94428119 penetapan kadar air pada simplisia

Upload: sri-sulistyaningsih

Post on 30-Oct-2015

121 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PENETAPAN KADAR AIR PADA SIMPLISIA

    Dipresentasikan pada

    Seminar Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alaudin Makassar

    Pada hari Senin, 18 Juli 2011

    Disusun oleh :

    Mukhriani, S.Si., Apt

    NIP 19760117 2010 02 001

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UIN ALAUDIN MAKASSAR

    2011

  • 2

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    BAB II RUMUSAN MASALAH ................................................................. 4

    BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

    A. Air ............................................................................................. 5

    B. Simplisia .................................................................................... 8

    C. Standarisasi Bahan Obat ........................................................... 9

    D. Penetapan Kadar air ................................................................ 14

    a. Metode Titrimetri .............................................................. 14

    b. Metode Destilasi ................................................................ 18

    c. Metode Gravimetri ............................................................ 19

    BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 20

    A. Kesimpulan ............................................................................ 20

    B. Saran ........................................................................................ 20

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Air adalah materi esensial atau materi yang kebutuhannya untuk

    kehidupan didalam tubuh manusia berkisar antara 50 % 70 % dari seluruh berat

    badan, oleh karena itu pengaruh air pada kesehatan tergantung pada kualitas air

    yang digunakan. Air memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia.

    Menjaga keseimbangan tubuh, kemampuan untuk mengoksidasi, mereduksi dan

    berinteraksi dengan berbagai bahan kimia, menggemburkan tanah untuk ditanami

    pepohonan dan manfaat lainnya bagi kehidupan makhluk hidup. Adapun air bagi

    tumbuhan sangatlah penting. Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan

    berasal dari tanah (air tanah). Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan

    memerlukannya. Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan

    biologisnya antara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk

    pembentukan karbohidrat, serta untuk mengangkut sisa sisa hasil fotosintesisnya

    keseluruh jaringan tumbuhan.

    Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam

    bahan makanan.Air sendiri meskipun bukan merupakan sumber nutrien seperti

    bahan makanan lain, namun sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimia

    organisme hidup. Terutama dalam prosesing bahan makanan, air yang

    dipergunakan memerlukan persyaratan kebersihan yang tinggi. Untuk keperluan

    pengolahan bahan makanan ini, persyaratan air sama dengan persyaratan air

    minum (pottable water) yaitu tidak mengandung mikroba penyebab sakit perut

  • 2

    atau penyakit lain (patogen) tanpa rasa atau bau yang tidak dikehendaki dan tak

    berwarna (Sudarmadji 1989).

    Pada dasarnya didalam Alquran telah menjelaskan kepada kita tentang

    berbagai jenis air, selain itu dikelompokkan pula berdasarkan kadar

    kejernihannya. Alquran menyebutkan Al-maal-muqthir (air hujan) dengan Al-

    maal-athahur (air yang membersihkan), Ia juga menyebutkan air tawar yang bisa

    diminum dari sungai dan sumur Al-maal furat sedangkan air laut yang

    mengandung garam yang tinggi disebut Al-maal-ujaj.

    Allah SWT berfirman : QS Al Furqaan (25) : 48

    Terjemahannya:

    Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum

    kedatangan rahmat-Nya (hujan) dan kami turunkan dari langit air yang amat

    bersih (QS Al Furqaan (25); 48).

    Setelah merenungkan ayat ini dengan seksama kita akan mengetahui

    bahwa Alquran telah menjelaskan dengan secara rinci apa yang dijelaskan oleh

    para ilmuwan tentang air hujan. Para ilmuwan menemukan bahwa air yang kita

    minum mengandung banyak materi dan kehidupan segelas air yang kita kira

    jernih ternyata didalamnya terdapat multi kehidupan yang sangat kecil seperti

    bakteri, virus, zat zat kimia seperti besi, tembaga, aluminium, magnesium,

    kalsium dan juga zat zat lainnya.

  • 3

    Pokok pembahasan makalah ini terkait dengan penetapan kadar air

    simplisia. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyaratan

    Farmakope Indonesia dan Materi Medika Indonesia. Dimana kontrol kualitas

    merupakan parameter yang digunakan dalam proses standarisasi suatu simplisia.

    Parameter standarisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik.

    Parameter non spesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan

    simplisia sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada

    dalam tanaman, atau bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis.

    Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau

    rentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian

    dan adanya kontaminan dalam simpisia/ bahan tersebut. Dengan demikian

    penghilangan kadar air dalam jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya

    tahan bahan selama masa penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila

    mempunyai kadar air kurang dari 10%.

  • 4

    BAB II

    RUMUSAN MASALAH

    Dari latar belakang timbul permasalahan sebagai berikut :

    1. Bagaimana prinsip penetapan kadar air pada simplisia ?

    2. Metode apa yang paling praktis dalam penetapan kadar air ?

  • 5

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. A i r

    Air merupakan zat yang mutlak bagi kehidupan dan kesehatan manusia.

    Selama hidupnya manusia memerlukan air, bagi manusia air merupakan salah satu

    kebutuhan utama.

    Fungsi air secara umum antara lain :

    1. Keperluan rumah tangga : mandi, mencuci dan kebutuhan dasar sebagai air

    minum keluarga.

    2. Keperluan pertanian, perikanan dan peternakan.

    3. Keperluan industri dan pertambangan.

    4. Pendidikan dan penelitian.

    Untuk keperluan tubuh manusia air memiliki banyak fungsi antara lain :

    1. Membentuk sel sel baru, memelihara dan mengganti sel- sel yang rusak.

    2. Melarutkan dan membawa nutrisi- nutrisi, oksigen dan hormon keseluruh sel

    tubuh yang membutuhkan.

    3. Melarutkan dan mengeluarkan sampah sampah dan racun dalam tubuh.

    4. Katalisator dan metabolisme tubuh.

    5. Pelumas bagi sendi-sendi.

    6. Menstabilkan suhu tubuh, homeostatis.

    Menurut jenisnya air dapat digolongkan berdasarkan kandungan didalamnya

    yaitu :

  • 6

    1. Air bersih

    Air bersih adalah air yang tidak mengandung bakteri atau virus yang membawa

    bibit penyakit. Air bersih mengandung mineral dan senyawa karbon tertentu yang

    tidak membahayakan manusia dan dapat digunakan sebagai keperluan hidup.

    2. Air sadah

    Air sadah adalah air yang mengandung garam kalsium dan magnesium

    dari karbonat, bikarbonat, sulfat dan klorida. Air sadah biasa terdapat pada lapisan

    tanah yang mengandung atau terdapat batuan kapur.

    3. Air mineral

    Air mineral adalah air alam/ bumi yang mengandung zat terlarut

    didalamnya atau air yang sudah melalui proses penambahan zat zat mineral atau

    zat zat terlarut didalamnya, air mineral sudah banyak diproduksi oleh pabrik-

    pabrik atau juga disebut air kemasan.

    4. Air murni

    Air murni adalah air yang sudah dimurnikan atau air yang sudah melalui

    penyulingan yang tidak mengandung mineral contohnya air yang sudah diproses

    destilasi atau demineralisasi air ini tidak digunakan untuk keperluan sehari- hari

    kecuali untuk keperluan tertentu (Liyang D, 2004).

    Parameter kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air

    yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia dan biologis.

    1. Persyaratan Fisika

    Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut :

    a. Jernih atau tidak keruh

  • 7

    Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran butiran koloid dari

    tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.

    b. Tidak berwarna

    Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna

    berarti mengandung bahan- bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

    c. Rasanya tawar

    Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam,

    manis, pahit atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik, rasa asin

    disebabkan adanya garam- garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan

    rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

    d. Tidak berbau

    Air yang memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari dekat maupun

    jauh. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang

    mengalami dekomposisi (penguraian ) oleh mikroorganisme.

    e. Temperaturnya normal

    Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi

    pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat

    membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan

    mikroorganisme.

    f. Tidak mengandung zat padatan

    2. Persyaratan kimiawi

    Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai

    berikut ;

    a. pH netral

  • 8

    Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam

    atau basa.

    b. Tidak mengandung zat kimia beracun

    Air yang berkualitas tidak mengandung bahan kimia beracun seperti

    sianida, sulfida, fenolik. Tidak mengandung garam atau ion- ion logam

    seperti Fe, Mg, Ca, Hg, Mn, Cr dan lain- lain.

    c. Kesadahan rendah

    Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam garam yang terlarut

    didalam air terutama Ca dan Mg.

    d. Tidak mengandung bahan organik

    Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat zat yang

    berbahaya bagi kesehatan. Bahan bahan organik itu seperti NH4, H2S,

    SO4 dan NO.

    3. Persyaratan Mikrobiologis

    a. Tidak mengandung bakteri patogen.

    b. Menurut Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen

    Kesehatan Indonesia air yang memenuhi syarat sebagai air minum tidak

    boleh mengandung bakteri golongan coli (Fardiaz 1992.

    B. Simplisia

    Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

    belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan

    yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman

    utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang

  • 9

    secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu

    dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia hewani

    adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat zat berguna

    yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan

    adalah simplisia yang berupa bahan mineral yang belum diolah atau telah diolah

    dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (MMI, 1989).

    Dalam perdagangan tidak selalu mungkin untuk memperoleh simplisia

    yang sepenuhnya murni ; bahan asing yang tidak berbahaya dalam jumlah yang

    sangat kecil yang terdapat dalam simplisia ataupun yang ditambahkan atau

    dicampurkan, pada umumnya tidak merugikan. Simplisia harus bebas dari

    serangga, fragmen hewan atau kotoran hewan ; tidak menyimpan bau dan

    warnanya tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan

    pengotoran yang lain; tidak mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya

    (MMI, 1989).

    C. Standarisasi bahan obat

    Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar

    didunia memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hinggga saat

    ini tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari

    300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi secara reguler.

    Sekitar 1000 jenis tanaman telah diidentifikasi dari aspek botani sistematik

    tumbuhan dengan baik. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68 % penduduk

    dunia menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang melibatkan tumbuhan

    untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80 % penduduk dunia

  • 10

    menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka. Fakta fakta

    tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan obat memiliki arti penting yakni secara

    mendasar mendukung kehidupanmaupun potensi perdagangan.

    Fakta bahwa obat berbasis tumbuhan telah melekat didalam kehidupan

    masyarakat, Indonesia negara terkaya biodiversitasnya, kecendrungan orang

    kembali ke alam meneguhkan peran penting tumbuhan sebagai sumber obat

    bahkan berpotensi nilai ekonomi tinggi. Namun isu besar yang menjadi pemikiran

    pemerintah saat ini adalah bagaimana menjamin obat yang berbasis herbal

    memiliki mutu yang terukur, mampu mendukung derajat kesehatan dan menjamin

    keamanan terbebas dari bahan dan mikroba berbahaya serta bagaimana menaikkan

    nilai ekonomi sehingga menjadi negara produsen yang bermartabat.(Standarisasi

    BOA)

    Berdasarkan pemikiran tersebut diatas maka perlu dilakukan upaya

    penetapan standar mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat. Rangkaian proses

    melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data farmakologis,

    melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan

    (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam (tumbuhan obat) disebut standarisasi

    bahan obat alam (SBOA) atau standarisasi obat herbal. Standarisasi secara

    normatif ditujukan untuk memberikan efikasi yang terukur secara farmakologis

    dan menjamin keamanan konsumen.(Standarisasi BOA)

    Jadi standarisasi obat herbal meliputi dua aspek :

    1. Aspek parameter spesifik : yakni berfokus pada senyawa atau golongan

    senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis

  • 11

    kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif

    terhadap senyawa aktif.

    2. Aspek parameter non spesifik : yakni berfokus pada aspek kimia

    mikrobiologis dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan

    stabilitas misalnya kadar logam berat, kadar air, aflatoksin dan lain lain.

    Objek standarisasi adala ekstrak tumbuhan yakni material yang diperoleh

    dengan cara menyari bahan tumbuhan dengan pelarut tertentu. Kecuali dinyatakan

    lain pelarut yang diperbolehkan adalah etanol. Pelarut organik selain etanol

    memiliki potensi toksisitas yang lebih tinggi. Etanol memiliki kemampuan

    menyari dengan polaritas yang lebar mulai senyawa non polar sampai dengan

    polar. Sedangkan penyari air cukup sulit diuapkan pada suhu rendah sehingga

    berpotensi terdegradasinya komponen aktif atau terbentuknya senyawa lain karena

    pemanasan. Idealnya bahan yang ditetapkan parameter mutu dan keamanannya

    adalah yang berasal dari tanaman yang telah diteliti dan ditetapkan efek

    farmakologis dan toksisitas kliniknya (baik akut, sub kronis maupun kronis),

    yakni telah teruji pada pasien sehingga output yang dihasilkan adalah produk

    dengan nilai ekn berdaya ekonomi dan berdaya guna tinggi.

    Sudah menjadi tugas pemerintah untuk menetapkan parameter mutu dan

    menjaga keamanan masyarakat pemakai obat herbal sehingga dengan sendirinya

    bahan obat herbal apapun yang telah dikomsumsi publik secara massal tetap pada

    batas batas aman meskipun bahan atau produk terkomsumsi belum mengalami

    uji farmakologi praklinik maupun klinik.

    Tujuan dari standarisasi yaitu :

    1. Menjamin keseragaman khasiat.

  • 12

    2. Menjamin aspek keamanan dan stabilitas ekstrak/ bentuk sediaan.

    3. Meningkatkan nilai ekonomi.

    Jadi standarisasi bahan obat herbal ditujukan untuk menjamin mutu yang

    artinya menjamin efikasi efek farmakologinya secara konsisten dan menjamin

    keamanan pada konsumen. Pemerintah melalui BPOM yang menentukan

    parameter parameternya. Sedangkan produsen, distributor, eksportir dan

    importir memiliki kewajiban memenuhi kriteria parameter dan keamanan yang

    telah digariskan dalam dokumen resmi tersebut seperti : farmakope herbal,

    parameter mutu dan keamanan ekstrak, monografi ekstrak dan lain-

    lain.(Standarisasi BOA 2011)

  • 13

    Aspek dan Tahapan Skematik Standarisasi :

    Pemastian tanaman :

    determinasi

    1,0 kg serbuk tanaman

    Ekstrak etanol

    Ekstrak etanol kental

    Berminyak atsiri Tidak berminyak

    atsiri

    Kadar air : Ekstrak cair

    (>30%), Kental (5-30%),

    Kering (< 5 %) !!

    Parameter non spesifik:

    Kadar residu air, dan etanol

    Kadar abu, abu larut air asam

    Aspek mikrobiologi (kapang-khamir, ALT,

    Aspergillus, S. Thypi, P.aerogninosa, dll.

    Kadar abu (larut air-etanol)

    Kadar residu pelarut etanol

    Kadar Pb, Cd, As, Hg

    Parameter spesifik:

    Profil KLT sebyawa marker

    Kadar marker dalam ekstrak

    Kadar total 8 golongan metabolit sekunder:

    polifenol, flanoid, antrakinon, steroid

    (triterpen), saponin, kumarin atau senyawa lain

    yang relevan

    Kelarutan ekstrak dalam air-etanol

    Remaserasi 2X, atau

    sampai jernih

    Ekstraksi : etanol 96 %

    atau metode lain

    Evaporasi < 55-57C,

    vacuum rotatory

    Residu

    Ekstrak Kental Ekstrak Kental

    Tangas air

  • 14

    D. Penetapan kadar air

    a. Titrimetri

    - Cara titrasi menurut MMI

    Pereaksi dan larutan yang digunakan peka terhadap air, hingga

    harus dilindungi dari pengaruh kelembaban udara.

    Pereaksi Karl Fisher disimpan dalam botol yang diperlengkapi

    dengan buret otomatik. Untuk melindungi daru pengaruh kelembaban

    udara, buret dilengkapi dengan tabung pengering. Labu titrasi

    kapasitas lebih kurang 60 ml, dilengkapi dengan 2 elektroda platina,

    sebuah pipa pengalir nitrogen, sebuah sumbat berlubang untuk ujung

    buret dan sebuah tabung pengering. Zat yang diperiksa dimasukkan ke

    dalam labu melalui pipa pengalir nitrogen atau melalui pipa samping

    yang dapat disumbat. pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas

    nitrogen yang telah dikeringkan atau dengan pengaduk magnit.

    Penunjuk titik akhir terdiri dari batere kering 1,5 volt atau 2 volt yang

    dihubungkan dengan tahanan variabel lebih kurang 2000 ohm.

    Tahanan diatur sedemikian rupa sehingga arus utama yang cocok yang

    melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan

    mikroammeter.

    Setelah setiap kali penambahan pereaksi Karl Fisher, penunjuk

    mikroammeter menyimpang akan tetapi segera kembali kedudukan

    semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang

    lebih lama.

  • 15

    Untuk zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan, maka pada

    umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Kecuali dinyatakan lain

    dalam monografi maka penetapan kadar air dilakukan dengan titrasi

    langsung. (MMI 1989)

    Cara Penetapan

    Titrasi langsung

    Kecuali dinyatakan lain, masukkan lebih kurang 20 ml metanol P

    ke dalam labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik

    akhir tercapai. Masukkan dengan cepat sejumlah zat yang ditimbang

    saksama yang diperkirakan mengandung 10 mg sampai 50 mg air, ke

    dalam labu titrasi, aduk selama 1 menit. Titrasi dengan pereaksi Karl

    Fischer yang telah diketahui kesetaraan airnya. Hitung jumlah air

    dalam mg dengan rumus:

    V x F

    Volume adalah volume dalam ml pereaksi Karl Fischer. F adalah

    faktor kesetaraan air. (MMI 1989).

    - Cara titrasi menurut Farmakope Indonesia

    Prinsip penetapan kadar air secara titrimetri berdasarkan atas reaksi

    secara kuantitatif air dengan larutan anhidrat belerang dioksida dan

    iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion hidrogen.

    Dalam larutan titrimetri asli, yang dikenal sebagai pereaksi

    Karl Fisher, belerang dioksida dan iodium dilarutkan dalam piridin

    P dan metanol P. Zat uji dapat dititrasi dengan pereaksi secara

    langsung, analisis dapat dilakukan secara titrasi kembali, sejumlah

  • 16

    pereaksi berlebih ditambahkan pada zat uji, dibiarkan beberapa

    lama sampai reaksi sempurna dan kelebihan pereaksi dititrasi

    dengan larutan baku air dalam pelarut seperti metanol. Prosedur

    titrasi kembali lebih umum digunakan dan menghindarkan

    kesulitan yang mungkin terjadi pada titrasi langsung suatu zat

    melepaskan air secara perlahan lahan.

    Kelemahan dari metode titrimetri yaitu stokiometri reaksi

    tidak tepat dan reproduksibilitas penetapan tergantung bergantung

    pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat

    pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat, dan teknik yang

    digunakan pada penetapan tertentu. Karena itu untuk mencapai

    akurasi yang diinginkan harus digunakan suatu teknik yang

    dibakukan secara empirik. Presisi dalam metode ini sebagian besar

    bergantung pada sejauh mana kelembaban udara dihilangkan dari

    sistem. Titrasi air biasanya dilakukan menggunakan metanol

    mutlak sebagai pelarut zat uji, tetapi pelarut lain yang sesuai dapat

    digunakan untuk zat uji khusus.

    Metode titrasi langsung:

    Kecuali dinyatakan lain, masukkan 35 ml- 40 ml metanol P

    atau pelarut lain yang sesuai ke dalam labu titrasi dan titrasi dengan

    pereaksi sampai titik akhir secara elektrometrik atau visual untuk

    menetapkan kelembaban yang mungkin ada (abaikan volume

    pereaksi yang digunakan, karena tidak termasuk dalam perhitungan

    ). Tambahkan segera larutan uji , campur dan titrasi dengan

  • 17

    pereaksi sampai titik akhir secara elektrometrik atau visual. Hitung

    kadar air dalam zat uji, dalam mg dengan rumus :

    S X F

    S adalah volume, dalam ml. Pereaksi yang digunakan pada titrasi

    ke dua , dan F adalah faktor kesetaraan air dari pereaksi.

    Metode Titrasi Residual :

    Bila dalam monografi tercantum bahwa kadar air harus

    ditetapkan dengan metode titrasi residual , masukkan 35 ml 40 ml

    metanol atau pelarut lain yang sesuai kedalam labu titrasi, dan

    titrasi dengan pereaksi sampai titik akhir secara visual atau

    elektrometrik. Secara cepat tambahkan larutan uji, campur dan

    tambahkan sejumlah berlebih pereaksi yang diukur seksama.

    Biarkan beberapa waktu sampai reaksi sempurna dan titrasi

    pereaksi yang tidak digunakan dengan larutan air yang telah

    dibakukan sampai titik akhir secara elektrometrik atau visual .

    Hitung kandungan air dalam zat uji , dalam mg dengan rumus :

    F (X - XR)

    F adalah faktor kesetaraan air dari pereaksi, X adalah volume

    dalam ml, Pereaksi yang ditambahkan setelah zat uji, X adalah

    volume dalam ml, dari larutan air yang telah dibakukan untuk

    menetralkan pereaksi yang tidak digunakan ; R adalah

    perbandingan ; V/25 (ml pereaksi/ ml larutan air) yang ditetapkan

    dari pembakuan larutan air untuk titrasi residual. (Farmakope

    1995).

  • 18

    C. Metode Azeotropi (Destilasi Toluen)

    Alat yang digunakan adalah sebuah labu kaca A 500 ml yang dihubungkan

    melalui sebuah perangkat B kepada pendingin refluks C dengan sambungan kaca

    Asah.

    Prosedur :

    Masukkan kedalam labu kering sejumlah zat yang ditimbang seksama sampai

    paling dekat dengan sentigram yang diperkirakan menghasilkan 2 4 ml air. Bila

    zat dalam bentuk pasta, timbang dalam wadah lembaran logam dengan ukuran

    yang dapat melewati leher labu. Bila zat dapat menimbulkan gejolak, tambahkan

    dalam jumlah cukup pasir yang telah dicuci dan kering untuk menutup dasar labu

    atau sejumlah tabung kapiler untuk penentuan suhu lebur dengan panjang lebih

    kurang 100 mm, yang dileburkan pada bagian ujung atas. Masukkan lebih kurang

    200 ml Toluene P ke dalam labu, hubungkan alat dan isi tabung penerima E

    dengan toluene yang dituangkan melalui puncak pendingin. Panaskan labu

    perlahan-lahan selama 15 menit dan bila toluene mulai mendidih, suling dengan

    kecepatan lebih kurang 2 tetes per detik sampai sebagian besar air tersuling,

    kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga lebih kurang 4 tetes per detik.

    Bila semua air tersuling bilas bagian dalam tabung kondensor dengan toluene,

    sambil menyikat tabung kondensor dengan sikat tabung yang dilekatkan pada

    kawat tembaga dan dijenuhkan dengan toluene. Lanjutkan penyulingan selama 5

    menit lalu hentikan pemanasan dan dinginkan sampai suhu kamar. Bila ada

    tetesan air yang menempel pada dinding tabung penerima, lepaskan dengan sikat

    yang terdiri atas karet yang diikatkan pada kawat tembaga dan dibasahi dengan

  • 19

    toluene. Bila air dan toluene memisah sempurna, baca volume air dan hitung

    presentasi yang ada dalam zat.

    C. Metode Gravimetri

    Prosedur untuk obat tanaman

    Masukkan lebih kurang 10 g zat, dan timbang seksama dalam wadah yang

    telah ditara. Keringkan pada suhu 105 selama 5 jam, dan timbang. Lanjutkan

    pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2

    penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.

  • 20

    BAB IV

    A. Kesimpulan

    Air adalah materi yang sangat esensial dalam tumbuhan, karena

    melarutkan dan membawa nutrisi ke seluruh sel tanaman . Namun jika

    tanaman dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama (kering) maka

    kadar air harus dikurangi dalam batas seminimal mungkin yaitu dibawah

    10 %. Untuk mengetahui kadar air simplisia, maka digunakan beberapa

    metode dengan prinsip :

    1. Gravimetri dengan prinsip menguapkan air yang ada dalam bahan

    dengan jalan pemanasan kemudian menimbang sampai bobot konstan

    yang berarti semua air sudah diuapkan. Metode ini relatif mudah dan

    murah.

    2. Destilasi dengan prinsip menguapkan air dengan pembawa cairan

    kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari air dan tidak dapat

    bercampur dengan air.Pembawa cairan kimia antara lain toluen, xylen,

    bensen. Cara destilasi baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang

    kandungan airnya kecil yang sulit ditentukan dengan gravimetri.

    3. Titrasi dengan prinsip berdasarkan reaksi secara kuantitatif air dengan

    larutan anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar

    yang bereaksi dengan ion hidrogen.

    B. Saran

    Perlunya penelitian penelitian lebih lanjut pada tanaman yang

    belum diketahui prosedur penetapan kadar airnya.

  • 21

    Daftar Pustaka

    Sudarmaji et all., (1989), Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, edisi kedua,

    Liberty Yogyakarta Bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan

    Gizi UGM, Yogyakarta.

    Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan RI,

    Jakarta.

    Dirjen POM, (1989), Materi Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan RI,

    Jakarta.

    Saifuddin Azis et all.,(2011), Standarisasi Bahan Obat Alam Edisi Pertama,

    Graha Ilmu, Yogyakarta.

    Liyang, Fonny, D. 2004. Uji Pencemaran Mikroba Pada Air Minum Isi Ulang

    yang Beredaar di Makassar. UNHAS : Makassar.

    Fardiaz Srikandi., 1992. Polusi Air Dan Udara. Kanisius, Yogyakarta.

    Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran Departemen Agama RI, 1986/1987