pembuatan mikropartikel poli asam laktat (pal) …digilib.unila.ac.id/28630/2/skripsi tanpa bab...

59
PEMBUATAN MIKROPARTIKEL POLI ASAM LAKTAT (PAL) SEBAGAI SISTEM PENGHANTAR OBAT (DRUG DELIVERY) (Skripsi) Oleh AULIA PERTIWI TRI YUDA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: nguyennhi

Post on 30-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBUATAN MIKROPARTIKEL POLI ASAM LAKTAT (PAL)

SEBAGAI SISTEM PENGHANTAR OBAT (DRUG DELIVERY)

(Skripsi)

Oleh

AULIA PERTIWI TRI YUDA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

ABSTRAK

PEMBUATAN MIKROPARTIKEL POLI ASAM LAKTAT (PAL)

SEBAGAI SISTEM PENGHANTAR OBAT (DRUG DELIVERY)

Oleh

Aulia Pertiwi Tri Yuda

Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan mikropartikel poli asam laktat

(PAL) dengan metode penguapan pelarut. Proses pembuatan mikropartikel poli

asam laktat menghasilkan 6,60 gram dari 10 gram sampel dengan ukuran partikel

dalam rentang 0,19-2,42 µm dengan persentase sebesar 90%. Mikropartikel poli

asam laktat yang dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai aplikasi sistem

penghantar obat dengan variasi obat (0,15; 0,25; dan 0,50) gram. Karakterisasi

FTIR, menunjukkan tidak adanya perubahan gugus fungsi mikropartikel poli asam

laktat setelah dijadikan sebagai pengungkung obat. Analisis SEM menunjukkan

morfologi mikropartikel poli asam laktat yang berbentuk lembaran yang halus dan

berongga dari morfologi poli asam laktat. Sedangkan enkapsulasi obat memiliki

morfologi berbentuk bulat dengan tonjolan halus tidak beraturan yang tersebar

keseluruh permukaan. Uji efisiensi tertinggi sebesar 59%. Berdasarkan uji

disolusi obat pada cairan usus (pH 7,4) memiliki persentase sebesar 15,3% lebih

tinggi dibandingkan dalam cairan lambung (pH 1,2) hanya sebesar 13,7%

sehingga enkapsulasi obat dengan bahan penyalut miropartikel poli asam laktat

dapat menahan laju pelepasan di lambung.

Kata Kunci : Mikropartikel Poli Asam Laktat, Metode Penguapan Pelarut,

Enkapsulasi, Uji Efisiensi, dan Uji Disolusi

ABSTRACT

MICROPARTICLES POLY LACTIC ACID (PLA)

AS DRUG DELIVERY SYSTEMS (DRUG DELIVERY)

By

Aulia Pertiwi Tri Yuda

The research had been done with solvent evaporation method. The making

process of poly lactic acid microparticles yields 6.60 grams of 10 grams of sample

with a particle size in a range of 0.19-2.42 μm with a percentage of 90%. The

result poly lactic acid microparticles were subsequently used as an application of

drug delivery systems with drug variations (0.15, 0.25, and 0.50) grams. FTIR

characterization, showed no change of functional group of poly lactic acid

microparticles after serving as drug confinement. SEM analysis showed the

morphology of poly lactic acid microparticles in the form of a smooth and hollow

sheet of poly lactic acid. Meanwhile, the drug encapsulation has a spherical

morphology with irregular smooth bulges scattered throughout the surface. The

highest efficiency test was 59%. Based on the drug dissolution test on intestinal

fluid (pH 7.4) has a percentage of 15.3% higher than in gastric fluid (pH 1.2) of

only 13.7% so the drug encapsulation with a microparticles poly lactic acid

coating agent can withstand the rate release in the stomach.

Keyword : Poly Lactic Acid Microparticles, Solvent Evaporation Method,

Encapsulation, Efficiency Test, and Dissolution Test

PEMBUATAN MIKROPARTIKEL POLI ASAM LAKTAT (PAL)

SEBAGAI SISTEM PENGHANTAR OBAT (DRUG DELIVERY)

Oleh

Aulia Pertiwi Tri Yuda

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Kimia

Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Panjang pada tanggal 23 Desember 1995,

anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Yunus Effendi dan

Ibu Zubaedah. Penulis mulai menempuh pendidikan dimulai

pada tahun 2000 di TK Setia Kawan Panjang lalu melanjutkan di

SD Negeri 1 Panjang Utara kecamatan Panjang kota Bandar

Lampung dan lulus pada tahun 2007, Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 11 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 6 Bandar

Lampung dan lulus tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas

Lampung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Kimia pada tahun

2013 melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menempuh pendidikan di kampus penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada

praktikum Kimia Dasar pada tahun 2015/2016, Kimia Organik I pada tahun 2016/2017

dan Kimia Organik II pada tahun 2016/2017. Pengalaman organisasi penulis dimulai

sejak menjadi Kader Muda Himaki tahun 2013/2014. Penulis pernah menjadi Anggota

Biro Penerbitan (BP) HIMAKI FMIPA Unila dan Anggota Departemen Hubungan Luar

dan Pengabdian Masyarakat FMIPA Unila pada tahun 2014-2015.

MOTTO HIDUP

‘’Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah ‘’

(HR.Tarmidzi)

“Bayangkan dan impikan, maka dunia akan berubah sesuai dengan

yang kamu inginkan”

(Yoo Seung Woo)

Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu,

keunggulan bukanlah suatu perbuatan melainkan sebuah kebiasaan

“There is no greater exercise for your heart. Than reaching down

and lifting people up”

(John Holmes)

“Semuanya belum berakhir sampai semuanya berakhir”

(Penulis)

بسماللهالؔرحمنالؔرحيم“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

Atas Rahmat Allah SWT

Kupersembahkan Karya sederhanaku ini

Teruntuk

Kedua Orang Tuaku tercinta

yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, dukungan, motivasi

dan semangat kepada adinda selama ini, semoga Allah SWT memberikan

kesehatan dan perlindungan kepada Mama dan Papa

Kedua kakakku tercinta, semoga kita diberikan jalan menuju kehidupan yang

lebih baik

Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T dan semua Dosen Jurusan Kimia yang

telah membimbing dan mendidik adinda selama menempuh pendidikan di kampus

Seluruh keluarga besarku, sahabatku dan

Partner yang akan mendampingi dan melengkapi hidupku kelak

Almamater tercinta

Universitas Lampung

SANWACANA

Alhamdulillah tsummal hamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta

alam yang telah memberikan nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul PEMBUATAN MIKROPARTIKEL

POLI ASAM LAKTAT (PAL) SEBAGAI SISTEM PENGHANTAR OBAT

(DRUG DELIVERY). Bacaan Allahumma sholli wasallim wabaarik ‘alaihi

semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang memberikan

syafa’atnya kepada seluruh umatnya di dunia dan di akhirat, Aamiin.

Teriring do’a yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Yunus Effendi dan Zubaedah yang telah merawat,

membesarkan, dan mendidik penulis dengan kasih sayang kesabaran, dan

penuh pengorbana. Keduanya adalah alasan penulis hidup didunia, karya kecil

ini penulis persembahkan kepada papa dan mama sebagai bukti sepenggal

cinta dari penulis.

2. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku pembimbing I penulis

yang telah membimbing, mendidik, dan mengarahkan penulis dengan

kesabaran dan kasih sayang yang tulus sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Semoga barokah Allah selalu menyertai Beliau.

3. Ibu Noviany, Ph.D. selaku pembimbing II penulis yang telah membimbing

penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.

4. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Si. selaku pembahas penulis yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan keberkahan.

5. Ibu Dra. Aspita Laila, M.Si. selaku pembimbing akademik penulis yang telah

memberikan motivasi, arahan, dan nasihat sehingga penulis dapat menempuh

pendidikan dengan baik di Jurusan Kimia FMIPA Unila. Semoga Allah selalu

memberikan rahmat kepadanya.

6. Bapak Prof. Warsito, Ph.D. selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia

FMIPA Unila dan seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila yang

telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Mbak Wiwit, Pak Gani, Mbak Ani, Mbak Liza, Uni Kidas, Mas Nomo, Pak

Man, Pak John, Uni Gus, Mbk Umi terimakasih atas bantuan, canda dan tawa

kepada penulis selama mengerjakan tugas akhir ini.

9. Kakak-kakakku tercinta Ayuning Thias Eka Yuda, S.T dan Acib Saputra Dwi

Yuda, S.Pi. yang telah memberikan semangat, dukungan, dan keceriaan

kepada penulis, semoga barokah Allah selalu menyertai mereka.

10. Teruntuk wawa Saipul, S.Pd. dan kedua sepupuku Syifa Hesti serta Sahrul

Maris Akbar terimaksih atas support dan motivasi yang telah diberikan,

semoga allah selalu melindungi.

11. Partner penelitianku Dona Mailani P, S.Si, Khalimatus Sa’diah, S.Si, Siti

Mudmainah, S.Si, dan Shela Anggun S, S.Si. yang telah memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis, semoga Allah selalu memberikan

kelancaran dan barokah kepada mereka.

12. Sahabat – sahabat seperjuangan ku di Laboratorium Kimia Organik Wahyuni

Dewi Lestari, Vicka Andini, Nurul Fatimah, Anggun Ferlia Sari, Nita

Yuliyan, Arni Nadya Ardelita, Badiatul Niqmah, Inggit Borisha, Erva

Alhusna, Nessia Kurnia. Terimakasih atas canda dan tawa serta motivasi

untuk lulus bersama. Maafkan aku yang telah mendahului kalian, maaf aku

bukan penghianat. Semoga kalian semua segera menyusul.

13. Spesial teruntuk sahabat dan teman terbaik dalam segala perkara Widya

Aryani M, S.Si yang selalu ada saat susah maupun senang, yang selalu

memberikan nasihat, keceriaan serta mengingatkan penulis dengan ketulusan

hati dan kesabaran apabila penulis melakukan kesalahan selama 10 tahun ini.

Semoga Allah membalasnya dengan keberkahan.

14. Spesial teruntuk TCS genks dimana sekarang beralih nama menjadi

‘Hobahoba’ Eonni Isti, Eomma Yole, Lilis Hyung, Widya Unyuk dan Notnot

yang selalu ada saat susah maupun senang, yang selalu memberikan nasihat,

keceriaan serta mengingatkan penulis dengan ketulusan hati dan kesabaran

apabila penulis melakukan kesalahan selama 10 tahun ini. Semoga Allah

membalasnya dengan keberkahan.

15. Spesial teruntuk sahabatku Dona Mailani P dan Nur Hastriana yang selalu

memberikan keceriaan dan kasih sayang kepada penulis. Semoga Allah

membalasnya dengan keberkahan.

16. Spesial juga untuk keluargaku tercinta kimia 2013, (CHETIR), Atun, Lulu,

Anggi, Dona, Diky, Paul, Siti, Celli, Citra, Dian, Erva, Fatimah, Fika,

Khalimah, Febri, Indah, Maya, Megafhit, Mia, Nabilla, Nita, Riyan W, Shelta,

Gita, Nisa, Vicka, Wahyuni, Yuvica, Eky, Ana, Inggit, Widya, Awan, Arief,

Dewi, Korina, Esti, Nora, Fera, Vyna, Bara, Yunitri, Dilla, Badi, Nova, Linda,

Shela, Renita, Ridho, Kurnia, Nurma, Ismi, Eka, Herma, Ines, Anita, Oci,

Yulia, Murnita, Fentri, Riska, Rian, Verdi, Dodi, Yolanda, Eka M, Nia, Uut,

Nurul, Kiki, Netty, Gesa, Yuni, Tyas, Anggun, Mawar, Della, Radho, Arni,

Mita, Sinta, Anton, Melita, Melia, Monica, Kartika, Ezra, dan Tika,

terimakasih telah menjadi keluarga yang selalu memberikan keceriaan dan

kasih sayang kepada penulis. Semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga, dan

semoga kita semua sukses.

17. Kakak satu bimbingan Mba yepi, Mba Tiara, Mba Taskia, Mba Endah dan

Kak Ridho. Terimkasih atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada

penulis.

18. Kakak selaboratorium Kimia Organik serta adik adik laboratorium Mba

Ajeng, Mba Susy, Mba Dona, Mba Ningrum, Kak Arif, Kak Radius, Kak Tri,

Laili, Herda, Kartika, Elisabeth, Gabriel, Dicky, Risa, Wahyu, Ela dan Rizki

fijar. Terimakasih atas kerjasama dalam lab nya. Semoga allah selalu

melindungi kalian semua.

19. Spesial juga untuk teman-teman KKN Desa BK 1, Mae, Faif, Awan, Kiki dan

Cicil yang pernah memberikan keceriaan, semangat, dan dukungan kepada

penulis. Semoga Allah membalasnya dengan keberkahan.

20. Teruntuk orang yang katanya kawan “Group Lulus 2017” ada Ismi Ambalika,

Nur Hastriana, Tya Gita P.U, Siti Mudmainah, Dian Tanti N, Megafhit

Puspitarini, Faradilla Dwi Friskan Celli, dan Antonius Wendy A. Terimakasih

atas tawa dan canda yang pernah kalian ukir buat penulis semoga selalu dan

tetap NGESELIN.

21. Adik adik sebimbingan ku, Nella, Cloudina, Hamidin, Dhia dan Yolanda

teman seangkatan yang menjadi adik sebimbingan Semoga kalian selalu sabar

untuk menunggu dan menunggu. Tetap semangat mengejar S.Si nya.

22. Seluruh mahasiswa kimia angkatan 2011, 2012, 2014, 2015 dan 2016.

23. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila skripsi ini masih

terdapat kesalahan dan kekeliruan, semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat sebagaimana mestinya, Aamiin.

Bandar Lampung, September 2017

Penulis

Aulia Pertiwi Tri Yuda

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................... i

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. v

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Tujuan Penelitian........................................................................... 4

C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6

A. Polimer ......................................................................................... 6

B. Poli Asam Laktat ........................................................................... 9

C. Mikropartikel ................................................................................ 14

D. Sistem Penghantar Obat ............................................................... 18

E. Enkapsulasi ................................................................................... 18

F. Ibuprofen ....................................................................................... 20

G. Particle Size Analyzer (PSA) .......................................................... 21

H. Spektofotometri Fourier Transform Infrared (FTIR) ...................... 23

I. Scanning Electron Microscope (SEM) ............................................ 24

J. Spektofotometri UV-Vis ................................................................. 26

III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 28

A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 28

B. Alat dan Bahan .............................................................................. 28

C. Prosedur Penelitian ........................................................................ 29

1. Pembuatan Mikropartikel Poli Asam Laktat ............................... 29

2. Analisis Ukuran Partikel Poli Asam Laktat ................................. 29

3. Pembuatan Enkapsulasi Ibuprofen .............................................. 30

ii

4. Preparasi Uji Obat ...................................................................... 30

5. Uji Efisiensi Enkapsulasi ............................................................ 31

6. Uji Disolusi Obat ....................................................................... 32

7. Analisis FT-IR ........................................................................... 32

8. Analisis Morfologi ..................................................................... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 33

A. Pembuatan Mikropartikel Poli Asam Laktat .................................. 33

B. Analisis Particle Size Analyzer (PSA) ........................................... 34

C. Pembuatan Enkapsulasi Ibuprofen ................................................. 35

D. Preparasi Uji Obat ......................................................................... 37

E. Uji Efisiensi Enkapsulasi Ibuprofen ............................................... 39

F. Uji Disolusi Obat ........................................................................... 40

G. Analisis FT-IR .............................................................................. 42

H. Analisis SEM ................................................................................ 45

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 47

A. Simpulan ....................................................................................... 47

B. Saran ............................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 49

LAMPIRAN. ............................................................................................... 55

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.Perbedaan Reaksi Polimerisasi Adisi dan Polimerisasi Kondensasi ............ 9

2.Sifat Fisik dan Mekanik PLA ..................................................................... 10

3.Hasil Efisiensi Enkapsulasi Ibuprofen ....................................................... 39

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Poli Asam Laktat ......................................................................... 10

2. Struktur Kimia Ibuprofen .......................................................................... 20

3. Hasil Analisis Mikropartikel Poliasam Laktat ........................................... 34

4. Proses Pembuatan Enkapsulasi .................................................................. 37

5. Panjang Gelombang Maksimum Obat ....................................................... 38

6. Pelepasan Obat Tiap Jam........................................................................... 41

7. Spektrum FTIR ......................................................................................... 43

8. Hasil Analisis SEM ................................................................................... 46

DAFTAR SINGKATAN

Poli asam Laktat : PAL

Sistem penghantar obat : SPO

Ring Opening Polymerization : ROP

Polipropilen : PP

Particle Size Analyzer : PSA

Spektofotometri Fourier Transform Infrared : FTIR

Scanning Electron Microscope : SEM

Ultraviolet-Visible : UV-Vis

Poli Vinil Alkohol : PVA

Mikrometer : µm

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem penghantar obat (SPO) atau juga sering dikatakan drug delivery system

(DDS) ialah formula atau alat yang digunakan secara aman untuk membawa obat

kesisi tubuh spesifik dengan laju tertentu sehingga mencapai konsentrasi yang

efektif ditempat kerja obat. Saat ini telah banyak teknologi penghantaran obat

yang diperkenalkan sebagai upaya melahirkan obat baru dengan sifat yang ideal,

mulai dari penemuan struktur obat baru hasil sintesis maupun hasil modifikasi

hingga pada pengembangan teknologi formulasinya (Martien et al, 2012). Konsep

dari sistem penghantar obat (SPO) menggambarkan bagaimana suatu obat dapat

sampai ketempat targetnya.

Secara umum, dalam sistem panghantaran suatu obat di dalam tubuh, salah satu

faktor yang penting adalah bentuk sediaannya. Penggunaan suatu bentuk sediaan

mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat sehingga dapat

mencapai efek terapi dimana pelepasan obat berlangsung (Wicaksono, 2006).

Terkontrolnya pelepasan obat akan dapat meningkatkan efektifitas kerja obat

tersebut. Pelepasan obat yang dikontrol akan mengurangi frekuensi pemberian,

meningkatkan kenyamanan pasien dan menjaga konsentrasi obat dalam darah

tetap dalam fungsi terapeutik (Saifullah dkk., 2007). Selain itu juga, kelebihan

2

lain dari sistem penghantar obat adalah konsentrasi obat dapat dijaga tanpa

konsumsi obat berulang kali yang lebih lanjut akan mengeliminasi masalah bagi

pasien. Sistem ini didesain untuk menghantarkan obat dengan jumlah yang tepat

selama waktu yang telah ditentukan agar mencegah efek yang mungkin terjadi

pada organ lainnya (Nair et al, 2005).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan suatu penghantaran

dosis obat yang tepat adalah dengan menggunakan teknologi enkapsulasi (Ankitt

et al,2011). Enkapsulasi merupakan metode yang mengkonversi cairan menjadi

padatan yang akan mengubah sifat koloidal dan permukaannya dan digunakan

untuk mengontrol pelepasan dari material yang dikungkung (Sachan, 2006).

Sebelumnya enkapsulasi ini banyak digunakan dalam bidang kesehatan terbuat

dari kaca, gelas, atau polimer non-degradable sebagai bahan penyalut obat.

Bahan-bahan tersebut akan masuk ke dalam tubuh dan menetap dalam jangka

waktu yang cukup lama sehingga dapat menimbulkan masalah baru bagi

kesehatan (Dagani, 1994). Akhir-akhir ini telah banyak dikembangkan

enkapsulasi menggunakan polimer biodegradable yang tidak menimbulkan efek

bahaya bagi tubuh.

Poli asam laktat (PAL) merupakan polimer biodegradable dan bioresorable

(dapat diuraikan oleh sistem hayati). Poli asam laktat tersusun dari monomer-

monomer asam laktat melalui proses polikondensasi. Menurut Averous (2008)

sintesa PAL merupakan sebuah proses yang terdiri atas beberapa langkah, dimulai

dari produksi asam laktat sampai pada tahap polimerisasi. Poli asam laktat

memiliki sifat yang tahan panas, kuat, dan merupakan polimer elastis (Auras,

3

2002). PAL dapat terurai secara biologis di alam dalam waktu yang tidak terlalu

lama dan tidak menghasilkan zat beracun. Penggunaan poli asam laktat sebagian

besar dalam bidang medis yaitu digunakan untuk benang jahit setelah operasi,

drug release, regenerasi jaringan, pengobatan tulang, memperbaiki kerusakan

kartilago, dan masih banyak lagi. Selain itu juga, PAL dengan berat molekul yang

tinggi dapat memiliki sifat mekanik lebih baik sehingga dapat digunakan sebagai

pengemas sekali pakai (Ray dan Okamoto, 2003).

Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai enkapsulasi dengan poli asam laktat

sebagai penyalut. Prihatiningsih (2008) melaporkan bahwa nilai efisiensi

enkapsulasi dari bahan penyalut poli asam laktat berkisar 51,40%. Sementara

Hildayati (2011) melaporkan bahwa nilai efisiensi enkapsulasi dari bahan

penyalut poli asam laktat berkisar 60,75%. Sedangkan Fachrurazie (2012)

melaporkan nilai efisiensi enkapsulasi dari bahan penyalut poli asam laktat

sebesar 71,23%. Rendahnya nilai efisiensi enkapsulasi biasanya dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti pada saat proses emulsifikasi yang menyebabkan ukuran

tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Faktor yang terpenting dalam proses penghantaran obat adalah ukuran dan

distribusi partikel mikrosfer. Dimana ukuran partikel polimer biodegradabel

memainkan peranan utama dalam sistem penghantar obat. Secara khusus,

penggunaan polimer mikropartikel telah banyak diteliti karena mempunyai

potensi yang sangat besar dalam sistem penghantar obat (Ferreira, 2007).

Beberapa kelebihan dari mikropartikel adalah kemampuannya yang dapat

digunakan untuk mengenkapsulasi senyawa aktif dan akan melepaskan senyawa

4

aktif secara terkontrol selama periode waktu tertentu dimana bisa

mempertahankan stabilitas senyawa aktifnya (Chau et al,2008). Semakin kecil

ukuran suatu partikel maka efisiensi enkapsulasi akan semakin besar. Maka

pengembangan enkapsulasi berbasis mikropartikel poli asam laktat sangat

menarik untuk dilakukan. Berdasarkan gagasan diatas, penelitian ini telah

dilakukan pembuatan dan karakterisasi mikropartikel poli asam laktat sebagai

sistem penghantar obat.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan sintesis dan karakterisasi mikropartikel poli asam laktat dengan

metode penguapan pelarut.

2. Menghasilkan enkapsulasi ibuprofen dengan bahan penyalut mikropartikel

poli asam laktat yang akan diuji nilai efisiensi pengungkungan dan uji

pelepasan obat.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui cara mensintesis dan mengkarakterisasi mikropartikel poli asam

laktat dengan metode penguapan pelarut.

2. Mengetahui cara pembuatan enkapsulasi obat ibuprofen dari mikropartikel

poli asam laktat.

5

3. Melihat nilai uji efisensi dan uji pelepasan obat ibuprofen yang digunakan

sebagai sistem penghantar obat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Polimer

Polimer merupakan rangkaian molekul panjang yang tersusun dari pengulangan

molekul yang kecil dan sederhana. Molekul kecil dan sederhana penyusun

polimer disebut dengan monomer. Polimer dengan massa molekul yang besar

disebut dengan polimer tinggi. Polimer tinggi terdapat di alam seperti pati,

selulosa, protein, dan kitosan serta yang dapat disintesis di laboratorium misalnya:

polivinil klorida, polivinil alkohol, poli asam laktat, dan polietilen. Plastik

merupakan salah satu contoh polimer tinggi karena memiliki massa molekul yang

besar yaitu diatas 10.000 (Oktaviana, 2002).

Polimer biasanya diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu:

1. Berdasarkan Sumber

a. Polimer Alam

Polimer alam adalah suatu polimer yang terbentuk melalui proses alami.

Contohnya seperti tanah liat, sol-gel, silika, karet alam dan selulosa.

b. Polimer Sintetik

Polimer sintetik adalah polimer yang terbuat dari reaksi kimia seperti karet

fiber, poliester, poliesterena, dan polietilen.

7

2. Berdasarkan Struktur Rantai

a. Polimer Rantai Lurus

Pengulangan kesatuan yang berulang lurus (seperti rantai) maka molekul-

molekul polimer seringkali digambarkan sebagai molekul rantai atau

rantai polimer.

b. Polimer Bercabang

Beberapa rantai lurus atau bercabang dapat bergabung melalui sambungan

silang membentuk polimer bersambung silang.

c. Polimer Tiga Dimensi atau Polimer Jaringan

Jika sambungan silang terjadi beberapa arah, maka terbentuk polimer

sambung silang tiga dimensi yang sering disebut polimer jaringan.

3. Berdasarkan Sifat Termal

a. Polimer Termoplastik

Polimer termoplastik mempunyai sifat fleksibel, dapat melunak bila

dipanaskan dan kaku (mengeras) bila didinginkan. Contoh: polietilen

(PE), polipropilen (PP), polivinil klorida (PVC), nilon, dan poliester.

b. Polimer Termoset

Polimer termoset mempunyai berat molekul yang tinggi, tidak melunak,

dan sukar larut. Contoh : polimetan sebagai bahan pengemas dan melamin

formaldehida (formika).

4. Berdasarkan Komposisi Polimer

a. Homopolimer

Polimer yang disusun oleh satu jenis monomer dan merupakan polimer

yang paling sederhana.

8

b. Heteropolimer (Kopolimer)

Polimer yang terbuat dari dua atau lebih monomer.

5. Berdasarkan Fase

a. Kristalin

Susunan antara rantai yang satu dengan rantai yang lain adalah teratur dan

mempunyai titik leleh (melting point).

b. Amorf

Susunan rantai yang satu dengan yang lain orientasinya acak dan

mempunyai transisi gelas (Billmeyer, 1984).

6. Berdasarkan Reaksi Pembentukan

a. Polimer Adisi

Suatu polimer yang terbentuk dari polimerasi adisi (poliadisi). Poliadisi

merupakan salah satu jenis reaksi pembentukan suatu polimer, yaitu

pembentukan polimer yang disertai dengan adanya reaksi pemutusan

ikatan rangkap dari monomer yang memiliki ikatan rangkap serta diikuti

oleh penambahan monomer berikatan rangkap.

b. Polimer Kondensasi

Suatu polimer yang terbentuk dari polimerasi kondensasi, dimana

polimerisasi ini merupakan suatu reaksi pembentukan polimer yang

terjadi antara gugus fungsi dari monomer-monomer yang sama atau

monomer yang berbeda membentuk molekul besar yang baru dan

melepaskan molekul kecil sebagai hasil samping (Cowd, 1991).

9

Adapun perbedaan antara mekanisme reaksi polimerisasi adisi dan polimerisasi

kondensasi dapat dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan reaksi polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi

(Billmenyer, 1984).

B. Poli Asam Laktat

Poli asam laktat atau poly lactic acid (PAL) merupakan suatu polimer

biodegradabel yang diperoleh dari asam laktat. PAL termasuk ke dalam

golongan poliester alifatik yang dapat terdegradasi maupun teruraikan dalam

tanah dan dapat dibuat dari bahan baku yang dapat didaur ulang seperti jagung,

gula, gandum, dan bahan-bahan yang memiliki pati dalam jumlah banyak

(Koesnandar, 2004). PAL mempunyai sifat biodegradabel karena memiliki

Polimerisasi Adisi Polimerisasi Kondensasi

Tidak diperlukan inisiator,

mekanisme reaksi secara

keseluruhan sama.

Tidak ada tahap terminasi, gugus-

gugus ujung rantai masih reaktif.

Monomer dikonsumsi dengan cepat

sementara berat molekul bertambah

secara perlahan.

Pemanjangan rantai terjadi

diseluruh matriks melalui reaksi

antar monomer, oligomer.

DPn yang terbentuk dari rendah

sampai sedang.

Mekanisme inisiasi dan propagasi

berbeda.

Melibatkan tahap terminasi rantai.

Monomer dikonsumsi relatif

lambat sedangkan berat molekul

naik dengan cepat

Pemanjangan rantai terjadi melalui

penambahan unit monomer secara

berturut-turut kejumlah terbatas

rantai yang tumbuh.

DPn yang terbentuk relatif tinggi.

10

beberapa gugus hidroksi pada ujung rantainya. Selain itu juga PAL bersifat

kompatibel artinya polimer ini dapat diterima dalam tubuh tanpa menimbulkan

efek berbahaya dan sifatnya yang rapuh sehingga dalam pembuatannya

dibutuhkan plasticizer untuk menambah sifat mekanis PAL tersebut. Struktur

PAL dapat dilihat pada Gambar 1 sementara sifat fisik dan mekanik dapat dilihat

pada Tabel 2.

Gambar 1. Struktur Poli Asam Laktat.

Tabel 2. Sifat fisik dan mekanik PAL

Sifat PAL Keterangan

Kerapatan

Titik leleh

Kristalinitas

Suhu peralihan kaca (Tg)

Modulus

Regangan

Biodegradasi

Permeabilitas air

Tegangan permukaan

1,25

161 oC

0-1%

61oC

2050 Mpa

9%

100%

172 g/me

50 mN.nm

(Averous, 2008).

11

Berdasarkan sifat mekanik, barier, fisik, dan kimia PAL mempunyai kombinasi

yang cocok untuk digunakan sebagai bahan sekali pakai atau sebagai bahan

pengemas makanan. PAL diharapkan dapat menggantikan plastik konvensional

karena mempunyai emisi gas CO2 lebih rendah sehingga dapat mengurangi

pemanasan global (Widiarto. 2009).

Poli asam laktat menggabungkan sifat terbaik dari bahan alami dan bahan buatan.

Karena bahan ini dibuat dari gula tumbuhan, maka bahan ini menggunakan

sumber yang dapat diperbaharui dan dapat diuraikan kembali sepenuhnya. Selain

itu, bahan ini juga mempunyai sifat-sifat yang sama dengan plastik biasa yang

terbuat dari hidrokarbon, yaitu kuat, lentur dan murah harganya. Setelah para

pecinta lingkungan mulai menunjukkan kepedulian akan merosotnya persediaan

bahan bakar dan menghilangnya lahan pembuangan, para pengusaha pabrik sudah

mencoba untuk mengembangkan beberapa bahan alternatif untuk pengganti

plastik biasa yang terbuat dari hidrokarbon.

Hasil-hasil riset terbaru menunjukkan poli asam laktat mempunyai keunikan dan

kelebihan baik dalam permeabilitas, transmisi oksigen, suhu transisi, dan

kecepatan mengompos dibandingkan dengan jenis plastik lain. Poli asam laktat

memiliki permeabilitas uap air yang relatif rendah sehingga memungkinkan layak

dijadikan kemasan. Poli asam laktat juga memiliki laju transmisi oksigen (udara)

relatif lebih tinggi sehingga bisa digunakan untuk pangan yang diinginkan dalam

bentuk cair. Suhu perubahan poli asam laktat adalah antara 50-60°C sehingga

dapat digunakan untuk kemasan makanan dingin.

12

Menurut Averous (2008), sintesa PAL adalah sebuah proses yang terdiri dari

beberapa langkah, dimulai dari produksi asam laktat sampai pada tahap

polimerisasi. Poli asam laktat dapat diproduksi melalui tiga metode, yaitu:

1. Polikondensasi langsung (direct condensation-polymerization) asam laktat

yang menghasilkan poli asam laktat dengan berat molekul rendah dan rapuh

sehingga sebagian besarnya tidak dapat digunakan kecuali jika ditambahkan

chain coupling agent untuk meningkatkan panjang rantai polimer.

2. Kondensasi dehidrasi azeotropik (Azeotropic dehydration condensation) asam

laktat dengan menggunakan pelarut azeotropik, yang dapat menghasilkan poli

asam laktat dengan berat molekul mencapai 15.400 dan rendemen sebesar

89%.

3. Polimerisasi pembukaan cincin (ring opening polymerization, ROP), yang

dilakukan melalui tiga tahapan yaitu polikondensasi asam laktat,

depolimerisasi sehingga membentuk dimer siklik (lactide), dan dilanjutkan

dengan polimerisasi pembukaan cincin sehingga diperoleh poli asam laktat

dengan berat molekul tinggi. Polimerisasi pembukaan cincin menghasilkan

poli asam laktat dengan berat molekul 2x104 hingga 6.8 x 105. Metode ROP

ini telah dipatenkan oleh Cargill (Amerika Serikat) pada tahun 1992.

Kelebihan poli asam laktat dibandingkan dengan plastik yang terbuat dari minyak

bumi adalah:

1. Biodegradable, artinya poli asam laktat dapat diuraikan secara alami di

lingkungan oleh mikroorganisme.

2. Biocompatible, dimana pada kondisi normal jenis plastik ini dapat diterima

oleh sel atau jaringan biologi.

13

3. Dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui (termasuk sisa industri) dan

bukan dari minyak bumi.

4. 100 % recyclable (dapat didaur ulang) melalui hidrolisis asam laktat dapat

diperoleh dan digunakan kembali untuk aplikasi yang berbeda atau bisa

digabungkan untuk menghasilkan produk lain.

5. Tidak menggunakan pelarut organik bersifat racun dalam memproduksi poli

asam laktat.

6. Dapat dibakar sempurna dan menghasilkan gas CO2 dan air (Botelho, 2004).

Kekurangan PAL adalah densitas lebih tinggi (1.25 g/cc) dibanding polipropilen

dan polistiren dan mempunyai polaritas lebih tinggi sehingga sulit direkatkan

dengan polietilen dan polipropilen yang non polar dalam sistem film multi lapis.

PP mempunyai densitas 0.9 g/cc, dengan harga 0.7 usd per kg dan mempunyai

densitas 1.05 g/cc dan harga 1 usd per kg. PAL juga mempunyai ketahanan

panas, moisture dan gas barier kurang bagus dibanding dengan polietilen. Hal

lain yang paling penting adalah harganya yang masih tinggi yaitu 2.6 usd per kg.

Usaha untuk menurunkan harga terus dilakukan oleh Cargill Down hingga 2 usd

per kg supaya kompetitif. Sifat barier terhadap uap air, oksigen dan CO2 lebih

rendah dibanding polipropilen atau polivinil klorida. Perbaikan sifat barier dapat

dilakukan dengan sistem laminasi dengan jenis film lain seperti polietilen,

polivinil alkohol, alufoil, nanopartikel dan lainnya (Syah Johan, 2008).

Saat ini, PAL sudah digunakan untuk beragam aplikasi, diantaranya dibidang

medis, kemasan dan tekstil. Dibidang medis, PAL sudah lama digunakan sebagai

benang jahit pada saat operasi serta bahan pembuat kapsul. Selain itu pada

14

dasawarsa terakhir PAL juga dikembangkan dalam upaya perbaikan jaringan

tubuh manusia. PAL juga telah dikembangkan untuk pembuatan kantong plastik

(retail bags), kontainer, bahkan edible film untuk sayuran dan buah. Dalam

bentuk film dan bentuk foam digunakan untuk pengemas daging, produk susu,

atau roti. Dapat juga digunakan dalam bentuk botol dan cangkir sekali pakai

untuk kemasan air, susu, jus dan minuman lainnya. Piring, mangkok, nampan,

tas, film pertanian merupakan penggunaan lain dari jenis plastik ini. Selain itu,

dibidang tekstil PAL juga telah diaplikasikan untuk pembuatan kaos dan tas. Di

Jepang, PAL bahkan sudah dikembangkan sebagai bahan dasar pembuatan

compact disc (CD) oleh Sanyo (Saputro, 2012).

C. Mikropartikel

Mikropartikel didefinisikan sebagai partikel padat dengan ukuran 1-100 µm

dengan tidak mengubah sifat dan fungsinya. Selama beberapa dekade ini,

penelitian mengenai material berstruktur mikro telah menjadi salah satu topik

menarik dalam berbagai bidang baik itu ilmu fisika, kimia, dan material sains.

Pembuatan mikropartikel dapat dilakukan dengan teknik konvensional seperti

penghancuran secara mekanis (milling, cusher), teknik presipitasi larutan organik

(pemisahan fasa polimer, penguapan, atau ekstraksi pelarut), atau dengan teknik

spray drying (Triastuti dan Sumarno, 2010).

Bahan yang digunakan untuk pembuatan sistem mikropartikulat harus memenuhi

beberapa persyaratan seperti, memiliki durasi aksi yang lebih lama, dapat

mengendalikan pelepasan kandungan, dapat meningkatkan efeksasi terapeutik,

15

memiliki sifat dapat melindungi obat, dapat mengurangi toksisitas, memiliki sifat

biokompatibel, relatif stabil, dan sifat kelarutan dalam air atau redispersibilitasnya

baik (Lieberman, 1990).

Ada tiga metode utama yang paling sering digunakan dalam pembuatan

mikropartikel yaitu dispersion performed polymers, polymerization of monomer

dan ionic gelation.

1. Dispersion performed method

Metode ini merupakan teknik yang biasa digunakan untuk membuat

biodegradable microparticle seperti poli (asam laktat), PLA; poli (D,L-

glikolida), PLG; poli (D, L-laktida-ko-glikolida), PLGA dan poli

(sianoakrilat) , PCA. Beberapa contoh dari teknik ini antara lain metode

penguapan pelarut dan emulsifikasi spontan. Metode penguapan pelarut,

dalam metode ini polimer dilarutkan dalam sebuah pelarut organik

diklorometana, kloroform atau etil asetat yang mana dapat digunakan juga

sebagai pelarut bagian hidrofobik pada obat. Campuran dari polimer dan

larutan obat kemudian diemulsikan dalam sebuah larutan encer yang

mengandung surfaktan untuk membentuk sebuah emulsi oil in water (O/W)

atau water in oil (W/O). Setelah membentuk emulsi yang stabil pelarut

organik kemudian diuapkan dengan mengurangi tekanan atau dengan

pengadukan secara kontinu. Ukuran partikel yang terbentuk dipengaruhi oleh

tipe dan konsentrasi dari stabiliser, laju kecepatan pengadukan, dan

konsentrasi dari polimer tersebut.

16

Disisi lain, untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil, dapat juga

diikuti dengan pengadukan yang cepat serta ultrasonikasi. Metode

emulsifikasi spontan merupakan versi modifikasi dari metode penguapan

pelarut. Dalam metode ini, pelarut yang larut dalam air bersamaan dengan

pelarut organik digunakan sebagai fasa minyak. Oleh karena difusi spontan

dari pergolakan antarmuka pelarut yang dibentuk antara dua fasa membawa

pembentukkan ke arah partikel yang lebih kecil. Ketika konsentrasi pelarut

yang larut dalam air tinggi maka pengurangan ukuran partikel akan

didapatkan (Nugroho, 2012).

2. Polymerization method

Dalam metode ini, monomer-monomer dipolimerisasikan untuk membentuk

mikropartikel dalam larutan encer. Suspensi mikropartikel kemudian dimurnikan

dengan ultrasentrifugasi untuk menghilangkan beberapa stabiliser dan surfaktan

yang ikut dalam proses polimerisasi dan mensuspensi ulang partikel dalam

surfaktan isotonik. Teknik ini telah dilaporkan untuk membuat mikropartikel

polibutilsianoakrilat atau poli (alkilsianoakrilat). Pembentukan dan ukuran

mikropartikel tersebut bergantung pada konsentrasi surfaktan dan stabiliser yang

digunakan.

3. Ionic gelation

Banyak penelitian telah memfokuskan pembuatan mikropartikel menggunakan

polimer biodegradabel hidrofilik seperti kitosan, alginat dan natrium alginat.

Beberapa peneliti sebelumnya telah membuat mikropartikel kitosan dengan

metode gelasi ionik. Metode ini melibatkan dua fasa cair, dimana salah satunya

ialah larutan polimer kitosan, sebuah kopolimer diblok seperti etilen oksida atau

17

propilen oksida dan polianion natrium tripoliposfat disisi lainnya (Nugroho,

2012).

Dari segi farmasetik dan biomedik sistem mikropartikel dapat memberikan

beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari mikropartikel

diantaranya (Park et al, 2002):

1. Mengurangi ukuran partikel untuk meningkatkan kelarutan obat yang sukar

larut.

2. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.

3. Melindungi obat terhadap pengaruh lingkungan.

4. Menghasilkan produk lepas lambat dan lepas terkendali serta obat dengan

pelepasan tertarget.

5. Memperbaiki laju alir serbuk dan melindung senyawa toksik.

Sedangkan untuk kekurangan dari sistem mikropartikel, antara lain (Markus,

1988):

1. Biaya material dan proses preparasi produk lepas terkontrol lebih mahal

dibandingkan formulasi produk obat biasa.

2. Memerlukan polimer matriks yang memberikan efek untuk lingkungan

sebagai penyalut, penstabil, antioksidan, dan pengisi.

3. Kondisi selama proses produksi meliputi kondisi suhu, pH, penambahan

pelarut, dan penguapan akan mempengaruhi stabilitas inti partikel yang

terenkapsulasi.

4. Memerlukan biaya dan waktu yang lebih.

18

D. Sistem Penghantar Obat

Sistem Penghantar Obat atau drug delivery system pada dasarnya adalah istilah

yang menggambarkan bagaimana suatu obat dapat sampai ke tempat target

aksinya. Istilah ini juga sering dipertukarkan dengan drug product (produk obat).

Tujuan utama pengembangan sistem penghantaran tertarget adalah untuk

meningkatkan kontrol dosis obat pada tempat spesifik seperti pada sel, jaringan,

atau organ, sehingga akan mengurangi efek samping yang tidak diinginkan pada

organ non target. Suatu molekul obat sangat sulit mencapai tempat aksinya

karena jaringan seluler yang komplek pada suatu organisme, sehingga sistem

penghantaran ini berfungsi untuk mengarahkan molekul obat mencapai sasaran

yang diinginkan. Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang

untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap

supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Beberapa bentuk

sediaan padat dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh agar diserap

secara cepat seluruhnya (Shargel et al.,2005). Sistem penghantar obat dapat

dilakukan dengan menggunakan teknik enkapsulasi.

E. Enkapsulasi

Berkembangnya teknologi mendorong ditemukannya berbagai cara baru dalam

sistem pengangkutan obat dalam tubuh. Semua penemuan tersebut bertujuan

memaksimumkan khasiat obat secara lebih aman. Enkapsulasi senyawa obat

dalam ukuran sekecil mungkin merupakan salah satu diantara penemuan tersebut.

Enkapsulasi merupakan teknik untuk menyalut suatu senyawa (dapat berupa

19

padatan, cairan, maupun suatu gas) dengan suatu polimer. Enkapsulasi dalam

ukuran kecil memiliki beberapa keuntungan, antara lain melindungi suatu

senyawa dari penguraian dan mengendalikan pelepasan suatu senyawa aktif.

Pengendalian suatu senyawa aktif (misalnya, obat) tersebut dapat mencegah

terjadinya peningkatan konsentrasi obat dalam saluran pencernaan secara

serentak. Akibatnya, iritasi pada saluran pencernaan, terutama pada dinding

lambung dapat dihindari. Proses enkapsulasi juga memungkinkan pengubahan

bentuk suatu senyawa dari cair menjadi padat dan juga memisahkan senyawa-

senyawa yang berbahaya satu sama lain (Babtsov, 2002).

Persebaran senyawa aktif, baik yang berwujud padat maupun cair, dalam suatu

kapsul dapat bermacam-macam. Senyawa aktif ini dapat terletak dibeberapa

bagian, seperti terletak tepat di tengah-tengah kapsul dimana bertindak sebagai

inti, atau dapat tersebar diseluruh kapsul atau tidak terpusat pada satu titik

(Bimbaum&Brannon, 2003). Polimer yang lazim digunakan pada proses

enkapsulasi suatu senyawa obatpun adalah polimer yang dapat terbiodregradasi

dan besifat biokompatibel. Hal ini dikarenakan kapsul yang dihasilkan akan

dimasukkan kedalam tubuh baik secara oral maupun dengan implantasi.

Sementara senyawa aktif suatu obat yang memerlukan proses enkapsulasi adalah

senyawa dengan waktu paruh eliminasi yang singkat, obat yang harus diminum

secara teratur, dan obat yang memiliki efek negatif terhadap sistem pencernaan

(Sutriyo et al, 2004).

20

F. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan senyawa tidak larut air yang biasa digunakan sebagai

senyawa aktif dalam obat rematik. Ibuprofen tergolong NSAID, biasanya

digunakan dalam pengobatan rasa sakit dan radang untuk rematik dan penyakit

muskuloskeletal lainnya (Lista et al, 2006). Struktur kimia ibuprofen dapat dilihat

pada Gambar 2.

Gambar 2 . Struktur Kimia Ibuprofen.

Prinsip kerja ibuprofen sebagai obat antiradang adalah dengan menghambat kerja

enzim prostaglandin sintase. Prostaglandin merupakan salah satu mediator dalam

proses peradangan. Contoh mediator lainnya dalam proses peradangan adalah

histamin, bradikin, dan interleuksin. Proses absorpsi ibuprofen terjadi di saluran

pencernaan, dan jika jumlahnya berlebihan dapat mengakibatkan pendarahan pada

saluran pencernaan (Reynolds, 1989). Efek samping yang biasanya terjadi dari

konsumsi ibuprofen adalah pusing, kantuk, mual, diare, sembelit, dan rasa panas

(iritasi) dalam perut. Namun efek samping tersebut dapat diminimumkan salah

satunya melalui proses enkapsulasi.

21

G. Particle Size Analyzer (PSA)

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui ukuran dari suatu

partikel antara lain metode ayakan (Sieve analyses), laser diffraction (LAS),

metode sedimentasi, analisa gambar (mikrografi), electronical sensing zone, dan

electron microscope. Sieve analysis (analisis ayakan) dalam dunia farmasi sangat

sering digunakan dalam bidang mikromeritik, yaitu ilmu yang mempelajari

tentang ilmu dan teknologi partikel kecil. Metode yang paling umum digunakan

adalah analisa gambar (mikrografi). Metode ini meliputi metode mikroskopi dan

metode olografi. Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang

mengarah ke era nanoteknologi, para peneliti mulai menggunakan metode laser

diffraction (LAS). Metode ini dinilai lebih akurat bila dibandingkan dengan

metode analisa gambar maupun metode ayakan (sieve analysis), terutama untuk

sampel-sampel dalam orde nanometer maupun submikron. Metode ini menjadi

prinsip dasar dalam instrumen Particle Size Analyzer (PSA). Prinsip dari Laser

Diffraction sendiri ialah ketika partikel-partikel melewati berkas sinar laser dan

cahaya dihamburkan oleh partikel-partikel tersebut dikumpulkan melebihi rentang

sudut yang berhadapan langsung. Distribusi dari intensitas yang dihamburkan ini

yang akan dianalisis oleh komputer sebagai hasil distribusi ukuran partikel (Lusi,

2016).

Contoh alat yang menggunakan metode LAS adalah Particle Size Analyzer (PSA).

Terdapat dua buah metode dalam pengukuran menggunakan antara lain metode

basah dan kering. Metode basah, metode ini menggunakan media pendispersi

untuk mendispersikan material uji. Sedangkan metode kering, merupakan metode

22

yang memanfaatkan udara atau aliran udara yang berfungsi untuk melarutkan

partikel dan membawanya ke sensing zone. Metode ini baik digunakan untuk

ukuran yang kasar, dimana hubungan antar partikel lemah dan kemungkinan

untuk beraglomerasi kecil.

Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA biasanya menggunakan metode

basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan metode kering

ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan analisa gambar.

Terutama untuk sampel-sampel dalam orde nanometer yang cenderung memiliki

aglomerasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan partikel didispersikan ke dalam media

sehingga partikel tidak saling aglomerasi. Dengan demikian, ukuran partikel yang

terukur adalah ukuran dari single particle. Selain itu hasil pengukuran

ditampilkan dalam bentuk distribusi, sehingga hasil pengukuran dapat

diasumsikan sudah menggambarkan keseluruhan kondisi sampel. Melalui analisis

Particle Size Analyzer (PSA) diharapkan distribusi ukuran nanopartikel yang

dihasilkan berada pada rentang nanometer dengan keseragaman ukuran yang baik.

Keunggulan penggunaan Particle Size Analyzer (PSA) untuk mengetahui ukuran

partikel adalah:

1. Lebih akurat dan mudah digunakan, pengukuran partikel dengan

menggunakan PSA lebih akurat jika dibandingkan dengan pengukuran

partikel dengan alat lain seperti TEM ataupun SEM. Hal ini dikarenakan

partikel dari sampel yang akan diuji didispersikan ke dalam sebuah media

sehingga ukuran partikel yang terukur merupakan ukuran partikel tunggal.

23

2. Hasil pengukuran dalam bentuk distribusi, sehingga dapat menggambarkan

keseluruhan kondisi sampel, dalam artian penyebaran ukuran rata-rata

partikel dalam suatu sampel.

3. Rentang pengukuran dari 0,6 nanometer hingga mikrometer (Rusli, 2011).

H. Spektofotometri Fourier Transform Infrared (FTIR)

Spektroskopi FTIR merupakan metode yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa organik, gugus

fungsi ini dapat ditentukan berdasarkan ikatan dari tiap atom. Prinsip kerja dari

metode ini adalah sinar yang terserap menyebabkan molekul dari senyawa

tervibrasi dan energi vibrasi diukur oleh detektor dan energi vibrasi dari gugus

fungsi tertentu akan menghasilkan frekuensi yang spesifik. Alat ini mempunyai

kemampuan lebih sensitif dibanding dengan alat dispersi dan dapat digunakan

pada daerah yang sangat sulit atau tidak mungkin dianalisis dengan alat dispersi.

Keuntungan yang diperoleh dari spektra yang rumit ini adalah dengan

membandingkan spektra senyawa cuplikan asli. Kesesuaian puncak-puncak yang

ada dapat dijadikan sebagai bukti tentang identitas senyawa tersebut (Silverstein

et al.,1986).

Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi tekuk, khususnya vibrasi

rocking goyangan), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000–400

cm-1. Karena di daerah antara 4000–2000 cm-1 merupakan daerah yang khusus

yang berguna untuk identifikasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan

absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000–

24

400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun bengkokan

mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut. Dalam daerah 2000–400 cm-1 tiap

senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga daerah tersebut sering

juga disebut sebagai daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun pada daerah

4000–2000 cm-1 menunjukkan absorbsi yang sama, pada daerah 2000–400 cm-1

juga harus menunjukkan pola yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa dua

senyawa adalah sama.

Pada analisis poli asam laktat dengan spektrofotometer FTIR diharapkan terlihat

pita serapan melebar dengan intensitas kuat pada daerah 3500-3000 cm-1 yang

menunjukkan karakteristik vibrasi ulur OH. Pita serapan lainnya pada daerah

3000-2850 cm-1 menunjukkan karakteristik vibrasi ulur CH, pita serapan lainnya

pada daerah 1470-1350 cm-1 yang menunjukkan vibrasi tekuk CH, dan pita

serapan pada daerah 1250- 970 cm-1 yang menunjukkan vibrasi tekuk C-O-H,

serta pita serapan pada daerah 1730-1715 cm-1 menunjukkan vibrasi C=O karbonil

(Hsu, 1994).

I. Scanning Electron Microscope (SEM)

Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan salah satu tipe mikroskop

elektron yang mampu menghasilkan gambar beresolusi tinggi dari sebuah

permukaan sampel. Selama ini SEM dikembangkan untuk mengatasi batasan-

batasan pada mikroskop optik dan meningkatkan perbesaran dan resolusi jauh

lebih besar dari sistem optikal. Mikroskop ini digunakan untuk mempelajari

struktur permukaan objek yang secara umum diperbesar antara 1000-40000 kali.

25

Prinsip dasar dari SEM didasarkan atas sebuah peristiwa interaksi antara sinar

elektron dengan spesimen padatan. Gambar atau foto yang dihasilkan oleh SEM

memiliki penampilan tiga dimensi serta berguna dalam menentukan struktur

permukaan dari sebuah sampel. Sebuah filament (electron gun) pada scanning

electron microscope digunakan untuk membangkitkan sinar elektron pada sebuah

vakum yang dihasilkan dalam sebuah kamar dimana sampel disimpan untuk

dianalisis. Sinar tersebut diarahkan dengan akurat oleh lensa kondensor

elektromagnetik, difokuskan oleh lensa objektif, dipindai melewati permukaan

sampel oleh gulungan pendeteksi elektromagnetik. Metode penggambaran yang

utama ialah dengan mengumpulkan elektron sekunder yang dilepaskan oleh

sampel. Elektron sekunder dideteksi oleh sebuah material kilau yang

menghasilkan kilat cahaya dari elektron-elektron. Selanjutnya kilat cahaya

dideteksi dan diperkuat oleh sebuah photomultiplier tube. Dengan

menghubungkan posisi pemindaian sampel dengan sinyal yang dihasilkan, maka

dihasilkan gambar atau foto berwarna hitam putih (Ayyad, 2011).

Dalam prinsip pengukuran SEM dikenal ada dua jenis elektron, yaitu elektron

primer dan elektron sekunder. Elektron primer merupakan elektron berenergi

tinggi yang dipancarkan dari sebuah katoda (Pt, Ni, W) yang dipanaskan. Katoda

yang biasa digunakan adalah tungsten (W) atau lanthanium hexaborida (LaB6).

Sedangkan elektron sekunder adalah elektron berenergi rendah yang dibebaskan

oleh atom pada permukaan. Atom akan membebaskan elektron sekunder setelah

ditembakkan oleh elektron primer. Elektron sekunder ini yang akan ditangkap

oleh detektor, dan mengubah sinyal tersebut menjadi suatu sinyal gambar. Bahan

konduktor yang biasa digunakan adalah perak, namun apabila dianalisis dalam

26

jangka waktu yang lama lebih baik menggunakan emas atau campuran emas dan

palladium. Hal ini dikarenakan emas merupakan logam yang bersifat inert

sehingga tidak turut bereaksi dengan sampel yang akan dianalisis (Mulder, 1996).

J. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh

suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar

ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar

tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran

menggunakan spektrofotometer melibatkan energi elektronik yang cukup besar

pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak

dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi dari analit

di dalam larutan sampel bisa ditentukan dengan mengukur absorbansi sinar oleh

sampel pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-

Beer (Rohman, 2007).

Adapun prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis yaitu cahaya yang berasal dari

lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis diteruskan melalui

lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada

fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis

menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang

tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat

dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap

(diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian

27

diterima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang

diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap

sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan

diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif dengan

membandingkan absorbansi sampel dan kurva standar (Rohman, 2007).

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017 sampai dengan bulan Mei 2017

di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung, analisis FT-IR (Shimadzu) dilakukan di

Universitas Negeri Padang (UNP), analisis PSA (Particle Size Analyzer)

(Beckman Coulter, Delsa TM Nano) dilakukan di Universitas Padjajaran

(UNPAD), analisis SEM (Scanning Electron Microscope) (LEO 420i)

dilaksanakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan di

Bandung, analisis Spektofotometri UV-Vis (Shimadzu UV 1800) dilaksanakan di

Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, pengaduk magnetik,

ultrasonikasi, evaporator, neraca analitik, SEM (Scanning Electron Microscope)

(LEO 420i), FT-IR (Shimadzu), PSA (Particle Size Analyzer) (Beckman Coulter,

Delsa TM Nano), spektofotometri UV-Vis (Shimadzu UV 1800), dan peralatan

gelas laboratorium.

29

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, poli asam

laktat (PAL), metanol, kloroform, diklorometana, obat ibuprofen, polivinil

alkohol (PVA), NaCl K2HPO4, KH2PO4, dan akuades.

C. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Mikropartikel Poli Asam Laktat

Pembuatan mikropartikel poli asam laktat dilakukan dengan cara menimbang poli

asam laktat sebanyak 10 gr didalam wadah. Kemudian ditambahkan kloroform

sebanyak 50 ml dan diaduk selama 2 jam sampai larutan homogen. Setelah itu,

ditambahkan 100 ml metanol setetes demi tetes ke dalam larutan homogen

dilanjutkan dengan pengadukan selama 3 jam dengan stirer untuk menghilangkan

pelarut organik. Emulsi yang terbentuk diultrasonikasi selama 15 menit.

Kemudian ditambahkan 50 ml aquades. Setelah itu, disaring menggunakan kertas

saring. Tahap selanjutnya dikeringkan dengan freeze dried.

2. Analisis Ukuran Partikel Poli Asam Laktat

Analisis ukuran partikel poli asam laktat dilakukan menggunakan instrumentasi

PSA (Particle Size Analyzer) untuk mengetahui distribusi ukuran partikelnya.

Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi air pada Wet

Dispersion Unit hingga indikator menunjukkan angka 10-12 (berwarna hijau).

30

3. Pembuatan Enkapsulasi Ibuprofen

Sebanyak 0,1 gram serbuk obat ibuprofen dicampurkan masing-masing ke dalam

15 ml larutan mikropartikel PAL 10 % dalam diklorometana. Setelah itu,

ditambahkan 50 ml PVA 0,5 % sambil diaduk dengan pengaduk magnetik selama

60 menit. Emulsi yang terbentuk dimasukkan kedalam 250 ml akuades sambil

diaduk dengan pengaduk magnetik selama 60 menit. Selanjutnya campuran

didekantasi hingga mikrosfer mikropartikel PAL terbentuk mengendap. Endapan

yang terbentuk dicuci dengan 300 ml akuades untuk menghilangkan PVA. Tahap

selanjutnya endapan mikrosfer disaring kemudian endapan mikrosfer yang didapat

dikeringkan dalam udara terbuka selama 24 jam dan dikeringkan dalam oven pada

suhu 40oC selama 60 menit. Dengan cara yang sama dibuat untuk konsentrasi

obat ibuprofen 0,25 gram dan 0,50 gram (Nurhayati, 2008).

4. Preparasi Uji Obat

A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Larutan obat (ibuprofen) dibuat dengan konsentrasi 10 ppm dalam larutan buffer

pH 7,4. Larutan tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan

spektrofotometer UV-Vis direntang panjang gelombang 210-240 nm. Pengukuran

panjang gelombang maksimum juga dilakukan pada larutan pH 1,2 dengan

perlakuan yang sama.

31

B. Penentuan Kurva Standar Obat

Larutan obat (ibuprofen) dibuat dengan berbagai konsentrasi. Ibuprofen

dilarutkan dalam larutan buffer pH 7,4 dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12

ppm. Kemudian larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang

maksimum yang diperoleh. Kemudian, dengan cara yang sama, dilakukan juga

pada pembuatan kurva standar dalam larutan pH 1,2.

5. Uji Efisiensi Enkapsulasi

Ditimbang 25 mg enkapsulasi ibuprofen dan digerus hingga halus kemudian

dilarutkan kedalam larutan buffer posfat pH 7,4 sebanyak 50 ml. Campuran

tersebut distirer selama 1 jam lalu disaring dan filtratnya diambil 5 ml dan

diencerkan 5 kali. Setelah itu filtrat dibaca adsorbansinya dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Nilai efisiensi

pengungkungan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Efisiensi Obat (%)=

[obat]mgL

×fp ×1g

1000 mg ×

1L1000mL

×a (g)b (g)

×V

Massa Obat (g) ×100%

Keterangan :

a : massa pengungkung yang diperoleh (gram)

b : massa pengungkung yang digunakan untuk efisiensi (gram)

fp : faktor pengenceran

V : volume buffer (mL)

32

6. Uji Disolusi Obat

Pengungkung obat yang akan diuji ditimbang sebanyak 0,2 gram kemudian

direndam dalam 500 ml larutan buffer pH 7,4 dan diaduk dengan magnetik stirer

selama 5 jam. Dilakukan pengambilan filtrat sampel setiap jam. Filtrat yang telah

diambil sebanyak 5 ml lalu diencerkan 10 kali dan diukur absorbansinya dengan

panjang gelombang maksimum ibuprofen dengan menggunakan spektrofotometer

UV-Vis (Depkes, 1995). Kemudian dilakukan hal yang sama pada larutan pH 1,2.

Obat yang lepas dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Obat Lepas (%)=

[obat]mgL

×fp ×1g

1000mg ×

1L1000mL

×V (mL)

Massa Pengungkung (g) ×100%

7. Analisis FT-IR

Gugus fungsi mikropartikel PAL dan enkapsulasi ibuprofen diketahui dengan

analisis FT-IR, dengan cara 0,2 mg sampel dicampur dengan 2 mg KBr dan

dibentuk menjadi pellet transparan. Pellet dari sampel kemudian dimasukkan ke

instrumen FT-IR dengan λ 4000-400 cm-1.

8. Analisis Morfologi

Beberapa miligram sampel dibekukan diatas permukaan alumunium hingga

kering. Selanjutnya dipercikan emas kedalam sampel selama 30 detik dengan alat

polaron, kemudian hasil ditampilkan dengan stereoscan. Morfologi sampel

diamati dengan Scanning Electron Microscope (SEM).

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Adapun simpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil analisis PSA ukuran partikel yaitu dengan rentang 0,19-2,42 µm dengan

persentase sebesar 90 %.

2. Hasil uji efisiensi menunjukkan sampel A(0,15) sebesar 28,74%, sampel

B(0,25) sebesar 42,4% dan sampel C(0,50) sebesar 59%.

3. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa enkapsulasi ibuprofen pada medium

pH 7,4 sebesar 15,3% dan pada pH 1,2 sebesar 13,7%.

4. Hasil SEM poliasam laktat yang diperoleh memiliki morfologi lembaran yang

padat, sedangkan mikropartikel poli asam laktat yang diperoleh memiliki

morfologi lembaran yang berongga dengan ukuran yang lebih halus.

5. Hasil SEM enkapsulasi ibuprofen yang diperoleh memiliki morfologi

berbentuk bulat dengan tonjolan halus yang tidak beraturan, menunjukkan

bahwa obat telah tersalut.

48

B. Saran

Adapun saran untuk penelitian berikutnya yaitu sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan variasi waktu dan kecepatan pengadukan pada saat

pembuatan mikropartikel poli asam laktat agar ukuran partikel yang didapat

lebih bervariasi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang enkapsulasi ibuprofen dengan

penyalut mikropartikel poli asam laktat agar mendapatkan nilai efisiensi yang

tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ankit, K., Kumar, SP., and Arunabha, B. 2011. Microencapsulation As A Novel

Drug Delivery System. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Vol 1.

Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 2002. AOAC International

methods committee guidelines for validation of qualitative and quantitative

food microbiological official methods of analysis. J. AOAC Int. 85:1–5.

Auras, R. 2002. Poly (Lactic Acid) Film as Food Packaging Mateials.

Environmental Coference. USA.

Ayyad, O. 2011. Novel Strategies The Synthesis of Metal Nanoparticles and

Nanostructure. (Thesis). Universitas de Barcelona. Barcelona.

Avérous, L., 2008. Polylactic Acid: Synthesis, Properties and Applications, dalam

Monomers, Polymers and Composites from Renewable Resources (Ed

Mohamed Naceur Belgacem dan Alessandro Gandini), 1st Editon, Chapter

21. Elsevier Ltd Amsterdam.

Babstov , V., Shapiro, Y., and Kvinitsky. 2002. Method of Microencapsulation.

US Patent. 6:932-984.

Billmeyer, F.W. 1984. Text Book of Polymer Science 3th Edition.Jhon Willey and

Sons,Inc.New York.

Bimbaum, DT., and Branno-Peppas. 2004. Microparticle Drug Delivery System

Di dalam: Drug Delivery System in Cancer Therapy. Totowa. Humana Pr.

Botelho, T., N,Teixira., and Aguiar. 2004. Polylactic Acid Production from Sugar

Molasses. International Patent WO 2004/057008 A1.

50

Buttini, F., Soltani, A., and Marriot, C. 2008. Multilayer PVA Adsorption Onto

Hydrophobic Drug Substrates to Engineer Drug-Rich Microparticles.

European J. of Pharmaceutical Sciences. 33:20-28.

Chau, D.Y., Agashi., and Shakesheff, K. 2008. Mikroparticles as Tissue

Engineering Scaffolds : Manufacture, Modofication, and Manipulation.

Materials Science and Technology. 24(9):1031-1044.

Cowd. 1991. Kimia Polimer. Harry Firman, penerjemah. ITB Press.

Bandung.Terjemahan dari: Polymer Chemistry.

Dagani, R. 1994. Mikrosphere Play Role in Medical. Sensoe Energy Space

Technologies. C&EN. Washington.

Day, R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.

Departemen Kesehata RI (Depkes). 1995. Farmakope Indonesia. Departemen

Kesehatan RI. Jakarta.

Dubey R., Shami TC., and Rao KUB. 2009. Microencapsulation Technology and

Application. Defence Sci J. 59(1):82-95.

Elfrida, J. 2012. Uji Efisiensi, Disolusi, Degradasi Secara In Vitro Dari

Mikroenkapsulasi Ibuprofen dengan Polipaduan Poli (AsamLaktat) dan

Polikaprolakton. (Skripsi). Universitas Indonesia.Depok.

Efrizal dan Salman.2007. Karakterisasi Fisikokimia dan Laju Disolusi Dispersi

Padat Ibuprofen dengan Pembawa Poli Etilen Glikol 6000.

(Skripsi).Universitas Andalas. Padang.

Fachrurrazie. 2012. Mikroenkapsulasi Ibuprofen Tersalut Poli (Asam Laktat)-

Lilin Lebah Dengan Pengemulsi Poli (Vinil Alkohol).(Skripsi). Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Ferreira, M. L. 2007. PLA Nano- and Microparticles For Drug Delivery: An

Overview of The Methods of Preparation. Macromol. Biosci. 7. 767–783.

Hasanah, S. 2009. Optimasi Pembuatan Mikrosfer Polipaduan Poliasamlaktat

Dengan Polikaprolakton. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

51

Hildayati, A. 2011. Efisiensi Mikroenkapsulasi dan Uji Disolusi Ibuprofen Secara

In Vitro dengan Penyalut Polipadua Poli(Asam Laktat) dan

Polikaprolaton.(Skripsi). Universitas Indonesia. Jakarta.

Hirsjarvi, S. 2008. Perparation and Ceharacterization of Poly(Lactic Acid)

Nanoparticles for Pharmaceutical Use. (Lecture). Divison of

Pharmaceutical Technology Faculty of Pharmacy University of Helsinki.

Finland.

Hsu, C.P.S. 1994. Infrared Spectroscopy. Handbook of Instrumental Techniques

for Analytical Chemistry.

Jain RA. 2000. The Manufacturing Techniques of Various Drug Loaded

Biodegradable Poly(lacticde-co-glycolide) (PLGA) Devices. Biomaterials.

21:2475-2490.

Jones R., Mulamula L., Swaminathan dan Raghaya D. 2004. Controlled Relaese

Of β -estradiol from Biodegradble Polymeric Microsphere. Mat.Res. Soc.

Symp. Proc. Vol 1.

Kemala T. 2010. Mikrosfer Polipaduan Poli(Asam Laktat) dengan Poli

(Ekaprolakton) Sebagai Pelepasan Terkendali Ibuprofen Secara In Vitro.

(Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Indonesia. Depok.

Khamanga, SM., Parfitt, N., Nyamuzhiwa., Haidula, H., and Walker, R. 2009.

The Evaluation of Eudragit Microcapsules Manufactured by Solvent

Evaporation Using USP Apparatus 1. Dissolution Technologies.

Koesnandar, F. 2004. Kimia Pangan Komponen Mikro. PT Dian Rakyat. Jakarta.

Kurniawati, D. 2012. Sintesis Nanopartikel Serat Kulit Rotan Dengan Metode

Ultrasonikasi. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lie, M., Rouaud, O., and Poncelet, D. Mikroencapsulation By Solvent

Evaporation : State Of The Art For Process Engineering Approaches.

Elvesier : International J. of Pharmacheutics 363:6 – 39.

Lieberman, H.A., Lachman., and Schwartz, J.B. 1990. Pharmaceutical Dosage

Forms: Tablet, Vol.3 2nd edition. Marcel Dekker Inc. New York.

52

Lista, AG. Palomeque, ME., and Band, BSF. 2006. A Fast Fluorimeric Flow

Injection Method to Determine Ibuprofen. J Braz Chem Soc. 17:1428-1431.

Lusi. 2016. Cara Mengetahui Ukuran Suatu Partikel. Diakses pada11 November

2016, Pukul 20.51.WIB.

http://nanotech.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=120

&catid=46&Itemid=6 &lang=in.

Markus,A., Linder,C. 1988. Advance in The Technology for Controlled Release

Pesticide Formulation, Mikcroencapsulation: Methods and Industrial

Application. 158: 55-77

Martien, R., Adhyatmika, I.,D, Irianto. 2012. Perkembangan Teknologi

Nanopartikel Sebagai Sistem Penghantaran Obat. Majalah Farmaseutik:

Vol 8.No.1.

Mohanraj, V.J., Chen Y. 2006. Nanoparticle Review. Tropical J. of

Pharmaceutical Research. 561-573.

Mulder, M. 1996. Basic Principle of Membrane Technology, 2nd Edition. Kluwer

Academic. Boston.

Nair, LS., and Laurencin, N. 2005. Polymers as Biomaterials for Tissue

Engineering and Controlled Drug Delivery. Adv.Biochem Engin/Biotechnol.

102:47-90.

Nakahira A, Nakamura S., and Horimoto M. 2007. Synthesis of Modified

Hydroxyapatite (HAP) Substitued with Fe Ion For DDS Aplication. IEEE

Transactions on Magnetic. 43(6).

Nugroho, D.W. 2012. Pengaruh Variasi pH Pada Sintesis Nanopartikel ZnO

Dengan Metode Sol-Gel. J. Prosiding Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Bahan. ISSN 1411-2213.

Nurhayati, L. 2007. Aplikasi Poli (Asam Laktat) Sebagai Mikrosfer Pengungkung

Obat Rematik. (Thesis). Institut Pertanian Bogor. Bandung.

Obeidat, WM. 2009. Recent patents review in microencapsulation of

pharmaceuticals using the emulsion solvent removal methods. Recent

Patents on Drug Delivery and Formulation. 3:178-192

53

Oktaviana, T. D. 2002. Pembuatan dan Analisa Film Bioplastik dari Kitosan

Hasil Iradiasi Kitin yang Berasal dari Kulit Kepiting Bakau (Scylla serata).

(Skripsi). Universitas Pancasila. Jakarta.

Park, K., Yeo, Y. 2002. Microencapsulation Technology Encyclopedia of

Pharmaceutical Technology. GEPT. 6(2):67-85.

Prihatiningsih, B. 2008. Mikroenkapsulasi Ibuprofen Dengan Penyalut Poli(Asam

Laktat). (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ray, S.S., and Okamoto, M. 2003. Biodegradable Polylactide and Its

Nanocomposite: Opening a New Dimension for Plastics and Composites,

Advenced Polymeric Material Engineering. Toyota Technological Institute.

Nagoya Jepang.

Reynolds, JE. 1989. Martindale: The Extra Pharmacopeia Ed.29. Pharmaceutical

Pr. London.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta. Penerbit

Pustaka Pelajar. P. 255.

Rusli, P.R. 2011. Pembuatan dan Karakterisasi Nanopartikel Titanium Dioksida

Fasa Anatase dengan Metode Sol Gel (Skripsi). Universitas Medan. Medan.

Sachan, NK., Singh B., and Rao KR. 2006. Controlled Drug Delivery Through

Microencapsulation. Malaysian Journal of Pharmaceutical Sciences. Vol 1 ,

No.1:65-81.

Saifullah, Suprapto, dan Iriawan. 2007. Optimasi Kombinasi Matriks

Hydroxypropyl Methylcellulose dan Xanthan Gum untuk Formula Tablet

Kaptopril Lepas Lambat dengan Sistem Floating. Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Saputro, D. 2012. Pembuatan dan Karakterisasi Plastik Ramah Lingkungan Dari

Campuran Polistirena-Poli Asam Laktat. (Skripsi). Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung.

Shargel, L., and Yu, A.B.C. 2005. Biofarmasetika and Farmako Kinetika Terapan

Edisi II. Airlangga Universitas Press. Jakarta.

54

Silverstein, R., Webster, F., and Kiemle, D. 1986. Spectrometric Identification of

Organic Compous 7th Ed. State University of New York.

Sinuhaji, MP. 2012. Pelepasan Ibuprofen Dari Mikrokapsul Tersalut Paduan

Lilin Lebah dan Poli Asam Laktat Secara In Vitro. (Skripsi). Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutriyo, Djajadisastra J., dan Novitasari A., 2004. Mikroenkapsulasi Propranolol

Hidroklorida dengan Penyalut Etil Selulosa Menggunakan Metode

Penguapan Pelarut, Ilmu Kefarmasian, 1(2): 93-101.

Syah Johan, A. 2008. Mengenal Polylactic Acid dalam Majalah Sentra Polimer

Tahun VII Nomor 27. Jakarta.

Triastuti, W.A., dan Sumarno. 2010. Pembuatan Mikropartikel Komposit Active

Pharmateutical Ingredients (API)-Polimer Menggunakan Karbondioksida

Superkritis. (Tesis). Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Wicaksono, Y. 2006. Pengembangan Sediaan Lepas Lambat Na Diklofenak

Berbasis Etilselulosa. J. Ilmu Dasar. 7(2):170-176.

Widiarto, S. 2009. Modifikasi Plastik Ramah Lingkungan dari Campuran Pati

Sagu-Polivinil Alkohol Dengan Penambahan Glutaraldehid. Laporan

Penelitian Pengembangan Diri Proyek HEDS. Lampung.

Yadav, Hemant K.S., Nagavarma BV., Ayaz A., Vasudha L.S., and Shivakumar

H.G. 2012. (Review Articles) Different Techniques For Preparation of

Polymeric Nanoparticles. Asian J. of Pharmaceutical and Clinicla

Research. Vol 5:16-23.

Yeo Y., and Park K. 2004. Control of Encapsulation Efficiency and Initial Burst

ini Polymeric Microparticle System. Archives of Pharmacal Research.

27(1):1-12.