuidasi atas inisiatif sendiri. Dampak terjadinya krisis keuangan global pada tahun 1997/1998 yang menyebabkan banyaknya bank umum konvensional dilikuidasi, dan merger relatif tidak berpengaruh pada kinerja perbankan syariah, khususnya Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama. Sehingga fungsi intermediasi berjalan optimal dengan tingkat pembiayaan bermasalah yang relatif rendah dan senantiasa mendukung pembiayaan sektor rill. Pertumbuhan aset dan pendanaan juga tercatat cukup tinggi dan mengesankan. Disamping itu, eksposur pembiayaan perbankan syariah yang masih didominasi oleh pembiayaan pada aktivitas perekonomian domestik turut berperan dalam memperkuat daya tahan perbankan syariah dari imbas krisis keuangan global. Krisis keuangan global pada tahun 1997/1998 kembali terjadi pada tahun 2008, meskipun demikian, sektor perbankan syariah kembali memperlihatkan kinerjanya yang tetap stabil jika dibandingkan dengan bank umum konvensional.

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

1

PENDAHULUAN

Sektor perbankan merupakan salah satu pilar yang penting dalam

perekonomian suatu negara, karena sektor perbankan memiliki peran strategis

untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas

nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat yaitu melalui penyaluran dana.

Oleh sebab itu, pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan

sektor perbankan dalam struktur perekonomian nasional.

Pertumbuhan sektor perbankan di Indonesia terjadi pesat sejak Pakto tahun

1988 hingga mencapai puncaknya pada akhir tahun 1996, di mana terdapat 239

bank umum dengan 7.314 kantor bank. Pertumbuhan perbankan tersebut terjadi

secara pesat dikarenakan pemerintah mempermudah pendirian bank baru sampai

dengan menjelang krisis perbankan tahun 1997. Krisis perbankan pada tahun

1997/1998 menjadi tonggak sejarah kelam dalam kancah bisnis perbankan, di

mana dalam kurun 1997 sampai dengan Desember 2002 jumlah bank umum

konvensional menurun karena adanya 18 bank yang dilikuidasi oleh pemerintah,

10 bank beku operasi , 42 bank beku kegiatan usaha, 28 bank yang melakukan

merger, dan dua bank yang melakukan likuidasi atas inisiatif sendiri.

Dampak terjadinya krisis keuangan global pada tahun 1997/1998 yang

menyebabkan banyaknya bank umum konvensional dilikuidasi, dan merger

relatif tidak berpengaruh pada kinerja perbankan syariah, khususnya Bank

Muamalat sebagai bank syariah pertama. Sehingga fungsi intermediasi berjalan

optimal dengan tingkat pembiayaan bermasalah yang relatif rendah dan senantiasa

mendukung pembiayaan sektor rill. Pertumbuhan aset dan pendanaan juga tercatat

cukup tinggi dan mengesankan. Disamping itu, eksposur pembiayaan perbankan

syariah yang masih didominasi oleh pembiayaan pada aktivitas perekonomian

domestik turut berperan dalam memperkuat daya tahan perbankan syariah dari

imbas krisis keuangan global.

Krisis keuangan global pada tahun 1997/1998 kembali terjadi pada tahun

2008, meskipun demikian, sektor perbankan syariah kembali memperlihatkan

kinerjanya yang tetap stabil jika dibandingkan dengan bank umum konvensional.

Page 2: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

2

Hal ini terlihat pada peningkatan jaringan kantor perbankan syariah bertambah

luas dengan berdirinya dua bank umum syariah, dua unit usaha syariah, dan

penambahan jaringan kantor cabang (termasuk kantor kas, kantor cabang

pembantu, dan unit pelayanan syariah) sebanyak 182 kantor. Kebijakan

pembukaan layanan syariah (office channeling) juga memberikan dukungan yang

berarti dalam mendorong berkembangnya volume usaha industri perbankan

syariah. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah layanan syariah yang meningkat

sebanyak 275 kantor menjadi 1.470 kantor pada akhir tahun 2008. Penyebaran

jaringan kantor bank syariah juga telah menjangkau masyarakat di lebih 75

kabupaten/kota di 32 provinsi. Perkembangan jaringan kantor dapat mengindikasi

tingginya kebutuhan permintaan masyarakat terhadap jasa pelayanan keuangan

berdasarkan prinsip syariah.

Kestabilan kinerja perbankan syariah di tengah krisis keuangan global

disebabkan oleh manajemen bank yang baik sehingga profitabilitasnya tetap

meningkat. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba melalui kegiatan operasionalnya dengan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia (Bangun dan Wati, 2007: 109). Usaha sektor perbankan tersebut dalam

meningkatkan kinerjanya tidak terlepas dari tujuan perusahaan secara umum

didirikan adalah untuk menghasilkan laba, baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang (Wijaya dan Hadianto, 2008). Dalam mengukur kinerja bank dari

segi efisiensi penggunaan aset dapat digunakan rasio keuangan ROA, karena rasio

ini menunjukkan hubungan antara earning dan assets, di mana ketika bank

mampu mengelola asetnya sebaik mungkin dengan tetap mempertahankan aktiva

produktif yang berkualitas, dan meningkatkan manajemen bank yang solid

tentunya tingkat return atas pengelolaan asettersebut akan lebih tinggi, sehingga

bank akan memperoleh earning yang besar (Astohar, 2009). Semakin besar ROA

suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh

bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan

aset(Dendawijaya, 2009: 118). Dalam meningkatkan profitabilitasnya, kestabilan

kinerja perbankan perlu didukung oleh relatif terkendalinya risiko-risko keuangan

yang dihadapi bank, seperti risiko rasio keuangan NPF, CAR, dan FDR.

Page 3: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

3

Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang

menunjukkan risiko pembiayaan yang dihadapi bank akibat penyaluran dana, dan

investasi dana bank pada portofolio yang berbeda (Sukarno dan Syaichu, 2006:

49). Pada sektor perbankan tingkat kelangsungan usaha berkaitan erat dengan

aktiva produktif yang dimiliki. Oleh sebab itu, setiap penanaman atau penyaluran

dana bank perlu dinilai kualitasnya dengan kriteria, yaitu lancar, dalam perhatian

khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet (PER 14/15/PBI/2012).

Penggolongan kualitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan

minimum PPAP yang wajib dibentuk bank untuk menutupi risiko penyaluran

dana. Oleh sebab itu, untuk mengatasi risiko NPF, bank perlu melakukan upaya

peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko

pembiayaan (Ali, 2004). Sebab jika NPF meningkat maka bank harus memiliki

kecukupan modal untuk menutupi kerugian tersebut. Kecukupan modal ini diukur

dengan menggunakan rasio keuangan CAR.

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang

menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi

dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,

mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh

terhadap besarnya modal bank (Sukarno dan Syaichu, 2006: 48). Besarnya CAR

yang ditetapkan BI yang harus dicapai oleh bank adalah minimal 8% (PER

3/21/PBI 2001). Selain memiliki kecukupan modal, sektor perbankan juga perlu

memiliki alat-alat likuid untuk memenuhi permintaan kredit, dan kewajibannya

yang harus segera dipenuhi. Untuk mengukur kemampuan bank tersebut maka

digunakan rasio keuangan FDR.

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang mengukur

kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi,

atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya jika terjadi likuidasi, dan

permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank (Nur

Artwienda MS, 2009). Menurut Hasibuan (2005: 37), risiko likuiditas merupakan

risiko yang dihadapi bank dalam menyediakan alat-alat likuid untuk dapat

Page 4: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

4

memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan kewajiban lain serta kemampuan

memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penangguhan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, bank perlu

mengevaluasi perkembangan kinerja keuangannya secara berkala untuk

memberikan perbaikan dan pelaksanaannya, sehingga kegiatan operasional bank

tetap berjalan secara efektif dan efesien. Oleh sebab itu, dari latar belakang

masalah tersebut dapat dirumuskan persoalan penelitian, yaitu 1) Bagaimana

kinerja keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia selamatahun 2006-2013? 2)

Bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia jika

dibandingkan dengan bank syariah dan bank umum selama tahun 2006-2012?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan

Bank Muamalat selama delapan tahun terakhir, serta perkembangan kinerja

keuangan Bank Muamalat jika dibandingkan dengan industri perbankan lainnya

selama tujuh tahun terakhir. Sedangkan, manfaat yang diharapkan dari penelitian

ini, yaitu dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi pengembangan penelitian

selanjutnya dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta bermanfaat bagi para

pemakai laporan keuangan (investor, kreditur, pemerintah) sebagai dasar

pengambilan keputusan.

KAJIAN PUSTAKA

Profitabilitas

Pada umumnya, tujuan perusahaan secara umum didirikan adalah untuk

menghasilkan laba, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Wijaya

dan Hadianto, 2008). Dalam mencari laba tentunya setiap perusahaan harus

mampu mengelola asetya dengan baik, sehingga perusahaan dapat memperoleh

profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba melalui kegiatan operasionalnya dengan memanfaatkan

sumber daya yang tersedia (Bangun dan Wati, 2007: 109).Profitability ratio

umumnya terdiri dari Net Profit Margin, Return on Assets (ROA), dan Return on

Equity (ROE). Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui seberapa efisien

sektor perbankan dalam memanfaatkan asetnya, dan seberapa besar tingkat

Page 5: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

5

returnyang diperoleh bank atas pengelolaan asettersebut melalui penyaluran dana

maupun investasi dana bank, karena dengan mengetahui efisien tidaknya sektor

perbankan dalam memanfaatkan aset, maka dapat dinilai baik buruknya kinerja

sektor perbankan tersebut. Oleh sebab itu, rasio keuangan yang tepat untuk

mengukur profitabilitas sektor perbankan dari segi aset yaitu dengan

menggunakan ROA.

Return On Assets (ROA)

Return of Assets (ROA) merupakan salah satu indikator dalam mengukur

kinerja bank, karena menunjukkan hubungan antara earning dan assets, di mana

ketika bank mampu mengelola asetnya sebaik mungkin dengan tetap

mempertahankan aktiva produktif yang berkualitas, dan meningkatkan

manajemen bank yang solid tentunya tingkat return atas pengelolaan aset tersebut

akan lebih tinggi, sehingga bank akan memperoleh earning yang besar (Astohar,

2009).

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh laba secara keseluruhan dengan memanfaatkan asetyang dimiliki.

Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan

yang dapat dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut

dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2009: 118). Secara matematis ROA

dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA =Laba Sebelum Pajak

Total Aset× 100%

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa untuk memperoleh

profitabilitas yang tinggi bank perlu menjaga dan mempertahankan aktiva

produktifnya yang berkualitas, dan meningkatkan manajemen bank yang solid.

Meskipun demikian, bank tentunya tidak terlepas dari adanya risiko penyaluran

dana. Risiko ini muncul akibat dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam

bentuk pembiayaan atau kredit belum tentu dapat dikembalikan oleh debitur

dengan tepat waktu sesuai dengan perjanjian pembiayaan atau kredit, sehingga

akan menimbulkan adanya Non Performing Financing (NPF).

Page 6: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

6

Non Performing Financing (NPF)

Tingkat kelangsungan usaha sektor perbankan berkaitan erat dengan aktiva

produktif yang dimilikinya. Oleh sebab itu, setiap penanaman atau penyaluran

dana bank perlu dinilai kualitasnya dengan kriteria, yaitu lancar, dalam perhatian

khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet (PER

14/15/PBI/2012).Penggolongan kualitas tersebut diperlukan untuk mengetahui

besarnya cadangan minimum Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

yang wajib dibentuk oleh bank untuk menutupi risiko penyaluran dana. Risiko

penyaluran dana ini disebabkan oleh adanya kemungkinan debitur tidak mampu

memenuhi kewajibannya dalam mengangsur pokok pinjaman beserta bunganya,

dikarenakan debitur mengalami kegagalan usaha dan bangkrut, debitur

berkarakter tidak baik, debitur meninggal dunia dan tidak diketahui ahli warisnya,

debitur terkena bencana alam, dan sebagainya. Sehingga dari hal tersebut, memicu

timbulnya Non Performing Financing.

Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang

menunjukkan risiko pembiayaan yang dihadapi bank akibat penyaluran dana, dan

investasi dana bank pada portofolio yang berbeda (Sukarno dan Syaichu,

2006:49). Semakin kecil NPF maka semakin kecil pula risiko pembiayaan yang

ditanggung oleh pihak bank. Oleh sebab itu, bank perlu melakukan upaya

peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko

pembiayaan (Ali, 2004). Secara matematis NPF dapat dirumuskan sebagai

berikut:

NPF =Pembiayaan Bermasalah

Total Pembiayaan× 100%

Besarnya NPF yang ditetapkan BI adalah sebesar 5%. Apabila bank dapat

menekan rasio NPF dibawa 5%, maka potensi keuntungan yang diperoleh akan

semakin besar, karena bank akan menghemat uang yang akan diperlukan untuk

membentuk cadangan PPAP. Begitu pun sebaliknya, ketika nilai NPF lebih besar

dari 5%, maka bank wajib membentuk cadangan PPAP yang besar pula sesuai

dengan kolektibilitasnya, sehingga menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan

bank untuk menutupi cadangan PPAP meningkat. Jika biaya yang dikeluarkan

Page 7: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

7

besar, maka laba yang diterima akan semakin kecil. Hal inilah yang dapat

menimbulkan kerugian bagi pihak bank. Oleh sebab itu, bank wajib memiliki

kecukupan modal untuk menutupi kerugian tersebut. Kecukupan modal ini diukur

dengan menggunakan Cas Adequacy Ratio (CAR).

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Pada umumnya, kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami

sektor perbankan di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut

disebabkan oleh jumlah modal yang dimiliki kecil, dan kualitas modal buruk.

Oleh karena itu, bank harus berusaha untuk meningkatkan modalnya, baik jumlah

maupun kualitasnya. Dalam mengukur kecukupan modal dapat digunakan rasio

Capital Adequacy Ratio (CAR).

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang

menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi

dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,

mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh

terhadap besarnya modal bank (Sukarno dan Syaichu, 2006: 48).Sesuai dengan

aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya CAR yang harus

dicapai oleh suatu bank minimal 8%(PER 3/21/PBI 2001). Angka tersebut

merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional

berdasarkan standar Bank for International Settlement (BIS). Sedangkan, dalam

aturan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menjadi bank umum harus

memiliki CAR minimal 12%. Perhitungan CAR didasarkan atas prinsip bahwa

setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal

sebesar presentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamannya. Secara

matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:

CAR =Modal

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko× 100%

Pada sektor perbankan, meningkatnya rasio keuangan CAR dapat

memberikan peluang bagi bank untuk memperoleh laba yang besar. Karena

dengan modal yang besar, manajemen bank dapat dengan leluasa dalam

Page 8: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

8

menempatkan dananya kedalam aktivitas pembiayaan dan investasi yang

menguntungkan. Namun, bank tidak hanya wajib memiliki kecukupan modal,

tetapi juga perlu memiliki alat-alat likuid untuk memenuhi kewajibannya yang

harus segera dipenuhi. Untuk mengukur kemampuan bank tersebut dalam

memenuhi kewajibannya, dapat digunakan Financing to Deposit Ratio (FDR).

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang mengukur

kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi,

atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya jika terjadi likuidasi, dan

permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank (Nur

Artwienda MS, 2009). Menurut Hasibuan (2005: 37), risiko likuiditas merupakan

risiko yang dihadapi bank dalam menyediakan alat-alat likuid untuk dapat

memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan kewajiban lain, serta kemampuan

memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penangguhan.

Rasio FDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali

penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan pembiayaan

atau kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi FDR

menunjukkan semakin tinggi dana yang disalurkan, dan semakin rendah FDR

menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan atau

kredit. Secara matematis FDR dapat dirumuskan sebagai berikut:

FDR =Total Pembiayaan

Total dana pihak ketiga× 100%

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yang menggunakan

data sekunder berupa rasio keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, rasio

keuangan bank syariah, dan rasio keuangan bank umum yaitu Return On Assets

(ROA), Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan

Financing to Deposit Ratio (FDR). Data ini diperoleh dari laporan keuangan

Page 9: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

9

publikasi Bank Muamalat pada websiteresmi Bank Indonesia dan website resmi

Bank Muamalat itu sendiri selama tahun 2006-2013. Sedangkan, rasio keuangan

bank syariah dan bank umum diperoleh dari Laporan Pengawasan Perbankan

(LPP) pada website Bank Indonesia. Laporan keuangan Bank Muamalat yang

diperoleh terdiri dari neraca, laba/ rugi, kualitas aktiva produktif, dan Kewajiban

Penyediaan Modal Minimun (KPMM).

Teknik Analisis Data dan Langkah-Langkah Analisis

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis

komparatif yang berupa analisis vertikal dengan mengidentifikasi pos-pos

dominan yang dapat mempengaruhi perkembangan kinerja keuangan Bank

Muamalat selama tahun 2006-2013, dan teknik analisis perbandingan kinerja

keuangan industri perbankan selama tahun 2006-2012. Sedangkan langkah-

langkah analisis yang digunakan yaitu: 1) Menentukan ROA, NPF, CAR, dan FDR

Bank Muamalat; 2) Mengidentifikasi pos-pos yang dominan dalam laporan

keuangan Bank Muamalat yang dapat menghambat atau meningkatkan kinerja

bank; 3) Menganalisis kinerja keuangan Bank Muamalat yang tercermin dalam

rasio keuangan dengan memperhatikan pos-pos dominan dalam laporan

keuangan yang dapat mempengaruhi perkembangan kinerja bank dari tahun ke

tahun selama tahun 2006-2013; 4) Membandingkan kinerja keuangan Bank

Muamalat dengan bank syariah dan bank umum dari tahun ke tahun selama

tahun 2006-2012.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H

atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412

H atau 1 Mei 1992. Bank Muamalat mendapatkan dukungan dari eksponen Ikatan

Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, serta

Page 10: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

10

menerima dukungan dari masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham

perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian

perseroan. Selain itu, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di

istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang

turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya

dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat

sebagai Bank Devisa. Hal ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai

bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun

produk yang terus dikembangkan.

Objek yang difokuskan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan Bank

Muamalat, bank syariah, dan bank umum. Data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu laporan keuangan Bank Muamalat yang terdiri dari neraca, laba/ rugi,

kualitas aktiva produktif, dan Kewajiban Penyediaan Modal Minimun (KPMM).

Sedangkan, Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) pada bank syariah dan bank

umum.

Hasil Analisis Data dan Pembahasan

Perkembangan Rasio Keuangan Bank Muamalat

Tabel 1

Rasio Keuangan Bank Muamalat

Rasio

(%) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

ROA 2.10 2.27 2.60 0.45 1.36 1.52 1.54 1.37

NPF 5.76 2.96 4.33 4.73 4.32 2.60 2.09 1.35

CAR 14.56 10.79 11.44 11.15 13.32 12.05 11.70 17.55

FDR 83.60 99.16 104.41 85.82 91.52 85.18 94.15 99.99

Sumber: Laporan keuangan publikasi PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2006-2013 pada

website BI, dan website Bank Muamalat.

Return On Assets (ROA)

Perkembangan profitabilitas Bank Muamalat selama tahun 2007-2008

terus meningkat. Indikator tersebut dapat dilihat dari kenaikan Return On

Page 11: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

11

Assets(ROA) sebesar 0.17% dari 2.10% (2006) menjadi 2.27% (2007). Kenaikan

tersebut didominasi dari kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset yang

berkaitan dengan penempatan pada Bank Indonesia berupa Sertifikat Wadiah

Bank Indonesia (SWBI), penyaluran dengan prinsip jual beli Murabahah, jasa

layanan Bank Muamalat, serta adanya penurunan beban kerugian komitmen dan

kontinjensi yang cukup besar,sehingga laba tahun berjalan yang diperoleh

meningkat sebesar Rp 50,565 miliar dari Rp 161,473 miliar (2006) menjadi Rp

212,038 miliar (2007). Sedangkan, ROA tahun 2008 meningkatmenjadi sebesar

2.60% dari tahun sebelumnya dengan didominasi oleh kenaikan pendapatan jual

beli Murabahah, pendapatan bagi hasil Musyarakah, pendapatan Jasa layanan

Bank Muamalat, turunnya biaya personalia, dan beban penyisihan penghapusan

aktiva yang cukup besar sehingga laba tahun berjalan yang diperoleh meningkat

menjadi sebesar Rp 301,169 miliar.

Namun, perkembangan ROA di tahun 2009 setelah krisis moneter tahun

2008 mengalami penurunan menjadi sebesar 0.45%. Hal ini jelas terlihat pada

penurunan laba tahun berjalan yang diperoleh hanya sebesar Rp 236,444 miliar

jika dibandingkan tahun 2008. Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya

pendapatan bagi hasil Mudharabah yang berasal dari pihak ketiga bukan bank,

maupun dari bank-bank lain di Indonesia, serta penurunan pendapatan Istishna

yang terjadi secara terus menerus. Selain itu, meningkatnya bebab-beban

operasional seperti beban penyisihan penghapusan aktiva, beban kerugian

komitmen dan kontinjensi, beban bonus titipan wadiah, biaya personalia, dan

beban-beban non operasional.

Pada tahun 2010-2012, ROA Bank Muamalat kembali mengalami

peningkatan meskipun peningkatan tersebut tidak sebesar pada tahun 2006-2008.

Peningkatan ROA tersebut masing-masing menjadi sebesar 1.36% (2010) dengan

laba tahun berjalan yang diperoleh Rp 231,076 miliar, 1.52% (2011) dengan laba

tahun berjalan Rp 371,670 miliar, dan 1.54% (2012) dengan laba tahun berjalan

Rp 521,841 miliar. Kenaikan ROA selama tahun 2010-2012, secara umum masih

didominasi oleh peningkatan pendapatan Murabahah, pendapatan Musyarakah,

serta jasa layanan Bank Muamalat. Selain itu, beban bonus titipan wadiah turun di

Page 12: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

12

tahun 2010, pendapatan Istishna, pendapatan Mudharabah, serta bonus SWBI

meningkat di tahun 2011, dan beban non operasional yang mengalami penurunan

di tahun 2012.

Pada tahun 2013, ROA Bank Muamalat kembali turun menjadi sebesar

1.37% dengan laba tahun berjalan sebesar Rp 653,621 miliar. Turunnya ROA

tersebut dikarenakan oleh kenaikan beberapa pendapatan yang disertai dengan

kenaikan beban-beban non operasional dan beban operasional bank seperti beban

penghapusan aktiva, beban kerugian komitmen dan kontinjensi, beban operasional

lainnya yang didominasi oleh biaya personalia, serta beban administrasi dan

umum. Selain itu, besarnya akumulasi penyusutan beberapa aset tetap Bank

Muamalat mengakibatkan aset tersebut menjadi kurang produktif.

Grafik 1: Perkembangan ROA Bank Muamalat

Sumber: Laporan keuangan publikasi PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2006-2013 pada

website BI, dan website Bank Muamalat.

Non Performing Financing (NPF)

Kualitas kredit (NPF) Bank Muamalat di tahun 2006di atas standar Bank

Indonesia (5%) yaitu sebesar 5.76%. Peningkatan NPF diantaranya didominasi

2.102.27

2.60

0.45

1.36

1.52

1.54

1.37

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

RO

A (

%)

Page 13: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

13

oleh besarnya kualitas kredit kurang lancar sebesar Rp 223,407 miliar dan kredit

macet sebesar Rp 124,999 miliar yang disebabkan oleh faktor mikro dan makro

ekonomi yang belum kondusif, serta diperburuk oleh bencana alam yang terjadi di

beberapa daerah. Dalam memperbaiki kualitas kredit bermasalah di tahun 2006,

Bank Muamalat terus melakukan upaya restrukturisasi kredit agar kualitas kredit

bermasalah tidak terus meningkat, sehingga pada tahun 2007 NPF dapat ditekan

menjadi 2.96 % (2007), di mana kualitas kredit kurang lancar turun sebesar Rp

157,141 miliar menjadi sebesar Rp 66,266 miliar, dan kredit diragukan turun

sebesar Rp 13,045 miliar menjadi Rp 28,737 miliar apabila dibandingkan tahun

2006.

Pada tahun 2008-2009, kualitas kredit bermasalah kembali meningkat, di

mana NPF naik sebesar 1.37% menjadi 4.33% (2008) dan naik sebesar 0.4%

menjadi 4.73% (2009) apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya

NPF tersebut disebabkan oleh kredit kurang lancar tahun 2008 naik sebesar Rp

223,906 miliar menjadi Rp 290,172 miliar dan kredit diragukan naik sebesar Rp

134 miliar menjadi Rp 28,871 miliar jika dibandingkan tahun 2007, dan kredit

diragukan tahun 2009 naik sebesar Rp 372,994 miliar menjadi 401,865 dari tahun

2008. Meningkatnya NPF Bank Muamalat tersebut disebabkan oleh krisis yang

terjadi pada tahun 2008 membawa pengaruh terhadap portofolio pembiayaan di

segmen bisnis korporasi.

Perkembangan NPF tahun 2010-2013 berangsur-angsur mulai membaik

setelah krisis moneter sepanjang tahun 2008. Hal ini jelas terlihat pada NPF Bank

Muamalat yang turun menjadi sebesar 4.32% (2010), 2.60% (2011), 2.09%

(2012). Membaiknya kualitas kredit tersebut dikarenakan kualitas kredit

diragukan turun sebesar Rp 359,249 miliar menjadi Rp 42,616 miliar (2010), dan

kualitas kredit kurang lancar, diragukan, dan macet tahun 2011 turun masing-

masing sebesar Rp 4,654 miliar menjadi Rp 326,220 miliar, turun sebesar Rp

8,406 miliar menjadi Rp 34,210 miliar, dan turun sebesar Rp 111,809 miliar

menjadi Rp 204,228 miliar, serta kualitas kredit kurang lancar di tahun 2012 turun

sebesar Rp 249,405 miliar menjadi Rp 76,815 miliar. Sedangkan, perkembangan

NPF Bank Muamalat tahun 2013 sangat mengesankan karena mampu ditekan

Page 14: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

14

hingga turun sebesar 0.74% menjadi 1,35%, dengan didominasi oleh penurunan

kualitas kredit kurang lancar sebesar Rp3,455 miliar menjadi Rp 73,360 miliar

dan kredit macet turun sebesar Rp 125,536 miliar menjadi Rp 445,001 miliar.

Turunnya NPF tersebut disebabkan oleh Bank Muamalat secara intensif

menangani portofolio pembiayaan yang bermasalah dengan mengedepankan

proses restrukturisasi fasilitas pembiayaan, dan fokus pada proses penagihan pada

fasilitas-fasilitas yang secara teknis tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan

restrukturisasi. Selain itu, terkait dengan pengelolaan risiko pada pembiayaan

segmen bisnis korporasi, Bank Muamalat melakukan strategi menumbuhkan

pembiayaan melalui skema sindikasi sehingga Bank Muamalat dapat menangkap

peluang-peluang pembiayaan baru, termasuk untuk nasabah loyal yang secara

volumebisnisnya telah tumbuh besar dalam skala proyek yang lebih besar,

sementara tetap menjaga konsentrasi risiko dan juga jumlah pembiayaan pada

tingkat yang dapat diserap oleh Bank Muamalat.

Grafik 2: Perkembangan NPF Bank Muamalat

Sumber: Laporan keuangan publikasi PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2006-2013 pada

website BI, dan website Bank Muamalat.

5.76

2.96

4.334.73

4.32

2.60 2.09

1.35

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

NP

F (%

)

Page 15: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

15

Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)

Pertumbuhan permodalan (CAR) Bank Muamalat tahun 2006 sebesar

14.56% dengan jumlah modal Bank Muamalat tercatat sebesar Rp 929,190 miliar

dan ATMR sebesar Rp 6,382,784 triliun. Besarnya modal tersebut dikarenakan

adanya penambahan modal dasar melalui keputusan rapat umum pemegang saham

di mana Bank Muamalat berhasil melakukan pendekatan kepada investor

internasional dari kalangan muslim Timur Tengah untuk menanamkan dananya

dalam jumlah yang cukup signifikan melalui HMETD (Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu) ditengah keraguan investor menanamkan modalnya di

Indonesia. Namun, pada tahun 2007 CAR Bank Muamalat turun menjadi10.79%

dengan total modal sebesar Rp 942,467 (2007) miliar dan ATMR sebesar Rp

8,737,641 triliun (2007). Meskipun presentase CAR mengalami penurunan tetapi

modal Bank Muamalat masih tetap meningkat berkat kenaikan saldo laba ditahan

atas perolehan laba bersih perseroan.Di tengah krisis moneter 2008, Bank

Muamalat dapat meningkatkan CAR menjadi sebesar 11.44%, dengan total modal

sebesar Rp 1,233,251 triliun dan ATMR sebesar Rp 10,796,962 triliun.

Perkembangan CAR Bank Muamalat tahun 2009 sedikit mengalami

penurunan akibat krisis moneter di tahun 2008 yang tidak dapat dihindari

sehingga CAR turun menjadi sebesar 11.15%, dengan total modal bank sebesar

Rp 1,273,151 triliun dan ATMR sebesar Rp 11,419,026 triliun. Turunnya CAR

tersebut diantaranya disebabkan oleh kebijakan pencadangan guna mengantisipasi

risiko pembiayaan yang berdampak pada peningkatan beban operasional. Pada

tahun 2010, CAR Bank Muamalat meningkat menjadi sebesar 13.32% dari tahun

sebelumnya. Kenaikan CAR tahun 2010 ini merupakan perkembangan CAR

terbesar selama tiga tahun terakhir dengan total modal bank sebesar Rp 2,080,570

triliun dan ATMR sebesar Rp 15,610,762 triliun. Meningkatnya CAR tersebut

didukung oleh peningkatan ekuitas Bank Muamalat yang diperoleh dari tambahan

modal hasil Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV, serta tambahan modal disetor

(agio) yang juga meningkat. Sedangkan, dua tahun berikutnya CAR mengalami

penurunan secara berturut-turut menjadi sebesar 12.05% (2011), dan 11.70%

(2012), dengan total modal bank masing-masing sebesar Rp 2,415,629 triliun

Page 16: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

16

(2011) dan Rp 3,635,287 triliun (2012), serta ATMR sebesar Rp 20,038,816

triliun (2011) dan Rp 31,082,798 triliun (2012). Penurunan CAR tersebut sebagai

akibat ekspansi pembiayaan yang cukup agresif. Meskipun, dua tahun sebelumnya

CAR Bank Muamalat turun, tetapi di tahun 2013 kembali mampu meningkatkan

CAR sebesar 5.85% menjadi 17.55% apabila dibandingkan dengan tahun 2012.

Peningkatan CAR tersebut merupakan kenaikan CAR terbesar selama tujuh tahun

terakhir dengan total modal bank Rp 5,943,244 triliun dan ATMR sebesar Rp

33,864,606 triliun, di mana peningkatan CAR disebabkan oleh kualitas

pertumbuhan ekonomi meningkat yang tercermin dari meningkatnya peran

investasi baik dalam negeri maupun luar negeri. Data penanaman modal asing

(PMA) menurut Bandan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) masih tumbuh

baik sejalan dengan penanaman modal dalam negeri.

Grafik 3: Perkembangan CAR Bank Muamalat

Sumber: Laporan keuangan publikasi PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2006-2013 pada

website BI, dan website Bank Muamalat.

14.56

10.79

11.44

11.15

13.32

12.0511.70

17.55

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

17.00

18.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

CA

R (

%)

Page 17: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

17

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Sepanjang tahun 2006-2013, kondisi likuiditas Bank Muamalat relatif

terjaga sebagaimana tercermin dari tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR)

yang terus meningkat dari tahun 2006-2008. Hal ini jelas terlihat pada kenaikan

FDR Bank Muamalatdari 83.60%(2006) menjadi 99.16% (2007) hingga 104.41%

(2008). Peningkatan FDR tersebut tercermin dari pertumbuhan pembiayaan yang

lebih cepat dari pada pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Di mana, total

pembiayaan sebesarRp 7,874,316 triliun (2006), Rp 9,944,583 triliun (2007), Rp

11,642,598 triliun (2008), dan DPK sebesar Rp 6,837,431 triliun (2006), Rp

8,691,328 triliun (2007), Rp 10,073,953 triliun (2008). Pertumbuhan pembiayaan

tersebut didorong oleh kondisi makroekonomi yang relatif stabil, sehingga

membuka peluang lebih banyak bagi kegiatan usaha terutama yang berkaitan

dengan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Selain itu,

pertumbuhan investasi didukung oleh membaiknya persepsi investor,

meningkatnya imbalan hasil investasi, dan ketersediaan pembiayaan yang

memadai.

Pada tahun 2009, FDR Bank Muamalat mengalami penurunan sebesar

18.59% menjadi 85.82% dari tahun sebelumnya. Walaupun secara persentase

terdapat penurunan, namun secara nominal pertumbuhan pembiayaan dan DPK

tahun 2009 lebih besar yaitu Rp 15,083,200 triliun dan Rp 13,353,849 triliun

dibandingkan tahun 2008. Turunnya FDR tersebut merupakan strategi dari

manajement Bank Muamalat dalam rangka perbaikan kualitas pembiayaan, di

mana pembiayaan lebih difokuskan pada pasar domestik dengan harapan menjadi

penopang pertumbuhan pembiayaan karena pasar global masih berisiko akibat

dampak krisis moneter pada tahun 2008.Secara umum strategi peningkatan DPK

dikarenakan oleh manajemen Bank Muamalat yang berhasil menerapkan strategi

penghimpunan dana yang terkait pada perluasan jaringan layanan, peningkatan

kualitas layanan melalui implementasi FAST services, penguatan kualitas

teknologi informasi, dan benefit based promotion yang didukung dengan

pengembangan kapasitas sumberdaya manusia.Sedangkan, pada tahun 2010 FDR

Bank Muamalat kembali meningkatmenjadi sebesar 91.52% dengan total

Page 18: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

18

pembiayaan terus meningkat menjadi sebesar Rp 19,881,169 triliun dan DPK

sebesar Rp 18,574,217 triliun apabila dibandingkan pada tahun 2009.

Pertumbuhan pembiayaan ini didominasi oleh pembiayaan Musyarakah karena

kebutuhan nasabah akan skema pembiayaan yang lebih menguntungkan untuk

menambah porsi modal sesuai dengan kemampuan nasabah.Sementara DPK juga

masih didominasi oleh deposito Mudharabah disusul Giro Wadiah.

Namun pada tahun 2011, perkembangan FDR Bank Muamalat kembali

turun menjadi sebesar 85.18% apabila dibandingkan dengan tahun 2010. Dengan

total pembiayaan sebesar Rp 31,095,375 triliun, dan DPK sebesar Rp 29,126,650

triliun. Sedangkan, pada tahun 2012-2013, FDR kembali meningkat, yaitu sebesar

8.97% menjadi 94.15% (2012), dan 5.84% menjadi 99.99% (2013). Dengan total

pembiayaan masing-masing sebesar Rp 43,066,061 triliun (2012), Rp 53,713,374

triliun (2013), dan DPK sebesar Rp 39,422,307 triliun (2012), Rp 45,022,858

triliun (2013).

Grafik 4: Perkembangan FDR Bank Muamalat

Sumber: Laporan keuangan publikasi PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2006-2013 pada

website BI, dan website Bank Muamalat.

83.60

99.16

104.41

85.82

91.52

85.18

94.15

99.99

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

FDR

(%

)

Page 19: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

19

Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat dengan Bank Syariah dan

Bank Umum

Tabel 2

Rasio Keuangan Bank Syariah dan Bank Umum

Rasio

(%) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Bank Syariah

ROA 2.06 2.10 1.40 1.50 1.67 1.79 2.14

NPF 4.75 4.10 4.00 4.00 3.02 2.52 2.22

CAR 13.00 10.70 12.80 10.80 16.25 16.63 14.14

FDR 98.90 99.80 103.70 89.70 89.67 88.94 99.99

Bank Umum

ROA 2.60 2.80 2.30 2.60 2.86 3.03 3.08

NPL 7.00 4.60 3.80 3.80 2.56 2.17 1.87

CAR 20.50 19.30 16.20 17.40 17.17 16.07 17.32

LDR 64.70 69.20 77.20 74.50 75.50 79.00 83.96

Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) tahun 2006-2012 pada website BI.

Perkembangan Return On Assets (ROA)

Profitabilitas Bank Muamalat dari sisi ROA pada tahun 2006 (2.10%)

lebih besar dari bank syariah (2.06%) dan lebih kecil dari bank umum (2.60%).

Besarnya ROA bank umum dikarenakan efisiensi membaik yang ditunjukkan oleh

menurunnya rasio BOPO. Sedangkan, laju pertumbuhan laba bank syariah sedikit

tertahan dengan semakin banyaknya porsi pendapatan operasional yang

dialokasikan pada bagi hasil deposan dalam upaya mempertahankan daya saing,

serta semakin meningkatnya beban pembentukan cadangan dalam rangka

mengantisipasi peningkatan risiko pembiayaan. Pada tahun 2007ROA Bank

Muamalat, bank syariah, dan bank umum sama-sama mengalami kenaikan yang

disebabkan oleh meningkatnya penyaluran dana. Namun dari segi persentase

ROA Bank Muamalat (2.27%) lebih kecil dari ROA bank umum (2.80%), dan

lebih besar dari pada ROA bank syariah (2.10%). Sedangkan, tahun 2008 ROA

Page 20: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

20

Bank Muamalat masih tetap meningkat, sementara ROA bank syariah dan bank

umum mengalami penurunan sehingga Bank Muamalat unggul dengan ROA 2.60%

lebih besar jika dibandingkan ROA bank syariah (1.40%), dan ROA bank umum

(2.30%).

Perkembangan ROA Bank Muamalat pada tahun 2009 mengalami

penurunan, sedangkan bank syariah dan bank umum mengalami peningkatan,

sehingga ROA Bank Muamalat ( 0.45%) lebih kecil jika dibandingkan bank

syariah (1.50%), dan bank umum (2.60%).Meningkatnya ROA bank umum

disebabkan oleh sumber utama laba bank berasal dari pendapatan bunga yang

tercermin dari peningkatan NII, di mana tingginya NII tidak terlepas dari besarnya

spread antara suku bunga pinjaman dan suku bunga dana, sejalan dengan

lambatnya penurunan suku bunga kredit, serta adanya perbaikan efisiensi

perbankan yang ditunjukkan oleh penurunan rasio BOPO. Sedangkan,

peningkatan ROA bank syariah berasal dari peningkatan pendapatan atas

pembiayaan yang dilakukan bank syariah pada tahun 2009, dan kontribusi utama

pendapatan tersebut bersumber dari piutang murabahah tinggi dari keseluruhan

total total pendapatan bank syariah. Pada tahun 2010 sampai 2012, ROA Bank

Muamalat, bank syariah, dan bank umum sama-sama mengalami peningkatan. Di

mana, dari segi presentase ROA Bank Muamalat yaitu 1.36% (2010), 1.52%

(2011), 1.54% (2012) lebih kecil jika dibandingkan ROA bank syariah sebesar

1.67% (2010), 1.79% (2011), 2.14% (2012), dan ROA bank umum sebesar 2.86%

(2010), 3.03% (2011), 3.08% (2012). Peningkatan ROA disebabkan oleh

penyaluran kredit perbankan yang berkontribusi positif terhadap peningkatan laba

khususnya laba operasional, pertumbuhan aset produktif yang cukup tinggi, dan

tingkat pengembalian investasi.

Page 21: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

21

Grafik 5: Perkembangan ROA Industri Perbankan

Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) tahun 2006-2012 pada website BI.

Perkembangan Non Performing Financing (NPF) / Non Performing Loans

(NPL)

Pada tahun 2006, besarnya NPF Bank Muamalat dan NPL bank umum

melebihistandar maksimal NPL yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%,

sedangkan besarnya NPF bank syariah masih di bawah standar ketetapan BI. Di

mana, NPF Bank Muamalat (5.76%) lebih kecil dari pada NPL bank umum

(7.00%), dan lebih besar dari pada NPF bank syariah (4.75%). Besarnya kredit

bermasalah tersebut disebabkan oleh pertumbuhan penyaluran dana yang masih

cukup tinggi dalam kondisi sektor rill yang belum kondusif sehingga

mengakibatkan penurunan kualitas pembiayaan. Perkembangan NPF Bank

Muamalat, bank syariah, dan bank umum di tahun 2007 sama-sama mengalami

penurunan, di mana dari segi presentase NPF Bank Muamalat (2.96%) lebih kecil

jika dibandingkan NPF bank syariah (4.10%), dan NPL bank umum (4.60%).

Penurunan kualitas aktiva produktif yang bermasalah tersebut disebabkan oleh

2.102.27

2.60

0.45

1.36

1.52

1.54

2.06 2.10

1.40

1.50

1.671.79

2.14

2.602.80

2.30

2.60

2.86

3.03 3.08

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

RO

A (

%)

Bank Muamalat

Bank Syariah

Bank Umum

Page 22: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

22

tumbuhnya kredit yang pesat, perbaikan kualiatas kredit didukung oleh

dilaksanakannya restrukturisasi kredit korporasi dan hapus buku kredit pada bank

perseroan. Sedangkan, pada tahun 2008 NPF Bank Muamalat meningkat,

sementara bank syariah dan bank umum turun sehingga NPF Bank Muamalat

(4.33%) lebih besar apabila dibandingkan NPF bank syariah (4.00%), dan NPL

bank umum (3.80%).

Perkembangan NPF Bank Muamalat di tahun 2009 terus meningkat,

sedangkan, bank syariah dan bank umum tetap sehingga NPF Bank Muamalat

(4.73%) lebih besar apabila dibandingkan NPF bank syariah (4.00%), dan NPL

bank umum (3.80%). Pada tahun 2010 sampai 2012 NPF Bank Muamalat, bank

syariah, dan bank umum sama-sama mengalami penurunan. Di mana dari segi

presentase pada tahun 2010 dan 2011, NPF Bank Muamalat lebih besar yaitu3.32%

(2010), 2.60% (2011) jika dibandingkan dengan NPF bank syariah yaitu 3.02%

(2010), 2.52% (2011), dan NPL bank umum yaitu 2.56% (2010), 2.17% (2011).

Sedangkan di tahun 2012, NPF Bank Muamalat (2.09%) lebih kecil dari pada

NPF Bank Syariah (2.22%), dan lebih besar dari pada NPL bank umum (1.87%).

Turunnya kualias kredit bermasalah tersebut sejalan dengan meredahnya tekanan

krisis dan berangsur pulihnya kondisi perekonomian yang berdampak positif bagi

perbaikan kredit bermasalah di perbankan, serta dengan peningkatan prinsip

kehati-hatian dalam penyaluran kredit perbankan. Selain itu, turunnya NPF

dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup kuat didukung

oleh perbaikan daya beli masyarakat karena meningkatnya pendapatan masyarakat

yang tercermin dari meningkatnya pendapatan per kapita.

Page 23: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

23

Grafik 6: Perkembangan NPF/NPL Industri Perbankan

Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) tahun 2006-2012 pada website BI.

Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)

Pada tahun 2006, CAR Bank Muamalat (14.56%) lebih besar dari CAR

bank syariah (13.00%), dan lebih kecil dari CAR bank umum (20.50%). Di mana

besarnya CAR bank umum antara lain bersumber dari pertumbuhan laba,

sementara CAR pada bank syariah turun karena semakin meningkatnya beban

pembentukan cadangan dalam rangka mengantisipasi peningkatan risiko

pembiayaan. Perkembangan CAR Bank Muamalat, bank syariah, dan bank umum

di tahun 2007 mengalami penurunan. Di mana, dari segi presentase CAR Bank

Muamalat (10.79%) lebih besar dari CAR bank syariah (10.70%), dan lebih kecil

dari CAR bank umum (19.30%). Penurunan tersebut akibat kenaikan kredit yang

lebih tinggi dari modal, meski mengalami penurunan tetapi CAR perbankan

Indonesia tersebut masih tergolong salah satu rasio permodalan industri perbankan

yang tertinggi di Asia. Sedangkan, pada tahun 2008 CAR Bank Muamalat

meningkatsementara bank syariah dan bank umum mengalami penurunan, namun

5.76

2.96

4.33

4.734.32

2.60

2.09

4.75

4.10

4.00 4.00

3.02

2.52 2.22

7.00

4.60

3.80 3.80

2.56

2.171.87

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

NP

F/N

PL

(%)

Bank Muamalat (NPF)

Bank Syariah (NPF)

Bank Umum (NPL)

Page 24: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

24

dari segi presentase CAR Bank Muamalat (11.44%) lebih kecil dari pada bank

syariah (12.80%), dan bank umum (16.20%).

Perkembangan CAR Bank Muamalat dan bank syariah pada tahun 2009

mengalami penurunan, sedangkan bank umum mengalami peningkatan sehingga

CAR Bank Muamalat (11.15%) lebih kecil jika dibandingkan dengan bank umum

(17.40%), sementara CAR Bank Muamalat dan bank syariah yang sama-sama

mengalami penurunan apabila dibandingkan dari segi presentaseCAR Bank

Muamalat (11.15%) lebih besar dari pada bank syariah (10.80%). Meningkatnya

CAR bank umum dikarenakan struktur permodalan yang kuat dengan semakin

banyaknya bank umum yang mencapai modal inti minimum sebesar Rp 100

miliar. Pada tahun 2010, CAR Bank Muamalat dan bank syariah meningkat

namun jika dibandingkan CAR Bank Muamalat (13.32%) lebih kecil dari pada

CAR bank syariah (16.25%). Sedangkan CAR bank umum mengalami penurunan,

namun jika dibandingkan dengan CAR Bank Muamalat secara presentase CAR

bank umum (17.17%) lebih besar dari Bank Muamalat.

Capital Adequacy Ratio Bank Muamalat dan bank umum di tahun 2011

mengalami penurunan, sedangkan CAR bank syariah meningkat. Dilihat dari

presentase CAR Bank Muamalat (12.05%) lebih kecil apabila dibandingkan

dengan bank umum (16.07%), sedangkan jika dibandingkan dengan CAR bank

syariah (16.63%) CAR Bank Muamalat lebih kecil. Perkembangan CAR Bank

Muamalat dan bank syariah di tahun 2012 kembali mengalami penurunan, namun

jika dibandingkan CAR Bank Muamalat (11.70%) lebih kecil dari bank syariah

(14.14%), sementara CAR bank umum (17.32%) meningkat dan lebih besar dari

CAR Bank Muamalat. Peningkatan CAR bank umum antara lain disebabkan oleh

terdapatnya penambahan modal yang berasal dari kelompok bank swasta nasional

dan perseroan. Selain itu, struktur permodalan dengan komponen modal inti yang

lebih kuat menjadi indikator peningkatan ketahanan bank dalam menyerap potensi

risiko yang berasal dari aktivitas usaha bank atau perubahan lingkungan bisnis.

Page 25: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

25

Grafik 7: Perkembangan CAR Industri Perbankan

Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) tahun 2006-2012 pada website BI.

Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)/ Loans to Deposit Ratio

(LDR)

Pada tahun 2006, FDR Bank Muamalat (83.60%) lebih kecil dari bank

syariah (98.90%), dan lebih besar dari LDR bank umum (64.70%). Besarnya FDR

bank syariah dikarenakan penurunan suku bunga terhadap produk bank umum

sejak paruh kedua tahun 2006 sehingga DPK meningkat dan mendorong upaya

peningkatan pembiayaan secara optimal ke berbagai sektor produksi di tengah

kondisi perbankan nasional yang masih menghadapi kesulitan dalam

meningkatkan penyaluran dana. Perkembangan FDR Bank Muamalat, bank

syariah, dan bank umum di tahun 2007 sampai 2008 meningkat. Di mana dari segi

presentase FDR Bank Muamalat 99.16% (2007) lebih kecil dari bank syariah

(99.80%), dan lebih besar dari LDR bank umum (69.20%). Sedangkan di tahun

2008, FDR Bank Muamalat (104.41%) lebih besar apabila dibandingkan FDR

bank syariah (103.70%), dan LDR bank umum (77.20%).Meningkatnya FDRbank

14.56

10.79

11.44

11.15

13.32

12.05 11.70

13.00

10.70

12.80

10.80

16.25

16.63

14.14

20.50

19.30

16.20

17.40 17.17

16.07

17.32

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

22.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

CA

R (

%)

Bank Muamalat

Bank Syariah

Bank Umum

Page 26: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

26

syariah dikarenakan peran kinerja perbankan syariah terus meningkat dengan

dukungan program akselerasi pengembangan perbankan syariah dan perluasan

jaringan kantor yang cukup ekspansif, serta pertumbuhan Pembiayaan yang

Diberikan (PYD) yang tinggi dari pertumbuhan DPK mendorong peningkatan

FDR bank syariah. Sedangkan, peningkatan LDR bank umum juga didukung oleh

DPK yang tetap meningkat meskipun suku bunga cenderung turun. Penurunan

suku bunga ikut mendorong akselerasi pertumbuhan kredit yang lebih cepat,

khususnya pertumbuhan kredit konsumsi terutama dari kredit kendaraan bermotor,

kredit kepemilikan kepemilikan rumah (KPR), dan kredit kepada sektor industri

pengolahan.

Perkembangan FDR Bank Muamalat, bank syariah, dan bank umum pada

tahun 2009 turun. Namun, apabila dibandingkan FDR Bank Mumalat (85.82%)

lebih kecil dari bank syariah (89.70%), dan lebih besar dari LDR bank umum

(74.50%). Penurunan LDR bank umum tersebut disebabkan oleh pertumbuhan

kredit yang melambat terutama karena penurunan kredit valas yang dipengaruhi

oleh apresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD dan turunnya aktivitas ekspor/

impor. Pada tahun 2010, FDR Bank Muamalat dan LDR bank umum meningkat,

sementara FDR bank syariah mengalami penurunan. Di mana, FDR Bank

Mumalat (91.52%) lebih besar dari LDR bank umum (75.50%), dan FDR bank

syariah (89.67%). Meningkatnya LDR bank umum ditunjukkan oleh

meningkatnya penyaluran kredit dan DPK. Pertumbuhan kredit didominasi oleh

kredit produktif seperti sektor industri pengolahan, pertambangan, pertanian,

listrik air dan gas, dan sektor jasa dunia usaha.

Financing to Deposit Ratio Bank Mumalat dan bank syariah di tahun 2011

mengalami penurunan, sedangkan LDR bank umum meningkat. Secara presentase

FDR bank Muamalat (85.18%) lebih besar apabila dibandingkan LDR bank

umum (79.00%), dan lebih kecil dari FDR bank syariah (88.94%). Sedangkan

pada tahun 2012, FDR Bank Mumalat, bank syariah, dan bank umum meningkat.

Di mana, dari presentase FDR Bank Muamalat (94.15%) lebih besar apabila

dibandingkan LDR bank umum (83.96%), dan lebih kecil dari FDR bank syariah

(99.99%). Peningkatan FDR/LDR tersebut masih tetap didukung oleh

Page 27: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

27

pertumbuhan penyaluran dana positif dengan sumber DPK yang terus meningkat

yaitu pada giro, tabungan, dan deposito. Peningkatan DPK sejalan dengan

peningkatan aktivitas dunia usaha dan relatif tingginya minat masyarakat untuk

menempatkan dananya di bank.

Grafik 8: Perkembangan FDR/LDR Industri Perbankan

Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) tahun 2006-2012 pada website BI.

83.60

99.16

104.41

85.82

91.51

85.18

94.15

98.90 99.80103.70

89.70

89.67

88.94

99.99

64.70

69.20

77.20

74.50 75.50

79.00

83.96

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

110.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

FDR

/LD

R (

%)

Bank Muamalat

Bank Syariah

Bank Umum

Page 28: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

28

PENUTUP

Kesimpulan

Perkembangan kinerja keuangan Bank Muamalat tahun 2006-2013 yaitu

ROA dan NPF mengalami penurunan, di mana turunnya ROA mencerminkan

buruknya profitabilitas Bank Muamalat yang disebabkan oleh meningkatnya

beban-beban, sementara turunnya NPF mencerminkan semakin baiknya kualitas

pembiayaan Bank Muamalat. Perkembangan CAR dan FDR mengalami

peningkatan yang mencerminkan semakin baiknya kemampuan permodalan dan

likuiditas Bank Muamalat. Sedangkan, jika dibandingkan dengan kinerja

keuangan industri perbankan tahun 2006-2012, maka perkembangan kinerja

keuangan Bank Muamalat dari sisi ROA turun jika dibandingkan Bank Umum

dan Bank Syariah. Perkembangan NPF Bank Muamalat, bank syariah, dan bank

umum sama-sama mengalami penurunan, namun penurunan NPF Bank Muamalat

lebih tinggi dari bank syariah dan lebih rendah dari bank umum.Perkembangan

CAR Bank Muamalat turun jika dibandingkan bank syariah, dan penurunan CAR

Bank Muamalat lebih rendah dari pada bank umum. Sedangkan, perkembangan

FDR Bank Muamalat, bank syariah, dan bank umum sama-sama mengalami

peningkatan, namun peningkatan FDR Bank Muamalat lebih tinggi dari pada

bank syariah dan lebih rendah dibandingkan bank umum. Faktor penyebab kinerja

keuangan mengalami penurunan yaitu karena dampak dari ketidakstabilan kondisi

perekonomian secara global yang ikut mempengaruhi kondisi perkembangan

perekonomian dalam negeri.

Keterbatasan Penelitian

Perkembangan perekonomian domestik yangdipengaruhi olehdampak

krisis perekonomian global terbatas pada informasi makroekonomi sehingga

faktor-faktor lainyang menyebab turunnya kinerja keuangan Bank Muamalat sulit

untuk diidentifikasi secara detail.

Page 29: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

29

Saran

1. Bank Muamalat perlu memperhatikan besarnya penyaluran dana yang

diberikan kepada nasabah, dan ketika dana telah disalurkan bank perlu

meningkatkan kontrol secara berkala terhadap kualitas pembiayaan

produktif agar tidak berkembang menjadi pembiayaan bermasalah yang

dapat berpengaruh pada besarnya laba dan modal bank. Selain itu, untuk

mengantisipasi tingginya risiko pembiayaan Bank Muamalat perlu

menerapkan pemberian fasilitas pembiayaan jangka pendek.

2. Bank Muamalat perlu memperhatikan dan meningkatkan setiap jenis

pembiayaannya agar pembiayaan tersebut tidak didominasi oleh beberapa

jenis pembiayaan tertentu saja.

Page 30: PENDAHULUAN · 2015. 7. 8. · Non Performing Financing (NPF) ... peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). ... memiliki

30

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2004. Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha

Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Bangun, N., dan Wati, S. 2007. Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Kebijakan

Dividen terhadap Nilai Perusahaan Perdagangan, Jasa, dan Investasi yang

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi, Vol. 11, No. 02 Mei:

107-120.

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Ghalila Indonesia, Jakarta.

Hasibuan, SP. Malayu. 2005. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan

Produktivitas. Bumi Aksara, Jakarta.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Kasmir. 2011. Manajemen Perbankan, Edisi Pertama. PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Sukarno, K.W., dan Syaichu, M. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi

Manajemen dan Organisasi, Vol. 3, No. 2 Juli: 46-49.

Wijaya, M. S. V. dan Hadianto, B. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran,

Likuiditas, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Ritel

di Bursa Efek Indonesia: Sebuah Pengujian hipotesis Pecking Order.

Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol. 7, No. 1 Mei: 71-84.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001, Tentang Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum Bank Umum

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/15/PBI/2012, Tentang Penilaian Kualitas

Aset Bank Umum

http://www.bi.go.id

http://www.bankmuamalat.co.id