penelitian gastritis

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya hidup, karena urbanisasi, moderinisasi, dan globalisasi. 5 Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Menurut Maulidiyah (2006), di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, gastritis menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat tahun 2009 yaitu sebesar 202.577 kasus (11,18%). 5 Gastritis adalah salah satu penyakit tidak menular yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Gastritis adalah suatu kondisi dimana lapisan perut dikenal mukosa lambung mengalami peradangan. Lapisan tersebut mengandung sel-sel khusus yang

Upload: dantevermillion

Post on 30-Dec-2014

59 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Penelitian Gastritis

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Gastritis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit

menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi

peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya hidup,

karena urbanisasi, moderinisasi, dan globalisasi.5

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%.

Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi

274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Menurut Maulidiyah (2006), di Kota

Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka

kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun

2009, gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada

pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, gastritis menempati urutan ke-3

dari 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat tahun 2009 yaitu sebesar 202.577 kasus

(11,18%). 5

Gastritis adalah salah satu penyakit tidak menular yang banyak dikeluhkan oleh

masyarakat. Gastritis adalah suatu kondisi dimana lapisan perut dikenal mukosa lambung

mengalami peradangan. Lapisan tersebut mengandung sel-sel khusus yang menghasilkan

asam dan enzim yang membantu mencernakan makanan. 6 Gastritis dapat bersifat akut atau

kronis. Peradangan pada lapisan dinding lambung yang mendadak, disebut gastritis akut.

Peradangan yang berlangsung lama, disebut kronis. Akibatnya adalah nyeri uluh hati,

anoreksia, dan lain-lain. Dampak dari keluhan tersebut apabila tidak ditanggulangi akan

mengakibatkan terganggunya aktivitas dalam kegiatan sehari-hari atau dapat menyebabkan

berbagai komplikasi seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, bahkan perforasi. 6

Bakteri Helicobacter pylori menyebabkan infeksi pada lapisan lambung. H,pylori terutama

berada di daerah dengan sanitasi yang buruk, ditularkan melalui makan atau yang

terkontaminasi. Beberapa faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya penyakit ini,

seperti penggunaan obat NSAID (Non Steroid Anti-inflammatory Drugs) misalnya aspirin,

ibuprofen, dan lain-lain. Alkohol, kokain, radiasi, stress, kebiasaan merokok, pola makan

Page 2: Penelitian Gastritis

yang tidak benar dan tidak teratur, trauma langsung juga dapat menyebabkan terjadinya

gastritis.

Penyakit gastritis yang terjadi di Negara maju sebagian besar mengenai usia tua. Hal

ini berbeda dengan di negara berkembang yang banyak mengenai usia dini. Menurut

Zhaoshen L dkk (2010), kasus gastritis umumnya terjadi pada penduduk yang berusia lebih

dari 60 tahun. Menurut penelitian Maulidiyah (2006), 57,8% responden penelitiannya yaitu

penderita gastritis berusia ≥ 40 tahun dan 77,8% responden mempunyai jenis kelamin

perempuan. Penelitian Yunita (2010), menemukan 70% dari responden penelitiannya berjenis

kelamin perempuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam

penelitian ini adalah :

- Berapakah jumlah angka kejadian Gastritis pada pengunjung Puskesmas Kelurahan

Tanjung Duren, Jakarta Barat.

- Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Gastritis pada pengunjung

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren, Jakarta Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui angka kejadian gastritis dan faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan kejadian gastritis pada pengunjung Puskesmas pada Juli tahun

2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi umur pada pasien yang berobat jalan di

Puskesmas

b. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang gastritis pada

pasien yang beobat jalan di Puskesmas

c. Diketahuinya distribusi frekuensi kebiasaan makan pada pasien yang berobat jalan

di Puskesmas

d. Diketahuinya distribusi frekuensi merokok pada pasien yang berobat jalan di

Puskesmas

e. Diketahuinya distribusi frekuensi pemakaian obat AINS (Anti Inflamasi Non

Steroid) pada pasien

Page 3: Penelitian Gastritis

f. Diketahuinya hubungan umur , tingkat pengetahuan, kebiasaan makan, merokok,

tingkat stress, penggunaan obat AINS dengan kejadian gastritis pada pasien yang

berobat jalan di Puskesmas

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1.4.2 Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah sebagai referensi yang

bermanfaat untuk menurunkan insiden penyakit gastritis

1.4.3 Bagi Masyarakat

Page 4: Penelitian Gastritis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Definisi

2.1.1.1 Gastritis Akut

Adalah proses akut inflamasi mukosa dapat asimptomatis atau simptomatis.

Gastritis akut terjadi akibat respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan

lokal. 1

2.1.1.2 Gastritis Kronis

Inflamasi dari mukosa gaster yang berlangsung lama, secara histologis dapat

ditemukan kumpulan sel radang yang terdiri dari limfosit dan sel plasma,

dengan sedikit keterlibata netrofil.1,2 Pada awalnya terjadi inflamasi pada

permukaan mukosa gaster, pada tahap lanjut dapat mencapai lamina propia

sehingga menyebabkan perdarahan karena terdapat pembuluh darah di lapisan

tersebut, sampai akhir dapat menyebabkan perforasi.

2.1.2 Etiologi

2.1.2.1 Pola makan

- Jenis makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makan yang bila dimakan, dicerna,

dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan

seimbang. Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan

merangsang system pencernaan , terutama lambung, dan usus untuk

berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati

yang disertai dengan mual dan muntah.

- Frekuensi makan

Frekuensi makanan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif

maupun kuantitaif. Secara ilmiah makanan diolah dalam tubuh melalui

alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Orang yang

memiliki pola makan tidak teratur mudah terangsang penyakit gastritis.

Asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung sehingga timbul

rasa nyeri. Secara alami lambng akan terus memproduksi asam lambung

setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan

Page 5: Penelitian Gastritis

biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai

sehingga tubuh akan merasa lapar, dan pada saat itu jumlah asam lambung

akan terstimulasi. Kebiasaan makan yang tidak teratur akan membuat

lambung sulit beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam

lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada

lambung.

- Porsi makan

Porsi atau jumlah makan merupakan suatu ukuran maupun takaran

makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan

makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan

tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihan tersebut akan

disimpan didalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain

itu, porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada

akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun.

2.1.2.2 Rokok

Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam

sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan

seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat kandungan zat-zat

kimia berbahaya seperti gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia,

benzene, methanol, perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid,

arsen, benzopyrene, urethane, coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar,

dan lain-lain. Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen

radikal, dan substansi racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai

dampak rokok terhadap kesehatan (Budiyanto, 2010).

Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup

esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam

lambung, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat

pengosongan cairan lambung, dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam

lambung meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin. Selain

itu, rokok juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat penghambat asam

lambung) dan obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada

malam hari, dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam

proses timbulnya peradangan pada mukosa lambung. Rokok dapat

mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat dan

Page 6: Penelitian Gastritis

aliran darah di mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan

komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga dapat

menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko kekambuhan

tukak peptik (Beyer, 2004).

Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang

mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung (gastritis) sampai

tukak lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna juga lebih

sulit selama orang tersebut tidak berhenti merokok (Departemen Kesehatan

RI, 2001).

2.1.2.3 ANIS (Anti Inflamasi Non Steroid)

Obat AINS adalah salah satu golongan obat yang secara kimia bekerja

menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis

prostaglandin sehingga terjadi penurunan sekresi mukus. Prostaglandin itu

sendiri merupakan salah satu faktor pertahanan mukosa lambung yang

penting. AINS juga dapat bekerja merusak mukosa lambung.

2.1.2.4 Alkohol

Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama

dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan

lipida yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke

dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu

alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat dalam minuman

seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil

alkohol atau etanol (Almatsier, 2002).

Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah

lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol

dalam jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi

juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi

asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam

jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum.

Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk

gejala tukak peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol

mengakibatkan menurunnya kesanggupan mencerna dan menyerap makanan

Page 7: Penelitian Gastritis

karena ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi serta

fisiologi mukosa gastrointestinal (Beyer 2004)

2.1.2.5 Usia

Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis

dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan

bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih

cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun

daripada orang yang lebih muda. Sebaliknya,jika mengenai usia muda

biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat.

Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum meningkat

sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada

dekade ke-6 hampir 80% menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada

saat usia mencapai dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor

lain juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronik

cairan penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Suyono, 2001).

2.1.2.6 Lain – lain

Gastritis dapat disebabkan Stress, infeksi bakteri (Helicobacter pylori,

Helicobacter heilmanii, Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Proteus sp,

Clostridium sp, E.coli, M. tuberculosa), infeksi virus (Citomegalo virus),

infeksi jamur (Candidiasis Histoplasmosis, Phycomycosis), refluks empedu,

radiasi, alergi, keracunan makanan, dan trauma langsung.

2.1.3 Epidemiologi

Morbiditas dan mortalitas penyakit gastritis bergantung pada penyebabnya.

Umumnya, kebanyakan kasus gastritis dapat diterapi bila penyebab telah diketahui.

Tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Bisa mengenai semua umur,

namun insiden infeksi Helicobacter pylori meningkat seiring dengan pertambahan usia. 4

Di Amerika Serikat, sekitar 35 % orang terkena infeksi H. pylori, sedangkan

sekitar 50% seluruh populasi dunia terinfeksi oleh H. Pylori.2 Pada kasus autoimun

jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orang di eropa utara dan kulit hitam. Infeksi

H. pylori tersering pada usia 60 tahun ke atas, tanpa memandang jenis kelamin.

Page 8: Penelitian Gastritis

Sedangkan sarcoidosis yang dapat menyebabkan gastritis kronis sering ditemukan pada

usia muda dan kulit hitam. Sedangkan pada granulomatosa gastritis sering dijumpai

pada kulit putih.1,2 (sigit)

2.1.4 Patofisiologi

Agen ini dapat menyebabkan pengrusakan permukaan sel epitel secara cepat dan

mengganggu sekresi dari mucus, dimana mucus tersebut berfungsi sebangi barier

protektif terhadap asam lambung. Kebanyakan efek tersebut kemungkinan dimediasi

oleh penghambatan sintesis prostaglandin.3 Prostaglandin adalah bahan kimia yang

bertanggung jawab menjada mekanisme yang menghasilkan perlindungan mukosa dari

efek berbahaya dari asam lambung. 4

Gastritis yang terjadi karena komplikasi penyakit lain seperti sirosis, uremia

atau infeksi lainnya patofisiologinya mengitkuti penyakit yang mendasari tersebut,

sedangkan pada gastritis kronik patofisiologinya berkaitan erat dengan infeksi dari

Helicobacter pylori. Bakteri tersebut mempunyai kemampuan untuk berkoloni dan

menginfeksi mukosa gaster, bertahan dengan lapisan mukosa yang menutupi

permukaan epitel dan bagian atas dari fovea gaster.2 Sehingga, bakteri tersebut terhindar

dari paparan asam lambung. Bakteri tersebut akan terus melakukan infiltrasi ke dalam

lapisan epitel. Interaksi antara Helicobacter pylori dengan permukaan mukosa lambung

menyebabkan pengeluaran interleukin yang merangsang sel-sel PMN, hal ini sebagai

awal dari proses inflamasi.2(sigit)

2.1.5 Gejala dan tanda klinis

2.1.5.1 Gastritis Akut

Menunjukan gejala paling banyak adalah nyeri epigastrium, mual, kembung,

dan muntah. Pada kasus yang lebih berat mungkin dapat ditemukan erosi

mukosa, ulserasi, perdarahan, hematemesis, melena, atau jarang mengalami

perdarahan massive.1 Demam, menggigil, hiccup juga bisa ditemukan. 4

2.1.5.2 Gastritis Kronis

Secara klinis, penderita gastritis kronis mengeluh nyeri di ulu, begah, mual,

muntah, sering buang angin, lemah, dan demam.1-3 Jika sudah terjadi infiltrasi

sampai ke lapisan lamina propria penderita dating dengan keluhan BAB hitam.

Sedangkan pada pemeriksaan pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan

di daerah ulu hati, bau mulut, dan dapat ditemukan tanda-tanda anemia.2,3

Page 9: Penelitian Gastritis

2.1.6 Pemeriksaan

A. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan normal, dengan timbulnya

keluhan rasa nyeri pada bagian epigastrium.

B. Pemeriksaan Penunjang

- Tes diagnostic yang paling umum untuk gastritis adalah dengan

biopsy endoskopi lambung, Dokter biasanya akan memberikan obat

pasien untuk mengurangi ketidaknyamanan dan kecemasan sebelum

dilakukan endoskopi. Dokter kemudian sisipkan endoskop, suatu

tabung tipis dengan kamera diujungnya melalui mulut pasien atau

hidung dan masuk ke dalam perut. Jika diperlukan, dokter akan

melakukan biopsy untuk diperiksa dengan mikroskop.

- Laboratorium

Pada pemeriksaan darah perifer dapat ditemukan leukosistosis yang

tidak terlalu tinggi pada infeksi bakteri, sedangkan pada infeksi virus

dapat normal atau leucopenia. Jika terjadi perdarahan kronik dapat

ditemukan penurunan hemoglobin (anemia).2(sigit)

2.1.7 Penatalaksaanaan

A. Medikamentosa

- Golongan Antasida

Biasanya digunakan untuk pencegahan. Mengandung aluminum dan

magnesium dengan menetralisasi asam lambung. Alluminum

menghambat kontraksi otot halus dan menghambat pengosongan

lambung. Dosis obat dewasa

- Golongan H2 Bloker

Bekerja sebagai penghambat histamine pada reseptor histamine 2.

Efektif menghambat sekresi asam yang distimulasi oleh makanan

dan system neurologi.

- Golongan PPI (Proton Pump Inhibitor)

Paling poten dalam menghambat produksi asam dengan menempati

sel parietal pada gaster.

- Antibiotik

Page 10: Penelitian Gastritis

Kombinasi dari terapi proton pump inhibitor, ditambah

klarirtomycin, dan amoksisilin lebih dianjurkan untuk pengobatan.

- Antidiare agen

Digunakan bersamaan dengan antibiotic dan PPI / H2 blocker untuk

eradikasi H.pylori

2.1.8 Komplikasi

A. Gastritis Akut

Terjadi perdarahan yang berasal dari erosi atau ulkus. Dapat juga terjadi dehidrasi

dan insufisiensi ginjal.

B. Gastritis Kronis

Gastritis kronis berkelanjutan dapat menimbulkan komplikasi ulkus peptikum,

gastritis kronis atrofi, dan selanjutnya dapat menimbulkan kanker lambung. Yang

paling ditakuti dari gasritis adalah terjadinya kanker lambung.2,3

2.1.9 Pencegahan

Perubahan gaya hidup menjadi langkah awal untuk mencegah gastritis, seperti pola

makan, jenis makanan, rokok, alcohol, obat-obatan dan lain sebagainya. Jika sudah

terjadi gastritis, pengobatan dengan menggunakan antasida.

2.1.10 Prognosis

Prognosisnya berkaitan erat dengan penyebab yang mendasarinya. Sebagai penyebab

utama dari gastritis kronis, pada tahap awal infeksi Helicobakteri pylori tidak

memberikan gejala, pada beberapa penderita akan menyebabkan ulkus peptic, bahkan

kanker lambung.2,3 Pada gastritis autoimun, karena hilangnya sel parietal dapat

menyebabkan aklorhidria, hipergastrinemia, kurangnya pepsin dan pepsinogen, anemia

dan meningkatkan risiko neoplasma gaster.3(sigit)

2.2 Kerangka Konsep

Page 11: Penelitian Gastritis

GASTRITIS

Host- Umur

- Pola makan- Tingkat pengetahuan

Agent- Konsumsi AINS & Aspirin

- Konsumsi alkohol- Merokok

Enviroment- Sanitasi lingkungan yang buruk

- Kebersihan makanan yang buruk

- Tingkat pendapatan

Page 12: Penelitian Gastritis

BAB IIIMETODELOGI PENELTIAN

3.1 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan cross

sectional mengenai kejadian Gastritis pada pengunjung dan faktor-faktor yang berhubungan

di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren , Jakarta Barat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal di , kelurahan Tanjung Duren, Jakarta Barat.

3.3 Populasi dan Sampel

- Populasi penelitian adalah semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

Jakarta Barat yang menderita penyakit Gastritis, dengan besar populasi tidak ketahui.

- Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang akan diteliti sebanyak.....

- Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Consecutive Sampling

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi adalah semua pengunjung gastritis yang berobat jalan di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren berumur diatas 15 tahun pria dan wanita, serta bersedia untuk

diwawancarai. Kriteria eksklusi adalah pasien yang sedang sakit berat dan tidak dapat

berkomunikasi dengan baik.

3.5 Besar Sampel

3.6 Cara Kerja

1. Menghubungi ketua RW di kelurahan Tanjung Duren , Jakarta Barat yang menjadi daerah

penelitian untuk melaporkan tujuan diadakannya penelitian di daerah tersebut.

2. Menghubungi kader-kader di Balkesmas agar membantu kegiatan penelitian

3. Melakukan pengumpulan data primer dengan menggunakan instrument penelitian berupa

kuesioner , dan data sekunder berupa pencatatan dan pelaporan kejadian gastritis dan hal-hal

lain yang berhubungan dengan penelitian.

Page 13: Penelitian Gastritis

4. Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data

5. Penulisan laporan ilmiah

6. Pelaporan penelitian

3.7 Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini digunakan variable terikat (dependen) dan variable bebas (independen).

Variabel terikat berupa gastritis. Variabel bebas berupa pola makan, konsumsi obat AINS &

Aspirin , merokok, dan konsumsi alkohol.

3.8 Manajeman dan Analisis Data

Data-data didapatkan dari kuesioner dan pencatatan pelaporan kejadian gastritis di Puskesmas

Kelurahan Tanjung Duren, Jakarta Barat. Terhadap data-data yang telah dikumpulkan

dikelola dengan proses editing, verifikasi, dan koding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah

dengan program computer yaitu program SPSS. Kemudian data yang telah diolah akan

dianalisa sesuai dengan cara uji statistik, menggunakan uji Chi Square.