penatalaksanaan oma dan omk

8
KONSEP MEDIS OTITIS MEDIA AKUT (OMA) DAN OTITIS MEDIA KRONIK (OMK) 1. Definisi Otitis Media Otitis Media infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (otitis eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis) dan telinga bagian dalam (labyrintihtis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan di telinga tengah. Klasifikasi Otitis Media ada dua, yaitu: a) Otitis Media Akut (OMA) Otitis Media Akut (OMA) merupakan infeksi akut pada liang telinga tengah (ARIF,2000:79). Menurut MANSJOER,2001 oma adalah peradangan akut atau seluruh perisilium telinga tengah. b) Otitis Media Kronik (OMK) Otitis Media Kronik (OMK) terjadi infeksi dengan peforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Otitis media akut menjadi otitis media kronik apabila proses infeksi lebih dari 2 bulan. 2. Etiologi

Upload: ikbal

Post on 03-Feb-2016

301 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

semangat

TRANSCRIPT

Page 1: Penatalaksanaan OMA DAN OMK

KONSEP MEDIS

OTITIS MEDIA AKUT (OMA) DAN OTITIS MEDIA KRONIK (OMK)

1. Definisi Otitis Media

Otitis Media infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (otitis

eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis) dan telinga bagian

dalam (labyrintihtis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi

telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan di telinga tengah.

Klasifikasi Otitis Media ada dua, yaitu:

a) Otitis Media Akut (OMA)

Otitis Media Akut (OMA) merupakan infeksi akut pada liang telinga tengah

(ARIF,2000:79). Menurut MANSJOER,2001 oma adalah peradangan akut atau seluruh

perisilium telinga tengah.

b) Otitis Media Kronik (OMK)

Otitis Media Kronik (OMK) terjadi infeksi dengan peforasi membran timpani dan

sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Otitis media akut

menjadi otitis media kronik apabila proses infeksi lebih dari 2 bulan.

2. Etiologi

Kuman penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) adalah bakteri piogenik seperti

streptococcus, hemolitikus, stapilococcus aureus, diplococcus pneumokukus.

OMA sering terjadi akibat infeksi abkteri, biasanya Streptococcus pneumonia,

Haemophiluss influenza, atau Staphylacoccus aureus. OMA juga dapat di sebabkan oleh

infeksi virus. Imaturitas system imun atau penyakit refluks gastroesofagus pada anak kecil

juga dapat menjadi penyebabnya. OMA terjadi ketika tuba eustachius yg secara normal

mengalirkan sekresi telinga tengah ke tenggorokan menjadi tersumbat atau penuh sehingga

menyebabkan penimbunan sekresi telinga tengah dan cairan. Ketika tuba eustachius terbuka

kembali, tekanan di telinga yang mengalami kongesti tersumbat dapat menarik skresi hidung

yang terkontaminasi melalui tuba eustachius untuk masuk ke telinga tengah sehingga terjadi

infeksi. (Corwin, 2009:384)

Page 2: Penatalaksanaan OMA DAN OMK

OMA adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya

steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachius seperti obstruksi yg di

akibatkan oleh saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan di sekitarnya. Cara masuk bakteri

pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tubah eustachius akibat kontaminasi sekresi

dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk ke telinga tengah bila ada perforasi membran

timpani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan

pendengaran konduktif. (Smeltzer, 2001:2050)

3. Patofisiologi

4. Manifestasi Klinik

a. Otitis Media Akut (OMA)

Gejala diawali dengan infeksi saluran napas disertai

nyeri telinga

Demam

Gangguan pendengaran

Page 3: Penatalaksanaan OMA DAN OMK

Dari pemeriksaan otoskopi gerakan membran timpani berkurang,

cembung, kemerahan, keruh, sekret porulen.

Pada bayi gejala diatas tidak khas sehingga gejala yang timbul:

irritable, diare,muntah, malas minum, sering menangis. Pada

anak lebih besar keluhan biasanya nyeri dan tidak nyaman di

telinga.

Efusi kurang dari 3 minggu

b. Otitis Media Subakut

Efusi 3 minggu - 3 bulan

c. Otitis Media Kronik/Menetap

Efusi lebih dari 3 bulan

5. Komplikasi

6. Penatalaksanaan

I. Penatalakasanaan medis menurut Downshen et al 2002, H.149.

1) stadium oklusi tuba

Berikan antibiotik selama 7 hari :

- Ampisilin : dewasa 500 mg x sehari; anak 25 mg/KgBB 4x sehari atau

- Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; anak 10mg/KgBB 3 x sehari atau

- Eritromisin : Dewasa 500 gr 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari

Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi

Antipiretiik

2) Stadium hiperemis

Berikan antibiotik selama 10-14 hari :

- Ampisilin : dewasa 500 mg 4 x sehari; anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau

- Amoksisilin : dewasa 500 mg 3 x sehari ; anak 10 mg/KgBB 3 x sehari

- Eritromisin : dewasa 500 mg 4 x sehari; anak 10 mg/KgBB 4 x sehari

Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi

Antipiretik, analgetik, dan pengobatan simtomatis lainnya

3) Stadium suporasi

Page 4: Penatalaksanaan OMA DAN OMK

Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan

Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral selama 3 hari.

Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroran selama 14

hari

Bila teidak ada fasilitas perawatan segera rujuk kedokter spesialis THT untuk

dilakukan miringotomi.

II. Penatalaksanaan keperawatan menurut Muscari 2005, h.221 ialah:

1) Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi yang

mungkin terjadi.

2) Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai indikasi dan lepas pakaina

anak yang berlebihan.

3) Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi, tawarkan makanan

lunak pada anak untuk membantu mengurangi mengunyah makanan, dan berikan

kompres panas atau kompres hangat lokal pada telingan yang sakit.

4) Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang sakit

tergantung

5) Cegah kerusakakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih

6) Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga :

- Jelaskan dosis, teknik pemberian, dan kemungkinan efek samping obat

- Tekakankan pentingnya menyelesaikan seluruh bagian pengobatan antibiotik

- Identifikasi tanda-tanda kehilangan pendengaran dan menekankan pentingnya

uji audiologik, jika diperlukan

- Diskusikan tindakan-tindakan pencegahan, seperti memberi anak posisi tegak

pada waktu makan, menghembus udara hidung dengan perlahan, permainan

meniup.

- Tekankan perlunya untuk perawatan tindak lanjut setelah menyelesaikan terapi

antibiotik untuk memeriksa adanya infeksi persisten.

KONSEP KEPERAWATAN

Page 5: Penatalaksanaan OMA DAN OMK

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama : -

Umur : -

Jenis kelamin : -

Agama : -

Pendidikan : -

Pekerjaan : -

Alamat : -

Tanggal masuk rumah sakit : -

Penanggung jawab: -

Hubungan : -

No. MR : -

b. Riwayat Kesehatan

- Keluhan Utama

- Riwayat peyakit dahulu

Riwayat keluarga

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Adanya cairan yang keluar atau berada di sekitar liang telinga mungkin akan terlihat luka

di sekitar telinga yang mengakibatkan adanya cairan yang keluar berupa, serosa, serosa-

mukosa, mucus, purulens mukopurulen dan hemoragis, dengan jernih cair ataupun kental.

Kemungkinan adanya luka (lubang) pada kavum timpani. Jika disertai peradangan, akan

terlihat kemerahan disekitar pembengkakan. Jika disebabkan karena masuknya benda

asing maka akan terlihat adanya benda asing (dapat dilihat secara langsung atau dengan

alat khusus). Adanya pembentukan kolesteatoma (penimbunan bahan putih yang

menyerupai kulit) di telinga tengah. Kolesteatoma menyebabkan kerusakan tulang dan

meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi yang serius. Pada otitis media akut

ataupun otitis media kronik tidak jauh beda hanya saja pada otitis media kronik kondisi

lain lebih parah dan lama menderita.

Palpasi

Saat ditekan akan terasa adanya benjolan dan adanya nyeri tekan.

Page 6: Penatalaksanaan OMA DAN OMK

3. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

Otoskop pneumatik,Untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak

tembus cahaya dengan kerusakan mobilitas.

Kultur cairan melalui membran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme

penyebab

Timpanogram, untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.