penerapan penguatan pendidikan karakter di sekolah

42
1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 122 JAKARTA TIM PENGUSUL : Ketua Pengusul Anggota Anggota : Dr. Fetrimen, M. Pd : Dr. Bunyamin, M. Pd : Dr. Yessi Yanita Sari, M. Pd NIDN 0323097701 NIDN 0320026503 NIDN 0330017601 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA TAHUN 2019

Upload: others

Post on 26-Jan-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

1

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DASAR KEILMUAN

PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 122 JAKARTA

TIM PENGUSUL :

Ketua Pengusul Anggota Anggota

: Dr. Fetrimen, M. Pd : Dr. Bunyamin, M. Pd : Dr. Yessi Yanita Sari, M. Pd

NIDN 0323097701 NIDN 0320026503 NIDN 0330017601

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA

TAHUN 2019

Page 2: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

2

HALAMAN PENGESAHAN

JudulPenelitian Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter

di Sekolah Menengah Pertama Negeri 122

Jakarta

KetuaPeneliti

a. Nama Lengkap Dr. Fetrimen, M. Pd

b. NIDN 0323097701

c. JabatanFungsional Lektor/IIIC

d. Fakultas/Program Studi Pascasarjana/ AdministrasiPendidikan

e. Nomor HP 081285710190

f. AlamatSurel (email) [email protected]

AnggotaPeneliti 1

a. Nama Lengkap Dr. Bunyamin, M. PdI

b. NIDN 0302026503

c. Fakultas/Program Studi Fakultas Agama Islam UHAMKA

AnggotaPeneliti 2

a. Nama Lengkap Dr. Yessi Yanita Sari, M. Pd

b. NIDN 0330017601

c. Fakultas/Program Studi Pascasarjana/ Administrasi Pendidikan

Lama Penelitian 6 Bulan

LuaranPenelitian TerbitJurnal Nasional Terindeks

BiayaPenelitiandiusulkan Rp. 20. 000.000

Jakarta, 10 Januari 2019

Page 3: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

3

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

IDENTITAS USULAN PENELITIAN ................................................................ iii

RINGKASAN ....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2

D. Urgensi Penelitian ........................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. State Of The Art… ....................................................................................... 3

B. Penguatan Pendidikan .................................................................................. 4

C. Karakter......................................................................................................... 6

D. Pendidikan Karakter. ..................................................................................... 8

E. Road Map .................................................................................................... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian… ...................................................................................... 11

B. Konsep Metode Penelitian ........................................................................... 11

C. Desain Penelitian… ...................................................................................... 11

D. Cara Pengumpulan Data Penelitian .............................................................. 12

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN. ......................................................... 13

A. Gambaran Tempat Penelitian. ....................................................................... 13

B. Temuan. ......................................................................................................... 14

C. Pembahasan................................................................................................... 25

1. Penerapan PPK Berbasis Tindakan Kelas............................................. 25

2. Penerapan PPK Berbasis Budaya Sekolah............................................ 27

3. Penerapan PPK Berbasis Partisipasi Masyarakat.................................. 29

BAB V. KESIMPULAN......................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

Lampiran 1 : Justifikasi Anggaran Penelitian ....................................................... 34

Lampiran 2 : Tim Peneliti, Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penelitian .......... 36

Lampiran3 : Biodata Peneliti................................................................................. 37

Lampiran 4 : Surat Pernyataan Ketua Peneliti ...................................................... 40

Page 4: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

4

IDENTITASI USULAN PENELITIAN

1. Judul Penelitian : Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta

2. Tim Peneliti :

No Nama Jabatan Bidang

keahlian

Instansi Asal Alokasi

Waktu

(Jam/Mg)

1 Dr. Fetrimen, M. Pd Ketua Manajemen

Pendidikan

UHAMKA 12

2 Dr.Bunyamin, M. Pd Anggota Manajemen

Pendidikan

UHAMKA 12

3 Dr. Yessi Yanita Sari,

M.Pd

Anggota Manajemen

Pendidikan

UHAMKA 12

3. Objek Penelitian : Penerapan penguatan pendidikan karakter di

SMPN 122 Jakarta

4. Masa Pelaksanaan :

Mulai : bulan : Maret Tahun : 2019

Berakhir : bulan : September Tahun : 2019

5. Usulan Biaya : Lembaga Penelitian UHAMKA

6. Lokasi Penelitian : Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta

7. Instansi yang Terlibat : Stakeholder SMPN 122 Jakarta

8. Temuan yang Ditargetkan: Penerapan penguatan pendidikan karakter yang

efektif

9. Kontribusi Mendasar Pada Bidang Ilmu : penelitian ini dapat memberikan

masukan pada sekolah untuk mengambil kebijakan secara kelembagaan menerapkan penguatan pendidikan karakter di SMPN 122 Jakarta

10. Sasaran Jurnal Ilmiah : jurnal ilmiah Pendidikan Intenasional yang terindeks dan jurnal pendidikan nasional yang terakreditasi

11. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa, tahun rencana perolehan atau penyelesaian : 2019

Page 5: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

5

RINGKASAN

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta

peserta didik sebagai pendukung dimensi penting dalam pendidikan yang membentuk karakter

peserta didik yang kuat, dimensi tersebut berupa kinestetik (olah raga), estetika (olah rasa), etika (olah jiwa). Tanpa menerapkan tiga dimensi ini dalam penyelenggaraan pendidikan

maka karakter yang dimiliki peserta didik cenderung tidak kuat karena karakter seseorang

tidak terjadi dengan sendirinya melainkan di bentuk, dibina dan dikelola secara berkesinambungan.

Upaya Penguatan Pendidikan Karakter dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam proses belajar-mengajar, serta pengembangan budaya

sekolah dan kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan utama, yaitu: Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas, budaya sekolah, dan partisipasi

masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas dilaksanakan melalui pengintegrasian dalam kurikulum, optimalisasi muatan lokal, dan manajemen kelas.

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dilaksanakan melalui pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan pendidik, ekosistem sekolah, norma,

peraturan, dan tradisi sekolah. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis partisipasi masyarakat dilakukan dengan melibatkan mitra yang ada seperti orang tua, tokoh masyarakat, tokoh

agama, pelaku usaha, akademisi, pegiat pendidikan, seniman, budayawan, sastrawan, dan lain-

lain.

Keutamaan penelitian ini berkaitan dengan penerapan penguatan pendidikan karakter sebagai bagian dari platform mengembangkan tujuan pendidikan Nasional yang menempatkan

pendidikan karakter sebagai ruh atau jiwa utama penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan melakukan pelibatan publik melalui pendidikan formal, non formal, informal

dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis data dengan model evaluasi CIPP

(Context, Input, Process, Product). Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi yaitu : Evaluasi Konteks (ContextEvaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation), Evaluasi

Proses (Process Evaluation) dn Evaluasi Produk (Product Evaluation). Model Evaluasi CIPP bersifat linier. Artinya evaluasi input harus didahului oleh evaluasi contaxt; evaluasi proses

harus didahului oleh evaluasi input. Pengembangan 10 checklist sebagai panduan bagi

evaluator, klien dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan Model Evaluasi CIPP. Fungsi dari checklist untuk membantu para evaluator mengevaluasi program yang

secara relatif mempunyai tujuan jangka panjang. Pertama, checklist agar evaluator dapat menyelesaikan laporan evaluasi tepat waktu, jadi membantu kelompok evaluator untuk

merencanakan, melaksanakan, mengintusionalisasikan, melaksanakan layanan yang efektif kepada para penerima manfaat yang yang ditargetkan

Page 6: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

6

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan mengembangkan platform

pendidikan nasional yang meletakan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam

penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan

melalui pendidikan formal, non formal, informal dengan memperhatikan keberagaman budaya

Indonesia. Penguatan Pendidikan Karakter menjadi kedudukan fundamental dan strategis ketika

pemerintah mencanangkan revolusi karakter bangsa sebagaimana tertuang dalam Nawacita

(Nawacita 8), menggelorakan Gerakan Nasional Revolusi Mental, dan menerbitkan RP JMN 2014-

2019 berlandaskan Nawacita. Penguatan Pendidikan Karakter dapat dimaknai sebagai

pengejawantahan Gerakan Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita. Penguatan

Pendidikan Karakter merupakan dimensi terpenting dalam pendidikan nasional sehingga

pendidikan karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Penerapan

Penguatan Pendidikan Karakter perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan

sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter.

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter jalur Pendidikan formal dilakukan secara

terintegrasi dalam kegiatan intrakurikuler, kurikuler, dan ekstrakurikuler. Pelibatan yang

dilakukan secara serempak oleh warga sekolah, keluarga, dan masyarakat yakni pendalaman dan

perluasan dalam penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada

pengembangan karakter siswa, penambahan dan memperpanjang kegiatan belajar, dan pengaturan

ulang waktu belajar di sekolah ataupun luar sekolah, kemudian penyelarasan dapat berupa

penyesuaian tugas pokok tenaga pendidik, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite

Sekolah dengan kebutuhan Penguatan Pendidikan Karakter. Pengintegrasian, pendalaman,

perluasan, dan penyelarasan program dan kegiatan pendidikan karakter tersebut perlu diabdikan

untuk mewujudkan revolusi karakter bangsa.

Penguatan Pendidikan Karakter di satuan pendidikan tidak akan berhasil selama antar sesama

satuan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Demikian juga halnya dengan

dukungan keluarga sebagai lingkungan awal pembentukan karakter bagi peserta didik yang

menjadi sangat dominan dalam menentukan keberhasilan Penguatan Pendidikan Karakter di

satuan pendidikan. Upaya Penguatan Pendidikan Karakter hendaknya dilakukan dengan cara

mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam proses belajar-mengajar, serta

pengembangan budaya sekolah dan kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan

Page 7: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

7

pendidikan. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan

utama, yaitu: Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas, budaya sekolah, dan

partisipasi masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas dilaksanakan

melalui pengintegrasian dalam kurikulum, optimalisasi muatan lokal, dan manajemen kelas.

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dilaksanakan melalui pembiasaan nilai-

nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan pendidik, ekosistem sekolah, norma, peraturan, dan

tradisi sekolah. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis partisipasi masyarakat dilakukan dengan

melibatkan mitra yang ada seperti orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama, pelaku usaha,

akademisi, pegiat pendidikan, seniman, budayawan, sastrawan, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Tindakan Kelas sebagai dimensi penguatan pendidikan karakter di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta ?

2. Bagaimana Budaya Sekolah sebagai dimensi penguatan pendidikan karakter di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta ?

3. Bagaimana Partisipasi Masyarakat sebagai dimensi penguatan pendidikan karakter di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui :

1. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas yang dilakukan

Sekolah Menengah Pertama 122 Jakarta

2. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya yang dilakukan sekolah di

Sekolah Menengah Pertama 122 Jakarta

3. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis partisipasi masyarakat yang

dilakukan Sekolah Menengah Pertama 122 Jakarta

D. Urgensi Penelitian

Keutamaan penelitian ini berkaitan dengan penerapan penguatan pendidikan karakter sebagai

bagian dari platform mengembangkan tujuan pendidikan Nasional yang menempatkan pendidikan

karakter sebagai ruh atau jiwa utama penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan

melakukan pelibatan publik melalui pendidikan formal, non formal, informal dengan

memperhatikan keberagaman budaya Indonesia.

Page 8: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

8

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta peserta

didik sebagai pendukung dimensi penting dalam pendidikan yang membentuk karakter peserta

didik yang kuat, dimensi tersebut berupa kinestetik (olah raga), estetika (olah rasa), etika (olah

jiwa). Tanpa menerapkan tiga dimensi ini dalam penyelenggaraan pendidikan maka karakter yang

dimiliki peserta didik cenderung tidak kuat karena karakter seseorang tidak terjadi dengan

sendirinya melainkan harus di bentuk, di bina dan dikelola secara berkesinambungan.

Dalam pembentukan karakter sangat diperlukan peran orang tua, tindakan guru di kelas,

stakeholder sekolah dan partisipasi masyakat sebagai dimensi penguatan dalam memberikan

pendidikan karakter, karena pendidikan karakter menjadi sangat penting dalam membentuk

kepribadian peserta didik sebagai identitas diri ketika berinteraksi di masyarakat yang berdasarkan

pada aspek intelektual, spiritiual, sosial, emosional, fisik, etika, minat/bakat, cinta tanah air dan

pendidikan holistik sebagai wujud produk dari Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter.

Page 9: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. State Of The Art

Penelitian terhadap pendidikan karakter telah banyak dilakukan oleh para akademisi dalam

penelitian ilmiah seperti penelitian yang di lakukan pada sekolah Ma’rif (Ahmad Syaikhudin,

2016) yang menyimpulkan bahwa pembentukan karakter peserta didik dipengaruhi oleh kebiasaan

yang sesuai dengan pembinaan yang dilakukan stakeholder sekolah. Pembiasaan tersebut

terintegrasi dalam kurikulum yang memadukan nilai-nilai karakter yang dicanangkan pemerintah

dengan kearifan lokal yang dimiliki sekolah. Peran komite sekolah sebagai wakil orang tua peserta

didik dalam pembentukan karakter menjadi sangat penting.

Pendidikan karakter (Damayanti dan wibowo, 2017) dapat terlaksana dengan baik jika pihak

telah menyiapkan sarana dan prasarana seperti fasilitas ibadah, kantin kejujuran, tempat temuan

barang hilang, manajemen berbasis sekolah, kurikulum yang baik dan kompetensi tenaga pendidik

mengintegrasikan pendidikan karakter dengan proses pembelajaran yang mudah dipahami oleh

peserta didik. Kompetensi tenaga pendidik yang memahami pendidikan karakter akan

memudahkan peserta didik meneladani pembiasaan yang dilakukan oleh tenaga pendidik,

umpamanya pembiasaan salam, senyum dan sapa.Implementasi pendidikan karakter sebagai

penguatan pelaksanaan kurikulum (Judiani, 2015) terintegrasi pada setiap pokok pembahasan mata

pelajaran yang tercantunm pada Rancangan Rencana pembelajaran (RPP) dan silabus, selain itu,

tenaga pendidik perlu memberi keteladanan dalam perilaku sehari-hari di sekolah sehingga peserta

didik dapat meneladani karakter budaya bangsa yang diterapkan oleh tenaga pendidik.

Penelitian-penelitian tersebut memfokuskan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah yang

terintegrasi dengan pembelajaran, kompetensi tenaga pendidikan dan penerapan pendidikan

karakter yang di bentuk pemerintah. Keutamaan penelitian fokus pada penguatan pendidikan

karakter yang berdimensi berbasis tindakan kelas, budaya sekolah dan partisipasi masyarakat.

B. Pendidikan

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam

dan Undang-Undang Nomor 14 2005 Tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa makna

pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

Page 10: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

10

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Makna

pendidikan akan berbeda sesuai dengan persepsi yang memahami, pendidikan (Rimba, 2017:19)

dimaknai sebagai bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan

Jasmani dan Rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utuh. Sedangkan

pendidikan (Koesoema, 2017:80) didefenisikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri

individu dan masyarakat menjadi beradab.Ada pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai

proses dimana sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan,

dan untuk memenuhi tujuanhidup secara efektif dan efisien. Crow dan Crow mendefinisikan

pendidikan (Fatah, 2016:5) sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga

untuk kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yagn dialami oleh

individu dalam perkembangan menuju ketingkat kedewasaan

C. Karakter

Penafsiran karakter memiliki dua persepsi yakni secara etimologi dan terminology. Secara

etimologi, Lickona menfasirkan karakter (Wibowo dan Gunawan, 2015:8) sebagai proses

internalisasi, karakter melalui tiga tahapan penting, yaitu : Pertama anak didik memiliki

pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing) yang menimbulkan komitmen terhadap

kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior).

Dengan demikian, karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap

(attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan. Karakter

juga ditafsirkan (Samani dan Hariyanto, 2011:41) sebagai perilaku yang tampak dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun bertindak. Secara spesifik memandang

karakter (Samani dan Hariyanto, 2011:41) sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas setiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan

negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.

Sementara menurut istilah (terminologis), makna karakter menurut Hornby and Parnwell

(Gunawan, 2012:2) merupakan kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama, atau reputasi.

Sedangkan Winnie memahami karakter (Gunawan, 2012:2) memiliki dua pengertian tentang

karakter. Pertama, ia menunjukan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang

berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku

buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut

memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan

Page 11: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

11

‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ ( a person of character)

apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.

D. Pendidikan Karakter

Peterson menterjemahkan pendidikan karakter (Yaumi, 2014:9) sebagai istilah yang luas

yang digunakan untuk menggambarkan kurikulum dan ciri-ciri organisasi sekolah yang

mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-anak di sekolah. Dikatakan istilah yang

luas karena mencakup berbagai sub komponen yang menjadi bagian dari program pendidikan

karakter seperti pembelajaran dan kurikulum tentang keterampilan-keterampilan sosial,

pengembangan moral, pendidikan nilai, pembinaan kepedulian, dan berbagai program

pengembangan sekolah yang mencerminkan beraktivitas yang mengarah pada pendidikan

karakter. Sedangkan Berkowitz dan Bier mendefenisikan pendidikan karakter (Yaumi, 2012:9)

sebagai gerakan nasional dalam menciptakan sekolah untuk mengembangkan peserta didik

dalam memiliki etika, tanggung jawab, dan keperdulian dengan menerapkan dan mengajarkan

karakter- karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal. Pendidikan karakter

dilaksanakan sebagai usaha yang disengaja, proaktif yang dilakukan oleh sekolah untuk

menanamkan nilai-nilai inti, etis seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan

penghargaan terhadap diri dan orang lain. Pendidikan karakter dilaksanakan untuk mengajar

peserta didik tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan termasuk kejujuran, kebaikan, kemurahan

hati, keberanian, kebebasan, kesetaraan, dan penghargaan kepada orang lain. Tujuannya adalah

untuk mendidik anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral dan warga negara yang

disiplin. Dalam pandangan Lickona pendidikan karakter (Yaumi, 2012:9) sebagai usaha yang

disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk

individu dan baik untuk masyarakat. Pendidikan karakter melakukan pendekatan apa saja yang

disengaja oleh personal sekolah, yang sering berubah dengan orang tua dan anggota masyarakat,

membantu peserta didik dan remaja menjadi perduli, penuh prinsip, dan bertanggungjawab.

Definisi tersebut diatas menggambarkan tentang beberapa nilai universal yang menjadi

tujuan inti untuk dikembangkan pada diri peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan karakter.

Nilai-nilai inti universal yang dimaksud adalah beretika, bertanggungjawab, perduli, jujur, adil,

apresiatif, baik, murah hati, berani, bebas, sejahtera, dan penuh prinsip. Karakter ini menjadi

bagian yang terintegrasi dalam perwujudan diri peserta didik dalam berfikir, berkehendak, dan

bertindak. Pendidikan karakter (Albertus,2010:5) memberikan tempat bagi

Page 12: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

12

kebebasan individu dalam menghayati nilai-nilai yang dianggap sebagai baik, luhur, dan layak

diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan pribadi berhadapan dengan

dirinya, sesama dan Tuhan. Pendidikan karakter dapat juga didefenisikan (Khan, 2010:34)

sebagai proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya dan upaya secara sadar dan

terencana untuk mengarahkan anak didik.

Pendidikan karakter mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi

harmoni yang selalu mengajarkan, membimbing, dan membina setiap menusia untuk memiliki

kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan menarik. Nilai pendidikan karakter yang

dapat dihayati diantaranya religius, nasionalis, cerdas, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur,

dan arif, hormat dan santun, dermawan, suka menolong, gotong-royong, percaya diri, kerja

keras, tangguh, kreatif, kepemimpinan, demokratis, rendah hati, toleransi, solidaritas dan peduli.

Pendidikan karakter (Samani dan Hariyanto, 2011:43) ditafsirkan menjadi hal positif apa saja

yang dilakukan tenaga pendidik dan berpengaruh kepada karakter peserta didik yang diajarnya.

Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung

pengembangan sosial, pengembangan emosional dan pengembangan etik peserta didik menjadi

suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu

siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai- nilai kinerja, seperti kepedulian,

kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan ketabahan (fortitude), tanggungjawab, menghargai

diri sendiri dan orang lain.

E. Penguatan Pendidikan Karakter

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (Kemendikbud, 2017:27) dapat dilakukan dengan

tiga pendekatan utama yakni berbasis tindakan kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis

partisipasi masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang

utuh. Pendekatan ini dapat membantu satuan pendidikan dalam merancang dan menerapkan

program dan kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter.

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas dimulai dengan

pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam kurikulum. Tenaga pendidik menjadi

fasilitator dalam mengintegrasikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter menajdi

proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan

menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktekkan nilai-nilai utama

Penguatan Pendidikan Karakter. Dari persepsi manajemen kelas dapat menempatkan tenaga

pendidik menjadi fasilitator yang berwenang dan memiliki sikap otonomi dalam proses

Page 13: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

13

pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan

mengajak seluruh komunitas kelas untuk membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran

berjalan efektif.

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah merupakan kegiatan yang

menciptakan iklim dan lingkungan sekolah mendukung Penguatan Pendidikan Karakter secara

praksis mengatasi ruang-ruang kelas dengan melibatkan seluruh sistem, struktur dan pelaku

pendidikan di sekolah. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada

pembiasaan dan pembentukan budaya yang mempresentasikan nilai-nilai utama Penguatan

Pendidikan Karakter yang menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini diintegrasikan

dalam keseluruhan kegiatan sekolah secara komprehensif mencerminkan suasana dan

lingkungan sekolah yang kondusif.

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis partisipasi masyarakat mendorong satuan

pendidikan untuk tidak dapat menutup diri dari kemungkinan berkolaborasi dengan lembaga,

komunitas dan masyarakat lain di luar lingkungan sekolah. Pelibatan partisipasi masyarakat

dibutuhkan karena sekolah tidak dapat melaksanakan visi dan misinya sendiri. Berbagai macam

bentuk kolaborasi dan kerjasama antar komunitas sebagai pelibatan partisipasi masyarakat

merupakan upaya satuan pendidikan di luar sekolah yang sangat penting dalam Penerapan

Penguatan Pendidikan Karakter. Satuan pendidikan juga dapat melakukan berbagai kolaborasi

dengan lembaga, komunitas dan organisasi lain di luar satuan pendidikan yang dapat menjadi

mitra dalam Penguatan Pendidikan Karakter sebagai upaya satuan pendidikan membangun

karakter yang berbasis partisipasi masyarakat.

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter yang berbasis tindakan kelas dapat membentuk

karakter peserta didik dalam lingkup yang lebih kecil yang langsung terpantau oleh tenaga

pendidik. Tindakan-tindakan kelas ini dapat menjadi karakter yang membudaya di sekolah

sehingga ketika membangun kolaborasi dengan masyarakat, peserta didik menjadi lebih

terbentuk karakternya sesuai dengan tujuan membentuk karakter budaya bangsa di sekolah.

Page 14: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

14

SMP Negeri 122 Jakarta

ngan Studi literatur

F. Road Map

Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Maret-April 19 April- Mei 19 Mei-Juni 19

Tahap Lanjut Mengolah data menjadi naratif sesu

ai dengan CIPP tentang Penerapan

Penguatan Pendidikan Karakter di

Sekolah Menengah Pertama 122

Jakarta

Mengolah data kualitatif penerapan

penguatan pendidikan karakter di SMP

Negeri 122 Jakarta

Tahap Pengambilan Data Penerapan

Pengembangan penguatan pendidikan karakter di

SMP Negeri 122 Jakarta

Page 15: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

15

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta awal berdirinya berdiri sejak tahun 1979.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta berdiri karena adanya likuidasi SMEP Negeri 2

Pinangsia Jakarta Barat, kemudian berdasarkan keputusan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan No. 030/U/1979 pertanggal 1 April 1979, secara resmi dirubah menjadi SMP Negeri

122 Jakarta, yang berlokasi di : Jl. SMP 122 No.26 Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan

Penjaringan Jakarta Utara, dengan luas area sebagai berikut : Luas tanah 5.105 M²; Luas Bangunan

(tiga lantai) 5.140 M²; Luas lapangan / Halaman 2.58 M²; Luas musholah 68 M²; Kebun

penghijauan 243M²; Tempat parkir 68M²; Luas kantin 44 M². Muatan kurikulum di Sekolah

Menengah Pertaman Negeri 122 Jakarta yang menggunakan muatan kurikulum 2013 untuk kelas

VII dan kelas VIII, untuk kelas IX menggunakan kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan.

Sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini adalah: Ruang belajar sejumlah 24 kelas, 4 ruang

laboratorium, 1 ruang BK, 1 ruang guru, 1 koperasi siswa, 1 kantin sekolah, 1 ruang

perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang pramuka, 1 ruang media, 1 masjid, 1 ltempat parkir, 24

jamban siswa/siswi, 6 jamban guru, 1 lapangan olahraga, 1 taman hortikultura dan apotik hidup.

B. Konsep Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan model evaluasi

CIPP (Context, Input, Process, Product). Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi yaitu :

Evaluasi Konteks (ContextEvaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation), Evaluasi Proses

(Process Evaluation) dn Evaluasi Produk (Product Evaluation) dapat dilukiskan pada gambar

berikut :

Page 16: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

16

Gambar 3.1 Evaluasi CIPP

Model Evaluasi CIPP bersifat linier. Artinya evaluasi input harus didahului oleh evaluasi

contaxt; evaluasi proses harus didahului oleh evaluasi input. Pengembangan 10 checklist sebagai

panduan bagi evaluator, klien dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan Model

Evaluasi CIPP. Fungsi dari checklist untuk membantu para evaluator mengevaluasi program

yang secara relatif mempunyai tujuan jangka panjang. Pertama, checklist agar evaluator dapat

menyelesaikan laporan evaluasi tepat waktu, jadi membantu kelompok evaluator untuk

merencanakan, melaksanakan, mengintusionalisasikan, melaksanakan layanan yang efektif

kepada para penerima manfaat yang ditargetkan.

Process

Berupaya men

cari jawaban a

Waktu Pelaksa

naan : Ketika program se

Program

Berupaya

mencari

apa yang

harus dilakukan ?

Waktu

Sebelum

program dimulai

Keputusan :

program

Berupaya

mencari

Apakah

program

Waktu

Ketika

selesai

Keputusan :

Resikel : Ya atau tidak

diresikel

Product

Berupaya un

tuk mencari

Apa yang per

Waktu Pelak

lum program diterima

Keputusan :

program

Context

Page 17: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

C. Desain Penelitian

Desain Penelitian : Penguatan Pendidikan Karakter

17

Menyiapkan tenaga pendidik yang

berkemampuan memfasilitasi peserta

didiknya dalam penguatan pendidikan

karakter

Kriteria tenaga pendidik Sekolah Menengah

Pertama 122 Jakarta terbaik dari kegiatan-

kegiatan yang dilakukan

Satuan Pendidikan SMP 122 Jakarta Kriteria-kriteria

Mekanisme penerapan terpenuhi persyaratan administratif

terlaksananya penguatan

pendidikan karakter

1. 2.

3.

Penerapan PPK

ToT tenaga pendidik fasilitator

Seleksi selama proses ToT

Target capaian sekolah

Tenaga

pendidik

yang memi

liki kompe

tensi paeda

gogik dan

profesioanl

dalam pe

nguatan

karakter

Penerapan penguatan pendidikan karakter 1. Komptensi Pedagogik

2. Komptensi Profesional

Memenuhi kelengkapan persyaratan akademik dan non akademik

Memenuhi kompetensi sebagai guru

Gambar 3.2

Page 18: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

18

D. Cara Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah dengan

observasi langsung atau dengan pengamatan langsung yaitu cara pengambilan data dengan

menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Data

tersebut kemudian dijabarkan dengan menggunakan metode kualitatif.

Selain pengumpulan data dengan cara pengamatan, peneliti juga memperoleh data dengan

cara interview atau wawancara mengenai proses pelaksanaan program penguatan pendidikan

karakter di Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta. Wawancara secara garis besar

dibagi dua, yakni tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering

juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif dan wawancara terbuka (open ended

interview), wawancara etnografis. Sedangkan wawancara terstruktur sering juga disebut

wawancara baku (standardized interview), yang susunan pertanyaannya sudah di tetapkan

sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.

Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal. Wawancara mendalam

dilakukan pada informan-informan kunci yang dianggap mengetahui proses Penerapan

Penguatan Pendidikan Karakter melalui kebijakan stakeholder sekolah dan dokumen- dokumen

terkait.

Page 19: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

19

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Tempat Penelitian

Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta awal berdirinya berdiri sejak tahun 1979.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta berdiri karena adanya likuidasi SMEP Negeri

2 Pinangsia Jakarta Barat, kemudian berdasarkan keputusan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan No. 030/U/1979 pertanggal 1 April 1979, secara resmi dirubah menjadi SMP

Negeri 122 Jakarta, yang berlokasi di : Jl. SMP 122 No.26 Kelurahan Kapuk Muara,

Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, dengan luas area sebagai berikut : Luas tanah 5.105 M²;

Luas Bangunan (tiga lantai) 5.140 M²; Luas lapangan / Halaman 2.58 M²; Luas musholah

68 M²; Kebun penghijauan 243M²; Tempat parkir 68M²; Luas kantin 44 M². Muatan kurikulum

di Sekolah Menengah Pertaman Negeri 122 Jakarta yang menggunakan muatan kurikulum

2013 untuk kelas VII dan kelas VIII, untuk kelas IX menggunakan kurikulum 2006 atau

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini adalah: Ruang belajar sejumlah 24 kelas, 4

ruang laboratorium, 1 ruang BK, 1 ruang guru, 1 koperasi siswa, 1 kantin sekolah, 1 ruang

perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang pramuka, 1 ruang media, 1 masjid, 1 ltempat parkir, 24

jamban siswa/siswi, 6 jamban guru, 1 lapangan olahraga, 1 taman hortikultura dan apotik

hidup.

B. Temuan

Temuan evaluasi ini mengacu pada penelitian yang telah dirumuskan pada latar belakang

masalah, terkait dengan penerapan penguatan pendidikan karakter SMP Negeri 122 Jakarta.

Temuan meliputi 1) Konteks penerapan penguatan pendidikan karakter yang dilakukan oleh

guru fasilitator pada satuan pendidikan dan perangkatnya. 2) Mengintegrasikan nilai karakter

utama berbasis tindakan kelas. 3) Mengintegrasikan nilai karakter utama berbasis budaya

sekolah. 4) Penerapan penguatan pendidikan karakter berbasis parsitisipasi masyarakat. Dalam

pelaksanaan penelitian, peneliti mengumpulkan data dari beberapa sumber yang kompeten di

bidangnya, yang memahami program penguatan pendidikan karakter dan terlibat langsung

dalam implementasi program penguatan pendidikan karakter. Berbagai fakta juga didapat di

lapangan guna mengidentifikasikan temuan terkait dengan penelitian dan menyesuaikan

dengan kriteria sebagai standar yang ditetapkan. Proses tersebut dilakukan melalui wawancara

dan observasi langsung ke lapangan serta dokumentasi.

Page 20: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

20

1. Program Penguatan Pendidikan Karakter

Salah satu yang menjadi dasar penerapan PPK untuk menjaga agar program PPK di satuan

pendidikan dan masyarakat berjalan sesuai dengan tujuan. Sebagai pelaksana program PPK,

SMP Negeri 122 Jakarta melibatkan tim teknis fasilitator yakni guru-guru yang telah dilatih

untuk dapat mengimplementasikan program PPK dengan mengikutsertakan stakeholder

pendidikan di daerah seperti Dinas Pendidikan dan LPMP.

2. Mekanisme Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter

Mekanisme penerapan PPK dimulai dengan penyusunan panduan, petunjuk teknis

pelaksanaan serta seleksi bagi calon fasilitator. Selama kegiatan berlangsung tak lepas dari

faktor pendukung dan penghambat penerapan PPK. Faktor pendukungnya antara lain respon

positif terhadap penerapan PPK yang berasal dari para stakeholders dan antusias yang tinggi

dari para guru-guru untuk penerapan PPK di SMP Negeri 122 Jakarta. Adapun komponen

dalam penerapan PPK dapat dilakukan perbandingkan berdasarkan hasil pelatihan.

Tabel 1. Perbandingan nilai antar komponen pelatihan

No Komponen Pelatihan Tes Awal Tes Akhir Selisih

1 Materi Utama 62.3 78.2 15.8

2 Manajemen Pelatihan 65.0 77.5 12.5

3 Adaptasi Pelatihan 57.5 62.5 5.0

4 Peer Training 42.5 100 57.5

Rerata 56,8 79,5 22,7

Perbandingan hasil tes awal dan tes akhir secara grafis dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Page 21: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

21

3. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter

Penerapan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada,

yaitu pendidikan karakter berbasis tindakan kelas, budaya sekolah, dan partisipasi

masyarakat/komunitas. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan (1)

Mengembangkan platform pendidikan nasional yang diterapkan di SMP Negeri 122 Jakarta

yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan

pendidikan. (2) Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi

dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21 sesuai program pemerintah.

(3) Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui

harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi),

dan olah raga (kinestetik). (4) Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan

(kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan

implementasi pendidikan karakter. (5) Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik)

sebagai sumbersumber belajar di dalam dan di luar sekolah, dan (6) Melestarikan kebudayaan

dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Berdasarkan hal tersebut, Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 sebagai kepedulian

terhadap anak didik melakukan desiminasi kepada satuan pendidikan melalui guru dalam

penerapan Penguatan Pendidikan Karakter yang diharapkan memiliki kemampuan

memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik dalam Penguatan Pendidikan Karakter.

Kegiatan Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter pada tiga kelas dengan tingkat pendidikan

yang sama yakni kelas delapan yang menjadi piloting program ini.

Data hasil kegiatan pelatihan penerapan PPK meliputi (1) Hasil Tes Awal, (2) Hasil Peer

Teaching, (3) Hasil Evaluasi Sikap, dan (4) Hasil Tes Akhir. Peer Teaching atau praktek

mengajar dengan penerapan PPK dalam proses belajar mengajar dapat juga menjadi gambaran

pemahaman peserta tentang PPK yang diintegrasikan dalam proses belajar mengajar. Hasil

pengamatan yang dilakukan oleh fasilitator dan 2 (dua) orang teman sebaya tentang penerapan

PPK dalam pembelajaran. Sikap peserta selama kegiatan penerapan PPK di kelas A diamati

oleh 2 (dua) orang fasilitator. Aspek yang menjadi komponen pengamatan antara lain meliputi,

(1) Keterbukaan Pikiran, (2) Pembelajar, (3) Kerjasama, (4) Kedisiplinan, dan (5) Komunikasi

efektif.

Mengukur sikap dilakukan dengan menggunakan skala likert, dimana fasilitator

menanggapi sikap dan perilaku peserta dengan menentukan tingkat persetujuan terhadap suatu

kondisi sikap peserta dengan memilih salah satu dari 5 (lima) pilihan yang tersedia.

Page 22: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

22

Peserta kegiatan pada penerapan PPK berasal dari para siswa kelas delapan.. Jumlah peserta

kegiatan penerapan PPK yang hadir sebanyak 113 orang. Data perkembangan dari setiap

komponen penilaian adalah sebagai berikut:

a. Kelas A

Hasil tes awal peserta kegiatan penerapan PPK untuk kelas A diperoleh dengan rerata 45,8

dari nilai maksimal 100. Jika dilihat dari kemampuan secara umum sudah berada di sekitar

nilai tengah atau nilai 50,00. Pemahaman awal peserta tentang konsep Kemampuan Literasi

dan Pendidikan Abad 21 masih sangat rendah pada nilai 28.0. Sedangkan konsep penerapan

PPK, dan PPK Berbasis tindakn kelas sudah cukup tinggi dipahami peserta dengan rerata pada

nilai 58.0. Konsep penerapan PPK Berbasis budaya sekolah dipahami peserta dengan rerata

35.0 dan konsep penerapan PPK Berbasis partisipasi masyarakat memperoleh rerata

39.0. Hasil Peer Teaching atau praktek mengajar dengan penerapan PPK dalam proses belajar

mengajar untuk kelas A diperoleh rerata 72,7. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah

94.7 dan nilai terendah adalah 53.5. Hasil secara umum tentang penilaian sikap di kelas A

diperoleh rerata pada nilai 92.1 atau dapat dinyatakan peserta kegiatan PPK di kelas A

dinyatakan memiliki sikap yang sangat baik. Hasil penilaian tes akhir di Kelas A secara umum

diperoleh dengan rerata 52.9 dari nilai maksimal 100. Jika diperbandingkan dengan rerata hasil

tes awal 45.8 maka dapat dinyatakan bahwa secara umum kegiatan penerapan PKK di kelas A

dinyatakan mampu meningkat pemahaman peserta sebesar 7.1.

Gambaran hasil tes akhir jika diperbandingkan dengan hasil tes awal dapat dilihat dalam

gambar berikut:

Gambar 2. Grafik perbandingan hasil tes awal dan tes akhir dalam lingkup materi pelatihan Kelas A.

Page 23: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

23

Berdasarkan data grafik, maka kemampuan dan pemahaman peserta PPK yang telah

mencapai nilai diatas 50 adalah Kebijakan Umum PPK, Nilai Utama PPK, PPK Berbasis

tindakan kelas dan kemampuan literasi.

b. Kelas B

Hasil tes awal peserta kegiatan penerapan PKK untuk kelas B diperoleh dengan rerata 45.0

dari nilai maksimal 100. Jika dilihat dari kemampuan secara umum masih berada di bawah

nilai tengah atau nilai 50.00. Pemahaman awal peserta tentang Literasi berada pada rerata

36.5 dan pemahaman penerapan PPK pada rentang nilai 45.9. Sedangkan konsep Nilai Utama

PPK dipahami peserta dengan rerata 52.0. Untuk PPK Berbasis tindakan kelas sudah berada

pada rentang nilai 60.4. Pemahaman peserta tentang konsep PPK Berbasis budaya sekolah

masih sangat rendah yaitu dengan rerata 25.2 dan PPK Berbasis partisipasi masyarakat adalah

36.2. Hasil Peer Teaching atau praktek mengajar dengan penerapan PPK dalam proses belajar

mengajar untuk kelas B didapat pada rerata 72.7. Dengan perolehan nilai tertinggi adalah 88.7

dan nilai terendah adalah 40.0. Hasil secara umum tentang penilaian sikap di kelas B diperoleh

rerata pada nilai 90.0 atau dapat dinyatakan peserta kegiatan penerapan PPK di kelas B

dinyatakan memiliki sikap yang sangat baik. Hasil tes akhir secara umum diperoleh dengan

rerata 51,8 dari nilai maksimal 100. Jika diperbandingkan dengan rerata hasil tes awal 45,0

maka dapat dinyatakan bahwa secara umum penerapan PPK dinyatakan mampu meningkatkan

pemahaman peserta sebesar 6.8. Gambaran hasil tes akhir jika diperbandingkan dengan hasil

tes awal dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 3. Grafik perbandingan hasil tes awal dan tes akhir dalam

lingkup materi pelatihan Kelas B

Berdasarkan data grafik, maka kemampuan dan pemahaman peserta tentang PPK yang telah

mencapai nilai diatas 50 adalah Kebijakan Umum PPK, Nilai Utama PPK, dan

Page 24: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

24

penerapan PPK, sedangkan yang belum mencapai nilai tengah atau nilai 50.0 adalah PPK

Berbasis Budaya Sekolah, PPK Berbasis partisipasi masyarakat dan kemampuan literasi.

c. Kelas C

Hasil tes awal peserta kegiatan penerapan PPK untuk kelas C diperoleh dengan rerata 43.1

dari nilai maksimal 100. Jika dilihat dari kemampuan secara umum masih berada di bawah nilai

tengah atau nilai 50.00. Pemahaman awal peserta tentang konsep Kebijakan Umum PPK, Nilai

Utama PPK, PPK berbasis tindakan Kelas, PPK berbasis budaya sekolah, PPK berbasis

partisipasi masyarakat, Kemampuan Literasi dan Pendidikan Abad 21 dan penerapan PPK

masih sangat rendah pada rentang nilai 21.2 sampai dengan 48.5. Sedangkan konsep PPK

Berbasis tindkan kelas sudah berada pada rentang nilai 58.6. Hasil Peer Teaching atau praktek

mengajar dengan penerapan PPK dalam proses belajar mengajar di dapat perolehan nilai

tertinggi adalah 56.7 dan terendah adalah 23.3.Hasil secara umum tentang penilaian sikap di

kelas C diperoleh rerata pada nilai 92.2 atau dapat dinyatakan peserta kegiatan penerapan PPK

di kelas C kelompok dinyatakan memiliki sikap yang sangat baik. Hasil tes akhir dapat

dijadikan sebagai gambaran secara umum tentang pemahaman dan penguasan konsep PPK oleh

peserta kegiatan penerapan PPK di kelas C. Hasil penilaian tes akhir di Kelas C secara umum

diperoleh dengan rerata 53.3 dari nilai maksimal 100. Jika diperbandingkan dengan rerarata

hasil tes awal 43.1 maka dinyatakan secara umum kegiatan penerapan PKK di kelas C

dinyatakan mampu meningkatkan pemahaman peserta sebesar

10.2. Gambaran hasil tes akhir jika diperbandingkan dengan hasil tes awal dalam hal lingkup

materi pelatihan dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 4. Grafik perbandingan hasil tes awal dan tes akhir dalam

lingkup materi pelatihan Kelas C

Berdasarkan data grafik, maka kemampuan dan pemahaman peserta tentang penerapan PPK

yang telah mencapai nilai diatas 50 adalah Nilai Utama PPK, PPK Berbasis tindakan kelas, dan

penerapan PPK, sementara itu yang masih belum mencapai nilai tengah atau nilai

Page 25: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

25

50.0 adalah Kebijakan Umum PPK, PPK Berbasis budaya sekolah, PPK Berbasis partisipasi

masyarakat dan kemampuan literasi.

C. Pembahasan

1. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Tindakan Kelas

Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas adalah pengintegrasikan

nila-nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran di dalam kelas melalui mata

pelajaran. Pengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan

menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama

Pneguatan Pendidikan Karakter. Pendidik dapat memanfaatkan secara optimal materi yang sudah

tersedia di dalam kurikulum dengan penguatan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter.

Langkah-langkah menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran terintegrasi

dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara: melakukan analisis Kompetensi Dasar melalui

identifikasi nilai-nilai yang terkandung, dalam materi pembelajaran; mendesain RPP yang

memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan pengelolaan

(manajemen) kelas yang relevan; melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;

melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan dan melakukan refleksi dan

evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.

Integrasi nilai nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran secara umum

terlaksana pada setiap tahap pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, kegiatan awal,

kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran. Gambaran keterlaksanaan pada proses

pembelajaran pada setiap aspek dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5. Persentase ketercapaian PPK dari setiap aspek dalam proses pembelajaran

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

1 2 3 4 5 6 7

77,192,6 89,1

77,167,4

31,4 29,7

Per

senta

se

Indikator

PPK Berbasis Kelas

Page 26: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

26

Hasil analisa menunjukkan rata-rata keterlaksanaan integrasi nilai-nilai Penguatan

Pendidikan Karakter berbasis kelas pada indikator (aspek) perencanaan dan pelaksanaan

mencapai 77,1% dengan katagori baik, hal tersebut menunjukkan bahwa proses intergrasi dalam

silabus dan RPP. Pada tahap pembelajaran integrasi nilai nilai Penguatan Pendidikan Karakter

yang paling tinggi terlaksana yaitu pada aspek kegiatan awal pembelajaran dan pengelolaan kelas,

yaitu masing masing 92,6% dan 89,1%. Keterlaksanaan integrasi nilai-nilai Penguatan

Pendidikan Karakter yang dilakukan melalui metode pembelajaran dan integrasi nilai Penguatan

Pendidikan Karakter kedalam materi masing-masing 77,1% dan 67,4%, sedangkan pada aspek

evaluasi hanya mencapai 31,4%%. Keterlaksanaan intergrasi nilai Penguatan Pendidikan

Karakter berbasis kelas pada aspek perencanaan menggambarkan bahwa para guru telah mampu

merumuskan nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam silabus dan RPP. Kemampuan

dalam perencanaan sejalan dengan kemampuan guru dalam menerapkan atau mengintegrasi nilai-

nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran. Proses integrasi nilai-nilai

Penguatan Pendidikan Karakter tersebut, muncul dalam kegiatan pengelolaan kelas dan dan

metode pembelajaran yang dikembangkan. Integrasi nila-nilai Penguatan Pendidikan Karakter

berbasis kelas pada aspek evaluasi masih rendah, artinya aktivitas yang dilakukan oleh guru

dalam mencatat atau merekam nilai-nilai karakter dan merefleksi nilai-nilai yang ditanamankan

pada proses pembelajaran belum optimal.

Integrasi nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakter pada tahap kegiatan awal yang sering

dilakukan oleh beberapa guru di sekolah sasaran pada umumnya melakukan kegiatan berdoa,

menyanyikan lagu-lagu wajib nasonal untuk menumbuhkan nila-nilai nasional pada peserta

didik. Bentuk pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter lainnya terlihat pada pembiasaaan

guru pada tahap kegiatan pembelajaran inti dalam menerapkan nilai persatuan pada pembelajaran

PKn nilai-nilai persatuan tersebut dapat dilakukan dengan simulasi kekuatan pada sapu lidi pada

saat terpisah satu dengan yang lainnya dan kekuatan sapu lidi pada saat berada dalam satu ikatan.

Guru meminta peserta didik untuk memberikan pendapatnya dari simulasi kekuatan sapu lidi

tersebut jika direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.\

Hasil temuan dari supervisi diperoleh informasi bahwa strategi intergrasi nila-nilai karakter

yang dikembangkan belum efektif. Intergrasi nila-nilai karakter yang dikembangkan dalam

proses pembelajaran masih terlalu luas, nilai utama dan beberapa sub-nilai karakter berusaha

diintegrasikan dalam satu pertemuan. Pembiasaan pada kegiatan akhir pembelajaran belum

terlaksana dengan baik, pada akhir pembelajaran lebih dominan membuat rangkuman atau

simpulan tentang materi yang telah dipelajari. Penguatan nilai-nilai yang ditanamkan pada

kegiatan pembelajaran belum secara utuh dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang banyak

terjadi dan dilakukan oleh peserta didik.

Page 27: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

27

2. Penerapan PPK Berbasis Budaya Sekolah

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah merupakan salah satu aspek

penguatan pendidikan karakter yang mengimplementasikan nilai-nilai utama karakter meliputi

religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas dalam kehidupan sehari-hari satuan

pendidikan sebagai budaya satuan pendidikan. Nilai-nilai utama ini harus tumbuh dan

berkembang dalam kehidupan segenap warga satuan pendidikan. Nilai-nilai utama Penguatan

Pendidikan Karakter tidak hanya sebagai slogan saja tetapi benar-benar menjiwai semua warga

satuan pendidikan dari awal, proses, hingga akhir program pembelajaran. Pembiasaan atau

pembudayaan sikap karakter yang baik di setiap lini kehidupan pendidikan akan memunculkan

program unggulan pada satuan pendidikan. Hal tersebut akan menimbulkan kesan dan

memengaruhi paradigma masyarakat akan keunggulan satuan pendidikan. Pada akhirnya

program unggulan ini menjadi branding atau penjenamaan satuan pendidikan.

Di dalam branding ini terdapat visi dan misi satuan pendidikan yang sudah mengintegrasikan

nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter. Branding ini tidak sebatas pada capaian nilai

akademik saja, melainkan juga pada proses pengembangan seluruh aspek diri peserta didik, baik

kognitif, motorik maupun afektif. Penguatan Pendidikan Karakter diharapkan mampu menjadi

ruh pendidikan yang diselenggarakan satuan pendidikan (termasuk program ekstrakurikuler).

Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah lainnya adalah literasi. Literasi

merupakan salah satu perwujudan budaya satuan pendidikan yang dimanifestasikan sebagai

Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Literasi yang dimaksud adalah literasi dasar yang meliputi

numerik, bahasa, budaya dan kewarganegaraan, finansial, digital, dan sains. Selama ini

pemahaman guru dan tenaga kependidikan yang dimaksud dengan literasi hanyalah sebatas pada

kemampuan baca tulis atau literasi Bahasa. Kegiatan literasi ini bisa difasilitasi dengan

tersedianya sudut baca, mading, koneksi internet, dan kelompok ilmiah remaja.

Upaya memperkuat budaya satuan pendidikan yang berkarakter dilakukan dengan

menciptakan sebuah aturan yang mengintegrasikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan

Karakter dalam tata tertib satuan pendidikan maupun tata tertib kelas. Untuk bisa mentaati

peraturan yang ada, diperlukan komitmen bersama dari seluruh warga satuan pendidikan.

Komitmen yang kuat dari guru sebagai warga satuan pendidikan maupun guru sebagai tenaga

kependidikan. Orang tua diharapkan memberi dukungan terhadap penguatan pendidikan karakter

di satuan pendidikan. Berikut adalah diagram hasil analisis Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Budaya Sekolah :

Page 28: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

28

Gambar 6 Diagram Hasil Analisis PPK Berbasis Budaya Sekolah

Indikator yang menjadi acuan analisis pada Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya

Sekolah pada diagram di atas terdapat delapan indikator yaitu (1) nilai integrasi Penguatan

Pendidikan Karakter dalam branding dan/atau visi misi satuan pendidikan, (2) branding dan/atau

visi dan misi satuan pendidikan tergambarkan dalam prestasi akademik, (3) integrasi nilai-nilai

Penguatan Pendidikan Karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler, (4) melaksanakan pembiasaan

terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter secara konsisten pada awal masuk sampai akhir

satuan pendidikan, (5) memfasilitasi kegiatan literasi, misalnya tersedianya sudut baca, mading,

wifi/internet, kelompok sains, (6) integrasi nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam

peraturan satuan pendidikan, (7) komitmen guru dalam menegakkan aturan yang telah disepakati

(indikator keteladanan guru bagi peserta didik), dan (8) komitmen orang tua peserta didik dalam

menegakkan aturan yang telah disepakati (indikator keteladanan orang tua). Dari indikator yang

dideteksi dan dianalisis, terdapat beragam capaian. Pencapaian tertinggi Penguatan Pendidikan

Karakter berbasis budaya sekolah adalah pada indikator integrasi Penguatan Pendidikan Karakter

dalam branding dan/atau visi misi satuan pendidikan dan pengintegrasian nilai-nilai Penguatan

Pendidikan Karakter pada kegiatan ekstrakurikuler yakni sebesar 97,1%.

Melaksanakan pembiasaan terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter secara konsisten

pada awal masuk sampai akhir satuan pendidikan sebesar 95,4%. Komitmen guru dalam

menegakkan aturan yang telah disepakati (indikator keteladanan guru bagi peserta didik) sebesar

89,7%. Integrasi nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam peraturan satuan pendidikan

didapatkan hasil 89,7%. Satuan pendidikan yang memfasilitasi literasi misalnya dengan

tersedianya sudut baca, mading, wifi/internet atau kelompok sains sebesar 86,3%. Komitmen

orang tua peserta didik dalam menegakkan aturan yang telah disepakati sebesar 21,1%.

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

1 2 3 4 5 6 7 8

97,1

21,1

97,1 95,4

86,389,7 89,7

21,1

Per

senta

se

Indikator

PPK Berbasis Budaya Sekolah

Page 29: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

29

3. Penerapan PPK Berbasis Partisipasi Masyarakat

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat dilakukan dengan

melibatkan mitra yang ada di masyarakat yaitu : Orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama,

pelaku usaha, akademisi, pegiat pendidikan, seniman, budayawan, sastrawan, dan profesi lain.

Penyelenggarakan bimbingan teknis sebagai tindak lanjut sebagai implementasi Penguatan

Pendidikan Karakter. Bimbingan teknis dimaksud dilakukan kepada Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (PTK) yang berasal dari sekolah, sosialisasi Penguatan Pendidikan Karakter telah

dilakukan pada sekolah sasaran dengan peserta yang terdiri atas unsur pengawas, kepala sekolah,

guru, komite sekolah. Pendampingan penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan untuk

mendapatkan gambaran akurat tentang keberhasilan Implementasi Penguatan Pendidikan

Karakter. Data berikut ini memperlihatkan hasil analisis program Penguatan Pendidikan Karakter

berbasis masyarakat di Sekolah Mengengah Pertama 122 Jakarta

Gambaran hasil pendampingan berkenaan dengan implementasi PPK berbasis Masyarakat

yang merujuk pada 9 (Sembilan) indikator yaitu (1) Program/kegiatan yang melibatkan orang tua

peserta didik dalam mendukung Penguatan Pendidikan Karakter, (2) Kerjasama dengan pusat

pengelola kesenian dan budaya dan/atau budayawan antara lain penyanyi, pelukis, perupa, penari,

pemusik dalam menunjang Penguatan Pendidikan Karakter, (3) Kerjasama dengan lembaga

pemerintah, antara lain BUMN/BUMD, Kepolisian, Dinkes, BNN, (4) Kerjasama dengan

lembaga lembaga yang dapat menunjang proses pebelajaran dan integrasi Penguatan Pendidikan

Karakter (perpustakaan, musium, kebun binatang, area konservasi), (5) Kerjasama dengan dunia

usaha dan Industri (DU/DI) dalam mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter, (6)

Keterlibatan tokoh agama dan/atau lembaga keagamaan (majelis taklim, persekutuan doa,

dharma gita) dalam memberikan Penguatan Pendidikan Karakter, (7) Kerja sama dengan media

masa, televisi, radio, koran dalam mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter, (8)

Kerlibatan tenaga profesional (dokter, bidan/perawat, hakim) dalam mendukung Penguatan

Pendidikan Karakter, (9) Keterlibatan tenaga ahli pertukangan (petani, bengkel, tukang kayu,

pengrajin, mebeler) dalam menunjang Penguatan Pendidikan Karakter

Dapat dinyatakan telah terlaksana dan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar

berikut:

Page 30: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

30

Gambar 7. Grafik Hasil Analisis Pada 9 Indikator

Program PPK Berbasis Masyarakat

Sebagaimana ditunjukkan pada gambar tampak bahwa pada indikator Penguatan Pendidikan

Karakter Berbasis Masyarakat, tentang, “Program/kegiatan yang melibatkan orang tua peserta

didik dalam mendukung Penguatan Pendidikan Karakter” terlaksana pada 97,1% sekolah sampel.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa Penguatan Pendidikan Karaker Berbasis Masyakarat

untuk hal pelibatan orang tua peserta didik telah berlangsung dengan baik. Data pendukung lain

yang kami peroleh selain hasil analisis data pendampingan program Penguatan Pendidikan

Karakter, diperoleh gambaran bahwa Program Penguatan Pendidikan Karakter ini mendapatkan

dukungan dan pelibatan dari orang tua peserta didik. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh

sebagai hasil pendampingan menunjukkan kegiatan yang melibatkan orangtua peserta didik

dalam mendukung Penguatan Pendidikan Karakter. Dukungan dan kerjasama yang tinggi juga

diperoleh dari lembaga pemertintah BUMN/BUMD, Kepolisian, Dinkes, TNI dan BNN.

97,1

38,9

57,7

17,1 15,4

50,3

12,0

24,6

5,10,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

PER

SENTA

SE

INDIKATOR

PPK Berbasis Masyarakat

Page 31: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

31

BAB V. KESIMPULAN

Berdasarkan pada temuan dan pembahasan dalam penelitian ini , maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dengan indikator berbasis tindakan kelas

memiliki peran yang sangat pentingan membangun karakter pserta didik secara

signifikan karena Penguatan nilai-nilai yang ditanamkan pada kegiatan pembelajaran

belum secara utuh dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang banyak terjadi dan

dilakukan oleh peserta didik.

2. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dengan indikator berbasis budaya sekolah

dapat menciptakan sebuah aturan yang mengintegrasikan nilai-nilai utama Penguatan

Pendidikan Karakter dalam tata tertib satuan pendidikan maupun tata tertib kelas. Untuk

bisa mentaati peraturan yang ada, diperlukan komitmen bersama dari seluruh warga

satuan pendidikan. Komitmen yang kuat dari guru sebagai warga satuan pendidikan

maupun guru sebagai tenaga kependidikan. Orang tua diharapkan memberi dukungan

terhadap penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan untuk membangun

pendiidkan karakter yang berbasis budaya sekolah

3. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dengan indikator berbasis partisipasi

masyarakat dengan melibatkan mitra yang ada di masyarakat yaitu : Orang tua, tokoh

masyarakat, tokoh agama, pelaku usaha, akademisi, pegiat pendidikan, seniman,

budayawan, sastrawan, dan profesi lain. agar peserta didik mampu memahami budaya

masyarakat secara kontemporer.

Page 32: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

8. Jurnal internasional terindeks

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN

REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN

JADWAL PENELITIAN

No. Uraian Kegiatan Maret-Juni Juli 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

1. Uji Coba Instrumen

2. Perbaikan Instrumen

3. Penyebaran Kuesioner

4. Pelaksanaan Observasi

4. Pelaksanaan Wawancara

5. Analisis Data

6. Laporan monev

7. Laporan akhir

32

NO Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)

1 Gaji dan Upah (30%) Rp. 2.000.000,-

2 Bahan habis pakai dan peralatan (50%) Rp. 4.000.000,-

3 Perjalanan (20%) Rp. 4.000.000,-

Jumlah Rp. 20.000.000,-

Page 33: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

27

DAFTAR PUSTAKA

Agus Wibowo dan Gunawan. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad Tafsir. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ali Imron. 2008. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia Proses, Produk dan Masa

depannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Arnstein, Geoge.1975. The Outcome. Phi Delta Kappa International.

Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Educational Evaluation Alternative Approaches

and Practical Guidelines. (New York: Longman).

Daniel L Stufflebeam and Antony J Shinkfiel. 1968. Sistematic Evaluation, A Self

Instructional Guide to Theory and Practice. Boston: Kluwer Nijhoff Publissing.

Deddy Mulyana. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Djaali, Puji Mulyono dan Ramly. 2002. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPs

UNJ.

Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern.

Jakarta: Grasindo.

Eliot W.Eisner. 1975. The perspective eye: Toward reformation of educational evaluation.

Washinton, DC: American Educational Association.

George F Madaus, Michael S Sriven dan Daniel L Stufflebeam. 1983. Evaluation Models,:

Viewpoint on Educational and Human Services Educations. Boston: Kluwer- Nijhoff Publishing.

Hamid Al-Jufri. 2015. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. PT.Smart Grafika.

Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Alfabeta Bandung.

Irham Fahmi. 2012. Manajemen Kepemimpinan: Teori dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung

James R Sanders,. et al. 1994. The Program Evaluation Standards. 2nd edition, California:

Sage Publication Inc.

Joint Committee on Standards for Educational Evaluatinon.1991. Ukuran Baku Untuk Evaluasi Program, Proyek, dan Materi Pendidikan.Semarang: IKIP Semarang Press.

Jonathan H. Robbins. 2006. Connoisseurship, assesments of performance and questions

reliability: aper presented at the 32nd

Annual Conference, Singapore.

Ki Hajar Dewantara. Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Page 34: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

28

Lexy J. Moeleong. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. EdisiRevisi. Bandung: PT.

RemajaRosdakarya.

Lise Chamisijatin. 2017. Buletin Guru Dikdas. September: Direktorat Pembinaan Guru

Pendidikan Dasar.

Malcolm M. Provus. 1969. The Discrepancy Evaluation Model: An Approach to Local

Program Improvement and Development. Pittsburg: Pittsburg Public Schools.

Michael Quinn Patton. 2002. Utilization-focus evaluation (UFE) Checlist. Kalamazoo, MI:

Evaluation Checklist Project, Evaluation Center, Western Michigan University.

Mochtar Kusuma. 2016. Evaluasi Pendidikan: Pengantar, Kompetensi dan

Implementasi. Yogyakarta: Dua Satria Offset.

Moh. Nazir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Muchlas Samani dan Hariyanto, MS. 2011. Pendidikan Karaktear: Konsep dan Model.

PT. Remaja Rosdakarya.

Muhajir Effendy. 2016. Arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy

dalam Pelatihan Pengembangan Kapasitas untuk Penguatan Pendidikan Karakter di Hotel Santika, Jakarta, 27 September 2016 (transkrip rekaman Kemdikbud).

Muhammad Yaumi. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan Pilar & Implementasi. Jakarta: Prenamedia Group.

Nanang Fatah. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda karya

Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln. 2000. Handbook of Qualitative Research, 2nd edition. London: Sage Publication, Inc, International Educational and Professional Publisher.

Nur Aedi. 2014. Pengawasan Pendidikan: Tujuan Teori dan Praktik. PT. Raja Grafindo

Persada.

PASKA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Konsep dan Pedoman

Penguatan Pendidikan Karakter.

Robert O. Brinkerhoff,. et al. 1986. Program Evaluation: A Practitioner’s Guide for

Trainers and Educationer, fourth edition. Boston: Keluwer Nijboff, Publishing.

Roger Kaufman and Susan Thomas. 1980. Evaluation Without Fear, London.

Rois Arifin dan Helmi Muhammad. 2016. Pengantar Manajemen. Jakarta: Empat dua.

Samsudin, S. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung. CV. Pustaka Setia.

Stufflebeam, Daniel L. 1999. Foundation model for 21st

Century Program Evaluation.

Kalamazoo, MI: The Evaluation Center, Western Michigan University.

Page 35: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

29

Stufflebeam, Daniel L. 2003. The CIPP model for evaluation: An update, a review of the

model’s of development, a checklist to guide implementation. Present at the 2003

Annual Conference of the Oregon Program Evaluator Network (OPEN).

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin, Abdul Jabar. 2007. Evaluasi Program Pendidikan:

Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suyadi.2013.Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter.PT. Remaja Rosdakarya.

Thomas Lickona. 1992. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and

Responsibility. New York : Bantam Books.

Wirawan, 2016. Evaluasi: Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan profesi. Raja

grafindo Persada.

Yahya Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta : Pelangi

Publishing.

Yoyon Bahtiar Irianto. 2011. Kebijakan Pembaharuan Pendidikan: Konsep, Teori, dan

Model. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persata.

Zahara Idris.2107. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung : Angkasa.

Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Page 36: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

30

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian

1. Honor 30 %

Pelaksana Honor/jam Waktu Minggu Honor per tahun

(Rp) (jam/mi (Rp) nggu)

Ketua 21.875 10 16 3.000.000

Anggota 19.531 8 16 1.500.000

Anggota 19.531 8 16 1.500.000

Sub total (Rp) 6.000.000

2. Bahan dan luaran 50 %

Material Justifikasi Kuantita Harga Harga peralatan

pemakaian s Satuan (Rp) penunjang (Rp)

Pembuatan instrumen 10 100,000 1,000,000

Pengolahan instrumen 1 650,000 650,000

Pembuatan laporan 5 100,000 500,000

Instrument Observsi 150 30 150 675,000

Uji Coba Instrumen 20 8750 175,000

Kertas HVS 10 60,000 600,000

Tinta Printer 12 100,000 1.200,000

Pengolahan Data 3 400.000 1200.000

Cendera Mata 20 100,000 2000.000

Pembuatan dan up 1 2000.000 2000.000 load ke jurnal

Sub Total (Rp) 10.000.000

3. Perjalanan 20%

1. Transportasi 4 2 100.000 800.000 observasi

2. Transportasi 4 2 100.000 800.000 pengambilan data

3. Transportasi 4 2 100.000 800.000 wawancara

4. Transportasi 4 2 100.000 800.000 pengambilan

dokumen

5. Transportasi 4 2 100.000 800.000 penyempurnaan

data

Sub Total 4.000.000

Total Anggaran Diperlukan (Rp) 10.000.000

Page 37: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

31

Lampiran 2. Tim peneliti, ketersediaan sarana dan prasarana penelitian

4. TimPeneliti

N Nama Jabatan Bidang Instansi Asal Alokasi

o keahlian Waktu

(Jam/Mg)

1 Dr. Fetrimen, M. Pd Ketua Manajemen UHAMKA 16

Pendidikan

2 Dr. Bunyamin,M. Pd Anggota Manajemen UHAMKA 12

Pendidikan

3 Dr. Yessi Y Sari, M. Pd Anggota Manajemen UHAMKA 12

Pendidikan

5. Ketersediaan sarana dan sarana penelitian

NO SARANA KONDISI PT

KOLABORASI

1 Laboratorium ICT Baik UHAMKA

2 Perpustakaan Baik UHAMKA,

UNJ

3 Buku Sumber Baik Prodi,

UHAMKA,

UNJ

Page 38: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

32

Lampiran 2. Biodata Peneliti

A. Identitas Diri

Page 39: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

33

B. PengalamanPenelitianDalam 5 TahunTerakhir

No

Tahun

Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2012 Fungsi Aset Tanah Milik LPM 15.000.000

Persyarikatan Muhammadiyah UHAMKA

Sebagai Sarana Dakwah di PWM

Sumatera Barat

2 2013 Pemberdayaan Tanah Wakaf LPM 15.000.000

dan Non Wakaf Milik UHAMKA

Persyarikatan di PWM Jambi

3 2014 Menelaah Kepastian Status LPM 15.000.000

Tanah Wakaf dan Tanah Milik UHAMKA

Persyarikatan di PWM Lampung

C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun

Terakhir

No

Tahun

Judul Pengabdian Pada Pendanaan

Masyarakat Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2015 Pelatihan Manajemen LPPM 7.000.000

Kepimimpin Pada Pengurus UHAMKA

Cabang Muhammadiyah Ciracas

Jakarta Timur

2 2013 Pelatihan Manajemen Organi LPPM 11.000.000

sasi Pada Pengurus PDM Ku UHAMKA

ningan

3 2012 Mengembangkan Keterampilan LPPM 7.000.000

Penanaman TOGA pada Pengu UHAMKA

rus Cabang Muhammadi yah

Batu Jaya Karawang

Page 40: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

34

D. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun

Terakhir

No

1

2

3

4

5

Judul Artikel Ilmiah

Membangun Pendidikan

Karakter Dengan Nilai-Nilai

Religius

Stretegi Pemanfaatan Ta nah

Wakaf Persyarikatan

Muhammadiyah

Manajerial Kepala Sekolah

Islam Dalam Memberikan

Pelayanan

Pendidikan Karakter Dalam

Perspektif Nilai Religius

Integrasi Konsep Diri

Stakeholder Dalam

Pembangunan Lembaga

Pendidikan

Volume/Nomor/Tahun

Prosiding MP UNJ No

01 Tahun 2013

Vol 2 Nomor 1, 2012,

No. ISSN : 2087-7056

Vol 2, Nomor 2, 2012

No. ISSN. 2087-7064

Vol 6 Nomor 6, 2013,

No. ISSN. 2087-6556)

Vol 1 Nomor 1, Mei-

Agustus 2012, No. ISSN.

2089-7812)

Nama Jurnal

Prosiding MP

UNJ

Jurnal Ekonomi

Islam

Jurnal Pendidik

an Islam

Jurnal Pendidik

an UMMU

Jurnal Modera

tio UHAMKA

6 Interaksi

Komunikasi

Pendidikan

dan Sistem

Dalam

Vol 5, No. 2, Nopember

2013 No. ISSN. 1978-

6115)

Jurnal

HUMANO,

Universitas

Khairun Ternate

E. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Para

Pertemuan/Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Ilmiah/Seminar Tempat

1. Lokakarya Wakaf Dalam Perspektif Medan, 2011

Good Governance

2. Lokakarya Pemberdayaan Aset Muham Palembang, 2012

madiyah yang Tidur

Page 41: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

35

3. Lokarkarya Optimalisasi pemanfaatan Kupang, 2013

Aset Muhammadiyah

4. Lokakarya Manajemen Aset Mataram, 2014

5. Lokakarya Pendataan Aset yang Efektif Jayapura, 2014

Page 42: PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

36

Lampiran 3. Surat PernyataanKetuaPeneliti

Surat PernyataanKetuaPeneliti

Yang bertandatangan di bawahini:

Nama

NIDN

Pangkat / Golongan

JabatanFungsional

: Dr. Fetrimen,M.Pd

: 0323097701

: Penata/ IIIC

: Lektor

Denganinimenyatakanbahwa proposal penelitiansayadenganjudul:

“Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 122 Jakarta” yang diusulkandalamskema penelitian Lemlit UHAMKA

batch 2 bersifat original dan belum pernah di biayai oleh lembaga/sumber

dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,

maka saya bersedia dituntut dan di proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-

benarnya.

Jakarta, 10 Januari 2019

Dr. Fetrimen, M. Pd

NIDN. 0323097701