prosedur pemeriksaan laboratorium

Upload: ddiningrat

Post on 09-Jul-2015

558 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN 2.1 Latar BelakangProsedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu : 1) Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan. 2) Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample. 3) Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan. Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi : 1) Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium. 2) Persiapan penderita. 3) Persiapan alat yang akan dipakai. 4) Cara pengambilan sample. 5) Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.

2.2 Tinjauan Penulisan 1.2.1 Tujuan umumUntuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan serta melaksanakan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien.

1.2.2

Tujuan Khusus1) Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan laboratorium. 2) Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil pemeriksaan laboratorium. 3) Mahasiswa mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dengan pelaksanaan pemeriksaan dan pendokumentasian pemeriksaan laboratorium.

2.3 Batasan MasalahPada laporan ini hanya membahas tentang pengertian, tujuan, prosedur pemeriksaan dan hasil pemeriksaan laboratorium.

2.4 Metode Penulisan 1.4.1 Metode Pembuatan Laporan Studi Kasus

1.4.2

Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pemaparan kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metode kepustakaan dan Internet Pengumpulan data tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan laboratorium diambil dari buku buku dan situs website di internet.

BAB 2 TINJAUAN TEORI 4.2 PengertianPemeriksan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan/sample dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), feses, darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy.

4.2 Tujuan1) 2) 3) 4) Mendeteksi penyakit Menentukan risiko Memantau perkembangan penyakit Memantau pengobatan dan lain-lain 5) Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan

4.2 Prosedur Pra InstrumentasiPada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi : 1) Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium. 2) Persiapan penderita 3) Persiapan alat yang akan dipakai 4) Cara pengambilan sample 5) Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) & transportasi. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir Pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat / ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis / diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.

Persiapan penderita Puasa Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel / l darah. Obat Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya: asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis. Waktu pengambilan Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 g/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi. Posisi pengambilan Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek. Persiapan alat Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja. Pengambilan darah Yang harus dipersiapkan antara lain: kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket) spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.

Penampungan urin Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril ( untuk biakan ) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin. Penampung khusus Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar. Cara pengambilan sample Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi. Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang / sepihak harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki. a. Cara pengambilan darah kapiler: dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70 %, biarkan kering lakukan tusukan dengan arah memotong garis sidik jari tetesan pertama dibuang dengan menggunakan kapas kering selanjutnya dapat diambil dengan menggunakan tabung kapiler. b. Cara pengambilan darah vena: Lakukan pembendungan dengan torniket Dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70 % dengan arah putaran melebar menjauhi titik tengah, biarkan kering Ambil spuit dengan arah mulut jarum dan skala menghadap ke atas Arah tusukan jarum membentuk sudut sekitar 10-30 terhadap permukaan kulit. Bila sudah terkena venanya, isap pelan-pelan darah supaya tidak terjadi hemolisis - cabut jarum, dengan sebelumnya melepas dan menekan daerah tusukan. Jarum dilepas kemudian alirkan darah ke dalam penampung melalui dinding penampung perlahan-lahan sehingga tidak hemolisis. Bila penampung menggunakan antikoagulan segera campur darah dengan mengocok tabung seperti angka 8.

Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan antikoagulan Na2EDTA / K2EDTA, sedang untuk hemostasis digunakan Na sitrat 0.109 M. Jangan melakukan pembendungan terlalu lama karena akan terjadi perubahan komposisi plasma karena terjadi hemokonsentrasi, selain itu pada darah kapiler jangan menekan-nekan ujung jari karena akan terbawa cairan jaringan. c. Cara pengambilan darah arteri: Siapkan semprit yang telah dibasahi antikoagulan heparin steril tanda-tanda pembuluh darah arteri/nadi adalah terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada vena bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 % dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi arteri tersebut kemudian lakukan tusukan/pungsi tegak lurus (karena letaknya dalam) sampai terkena arteri tersebut. Bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam semprit yang telah mengandung heparin. Cabut semprit dan segera ditutup dengan gabus sehingga tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku. Tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan vena karena dengan vena lebih mudah membeku daripada arteri. Segera kirim ke laboratorium. Perbedaan darah arteri dan vena: 1) Lokasi tusukan lebih dalam 2) Teraba denyutan yang tidak ada pada vena 3) Warna darah lebih merah terang dibandingkan vena 4) Darah akan mengalir sendiri ke dalam semprit. Penanganan awal sample & transportasi Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan: 1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas). 2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan. 3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah. 4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan. 5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8 C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu

nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu. Tabel berikut menggambarkan batas waktu maksimum yang diijinkan yaitu kadar hemoglobin stabil dan jumlah leukosit.

BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 Data Pasien Dalam bagian ini ditulis mengenai identitas pasien yaitu seperti nama, umur, alamat, keluhan yang dialami serta hasil pemeriksaan laboratorium. 3.2 Prosedur Pemeriksaan1) Menerima pasien di ruang laboratorium dan mempersilahkan pasien untuk duduk dihadapan pemeriksa. Meminta status pengantar pasien dari dokter yang merujuk untuk pemeriksaan laboratorium. 2) Membaca pengantar pemeriksaan. 3) Menanyakan keluhan pasien. 4) Menanyakan Kartu Identitas Penduduk pasien, untuk tujuan pendokumentasian. 5) Mempersiapkan alat dekat pasien. 6) Memberitahukan pasien bahwa prosedur memerlukan pengambilan sample darah dengan menggunakan spuit 3 cc, dan jarum akan ditusukan pada pembuluh darah di tangan pasien. 7) Membebaskan area yang akan di ditusukkan jarum suntik dari kain/lengan baju, meluruskan tangan pasien diatas meja pemeriksa. 8) Pemeriksa mencuci tangan. 9) Selanjutnya masuk dalam prosedur tindakan pemeriksaan haemoglobin cara Sahli. 3.3 Prosedur pemeriksaan haemoglobin cara Sahli 3.4 Pendokumentasian

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Latar BelakangPada pendahuluan telah dikemukakan bahwa pemeriksaan laboratorium merupakan prosedur pemeriksaan khusus yang dilakukan pada pasien untuk membantu menegakan diagnosis. Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fugsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa daari suatu penyakit/keluhan pasien.

4.2 Tinjauan TeoriSekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang untuk tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan. Pemeriksaan dasar yang juga merupakan proses General medical Check Up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fosfatase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, HBsAg, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk. Namun pada pemeriksaan laboratorium Puskesmas terdapat perbedaan dengan teori laboratorium Prodia yang merupakan laboratorium kesehatan swasta terbesar di Indonesia dan merupakan pusat rujukan General Medical Check Up (GMC) yang menggunakan pemeriksaan dengan teknologi yang cukup canggih dan modern. Di Puskesmas pemeriksaan umumnya dilakukan secara sederhana, meskipun demikian laboratorium puskesmas sudah dilengkapi dengan peralatan yang memadai dengan dilengkapi tenaga pemeriksa yang spesialis di bidang analis laboratorium, sehingga mutu hasil pemeriksaanpun tidak perlu diragukan lagi.

4.3 Jenis Pemeriksaan Laboratorium 1) Pemeriksaan urineBahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril. Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.

Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik. Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative. Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita: 1) Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai. 2) Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 3) Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 4) Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi. 5) Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium. Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria: 1) Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.

2) Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 3) Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah. 4) Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya. 5) Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium. Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan. Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru. Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40C selama tidak lebih dari 24 jam. Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey) Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu : 1) Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra, 2) Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli, 3) Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat, 4) Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan. Pemeriksaan Dipstik Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate

reductase pada bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70 98 %. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80 % dan negative predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu dilakukan kultur. Pemeriksaan Mikroskopik Urin Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan Kultur Urin Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni/ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya. Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi. Pemeriksaan Protein Urin Kualitatif 1. Dengan Asam sulfosalisil 1) (dua) tabung reaksi diisi masing-masingnya degan 2 (dua) ml urin yang akan diperiksa. 2) Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan kemudian dikocok. 3) Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan Asam sulfosalisil 20%). Kalau tetap sama jernihnya test terhadap protein Negatif/ (-).

2

4) Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas nyala api sampai mendidih & kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir ; a. Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan & tetap ada juga setelah dingin kembali, tes terhadap protein Positif. b. Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan & muncul lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan Bence Jones. Pemanasan dengan Asam Asetat 1) Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung penuh. 2) Dengan memegang tabung reaksi tersebut pada ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi diatas nyala api sampai mendidih selama 30 menit. 3) Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin itu, dengan membandingkan jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga disebabkan oleh kalsium pospat/kalsium karbonat. 4) Kemudian teteskan kedalam urin yang masih panas itu 3-5 tetes lar. Asam asetat 6%. Jika kekeruhan itu tetap/bertambah keruh berarti tes protein positif. 5) Panaskanlah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih & kemudian berilah penilaian semikuantitatif kepada hasilnya.Penilaian Hasil

_ + ++ +++ ++++

: tidak ada kekeruhan. : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%). : kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut(0,05-0,2%). : urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%). : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).

2) Pemeriksaan darah/hematologiTes Hematologi Rutin Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap DPL- (complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya. HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:

Jumlah sel darah putih Jumlah sel darah merah Hemoglobin Hematokrit Indeks eritrosit jumlah dan volume trombosit

Tabel: Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal Parameter Laki-laki Perempuan Hitung sel darah putih (x 103/L) 7.8 (4.411.3) Hitung sel darah merah (x 106/L) 5.21 (4.525.90) 4.60 (4.105.10) Hemoglobin (g/dl) 15.7 (14.017.5) 13.8 (12.315.3) Hematokrit (%) 46 (4250) 40 (3645) MCV (fL) 88.0 (80.096.1) MCH (pg) 30.4 (27.533.2) MCHC 34.4 (33.435.5) RDW (%) 13.1 (11.514.5) Hitung trombosit (x 103/L) 311 (172450)

Spesimen Sebaiknya darah diambil pada waktu dan kondisi yang relatif sama untuk meminimalisasi perubahan pada sirkulasi darah, misalnya lokasi pengambilan, waktu pengambilan, serta kondisi pasien (puasa, makan). Cara pengambilan specimen juga perlu diperhatikan, misalnya tidak menekan lokasi pengambilan darah kapiler, tidak mengambil darah kapiler tetesan pertama, serta penggunaan antikoagulan (EDTA, sitrat) untuk mencegah terbentuknya clot.

HemoglobinAdalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta. Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya 10%.

Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini

hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai 2%. Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 14,8 g/dl. Pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 16 g/dl sedangkan pada perempuan dewasa antara 12 14 g/dl. Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl. Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion. Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).

Hematokrit Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler. Nilai normal HMT (Hematokrit): Anak Laki-laki Dewasa Perempuan Dewasa : 33-38% : 40-50% : 36-44%

Penurunan HMT, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE, athritis reumatoid, dan ulkus peptikum. Peningkatan HMT, terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare berat, asidosis diabetikum,emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek pembedahan, dan luka bakar. Hitung Eritrosit Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit. Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:

Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi. Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux. Natrium klorid 0.85 %

Nilai Rujukan/Nilai Normal

Dewasa laki-laki : 4.50 6.50 (x106/L) Dewasa perempuan : 3.80 4.80 (x106/L) Bayi baru lahir : 4.30 6.30 (x106/L) Anak usia 1-3 tahun : 3.60 5.20 (x106/L) Anak usia 4-5 tahun : 3.70 5.70 (x106/L) Anak usia 6-10 tahun : 3.80 5.80 (x106/L)

Indeks Eritrosit Mencakup parameter eritrosit, yaitu: Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER) MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/L) Normal 80-96 fl

Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/L) Normal 27-33 pg Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l) Normal 33-36 g/dL Red Blood Cell Distribution Width (RDW) RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8m, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan. RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100 Nilai normal rujukan 11-15%

Hitung TrombositAdalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/ L berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah. Jumlah Normal: 150.000-400.000 /L

Hitung Leukosit Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/l. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /l. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500- 11.000/l.

Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 10.000/l. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/l. Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia. Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara manual dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop. Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu 2%, sedang pada cara manual kesalahannya sampai 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini. Nilai normal leukosit: Dewasa Bayi / anak Bayi baru lahir : 4000-10.000/ L : 9000-12.000/ L : 9000-30.000/ L

Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan/normal, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid. Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan ataupun gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh obatobatan, misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide, haparin, digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisilin, tetracycline, vankomisin, dan streptomycin. Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/L darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan netropenia.

Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan penyakit hemopoetik (anemia aplastik, anemia perisiosa). Leokopenia dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama saetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol) Hitung Jenis Leukosit Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/l). Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/L. Tabel: Hitung Jenis Leukosit Jenis Basofil Nilai normal 0,4-1% 40100/L Melebihi nilai normal inflamasi, leukemia, tahap penyembuhan infeksi atau inflamasi Umumnya pada keadaan atopi/ alergi dan infeksi parasit Inflamasi, kerusakan jaringan, peyakit Hodgkin, leukemia Kurang dari nilai normal stress, reaksi hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme

Eosinofil

1-3% 100300/L

stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.

Neutrofil

55-70% (25007000/L) Bayi Baru

Infeksi virus, autoimun/idiopatik, pengaruh obatobatan

Lahir 61% Umur 1 tahun 2% Segmen 50-65% (25006500/L) Batang 05% (0500/L) 20-40% 17003500/L BBL 34% 1 th 60% 6 th 42% 12 th 38% 2-8% 200600/L Anak 49% Laju Endap Darah (LED)

mielositik, hemolytic disease of newborn, kolesistitis akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obat

Limfosit

infeksi kronis dan virus

kanker, leukemia, gagal ginjal, SLE, pemberian steroid yang berlebihan

Monosit

Infeksi virus, parasit, anemia hemolitik, SLE< RA

Leukemia limfositik, anemia aplastik

Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang

menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen. Prosedur pemeriksaan LED yaitu: 1) Metode Westergreen

Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0. Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit. Nilai Normal:

Laki-laki : 0 15 mm/jam Perempuan : 0 20 mm/jam

2) Metode Wintrobe Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium kalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa. Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai tanda 0. Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit. Nilai Normal:

Laki-laki : 0 9 mm/jam Perempuan 0 15 mm/jam

3) Pemeriksaan sputum/dahak, BTA (Basil Tahan Asam)Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea. Cara pengambilan sputum secara umum:

1. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambilsputum sewaktu. Pengambilan sputum juga harus dilakukan sebelum pasien menyikat gigi. 2. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. 3. Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan sputum. 4. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada). 5. Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough). 6. Cara membatukkan sputum: Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan dada)batukkan kuat sputum dari bronkustrakeamulutwadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw Cap Medium). 7. Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum. 8. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus, seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain. 9. Bila sputum susah keluarlakukan perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum. 10. Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara: Aspirasi transtracheal Bronchial lavage Lung biopsy Cara penyimpanan sputum: Yaitu berbeda-beda untuk masing-masing departemen. DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI Cara pengambilan sputum: 1. Cara pengambilan sputum yaitu sama seperti cara pengambilan sputum secara umum. 2. Ingat untuk tetap menjaga viabilitas bakteri. 3. Volume sputum yang diperlukan: minimal 1 ml, biasanya 2-3 ml, sesuai keperluan. 4. Perlu diperhatikan perbedaan teknik dan prosedur pengambilan bakteri biasa dengan bakteri tahan asam(BTA). 5. Dalam pengambilan sputum untuk bakteri biasacukup sekali pengambilan sputum yang dilakukan pada pagi hari. Dan untuk prosedur dan cara membatukkan sputum dapat dilihat pada cara pengambilan sputum secara umum diatas.

6. Dalam pengambilan sputum untuk bakteri tahan asam(BTA)diperlukan 3 kali pengambilan sputum yang disebut sputum SPS(Sewaktu Pagi Sewaktu).

Cara penyimpanan sputum: 1. Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang. 2. Penyimpanan pada pot steril berpenutup.

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI Cara pengambilan sputum: 1. Sputum diambil sesuai dengan prosedur pengambilan sputum secara umum. 2. Sputum langsung dibatukkan dalam Screw Cap Medium. Cara penyimpanan sputum: 1. Sputum ditangani pada bagian sitologi dan termasuk dalam kriteria kental, sel cukup banyak sehingga langsung dibuat preparat hapusnya. 2. Sputum langsung dihapus ke objek gelas dan langsung difiksasi dengan alkohol 50-70%dengan metode fiksasi pelapis(coating fixative). 3. Fiksasi pelapis yaitu fiksasi dengan campuran alkohol basa yang memfiksasi selsel dan bahan seperti lilin yang membentuk lapisan pelindung yang tipis diatas sel. 4. Cara membuat preparat hapus: Ambil dahak dengan ose sterilHapus ke objek gelas dengan ukuran 2x3 cmFiksasi dengan alkohol 50-70% dengan perbangingan 1:1 5. Alternatif lain selain fiksasi: simpan dalam lemari es 4C. 6. Simpan dalam lemari es bersuhu -70C untuk penyimpanan selama bertahuntahun.

Perbedaan mendasar antara cara pengambilan dan penyimpanan spesimen sputum untuk bakteri biasa dan bakteri tahan asam.

Bakteri Sampel Metode

Biasa 1 buah Paling baiksputum pagi Sputum Sewaktu

BTA 3 buah Sputum SPS

Kultur untuk pemeriksaan

Blood agar, dll

Loweinstein Jensen agar

Cara pengambilan sputum untuk BTA: 1. Untuk pemeriksaan sputum BTA diperlukan 3 sampel sputum. 2. 3 sampel sputum itu disebut sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu). Sewaktu: dahak dikumpul saat pertama sekali datang. Ketika pulang, pasien membawa pulang pot untuk kumpul dahak pada pagi hari kedua. Pagi: dahak dikumpul pada pagi hari kedua dirumah pada pagi hari setelah bangun tidur. Sewaktu: dahak dikumpul pada hari kedua di laboratorium saat menyerahkan pot. 3. 3 sampel itu harus diambil 2 hari berturut-turut(akumulasi waktu 24 jam juga diperbolehkan). 4. Oleh karena itu, sputum SPS sering disebut sputum pagi, siang dan malam. 5. Pengambilan dahak pada tempat terbuka, jauh dari kerumuman orang.

Cara penyimpanan sputum dan cara pengiriman sputum baik untuk bakteri biasa maupun BTA selanjutnya melalui prosedur yang sama.

4) Pemeriksaan fesesCara pengambilan specimen feses secara umum: 1. Spesimen berupa feses segar, jika tidak memungkinkan, lakukan usap rektal. 2. Cara pengambilan feses segar: Pasien diminta untuk berkemih terlebih dahulu. Feses segar tidak boleh bercampur dengan air kloset maupun urin. Feses ditampung pada pot steril bermulut lebar dan berpenutup. Feses dikeluarkan dan ditampung di atas kertas plastik. Dengan lidi, ambil banyak feses yang dibutuhkan: Feses padat: 2-5 g Feses cair: 10-15 ml 3. Cara pengambilan secara usap rektal: Diambil dengan kapas lidi sintesis steril, putar 360 pada mukosa rektal dengan kedalaman 1-2 cm. Kemudian, masukkan ke dalam tabung steril, tutup rapat. Cara penyimpanan feses: Yaitu berbeda-beda untuk masing-masing departemen. DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI Cara pengambilan feses: 1. Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan feses. 2. Feses tidak boleh difiksasi dengan formalin. 3. Feses ditampung dalam pot steril bermulut lebar dan ditutup.

4. Dengan lidi, ambil feses yang dibutuhkan, biasanya, 2-5 g untuk feses padat dan 10-15 ml untuk feses cair.

Cara penyimpanan feses: 1. Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang untuk transport. 2. Bila > 1 jamgunakan media transpot yaitu media Carry and Blair, Stuarts medium, Pepton water. 3. Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang, > 24 jam pada suhu 4C

Cara pengiriman feses: 1. Transport: < 1 jam pada suhu ruang. 2. Bila tidak memungkinkan, gunakan media transpor atau kultur pada media Tetra Thionate Broth.

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK Cara pengambilan feses: 1. Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan feses. 2. Diperlukan pengawet.

Cara penyimpanan feses: 1. Feses cair30 menit Feses lunak1 jam Feses padat bisa diperiksa setiap saat dalam 24 jam 2. Bila terjadi keterlambatan, sebaiknya feses ditambahkan pengawet, berupa: PVA Formalin:Feses=3:1 Cara pengiriman feses: 1. Pengiriman: < 2 jam 2. Bila tidak memungkinkan, diberi pengawet DEPARTEMEN PARASITOLOGI Cara pengambilan feses: 1. Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan feses. 2. Diperlukan pengawet.

Cara penyimpanan feses: 1. Penyimpanan specimen mungkin disebabkan keterlambatan pemeriksaan di laboratorium,maka pengawetan feses diperlukan. 2. Pengawetan feces adalah untuk mengawetkan morfologi protozoa dan mencegah perkembangan telur dan larva cacing. 3. Jenis-jenis pengawet: - PVA (polivinil-alcohol) Untuk mengawetkan protozoa tropozoit, stabil untuk masa yang sangat lama (berbulan-bulan sampai dengan tahun). - Formalin 5%: untuk mengawet kista protozoa. 10%: untuk mengawet telur dan larva cacing. Rasio formalin dengan feses = 3 : 1. - Merthiolat Iodine-Formalin Merupakan pengawet berwarna yang baik untuk berbagai stadium dari parasit yang ditemukan dalam tinja(terutama digunakan untuk survei lapangan). Protozoa, telur dan larva dapat didiagnosis dengan sediaan basah sementara tanpa pewarnaan lebih lanjut. - Larutan Scaudinn Larutan scaudinn mengandung 600 ml larutan merkuri klorida jenuh dan 300 mL etil alkohol 95%. Kurang sesuai karena proses pengiriman larutan yang banyak. - SAF (Sodium Acetate-acetate acid-Formalin) Mempunyai kelebihan karena tidak mengandungi merkuri klorida. Merupakan fiksatif cair. SAF lebih lunak berbanding dengan merkuri klorida. Laboratorium yang telah memutuskan untuk memakai pengawet tunggal telah memilih pengawet ini. 4. Tidak disimpan dalam refrigerator. 5. Feses hendaklah dicampur rata dengan bahan fiksatif, apabila dalam bentuk solid, feses harus dihancurkan. 6. Disimpan dalam wadah yang kering, bersih, tidak bocor, dan bermulut lebar.

Cara pengiriman feses: Feses dikirim dengan beberapa prosedur, diantaranya: Cara paket: - Harus menggunakan penambung ganda setiap bahan parasit, kecuali sediaan mikoskop. - Penampung: Bagian dalam merupakan silinder aluminium dengan penutup ulir. Bagian luar terbuat dari cardboard dengan penutup ulir juga.

- Dalam tabung/ botol spesimen harus dibungkus dengan kapas untuk menjaga kelembapan dan mengabsorbsi bahan yang mungkin terkeluar jika berlaku kebocoran.

Tujuan pemeriksaan spesimen klinik 1. Mikrobiologi Untuk memeriksa adanya bakteri/virus. 2. Patologi klinik Untuk memeriksa komponen-komponen dalam spesimen, misalnya, darah lengkap, urin, feses, sputum dan sperma 3. Patologi anatomi Untuk memeriksa ada/tidaknya imbas keganasan dari infeksi pada organ lain di sekitar. 4. Parasitologi Untuk memeriksa adanya parasit (cacing/protozoa/jamur).

5) Pemeriksaan parasit 4.1 BAB 5 PENUTUP