pendidikan berbasis karakter
TRANSCRIPT
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 1/11
Oleh Oong Komar
KOMPAS.com - Dalam kajian pendidikan dikenal sejumlah ranah pendidikan, seperti
pendidikan intelek, pendidikan keterampilan, pendidikan sikap, dan pendidikan karakter (watak). Pendidikan karakter berkenaan dengan psikis individu, di antaranya segi
keinginan/nafsu, motif, dan dorongan berbuat.
Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup,seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran, keindahan, kebaikan,
dan keimanan. Dengan demikian, pendidikan berbasis karakter dapat mengintegrasikan
informasi yang diperolehnya selama dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup
yang berguna bagi upaya penanggulangan persoalan hidupnya.
Pendidikan berbasis karakter akan menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang sadar diri
sebagai makhluk, manusia, warga negara, dan pria atau wanita. Kesadaran itu dijadikanukuran martabat dirinya sehingga berpikir obyektif, terbuka, dan kritis, serta memiliki harga
diri yang tidak mudah memperjualbelikan. Sosok dirinya tampak memiliki integritas,kejujuran, kreativitas, dan perbuatannya menunjukkan produktivitas.
Selain itu, tidak hanya menyadari apa tugasnya dan bagaimana mengambil sikap terhadap
berbagai jenis situasi permasalahan, tetapi juga akan menghadapi kehidupan dengan penuhkesadaran, peka terhadap nilai keramahan sosial, dan dapat bertanggung jawab atas
tindakannya.
Pembentukan pribadi
Karena itu, sekolah yang akan mengimplementasikan pendidikan berbasis karakter dapat
memikirkan segi-segi sebagai berikut. Pertama, keberhasilan pendidikan berbasis karakter terkait dengan kondisi peserta didik yang landasan keluarganya mengharapkan tercipta iklim
kehidupan dengan norma kebaikan dan tanggung jawab. Dengan demikian, fungsi pendidikan berbasis karakter untuk menunjukkan kesadaran normatif peserta didik, seperti berbuat baik
dan melaksanakan tanggung jawabnya agar terinternalisasi pada pembentukan pribadi.
Organ manusia yang berfungsi melaksanakan kesadaran normatif ialah hati nurani atau katahati (conscience). Organ penunjangnya ialah pikiran atau logika. Pendidikan berbasis
karakter diprogram untuk upaya kesadaran normatif yang ada pada hati nurani supayaditeruskan kepada pikiran untuk dicari rumusan bentuk perilaku, kemudian ditransfer ke
anggota badan pelaksana perbuatan. Contoh, mulut pelaksana perbuatan bicara atau bahasa
melalui kata-kata. Maka, sistem mulut memfungsikan kata-kata bersifat logis atau masuk
akal. Bahkan, dengan landasan kesadaran norma dan tanggung jawab akan terjadi komunikasi
dengan perkataan santun yang jauh dari celaan dan menyakitkan orang lain.
Karena itu, pendekatan proses pembelajaran di sekolah perlu disesuaikan, yaitu dengan
menciptakan iklim yang merangsang pikiran peserta didik untuk digunakan sebagai alat
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 2/11
observasi dalam mengeksplorasi dunia. Interaksi antara pikiran dan dunia harusmemunculkan proses adaptasi, penguasaan dunia, dan pemecahan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya. Keberhasilan anak menjalani interaksi dengan dunia akan membentuk kemampuan merumuskan cita-citanya. Bahkan, cita-cita itu dijadikan pedoman atau kompas
hidup. Dengan pedoman hidup itu ia menentukan arah sekaligus membentuk norma
hidupnya.
Kedua, kondisi sekolah dapat menciptakan iklim rasa aman bagi peserta didiknya (joyful
learning). Jika peserta didik tidak merasa aman, seperti merasa jiwa tergoncang, cemas, atau
frustrasi akibat mendapatkan pengalaman kurang baik dari sekolah, maka ia tidak akan dapat
menanggapi upaya pendidikan dari sekolahnya. Bahkan, ia acap kali merespons upaya
pendidikan dengan bentuk protes atau agresi terhadap lingkungannya. Peserta didik yang
cerdas sekalipun, dengan merasa kurang aman, acap kali konflik dengan lingkungan yang
menyulitkan hidup.
Bahkan, upaya mempertahankan hidupnya dengan berbuat tercela, tidak bermoral, tidak
bertanggung jawab, dan jahat. Perasaan aman hidup atau perasaan yang tidak diliputi
kecemasan di sekolah hanya mungkin bila suasana sekolah mencintai anak dengan
menciptakan iklim keterbukaan, mesra, bahagia, gembira, dan ceria.
Dengan demikian, iklim tersebut akan mampu membuka kata hati peserta didik, baik di
sekolah maupun ketika menghadapi dunia masyarakat. Kehidupan nyata dianggap sebagai
obyek yang menarik minat dengan kegairahan hidup dan penuh perhatian yang merangsang
pikirannya.
Ketiga, kebijakan sekolah dalam merumuskan bahan belajar pendidikan berbasis karakter
diorientasikan ke masa depan, yaitu menggambarkan indikasi bentuk baru nilai-nilai
peradaban masyarakat. Dasar pertimbangannya adalah (1) proses pembangunan
berkonsekuensi terhadap perubahan bentuk baru nilai-nilai kebiasaan hidup masyarakat, (2)
pendidikan berbasis karakter harus berperan sebagai pengimbang akibat sampingan proses pembangunan.
Indikator bentuk baru nilai-nilai peradaban masyarakat dimisalkan mengambil rumusan dari
hasil pengamatan kehidupan kota yang mengalami pembangunan pesat dan menimbulkanurbanisasi sehingga di kota tercipta pusat permukiman pendatang baru yang seolah terputus
dari akar sosial budaya sebelumnya. Permukiman kota yang penuh sesak menimbulkansuasana kehidupan yang mencekam dari kekhawatiran terjadinya instabilitas sosial.
Jurang perbedaan
Selain itu, rumusan didapat dari hasil pengamatan suasana keluarga dalam menghadapi tata
kehidupan baru, apakah mengambil sikap bertahan dengan kebiasaan hidup sebelumnya,ataukah meninggalkan dan mengganti kebiasaan hidup sebelumnya (permisif), sementarakeadaan sekitar tidak ikut bertahan. Terutama mengambil sikap mengenai kaitan dengan
ekonomi keluarga, pekerjaan, perdagangan, dan kecemburuan sosial.
Bagaimana kondisi keluarga yang tetap bertahan, apakah menjadi terasingkan. Bagaimana
pula keluarga yang mengubah kebiasaan lama dengan yang baru, apakah secara psikologis
memperoleh kemantapan ataukah kepahitan dan kekacauan hidup.
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 3/11
Paling tidak, pengamatan sepintas menunjukkan akibat sampingan pembangunan yang pesat pada perubahan bentuk kehidupan masyarakat. Yaitu, pembangunan yang menawarkan
kesempatan bagi siapa saja yang berkesanggupan sehingga mengakibatkan di satu pihak terdapat sebagian anggota masyarakat yang cakap dan berani mengambil risiko untuk
menangkap manfaat penawaran pembangunan dan golongan ini akan maju.
Di pihak lain, ada anggota masyarakat yang lamban bergerak dalam menangkap manfaat dangolongan ini akan semakin tertinggal. Hasil akhir antara yang cakap dan lamban
menyebabkan munculnya jurang perbedaan kepemilikan materi yang mudah diisukan sebagai
pelanggaran asas keadilan.
Jurang perbedaan kemajuan sisi materi yang dipahami secara sempit mengakibatkan
terjadinya pergeseran nilai masyarakat. Yaitu, menguatnya arus bentuk baru kehidupan
masyarakat seperti nilai materi dan hara-hura serta tampak memudar budaya santun, malu,
kekeluargaan, kejujuran, toleransi, kebersamaan, kesetiakawanan, dan gotong royong.
Pendidikan Karakter Akan Diintegrasikan
Rabu, 1 September 2010 | 03:07 WIB
Jakarta, Kompas - Pendidikan karakter yang bakal diterapkan di sekolah-sekolah tidak
diajarkan dalam mata pelajaran khusus. Namun, pendidikan karakter tersebut akan
diintegrasikan dengan mata pelajaran yang sudah ada serta melalui keseharian pembelajaran
di sekolah.
Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal di Jakarta, Selasa (31/8), mengatakan,
pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak
akan membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang terkandung dalam pendidikan karakter
sebenarnya sudah ada dalam kurikulum, tetapi selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan
secara tersurat.
´Kami mintakan kepada guru supaya nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran
ataupun dalam kegiatan ekstrakurikuler itu disampaikan dengan jelas kepada siswa.
Pendidikan karakter itu bisa terintegrasi juga menjadi budaya sekolah. Jadi, pendidikan
karakter yang hendak kita terapkan secara nasional tidak membebani kurikulum yang ada saat
ini,´ ungkap Fasli.
Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah menekankan pada aspek kejujuran, kerja
keras, menghargai perbedaan, kerja sama, toleransi, dan disiplin.
Bebas memilih
Menurut Fasli, sekolah bebas untuk memilih dan menerapkan nilai-nilai yang hendak
dibangun dalam diri siswa. Bahkan, pemerintah juga mendorong munculnya keragaman
bentuk pelaksanaan pendidikan karakter.
Kementerian Pendidikan Nasional, menurut Fasli, telah mengumpulkan contoh-contoh
pelaksanaan pendidikan karakter yang sudah berjalan di sekolah. Setidaknya ada 139 contoh
praktis pendidikan karakter dari sejumlah lembaga pendidikan yang bisa juga diterapkan di
sekolah lain.
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 4/11
Program-program di sekolah, seperti pramuka, kantin kejujuran, sekolah hijau, olimpiadesains dan seni, serta kesenian tradisional, telah sarat dengan pendidikan karakter.
Secara terpisah, E Baskoro Poedjinoegroho, pembina Kolese Kanisius, dalam diskusi Forum
Pelita Pendidikan yang digagas Tanoto Foundation, mengatakan, pelaksanaan pendidikan
karakter di sekolah jangan hanya bersifat instan karena pemerintah saat ini sedang gandrung
dengan soal itu. Tantangannya justru bagaimana pendidikan di sekolah itu berjalan seimbangantara penguasaan pengetahuan dan pembentukan karakter siswa.
HAR Tilaar, Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta, mengatakan, pendidikan harus
diwujudkan untuk kepentingan anak-anak Indonesia dalam konteks kehidupan sosial dan
budaya masyarakat. ´Terlupakannya hal mendasar ini dalam pendidikan bukannya
menghasilkan manusia budaya, melainkan manusia ¶buaya¶,´ kata Tilaar. (ELN)
Merealisasikan Pendidikan Karakter
Sabtu, 16 Oktober 2010 | 16:11 WIB
Oleh Ig Kingkin Teja Angkasa
Berbagai isu sosial yang terjadi saat ini tidak dapat dilepaskan dari peranan pendidikan. Isu
mengenai radikalisme masyarakat sudah begitu merebak hingga memunculkan pemakluman.
Masyarakat sudah terlalu sering disuguhi tontonan kekerasan di media massa. Tentu
kekerasan bukan hanya kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan verbal yang disuguhkan dalam
berbagai talkshow sehingga masyarakat semakin bingung mana yang benar dan mana yang
salah.
Pendidikan seharusnya mampu menghasilkan manusia yang berbudaya, hal ini dikatakanDriyarkara, seorang Yesuit beberapa tahun silam. Pendidikan seharusnya mampu merangsang
seseorang berpikir kritis dan mampu memilih alasan yang tepat dalam setiap aktivitasnya.
Pendidikan harus mampu membentuk karakter setiap pribadi siswa. Karakter sangat eratdengan sikap dan pilihan cara bertindak. Pendidikan karakter harus diberikan sedini mungkin
kepada setiap orang.
Pendidikan karakter dapat dimulai dari ranah pendidikan formal mulai sejak usia dini.
Mengucapkan terima kasih atau menyapa adalah bagian latihan dalam pendidikan karakter.
Kelihatan sederhana memang, tetapi sekarang pun kita jarang menemukan orang yang rela
berucap terima kasih atau sekadar menyapa dengan senyum. Pendidikan karakter tidak perlu
harus dinilai secara kognitif. Desain pendidikan karakter seharusnya jauh dilepaskan dari
unsur penilaian kognitif. Salah satu kegagalan pembentukan karakter saat ini karena terlalu
mengkognitifkan nilai-nilai (living values) dalam pembentukan karakter.
Pelaku pendidikan karakter
Karakter dapat dibentuk jika setiap individu memiliki teladan yang mampu menggiring
mereka dalam ranah yang jelas, tegas, dan benar. Maka, sebaiknya pendidikan karakter
dilakukan kepada para siswa di tingkat dasar dan menengah. Para siswa ini disiapkan untuk
mampu menyikapi pilihan hidup dengan bijak. Namun, sekolah tentu bukan tempat satu-
satunya untuk mendidik setiap pribadi berkarakter, tempat lain yang utama adalah keluarga
dan masyarakat. Rumah adalah istana, tetapi rumah juga mampu menjadi penjara jika tanpa
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 5/11
komunikasi. Masyarakat mampu menjadi sahabat, tapi dapat pula menjadi penyekat apabilatidak ada empati yang dirasakan. Semua individu adalah pelaku pendidikan karakter.
Lebih fokus di sekolah, pendidikan karakter harus dimulai dari guru. Guru bukan hanya
mengajarkan pelajaran karakter, tetapi guru harus mampu menempa dirinya agar berkarakter.
Siswa bukan barang mati yang dapat diperdaya dengan berbagai contoh baik, tetapi guru
tidak melakukan hal itu. Pendidikan karakter mengedepankan contoh dan perilaku daripadailustrasi angka yang mereduksi hakikat karakter sendiri. Materi pendidikan karakter
dipahamkan melalui kegiatan belajar mengajar dalam metode, dan bukan ditagihkan melalui
tes.
Pendidikan karakter dapat diimplementasikan dalam setiap ranah pelajaran atau diberikan
secara tersendiri. Guru harus benar-benar memiliki sikap yang jelas dalam menjalani
kesehariannya karena itulah hakikat karakter. Sikap dan perilaku yang tegas dan jelas
didasarkan pada kebenaran moral tentu menjadi acuan siswa dalam berpikir. Guru tidak lagi
harus duduk di meja sambil membaca buku atau menikmati tontonan presentasi siswa. Guru
harus mampu menjadi inspirator setiap siswa dalam belajar.
Mata pelajaran adalah sarana yang menjembatani antara guru dan siswa dalam berelasi. Guru
tidak mungkin lepas dari materi pelajaran. Guru juga harus mampu mengembangkan
materinya sehingga mampu melahirkan kebiasaan diskusi dan eksplorasi akademis. Wajar
jika dalam pendidikan kewarganegaraan, siswa mampu diajak berpikir mendasar mengenai
fungsi disiplin diri dalam bermasyarakat. Hal ini akan menumbuhkan semangat saling
menghargai tanpa harus memaksa atau dipaksa untuk memahami orang lain. Dalam pelajaran
Matematika, guru harus mengutamakan proses penyelesaian soal walaupun ada cara singkat.
Hal ini melatih siswa untuk berpikir struktural dan setia pada proses (tekun). Jika latihan
model tersebut jika diberikan secara teratur, karakter akan terbentuk tanpa disadari siswa
sendiri.
R anah pendidikan karakter
Karakter dapat diolah melalui berbagai aktivitas yang didasari dengan sikap moral yang benar. Siswa pertama kali dapat dilatih untuk disiplin. Disiplin diri adalah kunci pertama
untuk mengatur mekanisme pribadi. Apabila setiap pribadi mampu mengolah dan mengatur dirinya, ia akan membentuk manajemen diri sehingga siswa mampu menghargai waktu.
Hal kedua yang dapat dilakukan adalah melatih kejujuran. Kejujuran sering diucapkan tetapi
sulit dilakukan. Kejujuran tidak muncul dan tumbuh secara alamiah mengingat salah satu
sifat manusia adalah egois. Berlaku jujur harus dilatih dan diawasi secara ketat. Hal ini
memberikan keuntungan ganda yaitu pembentukan pribadi yang jujur dan melatih siswa
melakukan kontrol sosial.
Hal ketiga adalah memberikan ruang ekspresi yang cukup. Siswa harus diberikan kesempatansebanyak mungkin untuk mengekspresikan dirinya. Hal ini penting untuk penyaluran
emosional. Aktivitas belajar di kelas dengan jadwal yang ketat membuat siswa menjadilemah kreasi. Kebiasaan nongkrong di luar sekolah terjadi karena tidak ada ruang ekspresi
bagi siswa di sekolah.
Anggapan yang muncul bahwa sekolah favorit adalah sekolah dengan kemampuan kognitif
tinggi tidak sepenuhnya benar. Kognitif tinggi tanpa disertai karakter yang baik akan
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 6/11
menghasilkan siswa dalam "cangkang-cangkang akademis "yang minus nurani. Saluranemosional sangat penting dalam ranah pendidikan karakter. Jika sekolah sebagai lembaga
pendidikan mampu menyeimbangkan hal tersebut, fenomena remaja nongkrong mungkindapat berkurang karena sekolah telah memberikan ruang bagi mereka. Keuntungan lain dari
ekspresi adalah mampu menghargai perbedaan orang lain atau kultur lain tanpa harus
mengerutkan dahi.
Melatih siswa berpikir kritis sangat penting adalah bagian selanjutnya. Berpikir kritis akan
menghasilkan sikap keberpihakan. Hal ini dapat dilakukan dengan berdiskusi atau berdebat di
kelas. Berpikir kritis dengan model debat untuk melatih siswa mampu mendengarkan
argumen atau opini orang lain. Debat bukan melatih siswa asal berpendapat, tetapi memberi
kesempatan saling mencermati.
Ranah terakhir adalah ranah empati. Karakter harus mampu mencerminkan sikap empati.
Sikap inilah yang akan mewarnai kehidupan setiap siswa. Siswa harus dilatih untuk mengerti
keadaan orang lain secara utuh. Jika hal ini dapat dilatihkan kepada setiap individu siswa,
sikap tolong-menolong, ramah, sopan, dan tata krama akan terwujud.
Perlu kiranya pendidikan karakter segera direalisasikan dengan paradigma humanis, bukan
akademis semata. Pendidikan karakter bukan pelajaran yang harus dites dan dinilai dengan
angka atau huruf mutu, tapi lebih ditekankan pada latihan terintegrasi dengan setiap aktivitas
sekolah.
IG KINGKIN TEJA ANGKASA Guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Pendidikan Karakter Bangsa
Kamis, 28 Oktober 2010 | 13:45 WIB
Oleh ANANG
Ada agenda besar dalam dunia pendidikan kita yang secara makna terdengar tidak begitu
asing, yakni kebijakan nasional tentang pendidikan karakter bangsa. Istilah pendidikan
karakter terasa sangat akrab karena kata pendidikan dan karakter begitu sering terdengar.
Ketika kedua kata sakral tersebut disatukan, muncul harapan akan terbangunnya suasana dan
semangat baru dalam kehidupan berbangsa.
Pewacanaan agenda ini sangat tepat mengingat masyarakat saat ini sedang mengalami
kelesuan saat harus memikirkan masalah pendidikan dan hal yang berkaitan dengan karakter
bangsa. Kelesuan ini terus bergulir bagai bola salju serta sering membuat masyarakat
pesimistis dan kehilangan arah. Ketika karakter bangsa saat ini berada di titik nadir yang
mengkhawatirkan, masyarakat mulai menduga, masalah pendidikanlah yang harus pertama
kali dibenahi. Hal ini wajar mengingat geliat dunia pendidikan Tanah Air terkesan berjalan ditempat.
Drama para petinggi negara, yang notabene adalah orang-orang terdidik, di panggung politik
dengan berbagai adegan gelinya jelas mengisyaratkan retaknya kepribadian bangsa. Hal itu
semakin memperkuat kekecewaan akan dunia pendidikan. Para anggota Dewan dan pejabat
terhormat seakan telah berhasil memberikan contoh bagaimana beradu jotos dan berjalan-
jalan di luar negeri. Mereka dengan mudah menyaksikan dan mencontoh sandiwara itu dalam
arena yang lebih luas dan bentuk aksi yang lebih keras.
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 7/11
Adalah tepat ketika kebijakan nasional pendidikan karakter bangsa ini digulirkan saat realitas bangsa sedemikian runyam. Jika agenda besar yang dirancang dalam tiga tahapan, yaitu
2010-2014, 2015-2019, dan 2020-2025, ini benar-benar diikuti dengan langkah besar dankomitmen nyata, masyarakat siap mendukung. Karakter bangsa Indonesia adalah memiliki
tingkat loyalitas dan nasionalisme yang cukup tinggi. Namun, sebaliknya, jika ternyata hal ini
hanya berakhir sebatas agenda tanpa diikuti langkah-langkah konkret, kekecewaan
masyarakat kepada pemerintah akan semakin besar.
Agenda semu?
Dibutuhkan langkah strategis yang realistis agar agenda besar pendidikan karakter bangsa ini
tidak hanya dikenal dalam slogan, tetapi juga menjadi agenda bersama yang lebih tampak dan
berdampak. Adalah tepat ketika Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan
menyelenggarakan kegiatan Gelar Aksi Karakter Siswa Indonesia (Galaksi) pada 26-28
Oktober 2010, yang merupakan rangkaian untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda.
Kegiatan yang melibatkan pelajar dari 26 kota dan kabupaten se-Jabar ini diorientasikan
untuk menggali dan menunjukkan ragam potensi yang mencirikan kekhasan pribadi bangsa
Indonesia yang bersumber dari budaya lokal Jabar. Jelas bahwa ini bukan kegiatan kecil,
tentu dengan biaya yang tidak kecil pula.
Anggaplah kegiatan ini sebagai tonggak awal untuk mencari, membentuk, dan
mempertahankan karakter bangsa Indonesia khas Jabar. Bagaimana kegiatan ini
diselenggarakan serta anggaran didapatkan, dialokasikan, dan dipertanggungjawabkan adalah
pelajaran pertama. Sementara hal lain berupa gelar seni dan budaya adalah sisi ornamental
sebagai pewarna dan pemanis acara. Jika demikian yang terjadi, pribadi bangsa Indonesia
khas Jabar akan sesuai dengan makna peribahasa hade gogog, hade tagog, lantang saat
bersuara dan berwibawa saat diam.
Kekhawatiran yang muncul adalah adanya orientasi oportunis dan mental korup. Alih-alihmembangun pribadi berkarakter Indonesia khas Jabar, yang didapat justru terciptanya lahan
praktik pribadi semrawut yang ditularkan dari pusat ke daerah. Kesemrawutan ini munculdalam bentuk perilaku tidak jujur, oportunis, korup, dan berbagai karakter buruk lain yang
dipraktikkan saat kegiatan dilaksanakan.
Langkah strategis
Ada catatan yang perlu dipikirkan dalam membentuk karakter bangsa. Pertama, lebih
mengedepankan figur dan contoh ketimbang slogan. Masyarakat menunggu kehadiran sosok-
sosok jujur, disiplin, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Mereka dikenal atas dasar kerja
dan dedikasi, bukan kata dan janji-janji.
Kedua, mengedepankan praktik, bukan teori. Maknanya, jujur adalah pekerjaan, bukan
perkataan. Ketiga, berpijak pada hal realistis dan tidak membubung. Masyarakat tidak
berharap hadirnya kalimat-kalimat sakral yang indah tetapi sulit dicapai. Masyarakat butuh
kalimat-kalimat sederhana dari orang yang jujur dan dapat dipercaya.
Hal terbesar yang dihadapi pemerintah saat hendak menggulirkan wacana baru adalah
masalah kepercayaan publik. Masyarakat masih merasakan jarak yang begitu jauh antara janji
dan kenyataan setelahnya. Masyarakat terlalu sering menemukan kesenjangan itu. Berita
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 8/11
kerap menggiring pemerintah sebagai sosok adigung, yang susah disentuh, yang semakin jauh, dan makin tak mungkin bisa disentuh. ANANG Guru SMAN 2 Kota Sukabumi;
Pengurus Asosiasi Guru Penulis PGRI Provinsi Jabar lustrasi
9 PILAR PENDIDIKAN HOILISTIK BERBASIS KARAKTER
Indonesia Heritage Foundation telah mengembangkan dan mempraktekkan sebuah modelPendidikan Holistik Berbasis Karakter untuk TK dan SD. Model pendidikan ini menerapkan
teori-teori sosial, emosi, kognitif, fisik, moral, dan spiritual. Model ini diharapkan dapat
memampukan setiap anak untuk berkembang sebagai individu yang terintegrasi dengan baik
(secara spiritual, intelektual, sosial, fisik, dan emosi, yang berpikir kreatif secara mandiri, dan
bertanggung jawab).
Pendidikan Holistik Berbasis Karakter bertujuan untuk membangun seluruh dimensi manusia
dengan pendekatan pada pengalaman belajar yang menyenangkan dan inspiratif untuk anak-
anak. Guru-guru akan diperlengkapi dengan pengetahuan teoritis dan praktis mengenai
³Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan´, ³Pembelajaran yang Ramah Otak´,
³Kecerdasan Emosi´, ³Komunikasi Efektif´, ³Penerapan Pendidikan 9 Pilar Karakter secaraEksplisit (mengetahui, merasakan, dan melakukan)´, ³Kecerdasan Majemuk´, ³Pembelajaran
Kooperatif´, ³Pembelajaran Kontekstual´, ³Pembelajaran Berbasis Pertanyaan´, ³ManajemenKelas Efektif´, ³Pembelajaran Siswa Aktif´, ³ Whole Language ´, ³Aplikasi Modul
Pendidikan Holistik Berbasis Karakter´, ³Aplikasi Modul Karakter di ruang kelas´, ³Teknik Bercerita´, ³Kreativitas dan Origami´, dan lain-lain.
Model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter adalah model pendidikan yang tidak hanya
memberikan rasa aman untuk anak, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang nyamandan menstimulasi suasana belajar untuk anak.
1. Guru harus diberikan training terlebih dahulu sebelum menerapkan model pembelajaran
ini di sekolah. Tujuan dari training ini adalah memotivasi dan membentuk guru agar dapatmenjadi guru yang ramah dan penyayang yang dapat memotivasi anak serta dengan tulusdapat memberikan cintanya secara tulus pada anak. Dalam training, guru akan memperoleh
berbagai pengetahuan terbaru yang aplikatif dapat diterapkan langsung, seperti Pendidikanyang Patut Menurut Perkembangan Anak ( Developmentally Appropriate Practices ),
Pembelajaran yang Sesuai dengan Kerja Otak ( Brain-based Learning), Metode Belajar Aktif ( Student Active Learning & Inquiry-based Learning ), Komunikasi Efektif, Manajemen
Kelas, Teknik Bercerita, dll. Kemampuan guru ini akan membantu anak di sekolah dalam hal:
a. Menumbuhkan rasa percaya diri anak
b. Anak merasa aman dan nyaman
c. Mengembangkan perasaan anak bahwa dirinya memiliki kemampuan dan dihargai sebagai
seorang individu yang unik
Hubungan emosional yang kuat antara guru dan anak akan terjalin dan menjadi modal utamauntuk membantu anak-anak di kelas. Terutama bagi anak-anak yang mengalami trauma,
karena dengan demikian akan terbentuk kepercayaan, juga perasaan aman dan nyaman dikelas.
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 9/11
2. Model ini memberikan kesempatan yang luas pada anak untuk mengembangkan seluruhdimensi holistik yang dimilikinya sebagai dari seorang manusia. Tidak hanya pengembangan
aspek kognitif (otak kiri atau hapalan), tapi juga pengembangan aspek emosi, sosial,kreativitas, dan spiritualitas (otak kanan) yang keseluruhannya tercakup di dalam modul
pembelajaran. Dengan metode ini, anak-anak yang mengalami trauma memiliki kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya baik secara verbal, melalui gambar, permainan, tulisan,
ataupun bentuk lainnya sehingga dapat mengurangi rasa takut dan tidak nyaman.
3. Model pembelajaran ini bertujuan untuk membentuk karakter positif anak melalui
pengembangan 9 Pilar Karakter secara intensif. Yaitu meliputi aspek mengetahui, mencintai
dan melakukan kebaikan ( knowing, loving, and acting the good ). Metode ini akan
membentuk suasana kelas yang bersahabat, kebersamaan, saling mendukung dan menghargai
dengan sesama temannya.
4. Model ini juga menyediakan alat bantu mengajar yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Dengan demikian guru dapat memberikan pengalaman belajar yang
konkrit, kontekstual sehingga merangsang anak belajar secara aktif, menyenangkan dan tanpa
beban. Pada umumnya di kelas yang menggunakan metode lama (klasikal), anak akhirnya
merasa terbebani karena penggunaan alat bantu mengajar yang tidak sesuai dengan perkembangan anak, metode mengajar yang tidak sesuai dengan kerja otak, dan cara
komunikasi guru yang tidak tepat. Karena itulah Model Pembelajaran Holistik BerbasisKarakter ini tepat bagi anak-anak yang mengalami trauma.
5. Anak akan memiliki perasaan bahwa dirinya memiliki kemampuan karena dalam metode
pembelajaran ini anak diberikan banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar nyata
secara langsung ( hands-on activities, seperti misalnya kegiatan matematika, sains, memasak,
berkebun). Perasaan bahwa dirinya mampu akan berkembang pada tumbuhnya rasa percaya
diri. Selain itu akan tumbuh pula kerja sama diantara anak. Karakter ini akan membantu anak
untuk mengatasi rasa traumanya dan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa di masa
depannya nanti ia akan berhasil.
I. R efleksi harian atau apersepsi. Setiap pagi anak-anak diminta untuk berefleksi selama 20 menit dalam pengajaran pilar pada
hari itu. Waktu refleksi ini memberikan anak-anak kesempatan untuk mengekspresikansecara verbal pengetahuan mereka, kecintaan (perasaan), dan bagaimana mereka sudah
menerapkan pilar (prinsip dari Dr. Thomas Lickona: mengetahui yang baik, merasakan yang baik, dan melakukan yang baik). Mengajarkan pilar-pilar selama tahun-tahun sekolah,
dimana setiap pilar dirotasi setiap dua atau tiga minggu sekali. Sembilan Pilar Karakter
adalah:
1. Cinta Tuhan dan Segenap Ciptaan-Nya
2. Tanggung jawab, Kedisiplinan, dan Kemandirian
3. Kejujuran/ Amanah dan Diplomasi
4. Hormat dan Santun
5. Dermawan, Suka Menolong, dan Gotong-royong/ Kerjasama
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 10/11
6. Percaya Diri, Kreatif, dan Pekerja Keras
7. Kepemimpinan dan Keadilan
8. Baik dan Rendah Hati
9. Toleransi, Kedamaian, dan Kesatuan
Pilar-pilar tersebut dilengkapi tambahan praktek dari Kerapian, Keamanan, Kebersihan, dan
Kesehatan. Manual pengajaran 9 pilar karater disediakan untuk guru, yang mencakupmengetahui (knowing), merasakan (feeling), dan melakukan yang baik (acting the good).
Manual ini dilengkapi dengan 112 buku cerita yang terkait dengan setiap pilar. Ada 10 bukudisplay karakter dan kertas kerja dengan gambar-gambar berwarna untuk anak.
II. Kurikulum Terintegrasi Berbasis Karakter.
Model ini telah mengadaptasi prinsip- prinsip pembelajaran terpadu ke dalam pendidikan
berbasis karakter. Menggunakan metode mengajar interdisipliner secara tematis, setiap
pelajaran (subjek) dalam kurikulum telah terintegrasi. Untuk Taman Kanak-Kanak (TK), ada
6 sampai 7 aktivitas, yang di dalamnya mencakup:
a. Imajinasi -di sentra ini anak dicelupkan dalam kegiatan berfantasi dan berimajinasi untuk
merangsang kreativitas.
b. Aktivitas Rancang Bangun ± Kurikulumnya mendorong eksplorasi dan permainan dengan balok-balok kayu (dan mainan-mainan lain yang sejenis). Kegiatan ini mengembangkan
konsep dasar spatial, logika-matematika dan rasa seni yang mendorong tumbuhnya karakter percaya diri, kreatif dan pantang menyerah, dan kerjasama.
c. Aktivitas Koordinasi tangan dan mata (Seni dan Kreativitas). Aspek kurikulum inimencakup seni yang memungkinkan anak-anak bekerja dengan tangan mereka. Contohnya,
finger-painting (melukis dengan jari), membentuk tanah liat, dan mencocok atau melipat
kertas. Ini juga mencakup olahraga dan aktivitas fisik seperti melompat, menendang bola,
sepak bola, dan kegiatan lainnya yang membutuhkan koordinasi bagian-bagian tubuh.
Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan penghargaan diri.
d. Eksplorasi -Aspek kurikulum ini dirancang untuk menciptakan dan meningkatkan
keingintahuan untuk belajar. Kurikulum ini mengintegrasikan kognitif, sosial, emosi, fisik,dan pengembangan moral sebagai dasar untuk eksplorasi. Kegiatan ini merupakan upaya
untuk tumbuhnya rasa keingintahuan yang besar sebagai dasar tumbuhnya karakter cintakepada Tuhan dan alam semesta, kasih sayang, kepedulian, kerjasama, pantang menyerah,
kerja keras, amanah, hormat dan santun. Bereksplorasi dengan alam merupakan cara yangdapat membantu pembentukan jiwa yang penuh kepedulian, kekaguman, cinta dan kasih
sayang.
e. Alam ±Aspek kurikulum ini dirancang untuk menolong anak, tidak hanya balajar tentang
alam (berkebun, ternak, atau kolam ikan), tetapi juga untuk memiliki apresiasi dan penghargaan terhadap alam. Anak-anak didorong untuk mengamati tanaman-tanaman yang
bertumbuh, memelihara, dan menanamnya, dan juga bertanggung jawab untuk memberi
5/8/2018 Pendidikan Berbasis Karakter - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-karakter-559abeb5e9676 11/11
makan binatang. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, anak-anak akan belajar tanggung jawab,dapat dipercaya, empati, dan mencintai seluruh ciptaan Tuhan.
f. Akademik ± Akademik sangat penting dalam mempersiapkan anak-anak TK untuk
memasuki Sekolah Dasar (SD). Huruf alfabet dan angka-angka diperkenalkan dengan cara
yang menyenangkan dan menarik (bukan mengajar membaca, menulis, berhitung).
g. Agama (optional) ± Kurikulum dirancang untuk membantu pengembangan spiritualitas dan
atau moralitas. Ini untuk membantu anak mengembangkan kecintaan pada Tuhan dan
ketaatan serta hormat pada Tuhan.
III. Pembelajaran Menyenangkan, Aktif dan Hands-On .
Setiap aspek kurikulum diterapkan menggunakan ´ Active and Hands-on Learning ´ dan pendekatan belajar kontekstual, yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang
menyenangkan dan menantang.
IV. Co-parenting Para orang tua diberikan pedoman untuk menerapkan setiap pilar karater di rumah. Pada
permulaan setiap pilar, masing-masing orang tau diberikan surat pemberitahuan yang berisi
informasi pilar, definisi, dan daftar aktivitas yang direkomendasikan, yang dapat dilakukan
oleh orang tua di rumah untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. Pada akhir periode pilar
(2-3 minggu), setiap orang tua diminta untuk mengisi lembar kuesioner, yang menanyakan
tentang pnegalaman mereka, perasaan, dan pengamatan atas perkembangan karakter anak
mereka.
Metode Evaluasi:
Para siswa dievaluasi dalam hal perkembangan dalam kepribadian baik (karakter yang baik,
kasih sayang, kebaikan, dll), perkembangan dan keunikan talenta dan bakat, dan perkembangan dalam kekritisan pribadi. Evaluasi menilai bagaimana para siswa dapat
mengingat informasi, mengerti, menerapkan, menganalisa, dan menyatukan
informasi/pelajaran.
Ujian terstandarisasi dan raport dengan penilaian angka ( letter-grade ) tidak digunakan. Para
siswa tidak dibandingkan satu dengan yang lain, dan juga tidak diberikan label dalam cara
apapun.
Para siswa menunjukkan prestasi melalui portofolio, proyek-proyek, pertunjukan, sosio-
drama, essay/tulisan, diskusi perorangan dengan guru dan siswa, tugas pribadi, dan juga prestasi perorangan dalam seni, musik, matematika, menulis, ilmu pengetahuan (sains), dll
(siswa unggul dalam berbagai bidang/cara yang berbeda-beda).