pemeriksaan laboratorium reproduksi

28
TUGAS MANDIRI PEMERIKSAAN LABORATORIUM SISTEM REPRODUKSI Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 PSIK Reguler 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Upload: adelita-dwi-aprilia

Post on 19-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

TUGAS MANDIRIPEMERIKSAAN LABORATORIUM

SISTEM REPRODUKSI

Oleh :

Adelita Dwi Aprilia

135070201111005

PSIK Reguler 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2015

Page 2: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

IVA TEST1. Definisi

Inspeksi Visual dengan Asam Asetat atau yang lebih dikenal dengan IVA, merupakan metode yang

dapat digunakan juga untuk deteksi dini kanker serviks. Metode IVA adalah tes visual dengan

menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iodium lugol pada serviks dan

melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuan dari IVA yakni untuk

mengurangi morbiditas (keparahan penyakit) atau mortalitas (kemungkinan kematian) dari

penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan, dan untuk mengetahui

kelainan yang terjadi pada serviks seperti melihat adanya sela yang mengalami dysplasia sebagai

satu metode skrinning kanker serviks.

2. Persiapan alat

1 Spekulum cocor bebek

1 Senter atau lampu

1 Spatula

2 gelas obyek

1 cytobrush

1 larutan fiksasi

1 swab kapas

Larutan asam asetat

Kantung plastik

Larutan klorin 0,5%

Sarung tangan /handscoen

3. Prosedur pelaksanaan

1. Memasang spekulum dan menyesuaikannya sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat.

2. Memasang cocor bebek spekulum dalam posisi terbuka sehingga spekulum tetap berada

ditempatnya agar leher rahim dapat terlihat

3. Memindahkan lampu/senter sehingga dapat melihat leher rahim dengan jelas.

4. Memeriksa leher rahim apakah curiga Kanker Serviks atau terdapat servisitis,ektopion,

tumor, ovula Naboti atau luka.

5. Menggunakan swab kapas yang bersih untuk menghilangkan cairan, darah, atau mukosa dari

leher rahim. Membuang swab kapas yang telah dipakai ke dalam wadah tahan bocor atau

kantung plastik

6. Mencelupkan swab bersih ke dalam cairan asam asetat lalu mengoleskan pada leher rahim.

Page 3: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

7. Menunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan tampak perubahan warna putih

yang disebut lesi putih

8. Memeriksa SSK(sambungan skuamo koloumnar) dengan teliti, memeriksa apakah leher

rahim mudah berdarah. Mencari apakah terdapat plak putih yang tebal dan meninggi atau

lesi putith

9. Bila perlu oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan swab bersih untuk

menghilangkan mukosa, darah atau debris. Membuang swab kedalam kantung plastik

10. Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan swab baru untuk menghilangkan sisa cairan

asam asetat dari leher rahim dan vagina. Membuang swab ke dalam kantung plastik

11. Melepaskan spekulum dan melakukan dekontaminasi dengan meletakkan spekulum dalam

larutan chlorin 0,5 % selama 10 menit

4. Peran perawat

1. Pre

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang

akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.

2. Intra

Melakukan pemeriksaan pada klien

3. Post

Meminta ibu untuk duduk, turun dari meja periksa dan berpakaian

Membersihkan lampu/senter dan alas tempat duduk pasien berturut-uturt dengan larutan

klorin 0,5%, cairan detergen dan air bersih

Merendam sarung tangan dalam keadaan dipakai ke dalam larutan klorin 0,5%.

Melepas sarung tangan dengan membalik sisi dalam keluar.

Jika sarung tangan akan dibuang, buang ke dalam kantung plastik.

Jika sarung tangan akan dipakai ulang, dekontaminasi dengan merendam sarung tangan

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Mencuci tangan dengan air dan sabun sampai benar-benar bersih lalu dikeringkan dengan

kain kering dan bersih

Meyakinkan ibu bahwa dia bisa kembali setiap saat bila membutuhkan konsultasi atau

perawatan medis

Setelah memberi konseling, berikan pengobatan atau rujukan

Page 4: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

PAP SMEAR1. Definisi

Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya

perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal

keganasan serviks atau prakanker. Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang

diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Bila pap smear positif atau

menunjukkan keganasan, biopsy serviks dapat memastikan diagnosis.

2. Persiapan alat

1 Spekulum cocor bebek

1 Senter atau lampu

1 Spatula

2 gelas obyek

1 cytobrush

1 larutan fiksasi

1 swab kapas

Kantung plastik

Larutan klorin 0,5%

Sarung tangan /handscoen

3. Prosedur pelaksanaan

Persiapan Pasien :

Page 5: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

1. Melakukan informent concent.

2. Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan lampu sorot.

3. Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.

4. Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi

Prosedur :

1. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah dan

mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.

2. Mengunakan hanscun steril.

3. Melakukan vulva higyene.

4. Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi.

5. Memasang speculum dalam vagina.

6. Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung spatula yang berbentuk

lonjong, apus sekret dari seluruh permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan

mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar melingkar 3600.

7. Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass secukupnya, jangan terlalu tebal

dan jangan terlalu tipis.

8. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara:

a) Fiksasi Basah

Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar dimasukkan

kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan

dikeringkan serta dikirim dalam keadaan keringterfiksasi atau dapat pula sediaan dikirim

dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol.

b) Fiksasi Kering

Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih segar

disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass yang mengandung asupan

secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4 kali

semprotkan. Kemudian keringkan sediaan dengan membiarkannya diudara terbuka

selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk

diperiksa bersamaan dengan formulir permintaan.

9. Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril dengan menggunakan tampon tang.

10. Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.

11. Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.

12. Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung tangan (merendam dalam larutan

clorin 0,5%).

Page 6: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

13. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah.

14. Temui klien kembali.

15. Mencatat hasil tindakan dalam status.

4. Peran perawat

1. Tahap pre

- Memastikan identitas pasien dan memeriksa kelengkapan informed concent

- Menanyakan mengenai pemeriksaan sebelumnya

- Menanyakan kepada klien kapan menstruasi terakhir dan memastikan tidak menstruasi saat

pemeriksaan

- Memastikan pasien tidak berhubungan intim dan irigasi vagina 3 hari terakhir

- Memastikan pasien sudah buang air kecil dan mencuci bagian perineum

- Memastikan pasien membuka pakaian dalam (dibantu perawat)

- Mempersilahkan pasien untuk tidur pada meja periksa

- Menjelaskan prosedur kepada klien

- Menjaga privasi klien

2. Tahap Intra

- Pada saat pengambilan lender,meminta agara otot-otot vagina klien rileks

- Melakukan tindakan dengan menggunakan spatula dan alat- alat lain yang sudah disiapkan

- Mengkaji respon klien ketika pemeriksaan

- Menjaga kesterilan dan teknik- teknik aseptic ketika pemeriksaan

3. Tahap post

- Kumpulkan peralatan dan masukkan pada larutan dekontaminasi. Bahan habis pakai

masukkan pada tempat yang telah disediakan.

- Bersihkan darah/secret yang melekat pada sarung tangan, kemudian lepaskan dan rendam

pada larutan dekontaminasi (larutan klorin 0,5%)

o Cuci tangan dan lengan pada air mengalir

o Keringkan dengan handuk bersih

- Konseling

o Beritahukan kembali bahwa prosedur pemeriksaan pap smear telah selesai

o Diskusikan dengan pasien tentang temuan yang didapat selama prosedur dilakukan dan

tindakan selanjutnya

o Membuat surat pengantar pemeriksaan sitologi dengan menyertakan temuan klinis yang

didapat selama prosedur pemeriksaan.

o Berikan terapi medikamentosa jika diperlukan

Page 7: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

o Jelaskan dan beri informasi pada pasien kapan harus kembali melakukan pemeriksaan

sebelum pasien dipulangkan

HCG1. Definisi

Human Chorionic Gonadotropin (HCg) adalah hormon yang dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas sejak

hari 7-9 setelah ovulasi atau saat terbentuknya blastokis. Sehingga dapat mempertahankan

korpus luteum gravidarum sampai plasenta terbentuk. Pada kehamilan HCG timbul dalam darah

dan urine saat 14 hari sampai 26 hari setelah konsepsi dan konsentrasi memuncak pada kira-kira

8 minggu. Kenaikan konsetrasinya sebanding dengan bertambahnya jaringan plasenta . Setelah

trimester pertama kehamilan, produksi HCG menurun. HCG tidak ditemukan pada wanita yang

tidak hamil, pada kematian janin atau setelah 3-4 hari pascapartum. Tujuan dari pemeriksaan ini

adalah untuk menentukan apakah klien hamil dan mendeteksi aborsi yang mengancam atau

kematian janin. Jumlah kadar HCG yang ideal bisa berubah atau berbeda-beda tergantung pada

usia kehamilan. Kadar HCG yang ideal adalah tidak terlalu rendah, maupun tidak terlalu tinggi.

Jumlah hormon HCG tidak ditentukan oleh umur si ibu, jadi yang benar-benar mempengaruhi

jumlah kadar HCG adalah usia kehamilan. Kadar beta HCG yang bisa terdeteksi pada kehamilan 5

minggu yakni sekitar 22 IU/ml. Bila kadar HCG-nya rendah bisa keguguran. Sedangkan kalau kadar

HCG-nya terlalu tinggi harus dicurigai karena bisa menyebabkan hamil anggur atau bisa juga

menyebabkan kanker kariokarsinoma.

2. Persiapan alat

Spuit

Tabung tertutup

3. Prosedur pelaksanaan

Lakukan uji kehamilan 2 minggu (tidak hamil lebih cepat 5 hari) setelah pertama kali tidak

menstruasi. Terdapat beberapa alat penentu kehamilan yang dijual bebas untuk uji kehamilan

imunologik

Tidak terdapat pembatasan asupan makanan

Serum

Lakukan uji kehamilan tidak lebih cepat dari 5 hari setelah pertama kali terlambat menstruasi

Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung tertutup merah. Cegah terjadinya hemolisis

Urine

Klien harus puasa cairan selama 8-12 jam; tidak ada pembatasan asupan makanan.

Page 8: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

Ambil spesimen urine pada pagi hari (sebanyak 60 ml) dengan berat jenis >1,010 ke

laboratorium dengan segera. Pengumpulan urine 24 jam juga dapat diinstruksikan.

Instruksikan klien untuk mengikuti petunjuk ketika menggunakan alat penentu kehamilan

yang dijual bebas.

Hindari kontaminasi darah dalam urine karena dapat terjadi temuan positif palsu.

4. Peran perawat

1. Pre

Lakukan uji kehamilan 2 minggu ( tidak lebih cepat dari 5 hari) setelah pertama kali tidak menstruasi, persiakan klien dengan mengedukasi klien perihal tes yang akan dilakukan. Jelaskan prosedur dari masing-masing tes

2. Intra

Melakukan pemeriksaan

3. Post

Edukasi klien, beri informasi terkait hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Adakan

konseling guna memberikan informasi lebih lanjut dan sebagai rujukan

TORCH1. Definisi

TORCH adalah singkatan Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes simpleks. Uji

ini merupakan suatu uji skrining untuk mendeteksi organisme tersebut pada ibu dan bayi. Selama

kehamilan, infeksi TORCH dapat menembus sawar plasenta dan dapat menyebabkan malformasi

congenital ringan atau berat, aborsi atau lahir mati. Efek berbahaya dari organisme tersebut

terjadi selama kehamilan trimester pertama. Pada masa prenatal, uji skrining TORCH hanya

dilakukan jika dicurigai terjadi infeksi TORCH,

seperti rubella.

Uji skrining TORCH lebih sering dilakukan jika dicurigai terjadi infeksi congenital pada bayi pada

awal kehamilan. Dugaan terhadap infeksi TORCH dibuktikan melalui pemeriksaan darah dengan

pengukuran titer (takaran konsentrasi) IgG, IgM, atau keduanya . Titer IgG dibandingkan antara

serum ibu dan bayinya. Angka yang terbaca pada hasil pemeriksaan laboratorium terhada serum

darah adalah positif atau negatif.

a. Toxoplasmosis

Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Bila

seorang ibu hamil terjangkit toxoplasma, maka janin dalam kandungannya memiliki resiko

Page 9: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

infeksi yang lebih tinggi juga. Bila infeksi terjadi pada awal kehamilan, dapat terjadi

hidrosefalus, pengapuran otak, kelainan jantung dan kelainan pada mata (katarak).

Ada 2 jenis pemeriksaan toxoplasma:

1. IgM anti Toxoplasma : IgM menandakan adanya infeksi yang sedang atau baru saja terjadi

2. IgG anti Toxoplasma: IgG menandakan infeksi yang sudah lama terjadi.

Sampel yang diambil adalah sampel darah. Pemeriksaan ini tidak memerlukan persiapan

sebelumnya sehingga sampel darah dapat diambil kapan saja. Infeksi yang sedang atau baru

saja terjadi (IgM positif) yang wajib diterapi agar tidak berlanjut dan mempengaruhi

perkembangan janin.

b. Rubella

Rubella sering pula disebut sebagai campak Jerman (German measles). Penyakit ini

disebabkan karena virus rubella. Virus rubella dapat ditularkan melalui udara (cairan ludah

ataupun hidung saat berbicara, batuk atau bersin). Pada ibu hamil, virus ini dapat ditularkan

melalui darah ibu ke janinnya. Hal ini yang perlu diwaspadai dan dicegah karena dapat

mengakibatkan kelainan pada bayi. Kelainan pada bayi nampak saat lahir yang disebut dengan

Congenital Rubella Syndrome.

Pemeriksaan terhadap infeksi rubella ada dua jenis yaitu

1. IgM anti Rubella : IgM merupakan tanda adanya infeksi yang masih aktif ataupun yang baru

berlangsung

2. IgG anti Rubella : sedangkan IgG menandakan adanya infeksi yang telah berlangsung lama

dan tubuh telah membentuk kekebalan terhadap Rubella.

Bila kadarnya belum nampak, kedua tes ini dapat diulang lagi 2 – 3 minggu kemudian untuk

mendeteksi ulang apakah memang ada infeksi ataupun kekebalan terhadap infeksi Rubella.

c. CMV

Infeksi CMV disebabkan karena virus CMV (Cytomegalovirus). Virus ini ikut dalam keluarga

besar virus herpes. Keluarga besar virus herpes lainnya antara lain virus varicella / cacar air,

virus herpes sendiri dan virus EBV (Epstein-Barr Virus). Virus CMV dapat menyebar melalui air

liur dan urin serta dapat pula menyebar melalui darah, air mata dan cairan tubuh lainnya.

Sama seperti virus herpes lainnya, bila pernah terinfeksi CMV, virus ini akan selalu berada

dalam orang tersebut.

Pemeriksaan terhadap infeksi CMV ada dua jenis yaitu:

1. IgM anti CMV : IgM merupakan tanda adanya infeksi yang masih aktif ataupun yang baru

berlangsung.

Page 10: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

2. IgG anti CMV: IgG menandakan adanya infeksi yang telah berlangsung lama dan tubuh

telah membentuk kekebalan terhadap virus CMV.

Bila kadarnya belum nampak atau masih meragukan, kedua tes ini dapat diulang lagi 2 – 3

minggu kemudian.

d. Herpes Simplex Virus (HSV)

Ada dua jenis virus herpes simpex yaitu tipe 1 dan tipe 2. Lokasi infeksi HSV tipe 1 biasanya

pada daerah wajah dan mulut sedangkan HSV tipe 2 lebih banyak pada daerah genital.

Sebagian penderita tidak sadar bahwa mereka telah terinfeksi HSV, namun sebagian lainnya

sadar karena adanya gejala seperti nyeri dan gatal serta timbul gelembung berisi cairan. Virus

ini dapat ditularkan ke janin bila ibu terjangkit saat hamil.

Pemeriksaan adanya infeksi HSV ada dua jenis yaitu:

1. IgM anti HSV : Tes IgM menandakan bahwa sedang terjadi infeksi ataupun infeksi yang

baru saja berlangsung

2. IgG anti HSV: Tes IgG menandakan bahwa infeksi telah terjadi dalam kurun waktu beberapa

lama (lebih dari 6 bulan) dan penderita telah memiliki kekebalan tubuh terhadap HSV.

Selain itu, pemeriksaan juga meliputi HSV tipe 1 dan HSV tipe 2.

2. Persiapan Alat

Alkohol swab

Tourniquet

Spuit

Kontainer untuk wadah sampel darah

3. Prosedur pemeriksaan

Kumpulkan 7ml darah vena dalam tabung bertutup merah. Tidak terdapat pembatasan asupan

makanan atau cairan. Perangkat TORCH: ikuti petunjuk yang ada pada perangkat tersebut

4. Peran perawat

1. Pre

Tanyakan pada klien apakah pernah melakukan uji TORCH sebelumnya? Apakah di

rumahnya mempunyai peliharaan atau tidak, jelaskan prosedur yang akan dilakukan untuk

pemeriksaan, persiapkan kondisi klien dan jaga pirvasi. Tanyakan riwayat penyakit dan

infeksi yang pernah di alami

2. Intra

Melakukan pengambilan spesimen

3. Post

Beritahu klien hasil pemeriksaan

Page 11: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

Jika hasil positif, beritahu klien untuk melakukan pemeriksaan lain

Beri alternatif informasi dan konseling pada klien

TES HORMON1. Definisi

Pemeriksaan hormone berguna untuk menentukan fungsi organ seksual dan reproduksi.

Pemeriksaan hormone dipengaruhi oleh berbagai factor dan harus dilakukan pada saat yang

tepat. Pemeriksaan hormone reproduksi diperlukan sekali dalam menilai kelainan semenjak lahir,

prepubertas, pubertas, dewasa sampai setelah menopause dan dari saat tidak mempunyai

keturunan sampai telah hamil, serta setelah melahirkan pun perlu pemeriksaan hormonal.

(Anwar, 2005)

ESTROGEN

Estrogen (dan progesteron) disekresikan oleh ovarium. Hormon-hormon ini berperan untuk

perkembangan ciri seksual sekunder perempuan dan untuk menstruasi normal. Kadarnya

biasanya tidak terdeteksi pada anak-anak. Hormon-hormon ini disekresikan oleh sel folikel

ovarium selama pertengahan awal daur haid dan oleh korpus luteum selama fase luteal serta

selama kehamilan. Pada menopause, sekresi estrogen menurun sampai kadar rendah yang

konstan. Tujuan pemeriksaan Hormon Estrogen adalah :

- Menentukan kematangan seksual dan fertilitas

- Membantu diagnosi disfungsi gonad seperti pubertas prekoks atatu terlambat, amenore, dan

infertilitas

- Menentukan kesehatan janin

- Membantu diagnosi tumor yang diketahui mensekresi estrogen

PROGESTERON

Progesteron adalah suatu hormon steroid ovarium yang disekresikan oleh korpus luteum,

menyebabkan penebalan dan perkembangan sekresi endometrium sebagai persiapan untuk

implantasi ovum yang telah dibuahi. Dengan demikian, kadar progesteron memuncak selama fase

midluteal daur haid. Bila tidak terjadi implantasi, progestaron (dan estrogen) turun secara tajam

dan mulai terjadi haid 2 hari kemudian. Tujuan pemeriksaan Hormon Progesteron adalah :

- Menilai fungsi korpus luteum sebagai bahan pemeriksaan infertilitas

- Mengevaluasi fungsi plasenta selama kehamilan

- Membantu memastikan ovulasi

TESTOSTERON

Testosteron menginduksi pubertas pada laki-laki dan memelihara ciri seksual sekunder laki-laki.

Page 12: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

Kadar testosteron prapubertas rendah. Peningkatan sekresi testosteron selama pubertas

merangsang pertumbuhan tubulus seminiferus dan pembentukan sperma. Testosteron juga

berperan pada pembesaran genitalia eksterna, organ seks aksesorius (seperti kelenjar prostat),

dan otot-otot polos serta pada pertumbuhan rambut wajah, rambut pubis, rambut aksila.

Pembentukan testosteron mulai meningkat saat permulaan pubertas dan terus meningkat

selama masa dewasa. Pembentukannya mulai menurun pada usia kira-kira 40 tahun dan

perlahan-lahan turun sampai kira-kira seperlima kadar puncak pada usia 80 tahun. Pada

perempuan, kelenjar adrenal dan ovarium mensekresikan sejumlah kecil testosteron. Tujuan

pemeriksaan Hormon testosteron adalah :

- Mempermudah diagnosis banding prekoksitas seksual lelaki pada anak laki=laki dibawah usia

10 tahun

- Membantu diagnosis banding hipogonadisme

- Mengevaluasi infertilitas lelaki atau disfungsi seksual lain

- Mengevaluasi hirsutisme dan virilisasi pada perempuan

HORMON PLASENTA

Suatu hormon polipeptida, laktogen plasenta manusia (Hpl, Human Placental Lactogen) yang juga

dikenal sebagai somatomamotropin korion manusia, memperlihatkan sifat laktogenik dan

somatrotopik (hormon pertumbuhan) pada perempuan hamil. Bersama dengan prolaktin, hPL

mempersiapkan payudara untuk menyusui. Hpl juga secara tidak langsung menyediakan energi

untuk metabolisme ibu dan nutrisi janin. Hormon ini mempermudah sintesis dan mobilisasi

protein yang sangat penting untuk pertumbuhan janin. Sekresi bersifat otonom, mulai pada

kehamilan 5 minggu dan menurun cepat setelah persalinan. Tujuan pemeriksaan Hormon

Plasenta adalah :

- Untuk mendeteksi kehamilan dini

- Untuk menentukan kecukupan pembentukan hormone pada kehamilan risiko tinggi misalnya

abortus habitualis

- Untuk membantu diagnosis tumor rofoblastik

- Untuk memantau pengobatan induksi ovulasi dan pembuahan

2. Persiapan alat

tabung aktivator-bekuan 10 ml

formulir laboratorium

alat pungsi vena

3. Prosedur pelaksanaan

Page 13: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

ESTROGEN

Prosedur dan perawatan pasca uji dapat sedikit berbeda bergantung pada apakah yang diukur

plasma atau serum

Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel pada tabung aktivator-bekuan 10 ml

Bila pasien dalam fase pramenopause, catat fase daur haidnya pada lembar formulir

laboratorium

Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti

Bila timbul hematoma pada tempat pungsi vena, berikan kompres hangat

Bertahukan kepada pasien bahwa ia dapat minum kembali obat-obatan yang sebelumnya

dihentikan sebelum uji

Nilai Rujukan

Perempuan pramenopause 26-149 pg/ml (SI, 90-550 pmol/L)

Perempuan pascamenopause 0-34 pg/ml (SI, 0-125 pmol/L)

Laki-laki 12-34 pg/ml (SI, 40-125 pmol/L)

Anak dibawah usia 6 tahun 3-10 pg/ml (SI, 10-36 pmol/L)

Kehamilan 30 minggu 2 ng/ml (SI, 7 nmol/L)

Kehamilan 40 minggu 2-30 ng/ml (SI, 105 nmol/L)

PROGESTERON

Prosedur dan Perawatan Pasca Uji

Lakukan pungsi vena dan kumpulakn sampel pada tabung heparin 7 ml

Penuhi tabung pengumpul. Lalu balikkan perlahan-lahan paling sedikit 10 kali untuk

mencampur sampel dan anikoagulan dengan benar

Tuliskan tanggal daur haid terakhir dan fase daur haidnya pada lembar formulir laboratorium.

Bila pasien sedang hamil, tuliskan juga bulan kehamilannya

Kirimkan sampel segera ke laboratorium

Nilai Rujukan

Selama haid nilai progesteron normal adalah:

Fase folikular :<150 ng/dl (SI, <5nmol/L)

Fase luteal : 300-1200 ng/dl (SI, 10-40 nmol/L)

Selama kehamilan nilai progesteron normal adalah :

Trimester I : 1500-5000 ng/dl (SI, 50-160 nmol/L)

Trimester II dan III : 8000-20000 ng/dl (SI, 250-650 nmol/L)

Nilai normal pada perempuan menopause adalah 10-22 ng/dl (SI, <2 nmol/L)

Page 14: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

TESTOSTERON

Prosedur dan Perawatan Pasca Uji

Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel pada tabung aktivator-bekuan 7ml

Bila akan mengumpulkan plasma gunakan tabung berheparin

Catat usia, jenis kelamin pasien, dan riwayat terapi hormon pada formulir laboratorium

Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti

Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena berikan kompres hangat

Perhatian

1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis. Kemudian kirimkan sampel ke

laboratorium dengan segera

2. Sampel bersifat stabil dan tidak memerlukan pendinginan atau pengawet selama 1 minggu.

Sampel yang beku stabil selama paling sedikit 6 bulan

3. Nilai Rujukan

Kadar testosteron normal adalah:

• Laki-laki : 300-1200 ng/dl (SI, 10,4-41,6 nmol/L)

• Perempuan : 20-80 ng/dl (SI, 0,7-2,8 nmol/L)

• Anak prapubertas : nilai lebih rendah daripada dewasa

HORMON PLASENTA (LAKTOGEN)

Prosedur dan Perawatan Pasca Uji

Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel dalam tabung aktivator-bekuan 7 ml

Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti

Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kompres hangat

Perhatian

Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis

Kirimkan sampel ke laboratorium dengan segera

Nilai Rujukan

Untuk perempuan hamil kadar Hpl normal berbeda-beda sesuai fase kahamilan. Kemudian

meningkat perlahan disepanjang kehamilan mencapai 8,6 µg/ml saat aterm. Saat aterm,

pasien dengan diabetes memiliki kadar rata-rata 9-11 µg/ml. Kadar normal untuk laki-laki dan

perempuan tidak hamil adalah <0,5 µg/ml

Page 15: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

4. Peran perawat

ESTROGEN

Persiapan Klien

Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini membantu menentukan apakah sekresi hormon seks

perempuannya normal dan uji ini dapat diulang selama berbagai fase daur haid

Beritahukan bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau minuman

Beritahukan bahwa uji ini memerlukan sampel darah. Jelaskan kapan dan siapa yang akan

melakukan pungsi vena

Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan

turniket

Hentikan semua steroid dan hormon-hormon yang berdasarkan steroid, sebagaimana diminta.

Bila obat-obat ini harus diteruskan, catat pada lembar formulir laboratorium

PROGESTERON

Persiapan Pasien

Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini membantu menentukan apakah sekresi hormon seks

perempuannya normal

Beritahukan bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau minuman

Beritahukan bahwa uji ini memerlukan sampel darah. Jelaskan kapan dan siapa yang akan

melakukan pungsi vena

Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan

turniket

Beritahu bahwa uji ini dapat diulangi pada waktu tertentu yang bertepatan dengan fase daur

haidnya atau dengan setiap kunjungan pranatal

Periksa riwayat pasien apakah ia sedang minum obat yang dapat mengganggu hasil uji,

termasuk progesteron dan estrogen. Catat temuan ini pada lembar hasil uji laboratorium

TESTOSTERON

Persiapan Pasien

Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini membantu menentukan apakah sekresi hormon laki-

lakinya mencukupi

Beritahu bahwa ia tidak pperlu membatasi makanan atau cairan

Beritahukan kepada pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah. Jelaskan kapan dan siapa

yang akan melakukan pungsi vena

Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan

turniket, tetapi pengumpulan sampel hanya membutuhkan waktu beberapa menit

Page 16: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

HORMON PLASENTA

Persiapan Klien

Jelaskan kepada klien bahwa uji ini membantu menilai fungsi plasenta dan kesejahteraan

janin. Bila penilaian kesejahteraan janin bukan merupakan tujuan diagnosis, berikan

penjelasan yang tepat

Beritahukan kepada pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah. Jelaskan kapan dan siapa

yang akan melakukan pungsi vena

Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan

turniket

Beritahukan kepada pasien yang hamil bahwa uji ini dapat diulangi selama kehamilannya

TES SPERMA1. Definisi

Pemeriksaan Semen digunakan sebagai salah satu uji untuk menentukan penyebab infertilitas.

Ketika menganalisis kandungan semen, perlu diperiksa semua karakteristik uji, meliputi hitung

sperma, volume cairan, persentase normal, spermatozoa matur (sperma); dan persentase

spermatozoa yang masih aktif diperiksa. Hitung sperma sering digunakan untuk memantau

efektifitas tindakan sterilisasi setelah vasektomi(pemotongan vas defferens). Hitung sperma

diperiksa secara berkala. Pada kasus pemerkosaan, analisis forensik atau medikolegal dilakukkan

untuk mendeteksi apakah terdapat semen pada sekret vagina atau di pakaian.

Tiga metode yang digunakan untuk mengambil spesimen semen, yaitu dengan cara masturbasi,

koitus interuptus, serta hubungan seksual menggunakan kondom. Tujuan dari pemeriksaan ini

adalah :

- Untuk memeriksa hitung sperma

- Untuk menentukan apakah penurunan hitung sperma mungkin merupakan penyebab

infertilitas

2. Persiapan alat

3. Prosedur

Abtinensia hubungan seksual selama 3 hari sebelum pengambilan semen.

Ambil semen dengan cara:

1. Masturbasi, tampung dalam wadah yang bersih.

2. Koitus interuptus, tampung dalam wadah kaca yang bersih.

3. Hubungan seksual dengan kondom yang bersih dan telah dicuci letakkan kondom pada

wadah yang bersih.

Page 17: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

Jaga agar spesimen semen tersebut tidak membeku, dan bawa segera ke laboratorium. Uji

terhadap spesimen semen yang telah dikumpulkan dalam waktu 2 jam harus dilakukan lebih

cepat lebih baik.

Minuman ringan yang beralkohol juga harus dihindari selama beberapa hari (sedikitnya 24

jam) sebelum uji dilakukan. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman.

4. Peran perawat

1. Pre

Berikan instruksi tertulis dan beritahukan kepada pasien bahwa spesimen yang paling

diinginkan harus dilakukan dengan masturbasi, yang ideal dalam ruang praktek atau

laboratorium

Beritahukan kepada pasien untuk mengikuti instruksi yang diberikan dengan

memperhitungkan masa berpantang seksual sebelum uji karena hal ini dapat meningkatkan

jumlah spermanya. Beberapa dokter menetapkan jumlah hari, biasanya antara 2-5 hari

Bila pasien memilih mengumpulkan spesimen di rumah, tekankan pentingnya mengirim

spesimen ke laboratorium dalam 1 jam setelah pengumpulan. Peringatkan pasien agar

spesimen tidak terpajan suhu ekstrim atau sinar matahari langsung

Cara lain untuk mengumpulkan spesimen selain masturbasi adalah senggama terputus atau

menggunakan kondom

Bila pasien memilih mengumpulkan spesimen dengan cara senggama terputus, beritahukan

agar tidak ada semen yang terbuang selama ejakulasi

2. Intra

Dapatkan spesimen untuk pemeriksaan kesuburan dengan meminta pasien mengumpulkan

semen dalam wadah spesimen plastik yang bersih

Persiapkan apusan langsung pada kaca objek setelah melabeli ujung yang buram. Segera

masukkan kaca objek yang telah diapus dalam toples Coplin yang mengandung etanol 95%

Sebelum pemeriksaan pasca koitus, pemeriksa mengusap semua mukus yang berlebihan dari

serviks eksternal dan mengumpulkan spesimen melalui aspirasi lengsung kanalis servikalis

dengan menggunakan spuit tuberkulin dengan menggunakan 1 ml tampa kanula atau jarum

3. Post

Kirimkan semua spesimen, tanpa memandang sumber atau metode pengumpulan ke

laboratorium dalam 1 jam

Lindungi spesimen semen untuk pemeriksaan kesuburan dari suhu ekstrim dan sinar

matahari langsung selama pengiriman ke laboratorium

Page 18: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

Jangan melumasi spekulum vagina

Lakukan pengamanan, pelabelan dan pengiriman semua spesimen yang akan digunakan

dengan hati-hati dengan tujuan untuk medikolegal

Beritahu pasien yang sedang menjalani pemeriksaan kemandulan bahwa hasil uji tersedia

dalam 24 jam

AMNIOCENTESIS1. Definisi

Cairan Amniotik merupakan cairan yang berisi sel dan dikeluarkan oleh janin. Amniocentesis

dapat dilakukan pada usia kehamilan 16 minggu pada saat terjadi perpindahan cairan amniotik.

Cairan amniotik dianalisis untuk mengetahui adanya kelainan pada janin. Amniocentesis juga

dapat dilakukan selama trimester ketiga jika adanya indikasi kelahiran prematur guna

mengetahui perkembangan paru-paru janin serta untuk menilai apakah ibu memiliki

chorioamnionitis (infeksi/peradangan cairan amniotik). Amniocentesis dilakukan jika tes

pendukung lainnya menunjukkan hasil positif. Tes tersebut meliputi AFP, estriol, inhibin A, dan

hCG. Amniocentesis juga dilakukan untuk mengetahui apakah jani Rh Positif ketika ibu memiliki

factor Rh, serta untuk mengetahui peningkatan bilirubin pada usia kehamilan 20 minggu yang

mengindikasikan bahwa sel darah janin telah diserang oleh antibody ibu.

2. Persiapan alat

1. Larutan antiseptik

2. Jarum –jarum spinal dan stilus ukuran 18, 20, 22

3. Spuit 10cc

4. Spuit 2cc

5. Lidokain

6. Jarum ukuran 25, 21

7. Handuk dan duk lobang steril

8 . Es

9. Vial spesimen bersih dan berwarna coklat

3. Prosedur pelaksanaan

1. Pasien akan menandatangani formulir persetujuan.

2. Pasien harus memiliki kandung kemih yang kosong.

3. Pasien terletak di atas meja dengan perut yang terbuka.

4. Situs penyisipan dibersihkan dengan antiseptik dan dikelilingi dengan duk bolong

Page 19: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

steril.

5. Situs penyisipan disuntik dengan bius lokal.

6. gel konduktif ditempatkan pada perut ibu.

7. Sebuah monitor janin ditempatkan pada perut ibu untuk memantau janin selama prosedur.

8. tanda-tanda vital sang ibu dipantau selama prosedur.

9. cairan untuk rasio lesitin-sfingomielin (L/S) ditempatkan kedalam sebuah tabung reaksi yang

dikelilingi dengan es dan cairan untuk analisis spektrofotometri ditempatkan dalam sebuah

botol coklat untuk melindunginya dari sinar matahari langsung

10. Penyedia layanan kesehatan melakukan USG janin untuk memandu penyisipan jarum spuit

10 cc.

11. Sebuah jarum dilewatkan melalui perut ke dalam rahim. Jarum di cabut dan dimasukkan

kembali jika janin bergerak mendekati jarum. (jika darah teraspirasi, jarum mungkin berada

di dalam uterus, plasenta, atau janin. Agar jarum sampai pada rongga amnion, rotasi jarum

1800 jika diperlukan untuk memperoleh aliran bebas cairan amnion. Pada mulanya cairan

sanguineus sering jernih dalam 30 sampai 60 detik

12. Dua sendok makan cairan ketuban diambil naik dari jarum ke jarum suntik.

13. Jarum di cabut

14. Beri perban pada area penyisipan jarum

4. Peran perawat

1. Pre

Jelaskan prosedurnya kepada pasien dan jelaskan behwa uji mendeteksi kelainan pada

janin

Nilai pemahaman pasien tentang uji ini, dan jawab pertanyaan yang diajukan pasien

Page 20: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

Beritahukan bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau cairan

Beritahu pasien bahwa uji ini memerlukan spesimen cairan amnion dan siapa yang akan

melakukan uji ini

Beritahu pasien bahwa hasil uji normal tidak menjamin janin normal karena beberapa

kelainan janin tidak dapat diditeksi

Pastikan pasien telah menandatangani persetujuan tindakan medis

Jelaskan bahwa ia akan merasakan sensasi nyeri saat penyuntikan anastesi lokal

2. Intra

Melakukan pemeriksaan

Perintahkan pasien untuk melipat tangannya di belakang kepala agar tidak menyentuh

daerah steril secara tidak sengaja dan menyebabkan kontaminasi

3. Post

Pasien harus menghubungi penyedia layanan kesehatan jika dia tahu ada cairan atau

keluarnya cairan berdarah dari situs penyisipan atau jika ada pembengkakan dan

kemerahan di lokasi penyisipan. Pasien juga harus menghubungi penyedia layanan

kesehatan jika dia mengalami demam, nyeri, atau kram di perutnya.

Kirimkan spesimen ke laboratorium segera setelah pengumpulan

Page 21: Pemeriksaan Laboratorium Reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

Novel S. Sinta dkk. 2010. Kanker Serviks dan Infeksi Human Papillomavirus (HPV). Jakarta:

Javamedia Network.

Sukaca E. Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Yogyakarta: Genius Printika.

Wijaya Delia. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar Kejora.

Kee, Joyce Leverer. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta:ECG

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suttard. Jakarta:

EGC

Kowalak, Jennifer P. 2010. Buku Pegangan Uji Diagnostik Edisi 3. Jakarta : EGC

Taber, Ben-Zion. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC