pembuatan etanol dari nira siwalan (borassus...
TRANSCRIPT
1
Abstrak—Produksi bioethanol untuk mengatasi semakin
langkanya bahan bakar minyak berbasis fosil terus
berkembang. Jika ditinjau dari berbagai aspek ternyata nira
siwalan merupakan salah sati bahan baku yang potensial
dalam memproduksi bioethanol. Dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan yield etanol dari nira siwalan ini, dilakukan
proses fermentasi ekstraktif secara kontinyu. Penelitian
produksi etanol dari nira siwalan ini dilakukan dengan
mengombinasikan proses fermentasi secara immobilisasi sel
dalam packed bed bioreactor dan proses ekstraksi dengan
menggunakan pelarut n-amyl alcohol. Mikroorganisme yang
digunakan ialah Zymomonas mobilis A3 dan Saccharomyces
cerevisiae untuk membandingkan kemampuan keduanya
dalam mengubah nira siwalan menjadi etanol. Selain itu juga
digunakan beberapa rasio recycle yang mengembalikan rafinat
ke fermentor untuk mengembalikan gula yang tersisa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam produksi etanol dari
nira siwalantanpa recycle, produktivitas dan yield terbaik yang
dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisiae. Sedangkan bila
menggunakan recycle, produktivitas dan yield terbaik
dihasilkan oleh Zymomonas mobilis A3 dengan rasio recycle
50%.
Kata Kunci— Etanol, fermentasi ekstraktif, immobilisasi sel,
nira siwalan, yield, Zymomonas mobilis termutasi
I. PENDAHULUAN
ira siwalan (Borassus flabellifer L) merupakan bahan
baku yang cukup potensial diantaranya karena
jumlahnya melimpah di Indonesia yaitu pohon yang dapat
tumbuh di banyak daerah dengan produktivitas yang cukup
tinggi, kandungan gula di dalamnya sekitar 10%-20% yang
merupakan kadar gula optimum dalam proses pebuatan
bioethanol dengan fermentasi, serta pemanfaatannya yang
masih digunakan hanya untuk bahn baku gula(bukan bahan
pangan pokok) dan minuman tuak(legen). Nira siwalan
banyak tersedia di Tuban(Jawa Timur). Adapun nira siwalan
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Lamongan
(Jawa Timur).
Fermentasi pada umumnya menggunakan proses batch.
Pada proses batch, kadar dan produktivitas etanol yang
dihasilkan rendah karena adanya inhibisi dari etanol yang
terbentuk pada fermentor akan meracuni mikroorganisme
yang berperan dalam pembentukan etanol itu sendiri.
Adanya inhibisi etanol akan menurunkan secara perlahan-
lahan dan bahkan dapat menghentikan pertumbuhan serta
produksi dari mikroorganisme [1]. Saat konsentrasi etanol
dari fermentasi broth mencapai 12% (v/v) pertumbuhan
spesifik mikroorganisme dan rate spesifik mikroorganisme
akan menurun, densitas sel dalam fermentor yang ada akan
menjadi rendah sehingga banyak larutan gula yang tidak
terfermentasi dengan sempurna. Fermentasi kontinyu adalah
solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan laju
produksi etanol [2]. Salah satu teknik fermentasi kontinyu
yang paling sering digunakan adalah teknik immobilisasi sel
dalam packed bed bioreaktor. Fermentasi ekstraktif adalah
suatu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi
inhibisi dari etanol, dimana etanol itu sendiri akan segera
dipisahkan dari broth ketika proses fermentasi itu
berlangsung. Pada fermentasi ekstraktif secara kontinyu,
masih terdapat banyak gula pada substrat yang belum
terkonversi menjadi etanol karena waktu tinggal dalam
fermentor yang relatif singkat, sehingga adanya recycle dari
rafinat yang dikembalikan ke fermentor akan dapat
meningkatkan yield dan produktivitas etanol.
Proses fermentasi dilakukan terpadu dengan proses
ekstraksi yang diharapkan mampu mengurangi beban energi
saat melakukan proses distilasi. Untuk melakukan proses
ekstraksi perlu digunakan pelarut yang baik dalam
purifikasinya. Alkohol adalah salah satu kelas solven yang
lebih baik. Pemilihan pelarut pada proses ekstraksi etanol
dari broth sintetis dan broth fermentasi dengan
menggunakan pelarut n-amil alkohol, 1-dodekanol, dan 1-
oktanol pada packed column ekstraktor menunjukkan hasil
bahwa performa solven untuk ekstraksi yang paling baik
adalah pelarut n-amil alkohol [3].
Ada beberapa karakteristik mikroorganisme yang
digunakan untuk fermentasi antara lain mempunyai
kemampuan tumbuh dan berkembang biak dengan cepat
dalam substrat yang sesuai, dapat menghasilkan enzim
dengan cepat untuk mengubah glukosa menjadi alkohol,
mempunyai daya fermentasi yang tinggi terhadap glukosa,
fruktosa, galaktosa dan maltosa, mempunyai daya tahan
dalam lingkungan di kadar alkohol yang relatif tinggi, serta
tahan terhadap mikroba lain. Dalam proses fermentasi untuk
menghasilkan etanol salah satunya dapat memakai ragi roti
(Saccharomyces cerevisiae) [4] dan Zymomonas mobilis
adalah kandidat mikroorganisme yang terbaik untuk industri
alkohol [5].
Penelitian ini mengenai proses fermentasi-ekstraktif yang
dilakukan secara kontinyu dan terpadu dalam reaktor
packed bed (fermentor) menggunakan teknik imobilisasi sel
Pembuatan Etanol Dari Nira Siwalan (Borassus
flabellifer L) Dengan Proses Fermentasi Ekstraktif
Secara Immobilisasi Sel Dalam Packed Bed
Bioreactor
Astuti Lisa Wardany, Azlina Tyara Putri, Tontowi Ismail, Tri Widjaja
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected]
N
2
pada κ-karaginan sebagai supporting matrice, dengan teknik
recycle dari rafinat yang keluar dari ekstraktor ke fermentor
sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas
etanol dan yield etanol yang tinggi.
II. METODE PENELITIAN
Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan antara lain: nira siwalan,
fermipan, Zymomonas mobilis termutasi, PDA, ҡ-karaginan
(merk Fluka), KH2PO4, (NH4)2SO4, MgSO4.7H2O, KCl,
NaCl, NaK-tartrat, Na-metabisulfit, glukosa, DNS,
aquadest,dan n-amyl alcohol.
Sedangkan peralatan yang ialah: bioreaktor packed bed,
pompa peristaltic, spektrofotometer, Gas Chromatography
(GC), inkubator shaker, autoclave, analytical balance, hot
plate, stirrer, Erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, kawat
ose, corong pemisah, labu ukur serta kolom ekstraktor.
Kondisi operasi dan dimensi peralatan penelitian yang
digunakan seperti pada tabel berikut:
Tabel 1. Kondisi Operasi dan Dimensi Peralatan Penelitian
Keterangan Kondisi Operasi
Proses Fermentasi kontinyu
Konsentrasi Glukosa
pH
Suhu
152,3284028 g/L (15%)
4-5
29-30°C (suhu ruangan)
Carrier immobilisasi қ-karaginan
Berat bead 250 gram
Konsentrasi қ-karaginan 2%
Laju alir feed 10 mL/menit
Laju alir pelarut 20 mL/menit
Dillution rate 2,45 jam-1
Recycle ratio tanpa recycle, 50% dan
60%
Periode pengambilan sample 6 jam selama 90 jam
Fermentor
Tipe Packed bed
Volume liquid dalam reaktor 245 mL
Volume bead dalam reaktor 314 mL
Tinggi Reaktor 52 cm
Diameter Reaktor 3,7 cm
Kolom Ekstraksi
Tinggi 45 cm
Diameter 3,2 cm
Diameter Packing 2,5 cm
Tinggi Packing dalam kolom 35 cm
Pretreatment Nira Siwalan.
Pretreatment nira siwalan dilakukan dengan jalan
memanaskan nira pada suhu 80oC selama 20 menit,
kemudian mendinginkannya hingga suhu ruangan.
Kemudian disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu
121oC dan tekanan 15 psia selama 15 menit, kemudian
mendinginkannya hingga suhu ruangan. Lalu menambahkan
5,19 g (NH4)2SO4 , KH2PO4 1,53 g, MgSO4.7H2O 0.55 gram
sebagai media nutrisi [6].
Pengembangan Kultur Untuk membiakkan Saccharomyces cerevisiae
langkah pertama yang perlu disiapkan adalah nira siwalan
sebanyak 100 mL dalam erlenmeyer lalu dipanaskan hingga
suhunya 800C selama 10 menit lalu mendinginkan hingga
suhunya 300C. Lalu nira siwalan ditambah dengan media
nutrisi (1 g (NH4)2SO4, KH2PO4 1 g, MgSO4.7H2O 0.5
gram, yeast ekstrak 10 gram)[7]. Sebanyak 3 gram fermipan
ditimbang di neraca analitik kemudian dimasukkan ke
dalam 100 mL nira siwalan. Setelah nira siwalan dan
fermipan tercampur, erlemeyer tersebut diinkubasi dalam
incubator shaker pada suhu 36oC selama 15 jam. Sedangkan
untuk Zymomonas mobilis termutasi dilakukan dengan jalan
menggoreskannya secara zig-zag pada media PDA (Potato
Dextrose Agar) yang miring pada tabung reaksi. Kemudian
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35oC .
Pembuatan Starter dan Immobilisasi Sel
Sebelum proses fermentasi dan ekstraksi dilakukan,
starter pelu dibuat dan sel diimobilisasikan terlebih dahulu.
Langkah yang dilakukan ialah mengambil biakan
Zymomonas mobilis termutasi dengan kawat ose steril pada
biakan agar miring yang telah diinokulasikan. Menanamkan
biakan tersebut sebanyak 5 ose ke dalam 100 mL nira
ditambah media nutrisi (1 g (NH4)2SO4, KH2PO4 1 g,
MgSO4.7H2O 0.5 gram, yeast ekstrak 10 gram). Proses ini
disebut pembuatan starter. Kemudian membiakkan dalam
inkubator shaker pada suhu 300C selama 15 jam.
Melarutkan 10 gram karaginan dalam 450 mL aquadest,
kemudian memanaskannya pada suhu 700C sampai mulai
terbentuk gel (pemanasan selama 15 menit). Mendinginkan
larutan Karaginan hingga suhu 500C. Mencampur 50 ml
starter dengan 450 ml larutan karaginan sehingga
konsentrasi larutan campuran menjadi 2%. 50 mL larutan
campuran tersebut dicetak dalam 1000 mL larutan KCl
3,5%, hingga terbentuk bead yang diinginkan. Bead tersebut
mengeras dalam waktu 15 menit. Mencuci bead dengan
larutan NaCl 0,85%. Untuk meningkatkan pertumbuhan sel,
bead dimasukkan dalam production medium (nira untuk
feed) kemudian diinkubasi di dalam inkubator shaker
selama 24 jam. Bead disimpan pada temperatur 4oC sampai
sel digunakan.
Proses Fermentasi Ekstraktif
Pertama kali yang dilakukan ialah bead immobilisasi sel
dimasukkan dalam fermentor. Nira steril dialirkan dengan
pompa peristaltik ke dalam fermentor (bioreaktor packed
bed), dan aliran keluar dari fermentor dialirkan ke
ekstraktor. Mengalirkan n-amyl alcohol yang digunakan
sebagai pelarut ke dalam packed column secara counter-
current. Rafinat dari kolom ekstaktor ditampung lalu
dialirkan ke ekstraktor, untuk fermentasi ekstraktif tanpa
recycle. Sedangkan untuk yang direcycle, rafinat yang
ditampung dipompakan kembali ke dalam fermentor dengan
rasio recycle terhadap feed sebesar 50% dan 60%.
Mengambil sample hasil fermentasi (broth), ekstrak, dan
rafinat sebagai sampel setiap 6 jam selama 90 jam.
Menganalisa kadar glukosa sisa pada sample (broth) dengan
metode DNS. Menganalisa kadar etanol hasil ekstrak
dengan metode GC.
III.HASIL DAN DISKUSI
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas etanol dan yield yang dihasilkan proses
fermentasi kontinyu dan ekstraksi secara terintegrasi
menggunakan Zymomonas mobilis termutasi dan
Saccharomyces cerevisiae (fermipan) yang diimmobilisasi.
3
Immobilisasi ini merupakan metode penjebakan
(entrapment) dalam matriks berpori yaitu қ-karaginan.
Bahan baku yang digunakan adalah nira siwalan dengan
konsentrasi gula reduksi total sebesar 15%. Immobilisasi sel
қ-karaginan diawali dengan pembuatan carrier қ-karaginan
yang dicetak dalam bentuk bead (bulatan-bulatan kecil)
dengan ukuran diameter 2 mm dengan konsentrasi қ-
karaginan sebesar 2%. Dengan ukuran bead yang kecil
diharapkan dapat meningkatkan luas permukaan kontak
antara solid-liquid per unit volume bioreactor[8]. Proses ini
dilakukan secara terintegrasi dengan adanya sistem recycle
dari rafinat. Proses fermentasi kontinyu dalam packed bed
Bioreactor dilakukan dengan jalan mengalirkan feed steril
ke dalam fermentor selama 90 jam dengan dillution rate
2,45 jam-1 dan dilanjutkan dengan recycle dengan rasio 50%
dan 60%.
Percobaan fermentasi kontinyu diawali dengan set up alat
fermentor yang kemudian sel yang diimmobilisasi
dimasukkan ke dalam kolom fermentor tersebut. Sebelum
percobaan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran
kadar glukosa dalam nira siwalan dengan menggunakan
metode DNS (asam 3,5-dinitrosalisilat) dan didapatkan
kadar glukosa sebesar 1350,825 g/L. Untuk memperoleh
kadar glukosa pada feed sebesar 15% nira siwalan
ditambahkan aquadest hingga volumenya 1 liter. Feed yang
sudah steril kemudian diumpankan melalui bagian bawah
fermentor secara kontinyu.
Larutan effluent overflow dari titik keluaran di bagian atas
bioreaktor Packed bed. Untuk mencegah agar bead tidak
terikut keluar, bead ditahan dengan kawat jaring penahan
dengan diameter yang kecil di bagian atas fermentor dan
bagian bawah fermentor juga diberi kawat jaring penyangga
agar penyaring tidak bergeser. Broth dari fermentor diambil
setiap 6 jam selama 90 jam. Setelah 90 jam, broth dialirkan
ke dalam kolom ekstraksi dan dibiarkan untuk memenuhi ¾
dari kolom. Selanjutnya broth dalam kolom ekstraksi
dikontakkan dengan solven yang dialirkan secara
countercurrent. Solven yang digunakan dalam penelitian ini
adalah N - amyl alcohol dengan rate 20 mL/menit. N – amyl
alcohol merupakan alkohol dengan jumlah atom C5, dimana
alkohol dengan atom C1-C10 dapat bersifat toksik terhadap
mikroorganisme fermentasi[9]. Namun n-amyl alcohol tetap
digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi ini sebab
dapat melakukan proses purifikasi etanol hasil fermentasi
dengan lebih baik dibandingkan solven yang lain[10].
Gambar 3 merupakan grafik konsentrasi gula reduksi sisa
yang difermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae.Pada
percobaan dengan recycle 50% mulai menampakkan
konsentrasi gula sisa yang lebih stabil yang menandakan
bahwa Saccharomyces cerevisiae mulai mampu beradaptasi
terhadap substrat dan kondisi yang diberikan. Saat
dilakukan recycle sebesar 60%, penurunan konsentrasi gula
sisa tampak cenderung lebih stabil yang menandakan bahwa
Saccharomyces cerevisiae telah mampu beradaptasi dengan
subtrat yang diberikan. Kadar gula sisa yang cenderung
turun namun pada jam-jam tertentu meningkat kembali dan
begitu seterusnya, diperkirakan terjadi karena packed bed
bioreactor ini bersifat kontinyu sehingga feed yang masuk
selalu dalam keadaan baru.
Sedangkan pada gambar 4 kestabilan konsentrasi gula
sisa dicapai pada recycle 60% oleh Zymomonas mobilis.
Kondisi steady state mulai dicapai pada sampel ke-8
Gambar 1. Set-Up Peralatan Fermentasi-Ekstraktif Kontinyu Terpadu
dalam Reactor Packed-Bed Tanpa Recycle
Gambar 2. Set-Up Peralatan Fermentasi-Ekstraktif Kontinyu Terpadu
dalam Reactor Packed-Bed Dengan Recycle
Gambar 3. Grafik Konsentrasi Gula Sisa terhadap Waktu Pengambilan
Sample menggunakan Saccharomyces cerevisiae
Gambar 4. Grafik Konsentrasi Gula Sisa terhadap Waktu Pengambilan
Sample menggunakan Zymomonas mobilis A3
4
(t=48jam). Hal ini disebabkan Zymomonas mobilis A3
termutasi telah dapat beradaptasi dengan substrat sehingga
etanol yang dihasilkan relatif stabil pula. Penurunan
konsentrasi gula reduksi ini disebabkan karena performa
bead yang mulai menurun sehingga difusi substrat tidak
optimum dan kadar gula reduksi residu mengalami kondisi
fluktuatif[11]. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh
Zymomonas mobilis termutasi dibandingkan dengan
Saccharomyces cerevisiae, yaitu antara lain yield etanol
yang dihasilkan akan lebih tinggi dan waktu yang lebih
singkat, produksi biomassa yang lebih rendah, toleransi
etanol lebih tinggi selama proses fermentasi berlangsung,
tidak perlu mengontrol kelebihan oksigen selama proses
fermentasi [12].
Pengaruh Jenis Mikroba dan Rasio Recycle terhadap
Konsentrasi Etanol yang Dihasilkan
Pada penelitian ini dilakukan proses fermentasi ekstraktif
terpadu dimana untuk proses fermentasi dilakukan selama
90 jam dan setelah 90 jam effluent dari fermentor dialirkan
ke kolom ekstraksi. Untuk pengambilan sampel ekstraksi ini
dilakukan di tiga titik yaitu effluent fermentor, rafinat dan
ekstrak.
Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa konsentrasi
etanol yang dihasilkan oleh Zymomonas mobilis termutasi
pada berbagai variabel rasio recycle lebih baik
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh Saccharomyces
cerevisiae. Pada kondisi tanpa recycle, etanol yang
dihasilkan oleh Zymomonas mobilis termutasi ialah sebesar
9,26 g/L sedangkan yang dihasilkan oleh Saccharomyces
cerevisiae sebesar 7,07 g/L. Pada rasio recycle 50%
Zymomonas mobilis termutasi mampu menghasilkan
konsentrasi etanol sebesar 43,83 g/L sedangkan
Saccharomyces cerevisiae hanya mampu menghasilkan
konsentrasi etanol sebesar 25,98 g/L. Dan pada kondisi
rasio recycle 60%, terjadi penurunan konsentrasi etanol
yang dihasilkan oleh Zymomonas mobilis termutasi yaitu
sebesar 38,78 g/L, sedangkan Saccharomyces cerevisiae
hanya mampu menghasilkan konsentrasi etanol sebesar 4,37
g/L, bahkan lebih rendah dibandingkan kinerjanya bila tidak
direcycle.
Setelah dilakukan recycle dengan rasio 50% konsentrasi
etanol yang dihasilkan oleh kedua mikroorganisme
meningkat. Hal ini dikarenakan gula yang masih tersisa di
dalam rafinat dikembalikan lagi ke dalam fermentor,
sehingga lebih banyak gula yang bisa dikonversikan
menjadi etanol. Namun saat dilakukan rasio recycle 60%,
malah terjadi penurunan konsentrasi etanol yang dihasilkan.
Penambahan substrat gula pada proses fermentasi memang
dapat meningkatkan konsentrasi etanol yang dihasilkan,
namun bila dilakukan penambahan substrat gula terus
menerus hingga melampaui konsentrasi gula kritisnya,
malah akan menurunkan konsentrasi etanol yang dihasilkan.
Menurunnya konsentrasi ini disebabkan oleh substrat yang
bersifat inhibitor, menghambat kinerja mikroba selama
proses fermentasi[13]. Selain itu hal ini juga disebabkan
oleh rafinat yang dikembalikan ke dalam fermentor. Tujuan
recycle ini ialah untuk mengembalikan gula ke dalam
fermentor untuk difermentasi kembali, namun tidak
menutup kemungkinan terdapat solven n-amyl alcohol yang
terdapat di rafinat ikut masuk ke dalam fermentor, sehingga
menjadi racun yang menghambat kinerja mikroba. Solven n-
amyl alcohol merupakan alkohol dengan jumlah atom C5,
dimana untuk alkohol dengan jumlah atom C1-C10
merupakan solven yang bersifat racun terhadap
mikroorganisme[14].
Pengaruh Jenis Mikroba dan Rasio Recycle terhadap Yield
dan Produktivitas Etanol yang Dihasilkan
Gambar 6 dan 7 menunjukkan pengaruh rasio recycle
dan kinerja mikroba terhadap yield dan produktivitas etanol
yang dihasilkan. Dari gambar 6 dan 7 di atas tampak bahwa
saat tidak dilakukan recycle rafinat, hasil yield dan
produktivitas etanol dari Saccharomyces cerevisiae lebih
baik dibandingkan yang dihasilkan oleh Zymomonas mobilis
A3. Hasil yang dicapai yaitu sebesar 5,33 % dan 17,31
g/L.jam. Namun yield dan produktivitas optimum terjadi
pada rasio recycle 50% sebesar 33,63% dan 161,02 g/L.jam
dengan Zymomonas mobilis A3. Dan saat rasio recycle
dinaikkan menjadi 60 %, hasil yield dan produktivitas dari
Gambar 5. Grafik Pengaruh Rasio Recycle dan Masing-Masing Mikroba
terhadap Konsentrasi Etanol
Gambar 7. Grafik Pengaruh Rasio Recycle dan Masing-Masing Mikroba
terhadap Yield Etanol
Gambar 6. Grafik Pengaruh Rasio Recycle dan Masing-Masing Mikroba
terhadap Produktivitas Etanol
5
kedua mikroba menurun, namun Zymomonas mobilis A3
tetap memberikan hasil yang lebih baik yaitu sebesar
25,35% dan 151,97 g/L.jam.
Pada saat tidak dilakukan recycle mikroba
Saccharomyces cerevisiae memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan Zymomonas mobilis A3 disebabkan oleh
tidak ada solven yang terlarut di dalam rafinat yang masuk
ke dalam fermentor. Sebab sifat Saccharomyces cerevisiae
lebih tidak tahan terhadap alkohol dibandingkan
Zymomonas mobilis A3. Kemudian terjadi peningkatan yield
dan produktivitas yang signifikan setelah recycle, terutama
tampak pada hasil yield dan produktivitas yang diberikan
oleh Zymomnas mobilis A3, disebabkan karena adanya
recycle gula yang ada di rafinat dikembalikan ke dalam feed
sehingga menyebakan gula yang terdapat di fermentor
semakin banyak dan gula yang terkonversi menjadi etanol
semakin banyak pula. Sedangkan pada recycle 60% terjadi
penurunan yield dan produktivitas etanol, terutama yang
ditunjukkan oleh Saccharomyces cerevisiae yang bahkan
hasil yield dan produktivitasnya menjadi lebih rendah
dibandingkan yang dihasilkan Saccharomyces cerevisiae itu
sendiri bila tanpa recycle.
Salah satu hal yang mempengaruhi produktivitas
etanol dari penelitian ini adalah konsentrasi dan dillution
rate. Dengan adanya rasio recycle dalam penelitian ini,
nantinya diharapkan flowrate yang masuk ke fermentor
semakin besar sehingga dillution ratenya juga semakin
besar. Untuk recycle 60% didapatkan hasil yang lebih kecil
daripada recycle 50%. Hal ini dikarenakan pada recycle
60% diperoleh kadar etanol yang kecil, meskipun memiliki
dillution rate yang besar yaitu 3,92 jam-1. Ketika flowrate
dinaikkan dengan tujuan meningkatkan dillution rate maka
akan terjadi backpressure yang disebabkan oleh adanya gas
CO2 dalam reaktor, sehingga hal ini dapat menghambat laju
alir flowrate yang masuk ke fermentor.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini ialah proses fermentasi
ekstraktif secara kontinyu tanpa recycle menggunakan
Saccharomyces cerevisiae memberikan hasil produktivitas
dan yield etanol yang lebih baik jika dibandingkan dengan
Zymomonas mobilis termutasi yaitu masing-masing sebesar
17,31 g/L.jam dan 5,33%. Sedangkan produktivitas dan
yield etanol dengan proses fermentasi kontinyu dan
ekstraksi secara terintegrasi dengan recycle 50% dari
rafinat menggunakan Zymomonas mobilis termutasi adalah
yang terbaikyaitu 161,02 g/L.jam dan 33,63%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis A.L. dan A.T. mengucapkan terima kasih kepada
Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan
dukungan finansial melalui Dana Hibah Penelitian tahun
2012-2013.
DAFTAR PUSTAKA [1] Minier, M, Goma,G. 1982. Ethanol Production by Extractive
Fermentation, Biotechnology and Bioengineering, John wiley &
5ons, Inc.
[2] Cheng, H.C., Wang, F.S., 2008. Optimal biocompatible solvent design
for a two-stage extractive fermentation process with cell recycling.
Computers and Chemical Engineering 32: 1385–1396
[3] Widjaja, T., Altway, A., Purwantiningsih, I., Praba, A., 2012. Liquid-
liquid Extraction to Separate Ethanol from Synthetic Broth Using n-
Amyl Alcohol and 1-Dodecanol as Solvent in Packed Column.
International Review of Chemical Engineering (I.RE.CH.E.). Vol. 4.
N.6
[4] Barros, M.R.A., J.M.S Cabra dan J.M.Novais, 1986, Production
Ethanol by Immobilized Saccharomyces Bayanus in an extractive
Fermentation System, Biotechnology and Bioengineering Vol XXIX
hal 1097-1104.
[5] Gunasekaran, P. dan Raj, K.C. 1999. Fermentation Technology-
Zymomonas mobilis, Departement of Microbial Technology, School
of Biological Sciences, Mandurai Kamaraj University: India.
[6] Cazetta, M.L., Celligoi, M.A.P.C., Buzato, J.B., dan Scarmino, I.S.
2007. Fermentation of Molasses by Zymomonas mobilis : Effects of
Temperature and Sugar Concentration on Ethanol Production,
Science Direct Elsevier, Bioresource Technology 98, 2824-2828.
[7] Goksungur, Y. dan Zorlu, N. 2000. Production of Ethanol From Beet
Molasses by Ca-Alginate Immobilized Yeast Cells in a Packed-Bed
Bioreactor, Turk J Biol, 25, 265-275.
[8] Margaritis, A., Bajpai, Pramod K., dan Wallace, J. Blair. 1981. High
Ethanol Productivities Using Small Ca-Alginate Beads of
Immobilized Cells of Zymomonas Mobilis, Biotechnology Letters,
Vol.3, 11, 613-618.
[9] Offemen,D., Richard, K.Stephenson, Serena, Franqui, Diana, L.Cline,
Jessica. 2008. Extraction of ethanol with higher alcohol aolvents and
their toxicity to Yeast, New York: Elsevier Scientific Publishing
Company, Asterdam-Oxford.
[10] Widjaja, T., Altway, A., Purwantiningsih, I., Praba, A., 2012. Liquid-
liquid Extraction to Separate Ethanol from Synthetic Broth Using n-
Amyl Alcohol and 1-Dodecanol as Solvent in Packed Column.
International Review of Chemical Engineering (I.RE.CH.E.). Vol. 4.
N.6
[11] Barros, M.R.A., J.M.S Cabra dan J.M.Novais, 1986, Production
Ethanol by Immobilized Saccharomyces Bayanus in an extractive
Fermentation System, Biotechnology and Bioengineering Vol XXIX
hal 1097-1104.
[12] Bai, J.W., Anderson, W.A., and Moo-Young, M., 2008, Research
review paper: Ethanol fermentation technologies from sugar and
starch feedstocks, Biotechnology Advances 26, 89–105.
[13] Goksungur, Y. dan Zorlu, N. 2000. Production of Ethanol From Beet
Molasses by Ca-Alginate Immobilized Yeast Cells in a Packed-Bed
Bioreactor, Turk J Biol, 25, 265-275.
[14] Offemen,D., Richard, K.Stephenson, Serena, Franqui, Diana, L.Cline,
Jessica. 2008. Extraction of ethanol with higher alcohol aolvents and
their toxicity to Yeast, New York: Elsevier Scientific Publishing
Company, Asterdam-Oxford.
[15] Alfena, Chrisnawati, Rosa. S., 2009, Produksi Etanol Menggunakan
Mutan Zymomonas mobilis Yang Dimutasi Dengan Hydroxylamine.
Undergraduate Theses of Chemistry Department, Sepuluh Nopember
Institute of Technology, RSKi 661.82.
[16] Bailey, J. E., dan Ollis, D. F., 1986, Biochemical Engineering
Fundamentals, Mc Graw-Hill Inc, New York.
[17] Bila Sabrina Haisya, N., Dwi Utama, B., Cahyo Edy, R., dan Metalika
Aprilia, H., 2011. The Potential of Developing Siwalan Palm Sugar
(Borassus flabellifer Linn.) as One of the Bioethanol Sources to
Overcome Energy Crisis Problem in Indonesia, 2nd International
Conference on Environmental Engineering and Applications IPCBEE
vol.17 (2011) © (2011) IACSIT Press, Singapore
[18] Kollerup,F., Daugulis, A., The Canadian Journal of Chemical
Engineering Volume 64, Issue 4, pages 598–606, August 1986
[19] Putra, Surya Rosa .2008. Produksi Etanol menggunakan Mutan
Zymomonas mobilis yang Dimutasi dengan
Hydroxylamine.Surabaya:Kimia FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
[20] Widjaja, T., Ismail, T., Humaidah, N,. 2011. A Study of Ethanol
Production Applying Immobilization Technique Using Z. Mobilis A3
and S. Cerevisiae. International Journal of Academic Research. Vol 3,
No.6 November 2011, 159-163.
[21] Tripetchkul, S., Tonokawa, M., Ishizaki, A. 1992. Ethanol Production
by Zymomonas mobilis using Natural Rubber Waste as a Nutritional
Source, Science Direct Elsevier, Journal of Fermentation and
Bioengineering 74, 384-388.
[22] Widjaja, T., Soeprijanto, Altway, A., Gunawan, S., Darmawan,R,.
2011. Ethanol Production From Molasses Using Immobilized Cells
Ca-Alginate and K-Carrageenan By Mutation Zymomonas Mobilis In
A Packed Bed Bioreactor. International Journal of Academic
Research. Vol 2 No.6 November 2010, 30-34.
[23] Ullmann’s. 2003, Encyclopedia of Industrial Chemistry.Vol. 12. Ed.
6. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co FgaA.