penanganan pasien di lapangan

16
BAB I PENDAHULUAN A. KASUS “Goro-Goro” Desa A mengalami hujan deras, 60 menit kemudian suara gemuruh sangat keras dating. Kejadian terjadi malam hari. Tiba-tiba tanah menerjang setiap rumah yang ada di bawahnya dan disaat berbarengan terjadi banjir bandang, warga masyarakat desa A pada lari berhamburan. 45 menit kemudian bantuan dating. Ditemukan warga yang mengalami patah tulang tertutup sebanyak 45 orang, yang terbuka 37 orang, tidak sadarkan diri sebanyak 39 orang akibat tertimbun tanah dan terseret arus banjir. Warga yang mengalami lecet-lecet sebanyak 110 jiwa. Dan korban yang dilaporkan hilang ± 98 orang. Ketika anda datang ketempat kejadian sebagai tim medis, apa tindakan anda ! B. DAFTAR KATA SULIT 1. Banjir Bandang C. DAFTAR PERTANYAAN Pertanyaan dari kasus 1. Sebagai tim medis tindakan apa yang dilakukan ? 2. Siklus penanggulangan bencana ? 3. Pembagian Triage ? 4. Tindakan apa yang dilakukan pada pasien dengan patah tulang tertutup ? 1

Upload: wahyu-kuntetz

Post on 04-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penanganan pasien di lapangan

TRANSCRIPT

Page 1: penanganan pasien di lapangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. KASUS

“Goro-Goro”

Desa A mengalami hujan deras, 60 menit kemudian suara gemuruh sangat keras

dating. Kejadian terjadi malam hari. Tiba-tiba tanah menerjang setiap rumah yang ada di

bawahnya dan disaat berbarengan terjadi banjir bandang, warga masyarakat desa A pada

lari berhamburan. 45 menit kemudian bantuan dating. Ditemukan warga yang mengalami

patah tulang tertutup sebanyak 45 orang, yang terbuka 37 orang, tidak sadarkan diri

sebanyak 39 orang akibat tertimbun tanah dan terseret arus banjir. Warga yang

mengalami lecet-lecet sebanyak 110 jiwa. Dan korban yang dilaporkan hilang ± 98 orang.

Ketika anda datang ketempat kejadian sebagai tim medis, apa tindakan anda !

B. DAFTAR KATA SULIT

1. Banjir Bandang

C. DAFTAR PERTANYAAN

Pertanyaan dari kasus

1. Sebagai tim medis tindakan apa yang dilakukan ?

2. Siklus penanggulangan bencana ?

3. Pembagian Triage ?

4. Tindakan apa yang dilakukan pada pasien dengan patah tulang tertutup ?

5. Bagaimana penanganan pada patah tulang terbuka ?

6. Perannya masyarakat dalam menangani korban bencana ?

7. Pembagian Triage berdasarkan kasus ?

8. Bagaimana penanganan korban pasca bencana ?

9. Siapa saja yang dapat memberikan bantuan kepada para korban bencana ?

Pertanyaan dari LO

1. Konsep Triage ?

2. Siklus penanggulangan bencana ?

3. Alur penanganan korban ?

1

Page 2: penanganan pasien di lapangan

4. Alur transportasi korban ?

5. Perawatan korban di lapangan ?

2

Page 3: penanganan pasien di lapangan

BAB II

HASIL

A. KLASIFIKASI ISTILAH

1. Banjir Bandang adalah banjir besar yang datang dengan tiba-tiba dan mengalir deras

menghanyutkan benda-benda besar (kayu dan sebagainya) ; air bah. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia)

B. JAWABAN PERTANYAAN

1. Pertanyaan dari kasus

a. Sebagai tim medis tindakan apa yang dilakukan ?

Jawab : Mempersiapkan diri terlebih dahulu, mengkoordinir teman-teman medis

yang laen, ada yang mengetuai, mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, melihat

korban yang tak sadarkan diri dan memilah-milah pasien yang paling emergency,

memperhatikan keamanan lingkungan, tetap tenang, mengkaji kemampuan diri

sendiri.

b. Siklus penanggulangan bencana ?

Jawab :

- Pra bencana : memberikan pelatihan dan meningkatkan pengetahuan

masyarakat dalam mengahadapi bencana.

- Bencana : saat terjadi bencana menyelamatkan diri dan harta benda.

- Pasca bencana : melakukan rekontruksi yaitu memperbaiki sarana dan

prasarana umum seperti, puskesmas, sekolah dan fasilitas umum lainnya, dan

rehabilitasi yaitu mengembalikan kondisi psikis korban.

c. Pembagian Triage ?

Jawab :

- Warna merah : emergency perlu ditolong segera.

- Warna kuning: pasien tidak gawat tidak darurat.

- Warna hijau : pasien dapat berjalan.

- Warna hitam: pasien meninggal.

d. Tindakan apa yang dilakukan pada pasien dengan patah tulang tertutup ?

Jawab : dilakukan pembidaian dengan alat seadanya.

3

Page 4: penanganan pasien di lapangan

e. Bagaimana penanganan pada patah tulang terbuka ?

Jawab : menghentikan pendarahan, dan bisa dilakukan pembidaian.

f. Perannya masyarakat dalam menangani korban bencana ?

Jawab : membantu korban pada saat bencana, membantu secara psikologis

(menenangkan korban yang lain), sebagai kader bantuan dari pemerintah

menyelamatkan diri sendiri.

g. Pembagian Triage berdasarkan kasus ?

Jawab :

- Warga dengan patah tulang tertutup sebanyak 45 orang : warna kuning.

- Warga dengan patah tulang terbukas sebanyak 37 orang : warna merah.

- Warga yang tidak sadarkan diri sebanyak 39 orang: warna merah.

- Warga yang mengalami lecet-lecet sebanyak 110 orang : warna hijau.

h. Bagaimana penanganan korban pasca bencana ?

Jawab : memperhatikan sirkulasi, psikologis, spiritual, pengungsian yang layak,

rehabilitasi, rekontruksi.

i. Siapa saja yang dapat memberikan bantuan kepada para korban bencana ?

Jawab : tim reaksi cepat yaitu siap siaga 24jam, tim penilaian cepat yaitu ikut tim

yang pertama, bagaimanan kondisi bencana, tim medis yaitu segera memberikan

pertolongan dengan segera ditempat bencana, masy yang sudah mendapatkan

pelatihan, pemerintah.

2. Pertanyaan dari LO

a. Konsep Triage

- Pengertian triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus

dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,

peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau

menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan

prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).

- Tujuan utama triage adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam

nyawa. Tujuan kedua adalah memprioritaskan pasien menurutkan ke

akutannya. Tujuan triage pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber

4

Page 5: penanganan pasien di lapangan

daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin dengan

kebijakan :

Memilah korban berdasarkan : Beratnya cidera, besarnya kemungkinan

hidup, dan fasilitas yang ada tau kemungkinan keberhasilan tindakan.

Triage dilakukan tidak lebih dari 60 detik per pasien dan setiap

pertolongan harus dilakukan sesegera mungkin.

- Prinsip triage menurut Brooker (2008) adalah “Time Saving is Life Saving,

The Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care

Provider”.

1. Triage seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu : kemampuan

berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam

kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di department

kegawatdaruratan.

2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat : ketelitian dan keakuratan

adalah elemen yang terpenting dalam proses interview.

3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian : keselamatan dan perawatan

pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat informasi yang

adekuat serta data yang akurat.

4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dan kondisi : tanggung jawab

utama seorang perawat triage adalah mengkaji secara akurat seorang

pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal

tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan tugas

terhadap suatu tempat yang diterima untuk suatu pengobatan.

5. Tercapainya kepuasan pasien :

Perawat triage seharusnya memenuhi semua yang ada diatas saat

menetapkan hasil secara serempak dengan pasien.

Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan

yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada

seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.

Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan

keluarga atau temannya.

5

Page 6: penanganan pasien di lapangan

- Klasifikasi triage :

1. Klasifikasi triage menurut Wijaya (2010)

Gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa / adanya

gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest,

penurunan kesadaran, trauma mayor dengan perdarahan hebat.

Gawat tidak darurat adalah keadaan mengancam nyawa tetapi tidak

memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka

ditindaklanjuti oleh dokter spesialis. Misalnya : pasien kanker

tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya.

Darurat tidak gawat adalah keadaan yang tidak mengancam nyawa

tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada

gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitive.

Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur

minor /  tertutup, otitis media dan lainnya.

Tidak gawat tidak darurat adalah keadaan tidak mengancam nyawa

dan tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis

ringan / asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan

sebagainya.

2. Klasifikasi Triage Internasional :

Warna merah adalah pasien dengan kondisi mengancam nyawa,

memerlukan evaluasi dan intervensi segera, perdarahan berat,

dengan waktu tunggu (0) nol. Contoh : Pasien dengan asfiksia,

cedera cervical, cedera maxilla, trauma kepala dengan koma dan

proses shock yang cepat, fraktur terbuka, luka bakar > 30%, dan

shock tipe apapun.

Warna kuning adalah pasien dengan penyakit akut, mungkin

membutuhkan kursi roda atau masih mampu untuk berjalan,

dengan waktu tunggu 30 menit. Contoh : Fraktur tertutup pada

tulang panjang, Trauma thorax non asfiksia, luka bakar < 30%, dan

cedera pada bagian / jaringan lunak.

6

Page 7: penanganan pasien di lapangan

Warna hijau adalah pasien yang biasanya dapat berjalan dengan

masalah medis yang minimal, luka lama, dan kondisi yang timbul

sudah lama. Contoh : Minor injuries dan kasus-kasus ambulant /

jalan .

Warna hitam adalah pasien dengan kasus meninggal, seperti tidak

ada respon terhadap semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan,

tidak ada bukti aktivitas jantung, dan tidak ada respon pupil

terhadap cahaya.

b. Siklus penanggulangan bencana :

Pencegahan (Prevention) adalah Upaya yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya :

melarang pembakaran hutan, melarang penambangan batu didaerah yang

curam, dan melarang membuang sampah sembarangan.

Mitigasi bencana (Mitigation) adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

bencana (UU 24/2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan

dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Ada dua jenis mitigasi yaitu

mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah

tahan gempa, dll) dan mitigasi non struktural (peraturan perundang-

undangan, pelatihan, dll.)

Kesiapsiagaan (Preparedness) adalah Serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta

melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007).

Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi

evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman

penanggulangan bencana.

Peringatan Dini (Early Warning) adalah Serangkaian kegiatan pemberian

peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan

terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU

7

Page 8: penanganan pasien di lapangan

24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana

kemungkinan akan segera terjadi.

Tanggap Darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian

bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama

berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.

Bantuan Darurat adalah Merupakan upaya untuk memberikan bantuan

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa :

Pangan.

Sandang.

Tempat tinggal sementara.

Kesehatan, sanitasi dan air bersih.

Pemulihan (Recovery) dibagi menjadi dua :

Rehabilitasi adalah upaya langkah yang diambil setelah kejadian

bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya,

fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan

kembali roda perekonomian.

Rekontruksi adalah program jangka menengah dan jangka panjang

guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan

kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari

sebelumnya. (http://maysandi.blogspot.com/2012/04/manajemen-

bencanamanajemen-bencana.html)

c. Alur penanganan korban

Alur penanganan korban masal dengan menggunakan alogritma START.

Metode START dikembangkan untuk pertolongan pertama yang bertugas

memilah pasien pada korban musibah atau masal dengan waktu 30 detik atau

kurang berdasarkan tiga pemeriksaan primer yaitu : Respirasi, Perfusi (menegecek

nadi radialis), dan Status Mental. Tugas utama penolong triage adalah untuk

memeriksa pasien secepat mungkin dan memilah atau memprioritaskan pasien

berdasarkan berat ringannya cedera. Pasien akan diberi label sehingga akan

mudah dikenali oleh penolong lain saat tiba di tempat kejadian. Alogritma ini

mengklasifikan korban berdasarkan :

8

Page 9: penanganan pasien di lapangan

1. Korban kritis / immediate diberi label merah / kegawatan yang mengancam

nyawa (prioritas 1), untuk mendeskripsikan pasien perlu dilakukan

transportasi segera ke rumah sakit. Kriteria pengkajian adalah :

a. Respirasi > 30x/menit.

b. Tidak ada nadi radialis.

c. Tidak sadar atau penurunan tekanan darah.

2. Korban delay / tunda diberi label kuning / kegawatan yang tidak mengancam

nyawa dalam waktu dekat (prioritas 2), untuk mendeskripsikan cedera yang

tidak mengancam nyawa dan dapat menunggu pada periode tertentu untuk

penatalaksanaan dan transportasi dengan kriteria sebagai berikut :

a. Respirasi < 30x/menit.

b. Nadi teraba.

c. Status mental normal.

3. Korban terluka yang masih bias berjalan diberi label hijau / tidak terdapat

kegawatan / penanganan dapat ditunda (prioritas 3).

Penolong pertama akan memberika intruksi verbal untuk ke lokasi aman dan

mengkaji korban dari trauma, serta mengirim ke rumah sakit. Meninggal diberi

label hitam / tidak perlu penanganan. (Jurnal Sistem Informasi Triage Untuk

Penanggulangan Korban Bencana). Selengkapnya tentang alogritma START pada

Gambar 1.1

9

Page 10: penanganan pasien di lapangan

Gambar 1.1

d. Perawatan korban di lapangan

Jika didaerah dimana terjadi bencana tidak tersedia fasilitas kesehatan

yang cukup untuk menampung dari merawat korban bencana massal (misalnya

hanya tersedia satu Rumah Sakit tipe C atau tipe B), memindahkan korban

kesarana tersebut hanya akan menimbulkan hambatan bagi perawatan yang harus

segera diberikan kepada korban dengan cedera serius maka tim medis dapat

mendirikan Rumah Sakit Lapangan atau posko. Dalam mengoperasikan Rumah

Sakit Lapangan diperlukan tenaga medis paramedic dan non medis. (Jurnal

Kesehatan Masyarakat, September 2008 - Maret 2009, Vol.3, No.1)

e. Alur transportasi korban

Alur transportasi korban sebagai berikut (Oman, Chatleen Jane, Koziol M &

Linda, 2008) :

1. Mempersiapkan korban untuk ditransportasikan :

Lakukan penilaian berkala (tanda vital).

Pastikan tandu terikat dengan baik.

Pastikan juga korban diikat dengan baik diatas tandu.

Kendorkan pakaian dan periksa bidai.

10

Page 11: penanganan pasien di lapangan

Tenangkan korban jika sadar, jaga ketenangan penolong.

2. Prosedur transportasi :

Persiapan ambulans gawat darurat di rumah sakit maupun di lokasi

pengungsian.

Menerima dan menanggapi panggilan emergensi dari lokasi bencana.

Mengoperasikan ambulans gawat darurat apabila ada korban yang

membutuhkan pengangkutan.

Memindahkan korban / pasien dari tempat kejadian ke ambulans.

Transportasi pasien ke rumah sakit lapangan atau rumah sakit terdekat.

Pengiriman pasien ke rumah sakit menggunakan ambulans harus

sesuai dengan peraturan penggunaan ambulans di jalan raya.

Memindahkan pasien ke unit gawat darurat untuk dilakukan

penanganan secara cepat.

11