analisis pengaruh npf, inflasi, suku bunga bi, dan kurs
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH NPF, INFLASI, SUKU BUNGA BI,
DAN KURS TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2009-2018
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
dan Jurusan Studi Hukum Fakultas Agama Islam
Oleh:
HAZMI AZINUDIN PRASETYO
B300152053 / I000152053
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
1
ANALISIS PENGARUH NPF, INFLASI, SUKU BUNGA BI, DAN KURS
TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA PERIODE 2009-2018
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan analisis pengaruh NPF, inflasi, BI rate,
dan kurs terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia periode
tahun 2009-2018. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel-variabel terhadap profitabilitas ROA, digunakan ECM dengan
model Engle Granger Two Stage ECM. Secara simultan atau bersama-sama NPF
(Non Performing Finance), Inflasi, Kurs, dan BI Rate berpengaruh terhadap ROA
(Return On Asset) Bank Umum Syariah di Indonesia. Sedangkan secara Parsial
atau individu dalam jangka pendek tidak ada satupun variabel independen
memiliki pengaruh signifikan. Sedangkan dalam jangka panjang variabel NPF
(Non Performing Finance) berpengaruh negatif namun signifikan, Variabel Kurs
berpengaruh negatif namun signifikan. Data yang digunakan adalah data sekunder
berupa data time series. Nilai Adjusted R2 sebesar 47,7% yang menunjukkan
bahwa variasi variabel ROA dapat dijelaskan oleh variabel independen dan
sisanya 52,3% dipengaruhi oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain yang
tidak dimasukkan ke dalam model.
Kata Kunci : return on asset (ROA), NPF, inflasi, bi rate, kurs, engle granger
(ecm) two stage error correction model
Abstract
This research aims to explain the analysis of the effect of NPF, inflation, BI rate,
and exchange rate on profitability (ROA) Islamic Commercial Banks in Indonesia
for the period 2009-2018. The analytical method used to determine the effect of
the variables on the profitability of ROA, used Engle Granger Two Stage Error
Correction Model. Simultaneously or together non performing finance, inflation,
Exchange Rate, and BI rate affect ROA of Sharia Commercial Banks in
Indonesia. Whereas in the long run the NPF variable has a negative but significant
effect. The data used are secondary data in the form of time series data. Adjusted
R2
value of 47,7% which indicates that variations in ROA variables can be
explained by independent variables and the remaining 52,3% is influenced by
variables of other factors not included in the model.
Keywords: return on asset (ROA), non performing finance, inflation, BI rate,
exchange rate, engle granger two stage error correction model (ECM)
1. PENDAHULUAN
Stabilitas perbankan sangatlah penting bagi kondisi ekonomi suatu negara.
Indonesia mengalami kriris ekonomi pada tahun 1997 dan krisis ekonomi global
2
tahun 2008 yang memperburuk kestabilan sistem keuangan hal ini membuktikan
kestabilan perbankan mempengaruhi keadaan ekonomi.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Berdasarkan prinsipnya, terdapat dua jenis perbankan di
Indonesia yaitu bank syariah dan bank konvensional. Perbedaan dari kedua bank
tersebut adalah pada penerapan prinsip bunga di bank konvensional sedangkan
bank syariah menerapkan prinsip bagi hasil.
Menurut (Swiknyo, 2010) undang – undang No.10 tahun 1998 dan peraturan
pelaksanaanya adalah pengembangan kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip
syariah. Dalam undang undang ini peraturan pelaksanaannya, pembiayaan
berdasarkan sistem syariah lebih dipertegas dan diperluas lagi dalam aturan
perundang-undangan. Dalam UU tersebut tertulis kedudukan bank syariah di
Indonesia secara hukum mulai menjadi kuat. Bahkan di dalamnya tertulis bank
konvensional diperbolehkan membuka unit yang berbasis syariah.
Tabel 1. Jaringan kantor bank umum syariah tahun 2009-2018
Nama Bank Kantor
Pusat
Kantor
Cabang
Kantor
Kas
Bank Aceh Syariah 26 88 27
BPD Nusa Tenggara Barat Syariah 13 22 4
Bank Muamalat Indonesia 83 152 57
Bank Victoria Syariah 9 5 -
Bank BRI Syariah 52 206 12
Bank Jabar Banten Syariah 9 55 1
Bank BNI Syariah 68 190 17
Bank Syariah Mandiri 130 423 53
Bank Mega Syariah 25 34 7
Bank Panin Dubai Syariah 15 3 -
Bank Syariah Bukopin 12 7 4
BCA Syariah 11 12 16
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 24 2 -
Maybank Syariah Indonesia 1 - -
Total 478 1.199 198
Sumber : OJK, data diolah
3
Bank Umum Syariah merupakan bagian dari sistem Perbankan Syariah, di
dalam Undang-undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan
bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada dasarnya setiap
perusahaan memiliki tujuan memaksimalkan keuntungan dan meningkatkan
kemakmuran pemiliknya, begitu juga dengan perbankan syariah (Dy Ilham,
2016).
Prinsip Bank Umum Syariah dikemukakan pada UU Bank Indonesia No. 21
tahun 2008 pasal 1 ayat 2, berbunyi “Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam
dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikemukakan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.” Pada Tabel
1.1 menjelaskan mengenai jaringan kantor operasional Bank Umum Syariah
tahun 2009-2018.
Bank syariah sebagai lembaga perantara keuangan diharapkan dapat
menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan bank berbasis bunga. Salah
satu indikator untuk menilai kinerja keuangan bank adalah melihat tingkat
profitabilitasnya serta tingkat efisiensinya. Ukuran profitabilitas yang digunakan
adalah Return on Asset (ROA). ROA memfokuskan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Semakin besar ROA
menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian
(return) semakin besar (Husnan, 1992).
Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau
rentabilitas adalah Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA). Fahmi
(2011:2) berpendapat bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan – aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar. Penelitian ini menggunakan kinerja keuangan dari sisi profitabilitas yaitu
return on asset (ROA), dimana ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Semakin besar tingkat ROA
4
menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian
returnnya semakin besar.
Penyusunan perkembangan data-data statistik di dalam setiap penelitian yang
memuat informasi tentang kondisi riil profitabilitas pada Bank Umum Syariah
sangatlah dibutuhkan untuk mengetahui perkembangan Return on Asset (ROA)
dari Bank Umum Syariah, perkembangan yang semakin meningkat atau menurun
saat triwulan pada setiap tahun yang berbeda. Definisi ini menjelaskan sasaran
yang akan di teliti adalah laba perusahaan dan menggunakan Return on Asset
(ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2008 – 2017. Berikut adalah
Tabel Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah tahun 2009-2018.
Tabel 2. Perkembangan ROA bank umum syariah tahun 2009–2018
Tahun TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
2009 2.44 2.16 1.38 1.48
2010 2.1 1.66 1.77 1.67
2011 1.97 1.84 1.8 1.79
2012 1.83 2.05 2.07 2.14
2013 1.39 2.1 2.04 2
2014 1.16 1.12 0.97 0.8
2015 1.69 0.5 0.49 0.49
2016 0.88 0.73 0.59 0.63
2017 1.12 1.1 1 0.63
2018 1.23 1.37 1.41 1.28
Sumber : OJK, data diolah
Pada tabel 2, dapat dilihat bahwa ROA mengalami perkembangan yang
fluktuatif. Pada tahun 2009 – 2018 triwulan I jumlah ROA tertinggi pada tahun
2009 yaitu sebesar 2,44 % dikategorikan ROA pada tahun ini sangat sehat.
Sedangkan ROA terendah tahun 2009 – 2018 triwulan I terjadi tahun 2016 sebesar
0,88 % masuk kedalam kategori cukup sehat. Lalu, triwulan II jumlah ROA
tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 2, 16 % dikategorikan ROA pada tahun
ini sangat sehat. Sedangkan ROA terendah triwulan II terjadi tahun 2015 sebesar
0,5 % dikategorokan cukup sehat. Kemudian, triwulan III jumlah ROA tertinggi
pada tahun 2012 yaitu sebesar 2,07 % dikategorikan ROA pada tahun ini sangat
sehat. Sedangkan ROA terendah triwulan III terjadi tahun 2015 sebesar 0,49 %
dikategorikan kurang sehat.Setelah itu, triwulan IV jumlah ROA tertinggi pada
5
tahun 2013 yaitu sebesar 2,00 % dikategorikan ROA pada tahun ini sangat sehat.
Sedangkan ROA terendah triwulan IV terjadi tahun 2015 sebesar 0,49 %
dikategorikan kurang sehat.
Menurut Kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing (NPF) adalah
kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar,
diragukan dan macet. NPL itu sendiri diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan
NPF untuk bank syariah. Non Performing Financing (NPF) atau sering disebut
dengan pembiayaan bermasalah dapat diartikan sebagai rasio untuk mengetahui
pembiayaan bermasalah yang ditanggung oleh bank berdasarkan dari total
pembiayaan yang disalurkan, tujuannya untuk mengukur tingkat permasalahan
pembiayaan yang di hadapi oleh Bank. Semakin tinggi rasio ini, mengindikasikan
kualitas pembiayaan Bank semakin buruk.(Bank Indonesia, 2007).
Menurut Nur Anisah Muslimah (2016) dalam mengeluarkan pembiayaan rata-
rata perbankan syariah sebagian besar menggunakan akad Murabahah, sedangkan
sebagian kecilnya menggunakan pola akad lainnya seperti Mudharabah,
Musyarakah, dan Ijarah.
Suku bunga BI (BI rate) juga ikut mempengaruhi profitabilitas bank. Ketika
suku bunga BI naik, maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga deposito yang
berakibat langsung terhadap penurunan sumber dana pihak ketiga bank syariah.
Penurunan DPK ini sebagai akibat dari pemindahan dana masyarakat ke bank
konvensional untuk mendapatkan imbalan bunga yang lebih tinggi. Apabila DPK
turun, maka profitabilitas bank syariah juga akan mengalami penurunan (Karim,
2006).
Suku bunga BI merupakan suku bunga kebijakan Bank Indoensia yang menjadi
acuan suku bunga di pasar uang. ( Laporan BI, 2018) Perubahan suku bunga BI di
ikut ioleh perubahan suku bunga deposito dan suku bunga pembiayaan dengan
pergerakan yang searah ( positif). Fungsi intermediasi perbankan juga dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi makro diantaranya, tingkat bunga, inflasi dan fluktuasi nilai
tukar. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi profitabilitas suatu bank.
6
Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga yang naik secara umum dan
terus-menerus. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat
menurun dan kenaikan tingkat bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan
mempengaruhi suku bunga dan kinerja keuangan perusahaan maupun bank
khususnya dari sisi profitabilitas.
Nilai Tukar Mata Uang adalah perdagangan valuta asing secara sederhana
dapat diartikan sebagai perdagangan mata uang (valuta) suatu negara dengan mata
uang Negara lainnya (Darmawi,2011:163). Kinerja perbankan juga dipengaruhi
oleh pergerakan nilai tukar (kurs) mata uang asing.
Perdagangan valuta asing secara sederhana dapat diartikan sebagai
perdagangan mata uang (valuta) suatu negara dengan mata uang Negara lainnya
(Darmawi,2011:163). Kinerja perbankan juga dipengaruhi oleh pergerakan nilai
tukar (kurs) mata uang asing. Dikarenakan adanya perbankan yang melakukan
transaksi valas, dimana transaksi ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan kurs.
Kurs akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut
disebabkan oleh perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada permintaan atau
penawaran valuta asing.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
profitabilitas yang didapatkan oleh Bank Umum Syariah pada tahun 2009 – 2018
dan mengetahui hubungan Jangka Pendek dan Jangka Panjang dari variabel-
variabel penulisan terutama terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan Judul “Analisis Pengaruh Suku Bunga BI, Inflasi, Nilai
Tukar Mata Uang, Dan NPF Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah
Di Indonesia Periode 2009-2018”.
2. METODE
Objek penelitian ini adalah profitabilitas ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2009-2018 Sebagai variabel dependen. Kemudian Suku Bunga
BI, Inflasi, Nilai Tukar Mata Uang, dan NPF sebagai variabel independen.
7
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan kuantitatif, yaitu metode pengumpulan dengan menggunakan data
yang sudah tersedia atau data sekunder yang berupa jurnal, buku atau dari
laporan-laporan penelitian terdahulu, dan data yang tersedia di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Bank Indonesia, BPS serta instansi dan lembaga lain atau
sumber literatur lain yang terkait dengan penelitian ini.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Bank Indonesia, dan BPS
Karena Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode penelitian kuantitatif. Sedangkan untuk model analisis dalam penelitian
ini mengggunakan analisis regresi linier dinamik. Alat pengolah data yang
digunakan dalam penelitian ni adalah perangkat lunak komputer eviews8 dengan
model analisis Two Stage ECM Eagle Granger . Hubungan tersebut memiliki
hubungan secara fungsional dengan formula sebagai berikut :
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menjelaskan mengenai pengaruh model jangka pendek dan jangka
panjang antara variabel dependen, ROA (Retrun on Asset) terhadap variabel
independen, NPF (Non Performing Finance), Inflasi, R (BI Rate), dan Kurs Bank
Umum Syariah di Indonesia pada tahun 2009 – 2018. Variabel independen dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: Interperasi Variabel Independen Dalam Jangka
Pendek , sebagai berikut:Pengaruh NPF (Non Performing Finance) terhadap ROA
(Retrun on Asset) NPF (Non Performing Finance) merupakan tolak ukur yang
digunakan untuk memantau atau mengukur kemampuan bank dalam memberikan
kredit atau pembiayaan dengan melakukan analisis terhadap kemampuan
pengembalian pembiayan dari nasabah. Setelah kredit diberikan bank wajib
melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan nasabah
memenuhi kewajiban, bank melakukan peninjauan, penilaian dan penikatan
terhadap agunan (pinjaman atau pembiayaan) untuk memperkecil resiko kredit
macet (Agus Murdiyanto, 2018).
8
Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia memiliki ketentuan NPF
semakin rendah dapat disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan yang disalurkan
telah berhasil. Penelitian ini menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negative dan
tidak signnifikan, hal ini dapat dilihat pada perkembangan NPF tahun 2009 - 2018
di Bank Umum Syariah yang tidak pernah lebih dari 6 %, dimana kondisi NPF
dapat dikatakan baik bila tidak lebih dari 5 - 6% (Bank Indonesia, 2019).
Penelitian ini mendukung penelitian Agus Berarti NPF yang cukup rendah
dibawah ketentuan minimal Bank Indonesia sebesar 5 – 6 % mempengaruhi
terhadap peningkatan profitabilitas dan ROA, walaupun pengaruh tidak
signifikan. Kalau pembiayaan bermasalah kecil maka akan menambah profit.
Penelitian ini sama dengan penelitian Agus Murdiyanto (2018) dimana NPF
berpengaruh negative tidak signifikan.
Pengaruh Inflasi terhadap ROA (Retrun on Asset) Inflasi memiliki hubungan
positif terhadap jumlah uang beredar, semakin tinggi inflasi maka semakin banyak
jumlah uang beredar di public, dan sebaliknya. Jumlah uang yang beredar semakin
banyak beredar yang akan berpengaruh terhadap probabilitas bank. Ditinjau dari
sudut pandang perusahaan, inflasi akan meningkatkan nilai barang produksi,
dimana peningkatannya akan mempengaruhi pendapatan laba. Bagi perusahaan
sebuah inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi maupun operasional mereka
sehingga pada akhirnya merugikan bank itu sendiri. Inflasi berpotensi mengerek
bunga kredit. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit
itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini
berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.
Adanya hubungan negatif antara inflasi dengan profitabilitas bank ini juga
sesuai dengan pernyataan Ogowewo & Uche (2006) bahwa inflasi yang tinggi
akan berdampak pada kinerja bank dan menjadi salah satu sebab utama kesulitan
dalam institusi keuangan ini. Hal ini bukanlah sesuatu hal yang baru bahwa inflasi
yang tinggi mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi makro, tidak adanya
lingkungan ekonomi makro yang stabil serta secara materi meningkatkan risiko
bank, dan menurunkan profit bank
9
Hubungan inflasi dalam jangka pendek dan panjang negatif tidak signifikan
berarti bahwa inflasi yang tinggi memang berpengaruh dalam kestabilan industri
perbankan, akan tetapi inflasi dalam penelitian ini tidak berdampak pada kinerja
bank umum syariah terutama dalam hal profit bank karena pembiayaan yang
diberikan bank umum syariah untuk saat ini terfokus pada industri mikro kecil
menengah lain hal nya dengan industri perbankan lain yang tidak berbasis syariah
dimana inflasi yang tinggi lebih berpengaruh terhadap ekonomi makro dan tidak
ada lingkungan ekonomi makro yang stabil serta secara meteri meningkatkan
risiko bank dan menurunkan profit bank (Prima Naomi, 2009)
Hasil pengujian penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi memiliki arah
negatif namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Ini
menunjukkan bahwa meskipun inflasi mengalami kenaikan, namun laba yang
dipeorleh bank syariah tidak mengalami penurunan yang signifikan dan
sebaliknya (Wibowo & Syaichu,2013).
Pengaruh Suku Bunga terhadap ROA (Retrun on Asset) Suku bunga BI
merupakan suku bunga kebijakan Bank Indoensia yang menjadi acuan suku bunga
di pasar uang (Laporan BI, 2018). Perubahan suku bunga BI diikuti oleh
perubahan suku bunga deposito dan suku bunga pembiayaan dengan pergerakan
yang searah ( positif).). Suku bunga dibedakan menjadi dua macam yang pertama
suku bunga nominal ( disebut juga suku bunga uang) adalah suku bunga atas uang
dalam ukuran uang, dan yang kedua suku bunga riil, dikoreksi karena inflasi dan
dihitung sebagai suku bunga nominal dikurangi tingat inflasi.
Dalam penelitian ini suku bunga dalam jangka pendek maupun jangka panjang
berpengaruh positif namun tidak signifikan, hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Deger Alper dan Adem Anbar (2011) dalam Pudji
Astuty (2015) dimana interest atau bunga tidak berpengaruh terhadap ROA. Hal
ini disebabkan dengan meningkatnya jumlah suku bunga maka akan
meningkatkan suku bunga kredit yang kemudian akan diikuti oleh suku bunga
tabungan. Dalam Penelitiannya jumlah kredit dengan meningkatnya suku bunga
akan menyebabkan total pinjaman berkurang disebabkan berkurangnya
kemampuan Peminjam dana untuk membayar pinjamannya dengan selisih bunga,
10
sehingga jumlah selisih bunga berkurang. Namun dengan seiiring meningkatnya
suku bunga tabungan tidak serta merta masyakarat akan menyimpan sejumlah
dananya kepada bank. Hal ini diakibatkan adanya faktor makro lain seperti inflasi
yang menyebabkan masyarakat menggunakan sejumlah dananya (Pudji Astuty,
2015 hlm.332).
Pengaruh Kurs terhadap ROA (Retrun on Asset) Apabila nilai suatu mata uang
di negara tertentu mengalami kelesuan, maka daya ingin nasabah juga akan
menurun. Jadi kurs memilik pengaruh terhadap Return On Asset bank umum
syariah, karena pada umumnya mata uang yang menurun secara jelas akan
mengurangi daya beli dari pendapatan dan keuntungan modal yang didapat dari
jenis investasi apapun. Investasi yang menurun akan mempengaruhi kegiatan
operasional bank, karena apabila keinginan nasabah untuk berinvestasi menurun
maka pendapatan bank dari dana pihak ketiga juga akan menurun
(Swandayani,2012).
Penelitian ini menjelaskan bahwa dalam jangka pendek kurs berpengaruh
positif dan tidak signifikan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Mahardhika
(2013). Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Profitabilitas, bahwa hasil pengujian
secara parsial dapat diketahui bahwa nilai tukar berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap profitabilitas.
Hal ini menggambarkan apabila mata uang mengalami apresiasi atau depresiasi
maka akan berdampak pada profit bank meskipun tidak signifikan Puguh, dkk
(2016)
Interperasi Variabel Independen Dalam Jangka Panjang, sebagai berikut :
Pengaruh NPF (Non Performing Finance) terhadap ROA (Retrun on Asset)
Berdasarkan hasil estimasi pada penelitian diatas, NPF (Non Performing Finance)
berpengaruh negatif namun signifikan terhadap ROA (Retrun on Asset). Non
Performing Financing merefleksikan besarnya resiko kredit yang dihadapi bank,
semakin kecil NPF, maka semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak
bank. Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai NPF yang tinggi,
menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan
kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian
11
kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPF yang
dihadapi bank. Resiko kredit yang diproksikan dengan NPF berpengaruh negative
terhadap kinerja keuangan bank yang diproksikan dengan ROA. Sehingga
semakin besar NPF akan mengakibatkan menurunya ROA, yang juga beararti
kinerja keuangan bank yang menurun karena resiko kredit semakin besar. Begitu
pula sebaliknya, jika NPF menurun maka ROA akan semakin meningkat,
sehingga kinerja keuangan bank dapat dikatakan membaik.
NPF mencerminkan resiko pembiayaan, semakin tinggi rasio ini menunjukkan
kualitas pembiayaan bank Syariah semakin buruk. Pengelolaan pembiayaan
sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyombang
pendapatan terbesar bagi bank Syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan NPF ikut
mempengaruhi pencapaian laba bank (Suhada, 2009). Bertambahnya NPF akan
mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari
pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba dan
berpengaruh buruk pada ROA. Hal ini didikung oleh penelitian Wisnu Mawardi
(2004) yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh signifikan negatif terhadap
ROA, Ramadan Imad, Kilani Qais dan Kaddumi Thair (2014) yang menyatakan
bahwa risiko kredit dikaitkan dengan hubungan terbalik yang signifikan dengan
profitabilitas di Yordania, dengan demikian, peningkatan eksposur terhadap risiko
kredit di sektor perbankan Yordania menurunkan laba. Jadi, untuk meningkatkan
profitabilitas bank Yordania, bank harus bekerja untuk meningkatkan efisiensi
manajemen biaya, yang menurut analisis sangat mempengaruhi laba bank-bank
Yordania dan penelitian Sumarlin Habibi (2016) yang menyatakan NPF (X5)
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA pada perbankan syariah.
Pengaruh Kurs (Nilai tukar mata uang) terhadap ROA (Retrun on Asset)
Peningkatan penawaran uang mempunyai dampak yang besar terhadap nilai tukar
mata uang dalam jangka panjang (Jonni & Adler, 2009). Gejolak kurs dan
ekspektasi gejolak depresiasi rupiah yang besar dapat menyebabkan dana
masyarakat berpindah atau lari ke bank yang berkualitas tinggi dan bank asing di
dalam negei dan di luar negeri. Gejolak itu juga akan mengakibatkan debitur bank
mengalami kesulitan usaha.
12
Nilai tukar mata uang asing menjadi salah satu faktor profitabilitas perbankan
karena dalam kegiatannya, bank memberikan jasa jual beli valuta asing. Dalam
situasi normal, memperdagangkan valuta asing pada dasarnya sangat
menguntungkan karena transaksi menghasilkan keuntungan berupa selisih kurs.
Hal itu terjadi karena para pelaku perdagangan valuta asing selalu menawarkan
dua harga nilai tukar (Leon & Ericson, 2008).
Apabila nilai suatu mata uang di negara tertentu mengalami kelesuan, maka
daya ingin nasabah juga akan menurun. Jadi kurs memilik pengaruh terhadap
Return On Asset bank umum syariah, karena pada umumnya mata uang yang
menurun secara jelas akan mengurangi daya beli dari pendapatan dan keuntungan
modal yang didapat dari jenis investasi apapun. Investasi yang menurun akan
mempengaruhi kegiatan operasional bank, karena apabila keinginan nasabah
untuk berinvestasi menurun maka pendapatan bank dari dana pihak ketiga juga
akan menurun (Swandayani,2012).
Menurunnya investasi, permintaan pembiayaan juga akan mengakibatkan
menurunnya rasio keuangan bank. Salah satunya adalah rasio profitabilitas yaitu
Return On Asset bank umum syariah itu sendiri. Sebaliknya, jika nilai mata uang
rupiah menguat, maka akan meningkatkan perekonomian pada sektor riil dan
mendorong masyarakat untuk berinvestasi pada sektor tersebut dan akan
meningkatkan profitabilitas bank umum syariah. Nilai tukar mata uang asing
berpengaruh positif terhadap profitabilitas Return On Asset , setiap kenaikan mata
uang asing akan mengakibatkan kenaikan Return On Asset dan sebaliknya setiap
penurunan nilai tukar mata uang asing akan menurunkan Return On Asset
(Swandayani,2012).
Dalam Tandelilin (2010) menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing
merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi, kenaikan
kurs rupiah terhadap mata uang asing dapat menurunkan tingkat suku bunga yang
berlaku. Menurut Hidayati (2014), didalam penelitiannya pada perbankan
syariah di Indonesia untuk periode 2009-2012, yang mengukur pengaruh Inflasi,
BI Rate, dan Nilai tukar terhadap profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan
nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
13
Hal ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Febrina Dwijayanthy
dan Prima Naomi (2009), dimana Nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas
bank terbukti signifikan dan pengaruhnya bersifat negative dan penelitian Amalia
Nuril Hidayati (2014), dimana Kurs mempunyai pengaruh signifikan terhadap
profitabilitas bank syariah di Indonesia. Hal ini menggambarkan apabila mata
uang mengalami apresiasi atau depresiasi maka akan berdampak pada
profitabilitas bank syariah.
Pengaruh Inflasi terhadap ROA (Retrun on Asset)Dampak inflasi yang tak
terduga, bank dapat memperlambat dalam menyesuaikan suku bunga mereka,
akibatnya kenaikan biaya lebih cepat dari pendapatan dengan dampak negatif
profitabilitas. Peningkatan inflasi di Indonesia sendiri yang terus meningkat setiap
tahunnya justru membawa dampak positif terhadap peningkatan profitabilitas
perbankan. Dengan adanya inflasi, bank cenderung meningkatkan tingkat suku
bunganya. Sehingga masyarakat cenderung menabungkan dana mereka dengan
pandangan bahwa meningkatnya suku bunga tersebut bisa menguntungkan bagi
mereka. Meningkatnya dana pihak ketiga pada bank cenderung menyebabkan
semakin meningkatnya jumlah kredit yang bisa disalurkan ke masyarakat.
Semakin banyak jumlah kredit yang disalurkan akan berdampak pada
meningkatnya laba bank (Anjarwati, 2016).
Namun dalam penelitian ini inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan hal
ini menandakan jumlah kredit yang disalurkan ke masyarakat yang membuat bank
lebih untung, akan tetapi inflasi pada selang tahun 2009 - 2018 ini, tidak
berdampak apapun terhadap perkembangan ataupun pendapatan profittabilitas
Bank Umum Syariah.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis pengaruh NPF (Non Performing Finance), Inflasi, BI
Rate, dan Kurs terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum Syariah tahun
2009-2018, dapat disimpulkan bahwa : Penelitian ini menjelaskan bahwa model
analisis Two Stage Engle Granger memenuhi syarat bahwa Pertama, koefisien
ECT harus negatif (-) sebesar - 0.789859. Kedua, koefisien ini memliki nilai p
14
atau probabilitas (signifikasi) empirik statistik t sebesar 0.0000 yang berarti
koefisien ECT signifikan pada = (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa model
terestimasi merupakan model Engle Granger Two Stage ECM, di mana terdapat
hubungan jangka pendek dan jangka panjang antar variabel, Secara simultan atau
bersama-sama NPF (Non Performing Finance), Inflasi, Kurs, dan BI Rate
berpengaruh terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum Syariah di Indonesia,
dapat dibuktikan dengan melihat Sig.stat sebesar 0.00045 < 0.05, Secara partial
atau individu dalam jangka pendek tidak ada satupun variabel independen
memiliki pengaruh signifikan. Sedangkan dalam jangka panjang variabel NPF
(Non Performing Finance) berpengaruh negatif namun signifikan sebesar 0.0480
< 0.05 dan Variabel Kurs berpengaruh negatif namun signifikan sebesar 0.0004 <
0.05., Berdasarkan hasil uji determinasi R2 sebesar 0.477301 artinya 47,7 % varisi
variabel dependen (ROA) dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (NPF,
Inflasi, Suku Bunga, dan Kurs), sedangkan 52,3 % dijelaskan oleh variasi variabel
lain di luar model.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti dapat memberikan saran
sebagai berikut: Bagi Pemerintah, diharapkan selalu memberikan dukungan dan
pengembangan pada Bank Umum Syariah di Indonesia, dan memberikan lembaga
hukum tersendiri dari Bank Umum Syariah yaitu DPS (Dewan Pengawas Syariah)
yang integritasnya sesuai dengan syariat Islam. Sehingga Bank Umum Syariah
dapat berjalan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits. Bagi Akademis
ataupun Peneliti Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
dalam penelitian selanjutnya. Diharapkan peneliti selanjutnya menambah variabel
independen yang berasal dari eksternal maupun Internal dari Bank Umum Syariah
dan menambah tahun penelitan, dapat diuji pengaruh jangka pendek dan jangka
panjang dengan menggunakan metode lain seperti, ECM Domowitzy atau Partial
Adjusment Model (PAM). Bagi Bank Umum Syariah, untuk masa yang akan
dating diharapkan mampu meningkatkan profit sharing dari kredit atau
pembiayaan yang diberikan. Memiliki inovasi dalam kebijakan ataupun prosedur
untuk mengatasi kredit macet.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan. Cetakan Pertama. PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Adiyadnya, I Nyoman Gedhe, Luh Gede S.A, dan Henny Rahyudha. 2016.
Universitas Udayana. Pengaruh Beberapa Variabel Ekonomi Makro
Terhadap Profitabilitas dan Return Saham pada Industri Perbankan di
BEI. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. ISSN : 2337-3067.
Herdinata, 2009. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Husnan, Suad. 1992. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan
Jangka Pendek). Yogyakarta: BPFE.
Kalengkongan, Glenda, 2013. Universitas Sam Ratulangi Manado. Tingkat Suku
Bunga Dan Inflasi Pengaruhnya Terhadap Return On Asset (ROA) Pada
Industri Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
EMBA Volume 1, No 4 Desember 2013, Hal. 737-747.
Naceur, Ben, Samy. 2003. The Determinants Of The Tunisian Banking
Industry Profitability:Panel Evidence, (Online). International
Journal ERF paper.
Samsul, 2006. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Edisi Pertama.
BPFE, Yogyakarta.
Setiadi, Pompong B. 2010. Analisis Hubungan Spread of Interest Rate, Fee
Based Income, dan Loan to Deposit Ratio dengan ROA pada
Perbankan di Jawa Timur, (Online). Jurnal Mitra Ekonomi dan
Manajemen Bisnis Vol.1 No. 1 ISSN 2087-1090.
Supriyanti, Neni, 2008. Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI Terhadap
Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan. Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin, halaman pertama. Makasar.
Swiknyo, Dwi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. PT.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Siamat, Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Suyatno, Thomas, 2005. Kelembagaan Perbankan. Edisi Ketiga. PT. Gramedia,
Jakarta.