penguatan karakter siswa melalui kegiatan

17
1 PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN BIOENTREPRENEURSHIP DI SEKOLAH 1. Pengantar Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan sesuai amanat tujuan pendidikan nasional terus menerus dilakukan. Melalui pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013, pembentukan budi pekerti dan ahlak mulia secara utuh telah menjadi prioritas. Penguatan karakter diharapkan dapat menyelesaikan persoalan bangsa, seperti semakin merosotnya moral para siswa yang sering dijumpai di masyarakat bahkan di lingkungan sekolah pada berbagai jenjang pendidikan. Penguatan budi pekerti dan ahlak para siswa dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan sikap melalui pembelajaran di kelas merupakan amanat bagi semua pendidik melalui mata pelajaran yang diampu. Biologi sebagai satu mata pelajaran umum turut berperan dalam mengembangkan karakter para siswa, karena selain sebagai produk dan proses, juga terdapat nilai-nilai dan sikap. Menurut Suparno (2015) nilai dan sikap yang positif yang dimiliki, cara berfikir dan bertindak seseorang sehingga memengaruhi tingkah laku seseorang, pada akhirnya akan menjadi tabiat hidup yang kita kenal dengan karakter. Mengacu pada rumusan nilai karakter bangsa yang disusun oleh Pusat Kurikulum (Puskur) terdapat 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang penting untuk ditumbuhkan pada para siswa di Indonesia (Suparno, 2015). Dari 18 nilai tersebut, terdapat beberapa nilai yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ilmiah. Sesuai Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 dalam kompetensi inti, bahwa untuk sikap sosial di antaranya jujur, disiplin, kerjasama, tanggung jawab dan gotong royong. Penguatan karakter bangsa adalah tanggung jawab banyak pihak, seperti orang tua, sekolah, masyarakat dan negara. Orang tua berperan dalam pembekalan nilai dan sikap positif anak-anak sejak lahir sampai

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

1

PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

BIOENTREPRENEURSHIP DI SEKOLAH

1. Pengantar

Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan sesuai amanat

tujuan pendidikan nasional terus menerus dilakukan. Melalui pendidikan

karakter dalam Kurikulum 2013, pembentukan budi pekerti dan ahlak

mulia secara utuh telah menjadi prioritas. Penguatan karakter diharapkan

dapat menyelesaikan persoalan bangsa, seperti semakin merosotnya

moral para siswa yang sering dijumpai di masyarakat bahkan di

lingkungan sekolah pada berbagai jenjang pendidikan.

Penguatan budi pekerti dan ahlak para siswa dengan

mengintegrasikan nilai-nilai dan sikap melalui pembelajaran di kelas

merupakan amanat bagi semua pendidik melalui mata pelajaran yang

diampu. Biologi sebagai satu mata pelajaran umum turut berperan dalam

mengembangkan karakter para siswa, karena selain sebagai produk dan

proses, juga terdapat nilai-nilai dan sikap. Menurut Suparno (2015) nilai

dan sikap yang positif yang dimiliki, cara berfikir dan bertindak seseorang

sehingga memengaruhi tingkah laku seseorang, pada akhirnya akan

menjadi tabiat hidup yang kita kenal dengan karakter.

Mengacu pada rumusan nilai karakter bangsa yang disusun oleh

Pusat Kurikulum (Puskur) terdapat 18 nilai pendidikan budaya dan

karakter bangsa yang penting untuk ditumbuhkan pada para siswa di

Indonesia (Suparno, 2015). Dari 18 nilai tersebut, terdapat beberapa nilai

yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ilmiah. Sesuai Permendikbud

Nomor 21 Tahun 2016 dalam kompetensi inti, bahwa untuk sikap sosial di

antaranya jujur, disiplin, kerjasama, tanggung jawab dan gotong royong.

Penguatan karakter bangsa adalah tanggung jawab banyak pihak,

seperti orang tua, sekolah, masyarakat dan negara. Orang tua berperan

dalam pembekalan nilai dan sikap positif anak-anak sejak lahir sampai

Page 2: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

2

mereka memasuki usia sekolah. Saat memasuki dunia sekolah, para

siswa wajib mendapatkan kesempatan belajar untuk memperkuat

karakternya. Menurut Suparno (2015) sekolah memiliki jangkauan yang

luas dalam memberikan penguatan karakter sesuai perkembangan siswa.

Untuk tingkat sekolah menengah, penguatan karakter dapat

dilakukan secara holistik melalui seluruh program di sekolah dan

dilakukan oleh guru mata pelajaran, contohnya mata pelajaran biologi.

Pembelajaran biologi yang bermakna merupakan kegiatan yang menarik

dan menyenangkan untuk membentuk pribadi yang mencintai lingkungan

alam dan sosial. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran

yang mengakomodasi gaya belajar siswa dan sesuai dengan tipe

kecerdasan yang dimiliki.

Pembelajaran bermakna dapat dilakukan melalui pembelajaran

biologi berbasis entrepreneurship. Kegiatan tersebut diharapkan dapat

membekali penguatan karakter, pengetahuan dan keterampilan para

siswa sehingga mampu menyelesaikan persoalan dalam kehidupan

sehari-hari. Mengacu pada pilar belajar menurut Unesco, pembelajaran

dilakukan untuk membekali siswa agar dapat memecahkan masalah,

hidup saling menguntungkan dan menjadi diri sendiri yang berwawasan

ilmu pengetahuan disertai kemandirian dan berkarakter sesuai nilai

kehidupan (Damayanti, 2016).

2. Masalah

Para pendidik saat ini menghadapi tantangan yang cukup besar

dalam menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu, yang menguasai

berbagai bidang dan berkarakter baik yang dibutuhkan untuk kemajuan

bangsa Indonesia. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat, memiliki

kiprah yang sangat luas dalam menyiapkan generasi muda yang mampu

bersaing di era globalisasi.

Generasi yang kompeten di bidangnya dan berkarakter kuat harus

disiapkan sedini mungkin agar siap bersaing di tingkat nasional dan

Page 3: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

3

internasional. Dalam rangka menghadapi usia emas bangsa Indonesia

pada tahun 2045 nanti, generasi sekarang adalah penentu utama dalam

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter.

Orientasi pendidikan yang terfokus pada ranah kognitif pernah

dialami oleh para siswa beberapa tahun lalu. Aspek sikap dan ketrampilan

mendapat porsi yang sangat kecil dalam kegiatan pembelajaran, bahkan

terabaikan. Pendidikan belum sepenuhnya mampu membekali siswa

dengan kecakapan hidup (life skill ). Kondisi tersebut dimungkinkan

menjadi salah satu penyebab terjadi penurunan dan kemerosotan moral

para siswa yang ditandai oleh maraknya perkelahian pelajar dan

mahasiswa, kecurangan dalam ujian yang telah membudaya.

Kegiatan pembelajaran yang mengutamakan aspek nilai

pengetahuan telah membentuk kecenderungan sebagian besar siswa

hanya berorientasi pada hasil belajar, nilai menjadi prioritas. Mereka

berupaya mendapatkan nilai yang tinggi meski ditempuh dengan cara

yang salah. Praktek-praktek ketidakjujuran dalam dunia pendidikan

seakan terus menggurita di berbagai jenjang pendidikan. Kecurangan

dalam Ujian nasional (UN) di beberapa sekolah di wilayah tertentu masih

menjadi berita aktual saat pelaksanaan ujian berlangsung.

Berbagai upaya sekolah membuat peraturan anti menyontek belum

banyak membantu menekankan sikap kejujuran para siswa. Mereka lebih

yakin dengan kunci jawaban yang beredar daripada dengan kemampuan

sendiri. Kondisi tersebut telah terjadi di berbagai jenjang pendidikan, baik

dasar ataupun menengah. Kejujuran menjadi ‘barang’ langka saat

pelaksanaan kegiatan, baik dalam kegiatan belajar, penyelesaian tugas

maupun pelaksanaan ujian. Kerjasama terbangun dalam hal yang negatif,

yakni usaha mencari kunci jawaban. Jika hal ini terus terbangun maka

dapat mengikis moral generasi bangsa dan berdampak pada rendahnya

kualitas sumber daya manusia.

Keterlibatan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pun

menentukan pembentukan karakter para siswanya. Masih banyak guru

Page 4: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

4

yang berorientasi teacher center. Siswa belum mendapat kesempatan

untuk menggali kemampuan sesuai kecerdasan yang dimiliki.

Pembelajaran masih sebatas transfer ilmu dari guru ke siswa dan belum

menerapkan nilai-nilai tut wuri handayani, yang mengembangkan

kreatifitas para siswa.

Kreatifitas dan inovasi guru dalam mengelola kegiatan belajar

sangat menguntungkan para siswa. Dengan student center, para siswa

mudah beradaptasi dan belajar sesuai dengan tipe kecerdasan dan gaya

belajarnya masing-masing. Hal tersebut akan membantu para siswa untuk

membentuk karakter yang positif sehingga kelak mereka mampu

berkiprah di masyarakat sesuai bidangnya masing-masing. Sebagaimana

hasil penelitian Stanford University yang menyatakan bahwa keberhasilan

seseorang ditentukan oleh 87,5 % positive attitude (sikap positif) dan

12,5 % kualitas akademik (Komarudin, 2015).

Guru sebagai fasilitator diharapkan dapat memberikan kesempatan

pada seluruh siswanya untuk belajar sesuai dengan kecerdasan yang

dimiliki melalui pembelajaran yang variatif dan inovatif. Namun, karena

alasan pencapaian target nilai Ujian Nasional (UN) yang memenuhi

standar kelulusan, guru cenderung mengambil langkah praktis dengan

melaksanakan kegiatan belajar yang hanya menekankan pada aspek

akademik dan dilakukan secara konvensional. Hasil belajar berupa nilai

pengetahuan menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran yang melatih kemampuan siswa dari aspek sikap dan

ketrampilan menjadi terlewatkan. Oleh karena itu, diperlukan langkah bijak

bagi para guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada berbagai kompetensi.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan situasi belajar

yang melibatkan peran siswa secara dominan, student center. Kegiatan

belajar seharusnya dapat membantu siswa untuk menciptakan situasi

yang mendukung pembentukan sikap dan kemampuan akademik sesuai

dengan kompetensi dasar yang ditentukan (Kemdikbud, 2014). Guru

Page 5: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

5

dituntut untuk dapat menciptakan iklim belajar yang bermakna dan

menyenangkan dalam mencapai kompetensi, terutama kompetensi

sikapnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Komarudin (2015) bahwa

pembentukan manusia yang berkarakter merupakan tujuan utama

pendidikan.

Kreatifitas guru dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran

menjadi salah satu penentu keberhasilan siswa dalam belajar. Guru

dituntut untuk dapat memilih metode pembelajaran yang tepat, sesuai

dengan kondisi keberagaman siswa di kelas dan disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran. Para siswa perlu dihadapkan dengan obyek nyata

dan kontekstual sehingga pada saat kegiatan belajar mereka

mendapatkan pengalaman langsung. Sebagaimana dijelaskan oleh

Suparno (2015) bahwa karakter sebagai sikap yang sudah dimiliki siswa

harus dikembangkan di masa depan, melalui pembelajaran yang

menyenangkan dan kontekstual. Salah satunya adalah kegiatan

bioentrepreneurship.

Kegiatan tersebut diharapkan dapat mengakomodasi seluruh

kemampuan siswa dalam mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan

gaya belajar dan tipe kecerdasan yang dimilikinya masing-masing. Hal

tersebut diharapkan dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

membuktikan diri mereka sebagai siswa yang berkarakter baik dan

mengamalkannya di masa depan .

3. Pembahasan dan solusi

Revolusi karakter bangsa sebagai bagian dari program prioritas

pemerintahan Jokowi -JK dalam Nawa Cita diharapkan dapat menguatkan

amanat Kurikulum 2013 yang memberikan kesempatan kepada para

pendidik untuk melakukan pembelajaran yang mengutamakan pada

penumbuhan karakter, watak, dan kepribadian. Kegiatan yang dilakukan

diharapkan dapat membentuk siswa yang memiliki kecerdasan intelektual

Page 6: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

6

dan ketrampilan, beriman, berahlak mulia, mandiri, kreatif, demokratis dan

bertanggung jawab.

Menurut Gunawan (2012), membangun karakter siswa melalui

pendidikan karakter dapat dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-

nilai karakter pada pembelajaran dan mengacu pada nilai karakter yang

termuat dalam Kompetensi Dasar (KD). Mata pelajaran biologi memiliki

tujuan menumbuhkan sikap spiritual dan sikap sosial, membekali

pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik agar mereka mampu

menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari hari sebagai pribadi

dan sebagai warga negara (Kemdikbud, 2015).

Pembelajaran biologi sebagai bagian dari pembelajaran IPA

memiliki tiga unsur, yakni biologi sebagai proses, sebagai produk dan

memiliki nilai-nilai. Permendikbud Nomor 59 Tahun 2015 menjabarkan

bahwa dalam mata pelajaran biologi dikembangkan dua macam sikap,

yakni sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap sosial yang ditumbuhkan

dalam mata pelajaran biologi (IPA) memuat nilai-nilai ”halus” sebagai

dampak pengiring dari pembelajaran saintifik. Sikap sosial yang

ditumbuhkan antara lain menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

tanggungjawab, peduli (kerjasama, toleran, damai). Penguasaan konsep-

konsep dasar IPA (Biologi) pada peserta didik pada akhirnya akan

membentuk budaya yang memengaruhi cara berpikir, bertindak dan

bersikap secara ilmiah dalam menghadapi permasalahan sehari-hari

(Kemdikbud, 2015).

Sikap yang akan menjadi penekanan utama dalam kajian ini adalah

sikap yang muncul karena melakukan suatu kegiatan pembelajaran,

dalam hal ini adalah melalui pembelajaran biologi yang berbasis

entrepreneurship. Menurut Kasmir (2006), entrepreneuship atau

kewirausahaan adalah ilmu, seni, perilaku, ciri dan watak seseorang yang

memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif dalam dunia

nyata. Penerapan entrepreneurship dalam pembelajaran biologi disebut

dengan bioentrepreneurship (Anwar, dkk.) Kegiatan bioentrepreneurship

Page 7: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

7

memiliki tiga pilar utama, yakni ilmiah dan bakat manajerial, teknologi

serta pengelolaan uang (Meyers & Hurley, 2008).

Kegiatan tersebut menekankan pada materi- materi yang

kontekstual sesuai dengan potensi lingkungan sekitar melalui kegiatan

proyek. Bioentrepreneurship merupakan sebuah pendekatan

pembelajaran biologi yang kreatif, inovatif dan kontekstual dengan

mengkaitkan langsung pada objek nyata atau fenomena di sekitar

kehidupan. Para siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu

bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan

menumbuhkan minat usaha.

Menurut Purnomo (2005), minat wirausaha memiliki beberapa

indikator, di antaranya kemauan keras untuk mencapai tujuan, sikap jujur

dan tanggung jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dan keuletan

dalam bekerja dan berusaha, pemikiran yang kreatif, berorientasi masa

depan, dan berani mengambil resiko. Menurut Alma (2008) seorang

wirausaha harus mempunyai sikap percaya diri, berorientasi pada tugas

dan hasil, berani mengambil resiko dan berjiwa pemimpin.

Indikator-indikator yang ditemukan dalam kegiatan

entrepreneurship merupakan modal untuk mewujudkan tujuan

pembelajaran dalam aspek kompetensi sikap, khususnya sikap sosial.

Pembelajaran berbasis bioentrepreneurship dapat dilakukan sesuai KD

dalam silabus. Untuk kelas X, terdapat beberapa KD yang dapat

diaplikasikan melalui kegiatan entrepreneurship. Salah satunya adalah KD

4.11 Mengajukan gagasan pemecahan masalah lingkungan sesuai

konteks permasalahan lingkungan di daerahnya.

Kegiatan bioentrepreneurship yang merujuk pada KD yang terkait

adalah melakukan proyek pengolahan limbah organik menjadi pupuk cair.

Proyek merupakan tugas belajar yang terdiri dari serangkaian tahapan,

yakni 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pelaporan (Kemdikbud, 2013).

Proyek tersebut dilakukan secara kelompok di luar kegiatan tatap muka di

Page 8: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

8

kelas. Setiap kelompok melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang

telah disiapkan oleh guru.

Kegiatan tersebut juga membantu menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan karena mengakomodasi berbagai gaya belajar dan tipe

kecerdasan yang dimiliki siswa. Setiap siswa yang memiliki gaya belajar

tertentu akan merasa nyaman dan senang belajar sehingga mudah

memahami materi dan dapat menimbulkan efek pengiring secara

langsung berupa nilai-nilai positif seperti karakter jujur, disiplin, peduli

lingkungan, kerjasama dan bertanggung jawab.

Setiap tindakan yang dilakukan para siswa mencerminkan

beberapa sikap positif yang muncul secara alami dalam diri siswa. Hal

tersebut merupakan bentuk penguatan karakter ilmiah melalui wirausaha.

Merujuk pada indikator wirausaha menurut Purnomo (2005) terdapat

rangkaian kegiatan positif yang akan terakumulasi menjadi sikap yang

dapat menguatkan karakter para siswa, di antaranya kemauan keras

untuk mencapai tujuan, sikap jujur dan tanggung jawab, tekun dan ulet

dalam bekerja dan berusaha, kreatif, berorientasi masa depan, dan berani

mengambil resiko.

Penguatan karakter terbentuk karena adanya perasaan senang

saat melakukan kegiatan belajar variatif sesuai dengan gaya belajarnya

sebagai bentuk ekspresi dari berbagai tipe kecerdasan yang dimiliki para

siswa. Terdapat tiga gaya belajar, di antara tipe visual, auditori dan

kinestetik ( Damayanti, 2016). Sedangkan untuk kecerdasan, menurut

Howard dalam Lucy (2013) terdapat delapan tipe kecerdasan, yakni

kecerdasan bahasa (Word smart), kecerdasan matematik (Logic-Smart),

kecerdasan musik (Musical Smart), kecerdasan kinestetik (Body Smart),

kecerdasan naturalis (Nature Smart), kecerdasan interpersonal (People

Smart), dan kecerdasan intrapersonal (Self Smart).

Para siswa yang belajar sesuai dengan gaya belajarnya akan

termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar dengan bersungguh-

sungguh. Kondisi tersebut dapat menimbulkan kesadaran para siswa

Page 9: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

9

untuk terus belajar dan bersemangat dalam mengerjakan sesuatu.

Dengan minat yang tinggi, seseorang cenderung berusaha aktif mengikuti

kegiatan belajar dan secara sadar tertanam sikap disiplin (Damayanti,

2016). Gambaran kegiatan bioentrepreneurship dengan tiga pilar utama

dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menguatkan sikapnya.

Hal tersebut tercermin dalam tiap tahapan kegiatan berikut:

a. Persiapan

Pada tahapan ini para siswa dituntut untuk menyusun langkah kerja

dan bertanggung jawab dalam tiap tahap kegiatan. Para siswa dengan

gaya belajar auditori sesuai untuk memandu kegiatan ini. Mereka senang

berpartisipasi dalam diskusi, mampu berdialog dengan baik dan memiliki

kepekaan pendengaran (Damayanti, 2016).

Tahapan perencanaan berkaitan dengan pilar wirausaha, yakni

kemampuan manajerial. Melalui pembagian kerja yang demokratis akan

memberikan kesempatan pada anggota kelompok sehingga dapat

mengekspresikan karakternya masing-masing terkait tanggung jawab,

kerjasama dan disiplin. Suparno (2015) menyatakan bahwa tindakan yang

menunjukkan kerjasama dengan orang lain, mampu melaksanakan tugas

dan kewajiban serta menunjukkan perilaku bersungguh-sungguh adalah

karakter yang perlu mendapat prioritas dalam pembelajaran. Karakter

tersebut dapat terus terbangun dalam setiap kegiatan dan menjadi modal

untuk mensukseskan proyeknya.

b. Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan berhubungan dengan pilar ilmiah dan

teknologi dari entrepreneurship. Langkah pertama adalah melakukan

pengumpulan alat dan bahan yang akan digunakan. Seorang siswa

dengan gaya belajar kinestetik sangat antusias, senang belajar, gelisah

jika tidak ada kegiatan dan banyak bekerja dari pada bicara (Lucy, 2013)

dan senang melakukan demonstrasi suatu proses (Damayanti, 2016).

Keceriaan saat melakukan pengumpulan potongan rumput

tergambar di wajah para siswa ( Gambar 1a dan 1b). Semangat gotong-

Page 10: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

10

royong pun tercermin manakala mereka beramai-ramai mengumpulkan

potongan rumput di halaman sekolah. Hal ini merupakan contoh sikap

para siswa yang muncul secara alami dari setiap kegiatan.

Setelah potongan rumput terkumpul, para siswa bergantian

memasukkan ke dalam komposter. Jumlah bahan baku yang diperlukan

harus seimbang dengan volume wadah (Gambar 2a dan 2b). Oleh karena

itu, setiap siswa harus memahami prinsip ilmiahnya, yakni dengan

memperhatikan perbandingan antara ukuran wadah, bahan dan starter.

Perhitungan yang akurat sangat diperlukan dalam pencampuran

bahan sehingga dituntut untuk bekerja secara hati-hati. Siswa yang

berpikir logis matematis sangat membantu dalam tahapan ini, karena

a b Gambar 1. Keceriaan siswa saat mengumpulkan potongan rumput (a), dan karung telah

terisi bahan pupuk cair (b)

a b

Gambar 2. Semangat gotong royong saat memasukkan bahan ke dalam komposter (a) dan melembabkan media dengan air

Page 11: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

11

mampu bekerja efektif dan logis (Lucy, 2013). Kebersamaan dalam

bekerja akan terbangun dalam menyelesaikan tahapan ini. Efek positif

yang diharapkan terbangun adalah adanya kepedulian sosial dan

tanggung jawab. Sebagaimana dijelaskan oleh Suparno (2015) bahwa

tanggung jawab merupakan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang harus dilakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat dan lingkungan baik sosial maupun alam.

Langkah kedua adalah melakukan pemanenan pupuk cair. Setiap

siswa harus menyiapkan botol-botol untuk menampung pupuk cair yang

sudah terbentuk. Dengan semangat tinggi, para siswa mengumpulkan

botol-botol untuk kemasan. Hal ini sebagai bukti nyata bentuk kepedulian

lingkungan alam. Sikap kerjasama, tanggung jawab dan kepedulian

sosial maupun alam semakin terpancar dalam setiap tahapan kegiatan.

Siswa telah memiliki bekal untuk mengasah skill mereka. Learning to do.

Latihan tersebut telah memberikan kesempatan dan pengalaman

bagi setiap siswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Komarudin (2015),

bahwa bentuk ketrampilan yang dilatih akan melekat sebagai salah satu

kompetensi peserta didik karena mereka dapat merasakan sendiri makna

pembelajaran bagi mereka maupun lingkungan mereka.

Saat pemanenan, seluruh siswa bersemangat untuk bekerja

bahkan berebut untuk dapat memanen pupuk cair yang telah dihasilkan

dari proses pengomposan. Salah seorang siswi mengekspresikan

kegembiraan ( Gambar 2a).

a b Gambar 2 : Ekspresi kegembiraan para siswa saat pemanenan pupuk (a) dan publikasi (b)

Page 12: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

12

Setelah melakukan pengemasan, para siswa bertugas untuk

mempublikasikan (Gambar 2b) pada warga sekolah tentang manfaat

pupuk tersebut. Pada kegiatan publikasi ini, siswa yang memiliki tipe

kecerdasan intra personal sangat membantu dalam mengerjakan

kegiatan publikasi ini. Siswa tersebut memiliki interaksi sosial yang tinggi

dan mampu berkomunikasi dengan baik (Lucy, 2013).

Pembagian kerja juga terkait dengan pengelolaan keuangan dari

hasil penjualan pupuk. Hal ini sesuai dengan pilar ketiga dari

entrepreneurship, yakni pengelolaan uang. Mereka dituntut untuk bersikap

jujur dalam melaporkan keuangan dari hasil penjualan pupuk tersebut. Hal

tersebut didukung oleh pendapat Suparno (2015) yang menyatakan

bahwa sikap jujur berupa perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakan dan pekerjaan.

c. Pelaporan Kegiatan

Rangkaian akhir dari seluruh kegiatan adalah membuat laporan

secara tertulis. Seluruh siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan

laporan sesuai dengan tahapan kerja yang menjadi tanggung jawabnya

masing-masing. Pada tahapan ini, siswa dengan kecerdasan bahasa

(word smart) cukup kompeten dalam memandu penyusunan laporan

kegiatan. Menurut Lucy (2013) anak dengan kecerdasan bahasa mampu

menulis secara sistematis dan meyakinkan orang lain.

Seluruh rangkaian dalam proyek telah memberikan kesempatan

pada siswa untuk menjalankan tiga pilar entrepreneurship. Mereka belajar

sesuai dengan kemampuan belajarnya dan terlatih untuk bekerja secara

gotong royong, dengan semangat kebersamaan yang tinggi serentak bak

regam. Sikap yang muncul secara alami dari para siswa tersebut

diharapkan dapat memupuk sekaligus menguatkan karakter terpuji dan

dapat membentuk insan yang cerdas dan bijak, insan yang berkarakter

baik. Menurut Sumadi (2013) sikap terpuji yang harus dimiliki para siswa

Page 13: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

13

adalah suatu keniscayaan untuk kehidupan yang harmonis di alam. Hal

tersebut sejalan dengan pernyataan Komarudin (2015) bahwa karakter

yang baik merupakan perilaku seseorang yang konsisten di jalur yang

benar dan baik dalam kondisi apapun, meskipun dihadapkan pada situasi

yang dilematis.

Melalui kegiatan pembelajaran berbasis entrepreneurship di

sekolah, kegiatan ini diharapkan dapat membekali para siswa dengan

berbagai sikap dan kemampuan yang siap menghadapi tuntutan

perkembangan zaman dan teknologi di era globalisasi. Hal tersebut

sejalan dengan pernyataan Mulyasa (2014) bahwa sekolah sebagai

masyarakat kecil merupakan wahana pengembangan peserta didik untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis agar tercipta

pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning), sehingga mampu

melahirkan calon penerus pembangunan masa depan yang kompeten,

cerdas, kreatif dan siap menghadapi segala macam tantangan. Generasi

penerus pembangunan yang cerdas dan berkarakter, generasi yang yang

siap menghadapi tantangan di era Indonesia emas tahun 2045. Semoga.

4. Kesimpulan dan Harapan Penulis

a. Kesimpulan

Pembelajaran kontekstual melalui pembelajaran biologi berbasis

entrepreneurship telah memberikan wahana yang luas bagi para siswa

untuk belajar mengeksplorasi seluruh kemampuannya baik sikap,

pengetahuan maupun ketrampilan. Pembelajaran bioentrepreneurship

dengan tiga pilar utama telah dapat dilaksanakan melalui proyek

pembuatan pupuk cair yang terdiri atas serangkaian kegiatan ilmiah

berupa tahap-tahap pengomposan. Pertama, pada pilar ilmiah dan

managerial, para siswa dituntut untuk membagi tugas dalam

melaksanakan tahapan ilmiah dalam proses pengomposan untuk

menghasilkan pupuk cair. Kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan

Page 14: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

14

pengelolaan yang cerdas yang dilakukan secara bertangung jawab oleh

anggota kelompok. Kedua pilar teknologi, yakni para siswa belajar untuk

menggali potensinya untuk dapat menggunakan teknologi atau prinsip

penggunaan alat dalam pengomposan, sedangkan yang ketiga adalah

kemampuan pengelolaan keuangan khususnya pada tahapan pemanenan

dan publikasi produk pupuk cair untuk dijual di lingkungan sekolah.

Ketiga pilar dalam bioentrepreneurship yang diterapkan dalam

proyek pembuatan pupuk cair telah dapat memberikan pengalaman

belajar yang menyenangkan pada para siswa sehingga siswa belajar

sesuai dengan gaya belajar dan tipe kecerdasan yang dimiliki.

Pembelajaran yang kontekstual dan menyenangkan tersebut telah mampu

menumbuhkan dan memperkuat sikap-sikap positif yang tercermin dalam

setiap kegiatan yang mereka lakukan.

Para siswa dapat mengeksplorasi seluruh kemampuannya sesuai

dengan gaya belajar dan tipe kecerdasan yang dimiliki. Hal tersebut dapat

memacu kesadaran para siswa untuk belajar tidak hanya berorientasi

pada hasil atau nilai semata, namun proses pembelajaran adalah lebih

penting untuk membentuk insan yang cerdas dan berkarakter kuat.

Keberhasilan siswa tidak hanya tergantung pada akademik saja, namun

dari aspek sikap yang tercermin dalam karakter positif setiap siswa. Hal ini

merupakan bentuk pembelajaran yang mengembangkan knowledge, skill,

behaviour dan values. Setiap siswa dapat menguatkan sikap yang bijak,

memperluas pengetahuan dan ketrampilan yang akan menjadi dasar

hidupnya di masa depan.

b. Harapan Penulis

Penguatan sikap-sikap positif para peserta didik untuk membentuk

generasi berkarakter kuat sebagai penerus pembangunan tidak cukup

dilakukan secara parsial di sekolah. Seluruh komponen di lingkungan

sekolah hendaknya bekerja dengan menerapkan prinsip-prinsip

keteladanan. Baik kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan

Page 15: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

15

hendaknya turut berpartisipasi aktif dalam memfasilitasi para siswa untuk

belajar secara optimal dengan menyelaraskan antara kemampuan

akademik, ketrampilan dan yang utama adalah sikap atau atitude.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang simultan dan

menyeluruh dengan menekankan pada keteladanan positif diharapkan

dapat membangun sekaligus memperkuat karakter para siswa bahkan

seluruh komponen masyarakat sekolah. Sikap jujur, disiplin, kerjasama

dan tanggung jawab akan terus melekat dalam sanubari setiap siswa

sebagai generasi cerdas dan berkarakter penerus cita-cita bangsa. Oleh

karena itu, kegiatan entrepreneurship diharapkan dapat dilakukan secara

holistik pada seluruh mata pelajaran melalui kegiatan pembelajaran

ataupun melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Page 16: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

16

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. 2008. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Alfabeta, Bandung.

Anwar, Mustamir, Supardi, & Sugiharto. 2012. Inovative Journal of curriculum and Educational technology 1 (1). Unnes

Damayanti. 2016. Sukses Menjadi Guru. Panduan Memaksimalkan Proses Pengajaran Kreatif, Interaktif, Inovatif dan Profesional. Penerbit Araska, Yogyakarta.

Gunawan, H. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta

Kemdikbud. 2015. Permendikbud Nomor 59. 2015. Kurikulum 2013 SMA/MA Lampiran Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam (Biologi). Jakarta.

Kemdikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru. Implementasi Kurikulum 2013. Mata Pelajaran Biologi. Jakarta.

Komarudin, U. 2015. Arif Rahman: Guru. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lucy. 2013. Berani Bermimpi. Penerbit Gramedia Widiasarana, Jakarta.

Meyers, A. and Hurley, P. 2008. From the Clasroom Bioentrepreneurship education Programe in the United States. Journal of Comercial of Biotechnology. Vol. 14 (1). 2-12 November 2007.

Mulyasa, H.E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Purnomo, B.H. 2005. Membangun Semangat Kewirausahaan. Laksbang Pressindo, Yogyakarta.

Sumadi, T. 2013. Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? Dalam:Kemdikbud. 2013. Kurikulum 2013.Tanya Jawab dan Opini. Jakarta

Suparno, P. SJ. 2015. Pendidikan Karakter di Sekolah. Sebuah Pengantar Umum. Penerbit: Kanisius, Yogyakarta

Page 17: PENGUATAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN

17