pendekatan diagnosis stridor
DESCRIPTION
keren nih wajib punya semuanya ga punya nanti rugi loh hehehe apaa coba yang kurang dari buku iniTRANSCRIPT
1.1 Pendahuluan
Stridor adalah suara, abnormal bernada tinggi yang dihasilkan oleh aliran udara turbulen
melalui sebagian jalan napas yang terhambat pada tingkat supraglottis, glotis, subglottis, dan
atau trakea. Karakteristik nada suara barmacam-macam (misalnya, kasar, musik, atau
mendesah), namun kombinasi dengan , volume, durasi, tingkat onset, dan gejala terkait,
karakter nada dapat memberikan petunjuk tambahan diagnostik. Dalam semua kasus, itu
harus dibedakan dari stertor, yang merupakan suara, bernada rendah-mendengkur-jenis yang
dihasilkan di tingkat nasofaring, oropharynx, dan, kadang-kadang,supraglottis.1
Stridor adalah gejala bukan diagnosis atau penyakit, dan penyebab yang mendasari harus
ditentukan. Mungkin Stridor inspirasi, ekspirasi, atau bifase tergantung pada waktu dalam
siklus pernafasan. stridor inspirasi disebabkan obstruksi laring, sedangkan ekspirasi
menunjukkan obstruksi stridor tracheobronchial. stridor bifase disebabkan anomali subglottic
atau glottic. Meskipun sejarah lengkap dan fisik sangat diperlukan, dalam banyak kasus,
fleksibel dan / atau endoskopi sangat diperlukan untuk mengevaluasi etiologi dari stridor, dan
pencitraan tambahan mungkin diperlukan juga.2
1.2 Definisi
Stridor adalah suara napas inspirasi yang keras, kasar, bernada sedang, yang
berhubungan dengan obstruksi di daerah laring atau trakea. Pada anak kecil laring berukuran
kecil dengan dinding yang lebih lemas dibandingkan dewasa yang kuat. Laring merupakan
kantung suara, bukan kotak suara, dan mudah mengalami kolaps dan obstruksi.2
1.3 Anatomi
1.3.1 Faring
Faring memiliki 3 bagian yang terdiri dari nasofaring yaitu bagian yang berhubungan
langsung dengan rongga hidung, kemudian dilanjutkan dengan orofaring dan terakhir adalah
laringofaring.
Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku diatas, belakang dan lateral,
yang secara anatomi termasuk bagian faring. Ke anterior berhubungan dengan rongga hidung
melalui koana dan tepi belakang septum nasi, sehingga sumbatan hidung merupakan
1 | P a g e
gangguan yang sering timbul, sedangkan bagian belakang nasofaring berbatasan dengan
nasofaring berbatasan dengan ruang retrofaring, fasia pre vertebralis dan otot-otot dinding
faring. Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisium tuba eustakius. Atap nasofaring
dibentuk dari basis sphenoid dan dapat dijumpai sisa jaringan embrionik yang disebut dengan
kantung ranthke. Diantara atap nasofaring dan dinding posterior terdapat jaringan limfoid
yang disebut adenoid.
Orofaring yang merupakan bagian kedua faring, setelah nasofaring, dipisahkan oleh
otot membranosa dan palatum lunak. Yang termasuk bagian orofaring adalah dasar lidah (1/3
posterior lidah), valekula, palatum, uvula, dinding lateral faring termasuk tonsil palatina serta
dinding posterior faring. Laringofaring merupakan bagian faring yang dimulai dari lipatan
faringoepiglotika kearah posterior, inferior terhadap esofagus segmen atas.4
1.3.2 Laring
Laring terletak setinggi servikal-6, berperan pada proses fonasi dan sebagai katup
untuk melindungi saluran respiratori bawah. Organ ini terdiri dari tulang dan kumpulan
tulang rawan yang disatukan oleh ligamen dan ditutupi oleh otot dan membran mukosa.3
2 | P a g e
Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tiroidea, dan beberapa otot kecil, dan di depan laringofaring dan bagian atas oesophagus.
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa kartilago yang berpasangan
ataupun tidak. Di sebelah superior terdapat os hioideum. Meluas dari masing-masing sisi
bagian tengah os hioideum adalah suatu prosesus panjang dan pendek yang mengarah ke
superior. Tendon dan otot-otot lidah mandibula dan kranium, melekat pada permukaan
superior korpus dan kedua prosesus. Saat menelan, kontraksi otot-otot ini akan mengangkat
laring. Di bawah os hioideum dan menggantung pada ligamentum tiroideum adalah dua alae
atau sayap kartilago tiroidea. Kedua alae menyatu di garis tengah pada sudut yang lebih dulu
dibentuk pada pria, lalu membentuk jakun (Adam apple). Pada tepi posterior masing-masing
alae, terdapat kornu superior dan inferior. Artikulatio kornu inferius dengan kartilago
krikoidea, memungkinkan sedikit pergeseran atau gerakan antara kartilago tiroidea dengan
kartilago krikoidea.
Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritenoidea, masing-
masing berbentuk sepeerti pyramid bersisi tiga. Tiap kartilago aritenoidea menmpunyai dua
prosesus, prosesus vokalis anterior dengan prosesus muskularis lateralis. Ligamentum vokalis
meluas ke lanterior dari masing-masing prosesus dan berinsersi ke dalam kartilago tiroidea di
garis tengah. Prosesus vokalis membentuk dua perlima bagian belakang dari korda vokalis,
sementara ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang
dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glottis.
Bagian laring di atasnya disebut supraglotis dan di bawahnya subglotis.
Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti
bat pingpong. Pegangan melekat melalui suatu ligamentum pendek pada kartilago tiroidea
tepat di atas korda vokalis, sementara bagian racquet meluas ke atas di belakang korpus
hioideum ke dalam lumen faring, memisahkan pangkal lidah dan laring. Epiglottis adalah
kartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis dewasa
umumnya sedikit cekung pada bagian posterior. Namun pada anak dan sebagian orang
dewasa, epiglottis jelas melengkung dan disebut epiglottis omega atau juvenilis. Fungsi
epiglottis sebagai lunas yang mendorong makanan yang ditelan ke samping jalan nafas laring.
Selain itu, laring juga disokong oleh jaringan elastik.
Plika ariepiglotika, berjalan ke belakang dari bagian samping epiglottis menuju
kartilago aritenoidea, membentuk batas jalan masuk laring. Kartilago krikoidea adalah
3 | P a g e
kartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar di belakang. Terletak dibawah
kartilago tiroidea, berhubungan melalui membrana krikotiroidea. Kornu inferior kartilago
tiroidea berartikulasi dengan kartilago tiroidea pada setiap sisi.
Dua pasang saraf mengurus laring, dengan persarafan sensorik dan motorik. Dua saraf
laringeus superior dan dua inferior atau laringeus rekurens, saraf laringeus merupakan
merupakan cabang-cabang saraf vagus. Saraf laringeus superior meninggalkan trunkus
vagalis tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke anterior dan medial dibawah arteri
karotis eksterna dan interna, dan bercabang menjadi suatu cabang sensorik interna dan
cabang motorik eksterna. Cabang interna menembus membrana tirohioidea untuk mengurus
persarafan sensorik valekula, epiglottis, sinus piriformis, dan seluruh mukosa laring superior
interna.
Suplai arteri dan drainase venosus dari laring paralel dengan suplai sarafnya. Arteri
dan vena laringea superior merupakan cabang-cabang arteri dan vena tiroidea superior, dan
keduanya bergabung dengan cabang interna saraf laringeus superioruntuk membentuk
pedikulus neurovaskuler superior. Arteri dan vena laringea inferior berasal dari pembuluh
darah tiroidea inferior dan masuk ke laring bersama saraf laringeus rekurens. Penegtahuan
mengenai drainase limfatik pada laring adalah penting pada terapi kanker. Terdapat dua
sisitem drainase terpisah, superior dan inferior dimana garis pemisah adalah korda vokalis
sejati.3
Ada beberapa perbedaan anatomis antara jalan napas anak dan orang dewasa yang
membuat mereka rentan. Pada anak, laring terletak tinggi di leher dengan epiglotis yang
terletak di belakang palatum. Struktur faring berada dalam jarak lebih dekat dibandingkan
dengan orang dewasa dan tulang hyoid lebih tinggi. Pada bayi, subglottis adalah bagian yang
sempit dari jalan napas, sehingga membentuk suatu kerucut berbeda dan bentuk tabung pada
orang dewasa. Hal ini penting karena sedikit trauma atau peradangan dapat sangat
mengurangi patensi jalan napas. Hanya 1mm edema di pediatrik saluran napas trakea dapat
mengurangi luas penampang menjadi 44% dari normal. Demikian pula, 1mm edema pada
laring masuk segitiga dapat mengurangi luas penampang 35% dari normal.
Secara fungsional, perbedaan anatomi berhubungan dengan jalan napas bayi membuat
pemisahan antara jalan napas dan saluran pencernaan dengan gerakan udara yang didominasi
transnasal. Sebagai anak yang tumbuh laring turun, pharynx menjadi lebih besar untuk
memfasilitasi produksi berbicara dan menghasilkan saluran umum untuk makanan dan
4 | P a g e
saluran udara. Pada gilirannya, hal ini meningkatkan resiko untuk benda asing, makanan, dan
isi lambung untuk memasuki jalan napas.4
1.4 Fisiologi
Selain organ penghasil suara, laring mempunyai tiga fungsi utama, yaitu proteksi jalan
nafas, respirasi dan fonasi. Kenyataannya secara filogenik, laring mula-mula berkembang
sebagai suatu sfingter yang melindungi pernafasan, sementara perkembangan suara
merupakan peristiwa yang terjadi.
Perlindungan jalan nafas selama menelan terjadi melalui bebagai mekanisme yang
berbeda. Aditus laring sendiri tertutup oleh kerja sfingter dari otot tiroaritenoideus dalam
plika ariepiglotika dan plika vokalis ventrikularis, di samping aduksi plika vokalis dan
aritenoid yang ditimbulkan oleh otot intrinsik lainnya. Elevasi laring di bawah pangkal lidah
melindungi laring lebih lanjut dengan mendorong epiglottis dan plika ariepiglotika ke bawah
menutup aditus. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral, menjauhi aditus laring dan
masuk ke sinus piriformis, selanjutnya ke introitus esofagi. Relaksasi krikofaringeus yang
terjadi bersamaan mempermudah jalan makanan ke dalam esofagus sehingga tidak masuk ke
laring. Di samping itu, respirasi juga dihambat selama proses menelan melalui suatu refleks
yang diperantarai reseptor pada mukosa daerah supraglottis. Hal ini mencagah inhalasi
makanan atau saliva.
5 | P a g e
Selama respirasi, tekanan intrathoraks dikendalikan oleh berbagai derajat penutupan
plika vokalis. Perubahan tekanan ini membantu sistem jantung seperti juga ia mempengaruhi
pengisian dan pengosongan jantung dan paru. Selain itu, bentuk plika vokalis ventrikularis
dan sejati memungkinkan laring berfungsi sebagai katup tekanan bila menutup,
memungkinkan peningkatan tekanan intrathorakal yang diperlukan untuk tindakan-tindakan
mengejan misalnya mengangkat berat atau defekasi. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan ekspansi alveoli terminal paru dan
membersihkan sekret atau partikel makanan yang berakhir dalam aditus larings, selain semua
mekanisme proteksi lain yang disebutkan di atas.
Namun, pembentukan suara agaknya merupakan fungsi laring yang paling kompleks
dan paling baik diteliti. Penemuan sistem pengamatan serat optik dan stroboskop yang dapat
dikoordinasikan dengan frekuensi suara sangat membantu dalam memahami fenomena ini.
Plika vokalis yang teraduksi, kini diduga berfungsi sebagai suatu alat bunyi pasif yang
bergetar akibat udara yang dipaksa antara plika vokalis sebagai akibat kontraksi otot-otot
ekspirasi. Otot intrinsik laring (dan krikotiroideus) berperan penting dalam penyesuaian
tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung-ujung bebas korda vokalis sejati dan
tegangan korda itu sendiri. Otot ekstra laring juga dapat ikut berperan. Demikian pula karena
posisi nasalis dapat dimanfaatkan untuk perubahan nada yang dihasilkan laring. Semuanya ini
dipantau melalui suatu mekanisme umpan balik yang terdiri dari telinga manusia dan suatu
sistem dalam laring sendiri yang kurang dimengerti. Sebaliknya, kekerasan suara pada
hakekatnya proporsional dengan tekanan aliran udara subglottis yang menimbulkan gerakan
korda vokalis sejati. Di lain pihak, berbisik diduga terjadi akibat lolosnya udara melalui
komisura posterior di antara aritenoid yang terabduksi tanpa getaran korda vokalis sejati.
Tiap penyakit yang mempengaruhi kerja otot intrinsik dan ekstrinsik laring (paralisis
saraf, trauma, pembedahan), atau massa pada korda vokalis sejati akan mempengaruhi fungsi
laring, akibatnya akan terjadi gangguan menelan ataupun perubahan suara.3
1.5 Patofisiologi
Stridor dihasilkan oleh aliran udara turbulensi yang melalui saluran nafas yang lebar.
Hal ini terjadi ketika volume udara pernafasan normal bergerak melalui saluran nafas yang
sempit, yang akan menghasilkan aliran normal (luminar) menjadi turbulen. 6
6 | P a g e
Diameter saluran napas atas yang paling sempit adalah pada bagian trakea dibawah
laring (subglottic trachea). Adanya spasme dan edema akan menimbulkan obstruksi saluran
napas atas. Adanya obstruksi akan meningkatkan kecepatan dan turbulensi aliran udara yang
lewat. Saat aliran udara ini melewati plica vocalis dan arytenoepiglottic folds, akan
menggetarkan struktur tersebut sehingga akan terdengar stridor. Awalnya stridor bernada
rendah (low pitched), keras dan terdengar saat inspirasi tetapi bila obstruksi semakin berat
stridor akan terdengar lebih lemah, bernada tinggi (high pitched) dan terdengar juga saat
ekspirasi. 12
Stridor umumnya disebabkan oleh obstruksi jalan napas antara hidung dan saluran
napas atas. Obstruksi pada hidung atau faring dapat menghasilkan suara snoring atau
gurgling. tempat obstruksi menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh aliran nafas
turbulen yang melewati jalan nafas yang sempit. Aliran napas turbulen di laring atau saluran
napas atas menghasilkan suara stridor. Udem dan inflamasi pada daerah subglotis
menghasilkan stridor inspirasi. Dimana obstruksi dibawah kartilago krikoid bisa
menyebabkan stridor inspirasi dan ekspirasi.5,6
Saluran napas atas pada bayi dan anak lebih rentan mengalami obstruksi karena
anatomi anak dan dewasa berbeda. Lidah anak relatif lebih besar, dan epiglotis tidak kaku
dan berbentuk seperti omega (Ω). Sudut yang dibentuk antar epiglotis dan glotis lebih kecil
pada anak, yang mana membuat pengaturan jalan napas lebih sulit. Struktur kartilago kurang
kaku pada bayi. Hal inilah yang menyebabkan penyempitan jalan napas dan aliran udara yang
turbulen. Hal ini terjadi lebih sering pada anak karena cincin trakea bentuknya kurang baik.
Selain itu ukuran jalan napas yang lebih kecil pada anak membuat tahanan aliran udara lebih
besar ketika ada obstruksi.6
7 | P a g e
1.6 Pendekatan diagnosis Stridor
LOKASI STRIDOR berdasarkan anatomi7
retraction Stridor Voice Feeding
Naso/ oropharing
Supraglotis
Glottis/subglotis
Intrathoracic
trachea
Minimal
Marked and
severe
Mild to severe
Mild to severe
Stertor
Inspiratory and
high pitched
Biphasic and
intermediate
pithed
Expiration and
low pitched
Normal
Muffled
Normal to very
abnormal
(barking cough)
Normal (seal
like cough)
Normal
Abnormal
Normal
Normal
1.6.1 STRIDOR pada bayi
1. Stridor kongenital (LARINGOTRAKEOMALASIA)
Kebanyakan penyakit kongenital menyebabkan stridor inspirasi. Stridor yang menetap
pada hari-hari atau minggu pertama kehidupan umumnya merupakan anomali kongenital
saluran respiratori besar. Strisor yang semakin hebat pada posisi terlentang merupakan
petunjuk adanya laringomalasia atai trakeomalasia.
Larigomalasia adalah kelainan kongenital benigna, yang terjadi akibat kurang
berkembangnya kartilago yang menyokong struktur supraglotis. Kelainan ini sering
berhubungan dengan gastroesofagus atau sindrom down
Pada trakeomalsia, anomali bisa terjadi pada trakea-distal, proksimal, atau seluruhnya.
Trakeomalasia primer atau kongenital terjadi karena tidak ada/berkurangnya kartilago,
sehingga dinding saluran respiratori menjadi kolaps atau lemah. Kelainan ini dapat
berhubungan dengan kelainan lain seperti fistula trakeoesofagus atau vascular ring.
Trakeomalasia sekunder atau didapat biasanya bersifat iatrogenik, misalnya pascatrakeostomi
atau akibat penekanan ekstrinsik oleh vascular ring atau tumor mediastinum.
Laringomalasia atau laring flaksid kongenital merupakan penyebab tersering dari
kelainan laring kongenital, berupa stridor inspiratoris kronik pada anak. Keadaan ini
8 | P a g e
merupakan akibat dari flaksiditas dan inkoordinasi kartilago supraglotik dan mukosa
aritenoid, plika ariepiglotik dan epiglotis. 3, 10
I.1 PATOFISIOLOGI
Stridor akibat laringomalasia atau trakeomalasia disebabkan oleh meningkatnya
kecepatan turbulensi aliran udara akibat penyempitan/obstruksi laring yang sedang membuka
pada regio subglotis, serta getaran dari lipatan pita suara, atau akibat penyempitan pada
trakea yang terjadi karena tekanan dinamik selam inspirasi yang berasal dari tekanan negatif
dalam trakea di bagian distal obstruksi
Pada laringotrkaeomalasia, obstruksi terjadi saat inspirasi akibat tekanan selam
respirasi terhadap saluran respiratori intratorakal. Ketika melakukan inspirasi, terjadi
peningkatan tekanan dalam rongga mediastinum, sehingga laring atau trakea yang abnormal
tertekan dan menjadi kolaps. Bila lesi ekstratorakal, suara saluran respiratori yang kolaps
akan terdengar saat inspirasi, sedangkan bila lesi intratorakal, maka suara tersebut terdengar
pada saat ekspirasi. Kaena hampir keseluruhan trakea terletak intratorakal, maka suara kolaps
dari trakea lebih sering terdengar pada saat ekspirasi. Kondisi ini sering disalahartikan
sebagai asma atau bronkiolitis.3, 10
I.2 GAMBARAN KLINIS
Tiga gejala yang terjadi pada berbagai tingkat dan kombinasi pada anak dengan
kelainan laring kongenital adalah obstruksi jalan napas, tangis abnormal yang dapat berupa
tangis tanpa suara (muffle) atau disertai stridor inspiratoris serta kesulitan menelan yang
merupakan akibat dari anomali laring yang dapat menekan esofagus.
Bayi dengan laringomalasia biasanya tidak memiliki kelainan pernapasan pada saat
baru dilahirkan. Stridor inspiratoris biasanya baru tampak beberapa hari atau minggu dan
awalnya ringan, tapi semakin lama menjadi lebih jelas dan mencapai puncaknya pada usia 6 –
9 bulan. Perbaikan spontan kemudian terjadi dan gejala-gejala biasanya hilang sepenuhnya
pada usia 18 bulan atau dua tahun, walaupun dilaporkan adanya kasus yang persisten di atas
lima tahun. Stridor tidak terus-menerus ada; namun lebih bersifat intermiten dan memiliki
intensitas yang bervariasi.
9 | P a g e
Umumnya, gejala menjadi lebih berat pada saat tidur, terlentang, menangis atau
agitasi, saat mengalami infeksi respiratori atas, dan beberapa variasi posisi dapat terjadi;
stridor lebih keras pada saat pasien dalam posisi supinasi dan berkurang pada saat dalam
posisi pronasi. Baik proses menelan maupun aktivitas fisik dapat memperkeras stridor.7
Pada trakeomalasia gejala klinik bervariasi dari ringan hingga berat, bergantung pada
lokasi, panjang segmen saluran respiratori yang abnormal, dan beratnya kelainan. Secara
umum didapatkan stridor inspirasi, wheezing, batuk (kadang batuk menggonggong dan
disertai sesak napas), infeksi respiratori berulang, dan kesulitan pengeluaran lendir. Kadang-
kadang dapat disertai serangan reflek apnea, yaitu adanya episode henti napas, yang dapat
berlanjut menjadi henti jantung. Keadaan ini dialami oleh pasien dengan penekanan
trakeobronkial serta kelainan kardiovaskuler bawaan.
Pada trakeomalasia primer, gejala biasanya muncul saat lahir atau pada minggu
pertama kehidupan. Gejala memburuk bila tidur terlentang atau saat mengalami infeksi
respiratorik dengan sekret yang banyak. Dapat pula disertai dengan suara serak atau afoni,
dan gangguan respiratorik`yang cukup berat dengan retraksi suprasternal, sela iga, dan
epigastriumm. Retraksi hebat akan mengakibatkan deformitas dada, sehingga bayi
mengalami sesak berat dan kesulitan makan. Selanjutnya didapatkan keadaa gizi kurang dan
gangguan pertumbuha.3,10
I.3 DIAGNOSIS
Dari anamnesis dapat kita temukan,10
- Riwayat stridor inspiratoris diketahui mulai 2 bulan awal kehidupan. Suara biasa muncul
pada minggu 4-6 awal.
- Stridor berupa tipe inspiratoris dan terdengar seperti kongesti nasal, yang biasanya
membingungkan. Namun demikian stridornya persisten dan tidak terdapat sekret nasal.
- Stridor bertambah jika bayi dalam posisi terlentang, ketika menangis, ketika terjadi infeksi
saluran nafas bagian atas, dan pada beberapa kasus, selama dan setelah makan.
- Tangisan bayi biasanya normal
10 | P a g e
- Biasanya tidak terdapat intoleransi ketika diberi makanan, namun bayi kadang tersedak atau
batuk ketika diberi makan jika ada refluks pada bayi.
- Bayi gembira dan tidak menderita.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan,10
- Pada pemeriksaan bayi terlihat gembira dan berinteraksi secara wajar.
- Dapat terlihat takipneu ringan
- Tanda-tanda vital normal, saturasi oksigen juga normal
- Biasanya terdengar aliran udara nasal, suara ini meningkat jika posisi bayi terlentang
- Tangisan bayi biasanya normal, penting untuk mendengar tangisan bayi selama
pemeriksaan
- Stridor murni berupa inspiratoris. Suara terdengar lebih jelas di sekitar angulus sternalis
I.4 PENTALAKSANAAN
Laringotrakeomalasia ringan biasanya sembuh sendiri tanpa tindakan spesifik, cukup dengan
tindakan suportif. Gejala akan berkurang secara bertahap hingga usia 2 tahun. Tidakan
supportif yang dilakukan berupa :
- Mencegah obstruksi dengan tidur miring, biasanya stridor akan berkurang dan
membersihkan dinding dengan cara postural drainage, tapping, dan clapping
- Mencegah infeksi respiratori dan bila terjadi infeksi harus diberikan antibiotic
secara adekuat dan tepat
- Mencegah aspirasi dengan pemberian makanan secara hati-hati, bila perlu dengan
pipa nastrogatik secara drip atau dot dengan lubang penetes kecil
- Edukasi orangtua mengenai adanya tanda-tanda bahaya, seperti sesak napas yang
berat dan sianosis yang harus ditolong dokter.
Tindakan operasi merupakan alternative pada laringotrakeomalasia berat yang tidak
mengalami perbaikan klinis, seperti pada pasien dengan kesulitan makan, gagal tumbuh,
obstructive sleep apnea, atau sesak berat. Tindakan berupa epiglotoplasti, trakeostomi,
11 | P a g e
trakeopeksi, aortopeksi, atau pemasangan sent. Operasi biasanya menunggu hingga anak
berusia satu tahun.3
1.6.2 Stridor pada anak
CROUP
A. Definisi dan klasifikasi
Croup adalah terminologi yang digunakan untuk menunjukan beberapa penyakit
pernafasan yang memiliki karakteristik berupa batuk yang menggonggong, suara serak,
stridor inspirasi dalam berbagai derajat yang disebabkan obstruksi pada daerah laring, dengan
atau tanpa tanda stres pernafasan.1
Pada sindrom croup peradangan jalan nafas terutama terjadi di daerah laring
(laringitis subglotik,, laringitis spasmodik) sampai dengan bronkus (laringotrakeitis,
laringotrakeobronkitis). Klasifikasi croup berbeda-beda dan berubah-ubah. Beberapa penulis
membagi croup menjadi dua,
1.Viral croup (karena infeksi virus) ditandai gejala prodormal infeksi respiratori;
gejala obstruksi sauran respiratori berlangsung selam 3-5hari.
2.spasmodik croup (karena faktor atopi) tanpa gejala prodormal anak dapat tiba-tiba
mengalami gejala onstruks saluran respiratori, biasanya waktu malam menjelang tidur;
serangan terjadi sebentar, kemudian normal kembali.3
Namun ada juga yang membagi menjadi empat
1.Spasmodic croup
2.Laringitis virus (laringotrakeitis, laringotrakeobronkitis/ laringotrakeobronkitis)
3. Epiglotitis (supraglotitis)
4. Trakeitis bakteri (pseudomembran croup).11
12 | P a g e
Berdasarkan derajad kegawatan, croup dibagi menjadi empat kelompok dapar dilihat pada
tabel 1. Pembagian ini juga dapat diperoleh dengan menilai penyakit melalui Westley Croup
Score, tabe 2.
Tabel 1 Derajat kegawatan Croup.13
Derajat Kegawatan Karakteristik
Ringan Kadang-kadang batuk menggonggong, tidak
terdengar stridor ketika istirahat, retraksi
ringan atau tidak ada.
Sedang Batuk menggonggong yang sering, stridor yang
terdengar pada saat istirahat, terdapat retraksi
pada saat istirahat, anak tidak gelisah
Berat Batuk menggonggong yang sering, stridor
ekspirasi, terdapat retraksi sternal yang jelas,
anak gelisah dan terdapat tanda-tanda distress
Ancaman gagal nafas Batuk menggonggong, stridor yang terdengar
saat istirahat, terdapat retraksi sternal, letargi
atau terdapat penurunan kesadaran dan sianosis
Tabel 2. Skor Westley.13
Kriteria Nilai
Retraksi Tidak ada 0
Ringan 1
Sedang 2
Berat 3
13 | P a g e
Masuknya udara Normal 0
Berkurang 1
Sangat berkurang 2
Srtidor inspirasi Tidak ada 0
Gelisah 1
Istirahat dengan stetoskop 2
Istirahat tanpa stetoskop 4
Sianosis Tidak ada 0
Gelisah 4
Istirahat 5
Derajat Kesadaran Sadar 0
Gelisah, cemas 2
Penurunan kesadaran 5
Skor Westley sangat banyak digunakan untuk menilai derajat kegawatan croup. Skor
0-1 adalah ringan, skor 2-7 sedang dan skor 8 atau lebih adalah berat.
1. SPASMODIC CROUP
Penyakit yang ditandai dengan terbangunnya anak tiba-tibapada malm hari
menunjukan stridor, batuk menggonggong, suara parau akibat adanya edema subglotis.11
1.1 Etiologi
Belum jelas
Berhubungan dengan inveksi virus yang berupa reaksi hipersensitivitas terhadap infeksi
terdahulu
Berhubungna dengan reaksi alergi terhadap antigen virus
14 | P a g e
1.2 Patogenesis
Tidak diketahui
1.3 Diagnosis
Anamnesa
- Sering terjadi pada anak usia 1-3tahun
- Gejala muncul tiba-tiba, biasanya anak terbangun pada malam hari
- Umumnya tanpa riwayat demam
- Gejala obstruksi saluran respiratorik, berupa stridor, batuk menggonggong, dan
suara parau dan bersifat ringan atau sedang, jarang terjadi berat atau progresif.
Keadaan ini dapat sembuh spontan atau timbul berulang.11
Pemeriksaan fisik
- Demam (-)
- Tanda obstruksi saluran respiratorik / distress pernapasan
- Laringoskopi : mukosa laring tampak pucat11
1.4 Terapi
- Tentukan berat ringannya penyakit
- Tindakan obat-obatan
O2
Epinefrin rasemat 2,25% dosis 0,25-0,75 mL dalam larutan NaCl fisiologis 3 mL
dengan nebulisasi setiap 20 menit (bila tidak tersedia dapat diganti dengan
epinefrin 5 mL larutan 1: 1000)
Kortikosteroid :
Dexametasone : 0,15-0,6 mg/kgbb i.m atau per oral dosis tunggal atau
nebulisasi budesonid dosis 2 mg dalam 4 mL NaCl fisiologis.
2. LARINGITIS AKUT A/LARINGOTRAKEO BRONKITIS AKUT
Penyakit saluran respiratorik akut disebabkan oleh virus dengan gejala / tanda stridor,
batuk menggonggong, suara parau, disertai demam akibat peradangan hanya pada laring saja
15 | P a g e
(laringitis), laring dan trakea (laringotrakeitis), atau laring, trakea, bronki
(laringotrakeobronkitis) bahkan laringotrakeobronkopneumoniter.11
2.1 Etiologi
Penyebab utama : parainfluenza virus tipe1
Penyebab lain : Influenza virus A dan B
Adenovirus
Parainfluenza tipe 2 dan 3
Respiratory syncytial virus
2.2 Diagnosa
Diagnosis Laringitis akut/Laringotrakeo bronkitis akut :
· Anamnesa
Biasanya terjadi pada anak 0-5 tahun (tersering 1-2 th).11
Laringitis akut :
· Sering pada anak, biasanya ringan
· Selalu didahului infeksi saluran nafas atas
· Gejala klinis : Mulai timbul gejala penyakit bertahap, biasanya didahului batuk, pilek, dan
panas badan. Setelah 3-4hari timbul batuk menggonggong, stridor inspirasi, sesak dapat
bertambah tapi tidak begitu progresif
· Kesukaran napas yang terjadi tidak berat.12
Laringotrakeobronkitis akut :
· Perjalanan penyakit menjalar ke bronkus
· Dapat terjadi infeksi sekunder karena bakteri
· Kesukaran bernapas yang terjadi lebih berat
16 | P a g e
· Anak dapat mengalami panas tinggi
· Pada pemeriksaan fisis didapatkan tanda-tanda bronkitis.11, 12
Pemeriksaan fisik
Tergantuk derajat tanda/gejala distress pernafasan, yaitu dispnea, pernapasan cuping hidung,
retraksi suprasternal, dan interkostal sampai timbul megap-megap (air hunger), perubahan
tingkat kesadaran dan sianosis.
Laringoskopi : tampak mukosa laring berwarna merah dengan pembengkakan subglotis
· Ditunjang beberapa pemeriksaan tambahan :
o Foto soft tissue leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis / bagian atas
trakea di daerah subglotis runcing seperti menara (Steeple sign). Tanda ini ditemukan
pada 50% kasus, sedangkan pada posisi lateral tampak penyempitan subglotis.
o Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal, jika disertai infeksi
sekunder leukosit dapat meningkat.11, 12
2.4 Terapi
Tindakan dan obat-obatan:
- O2 bila sesak
- Kasus berat/ toksik berikan IVFD (perhatikan ada/tidaknya dehidrasi untuk
menentukan jumlah cairan. Bila tidak ada dehidrasi, berikan 80- 90% cairan
rumatan)
- Antibiotik
Kloramfenikol 75-100 mg/kgbb/hr dibagi 4 dosis dan/atau ampisilin 100-200
mg/kgbb/hr dibagi 4 dosis
- Epinefrin rasemat (stimulator reseptor α dan β adrenergic) dosis 0,05-01
mL/kgbb/dosis dicampur dengan NaCl fisiologis secara nebulisasi, bila tidak ada
epinefrin rasemat berikan epinefrin isomer secara nebulisasi dosis 5ml konsentrasi
1:1000.
- Boleh diberikan dexametason : 0,6 mg/kgbb i.m. dosis tunggal atau nebulisasi
budesonid 2mg
17 | P a g e
Trakeostomi : jika obstruksi saluran respiratorik berat/ tidak responsive dengn terapi
konvensional. 11
3. EPIGLOTITIS (SUPRAGLOTITIS)
Keadaan yang mengancam jiwa anak akibat obstruksi akut saluran respiratorik yang
disebabkan peradangan dan udema pada daerah supraglotis laring yang meliputi epiglotis,
plika ariepiglotika, dan hipofaring disebut juga supraglotitis.11
3.1 Etiologi
- Haemophilus influenza tipe b (paling sering)
- Streptococcus β hemolyticus group A
- Staphylococcus aureus (jarang). 11
3.2 Diagnosis
Anamnesis
- Paling sering pada anak 2-6th
- Awitan gejala klinis terjadi tiba-tiba (lama gejala sebelum dirawat ± < 24 jam)
dengan panas badan tinggi, sakit tenggorokan, nyeri menelan, batuk, air liur
menetes dan dalam beberapa jam cepat menjadi progresif sehingga timbul distress
pernapasan (biasanya stridor inspirasi tidak jelas), disfagia, megap-megap, pucat,
gelisah, sianosis, dan tampak toksik.
- Anak yang besar biasanya berada dalam posisi duduk membungkuk ke depan,
mulut terbuka, lidah menjulur, dan air liur menetes (tripod sign)
Pemeriksaan fisik
- Demam
- Tanda/gejala distress pernapasan (iritable, disorientasi, dapat terjadi henti
jantung/nafas)
- Laringoskopi (jangan dilakukan pada kasus akut)
- Epiglotis tampak meraj dan udema pada plika ariepiglotika
18 | P a g e
Pemeriksaan penunjang :
foto leher lateral: menunjukan pembesaran dan pembengkakan epiglotis serta pelebaran
hipofaring. Gambaran radiologi yang khas yaitu thumb print like pada epiglotis yang
membengkak.
laboratorium : pemeriksaan darah menunjukkan lekosit meningkat, pada hitung jenis
tampak pergeseran ke kiri. Bila fasilitas tersedia : dari pemeriksaan hapusan tenggorokan
dan biakan darah dapat ditemukan Haemophylus Influenza tipe B.11,12
3.3 Terapi
- Stabilisasi keutuhan saluran respiratori dan dukungan ventilasi
- Trakeostomi
- Perwatan di ruang intensif
- Intubasi endotrakeal/trakeostomi
- O2
- Antibiotik diberikan 10 hari (7hari i.v selanjutnya per oral)
Kloramfenikol 75-100 mg/kgbb/hr dibagi 4 dosis + ampisilin 100-200 mg/kgbb/hr
dibagi 4 dosis atau
Cefotaxim 100-200 mg/kgbb/hr dibagi 3-4 dosis atau
Ceftriaxone 50-100 mg/kgbb/hr dibagi 2 dosis atau
Cefuroxim 75-150 mg/kgbb/hr dibagi 2 dosis
Catatan : Epinefrin rasemat tidak berguna
Kortikosteroid tidak diberikan. 11
4. TRAKEITIS BAKTERI
Keadaan yang juga menganca, jiwa seperti epiglotitis. Merupakan akibat infeksi bakteri akut
pada saluran respiratori atas yang tidak melibatkan epiglotis, sehingga menyebabkan
obstruksi berat pada saluran respiratorik dan dapat berakhir dengan kematian. Biasanya
epiglotits dapat juga ditemukan pada trakeitis bakteri. Seting juga disebut
pseudomembranous croup.11
4.1 Etiologi
19 | P a g e
Staphylococcus aureus (terbanyak)
Streptococcus pneumoniae
4.2 Diagnosis
Anamnesis
- Biasanya menyerang anak < 3 th
- Batuk menggonggong, stridor inspirasi, dan demam tinggi diawali dengan
laringotrakeobronkitis ringan.
Pemeriksaan fisik
- Demam tinggi dan tampak toksik (petunjuk adanya infeksi bakteri bahkan
cendrung seperti epiglotitis)
- Sekret kental di trakea (saan aslirasi sekret)
- Laringoskopi : tampak banyak sekret kental di trakea
Pemeriksaan penunjang
-Laboratorium
Leukositosis dengan pergeseran ke kiri (shift to the left)
-Radiologi
Foto soft tissue leher AP penyempitan didaerah subglotis.
DIFTERIA
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan Corynebacterium diphtheria.11
1. Etiologi
Corynebacterium diphtheriae
2. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan masuknya kuman ke dalam hidung/mulut dan menetap
pada permukaan mukosa saluran napas bagian atas. Sesudah 2-4 hari dikeluarkan
toksin. Respon peradangan lokal dan nekrosis jaringan menimbulkan patchy exudate
20 | P a g e
Dengan bertambahnya pembentukan toksin, daerah infeksi meluas dan
mendalam, membentuk pseudomembran. Edema jaringan lunak meluas ke dalam
membran memberikan gambaran bullneck.11
3. Diagnosis
Difteria faring dan tonsil (difteria fausial)
Paling sering dijumpai (I 75%). Gejala mungkin ringan. Hanya berupa radang
pada selaput pada selaput lendir dan tidak membentuk pseudomembran, dapat sembuh
sendiri dan memberikan imunitas pada penderita.
Pada penyakit yang lebih berat, mulainya seperti radang akut tenggorok
dengan suhu yang tidak terlalu tinggi dapat ditemukan pseudomembran yang mula-
mula hanya berapa bercak putih keabu-abuan yang cepat meluas ke nasofaring atau ke
laring, nafas berbau dan timbul pembengkakan kelenjar regional sehingga leher
tampak seperti leher sapi (bull neck).
Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun
belum terjadi sumbatan faring. Hal ini disebabkan oleh paresisi palatum mole.9
Diftheria Laring dan trachea
Lebih sering sebagai penjalaran difteria faring dan tonsil. Gejala gangguan
jalan nafas berupa suara serak dan stridor inspirasi jelas dan bila lebih berat dapat
timbul sesak nafas hebat. Slanosis dan tampak retraksi suprastemal serta epigastrium.
Pembesaran kelenjar regional akan menyebabkan bull neck. Pada pemeriksaan laring
tampak kemerahan sembab, banyak secret dan permukaan ditutupi oleh
pseudomembran. 9
Pemeriksaan penunjang
-Laboratorium :
Kadar Hb menuruh
leukositosis
21 | P a g e
penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin
urin mungkin dapat ditemukan albuminuria ringan.
Diagnosis pasti dengan ditemukannya kuman difteri pada sediaan langsung / biakan.9
4. Terapi
- Sesegera mungkin menetralisir toksin bebas
- Sesegera mungkin membunuh kuman
- Netralisir toksin bebas
ADS (anti difteri serum)
Dosis : Difteri hidung/ faring ringan 40.000 U
Difteri faring 60.000-80.000 U
Difteri faring berat/ laring/ dengan bullneck 100.000 – 120.000 U
- Eradikasi kuman
Penisilin prokain 25.000-50.000 U/kgbb/hr i.m; tiap 12 jam selam 14 hari
Bila hasil biakan (-) 3 hari berturut-turut
Eritromisin 40-50 mg/kgbb/hr, dibagi dalam 4 dosis max 2gr/hr per oral atau i.v
tiap 6 jam selama 14 hari
Amoksisilin, Klindamisin juga efeksif digunakan
- Isolasi
- Suportif
Tirah baring 2-3 mgg atau lebih lama bila terjadi miokarditis
O2 bila sesak
Diet makanan lunak yang mudah dicerna dengan kalori tinggi
Trakeostomi pada kasus dengan obstruksi saluran nafas berat
Roboransia
Prednison 1,0-1,5 mg/kgbb/hr per oral tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 14
hari.11
22 | P a g e
ASPIRASI BENDA ASING
Aspirasi benda asing ke dalam saluran napas merupakan kejadian yang sering kita jumpai
pada anak. Aspirasi benda asing dapat terjadi pada semua usia anak, terutama pada anak 2-4
tahun.3
1. Etiologi
- Asal
Benda asing eksogen yaitu yang berasal dari luar tubuh, dan benda asing endogen
yaitu benda asing yang berasal dari dalm tubuh sendiri
- Jenis
Benda asing organik yaitu benda asing yang bersal dari makhluk hidup, dan benda
asing anorganik yaitu benda asing yang berasal dari benda mati.
- Sifat
Masing-masing benda asing memiliki sifat, seperti kacang-kacangan yang dapat
mengembang dan menyumbat total, dan logam yang mempunyai kandungan metal
yang menimbulkan rasa yang khas.
- Faktor resiko
- Usia
Anak-anak terutam 2-4 tahun, umumnya memiliki kegemaran mencoba memasukkan
benda-benda kecil ke dalam hidung, mulut, telinga, dll.
- Anatomis
Faktor anatomis yang memudahkan memasukkan benda-benda ke dalam saluran
respiratori
1. Gigi geraham yang belum terbentuk
2. Gusi dan penyangga gigi yang lemah
3. Laring pada bayi terletak lebih kedepan dan keatas dibandingkan dewasa
4. Ukuran laring dan trakea yang lebih kecil
5. Epiglotis bayi lebih pendek dan berbetuk huruf “U”
6. Bentuk laring pada anak seperti corong
23 | P a g e
7. Adanya penyempitan trakea pada bayi dan anak di daerah subglotis
- Faktor pertahanan saluran respiratori
Seperti gangguan reflek batuk, reflek spasme laring, pertahanan imunitas seluler dan
humoral.
- Faktor sosial ekonomi
Kecorobohan orang tua dalam mengawasi dan mengasuh anaknya.
Benda asing dalam laring
Benda asing yang sering tersangkut dalam laring adalah benda tajam yang dapat
menusuk mukosa (misalnya duri ikan), benda yang berukuran besar, benda yang mempunyai
permukaan tidak rata, atau benda yang lembek. Benda yang lembek misalnya daging mudah
terjepit dengan kuat diantara pita suara akibat reflek spasme laring. Sumbatan yang terjadi
biasanya bersifat total sehingga cendrung berat dan berbahaya. Bila benda asing tidak
dikeluarkan dalam 3-4 menit, dapat berakibat fatal. Sumbatan parsialpun dapat mengganggu
aliran udara pernapasan.
Jenis sumbatan
1. Bypass valve obstruction atau partial bronchial obstruction atau obstruksi katub
terbuka. Udara pernapasan masih dapat keluar masuk pada saat inspirasi meskipun
tidak adekuat
2. Inspiratory check valve obstruction atau obstruksi bentuk katup pengatur
inspirasi.karena udara tidak dapat masuk pada saat inspirasi, tetapi dapat keluar pada
saat ekspirasi, maka udara di bagian distal sumbatan akan habis, sehingga paru akan
kolaps atau ateletaksis.
3. Exspiratory check valve obstruction atau obstruksi bentuk katup pengatur ekspirasi.
Kebalikan dari bentuk yang kedua, pada bentuk ini udara dapat masuk pada saat
inspirasi, tetapi tidak dapat keluar pada saat ekspirasi. Sehingga di bagian distal
sumbatan akan mengalami emfisema.
4. Stop valve obstruction atau obstruksi bentuk katup tertutup. Pada obstruksi bentuk ini
benda asing menutup seluruh lumen saluran respiratorik, baik pada saat inspirasi
24 | P a g e
maupun pada saat ekspirasi, sehingga seluruh udara paru di bagian distal sumbatan
akan mengalami absorpsi dan dalam waktu 24 jam akan mengalami kolaps atau
ateletaksis.
Peradangan dan kelainana yang ditimbulkan
Benda asing organic selain mudah mengembang sering menimbulkan peradangan atau
edema mukosa. Hal ini disebabkan adanya kandungan bahan-bahan sejenis minyak seperti
pada kacang-kacangan dapat memicu timbulnya reaksi radang. Pada sumbatan yang terjadi
pada aspirasi benda asing anorganik kelainan patologis yang ditimbulkan bukan hanya karena
ukurannya yang besar, tetapi juga karena reaksi radang yang timbul. Sehingga dapat terjadi
ateletaksis, emfisema, bronkiektasis, bronchitis, pneumonia, abses, dan empiema.
2. Gejala klinis
Berdasarkan perjalanan dibagi menjadi tiga tahap yaitu gejala awal, periode laten,
gejala lanjutan.
- Gejala awal
Gejala awal yang timbul dapat berupa tersedak, serangan batuk keras dan tiba-tiba, sesak
napas, rasa tidak enak di dada, mata berair, rasa perih di tenggorokan dan kerongkongan.
Gejala ini seringkali ringan dan berlangsung singkat, sehingga tidak diperhatikan
- Periode laten atau tanpa gejala
Setelah gejala awal dilalui diikuti periode bebas gejala yang disebut masa laten. Masa ini
mulai beberapa jam sampai beberapa tahun. Pada periode ini dapat dijumpai gejala sakit
menelankarena terjadi pembengkakan didaerah laring.
- Gejala susulan atau lanjutan
Laring merupakan daerah yang sempit dan peka, sehingga mudah mengalami peradangan,
edema, spasme, dan lain-lain. Oleh karena itu, benda asing yang masuk ke dalam laring dapat
menimbulkan gejala yang beragam, seperti sesak napas, stridor, mengi, nyeri pada saat
menelan, berbicara, atau bernapas dalam, serak atau parau hingga afoni, batuk serak disertai
25 | P a g e
stridor, hemoptasis, retraksi interkostal, epigastrial dan supraklavikular, serta detak jantung
yang meningkat. Biula terjadi sumbatan total, dapat timbul sianosis dan kematian.3
Stridor
Inspiratory – biasanya obstruksi supraglottic akan terhisap ke glottis dengan inspirasi
Expiratory – biasanya obstruksi subglottic akan terdorong ke glottis selama ekspirasi
Biphasic – keduanya diatas atau suatu lesi yang terisolasi di glottis.13
3.Pemeriksaan penunjang
Laringoskopi dan bronkoskopi
Laringoskopi indirect pada pasien yang stabil dan kooperatif berguna untuk mendiagnosa
benda asing, massa retrofaring atau laring dan patologi glottis lainnya.
4.Tatalaksana
Selama anak masih dapt batuk, berbicara, menangis, tidak dibutuhkan tindakan secepatnya.
Tidak diperbolehkan melakukan tindakan memasukkan jari tangan ke daerah orofaringeal
pada anak, kecuali benda sing terlihat didaerah posterior faring.
Untuk anak < 1 tahun lakukan tindakan chest thrush dan back slap pada posisi prone.
Untuk anak >1 tahun lakukan tindakan abdominal thrush.
Tindakan tersebut dilakukan untuk memberikan tekanan pada diafragma sehingga tekanan
intrathorakal yang dapat mengeluarkan benda sing tersebut
Bronkoskopi. 3
Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor
jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan
terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat
mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg
IV dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan
Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.
26 | P a g e