penetapan standar simplisia

49
Penetapan Standar Simplisia Disusun Oleh : 1.Suharti Nurfiani 2.Lowis Yanmaniar 3.Uray Cindy Hafinur

Upload: lowis-yanmaniar

Post on 18-Nov-2015

160 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

jjj

TRANSCRIPT

Penetapan Standar Simplisia

Penetapan Standar SimplisiaDisusun Oleh :Suharti NurfianiLowis YanmaniarUray Cindy Hafinur

SimplisiaSimplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.Untuk menjamin mutu keseragaman senyawa aktif, keamanan, maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut beberapa faktor yang berpengaruh antara lain adalah: 1. Bahan baku simplisia 2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia 3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia (DepKes, 1985)

Jenis simplisia:Simplisia nabati: simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murniSimplisia hewaniSimplisia pelikan (mineral)Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut: pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu (DepKes, 1985).

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun parameter standar mutu yaitu sebagai berikut :

Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaituQuality-Safety-Efficacy(mutu-aman-manfaat).Bahan simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggungjawab terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan (Anonim,2000).

Standarisasi Simplisia Tujuan :1. Untuk mengendalikan mutu simplisia 2. Memperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut.3. Memperoleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang bermutu, aman serta bermanfaat

Pentingnya kontrol mutuSimplisia sebagai produk pertanian atau tumbuhan liar memiliki kualitas mutu yang dipengaruhi oleh:Variasi bibit: Identitas (spesies)Tempat tumbuh dan iklim: lingkungan (tanah dan atmosfer), energi (cuaca, temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik)Proses tumbuh (fertilizer, pestisida,...)Kondisi panen (umur dan cara): Periode pemanenan hasil tumbuhan: dimensi waktu terkait metabolisme pembentukan senyawa terkandungProses pasca panen dan preparasi akhir:Untuk simplisia dari tumbuhan hasil budidaya, dipengaruhi juga oleh proses GAP (Good Agricultural Practice)Untuk simplisia dari tubuhan liar (wild crop), dipengaruhi juga oleh proses pengeringan yang umumnya dilakukan di lapangan.Penyimpanan bahan tumbuhan: berpengaruh pada stabilitas bahan (kontaminasi biotik dan abiotik)

Standardisasi/Kontrol mutu simplisiaAcuan: Materia Medika IndonesiaKebenaran jenis (identifikasi spesies tumbuhan)Parameter makroskopik: deskripsi morfologis simplisiaParameter mikroskopik: mencakup pengamatan terhadap penampang melintang simplisia atau bagian simplisia dan terhadap fragmen pengenal serbuk simplisiaReaksi identifikasi: Reaksi warna untuk memastikan identifikasi dan kemurnian simplisia (terhadap irisan/serbuk simplisia)Kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia, biologis): tidak selalu mungkin memperoleh simplisia sepenuhnya murni. Bahan asing yang tidak berbahaya dalam jumlah sangat kecil pada umumnya tidak merugikanHarus bebas dari serangga, fragmen hewan/kotoran hewanTidak boleh menyimpang bau dan warnanyaTidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lainTidak boleh mengandung bahan lain yang beracun/berbahaya

Aturan penstabilan: wadah, penyimpanan, trasportasiPengawetan: Simplisia nabati boleh diawetkan dengan penambahan kloroform, karbon tetraklorida, etilenoksida atau bahan pengawet lain yang cocok, yang mudah menguap dan tidak meninggalkan sisaWadah dan bungkus: tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan baik secara kimia/fisika, tertutup baik dan rapat.Penyimpanan: agar dihindari dari cahaya dan penyerapan air.

Syarat baku simplisiaKadar air: tidak lebih dari 10%Angka lempeng total: tidak lebih dari 10Angka kapang dan khamir: tidak lebih dari 10Mikroba patogen: NegatifAflatoksin: tidak lebih dari 30 bagian per juta

Sari Jamu:Diperbolehkan mengandung etanol tidak lebih dari 1% v/v (20oC)Kadar metanol: tidak lebih dari 0,1% dari kadar etanol

Pembuatan simplisiaBahan baku

Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tumbuhan budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau di tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia.

Simplisia dibuat dengan cara pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan dengan waktu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, bahan simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur perajangannya sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringannya tidak mengalami kerusakan.

Simplisia dibuat dengan proses fermentasiProses fermentasi dilakukan dengan saksama agar proses tersebut tidak berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.

Simplisia dibuat dengan proses khusus

Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.

Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air

Pati, talk, dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen, logam berat, dan lain lain.(Anonim,1985).

Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbedabeda antara lain tergantung pada:1) bagian tanaman yang digunakan2) Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen3) Waktu panen4) Lingkungan tempat tumbuhWaktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.

Cara pengambilan bagian tanaman untuk pembuatan simplisia Bagian tanamanCara PengambilanKulit batangDari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu; untuk kulit batang mengandung minyak atsiri atau golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan logam.BatangDari cabang, dipotong potong dengan panjang tertentu dan dengan diameter cabang tertentu.KayuDari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut (disugu) setelah dikelupas kulitnya.DaunTua atau muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatuBungaKuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, atau daun bunga, dipetik dengan tangan.PucukPucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga)

AkarDari bawah permukaan tanah, dipotong potong dengan ukuran tertentu.RimpangDicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.BuahMasak, hampir masak; dipetik dengan tangan.BijiBuah dipetik; dikupas kulit buahnya dengan mengupas menggunakan tangan, pisau, atau menggilas, biji dikupas dan dicuci.Kulit buahSeperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.BulbusTanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan memotongnya, dicuci.

Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran kotoran atau bahan b ahan asing lainya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan bahan seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainya harus dibuang.

Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM.

Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dengan keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.

Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurang kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.

Sortasi kering

Sortasi setelah engeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda benda asing seperti bagian bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.

Pengepakan dan penyimpananPada penyimpaan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetanya. Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan kelembaban.Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasaan. Bahan dan bentuk pengemasan harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpananya.

Pemeriksaan mutu SimplisiaIdentifikasi Simplisia (Depkes, 1989) Identikasi simplisia dilakukan dengan memeriksa pemerian dan melakukan pengamatan simplisia baik secara makroskopik maupun secara mikroskopik.Parameter mutu simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol serta kadar senyawa identitas.

Susut PengeringanSusut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer atau lingkungan udara terbuka. Simplisia harus dalam bentuk serbuk dengan derajat halus nomor 8, suhu pengeringan 105 C.Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan

Penetapan Susut Pengeringan 1-2 gr simplisia ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam krus porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 C selama 30 menit dan telah ditara. Simplisia diratakan dalam krus porselen dengan menggoyangkan krus hingga merata setebal lebih kurang 5-10 mm. Masukkan ke dalam oven, buka tutup krus, panaskan pada temperatur 100 C sampai dengan 105 C, timbang dan ulangi pemanasan sampai didapat berat yang kostan.

Botol timbang disiapkan, dipanaskan pada suhu 105C selama 30 menit, lalu ditimbang. Hal tersebut dilakukan sampai memperoleh bobot botol timbang yang konstan atau perbedaan hasil antara 2 penimbangan tidak melebihi 0,005 g. Sebanyak 1-2 g bahan uji ditimbang, dimasukkan ke dalam botol timbang. Bahan uji kemudian dikeringkan pada suhu 105C selama 5 jam dan ditimbang kembali. Proses pengeringan dilanjutkan dan timbang kembali selama 1 jam hingga diperoleh bobot konstan (penimbangan 2x berturut-turut setelah dikeringkan selama 1 jam tidak lebih dari 0,25% atau perbedaan penimbangan tidak lebih dari 0,5 mg) (Depkes RI, 2000).

Penetapan Kadar AirTujuan : memberi batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan(simplisia) dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi Penentuan kadar air juga terkait dengan kemurnian ekstrak. Semakin sedikit kadar air pada ekstrak maka semakin sedikit kemungkinan ekstrak terkontaminasi oleh pertumbuhan jamur.Makin tinggi kadar air maka makin mudah ditumbuhi jamur, kapang sehingga menurunkan aktivitas biologis simplisia dalam masa penyimpanan. Kadar air tergantung pada waktu pengeringan simplisia.Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetri

Penetapan Kadar Air dengan GravimetriPenetapan kadar air menggunakan metode gravimetri. Krusibel porselin kosong dikonstankan terlebih dahulu dengan pemanasan pada suhu 100-105 C selama 3 jam, didinginkan dalam desikator, dan kemudian ditimbang. Sebanyak 1 g sampel ditimbang dalam krusibel yang telah diketahui beratnya, dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110 C selama 5 jam, didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang kembali. Perlakuan ini diulang sampai beratnya konstan. Kadar air dihitung dalam persen terhadap berat sampel awal (Depkes RI, 2000).

Penetapan Kadar Air dengan DestilasiMasukkan sejumlah zat uji yang ditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 2 ml sampai 4 ml air ke dalam labu. Jika zat uji berupa massa lembek, timbang pada sehelai kertas aluminium dengan ukuran yang sesuai dengan mulut labu. Untuk zat uji yang menyebabkan gejolak mendadak, tambahkan pasir kering secukupnya hingga menutupi dasar lau atau sejumlah tabung kapiler yang salah satu ujungnya dileburkan, panjang lebih kurang 100 mm. Masukkan lebih kurang 200 ml toluen P kedalam labu. Hubungkan dengan alat. Tuangkan dengan toluen kedalam tabung penerima E melalui alat pendingin. Panaskan labu hati -hati selama 15 menit.Setelah toluen mulai mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian dinaikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, dicuci bagian dalam pendingin dengan toluen, Sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambung pada sebuah kawat dan telah dibasahi dengan toluen. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar air dalam %

Kadar air : Ekstrak kental : 5-30%. Ekstrak cair : > 30%Ekstrak kering : < 5%.

Penetapan Kadar Abu Total2 gram simplisia ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, diaduk, disaring melalui kertas saring bebas abu. Kertas saring beserta sisa penyaringan dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat ekstrak, dan dinyatakan dalam % b/b.

Penetapan Kadar Abu Tidak Larut AsamAbu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam Klorida P selama 5 menit. Kumpulkan bagian tidak larut asam, saring dengan kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat simplisia, dinyatakan dalam % b/b.

Tujuan penentuan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang terkandung dalam simplisia yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Selain itu penetapan kadar abu juga dimaksudkan untuk mengontrol jumlah pencemar benda-benda organik seperti tanah, pasir yang seringkali terikut dalam sediaan nabati.

Penetapan Kadar Sari Larut Etanol5 gram serbuk simplisa dimaserasi dengan 100 ml etanol selama 24 jam seperti tertera pada monografi, menggunakan labu bersumbat sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan. Disaring cepat, 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata (yang telah ditara) diatas penangas air hingga kering, panaskan sisa pada suhu 105 C hingga bobot tetap. Kadar dalam persen dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

Penetapan Kadar Sari Larut Air5 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan 100 ml kloroforom P (2,5 mL kloroforom dalam 1000 mL aquadest) selama 24 jam menggunakan labu bersumbat sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan. Disaring cepat, 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata (yang telah ditara) di atas penangas air hingga kering, sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

Adapun tujuan dari penentuan kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah kandungan senyawa yang dapat diekstraksi

6. Penetapan Angka Kapang/Khamir (Hadiotomo, 1990; Depkes, 2000) a. Sterilisasi Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan terlebih dahulu dicuci bersih dan dikeringkan. Tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, dan pipet ditutup mulutnya dengan kapas, kemudian dibungkus dengan kertas perkamen. Cawan petri dibungkus terpisah dengan perkamen, kemudian semua alat disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121C dan tekanan 15 lbs selama 15 menit. Spatel dan pinset disterilkan dengan cara flambier pada lampu spiritus. Lemari aseptis dibersihkan dengan menggunakan metanol 70%. b. Pembuatan Media Pembenihan c. Pembuatan Sampel Uji dan Analisa Angka Kapang

Kadar Minyak AtsiriDitimbang seksama bahan yang diduga mengandung MA, masukkan ke labu alas bulat 1 L. ditambah 200-300 ml air suling. Untuk MA dengan bobot jenis < 1, tambah 0,2 ml toluena. Dipanaskan hingga penyulingan selesai. Lalu dibiarkan tidak kurang dari 15 menit catat volume MA pada buret (% v/b)

EKSTRAK

Standardisasi ekstrakSimplisia sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan monografinya (MMI)Produk ekstrak harus memenui persyaratan:Parameter standar umumParameter standar spesifikBuku monografiEkstrak: sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkanEkstrak cair: adalah sediaan dari simplisia yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Biasanya pada tiap ml ekstrak, mengandung senyawa aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syaratInfus: adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit.

Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrakFaktor Biologi: Bahan asal tumbuhanIdentitas (spesies)Lokasi tumbuhan asal: lingkungan (tanah dan atmosfer), energi (cuaca, temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik)Periode pemanenan hasil tumbuhan: dimensi waktu terkait metabolisme pembentukan senyawa terkandungPenyimpanan bahan tumbuhan: berpengaruh pada stabilitas bahan (kontaminasi biotik dan abiotik)Umur tumbuhan dan bagian yang digunakanUntuk simplisia dari tumbuhan hasil budidaya, dipengaruhi juga oleh proses GAP (Good Agricultural Practice)Untuk simplisia dari tubuhan liar (wild crop), dipengaruhi juga oleh proses pengeringan yang umumnya dilakukan di lapangan.

42

Faktor Kimia:Faktor internal:Jenis senyawa aktif dalam bahanKomposisi kualitatif senyawa aktifKomposisi kuantitatif senyawa aktifKadar total rata-rata senyawa aktifFaktor eksternal:Metode ekstraksiPerbandingan ukuran alat ekstraksi (diameter dan tinggi alat)Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahanPelarut yang digunakan dalam ekstraksiKandungan logam beratKandungan pestisida

Mutu ekstrak berkaitan dengan senyawa kimia yang dikandung karena respon biologis yang diakibatkan oleh ekstrak disebabkan oleh senyawa kimiaDitinjau dari asalnya, senyawa kimia dalam ekstrak terbagi menjadi:Senyawa kandungan asli dari tumbuhan asal: senyawa yang memang sudah ada sejak masa tumbuhan tsb hidupSenyawa hasil perubahan dari senyawa asli: Dari penelitian telah diprediksi terjadinya perubahan kimia senyawa asli karena sifat fisikokimia yang labilSenyawa kontaminasi: polutan atau aditifSenyawa hasil interaksi kontaminasi dengan senyawa asli atau senyawa perubahan

Parameter spesifik berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggungjawab terhadap aktivitas farmakologis.Parameter non-spesifik berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas sperti kadar logam berat, aflatoksin, kadar air dan lain-lain.

PARAMETER NON SPESIFIKKadar air dan Susut PengeringanKadar abuSisa PelarutResidu PestisidaCemaran logam beratCemaran mikrobaKadar Sari Larut Air dan Larut Etanol

PARAMETER SPESIFIK

Memuat analisis kimia yang memberikan informasi komposisi senyawa kandungan dan kadar zat kimia Penetapan parameter spesifik bertujuan untuk menetapkan kadar minimal yang harus ada dalam ekstrak sehingga memberikan efek farmakologis.Identitas:Meliputi deskripsi tata nama, bagian tumbuhan yang digunakan dan senyawa identitas.OrganoleptikMeliputi penggunaan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk (padat, serbuk, kental, cair), warna, bau dan rasaKandungan kimiaUntuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa terkandungparameter spesifik yang meliputi identitas ekstrak, senyawa terlarut dalam pelarut tertentu, juga uji kandungan kimia ekstrak

UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAKPola kromatogram: KLT, KCKT, KGKadar Total Golongan Kandungan Kimia: spektrofotometri, titrimetri, volumetri, gravimetri dll:Golongan minyak atsiriGolongan steroidGolongan taninGolongan flavonoidGolongan triterpenoid (saponin)Golongan alkaloidGolongan antrakinonKadar kandungan kimia tertentu: senyawa identitas atau senyawa kimia utama atau senyawa aktifDensitometer, KG, KCKT