pemeriksaan dan gambaran radiologi sinusitis

20
BAB 1 PENDAHULUAN Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus ethmoid, dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. 1

Upload: mumumimimama

Post on 23-Oct-2015

301 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Foto Sinus Paranasal Posisi Water's

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

BAB 1

PENDAHULUAN

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena

bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari

yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus ethmoid, dan sinus sphenoid kanan dan

kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk

rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.1

Page 2: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SINUS PARANASAL

Sinus Paranasal

Ada delapan sinus paranasal, 4 buah pada masing-masing sisi hidung; sinus

frontal kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila

kanan dan kiri (antrum highmore), dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini

dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung; berisi udara dan semua

bermuara di rongga hidung melalui ostiumnya masing-masing. Secara klinis sinus

paranasal dibagi menjadi dua kelompok, anterior dan posterior. Kelompok anterior

bermuara di bawah konka media, pada atau di dekat infundibulum, terdiri dari sinus

frontal, sinus maksila, dan sel-sel anterior sinus etmoid. Kelompok posterior bermuara di

berbagai tempat di atas konka media, terdiri dari sel-sel posterior sinus etmoid dan sinus

sphenoid. Garis perlekatan konka media pada dinding lateral hidung merupakan batas

antara kedua kelompok. Proctor berpendapat bahwa salah satu fungsi penting dari sinus

paranasal adalah sebagai sumber lender yang segar dan tak terkontaminasi yang dialirkan

ke mukosa hidung.2

Sinus Frontal

Sinus ini berhubungan dengan meatus medius melalui duktus nasofrontal, yang

berjalan ke bawah dan belakang dengan bermuara pada atau dekat infundibulum bagian

atas. Kadang-kadang kanalis frontonasal ini bermuara langsung di meatus medius.

Dinding depan sinus frontal hampir selalu diploik, terutama di bagian luar atau sudut

infero-lateral dan pada sulkus superior tempat pertemuan dinding anterior dan posterior.2

Sel-sel Etmoid

Sel-sel atau labirin etmoid terletak di kiri kanan kavum nasi, kira-kira sebelah

lateral di setengah atau sepertiga atas hidung dan di sebelah medial orbita. Tulang etmoid

Page 3: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

mempunyai bidang horizontal dan bidang vertical yang saling tegak lurus. Bagian

superior bidang yang vertical disebut dengan Krista Gali dan bagian inferior nya disebut

dengan lamina perpendikularis os. etmoid, yang merupakan bagian dari septum. Bidang

horizontalnya terdiri dari bagian medial, yang tipis dan berlubang-lubang yaitu lamina

kribrosa, dan bagian lateral, yang lebih tebal dan merupakan atap sel-sel etmoid. Lamina

kribrosa tidak ditutupi oleh sel-sel etmoid akan tetapi terbuka lebar pada atap hidung.

Lubang-lubang ini dapat menjadi jalan untuk infeksi ke selaput otak. Dinding luar sinus

etmoid adalah os planum, atau lamina papirasea os etmoid dan os lakrimalis.2

Sinus Maksila

Sinus maksila atau antrum highmore, merupakan sinus paranasal yang terbesar,

berbentuk pyramid irregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya

kea rah apeks prosesus zygomatikus os maksila. Dinsing medial atau dasar antrum

dibenyuk oleh lamina vertikalis os palatum, prosesus uncinatus os etmoid, prosesus

maksilaris konka inferior dan sebagian kecil os lakrimalis. Dinding atas memisahkan

rongga sinus dengan orbita. Dinding posterior inferior atau dasarnya biasanya paling

tebal dan dibentuk oleh bagian alveolar os maksila atas dan bagian luar palatum durum.

Dinding anterior berbatasan dengan fossa kanina. Antrum mempunyai hubungan dengan

infundibulum di meatus medius melalui lubang kecil yaitu ostium maksila yang terdapat

di bagian anterior atas dinding medial sinus.2

Sinus Spenoid

Sepasang sinus ini dipisahkan satu sama lain oleh septum tulang yang tipis, yang

letaknya jarang tepat di tengah, sehingga salah satu sinus akan lebih besar dari sinus yang

lainnya. Masing-masing sinus sphenoid berhubungan dengan meatus superior melalui

celah kecil menuju ke resesus sphenoetmoidalis.2

Fungsi sinus paranasal:2

1. Sebagai pengatur kondisi udara/ air conditioning.

2. Sebagai penahan suhu/ thermal insulator.

3. Membantu keseimbangan kepala.

Page 4: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

4. Membantu resonansi suara.

5. Sebagai peredam perubahn tekanan udara.

6. Membantu produksi mukus.

2.2 SINUSITIS

2.2.1 Definisi

2.2.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rhinitis

terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan

anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal

(KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada

sindroma Kartagener.1

Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis

sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan

menyembuhakan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosis dengan foto polos

leher posisi lateral. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara

dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan

perubahan mukosa dan merussak silia. 1

2.2.3 Klasifikasi dan Mikrobiologi

Consensus internasional tahun 1995 membagi rhinosinusitis hanya akut dengan

batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8 minggu. Consensus tahun 2004

membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3

bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rhinogenik

umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada

dinusiotis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan diobati secara tuntas.1

Menurut berbagai penelitian, bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut

adalah Streptococcus pneumonia (30-50%). Hemophylus influenza (20-40%) dan

moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, m. catarrhalis lebih banyak ditemukan 20%. Pada

Page 5: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada

lebih condong kea rah bakteri negative gram dan anaerob.1

2.2.4 Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium dan lancarnya klirens

mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi

antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap

kuman yang masuk bersama udara pernafasan. 1

Organ-organ yang membenuk KOM letaknya berdekatan dan apabila terjadi

edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak

dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang

menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai

sinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.1

Bila kondisi ini menetap, sekrat yang terkumpul dalam sinus merupakan media

yang baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan

ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotik.1

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi

berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak

dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa

menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan

ini mungkin diperlukan tindakan operasi.1

2.2.5 Manifestasi Klinis

Keluhan utama rhinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/ rasa

tekanan pada muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal

drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri/ rasa tekanan

di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang

nyeri juga terasa di tempat lain (reverred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksilla,

nyeri diantara/ dibelakang kedua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi/

seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis splenoid, nyeri dirasakan di

Page 6: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

vertex, oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksilla kadang-

kadang ada nyeri alih ke gigi dan telinga. 1

Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia/ anosmia, halitosis, post nasal drip

yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Keluhan sinusitis kronik tidak khas

sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya satu/ dua dari gejala-gejala di bawah ini

yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan, gangguan

telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius, gangguan paru seperti bronchitis

(sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat

dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.1

2.2.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-

endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah

adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila dan etmoid anterior dan frontal)

atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sfenoid).1

Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada

pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius. Pemeriksaan penunjang yang

penting adalah foto polos atau CT scan. Foto polos posisi waters, PA dan lateral,

umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan

frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, bartas udara-cairan (air fluid level) atau

penebalan mukosa.1

Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret

dari meatus medius/ superior,untuk mendapatkan antibiotik yang tepat guna. Lebih baik

lagi bila diambil sekret yang keluar dari sinus maksila. Sinuskopi dilakukan dengan

pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior, dengan alat

endoskop bias kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi

sinus untuk terapi.1

1. Pemeriksaan fisik.

Inspeksi

Page 7: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

Yang diperhatikan adalah adanya pembengkakkan pada muka. Pembengkakkan di

pipi sampai kelopak mata bawah yang bewarna kemerah-merahan mungkin

menunjukkan adanya sinusitis maksilla akut. Pembengkakkan di kelopak mata

atas mungkin menunjukkan sinusitis frontal akut. Sinusitis etmoid akut jarang

menunjukkan pembengkakkan diluar kecuali jika sudah terbentuk abses.1

Palpasi

Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya sinusitis

maksilla. Pada sinusitis fronbtal terdapat nyeri tekan di dasar sinus frontal, yaitu

pada bagian medial atap orbita. Sinusitis etmoid menyebabkan rasa nyeri tekan di

daerah kantus medius.1

Transiluminasi

Mempunyai manfaat yang terbatas, hanya dapat dipakai untuk meriksa sinus

maksilla dan frontal, bila pemeriksaan radiologi tidak tersedia. Bila pada

pemeriksaan transiluminasi tampak gelap di daerah infra orbita maka mungkin

antrumterisi oleh pus ataumukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di

dalam antrum. Bila terdapat kista yang besar di dalam sinus maksilla akan tampak

terang pada pemeriksaan transiluminasi sedangkan pada foto rontgen tampak

adanyan perselubungan berbatas tegas di dalam sinus maksilla.1

2. Radiologi sinus paranasal.

Posisi Caldwell

Posisi ini didapat dengan meletakkan hidung dan dahi diatas meja sedemikian

rupa sehingga garis orbito-meatal (yang menghubungkan kantus lateralis mata

dengan batas superior kanalis auditorius eksterna) tegak lurus terhadap film.

Sudut sinar rontgen adalah 15o kranio-kaudal dengan titik keluarnya pada nasion.

Proyeksi ini memberikan pandangan terbaik untuk sinus frontal dan pandangan

yang cukup baik untuk sel-sel etmoid, sedangkan sinus sphenoid sebagian

tertumpang tindih. Perlu diketahui bahwa garis batas dinding media orbita

dibentuk oleh bagian posterior lamina papirasea, yang berarti bahwa sel-sel

etmoid posterior akan tampak lebih baik pada posisi ini daripada sel-sel anterior.3

Gambar di lampiran.

Page 8: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

Posisi Waters

Posisi ini yang paling sering digunakan. Maksud posisi ini adalah untuk

memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum maksilla. Hal

ini didapatkan dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga

dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang melalui kantus media mata dan

tragus membentuk sudut kurang lebih 35o dengan film. Untuk pandangan lebih

baik terhadap lengkung dan kedua korpus zigoma, kepala pasien dapat lebih

diekstensikan. Proyeksi Waters dengan mulut terbuka memberikan pandangan

terhadap semua sinus paranasal, termasuk sinus sphenoid. Proyeksi ini

memberikan pandangan terbaik untuk antrum maksilala, bahkan dapat

memberikan evaluasi yang tepat meskipun pada kelainan ringan kavum sinus.3

Posisi Lateral

Kaset dan film diletakkan pararel terhadap bidang sagital utama tengkorak. Posisi

lateral kurang berarti karena sinus paranasal kanan dan kiri saling tumpang tindih,

baik yang terpisah agak jauh seperti sinus maksilla maupun yang hanya

dipisahkan oleh septum tulang seperti sinus frontal, etmoid, dan sphenoid.

Perkembangan yang asimetris kedua sisi, proses patologik pada satu sisi, atau

perubahamn pada kedua sisi yang terjadi bersamaan, dapat memberikan kesan

yang salah.3

Posisi Submentovertikal

Kepala menengadah secara maksimal, dengan pusat sinar-X tegak lurus pada

dasar tengkorak. Posisi ini memberikan gambaran yang baik untuk dasar

tengkorak, juga sinus paranasal. Dinding tulang sinus maksilla dan sphenoid

tampak dengan baik. Dinding tulang etmoid, termasuk tulang papirasea, juga

tampak, tetapi sel-sel etmoid bertumpang tindih dengan struktur hidung, yaitu

konka, palatum durum. Garis batas tulang orbita, fossa kranialis anterior, dan

prosessus pterigoideus tampak jelas, shingga dapat membverikan evaluasi

diagnostic yang baik di daerah ini. Sinus frontal selalu ditutupi oleh bayangan

mandibula.3

Page 9: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

Posisi Submentovertikal (super-ekstensi)

Proyeksi ini terbaik untuk memperlihatkan sinus frontal. Posisi ini didapatkan

dengan menengadahkan kepala lebih jauh dari posisi submentovertikal yang baku

atau dengan member sudut sinar-X terhadap dagu pasien daripada tegak lurus

terhadap dasar tengkorak.posisi ini merupakan satu-satunya posisiyang kadang-

kdang dapat memperlihatkan kanalis tulang duktus naso lakrimalis.3

Posisi Kanalis optikus (proyeksi Rhese)

Kepala diputar 45o kearah sisi yang berlawanan untuk melihat kanalis optikum

dan region sphenoetmoid. Posisi ini tidak hanya terbaik untuk melihat kanalis

optikus tetapi juga terbaik untuk melihat sphenoid dansel-sel etmoid posterior,

karena bebas dari tumpang tindih dengan sisi satunya.3

2.2.7 Diagnosis Banding

2.2.8 Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di Kompleks Ostium Meatal sehingga

drenase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami. Adapun terapi yang diberikan adalah

sebagai berikut:1

1. Antibiotic

Antibiotic yang digunakan adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika

diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta laktamase maka dapat

diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Antibiotic

diberikan selama 10 14 hari meskipun gejala klinis sudah hilang. Pada sinusitis kronik

diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman gram negative dan anaerob.1

2. Dekongestan

Dekongestan diberikan untuk membuka sumbatan ostium sinus dan menghilangkan

pembengkakan mukosa. Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan,

seperti analgetik, mukolitik, steroid oral atau topical, pencucian rongga hidung dengan

NaCl atau pemanasan (diatermi).1

3. Antihistamin

Page 10: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan

secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi

ke-2. 1

4. Imunoterapi

Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.1

5. Irigasi sinus maksila (proetz displacement therapy)1

6. Tindakan operasi

Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk

sinusitis kronik ytang memerlukan operasi. Tindakan ini telah mengantikan hamper

semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan

tindakan lebih ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa :1

Sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat.

Sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible

Polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

2.2.9 Komplikasi

Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotik.

Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan

eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.1

1. Kelainan orbita

Disebabkan oleh kelainan sinus paranasal yang berdekatan dengan mata atau orbita.

Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila.

Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan

yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses periosteal, abses

subperiostal, abses orbita, dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus.1

2. Kelainan intrakranial

Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak, dan thrombosis

sinus kavernosus.1

Komplikasi juga dapat terjadipada sinusitis kronis, berupa:

1. Osteomielitis dan abses subperiostal.

Page 11: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak.

Pada osteomielitis sinusmaksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.1

2. Kelainan paru.

Bronchitis kronik dan bronkiektasis yaitu adanya kelainan sinus paranasal disertai

dengan kelainan paru. Ini disebut dengan sinobronkitis. Selain itu dapat juga

menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebelum

sinusitisnya disembuhkan.1

2.2.10 Prognosis

2.2.11 Sinusitis Dentogen

Merupakan salah satu penyebab penting sinusitis kronik. Dasar sinus maksilla

adalah proseccus alveolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksilla

hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang

pembatas. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apical akar gigi/ inflammasai jaringan

periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus atau melalui pembuluh darah dan

limfe.1

Harus curiga adanya sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang mengenai satu

sisi dengan ingus purulen dan nafas berbau busuk. Untuk mengobati sinusitisnya, gigi

yang terinfeksi harus dicabut/ dirawat dan pemberian antibiotic yang mencakup bakteri

anaerob. Seringkali juga diperlukan irigrasi sinus maksilla.1

2.2.12 Sinusitis Jamur

Angka kejadiannya meningkat dengan meningkatnya pemakaian antibiotic,

kortikosteroid, obat-obat imunosupresan, dan radioterapi. Kondisi yang merupakan

predisposisinya antara lain diabetes mellitus, neutropenia, penyakit AIDS, dan perawatan

yang lama di rumah sakit. Jenis jamur yang paling sering menyebabkan infeksi sinus

paranasal ialah spesies aspergilus dan kandida. Perlu diwaspadai adanya sinusitis jamur

pada kasus sebagai berikut:1

1. Sinusistis unilateral, yang sukar disembuhkan dengan terapiantibiotik.

2. Adanya gambaran kerusakan tulang dinding sinus atau bila ada membrane berwarna

putih keabu-abuan pada irigasi antrum.

Page 12: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

Sinusitis jamur dibagi menjadi invasive akut fulminan dan invasive kronik

indolen. Sinusitis jamur invasive akut, ada invasi jamur ke jaringan dan vascular. Sering

terjadi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol, pasien imunosupresi seperti leukemia

atau neutropenia, pemakaian steroid lama dan terapi imunosupresan. Imunitas yang

rendah dan invasi pembuluh darah menyebabkan penyebaran jamur sangat cepat dan

dapat merusak dinding sinus, jaringan orbita dan sinus kavernosus. Di kavum nasi,

mukosa berwarna biru-kehitaman dan ada mukosa konka atau septum yang nekrotik.

Sering berakhir dengan kematian.1

Sinusitis jamur invasive kronik biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan

imunologik atau metabolic seperti diabetes. Bersifat kronis progresif dan bias juga

menginvasi sampai ke orbita atau intracranial, tetapi gambaran klinisnya tidak sehebat

bentuk fulminan karena perjalanan penyakitnya lebih lambat. Gejalanya seperti sinusitis

bacterial, tetapi secret hidungnya kental dengan bercak-bercak kehitaman, dan bila dilihat

dengan mikroskop akan terlihat koloni jamur.1

Sinusitis jamur noninvasive atau misetoma, merupakan kumpulan jamur dalam

rongga sinus tanpa invasi ke dalam mukosa dan tidak mendestruksi tulang. Sering

mengenai sinus maksila. Gejala klinis menyerupai sinusitis kronis berupa rinorea purulen,

post nasal drip, dan nafas berbau tidak sedap. Kadang-kadang ada masa jamur juga di

kavum nasi. Pada operasi bias ditemukan materi jamur berwarna coklat, kehitaman, dan

kotor dengan atau tanpa pus dalam sinus.1

Terapi untuk sinusitis jamur invasive ialah pembedahan, debridement, anti jamur

sistemik, dan pengobatan terhadap penyakit dasarnya. Obat standar ialah amfotericinB,

bias ditambahkan Rifampicin, atau Flusitosin agar lebih efektif. Pada misetoma hanya

perlu terapi bedah untuk membersihkan massa jamur, menjaga drainase dan ventilasi

sinus. Tidak diperlukan anti jamur sistemik.1

BAB 3

KESIMPULAN

Page 13: Pemeriksaan Dan Gambaran Radiologi Sinusitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal dan Sinusitis. Dalam: Soepardi EA.

dkk. Buku ajar ilmu kesehataan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Jakarta:

FK-UI; 2007. Hal. 145-153.