perdarahan scba
DESCRIPTION
perdarahan scbaTRANSCRIPT
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Oleh:
Melissa Mauli Sibarani
030.10.176
Koas Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Bekasi
Pembimbing:
dr. Femiko Morauli N.S, Sp.PD
DEFINISI
Perdarahan yang berasal dari organ traktus gastrointestinalis yang terletak proksimal dari Ligamentum Treitz
LIGAMENTUM TREITZ
ANATOMI SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Jejunum proksimal
Duodenum
Gaster
Esofagus
KRITERIA PERDARAHAN
Hematemesis Melena Hematokezia
EPIDEMIOLOGI
Pada data 1992 – 1999 dari National Hospital Discharge Survey ditemukan angka rawat inap tahunan akibat perdarahan saluran cerna bagian atas didapatkan sebanyak 149 – 172 kasus per 100.000.
Dari 1673 kasus perdarahan saluran cerna bagian atas di SMF Penyakit Dalam RSU dr.Sutomo Surabaya, 76.9% disebabkan oleh pecahnya varises esofagus, 19.2% oleh gastritis erosif, 1.0% oleh tukak peptik dan 0.6% oleh kanker lambung, dan 2.6% oleh karena sebab – sebab yang lain
ETIOLOGI
Ulkus peptikum Sindrome Mallory-Weiss Varises esofagus
Erosi gastritis
Penggunaan obat berupa
NSAID, aspirin, steroid,
trombolitik, dan antikoagulan
Esofagitis
Duodenitis Keganasan Idiopatik
VARISES ESOFAGUS
Obstruksi sistem vena portaltekanan portal meningkat
Pelebaran pembuluh darah di anastomosis
Varises esofagus
Dinding varises yang rapuh bisa pecah 7
Perdarahan
VARISES ESOFAGUS
GASTRITIS EROSIF
Penyebab: OAINS, kejadian iskemi, stress, penyalahgunaan konsumsi alkohol, dan zat kimia korosif, trauma akibat gastroskopi, trauma radiasi.
Peradangan dalam lambung → mukosa merah, edema → mukus melekat → sering terjadi erosi kecil dan perdarahan
GASTRITIS EROSIF
ULKUS PEPTIKUM
Gangguan keseimbangan antara faktor asam dan pepsin (mukus, bikarbonat, aliran darah) → mukosa dinding lambung melemah →pecah → perdarahan
Infeksi kuman Helicobacter Pylori → peradangan langsung pada mukosa lambung dan duodenum → produksi asam berlebih →membebani lapisan mukosa lambung →sakit maag
Obat-obatan anti inflamasi non steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, naproxen, dan diklofenak → Konsumsi dalam jangka waktu yang panjang → merusak lapisan mukosa →ulkus peptikum
ULKUS PEPTIKUM
MALLORY-WEISS TEAR
Kenaikan tekanan intragastrik yang tiba-tiba atau prolaps lambung ke esofagus
Timbul laserasi longitudinal di mukosa lambung maupun esofagus
Sumber perdarahan
MALLORY-WEISS TEAR
GASTROPATI KONGESTIF
Akumulasi darah yang berlebihan pada area gaster
akibat dari hipertensi porta
Penekanan dan pembendungan pada vena-vena
yang memperdarahi
area gaster
GASTROPATI KONGESTIF
KEGANASAN
MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian atas biasanaya datang dengan keluhan• Anemia defisiensi besi • Hematemesis dan atau melena yang
disertai atau tanpa anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik dimana derajat hipovolemik menentukan tingkat kegawatan pasien
PRINSIP PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan awal, penekanan pada evaluasi status hemodinamik.
Resusitasi, terutama untuk stabilisasi hemodinamik.
Melanjutkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lain yang diperlukan.
Memastikan perdarahan saluran cerna bagian atas atau bagian bawah.
Menegakkan diangosis pasti penyebab perdarahan.
Terapi untuk menghentikan perdarahan, penyembuhan penyebab perdarahan dan mencegah terjadinya perdarahan ulang.
PEMERIKSAAN AWAL
Tekanan darah dan nadi dalam posisi berbaring.
Perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi.
Ada tidaknya vasokonstriksi perifer berupa akral teraba dingin.
Kelayakan nafas. Tingkat kesadaran. Produksi urin.
RESUSITASI UNTUK STABILISASI HEMODINAMIK
Infus cairan kristaloid (misalnya cairan garam fisiologis) dengan tetesan cepat menggunakan dua jarum berdiameter besar (minimal 16 G) dan pasang monitor CVP (central venous pressure);
Secepatnya kirim pemeriksaan darah untuk menentukan golongan darah, kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit
Transfusi darah atas indikasi: Perdarahan dalam kondisi hemodinamik tidak
stabil. Perdarahan baru atau masih berlangsung dan
diperkirakan jumlahnya 1 liter atau lebih. Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan
hemoglobin kurang dari 10 g% atau hematokrit kurang dari 30%.
Terdapat tanda – tanda oksigenasi jaringan yang menurun.
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis tentang riwayat penggunaan NSAID atau obat antikoagulan, adanya sakit perut atau tidak, adanya diare dan demam yang dialami sebelumnya yang dapat mengarah pada colitis baik infeksi atau iskemi
Anamnesis riwayat penyakit dahulu untuk mengetahui adanya faktor resiko terjadinya perdarahan, riwayat transfusi, kebiasaan minum alkohol
Pemeriksaan fisik: stigmata penyakit hati kronik, suhu badan dan perdarahan di bagian tubuh lain
MEMASTIKAN SUMBER PERDARAHAN
Perdarahan
Saluran Cerna
Bagian Atas
Perdarahan
Saluran Cerna
Bagian Bawah
Manifestasi
klinik pada
umumnya
Hematemesis
dan/melena
Hematoskezia
Aspirasi
nasogastrik
Berdarah Jernih
Rasio
(BUN/Kreatinin)
Meningkat > 35 < 35
Auskultasi usus Hiperaktif Normal
PENEGAKKAN DIAGNOSTIK
Upper endoskopi
Push Enteroskopi
Angiografi/Arteriografi
Blood Flow Scientigraphy (Nuclear Scientigraphy) Operasi Laparatomi Eksplorasi
TERAPI
NON ENDOSKOPIS Stabilisasi keadaan umum Vitamin K 1 mg/kgBB/i.m. (maks. 10 mg) bila ada koagulopati Tranfusi suspensi trombosit dapat diberikan bila diperlukan Pembilasan lambung : Dilakukan melalui NGT dengan 50-100
ml NaCl 0,9% berulang kali tiap 1-3 jam tergantung perdarahannya sampai cairan lambung sebersih mungkin.
Bolus vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5%, diberikan 0,5-1 mg/menit/iv selama 20-60 menit, dan dapat diulang tiap 3-6 jam. Atau setelah pemberian pertama dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/menit.
Untuk menurunkan aliran darah splanknik dapat diberikan bolus Somatostatin 250 mcg/iv, dilanjutkan per infus 250 mcg/jam selama 12-24 jam atau sampai perdarahan berhenti.
TERAPI
Bila ada ulkus peptikum dan erosif pada mukosa : Omeprazole 80 mg/iv, kemudian dilanjutkan per
infus 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam. Antasida diberikan tiap 1-2 jam dengan dosis 0,5
ml/kgBB/dosis (maks. 30 ml/dosis) untuk mempertahankan pH > 5 H2 reseptor antagonis
Simetidin : 7,5 ml/kgBB tiap 6 jam atau Ranitidin : 1,25-2 mg/kgBB tiap 12 jam
Bila ada varises esofagus → Pemasangan Sengstaken-Blackmore tube (SB-tube) untuk menghentikan perdarahan
SB TUBE
TERAPI
ENDOSKOPIS Contact thermal (monopolar atau bipolar
elektrokoagulasi, heater probe) Noncontact thermal (laser) Nonthermal (misalnya suntikan adrenalin,
polidokanol, alkohol, cyanoacrylate, atau pemakaian klip)
TERAPI
TERAPI RADIOLOGI Penyuntikan vasopressin Embolisasi arterial TIPS (Transjugular Intrahepatic
Portosystemic Shunt)
PEMBEDAHAN
KOMPLIKASI
Syok hipovolemik
Gagal ginjal akut
Anemia
Infeksi
Reaksi tranfusi
Perforasi abdomen
PROGNOSIS
Prognosis penyakit dipengaruhi oleh usia penderita, penyakit penyerta, dan kondisi hemodinamik.
Tingginya tingkat kematian sangat dipengaruhi oleh penyakit serius yang mendasarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, S.A. “Tumor Esofagus”. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2007. Hal: 327.
Adi, Pangestu. “Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas”. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2007. Hal: 289 – 292.
Akil, H.A.M. “Tukak Duodenum”. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2007. Hal: 345, 347.
Julius. “Tumor Gaster”. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2007. Hal: 350.
Lindseth, Glenda N. “Gangguan Lambung dan Duodenum”. PATOFISIOLOGI – Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume I. Edisi 6. EGC:Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 2003. Hal: 417-419, 423, 428.
Lindseth, Glenda N. “Gangguan Usus Halus”. PATOFISIOLOGI – Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume I. Edisi 6. EGC:Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 2003. Hal: 437-439.
Mailliard, Mark E., Michael F. Sorrell. “Alcoholic Liver Disease”. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Volume II. 16thEdition. McGraw-Hill Medical Publishing Division, USA. 2005. p:1865.
DAFTAR PUSTAKA
Sabatine, Marc S. “Gastrointestinal Bleeding”. Pocket Medicine: The Massachusetts General Hospital Handbook of Internal Medicine. Fourth Edition. Wolters Kluwer Health and Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 2011. Section: GIB 3 – 3.
Silbernagl, Stefan dan Florian Lang. “Gastritis”. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Cetakan I. EGC:Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.2007. Hal: 142, 146.
Tarigan, Pengarapen. “Tukak Gaster”. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2007. Hal: 341.
Wilson, Lorraine M. dan Glenda N. Lindseth. “Gangguan Esofagus”. PATOFISIOLOGI – Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume I. Edisi 6. EGC:Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 2003. Hal: 404-405.
Kamus Kedokteran Dorland.Edisi ke 27.Jakarta:EGC.2005 Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP.
Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: 2007
TERIMA KASIH