pengaruh ad - copy

Upload: oonk-arane

Post on 17-Jul-2015

632 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN OPINI AKUNTAN TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BEI

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1

Oleh: NURHARYANI 0802030047

AKUNTANSI SI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2011

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Akuntansi sering dianggap sebagai bahasa bisnis karena menghasilkan laporan peristiwa ekonomi dari suatu entitas. Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi akan membantu semua pengguna untuk mengetahui kondisi keuangan suatu entitas serta membantu dalam membuat keputusan ekonomi (Haron, 2006). Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti pihak manajemen, pemegang saham, investor, pemerintah, dan kreditor. Namun demikian, di pasar modal pengguna utama dari laporan keuangan adalah investor. Salah satu cara bagi investor untuk memantau kinerja perusahaan-perusahaan go public adalah melalui laporan keuangan yang dipublikasikan. Dewasa ini, perusahaan-perusahaan go public di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan ini berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan (Rachmawati, 2008). Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Nilai dan ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan. Menurut Suwardjono (2002), ketepatwaktuan

2

informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan. Oleh karena itu, informasi yang memiliki prediksi tinggi dapat menjadi tidak relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan perusahaan bisa mempengaruhi pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi penting, seperti laba yang dihasilkan perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor, artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak peningkatan kualitas hasil auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan standar membutuhkan waktu semakin lama.

3

Sebaliknya, semakin tidak sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan. Kondisi ini dapat meninmbulkan suatu dilema bagi auditor (Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti, 2004). Hal ini yang kadang menyebabkan lamanya suatu proses pengauditan dilakukan, sehingga publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin menjadi terlambat. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor, kondisi ini sering disebut sebagai Audit Delay. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia, di mana peneliti tertarik untuk menguji kembali faktorfaktor yang memiliki pengaruh terhadap Audit Delay. Selain itu pula, penulis ingin mengkombinasikan antara faktor-faktor spesifik perusahaan dan faktor yang berkaitan dengan audit untuk menjelaskan rentang waktu yang dibutuhkan auditor independen dalam menyelesaikan laporan keuangan auditan (audit delay). Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006). Audit Delay yang melewati batas waktu ketentuan BAPEPAM, tentu berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan tersebut dapat mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Menurut

4

penelitian Imam Subekti dan Widiyanti (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 2001 rata-rata waktu tunggu pelaporan ke BAPEPAM dari waktu

antara tanggal laporan sampai tanggal opini akuntan membutuhkan waktu 98 hari. Jika hal ini dilihat dari batas waktu 90 hari yang ditetapkan BAPEPAM, terlihat masih banyak perusahaan publik yang belum patuh terhadap peraturan informasi di Indonesia. Beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan Audit Delay semakin lama, yaitu: Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Opini Akuntan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Penelitian yang dilakukan Baiq Riffa Fathini (2007) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2003 - 2005 telah membuktikan bahwa Variabel profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hasil ini disebabkan karena auditor tidak mempermasalahkan nilai profitabilitas suatu perusahaan, karena baik tingkat profitabilitas yang tinggi maupun yang rendah, proses audit akan tetap dilaksanakan sesuai dengan prinsip yang berlaku. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nella Kumalasari (2010), Sistya Rachmawati (2008) dan Luciana Spica Almilia dan Lucas Setiady (2006) yang mengatakan bahwa tingkat profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay, akan tetapi tidak sesuai dengan penelitian Imam Subekti & Novi Wulandari Widiyanti (2004) yang telah membuktikan bahwa Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay. Hal ini terjadi karena perusahaan yang

5

mengumumkan Profitabilitas yang relative rendah mengacu pada kemunduran publikasi laporan keuangan yang telah diaudit. Solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, baik kewajiban jangka panjang ataupun jangka pendek. Baiq Riffa Fathini (2007) menemukan pengaruh yang signifikan antara Solvabilitas yang diukur dari Total Debt to Total Asset Ratio (TDTA) terhadap Audit Delay. Proses pengauditan utang relatif membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pengauditan ekuitas, khususnya apabila jumlah debt holder-nya banyak. Namun, penelitian Sistya Rachmawati (2008) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2003-2005 menemukan bahwa variabel Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan dengan utang yang besar ataupun perusahaan dengan utang kecil sama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap lamanya Audit Delay. Ukuran perusahaan adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan ditandai dengan beberapa ukuran antara lain total penjualan, total asset, log size, jumlah pegawai, nilai pasar perusahaan , dan nilai buku perusahaan. Penelitian ini menggunakan log total aset yang dimiliki perusahaan sebagai ukuran perusahaan. Di mana menurut Masud Machfoedz (1994) Ukuran Perusahaan dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1) Perusahaan Besar, 2) Perusahaan Menengah, 3) Perusahaan Kecil. Hasil penelitian Baiq Riffa Fathini (2007), menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti

6

bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan maka semakin panjang audit delay. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar biasanya memilki sistem pengendalian internal yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Namun, hal ini berbeda dengan pendapat Wiwik Utami (2006) dan Wenny Carmel Meiden (2007) yang berpendapat bahwa, audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan di audit semakin besar. Ini berkaitan dengan semakin besar perusahaan maka semakin banyak jumlah sampel (anak perusahaan) yang harus diambil maka semakin luas juga prosedur audit yang dilakukan. Opini akuntan adalah pendapat yang diberikan oleh auditor independen atas laporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti, (2004) pada perusahaan go public tahun 2001 menemukan adanya hubungan positif antara opini akuntan dengan audit delay. Pada perusahaan yang tidak menerima pendapat unqualified opinion akan menunjukan audit delay yang lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion dianggap sebagai kabar buruk, sehingga penyampaian laporan keuangannya akan diperlambat. Menurut Sistya Rachmawati (2008) menyatakan bahwa variabel opini akuntan di Indonesia menunjukan hasil yang kurang memuaskan dimana pendapat akuntan publik tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan

7

pelaporan keuangan. Penelitian Baiq Riffa Fathini (2007) juga menunjukan bahwa variabel opini akuntan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Penyampaian laporan keuangan secara berkala dari segi regulasi di Indonesia menyatakan bahwa tepat waktu merupakan kewajiban bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 1996, BAPEPAM mengeluarkan lampiran Keputusan Ketua Bapepem

No.80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan audit independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan (Sistya Rahmawati, 2008). Sejak 30 September 2003, BAPEPAM semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya lampiran surat keputusan ketua BAPEPAM Nomor : Kep 36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Baiq Riffa Fathini (2007) Pengaruh Profitabilitas,

Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Opini Akuntan terhadap Ketepatan Waktu Penyajian Laporan Keuangan Tahunan pada Perusahaan Manufaktur di

8

Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan Audit Delay sebagai proksi dari ketepatan waktu penyajian laporan keuangan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu dengan mengubah tahun penelitian menjadi tahun 2008-2010 dan dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian mengenai Pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan terhadap audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di BEI tahun 20082010.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di BEI? 2. Apakah solvabilitas mempunyai pengaruh terhadap audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di BEI? 3. Apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di BEI? 4. Apakah opini akuntan mempunyai pengaruh terhadap audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di BEI?

9

5. Apakah profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan mempunyai pengaruh terhadap audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di BEI?

1.2 Pembatasan Masalah Penelitian ini dilakukan pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di BEI, di mana peneliti tertarik untuk menguji kembali faktorfaktor yang memiliki pengaruh terhadap audit delay. Mengingat begitu luas dan kompleksnya permasalahan yang ada dalam Audit Delay, maka peneliti akan memberikan batasan masalah dengan maksud agar tujuan dari pembahasan dapat lebih terarah pada sasarannya. Adapun masalah yang penulis bahas dalam penelitian ini hanya terbatas mengenai masalah faktorfaktor yang diduga mempengaruhi audit delay, faktor-faktor tersebut antara lain: profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di BEI pada tahun 20082010.

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Menguji pengaruh profitabilitas terhadap audit delay. 2. Menguji pengaruh solvabilitas terhadap audit delay. 3. Menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay.

10

4. Menguji pengaruh opini akuntan terhadap audit delay. 5. Menguji pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan terhadap audit delay.

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut beberapa manfaat penelitian ini. 1. Manfaat Teoritis Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia dan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari penulis diperkuliahan. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi perpustakaan dan bahan pembanding bagi mahasiswa yang ingin melakukan pengembangan penelitian berikutnya di bidang yang sama di masa mendatang. b) Bagi Auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan oleh auditor dalam melaksanakan auditnya agar dapat menyelesaikan laporan

11

auditnya tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM. c) Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana yang bermanfaat dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang auditing dan laporan keuangan serta audit delay.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit Delay Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2004). Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting, khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Audit delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit, (Yugo Trianto, 2006) Perusahaan yang sudah go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya disertai dengan opini akuntan kepada Bapepam. Peraturan Bapepam tersebut diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang publikasi laporan keuangan tahunan auditan yang bersifat wajib dengan batas waktu 120 hari dari akhir tahun fiskal sampai tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah diaudit ke BAPEPAM. Namun, Sejak 30 September 2003, peraturan ini diganti dengan peraturan baru dengan Nomor X.K.2 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan ke Bapepam menjadi 90 hari. Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan

ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan

13

keuangan dan laporan audit (audit delay) mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Informasi yang sebenarnya bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan kalau tidak tersedia pada saat dibutuhan. Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaaan dalam keputusan. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Zaki Baridwan, 2001). Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien sudah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2.2. Profitabilitas Menurut Hanafi dan Halim (1996) Profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam Supranoto (1990) Profitabilitas adalah kemampuan suatu kesatuan usaha (entity) untuk memperoleh laba. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan akan mengukur

14

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun saham tertentu. Dalam rasio Profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber dana perusahaan. Penelitian ini melakukan perhitungan Profitabilitas dengan Return On Asset Rasio (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan tingkat asset tertentu. Profitabilitas mempengaruhi perusahaan yang mengumumkan rugi atau profitabilitas yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio (ROA) yang diperoleh dengan persamaan berikut (Martono dan Agus Harjito, 2005): EBIT ROA = Total Asset Keterangan : Return on Asset (ROA) EBIT Total Asset : Rasio Tingkat Profitabilitas : Jumlah laba bersih perusahaan setelah pajak : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan

Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan, sehingga

15

menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dari sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian kemungkinan Profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. 2.3. Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi dan Halim, 1996). Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. Supranoto (1990) disebutkan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang menunjukan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak lancar. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan rasio total debt to total asset ratio (TDTA) yang membandingkan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang) dengan jumlah aktiva (total asset). Perhitungan solvabilitas dengan rasio total debt to total asset (TDTA) sendiri di hitung dengan rumus:

Total Utang Rasio utang (TDTA) = Total Aktiva

16

Penelitian Baiq Riffa Fathini (2007), Solvabilitas (TDTA) memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay dengan koefisien positif. Hal ini berarti bahwa semakin besar rasio utang terhadap total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan maka akan semakin lama rentang waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian audit laporan keuangan tahunan. Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to assets ratio adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua, mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mengaudit modal. Biasanya mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal. Dengan demikian solvabilitas yang di ukur dengan total debt to total assets ratio dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. 2.4. Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Pada

17

dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan (Masud Machfoedz, 1994). Kategori Ukuran Perusahaan yaitu: a. Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun. b. Perusahaan Menengah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar c. Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan Milyar/tahun. Faktor Ukuran Perusahaan merupakan salah satu faktor yang sering diteliti pada penelitian sebelumnya. Rustiana (2007), dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan antara Ukuran Perusahaan, kompleksitas perusahaan dan kualitas pengendalian internal dengan Audit Delay. Ukuran memiliki hasil penjualan minimal Rp 1

18

Perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan Ukuran Perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.

2.5. Opini Akuntan Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan. Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor (Mulyadi, 2002): 1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan

19

prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. 2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion report with Explanatory Language) Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf

penjelasan (penjelasan lain) laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. 3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit apabila lingkup audit dibatasi klien, auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun dengan prinsip akuntansi yang berterima umum digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan secara konsisten. 4) Pendapat tidak wajar (adverse Opinion)

20

Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. 5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah: a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Sebagai pemeriksa laporan keuangan auditor akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini yang dikeluarkan berdasarkan bukti dan penemuan selama melaksanakan pekerjaan lapangan. Apabila selama pelaksanaan pekerjaan lapangan auditor tidak menemukan masalah ataupun bukti yang sangat menyimpang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum maka auditor mungkin dapat dengan cepat menyelesaikan tugasnya dan kemudian mengeluarkan opini audit yang sesuai dengan hasil yang diperoleh, tetapi jika auditor menemukan penyimpangan karena laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kemungkinan auditor akan lebih banyak lagi mencari penyimpangan serta

21

bukti-bukti lain yang akhirnya dapat mempengaruhi penyelesaian waktu audit (Ardhi Dharma Yuana, 2008). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan opini yang dikeluarkan oleh auditor dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.

2.6. Kerangka Pemikiran Informasi yang relevan adalah informasi yang mempunyai predictable, feed back value, dan tepat waktu (Smith dan Skousen, 1997). Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan didalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi pada waktu membuat prediksi dan keputusan. Sedangkan ketepatan waktu pelaporan sendiri dipengaruhi oleh lamanya audit (Hendriksen, 1992). Beberapa faktor yang diduga dapat berpengaruh terhadap Audit Delay dalam penelitian ini antara lain adalah Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Opini Akuntan. 1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay Untuk menilai tingkat Profitabilitas perusahaan dilihat dari EBIT (laba bersih sesudah pajak). Perusahaan yang mengumumkan rugi atau tingkat Profitabilitas yang rendah, maka akan membawa reaksi negatif terhadap pasar dan turunnya penilaian atas kinerja perusahaannya. Sedangkan, perusahaan yang mengumumkan laba yang tinggi akan berdampak positif terhadap penilaian pihak lain atas kinerja perusahaannya. Penelitian Naim (1998)

22

dalam Yugo Trianto (2006) menunjukan bahwa tingkat Profitabilitas yang lebih rendah memacu kemunduran publikasi laporan keuangan. Ada beberapa alasan yang mendorong terjadinya kemunduran laporan publikasi yaitu pelaporan laba atau rugi sebagai indikator good news atau bad news atas kinerja menejerial perusahaan dalam setahun. Tinggi rendahnya Profitabilitas mempengaruhi lama atau cepatnya penyampaian laporan keuangan seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Yugo Trianto (2006) pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 hasil penelitiannya telah membuktikan bahwa Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay. 2. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Yogo Trianto (2006) menemukan hubungan yang signifikan antara rasio Total Debt to Total Asset (TDTA) dengan Audit Delay. Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to assets ratio adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua, mengaudit utang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mengaudit modal. Biasanya mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal. Dalam hal ini perusahaan akan mengurangi resiko dengan mengundurkan publikasi laporan keuangannya dan mengulur waktu dalam

23

laporan auditnya. Ini memberikan tanda ke pasar bahwa perusahaan dalam tingkat resiko yang tinggi. Dengan demikian, auditor akan mengaudit laporan keuangan dengan lebih seksama dan membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga dapat membuat laporan keuangan terlambat untuk dipublikasikan (Prabandari dan Rustiana, 2007). 3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay Ukuran Perusahaan dapat dilhat dari total asset yang dimiliki perusahaan. Hal yang mendasari hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi Audit Delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian iternal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya. Penelitian yang telah dilakukan Imam Subekti dan Novi Wulandari (2004), dalam Supriyati Yuliasri Rolinda (2007) menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap Audit Delay. Pengaruh ini ditunjukan

24

dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek nilai Audit Delay dan sebaliknya jika semakin kecil nilai aktiva perusahaan maka semakin panjang Audit Delay. Hasil penelitian Sistya Rachmawati (2008), menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti bahwa semakin besar Ukuran Perusahaan maka semakin pendek Audit Delay dan sebaliknya semakin kecil Ukuran Perusahaan makan semakin panjang Audit Delay. Hal ini disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian internal perusahaan besar sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. 4. Pengaruh Opini Akuntan terhadap Audit Delay Imam Subekti dan Novi Wulandari (2004 ) dalam Supriyati Yuliasri Rolinda (2007) membuktikan bahwa Audit Delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion. Hal ini dikarenakan proses pemberian pendapat selain unqualified opinion tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan perluasan lingkup audit, sedangkan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion merupakan suatu berita yang baik bagi perusahaan. Perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion akan melaporkan laporan keuangan tepat waktu. Opini audit yang baik (unqualified opinion) harus mengemukakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sesuai dengan ketentuan standar akuntansi

25

keuangan dan tidak ada penyimpangan material yang dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan. Opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

merupakan opini yang tidak diharapkan oleh semua manajemen. Semakin tidak baik opini yang diterima oleh perusahaan maka semakin lama laporan keuangan auditan dipublikasikan. Laporan keuangan yang disampaikan tidak tepat waktu mencerminkan ketidakpatuhan perusahaan terhadap peraturan yang ada. Hasil penelitian Yugo Trianto (2006) pada perusahaan go public tahun 2004 menemukan adanya pegaruh Opini Akuntan terhadap Audit Delay. Pada perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion akan menunjukan Audit Delay yang lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion. Berdasarkan telaah pustaka dan hasil penelitian terdahulu, maka pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay tersebut adalah sebagai berikut: Profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap audit delay. Solvabilitas (TDTA) memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay dengan koefisien positif. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay dengan koefisin bertanda positif. Opini akuntan tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay.. Berdasarkan hasil pengujian simultan atau serentak dengan uji F, diperoleh hasil bahwa keempat variabel independen yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan berpengaruh secara bersamasama dan signifikan terhadap audit delay.

26

Berdasarkan hipotesis tersebut maka model analisis dapat digambarkan pada Gambar 1.1 berikut Gambar 1.1: Kerangka pemikiran Profitabilitas

Solvabilitas Audit Delay Ukuran Perusahaan

Opini Auditor

2.7. Hipotesis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Opini Akuntan pada Perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan telaah literatur dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010.

27

H2: Solvabilitas mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. H3: Ukuran Kantor Akuntan Publik mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. H4: Opini Akuntan mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. H5: Profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 20082010.

28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian ex post facto, yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa (Indriantoro dan Supomo, 1999). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Tujuan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis dan menjelaskan hubungan variabel-variabel yang diteliti Profitabilitas,

solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan sebagai variabel independen dan variabel dependennya Audit Delay.

3.2 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan properti dan real estate yang go publik tahun 2008-2010 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tersedia secara online pada situs http://www.idx.co.id. BEI dipilih sebagai tempat penelitian karena BEI merupakan Bursa Efek di Indonesia

29

yang memiliki catatan historis yang panjang dan lengkap mengenai perusahaan yang sudah go public.

3.3 Populasi dan Sampel Populasi yaitu kumpulan pengukuran atau data pengamatan yang dilakukan terhadap orang, benda atau tempat, sedangkan sampel yaitu sebagian dari populasi atau dalam istilah matematik dapat disebut sebagai himpunan bagian atau subset dari populasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010.

3.4. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling, dengan jenis metode judgement sampling (pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan). Metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Alasan penggunaan metode purposive sampling didasari pertimbangan agar sampel data yang dipilih memenuhi kriteria untuk diuji (Indriantoro dan Supomo, 1999). Perusahaan diseleksi dengan kriteria sebagai berikut, Baiq Riffa Fathini (2007): 1. Perusahaan properti dan real estate go publik yang selalu terdaftar dan saham perusahaan tersebut selalu aktif

30

diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2008 sampai dengan 2010. 2. Mempublikasikan laporan keuangan auditan periode 20082010. 3. Perusahaanperusahaan yang memiliki total asset lebih dari 500 milyar rupiah.

3.5.Data dan Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, antara lain berupa : laporan keuangan, laporan auditor, dan catatan atau laporan historis yang telah tersusun, dan dipublikasikan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder eksternal yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tersedia secara online pada situs http://www.idx.co.id.

3.5.2.

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari situs

http://www.idx.co.id yaitu berupa data laporan keuangan dan tahunan perusahaaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

31

Variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Audit delay, Profitabilitas (ROA), Solvabilitas (TDTA), Ukuran Perusahaan (Log Total Asset), Opini Akuntan (variable dummy). Definisi operasional variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini akan menggunakan variabel dependen Audit Delay, yaitu lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal

ditandatanganinya laporan audit.. Audit Delay = Tanggal Laporan Audit Tanggal Laporan Keuangan 2. Variabel Independen (X) Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Profitabilitas diukur dengan rasio return on asset (ROA) yang hitung berdasarkan EBIT dibagi dengan total aktiva. Perusahaan yang memiliki Profitabilitas tinggi diduga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan auditnya akan lebih pendek dibandingkan

32

perusahaan dengan Profitabilitas rendah. Profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

EBIT Profitabilitas (ROA) = Total Asset

b.

Solvabilitas Solvabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan jumla aktiva (total asset) dengan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang). Angka

perbandingan tersebut dinyatakan dalam total debt to total asset rasio. Perhitungan Solvabilitas dirumuskan sebagai berikut: Jumlah Utang Rasio utang = Jumlah Aktiva

c.

Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan adalah suatu skala dimana dapat

diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Dalam penelitian ini Ukuran Perusahaan adalah ukuran

perusahaan yang diperiksa oleh KAP dan dihitung dengan menggunakan total asset yang dimiliki perusahaan atau total aktiva perusahaan klien yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan akhir periode yang telah diaudit menggunakan log size. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap Ukuran Perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma dengan tujuan

33

untuk menghaluskan besarnya angka dan menyamakan ukuran saat regresi. Ukuran Perusahaan = log (total asset) d. Opini Akuntan Opini Auditor adalah pendapat yang diberikan oleh auditor independen atas laporan keuangan yang disajikan oleh suatu perusahaan. Opini Akuntan dalam penelitian ini diukur dengan melihat jenis opini yang diberikan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan perusahaan properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008. Ada empat jenis pendapat yang diberikan oleh auditor kepada perusahaan. Dalam penelitian ini pendapat auditor dibedakan menjadi dua kelompok yaitu perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion diberi kode 1 dan perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion diberi kode 0.

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Imam Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini normalitas menggunakan P-P Plot. Apabila P-P Plot memiliki titik-titik yang berada

34

disekitar garis lurus, maka dapat diasumsikan bahwa data memiliki distribusi populasi yang normal, sedangkan jika terjadi sebaliknya maka data memiliki distribusi tidak normal. b. Uji Linearitas Uji Linearitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang terbentuk berpola linear atau non linear (Imam Ghozali, 2005). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F. Apabila F hitung lebih kecil dari pada F-tabel atau P-value lebih besar dari taraf signifikansi 0.05, maka dapat diasumsikan bahwa pola yang terbentuk mendekati linear, dan apabila sebaliknya maka terjadi non linearitas. c. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variable bebas dengan variabel bebas lain. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Imam Ghozali, 2006). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independennya. Metode untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat pada tolerance value atau variance inflammatory factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,10 atau nilai VIF adalah 10. Jika VIF >10 dan nilai Tolerance t tabel maka variabel X secara individu (Parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. 2) Jika prob. > 0.05 atau t hitung < t tabel maka variabel X secara individu (Parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. b. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) Pengujian terhadap Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran perusahaan dan Opini akuntan secara bersamaan dengan uji F. Uji regresi simultan (uji F) merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2005). Adapun mengenai hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1) Jika nilai F-hitung > F-tabel maka variabel X secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. 2) Jika nilai F-hitung < F-tabel maka variabel X secara bersamasama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.

39