pemberian tindakan alih baring terhadap...

92
PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA ASUHAN KEPERAWATAN AN. A DENGAN MENINGITIS DI RUANG MELATI 2 RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Disusun oleh : ANTONIUS RANGGA L NIM P.12 070 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: hangoc

Post on 01-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP KEJADIAN

DEKUBITUS PADA ASUHAN KEPERAWATAN AN. A

DENGAN MENINGITIS DI RUANG MELATI 2

RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Disusun oleh :

ANTONIUS RANGGA L

NIM P.12 070

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

i

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP KEJADIAN

DEKUBITUS PADA ASUHAN KEPERAWATAN AN. A

DENGAN MENINGITIS DI RUANG MELATI 2

RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun oleh :

ANTONIUS RANGGA L

NIM P.12 070

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Antonius Rangga L

NIM : P.12 070

Program Studi : D III Keperawatan

Judul Karya Tulis : “Pemberian tindakan alih baring terhadap kejadian

dekubitus pada asuhan keperawatan An. A dengan

meningitis di Ruang Melati 2 Rumah Sakit Dr. Moewardi

Surakarta’’

Menyatakan yang sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dengan

ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 23 Mei 2015

Yang membuat pernyataan

Antonius Rangga L

NIM. P.12 070

Page 4: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Antonius Rangga L

NIM : P.12 070

Program Studi : D III Keperawatan

Judul Karya Tulis : “Pemberian tindakan alih baring terhadap kejadian

dekubitus pada asuhan keperawatan An. A dengan

meningitis di Ruang Melati 2 Rumah Sakit Dr. Moewardi

Surakarta’’

Telah disetujui oleh dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Sabtu/23 Mei 2015

Pembimbing : Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep.

NIK. 200981037

Page 5: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

iv

Page 6: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: :“ PENGARUH PERAWATAN

KULIT BERDASARKAN SKOR SKALA BRADEN Q TERHADAP

KEJADIAN LUKA TEKAN PADA AN. A DENGAN MENINGITIS DI

RUANG MELATI II RUMAH SAKIT Dr. MEOWARDI”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis menyadari bahwa tanpa

bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti,M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta

2. Ibu Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Program studi D III

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

3. Ibu Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Sekertaris Ketua Program

Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat

membina ilmu STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ibu Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan

dengan cermat dan perasaan yang nyaman dalam bimbingan, sehingga

membantu penulis dalam penyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Page 7: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

vi

5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. Terima kasih atas segala

kasih saying selama ini, selalu memberikan semangat, do’a, pengorbanan,

bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga putramu ini mampu

menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Rumah Sakit Dr. Moewardi yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan

pengelolaan kasus.

7. Kedua orang tuaku yang terhormat, saya haturkan beribu-ribu Terima kasih

atas segala kasih saying selama ini, selalu memberikan semangat, do’a,

pengorbanan, bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga

putramu ini mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman-teman mahasiswa prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta dan semua pihak yang terkait didalamnya yang tidak bisa penulis

sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyusun studi kasus ini.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Surakarta, 23 Mei 2015

Penulis,

Surakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakakartrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrtrta,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a,a, 23 Mei 2015

Penulis,

Page 8: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ........................................................................ 6

C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Meningitis .................................................................................. 9

B. Konsep Askep ............................................................................ 14

C. Konsep Luka tekan atau dekubitus ............................................ 21

D. Konsep Skala Braden Q ............................................................. 24

E. Konsep Alih baring .................................................................... 29

F. Kerangka Teori .......................................................................... 32

G. Kerangka Konsep ....................................................................... 33

Page 9: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

viii

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset ................................................................. 34

B. Tempat dan Waktu ..................................................................... 34

C. Media dan Alat yang digunakan ................................................ 34

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ........................ 36

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset .............................. 37

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ................................................................................... 38

B. Asuhan Keperawatan .................................................................. 45

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan ................................................ 46

D. Intervensi Keperawatan .............................................................. 46

E. Implementasi Keperawatan ........................................................ 48

F. Evaluasi ...................................................................................... 50

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................... 52

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 57

C. Intervensi Keperawatan .............................................................. 60

D. Implementasi Keperawatan ........................................................ 63

E. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 65

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 67

B. Saran ........................................................................................... 71

Page 10: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

ix

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Alat Ukur Skor Skala Braden Q ................................................ 28

Tabel 3.1 : Instrument tindakan perawatan kulit (alih baring) ................... 36

Table 3.2 : Alat Ukur Skor Skala Braden Q ............................................... 37

Page 12: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Pathway .................................................................................... 13

Gambar 2.2 : Kerangka Teori ........................................................................ 29

Gambar 2.3 : Kerangka Konsep ..................................................................... 30

Page 13: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Loog Book

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Karya Ilmiah

Lampiran 4 : Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 5 : Lembar Observasi

Lampiran 6 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 7 :“ PEMBERIAN PERAWATAN KULIT BERDASARKAN

SKOR SKALA BRADEN Q TERHADAP KEJADIAN LUKA

TEKAN PADA AN. A DENGAN MENINGITIS DI RUANG

MELATI II RUMAH SAKIT Dr. MEOWARDI”

Page 14: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningitis terjadi paling sering pada individu dewasa yang berusia 19

sampai 59 tahun. Pada kelompok usia ini, penyebab meningitis bakterial yang

paling sering adalah streptococcus pneumonia (meningitis pneumokokous).

Insiden terbesar berikutnya adalah anak yang berusia 2 sampai 18 tahun, dan

penyebab yang paling sering adalah Neisseria meningitidis (meningitis

miningokokus). Pada neonates, penyebab yang paling sering adalah

streptokokus grup B ; pada bayi yang berusia 1 sampai 23 bulan,

penyebabnya terbagi hampir sama antara S. pneumonia dan N. meningitides

(Elizabeth J, 2009).

Menurut WHO (2010), bakteri penyebab meningitis menginfeksi lebih

dari 400 juta orang, dengan tingkat kematian 25%, terbanyak di Afrika dan

Asia, khususnya di Negara-negara dengan tingkat kebersihan lingkungan

yang belum memadai, angka di Indonesia pada tahun 2014-2015 sebanyak

200 juta orang meski masih sulit mendapatkannya , salah satunya karena

kematiannya disangka karena infeksi penyakit lainnya. Namun meningitis

dapat dicegah, asalkan faktor risikonya dikenali, berdasarkan rekam medis di

rumah sakit Dr. Moewardi pada tahun 2014-2015 didapatkan hasil prefelensi

kasus meningitis sebanyak 102 pasien rawat inap.

Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP

(Susunan Saraf Pusat), penyebab meningitis adalah mikroorganisme yang

Page 15: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

2

tidak spesifik (satu jenis tertentu seperti penyakit typus). Mikroorganisme

yang sering menyebabkan adalah : Pneumokkokus, Haemofilus influenzae,

Stapilokokus, Streptokokus, Escherichia coli, Meningokokus Salmonella

Bakteri tersebut diatas dikenal sangat toksik karena dapat mengakibatkan

jaringan rusak dan menghasilkan pustula sehingga sering disebut penyakitnya

dengan meningitis purulenta. dan sampai menginfeksi otak setelah didahului

infeksi pada penyakit lain seperti bronchitis, tonsillitis, pneumonia.

Perpindahan tersebut yang terbanyak melalui system hematogen, dan

mengakibatkan penurunan kesadaran dan kelumpuhan ekstremitas sehingga

terjadi imobilisasi yang menimbulkan resiko terjadinya luka dekubitus

(Sumitro, 2010).

Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan

dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya

penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan

gangguan sirkulasi darah setempat. Apabila ini berlangsung lama, hal ini

dapat mengakibatkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemia jaringan

dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Kusuma, 2013).

Luka tekan adalah suatu lesi iskemik pada kulit dan jaringan di

bawahnya yang disebabkan oleh adanya tekanan yang merusak aliran darah

dan limfe. Keadaan iskemia ini menyebabkan nekrosis jaringan dan akan

menimbulkan luka. Luka tekan ini bisa terjadi pada pasien yang berada dalam

suatu posisi dalam jangka waktu lama baik posisi duduk maupun berbaring.

yang mengatakan bahwa luka tekan merupakan suatu jaringan neksrosis pada

Page 16: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

3

area yang terlokalisasi dan cenderung untuk terus meluas jika jaringan

lunak tertekan diantara tonjolan tulang dan permukaan luar tertekan dalam

jangka waktu yang lama (Porth, 2005).

Terjadinya dekubitus akibat dari tertekannya daerah tertentu yang

menjadi tumpuan beban tubuh dalam waktu yang relatif lama (lebih dari 2

jam) penekanan daerah tersebut menyebabkan gangguan sirkulasi cairan

tubuh dan oksigen kejaringan sehingga daerah tersebut mengalami

kemerahan. Penderita meningitis yang mengalami resiko dekubitus

membutuhkan program rehabilitasi. Mobilisasi dengan alih baring merupakan

rehabilitasi awal yang dapat mengurangi semua komplikasi yang

berhubungan dengan tempat tidur diantaranya adalah dekubitus, kekakuan

sendi dan kontraktur. Mobilisasi alih baring merupakan kemampuan

seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, dan mempunyai tujuan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehat dan pentingnya untuk kemandirian

(Sari dan Sitorus, 2013).

Alih baring mempengaruhi terjadinya luka dekubitus. Pasien yang

dilakukan alih baring setiap 2 jam sekali mempunyai tingkat kejadian

dekubitus sangat rendah, alih baring merupakan perubahan posisi diatas

tempat tidur akibat ketidakmampuan pasien untuk merubah posisi tidurnya

sendiri. Perubahan posisi tidur ini dilakukan untuk merubah adanya tekanan

tubuh pada daerah-daerah tertentu sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan

beban tubuh pada suatu titik yang dapat menyebabkan terganggunya sirkulasi

aliran darah pada daerah yang tertekan tersebut. Alih baring ini adalah

Page 17: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

4

pengaturan posisi yang diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek

pada kulit. Dengan menjaga bagian kepala tempat tidur setinggi 30 derajat

atau kurang akan menurunkan peluang terjadi decubitus akibat gaya gesek,

alih posisi/ atau alih baring/ tidur selang seling dilakukan setiap 2 jam sekali

dan untuk lebih mengetahui resiko terjadinya dekubitus maka dilakukan

pengukuran dengan alat ukur Skala Braden Q

(Perry & Potter 2005).

Skala Braden Q adalah suatu cara pengkajian atau alat ukur yang

digunakan untuk memprediksi risiko luka tekan pada anak sekaligus sebagai

baseline untuk menentukan tindakan pencegahan. Trend analysis dengan

pendekatan kualitatif menunjukkan perawatan kulit berdasarkan skor Skala

Braden Q efektif untuk mengetahui nilai resiko dan mencegah kerusakan

kulit lebih lanjut, skala Braden Q mempunyai nilai antara 1 sampai dengan 4,

total score antara 6 sampai dengan 23, penilaian bila score 18-15 resiko

ringan, score 14-13 resiko sedang, score 12-10 resiko tinggi, dan score 9 atau

kurang sangat beresiko Menurut Braden (2002) dalam pujiarto (2011),

Penelitian yang dilakukan oleh (Purwaningsih dkk, 2013) sebelumnya

mengatakan semakin tidak dilakukan alih baring maka kejadian dekubitus

semakin tinggi, untuk mencegah terjadinya dekubitus perlu pengobatan dan

perawatan yang intensif, hal ini bisa dilakukan tindakan alih baring. Studi

pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta,

penulis mendapatkan pasien Meningitis yang mengalami imobilisasi di ruang

Melati II. Penulis mendapatkan data pasien mengalami imobilisasi dan

Page 18: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

5

beresiko terjadi luka tekan atau dekubitus. Hasil penelitian (Purwaningsih

dkk, 2013) ada pengaruh pemberian tindakan alih baring terhadap kejadian

dekubitus, sehingga penulis tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah dengan

judul “Pemberian Tindakan Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus pada

Asuhan Keperawatan An. A dengan Meningitis di Ruang Melati II Rumah

Sakit Dr. Moewardi Surakarta”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan alih baring terhadap kejadian dekubitus pada

An. A dengan Meningitis di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan

Meningitis.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan Meningitis.

c. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien dengan

Meningitis.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan

Meningitis.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan Meningitis.

f. Penulis mampu menganalisis hasil pemberian tindakan alih baring

terhadap kejadian dekubitus pada An. A dengan Meningitis.

Page 19: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

6

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi bidang keperawatan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan untuk pemberian tindakan alih baring terhadap

kejadian dekubitus.

2. Bagi tenaga kerja kesehatan

Hasil penulis ini diharapkan dapat menjadi refrensi tindakan keperawatan

bagi para perawat untuk diaplikasikan pada pasien yang mengalami

imobilisasi.

3. Bagi institusi pendidikan

Memberikan refrensi bagi mahasiswa dan institusi mengenai pemberian

tindakan alih baring terhadap kejadian dekubitus.

4. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pemberian tindakan alih

baring terhadap kejadian dekubitus.

5. Bagi masyarakat

Dapat dijadikan sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mencegah

terjadinya luka tekan dekubitus dengan menggunakan metode pemberian

tindakan alih baring terhadap kejadian dekubitus.

Page 20: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Meningitis

a. Definisi Meningitis

Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan sumsum

tulang belakang. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat

menyebabkan komplikasi saraf yang serius bahkan kematian.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri maupun virus.

(Pudiastuti, 2011).

Meningitis adalah suatu infeksi purulent lapisan otak yang

pada orang dewasa biasanya cenderung meluas sampai kerongga

subdural sebagai suatu efusi atau empyema subdural

(leptomeningitis), atau bahkan kedalaman otak (meningoensefalitis)

(Satyanegara, 2010).

b. Etiologi

Penyebab meningitis adalah mikroorganisme yang tidak

spesifik ( atu jenis tertentu seperti penyakit typus). Mikroorganisme

yang sering menyebabkan adalah :

1). Pneumokkokus

2). Haemofilus influenza

3). Stapilokokus

4). Streptokokus

Page 21: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

8

5). Escherichia coli

6). Meningokokus

7). Salmonella

Bakteri tersebut diatas dikenal sangat toksik karena dapat

mengakibatkan jaringan rusak dan menghasilkan pustula sehingga

sering disebut penyakitnya dengan meningitis purulenta.

Biasanya mikroorganisme tersebut di atas sampai

menginfeksi otak setelah didahului infeksi pada penyakit lain seperti

bronchitis, tonsillitis, pneumonia. Perpindahan tersebut yang

terbanyak melalui system hematogen (Sumitro, 2010).

c. Gambaran Klinis

Gambaran Klinis yang sering muncul pada anak dengan

meningitis antara lain :

1) Pada fase akut gejala yang muncul antara lain :

a). Lesu

b). Mudah terangsang

c). Hipertermi

d). Anoreksia

e). Sakit kepala

2) Peningkatan tekanan intrakranial. Tanda- tanda terjadinya

tekanan intrakranial :

a). Penurunan kesadaran

b). Muntah yang sering proyektil ( menyembur )

Page 22: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

9

c). Tangisan yang merintih

d). Sakit kepala

3) Kejang baik secara umum maupun lokal

4) Kelumpuhan ekstremitas ( paresis atau paralisis )

5) Gangguan frekuensi dan irama pernafasan ( cepat dengan irama

kadang dangkal dan kadang dalam )

6) Munculnya tanda-tanda rangsangan meningeal seperti ; kaku

kuduk, regidita umum, reflex kernng dan Brudzinky positif.

(Sumirto, 2010).

d. Patofisiologi

Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari golongan kokus

seperti strepkokus, stapilokokus, meningokokus, pneumokokus dan

dari golongan lain seperti tersebut diatas menginfeksi tonsil,

bronkus, saluran cerna. Mikroorganisme tersebut mencapai otak

mengikuti aliran darah.

Di otak mikroorganisme berkembang biak membentuk

koloni. Koloni mikroorganisme itulah yang mampu menginfeksi

lapisan otak (meningen). Mikroorganisme, jaringan meningen yang

rusak, cairan sel berkumpul menjadi satu membentuk cairan yang

kental yang disebut pustule. Karena sifat cairannya tersebut penyakit

ini popular disebut dengan meningitis purulenta.

Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme melalui

hematogen sampai ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian

Page 23: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

10

menaikkan suhu sebagai tanda adanya bahaya. Kenaikan suhu di

hipotalamus dan diikuti dengan peningkatan mediator kimiawi

akibat peradangan sepertti prostaglandin, epinefrin, neropinefrin.

Kenaikan mediator tersebut dapat merangsang peningkatan

metabolisme sehingga dapat terjadi kenaikan suhu di seluruh tubuh,

rasa sakit kepala, peningkatan respon gastrointestinal yang

memunculkan rasa mual dan muntah. Volume pustua yang semakin

meningkat dapat mengakibatkan peningkatan desakan di dalam

intracranial. Desakan terebut dapat meningkatkan rangsangan

gastrointestinal sehingga merangsang munculnya muntah dengan

cepat, juga dapat terjadi gangguan pusat pernafasan. Peningkatan

tekanan intracranial tersebut juga dapat menggangu fungus sensorik

maupun motorik serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum

sehingga penderita mengalami penurunan respon kesadaran terhadap

lingkungan (penurunan kesadaran) dan mempengaruhi mobilitas

ditempat tidur sehingga dapat terjadinya imobilisasi yang akan

menyebabkan resiko terjadinya luka tekan Dekubitus. Penurunan

kesadaran ini dapat menurukan pengeluaran sekresi trakeobronkial

yang berakibat pada penumpukan secret ditrakea dan bronkial.

Kondisi ini berdampak pada penumpukan secret trakea dan bronkus

sehingga bronkus dan trakea menjadi sempit.

Peningkatan tekanan intrakranial jua dapat berdampak pada

munculnya fase eksitasi yang terlalu cepat pada neuron sehingga

Page 24: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

11

memunculkan kejang. Respon saraf perifer juga tidak bisa

berlangsung secara kondusif, ini yang secara klinis dapat

memunculkan respon yang patologis pada jaringan tersebut seperti

munculya tanda kerning dan Brudinsky. Kejang yang terjadi pada

anak dapat mengakibatkan spasme pada otot bronkus. Spasme dapat

mengakibatkan penyempitan jalan nafas (Sumirto, 2010).

e. Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul pada anak dengan meningitis antara

lain :

1) Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan

ini muncul karena adanya desakan pada intracranial yang

meningkat sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan

otak ke daerah subdural

2) Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses

pada meningen dapat sampai kejaringan kranial lain baik

melalui perembetan langsung maupum hematogen termasuk ke

ventrikuler.

3) Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang

kenaikan produksi liquor cerebo spinal ( LCS ). Cairan LCS

pada meningitis lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya

sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis.

Cairan tersebut akhirnya banyak trtahan intracranial.

Page 25: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

12

4) Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar

ke otak karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan

penatalaksanaan yang tepat.

5) Epilepsi.

6) Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi

karena meningitis yang sudah menyebar ke serebrum sehingga

mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan

memori.

7) Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena

pengobatan yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah

resinten terhadap antibiotik yang digunakan untuk pengobatan

(Sumitro, 2010).

f. Pencegahan

Vaksin dapat membantu mencegah meningitis yang

disebabkan neiseseria meningitidis. Vaksin digunakan jika terjadi

wabah. Populasi yang terancam wabah dan pada anggota penderita

meningitis karena Neisseria meningitides juga diberikan antibiotic

( misalnya rifampin atau minosiklin ). Anak-anak harus mendapatkan

imunisasi rutin dengan vaksin hemophilus influenza tipe B, yang

membantu mencegah terjadinya meningitis. Perlu kita ketahui

penyakit meningitis sangat sering terjadi pada anak-anak (Suriadi,

2006).

Page 26: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

13

G. Pathway

Meningitis

Reaksi inflamasi

Infeksi mikroorganisme

Menginfeksi tonsil, bronkus,

Mikroorganisme mencapai

Otak mengikuti aliran

darah

diotak mikroorganisme

Berkembang biak

Membentuk koloni

menginfeksi lapisan otak

mikroorganisme menghasilkan mikroorganisme melalui hematogen

Toksik sampai ke hipotalamus

merusak meningen hipotalamus menaikan suhu

membentuk cairan pustula suhu diikuti peningkatan mediator kimiawai

akibat peradangan seperti prostaglandin

merangsang metabolisme

volume pustula suhu tubuh sakit kepala

desakan didalam intrakranial mengganggu fungsi sensorik maupun motorik

rangsangan di korteks serebri penurunan kesadaran penurunan kendali otot

yang terdapat di pusat pengaturan

system gastrointestinal pengeluaran sekresi trakeobronkial imobilisasi fisik

merangsang mual muntah penumpukan sekret ditrakea, bronkus

muncul fase eksitasi yang bronkus dan trakea menjadi sempit

terlalu cepat pada neuron

ketidakefektifan bersihan jalan nafas tidak mampu makan

kejang

intake tidak adekuat

Gambar 2.1 Pathway

Sumber: Ginsbreg (2008), Perry dan Potter (2005).

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan mobilitas fisik

Resiko dekubitus

hipertemi nyeri

Page 27: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

14

h. Pengobatan

Diberikan antibiotik intravena dan kortikosteroid intravena

untuk menekan peradangan. Pemberian cairan untuk menggantikan

hilangnya cairan karena demam, muntah, berkeringat, dan nafsu

makan yang buruk. Bila cepat diberikan pengobatan, jumlah

penderita meninggal kurang akan berkurang. Tetapi jika tertunda,

bias terjadi kerusakan otak yang menetap atau kematian, terutama

pada anak kecil dan usia lanjut. Gejala sisanya adalah kelainan

mental yang menetap serta kelumpuhan (Suriadi, 2006).

i. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah tindakan yang beruntut yang

dilakukan secara sistemik untuk menentukan masalah klien dengan

membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan recana itu

atau menugaskan orang lain untuk melaksanakannya dan

mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang

diatasinya tersebut (setiadi, 2012). Proses keperawatan di Indonesia

ada 5 standar yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

1) Pengkajian

Menurut Iyer dalam Nursalam (2008), pengkajian adalah

proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan

data secara yang sistematis dari berbagai sumber untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien,

Page 28: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

15

pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (klien).

Pengkajian keperawatan Meningitis meliputi anamnesa riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan

pengkajian psikososial (Mutaqin, 2008)

a) Anamnesa

(1) Meliputi identitas nama, usia (kebanyakan terjadi pada

lanjut usia), jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama,

suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,

nomer registrasi, dan diagnose medis.

(2) Keluhan utama sering menjadi alasan klien untuk

meminta bantuan kesehatan adalah kelemahan anggota

gerak sebelah, tidak dapat berkomunikasi dan

penurunan tingkat kesendirian.

2) Riwayat penyakit saat ini

Serangan meningitis biasanya demam, menggigil, sakit kepala,

muntah, perubahan pada sensorium, kejang, koma, kaku kuduk,

penurunan kesadaran dan kelumpuhan ekstremitas.

3) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat kejang demam, infeksi pernafasan atas, telinga,

sinus.

4) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang menderita

Page 29: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

16

5) Pengkajian psikologis klien meningitis ada beberapa

kemungkinan yaitu dalam pengkajian koping penting untuk

mengetahiu respon. Ada perubahan hubungan dan peran karena

klien mengalami kesukaran untuk beraktivitas akibat kelemahan

ekstremitas. Pola persepsi dan konsep diri yang didapatkan klien

tidak berdaya, tidak kooperatif. Pola nilai dan kepercayaan,

klien biasanya jarang beribadah spiritual karena tingkah laku

tidak stabil, kelemahan ekstremitas.

6) Pemeriksaan fisik

(a) Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda vital : suhu : 40 C,

tekanan darah 100/60 mmHg, nadi : 96x/menit, pernafasan

:24x/menit, GCS E:2 V:3 M:4 :9 tingkat kesadaran

somnolen BB : 45 kg TB : 165 cm

(b) Pemeriksaan fisik ( head to toe) kepala : inspeksi : bentuk

kepala oval, rambut kusam, sedikit pembengkakan pada

bagian kepala. Palpasi : nyeri tekan pada bagian kepala.

Mata : inspeksi : ketika dilakukan pemeriksaan reaksi pupil

menggunakan senter klien memejamkan matanya dengan

kuat, konjungtiva pucat, warna sclera putih, terdapat

lingkaran hitam disekitar mata. Palpasi : tidak ada nyeri

tekan pada mata. Hidung inspeksi : simetris kiri dan kanan,

warna hidung sama dengan kulit sekitar wajah. Palpasi :

Page 30: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

17

tidak ada nyeri tekan. Mulut : inspeksi mukosa bibir kering

dan pucat (Suriadi, 2006).

7) Diagnosa keperawatan

Menururt north American nursing diagnosis association

(Nurarif & Kusuma) diagnosa keperwatan adalah keputusan

klinis mengenai respon individu ( klien dan masyarakat ) tentang

masalah kesehatan actual atau potensial sebagai dasar seleksi

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat, semua

diagnosa harus didukung oleh data.

(a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

(b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak adekut asupan makanan.

(c) Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan immobilitas

fisik, status mental.

(d) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

(Nugroho, 2011).

8) Intervensi (NIC)

Rencana keperawatan/ intervensi adalah tindakan yang

dilakukan oleh perawat untuk memperoleh hasil yang

diharapkan seperti telah diidentifikasi untuk keperluan pasien

(Vaughans, 2013).

(a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Page 31: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

18

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi hipertermi

Kriteria hasil (NOC):

(1) Suhu tubuh dalam rentang normal : 36- 36,7 C, nadi :

60 – 100x/ menit

(2) Respirasi rentang normal : 16 – 20x/ menit,

(3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,

merasa nyaman

Intervensi (NIC)

(1) Kaji penyebab hipertemi

(2) Monitor tanda-tanda vital

(3) Ajarkan/ lakukan upaya mengatasi hipertermi :

Asupan cairan 2-2,5 liter/hari bila tidak ada kontra

indikasi, kompres, pakaian longgar dan kering

(4) Jelaskan pada klien/keluarga pentingnya memper-

tahankan masukan cairan yang adekuat untuk

mencegah dehidrasi.

(5) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi dan pemeriksaan

laboratorium.

(b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak adekuat masukan makanan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam

nutrisi dapat terepenuhi

Kriteria hasil (NOC) :

Page 32: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

19

(1) adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan,

(2) mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi,

(3) tidak ada tanda-tanda malnutrisi,

(4) tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Intervensi (NIC)

(1) Kaji adanya alergi makanan

(2) Monitor adanya penurunan berat badan

(3) Monitor kalori dan intake nutrisi

(4) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsutasikan

dengan ahli gizi )

(5) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan

vitamin c

(6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

pemberian asupan makanan.

(c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisai

fisik, status nutrisi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x

24 jam tidak terjadi kerusakan intregitas kulit

Kriteria hasil (NOC):

(1) Integritas kulit yang baik bias dipertahankan

(sensasi, elastisitas, temperature, pigmentasi),

(2) Tidak ada luka/ lesi dikulit, perfusi jaringanyang baik,

Page 33: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

20

(3) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan

kelembapan kulit dan perawatan alami

Intervensi (NIC):

(1) Monitor aktivitas dan moblitas pasien

(2) Monitor status nutrisi pasien

(3) Monitor kulit akan adanya kemerahan

(4) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat

(5) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

(6) Oleskan lotien atau minyak/ baby oil pada daerah yang

tertekan

(7) Hindari kerutan pada tempat tidur

(8) Berikan terapi alih baring

(9) Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang

longgar

(d) Cemas berhubungan dengan perubahan status mental

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x

24 jam pasien sudah tidak cemas lagi

Kriteria hasil (NOC):

(1) klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan

gejala cemas,

(2) vital sign dalam batas normal,

(3) postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat

aktivitas menunjukan berkurangna kecemasan

Page 34: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

21

Intervensi (NIC)

(1) Identifikasi tingkat kecemasan

(2) Dorong keluarga untuk menemani anak

(3) Berikan informasi factual mengenai diagnosis, tindakan

prognosis

(4) Bantu pasien untuk mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan

(5) Berikan obat untuk menguragi kecemasan.

2. Luka tekan / Dekubitus

a. Definisi

Dekubitus adalah kerusakan/ kematian kulit sampai

jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai

tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus-

menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah

setempat. Area yang cepat dan sering terjadi decubitus adalah diatas

tonjolan tulang dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan,

misalnya daerah tonjolan tulang dibokong sisi kanan kiri tonjolan

pangkal paha, tumit dan siku (Ginsberg, 2008).

b. Etiologi

1) Faktor instrinsik: penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah

penyakit yang menimbulkan seperti DM, status gizi,

underweight atau kebalikannya overweight, Anemia,

Hipoalbumin, Penyakit-penyakit neurologic dan penyakit-

Page 35: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

22

penyakit yang merusak pembuluh darah, Keadaan

hidrasi/cairan tubuh.

2) Faktor Ekstrinsik: kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang

kusut dan kotor, atau peralatan medic yang menyebabkan

penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu, Duduk yang

buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan posisi yang kurang.

c. Klasifikasi Derajat dekubitus

Ada 4 derajat dekubitus yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat I : Adanya eritema atau kemerahan pada kulit setempat

yang menetap, atau bila ditekan dengan jari tanda eritema atau

kemerahan tidak kembali putih

2) Tingkat II : Adanya kerusakan pada epitel kulit yaitu lapisan

epidermis atau dermis. Kemudian dapat ditandai dengan

adanya luka lecet atau melepuh.

3) Tingkat III : adanya kerusakan pada semua lapisan kulit atau

sampai jaringan subkutan dan mengalami nekrosis dengan

tanpa kapasitas yang dalam

4) Tingkat IV : adanya kerusakan pada ketebalan kulit dan

nekrosis higga sampai ke jaringan otot bahkan tulang atau

tendon dengan kapasitas yang dalam (Aini, 2013).

Page 36: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

23

d. Tanda- tanda dekubitus

Tanda-tanda dekubitus berupa : eritema, pucat, lesi ulkus,

ulkus superficial, abrasi, lecet, adanya lubang yang dangkal,

jaringan nekrotik, terdapat lubang yang dalam dengan atau tanpa

merusak jaringan sekitarnya, nekrosis jaringan, kerusakan otot,

tulang, atau tendon (Aini, 2013).

e. Faktor resiko

1) Mobilitas dan aktivitas

2) Penurunan sensori persepsi

3) Kelembapan

4) Tenaga yang merobek (shear)

5) Pergesekan (friction)

6) Nutrisi

7) Usia

8) Tekanan arteriolar yang rendah

9) Stress emosional

10) Merokok

11) Temperature kulit (Kusuma, 2013).

3. Alih baring

a. Definisi

Perubahan posisi atau alih baring sangat direkomendasikan

untuk menghindari pasien dari dampak tekanan yang berlebihan

Page 37: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

24

diatas tempat tidur atau kursi dan untuk mencegah oklusi kapiler,

iskemik pada jaringan dan pressur ulcer.

Alih baring adalah pengaturan posisi yang diberikan untuk

mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit. Dengan menjaga

bagian kepala tempat tidur setinggi 30 derajat atau kurang akan

menurunkan peluang terjadi decubitus akibat gaya gesek, alih posisi/

atau alih baring/ tidur selang seling dilakukan setiap 2 jam sekali

(Perry & Potter 2005).

Alih baring mempengaruhi terjadinya luka dekubitus. Pasien

yang dilakukan alih baring setiap 2 jam sekali mempunyai tingkat

kejadian dekubitus sangat rendah, alih baring merupakan perubahan

posisi diatas tempat tidur akibat ketidakmampuan pasien untuk

merubah posisi tidurnya sendiri (Perry & Potter 2005).

b. Tujuan alih baring

Tujuan terapi alih baring/Perubahan posisi tidur ini dapat

mencegah dekubitus pada bagian tulang yang menonjol yang

bertujuan untuk mengurangi penekanan akibat tertahannya klien

pada satu posisi tidur tertentu yang dapat mengakibatkan lecet

sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan beban tubuh pada suatu

titik yang dapat menyebabkan terganggunya sirkulasi aliran darah

pada daerah yang tertekan tersebut (Perry & Potter 2005).

Page 38: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

25

4. Skala Braden Q

Skala Braden Q untuk memprediksi luka dekubitus, faktor yang

mempengaruhi luka dekubitus dan nilai skala Braden Q :

a. Penilaian dalam pengkajian skor Skala Braden Q sebagai berikut :

1) Persepsi sensori

a) Nilai 1: Keterbatasan penuh, klien tidak ada respon

terhadap rangsangan nyeri.

b) Nilai 2: Sangat terbatas, klien hanya merespon rangsang

nyeri.

c) Nilai 3: Keterbatasan ringan, klien hanya dapat

menyampaikan respon tidak nyaman untuk merubah posisi

yang membatasinya untuk dapat merasakan nyeri atau rasa

tidak bnyaman pada salah satu atau kedua ekstremitas.

d) Nilai: Tidak ada gangguan, klien dapat merespon panggila

dan tidak memiliki penurunan persepsi sensori sehingga

dapat menyatakan rasa tidak nyaman.

2) Kelembaban

a) Nilai 1: Selalu lembab, kulit selalu dalam keadaan lembab

oleh keringat, urun dan lainnya, keadaan lembab dapat

dilihat pada setiap kali pasien digerakkan atau dibalik

b) Nilai 2: Umumnya lembab, karena kulit sering terlihat

lembab akan tetapi tidak selalu. Pakaian pasien atau alas

tempat tidur haus diganti satu kali setiap dinas.

Page 39: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

26

c) Nilai 3: Kadang- kadang lembab, karena sulit kadang –

kadang lembab ganti seprai dan baju minimal satu kali

sehari.

d) Nilai 4: Jarang lembab, karena kulit keadaan kering

pakaian atau alas tempat tidur diganti sesuai dengan jadwal

rutin penggantian.

3) Aktivitas

a) Nilai 1: Total ditempat tidut, klien hanya berbarig ditempat

tidur.

b) Nilai 2: Dapat duduk, kemampuan untuk berjalan sangat

terbatas atau sama sekali tidak bias dan tidak mampu

menahan beat badan.

c) Nilai 3: Berjalan kadang – kadang, pasien hanya berjalan

disiang hari saja

d) Nilai 4: Sering jaan – jalan, klien sering jalan – jalan

keluar.

4) Mobilisasi

a) Nilai 1: Tidak mampu bergerak sama sekali, klien tidak

dapat merubah badan atau ekstremitas.

b) Nilai 2: Sangat terbatas, kadang – kadang klien dapat

merubah posisi badan atau ekstremitas.

c) Nilai 3: Tidak ada masalah, klien bergerak secara mandiri.

Page 40: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

27

d) Nilai 4: Tanpa keterbatasan, klien dapat meruah posisi

badan secara tepat dan sering merubah posisi badan.

5) Nutrisi

a) Nilai 1: Sangat buruk, tidak pernah menghabiskan

makanan, jarang menghabiskan makan lebih dari 1/3 porsi

yang telah diberikan.

b) Nilai 2: Kurang mencukupi, jarang sekali klien

menghabiskan makanan dan biasanya menghabiskan ½

porsi makanan yang diberikan

c) Nilai 3: Mencukupi, satu hari makan tiga kali sehari dan

mengkonsumi lebih dari ½ porsi.

d) Nilai 4: Sangat baik, klien mampu menghabiskan makanan

yang diberikan, tidak pernah menolak makanan.

6) Pergerakan dan pergeseran

a) Nilai 1: Bermasalah, memerlukn bantuan sedang sampai

maksimal untuk bergerak.

b) Nilai 2: Potensial bermasalah, bergerak atau memerlukan

bantuan minimal.

c) Nilai 3: Keterbatasan ringan, sering merubah posisi badan

atau ekstremitas secara mandiri meskipun hanya bergerak

ringan.

Page 41: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

28

b. Alat ukur skala Braden Q

Menurut Braden (2002) dalam Pujiarto (2011) Mengidentifikasi

faktor yang menyebabkan pasien beresiko berkembangnya pressur

ulcur dengan menggunakan pengkajin skala Braden Q (Ekaputra,

2013), Untuk mengkaji dan mengetahui ada tidaknya resiko atau

sudah terjadi luka tekan/ dekubitus pada klien yang mengalami

imobilisasi fisik dan alat ukurnya sebagai berikut :

Table 2.1

Alat ukur luka tekan pada pasien meningitis skala Braden Q

Keterangan Nilai

1 2 3 4

Persepsi sensori Keterbatasan

total

Sangat

terbatas

Sedikit

terbatas

Tidak terjadi

gangguan

Kelembapan

Kelembaban

kulit yang

konstan

Kulit sangat

lembab

Kulit kadang

lembab

Kulit jarang

lembab

Aktivitas Beraktifitas

terbatas

Tidak mampu

berjalan

sendiri

Mampu

berjalan hanya

sebentar saja

Dapat beraktifitas

dengan lancar

Mobilisasi Imobilisasi

total

Sangat

terbatas

Agak terbatas Tidak memiliki

keterbatasan

Nutrisi Asupan gizi

yang sangat

buruk

Kurang

asupan nutrisi

Cukup asuhan

nutrisi

Asupan nutrisi

baik

Friksi dan

gesekan

Memerlukan

bantuan

sedang sampai

maksimum

untuk bergerak

Bergerak

dengan lemah

dan

membutuhkan

bantuan

minimum

Tidak

memiliki

masalah

Keterangan :

>18 : tidak berisiko, < 9 : mempunyai risiko sangat tinggi.

15-18 : mempunyai risiko ringan,

13-14 : mempunyai risiko sedang,

10-12 : mempunyai risiko tinggi

Page 42: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

29

B. Kerangka teori

Penurunan kesadaran Muntah proyektil kelumpuhan ekstremitas

Pasien bedrest hilangnya nutrisi imobilisasi fisik

ketidakseimbangan nutrisi gangguan mobilitas fisik

kurang dari kebutuhan

tubuh

Gambar 2.2 Kerangka teori.

(Ginsbreg, 2008, Perry dan Potter, 2005)

Virus dan bakteri Meningitis

Resiko dekubitus

(alat ukur Skala Braden Q)

Pemberian tindakan alih baring

Page 43: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

30

C. Kerangka konsep

Gambar 2.3 Kerangka konsep.

(Aini, 2013, Purwaningsih, 2013).

Pasien meningitis Bedrest Resiko keruakan

dekubitus

Pemberian tindakan

alih baring

Page 44: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

31

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek yang digunakan dalam aplikasi ini pada pasien An. A umur 13 tahun

dengan meningitis yang mempunyai resiko dekubitus/ luka tekan.

B. Tempat dan Waktu

Aplikasi penelitian ini direncanakan :

1. Tempat : di ruang Melati II Rumah Sakit Dr. Moewardi

2. Waktu : Pada tanggal 10-12 Maret 2015

C. Media dan Alat

Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan antara lain :

1. Alat ukur skor skala Braden Q

2. Perawatan kulit dengan Alih baring menggunakan bantal dan guling

3. Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat identitas dan hasil

pengukuran skor skala Braden Q.

D. Prosedur

Caranya direposisi selama 2 jam sekali dan menentukan skor skala

Braden Q, skala Braden Q terdapat 6 (enam) subskala untuk menentukan

tingkatan risiko terjadinya dekubitus. Subskala tersebut antara lain adalah; 1.

Page 45: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

32

Persepsi Sensorik, 2. Kelembapan, 3. Aktivitas, 4. Mobilisasi, 5.

Nutrisi, 6. Friksi dan Gesekan (Aini, 2013).

1. Pemberian tindakan alih baring terhadap kejadian dekubitus

Alih baring adalah pengaturan posisi yang diberikan untuk

mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit, dan instrument

tindakannya sebagai berikut :

Tabel 3.1

Instrument tindakan alih baring

NO ASPEK ORIENTASI

A FASE ORIENTASI

1 Memberi salam.

2 Memperkenalkan diri.

3 Menjelaskan tujuan.

4 Menjelaskan langkah prosedur

5 Menanyakan kesiapan klien

B FASE KERJA

1. Mencuci tangan

2. Menempatkan alat didekat klien dengan benar

3. Menjaga privacy klien

4. Merubah posisi dari miring kiri ke kanan

5. Menata beberapa bantal disebelah klien

6. Memiringkan klien kearah bantal yang disiapkan

7. Menekuk lutut kaki yang atas

8. Memastikan posisi klien aman

9. Merubah posisi dari miring kanan ke kiri

10. Menata beberapa bantal disebelah kiri

11. Menelentangkan klien kearah bantal yang disisipkan

Page 46: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

33

12. Meluruskan kedua lutut

13. Memastikan posisi klien aman

14. Merubah posisi dari miring ke terlentang

15. Memastikan posisi klien aman

16. Merapikan klien

C. TAHAP TERMINASI

1. Mengevaluasi hasil tindakan

2. Berpamitan dengan klien/keluarga

3. Menginformasikan akan datang 2 jam lagi untuk merubah posisi

selanjutnya

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

2. Alat ukur

Menurut Braden (2002) dalam Pujiarto (2011) Skala Braden Q adalah

salah satu cara alat ukur untuk mengkaji dan mengetahui ada tidaknya

resiko atau sudah terjadi luka tekan/ dekubitus pada klien yang

mengalami imobilisasi fisik dan alat ukurnya sebagai berikut :

Page 47: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

34

Table 3.2

Alat ukur luka tekan pada pasien meningitis skala Braden Q

Keterangan Nilai

1 2 3 4

Persepsi sensori Keterbatasan

total

Sangat

terbatas

Sedikit

terbatas

Tidak terjadi

gangguan

Kelembapan

Kelembaban

kulit yang

konstan

Kulit sangat

lembab

Kulit kadang

lembab

Kulit jarang

lembab

Aktivitas Beraktifitas

terbatas

Tidak

mampu

berjalan

sendiri

Mampu

berjalan

hanya

sebentar saja

Dapat

beraktifitas

dengan lancer

Mobilisasi Imobilisasi

total

Sangat

terbatas

Agak

terbatas

Tidak memiliki

keterbatasan

Nutrisi Asupan gizi

yang sangat

buruk

Kurang

asupan

nutrisi

Cukup

asuhan

nutrisi

Asupan nutrisi

baik

Friksi dan

gesekan

Memerlukan

bantuan

sedang

sampai

maksimum

untuk

bergerak

Bergerak

dengan

lemah dan

membutuhka

n bantuan

minimum

Tidak

memiliki

masalah

Keterangan :

>18 : tidak berisiko, < 9 : mempunyai risiko sangat tinggi.

15-18 : mempunyai risiko ringan,

13-14 : mempunyai risiko sedang,

10-12 : mempunyai risiko tinggi

Page 48: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

35

BAB IV

LAPORAN KASUS

Asuhan keperawatan An. A dengan Meningitis di Ruang Melati II Rumah

Sakir Dr. Moewardi mulai dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015. Asuhan

keperawatan ini dilaksanakan muai dari identifikasi klien, pengkajian, perumusan

masalah, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Identitas klien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Maret 2014, jam 09.00 WIB,

pada kasus ini dilakukan metode pengkajian adalah alloanamnesa pasien

masuk 07 Maret 2015. Pengkajian tersebut didapatkan hasil identitas pasien,

bahwa pasien bernama An. A, umur 13 Tahun, agama Islam, pendidikan SMP,

pelajar, alamat ngawi, nomer registrasi 012xxx, diruang Melati II Rumah Sakit

D. Moewardi. Sejak pasien dirawat dokter mendiagnosa bahwa An. A

menderita penyakit Meiningitis. Penanggung jawab pasien adalah Tn. T umur

45 tahun, pendidikan SD, pekerjaan Petani, alamat ngawi, hubungan dengan

pasien adalah ayah.

B. Pengkajian

Hasil dari pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama

keluarga mengatakan An. A mual tidak nafsu makan, lemas dan hasil dari

pengkajian skor Skala Braden Q skor skala braden 13 ( persepsi sensori : 2

sangat terbatas, kadang-kadang lembab 3, beraktivitas terbatas 1, mobilisasi

sangat terbatas 2, nutrisi cukup 3, friksi dan gesekan 2 bantuan minimum,

Page 49: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

36

termasuk resiko sedang. Riwayat penyakit sekarang keluarga mengatakan

pada tanggal 04 Maret 2015 keadaan An. A mengeluh pusing, muntah 5x ½

gelas belimbing isi makanan dan minuman yang dikonsumsi, nafsu makan

menurun, lalu orang tua membawa klien kebidan desa dan diberi obat siruf

tetap tidak ada perubahan, kemudian pasien dibawa ke RS terdekat, saat di RS

tersebut pasien kejang 3x siklus 5 menit, kejang seluruh tubuh, badan kaku,

kejang disertai demam lalu pasien dirujuk ke RS Widodo, ngawi dan pasien

dirawat selama 3 hari, saat dirawat pasien kejang 4x 5 menit kejang disertai

demam, belum ada perubahan keluarga membawa anak ke RS Dr. Moewardi

saat di IGD pasien tampak lemah, kejang 1x siklus 2 menit, kaku seluruh

tubuh, pasien telah terpasang infus RL 0,5 % dan mendapat terapi O2

2L/menit, kemudian pasien dipindahkan ke bangsal Melati II pada tanggal 10

Maret 2015. Dibangsal pasien mendapatkan terapi infus RL0,5 % dan

mendapat terapi O2 2L/menit pasien tampak lemah sudah tidak terjadi kejang

dan penurunan kesadaran, pasien tidak nafsu makan dan mual.

Riwayat penyakit dahulu, keluarga mengatakan An. A tidak

mempunyai riwayat Meningitis dan kejang demam sebelumnya , keluarga

mengatakan pasien pernah sakit tapi tidak separah ini, pernah dirawat di bidan

desa dan RS ngawi bulan Maret selama 2 hari, An. A pernah mengalami jatuh

dari sepeda sebelumnya dan tidak mempunyai riwayat alergi. Pasien sudah

mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Riwayat kesehatan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang

mempunyai riwayat penyakit menurun dan menular seperti : diabetes militus,

Page 50: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

37

hepatitis, asma, meningitis, jantung coroner. Pertumbuhan An. A antropometri

BB: 30 kg, PB: 110 cm

Pola nutrisi selama sakit An. A, antropometri sebelum masuk RS BB:

30 kg, TB: 110 cm, saat dirawat 30 kg, TB: 110 cm, IMT 24,7 ( termaksut

berat normal ), biochemical data : Hemoglobin : 12,7 g/dl, Hematokrit : 40%,

clinical sign : rambut berminyak, berwarna hitam, kulit : turgor kulit kurang

baik/ lembab, mata : konjungtiva tidak anemis, kardiovakuler : pasien tidak

mengalami hipertensi, otot-otot : tidak terlalu kuat, lemah, gastrointestinal :

keluarga mengatakan nafsu makan pasien berkurang, aktivitas : pasien tampak

lemah hanya berbaring di tempat tidur, neurologis : irritable reflek ada tapi

lemah dietary history, problem diet : nafsu makan klien berkurang, pemasukan

cairan : pasien minum air putih 7-8 gelas sehari

Pola eleminasi, BAB : sebelum sakit, frekuensi 1x sehari, konsistensi

lunak berbentuk, warna kuning kecoklatan, tidak ada keluhan, selama sakit,

frekuensi 1x sehari, konsistensi lunak, warna kuning, keluhan memakai

pempes, BAK : sebelum sakit, frekuensi 6-8 x/ hari, jumlah urin 800 cc, warna

kuning jernih, tidak ada keluhan, selama sakit, frekuensi 6-8x/hari jumlah urin

755cc, warna kuning jernih, keluhan memakai pempes. Balance cairan selama

8 jam intake : total 900cc (minum 200cc, makan 200cc, infus 500cc), output:

total : 800cc ( urin 600cc/8jam, insensible water loss (IWL) dengan berat

badan 30 kg, rumus IWL 15cc x kgBB ( berat badan )= ( 15 x 30 ) : 2 = 200cc,

200cc/ 8 jam), balance cairan ( input – output ) = 900cc – 800cc = +100cc.

Page 51: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

38

Pemeriksaan fisik : kesadaran somnolent dengan GCS 9 (V2 E3 M4),

pemeriksaan tanda-tanda vital suhu 36,4˚C, pernafasan 22x/menit, nadi

96x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, bentuk kepala mesochepal, kulit

kepala bersih, tidak ada luka, rambut berwarna hitam ikal, tidak berketombe.

Pemeriksaan mata sclera tidak ikterik, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis,

ada reflek terhadap cahaya. Hidung bersih, tidak ada secret, tidak ada polip,

letak simetris, warna kecoklatan, tidak ada jejas. Mulut mukosa bibir basah/

lembab, warna bibir merah kehitaman. Leher tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid,

Pemeriksaan fisik paru inspeksi : bentuk dada simetris, pergerakan

dinding dada simetris, tidak ada jejas, tidak menggunakan otot bantu

pernafasan, palpasi : vocal premitus kanan dan kiri sama, tidak ada luka,

perkusi : terdengar sonor pada suara lapang paru, auskultasi : vesikuler

diseluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan. Jantung inspeksi : bentuk

dada simetris, ictus cordis tidak tampak, tidak ada jejas, dada berwarna kuning

kecoklatan, palpasi : ictus cordis teraba di intercostal V, perkusi : pekak,

auskultasi : tidak ada bising, jantung regular, abdomen, inspeksi : bentuk

simetris, umbilicus bersih, warna kuning kecoklatan, auskultasi : peristaltic

usus 12x/menit, perkusi : kuadran I pekak dan kuadran II,III,IV timpani,

palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa. Genetalia : bersih, tidak

terpasang dower caeter ( DC ), rectum bersih. Ekstremitas atas kekuatan otot

kanan dan kiri : terpasang infus RL pada tangan kiri dan tangan kanan tidak

bias digerakkan, tidak ada odema, ROM kanan dan kiri : tangan kanan dan kiri

Page 52: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

39

ekstensi tidak mampu digerakan perabaan akral hangat, pitting edema +1.

Ekstremitas bawah kekuatan otot kanan dan kiri tidak mampu digerakan,

kondisi lemah tidak ada odema. ROM kanan dan kirir, kaki kanan dan kirir

ekstensi, perubahan bentuk tulang : tidak ada kelainan, perabaan akral :

hangat, pitting edema : +1.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Maret 2015, jenis

pemeriksaan Hematologi rutin, hemoglobin : 12,7 g/dl, hematokrit 40%,

leukosit 6,5 ribu/ul, trombosit 447 ribu/ul, eritrosit 4,67 jutal/ul. Pemeriksaan

indek eritrosit MCV 84,8 /um, MCH 27,2 pg, MCHC 32,1 g/dl, MPV 7,2 fl,

PDW 16 %. Pemeriksaan hitung jenis eosinofil 1,30 %, basofil 0,40 %,

netrofil 57,30 %, limfosit 30,00 %, monosit 11,00 % ( high ). Pemeriksaan

kimia klinik GDS 85 mg/dl, creatinine 0,6 mg/dl, ureum 32 mg/dl, natrium

darah 140 mmol/l, kalium darah 4,3 mmol/l, calcium ion 1,28 mmol/l

Terapi tanggal 10 Maret 2015, cefriaxon 1gr/12jam untuk mengobati

dan mencegah infeksi, infus RL 0,5 % untuk menambah cairan/nutrisi

mencegah dehidrasi, dexametason 5mg/6jam untuk mencegah pelepasan zat-

zat didalam tubuh yang menyebabkan peradangan, diazepam 10gram untuk

penenang, ampicillin 500mg/6jam untuk mengobati infeksi akibat bakteri

tertentu, chloramphenicol 500mg/6jam untuk mengobati infeksi yang

disebabkan bakteri, midazolam 48mg/24jam dalam Nacl untuk penenang,

ranitidine 1 ampul/12 jam untuk mengatasi gastritis.

Page 53: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

40

C. Perumusah Masalah Keperawatan

Analisa data pada hari selasa, 10 Maret 2015 jam 09.00 WIB

didapatkan data subyektif pasien tidak nafsu makan dan mual didapatkan data

subyektif keluarga mengatakan An. A tidak nafsu makan data obyektif pasien

hanya makan setengah porsi rumah sakit, Antropometri BB : 30 kg, TB: 110

cm, IMT: 24,7( normal), biochemical hemoglobin 12,7 g/dl, hematokrit 40 %,

clinical sign : turgor kulit kurang baik lembab, dietary history : nafsu makan

berkurang, dari data tersebut diambil diagnosa keperawatan ketidak

seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

tidak adekuat.

Analisa data pada hari selasa, 10 Maret 2015 jam 09.10 WIB data

subyektif keluarga mengatakan pasien susah untuk beraktivitas, data obyektif

Pasien tampak lemah, hanya berbaring ditempat tidur saja, aktivitas sehari-hri

dibantu keluarga tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 96 x/menit, suhu 36,4C,

respirasi pernafasan 22x/menit, dari data tersebut diambil diagnosa hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot.

Analisa data pada hari selasa 10 Maret 2015 jam 09.15 WIB data

subyektif keluarga mengatakan pasien hanya tidur atu berbaring saja, data

obyektif pasien tampak lemah, hanya mampu berbaring ditempat tidur saja,

turgor kulit kurang baik, lembab, skor skala Braden Q : persepsi sensori 2:

sangat terbatas, kelembapan 3: kulit kadang lembab, aktivitas 1: beraktivitas

terbatas, mobilisasi 2: sangat terbatas, nutrisi 3: kurang asupan nutrisi, friksi

dan gesekan 2: bantuan sedang sampai maksimum untuk bergerak, nilai skor

Page 54: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

41

skala Braden Q 13 : mempunyai resiko sedang, dari data tersebut diambil

diagnosa keperawatan resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

imobilisasi fisik.

D. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, mempunyai tujuan

agar setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan

nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil : nafsu makan bertambah, pasien

bias menghabiskan porsi makan dari rumah sakit. Intervensi yang akan

dilakukan adalah pantau intake nutrisi pada anak rasional untuk mengetahui

masukan/intake nutrisi pada klien, bantu perawatan diri makan rasional

membantu dalam pemenuhan nutrisi klien, anjurkan pada keluarga untuk

memberikan makanan yang disukai anak sedikit tapi sering dan sajikan selagi

hangat rasional tindakan ini dapat meningkatkan masukan nutrisi meskipun

nafsu makan mungkin lambat kembali, berikan informasi tentang pentingnya

nutrisi pada anak rasional agar keluarga mengetahui nutrisi apa saja yang

dibutuhkan anak,diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan

nutrisi klien rasional agar klien mendapatkan diit yang tepat untuk memenuhi

nutrisinya.

Perencanaan untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan penurunan kendali otot, mempunyai tujuan agar setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan mobilisasi dapat

terpenuhi dengan baik, dengan kriteria hasil : klien dapat membolak-balik

Page 55: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

42

posisi dengan mudah, pasien sudah tidak lemah lagi, pergerakan sendi aktif.

Intervensi yang akan dilakukan adalah kaji mobilitas pasien secara terus-

menerus rasional mengetahui perkembangan kekuatan sendi klien, latih

rentang pergerakan sendi aktif dan pasif untuk memperbaiki kekuatan dan

daya tahan otot rasional membantu mempertahankan dan meningkatkan

kekuatan dan ketahanan otot klien, ajarkan pada keluarga pemberian asuhan

dalam proses berpindah rasional mempermudah pergerakan klien, kolaborasi

dengan ahli terapi fisik dan okupasi rasional untuk mengembangkan

perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.

Perencanaan untuk diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan imobilisasi fisik, mempunyai tujuan agar setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi gangguan integritas

kulit dengan kriteria hasil kulit tidak lembab, turgor kulit baik, tidak terdapat

luka dikulit, nilai skor skala Braden Q menjadi 15 : resiko ringan. Intervensi

yang akan dilakukan adalah observasi keadaan kulit klien rasional untuk

mengetahui ada tidaknya tanda-tanda luka tekan, lakukan terapi alih baring

setiap 2 jam sekali rasional untuk mencegah kelembapan pada kulit yang dapat

menyebabkan kerusakan jaringan, ajarkan keluerga untuk melakukan alih

baring pada pasien secara mandiri rasional agar keluarga dapat tetap

melakukan alih baring pada pasien saat diluar pengawasan perawat jaga,

anjurkan keluarga untuk menggunakan pakaian pada pasien yang longgar

rasional untuk menghindari terjadinya penumpukan keringat hawa panas dan

kelembapan yang dapat menimbulkan kerusakan integritas kulit, kolaborasi

Page 56: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

43

dengan dokter dalam pemberian obat rasional untuk membantu proses

penyembuhan.

E. Implementasi Keperawatan

Implementasi untuk mengatasi diagnosa ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat hari

selasa 10 Maret 2015 jam 10.00 WIB memantau nutrisi, pasien tampak belum

nafsu makan, sisa makan ½ porsi rumah sakit, membantu perawatan diri

makan, aktif saat dibantu saat makan, menganjurkan pada keluarga untuk

memberikan makanan yang disukai anak sedikit tapi sering dan sajikan selagi

hangat keluarga tampak paham dan akan melakukannya, memberikan

informasi tentang pentingnya nutrisi pada anak, keluarga paham dan jelas,

10.10 WIB mengkaji tanda-tanda vital dengan respon obyektif tekanan darah

120/70 mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,4 C, respirasi 20 x/menit

mendiskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi pasien

keluarga menerima makanan yang sudah ditentukan oleh ahli gizi rumah sakit.

Pada hari rabu, 11 Maret 2015 jam 10.00 WIB memantau nutrisi

pasien dengan respon obyektif belum nafsu untuk makan, makan habis

setengah porsi rumah sakit, jam 10.05 WIB membantu perawatan diri makan

aktif saat dibantu untuk makan, 10.10 WIB mengkaji tanda-tanda vital dengan

respon obyektif tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 94 x/menit, suhu 36,6 C,

respirasi 20 x/menit.

Pada hari Kamis, 12 Maret 2015 jam 10.00 WIB memantau nutrisi

pasien dengan respon obyektif pasien sudah nafsu untuk makan, makan habis

Page 57: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

44

satu porsi rumah sakit, jam 10.05 WIB membantu perawatan diri makan aktif

saat dibantu untuk makan, 10.10 WIB mengkaji tanda-tanda vital dengan

respon obyektif tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 96 x/menit, suhu 36,4 C,

respirasi 22 x/menit.

Implementasi untuk mengatasi diagnosa hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kendali otot yaitu hari selasa 10 Maret 2015

jam 10.30 WIB mengkaji mobilitas pasien secara terus-menerus dengan

respon obyektif pasien tampak hanya mampu berbaring ditempat tidur,

pergerakan sendi masih pasif, melatih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif

dengan respon obyektif pasien mengikuti gerakan yang diajarkan,

mengajarkan pada keluarga pemberian asuhan tentang mekanika tubuh yang

baik dengan respon obyektif keluarga paham dan jelas dan akan menerapkan

pada pasien.

Pada hari rabu, 11 Maret 2015 jam 10.20 WIB, mengkaji mobilitas

pasien secara terus-menerus dengan respon obyektif pasien tampak hanya

mampu berbaring ditempat tidur, Jam 10.25 WIB, melatih rentang pergerakan

sendi aktif dan pasif dengan respon obyektif pasien tampak mengikuti gerakan

yang diajarkan tetapi masih pasif.

Pada hari kamis, 12 Maret 2015 jam 10.20 WIB, mengkaji mobilitas

pasien dengan respon obyektif pasien tampak berpindah posisi ditempat tidur

secara mandiri, duduk, miring, menggerakan tangan dan kaki.

Implementasi untuk mengatasi diagnosa resiko kerusakan integritas

kulit berhubungan dengan imobilisai fisik pada hari selasa 10 Maret 2015 jam

Page 58: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

45

10.40 WIB mengobservasi keadaan kulit diatas penonjolan tulang dan titik

penekanan yang lain saat resposisi setiaaap hari dengan respon obyektif

turgor kulit kurang baik, tidak ada luka dan lembab, nilai skala Braden Q 13.

Jam 10.45 WIB melakukan terapi alih baring 2 jam sekali dengan respon

obyektif posisi miring kiri. Jam 10.50 WIB menganjurkan keluarga untuk

melakukan alih baring pada pasien secara mandiri dengan respon obyektif

keluarga tampak mengerti dan paham, 11.00 WIB mengkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian terapi obat cefriaxon 1gr/12 jam, dexametason 5mg/6

jam, midazolam 48 mg/24 jam dalam Nacl dengan respon obyektif obat sudah

masuk, tidak ada tanda-tanda alergi dan tidak menangis, 12.45 WIB

melakukan terapi alih baring dengan respon obyektif posisi miring kekanan.

Pada hari rabu, 11 Maret 2015 jam 10.35 WIB, memgobservasi

keadaan kulit pasien diatas penonjolan tulang dan titik penekanan yang lain

saat reposisi setiap hari dengan respon obyektif turgor kulit kurang baik, tidak

ada luka, lembab, nilai skala Braden Q 14. Jam 10.40 WIB, melakukan terapi

alih baring 2 jam sekali dengan respon obyektif posisi miring kekanan selama

2 jam, 10.45 WIB memberikan terapi obat cefriaxon 1gr/12 jam, dexametason

5mg/6 jam, dengan respon obyektif obat sudah masuk, tidak ada tanda-tanda

alergi dan tidak menangis, 12.40 WIB melakukan terapi alih baring dengan

respon obyektif posisi miring kekiri.

Pada hari kamis, 12 Maret 2015 jam 10.30 WIB, memgobservasi

keadaan kulit pasien diatas penonjolan tulang dan titik penekanan yang lain

saat reposisi setiap hari dengan respon obyektif turgor kulit sudah baik, tidak

Page 59: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

46

ada luka, tidak lembab, nilai skala Braden Q 18. Jam 10.40 WIB, melakukan

terapi alih baring 2 jam sekali dengan respon obyektif posisi miring kekiri,

10.50 WIB memberikan terapi obat cefriaxon 1gr/12 jam, dexametason 5mg/6

jam, dengan respon obyektif obat sudah masuk, tidak ada tanda-tanda alergi

dan tidak menangis, 12.40 WIB melakukan terapi alih baring dengan respon

obyektif posisi miring kekanan.

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan hari selasa, 10 Maret 2015 jam 10.25 WIB

diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake dengan metode SOAP, didapatkan pasien makan

hanya setengah porsi rumah sakit, tidak nafsu makan, tekanan darah 120/70

mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,4 C, respirasi 20 x/menit, masalah belum

teratasi, plenning lanjutkan intervensi : pantau nitrisi pasien, pantau tanda-

tanda vital, bantu perawatan diri makan, diskusikan dengan ahli gizi dalam

pemberian kebutuhan nutrisi.

Pada hari rabu, 11 Maret 2015 jam 10.15 WIB dilakukan evaluasi

dengan metode SOAP, didapatkan pasien makan hanya setengah porsi rumah

sakit, tidak nafsu makan, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 94 x/menit, suhu

36,6 C, respirasi 20 x/menit, masalah belum teratasi, plenning lanjutkan

intervensi : pantau nutrisi pasien, pantau tanda-tanda vital, bantu perawatan

diri makan.

Pada hari kamis, 12 Maret 2015 jam 10.15 WIB dilakukan evaluasi

dengan metode SOAP, didapatkan pasien tampak lahap makan habis satu

Page 60: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

47

porsi rumah sakit, sudah nafsu makan, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 96

x/menit, suhu 36,6 C, respirasi 22 x/menit, masalah sudah teratasi, plenning

hentikan intervensi.

Pada hari Selasa, 10 Maret 2015 jam 10.35 WIB diagnosa hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot dilakukan evaluasi

dengan metode SOAP, didapatkan pasien hanya mampu berbaring saja,

pergerakan sendi massif pasif, masalah belum teratasi planning lanjutkan

intervensi : kaji mobilitas pasien, , latih rentang pergerakan sendi.

Pada hari rabu, 11 Maret 2015 jam 10.35 WIB dilakukan evaluasi

dengan metode SOAP, didapatkan pasien hanya mampu berbaring saja, nilai

kekuatan otot tersebut dengan respon obyektif pasien hanya mampu berbaring

ditempat tidur saj, pergerakan sendi masih pasif, masalah belum teratasi,

planning lanjutkan intervensi : kaji mobilitas pasien, latih rentang pergerakan

sendi.

Pada hari Kamis, 12 Maret 2015 jam 10.25 WIB dilakukan evaluasi

dengan metode SOAP, didapatkan pasien tampak berpindah posisi dari tempat

tidur secara mandiri, duduk, miring kanan dan kiri, menggerakan tangan dan

kaki dengan aktif, masalah sudah teratasi, planning hentikan intervensi.

Selasa 10 Maret 2015 jam 10.55 WIB diagnosa resiko kerusakan

integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik, dilakukan evaluasi

dengan metode SOAP didapatkan data obyektif turgor kulit kurang baik, tidak

ada luka, lembab, pasien masih bedrest total, skor skala Braden Q 13 (

persepsi sensori : 2 sangat terbatas, kadang-kadang lembab 3, beraktivitas

Page 61: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

48

terbatas 1, mobilisasi sangat terbatas 2, nutrisi cukup 3, friksi dan gesekan 2

bantuan minimum, masalah belum teratasi, planning lanjutkan inervensi :

observasi keadaan kulit, lakukan terapi alih baring 2 jam sekali, kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian terapi obat.

Pada hari rabu 11 Maret 2015 jam 10.50 WIB dilakukan evaluasi

dengan metode SOAP didapatkan data obyektif turgor kulit kurang baik, tidak

ada luka, lembab, pasien masih bedrest total, skor skala Braden Q 14 (

persepsi sensori : 2 sangat terbatas, kadang-kadang lembab 3, beraktivitas

terbatas 1, mobilisasi agak terbatas 3, nutrisi cukup 3, friksi dan gesekan 2

bantuan minimum, masalah belum teratasi, planning lanjutkan inervensi :

observasi keadaan kulit, lakukan terapi alih baring 2 jam sekali, kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian terapi obat.

Pada hari Kamis, 12 Maret 2015 jam 10.40 WIB dilakukan evaluasi

dengan metode SOAP didapatkan data obyektif turgor kulit kurang baik, tidak

ada luka, lembab, pasien masih bedrest total, skor skala Braden Q 18 : resiko

ringan (persepsi sensori sedikit terbatas skor 3, kelembapan kulit jarang

lembab skor 4, aktivitas mampu berjalan dabantu skor 2, mobilisasi agak

terbatas skor 3, nutrisi asupan baik skor 4, friksi dan gesekan memerlukan

bantuan minimum skor 2, masalah sudah teratasi, planning hentikan inervensi.

Page 62: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

49

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini Penulis akan membahas tentang “Pemberian tindakan alih

baring terhadap kejadian dekubitus pada An. A dengan Meningitis di Rumah Sakit

Dr. Moewardi Surakarta” yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015. Asuhan

keperawatan yang dilakukan melalui tahap, pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi, penulis dalam bab ini membahas tentang

adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil aplikasi pada kasus.

A. Pengkajian

Menurut Potter & Perry (2005) bahwa pengkajian adalah proses

sistematis dari pengumpulan dan komunikasi data tentang klien yang

bertujuan menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan,

pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan nilai gaya

hidup yang dilakukan.

Hasil pengkajian pada Tn. P yang dilakukan tanggal 10 maret jam

09.00 WIB keluhan utama keluarga mengatakan An. A keluarga mengatakan

mual tidak nafsu makan, lemas, data didapat melalui dengan metode

alloanamnesa (mendapat data dari keluarga). Dokter mendiagnosa

Meningitis. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan sumsum

tulang belakang. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa

keluhan utama pada penderita meningitis yaitu penurunan kesadaran disertai

kejang (Pudiastuti, 2011).

Page 63: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

50

Riwayat penyakit sekarang keluarga mengatakan pada tanggal 04

Maret 2015 keadaan An. A mengeluh pusing, muntah 5x ½ gelas belimbing

isi makanan dan minuman yang dikonsumsi, nafsu makan menurun, lalu

orang tua membawa klien kebidan dan diberi obat siruf tetap tidak ada

perubahan, kemudian pasien dibawa ke RS terdekat, saat di RS tersebut

pasien kejang 3x siklus 5 menit, kejang seluruh tubuh, badan kaku, kejang

disertai demam lalu pasien dirujuk ke RS Widodo, ngawi dan pasien dirawat

selama 3 hari, saat dirawat pasien kejang 4x 5 menit kejang disertai demam,

belum ada perubahan keluarga membawa anak ke RS Dr. Moewardi saat di

IGD pasien tampak lemah, kejang 1x 2 menit, kaku seluruh tubuh, pasien

telah terpasang infus RL 0,5 % dan mendapat terapi O2 2L/menit, kemudian

pasien dipindahkan ke bangsal Melati II pada tanggal 10 Maret 2015.

Dibangsal pasien mendapatkan terapi infus RL0,5 % dan mendapat terapi O2

2L/menit pasien tampak lemah sudah tidak terjadi kejang dan penurunan

kesadaran, pasien mual tidak nafsu makan. Dalam teori menyebutkan

penderita meningitis awalnya menunjukan gejala seperti Lesu, Mudah

terangsang, Hipertermi, Anoreksia, Sakit kepala, penurunan kesadaran, mual,

Muntah yang sering proyektil (menyembur), Tangisan yang merintih

(Sumirto, 2010).

Meningitis bukan penyakit yang menurun, penyakit ini disebabkan

karna virus, bakteri, jamur (mikroorganisme). Pengkajian riwayat kesehatan

keluarga, An. A merupakan anak kedua tinggal bersama kedua orang tua dan

satu kaka laki-lakinya, dalam anggota keluarga belum pernah ada yang

Page 64: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

51

mengalami penyakit meningitis dan tidak ada yang mempunyai riwayat

penyakit menurun seperti hipertensi, diabetes militus, jantung koroner.

Dalam pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis

pada klien, di dapatkan yaitu : keadaan umum lemah, kesadaran somnolent.

Skor skala Braden Q yang didapatkan dari pengkajian penulis diperoleh

persepsi sensori 2: sangat terbatas, kelembapan 3: kulit kadang lembab,

aktivitas 1: beraktivitas terbatas, mobilisasi 2: sangat terbatas, nutrisi 3:

kurang asupan nutrisi, friksi dan gesekan 2: bantuan sedang sampai

maksimum untuk bergerak, nilai skor skala Braden Q, menurut Braden skor,

skala Braden Q mencapai 13 adalah mempunyai resiko sedang terjadinya

luka tekan, didapatkan antropometri yaitu BB: 30 kg, PB: 110 cm.

Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu 36,4˚C, pernafasan

2p2x/menit, nadi 96x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg,Pemeriksaan mata

sklera tidak ikterik, pupil isokor, konjungtiva pucat, ada reflek terhadap

cahaya. Mulut mukosa bibir kering dan pucat, warna bibir merah kehitaman.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa, status penampilan

kesehatan pada pasien meningitis lemah, tingkat kesadaran kesehatan

somnolent, pemeriksaan tanda-tanda vital frekuensi nadi dan tekanan darah

normal, pemeriksaan pupil isokor kunjungtiva pucat, ada reflek terhadap

cahaya dan mulut mukosa bibir kering dan pucat (Suriadi, 2006).

Pada pemeriksaan GCS kesadaran klien yang didapatkan oleh penulis

didapatkan hasil yaitu GCS E:2 V:3 M:4 :9 tingkat kesadaran somnolen. Pada

pemeriksaan ekstremitas atas kekuatan otot kanan dan kiri terpasang infus RL

Page 65: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

52

pada tangan kiri dan tangan kanan tidak bias digerakkan, tidak ada odema,

ROM kanan dan kiri : tangan kanan dan kiri ekstensi tidak mampu digerakan

perabaan akral hangat, pitting edema +1. Ekstremitas bawah kekuatan otot

kanan dan kiri tidak pmampu digerakan, kondisi lemah tidak ada odema.

ROM kanan dan kirir, kaki kanan dan kirir ekstensi, perubahan bentuk tulang

: tidak ada kelainan, perabaan akral : hangat, pitting edema : +1. Menurut

Suriadi (2006) pada pemeriksaan meningitis didapat GCS kesadaran klien

adalah E:2 V:3 M:4 :9 tingkat kesadaran somnolent, dan kelemahan umum

pada ekstremitas (Suriadi, 2006).

Gambaran klinis pada meningitis dimulai dengan Volume pustula

yang semakin meningkat dapat mengakibatkan peningkatan desakan di dalam

intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial dapat menyebabkan penurunan

kesadaran (Suriadi, 2006).

Berdasarkan uraian data pengkajian di atas didapatkan data An. A

tampak mual tidak nafsu makan, makan hanya habis ½ porsi. Pengkajian

ABCD , antropometri saat dirawat 30 kg, TB: 110 cm, IMT 24,7

( berat normal ), biochemical data : Hemoglobin : 12,7 g/dl, Hematokrit :

40%, clinical sign : rambut berminyak, berwarna hitam, kulit : turgor kulit

kurang baik/ lembab, mata : konjungtiva tidak anemis, diet: nafsu makan

klien berkurang, klien makan 3x sehari hanya habis ½ porsi rumah sakit

dengan menu nasi bubur, sayur, lauk dan the hangat satu hari 7-8 gelas

belimbing jumlahnya kurang lebih sehari 1500-1700cc.

Page 66: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

53

Tujuan dari mengkaji kebutuhan nutrisi yaitu mengidentifikasi adanya

defisiensi nutrisi dan pengaruhnya terhadap status kesehatan, mengumpulkan

informasi khusus guna menetapkan rencana asuhan keperawatan yang

berkaitan dengan nutrisi. Pengkajian nutrisi dinilai dari status gizi dimana

perawat menggunakan ‘ABCD’ (Antropometri, Biokimia Clinical Sign,

Dietary Histori) Antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan,

biokimia clinical meliputi indicator hemoglobin dan hematokrit, clinical sign

yaitu gejala klinis, Dietary yaitu latar belakang diet (Siegar, 2005). Pada anak

yang mengalami kekurangan nutrisi ditandai dengan anoreksia

(tidak nafsu makan) yaitu dengan gangguan makan yang dicirikan oleh

penolakan untuk mempertahankan berat badan yang parah tanpa adanya

penyebab fisik yang jelas. Kebiasaan anak memilih makanan ringan atau

makanan yang berperasa kuat akan menyebabkan jumlah dan jenis makanan

yang dikonsumsi anak kecil bervariasi sehingga kebersihan dan kualitas

makanan tidak terjamin (Wong, 2008).

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Maret 2015, jenis

pemeriksaan Hematologi rutin, hemoglobin : 12,7 g/dl, hematokrit 40%,

leukosit 6,5 ribu/ul, trombosit 447 ribu/ul, eritrosit 4,67 jutal/ul. Pemeriksaan

indek eritrosit MCV 84,8 /um, MCH 27,2 pg, MCHC 32,1 g/dl, MPV 7,2 fl,

PDW 16 %. Pemeriksaan hitung jenis eosinofil 1,30 %, basofil 0,40 %,

netrofil 57,30 %, limfosit 30,00 %, monosit 11,00 % ( high ). Pemeriksaan

kimia klinik GDS 85 mg/dl, creatinine 0,6 mg/dl, ureum 32 mg/dl, natrium

darah 140 mmol/l, kalium darah 4,3 mmol/l, calcium ion 1,28 mmol/l, sel

Page 67: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

54

darah putih (PMN) di atas 100/mm3, kadar protein meningkat (0,8-4 g/l) dan

kadar gula rendah )<15 mmol/liter). Untuk pemeriksaan penunjang menurut

teori sudah sesuai karna untuk penderita meningitis dipastikan dengan

lumbal dan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS), hasil CSS keruh dan

reaksi Nonne dan Pandy positif, menunjukan jumlah sel darah putih (PMN)

di atas 100/mm3, kadar protein meningkat (0,8-4 g/l) dan kadar gula rendah

(<15 mmol/liter) (Eduka, 2013).

Terapi yang didapatkan klien yaitu terapi cefriaxon 1gr/12jam untuk

mengobati dan mencegah infeksi, infus RL 0,5 % untuk menambah

cairan/nutrisi mencegah dehidrasi, dexametason 5mg/6jam untuk mencegah

pelepasan zat-zat didalam tubuh yang menyebabkan peradangan, diazepam

10gram untuk penenang, ampicillin 50mg/6jam untuk mengobati infeksi

akibat bakteri tertentu, chloramphenicol 500mg/6jam untuk mengobati

infeksi yang disebabkan bakteri, midazolam 48mg/24jam dalam Nacl untuk

penenang, ranitidine 1 ampul/12 jam untuk mengatasi gastritis. Terapi

pemberian perawatan kulit dengan alih baring berfungsi untuk mencegah

terjadinya resiko luka tekan/ dekubitus. Menurut teori terapi pengobatan

sudah sesuai tidak ada kesenjangan mendapatkan sefriakson 100mg/kg

BB/12jam, sefotaksim 50mg/kg BB/6jam, kloramfenicol 25 mg/kg BB/6jam,

ampicillin 50mg/kg BB/6jam, dexametazon 0,6mg/kg BB/hari IV selama 2-3

minggu (Eduka, 2013).

Page 68: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

55

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses

kehidupan yang actual/ potensial klien terhadap masalah kesehatan

yang perawat mempunyai lisensi dan kompeten mengatasinya

(Potter & Perry, 2005).

Diagnosa pertama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan inake yang tidak adekuat karena saat

dilakukan pengkajian didapatkan data subyektif ibu mengatakan pasien tidak

nafsu makan dan didapatkan data obyektif didapatkan antropometri saat

dirawat 30 kg, TB: 110 kg, IMT 24,7 ( berat normal ), biochemical data :

Hemoglobin : 12,7 g/dl, Hematokrit : 40%, clinical sign : rambut berminyak,

berwarna hitam, kulit : turgor kulit kurang baik/ lembab, mata : konjungtiva

tidak anemis, diet: nafsu makan klien berkurang, klien makan 3x sehari hanya

habis ½ porsi rumah sakit dengan menu nasi bubur, sayur, lauk dan the

hangat satu hari 7-8 gelas belimbing jumlahnya kurang lebih sehari 1500-

1700cc. Kondisi tersebut akan menyebabkan An. A mengalami

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang disebabkan

oleh intake tidak adekuat akibat mual, mutah, atau anoreksia (Riyadi &

Yuliana, 2010).

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Batasan karakteristiknya adalah kram abdomen, menghindari makanan,

Page 69: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

56

kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut berlebih, kurang makanan,

kurang informasi, kurang minat makanan, penurunan berat badan dengan

asupan makanan adekuat, membrane mukosa pucat, ketidakmampuan makan

makanan, mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily

allowance), sariawan dirongga mulut, kelemahan otot pengunyah, staetorea

(Herdman, 2012).

Diagnosa kedua yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

penurunan kendali otot karena saat dilakukan pengkajian didapatkan data

subyektif ibu mengatakan klien tubuhnya lemas sekali, data obyektif Pasien

sulit untuk beraktifitas, pasien tampak lemah, hanya berbaring ditempat tidur

saja, aktivitas sehari-hri dibantu keluarga tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

96 x/menit, suhu 36,4C, respirasi pernafasan 22x/menit. Kondisi tersebut

akan menyebabkan An. A mengalami hambatan mobilitas fisik yang

disebabkan oleh kelemahan fisik (Wilkinson, 2012).

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik

tubuh satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah

(Wilkinson,2012). Batasan karakteristik penurunan waktu reaksi, kesulitan

membolak-balik posisi/bergerak, keterbatasan untuk melakukan keterampilan

motoric halus, keterbatasan untuk melakukan ketrampilan motorik kasar,

keterbatasan rentang pergerakan sendi (range of motion/ ROM),

melambatnya pergerakan (Wilkinson, 2006).

Diagnosa ketiga yaitu resiko kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan imobilisasi fisik karena saat dilakukan pengkajian didapatkan data

Page 70: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

57

subyektif ibu klien mengatakan klien hanya tidur dan berbaring saja, data

obyektif klien tampak lemah, turgor kulit kurang baik, lembab, skor skala

braden q : persepsi sensori 2: sangat terbatas, kelembapan 3: kulit kadang

lembab, aktivitas 1: beraktivitas terbatas, mobilisasi 2: sangat terbatas, nutrisi

3: kurang asupan nutrisi, friksi dan gesekan 2: bantuan sedang sampai

maksimum untuk bergerak, nilai skor skala Braden Q 13 : mempunyai resiko

sedang. Kondisi tersebut akan menyebabkan An. A mengalami terjadinya

resiko kerusakan integritas kulit yang disebabkan karena kelembapan kulit

dan imobilitas fisik (Wilkinson, 2012).

Resiko kerusakan integritas kulit adalah suatu keadaan seseorang

yang beresiko terjadi perubahan secara yang tidak diinginkan

(Wilkinson, 2006). Batasan karakteristik pada pasien tidak memiliki tanda-

tanda tetapi beresiko mengalami gangguan pada permukaan kulit atau

kerusakan lapisan kulit, adanya kemerahan, kelembapan dan terjadinya

imobilisasi fisik.

Diagnosa keempat yaitu cemas berhubungan dengan perubahan

status mental adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang samar

disertai respon autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi

terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang

memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu

untuk bertindak menghadapi ancaman (Wilkson, 2012). Diagnosa ini tidak

diangkat karena saat pengkajian didapatkan hasil pasien tidak tampak cemas

terlihat tenang karna selalu ditemani oleh keluarganya.

Page 71: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

58

Dalam menyusunan diagnosa keperawatan penulis menggunakan

hirarki maslow yang menyebutkan bahwa dalam memprioritaskan masalah,

kebutuhan kedua harus terpenuhi dari kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan

yang memiliki prioritas tertinggi dibandingkan dengan kebutuhan lain seperti

kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas tidak terjadi masalah maka

kebutuhan nutrisi dan cairan menjadi kebutuhan yang utama, lalu kebutuhan

mobilisasi dan tirah baring (Mubarak, 2007).

C. Intervensi

Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain

untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara

menyelesaikan perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah

dengan efektif dan efesien (Rohmah & Walid, 2012). Rencana keperawatan

ini disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana

tindakan keperawatan dapat dilakukan dengan prinsip ONEC, observasi

(rencan tindakan untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap

kemajuan klien untuk memantau secara langsung yang dilakukan secara

terus-menerus), nursing treatment (rencan tindakan yang dilakukan untuk

mrngurangi dan mencegah perluasan masalah), education (rencana tindakan

yang berbentuk pendidikan kesehatan), colabirasi (tindakan medis yang

dilimpahkan kepada perawat) (Sholeh, 2012).

Page 72: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

59

Dalam refrensi intervensi dituliskan sesuai dengan kriteria intervensi

NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome

Clasification) dan diselesaikan secara SMART yaitu Spesifik (jelas atau

khusus), measurable (dapat diukur), Achievable (dapat diterima), rasional

dan time (ada kriteria waktu) (Sholeh, 2012).

Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, penulis mencantumkan

tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil : mengungkapkan tekad untuk

mematuhi diet, menoleransi diet yang dianjurkan,nafsu makan bertambah,

pasien bisa menghabiskan porsi makan dari rumah sakit, klien tidak mual

(Wilkinson, 2012).

Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

karena jika nutrisi klien buruk maka dapat mengakibatkan asupan protein dan

nutrisi lain tidak adekuat sehingga akan menurunkan pertahanan tubuh

terhadap infeksi dan menghambat penyembuhan (Potter & Perry, 2005).

Rencana tindakan dalam diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat adalah :

pantau intake nutrisi pada anak rasional untuk mengetahui masukan/intake

nutrisi pada klien, bantu perawatan diri makan rasional membantu dalam

pemenuhan nutrisi klien, anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan

yang disukai anak sedikit tapi sering dan sajikan selagi hangat rasional

tindakan ini dapat meningkatkan masukan nutrisi meskipun nafsu makan

Page 73: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

60

mungkin lambat kembali, berikan informasi tentang pentingnya nutrisi pada

anak rasional agar keluarga mengetahui nutrisi apa saja yang dibutuhkan

anak,diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi pasien

rasional agar klien mendapatkan diit yang tepat untuk memenuhi nutrisinya

(Nurarif, 2013).

Diagnosa yang kedua yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan penurunan kendali otot, penulis mencantumkan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mobilisasi

dapat terpenuhi dengan baik, dengan kriteria hasil : klien dapat membolak-

balik posisi dengan mudah, klien sudah tidak lemah lagi, pergerakan sendi

aktif (Wilkinson, 2012).

Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

karena hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan pada pergerakan

fisik tubuh satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah sehingga

jika tidak diatasi dapat menyebabkan resiko kerusakan integritas kulit

(Wilkinson, 2012).

Rencana tindakan untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kendali otot adalah : kaji mobilitas pasien

secara terus-menerus rasional mengetahui perkembangan kekuatan sendi

klien, latih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif untuk memperbaiki

kekuatan dan daya tahan otot rasional membantu mempertahankan dan

meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot klien, ajarkan pada keluarga

Page 74: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

61

pemberian asuhan dalam proses berpindah rasional mempermudah

pergerakan klien (Wilkinson, 2012).

Pada diagnosa yang ketiga resiko kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan imobilisasi fisik, mempunyai tujuan agar setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi

gangguan integritas kulit dengan kriteria hasil kulit tidak lembab, turgor kulit

baik, tidak terdapat luka dikulit, nilai skor skala Braden Q menjadi 15 : resiko

ringan (Wilkinson, 2012).

Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan sela 3x24 jam,

karena jika masalah tidak teratasi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

integritas kulit, luka tekan/ dekubitus (Potter & Perry, 2005).

Rencana tindakan resiko kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan imobilisasi fisik adalah : observasi keadaan kulit klien rasional untuk

mengetahui ada tidaknya tanda-tanda luka tekan, lakukan terapi alih baring

setiap 2 jam sekali rasional untuk mencegah kelembapan pada kulit yang

dapat menyebabkan kerusakan jaringan, anjurkan keluarga untuk

menggunakan pakaian pada pasien yang longgar rasional untuk menghindari

terjadinya penumpukan keringat hawa panas dan kelembapan yang dapat

menimbulkan kerusakan integritas kulit, kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat rasional untuk membantu proses penyembuhan

(Wilkinson, 2012).

Page 75: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

62

D. Implementasi

Implementasi atau tindakan keperawatan satu catatan tentang yang di

berikan perawat kepada pasien yang berisikan catatan pelaksanaan rencan

perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari rencana tindakan keperawtan

mandiri dan tindakan kolaboratif (Rohmah & Walid, 2012).

Berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan yang pertama yaitu

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake tidak adekuat pada hari pertama yaitu tanggal selasa 10 Maret 2015

jam 10.00 WIB Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis

adalah memantau intake nutrisi pada anak, membantu perawatan diri makan,

menganjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan yang disukai anak

sedikit tapi sering dan sajikan selagi hangat, memberikan informasi tentang

pentingnya nutrisi pada anak, mendiskusikan dengan ahli gizi dalam

menentukan kebutuhan nutrisi klien (Wilkinson, 2012).

Untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh penulis melakukan pemantauan intake nutrisi. Berguna

dalam mendefiniskan keseimbangan antara input dan output dan

juga derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat

(Potter & Perry, 2006).

Pada hari kedua tanggal 11 Maret 2015 memantau nitrisi pasien

(masukan nutrisi pasien), membantu perawatan diri makan aktif saat dibantu

untuk makan, mengkaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,

pernafasan). Pada hari kedua penulis dapat melakukan tindakan keperawatan

Page 76: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

63

membantu perawatan diri makan aktif dan klien kooperatif

(Wilkinson, 2012).

Pada hari ketiga tanggal 12 Maret 2015 memantau nutrisi pasien,

membantu perawatan diri makan aktif saat dibantu untuk makan mengkaji

tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan). Pada hari ketiga

penulis tidak lagi membantu perawatan makan aktif pada klien karna

keluarga sudah membantu klien dalam pemenuhan makan klien, tetapi klien

masih mendiskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi

klien (Wilkinson, 2012).

Implementasi keperawatan untuk mengatasi diagnosa hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot yaitu hari

pertama senin tanggal 10 Maret 2015, mengkaji mobilitas pasien secara terus-

menerus, melatih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif untuk

memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot, mengajarkan pada keluarga

pemberian asuhan tentang mekanika tubuh yang baik. Penulis belum

melakukan tindakan keperawatan melakukan kolaborasi dengan ahli

fisioterapi dalam perencanaan aktivitas klien karena keterbatasan waktu

(Wilkinson, 2012).

Pada hari kedua tanggal 11 Maret 2015 penulis melakukan tindakan

keperawatan mengkaji mobilitas pasien, melatih rentang pergerakan sendi

aktif dan pasif. Pada hari kedua penulis sudah tidak lagi mengajarkan pada

keluarga pemberian asuhan tentang mekanika tubuh yang baik, karna

keluarga sudah paham dan dapat melakukannya (Wilkinson, 2012).

Page 77: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

64

Pada hari ketiga tanggal 12 Maret 2015 penulis melakukan tindakan

keperawatan, mengkaji mobilitas fisik. Pada hari ketiga penulis tidak lagi

melatih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif, karena klien tampak

berpindah posisi dari tempat tidur secara mandiri, duduk, miring kanan dan

kiri (Wilkinson, 2012).

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. A untuk

megatasi diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan imobilisasi fisik salah satunya adalah melakukan perawatan kulit alih

baring. Tahap dalam perawatan kulit alih baring adalah pemberian posisi

miring / sim kiri, pemberian posisi miring/ sim kanan, pemberian posisi

terlentanng. Penelitian yang dilakukan Sari, (2007), terjadinya dekubitus pada

posisi tubuh lateral dengan sudut maximum 30 derajat juga akan mencegah

kulit dari gesekan (friction) dan perobekan jarigan (shear). Pergesekan akan

mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit, sedangkan

perobekan jaringan bias mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta

kerusakan pada jaringan bagian dalam, seperti otot (Sari 2007).

Alih baring berpengaruh terhadap pencegahan dekubitus pada klien

bedrest total Alih baring adalah pengaturan posisi yang diberikan untuk

mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit (Perry & Potter 2005).

Tujuan dari pengaruh alih baring adalah untuk merubah adanya

tekanan tubuh pada daerah-daerah tertentu sehingga tidak terjadi

ketidakseimbangan beban tubuh pada suatu titik yang dapat menyebabkan

terganggunya sirkulasi aliran darah pada daerah yang tertekan tersebut (Perry

Page 78: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

65

& Potter 2005). Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan,

jaringan yang membelok dan konstriksi kuat pada pembuluh darah akibat

tekanan persisten pada kulit dan struktur dibawah kulit sehingga respirasi

seluler terganggu dan sel menjadi mati (Fundamental keperawatan, 2005).

Faktor yang mempengaruhi dekubitus salah satunya adalah imobilisasi dan

keterbatasan aktivitas (Suriadi, 2005).

Pada tanggal 10 Maret 2015 jam 10.40 WIB sebelum tindakan alih

baring dilakukan pada An. A, penulis menginspeksi kulit diatas penonjolan

tulang dan titik penekanan yang lain saat resposisi setiap hari dengan respon

obyektif tidak ada tanda-tanda kemerahan, eritema atau luka, dan skor skala

Braden Q: 13 (resiko sedang). Jam 10.45 WIB melakukan alih baring yaitu

pemberian posisi miring/ sim kanan, (Perry & Potter 2005), dengan respon

obyektif pasien tampak miring kekanan tidak ada tanda-tanda kemerahan,

eritema, luka pada daerah yang menonjol seperti punggung, bokong, tumit

kaki, skala Braden Q 13, Jam 12.45 WIB melakukan alih baring yaitu

pemberian posisi miring/ sim kiri, (Perry & Potter 2005), dengan respon

obyektif pasien tampak miring kekanan tidak ada tanda-tanda kemerahan,

eritema, luka pada daerah yang menonjol seperti punggung, bokong, tumit

kaki, skala Braden Q 13 (Wilkinson, 2012).

Pada tanggal 11 Maret 2015 penulis menginspeksi kulit diatas

penonjolan tulang dan titik penekanan yang lain saat reposisi setiap hari dan

kepucatan kulit dan melakukan alih baring dengan pemberian posisi miring/

sim kiri, pemberian posisi miring/ sim kanan, pemberian posisi terlentang

Page 79: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

66

(Perry & Potter 2005), dengan respon obyektif tidak ada tanda-tanda

kemerahan, tidak ada luka dibagian yang menonjol seperti punggung, bokong

tumit dan skala Braden Q 14 dimana An. A persepsi sensori 2 sangat terbatas,

kelembapan skor 4 jarang lembab, aktivitas total ditempat tidur skor 1,

mobilisasi agak terbatas skor 3, nutrisi cukup terpenuhi skor 3, friksi dan

gesekan memerlukan bantuan sedang sampai makimum skor 1

(Wilkinson, 2012).

Pada tanggal 12 Maret 2015 penulis menginspeksi kulit diatas

penonjolan tulang dan titik penekanan yang lain saat resposisi setiap hari dan

kepucatan kulit dan melakukan alih baring dengan pemberian posisi miring/

sim kiri, pemberian posisi miring/ sim kanan, pemberian posisi terlentang

(Perry & Potter 2005), dengan respon obyektif tidak ada tanda-tanda

kemerahan, tidak ada luka dibagian yang menonjol seperti punggung, bokong

tumit dan skala Braden Q 18 dimana An. A persepsi sensori sedikit terbatas

skor 3, kelembapan kulit jarang lembab skor 4, aktivitas mampu berjalan

dabantu skor 2, mobilisasi agak terbatas skor 3, nutrisi asupan baik skor 4,

friksi dan gesekan memerlukan bantuan minimum skor 2 (Wilkinson, 2012).

Jam 10.50 WIB penulis mengubah posisi 2 jam sekali, kelembapan

terjaga, tidak ada luka. Jam 12.50 WIB penulis mengubah posisi 2 jam sekali

dengan respon posisi supinasi, tidak ada tanda-tanda eritema atau kemerahan

dan luka, dan skor braden17. Setiap hari pasien melakukan tindakan alih

baring mring kanan dan kiri 2 kali, Pada hari ketiga penulis mampu

menganjurkan dan mengajarkan pada keluarga untuk menjaga kebersihan dan

Page 80: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

67

kelembapan kulit karena klien perlu pengawasan dari anggota keluarganya

dan kelembapan kulit klien yang tertekan terjaga dan melakukan alih baring

oleh keluarga dengan mandiri (Wilkinson, 2012).

Setelah penulis melakukan implementsi/ tindakan keperawatan maka

penulis melakukan evaluasi keperawatan. Evaluasi adalah perbandingan yang

sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, yang dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan

melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lannya (Setiadi, 2012).

E. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai suatu catatan tentang indikasi

kemajuan klien terhadap tujuan yang dicapai. Pernyataan yang menyatakan

status kesehatan sekarang dan menyatakan efek dari tindakan yang diberikan

pada pasien (Rohmah & Walid, 2012).

Evaluasi yang dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi

klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksa-nakan

dengan SOAP (Subyective, obyektif, analisa, planning)

(Dermawan, 2012).

Evaluasi keperawatan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake, masalah teratasi sebagian,

masih ada tujuan dari kriteria hasil yang belum berhasil dan keterbatasan

waktu. Pasien belum nafsu makan karena pada pasien meningitis tidak

mampu makan setelah klien mampu makan maka nafsu sehingga akan

meningkatkan nafsu makan klien. Evaluasi untuk asupan nutrisi pada An. A

Page 81: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

68

yaitu terjadi pasien nafsu makan dan makan dapat habis 1 porsi RS, pda

pasien meningitis (Sumirto, 2010). Hal ini menyatakan masalah keperawatan

teratasi karena tidak terjadi luka tekan atau dekubitus, maka planning

dihentikan.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kendali otot masalah teratasi. Terjadi

peningkatan otot pasien dapa berpindah posisi ditempat tidur secara mandiri,

duduk, miring menggerakan tangan dan kaki dengan aktif ternyata pada

tindakan melatih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif dapat

meningkatkan kekuatan otot klien pada ekstremitas penderita meningitis

(Maimurahman dan Cemy, 2012). Hal ini menyatakan masalah keperawatan

teratasi karena tidak terjadi luka tekan atau dekubitus, maka planning

dihentikan.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan imobilisasi fisik, menurut observasi penulis didapatkan

data klien tidak ada luka tekan/ dekubitus, tidak terjadi eritema atau

kemerahan pada bagian yang menonjol (Seperti punggung, bokong, tumit

kaki) dan terjadi peningkatan skor skala braden dari skor 13 menjadi 18 skala

Braden Q 18 dimana persepsi sensori sangat terbatas skor 3, kelembapan

kulit jarang lembab skor 4, aktivitas mampu berjalan dabantu skor 2,

mobilisasi agak terbatas skor 3, nutrisi asupan baik skor 4, friksi dan gesekan

memerlukan bantuan minimum skor 2. Ternyata dalam melakukan alih

baring dapat mencegah terjadinya luka tekan atau decubitus, tetapi penulis

Page 82: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

69

dalam melakukan alih baring hanya dapat melakukan tindakan alih baring 2

kali selama satu shift tidak dapat melakukannya selama 24 jam dikarnakan

keterbatasan waktu jaga di bangsal Melati II, tetapi perawat sudah

mendelegasikan dan mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan tindakan

alih baring terhadap An. A secara mandiri dan hasilnya selama tiga hari

keluarga mengatakan dapat melakukan tindakan alih baring selama 2-4 jam

sekali pada An. A secara mandiri, Alih baring adalah pengaturan posisi yang

diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit, dengan

tindakan alih posisi/ atau alih baring/ tidur selang seling dilakukan setiap 2

jam sekali ( Perry & Potter, 2005).

Terjadinya dekubitus akibat tertekannya daerah tertentu yang menjadi

tumpuan beban tubuh dalam waktu yang relative lama atau lebih dari 2 jam

penekanan daerah tersebut menyebabkan gangguan sirkulasi cairan tubuh dan

oksigen jaringan sehingga darah tersebut akan menunjukan tanda kemerahan

(Aini, 2013). Menurut Perry dan Potter (2005) dalam Aini (2013) pemberian

posisi terlentang dan posisi miring/ sim kiri, pemberian posisi miring/ sim

kanan pada saat ubah posisi 2 jam merupakan perubahan posisi diatas tempat

tidur akibat ketidakmampuan pasien untuk merubah posisi tidurnya sendiri.

Perubahan posisi tidur ini dilakukan untuk merubah adanya tekanan tubuh

pada daerah-daerah tertentu sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan beban

tubuh pada suatu titik yang dapat menyebabkan terganggunya sirkulasi aliran

darah pada daerah yang tertekan (Aini, 2013).

Page 83: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

70

Alih baring atau pengaturan posisi yang diberikan untuk mengurangi

tekanan dan gaya gesek pada kulit dan memperlancar peredaran darah

sehingga mempercepat penyembuhan luka atau mencegah dekubitus. Dengan

menjaga bagian kepala tempat tidur setinggi 30 derajat atau kurang akan

menurunkan peluang terjadi dekubitus akibat gaya gesek, alih posisi/ atau

alih baring/ tidur selang seling dilakukan setiap 2 jam sekali

(perry & potter 2005). Hal ini menyatakan masalah keperawatan teratasi

karena tidak terjadi luka tekan atau dekubitus, maka plenning dihentikan.

Hasil akhir yang didapatkan oleh penulis dalam mengaplikasikan

hasil penelitian yang terkait dengan pengaruh alih baring terhadap dekubitus

dalam pengelolaan kasus, didapatkan hasil dalam pengaruh alih baring

terhadap kejadian dekubitus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya

dekubitus pada An. A dengan Meningitis di ruang Melati II Rumah Sakit Dr.

Moewardi.

Page 84: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

71

71

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian penentuan diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan pada

An. A dengan Meningitis di Ruang Melati II Rumah Sakit Dr. Moewardi

dengan mengaplikasikan hasil pengaruh alih baring terhadap kejadian

dekubitus , maka dapat ditarik simpulan:

1. Pengkajian

Hasil pengkajian pada pasien meningitis, pasien mengalami Hasil

dari pengkajian tentang riwayat keperawata, keluhan utama keluarga

mengatakan An. A mual tidak nafsu makan. Riwayat penyakit sekarang

keluarga mengatakan pada tanggal 04 Maret 2015 keadaan An. A

mengeluh pusing, muntah 5x ½ gelas belimbing isi makanan dan

minuman yang dikonsumsi, nafsu makan menurun, lalu orang tua

membawa klien kebidan dan diberi obat siruf tetap tidak ada perubahan,

kemudian pasien dibawa ke RS terdekat, saat di RS tersebut pasien

kejang 3x siklus 5 menit, kejang seluruh tubuh, badan kaku, kejang

disertai demam lalu pasien dirujuk ke RS Widodo, ngawi dan pasien

dirawat selama 3 hari, saat dirawat pasien kejang 4x 5 menit kejang

disertai demam, belum ada perubahan keluarga membawa anak ke RS

Dr. Moewardi saat di IGD pasien tampak lemah, kejang 1x 2 menit, kaku

Page 85: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

72

seluruh tubuh, pasien telah terpasang infus RL 0,5 % dan mendapat terapi

O2 2L/menit, kemudian pasien dipindahkan ke bangsal Melati II pada

tanggal 10 Maret 2015. Dibangsal pasien mendapatkan terapi infus

RL0,5 % dan mendapat terapi O2 2L/menit pasien tampak lemah sudah

tidak terjadi kejang dan penurunan kesadaran, pasien mual tidak nafsu

makan.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan meningitis adalah

diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, diagnosa keperawatan

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot,

diagnosa keperawatan resiko kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan imobilisasi fisik.

3. Intervensi keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien Meningitis

untuk diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat adalah pantau

intake nutrisi pada anak, bantu perawatan diri makan, anjurkan pada

keluarga untuk memberikan makanan yang disukai anak sedikit tapi

sering dan sajikan selagi hangat, berikan informasi tentang pentingnya

nutrisi pada anak, diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan

kebutuhan nutrisi klien. Intervensi yang akan dilakukan diagnosa

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot

Page 86: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

73

adalah kaji mobilitas pasien secara terus-menerus, latih rentang

pergerakan sendi aktif dan pasif untuk memperbaiki kekuatan dan daya

tahan otot, ajarkan pada keluarga pemberian asuhan tentang mekanika

tubuh yang baik. Intervensi yang akan dilakukan pada diagnosa

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik adalah

observasi keadaan kulit klien, lakukan terapi alih baring setiap 2 jam

sekali, anjurkan keluarga untuk menggunakan pakaian pada pasien yang

longgar, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien meningitis

untuk tindakan keperawatan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak

adekuat adalah memantau intake nutrisi pada anak, membantu perawatan

diri makan, menganjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan

yang disukai anak sedikit tapi sering dan sajikan selagi hangat,

memberikan informasi tentang pentingnya nutrisi pada anak,

mendiskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi

klien.

Tindakan keperawatan pada diagnosa hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kendali otot adalah mengkaji mobilitas

pasien secara terus-menerus, melatih rentang pergerakan sendi aktif dan

pasif untuk memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot, mengajarkan

pada keluarga pemberian asuhan tentang mekanika tubuh yang baik.

Page 87: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

74

Tindakan keperawatan pada diagnosa kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan imobilisasi fisik adalah mengobservasi keadaan

kulit klien, melakukan terapi alih baring setiap 2 jam sekali,

menganjurkan keluarga untuk menggunakan pakaian pada pasien yang

longgar, mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan pada pasien meningitis, masalah

keperawatan yang belum teratasi tidak ada, masalah keperawatan yang

sudah teratasi adalah ketidakseimbangan nutrisi, hambatan mobilitas

fisik, kerusakan integritas kulit karena terjadi peningkatan skala Braden

dari skor 13 menjadi 18 dan tidak terdapat tanda-tanda luka tekan

dekubitus.

6. Analisa aplikasi tindakan alih baring terhadap kejadian dekubitus penulis

menyimpulkan aplikasi pengaruh alih baring terhadap kejadian dekubitus

pada An. A dengan meningitis sangat efektif. Setelah 3x 24 jam diberi

tindakan alih baring terhadap kejadian dekubitus pada An. A dengan

masalah resiko kerusakan integritas kulit dengan menggunakan alat ukur

skor skala Braden Q terjadi penurunan kejadian luka tekan dari skor 13

menjadi 18.

Page 88: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

75

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

meningitis penulis memberikan masukan yang positif terutama dalam bidang

kesehatan antara lain:

1. Pasien dan keluarga

Diharapkan keluarga dan pasien aktif untuk mengetahui informasi

perawatan alternatife dalam mencegah terjadinya dekubitus dengan

pemberian tindakan alih baring terhadap kejadian dekubitus.

2. Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan

maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan yang optimal pada umumnya yaitu dengan menerapkan

secara optimal pemberian tindakan alih baring terhadap kejadian

dekubitus pada pasien meningitis yang biasanya mengalami bedrest total

dan beresiko terjadi luka tekan atau dekubitus.

3. Pendidikan

Institusi pendidikan agar meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang

lebih berkualitas dan dilakukan penelitian yang lebih lanjut dibidang

keperawatan tentang pemberian tindakan alih baring terhadap

pencegahan dekubitus pada Asuhan Keperawatan dengan meningitis.

Page 89: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

76

4. Profesi Keperawatan

Perawat mempunyai tanggungjawab dan keterampilan yang baik dan

selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien meningitis, sehingga perawat dan tim kesehatan

lainnya dapat membantu dalam mengatasi kejadian luka atau dekubitus.

5. Penulis

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien meningitis

diharapkan penulis dapat lebih mengetahui dan menambah wawasan

tentang cara pencegahan luka tekan atau dekubitus pada pasien

meningitis dengan bedres total.

Page 90: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu
Page 91: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

DAFTAR PUSTAKA

Gonce Morton, Patricia, dkk. 2012. Keperawatan Kritis. Edisi 8. Volume 2.

Jakarta: EGC.

Le Mone, P., & Burke, K. (2008). Medical surgical nursing ; Critical thinking in

client care.4th

edition. USA ; Pearson prentice hall (Braden & Maklebust,

2005).

Potter, P . A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,

proses, dan praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari,

dkk. Jakarta: EGC.

Weinstock, Doris, 2013. Rujukan Cepat diRuang ICU/CCU. Alih Bahasa: Titiek

Resmisari. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J (2009). Buku Saku : patofisiologi Meningitis Edisi 3. Alih

Bahasa: Nike Budhi SubektiAjar Keperawatan Pada Anak, Edisi 1.

Jakarta: EGC, 2009.

Bryant. R.A. (2005). Acute & chronic wounds. Nursing management.2nd

edition.

USA. Mosby Inc.

Sumirto (2010). Buku Asuhan Keperawatan Pada Anak Meningitis. Edisi 1.

Yogyakarta 2010.

WHO. (2009). Buku saku: Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta :

WHO 2008.

Suriadi. 2005. Perawatan luka. Edisi 1. Perpustakaan Nasional RI. Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: dengan intervensi

dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7 . Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Nursalam. 2008. Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep, proses dan

praktik. Salemba medika. Jakarta

Mubarak , Wahit I. & Nurul Chayatin. 2007. Buku ajar Kebutuhan Dasar

Manusia: Teori & Aplikasi dalam Praktek. Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

Aini, Faridah, dkk. 2013. Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus.

Page 92: PEMBERIAN TINDAKAN ALIH BARING TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-antoniusra... · B. Konsep Askep ... Meningitis terjadi paling sering pada individu

Gisbreng. 2008. Definisi Alih Baring dan pengaruh terhadap kejadian dekubitus,

Jakarta : penerbit Erlangga.

Riyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Edisi 2. Yogyakarta 2010.

Nugroho. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.

EGC, Jakarta.

Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Ed.6, EGC,

Jakarta.

Morton, Gallo, Hudak, 2012. Keperawatan Kritis edisi 8. EGC, Jakarta.

Yuliana elin, Andradjati Retnosari, dkk. ISO Farmakoterapi. ISFI, Jakarta, 2009.

Pudiastuti. 2011. Waspadai Penyakit Anak. Edisi 1. EGC, Jakarta.

Arif, Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Jakarta.

T.Heather Herdman, PhD, Rn. Nanda internasional diagnosis keperawatan definisi

dan klasifikasi 2012-2014. EGC. Jakarta.

Nanda.2009-2011,”Diagnosis Keperawatan : Definisi dan klasifikasi 2009-

2011”.Jakarta : EGC.