pengaruh berbagai larutan antiseptik dalam …

57
i PENGARUH BERBAGAI LARUTAN ANTISEPTIK DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI DARI SWAB TELAPAK TANGAN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh: HESTY AGUSTINA WATI NIM : 1112103000005 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/ 2015

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH BERBAGAI LARUTAN ANTISEPTIK
DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI
DARI SWAB TELAPAK TANGAN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang ajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 16 Oktober 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang selalu
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menjalankan dan
menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Solawat beriringkan salam, semoga
selalu tercurah untuk baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membimbing umatnya, kedalam terang benderang masa yang dipenuhi dengan
ilmu pengetahuan seperti saat ini. Laporan penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waku, dikarenakan adanya dukungan doa, bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta yang selalu membimbing kami dalam
segala hal untuk menjadi lebih baik.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid., SpOT selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter beserta segenap dosen program studi pendidikan dokter yang selalu
memberikan bimbingan dan ilmu kepada saya selama menjalani masa
pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab Modul Riset Program
Studi Pendidikan Dokter 2012 yang selalu membimbing dan memberikan
motivasi dalam pelaksaan penelitian ini.
4. dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd selaku pembimbing 1 yang selalu
memberikan masukan dan nasihat serta meluangkan waktu, fikiran, dan
tenaga untuk membimbing saya dari awal penelitian hingga akhir
penelitian.
vi
5. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS,FACS selaku pembimbing 2 yang
telah turut memberikan masukan dan motivasi, serta meluangkan waktu,
tenaga, dan fikiran untuk membimbing saya.
6. Kedua orangtua yang selalu mendukung dan mendoakan saya Husen H.
Ismail S.Sos dan Kalisom M. Yakub A.Ma.Pd, terima kasih atas segala
pengorbanan yang penuh keikhlasan, motivasi, bantuan finansial dan doa
yang terus menerus dipanjatkan sehingga menjadi ringanlah perjalanan
saya dalam menggapai cita-cita.
7. Salmah M.Saleh, Hj Aminah, Uni Apriani, dan Ulfatun Mariati terima
kasih atas segala dukungan dan semangatnya untuk selalu memberikan
motivasi dukungan dan doa untuk saya.
8. Teman riset seperjuangan saya, Eka Ramah, Adichita Khaira, yang telah
memberikan semangat dan motivasi, susah senang telah kita lalui bersama
hingga terselesaikannya penelitian ini.
9. Seluruh mahasiswa PSPD 2012 FKIK UIN Jakarta yang telah meluangkan
waktu dan pikirannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
10. Teman – teman dekat saya serta keluarga besar PSPD 2012 untuk segala
bantuannya dan waktu yang telah dilalui bersama selama masa pendidikan
saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Laporan penelitian ini, kemungkinan besar masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk dapat memperbaiki
laporan penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi peneliti, masyarakat serta yang membaca penelitian ini. Segala
bentuk bantuan dan kebaikan yang telah dilakukan demi selesainya laporan
penelitian ini, semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT. Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
larutan antiseptik dalam menghambat bakteri dari swab tangan.
Latar belakang: Hand hygiene adalah suatu upaya atau tindakan membersihkan
tangan, baik dengan menggunakan sabun antiseptik di bawah air mengalir atau
dengan menggunakan handrub berbasis alkohol. Cuci tangan bisa mencegah
banyak penyakit infeksi, seperti kejadian diare, ISPA, maupun infeksi
nosokomial. Kebersihan tangan merupakan salah satu cara yang paling penting
untuk mencegah penyebaran infeksi. Metode: penelitian ini menggunakan jenis
penelitian true eksperimen dengan rancangan penelitian posttest only control
group design. Subjek penelitian terdiri dari 36 orang yang dilakukan swab pada
telapak tangan pada menit ke-1, ke-5, dan ke-10 kemudian dihitung jumlah kuman
dalam CFU/cm 2 . Hasil : Analisis bivariat menunjukan nilai signifikan pada semua
menit percobaan, artinya terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri antara mencuci
tangan menggunakan larutan antiseptik dan kelompok kontrol. Larutan antiseptik
yang paling efektif dan bekerja cepat dalam penurunan angka bakteri mulai pada
menit ke-5 adalah alkohol 60%, dibanding larutan antiseptik lain seperti triclosan
1% dan chlorhexidine gluconate 4%, efektif pada menit ke-10. Kesimpulan:.
Larutan antiseptik yang paling efektif dan cepat menurunkan jumlah bakteri pada
tangan adalah hand sanitizer (alkohol 60%).
Kata kunci : antiseptik, mencuci tangan, efektifitas, angka koloni kuman.
ABSTRACT
Background: Hand hygiene is an attempt or act of clean hands, either by using an
antiseptic soap under running water or using an alcohol-based handrub. Hand
hygiene can prevent many infectious diseases, such as diarrhea, acute respiratory
infection, and nosocomial infections. Hand hygiene is one of the most important
ways to prevent the spread of infection. Methods: This study used the type of
true experimental research study design posttest only control group design. The
subjects consisted of 36 people who carried out swab on the palms at minute 1,
5th, and 10th and then counted the number of bacteria in CFU/cm2. Results:
Bivariate analysis showed significant the all-minute trial, meaning that there were
a difference number of bacterial colonies between washing hands with an
antiseptic solution and the control group. Antiseptic solution most effective and
works quickly to decreased the numbers of bacteria began in the 5th minute is
60% alcohol, compared to other antiseptic solution such as triclosan 1% and
chlorhexidine gluconate 4%, effective in the 10th minute. Conclusion : The most
effective antiseptic solution and rapidly decrease the number of bacteria on the
hands is the hand sanitizer (60% alcohol).
Keywords: antiseptic, hand washing, effectiveness, bacteria colony numbers.
viii
2.1. Landasan Teori .................................................................................... 5
2.1.1.2 Macam-macam antiseptik...........................................5
2.1.2. Mikroorganisme kulit ........................................................12
2.1.3.2. Kekurangan dan Kelebihan Hand Hygiene dengan-
Handwash dan Handrub......................................................17
1.1.1. Waktu penelitian .....................................................................22
1.8.1 Alat penelitian...........................................................................24
1.8.2 Bahan penelitian........................................................................24
3.10 Alur penelitian....................................................................................25
x
4.1. Hasil ...................................................................................................27
koloni bakteri.........................................................................27
menggunakan Triclosan 1%, Chlorhexidine Gluconate 4%,
Hand Sanitizer dan kelompok kontrol dengan air mengalir
pada menit ke-1, ke-5 dan ke
10........................................................................................31
5.1. Kesimpulan ........................................................................................35
5.2. Saran ...................................................................................................35
Tabel 2.2 konsentrasi zat antiseptik.........................................................................8
Tabel 2.3 Flora Normal Kulit.................................................................................13
Variabel.................................................................................................30
xii
Gambar 4.1 Perubahan signifikan jumlah kuman disetiap menit pada percobaan
mencuci tangan dengan hand sanitizer kandungan alkohol 60%
...........................................................................................................29
Gambar 4.2 Percobaan kelompok kontrol (mencuci tangan dengan air mengalir)
terlihat Perubahan jumlah kuman yang semakin meningkat disetiap
menit percobaan................................................................................29
xiii
CFU :Colony Formating Unit
DKI :Daerah Khusus Ibukota
DNA :Deoksiribo Nukleat Acid
ILO :Infeksi Luka Operasi
MHA :Moller Holtoh Agar
MIC :Minimum Inhibitory Concentration
PCMX :Para Chloro Metaxilenol
PCA :Plate Count Agar
QAC :Quarternarry Ammonium Compond
VRE :Vancomicin Resistant Enterococci
WHO :World Health Organization
pakai sabun (CTPS) merupakan perilaku sederhana yang berdampak luar
biasa karena bisa mencegah banyak penyakit infeksi hingga 45%. Penyakit
diare dapat dicegah dengan cuci tangan pakai sabun terutama di saat penting,
antara lain sebelum dan sesudah makan. Mencuci tangan juga dapat
mencegah penyakit komunitas lainnya seperti Infeksi Saluran Napas Atas
(ISPA), pneumonia, infeksi cacing, infeksi mata, dan penyakit kulit sehingga
akan meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat. 1,2
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kesakitan dan kematian di dunia. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang
terjadi di rumah sakit. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari
di seluruh dunia penyebabnya adalah infeksi saluran kemih (36%), Infeksi
Luka Operasi (ILO) (20%), infeksi aliran darah (11%), dan pnemonia (11%) 1 .
Di sepuluh Rumah Sakit Umum (RSU) pendidikan di Indonesia, Angka
infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu sebesar 6-16% dengan rata-rata 9,8%
pada tahun 2010. Infeksi nosokomial paling sering terjadi adalah ILO 20-
30%. Penelitian yang pernah dilakukan di 11 rumah sakit di Daerah Khusus
Ibukota (DKI) Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat
inap mendapat infeksi baru selama dirawat. 1,3
Masih tingginya tingkat kejadian infeksi nosokomial, terutama di
negara-negara berkembang, disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi,
salah satunya adalah perilaku menjaga kebersihan tangan pada petugas
kesehatan yang masih sangat kurang. Dalam penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi tahun 2011 di bangsal bedah,
menunjukkan angka kepatuhan mencuci tangan pada residen 17,35%, perawat
31,25%, dan coass 23,32%. Petugas kesehatan dapat terpapar infeksi yang
menular melalui darah antara lain Human Immunodeficiency Virus (HIV),
Hepatitis B, dan Hepatitis C, serta mempunyai risiko tertular jika terjadi
kecelakaan seperti: tertusuk benda tajam, atau kontak langsung antara mukosa
2
atau kulit yang tidak utuh dengan darah dan cairan tubuh penderita. Perilaku
petugas kesehatan yang kurang memperhatikan prinsip hygiene dapat
menularkan kepada pasien dan petugas kesehatan yang lain. 4,5
Menurut WHO, cuci tangan adalah mencuci tangan dengan bahan
antiseptik. Terdapat beberapa produk cuci tangan yang memiliki kandungan
antiseptik antara lain. Sabun antibakteri mengandung berbagai macam bahan
aktif antiseptik seperti triclosan dengan konsentrasi 0,1%, chloroxylenol 0,5-
4%, chlorhexidine 0,5-4%, hexachlorophene 3%, dan iodophors 0,5-10%.
Selain sabun antibakteri terdapat juga produk yang mengandung antiseptik
dalam hal membersihkan tangan, yaitu hand sanitizer, mencuci tangan tanpa
menggunakan air. Hand sanitizer adalah zat antiseptik yang di dalamnya
terdapat bahan dasar alkohol yaitu merupakan bahan aktif berupa etil-alkohol
(60-90%), isopropil alkohol (70-90%), dan n-propanolol (60-70%), yang
telah terbukti efektif dalam membunuh kuman. Hand sanitizer juga
mengandung bahan-bahan antibakterial lainnya seperti triclosan, glycerol,
atau agen antimikroba lainya. 1,4
Alkohol efektif terhadap Gram positif dan
Gram negatif termasuk patogen resisten seperti Methiciline Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA) dan Vancomicin Resistant Enterococci
(VRE), Micobacterium tuberculosis, dan berbagai jamur. Namun, hampir
tidak efektif terhadap spora dan aktivitas yang sangat rendah terhadap
beberapa virus. Alkohol dengan kandungan 60-80% dapat mengurangi jumlah
bakteri di tangan sebesar 5 log 10
setelah aplikasi 30 detik, dan 4,0-5,0 log 10
setelah aplikasi 1 menit, sedangkan pada penggunaan triclosan pada
penggunaan 1 menit dapat mengurangi bakteri 2,8 log 10
. 5,6
contohnya Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, Clostridium
perfingens, Campilobacter jejuni, Giardia lamblia, dan virus Norwalk yang
dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit dan gastrointestinal. Pada
penelitian di tiga rumah sakit di DKI Jakarta didapatkan hasil swab tangan
dari 31 petugas medis yaitu, 12,9% Staphylococcus aureus, 3,2% Escherichia
coli, dan 6,4% Pseudomonas sp. 5,7
Flora normal yang paling sering dijumpai
di kulit adalah Staphylococcus epidermidis, Stafilokokus koagulase negatif
3
CFU/cm 2 . Flora normal tidak bersifat patogen, kecuali Staphylococcus
aureus. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit jika telah mencapai jumlah
1.000.000 atau 10 6
toksin. 8,9
tangan maupun hand sanitizer sebagai zat antimikroba yang dapat melindungi
kebersihan tangan dan mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah:
2. Manakah produk antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
paling cepat?
menghambat pertumbuhan bakteri, pada pemakaian menit ke-1, ke-5, dan ke-
10, dibandingkan dengan mencuci tangan menggunakan air mengalir.
1.4 Tujuan Penelitian.
1.4.1 Tujuan Umum.
bakteri pada menit ke-1, ke-5, dan ke-10, setelah aplikasi.
1.4.2 Tujuan Khusus.
menghambat pertumbuhan bakteri.
1.5 Manfaat Penelitian.
a. Bagi Peneliti.
eksperimental.
4
bagaimana efektivitasnya terhadap pertumbuhan koloni bakteri.
- Mendapatkan informasi tentang produk larutan antiseptik yang paling
efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri.
- Sebagai prasyarat tugas dalam memperoleh gelar S.Ked (Sarjana
Kedokteran) di Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
antiseptik yang paling efektif dalam menghambat koloni bakteri.
- Memajukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan mempublikasikan penelitian ini.
c. Bagi keilmuan.
sanitizer dan sabun antiseptik terhadap pertumbuhan koloni bakteri.
- Dapat dijadikan sumber referensi bagi praktisi lain yang tertarik dalam
penelitian mikrobiologi yang sesuai.
mencuci tangan memakai bahan antiseptik.
- Memberikan informasi kepada masyarakat tentang efektivitas produk
cuci tangan yang mengandung antiseptik yaitu hand sanitizer dan
sabun antiseptik dalam menghambat pertumbuhan kuman yang
terdapat di telapak tangan.
Desinfektan adalah zat yang digunakan untuk mengontrol,
mencegah, atau menghancurkan mikroorganisme berbahaya (bakteri, virus,
atau jamur) pada benda mati dan permukaan benda. 3 Antiseptik adalah zat
antimikroba yang mengurangi atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan hidup. Contohnya alkohol, chlorhexidin
glukonat, klorin, yudium, Para Chloro Metaxilenol (PCMX), senyawa
surfaktan, dan triclosan. 4
antiseptik diterapkan pada permukaan jaringan hidup untuk mencegah atau
menghentikan pertumbuhan mikroorganisme dengan menghambat
organisme atau dengan menghancurkannya. 3
2.1.1.2. Macam-macam antiseptik.
seperti pada permukaan kulit dan mukosa. Penggunaan antiseptik dalam
kehidupan sehari-hari berbeda-beda bergantung pada aktivitasnya dan
aplikasinya. klasifikasi antiseptik menjadi beberapa kelompok 4 , yaitu:
1. Alkohol.
volume air yang terkandung, dan alkohol yang sering digunakan, yaitu
etil-alkohol (60-90%), isopropil alkohol (70-90%), dan n-propanolol
(60-70%), ketiga bahan ini sering digunakan sebagai bahan aktif pada
produk-produk pembersih tangan karena bahan-bahan ini menunjukkan
aktivitas antimikroba yang cepat dengan spektrum yang luas melawan
bakteri vegetatif, virus, dan jamur, namun tidak bersifat sporosidal.
Kemampuan antimikroba dari alkohol ini adalah dengan mendenaturasi
6
dengan air sekitar 70-80%. 1,3
Konsentrasi alkohol yang lebih tinggi
dapat mengurangi kemampuannya dalam mendenaturasi protein bakteri
karena proses denaturasi membutuhkan air. 4
Penelitian secara kuantitatif melihat efektivitas antiseptik
alkohol dalam mengurangi jumlah bakteri di tangan, pengurangan
bakteri di tangan yang terkontaminasi rata-rata 3,5 log 10
setelah
setelah pemakaian 1 menit. Etil
alkohol efektif membunuh Staphylococcus aureus pada konsentrasi
70% di menit ke-10, Escherichia coli pada konsentrasi 70% di menit
ke-2, dan virus polio pada konsentrasi 70% di menit ke-10. 4
Menurut Larson dkk, penggunaan 1 ml alkohol kurang efektif
dibanding 3 ml. Temuan ini memiliki relevansi klinis karena beberapa
petugas kesehatan hanya menggunakan sedikitnya 0,4 ml untuk
membersihkan tangan mereka. 4 Tidak diketahui secara pasti volume
ideal penggunaan alkohol sebagai antiseptik, karena berbeda produk
berbeda formula yang digunakan. Namun jika tangan terasa kering
setelah digosokkan bersama selama kurang dari 10-15 detik,
kemungkinan bahwa volume produk kurang cukup sebagai antiseptik. 4,5
Alkohol memiliki memiliki kemampuan aktivitas bakteriosida yang
baik terhadap Gram positif dan Gram negatif termasuk juga MRSA,
virus, dan beberapa jamur. Tetapi alkohol tidak memiliki efek pada
bakteri berspora dan efeknya sangat lemah terhadap non-enveloped
(non-lipophilic) viruses. 4,5
Kebanyakan antiseptik berbasis alkohol mengandung etanol
baik, isopropanol atau n-propanol, atau kombinasi dari dua produk ini. 5
Dalam beberapa penelitian telah dilakukan penelitian tentang alkohol
baik alkohol saja, kombinasi kedua alkohol atau solusi alkohol dengan
sejumlah kecil heksaklorofen, Quarternarry Ammonium Compond
(QAC), povidone-iodine, atau triclosan, untuk meningkatkan
kemampuan antiseptik sebagai antimikroba. 1,5
7
Ket: good:(+++), moderate:(++), poor:(+), variable: (±), none:(-)
Sumber: WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, 2009. 1
Salah satu produk antiseptik yang berbasis alkohol adalah hand
sanitizer yaitu suatu cairan atau gel antiseptik yang digunakan untuk
mencuci tangan tanpa menggunakan air untuk membilasnya. Hand
sanitizer terbagi menjadi dua berdasarkan bahan aktif yang terkandung,
yaitu hand sanitizer dengan alkohol dan tanpa alkohol dan memiliki
bahan aktif berupa agen antimikroba lain yang biasanya digunakan
yaitu chlorhexidine, chloroxilenol, hexaclorophene, iodine and
quaternary, ammonium compounds, dan triclosan. 5 Walaupun alkohol
mempunyai efek antimikroba namun hanya bekerja pada short acting
bukan long acting, sehingga tidak bersifat persisten. Namun hasil
beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pemakaian kombinasi
alkohol dan triclosan atau antimikroba yang lain menyebabkan efek
antimikroba yang persisten. 6
Triclosan dengan konsentrasi 0,2% sampai 2% memiliki
aktivitas antimikroba. Triclosan biasanya dimasukkan dalam deterjen
dengan konsentrasi 0,4%-1%, dan di dalam alkohol 0,2%-0,5% ini
disebabkan oleh sifat triclosan yang kurang larut dalam alkohol. 7
8
Tabel 2.2. Konsentrasi zat antiseptik.
Ket: HR (handrub), HW (handwash)
Sumber: WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, 2009. 1
Efek antimikroba triclosan dengan cara mempengaruhi
membran sitoplasma, sintesis Ribonucleic Acid (RNA), asam lemak,
dan protein sel bakteri. Aktivitas triclosan terhadap Gram positif
termasuk MRSA lebih besar dibanding Gram negatif basil khususnya
Pseudomonas aeroginosae, Micobacterium, dan Candida SP. 7
Triclosan (0,1%) mengurangi jumlah bakteri di tangan sebesar 2,8 log 10
setelah 1 menit dengan handwash. Dalam beberapa penelitian
pengurangan log yang dicapai lebih rendah dibanding penggunan
chlorhexidine dan alkohol. 7
Pada penelitian yang melakukan pengujian tentang efektivitas
triclosan 1% pada 4 jenis kuman, yaitu S. aureus, E. faecalis, E. coli,
dan P. aeroginosa. Tiga dari 4 kuman yang diujikan ini, yaitu S. aureus,
E. faecalis, dan E. coli tidak menunjukan pertumbuhan pada Moler
Hilton Agar (MHA) setelah diinkubasi dengan larutan triclosan 1%
selama 15, 30, dan 60 detik, baik pada konsentrasi kuman 1,5x10 8 ,
3x10 8 , maupun 6x10
diinkubasi dengan larutan aquabidestilata steril seluruhnya tampak
pertumbuhan kuman. Hal ini menunjukkan triclosan 1% efektif pada
9
ketiga jenis kuman pada semua waktu yang diuji tersebut. Pada agar
yang diinokulasi suspensi Pseudomonas aeroginosa yang diinkubasi
dengan triclosan 1% tampak adanya pertumbuhan pada semua
konsentrasi, dari hasil ini menunjukan bahwa Pseudomonas aeroginosa
resisten terhadap triclosan 1%. 7
Pada sabun antiseptik mengandung komposisi khusus yang
berfungsi sebagai antibakteri. Salah satunya adalah triclosan. Triclosan
merupakan zat antibakteri yang paling sering digunakan. Kebanyakan
sabun antiseptik mengandung triclosan dengan konsentrasi 1%.
Konsentrasi hambat minimum Minimum Inhibitory Concentration
(MIC) triclosan berkisar 0,1-10µg/mL (0,01%-1%), sedangkan
konsentrasi bakterisidal sebesr 25µg/mL (2,5%) atau lebih. Mencuci
tangan menggunakan larutan triclosan 0,1% selama 1 menit dapat
mengurangi jumlah bakteri transien sebesar 2,8 log 10
unit sedangkan
unit. 1,7
persisten pada kulit. Efek kumulatif merupakan peningkatan efek
antimikroba suatu bahan antiseptik pada penggunaan berulang. Efek
persisten merupakan peningkatan efek antimikroba yang menghambat
proliferasi mikroorganisme setelah pemakaian suatu bahan antiseptik. 7,8
3. Chlorhexidine gluconate.
hampir tidak larut dalam air, namun dalam bentuk digluconate bisa
larut dalam air. Aktivitas antimikroba chlorhexidine adalah dengan
mendenaturasi membran sitoplasma dan menyebabkan selnya
mengendap. 8 Efek antimikrobanya sangat baik pada bakteri Gram
positif namun masih kurang efektif pada bakteri Gram negatif, jamur,
Mycobakterium, dan spora. Konsentrasi chlorhexidine 0,5%, 0,75%,
atau 1% kurang efektif dibanding konsentrasi 4%. 8
4. Chloroxylenol.
halogen fenolik yang digunakan secara luas sebagai pengawet pada
10
antimikroba dari chloroxylenol adalah dengan menginaktivasi enzim
bakteri dan mengubah sel bakteri, sehingga dapat mereduksi bakteri
Gram negatif, Gram positif, Mycobacterium, dan beberapa virus. 8
Namun kurang efektif pada P. aeroginosa tetapi dengan penambahan
ethylenediaminetetraacetic-acid (EDTA) meningkatkan aktivitas
Chloroxylenol tersedia dalam konsentrasi mulai dari 0,3% sampai
3,75%, dan umumnya ditoleransi dengan baik pada kulit. Walaupun
terdapat beberapa kasus reaksi alergi telah dilaporkan, tetapi relatif
jarang. 8
5. Heksaklorofen.
Heksaklorofen adalah bisphenol yang terdiri dari dua kelompok
fenolik dan tiga gugus klorin. Pada tahun 1950-an dan awal 1960,
heksaklorofen 3% sudah secara luas digunakan untuk mencuci tangan
sebagai scrub bedah dan untuk mandi secara rutin pada bayi di rumah
sakit. Aktivitas antimikroba heksaklorofen berhubungan dengan
kemampuannya untuk menonaktifkan sistem enzim penting dalam
mikroorganisme. Heksaklorofen adalah bakteriostatik, dengan aktivitas
yang baik terhadap Staphylococcus aureus dan relatif aktivitas lemah
terhadap bakteri Gram negatif, jamur, dan Mycobacteria. 1,8
6. Iodin dan iodophors.
1800, meskipun iodophors telah menggantikan iodin sebagai bahan
aktif dalam larutan antiseptik karena iodin sering menyebabkan iritasi
dan perubahan warna kulit. Molekul iodin cepat menembus dinding sel
mikroorganisme dan menonaktifkan sel dengan membentuk kompleks
dengan asam amino dan asam lemak tak jenuh, menyebabkan terjadinya
gangguan sintesis protein dan perubahan membran sel. Sehingga iodin
dan iodophors memiliki aktivitas bakterisida terhadap bakteri Gram
positif, Gram negatif, dan beberapa bakteri yang membentuk spora
(Clostridia, Bacillus spp). aktif terhadap Mycobacteria,
11
virus, dan fungi. Iodophors terdiri dari unsur iodin, iodida, atau
triiodida, dan polimer pembawa. Iodin dan iodophors juga digunakan
untuk antiseptik kulit sebelum pembedahan dan antiseptik luka.
Turunan ini umumnya digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi
1-10% dan mampu mengoksidasi dalam rentang waktu 10-30 menit,
contohnya povidon iodium. 1,8
Menurut sifat patologik dinding sel, mikroorganisme dapat dibagi
menjadi Gram negatif, Gram positif, Mycobacterium, dan Spirochaeta.
Permukaan bakteri dapat pula dilapisi kapsul yang protektif, protein, dan
polisakarida yang ada di dalam struktur tersebut dapat merangsang sistem
imun humoral tubuh untuk membentuk antibodi. 9
Bakteri memiliki dinding sel yang terdiri atas mukopeptida yang
disebut peptidoglikan. Bagian ini biasanya menjadi sasaran dari enzim
lisozim. Bakteri Gram negatif memiliki membran lapis kedua yang
mengandung protein dan lipopolisakarida sehingga lebih bisa bertahan.
Struktur prominen tersebut sering terlibat dalam stimulasi respon imun.
Semua bakteri memiliki membran sitoplasma di dalam dinding sel yang
terdiri atas peptidoglikan di sekitar membran sitoplasma. 9,10
Berdasarkan perbedaan struktur dinding sel bakteri, dan dapat lebih
mudah memahami bagaimana cara antiseptik membunuh bakteri yaitu:
1. Denaturasi protein sel bakteri
Turunan akohol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses absorbsi
yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah (alkohol 60%)
terbentuk kompleks protein dengan ikatan yang lemah dan segera
mengalami peruraian, diikuti penetrasi alkohol ke dalam sel
menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Protein yang
mengalami denaturasi akan kehilangan aktivitas fisiologis sehingga
tidak dapat berfungsi dengan baik. Perubahan struktur protein pada
dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga
pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak. 11
12
Perubahan permeabilitas membran sel bakteri merupakan mekanisme
kerja senyawa amonium kuartener. Terjadinya perubahan permeabilitas
membran sel menyebabkan kebocoran konstituan sel yang esensial
sehingga bakteri mengalami kematian. 11
Senyawa kation aktif seperti chlorhexidine dapat berinteraksi dengan
gugus-gugus yang bermuatan negatif pada dinding sel bakteri. Interaksi
ini menyebabkan netralisasi muatan yang memfasilitasi transportasi zat
aktif sehingga terjadi kerusakan dinding sel bakteri. 11,12
3. Interaksi dalam Deoksiribo Nukleat Acid (DNA).
Senyawa turunan trifenilmetan seperti gentian violet dan akridin seperti
akriflavin bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat
asam nukleat. Ikatan ini akan menghambat sintesis DNA sehingga
sintesis protein tidak terjadi. Turunan trifenilmetan dan turunan akridin
merupakan kation aktif yang dapat membentuk ikatan hidrogen
menghasilkan kompleks dengan gugus yang bermuatan negatif pada
bakteri. Hal ini menyebabkan penghambatan proses biologi yang
penting untuk kehidupan bakteri sehingga bakteri mengalami
kematian. 12,13
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin dapat
membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel bakteri,
kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar
yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan
fungsi enzim-enzim sehingga jasad renik mengalami kematian. 12,14
2.1.2. Mikroorganisme Pada Kulit.
1. Flora residen.
ditemukan di daerah tertentu pada usia tertentu. Jika terganggu, flora
13
Mikroorganisme tersebut dapat beradaptasi dengan cara hidup non-
invasif yang disebabkan oleh keadaan lingkungan yang cocok. Anggota
flora residen juga dapat menyebabkan penyakit dalam keadaan tertentu
jika dipindahkan secara paksa di lingkungan aslinya misalnya masuk ke
aliran aliran darah atau jaringan. Flora residen memiliki dua fungsi
pelindung utama yaitu sebagai mikrobial antagonis dan berkompetisi
dengan flora residen untuk mendapatkan nutrisi. Secara umum flora
transien tidak menyebabkan infeksi, namun jika berada pada daerah
tertentu tubuh seperti rongga steril tubuh seperti mata, atau kulit yang
tidak utuh maka akan menyebabkan infeksi. 14,15
Flora residen atau flora normal dalam tubuh adalah
mikroorganisme yang secara konstan ada di permukaan tubuh bersifat
komensial. Pertumbuhannya di daerah tertentu bergantung pada faktor-
faktor fisiologis, seperti temperatur, kelembaban, dan adanya zat gizi
serta zat inhibitor tertentu. 14
Tabel 2.3 Flora Normal Kulit.
Sumber : Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. Medical Microbiologi;
2007. 14
bersifat patogen yang menempati hanya sementara di permukaan kulit
atau membran mukosa misalnya selama beberapa jam, hari, dan minggu,
Tempat
predileksi
Mikroorganisme
spesies Mikrococcus
14
yang berasal dari lingkungan. Anggota flora transien secara umum
memiliki jumlah yang kecil selama flora residen tetap utuh dan tidak
mengganggu lingkungan. Namun apabila lingkunganya terganggu, flora
transien dapat berkolonisasi, berproliferasi, dan menyebabkan
penyakit. 14,15
gastrointestinal. 15
Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya koloni atau
sekumpulan bakteri pada diri seseorang. Kolonisasi tidak menimbulkan
gejala klinis hingga infeksi dari bakteri tersebut terjadi. Kolonisasi dapat
terjadi baik pada bakteri yang bersifat patogen maupun flora normal di
permukaan kulit, contohnya Staphylococcus aureus dan Candida
albican. 14,16
Gram positif yang terdapat pada kulit dan mukosa serta ditemukan
berkoloni pada 30% populasi secara general. Staphylococcus aureus
paling sering menyebabkan infeksi nosokomial dan resisten terhadap
pemberian antibiotik beta laktam yaitu MRSA. 17
Keparahan infeksi
tergantung pada patogen dan respon imun host. Populasi yang berisiko
terkena infeksi adalah manusia dengan respon imun yang lemah atau
kebersihan diri yang buruk, seperti pada anak-anak, pasien rawat inap,
pasien dengan pemasangan kateter intravena, ataupun pasien dengan
fungsi paru-paru yang bermasalah. 16,17
Sedangkan C. albicans adalah ragi
komensal yang terdapat pada mukosa mulut, saluran pencernaan, dan
vagina yang dapat ditemukan secara umum bahkan pada individu yang
sehat. Namun, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah C. albicans dalam rongga mulut sehingga dapat
bersifat patogen, antara lain diabetes mellitus, AIDS, penggunaan
15
kepala/leher, dan gangguan gizi. 18
Kulit manusia normalnya dipenuhi oleh banyak bakteri, dengan jumlah
bakteri aerobik mulai dari 1x10 6 CFU/cm
2 pada kulit kepala, 5x10
5
4 CFU/cm
4
CFU/cm 2 pada lengan bawah. Sedangkan jumlah bakteri pada tangan
petugas kesehatan berkisar 3,9x10 4 sampai 4,6x10
6 CFU/cm
2 . Pada
individu, sering relatif konstan untuk setiap individu tertentu. 18,19
2.1.3. Hand Hygiene.
tangan, baik dengan menggunakan sabun antiseptik di bawah air mengalir
atau dengan menggunakan handrub berbasis alkohol dengan langkah-langkah
yang sistematik sesuai urutan, sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri
yang berada pada tangan. 1
Terdapat beberapa istilah menurut WHO dalam membersihkan
tangan. Misalnya handwash adalah perawatan tangan dengan antiseptik
handwash dan air untuk mengurangi flora transien tertentu tanpa
mempengaruhi flora tetap kulit. Sedangkan handrub adalah perawatan tangan
dengan antiseptik handrub untuk mengurangi flora transien tanpa harus
mempengaruhi flora tetap kulit. 1,4
2.1.3.1 Langkah-langkah Hand Hygiene menurut WHO.
Berdasarkan Guideline WHO 2009, mencuci tangan yang higienis terbagi
menjadi 2 berdasarkan cara mencuci tangan yang membutuhkan air dan yang
tidak. 1
Gambar 2.1 : Langkah-Langkah Mencuci Tangan Dengan Air.
Sumber: WHO Guidelines on hand hygiene in health care, 2009. 1
2. Langkah-langkah melakukan Handrub adalah :
Gambar 2.2: Langkah-Langkah Mencuci Tangan dengan Handrub.
Sumber: WHO Guidelines on hand hygiene in health care,2009. 1
17
handrub.
hilangnya kotoran di tangan secara mekanis (tanah, bahan-bahan organik)
dan flora yang melekat tidak kuat di tangan (sebagian besar berupa flora
transien dan sebagian kecil flora tetap) namun tangan yang basah dapat
menumbuhkan dan menyebarkan mikroorganisme dibanding dengan
tangan yang kering. 19,20
handrub berbasis alkohol lebih cepat dan efektif membunuh
mikroorganisme di tangan walaupun efek hambatnya lebih singkat
dibandingkan mencuci tangan dengan sabun antiseptik. 19
Penggunaan alkohol untuk mencuci tangan memiliki beberapa kelebihan:
1. Sangat banyak mengurangi jumlah kuman di kulit, kerjanya cepat dan
sedikit menyebabkan iritasi (gatal-gatal) dibanding berkali-kali
memakai air dan sabun. 21
2. Pembersihanya menguap tanpa bekas, dan juga mengandung bahan
pelembab yang menjaga agar kulit tetap dalam keadaan baik. 21
3. Cairan alkohol lebih efektif penggunaanya dalam mencuci tangan,
sebab masa kering cairan alkohol lebih cepat dibanding mencuci
dengan mengguanakan sabun, setelah kering tidak akan membuat
kuman berkembang biak. 21
Kelemahan menggunakan alkohol:
1. Pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak berhasil baik jika kulit
tampak nyata kotornya karena tidak bisa melunturkan dan membasuh
kotoran seperti memakai sabun dan air. 22
2. Biaya untuk mendapatkan alkohol lebih mahal dibanding sabun
pencuci tagan. 22
kelebihan menggunakan sabun:
yang paling cost-effective (Kementrian Kesehatan, 2010) 21
18
2. Cuci tangan pakai sabun akan menghilangkan kotoran dan minyak
yang menempel pada tangan secara lebih efektif karena menggunakan
air untuk membilas. 22
3. Cuci tangan pakai sabun menghapus sebagian besar bakteri transien
secara lebih efektif. 22
Kelemahan menggunakan sabun adalah:
alkohol. 21
2. Dilaporkan kasus iritasi dan kulit menjadi kering, kesulitan mengakses
perlengkapan cuci tangan, meningkatkan kesibukan karena mencuci
tangan membutuhkan waktu (40-60 detik). 23
2.1.3.3 Indikasi cuci tangan.
dan air, atau dengan menggunakan pembasuh tangan berbahan dasar alkohol.
Kapan kita harus mencuci tangan, ada waktu-waktu yang mengharuskan kita
untuk mencuci tangan 23,24
2. Sebelum dan sesudah memegang anak.
3. Sebelum dan sesudah makan/ memegang makan atau minuman.
4. Sesudah memegang benda-benda yang kemungkinan mengandung
kuman.
6. Sebelum memberikan/ minum obat. 24
Indikasi untuk kebersihan tangan pada petugas kesehatan 24,25
:
a. Cuci dengan sabun dan air ketika tampak kotor atau terlihat kotor dengan
darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menggunakan toilet.
b. Jika terpapar spora patogen dan sangat dicurigai atau terbukti adanya
wabah Clostridium difficile, sebaiknya mencuci tangan dengan sabun dan
air.
c. Gunakan pencuci tangan berbahan dasar alkohol sebagai sarana rutin
untuk antisepsis tangan dalam segala situasi klinis lainya. Jika pencuci
19
mencuci tangan dengan sabun dan air.
d. Waktu membersihkan tangan:
2. Sebelum menangani peralatan invasif untuk perawatan pasien,
terlepas dari apakah sarung tangan digunakan atau tidak.
3. Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa,
kulit yang tidak utuh, atau luka.
4. Jika berpindah dari sebuah area tubuh yang terkontaminasi ke area
tubuh yang lain selama perawatan pasien yang sama.
5. Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan benda-benda
(termasuk peralatan medis) di sekitar pasien.
6. Setelah melepas sarung tangan steril atau non-steril. 25
e. Sebelum menangani obat atau menyiapkan makanan, melakukanya
dengan tangan yang bersih menggunakan pencuci tangan berbahan dasar
alkohol atau mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan air.
f. Sabun dan pembersih tangan alkohol sebaiknya tidak digunakan secara
bersamaan. 26
yang tumbuh
pada medium
Hitung koloni yang
tumbuh CFU/cm 2
penelitian posttest only control group design, untuk melihat efek berbagai
larutan antiseptik terhadap pertumbuhan mikroorganisme. 27
3.2 Waktu dan tempat penelitian.
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei sampai September 2015.
Pengambilan data dilakukan bulan September 2015 di laboratorium
mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ksehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1. Kriteria inklusi.
angkatan 2012.
besar.
2. Kriteria eksklusi.
(misalnya: chlorhexidine gluconate, chlorin, dan alkohol),
dieksklusi berdasarkan hasil wawancara sebelumnya.
3.4 Besar Sampel.
untuk penelitian analitik numerik tidak berpasangan. Rumus besar sampel
untuk penelitian analitik numerik tidak berpasangan adalah :
23
penelitian yang dilakukan Fajar, 2013. 19
Dengan demikian besar sampel yang
diharapkan dapat dihitung sebagai berikut :
Zα= 1,96
Zβ= 1,64
S = 4,15
X1-X2 = 10
3.5 Cara Pengambilan Sampel.
dengan tehnik acak sederhana (simple random sampling), yakni semua unsur
yang ada di populasi mempunyai peluang yang sama untuk terambil sebagai
sampel mewakili populasinya. Pengambilan sampel berdasarkan absensi
PSPD 2012 yang dipilih secara acak berdasarkan nomer absen ganjil sampai
didapatkan 36 subjek penelitian. 27
3.6 Bahan Yang Diuji.
Terdapat 4 kelompok yang akan diujikan yaitu air keran, sabun
antiseptik dengan kandungan triclosan 1%, hand sanitizer dengan kandungan
alkohol 60%, dan chlorhexidine gluconate 4%.
24
Jakarta angkatan 2012 yang memenuhi kriteria inklusi.
3.8 Identifikasi Variabel.
3.7.1 Variabel Bebas.
chlorhexidine gluconate, dan hand sanitizer yang mengandung alkohol
60%.
Jumlah koloni kuman yang tumbuh pada plate count agar (PCA).
3.9 Alat Dan Bahan Penelitian.
3.9.1 Alat Penelitian.
- Cawan Petri
ml dan 1000 ml
- Alat tulis dan kamera
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : plate count agar,
larutan NaCL 0,9%, swab kapas, sabun antiseptik dengan kandungan triclosan
1%, hand sanitizer dengan kandungan alkohol 60%, dan chlorhexidine
gluconate 4%.
Sterilisasi alat dan bahan, akan dilakukan pada seluruh alat dan
bahan yang akan digunakan di dalam autoklaf selama 30 menit pada suhu
121°C yang sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan, dan dibungkus dengan
kertas atau alumunium.
3.11.2 Tahap pengujian.
3.11.2.1 Mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir, sabun antiseptik berupa
triclosan 1%, chlorhexidine gluconate 4%, dan hand sanitizer ( alkohol
60%):
responden homogen.
2. Responden mencuci tangan dalam 40-60 detik dengan tehnik langkah
(rekomendasi WHO) kemudian di keringkan dengan tisu.
3. Ambillah swab kapas steril yang telah dibasahi dengan larutan NaCL
0,9%.
kandungan alkohol 60%
Edukasi subjek penelitian
Hitung jumlah koloni
masing-masing subjek hanya satu
sanitizer dengan kandungan alkohol
26
4. Usap dengan cukup kuat pada telapak tangan responden, berlawanan
arah dengan garis telapak tangan.
5. Usapan dilakukan dalam beberapa waktu, yang pertama dilakukan pada
menit ke-1 kemudian dilanjutkan usapan kedua pada menit ke 5, dan
usapan ketiga pada menit ke 10.
6. Swab kapas tersebut kemudian diusapkan di atas plate count agar
dalam cawan petri, secara merata dan menyeluruh. Berdasarkan tehnik
penggoresan radian tujuanya untuk membuat goresan sebanyak
mungkin pada lempeng medium pembiakan.
7. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
jam.
8. Koloni bakteri yang tumbuh dihitung dengan colony counter dan di
catat kemudian hasilnya dimasukan ke dalam satuan CFU/cm 2 .
3.12 Analisis Data.
analisis bivariat. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan perhitungan statistik yaitu uji one way anova umtuk
membandingkan perbedaan mean lebih dari dua kelompok dengan derajat
kemaknaan α = 0,05 jika data berdistribusi normal. Jika data tidak
berdistribusi normal maka akan dilakukan dengan uji Kruskal Wallis. Untuk
mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan, maka harus
dilakukan analisis Post hoc.
27
Bakteri.
pengambilan spesimen swab tangan didapatkan hasil bahwa semua
bahan larutan antiseptik yang diujikan dapat menghambat
pertumbuhan koloni bakteri. Dapat dilihat pada perbandingan waktu
pengambilan yaitu pada menit ke-1, ke-5, dan ke-10 jumlah koloni
akan semakin berkurang ini menunjukan bahwa larutan antiseptik
dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri sampai menit ke-10.
Jika dibandingkan dengan kelompok (mencuci tangan dengan air
mengalir), dapat dilihat jumlah koloni bakteri semakin meningkat
mulai pada menit ke-5, dan ke-10, dibandingkan menit ke-1
pengambilan. Terjadi pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri
sehingga mencuci tangan memakai air saja tidak dapat melindungi
tangan dari bakteri setelah mencuci tangan lebih dari 1 menit.
Gambar 4.1: percobaan mencuci tangan dengan hand sanitizer
(alkohol 60%) terihat perubahan signifikan jumlah kuman di setiap
menit percobaan.
mengalir) terlihat Perubahan jumlah kuman yang semakin meningkat
di setiap menit percobaan.
4.1.2 Hasil Uji Statistik
penelitian ini analisis yang digunakan adalah nilai mean jumlah
kuman dari masing-masing variabel.
Tabel 4.1: Hasil Analisis Jumlah Rerata Koloni Bakteri pada Setiap
Variabel.
(CFU/cm 2 )
1.
2.
3.
4.
rerata (mean) jumlah angka kuman mulai dari yang terbanyak pada
menit ke-1, ke-5, dan ke-10 percobaan adalah kelompok kontrol
(mencuci tangan dengan air mengalir), antiseptik triclosan 1%,
chlorhexidine gluconate 4%, dan alkohol 60%.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan mulai dari yang terbanyak
jumlah rata-rata koloni yang tumbuh adalah kelompok kontrol
(mencuci tangan dengan air mengalir), kemudian sabun antiseptik
mengadung triclosan 1%, sabun antiseptik dengan chlorhexidine
gluconate 4%, dan alkohol 60%. Kelompok hand sanitizer dengan
alkohol 60% mempunyai jumlah kuman terendah dibandingkan
dengan kelompok kontrol (mencuci tangan dengan air mengalir) dan
larutan antiseptik yang lain pada semua menit percobaan.
4.1.3.2 Analisis Bivariat
tidak normal dan setelah ditransformasikan, distribusi data tetap tidak
normal. Hal ini menandakan bahwa data yang diperoleh tidak
memenuhi syarat untuk menggunakan uji parametrik berupa One-way
ANOVA, maka sebagai gantinya digunakan uji hipotesis alternatif
tidak berpasangan lebih dari dua kelompok yaitu Krusskall-Wallis 20
Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis, diperoleh nilai signifikan
menit ke-1: 0,005, menit ke-5: 0,000, dan menit ke-10: 0,000 < α
=0,05, artinya ada perbedaan jumlah angka kuman antara mencuci
tangan menggunakan sabun antiseptik triclosan 1%, chlorhexidine
gluconate (HCG) 4%, dan alkohol 60% dengan kelompok kontrol
(cuci tangan dengan air mengalir) pada semua waktu percobaan yaitu
menit ke-1, ke-5, dan ke-10.
Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai
perbedaan, maka harus dilakukan analisis post hoc. Analisis post hoc
untuk uji Kruskal Wallis adalah dengan uji Mann-Whitney.
30
Tabel 4.2: Data Hasil Uji Post Hoc dengan Uji Mann-Whitney.
No. Perbedaan antar
chlorhexidine gluconate 4%, (*) signifikan.
dapat diketahui perbedaan antara dua perlakuan. Perbandingan
kelompok kontrol (mencuci tangan dengan air mengalir) dengan 3
kelompok larutan antiseptik yang diujikan. pada menit ke-1 hasil yang
tidak signifikan terjadi pada semua larutan antiseptik, hal ini berarti
semua larutan antiseptik pada menit ke-1 belum efektif membunuh
bakteri. Sedangkan pada menit ke-5 didapatkan hasil yang signifikan
sebesar 0,030 hanya pada perbandingan hand sanitizer dan kelompok
kotrol (mencuci tangan dengan air mengalir), ini menunjukan hand
sanitizer dapat bekerja cepat dan efektif membunuh bakteri mulai
pada menit ke-5. Menit ke-10 pada semua kelompok antiseptik yaitu
triclosan 1%, chlorhexidine gluconate 4%, dan hand sanitizer
(alkohol 60%) dibandingkan dengan kelompok kontrol (mencuci
tangan dengan air mengalir) didapatkan hasil yang signifikan, ini
31
efektif membunuh bakteri pada menit ke-10.
4.2 Pembahasan
ke-10.
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan koloni bakteri antara
kelompok kontrol yang menggunakan air mengalir dengan kelompok
larutan antiseptik triclosan 1%, chlorhexidine cluconate 4%, dan
alkohol 60%. Kelompok yang mempunyai perbedaan yang signifikan
jumlah bakteri adalah kelompok kontrol dengan hand sanitizer pada
menit ke-5, sedangkan pada menit ke-10 semua kelompok dengan
larutan antiseptik yaitu triclosan 1%, chlorhexidine gluconate 4%, dan
alkohol 60% jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (mencuci
tangan dengan air mengalir). Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan
mencuci tangan menggunakan zat antiseptik memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap jumlah kuman mulai pada menit ke-5,
sampai menit ke-10.
yaitu pada kelompok kontrol (mencuci tangan dengan air mengalir)
jumlah bakteri semakin meningkat dari menit ke-1 pecobaan
kemudian di menit ke-5, dan semakin tinggi lagi di menit ke-10,
sedangkan pada perlakuan mencuci tangan dengan menggunakan
larutan antiseptik jumlah angka bakteri semakin rendah dapat dilihat
penurunan angka jumlah koloni bakteri dari menit ke-1, ke menit ke-5,
dan semakin menurun di menit ke-10, sehingga mean angka jumlah
bakteri untuk setiap perlakuan mencuci tangan dengan menggunakan
larutan antiseptik menunjukan angka yang lebih rendah dari kelompok
kontrol (mencuci tangan dengan air mengalir) dari menit ke-1, menit
ke-5, dan semakin menurun di menit ke-10, hal tersebut berarti larutan
32
alkohol 60% efektif membunuh bakteri dari menit ke-1 dan semakin
bagus di menit ke-10. Sedangkan perlakuan mencuci tangan dengan
air mengalir pada kelompok kontrol (mencuci tangan dengan air
mengalir) tidak efektif membunuh bakteri dari menit ke-1 sampai di
menit ke-10 karena terjadi peningkatan jumlah bakteri.
Perlakuan mencuci tangan dengan triclosan 1%, chlorhexidine
gluconate 4%, dan alkohol 60% secara statistik sama-sama efektif,
akan tetapi secara deskriptif perlakuan cuci tangan dengan alkohol
60% lebih efektif karena mempunyai jumlah retara jumlah kuman
paling rendah. Alkohol bekerja menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara mendenaturasi protein dari bakteri.
Protein yang mengalami denaturasi akan kehilangan aktivitas
fisiologis sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Perubahan
struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan
permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan
kemudian sel menjadi rusak. 9
Pada penelitian David (2003) yang juga melakukan uji
efektifitas dari larutan antiseptik berupa hand sanitizer dengan alkohol
60%, chlorhexidine gluconate 2%, chlorine-containing microfiber
towels, dan kelompok kontrol dengan sabun nonantiseptik terhadap
spora Bacillus antrophaeus didapatkan hasil yang tidak signifikan
pada penggunaan hand sanitizer yang mengandung etil-alkohol 61%
yang diakukan dalam tiga waktu yag berbeda yaitu 10, 30, dan 60
detik penggunaan. Hasil ini menunjukan bahwa hand sanitizer yang
berbasis alkohol 60% tidak efektif dalam menghilangkan dan
menonaktifkan spora Bacillus antrophaeus dalam semua waktu
pengujian dengan data pada detik 10, 30, dan 60 yaitu daya hambat
sebesar 0 log 10
lainya yaitu chlorhexidine gluconate 2% dan chlorine-containing
microfiber towels didapatkan hasil yang signifikan, pada
chlorhexidine gluconate 2% detik 10, 30, dan 60 yaitu daya hambat
33
, dan chlorine-containing
microfiber towels pada detik 10, 30, dan 60 yaitu daya hambat sebesar
1 log 10
, 1,2 log 10
, 1,5 log 10
Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua bakteri dapat mati dengan
penggunaan hand sanitizer, pada bakteri yang membentuk spora
seperti Bacillus anthracis tidak dapat dihilangkan dengan mudah perlu
pembilasan dengan air dan larutan antiseptik lain yang bisa
membunuh spora seperti chlorhexidine gluconate. 3 Sedangkan pada
penelitian Radji (2007) yang juga melakukan uji efektifitas larutan
antiseptik yaitu hand sanitizer dengan alkohol 60% dan sabun
didapatkan perbedaan angka jumlah rerata koloni bakteri lebih rendah
pada hand sanitizer B (alkohol 60%) yaitu 2 CFU/cm 2 dibandingkan
dengan sabun sebanyak 3,5 CFU/cm 2 , hand sanitizer A
(alkohol<60%) sebanyak 8,17 CFU/cm 2 dibandingkan kelompok
kontrol yaitu tidak mencuci tangan sebesar 32,5 CFU/cm 2 ,
dan
mencuci tangan dengan air mengalir sebesar 18,33 CFU/cm 2 . 7,8
4.3 Kekurangan dan kelebihan penelitian
Alkohol mempunyai efek antimikroba yang cepat namun
hanya bekerja pada short acting bukan long acting, sehingga tidak
bersifat persisten. 1 Pada penelitian ini menggunakan interval waktu 1,
5, dan 10 menit dalam melihat efektivitas antiseptik dalam
menghambat pertumbuhan bakteri dan masih banyak kekurangan-
kekurangan lainnya pada penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini melihat lama kerja dari masing antiseptik hanya
sampai menit ke-10. perlu waktu lebih lama lagi untuk melihat
mikroorganisme yang dihambat tersebut dapat tumbuh lagi
sehingga pada penelitian ini tidak dapat melihat lama kerja
larutan antiseptik yang diujikan, hanya melihat daya hambat
setelah pemakaian.
design artinya sampel penelitian diambil setelah dilakukan
intervensi namun tidak bisa melihat keadaan sampel penelitian,
sebelum dilakukan intervensi sehingga hasilnya menjadi sedikit
bias karena terdapat perbedaan dari setiap sampel penelitian dan
tidak bisa melihat perbandingan jumlah angka kuman sebelum
dan sesudah intervensi dari setiap individu namun karena sampel
yang digunakan pada setiap percobaan terdapat 9 sampel maka
akan dipakai jumlah rerata kuman di setiap menit percobaan antar
sampel penelitian, metode ini dipilih berdasarkan tujuan
penelitian yaitu ingin melihat daya hambat kuman dalam interval
waktu 1,5 dan 10 menit sesudah pemakaian antiseptik bukan
melihat perbandingan sebelum dan sesudah intevensi.
3. Penelitian ini tidak melakukan identifikasi kuman spesifik yang
dapat dihambat oleh masing antiseptik namun melihat jumlah
koloni yang dihambat kerana keterbatasan waktu dan biaya, maka
bisa dijadikan reverensi untuk penelitian yang selanjutya.
Adapun kelebihan dari penelitian ini adalah:
1. Beberapa penelitian sebelumnya hanya melihat daya hambat
kuman sebelum dan sesudah intervensi, 7 namun belum ada yang
melihat dalam interval waktu setelah penggunaan antiseptik
sehingga membuat penelitian ini menyajikan informasi yang baru
dalam melihat efektifitas antiseptik dalam menghambat koloni
kuman setelah pemakaian di menit ke-1, 5, dan 10.
2. Pada proses pengambilan sampel, sampel diambil pada kedua
telapak tangan tujuanya untuk mencegah adanya bias karena
perbedaan flora normal dari masing masing telapak tangan
sehingga di setiap inteval waktu pengambilan didapatkan jumlah
rerata kuman dari telapak tangan kanan dan kiri.
35
1. Terdapat perbedaan efektifitas antara larutan antiseptik hand sanitizer kandungan
alkohol 60%, triclosan 1%, chlorhexidine gluconate 4% dalam menghambat
pertumbuhan kuman pada menit ke 1, 5, dan 10.
2. Larutan antiseptik yang paling efektif dan bekerja cepat dalam penurunan angka
bakteri mulai pada menit ke-5 adalah hand sanitizer alkohol 60%.
5.2 Saran
spesifik tertentu untuk lebih bisa menentukan spesies bakteri yang dapat dihambat
dengan hand sanitizer.
antiseptik yang lain, sebagai variabel bebas, dan rancangan penelitian yang berbeda
misalnya waktu yang digunakan untuk pengambilan swab lebih bervariasi lagi, agar
penelitian ini dapat menjadi lebih sempurna.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Guidelines on hand hygiene in health care:
first global patient safety challenge clean care is safer care. World Health
Organization; 2009.
2. Boyce JM, Pittet D. Guideline for hand hygiene in health care setting,
Recomendation of health care infection control practices advisory
committee and the HICPAC/SHEA/IDSA hand hygiene task force. CDC.
2002;6:1-44.
3. Glenda D, James R, Sandra A. Disinfectan. Center for Food Security and
Public Health. 2008;3-4.
4. World Health Organization. Guidelines on Hand Hygiene in Health Care
(Advance Draft). World Health Organization; 2006.
5. Loho T, Utami L. Uji efektivitas anticeptic triclosan 1% terhadap
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterococcus faecalis, dan
Pseudomonas aeruginosa. Majalah Kedokteran Indonesia. Departemen
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
2007;57:175.
6. David JW, Emily SB, Maria FG, William AR. Efficacy of selected hand
hygiene agent used to remove Bacillus atrophaeus (a surrogated of
Bacillus anthracis) from contaminated. JAMA. 2003;289:1274.
7. Girou E, Loyeau S, Legrand P, Oppein F, Brun BC. Efficacy of
handrubbing with alcohol based solution versus standard handwashing
with anticeptic soap, randomized clinical trial. B Med J. 2002;352:362-8.
8. Burton, Maxine, Cobb, Emma, and Schmidt. The effect of handwashing
with water or soap on bacterial contamination of hand. Int.J.Environ.
Res.Public Health. 2011;8:97.
9. Bertram G. Katzung, et al. Basic Clinical Pharmacology. 12 th
ed.
California: Lange. 2012;792.
10. Radji M , Suryadi H, Ariyanti D. Uji efektivitas antimikroba beberapa
merek dagang pembersih tangan antiseptik. Majalah Ilmu Kefarmasian.,
Departemen Farmasi FMIPA-UI. Depok. 2007;4:1-6.
37
ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Salemba. 2008;67.
13. Adysaputra SA, Rauf AM dan Bahar BP. Prevalence of nosocomial
microbial infection from intensive care unit patients, Wahidin
Sudirohusada Hospital. Makasar: Hasanuddin Universitas Press.
Indonesian Journal of Medical Science. 2009;2:67-70.
14. Brooks GF, Butel JS, Morse SA, Jawets, Melnick, and Aldelberg’s
Medical Microbiology. 15 th
Hill Companies, Inc; 2010;107-205
ed. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia; 1988.17.
16. Bhat R, Prajna PS, Menezez, Vinita Preethi, Shetty, Pvithra. Antimicrobial
activities of soap and detergents. Advance in Bioresearch. 2011; 2: 52-62.
17. Anisha F, Elizabeth B, Yulistini. Uji daya hambat sabun cairan cuci tangan
pada restoran waralaba dikota Padang terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro. Journal FK
Universitas Andalas. 2014; 3(3):7-14.
18. Fajar AD, Djannah NS. Efektivitas mencuci tangan menggunakan cairan
pembersih tangan antiseptik (hand sanitizer) terhadap jumlah angka
kuman. Jurnal Promosi Kesehatan Masyarakat. Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta. Yogyakarta. 2013;7:55-122.
19. Ahvaz I. The evaluation of bacterial colonization on skin lesions of
hositalized patients in dermatology departemen of ahvaz zahra beigom
moosavi. Jundishapur Journal of Microbiology. 2009;2:148.
20. Haryanto Y. Hubungan motivasi perawat dengan perilaku pencegahan
infeksi nosokomial di ruang rawat inap Rumah Sakit Hospital Cinere
Tahun 2010. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
2010;2:19.
38
21. Hernandes SE, Aline AM, Janete JS, et al. The effectiveness of alcohol gel
and other hand-cleansing agents against important nosocomial pathogens.
Brazilian Journal of Microbiology. 2004;4:12.
22. Kampf G, Angela H. Comprehensive bactericidal activity of an ethanol-
based hand gel in 15 seconds. USA: Annals of Clinical Microbiology and
Antimicrobials. 2008;1:13.
23. Allegranzi B, Pittet D. Role of hand hygiene in healthcare-associated
infection prevention. Journal of Hospital Infection. 2009;73:305.
24. Elizabeth, Rosdian, Apriliana E, Rukmono, Priambudi. Uji effektivitas
pada antiseptik di unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek
Bandar Lampung. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
2014;4:7.
Descriptions of nurses’s hand). Malang: Jurnal Kedokteran Universitas
Brawijaya. 2004;22:1-4.
26. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 3 th
ed.
39
No. Nama menit ke-1 menit ke-5 menit ke-10
dextra sinistra dextra sinistra dextra sinistra
1 IA 206 204 357 326 407 459
2 AN 140 137 217 275 549 569
3 MM 14 11 15 14 40 47
4 HA 17 16 37 38 121 147
5 NAM 115 139 135 152 286 242
6 AR 43 27 41 54 60 65
7 KDA 102 75 142 122 136 257
8 MJS 519 420 607 601 670 780
9 MS 15 20 25 30 43 57
2. Mencuci tangan dengan triclosan 1%.
No. Nama menit ke-1 menit ke-5 menit ke-10
dextra sinistra dextra sinistra dextra sinistra
1 SN 10 10 20 23 9 12
2 IF 33 40 46 34 14 14
3 WWR 54 45 10 28 6 16
4 RM 137 130 54 41 21 39
5 HS 305 250 116 103 90 79
6 HAM 52 133 28 85 25 46
7 SA 77 67 24 48 13 11
8 AZ 212 284 117 138 72 103
9 LPS 162 132 106 90 98 83
40
dextra sinistra dextra sinistra dextra sinistra
1 HP 66 47 31 42 16 7
2 HZ 40 46 28 11 11 2
3 NH 153 116 128 87 102 70
4 AL 36 16 27 12 15 11
5 AR 105 80 65 48 41 26
6 FNA 30 23 17 13 5 5
7 RWD 40 26 24 8 13 3
8 PAH 37 31 7 12 4 2
9 AS 42 48 30 34 7 21
4. Mencuci tangan dengan chlorhexidine gluconate (CHG) 4%.
No. Nama menit ke-1 menit ke-5 menit ke-10
dextra sinistra dextra sinistra dextra sinistra
1 NP 52 50 30 25 26 23
2 NS 104 120 80 73 52 48
3 FN 142 227 75 42 72 6
4 HS 37 36 34 30 1 8
5 NPY 39 48 28 32 21 27
6 RUH 146 109 63 77 12 36
7 AU 32 28 23 16 11 8
8 ER 95 80 70 72 54 60
9 AKR 84 79 65 57 54 50
41
Foto Proses Percobaan:
Foto Hasil Praktikum:
1. Hasil koloni kuman Plate Count Agar pada percobaan mencuci tangan
dengan air mengalir, responden AN pada menit ke-1,5, dan 10.
2. Hasil koloni kuman Plate Count Agar pada percobaan mencuci tangan
dengan triclosan 1%, responden SN pada menit ke-1,5, dan 10.
Gambar : proses pengambilan swab Gambar: proses cuci tangan
42
3. Hasil koloni kuman Plate Count Agar pada percobaan mencuci tangan
dengan hand sanitizer (alkohol 60%) responden HZ pada menit ke-1,5, dan
10.
4. Hasil koloni kuman Plate Count Agar pada percobaan mencuci tangan
dengan chlorhexidine gluconate 4% responden NP pada menit ke-1,5, dan
10.
BAB I fixxx.pdf
BAB III fix2 fix2.pdf
BAB IV pembahasan lengkap.pdf
BAB V rev 2.pdf