buku pelayanan pastoral bagi omk

37
Buku Pelayanan Pastoral bagi OMK KATA PENGANTAR Komisi Kepemudaan Keuskuapan Agung Makassar (Komkep KAMS) merupakan Komisi yang dibentuk untuk memberikan pelayanan pastoral bagi OMK dalam wilayah Keuskupan Agung Makassar. Komkep Kams juga adalah bagian dari Komisi Kepemudaan KWI. Oleh karena itu arah pelayanan dan program dari Komisi Kepemudaan KAMS sesuai dan searah dari visi pastoral dan program yang telah dibuat dan diprogramkan Komisi Kepemudan KWI. Untuk visi pastoral Pendampingan OMK, Komkep Kams berpedoman pada Buku Pedoman Pastoral Karya Orang Muda (PPKM) yang diterbitkan Komkep KWI. Setelah rapat pleno dari Komisi Kepemudaan KWI yang dihadiri oleh seluruh KOMKEP dari seluruh Indonesia, disepakati bersama untuk melaksanakan 4 program yang akan ditindaklanjuti di seluruh Indonesia sejak tahun 2011 baik di tingkat regional maupun di Keuskupan masing masing. Adapun ke empat program itu adalah: 1. Pelatihan Pendidikan Nilai 2. Pelatihan Training For Trainers (TFT) 3. Pelatihan Pendidikan Politik 4. Pelatihan Kewirausahaan OMK Untuk melaksankan dan menindaklanjuti program tersebut, Komkep KAMS sesuai dengan sumber daya dan sumber dana yang ada serta adanya kebutuhan dari lapangan, mengadakan salah satu dari program itu, yaitu Pelatihan Training for Trainers (TFT) dimana yang menjadi sasaran dari program pelatihan ini adalah Seksi Kepemudaan Paroki (SKP) dan Para Pendamping OMK atau mungkin juga calon pendamping OMK. Bahan dan materi yang disajikan selama pelatihan berasal dari: Buku PPKM, pengalaman dalam memberi Training, bahan yang disharingkan dari

Upload: albertus-agung

Post on 18-Dec-2015

201 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

omk

TRANSCRIPT

Buku Pelayanan Pastoral bagi OMK

KATA PENGANTARKomisi Kepemudaan Keuskuapan Agung Makassar (Komkep KAMS) merupakan Komisi yang dibentuk untukmemberikan pelayanan pastoral bagi OMK dalam wilayah Keuskupan Agung Makassar. Komkep Kamsjuga adalah bagian dari Komisi Kepemudaan KWI. Oleh karena itu arah pelayanan dan program dari Komisi Kepemudaan KAMS sesuai dan searah dari visi pastoral dan programyang telah dibuat dan diprogramkanKomisi Kepemudan KWI. Untuk visi pastoral Pendampingan OMK, Komkep Kams berpedoman pada Buku Pedoman Pastoral Karya Orang Muda (PPKM) yang diterbitkan Komkep KWI.

Setelah rapatpleno dari Komisi Kepemudaan KWI yang dihadiri oleh seluruh KOMKEP dari seluruh Indonesia, disepakati bersama untuk melaksanakan4 programyangakan ditindaklanjuti di seluruh Indonesia sejak tahun 2011 baik di tingkat regionalmaupun di Keuskupan masing masing. Adapun ke empat programitu adalah:1. Pelatihan Pendidikan Nilai2. Pelatihan Training For Trainers (TFT)3. Pelatihan Pendidikan Politik4. Pelatihan Kewirausahaan OMK

Untuk melaksankandan menindaklanjuti program tersebut,Komkep KAMS sesuai dengan sumber daya dansumberdanayang ada serta adanya kebutuhan dari lapangan, mengadakan salah satu dari program itu, yaituPelatihan Training for Trainers (TFT) dimana yang menjadi sasaran dari program pelatihan ini adalah Seksi Kepemudaan Paroki (SKP) dan Para PendampingOMK atau mungkin juga calon pendamping OMK. Bahan dan materi yang disajikan selama pelatihan berasal dari: Buku PPKM, pengalaman dalam memberi Training,bahan yang disharingkan dari Trainers Komkep dari Keuskupan lain dan sumber sumber yang ada di Komkep KWI.

Pelayanan pastoral bagi OMK telahdilaksanakanoleh Komkep Kams bersamaTim,yang terdiri atas 4 orang. Tim initelah bekerja bersama-sama untuk memberikan pelayanan bagi OMK diwilayah Keuskupan Makassar sejak tahun 2008 sampai sekarang. Masing masing dengan latar belakang berbeda dan pengalaman berbedasecara sukarela bersedia memberikan pikiran,waktu, tenaga untuk melayani OMK . Ke 4 Tim kepemudaan KAMs yaitu:1. P. Yulius Malli, Pr2. Henny Maria Anastasia, S.Pd3.Joanna Fredericka Manurip, A.Md4.Thonny Iwan, S.SiBesar harapan kami, pelatihan dan materi yang disajikan dan terlebih sharing dari peserta yang hadirsemakin memperkarya pengetahuan, ketrampilan, motivasi dan spitiualitas kita untuk memberi apa yang terbaik bagi OMK di tempat kita masing masing.

I.ORANG MUDA KATOLIK (OMK)

Yang dimaksud dengan OMK menurutPedoman Karya Pastoral Kaum Muda (PKPKM) yang dikeluarkan Komisi Kepemudaan KWIadalah mereka yang berusia 13 s.d. 35 tahun dan belum menikah, sambil tetap memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-masing daerah. OMK mencakup jenjang usia remaja, taruna dan pemuda.

Kaum muda (youth, bhs. Ing) adalah kata kolektif untuk orang yang berada pada rentang umur 11-25 tahun37. Sedangkan Komisi Kepemudaan mengambil batas 13-35 tahun. Rentang umur ini merujuk pada buku Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda dan Keputusan Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda No. 01/BK tahun 1982 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda yang dikeluarkan oleh Kantor Menpora tahun 1985.

Rentang umur tersebut menunjukkan bahwa kaum muda terdiri atas usia remaja sampai dengan dewasa awal. Rentang umur tersebut dikategorisasi lebih rinci demi efektivitas pendampingan . Kategorisasi tersebut sebagai berikut: 1. Kelompok usia remaja (13 - 15 tahun) 2. Kelompok usia taruna (16 - 19 tahun) 3. Kelompok usia madya (20 - 24 tahun) 4. Kelompok usia karya (25 - 35 tahun)

Dalam pendampingan OMK harus dipandang sebagai pribadi yang sedang berkembang. Mereka memiliki ciri khas dan keunikan yang tak tergantikan, kualitas, bakat dan minat yang perlu dihargai. Mereka mempunyai perasaan, pola pikir, tata nilai dan pengalaman tertentu, serta masalah dan kebutuhan yang perlu dipahami. Mereka memiliki hak dan kewajiban, tanggung jawab dan peran tersendiri yang perlu diberi tempat. Semua itu merupakan potensi untuk dikembangkan dalam proses pembinaan, sehingga kaum muda dapat berperan aktif-positif dalam kehidupan Keluarga, Gereja dan Masyarakatnya.

Hendaknya OMK diberi kemungkinan, kesempatan, kepercayaan dan tanggung jawab sebagai subyek dan pelaku utama proses bina diri dan saling bina. Mereka bukan lagi bejana kosong yang perlu diisi atau lilin yang harus dibentuk menurut selera para pembina. Dengan demikian, segala bentuk pembinaan yang sifatnya menggiring, mendikte, mengobyekkan dan memperalat kaum muda demi suatu kepentingan di luar perkembangan diri mereka dan peran serta tersebut di atas haruslah dihindari dan dihilangkan. Hakekat pembinaan kaum muda, sebagai karya pastoral, adalah pelayanan dan pendampingan.

Secara teritorial OMK, sebagai umat muda dalam suatu paroki adalah OMK paroki 22, walaupun mereka dapat juga menjadi anggota pelbagai wadah/kelompok/organisasi/gerakan kategorial sesuai minat, bakat dan keinginan mereka. Dengan demikian, dimanapun mereka aktif dan melibatkan diri, bahkan juga bila sama sekali belum aktif, secara teritorial merupakan warga paroki setempat dengan OMK paroki sebagai home base (pangkalan induk) mereka23. Oleh karena itu, OMK haruslah menjadi basis pembinaan serta sumber inspirasi dan motivasi untuk keterlibatan dalam berbagai wadah/ kelompok/organisasi/gerakan kategorial, baik intern maupun ekstern gerejawi. Apabila konsep akomodatif OMK ini dipahami, maka pelbagai wadah/kelompok/organisasi/gerakan kaum muda katolik dalam berbagai tingkatan tidak perlu saling menganggap sebagai pesaing apalagi ancaman, melainkan justru sebagai kekayaan dan kekuatan OMK.

II.SEKSI KEPEMUDAAN PAROKI (SKP)Seksi Kepemudaan Paroki adalah bagian dari Dewan Pastoral Paroki yang bertanggungjawab untuk memberikan pelayanan pastoral OMK di Paroki. Ketua SKP adalah Pengurus Inti Dewan Pastoral Paroki.SKP adalah media antara OMK dengan Depas. Program-program dan usul usul dari OMK yang hendak disampaikan kepada Paroki disalurkan melalui SKP.SKP mempunyai wewenang untuk membentuk kepengurusan OMK paroki. OMK Parokibertanggungjawab kepada SKP paroki.Seksi Kepemudaan Paroki bertugas dan bertanggung jawab untuk:Memikirkan dan mengkoordinir kegiatan karya pastoral OMK baik di jalur teritorial (stasi, wilayah, lingkungan) maupun kategorial dalam Paroki.Mengusahakan adanya pendamping dan penggerak kelompok serta peningkatan mutu para pendamping di tingkat teritorial maupun kategorial dalam Paroki.Mengupayakan kesinambungan pembinaan kaum muda di Paroki dalam hal kesatuan visi dan program serta tenaga yang diperlukan.Mengusahakan sarana dan dana yang menunjang kelancaran pembinaan kaum muda di Paroki.Menjadi penghubung antara Paroki dengan Tim Kepemudaan di tingkat Kevikepan/ Dekenat dan Komisi Kepemudaan Keuskupan.

III.PENDAMPINGOMK

PengertianYang dimaksud dengan pendamping adalah pembimbing yang dipilih dan diberi kepercayaan, wewenang, tanggung jawab dan tugas untuk mendampingi/membimbing kelompok serta memandu kegiatannya secara tetap selama waktu yang telah ditentukan

Jenis Jenis Pendamping:Pendamping Tetap: Yaitu pendamping terus-menerus mendampingi OMK dan berupaya semakin mahir dalam pendekatan dan metode-metode pembinaan kaum muda.Pendamping Tidak Tetap: yaitu pendamping atau narasumber yang sekali-sekali mengisi kegiatan OMKPemerhati OMK: yaitu pihak yang senantiasa mendukung berbagai program kegiatan dan pendamping kaum muda dengan pelbagai cara.

Syarat-syarat Pendamping OMK:Berkepribadian matang dan menarik, bersikap terbuka dan dapat bekerja samaMemiliki suara hati yang jernih, penghayatan iman serta hidup rohani yang baikMempunnyaivisi, hati, minat dan bakat dasar sebagai pembina dengan fungsi tersebut di atasBersedia dengan sukarela meluangkan waktu dan memberikan diri bagi tugas pelayanan kaum muda yang dipercayakan oleh Gereja kepadanya.

Pengangkatan Pendamping:Para pendamping OMK di paroki sebaiknya dipilih dan diusulkan oleh kelompok OMK untuk ditetapkan oleh Pastor/ Dewan Paroki dengan masa bakti terbatas yang dapat diperpanjang.

Posisi dan Fungsi Pendamping:a.Sebagai SAHABAT

1.Ia menempatkan diri bukan di atas (sebagai atasan dan bos), melainkan di antara para anggota kelompok.2.Ia berada bersama mereka, memperhatikan mereka secara pribadi, tetapi tetap tahu membatasi diri di mana perlu.3.Ia bergaul dengan mereka dan menyelami dunia mereka, tetapi tidak ikut-ikutan bertingkah laku seperti mereka.4.Ia mengenal mereka, mengerti gejolak mereka, tetapi tidak boleh memanfaatkan dan memperalat mereka.5.Ia menghargai dan menerima mereka sebagaimana adanya, tetapi sekaligus tahu menuntut mereka untuk bergerak maju dan tidak membiarkan sikap mudah menyerah.6.Ia berusaha memahami kebutuhan riil mereka, tetapi tidak begitu saja mengikuti keinginan mereka.

b.Sebagai PENDAMPING:Ia menempatkan diri bukan di tengah (untuk menjadi pusat perhatian) melainkan di samping kelompoknya.Ia berjalan bersama dan di samping mereka, sebagai teman seperjalanan dan rekan sepenanggungan, tetapi tidak menggiring mereka ke arah yang disukainya sendiri.Ia memungkinkan terciptanya komunikasi dan interaksi yang mengarah dan berpusat pada kelompok, bukan pada dirinya sendiri.Ia merangkul dan mempersatukan mereka, mendamaikan perselisihan, tetapi tanpa niat menonjolkan diri, peran dan kepentingannya.Ia berani bersikap tegas, mengoreksi dan mengarahkan mereka, tetapi tidak memaksakan dan mendikte mereka dengan pendapatnya.Ia punya prinsip dan berpegang teguh pada prinsip, tetapi bersikap luwes dan tidak kaku dalam cara penerapannya.Ia membimbing dan membantu mereka menghadapi masalah dan kendala, tetapi tidak memanjakan dan mengambil alih tanggung jawab mereka.

c.Sebagai PENDORONGIa tidak menempatkan diri di depan (sebagai pemuka dan orang penting) melainkan di belakang.Di saat-saat sulit dan genting, ia mungkin harus tampil mengambil prakarsa awal, tetapi lalu harus lebih banyak memberi kepercayaan dan kesempatan kepada kelompok untuk meneruskannya dan bahkan menemukan jalannya sendiri.Dengan kreativitasnya, ia merangsang kelompok menjadi kreatif dan inovatif, bukannya membungkam kreativitas mereka dan membiarkan mereka menjadi sekedar pengikut dan pengekor.Dengan kelebihan dalam pengalaman, keluasan dalam pandangan dan keunggulan dalam keteladanan, ia menggerakkan mereka untuk maju, meraih prestasi kelompok, dan semakin mandiri, bukannya menciptakan ketergantungan kelompok pada pembina.Dengan kesungguhan dan sikap wajar, ia memuji mereka untuk suatu prestasi sekecil apapun, juga untuk hal-hal yang belum sempurna; bukannya serba mencela dan mempersalahkan mereka.Ia harus menampilkan kelompok ke depan dan ke atas panggung, bukannya menampilkan dan menonjolkan dirinya sendiri; ia tahu kapan harus menarik diri ke belakang panggung. (bdk. Mk. 2:1-5 dan Yoh 3:30).

d.Sebagai PEMANDU:Dalam proses kegiatan bina kelompok, seorang pembina tidak menempatkan diri sebagai guru yang mengajari, melainkan sebagai fasilitator yang menciptakan iklim partisipatif dan suportif, dalam mana setiap peserta bebas dan berani mengungkapkan diri, mengutarakan pendapat, mengemukakan tanggapan.Ia mempersiapkan diri tidak dengan bekal jawaban yang tepat, melainkan dengan pertanyaan yang tepat dan metode yang tepat.Ia tidak memaksakan hasil akhir (yang sering sudah disiapkan), melainkan menumbuhkan sikap kritis dan menemukan sendiri.Ia mengarahkan pembicaraan pada relnya, mencegah penyimpangan, tetapi tidak menggiring mereka ke arah rumusan-rumusan yang dikehendakinya atau menurut seleranya sendiri.Ia tidak mempersalahkan peserta atas jawaban yang belum sempurna, melainkan mendorong mereka untuk mencari yang lebih sempurna.Ia tidak tergesa-gesa memberi jawaban atas setiap pertanyaan, melainkan memberi kesempatan kepada kelompok untuk saling menolong dan saling menanggapi.Ia memberi kesempatan yang sama dan merata kepada setiap anggota kelompok, memberanikan si rendah diri untuk bicara, dan tidak tergoda untuk pilih kasih dan menonjolkan si pintar.Ia menyimpulkan pendapat kelompok secara tepat dan meyakinkan, menambahkan dan menyempurnakan di mana perlu, meluruskan dan mengoreksi pendapat yang keliru dan menyimpang.IV.PENGURUS OMKYang dimaksud dengan pengurus OMK adalah pengurus yang dipilih untuk menjalankan kepengurusan omk yang umumnya terdiri atas: Ketua, Sekretaris dan Bendahara dalam jangka waktu tertentu.Adapun tugas dari pengurus OMK adalah:Menjalankan seluruh fungsi teknis-organisatoris dalam kelompok, misalnya: mengundang rapat, memimpin rapat, melaksanakan keputusan rapat, melancarkan jalannya setiap kegiatan dan program kelompok.Menggiatkan, menyemangati dan menggerakkan partisipasi kelompok dalam setiap kegiatan dan pembinaan secara optimal.Menyerap dan menampung setiap masalah dan aspirasi anggota kelompok untuk kemudian disalurkan secara benar, tepat dan bijaksana.Menjalin kebersamaan dan kerjasama dengan kelompok/organisasi/instansi lain, terutama yang punya kaitan dengan program kelompok.Menyusun program kerja (tahunan, tengah tahunan) yang menjawabi masalah dan kebutuhan kelompok, melaksanakannya dan mengevaluasinya

V.VISI, DASAR SERTA TUJUAN KEGIATAN OMKVISI DASAR

OMK yang sepenuh-penuhnya setia kepada Yesus Kristus dan seutuh- utuhnya berjiwa Pancasila sehingga mampu mengembang panggilan Kristiani dan tugas kebangsaan dalam hidup menggereja, bermasyarakat dan bernegara.

LANDASAN

Dengan demikian, kegiatan OMK sebagai karya pastoral, berlandaskan iman Katolik dan Pancasila.Berlandaskan iman Katolik berarti menempatkan iman Katolik sebagai pusat dan dasar, serta sumber motivasi dan inspirasi dalam seluruh karya pelayanan pastoral OMK. OMK diarahkan pada penghayatan iman sebagai hubungan pribadi dengan Allah, yang diungkapkan dalam kesatuan dengan iman Gerejawi yang satu dan rasuli, serta diwujudkan lewat kesaksian hidup di tengah masyarakat.

Berlandaskan Pancasila berarti menjadikan Pancasila sebagai azas karya pembinaan yang mengarahkan kaum muda untuk memahami, menghayati, mengamalkan, membela dan mem- pertahankan, serta mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagaimana dirumuskan dan terkandung di dalam Pancasila.

TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan kegiatan OMK adalah berkembangnya diri OMK sebagai manusia dan sebagai orang Katolik Indonesia yangtangguh, tanggap, dan terlibatdalam hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sasaran Kegiatan OMK

Kualitas OMK yang ingin dicapai sebagai sasaran kegiatan OMK:1.Berkepribadian kuat dan memiliki keyakinan diriyang kokoh, suara hati yang jernih, kebebasan dan tanggung jawab pribadi yang berdaya cipta dan membangun, serta kemauan untuk belajar terus-menerus.2.Beriman teguh dan tangguh dalam hidup berdampingan, berdialog dan berintegrasi dengan sesama warganegara yang berkeyakinan lain.3.Memiliki kepekaan dan kepedulian sosial, serta solidaritas terhadap sesama, khususnya yang lemah dan menderita serta keberanian menyuarakan kebenaran, keadilan, keyakinan berdasarkan nilai, suara hati dan kesejahteraan umum.4.Memiliki semangat berorganisasiyang didukung oleh jiwa kepemimpinan dan kepeloporan.5.Memiliki profesionalitasuntuk terlibat serta berperan aktif dalam hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

VI.LANGKAH-LANGKAH MENGELOLAH KEGIATAN

Mengelola kegiatan orang muda saat ini seharusnya memperhatikan kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi sejalan dengan pola pengelolaan program modern yang sudah banyak diterapkan pada sektor pemerintahan/badan pelayanan publik, perusahaan/sektor bisnis, dan organisasi non-pemerintah (Ornop) atau organisasi nir-laba. Istilah kunci yang sering dijadikan prinsip pengelolaan program kegiatan tersebut adalah pengelolaan program berbasis kebutuhan dan masalah (needs and problems based program management).Untuk itu, perlu kegiatan orang muda dikelolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:Pertama, mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahanorang muda.Kedua, merumuskan tujuan dan targetkegiatan yang jelas (memenuhi kebutuhan atau memecahkan permasalahan pada langkah pertama). Perumusan tujuan dan target ini bisa dilengkapi denganperumusan indikator atau tolok ukur keberhasilan, sebagai panduan langkah berikutnya dan pedoman evaluasi.Ketiga, memilih kelompok sasaranyang tepat dan diprioritaskan, jika suatu kegiatan sejak awal ditujukan bukan untuk diikuti seluruh orang muda secara umum/massal (sesuai rumusan identifikasi kebutuhan dan masalah pada langkah pertama, serta tujuan, target, dan indikator keberhasilan pada langkah kedua).Keempat, memilih bentuk dan metodekegiatan yang tepat (mampu memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah dan mampu menciptakan situasi tercapainya tujuan dan target berdasarkan indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan secara jelas pada kelompok sasaran yang spesifik).Kelima, mengelola tenagayang melaksanakan kegiatan (mencari orang yang setuju dan paham pada kebutuhan/permasalahan yang mendasari kegiatan, tujuan dan target serta metode yang dipilih, serta berkomitmen/setia secara serius).Keenam, mengelola sumber dayayang dibutuhkan (meliputi perencanaan perangkat/fasilitas dan dana yang dibutuhkan untuk berkegiatan, sesuai langkah pertama hingga kelima).Ketujuh, mengelola waktuyang tersedia (biasa disebut penjadwalan tahap-tahap kerja secara masuk akal dengan memperhatikan langkah pertama hingga keenam).Kedelapan, melakukanmonitoring(memperhatikan bersama secara serius pada perkembangan dan hambatan di setiap tahap-tahap kerja melalui komunikasi intensif, pada langkah pertama hingga ketujuh).Kesembilan, melakukan evaluasi(menilai pencapaian tujuan dan target sesuai rumusan indikator keberhasilan, menemukan kelebihan/kekuatan dan kekurangan/kelemahan secara umum maupun pada setiap langkah, dari langkah pertama hingga kedelapan) dan refleksi (menemukan pelajaran-pelajaran penting yang diperoleh tim pelaksana kegiatan sepanjang proses pengelolaan).Kesepuluh, melaksanakan tindak lanjut(suatu kegiatan lanjutan yang perlu dilakukan jika pada saat evaluasi disimpulkan bahwa tujuan dan target program belum terpenuhi). Kegiatan tindak lanjut untuk mencapai tujuan dan target yang belum tercapai/terpenuhi ini biasa disebut program penguat (booster program).Unsur pertama hingga ketujuh harus dilaksanakan secara urut, jangan sampai terbolak-balik. Langkah kedelapan dan kesembilan dilaksanakan di setiap pelaksanaan langkah pertama hingga ketujuh. Sedangkan langkah kesepuluh dilaksanakan setelah mempertimbangkan evaluasi masih ada tujuan dan target yang belum tercapai, dan pengelolaan kegiatan tindak lanjut tersebut dilakukan dalam langkah-langkah pertama hingga kesepuluh.

VII.KEBUTUHAN DAN PERMASALAHAN ORANG MUDA

Dalam pendampingan formal kelompok/komunitas orang muda, pendamping mau tak mau ikut bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan kolektif yang mereka adakan. Artinya, pendamping tak sekadar hadir dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan, tapi sebaiknya berpartisipasi aktif dalam tahap-tahap pengelolaan kegiatan-kegiatan itu (perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi-refleksi, tindak lanjut). Padahal, faktanya sampai saat ini, mendampingi orang muda dalam mengelola kegiatan mereka bukanlah hal yang mudah dilakukan.

Mungkin banyak orang akan menolak anggapan tersebut. Alasannya,tohmasih banyak juga kegiatan orang muda diselenggarakan. Lagi pula, banyak orang muda masih antusias mengikutinya. Namun yang harus dicermati, di satu sisi banyak kegiatan diselenggarakan dan banyak fasilitas (termasuk dana) disediakan untuk itu, sementara di sisi lain banyak kebutuhan orang muda yang belum terjawab dan banyak masalah mereka yang belum terselesaikan. Seolah-olah terjadi keterpisahan antara peyelenggaraan kegiatan di satu sisi, dan pemenuhan kebutuhan serta pemecahan masalah orang muda di sisi lain. Padahal kedua sisi tersebut seharusnya terkait-terhubung secara erat.

Untuk itu, pendamping orang muda dalam kelompok/komunitas perlu memahami pentingnya kebutuhan dan permasalahan orang muda sebagai salah satu dasar penyelenggaraan setiap kegiatan orang muda yang mereka dampingi.

Memahami Kebutuhan Orang MudaSering terjadibanyak pendamping dan pengurus kelompok/ komunitas orang muda memiliki pemahaman yang simpang siur tentang kebutuhan. Banyak kegiatan mereka usulkan, rencanakan, dan laksanakan katanya atas dasar kebutuhan orang muda, namun biasanya kurang dilengkapi dengan penjelasan yang memadai tentang kebutuhan macam apa yang akan difasilitasi, mengapa kebutuhan itu muncul, pertimbangan dan parameter (alat ukur) apa yang dipakai untuk menentukan bahwa itu benar-benar kebutuhan.Sebuah situs internetChangingMinds.org(www.changingminds.org) mendeskripsikan kebutuhan sebagai berikut. In the absolute sense, needs are things without which we cannot survive. We need air, food and water. We also have needs in negotiations and persuasions. For example, when I am buying a house, I need three bedrooms because we have two children.The practical effect of needs is that they define the walk-away position.Needs are sometimes also called 'Musts', because they are things we must have.( Secara absolut/mutlak, kebutuhan adalah segala sesuatu yang tanpanya kita tak bisa bertahan hidup. Kita perlu udara, makanan dan air. Kita juga memiliki kebutuhan untuk bernegosiasi dan berpersuasi. Sebagai contoh, saat saya membeli rumah saya membutuhkan 3 kamar tidur karena memiliki 2 anak. Efek-efek praktis dari kebutuhan tersebut adalah bahwa kebutuhan berada dalam walk-away position, sesuatu yang tak bisa dihindari. Kebutuhan seringkali juga diartikan sebagai keharusan, karena kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus kita miliki.)Dari deskripsi kebutuhan tersebut di atas, bisa disimpulkan bahwa kebutuhan memiliki karakteristik: absolut/mutlak, tanpanya kita tidak bisa bertahan hidup, tak bisa dihindari, dan sering juga diartikan sebagai suatu keharusan atau sesuatu yang harus kita miliki.Sedangkan menurut Teori Hirarki Kebutuhan-nya Abraham Maslow (1908-1970) seorangPhsycologistAmerika dalam bukuMotivation and Personality(1943) (bdk. George Boeree, 2006), kebutuhan manusia terdiri dari beberapa ragam yang harus dipenuhi secara bertingkat (hirarkis), yaknikebutuhan fisiologis (physiological needs), yakni kebutuhan-kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia seperti makanan (pangan), pakaian (sandang), tempat tinggal (papan), dan sex. Bahkan George Boeree (2006) dan George Norwood (2006) menyebutkan lebih banyak unsur yang lebih detail seperti oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, udara, kehangatan (suhu), dan sebagainya yang dibutuhkan tubuh.kebutuhan akan rasa aman (security needs), mencakup kebutuhan akan suasana aman, stabil (tidak mudah bergejolak) dan aturan-aturan dalam bentuk struktur, perintah dan sejumlah batasan (a need for structure, order, some limits) yang mendukung rasa aman itu sendiri.kebutuhan sosial (social needs), misalnya kebutuhan akan relasi dalam keluarga, relasi dengan teman, relasi dalam kelompok sebaya (peer group), kelompok kegiatan, masyarakat, lingkungan pendidikan/ pekerjaan, pendampingan hidup, pemakluman ketika mengalami kesalahan.kebutuhan penghargaan pada diri sendiri (self esteemneeds), terdiri dari kebutuhan akan penghargaan dan penghormatan dari orang lain (respect of others, appreciation), status sosial, kebutuhan untuk dikenal (popularitas,fame), kemenangan dalam persaingan (glory), pengakuan atas keberadaan diri (recognition), perhatian dari orang lain (attention), perasaan lebih dominan dari orang lain (dominance), sesuatu yang bisa dibanggakan (reputasi), kemampuan dalam bidang tertentu (competence), prestasi (achievement), kebebasan (freedom), daya kritis dalam mengambil keputusan.kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), misalnya kebutuhan akan kemampuan mengekspresikan diri, wadah untuk berekspresi, dan perkembangan potensi/talenta/bakat.Pada perkembangan berikutnya, George Norwood (2006) menambahkankebutuhan spiritual (spiritual needs)pada tingkat keenam dalam Hirarki Kebutuhan Maslow tersebut. Kebutuhan spiritual ini misalnya kebutuhan akankedekatan relasi dengan Tuhan, pertumbuhan/perkembangan iman, peneguhan/penguatan iman dan wadah penumbuhan/pengembangan iman. Dengan demikian,teori Hirarki Kebutuhan tersebut digambarkan dalam skema berikut.Skema Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow(setelah dimodifikasi oleh George Norwood, 2006)

Skema di atas menggambarkan proses pemenuhan kebutuhan manusia yang bergerak ke atas, dari kebutuhan fisiologis di dasar piramida hingga kebutuhan spiritual di puncak paramida. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan di dasar paramida menentukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lain di puncak paramida. Artinya, terpenuhinya kebutuhan fisiologis menjadi syarat pemenuhan kebutuhan akan rasa aman. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis dan rasa aman mendorong pemenuhan kebutuhan sosial, dst. Jika kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, maka manusia sulit memenuhi kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, dst. Jika kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal saja belum memadai, maka manusia cenderung kurang memperhatikan kebutuhan rasa aman, sosial, penghargaan pada diri sendiri, hingga kebutuhan spiritualnya.Dengan menggunakan kerangka teoritis tersebut, para pendamping bisa memahami kebutuhan orang muda secara lebih sistematis. Pendamping bisa mengumpulkan data tentang kondisi pemenuhan kebutuhan orang muda dengan melakukan observasi atau pengamatan kehidupan mereka sehari-hari, dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan alternatif seperti berikut.Apakah orang muda yang didampingi telah tercukupi kebutuhan makanan dan pakaian mereka secara layak? Apakah mereka bermukim dalam tempat tinggal yang sehat?Apakah orang muda sudah cukup merasa aman dalam kehidupan sehari-hari mereka? Apakah situasi sosial di sekitar mereka cukup stabil? Apakah mereka masih membutuhkan sejumlah aturan atau batasan yang mendukung rasa aman tersebut?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu bisa dilanjutkan untuk mencermati kondisi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan orang muda hingga kebutuhan spiritual mereka.Selain melakukan observasi, para pendamping bisa juga melakukan pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner, wawancara mendalam, atau diskusi kelompok terfokus (focus group discussion). Pelaksanaan penelitian semacam itu akan penulis jelaskan dalam kerangka metodologi Riset Aksi Partisipatoris pada bagian selanjutnya.Antara Kebutuhan dan KeinginanKesimpangsiuran pemahaman banyak pendamping orang muda tentang kebutuhan diperparah dengan campur aduknya pemahaman tentang kebutuhan (need) dan keinginan (want). Padahal kedua hal itu jelas-jelas berbeda. Banyak pendamping menyangka apa saja yang sedang diinginkan orang muda sebagai kebutuhan mereka. Keinginan-keinginan yang disangka sebagai kebutuhan ini dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Akibatnya, kegiatan-kegiatan itu memang memuaskan keinginan orang muda, tapi belum tentu memenuhi kebutuhan mereka.Sebagai contoh, pendamping menyangka bahwa orang muda membutuhkan kegiatan yang melibatkan banyak orang muda secara massal, karena mereka membutuhkan rasa kebersamaan dan peneguhan agar tidak selalu merasa sebagai kelompok minoritas. Untuk itu muncul kecenderungan untuk berkegiatan massal seperti temu akbar atau konser musik. Memang sebagian besar orang muda menginginkan kegiatan semacam itu, dan mereka senang menghadirinya. Namun, sungguhkah kebutuhan mereka dipahami secara jelas dalam kasus tersebut?Sementara itu, dengan menggunakan pendekatan lain, bisa jadi kebutuhan orang muda yang perlu dipenuhi bukan kegiatan massal untuk menciptakan rasa kebersamaan dan peneguhan sebagai kelompok minoritas, melainkan kebutuhan rasa aman sebagai warga masyarakat berhadapan dengan segala bentuk diskriminasi (termasuk diskriminasi terhadap kelompok minoritas, seperti dalam kasus-kasus perijinan beribadat, penghargaan prestasi kerja untuk jenjang karir yang lebih baik di BUMN, dsb.), kebutuhan sosial untuk lebih nyaman berelasi dalam masyarakat yang majemuk/plural, kebutuhan akan penghargaan atas pewujudan potensi dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Orang muda, sebagaimana kelompok masyarakat mana pun, membutuhkan penghargaan pada hak-hak merekatanpa diskriminasi, misalnya untuk menempuh pendidikan, mencari pekerjaan, meningkatkan karir, membuka usaha ekonomi, terlibat dalam bidang politik secara praktis, dsb.Jika diskriminasi terjadi terhadap mereka, kebutuhan-kebutuhan semacam itu tidak cukup dipenuhi dengan cara mengumpulkan mereka yang sama-sama mengalami diskriminasi agar merasa nyaman sebagai sesama korban, melainkan memecahkan akar permasalahan diskriminasi itu sendiri. Dalam tingkat struktural, perlu upaya-upaya mendesakkan agenda perumusan dan penegakan hukum yang bebas diskriminasi. Sedangkan dalam tingkat komunal dan personal, butuh upaya-upaya pemberdayaan masyarakat warga (tak terkecuali orang muda) agar semakin kritis dan berani memperjuangkan hak-hak mereka berhadapan dengan setiap tindak diskriminasi.Kecenderungan untuk ingin selalu merasakan suasana nyaman berkumpul bersama dalam massa orang muda yang homogen (seiman, seminat, dsb.) bisa jadi didasari belum terpenuhinya kebutuhan sosial dalam berelasi dengan orang lain dalam masyarakat yang majemuk dan kesulitan mengaktualisasikan diri di dalamnya. Maka, mengumpulkan orang muda dalam kegiatan akbar sesaat tidak cukup memenuhi kebutuhan semacam itu. Perlu upaya-upaya melatih ketrampilan hidup berelasi di tengah masyarakat majemuk, mengambil peran dalam kehidupan bersama, hingga mereka mampu mengaktualisasikan diri di dalamnya sekaligus mendapat penghargaan sosial atau merasa dihargai sebagai warga masyarakat.Mungkin pendamping orang muda tak mampu melakukan hal-hal tersebut sendirian. Untuk itu, mereka perlu menjalin komunikasi dan kerja sama dengan pihak-pihak lain, misalnya pendamping umat/orang muda dari agama-agama lain, organisasi non-pemerintah (Ornop) ataunon-government organization(NGO), organisasi ikatan profesi, lembaga bantuan hukum, media massa, dsb.Membedakan kebutuhan dengan keinginan biasanya mudah dipikirkan, tapi sulit dilaksanakan. Biasanya keinginan lebih dominan mempengaruhi kita dibandingkan kebutuhan. Hasrat untuk mewujudkan keinginan telah dipengaruhi oleh lebih banyak hal dibandingkan hasrat untuk memenuhi kebutuhan. Jika kegiatan orang muda diawali dengan kesalahan membedakan, meneliti dan menentukan antara kebutuhan dan keinginan, maka semakin banyak kegiatan itu dilaksanakan hanya berdasar keinginan dibandingkan kebutuhan. Sehingga banyak kegiatan menyedot banyak pemikiran, tenaga, waktu dan dana demi keinginan, tapi kebutuhan-kebutuhan orang muda justru tidak terpenuhi.

Memperhatikan Permasalahan Orang MudaSelain berdasarkan kebutuhan, setiap kegiatan perlu memperhatikan permasalahan tertentu yang sedang terjadi dan dihadapi orang muda. Permasalahan biasanya terlihat sebagai suatu kejadian atau situasi yang telanjur terjadi dan menimbulkan kerugian-kerugian tertentu (bukan melulu kerugian dalam arti ekonomi). Selain itu, suatu permasalahan perlu juga dilihat apakah ia mendesak (akan semakin merugikan jika tidak segera diatasi), atau ia mendasar (tak kentara namun menjadi penyebab dasar atau akar masalah atas munculnya masalah-masalah lain dan kerugian-kerugian yang yang diakibatkannya). Oleh karena itu kita perlu mengidentifikasi prioritas masalah baik yang mendesak maupun yang mendasar.Permasalahan biasanya terjadi karena manusia dalam kondisi tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Padahal kebutuhan mengandung keharusan untuk dipenuhi. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut bisa disebabkan keterbatasan setiap manusia dalam memanfaatkan sumber daya di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Namun, selain itu, tidak terpenuhinya kebutuhan bisa jadi disebabkan adanya pengaruh-pengaruh tertentu yang membatasi kapasitas diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan itu sendiri. Sumber pengaruh-pengaruh tersebut bisa dari sistim dan struktur yang diberlakukan dalam masyarakat oleh kuasa negara, sektor bisnis atau perusahaan, atau kelompok sosial tertentu (misalnya partai politik, organisasi kemasyarakatan, lembaga agama, dsb.).Kemampuan mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan semacam itu, lalu menyertakannya dalam perencanaan kegiatan-kegiatan orang muda perlu dikuasai pendamping. Tentu saja kegiatan-kegiatan orang muda tidak selalu ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Namun, peran pendamping yang lebih penting adalah membuka kesadaran orang muda terhadap permasalahan yang mereka hadapi dan mewarnai kegiatan-kegiatan mereka dengan hal-hal yang mengarahkan kontribusi orang muda pada upaya memecahkan masalah-masalah tersebut.Sebagai contoh, setelah mempertimbangkan masalah-masalah , pendamping bisa menawarkan warna lain kegiatan orang muda yang memuat unsur-unsur pendidikan nilai tanggung jawab (agar orang muda berani menghadapi atau tak mudah lari dari persoalan hidup), nilai kesetiaan pada proses (agar orang muda tidak cenderung instan dan ingin segera mengharapkan hasil), ketrampilan wirausaha dan pemberdayaan ekonomi mikro (agar orang muda tertarik dan mampu merintis usaha-usaha ekonomi mikro sehingga membuka lapangan kerja baru), diskusi masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, pengangguran, tata kota, kebijakan pemerintah, dsb. (agar kerangka berpikir orang muda menghasilkan gagasan-gagasan konstruktif-alternatif pemecahan masalah-masalah kemasyarakatan tersebut), dsb.Sayangnya, banyak orang muda dan para pendampingnya kurang terbiasa untuk mengalami proses (yang sering tidak mudah dan kurang praktis) untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan di atas. Akibatnya, banyak orang mendukung dan menyetujui diadakannya kegiatan hanya atas dasar banyak orang yang menginginkannya. Sebaliknya, sedikit orang yang bersedia untuk mengidentifikasi dan menilai kebutuhan dan permasalahan dengan jeli dan kritis terlebih dahulu sebelum menyelenggarakan suatu kegiatan. Apalagi jika hal terakhir tersebut biasanya mengandung risiko munculnya reaksi-reaksi tidak setuju bahkan tidak suka pada usaha tersebut.

VIII.BEKERJA SEBAGAI TEAMTAK SEORANGPUN YANG BISA JADI SUPERMANAlmarhum Christopher Reeve menjadi sangat terkenal ketika ia memerankan tokoh Superman. Superman tokoh fantasi idola anak-anak sedunia karena kehebatan dan kekuatannya yang tak terkalahkan. Ia digambarkan senang menolong dan selalu menang atas berbagai kejahatan.Namun, di akhir hidupnya Reeve mengalami kecelakaan hebat yang mengakibatkan ia lumpuh total. Namun, semangatnya tak terpadamkan. Dengan bantuan istri, keluarga, rekan-rekan dan peralatan medis, ia sanggup menjadi sutradara film. Apa yang dapat kita simak dari peristiwa ini? Sungguh tak seorangpun yang benar-benar bisa menjadi superman. Kita semua ternyata saling membutuhkan. Sebuah kekuatan dan kehebatan terletak dari kerja sama dan sinergi yang harmonis.KEGAGALAN THE LONE RANGERMemang benar ada orang yang memiliki banyak talenta dan sanggup mengerjakan berbagai pekerjaan sekaligus (multitasking), namun ia tidak memiliki segalanya. Ia tetap membutuhkan orang lain. Untuk sementara ia kelihatan unggul, tapi sesungguhnya ia tak akan mampu ber-saing menghadapi kekuatan sebuah tim.Pernah ada seorang pemilik perusahaan yang bermaksud mencari rekanan untuk jasa training di kantornya. Ia menghubungi sebuah perusahaan training dan melakukan interview pada sang trainer. Si pengusaha menanyakan perihal kompetensi sang trainer. Dengan bangga sang trainer menjawab bahwa ia sanggup mengajarkan semua bidang keahlian yang diinginkan pemilik perusahaan. Harapannya, ia pasti memperoleh pekerjaan tersebut. Namun ia harus kecewa, karena ternyata si bos mencari trainer yang expert pada bidang tertentu dan bukan yang bisa segalanya.DI TENGAH ERA GLOBALISASI, KITA MEMERLUKAN SPESIALISASIApa yang dilakukan Yesus ketika Ia siap memulai pelayanan? Yesus tidak sekadar berkhotbah, melakukan mukjizat, dan mengajar orang banyak. Tapi, Ia juga memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Yesus membangun teamwork. Ia menyadari tugas mahapenting yang harus dilakukan, karena tidak untuk selama-lamanya Ia berada di dunia ini.Ada hal yang menarik ketika Yesus memanggil para rasul-Nya. Yang merupakan prinsip-prinsip utama dari sebuah teamwork :Spesifik Mereka berasal dari latar belakang dan profesi yang berbeda. Yesus memanggil nelayan, pemungut cukai, dokter, pejuang kaum Zelot, dan lain-lainnya untuk menjadi rasul-rasul. Keragaman memperkaya khazanah dan kompetensi teamwork.Network Mereka dipanggil untuk menjadi penjala bukan pemancing.Sebuah jala berbeda dengan pancing. Pancing adalah usaha perorangan. Sedangkan jala berbicara tentang kerja sama. Saling mengisi, mendukung, dan menolong satu sama lain.Delegasi Mereka dipercayai melakukan tanggung jawab masing-masing. Secara mendadak murid-murid pernah diperintahkan untuk memberi makan 5.000 orang. Filipus segera menghitung anggaran biaya. Andreas bagian humas menemukan seorang anak dengan bekal roti dan ikan. Yesus memberkati dan murid-murid membagikannya. Mukjizat dan kuasa ada pada Yesus, namun teamwork yang ada selalu berfungsi sebagai pelaksana andal.MEMBIASAKAN DIRI BEKERJA SECARA TEAM WORKTidak banyak yang memiliki bakat alamiah sebagai pemimpin. Namun sebagian besar pemimpin sulit mendele-gasikan atau bekerja sama dengan orang lain. Ego yang kuat dan sulit memercayai merupakan halangan terbesar dalam teamwork. Namun hal ini dapat dikelola dan dilatih agar kita tidak terjebak dalam kegagalan the lone ranger.Seperti halnya seorang pemimpin tidak dilahirkan, melainkan dibentuk. Demikian pula sebuah teamwork harus dibangun dengan melewati berbagai proses pembentukan. Diawali dengan tahap pengenalan pribadi dan sesama anggota, lalu ada tahap konflik dan perbedaan pendapat. Kemudian terjadi proses saling memahami dan penyesuaian pribadi yang dilanjutkan dengan kemampuan untuk saling mengisi dan sinergi. Ketika seorang merasa lemah, maka anggota tim yang lain akan dapat menolong. Itulah keunggulan sebuah sinergi teamwork.IX.TEKNIK MEMFASILITASI PERMAINAN(GAME)

Oleh: Felix Iwan WiJayanto

PERMAINANPermainan(game)menjadi salah satu metode favorit yang digunakan dalam program-program pendidikan dewasa ini. Mengapa? Tak lain tak bukan karena sifat aktivitasnya yang menyenangkan untuk diikuti. Hal ini didasari hakekat manusia sebagai makhluk bermain(homo ludens).Dengan ungkapan lain, tak ada permainan yang tidak menyenangkan, atau jika ada suatu aktivitas yang tidak menyenangkan, pasti itu bukan permainan.

JENIS-JENIS PERMAINANDalam program pendidikan, permainan dibagi-bagi menjadi beberapa jenis:1.menurut pesertanyaa.permainan individuadalah permainan yang dilakukan secara perorangan, biarpun semua peserta melakukan aktivitas permainan yang sama namun masing-masing berlaku sebagai pemain yang berdin sendiri.b.permainan kelompokadalah permainan yang dilakukan secara berkelompok/beregu; tiap kelompok melakukan aktivitas bermain yang sama; biasanya digunakan untuk membandingkan cara tiap kelompok memainkannya atau untuk perlombaan.c.permainan massaladalah permainan yang dilakukan semua peserta secara keseluruhan pada saat yang bersamaan; terjadi interaksi antar peserta selama permainan; peserta tidak bermain secara individu tapi bersama seluruh peserta lain.2.menurut tujuannyaa.permainan pengakraban(ingrouping game)adalah permainan yang bertujuan mendorong peserta untuk saling mengenal dan mengakrabkan din' satu sama lain; biasanya dilakukan di awal proses program pendidikan.b.permainan penyegaran/penambah semangat(energizing game)adalah permainan yang bertujuan menyegarkan dan menyemangati peserta ketika kondisi din mereka (secara umum) belum/sudah tak lagi terlalu bersemangat/bergairah dalam mengikuti proses program pendidikan.c.permainan pemecah kebekuan suasana(icebreaking game)adalah permainan yang bertujuan menetralisir suasana kaku/beku dalam proses program pendidikan, entah disebabkan terjadinya ketegangan antar peserta, antara peserta dan fasilitator atau antara pesertaJfasilitator dengan pihak lain dan luar arena program pendidikan.d.permainan bertema(thematic game)adalah permainan yang bertujuan menyampaikan, menggali, mengolah tema materi tertentu untuk memudahkan peserta menyadari, memahami atau sekedar memicu ketertarikan/minat/motivasi mereka untuk mempelajari lebih lanjut dengan metode lain berikutnya.

Catatan:Ada kalanya semua jenis permainan bisa mengakrabkan, bisa menyegarkan dan menambah semangat peserta, bisa memecahkan kebekuan suasana bahkan(!) sekaligus mengandung tema materi tertentu. Tapi alangkah baiknya permainan dipilih dan ditentukan secara persis sesuai tujuannya, tidak asal pakai, demi mendapatkan hasil yang maksimal.

Selain itu, banyak permainan dicipta tanpa tujuan yang spesifik sejak awal, sehingga ia memiliki peluang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan apapun. Bahkan mungkin ada pula permainan yang dicipta untuk memenuhi keempat tujuan di atas sekaligus(!). Tapi tetapsaja kita harus mempertimbangkan apa tujuan utama yang dipilih dan bisa dicapai lebih maksimal dibandingkan dengan tujuan yang lain.

3.menurut penggunaan alat bantua.permainan tanpa alat bantuadalah permainan yang hanya mengandalkan anggota tubuh peserta, entah memang untuk mengoptimalkan fungsi alat tubuh atau memang karena tidak tersedianya alat bantu.b.permainan dengan alat bantuadalah permainan yang menggunakan alat bantu (di luar anggota tubuh) seperti tali, tongkat, kotak, bola, kertas, alat tubs, dsb.

SYARAT-SYARAT PERMAINAN

1.permainan harus menarik dan menyenangkan peserta (indikator: senyum/tawa)2.permainan harus mempunyai tujuan tertentu (dalam konteks program pendidikan)3.permainan harus menggerakkan potensi tubuh (fisik/psikis atau keduanya sekaligus)4.ruang dan waktu yang tersedia cukup/memadai5.jelas kapan mulai dan kapan berakhir (ditentukan oleh waktu dan tanda)6.kejelasan aturan main dan instruksi yang pasti(fix),tidak ambigu atau membuka penafsiran lain (semakin memiliki aturan ketat dan dilombakan, jangan sampai aturan main/instruksi memiliki celah tertentu yang bisa dimanfaatkan peserta untuk mengendalikan permainan)7.semua peserta berpartisipasi/ikut bermain, tanpa kecuali (tidak ada peserta yang menjadi observer/penonton kecuali sebab tertentu, misalnya sedang sakit)8.untuk permainan yang dilombakan harus ada pemenang dan (kalau perlu) hadiah sedangkan di sisi lain harus ada pihak yang kalah clan (kalau perlu) "hukuman yang menghibur"9.resiko rendah (tidak mengundang bahaya)10.murah, tidak perlu dengan biaya malial atau pengorbanan yang besar11."single focus",fokus perhatian pada hal tunggal, tidak rumit/kompleks

TIPS KHUSUS (SESUAI JENIS PERMAINAN)Selain memiliki syarat-syarat umum di atas, terdapat sejumlah tips mencipta, mengembangkan dan memfasilitasi Jenis-jenis permainan berikut:

1.permainan individua.dikerjakan secara individu, tidak berpasanganb.berisi kegiatan yang hams dikerjakan, tidak terlalu mudah tapi bisa diselesaikan tanpa bantuan orang lainc.lebih bagus jika permainan itu mampu mengundang ketertarikan, keinginan mencoba dan menyelesalkan (rasa penasaran) tapi tetap percaya pada kemampuan diri sendirid.pembatasan waktu perlu diumumkan di awal permainan dan setiap periode waktu tertentu diumumkan kepada peserta (misalnya waktu yang tersedia tinggal 15 menit, 10 menit, 5 menit, hingga hitungan mundur 10-selesai)2.permainan kelompoka.dikerjakan secara kelompok (berpasangan/kelompok dengan anggota lebih besar; tapi jelas ada lebih dari 1 kelompok dari seluruh peserta)b.mengandalkan kerja sama antar anggota kelompok3.permainan massala.membutuhkan keserempakan dan kesamaan kegiatan yang dilakukan seluruh peserta4.permainan pengakraban(ingrouping game)a.ada kegiatan interaksi antar peserta secara langsung (misalnya kontak fisik); berarti permainan pengakraban tidak mungkin dilakukan secara individual, tapi berkelompok atau massal (meskipun bisa diawali kegiatan individu seperti menuliskan nama ataumencari simbol yang mencenninkan diri sendiri).b.pahami bahwa ada beberapa hal yang mampu mendukung munculnya keakraban antar peserta sekaligus fasilitator jika tiap peserta:Mengenal identitas diri peserta lain: nama (lengkap/panggilan/julukan), tempat/tanggal lahir, pendidikan/pekerjaan, jumlah saudara dalam keluarga/anak ke-berapa dari berapa bersaudara, pekerjaan orang tua, sudah berkeluarga/masih lajang/punya pacar, dsb.Melihat kondisi diri peserta lain: tinggi/berat/gemuk/kurusnya badan, jenis rambut (lurus, ikal, kerning, keribo), panjang rambut, warm dasar pakaian, dsb.Mengetahut hobi/kegemaran dan minat: membaca, mendengarkan/memainkan musik, menonton TV/film, mendaki perjalanan, i gunung, menempuh pe jalanan, berdiskusi, dsb.Memahami motivasi, harapan, kecemasan peserta lain: ingin mencan kawan baru, mengisi waktu Luang, menambah pengalaman/wawasan, meningkatkan ketrampilan, mencemaskan kesulitan menyerap materi, mengkhawatirkan proses menjenuhkan, dsb.c.permainan bisa memanfaatkan hat-hat di atas sebagai materinya; misalnya:Mencari kesamaan (jumlah huruf/abjad pertama nama panggilan, tinggi badan, jenis rambut, hobi, motivasi, dsb.)Membentuk barisan menurut urutan (jumlah kata nama lengkap, tanggal/bulan/tahun lahir, panjang rambut, dsb.)Membentuk kelompok menurut kesamaan (warna dasar pakaian, motivasii terdalam, hobi, dsb.)5.permainan penyegaran/penambah semangat(energizing game)a.ada bagian-bagian tubuh tertentu yang digerakkan (baik pusat kelesuan atau ketidaksegaran terjadi atau bagian tubuh yang berpengaruh pada penyegaran tubuh secara umum/penambah semangat)b.seringkali akan lebih efektif jika dibarengi eksplorasi suara peserta atau iringan musik dinamis (irama bersemangat, syair lagu gembira/riang)c.perlu konfirmasi kepada peserta sebelum permainan diakhiri apakah peserta merasa lebih segar/bersemangat atau belum (jika belum, permainan bisa diteruskan atau berganti permainan baru tapi sejenis)6.permainan pemecah kebekuan suasana(icebreaking game)a.isi permainan tidak perlu atau bahkan(!) jangan sampai dikait-kaitkan dengan penyebab kebekuan suasana. (misalnya pertentangan ide, kesenjangan pengalaman, dsb) karena beresiko memperburuk keadaan, tapi sebaiknya berisi aktivitas yang tidak ada hubungannya sama sekall dengan penyebab kebekuan suasana tersebut.b.usahakan aktivitas permainan mampu membuat peserta mengabaikan atau melupakan (untuk sementara) materi dan suasana proses program pendidikan yang baru saja terjadi (beku/kaku).c.Biasanya permainan pemecah kebekuan lebih efektif bila dilakukan bersama-sama dalam bentuk permainan massal (lihat jenis permainan berdasarkan pesertanya di atas). Selain lebih mudah dislapkan dan difasilitasi, permainan massal juga mudah dlikuti karena seluruh peserta melakukan kegiatan yang sama bersama-sama.7.permainan bertema(thematic game)a.permainan yang dipilih pasti memiliki tema dan tujuan tertentu yang relevan dengan materi yang ingin ngin disampaikan/diolah melalui "pintu masuk" permainan itu.b.perlu diikuti dengan penggalian/pencarian makna di balik aktivitas permainan yang dilakukan peserta karena inti permainan terletak pada maknanya. Makna itulah yang nantinya dijadikan kunci masuk ke dalam pembahasan/pengolahan materi yang ingin dituju berikutnya.c.Antara aktivitas permainan dengan makna yang mungkin tergali. dari permainan itu diusahakan tidak terlalu senjang/berjarak jauh, sehingga tidak menyulitkan peserta menggali makna yang diharapkan muncul.d.Untuk itu aktivitas yang dilakukan dalam permainan hendaknya diusahakan memiliki kemiripan-kemiripan dengan kondisi konkret yang terjadi dalam situasi lain yang mengandung makna yang sama.8.permainan tanpa alat bantua.mengandalkan potensi gerak sebanyak mungkin anggota tubuh (anggota tubuh, sendi, kelenturan/keluwesan, sentuhan dan tepukan, suara yang dihasilkan, dsb.)b.semakin membuat peserta mampu menggerakkan anggota tubuh yang jarang digerakkannya, semakin balk permainan ini (biasanya dikaitkan dengan aktivitas peserta yang rutin/berhubungan dengan peker aan sehari-hari, dsb).9.permainan dengan alat bantua.yang d1utamakan dalam permainan adalah tubuh; alat bantu hanya berfungsi pembantu/pendukung, jadi bukan yang utama dalam permainan.b.usahakan memilih dan menggunakan alat bantu sesederhana mungkin (karena semakin kompleks, sulit diadakan dan mahal alat bantunya, semakin sulit permainan ini dikembangkan, mengalihkan perhatian fasilitator dan peserta kepada alat bantunya dan menciptakan ketergantungan permainan pada alat bantu).c.jika permainan dengan alat bantu sekaligus merupakan permainan bertema, waspadailah jangan sampai pemaknaan permainan tertuju pada alat bantunya, melainkan aktivitas permainannya.

PENTINGNYA MENCIPTA PERMAINAN

Selama ini banyak orang percaya bahwa proses penciptaan (penemuan?) apapun di dunia ini bergantung pada talenta(talent)atau karunia khusus yang sudah dari sononya(taken for granted,tinggal diterima karena. semau-mauNya Tuhan), sehingga sudah menjadi bakat, tidak bisa dipelajari, bahkan tidak selalu bisa diwariskan. Namun, terobosan-terobosan baru dalam dunia pendidikan terutama menyangkut paradigma/kerangka berpikir-nya, perihal mencipta permainan menjadi kegiatan yang bisa/mungkin dipelajari, bisa ditularkan/disebarluaskan, dan bisa dilatih. sehingga, terciptanya permainan baru bukan barang mustahil bagi seseorang yang (bahkan!) sama sekali belum pernah melakukannya, asalkan dia tekun mempelajari dan mencoba terus-menerus.

Dalam konteks program pendidikan orang muda Katolik, adalah suatu keprihatinan tersendiri bahwa ada banyak permainan yang telah ditemukan di masa lalu tetap dipergunakan hingga bertahun-tahun lamanya seolah-olah tanpa ada permainan baru yang bisa menggantikannya (bahkan dengan tujuan yang sama persis sekalipun). Yang lebih menjijikkan lagi, bahkan upaya memodifikasinya pun tidak ada, sehingga permainan itu-itu juga yang digunakan dari acara ke acara, dari tahun ke tahun, bahkan untuk peserta yang kurang lebih sama dan telah sering melakukan permainan yang sama.

Meskipun sebenamya, menjadi tak kalah menarik jika permainan itu disajikan dalam aturan-aturan dan langkah-langkah yang kompleks, bertingkat-tingkat, sehingga detail aktivitas yang akan dialami peserta (jika peserta itu pernah melakukannya akan melakukannya lagi) dan hasilnya sungguh-sungguh belum bisa ditebak (mirip permainan olah raga internasional seperti sepak bola atau bola sodok/bilyar). Namun tetap saja penggunaan permainan yang selalu sama di setiap kesempatan (apalagi dilakukan oleh peserta yang pernah, sering dan selalu mengalaminya) akan beresiko menciptakan suasana pendidikan yang tidak menarik, dan bertolak belakang dengan sifat serta hakekat permainan itu sendiri (bahwa permainan seharusnya selalu menarik dan menyenangkan).Selain itu, mencipta permainan baru berarti membuka peluang ditemukannya metode permainan yang lebih aktual (sejalan dengan perkembangan situasi jaman), lebih kontekstual (sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan situasi peserta), dan lebih banyak menemukan pelajaran(lesson learned)penting untuk digali (terutama untuk permainan tematis).

TEKNIK MENCIPTA PERMAINAN

Berikut ini disajikan squmlahlangkah alternatifjika kita ingin mencipta permainan baru untuk dilakukan sebagai metode dalam program pendidikan (bukan sekedar permainan atau bukan permainan asal-asalan). Penciptaan permainan bertolak dari tujuan/maksud tertentu yang sudah jelas dibutuhkan dalam proses program pendidikan:

1.Pahami dan pastilian tepat-tidaknya metode permainan digunakan dalam materi/proses tertentu yang dimaksud.a.Apakah permainan menjadi metode paling tepat? Mengapa? Apa saja pertimbangannya?b.Apakah mencapai seluruh/sebagian tujuan materi/proses? Seberapa efektif?c.Apakah ada metode lain vang lebih tepat?

2.Tentukan tujuan permainan yang relevan dengan kebutuhan materi/proses.a.Apakah untuk mengakrabkan peserta?(ingrouping game)Jika ingin mencipta permainan pengakraban:i.Pilihlah hal-hal yang bisa dijadikan materi permainan (lihat tips di atas)ii.Tentukan aktivitas berkelompok yang perlu dan mungkin dilakukan peserta hingga menciptakan suasana akrab satu sama lain (lihat tips di atas tentang hal-hal yang mengakrabkan peserta) misalnya:Memperkenalkan diri (identitas singkat, identitas lengkap)Membentuk kelompok (sesuai kesamaan/perbedaan, membuat bangunan dari tubuh manusia, dsb.)Membentuk barisan (urutan, garis panjang, dsb.)Berlomba antar kelompok (adu cepat, adu panjang/pendek, adu tinggi, dsb.)iii.Tuliskan ide urutan aktivitas permainan sembari mencoba melakukannya, ajaklah orang lain sebagai partner.iv.Alangkah bagusnya jika permainan diuji coba efektivitasnya (tingkat keberhasilannya mengakrabkan) sebelum diterapkan dalam program pendidikan.b.Apakah untuk menyemangati peserta?(energizing game)Jika ingin mencipta permainan penyemangat:i.Pilihlah bagian-bagian tubuh tertentu yang menjadi penyebab kurang bersemangatnya peserta (lihat tips di atas)ii.Tentukan bagian-bagian tubuh tertentu yang akan digerakkan untuk menghilangkan/mengurangi kurang bersemangatnya peserta (lihat tips di atas)iii.Tentukan bagaimana gerak bagian-bagian tubuh tersebut (perhatikan dasar-dasar gerak: gerak lurus, gerak lengkung, gerak bersambung, gerak patah-patah, gerak berputar, gerak naik/turun, dsb)iv.Jika dimainkan secara berkelompok, tentukan bagaimana gerak peserta secara individual bisa menjadi gerak secara kelompok; perhatikan kemungkinankemungkinan:gerak serempakgerak bersentuhan misalnya sentuhan bahu peserta dengan bahu peserta lain, tepuk tangan peserta dengan tangan peserta laingerak berkaitan misalnya dengan berpegangan/berkaitan tangan, dsb.)v.Tuliskan ide urutan aktivitas permainan sembari mencoba melakukannya (untuk aktivitas permainan berkelompok, ajaklah orang lain sebagai partner).vi.Alangkah bagusnya jika permainan diuji coba efektivitasnya (tingkat keberhasilannya menambah semangat) sebelum diterapkan dalam program pendidikan.c.Apakah untuk memecahkan kebekuan suasana?(icebreaking game)Jika ingin mencipta permainan pemecah kebekuan suasana:i.Carilah kegiatan-kegiatan sehari-hari yangmenyenangkan(dan sama sekali tidak berkaitan dengan materi/proses yang baru saja diikuti peserta), misalnya: menyanyi, menari, menceritakan dan mendengarkan kisah lucu, memecahkan teka-teki, dsb.ii.Ubahlah kegiatan-kegiatan menyenangkan itu dalam format permainan terutama yang melibatkan peserta secara keseluruhan (massal). Misalnya:iii.Menyanyi dan menari bersama (lagu bersyair pendek, mudah dihafal dalam waktu singkat, sebaiknya diiringi muik dn dibarengi gerak tubuh/tarian peserta).Catatan: permainan yang dilakukan dengan menyanyi dan menari tidak sama dengan sekedar menyanyi atau menari sehari-hari. Karena unsur utamanya bukan menyanyi atau menari itu sendiri, tapi bermain. Jadi, tidak semua lagu (yang bisa dinyanyikan sehari-hari) dan tidak semua tarian (yang bisa ditarikan sehari-hari) bisa begitu saja berubah menjadi permainan pemecah kebekuan suasana. Carilah lagu (yang jika dinyanyikan) dan carilah tarian/gerak tubuh (yang jika dilakukan) bisa menyebabkan peserta merasakan sedang bermain, bukan menyanyi atau menari. Misalnya, jangan nyanyikan lagu pop, tapi lagu yang isi syairnya menggerakkan tubuh untuk menari (biarpun lagu itu lagu anak-anak seperti menyanyikan "Potong Bebek Angsa" sambil berjalan seperti bebek atau "Aku Anak Sehat" sambil membuat bahasa isyarat setiap kata kunci syairnya: aku-sehat-tubuh-kuat-ibu-rajin/cermat-bayi-asi(!)-dst.d. Apakah untuk menyampaikan, menggali, mengolah tema materi tertentu?(thematic game)Jika ingin mencipta pennainan bertema:i.Tentukan tujuan, tema dan makna yang diharapkan dari permainan yang akan diciptakan.ii.Carilah aktivitas kehidupan sehari-hari yang mengandung tujuan, tema atau makna tersebut (sebagai inspirasi permainan). Misalnya:Tema "pentingnya kerja sama" terlihat dalam aktivitas kenek Metrominiyang mei-nandu si sopir memarkir Metromini atau lomba panjat pinang.Tema "komunikasi efektif'tercermin dalam kegiatan menelepon, berbahasa isyarat atau berkirim surat.Tema "persaingan" terlihat dalam perlombaan renang atau menari telur paskah.Tema "berstrategi" bisa dicermati dari komandan perang mengatur serangan atau manajer tiro sepak bola mengatur fon-nasi pemain-pemainnya.iii.Cermati inti dari aktivitas atau kegiatan sehari-hari yang sesuai tujuan, tema atau makna tertentu itu. Misalnya:Inti kerja sama kenek dan sopir adalahsaling menutup keterbatasan orang lain untuk menyelesaikan pekeriaan.Inti keberhasilan menelepon adalahkesepahaman pesan antar orang yang berkomunikasilewat telepon.Inti persaingan menari telur paskah adalahmengumpulkan telur sebanyakbanyaknya dan secepat mungkin sebelum diambil orang lain.Inti berstrategi yang dilakukan komandan perang adalahmengatur kekuatan untuk mengalahkan lawan.iv.Ciptakan aktivitas lain yang sesuai dengan inti aktivitas tersebut, misalnya:"saling menutupi keterbatasan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan" bisa dilakukan oleh 2 orang yang harus menyelesaikan tugas tertentu yang tak mungkin diselesaikan 1 orang saja karena masing-masing punya keterbatasan; tugas hanya bisa diselesaikan jika keterbatasan orang pertama ditutupi oleh orang kedua dan begitu pula sebaliknya."mengatur kekuatan untuk mengalahkan lawan" bisa dilakukan oleh 2 kelompok yang harus saling mengalahkan (misalnya dengan memasuki daerah lawan), namun masing-masing memiliki kekuatan terbatas (misalnya sebagian ditutup matanya, sebagian lagi diikat kakinya).v.Tuliskan ide urutan aktivitas permainan sembari mencoba melakukannya (untuk aktivitas permainan berkelompok, ajaklah orang lain sebagai partner).vi.Alangkah bagusnya jika permainan diuji coba efektivitasnya (tingkat keberhasilannya menambah semangat) sebelum diterapkan dalam program pendidikan.