pendekatan diagnosis perdarahan pada anak

60
Referat PENDEKATAN DIAGNOSIS PERDARAHAN PADA ANAK Oleh : Karolin Trisnawelda 1010312054 Cut Mutiara Sabrina 1010313071 Ilham Rizka Putra 1010313076 Nur Afany 1010313115 Deasy Archika Alvares 1110313013 Yelvi Novita Roza 1110312096 Putra Pratamadinata 1110312026 Diynie Fadhilla Fahmi 1110312110 Pembimbing : Dr. Ismatul Amri Supervisor : Dr. Firman Arbi, Sp.A (K) Dr. Amirah Zatil Izah, Sp.A

Upload: karolin-trisnawelda-laseno

Post on 07-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Referat

PENDEKATAN DIAGNOSIS PERDARAHAN PADA ANAK

Oleh :

Karolin Trisnawelda 1010312054

Cut Mutiara Sabrina 1010313071

Ilham Rizka Putra 1010313076

Nur Afany 1010313115

Deasy Archika Alvares 1110313013

Yelvi Novita Roza 1110312096

Putra Pratamadinata 1110312026

Diynie Fadhilla Fahmi 1110312110

Pembimbing :

Dr. Ismatul Amri

Supervisor :

Dr. Firman Arbi, Sp.A (K)

Dr. Amirah Zatil Izah, Sp.A

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

2015

Page 2: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karuniaNya sehingga referat yang berjudul “ Pendekatan Diagnosis Perdarahan

Pada Anak” ini dapat kami selesaikan. Referat ini merupakan salah satu syarat

mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS. Dr. M.

Djamil Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak

membantu penyusunan referat ini, khususnya kepada dr. Firman Arbi, SpA(K)

dan dr. Amirah Zatil Izah, Sp.A sebagai preseptor dari Referat dan Dr. Ismatul

Amri selaku pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan dan dukungan

moril maupun materi dalam penyusunan referat ini. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang banyak

membantu dalam penyusunan referat ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai

masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata penulis

berharap semoga referat ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan

pemahaman semua pihak tentang “Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak”

Padang, September 2015

Penulis

ii

Page 3: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

Daftar Gambar..................................................................................................................iii

Daftar Tabel......................................................................................................................iv

Daftar Singkatan...............................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Batasan Masalah ......................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3

1.4 Metode Penulisan......................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ………..........................................................................................4

2.2 Etiologi…………………………………………………...........................4

2.3 Epidemiologi…………………………………………………………......5

2.4 Mekanisme Pembekuan Darah…...............................................................6

2.5. Patofisiologi Perdarahan Pada Anak.........................................................13

2.6. Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak..........................................18

BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan...............................................................................................30

5.2. Saran.........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................32

iii

Page 4: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

DAFTAR GAMBAR

Gambra 2.1. Klasifikasi Penyebab Perdarahan...................................................................5

Gambar 2.2. Jalur Intrinsik dan Ekstrinsik Pembekuan Darah...........................................10

Gambar 2.3. Jalur –Jalur Mekanisme Pembekuan Darah Normal......................................11

Gambar 2.4. Algoritma Pemeriksaan Skrining Laboratorium pada Perdarahan……….... 24

Gambar 2.5. Algoritma Pemeriksaan Perdarahan pada Anak…………………………… 27

iv

Page 5: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Gangguan Fungsi Trombosit yang Diturunkan.................................................16

Tabel 2.2. Diferensial Diagnosis Kelainan Perdarahan dan Memar...................................22

Tabel 2.3. Interpretasi Skrining Tes dan Tes Lanjutan yang Dianjurkan...........................25

Tabel 2.4. Trombositopenia yang Diturunkan....................................................................26

Tabel 2.5. Beberapa Diferensial Diagnosis Perdarahan pada Anak...................................28

v

Page 6: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

DAFTAR SINGKATAN

AD Autosomal Dominant

AR Autosomal Resesif

aPTT Activated partial thromboplastin time

CBC Complete blood count

DIC Disseminated Intravascular Coagulation

FII Factor II (prothrombin)

FV Factor V

FVII Factor VII

FVIII Factor VIII

FIX Factor IX

FX Factor X

FXI Factor XI

FXII Factor XII

FXIII Factor XIII

HSP Henoch – Schonlein Purpura

ICH Intracranial hemorrhage

INR International normalized ratio

ITP Immune thrombocytopenia

PAI-1 Plasminogen activator inhibitor type 1

PBQ Pediatric Bleeding Questionnaire

PFA-100® Platelet function analyzer-100

PT Prothrombin time

TT Thrombin time

VKA Vitamin K antagonist

VWD von Willebrand disease

VWF von Willebrand factor

VWF:Ag VWF antigen

VWF:RCO VWF activity (ristocetin cofactor assay)

vi

Page 7: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Perdarahan adalah keluarnya atau hilangnya sebagian darah dari sistem

vaskular baik disebabkan oleh rupturnya pembuluh darah akibat trauma atau kelainan

hemostasis.1 Ketika terjadi trauma, pembuluh darah yang terkena akan mengalami

kerusakan dan menyebabkan terjadinya perdarahan. Pada kondisi fisiologis, tubuh

berusaha mengkompensasi kehilangan darah dengan menutup kerusakan pada dinding

pembuluh darah sehingga proses kehilangan darah dapat dikontrol atau dihentikan.2

Proses demikian dapat berlangsung dengan baik apabila seluruh komponen

hemostasis terlibat, diantaranya komponen vaskular, trombosit dan koagulasi. Apabila

salah satu dari komponen tersebut mengalami defek atau kelainan, maka akan

menimbulkan perdarahan meskipun dengan trauma minimal ataupun tanpa disertai

riwayat trauma sebelumnya.3 Gejala perdarahan tersebut dapat berupa ptekie, purpura,

ekimosis, hemarthrosis, hematemesis, melena, dan yang lainnya.

Penyebab perdarahan secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan

kelainan hematologi atau non hematologi. Perdarahan yang disebabkan kelainan

hematologi bisa berupa kelainan trombosit seperti ITP dan koagulasi berupa hemofili

dan penyakit VWD, sementara yang termasuk penyebab non hematologi adalah

trauma, kekerasan, ulkus, varises, telangiectasia dan angiodisplasia.4

Pada anak- anak, perdarahan merupakan hal yang normal dan cukup sering

dialami terutama yang disebabkan oleh trauma.3 Namun pada beberapa kondisi, gejala

perdarahan dapat merupakan tanda dari kelainan hemostasis.5 Sebagai contoh, ptekie

atau epistaksis dapat disebabkan oleh adanya defek primer pada trombosit atau

1

Page 8: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

pembuluh darah. Sementara gejala perdarahan berupa memar bisa disebabkan oleh

defek primer maupun sekunder akibat gangguan proses pembekuan darah.6 Perlu

diingat, perdarahan tidak hanya mengenai kulit dan mukosa tetapi juga dapat

mengenai organ tubuh lainnya termasuk saluran cerna, jaringan ikat, otak, rongga

sendi, dan seterusnya.

Kelainan hemostasis dapat bersifat kongenital atau didapat.5 Pada anak laki-

laki, kelainan hemostasis herediter yang paling sering dialami adalah hemofilia karena

terkait X-link.4 Sementara menurut beberapa studi menyatakan penyebab tersering

perdarahan pada anak yang bersifat herediter adalah penyakit Von Willebrand. Salah

satunya berdasarkan penelitian yang dilakukan El Bustany, dkk dari National

Research Center Kairo pada tahun 2008 didapatkan dari 43 anak yang diteliti, 27,9%

menderita penyakit Von Willebrand, 25,5% hemofilia A, 7% dengan hemofilia B,

16,3% mengalami disfungsi trombosit, sedangkan sisanya tidak dapat ditentukan

diagnosisnya.7 Sementara pada tahun 2012 dilakukan penelitian bersifat single center

di Kairo dengan total responden 667 pasien, ternyata didapatkan 27,2% menderita

kelainan koagulasi dengan persentase terbesar hemofilia A 70,6% dan hemofilia B

13,9%, kemudian 72,7% mengalami gangguan trombosit dengan 74,8% menderita

purpura trombositopenia imun, 11,2% dengan glanzman syndrome, 6,6% penyakit

Von Willebrand dan sisanya tidak dapat diklasifikasikan.8

Gambaran klinis perdarahan pada anak cukup luas spektrumya, mulai dari

berupa perdarahan tersembunyi hingga perdarahan masif. Hal ini menjadi tantangan

tersendiri dalam menentukan apakah anak tersebut membutuhkan pemeriksaan

lanjutan atau tidak karena gejala klinisnya seringkali tidak terlalu menonjol di awal.

Akhirnya kondisi tersebut sering luput dalam penegakan diagnosis. Evaluasi pasien

melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik secara komprehensif dapat membantu untuk

2

Page 9: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

menentukan apakah pasien perlu pemeriksaan laboratorium lanjutan atau tidak.

Sehingga diagnosis secara spesifik dapat ditegakkan terutama terkait dengan

pengobatan yang akan diberikan.6

Kondisi perdarahan dapat mengancam nyawa terutama komplikasi perdarahan

masif yang berakibat pada kondisi syok dan perdarahan pada organ vital seperti otak,

paru, ginjal dan hepar. Selain itu, juga dapat terjadi anemia berkepanjangan akibat

adanya perdarahan tersembunyi. Kondisi ini, secara tidak langsung dapat

mengganggu proses tumbuh dan berkembangnya anak. Oleh sebab itu, penting untuk

mengetahui dan memahami teknik pendekatan diagnosis yang tepat sehingga

penegakan diagnosis dan penatalaksanaan perdarahan pada anak menjadi lebih baik

guna menghindari risiko komplikasi yang lebih parah dikemudian hari.

1. 2. Batasan Masalah

Batasan penulisan refrat membahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi,

fisiologi, patofisiologi dan diagnosis perdarahan pada anak.

.

1. 3. Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang

pendekatan diagnosis perdarahan pada anak.

1. 4. Metode Penulisan

Penulisan referat ini menggunakan tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai

literatur.

3

Page 10: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Definisi

Perdarahan merupakan keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan

atau robekan pembuluh darah. Ada dua tipe perdarahan, yaitu perdarahan yang berasal

dari pembuluh darah dan perdarahan yang karena kelainan komponen pembekuan

darah. Perdarahan dari pembuluh darah pada umumnya bersifat lokal, sedangkan

perdarahan karena faktor pembekuan pada umumnya bersifat sistemik.9

Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah medis yang

mengarah ke pembekuan darah sehingga darah keluar terus-menerus. Ketika seseorang

memiliki kelainan pendarahan mereka memiliki kecenderungan untuk berdarah lagi.

Kelainan dapat disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari kelainan dalam

darah itu sendiri terutama kelainan pada faktor pembekuan darah atau platelet.10

Pembekuan darah, atau koagulasi, adalah proses untuk mengendalikan

perdarahan, mengubah darah dari cair ke padat. Proses ini bersifat kompleks yang

melibatkan sebanyak 20 protein plasma berbeda, atau faktor pembekuan darah. Proses

kimia kompleks ini menggunakan faktor pembekuan untuk membentuk suatu zat yang

disebut fibrin. Ketika faktor-faktor koagulasi tertentu kurang atau hilang, maka proses

ini tidak terjadi secara normal.11

2. 2. Etiologi

Secara umum perdarahan dapat disebabkan karena kelainan hemostasis yang

melibatkan seluruh komponen pembekuan darah, dan bukan kelainan hemostasis yang

umumnya bersifat lokal. Perdarahan yang bukan karena kelainan hemostasis bisa

disebabkan oleh trauma, infeksi virus, investasi cacing dan kelainan kongenital.

4

Page 11: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Sedangkan perdarahan karena kelainan hemostasis disebabkan oleh kekurangan

trombosit seperti pada ITP, kekurangan faktor pembekuan darah (hemofilia atau von

willebrand disease), dan kelainan pada endotel (DIC dan HSP).12

Gambar 2.1. Klasifikasi Penyebab Perdarahan(Modifikasi dari Lindsay McRae; Easy Bleeding, 2012)

Perdarahan yang dibiarkan akan selalu mengancam nyawa karena menimbulkan

kondisi gawat seperti syok hipovolemik. Pasien yang memiliki kelainan dalam

hemostasis, sedapat mungkin harus menghindari penyebab perdarahan non hemostasis.

Apabila pasien dengan kelainan hemostasis mendapat trauma, maka penatalaksanaan

harus segera diberikan secara adekuat untuk menghindari kematian.11

2. 3. Epidemiologi

Perdarahan terjadi pada hampir 75% kasus trauma. Setiap kejadian yang

menimbukan robekan pada pembuluh darah akan mengakibatkan perdarahan.9

Perdarahan yang timbul karena kelainan hemostasis insidensnya bervariasi tergantung

kepada jenis penyakitnya. Kelainan trombosit seperti idiopatik trombositopeni purpura

5

Perdarahan signifikan secara

klinis

Hematologi

Abnormalitas trombosit

Kualitatif

Kuantitatif

Sekuester

↑konsumsi

↓produksi

Abnormalitas faktor

Defisiensi

Inhibitor

Non HematologiAbnormalitas vaskuler

intrinsik atau abnormalitas vaskuler yang didapat

Page 12: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

(ITP) paling sering ditemukan pada anak antara umur 2 – 8 tahun, kejadian ini lebih

sering ditemukan pada wanita. Sedangkan pada von willebrand disease, kejadian dapat

mengenai 1 diantara 100 orang. Banyak dari penderita hanya mengalami perdarahan

ringan, sehingga hanya sejumlah kecil yang tahu bahwa dirinya menderita pernyakit

ini12. Berdasarkan data populasi, prevalensi dari kelainan trombosit herediter tidak

diketahui secara pasti. Sebuah survey pada pusat kesehatan anak di Jerman, Austria dan

Swiss mengestimasi kelainan trombosit ditemukan pada 2 anak per satu juta penduduk.

Ras dan etnis mempengaruhi variasi frekuensi angka kejadian secara spesifik13.

Hemofilia ditemukan pada satu dari 5000 pria, 80% menderita hemofilia A

(defisiensi faktor VIII) dan 20% hemofilia B (defisiensi faktor IX)14. VWD dapat

mengenai pria dan wanita. Namun, wanita dengan VWD lebih mudah dikenali karena

umumnya mengalami perdarahan haid yang banyak dan perdarahan lama setelah

melahirkan.12 VWD adalah gangguan perdarahan herediter terbanyak dengan insiden

antara 1:100 sampai 1:1000. Angka kejadian pada pria dan wanita sama, namun pada

wanita lebih sering ditemukan setelah adanya menorragi yang sering. Menorragi yang

sering dan signifikan sejak menarche sering di investigasi sebagai VWD. Defisiensi

faktor XI adalah penyebab ketiga terbanyak kelainan hemostasis yang ditemukan pada

populasi. Kebanyakan ditemukan pada ras Yahudi Ashkenazi14.

2. 4. Mekanisme Pembekuan Darah

Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk mempertahankan

sistem hemostatis dalam mempertahankan komponen darah tetap

dalam keadaan cair sehingga tubuh dalam keadaan fisiologik mampu

mempertahankan aliran darah dari/dalam pembuluh darah. bila

terjadi kerusakkan pembuluh darah maka system hemostatis akan

6

Page 13: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

mengatur perdarahan melalui mekanisme (1) interaksi pembuluh

darah dan jaringan penunjang, (2) interaksi trombosit dan pembuluh

darah yang mengalami kerusakan, (3) pembentukan fibrin oleh sistim

koagulasi, (4) regulasi dari bekuan darah oleh faktor inhibitor

koagulasi dan sistim fibrinolitik, (5) remodeling dan reparasi dari

pembuluh darah yang mengalami kerusakan. bila terdapat gangguan

dalam regulasi hemostatis baik oleh karena kapasitas inhibitor yang

tidak sempurna atau oleh karena adanya stimulus yang menekan

fungsi natural anticoagulant , maka akan terjadi thrombosis yaitu

suatu proses terjadinya bekuan darah dalam pembuluh darah. 15

Hemostatis dan pembekuan merupakan serangkaian kompleks

reaksi yang mengakibatkan pengendalian perdarahan melalui

pembentukan bekuan trombosit dan fibrin pada tempat cedera.

Pembekuan disusul oleh resolusi atau lisis bekuan dan regenerasi

endotel.Pada keadaan hemeostatis , hemostatis dan pembekuan

melindungi individu dari perdarahan massif sekunder akibat trauma .

Secara klinis proses terjadinya thrombosis melibatkan : 15

a Aliran darah dan pembuluh darah

b Interaksi trombosit-pembuluh darah oleh karena adanya

kerusakan endotelium

c Sistem koagulasi baik natural antikoagulan dan sistem fibrinolitik

2.4.1. Proses Pembekuan Darah melalui 3 fase :

a. Proses Koagulasi

7

Page 14: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Proses koagulasi diawali dengan pembentukan trombosiplastin, yaitu

substansia yang cepat bertindak terhadap mekanisme pembekuan darah, misalnya

saat jari tangan luka kena pisau. Selama darah mengalir dari pembuluh yang

tersayat, permukaan dimana platelet cenderung untuk berkumpul dan dihancurkan

dengan meninggalkan substansi yang dikenal sebagai faktor platelet atau pembeku

darah. Dengan adanya ion kalium dan substansi tambahan faktor platelet bereaksi

dengan faktor anti hemofilik membentuk tromboplastin. Sel-sel jaringan

tetangganya yang luka kena pisau juga akan melepaskan substansi tromboplastin. 15

b. Perubahan protrombin menjadi thrombin

Fase ke dua dari pembekuan darah melibatkan perubahan protrombin menjadi

trombin. Protrombin ialah salah satu protein plasma biasa, dibentuk di dalam hati

membentuk vitamin K, kekurangan vitamin K ini dapat mengakibatkan pendarahan,

suatu kecenderungan tidak cukup membentuk protrombin. Protrombin dibentuk di

dalam fase untuk membantu memulai merubah protrombin. Tetapi dengan adanya

ion kalsium dan faktor penghambat tertentu cukup untuk memperlengkap reaksi

tersebut15.

c. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin

Fase ketiga proses pembekuan darah melibatkan aksi trombin di dalam

merubah Fibrinogen yang dapat larut menjadi fibrin yang tidak dapat larut.

Fibrinogen adalah plasma lain yang dihasilkan oleh hati dan ditemukan di dalam

sirkulasi plasma. Mula-mula fibrin keluar sebagai jaringan-jaringan dari benang

yang cepat menjadi padat, membentuk bekuan eritrosit16. Eritrosit terperangkap di

dalam perangkap fibrin, tetapi sel-sel darah ini tidak tahu apa yang dilakukannya

dengan pembekuan itu. Selama bekuan menyusut, tampak cairan berwarna kuning

8

Page 15: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

bening keluar, cairan ini disebut serum, sama dengan plasma kecuali tanpa

fibrinogen dan unsur pembeku lainnya yang telah digunakan di dalam proses

pembekuan darah. 15

Terdapat 2 lintasan utama yang menginduksi terjadinya proses koagulasi yaitu

jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik.

2.4.2. Jalur ekstrinsik

Proses koagulasi dalam darah in vivo dimulai oleh jalur ekstrinsik

yang melibatkan komponen dalam darah dan pembuluh darah15.

Komponen utama adalah tissue factor, suatu protein membran

intrinsik yang berupa rangkaian polipeptide tunggal yang diperlukan

sebagai kofaktor faktor VIII dalam jalur intrinsik dan faktor V dalam

common pathway16.

Tissue factor ini akan disintesis oleh makrofag dan sel endotel

bilamana mengalami induksi oleh endotoksin dan sitokin seperti

interleukin dan-1 dan tumor necrosis factor. Komponen plasma

utama dari jalur ekstrinsik adalah faktor VII yang merupakan vitamin

K dependen protein (seperti halnya faktor IX, X, protrombin, dan

protein C)16. Jalur ekstrinsik akan diaktifasi apabila tissue factor yang

berasal dari sel-sel yang mengalami kerusakan atau stimulasi kontak

dengan faktor VII dalam peredaran darah dan akan membentuk

9

Page 16: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

suatu kompleks dengan bantuan ion Ca15. Kompleks factor VIIa–

tissue factor ini akan menyebabkan aktifasi faktor X menjadi Xa

disamping juga menyebabkan aktifasi faktor IX menjadi IXa (jalur

intrinsik) 15,16

2.4.3. Jalur intrinsik

Jalur intrinsik merupakan suatu proses koagulasi parallel

dengan jalur ekstrinsik, dimulai oleh komponen darah yang

sepenuhnya ada berada dalam sistem pembuluh darah. Proses

koagulasi terjadi sebagai akibat dari aktifasi dari faktor IX menjadi

faktor IXa oleh faktor XIa. <lih figure 1-4 colman> Protein contact

system (faktor XII, prekalikrein, high moleculer weight kininogen dan

C1 inhibitor) disebutkan sebagai pencentus awal terjadinya aktivasi

ataupun inhibisi faktor XI. Protein contact system ini akan berperan

sebagai respon dari reaksi inflamasi, aktifasi komplemen, fibrinolisis

dan angiogenesis15. Faktor XI dikonversikan menjadi XIa melalui 2

mekanisme yang berbeda yaitu diaktifkan oleh kompleks faktor XIIa

dan high molekuler weight kininogen(HMWK) atau sebagai regulasi

negative feedback dari trombin,3 regulasi negative feedback ini juga

terjadi pada faktor VIII dan faktor V, hal ini yang dapat menerangkan

tidak terjadinya perdarahan pada penderita yang kekurangan faktor

XII, prekalikrein dan HMWK. Faktor IXa akan membentuk suatu

kompleks dengan faktor VIIIa dengan bantuan adanya fospolipid dan

kalsium yang kemudian akan mengaktifkan faktor X menjadi faktor

Xa. Faktor Xa akan mengikat faktor V bersama dengan kalsium dan

10

Page 17: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

fosfolipid membentuk suatu kompleks yang disebut protrombinase,

suatu kompleks yang bekerja mengkonversi protrombin menjadi

trombin. Faktor IX dapat juga diaktifkan oleh faktor XIa. 16

Gambar 2.2. Jalur Intrinsik dan Ekstrinsik Pembekuan Darah15

11

Page 18: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Gambar 2.3. Jalur Jalur Mekanisme Pembekuan Darah Normal (Sumber : Peri Kamalakar; Practical Approach to A Bleeding Child.

2008)

2.4.4. Sistem Inhibisi

Merupakan mekanisme antikoagulan dalam sistem pembuluh

darah yang akan membatasi dan melokalisasi pembentukan

hemostatis plug atau trombus pada tempat terjadinya kerusakan

pembuluh darah. Inhibitor utama dari unsur-unsur sistem kontak

adalah C1 inhibitor, terutama berperan sebagai inhibitor faktor XIIa

dan juga terhadap kalikrein. Antitrombin III merupakan suatu

inhibitor utama terhadap faktor IXa, Xa, dan trombin. Di dalam

peredaran darah, terdapat cukup antitrombin III sehingga mampu

menetralisasi terjadinya trombin yang dalam darah. Akan tetapi

bilamana terjadi penurunan sekitar 40 – 50% dari jumlah normal

maka keadaan ini merupakan predisposisi terhadap terjadinya

penyakit trombotik seperti pada kasus defisiensi anti trombin III

kongenital yang mempunyai risiko tinggi terjadinya

tromboembolism. Kemampuan inhibisi yang dihasilkan anti thrombin

III akan diperkuat dengan adanya heparin, akan tetapi bila telah

terbentuk trombin maka trombin ini akan menjadi resisten terhadap

anti trombin demikian juga terhadap kompleks anti trombin dan

heparin. 15

Heparin dalam tubuh dikenal sebagai heparin kofaktor II

merupakan suatu serin protease inhibitor khususnya terhadap

trombin tidak terhadap faktor Xa. Disamping itu juga dikenal á2-

12

Page 19: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

macroglobulin yang merupakan inhibitor terhadap beberapa faktor

koagulasi dalam plasma dan terhadap enzim fibrinolitik seperti

kalikrein, plasmin dan trombin. Alfa-2 antiplasmin merupakan

inhibitor primer terhadap plasmin, bekerja mencegah terjadinya

respon fibrinogenolitik terhadap stimulus dalam darah, membatasi

terjadinya respons fibrinolitik akibat stimulus dari trombus dan

menyebabkan hemostatic plug tetap utuh sampai terjadi

penyembuhan terjadi. Pada keadaan defisiensi á2-antiplasmin maka

hemostatic plug akan melarut sebelum penyembuhan terjadi. 15,16

24. 5. Pembentukan fibrin dan fibrinolisis

Trombin bekerja pada berbagai bahan, termasuk fibrinogen,

faktor XIII, V dan VII; membran trombosit; protein S dan protein C.

Dapat dikatakan bahwa trombin memegang peran sentral dalam

mengontrol proses pembentukan hemostatic plug melalui

mekanisme positive dan negative feed back. Pembentukan fibrin

merupakan suatu proses fase kedua (setelah fase pertama agregasi

trombosit). Fibrinogen merupakan bahan dasar dari fibrin, suatu

glikoprotein dengan BM 340.000 dalton yang terdapat dalam

konsentrasi yang tinggi dalam plasma dan granul trombosit. Trombin

akan terikat pada fibrinogen dan akan membebaskan fibrinopeptida

dan membentuk fibrin monomer dan selanjutnya membentuk fibrin

polimer. Pengikatan fibrin dengan faktor XIIIa ini akan menjadikan

fibrin resisten terhadap degragasi plasmin dan keadaan ini juga

13

Page 20: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

diperkuat oleh pengaruh á2- plasmin inhibitor yang melindungi dari

fibrin terhadap efek fibrinolisis dari plasmin. Mekanisme terakhir

untuk membatasi pembentukan bekuan darah adalah fibrinolisis. 15

Mekanisme ini diperlukan untuk reparasi pembuluh darah dan

struktur jaringan lainnya bersamaan dengan pertumbuhan kembali

sel endotel dan rekanalisasi pembuluh darah. Fibrinolisis merupakan

suatu rangkaian proses aktifasi faktor-faktor pembekuan yang

meliputi konversi zimogen-enzim, mekanisme feedback potensiasi

dan inhibisi, dan reparasi struktur pembuluh darah. Pada proses

permulaan pembentuk hemostatic plug, trombosit dan sel endotel

akan melepaskan plasminogen activator inhibitor untuk menfasilitasi

pembentukan fibrin. Proses selanjut, melalui suatu proses yang

belum diketahui dengan pasti danpada waktu yang tepat, sel endotel

akan melepaskan plasminogen aktivator dan prourokinase yang

akan mengkonversi plasminogen (terutama yang terikat pada fibrin)

menjadi bentuk aktif yaitu plasmin, yang nantinya akan

mencetuskan terjadinya fibrinolisis.15

2.5. Patofisiologi Perdarahan pada Anak

1. Disfungsi Endotel

Disfungsi endotel merupakan salah satu penyebab perdarahan pada

anak,contohnya adalah Henoch – Schonlein Purpura (HSP).17 Ditemukan adanya

deposit kompleks imun yang mengandung IgA dan adanya aktivasi komplemen jalur

alternatif pada penyakit ini. Deposit kompleks imun dan aktivasi komplemen

14

Page 21: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

mengakibatkan mediator inflamasi teraktivasi, yaitu prostaglandin vaskuler, sehingga

terjadi inflamasi pada pembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi, dan abdomen.18

Jumlah trombosit pada HSP ditemukan normal atau meningkat, dapat ditemui

eosinofilia, dan peningkatan laju endap darah. Pemeriksaan kadar IgA dalam darah

mungkin meningkat. Dapat dilakukan biopsi kulit, menunjukkan adanya vaskulitis

leukositoklastik. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan imunofluoresensi,

menunjukkan adanya deposit IgA dan komplemen pada dinding pembuluh darah.

Pemeriksan radiologi yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan barium, dilakukan

jika ditemui gejala – gejala gastrointestinal, akan ditemukan penurunan motilitas

usus yang ditandai dengan pelebaran lumen usus atau intususepsi.18

2. Kelainan Fungsi Trombosit

Fungsi utama trombosit secara fisiologis adalah melakukan hemostasis,

membentuk sebuah gumpalan yang berperan sebagai sumbatan pada cedera vaskular

untuk mencegah kehilangan darah. Normalnya, gumpalan dari trombosit beredar di

dalam pembuluh darah tanpa perlekatan pada dinding endotel. Ketika suatu

pembuluh darah robek, trombosit menempel pada lapisan subendotel, berikatan

dengan kolagen subendotel via integrin α2β1 dan reseptor membran glikoprotein

GPVI, serta faktor von willebrand13.

Kelainan trombosit herediter bisa berupa kelainan fungsi dan kekurangan

jumlah. Gejala utama yang muncul pada setiap individu adalah perdarahan

mukokutan seperti memar, epistaksis, perdarahan dari orofaring atau saluran cerna

dan menorragi. Kelainan ini sering tidak terdeteksi pada usia muda kecuali memang

diketahui bahwa di dalam keluarga terdapat penderita kelainan darah, atau anak

mengalami suatu cedera yang menimbulkan perdarahan13.

15

Page 22: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Kelainan fungsi trombosit ada yang bersifat kongenital dan ada juga yang

didapat19.

a) Kongenital

a. Trombostenia (penyakit Glanzman), merupakan kelainan yang bersifat

autosomal resesif. Kelainan ini dapat menyebabkan terjdinya kegagalan

agregasi trombosit primer oleh karena terjadinya defesiensi glikoprotein

membran Iib dan III a. kelainan ini pada umumnya dijumpai pada neonatus.

Pada penyakit ini, dikarakteristikkan dengan ;

- Jumlah dan morfologi trombosit normal.

- Pemanjangan waktu perdarahan atau bleeding time.

- Berkurang arau tidak adanya retraksi pembekuan darah.

- Kerusakan agregat trombosit.

- Perdarahan mukokutaneus yang berulang.

b. Sindrom Bernard-Soulier, merupakan suatu kelianan pada trombosit di mana

trombosit berukuran jauh lebih besar dari ukuran normalnya. Selain dari

ukuran yang tidak seperti normal, juga terjadi defisiensi glikoprotein Ib,

gangguan pengikatan pada vWF, gangguan adhesi jaringan ikat sunendotel

yang terbuka, serta tidak beragregasinya trombosit dengan resistein. Hasil lab

pada kelainan ini jumlah trombosit menurun, ukuran trombosit jauh lebih

besar dibanding yang normal., serta etraksi bekuan darah normal. Ukuran

trombosit bias mencapai 2-8 mikrometer atau hamper setara dengan ukuran

eritrosit atau inti sel limfosit kecil.

c. Gray Platelets Syndrome, pada kelainan ini terjadi kekurangan atau defisiensi

α-granule dalam trombosit yang akan terlihat berwarna abu-bau dengan

penggunaan pewarnaan Wright. Kelaina ini sendiri jarang ditemukan. Pada

16

Page 23: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

pemeriksaan labor, didapatkan pemanjangan wahtu perdarahan,

trombositopenia, dan dengan pengunaan mikroskop elektron tidak

ditemukannya α-granule.

b) Didapat

a. Pengaruh obat. Pengaruh obat yang dimaksud yaitu pemakaian obat yang

bersifat anti trombosit, salah satu contohnya yaitu aspirin. Pada penggunaan

aspirin akan menyebabkann masa perdarahan yang abnormal dan juga dapat

menyebabkan terjadinya perdarahan saluran cerna . obat yang paling sering

menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi trombosit yaitu aspirin ini.

Penyebab defek pada aspirin yaitu adanya terjadi inhibisi siklo-oksigenase

dengan ganggan sintesis tromboksan A2 yang mengakibatkan terjadinya

gangguan dalam reaksi pelepaan dan agregasi dengan adrenalin dan

adenosine difosfat. Defek yang ditimbulkan ini dapat bertahan selama 7-10

hari.

Tabel 2.1. Gangguan Fungsi Trombosit yang Diturunkan(Sumber: Sara, Walter, Victor, et al. In Pediatric Blood Cancer. 2011)

Abnormalitas protein untuk perlekatan protein

Komplek GPIb-IX-V (sindrom Bernard-Souller, penyakit von willebrand )GPIIb (Glanzmann thrombasthenia)GPIa-Iia α2β1GPVIGPIV

Abnormalitas reseptor platelet agonis

Tromboksan reseptor A2

Reseptor P2Y12

Reseptor α2-adrenergik

Abnormalitas granula trombosit

Granula-δ (Sindrom Hermansky-Pudlak, sindrom Chediak-Higashi)Granula-α (sinrom platelet abu-abu, sindrom ARC, gangguan platelet Quebec, sindrom Paris-Trousseau-Jacobsen)Granula α dan δ (defisiensi α dan δ)

Abnormalitas Defek sekresi primer

17

Page 24: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

sinyal transduksi

Abnormalitas asam arakidonat / jalur tromboksan A2

Defisiensi GαqDefisiensi parsial selektif PLC-β2

Defek di pleckstrin fosforilasiDefek pada mobilisasi Ca2+

Abnormalitas sitoskeleton

Gangguan terkait MYH9 (anomali May-Hegglin, sindrom Sebastian, sindrom Fechtner, sindrom Epstein)Sindrom Wiskott-AldrichX-linked trombositopenia

Abnormalitas membran fosfolipid

Sindrom Scott

b. Gangguan Hati, terjadinya perdarahan pada pasien yang mengalami penyakit

hati sangat kompleks penyebabnya, salah satu contohnya yaitu adanya

penurunan atau berkurangnya semua faktor koagulasi dalam plasma. Pasien

yang menderita penyakit hati bisanya akan mengalami proses fibrinolisis

yang hebat, oleh karena itu akan menjadi penghambat dalam fungsi trombosit

nantinya. Membran trombosit yang rusak akan menyebabkan adanya

ganggguan pada fungsi adhesi trombosit.

3. Gangguan pembekuan darah (koagulasi)

Kelainan Pembekuan Darah Fase I20-22

a) Hemofilia : defisiensi faktor VII dan IX

Level faktor <0,01 IU/ml dikategorikan sebagai hemofilia parah, 0,01-0,05

IU/ml dikategorikan sebagai hemofilia moderat dan faktor >0,05 IU/ml

dikategorikan sebagai hemofilia ringan. Memar/ perdarahan berkorelasi

baik dengan level faktor VIII dan IX pada plasma. Tampilan klinis pada

umumnya sama pada satu jenis kasus terutama yang berasal dari famili

yang sama. Sepertiga dari pria yang didiagnosis dengan hemofilia tidak

memiliki riwayat keluarga melainkan mutasi gen de novo terkait FVIII dan

FIX14.

18

Page 25: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

b) Von Willebrand Diseases : kekurangan faktor von Willebrand yang

berfungsi membawa faktor VII dalam plasma22

FVIII dan VWF adalah ‘fase protein akut’ yang bisa timbul karena kondisi

stress, infeksi, atau penyakit sistemik. Pada golongan darah O, jumlah

FVIII dan VWF lebih rendah dari golongan darah lain14.

Kelainan Pembekuan Darah yang di dapat21 :

a) Defisiensi vitamin K : Vitamin K berfungsi untuk mensintesis faktor II

(protombin) , faktor VII, IX dan X serta antikoagulan C dan S.

19

Page 26: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

2.6. Pendekatan Diagnosis Perdarahan pada Anak

Anak dengan penyakit perdarahan sering diketahui dari gejala klinis yang khas,

hasil skiring labor yang abnormal dan riwayat keluarga23. Gejala klinis yang sering

muncul adalah mudah memar,perdarahan pada mukosa seperti, espitaksis, menorraghia,

perdarahan mulut, saluran cerna dan saluran kemih. Perdarahan yang tidak terkendali

saat operasi, perdarahan dalam pada otot atau sendi24. Anamnesa yang lengkap termasuk

riwayat keluarga, akan menghantarkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan fisik dapat

menjadi petunjuk untuk diagnosis23.

2.6.1. Riwayat medis

a. Umur

Kebanyakan kasus dengan kelainan hemostatik diturunkan yang berat, akan

terdiagnosa pada masa bayi karena perdarahan mucocutaneus yang signifikan,

perdarahan post sirkumsisi, dan perdarahan dari tali ujung pusat , perdarahan

intrakranial18. Kelainan hemostatik ringan-sedang yang diturunkan, mungkin tidak

timbul dengan perdarahan klinis sampai usia yang lebih tua, atau ketika anak

semakin aktif bergerak. Kelainan perdarahan yang didapat, dapat muncul pada

semua usia. Sebagai contoh, walaupun ITP biasanya terjadi pada usia 2-10 tahun,

kemunculan pada usia 3 bulan hingga remaja dapat terjadi24.

b. Jenis kelamin

Riwayat keluarga dengan perdarahan yang terbatas pada laki-laki, mengarah

kepada penyakit yang terikat dengan kromosom X. Beberapa penyakit hemostatic

didapat dan diturunkan muncul pada kedua jenis kelamin, walaupun terdapat

peningkatan angka kejadian pada wanita untuk vwd , defek trombosit dan defisiensi

faktor XI karena menorrhagia24 .

20

Page 27: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

c. Riwayat pengobatan umum

Riwayat kelemahan, demam, penurunan berat badan dll dapat mengarah

pada keganasan. Penyakit hati mempengaruhi sintesis dari berbagai faktor

pembekuan. Kolestatis, malabsorpsi lemak atau penggunaan antibiotik dapat

menyebabkan defisiensi vitamin K19. Sepsis dikaitkan dengan koagulopati dan

trombositopenia. Uremia juga dapat dikaitkan dengan disfungsi trombosit yang

didapat24.

2.6.2. Riwayat perdarahan

Tipe dan pola perdarahan merupakan indikator penting untuk diagnosa.

Perdarahan mucocutaneus seperti ptekie, memar, epistaksis, perdarahan saluran cerna

dan/atau menorrhagia mengarah pada kelainan pada trombosit, vwd, atau pembuluh

darah. Perdarahan spontan atau eksesif ke jaringan lunak, otot, dan sendi, atau

perdarahan pasca operasi yang sukar berhenti mengarah pada gangguan faktor koagulasi.

Perdarahan intrakranial, perdarahan post sirkumsisi atau perdarahan mukosa berat pada

awal kehidupan membutuhkan investigasi segera untuk mencari defisiensi faktor

pembekuan24. Memar atau hematom yang besar pada ekstremitas distal bisa

diindikasikan sebagai penyakit perdarahan. Hemarthomosis dengan efusi sendi, teraba

hangat dan nyeri saat gerakan pasif biasanya merupakan gejala dari hemophilia.

Menorragia yang muncul pada remaja perempuan yang memiliki penyakit perdarahan

dan sering muncul pada siklus pertama menarche. Menoragia sering diiringi dengan

anemia23,24.

Perdarahan berulang dari lokasi kecil sering diakibatkan oleh kelainan lokal

seperti epistaksis atau diverticulum meckel. Perdarahan pada anak dengan riwayat

operasi sebelumnya atau pencabutan gigi mensugestikan kelainan yang didapat daripada

21

Page 28: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

kelainan yang diturunkan. Kelainan yang didapat muncul kemudian di kehidupan dan

riwayat perdarahan pada keluarga bisa tidak ada23. Riwayat perdarahan pada anak sehat

dengan infeksi sebelumnya dan rash purpura sering terlihat pada ITP (Idiopathic

Thrombocytopenic Purpura) atau rash yang dikaitkan dengan nyeri sendi mensugestikan

HSP (Henoch Schonlein Purpura)24. Rash purpura dengan icterus mensugestikan gagal

hati, rash dengan diare dapat terlihat pada Hemolytic uremic syndrome. Memar yang

mudah terjadi juga dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin C atau dengan riwayat

pemakaian obat seperti analgesic, antikonvulsan atau steroid23.

Ptekie dan purpura dapat disebabkan oleh vaskulitis atau kelainan trombosit.

Ptekie dan purpura sejak lahir dapat mensugestikan kelainan trombosit herediter seperti

TAR atau BS syndrome23. Perdarahan membran mukosa dapat disebabkan oleh kelainan

trombosit atau vWD. Riwayat menorrhagia pada pasien perempuan mensugestikan

vWD. Perdarahan pada otot atau sendi mensugestikan kekurangan faktor pembekuan24.

Kebutuhan tranfusi yang banyak saat operasi atau setelah operasi yang biasanya

tidak menyebabkan perdarahan hebat bisa di curigai sebagai penyakit perdarahan.

Perdarahan setelah tonsilektomi atau adenotonsiklektomi yang lebih dari 7-10 hari bisa

juga dicurigai mempunyai penyakit perdarahan23. Perdarahan mukosa seperti epistaksis,

menoragia, mudah memar, ptekie dicurigai sebagai kelainan hemostasis primer. Dokter

anak harus memikirkan tentang defek platelet, vWf dab kelainan pembuluh darah.

Perdarahan dalam pada sendi dan otot dicurigai sebagai gangguan dari faktor koagulasi24.

Perdarahan dari umbilical cord atau cephalhematoma dengan riwayat persalinan

sulit atau perdarahan dari gigi yang copot atau trauma minor, atau perdarahan pada

sendi atau hematoma mensugestikan kelainan yang bersifat herediter23. Perdarahan dari

tali pusat pada hari pertama kehidupan mengarah pada defisiensi faktor XIII atau

22

Page 29: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

afibrinogenia24.Memar karena cedera akibat kecelakaan disengaja sekitar umur 1 tahun

sangat sering ketika anak-anak secara normal mulai berjalan dan terjatuh tapi terbatas

pada ekstremitas bawah dan tidak disertai ptekie atau purpura, dimana memar yang

bukan akibat cedera karena kecelakaan biasanya pada kepala, wajah, dada atau

ekstremitas bagian atas23.

2.6.3. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga berperan penting pada penyakit perdarahan dengan potensi

yang diturunkan. Kelainan perdarahan autosomal resesif lebih sering pada komunitas

etnik yang terisolasi yang mempunyai gen yang sama. Riwayat keluarga yang lengkap

harus ditanyakan termasuk sering/ tidaknya kematian neonatus pada generasi

sebelumnya, perdarahan pasca pembedahan, sirkumsisi, pencabutan gigi, menorragi, dan

perdarahan postpartum, semakin sering kejadian ini ditemukan semakin memungkinkan

adanya gangguan perdarahan14. Riwayat keluarga penting dan penting mengetahui pohon

keluarga termasuk kelahiran, jenis kelamin yang dikenai dan detil perdarahan. Jika

hanya laki- laki yang dikenai mensugestikan kelainan XR dimana kedua jenis kelamin

dapat dikenai pada kelainan AR atau AD. Memar pada neonatus bisa disebabkan oleh

sepsis atau defisiensi vitamin K atau kelainan trombosit23.

23

Page 30: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Tabel 2.2. Diferensial Diagnosis Kelainan Perdarahan dan Memar

(Sumber: Michael Ballas dan Eric H.Kraut. American Family Physician. 2008:77(8).)

2.6.4. Pemeriksaan Laboratorium

Walaupun anamnesa dan pemeriksaan mengarah pada penyakit perdarahan,

investigasi diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan dapat dibagi atas

tes skrining dan tes khusus24.

Pemeriksaan darah lengkap / Full Blood Count (FBC) dapat mengeliminasi

penyebab hematologik memar dan perdarahan, seperti trombositopenia atau sindrom

kegagalan sumsum tulang. Algoritma pertama dari diagnosis kelainan trombosit adalah

24

Page 31: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

hitung trombosit. Jumlah platelet normal atau tidak sangat menentukan klasifikasi lanjut

dari kelainan trombosit13. Pemeriksaan lain dapat berupa pemeriksaan bentuk platelet

yang dilanjutkan dengan PT dan APTT14.

PT digunakan untuk mengukur faktor pada jalur ekstrinsik dan common

pathway. Defisiensi faktor ini (paling banyak faktor VII) akan menyebabkan

pemanjangan PT. Vitamin K diperlukan untuk sintesis faktor yang penting dalam jalur

ini, oleh karena itu pasien dengan kekurangan vitamin K dapat mengalami pemanjangan

PT23,24.

PTT digunakan untuk mengukur faktor jalur intrinsic dan common pathway.

Defisiensi faktor ini (termasuk faktor VIII dan faktor IX ) akan menyebabkan

pemanjangan PTT. Faktor VII dapat ditemukan rendah pada pasien dengan penyakit von

willebrand , karena itu dapat ditemukan pemanjangan PTT23,24.

Pada pasien trombositopenia, pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan dengan

melihat ukuran trombosit. Klasifikasi ukuran kecil, normal dan besar berdasarkan MPV

harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan blood-film. Trombositopenia seringkali

ditemukan pada anak-anak. Walaupun trombositopenia herediter sering berhubungan

dengan disfungsi platelet, pada sejumlah kasus abnormalitas yang ditemukan justru tidak

spesifik13.

25

Page 32: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Gambar 2.4. Algoritma Pemeriksaan Skrining Laboratorium pada Perdarahan(Modifikasi dari Anjali and Steven. In Pediatrics in Review. 2010)

Tujuan utama pemeriksaan laboratorium pada perdarahan pada anak adalah untuk

menentukan penyebab perdarahan, apakah merupakan suatu penyebab primer atau

sekunder. Pemeriksaan awal yang diperlukan antara lain darah lengkap (termasuk

trombosit), gambaran darah tepi, prothrombin time (PT) dan partial thromboplastin time

(PTT)22.

Hitung darah lengkap, pemeriksaan darah tepi, hitung trombosit, PT, APTT

merupakan tes skrining. Bila hasilnya normal, TT dan agregasi trombosit perlu

dipertimbangkan untuk diperiksa. Pada individu dengan abnormalitas tes skrining,

pemeriksaan faktor spesifik perlu dilakukan untuk diagnosis yang lebih tepat. Pada

pasien dengan riwayat perdarahan abnormal dan adanya riwayat keluarga, hasil tes

skrining yang normal memerlukan evaulasi laboratorium yang lebih jauh24.

26

Page 33: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Tabel 2.3. Interpretasi Skrining Tes dan Tes Lanjutan yang Dianjurkan(Sumber: Budensab. In International Journal of Health Science and Research. 2012)

Dahulu, pemeriksaan untuk fungsi platelet adalah dengan pemeriksaan bleeding

time .Namun, penggunaan bleeding time dalam memprediksi perdarahan operasi masih

dipertanyakan. Dan penggunaannya telah ditinggalkan pada beberapa institusi. Platelet

function analyzer (TFA 100), telah dibuktikan lebih akurat daripada bleeding time untuk

mendeteksi penyakit von willebrand23.

TFA 100 menstimulasi pembentukan sumbatan trombosit secara in vivo dengan

mengalirkan darah pasien melalui saluran yang dilapisi dengan kolagen atau epinefrin

dan kolagen atau adenosis difosfat. Pada pasien dengan penyakit von willebrand dan

kelainan fungsi trombosit, jumlah waktu yang diperlukan bagi trombosit untuk

mengaggregasi baik dari kolagen/epinefrin dan kolagen/ADP memanjang23.

Pemanjangan waktu untuk menggumpal dengan hanya kolagen/epinefrin biasanya

menandakan efek obat seperti aspirin24.

Sensibilitas TFA-100 dalam mendiagnosa von willebrand dan kelainan fungsi

trombosit adalah 88-90% dengan spesifisitas 86-94%. Studi menyimpulkan TFA-100

merupakan tes skrining yang sangat berguna, namun kesimpulan ini masih dalam

perdebatan24.

27

Page 34: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Tabel 2.4. Trombositopenia yang Diturunkan(Modifikasi dari Sara, Walter, Victor et al. In Pediatric Blood Cancer. 2011)

Platelet kecil Sindrom Wiskott-AldrichX-linked trombositopenia

Platelet normal Kongenital megakariositik trombositopeniaAmegakariositik trombositopenia dengan sinostosi radio-ulnarTrombositopenia dengan absen radiiGangguan familial platelet dan predisposisi leukemia mieloid akutTrombositopenia autosom dominan

Platelet besar sindrom Bernard-SoullerDiGeorge / sindrom velokardiofasialSindrom Von WillebrandSindrom platelet abu-abuSindrom ARCGangguan terkait MYH9X-linked trombositopenia dengan talasemiaSindrom Paris-Trousseau-JacobsenMakrotrombositopenia mediteran jinakAnemia diseritropoietik dengan trombositopenia

28

Page 35: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Gambar 2.5 Algoritma Pemeriksaan Perdarahan pada Anak (Sumber: SickKids Handbook of Pediatric Thrombosis and Hemostasis.2013)

29

Page 36: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

Tabel 2.5 Beberapa Diferential Diagnosis Perdarahan pada Anak(Dirangkum dari Shosana, Margaret and Sara (An Approach to the Bleeding Child), Budensab (Approach to a Bleeding Child), Anjali (Bleeding Disorder), Kate Khair and Ri Liesner (Bruising and Bleeding in infants and children), Linsday (Easy Bleeding), Michael and Eric (Bleeding and Bruising: A Diagnostic Approach), dan James Shanon and Thomas (Evaluation for Bleeding Disorder in Suspected

Child Abuse)

Hemofilia Von Willebrand Defisiensi Vit K ITP PTS Kelainan fungsi trombosit

Patofisiologi

penyakit perdarahan herediter yang disebabkan oleh defisiensi faktor pembekuan darah VIII, IX dan XI

Produksi abnormal faktor von Willebrand

Defisiensi vitamin KPerdarahan akibat penghancuran trombosit berlebihan.

Trombositopenia yang terjadi akibat pengaruh imun

Kelainan pada fase fungsi trombosit (adhesi, agregasi dan pelepasan)

Etiologi Faktor VII, IX, XIFaktor von Willebrand

Defisiensi Vit K Trombositopenia

Proses infeksi, obat-obatan, pasca tranfusi, sindrom Evan, SLE, hipertiroidism, alergi, anafilaksis, kelainan limfoproliferatif

Dapat diturunkan atau didapat

Autoimun - - - + +Riwayat infeksi

sebelumnya- - - Hampir selalu ada +/- +/-

Riwayat Keluarga

+ + - - - +/-

Riwayat Penggunaan

Obat- -

Riwayat ibu mengonsumsi antikoagulan pada HDN perlu ditanyakan

+/- + bila etiologi obat + bila etiologi obat

Manifestasi Klinis

Bervariasi, mulai dari perdarahan ringan hingga berat ( memar ringan, epistaksis, hingga ekimosis generalisata, perdarahan kulit, GI, vagina hingga PIS)

Pemeriksaan fisik

Purpura, ptekie, perdarahan konjungtiva, perdarahan mukokutaneus lain Ptekie, memar pada kulit, perdarahan mukosa hidung, vagina dan perdarahan luka memanjang

Jumlah trombosit

Normal Normal Normal Menurun MenurunNormal/sedikit

menurunGambaran darah tepi

Normal Normal Normal Normal Bentuk trombosit dapat normal, kecil

30

Page 37: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

atau besarPT Normal Normal Memanjang

PTT MemanjangNormal/sedikit

memanjangMemanjang

APTT Abnormal -Faktor II Normal Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal

Faktor VII Normal Normal Aktivitas rendah Normal Normal NormalFaktor VIII Rendah Normal Normal Normal Normal Normal

Faktor IX Rendah Normal Aktivitas rendah Normal Normal NormalFaktor X Normal Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal

BT Normal Normal - MemanjangvWF Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal Normal

TatalaksanaPemberian faktor VIII atau IX

Desmopressin, komponen darah (cryopresipitate), obat fibrinolitik

Konsumsi vitamin KKortikosteroid oral, IVIG, immunoglobulin anti-D

Tergantung etiologiTransfusi trombosit, dll

31

Page 38: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perdarahan adalah keluarnya atau hilangnya sebagian darah dari sistem

vaskular baik disebabkan oleh rupturnya pembuluh darah akibat trauma atau kelainan

hemostasis. Perdarahan dan memar sering terdapat pada anak. Penyebab perdarahan

secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan kelainan hematologi (kelainan

trombosit dan faktor pembekuan) atau non hematologi (trauma, kekerasan, ulkus,

varises, telangiectasia dan angiodisplasia). Perdarahan terjadi pada hampir 75% kasus

trauma.

Pendekatan diagnosis dan tatalaksana yang tepat perlu dilakukan segera pada

anak dengan perdarahan karena resiko yang ditimbulkannya. Perdarahan dapat

mengancam nyawa dan dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Diagnosis banding

antara penyakit perdarahan dan luka akibat kecelakaan dapat dilakukan dengan

anamnesa dan pemeriksaan fisik yang baik. Perlu ditanyakan riwayat perdarahan,

riwayat pengobatan dan riwayat keluarga. Pemeriksaan fisik dapat dibantu dengan

pemeriksaan laboratorium untuk lebih memastikan diagnosis.

Pemeriksaan laboratorium pada perdarahan dibagi atas tes skrining dan tes

khusus. Bila tes skrining normal, pemeriksaan TT dan agregasi trombosit perlu

dipertimbangkan untuk diperiksa. Pada orang dengan kelainan pada tes skrining,

pemeriksaan faktor spesifik dapat dilakukan untuk mencari diagnosis yang lebih tepat.

Pada pasien dengan riwayat perdarahan abnormal dan adanya riwayat keluarga, tes

skrining yang normal memerlukan evaulasi laboratorium yang lebih jauh.

32

Page 39: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

3.2. Saran

Pada anak anak dengan memar dan perdarahan, perlu dilakukan:

1. Anamnesa menyeluruh mulai dari riwayat pengobatan, trauma, riwayat keluarga

dan pemeriksaan fisik menyeluruh yang merupakan alat penting dalam

mengevaulasi penyakit perdarahan pada anak.

2. Pemeriksaan laboratorium, baik pemeriksaan tes skrining maupun pemeriksaan

khusus.

3. Tatalaksana segera sesuai dengan etiologi untuk mencegah komplikasi mulai dari

gangguan tumbuh kembang anak hingga komplikasi yang mengancam nyawa.

33

Page 40: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Morison M. 2004. Manajemen Luka. EGC : Jakarta

2. Mantik MFJ. 2004. Gangguan koagulasi. Sari Pediatri 6: 60-67

3. Khair K, Liesner R. 2006. Bruising and Bleeding in Infants and Children – a Practical

Approach. In British Journal of Hematology 133: 221-31

4. Karen J, Robert M. 2015. Hemostatic Disorder dalam : Nelson Essentials of Pediatric.

Edisi 7. Philadelphia. Elsevier. 523-31

5. Suchitra S. 2013. Rare Bleeding Disorders in Children : Identification and Primary Care

Management. Pediatrics 132: 882-92

6. Shoshana R, Margareth L, Sara J. 2013. An Approach to the Bleeding Child. In Sick Kids

Handbook of Pediatric Thrombosis and Hemostasis. Besel. Karger. 14-22

7. El-Bostany EA, Omar N, Salama EE, El-Ghuroury EA, Al-Jaouri SK. 2008. The

Spectrum of Inherited Bleeding Disorders in Pediatrics. Blood Coagul Fibrinolysis.

19(8): 771-5

8. Mokhtar GM, Tantawy AA, Adly AA. Telbany MA, EL Arab SE. 2012. A longitudinal

Prospective Study of Bleeding Diathesis in Egyptian Pediatric Patients : single-center

experience. Blood Coagul Fibrinolysis. 23(5): 411-8

9. Permono B, Ugrasena IDG. 2010. Buku ajar Hematologi-onkologi anak. BP-IDAI :

Jakarta

10. Bleyer A. David G. Tubergen. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics. Elseiver :

Philadelphia.

11. Lanzkowsky. 2005. Manual of pediatric hematology and oncology. 4th ed.: Elsevier

academic press: USA.

34

Page 41: Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak

12. Sara J Israel, Walter A.H. Kahr, Victor, et al. Platelet disorders in children: A diagnostic

approach. In Pediatric Blood Cancer. 2011:56:pp. 975-83.

13. Kate Khair dan RI Liesner. Bruising and bleeding in infants and children – a practical

Approach. In British Journal of Haematology. 2006:133:pp.221-231.

14. MFJ Mantik. 2004. Gangguan Koagulasi. Sari pediatric Vol 6, No 1.IDAI

15. Guzzetta A Nina MD, Miller E Bruce MD. 2010. Principles of Hemostatis in

Children :models and maturation. Review Article. Pediatric Anesthesia

16. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, dan Schor NF. 2015. Nelson Textbook Of

Pediatrics, 20th edition. Philadelphia : Elsevier, hal. 1216-1218.

17. Akib A, Munasir Z, dan Kurniati N. 2008. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Edisi

Kedua. Jakarta : Balai Penerbit IDAI, hal. 373-37.

18. Permono HB, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, dan Abdulsalam M. 2006. Buku

Ajar Hematologi-Onkologi Anak. IDAI: Jakarta.

19. Corrigan JJ, 2000. Penyakit Perdarahan dan Trombosis dalam Behrman, Kligeman,

Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed 15, vol 2. EGC, Jakarta

20. Janna M, George R. Coagulation Disorder in Pediatric Review. 2003. Vol 4 No3.

21. Hackner SG. Bleeding Disorder: Diagnostic Approach Simplified. Cornel University.

New York

22. Lindsay McRae.Easy Bleeding. 2012. Pp.1-6

23. Hastings CA, Torkildson JC, dan Agrawal AK. 2012. Handbook of Pediatric

Hematology and Oncology, second edition. Inggris : John Wiley & Sons, hal. 62 – 66.

24. Budensab A.H. Approach to a Bleeding Child. In International Journal of Health

Sciences & Research. 2012:5:(2):pp.98-104

35