pendahuluan.docx kzt 0rganofsfat

15
PESTISIDA Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama/ mengendalikan hama antara lain : Serangga ( perusak tumbuhan/ hasil panen, sebagai vektor penyakit ) Jamur Lalat dan nyamuk rumah tangga Penggunaan pestisida dapat mempengaruhi kesehatan manusia, secara nyata dapat menimbulkan keracunan sampai kematian pada manusia. Hal tersebut terjadi pada waktu penggunaan maupun karena disalahgunakan. Bermacam – macam pestisida telah di produksi dengan usaha mengurangi efek samping sehingga berkurang daya toksisitas pada manusia, tetapi sngat toksik pada serangga. Toksisitas pestisida bervariasi, sejumlah pestisida sangat toksik sehingga jumlah yang sangat kecil dapat menyebabkan kematian, sementara sejumlah pestisida lain dalam jumlah cukup dapat menyebabkan orang menjadi sakit. Penggolongan pestisida Berdasarkan penggunaan dan struktur kimia : Golongan Bentuk kimia Zat aktif I. 1nsektisida Organofosfat Carbamat Fosforotionat ( mis : Parathion, Diazinon ) Fosforoditioat (mis : Malathion ) Fosfat (mis : Mevinfos) Fosforotiolat (mis : Dimetoat)

Upload: nube23

Post on 04-Aug-2015

68 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PESTISIDA

Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama/ mengendalikan hama antara

lain :

Serangga ( perusak tumbuhan/ hasil panen, sebagai vektor penyakit )

Jamur

Lalat dan nyamuk rumah tangga

Penggunaan pestisida dapat mempengaruhi kesehatan manusia, secara nyata dapat

menimbulkan keracunan sampai kematian pada manusia. Hal tersebut terjadi pada waktu

penggunaan maupun karena disalahgunakan. Bermacam – macam pestisida telah di produksi

dengan usaha mengurangi efek samping sehingga berkurang daya toksisitas pada manusia,

tetapi sngat toksik pada serangga.

Toksisitas pestisida bervariasi, sejumlah pestisida sangat toksik sehingga jumlah yang

sangat kecil dapat menyebabkan kematian, sementara sejumlah pestisida lain dalam jumlah

cukup dapat menyebabkan orang menjadi sakit.

Penggolongan pestisida

Berdasarkan penggunaan dan struktur kimia :

Golongan Bentuk kimia Zat aktifI. 1nsektisida Organofosfat

Carbamat

Organoklorin

Insektisida tanaman

Fosforotionat ( mis : Parathion, Diazinon )Fosforoditioat (mis : Malathion )Fosfat (mis : Mevinfos)Fosforotiolat (mis : Dimetoat)KarbarilKarbofuranPropoksourDDTLindaneDieldrinAldrinklordanNikotinpiretin

2. Herbisida Aset anilidAmidaDiazinoneCarbamate

Triazine

AtachlorPropachlorBentazaoneChlorprophanAsulamAthrazin

TriazinoneMetribuzineMetamitron

3. Fungisida Inorganik

BenzimidazoleHydrocarbon-phenolik

Bordeaux mixtureCopper oxychloridMercurous chlorideSulfurThiabendazoleTar oil

Organofosfat

Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disintesis dan diuji untuk aktivitas

insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis saja. Semua produk

organofosfat tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan

penggunaannya untuk membunuh serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk

keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan untuk

aktivitas kolinomimetik (efek seperti asetil kholin). Obat tersebut digunakan untuk

pengobatan gangguan neuromuskular seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga digunakan

untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik (misal: trisiklik

anti depressan, atropin).

A. Komponen Organofosfat

Komponen organofosfat digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuan sebagai

insektisida.

1. Fosforotionat ( mis : Parathion, Diazinon )

2. Fosforoditioat (mis : Malathion )

3. Fosfat (mis : Mevinfos)

4. Fosforotiolat (mis : Dimetoat)

B. Mekanisme Toksisitas Organofosfat

Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan

sering menyebabkan keracunan pada manusia. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja

dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat

menyebabkan kematian pada orang dewasa.

Pestisida golongan ini tersedia dalam bentuk bubuk, cairan konsentrat, atau granul.

Semua bentuk tersebut mudah mengalami hidrolisis dan oksidasi. Kelembaban dan sinar

matahari berperan penting dalam proses transformasi secara alamiah.

Sebagian besar pestisida golongan organofosfat digunakan sebagai insektisida, dan

sebagian lagi digunakan sebagai fungisida, herbisida, atau ratisida. Pajanan terhadap manusia

bisa terjadi melalui hidung, kulit atau mulut. Uptake melalui kulit mungkin lebih banyak,

karena sifat lipofilik dari senyawa ini. Biotransformasi terjadi melalui tiga reaksi utama,

yakni oksidasi, hidrolisis, dan reaksi transferase. Efek toksik pestisida golongan organofosfat

terjadi melalui tiga reaksi utama, yaitu: hambatan terhadap aktivitas enzim kolinesterase;

hambatan terhadap neuropathy target esterase (NTE) dan terjadinya neuropati secara lambat;

dan penglepasan dari gugus alkil yang terikat pada atom pospat dan terjadinya alkilasi dari

makromolekul termasuk RNA dan DNA.

Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase

dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis

asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah

asetilkolin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system

saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang

berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Penghambatan kerja enzim terjadi karena organofosfat melakukan fosforilasi enzim

tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.

C. Gejala Keracunan

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat

bergantung pada adanya stimulasi asetilkolin atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf

pusat maupun perifer.

D. Efek toksisitas organofosfat

Efek toksik pestisida golongan organofosfat terjadi melalui tiga reaksi utama, yaitu:

hambatan terhadap aktivitas enzim kolinesterase; hambatan terhadap neuropathy target

esterase (NTE) dan terjadinya neuropati secara lambat; dan penglepasan dari gugus alkil

yang terikat pada atom pospat dan terjadinya alkilasi dari makromolekul termasuk RNA

dan DNA.

Efek yang ditimbulkan organofosfat meliputi efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat

Efek Gejala1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)

- Kejang perut- Nausea dan vomitus- Bradicardia- Miosis- Berkeringat

2. Nikotinik - Pegal-pegal, lemah- Tremor- Paralysis- Dyspnea- Tachicardia

3. Sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis- Sakit kepala- Emosi tidak stabil- Bicara terbata-bata- Kelemahan umum- Convulsi- Depresi respirasi dan gangguan jantung- Koma

Efek lain yang dapat ditimbulkan adalah dapat mengubah fungsi imun (menekan

pembentukan antibodi, mengganggu fagositosis leukosit, dan mengurangi pusat germinal

pada limfa, timus dan kelenjar limfa).

1. DIAZINON

Diazinon merupakan insektisida non sistemik digunakan dalam pertanian

untuk mengontrol serangga dan hama tanah, daun, buah-buahan, sayuran. Produk

dengan zat aktif diazinon yang beredar diformulasikan dalam bentuk cairan

konsentrat, mikroenkapsulasi, serbuk yang di larutkan.

Mekanisme kerja diazinon yaitu dengan cara mengubah neurotransmisi normal

dalam sistem saraf, menghambat enzim asetilkolinesterase (AchE) yang

menghidrolisis asetilkolin (Ach) pada sinapsis kolinergik dan tautan neuromuskular.

Hal ini menyebabkn akumulasi Ach yang abnormal pada sistem saraf.

Gejala dan efek yang timbul pada manusia :

Gejala akut : timbul beberapa menit setelah terpapar seperti mual, pusing,

produksi air liur berlebihan, berkeringat. Gejala dapat berkembang menjadi

muntah, kram perut, diare, otot berkedut, tremor, penglihatan kabur, cemas

dan gelisah serta gejala kejiwaan seperti depresi, hilang memori.

Sindrom menengah, terjadi dalam waktu 24-96 jam setelah terpapar. Ditandai

dengan kesulitan bernafas dan kelemahan otot pada wajah dan otot-otot

ekstremitas proksimal, kelumpuhan nervus kranial dan refleks tendon.

Toksisitas akut di tunjukkan oleh nilai :

Oral : memiliki toksisitas akut rendah, LD50 pada tikus jantan dan betina, 1340

mg/kg pada tikus jantan dan 1160 mg/kg pada tikus betina.

Kulit : LD50 pada kelinci lebih besar dari 2020 mg/kg. Diazinon dapat

mengiritasi kulit dan mengiritasi mata.

2. MALATHION

Malathion tergolong kedalam organofosfat yang sering digunakan untuk

membunuh nyamuk dan serangga lainnya, lalat dan sering ditemukan pada beberapa

produk shampo untuk mengobati kutu.

Mekanisme kerja malathion mempengaruhi sistem saraf, malathion mengikat

enzim asetilkolinesterase.

Gejala dan efek yang ditimbul :

Gejala akut yang timbul segera setelah terpapar adalah mual, muntah, tremor,

kejang, sesak nafas, sakit kepala, nyeri perut dan diare.

Umumnya malathion dapat di pecah oleh tubuh serta dapat dihilangkan

dengan cepat dari dalam tubuh. Penelitian pada tikus, malathion hilang dari tubuh

dalam 1 hari setelah terpapar. Malathion mudah terserap melalui kulit, sehingga

sangat dianjurkan apabila kulit terpapar produk yang mengandung malathion maka

ikuti petunjuk pertolongan pertama pada label produk tersebut.

3. MEVINFOS

Mevinfos merupakan senyawa organofosfat yang sangat beracun yang dapat

masuk melalui semua rute paparan.

Mevinfos bekerja menginhibitor enzim kolinesterase, berikatan dengan sistem

saraf pusat.

Gejala dan efek yang timbul :

Gejala keracunan muncul setelah 15 menit sampai 2 jam setelah terpapar

mevinfos.

Gejala pada pernafasan, ketika terhirup hidung berdarah, batuk, sesak dada

(sulit bernafas/ sesak nafas), karena terjadi penyempitan atau kelebihan cairan

dalam bronkial.

Kontak kulit dan mata, jika kontak dengan kulit dapat menyebabkan

berkeringat yang berlebihan. Jika kontak dengan mata, maka menyebabkan

nyeri, terjadi perdarahan, penyempitan pupil dan penglihatan kabur.

Efek sistemik lainnya mulai muncul setelah 12 jam tertunda, seperti mual,

muntah, diare, kram perut, sakit kepala, pusing.

Keracunan parah akan mempengaruhi sistem saraf pusat, seperti hilangnya

reflek, bicara cadel, lelah, lemah, kontraksi otot tak sadar, berkedut, tremor

lidah atau kelopak mata dan ahirnya kelumpuhan tubuh dan otot pernafasan.

Gejala parah lainnya, buang air besar atau buang air kecil tanpa disadari,

denyut jantung tidak teratur, kejang, koma. Dapat terjadi kematian karena

kegagalan pernafasan atau serangan jantung.

Toksisitas mevinfos :

LD50 oral pada tikus adalah 3-12 mg/kg

LD50 dermal pada tikus jantan 12 mg/kg, tikus betina 4,2 mg/kg

4. PARATHION

Parathion merupakan suatau senyawa fosfor organik yang dikenal sebagai

insektisida yang sangat beracun bagi manusia. Pada serangga parathion sebagai

inhibitor kolinesterase

Parathion sangat beracun oleh semua rute paparan. Kematian manusia oleh

parathion disebabkan oleh konsumsi oral, adsorpsi dermal, dan inhalasi . Seperti

dengan semua organofosfat, parathion mudah diserap melalui kulit. Kulit yang kontak

dengan bahan ini harus segera dicuci dengan sabun dan air dan semua pakaian yang

terkontaminasi harus dibersihkan. Orang dengan penyakit kardiovaskular, hati atau

penyakit ginjal, glaukoma, atau gangguan sistem saraf pusat mungkin menghadapi

peningkatan risiko dari paparan parathion. Suhu lingkungan yang tinggi dan cahaya

tampak atau UV dapat meningkatkan toksisitas.

Parathion dapat menyebabkan penebalan dan kekasaran kulit

(hyperkeratinization). Hal ini tidak menyebabkan terjadinya sensitisasi (alergi).

Percikan pada mata dapat menyebabkan penyempitan pupil, sehingga sulit untuk

menentukan jalur obyek yang bergerak.

Gejala-gejala yang disebabkan antara lain:

Pucat, mual, muntah, diare, kram perut, sakit kepala, pusing, sakit

mata, penglihatan kabur, konstriksi atau dilatasi pupil, air mata, air

liur, keringat, dan konvulsi.

Keracunan yang parah dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, bicara

cadel, hilangnya refleks, kelemahan, kelelahan, kontraksi otot tak

sadar, berkedut, tremor lidah atau kelopak mata, dan akhirnya

kelumpuhan ekstremitas tubuh dan otot-otot pernapasan.

Pada kasus yang parah juga dapat menyebabkan terjadinya psikosis,

denyut jantung tidak teratur, tidak sadar, kejang dan koma.

Kematian dapat disebabkan oleh kegagalan pernafasan atau serangan

jantung

LD50 oral untuk parathion adalah 2 sampai 30 mg / kg pada tikus, 5 sampai 25

mg / kg pada tikus, 8 sampai 32 mg / kg pada babi guinea, 10 mg / kg pada kelinci,

0,93 mg / kg pada kucing, dan 3 sampai 5 mg / kg pada anjing. LD50 dermal pada

tikus adalah 6.8 sampai 50 mg / kg, pada tikus adalah 19 mg / kg, pada marmut adalah

45 mg / kg, dan pada kelinci adalah 15 mg / kg. Dosis terendah dengan efek toksik

pada manusia adalah 240 ug / kg (kurang dari 0,1 ons).

E. Penanganan Keracunan Organofosfat

Keracunan akut :

Tindakan gawat darurat:

1. Buat saluran udara.

2. Pantau tanda-tanda vital.

3. Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen.

4. Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai gejala

keracunan parasimpatik terkendali.

5. Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi

setelah 30 menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam dapat diulangi2

kali. Selain pralidoksim, dapat digunakan obidoksim (toksogonin).

6. Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan selaput

lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun.

7. Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan

berikansirup ipeca supaya muntah.

Tindakan umum:

1. Sekresi paru disedot dengan kateter.

2. Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan

fenotiazin dan obat-obat yang menekan pernapasan.

Keracunan kronik:

Jika keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun, makaperlu

dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal.

F. Pestisida yang Mengandung Organofosfat yang Terdapat di Pasaran

Herbisida : Scout 180/22 AS, Polaris 240 As, Roundup 75 WSG

Fungisida : Kasumiron 25 / 1 WP, Afugan 300 EC, Rizolex 50 WP

Insektisida : Curacron 500 EC, Tokuthion 500 E

TUGAS KIMIA ZAT TOKSIK

PESTISIDA

“GOLONGAN ORGANOFOSFAT”

disusun oleh:

Fienda Triani 0906601405

Yulia Anggraeni 0706197843

DEPARTEMEN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN DAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2011