pengaruh belanja pemerintah daerah terhadap indeks ...digilib.unila.ac.id/25885/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH BELANJA PEMERINTAH DAERAH TERHADAPINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
(Skripsi)
Oleh
IMAM DWI PRASETYO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
PENGARUH BELANJA PEMERINTAH DAERAH TERHADAP
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Oleh
IMAM DWI PRASETYO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
iii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LOCAL GOVERNMENT EXPENDITURE TOHUMAN DEVELOPMENT INDEX
By
IMAM DWI PRASETYO
This research was conducted to determine the influence of Actual RegionalGovernment Expenditure to Human Development Index. Independent variables inthis research is the Local Government Expenditure Realization of Educationfunctions, Local Government Expenditure Realization of Health functions andLocal Government Expenditure Realization of Infrastructure functions. Dependentvariables in this research is the Human Development Index.
Sampling was conducted using purposive sampling on the entire the District andthe City Government on the island of Sumatra. Data analysis techniques wasconducted using multiple linear regression analysis by SPSS 21.
The results of this research are Local Government Expenditure Realization ofEducation functions, Local Government Expenditure Realization of Healthfunctions and Local Government Expenditure Realization of Infrastructurefunctions has positive influence on the Human Development Index in Sumatra.
Keywords: Local Government Expenditure Realization of Educationfunctions, Local Government Expenditure Realization of Health functionsand Local Government Expenditure Realization of Infrastructure functions,Human Development Index.
iv
ABSTRAK
PENGARUH BELANJA PEMERINTAH DAERAH TERHADAP INDEKSPEMBANGUNAN MANUSIA
OLEH
IMAM DWI PRASETYO
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Realisasi Belanja PemerintahDaerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Variabel Independen dalampenelitian ini adalah Realisasi Belanja Pemerintah Daerah fungsi Pendidikan,Realisasi Belanja Pemerintah Daerah fungsi Kesehatan, dan Realisasi BelanjaPemerintah Daerah fungsi Infrastruktur. Variabel Dependen dalam penelitian iniadalah Indeks Pembangunan Manusia.
Teknik sampling dilakukan dengan metode purposive sampling pada SeluruhPemerintah Kabupaten dan Kota di Pulau Sumatera. Teknik analisis datadilakukan dengan metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakanalat bantu program SPSS 21.
Hasil dari penelitian ini adalah variabel realisasi belanja pemerintah daerah fungsipendidikan, realisasi belanja pemerintah daerah fungsi kesehatan, dan realisasibelanja pemerintah daerah fungsi infrastruktur berpengaruh positif terhadapIndeks Pembangunan Manusia se-Sumatera.
Kata kunci: Realisasi Belanja Pemerintah Daerah fungsi Pendidikan,Realisasi Belanja Pemerintah Daerah fungsi Kesehatan, Realisasi BelanjaPemerintah Daerah fungsi Infrastruktur, Indeks Pembangunan Manusia.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Batin Baru pada tanggal 24 September 1993
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Suniman dan Ibu
Nunung Trigianti.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Gunung Madu
Plantations Lampung Tengah pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan
di SDN 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah pada tahun 2005, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Satya Dharma Suujana Lampung
Tengah pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMA
Negeri 1 Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada tahun 2011.
Selanjutnya penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2011.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah
banyak memberikan nikmat, baik nikmat sehat nikmat iman dan menjadikan
segala sesuatu yang sulit ini menjadi mudah. Sholawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluargannya, para sahabat dan
kepada orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau.
Saya persembahkan karya ini untuk orang-orang yang selalu mendukung sehingga
saya bisa menyelesaikan pendidikan strata 1 di Universitas Lampung. Teruntuk
kelurga ayah, ibu, adik (Bapak Suniman, Ibu Nunung Trigianti, kakak Widya
Gandi dan adik Shella Widyasari) yang selalu memberikan do’a, perhatian, kasih
sayang dan dukungan sehingga saat ini.
Kepada teman-teman FEB Unila yang telah banyak memberikan pelajaran yang
berharga dalam upaya menjadi orang yang berguna bagi agama, keluarga dan
bangsa.
ix
MOTO
Sesungguhnya dibalik kesulitan selalu ada kemudahan
(QS Al-Insyiraah 94:5-6)
Perjuangan seseorang akan banyak berarti jika dimulai dari diri sendiri dan
dilandaskan dengan keikhlasan
(Nabi Muhammad SAW)
Jangan pernah menyerah untuk malakukan hal apapun
(Imam Dwi Prasetyo)
x
SANWACANA
Bissmillahirahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT dan shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya
beserta sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau.
Alhamdulillah atas Kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Belanja Pemerintah Daerah Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan
berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
xi
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., Akt selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
4. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt selaku Pembimbing Akademik
penulis atas kesediaanya membantu, mengarahkan dan memberi masukan
selama penulis menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
5. Bapak Fitra Dharma, S.E., M.Si. selaku Pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran dan masukan untuk
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. selaku Pembimbing I (satu) yang telah
meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran, masukan
dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Pigo Nauli, S.E., M.Sc., Akt. selaku Pembimbing II (dua) yang telah
meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran, masukan
dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.
8. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., Akt. selaku Pembahas yang telah
memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.
9. Seluruh Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan juga
pembelajaran berharga bagi penulis selama menempuh program pendidikan
S1. Khususnya untuk staf karyawan di jurusan Akuntansi pak Sobari, mbak
Sri, mpok, mas Yana, mas Yogi, mas Rury, mas Leman, yang telah banyak
membantu selama proses pengerjaan skripsi dan selalu berbagi canda tawa
sehari-hari.
xii
10. Bapak Suniman dan Ibu Nunung Trigianti selaku orang tua kandung saya
yang selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang, dukungan moril dan
materiil serta senantiasa berkorban dan selalu memberikan yang terbaik bagi
penulis dengan penuh keikhlasan. Semoga Allah SWT selalu melindunginya.
11. Kakak Widya Gandi, S.T.P dan adik saya Shella Widyasari yang selalu
memberi dukungan atas terselesaikannya skripsi ini.
12. Untuk Dewi Sartika Siregar, S.E., yang telah bersedia mendampingi penulis
dari awal perkuliahan hingga sekarang. Terima kasih atas waktu, do’a, dan
motivasi yang diberikan, kebersamaanmu sangat berharga bagi penulis.
Semoga kebersamaanmu memiliki akhir yang bahagia.
13. Sahabat-sahabatku di Gunung Madu, Aziz Hidayat, Agung Prasetyo, Bagus
Dwi Arto, Caesar Rudy Kurniawan, Ryzga Al Akbar, Agil Rizal B., Andik
Kurniawan, Narendro, Zen Octa Ariawan, Akbar, Yanuar M. Nur, Dwi
Wahyu Kurniawan, Muhammad Rosyid, Yusuf Effendi, Eko Yulianto,
Wawan Ariawan, Indra Lelana, Hari Fitriono, Gunutur Arif W., Galih Cahyo
Hutomo, Wicaksono Ragiliyanto, yang telah memberikan suka dan duka
kepada penulis di kosan tercinta.
14. Sahabat-sahabat kontrakan, Fadil Murda K., Dani Aditama, Rino dwi Ardian,
Eza Yolan Y., Pintoko S., Ady Saputra, Agus Sunarko, Juliardi, Mardika
Nurul Huda, Maulana Malik, I Putu Setiawan, Komang Sutama, Bagus
Setiawan atas persahabatan kita selama lima tahun terakhir.
15. Sahabat Kontrakan D1, Yogi, Haikal, Bayu, Wiwit, Sandit, Maksum, Dika
Gepeng, Ian, Yogi junior, yang selalu menemani suka maupun duka saat
menjalani kuliah.
xiii
16. Teman-teman Makel, Wawan, Andin, Verija, Kueng, Alif, Enyeng, Eja,
Ucok, Boga, Samot, Yoga, Yogi, Juna, Baha, Bily, Debur, Fajar, Jaka, Vito,
Rido, Tito, Dion, Dan Teman Akuntansi yang lainnya.
17. Keluarga besar KKN Desa Rejo Mulyo, Kecamatan Abung Timur, Lampung
Utara (Agus, Devi, Uus, Ivan, Koni, Hani, Ety, Odi, Pije) terimakasih atas
kebersamaan 40 hari yang tak terlupakan;
18. Almamaterku tercinta.
19. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin skripsi ini
masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, serta
penulis sangat mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya
Bandar lampung, !9 Februari 2017
Penulis
Imam Dwi Prasetyo
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN.............................................................................................. ii
ABSTRACT ................................................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................v
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vii
PERSEMBAHAN........................................................................................ viii
MOTTO ......................................................................................................... ix
SANWACANA ................................................................................................x
DAFTAR ISI................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .........................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ........................................................................................11
2.1.1 New Public Management ................................................................11
xv
2.1.2 Pengelolaan Keuangan Daerah .......................................................13
2.1.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.........................15
2.1.4 Anggaran Pemerintah..................................................................... 16
2.1.5 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) .................... 17
2.1.6 Belanja Pemerintah Daerah ........................................................... 18
2.1.7 Indeks Pembangunan Manusia ...................................................... 19
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................22
2.3 Pengembangan Hipotesis ........................................................................23
2.3.1 Belanja Pemerintah Fungsi Pendidikan dan IPM...........................23
2.3.2 Belanja Pemerintah Fungsi Kesehatan dan IPM ............................24
2.3.3 Belanja Pemerintah Fungsi Infrastruktur dan IPM.........................25
2.4 Kerangka Pemikiran ................................................................................27
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..........................................28
3.1.1 Variabel Independen ...................................................................28
3.1.1.1 Realisasi Belanja Daerah Fungsi Pendidikan..................28
3.1.1.2 Realisasi Belanja Daerah Fungsi Kesehatan ...................29
3.1.1.3 Realisasi Belanja Daerah Fungsi Infrastruktur ...............29
3.1.2 Variabel Dependen......................................................................29
3.2 Jenis dan Sumber Data.............................................................................30
3.3 Sampel dan Teknik Sampling ..................................................................31
3.4 Metode Analisis Data...............................................................................31
3.4.1 Analisis Statistik deskriptif .........................................................32
xvi
3.4.2 Uji Asumsi Klasik .......................................................................32
3.3.2.1 Uji Normalitas.................................................................32
3.3.2.2 Uji Multikolinearitas .......................................................33
3.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas....................................................34
3.3.2.4 Uji Autokorelasi ..............................................................34
3.4.3 Analisis Regresi Linier Berganda ...............................................35
3.5 Pengujian Hipotesis .................................................................................35
3.5.1 Uji Koefisien Determinasi ..........................................................35
3.5.2 Uji Signifikansi t .........................................................................36
3.5.3 Uji F Test ....................................................................................36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data.............................................................................................37
4.2 Hasil Analisis............................................................................................37
4.2.1 Statistik Deskriptif ..........................................................................37
4.2.2 Pengujian Hipotesis ........................................................................39
4.2.2.1 Uji Koefisien Determinasi ..................................................39
4.2.2.2 Uji Signifikansi t.................................................................40
4.2.2.2 Uji F Test ............................................................................41
4.2.3 Uji Asumsi Klasik...........................................................................42
4.2.3.1 Uji Normalitas ....................................................................42
4.2.3.2 Uji Multikolinearitas ..........................................................44
4.2.3.3 Uji Heteroskedastisitas .......................................................45
4.2.3.4 Uji Autokorelasi .................................................................46
xvii
4.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda ...................................................47
4.3 Pembahasan ..............................................................................................50
4.2.1 Pengaruh Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Fungsi Pendidikan
Terhadap Indeks Pmebangunan Manusia .......................................50
4.2.1 Pengaruh Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Fungsi Pendidikan
Terhadap Indeks Pmebangunan Manusia .......................................50
4.2.1 Pengaruh Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Fungsi Pendidikan
Terhadap Indeks Pmebangunan Manusia .......................................51
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan...................................................................................................52
5.2 Saran .........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif.......................................................................28
4.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................................31
4.3 Hasil Uji Signifikansi t................................................................................32
4.4 Hasil Uji F Test ...........................................................................................33
4.5 Hasil Uji Normalitas ...................................................................................34
4.6 Hasil Uji Multikolinieritas ..........................................................................35
4.7 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................36
4.8 Hasil Uji Regresi Berganda ........................................................................37
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Proses Pengelolaan Keuangan Daerah ..................................................... 14
2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 25
4.2 Normal Probability Plot ........................................................................... 42
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas.................................................................... 44
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Belanja Pemerintah Daerah dan IPM Sumatera Tahun 2015
Lampiran 2 Data Outlier
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 5 Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran 6 Hasil Uji Autokorelasi
Lampiran 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Lampiran 9 Hasil Uji ANOVA
Lampiran 10 Hasil Uji Regresi Berganda
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif , tidak efisien,
rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas dan berbagai kritik lainnya.
Munculnya kritik-kritik keras yang ditujukan kepada organisasi-organisasi sektor
publik tersebut kemudian menimbulkan gerakan untuk melakukan reformasi
manajemen sektor publik. Salah satu gerakan reformasi sektor publik adalah
munculnya konsep New Public Management (NPM). Konsep ini diharapkan
mampu meningkatkan kinerja semua lembaga dan organisasi sektor publik
menjadi lebih baik lagi. Menurut Yuliawan (2013), NPM merupakan paradigma
alternatif yang menggeser model administrasi tradisional. NPM dipandang
sebagai suatu cara baru dalam mengelola organisasi sektor publik dengan
membawa fungsi-fungsi sektor swasta ke dalam sektor publik.
Konsep NPM mengandung tujuh komponen utama yaitu manajemen profesional
di sektor publik, adanya standar kinerja dan ukuran kinerja, penekanan yang lebih
besar terhadap pengendalian output dan outcome, pemecahan unit-unit kerja
disektor publik, menciptakan persaingan di sektor publik, menciptakan daya saing
di sektor publik, pengadopsian gaya manajemen di sektor bisnis ke dalam sektor
2
publik dan penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih besar dalam
menggunakan sumber daya (Yuliawan, 2013).
Penerapan konsep NPM telah menyebabkan terjadi perubahan drastis manajemen
sektor publik dari sistem manajemen tradisional yang kaku, birokratis dan hirarkis
menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi
reformasi manajemen dan administrasi publik, deploitasi kekuasaan atau
desentralisasi wewenang yang mendorong demokrasi kerja.
Semakin baik manajemen sektor publik maka akan meningkatan kinerja
organisasi sektor publik kedepannya, sehingga akan memberikan dampak positif
terhadap kualitas pelayanan publik kepada masyarakat. Reformasi di berbagai
aspek manajemen organisasi sektor publik telah banyak dilakukan di Indonesia,
tidak hanya yang terdapat di pusat dengan skala nasional tetapi juga yang ada di
daerah dengan skala regional seperti pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Perbaikan aspek-aspek birokasi pemerintah daerah dapat dilihat dari berbagai
aspek mulai dari sistem perencanaan, aplikasi kinerja hingga evaluasi dari capaian
kinerja pemerintah daerah, hingga indikator hasil akhir yang biasanya dilihat dari
angka pertumbuhan perekonomian dan pembangunan manusia di daerah.
Peningkatkan pembangunan daerah dalam segala aspek terdapat tiga sistem
perencanaan pemerintah daerah terkait rencana strategis pemerintah daerah yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah serta meningkatkan
pembangunan perekonomian dan pembangunan manusia di daerah. Perencanaan
pembangunan daerah merupakan suatu proses penyusunan tahapan kegiatan yang
melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna
3
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada, dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah atau daerah
dalam jangka waktu tertentu. Rencana strategis tersebut meliputi rencana
pembangunan jangka panjang (RPJPD), rencana pembangunan jangka menengah
(RPJMD) dan rencana pembangunan tahunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan indikator yang digunakan untuk menilai
keberhasilan kinerja pembangunan manusia disuatu wilayah adalah Indeks
Pembangunan manusia (IPM). Menurut UNDP (United Nations Development
Programme), IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun
melalui pendekatan beberapa dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur
panjang dan sehat, pengetahuan, serta kehidupan yang layak (United Nation
Development Programme, UNDP, 1990)
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 tentang
pelaksanaan peraturan pemerintah No.8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata cara
penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan
mengamanatkan bahwa perencanaan daerah dirumuskan secara transparan,
responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan
berwawasan lingkungan.
Implementasi rencana pembangunan daerah berkaitan erat dengan rencana kerja
pemerintah daerah. Di dalam rencana pembangunan daerah terdapat rencana
anggaran daerah yang setiap tahun disusun dan dialokasikan untuk
mengoptimalkan pembangunan daerah dalam segala aspek. Perencanaan anggaran
4
daerah disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
terdiri dari pos-pos pendapatan dan pengeluaran atau belanja daerah.
APBD merupakan salah satu instrumen penting yang digunakan dalam kebijakan
untuk meningkatkan pembangunan dan perekonomian daerah. Selain itu APBD
juga merupakan wujud implementasi pengelolaan keuangan daerah sejak
pelaksanaan desentralisasi fiskal yang sepenuhnya dipegang dan dilaksanakan
oleh pemerintah daerah. Komponen APBD mencakup sumber-sumber pendapatan
daerah serta berbagai pengeluaran pemerintah daerah termasuk belanja sektor
pendidikan, kesehatan dan sektor-sektor lainnya, yang pada dasarnya merupakan
suatu bentuk investasi. Investasi pemerintah dalam pendidikan dan kesehatan akan
menyebabkan peningkatan kualitas modal manusia (Jhingan, 2000).
Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal yang
pokok untuk mencapai kehidupan yang layak. Pendidikan memiliki peran yang
penting dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk
menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta
pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006).
Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan tentunya membutuhkan modal
manusia yang berkualitas sebagai modal dasar pembangunan. Untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas juga diperlukan upaya-upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Dalam hal ini dibutuhkan
berbagai sarana dan prasarana untuk mendorong peran manusia dalam
pembangunan. Pemerintah melakukan pengeluaran atau investasi yang ditujukan
untuk pembangunan manusia pada sektor pendidikan dan kesehatan, dimana
5
sektor tersebut merupakan sektor vital dalam proses pembangunan manusia.
Pengeluaran pemerintah di kedua sektor tersebut merupakan cerminan kebijakan
yang diambil oleh pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang tercermin pada peningkatan IPM.
Kebijakan alokasi berbagai belanja daerah yang terdapat dalam APBD
sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah daerah setelah diberlakukannya
desentralisasi fiskal. Hal ini bertujuan agar setiap daerah yang ada di Indonesia
kususnya di Sumatera dapat mengoptimalkan pembangunan dan pertumbuhan
perekonomian daerahnya masing-masing baik pembangunan fisik maupun
pembangunan modal manusianya.
Perencanaan strategis mengacu pada perumusan, pelaksanaan dan evaluasi
kegiatan pembangunan yang memungkinkan tercapainya tujuan. Proses
perencanaan strategis paling tidak mencakup tiga tahap, yaitu perumusan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Rencana srategis daerah bertujuan untuk
memanajemen pembangunan daerah pada jangka waktu tertentu, hal ini tidak lain
bertujuan untuk meningkatkan pembangunan daerah dalam segala aspek,
termasuk pembangunan perkonomian dan pembangunan manusia di daerah.
Aspek evaluasi dalam perencanaan merupakan pengukuran kinerja dari hasil
kegiatan rencana strategis yang dilaksanakan. Proses evaluasi juga digunakan
sebagai alat monitoring manajemen sektor publik agar pelaksanaan kinerja sesuai
dengan yang diharapkan. Pengukuran kinerja dalam organisasi sektor publik
meliputi pengukuran output (hasil) dan outcome (capaian). Pengukuran output
dapat dilihat dari segi kuantitatif yang dihasilkan, sedangkan pengukuran outcome
6
disektor publik adalah mengukur dampak atas akttivitas atau pelayanan yang
diberikan oleh organisasi sektor publik kepada masyarakat yang bersifat kualitatif
(Yuliawan, 2013).
Keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan strategi pembangunan sangat
tergantung pada desain dan kinerja pelaksanaannya dalam mengkoordinasikan dan
mengelola kegiatan pelaksanaan, menciptakan kerjasama pelaksana yang
berkomitmen, dan lingkungan yang mendukung yang berporos pada kualitas
manusia yang memadai.
Ukuran dari keberhasilan perencanaan pembangunan daerah dapat dilihat dari
berbagai indikator seperti pertumbuhan perekonomian daerah yang diukur dari
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pembangunan manusia yang
diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam sepuluh tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan pertumbuhan perekonomian dan
IPM daerah yang ada di Indonesia memiliki trend yang selalu meningkat. Pada
tahun 1990 IPM Indonesia sebesar 4,74 hingga pada tahun 2015 IPM Indonesia
mencapai angka 6,84 meningkat sebesar 44,3 persen.
Peningkatan IPM yang terjadi di setiap daerah berbeda-beda sesuai dengan
kemampuan daerah melaksanaan pembangungan sarana dan prasaran penunjang
pembangunan manusia di daerah. Hal ini berkaitan lagi dengan dana alokasi yang
dicanangkan untuk membangun fasilitas atau sarana dan prasarana sebagai
katalisator pembangunan manusia daerah, terutama pada sektor-sektor yang vital
seperti kesehatan dan pendidikan. Setiap daerah memiliki pendapatan dan
7
kemampuan alokasi yang berbeda, oleh karena itu tingkat IPM yang dicapai setiap
daerah juga berbeda-beda.
Kaitan antara pengeluaran untuk sektor publik terhadap pembangunan manusia
sebenarnya mudah untuk ditelusuri. Pengeluaran untuk bidang kesehatan
diharapkan mampu meningkatkan angka harapan hidup maupun menurunkan
angka kematian ibu hamil dan bayi sebagai salah satu komponen dalam penentuan
pembangunan manusia. Realisasi dana dalam bidang pendidikan akan
meningkatkan akses masyarakat pada pendidikan yang baik dan murah, sehingga
mampu meningkatkan angka melek huruf dan lamanya pendidikan yang dapat
diakses oleh masyarakat (Daegal, 2015).
Semakin besar realisasi belanja daerah untuk kedua faktor tersebut diharapkan
akan meningkatkan pembangunan manusia daerah yang di ukur dengan IPM, akan
tetapi pada kenyataannya pada daerah di Indonesia terdapat wilayah-wilayah
dimana tingkat alokasi belanja untuk kedua faktor tersebut cukup besar namun
tidak mendongkrak secara signifikan tingkat IPM pada wilayah-wilayah tersebut.
Selain itu juga masih terdapat disparitas pembangunan manusia yang ada di
wilayah-wilayah kabupaten / kota yang ada di Sumatera, oleh karena itu penulis
berkeinginan menganalisis hubungan antara belanja pemerintah daerah terhadap
pembangunan modal manusia daerah.
Selain fungsi pendidikan dan kesehatan, fungsi infrastruktur tidak kalah
pentingnya, infrastruktur merupakan suatu sarana fisik pendukung agar
pembangunan ekonomi suatu negara dapat terwujud. Infrastruktur terdiri dari
beberapa subsektor, beberapa diantaranya yang cukup dominan dalam
8
pembangunan ekonomi adalah perumahan dan transportasi. Infrastruktur juga
menunjukkan seberapa besar pemerataan pembangunan terjadi. Pemerintah
sebagai pelaksana pembangunan tentunya membutuhkan modal manusia yang
berkualitas sebagai modal dasar pembangunan. Untuk menghasilkan manusia
yang berkualitas juga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya (Setiawan, 2006).
Pemerintah melakukan pengeluaran atau investasi yang ditujukan untuk
pembangunan manusia pada sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur
dimana sektor tersebut merupakan sektor vital dalam proses pembangunan
manusia. Realisasi belanja yang ditetapkan pemerintah di ketiga sektor tersebut
merupakan cerminan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang tercermin pada peningkatan IPM.
Secara empiris dan intuitif dapat dikatakan bahwa investasi infrastruktur
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan perekonomian
suatu negara. Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem
penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan
sebagainya yang merupakan Social Overhead Capital, memiliki keterkaitan yang
sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan
oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat
dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem
infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang
mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas (Daegal, 2015).
9
Pembangunan manusia merupakan hal yang penting bagi negara berkembang
seperti Indonesia. Termasuk salah satu pulau di Indonesia yaitu Pulau Sumatera
yang terus meningkat nilai indeks pembangunan manusianya walaupun nilainya
bersifat fluktuatif antar daerahnya. Maka penulis memilih Pulau Sumatera sebagai
sampel penelitian.
Dengan tercapainya pembangunan manusia yang berkualitas dan dibarengi
perekonomian yang terus meningkat, maka kesejahteraan yang dapat dirasakan
oleh seluruh masyarakat akan segera tercapai. Dari uraian diatas maka penting
untuk mengetahui seberapa besar dampak anggaran yang ditetapkan pemerintah
daerah fungsi pendidikan, kesehatan dan infrastruktur terhadap IPM pada
wilayah-wilayah kabupaten/kota di Pulau Sumatera. Oleh karena itu penulis
memilih judul “Pengaruh Belanja Pemerintah Daerah Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah realisasi belanja pemerintah daerah fungsi pendidikan berpengaruh
terhadap IPM?
2. Apakah realisasi belanja pemerintah daerah fungsi kesehatan berpengaruh
terhadap IPM?
3 Apakah realisasi belanja pemerintah daerah fungsi infrastruktur berpengaruh
terhadap IPM?
10
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh realisasi belanja pemerintah daerah fungsi
pendidikan terhadap IPM.
2. Untuk mengetahui pengaruh realisasi belanja pemerintah daerah fungsi
kesehatan terhadap IPM.
3. Untuk mengetahui pengaruh realisasi belanja pemerintah daerah fungsi
infrasturktur terhadap IPM.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 New Public Management
New Public Management (NPM) merupakan isu penting dalam reformasi sektor
publik. Konsep NPM juga memiliki keterkaitan dengan permasalahan manajemen
kinerja sektor publik karena pengukuran kinerja menjadi salah satu prinsip NPM
yang utama. New Public Management (NPM) merupakan sistem manajemen
administrasi publik yang paling aktual di seluruh dunia dan sedang direalisasikan
di hampir seluruh negara industri. Sistem ini dikembangkan di wilayah Anglo
Amerika sejak paruh kedua tahun 80-an dan telah mencapai status sangat tinggi
khususnya di Selandia Baru. Perusahaan-perusahaan umum diprivatisasi, pasar
tenaga kerja umum dan swasta dideregulasi, dan dilakukan pemisahan yang jelas
antara penetapan strategis wewenang negara oleh lembaga-lembaga politik apa
yang dilakukan negara dan pelaksanaan operasional wewenang oleh administrasi
pemerintah dan oleh badan penanggung jawab yang independen atau swasta
bagaimana wewenang dilaksanakan (Wahyudi, 2013).
12
Konsep NPM mengandung tujuh komponen utama yaitu manajemen profesional
di sektor publik, adanya standar kinerja dan ukuran kinerja, penekanan yang lebih
besar terhadap pengendalian output dan outcome, pemecahan unit-unit kerja
disektor publik, menciptakan persaingan di sektor publik, menciptakan daya saing
di sektor publik, pengadopsian gaya manajemen di sektor bisnis ke dalam sektor
publik dan penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih besar dalam
menggunakan sumber daya (Yuliawan, 2013).
Semakin baik manajemen sektor publik maka akan meningkatan kinerja
organisasi sektor publik kedepannya, sehingga akan memberikan dampak positif
terhadap kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.
Tujuan New Public Management :
1. Menurut Rainey (1990): ‘public management aims to achieve skills and
improve skills and improve accountability’ Manajemen publik itu ditujukan
untuk meningkatkan tercapainya tujuan sektor publik lebih efektif dan
efisien, pegawainya lebih berkeahlian dan lebih mampu
mempertanggungjawabkan kinerjanya.
2. Menurut Graham & Hays (1991): “public managemen are concerned with
efficiency, accountability, goal achlevement and dozen of other managerial
and technical question”, Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan
sector publik lebih efisien, akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih
mampu menangani berbagai masalah manajerial dan teknis.
Tujuan New Public Management adalah untuk merubah administrasi publik
sedemikian rupa sehingga, kalaupun belum bisa menjadi perusahaan, ia bisa lebih
13
bersifat seperti perusahaan. Administrasi publik sebagai penyedia jasa bagi warga
harus sadar akan tugasnya untuk menghasilkan layanan yang efisien dan efektif.
Tapi, di lain pihak ia tidak boleh berorientasi pada laba. Padahal ini wajib bagi
sebuah perusahaan kalau ia ingin tetap bertahan dalam pasar yang penuh
persaingan.
Menurut C.Hood (1991) terdapat 7 karakteristik New Public Management, yaitu :
1. Pelaksanaan tugas manajemen pemerintahaan diserahkan kepada manajer
professional.
2. Adanya standar dan ukuran kinerja yang jelas.
3. Lebih ditekankan pada control hasil/keluaran.
4. Pembagian tugas ke dalam unit-unit yang dibawah.
5. Ditumbuhkannya persaingan ditubuh sektor publik.
6. Lebih menekankan diterapkannya gaya manajemen sektor privat.
7. Lebih menekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros dalam
menggunakan berbagai sumber.
2.1.2 Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah,
azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD,
penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,
pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan
14
pengelolaan keuangan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Pengelolaan
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Di era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai
perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut merupakan rangkaian
bagaimana suatu Pemerintah Daerah dapat menciptakan good governance dan
clean goverment dengan melakukan tata kelola pemerintahan dengan baik.
Keberhasilan dari suatu pembangunan di daerah tidak terlepas dari aspek
pengelolaan keuangan daerah yang di kelola dengan manajemen yang baik pula.
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah (Suryanto, 2014).
Proses pengelolaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan
Rencana Pembangunan Menengah Pemerintah (RPJMP), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMD) yang nantinya akan menyusun dan merencanakan
anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). Ukuran dari keberhasilan RPJMD
yang telah disusun dapat dilihat dari berbagai indikator salah satunya yaitu Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia meningkat bila
anggaran belanja yang digunakan pemerintah sudah tepat sasaran seperti
meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang nantinya
akan meningkatkan kualitas manusia. Berdasarkan penjelasan proses pengelolaan
keuangan daerah di atas, dapat dibuat alur seperti pada gambar 1 :
15
Gambar 2.1 Proses pengelolaan keuangan daerah dalam peningkatan indekspembangunan manusia
2.1.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Rencana Pembangunan Daerah adalah tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia yang
dilaksanakan oleh semua komponen dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan
yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah,
Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Rencana Pembangunan JangkaMenengah Pemerintah (RPJMP)
Belanja PemerintahDaerah Fungsi
Pendidikan
Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah (RPJMD)
Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (APBD)
Belanja PemerintahDaerah Fungsi
Kesehatan
Belanja PemerintahDaerah FungsiInfrastruktur
Indeks Pembangunan Manusia(IPM)
16
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, (RPJM Daerah) adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda lima tahunan yang
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah dengan
berpedoman pada RPJP Daerah serta memerhatikan RPJM Nasional (Sumaryadi,
2005).
2.1.4 Anggaran Pemerintah
Berdasarkan law of ever increasing state activity, maka peran pemerintah dalam
kegiatan ekonomi nasional nampak dengan disusunnya anggaran pendapatan dan
belanja negara/daerah (APBN/APBD). Anggaran pendapatan dan belanja
negara/daerah adalah suatu daftar yang memuat secara rinci tentang sumber-
sumber penerimaan dan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai
sasaran pembangunan dalam kurun waktu satu tahun, dalam pengertiannya
sebagai berikut :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pengertian tentang APBN didasarkan pada UUD 1945 pasal 23 ayat 1, ayat
2, ayat 3 yang menyatakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara
sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun
dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD adalah suatu rencan kerja pemerintah daerah yang mencakup seluruh
pendapatan atau penerimaan dan belanja atau pengeluaran pemerintah
daerah, baik provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka mencapai sasaran
pembangunan dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam atuan
17
uang dan disetujui oleh DPRD dalam peraturan perundangan yang disebut
peraturan daerah.
2.1.5 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah
suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang
Keuangan Negara). Penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.
APBD mempunyai fungsi (Suryanto, 2014) :
1. Fungsi Otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan;
2. Fungsi Perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan;
3. Fungsi Pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
4. Fungsi Alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan
untuk menciptakan lapangan kerja/ mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian;
5. Fungsi Distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
18
6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian daerah.
Kedudukan APBD sangatlah penting sebagai alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah dalam proses
pembangunan di daerah. APBD juga merupakan alat/wadah untuk menampung
berbagai kepentingan publik (public accountability) yang diwujudkan melalui
program dan kegiatan. APBD merupakan instrumen kebijakan yaitu sebagai alat
untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah
yang harus mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi dan
karakteristik daerah serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah
yang berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik.
2.1.6 Belanja Pemerintah Daerah
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam
satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
Daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri
dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan. Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang
berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sedangkan urusan pilihan adalah urusan
19
pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan
daerah (Budidarma, 2011).
Belanja penyelenggaraan urusan wajib tersebut diprioritaskan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar
pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berujung akan meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Pemerintah melakukan belanja atau investasi yang ditujukan untuk pembangunan
manusia pada sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur, dimana sektor
tersebut merupakan sektor vital dalam proses pembangunan manusia. Belanja
pemerintah di ketiga sektor tersebut merupakan cerminan kebijakan yang diambil
oleh pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tercermin
pada peningkatan IPM.
2.1.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI)
adalah indikator untuk mengukur kualitas (derajat perkembangan manusia) dari
hasil pembangunan ekonomi. Human Development Index diperkenalkan pertama
kali oleh UNDP pada tahun 1990. IPM menggunakan ukuran sosialekonomi yang
20
lebih komprehensif daripada GNP dan memungkinkan untuk membandingkan
negara dengan cara yang berbeda.
Dalam konsep pembangunan manusia pembangunan seharusnya dianalisis serta
dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya.
Sebagaimana dari Human Development Report (1995), sejumlah premis penting
dalam pembangunan manusia diantaranya :
1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian.
2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi
penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena
itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara
keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.
3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya
meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-
upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.
4. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas,
pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan;
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok
yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan,
pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
21
1. Produktivitas
Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan
berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.
Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari
model pembangunan manusia.
2. Pemerataan
Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses
terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang
memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus,
sehingga mereka dapat mengambil menfaat dan berpartisipasi dalam kegiatan
produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
3. Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya
untuk generasi saat ini, tetapi juga generasi yang akan datang. Semua sumber daya
fisik, manusia, dan lingkungan harus selalu diperbaharui.
4. Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan
menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan
mengambil manfaat dari proses pembangunan.
Dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga komposisi indikator yang
digunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan manusia suatu negara,
yaitu :
1. Tingkat kesehatan diukur harapan hidup.
22
2. Tingkat pendidikan diukur dengan jumlah penduduk yang melek huruf atau
tingkat pendidikan yang telah dicapai atau lamanya pendidikan seorang
penduduk.
3. Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluaran perkapita per tahun.
2.2 Penelitian Terdahulu
Studi mengenai belanja pemerintah dan pembangunan manuisa telah banyak
dilakukan oleh banyak peneliti. Secara ringkas disajikan ringkasan penetian-
penelitian sejenis yang menjadi referensi dalam penelitian ini sebagai berikut :
No. Penulis Tahun Judul Isi Skripsi
1. Brata 2005 Investasi Sektor PublikLokal, PembangunanManusia, danKemiskinan
Investasi yang dikeluarkan pemerintahmelalui peningkatan pendidikan dankesehatan dapat meningkatkan kualitasmanusia daerah menjadi lebih yangberdampak meningkatnya tingkatproduktivitas yang dapat memperbaikiekonomi masyarakat yang berimplikasiakan menurunkan tingkat kemiskinan
2. Pertiwi 2007 Efisiensi PengeluaranPemerintah di ProvinsiJawa Tengah periode1999 dan 2002
Perlunya monitoring dan evaluasi yangterus menerus terhadap pengeluaranpemerintah daerah serta dukunganpemerintah di masing-masingkabupaten/kota di Jawa Tengah danpihak-pihak yang terkait sangatdiperlukan. Terutama dalam penyalurandana untuk pengeluaran pendidikan dankesehatan guna meningkatkankesejahteraan rakyat yang berimplikasimeningkatnya nilai indeks pembangunanmanusia di daerah tersebut
3. Mulyaningsih 2008 Pengaruh PengeluaranPemerintah di SektorPublik TerhadapPeningkatanPembangunan Manusiadan PenguranganKemiskinan
Pengeluaran pemerintah di sektorpendidikan dan kesehatan berupapeningkatan sarana dan prasaranapendidikan dan kesehatan yang akanmeningkatkan kualitas pendidikan dankesehatan yang berujung padameningkatnya kualitas manusia. Jika
23
kualitas manusia meningkat makaproduktivitas untuk menghasilkanpendapatan akan meningkat pula yangnantinya akan mengurangi kemiskinan diIndonesia
4. Daegal 2015 Analisis PengaruhBelanja DaerahTerhadap PembangunanManusia ProvinsiLampung Periode 2007-2013
Alokasi anggaran belanja pemerintahterhadap pendidikan merupakan wujudnyata dari investasi untuk meningkatkanproduktivitas masyarakat. Pengeluaranpembangunan pada sektor pembangunandapat dialokasikan untuk penyediaaninfrastruktur, pendidikan dan kesehatankepada seluruh penduduk secara merata
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Fungsi Pendidikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Realisasi belanja pemerintah terhadap pendidikan merupakan wujud nyata dari
investasi untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Pengeluaran
pembangunan pada sektor pembangunan dapat dialokasikan untuk penyediaan
infrastruktur pendidikan dan menyelenggarakan pelayanan pendidikan kepada
seluruh penduduk secara merata. Seperti renovasi sekolah, penambahan fasilitas
sekolah, penambahan guru yang berkompeten, yang dapat meningkatkan mutu
pendidikan (Daegal, 2015).
Menurut Setiawan (2013) implikasi dari pembangunan dalam pendidikan adalah
kehidupan manusia akan semakin berkualitas. Karena dengan memperbaiki
kualitas pendidikan akan menambah pengetahuan manusia akan alam dan
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu daerah, semakin tinggi pula kualitas
24
hidup/investasi sumber daya manusia dan dapat meningkatkan tingkat
produktivitas dalam menghasilkan pendapatan yang akan berimplikasi terhadap
meningkatnya indeks pembangunan manusia.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Patta (2013) dan Usmaliadanti
(2011) diperoleh bahwa alokasi belanja pemerintah sektor pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM.
H1 : Realisasi belanja pendidikan berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
2.3.2 Pengaruh Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Fungsi Kesehatan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Menurut penelitian yang dilakukan Haryanto (2005) menunjukkan bahwa sektor
kesehatan, tingkat persalinan yang ditolong tenaga medis dan persentase
pengeluaran pemerintah untuk kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kematian balita. Secara umum, kesehatan menunjukkan bahwa
peningkatan pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan terbukti cukup besar
terhadap peningkatan kinerja sektor tersebut.
Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan
masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas bagi daerahnya.
Kegiatan ekonomi suatu daerah akan berjalan jika ada jaminan kesehatan bagi
setiap penduduknya. Semakin tinggi tingkat kesehatan masyarakat maka akan
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia yang berimplikasi
meningkatkan indeks pembangunan manusia (Setiawan, 2013).
25
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan yaitu oleh Putra (2015),
Putri (2015) dan Wahyuni (2011) diperoleh hasil bahwa alokasi belanja
pemerintah terhadap sektor kesehatan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
IPM.
H2 : Realisasi belanja kesehatan berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
2.3.6 Pengaruh Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Fungsi infrastruktur
terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Infrastruktur tidak kalah pentingnya dengan pendidikan dan kesehatan,
infrastruktur merupakan suatu sarana (fisik) pendukung agar pembangunan
ekonomi suatu negara dapat terwujud. Infrastruktur terdiri dari beberapa
subsektor, beberapa diantaranya yang cukup dominan dalam pembangunan
ekonomi adalah perumahan dan transportasi. Infrastruktur juga menunjukkan
seberapa besar pemerataan pembangunan terjadi. Suatu negara dengan
pertumbuhan ekonomi tinggi akan mampu melakukan pemerataan pembangunan
kemudian melakukan pembangunan infrastruktur keseluruh bagian wilayahnya.
Perekonomian yang terintegrasi membutuhkan pembangunan infrastruktur
(Daegal, 2015).
Permasalahan infrastruktur di Indonesia diakibatkan oleh masalah sektoral dan
lintas sektoral. Maka dibutuhkan kebijakan-kebijakan yang dapat menjembatani
sektor-sektor terkait. Seperti dari sisi pembiayaan pemerintah diharapkan mampu
membuat mekanisme penentuan resiko investasi dan mengembangkan metodologi
yang dapat secara mudah diterapkan. Di saat bersamaan, mengingat mobilisasi
26
investasi dari sektor swasta membutuhkan waktu, pemerintah diharapkan tetap
memberikan perhatian pada peningkatan investasi publik sehingga kebutuhan
infrastruktur dapat terpenuhi, salah satunya melalui peningkatan pengeluaran
pemerintah atas infrastruktur.
Namun jika pengeluaran pemerintah saja tidak cukup diperlukan peran pihak
swasta. Peran pemerintah untuk meningkatkan perhatian pihak swasta adalah
dengan bantuan pembebasan lahan, subsidi operasional dan modal, dan jaminan
resiko usaha. Peningkatan belanja pemerintah atas infrastruktur juga harus diikuti
dengan efektifitas dan efisiensi dari pengeluaran tersebut. Hal tersebut dilakukan
untuk meningkatkan kualitas infrastruktur yang dibangun dan agar terciptanya
transparansi dalam proses pengadaan barang, dan pembangunan. Semakin tinggi
tingkat kualitas infrastruktur yang dibangun maka akan meningkatkan indeks
pembangunan manusia.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh Daegal
(2015) diperoleh hasil bahwa realisasi belanja pemerintah daerah brprngaru positif
terhadap tingkat IPM. Sehingga dapat dikatakan bahwa infrastruktur juga
berperan dalam pembentukan modal manusia yang diukur dengan IPM.
H3 : Realisasi belanja infrastruktur berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
27
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Realisasi Belanja Pemerintah
Daerah Terhadap IPM
Realisasi Belanja Pemerintah DaerahFungsi Pendidikan
Realisasi Belanja Pemerintah DaerahFungsi Kesehatan
Indeks PembangunanManusia
Realisasi Belanja Pemerintah DaerahFungsi Infrastruktur
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel merupakan suatu objek yang diteliti atau menjadi fokus perhatian dalam
sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), alokasi belanja daerah sektor kesehatan,
pendidikan, dan infrastruktur. Definisi operasional variabel penelitian ini adalah:
3.1.1 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas merupakan tipe variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya variabel yang terikat. Dalam
penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah alokasi belanja daerah
sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur sebagai berikut :
3.1.1.1 Realisasi Belanja Daerah Fungsi Pendidikan
Alokasi belanja pemerintah daerah merupakan Pengeluaran Pemerintah
Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera untuk sektor pendidikan yang mencerminkan
pengeluaran pemerintah dari realisasi belanja daerah yang dialokasikan untuk
sektor pendidikan. Data yang digunakan adalah data perkembangan Realisasi
29
Alokasi Dana Pemerintah Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera Sektor Pendidikan
tahun 2015 yang didapat dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman
www.djpk.go.id.
3.1.1.2 Realisasi Belanja Daerah Fungsi Kesehatan
Merupakan besarnya pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera
untuk sektor kesehatan yang mencerminkan pengeluaran pemerintah dari total
realisasi belanja daerah yang dialokasikan untuk sektor kesehatan. Data yang
digunakan adalah data perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah
Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera Sektor Kesehatan tahun 2015 yang didapat
dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id.
3.1.1.3 Realisasi Belanja Daerah Fungsi Infrastruktur
Infrastruktur merupakan besarnya pengeluaran pemerintah di bidang infrastruktur
umum yang mencerminkan pengeluaran pemerintah dari realisasi belanja daerah
yang dialokasikan untuk sektor infrastruktur. Data yang digunakan adalah
perkembangan data Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota di Pulau
Sumatera untuk Infrastruktur tahun 2015 yang didapat dari Direktorat Jendral
Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id.
3.1.2 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Setelah otonomi daerah, pemerintah pusat
memberikan kewenangan penuh bagi masing-masing daerah, untuk mengatur dan
30
mengurus rumah tangga daerahnya. Seluruh kebijakan daerah dalam
pembangunan, termasuk kebijakan anggaran diatur oleh daerah. Dengan adanya
otonomi daerah, diharapkan pembangunan lebih berhasil sehingga salah satu
indikator pembangunan, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dihipotesiskan akan meningkat pula. Penelitian ini menggunakan data IPM
Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera pada tahun 2015.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder pada tahun
2015 yang diperoleh dari berbagai sumber sebagai berikut :
1. Badan Pusat Statistik (BPS)
2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
3. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementrian Keuangan RI
4. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data melalui dokumen
tertulis, terutama berupa arsip dan juga termasuk buku-buku tertentu, pendapat
dan teori serta data-data dari dinas terkait yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Data yang diperlukan adalah data Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), anggaran belanja daerah untuk kesehatan, pendidikan dan infrastruktur
pada tahun 2015.
31
3.3 Sampel dan Teknik Sampling
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh seluruh pemerintah kabupaten/kota di
Pulau Sumatera pada tahun 2015. Sampel penelitian ini diperoleh menggunakan
purposive sampling dengan kriteria pemilihan sampel yaitu:
Pemerintah kabupaten/kota se-Sumatera tahun 2015.
Pemerintah kabupaten/kota se-Sumatera tahun 2015 yang menerbitkan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan di audit.
Pemerintah kabupaten/kota se-Sumatera tahun 2015 yang mempunyai nilai
Indeks Pembangunan Manusia yang dipublikasikan oleh Badan Pusat
Statistik Sumatera.
Pemerintah kabupaten/kota se-Sumatera tahun 2015 yang menyajikan data
APBD daerah.
Terdapat 151 pemerintah kabupaten/kota se-Sumatera selama pada tahun 2015.
3.4 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara umum, pendekatan
kuantitatif lebih fokus pada tujuan untuk generalisasi, dengan melakukan
pengujian statistik dan steril dari pengaruh subjektif peneliti. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Regresi linear berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini
memenuhi syarat-syarat yaitu lolos asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah
data harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung multikolonieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
32
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari mean,
median, standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum dari data sampel.
Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran distribusi dan perilaku data
sampel penelitian tersebut.
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Model analisis regresi berganda dapat dijadikan sebagai alat estimasi jika asumsi
model regresi berganda tersebut merupakan model regresi yang dihasilkan
estimator linier yang tidak bias (Best Linier Unbiased Estimator/ BLUE), yaitu
data yang terdistribusi dengan normal, tidak terdapat multikolinieritas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas. Untuk mengetahui apakah persyaratan BLUE
ini terpenuhi atau tidak dapat diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik
(Widjarjono, 2013).
3.4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
independen dan variabel dependen keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
normal.
Pengujian normalitas akan dilakukan dengan menguji Kolmogorov-Smirnov
dengan tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali,2013).
Dasar pengambilan keputusan:
33
1. Bila Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
2. Bila Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
3.4.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinieritas menurut
Frisch dikemukakan bahwa suatu model regresi dikatakan terkena
multikolinieritas bila terjadi hubungan linier yang perfect atau exact diantara
beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan
kesulitan untuk menjelaskan pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang
dijelaskan.
Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol. Terjadinya multikolinieritas yang
rawan pada model regresi bias terdeteksi keberadaanya bila R2 dari auxilary
regression melebihi R2 regresi keseluruhan antara variabel tidak bebas dengan
variabel bebas model yang diteliti. Selain itu, pengujian ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilakukan dengan melihat nilai
tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF
> 10 (Ghozali,2013).
34
3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Heteroskedastisitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan varian antar
seri data. Heteroskedastisitas muncul apabila nilai varian dari variabel tidak bebas
(Yi) meningkat sebagaimana meningkatnya varian dari variabel bebas (Xi), maka
variabel Yi adalah tidak sama. Gejala heteroskedastisitas lebih sering dalam data
cross section daripada timeseries. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi keteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas
dalam penelitian dilakukan melalui pengamatan pola pada grafik saccater plot
antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) dengan residualnya. Model
regresi dikatakan heteroskedastisitas ketika titik-titik data pada grafik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
3.4.2.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan menguji apakah suatu model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi di definisikan sebagai korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan emnurut waktu(seperti dalam data time
series) atau ruang (seperti dalam data cross section ). Autokorelasi lebih sering
terjadi pada data time series . Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam
suatu model regresi maka dalam penelitian ini digunakan Runs Test.
35
3.4.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel-
variabel independen dengan variabel dependen, yaitu pengaruh belanja
pemerintah daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Pengolahan data akan
dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS (Statistical Package for
theSocial Science) dan Microsoft Office Excel. Persamaan regresi dalam penelitian
ini sebagai berikut:
Yt+1 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan:
Yt+1 = Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
β0 = Konstanta
X1 = Realisasi belanja pemerintah daerah sektor kesehatan
X2 = Realisasi belanja pemerintsh daerah sektor pendidikan
X3 = Realisasi belanja pemerintah daerah untuk infrastruktur
e = error term
3.5 Pengujian Hipotesis
3.5.1 Uji koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) menggambarkan seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai yang mendekati satu berarti
36
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).
3.5.2 Uji Signifikansi t
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikasi dari
masing-masing variabel dependen yang dilakukan menggunakan uji signifikasi
parameter individual pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis
5% .
Dasar pengambilan keputusan adalah:
Jika Sig ≤ 0.05 maka : Ha diterima
Jika Sig ≥ 0.05 maka : Ha ditolak
3.5.3 Uji F-test
F-test digunakan untuk menguji apakah model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi belanja daerah. F-test juga digunakan untuk menguji apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis ini
dilakukan pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis 5%
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh realisasi belanja pemerintah
daerah yaitu fungsi pendidikan, fungsi kesehatan, dan fungsi infrastruktur
terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) se-Sumatera pada tahun 2015.
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis atas data penelitian yang telah
dilaksanakan, maka diperoleh simpulan bahwa variabel realisasi belanja
pemerintah daerah fungsi pendidikan, realisasi belanja pemerintah daerah fungsi
kesehatan dan realisasi belanja pemerintah daerah fungsi infrastruktur dengan
menggunakan batas signifikansi 0,05 berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) se-Sumatera.
5.2 SARAN
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian hanya bisa
menjelaskan 29,6% variabel dependen. Sehingga sisanya sebanyak 70,4%
dapat dijelaskan dengan variabel independen lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel
53
independen yang dapat mempengaruhi lebih besar lagi terhadap variabel
dependen.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada pemerintah daerah di Pulau Sumatera
sebagai sampel penelitian dan hanya menggunakan tahun 2015. Penelitian
selanjutnya diharapkan melibatkan lebih banyak tahun dan sampel
pemerintah daerah sehingga hasil penelitian dapat menunjukkan data yang
lebih signifikan.
3. Penelitian ini menjelaskan bahwa salah satu indikator dari Indeks
Pembangunan Manusia yaitu Tingkat pendidikan yang diukur dengan
melihat angka melek huruf dan tingkat pendidikan yang dicapainya. Untuk
penelitian selanjutnya sebaiknya ditambahkan cara untuk mengukur
tingkat pendidikan misalnya persentase penduduk usia 15 tahun keatas
menurut pendidikan yang ditamatkan.
4. Penelitian ini hanya menguji Indeks Pembangunan Manusia hanya untuk
satu tahun. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menguji Indeks
Pembangunan Manusia untuk dua atau tiga tahun kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan Ekonomidan Pertumbuhan Wilayah, Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Amaliah, Ima. 2006. Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Kinerja Ekonomi Dati II diJawa Barat, 1999-2003. Mimbar, Volume XXII No.2 April-Juni 2006: 213-233.
Anand, Sudhir and Ravallion, Martin. 1993. “Human Development in PoorCountries: On theRole of Private Incomes and Public Services”. The Journal of Economic Perspectives.Vol. 7. No. 1 (Winter, 1993):133-150.
Anggraini, Rinda A. & Luthfi Muta’ali. 2013. Pola Hubungan Pertumbuhan Ekonomi danPembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007-2011. Jurnal BumiIndonesia UGM, Vol.2 No.3 Tahun 2013.
Azril. 2000. “Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Indeks Pembangunan Manusia diIndonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol. 15. No.1, 2000:1-14.
Badan Pusat Statistik. 2014. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Nasional 1996 –2013, (Online), (http://www.bps.go.id, diakses tanggal 8 Januari 2015).
Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2015. Perkembangan Realisasi Investasi PMDNBerdasarkan Lokasi – Q4 2014, (Online), (http://bkpm.go.id, diakses tanggal 18 Juni2015).
Badrudin, Rudy & Mufidhatul Khasanah. 2011. Pengaruh Pendapatan dan Belanja DaerahTerhadap Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BULETINEKONOMI, Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi Pembangunan, Vol.9 No.1,April 2011: 23-30.
BPS-BAPPENAS-UNDP. 2004. Indonesia Human Development Report 2004. Jakarta: BPS.
Brata, Aloysius Gunandi. 2005. “Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, danKemiskinan”. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 7, No. 2, 2002.
Budidarma. 2011. Anggaran-Pendapatan-dan-Belanja-Daerah-APBD.
Cholili, Fatkhul M. 2014. Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik RegionalBruto (PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Jumlah PendudukMiskin (Studi Kasus 33 Provinsi di Indonesia. Jurnal Ilmiah FEB, UniversitasBrawijaya.
Daegal, Moza. 2015. “Analisis Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Pembangunan ManusiaProvinsi Lampung Periode 2007-2013”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB,UniversitasLampung.
Darmayasa, I Nyoman & I Ketut Suandi. 2014. Faktor Penentu Alokasi Belanja Modal dalamAPBD Pemerintah Provinsi. Simposium Nasional Akuntansi 17, Lombok, UniversitasMataram 24-27 September 2014.
Despotis, D.K. 2005. Measuring Human Development via Data Envelopment Analysis: thecase of Asia and the Pasific. Omega, International Journal of Management Science 33(2005) 385-390.
Faqihuddin, M. 2010. Human Developmnet Index (HDI) Salah Satu Indikator yang PopulerUntuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia. CERMIN No.047, September 2010.
Ghozali, Imam. 2013. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ginting, Charisma K, dkk. 2008. Pembangunan Manusia di Indonesia dan Faktor-faktor yangMempengaruhinya. WAHANA HIJAU, Jurnal Perencanaan & PengembanganWilayah Vol.4, No.1, Agustus 2008.
Girsang, Beryl A. & Tukiran. 2012. Alokasi Anggaran Daerah Dalam PembangunanManusia Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara 2001-2009. Universitas GadjahMada.
Gujarati, Damodar N. & Dawn C. Porter. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika, Buku 2 Edisi 5.Terjemahan oleh R. Carlos Mangunsong. 2012. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Hariyanto, Ronald. 2006. “Analisis Pengeluaran Pemerintah Daerah Di Propinsi Jawa TengahPeriode 2000-2002”. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Hendarmin. 2012. Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah dan Investasi Swastaterhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kesempatan Kerja, dan Kesejahteraan Masyarakat diKabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal EKSOS, Vol.8 No.3, Oktober2012, hal 144-155.
Jhingan, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Rajawali Press.
Jenira, M.D.O. 2015. Analisis Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Pembangunan ManusiaProvinsi Lampung Periode 2007-2013. Jurnal Ekonomi dan Bisinis, Vol 12 No 1,Universitas Lampung
Mulyaningsih, Yani. 2008. “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Publik TerhadapPeningkatan Pembangunan Manusia dan Pengurangan Kemiskinan”. Jurnal DinamikaEkonomi Pembangunan, Juli 2011, Volume 1, Nomor 1, Universitas Diponegoro.
Maryani, Tri. 2010. Analisis Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah.Fakultas Ekonomi UPN Yogyakarta.
Patta, Devyanti. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks PembangunanManusia Di Sulawesi Selatan Periode 2001 – 2010”. Jurnal Ecosolum Volume 2Nomor 3, Universitas Hasanuddin.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 tentang “pelaksanaan peraturanpemerintah No.8 Tahun 2008”.
Pertiwi, Lela Dina. 2007. “Efisiensi Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Jawa Tengah periode1999 dan 2002”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Universitas Dipenogoro.
Prasetya, Ferry. 2012. Modul Ekonomi Publik Bagian V: Teori Pengeluaran Pemerintah.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Priambodo, Anugerah. 2015. Analisis pengaruh belanja pemerintah daerah terhadap indekspembangunan manusia. Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembagnunan,Universitas Dipenogoro.
Putra, Dwi Adi. 2015. Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, PertumbuhanEkonomi, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan TerhadapIndeks Pembangunan Manusia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Universitas Lampung.
Putri, Citra Afnovinsa. 2015. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan,Sektor Pendidikan Dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Ipm Di Provinsi Lampung(Periode 2003-2012). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Universitas Lampung.
Santika Dewi, Nyoman L & I Ketut Sutrisna. Pengaruh Komponen IPM TerhadapPertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan UniversitasUdayana Vol.3, No.3, Maret 2014.
Sasana, Hadi. 2012. Pengaruh Belanja Pemerintah Daerah dan Pendapatan PerkapitaTerhadap IPM (Studi Kasus di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah). MediaEkonomi dan Manajemen, Vol 25 No.1 Januari 2012.
Setiawan, Muhammad Bhakti. 2006. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. JurnalEconomia vol 9, No 1.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan.Jakarta: Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia.
Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijkan Otonomi Daerah. Jakarta :Citra Utama
Sumiyati, Euis E. 2011. Pengaruh Belanja Modal Terhadap Peningkatan IndeksPembangunan
Suryanto, 2014. Pengelolaan Keuangan Daerah dan APBD.http://bpkad.natunakab .go.id/index.php/2014-05-21-00-44-45/64-anggaran/87-pengelolaan-keuangan-daerah-dan-apbd.
Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Usmaliadanti, Christina. 2011. Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, PengeluaranPemerintah Sekor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks PembangunanManusia Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009. Economics DevelopmentAnalysis Journal 2 (3)
Wahyudi, Mahfud. 2013. New Public Management. Trasnformasi pengetahuan, 28 mei 2013.
Wahyuni, Ika Dwi. 2015. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan DanKesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia. E-Jurnal Mahasiswa EkonomiPembanguna, Universitas Sriwijaya.
Yuliawan, Dedy. 2013. Analysis of State Securities Indonesian Goverment. Jurnal FEBUniversitas Lampung.