pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan kue...

172
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN KUE KEMBANG GOYANG OLEH KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) LENTERA DI KELURAHAN LENTENG AGUNG JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh FAISAL AMIN NIM : 1112054000017 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H  

Upload: others

Post on 09-Feb-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN

PEMBUATAN KUE KEMBANG GOYANG

OLEH KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) LENTERA

DI KELURAHAN LENTENG AGUNG JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh

FAISAL AMIN

NIM : 1112054000017

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

 

 

 

 

iv

ABSTRAK

Faisal Amin

NIM: 1112054000017

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan Kue

Kembang Goyang Oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Lentera Di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan.

Penelitian ini membahas mengenai pemberdayaan

masyarakat melalu keterampilan karena dianggap lebih

meningkatkan produktivitas masyarakat. Program keterampilan

pembuatan usaha kue kembang merupakan salah satu program

masyarakat yang dilakukan oleh KUBE Lentera. Pemberdayaan

yang dilakukan melalui Program KUBE tidak hanya

pemberdayaan ekonomi, tetapi juga pemberdayaan sosial.

Pemberdayaan sosial lebih banyak dikembangkan atau diberikan

kepada masyarakat, yakni berupa pelatihan, pendampingan,

dukungan sosial, dan peningkatan motivasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang peneliti

gunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti

mengumpulkan data secara mendalam dan terinci agar segala tujuan

dalam penelitian ini dapat terjawab. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan teori tahapan pemberdayaan menurut Isbandi

Rukminto Adi, bahwa ada tujuh tahapan yang terdiri atas: Tahapan

Persiapan, Tahapan Pengkajian, Tahapan Perencanaan Alternatif

Program, Tahapan Formulasi Rencana Aksi, Tahapan Pelaksanaan

Program, Tahap Evaluasi dan Tahap Terminasi.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberdayaan

masyarakat melalui keterampilan pembuatan kue kembang goyang

oleh KUBE Lentera sudah sesuai dengan tahap pemberdayaan.

Dampak positif dari adanya peningkatan pendapatan bagi keluarga

serta peningkatan kepercayaan diri masyarakat atau anggota

KUBE dalam kehidupannya. Namun masih ada beberapa

hambatan dalam peningkatan kualitas program KUBE Lentera,

seperti pada kemasan produk, kurangnya modal, dan

bergantungya anggota terhadap bantuan pemerintah.

 

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, Puji dan Syukur selalu panjatkan kehadirat

Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan Hidayah-Nya penyusunan

skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan

Pembuatan Kue Kembang Goyang Oleh Kelompok Usaha Bersama

(Kube) Lentera Di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan” dapat

diselesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah merubah zaman

kejahiliyahan menjadi zaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini

banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan,

kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga

kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu

penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

kepada Ibu Wati Nilamsari, M.Si, selaku pembimbing yang telah

dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran saran

yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan

penuh sadar dan ketulusan pula kepada:

1. Kedua orang tua penulis tercinta almarhum Bapak Ahamad Farid

dan Ibu Sarfiah, yang selalu tulus dan ikhlas mendoakan penulis

sehingga lancar dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap

 

vi

doa dan pengorbanan mendapat balasan berlipat dari Allah SWT.

Amiin.

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak

Dr.Suparto, M.Ed,Ph.D. Wakil Dekan 1 Bidang Akademik Dr.

Siti Napsiyah, MSW, Wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum Dr. Sihabudin Noor, M.Ag., Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan Drs. Cecep Sastra Wijaya M.A.

3. Bapak Muhtadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam, serta Ibu WG Pramita Ratnasari M.Si sebagai

Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan Ibu

Wati Nilamsari, M.Si sebagai Pembimbing Akademik Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menjalankan perkuliahan.

5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan fasilitas berupa buku-buku dan referensi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi.

6. Ketua KUBE Lentera Ibu Sri Mulyati yang mau menerima saya

untuk melakukan penelitian di Desa Karangsong.

7. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

(PMI) angkatan 2012, Diqu Zarobi Alfadia, Imam Ramadhan,

Aden, Iqbal Salis, Labib dan kaka kelas adik kelas semuanya

yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, masukan

 

vii

dan motivasi selama dalam perkuliahan maupun dalam penulisan

skripsi ini.

8. Teman-teman Komunitas Lentera Huma Berhati, Khairul Anam,

Zuyin Arwani, Lilis Oktaviani, Ariane Sarah, Muhamad Firdaus,

Diyaurahman, Nurfikriansyah.

9. Lilis Okviyani, terimakasih atas semangat dan dukungannya

10. Kawan-kawan Kantor Glosor Indonesia Beserta (Alvian Luneto,

Prima Utama Rizki, Deny Eka Sumantri, Muhammad Satria

Pradika, Tan Zerrie, Riesky Nurfitrian, Walmy Khasogi, Yusuf

Yanuar). Terima kasih karena selalu memberi motivasi dan

semangat setiap harinya.

11. Kawan-kawan Prana Komunika Terima kasih karena selalu

memberi motivasi dan semangat setiap harinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan

yang penulis miliki serta kesulitan dalam melaksanakan

penelitian dan penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jakarta, 12 Juli 2019

Faisal Amin

 

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN............................ii

LEMBAR PERNYATAN.............................................................iii

ABSTRAK......................................................................................iv

KATA PENGANTAR....................................................................v

DAFTAR ISI................................................................................viii

DAFTAR TABEL...........................................................................x

DAFTAR BAGAN.........................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................8

C. Tujuan.........................................................................................8

D. Manfaat Penelitian......................................................................9

E. Metodologi Penelitian...............................................................10

F. Tinjauan Pustaka.......................................................................22

G. Sistematika Penulisan...............................................................27

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat...............................30

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat.....................................34

3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat...................................36

4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat....................................41

B. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ......................................42

C. Pelatihan Keterampilan.........................................................62

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..........................65

B. Gambaran Umum Penelitian KUBE Lentera

1. Sejarah Berdiri...........................................................66

2. Tujuan........................................................................67

3. Visi dan Misi..............................................................68

4. Pendanaan..................................................................68

5. Struktur Kelembagaan...............................................69

6. Organisasi dan Manajemen........................................70

7. Program Kegiatan......................................................71

8. Kemitraan..................................................................72

9. Indikator Keberhasilan KUBE Lentera.....................72

 

ix

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Tahapan Persiapan...........................................................74

B. Tahap Pengkajian.............................................................81

C. Tahap Perencanaan Alternatif Program...........................84

D. Tahap Formulasi Rencana Aksi.......................................86

E. Tahap Pelaksanaan...........................................................89

F. Tahap Evaluasi.................................................................96

G. Tahap Terminasi............................................................110

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................114

B. Saran..............................................................................119

DAFTAR PUSTAKA...............................................................120

LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................124

 

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Tipologi Informan KUBE Lentera..............................14

Tabel 2.1 : Daftar Anggota KUBE Lentera..................................80

 

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 : Struktur Organisasi KUBE Lentera.........................69

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini, kemiskinan masih menjadi kendala

untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Akibatnya

warga belum dapat mewujudkan hak atas kehidupan yang

layak. Rintangan terbesar dalam memperoleh hak-hak

dasar sebagai manusia ialah kemiskinan.

Menurut Edi Suharto, masalah kemiskinan masih

menjadi hal yang menakutkan di tengah-tengah

masyarakat, terutama di negara-negara berkembang (Edi

Suharto,2005:131). Individu yang tidak mampu

memperdayakan potensi dirinya secara maksimal untuk

mencapai kesejahteraan secara mandiri bisa menjadi salah

satu sebab terjadinya kemiskinan. Faktor yang menjadi

penyebab kemiskinan di masyarakat tidak hanya masalah

pendidikan, keahlian masyarakat dalam menjalani hidup

dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan.

Pembangunan yang telah dilaksanakan oleh

pemerintah hingga saat ini secara umum sudah

menunjukkan perubahan dan dapat memberikan

kesejateraan masyarakat dalam beberapa aspek

kehidupan. Namun, pencapaian pembangunan tersebut

belum merata dan belum dinikmati oleh sebagian besar

 

2

masyarakat khususnya yang masih berada dibawah garis

kemiskinan. Penyebab terhambatnya laju pertumbuhan

perekonomian Indonesia adalah tingkat pengangguran

yang cukup tinggi, rusaknya struktur sosial yang

berakibat kehilangan pekerjaan dan kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, perlu

adanya suatu cara yang strategis untuk mengentaskan

kemiskinan dalam mewujudkan sistem ekonomi

kerakyatan yang berkeadilan sosial dan melindungi hak

asasi manusia terutama dalam pemenuhan kebutuhan

dasar manusia.

Penyebab kemiskinan ini pada dasarnya dipicu

oleh rendahnya suatu produktivitas kegiatan masyarakat

dengan penyebab kemiskinan yang kompleks dimulai

dari kelembagaan ekonomi masyarakat tidak

berkembang, sehingga menyulitkan masyarakat miskin

untuk mengakses permodalan, serta tingkat pendidikan

yang tergolong rendah, kondisi sosial budaya yang

kurang mendukung, penyebab agnesia seperti

penguasaan lahan dan ekonomi yang begitu besar oleh

beberapa perusahaan serta infrasturuktur akses jalan dan

pasar yang menyebabkan masyarakat menjadi hidup

terpencil dan sulit melakukan kegiatan perekonomian.

Menurut data Badan Pusat Statistik selama

periode September 2017– Maret 2018, jumlah penduduk

miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 128,2 ribu

 

3

orang (dari 10,27 juta orang pada September 2017

menjadi 10,14 juta orang pada Maret 2018), sementara

di daerah perdesaan turun sebanyak 505 ribu orang (dari

16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81

juta orang pada Maret 2018).

Sedangkan jumlah penduduk untuk wilayah DKI

Jakarta pada tahun 2017 mencapai 10,37 juta jiwa.

Persentase penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan

September 2018 mencapai 3,55 persen yang mencakup

sejumlah 372,26 ribu orang. Meskipun angka

kemiskinan selalu menurun setiap tahun, namun

pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sangat

dibutuhkan untuk mengentaskan kemiskinan secara

menyeluruh.

Sementara ini untuk menangani permasalahan

yang menjadi penyebab kemiskinan tersebut,

pemerintah melalui Dinas Sosial menerapkan beberapa

program penguatan ekonomi kerakyatan dengan strategi

mendorong kemandirian usaha-usaha kelompok

masyarakat. Dinas Sosial sebagai bagian dan lembaga

yang berfokus pada program pembangunan

kesejahteraan sosial melaksanakan kegiatan yang

bertujuan untuk memberdayakan masyarakat miskin

khususnya bagi kaum perempuan. Wujud dari kegiatan

ini adalah pembetukan Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) yang merupakan suatu program pemberdayaan

 

4

masyarakat dengan fokus ekonomi-sosial dengan sistem

kelompok. Implementasi yang dilakukan oleh KUBE

adalah dengan cara pemberian modal usaha produktif

serta keterampilan produksi untuk mengembangkan

individu dan kelompok dimana yang kemudian dapat

dilakukan secara mandiri oleh anggota KUBE tersebut.

Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

merupakan gagasan yang dapat memberikan

pemberdayaan bagi masyarakat kecil dengan

meningkatkan kualitas hidup anggota. Program

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dilaksanakan

langsung di masyarakat dengan pedoman dari

pemerintah dan sesuai dengan kegiatan Pendidikan Non

Formal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

melalui program keterampilan menciptakan sebuah

usaha.

Sedangkan untuk sasaran utama program KUBE

adalah masyarakat yang tergolong dari keluarga fakir

miskin, tidak mempunyai sumber pencaharian atau

memiliki mata pencarian tetap tidak mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan dasar (pasangan, sandang, air bersih,

kesehatan, dan pendidikan). Selain itu, adapaun kriteria

khusus program KUBE adalah kepala atau anggota yang

mewakili keluarga fakir miskin, memiliki identitas

kependudukan, mempunyai usaha atau berniat wirausaha,

usia produktif dan memiliki keterampilan, mampu

 

5

bertanggung jawab sendiri, serta bersedia mematuhi

peraturan KUBE .

Menurut Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

mencatat perkembangan program KUBE yang sudah

dibentuk dan berjalan tersebar sebanyak 805 KUBE pada

tahun 2012 di wilayah DKI Jakarta. Salah satunya KUBE

binaan Dinas Sosial DKI Jakarta yang berhasil adalah

KUBE Lentera yang berada di Kelurahan Lenteng Agung

Jakarta Selatan. KUBE Lentera berdiri pada tahun 2012

dengan dibekali pelatihan keterampilan membuat kue

tradisional khas Betawi yaitu kue kembang goyang. Kue

tradisional khas Betawi ini pada saat itu keberadaannya

sudah hampir punah, oleh karena itu atas dasar kesadaran

salah seorang masyarakat yang mempunyai ide atau

gagasan untuk mengadakan pelatihan keterampilan kue

kembang goyang hingga sampai saat ini masih berjalan

baik.

Dalam perkembangannya sampai saat ini KUBE

Lentera termasuk salah satu KUBE yang dikatakan berhasil

karena masih aktif dan terus berusaha mengembangkan

usahanya. Hal tersebut dilihat dari adanya penambahan

jenis usaha serta inovasi rasa yang dilakukan kelompok

KUBE Lentera. Pada awalnya, usaha KUBE Lentera hanya

memproduksi satu jenis kue ringan yaitu kue kembang

goyang, namun kini telah berkembang menjadi 3 jenis kue

lainnya yaitu rempeyek, akar kelapa, dan biji ketapang.

 

6

Keberhasilan KUBE Lentera juga dapat diliat dari adanya

perubahan pada keterampilan yang dimiliki, pekerjaan

yang lebih layak, peningkatan pendapatan, serta adanya

rasa percaya diri yang lebih baik pada anggota KUBE

Lentera untuk terlibat aktif di dalam lingkungannya.

Keberhasilan KUBE Lentera tidak hanya dirasakan

oleh anggota saja, tetapi juga oleh keluarga anggota KUBE

Lentera. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan

pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan yang dirasa

cukup bagi keluarga, adanya akses pendidikan yang lebih

baik untuk anak, dan juga rasa kekeluargaan dan

kebersamaan antar anggota dan antar keluarga anggota

lainnya. Perubahan – perubahan yang terjadi pada anggota

KUBE Lentera ini merupakan bukti nyata adanya

pemberdayaan masyarakat disektor ekonomi di dalam

program KUBE yang bertujuan sebagai salah satu cara

mengentaskan kemiskinan di Indonesia meskipun belum

secara menyeluruh.

Meskipun KUBE Lentera termasuk salah satu

KUBE yang dikatakan berhasil, namun pada kenyataannya

dalam proses pemberdayaan dilapangan masih banyak

permasalahan pada tahap pelaksanaannya yang belum

sesuai harapan.

 

7

Peneliti berusaha mengidentifikasi permasalahan

yang ada di KUBE Lentera antara lain :

a. Masih kurangnya minat masyarakat untuk

terlibat aktif.

b. Masih banyak masyarakat pada usia produktif

tidak memiliki keterampilan khususnya usaha.

c. Masih kurangnya faktor pendukung

pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) untuk menangani kemiskinan secara

penuh melalui pemberdayaan masyarakat

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut

telah mendorong penulis untuk menelaah lebih mendalam,

mengingat program KUBE memiliki implikasi cukup baik

dalam rangka penanggulangan kemiskinan dengan cara

pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga melalui pelatihan keterampilan,

untuk itu penulis mengajukan skripsi dengan judul

“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan

Pembuatan Kue Kembang Goyang Oleh Kelompok

Usaha Bersama (Kube) Lentera Di Kelurahan Lenteng

Agung Jakarta Selatan”

 

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena permasalahan

kemiskinan dan identifikasi permasalahan diatas.

Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan

materi yang dimiliki peneliti maka peneliti

memfokuskan masalah yang akan diteliti dengan

mengambil penelitian mengenai tahapan pemberdayaan

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera dalam

menangani kemiskinan melalui pemberdayaan

masyakat pelatihan ketrampilan kue kembang goyang.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka

masalah – masalah dalam penelitian ini maka

pembatasan masalahnya adalah Bagaiman tahapan

pemberdayaan masyakat oleh Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) Lentera?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, tujuan

yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

menjelaskan uraian tahapan pemberdayaan

masyakat yang dilakukan oleh KUBE Lentera

melalui keterampilan pembuatan usaha kue

kembang goyang.

 

9

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Bagi jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam (PMI) di Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dapat dijadikan

sumber infornasi dalam pengembangan

mutu pembelajaran.

2) Dapat menjadi sumber referensi bagi

peneliti lain mengenai pemberdayaan

masyarakat.

3) Bagi pemerintah, hasil penelitian ini

dapat dijadikan rekomendasi dalam

mengadakan kegiatan pemberdayaan

masyarakat lainnya yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat tersebut.

b. Manfaat Praktis

1) Informasi ini diharapkan dapat

memberikan acuan bagi Program

Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

dalam pengembangan Program

Pemberdayaan Masyarakat berbasis

ekonomi.

2) Informasi ini diharapkan dapat menjadi

contoh oleh Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) lain dalam

 

10

melaksanakan program kegiatannya

agar berhasil dan berkembang.

3) Informasi ini diharapkan bisa menjadi

rekomendasi bagi pengelola dalam

mengelola program Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) Lentera untuk

menjadi lebih baik dan berkembang.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah cara atau

kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan oleh

peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari

merumuskan masalah sampai dengan penarikan

suatu hasil kesimpulan. Pendekatan penelitian yang

peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif (Sugiyono,2014: 6).

Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa

pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu

rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep serta

memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan

manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,

menarik dan unik bermakna dilapangan (Burhan

Bungin, 2003:39)

Adapun pengertian metode kualitatif

menurut (Bogdan dan Taylor dalam Lexy J.

Moleong, 2011:4) mendefinisikan metode kualitatif

 

11

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata - kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data

tersebut berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-

angka. dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah.

Sedangkan jenis penelitian yang peneliti

gunakan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif

yang artinya terbatas pada usaha mengungkapkan

suatu masalah atau keadaan suatu peristiwa dengan

sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang

tampak, sehingga bersifat sekedar untuk

mengungkapkan fakta (fact finding), hasil penelitian

yang didapat ditekankan pada memberikan

gambaran objektif tentang keadaan yang sebenarnya

dari objek yang sedang diselidiki, akan tetapi untuk

mendapatkan manfaat yang lebih luas, biasanya

dalam jenis penelitian ini dilakukan juga pemberian

berbagai interpretasi.

Adapun ciri-ciri pokok penelitian deskriptif

menurut (Hadari Nawawi, 1991:31) adalah :

a) Memusatkan perhatian pada masalah-masalah

yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat

sekarang) atau masalah-masalah yag bersifat

aktual.

 

12

b) Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah

yang sedang diselidiki dengan sebagaimana

adanya diiringi dengan interpretasi rasional.

Penelitian yang dilakukan penulis ini

berupaya mendeskripsikan bentuk tahap pelaksaan

pemberdayaan masyarakat oleh program Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) melalui pelatihan

ketrampilan pembuatan kue kembang goyang di

Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, DKI

Jakarta.

2. Subyek Penelitian

Berdasarkan karakteristik penelitian

kualitatif teknik pemilihan responden dalam

penelitian ini adalah purpose sampling yang

memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam

menyeleksi responden yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Yang terpenting disini bukan dengan

jumlah respondennya melainkan potensi dari setiap

kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang

lebih baik mengenai aspek yang dipelajari (Lexi J.

Moleong, 2000:224)

Penentuan subyek penelitian ini berdasarkan

atas informasi apa saja yang dibutuhkan. Subyek

penelitian ini adalah KUBE Lentera di Kelurahan

Lenteng Agung, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

Sedangkan informan atau responden yang

 

13

digunakan peneliti untuk menggali lebih dalam

sejumlah 7 (tujuh) orang terdiri dari anggota dan

pengelola KUBE Lentera. Dari anggota sebanyak 5

(lima) orang, pengelola KUBE sebanyak 2 (dua)

orang, terdiri dari Pendamping dan Ketua KUBE

Lentera. Anggota dan pengelola KUBE Lentera

mempunyai keterlibatan dalam pelaksanaan

program KUBE.

Syarat menjadi informan bagi pengelola

adalah aktif dalam kegiatan KUBE, mengetahui apa

itu KUBE, berpengalaman dalam kegiatan KUBE,

mengetahui program atau kegiatan yang berjalan,

syarat menjadi subyek penelitian bagi anggota

adalah aktif dalam kegiatan KUBE, mengetahui

tentang KUBE.

Adapun informan dalam penelitian ini antara

lain:

a. Pendamping KUBE Lentera

b. Ketua KUBE Lentera

c. Anggota KUBE Lentera

 

14

Tabel 1.1

Tipologi Informan KUBE Lentera

No

Nama

Posisi

Jumlah

Informa

n

Keterangan

Data

Kriteria

Informan

1.

Sri Mulyati

Ketua

KUBE

Lentera

I

Profil dan

Sejarah KUBE

Lentera. Proses

pemberdayaan

program

pelatihan kue

kembang

goyang

Aktif dalam

kepengurusan

KUBE Lentera.

Memahami

Progam

Kelompok

Usaha Bersama

(KUBE), mulai

dari tahap

perencanaan

sampai tahap

monitoring

evaluasi.

2.

Ahmad

Junaedi

Pendamping

KUBE

Lentera

I

Proses

pemberdayaan

program pelatihan

kue kembang

goyang

Memahami

Progam

Kelompok

Usaha Bersama

(KUBE), mulai

dari tahap

perencanaan

sampai tahap

monitoring

evaluasi.

3.

Neneng

Munawaroh

Anggota

I

Proses

pelaksanaan

program dan

harapan

terhadap

pelatihan kue

kembang

goyang serta

KUBE Lentera.

Aktif dalam

pengembangan

hasil atau

produk di

KUBE Lentera

 

15

4.

Indahtiah

Anggota

I

Proses

pelaksanaan

program dan

harapan

terhadap

pelatihan kue

kembang

goyang serta

KUBE Lentera.

Aktif dalam

pengembangan

hasil atau

produk di

KUBE Lentera

5.

Yulianti

Anggota

I

Proses

pelaksanaan

program dan

harapan

terhadap

pelatihan kue

kembang

goyang serta

KUBE Lentera.

Aktif dalam

pengembangan

hasil atau

produk di

KUBE Lentera

6.

Rokiah

Anggota

I

Proses

pelaksanaan

program dan

harapan

terhadap

pelatihan kue

kembang

goyang serta

KUBE Lentera.

Aktif dalam

pengembangan

hasil atau

produk di

KUBE Lentera

7.

Sri Purwanti

Anggota

I

Proses

pelaksanaan

program dan

harapan

terhadap

pelatihan kue

kembang

goyang serta

KUBE Lentera.

Aktif dalam

pengembangan

hasil atau

produk di

KUBE Lentera

Total

7

Sumber: Penelitian Lapangan

 

16

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Jl. Raya

Lenteng Agung Rt 010 Rw 002 Kelurahan Lenteng

Agung, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena

lokasi yang mudah dijangkau dan belum pernah

menjadi tempat penelitian skripsi oleh Jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam. Adapun waktu

pelaksanaan penelitian yang akan di mulai dari bulan

Februari sampai bulan Mei 2019.

4. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data yang

penulis gunakan pada penelitian ini terbagi menjadi

2 (dua) sumber data yaitu sumber data primer dan

sumber data sekunder yang akan dijelaskan sebagai

berikut :

a. Data primer terbagi menjadi dua sumber data

yaitu:

1) Data utama yaitu berupa data yang

diperoleh secara langsung dari

sasaran penelitian, yaitu diperoleh

dari pengurus KUBE Lentera yang

terdiri dari Pendamping, Ketua

KUBE Lentera.

2) Data pendukung yaitu data yang

diperoleh dari anggota atau peserta

program KUBE Lentera.

 

17

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari

catatan – catatan, dokumentasi, foto maupun

benda-benda tertulis lainnya yang

berhubungan dengan penelitian seperti buku

pedoman KUBE, foto kegiatan, laporan

tahunan KUBE.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang objektif

dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa

teknik penggumpulan data, yaitu sebagai berikut:

a. Observasi

Secara teori observasi merupakan

pengumpulan data secara langsung dari

lapangan, data yang diobservasi dapat

berupa gambaran tentang sikap, kelakuan,

perilaku, tindakan, dan keseluruhan interaksi

antar manusia. Proses observasi dimulai

dengan mengidentifikasi tempat yang

hendak diteliti. Setelah tempat penelitian

diidentifikasi dilanjutkan dengan membuat

pemetaan, sehingga diperoleh gambaran

umum tentang sasaran penelitian (Irawan

Soeharto, 2008 : 67).

Dengan proses observasi ini peneliti

mendatangi ke lokasi program KUBE

Lentera di Lenteng Agung. Kemudian

 

18

peneliti akan menceritakan semua hal yang

peneliti temui di lapangan dengan lengkap,

secara akurat dan realistis dalam bentuk

tulisan dan visual.

b. Wawancara

Menurut Sugiyono wawancara ialah

pertemuan dua orang untuk bertukan

informasi dan ide dengan melakukan tanya

jawab sehingga dapat disimpulkan makna

dalam topik tertentu (Sugiyono, 2007: 72).

Sedangkan menurut penjelasan lain

wawancara adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan pemelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dan informan atau

orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara

(Andi Prastowo, 2011: 212).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan

dengan tanya jawab kepada narasumber atau

informan pada penelitian. Adapun responden

terkait yang akan diwawancarai antara lain

pendamping , ketua dan anggota atau peserta

KUBE Lentera.

c. Studi Dokumentasi

Dokumentasi hanyalah nama lain dari

analisis isi visual dari suatu dokumen. Buku

 

19

teks, Essay, surat kabar, novel, artikel,

majalah, buku resep, pidato politik, iklan,

gambar nyata, dan isi dari hampir setiap jenis

komunikasi visual dapat dianalisis dengan

berbagai cara (Imam Gunawan, 2013:176).

Dalam penelitian ini , penulis berusaha

memperoleh data-data dokumentasi yang

berkaitan dengan pengumpulan foto-foto,

profil KUBE Lentera, mempelajari arsip-

arsip, serta berbagai macam bentuk data

tertulis lainnya yang dapat membantu

peneliti di lapangan.

6. Teknik Analisis Data

Secara teori teknis analisis data merupakan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber dari hasil yang diperoleh dari lapangan

melalui wawancara, pengamatan, dokumen pribadi,

dokumen resmi dan foto. Analisis data adalah upaya

yang dilakukan dengan bekerja menggunakan data,

mengorganisir data, memilah-melilahnya menjadi

satuan yang dikelola, mensintesiskannya mencari

dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang arus dipelajari, serta memutuskan apa

yag dapat diceritakan kepada orang lain (Lexi J.

Moleong, 2005 : 247 – 248). Dalam mengalisis data

hasil penelitian, peneliti akan menjelaskan catatan

 

20

hasil temuan lapangan dan menyimpulkannya

menjadi suatu kesimpulan yang sistematis.

7. Teknis Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini

memiliki kriteria: (Burhan Bungin, 2009:256)

a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan

teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan

membandingkan keadaan dan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang lain, dalam hal ini penulis

melakukan kunjungan ke KUBE Lentera

untuk pengumpulan data wawancara,

observasi langsung , mengambil beberapa

dokumen KUBE Lentera serta berdiskusi

dengan pendamping, ketua serta anggota

atau peserta KUBE Lentera. Kemudian

penulis akan membandingkan hasil

wawanncara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan dilapangan.

b. Ketekunan dan keajengan pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud

menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam

situasi yang relevan dengan persoalan atau

isu yang sedang dicari, kemudian

 

21

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci. Maksudnya, penulis hanya

memusatkan dan mencari jawaban sesuai

dengan rumusan masalah saja.

c. Kepastian dengan Teknik Pemeriksaan

Audit Kepastian

Auditor dalam hal ini adalah dosen

pembimbing. Di sini pemastian bahwa

sesuatu itu objektif atau tidak bergantung

pada persetujuan beberapa orang terhadap

pandangan, pendapat dan penemuan

seseorang. Maksudnya adalah bahwa

pengalaman seseorang itu subjektif,

sedangkan jika disepakati oleh beberapa

orang barulah dapat dikatakan objektif.

Peneliti juga menggunakan keabsahan data

dengan Triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu. Data lain yang dikumpulkan kemudian

dibandingkan dengan data yang diperoleh dari studi

literatur, wawancara, pengamatan, dan data-data

sekunder lembaga (M. Djunaedi Ghony dan Fauzan

Almanshur, 2012:319). Dalam hal ini peneliti dapat

membandingkan hasil wawancara dari setiap

 

22

narasumber sehingga peneliti dapat menarik

kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan yang ada

dilapangan.

8. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi) yang di terbitkan oleh CeQDA (Center for

Quality Development and Assurance) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang terbaru yaitu Tahun 2017.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengkaji tulisan ini, ada beberapa

karya ilmiah yang mempunyai kemiripan dengan

penelitian yang peneliti lakukan. Beberapa skripsi atau

jurnal yang menjadi acuan penulis untuk memfokuskan

penelitian pada “Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pelatihan Pembuatan Kue Kembang Goyang Oleh

Kelompok Usaha Bersama KUBE Lentera Di Kelurahan

Lenteng Agung Jakarta Selatan”, diantaranya adalah :

Jurnal yang berjudul “Analisis Efektifitas

Kelompok Usaha Bersama Sebagai Instrumen Program

Penanganan Fakir Miskin” yang ditulis oleh Anwar Sitepu

dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan

Sosial, Kementerian Sosial RI (Cawang, Jakarta Timur).

Jurnal ini membahas tentang eksistensi dan efektifitas

 

23

KUBE sebagai instrument penanganan fakir miskin serta

faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan KUBE.

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) tidak cukup efektif

sebagai instrument dalam penanganan fakir miskin. Usaha

ekonomi yang dibangun anggotanya dengan menggunakan

modal bersama yang berasal dari bantuan pemerintah

ternyata tidak berkembang. Ada sejumlah faktor yang

menyebabkan kurang efektifnya KUBE. Tahapan

pelaksanaan yang sudah diatur dalam Pedoman tidak

dilakukan dengan konsekuen. Secara keseluruhan

persoalan pokok yang terjadi dalam pelaksanaan Program

adalah masalah manajemen. Fungsi-fungsi manajemen,

seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian belum dilakukan dengan baik. Mekanisme

yang perlu dibangun adalah yang mampu memelihara

disiplin para pihak yang terlibat. Mulai dari persiapan,

termasuk seleksi lokasi, seleksi peserta (penerima manfaat)

program, seleksi pendamping, pendidikan dan pelatihan

pendamping, monitoring dan evaluasi. Pastikan seluruh

proses pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan matang.

Maksudnya seluruh tahapan kegiatan dilakukan dengan

benar, mulai dari sosialisasi, seleksi peserta program,

seleksi dan pelatihan pendamping KUBE, penetapan jenis

usaha. Secara tujuan penelitian antara peneliti diatas

dengan penelitian penulis memiliki kesamaan yaitu

membahas tahapan, tetapi yang menjadi perbedaan adalah

penelitian diatas lebih membahas efektif atau tidaknya

 

24

pelaksanaan KUBE, sedangkan penelitian peneliti

membahas tentang bagaimana tahapan pelaksanaan KUBE

berlangsung.

Kemudian Jurnal yang berjudul “ Partisipasi

Masyarakat Dalam Program Kelompok Usaha Bersama

(Kube) Di Kota Malang, (Studi Pada Kube Waratama 1 Di

Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang Kota

Malang)”, yang ditulis oleh Pranestiti Embanaras dan Weni

Rosdiana, S.Sos., M.AP dari Ilmu Administrasi Negara,

FISH, UNESA . Dalam instrumen indikator dan

pengukuran keberhasilan KUBE, terdapat beberapa aspek

yang mendasari keberhasilan KUBE, antara lain aspek

kelembagaan, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Melihat

hasil instrumen dan pengukuran keberhasilan KUBE,

dalam pelaksanaan program KUBE di KUBE Waratama 1

aspek kelembagaan dan aspek sosial sudah dikatakan

berhasil, sedangkan aspek ekonomi masih kurang berhasil.

Penelitian ini dianalisis dengan teori Cohen dan Uphoff

yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) bahwa

Partisipasi anggota KUBE Waratama 1 dalam pengambilan

keputusan cukup optimal, hal tersebut dapat dilihat dari

cukup banyaknya anggota KUBE yang mengeluarkan

pendapat pada saat rapat KUBE berlangsung, selain itu

beberapa anggota juga berani untuk mengatakan

ketidaksetujuan mereka terhadap suatu keputusan yang

nantinya akan disepakati bersama. Namun, masih terdapat

 

25

anggota KUBE yang pasif dan tidak pernah menyampaikan

pendapat mereka. Dalam pelaksanaan KUBE, masyarakat

anggota KUBE diharuskan membayar sejumlah uang

untuk mengembangkan KUBE tersebut. Untuk partisipasi

dalam pelaksanaan khususnya dalam hal keuangan, tidak

ditemukan adanya masalah, karena anggota yang tidak

hadir tetap membayar dengan cara menitipkan kepada

anggota lain atau membayar double pada bulan

selanjutnya. Selain manfaat dalam aspek perekonomian,

terdapat beberapa manfaat lain yang bisa didapatkan dalam

aspek sosial setelah program KUBE ini berjalan, yaitu: a.

anggota KUBE Waratama 1 memiliki semangat dalam

usaha b. anggota KUBE Waratama 1 dapat bersosialisasi c.

anggota KUBE Waratama 1 dapat menambah jaringan

usaha dengan anggota lain h. anggota KUBE Waratama 1

dapat menambah ilmu managemen keuangan mereka.

Dalam proses evaluasi, masyarakat anggota KUBE

Waratama 1 telah berpartisipasi dengan baik. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya ketaatan mereka dalam

mengumpulkan semua nota pembelian mereka yang akan

dikumpulkan selama sebulan sekali kepada bendahara

sebagai bahan untuk pembuatan laporan. Secara objek

penelitian, penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan

penelitian penulis yaitu KUBE, namun memiliki perbedaan

pada teori yang digunakan untuk menganalisis.

 

26

Selanjutnya Jurnal yang berjudul “Upaya Strategis

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Kelompok

Usaha Bersama (KUBE)” yang ditulis oleh Hendrik Yasin

dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Gorontalo. Potensi yang ada di Desa Kuala untuk

pemberdayaan masyarakat melalui KUBE yakni cateringan

dan sampai dengan saat ini potensi cateringan ini berjalan

dengan lancar, mempunyai 10 orang anggota dan

penghasilan rata-rata Rp 400.000/bulan. Adapun

permasalahan yang di hadapi adalah kekurangan modal

usaha dan peralatan cateringan namun kerja sama yang

baik antara anggota kelompok dan pendamping Desa yang

menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan yang di

hadapi. Upaya strategis yang di lakukan dalam

pemberdayaan masyarakat melalui KUBE adalah dengan

memberikan penguatan terhadap masyarakat melalui

sosialisasi agar masyarakat mengerti dan memahami

betapa pentingnya untuk ikut dalam Kelompok Usaha

Bersama dengan harapan masalah kebutuhan yang di

hadapi masyarakat sedikit demi sedikit bisa teratasi

terutama kebutuhan Pendidikan. Pada penelitian diatas

terdapat kesamaan yaitu pada fokus pemberdayaannya

yaitu pemberdayaan ekonomi, tetapi ada perbedaan peneliti

diatas dengan penulis yaitu jenis pelatihan keterampilan

yang dilaksanakan.

 

27

Selanjutnya Skripsi yang berjudul “ Tahapan

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Urban

Farming Yayasan Bunga Melati Indonesia (YBMII) di

Perigi Baru”, yang ditulis oleh Budhi Baihakki dari Jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarf Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini membahas tentang tahapan-tahapan

pemberdayaan masyarakat mulai dari persiapan,

pengkajian, perencanaan alternatif program, tahap

pemformulasian rencana aksi, tahap pelaksanaan program,

tahap evaluasi program dan terminasi dalam pemberdayaan

masyarakat melalui program Urban Farming oleh Yayasan

Bunga Melatih Indonesia (YBMII) di Perigi Baru. Hasil

penelitiannya bahwa pelaksanaan program tersebut sudah

cukup berjalan baik dan memberikan manfaat, tetapi

program tersebut masih belum sepenuhnya diikuti oleh

seluruh masyarakat. Secara teori penelitian diatas dengan

penelitian yang penulis teliti ada kesamaan, tetapi pada

objek penelitiannya berbeda yaitu Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) Lentera.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini, peneliti membagi dalam

lima bab, yang diuraikan dalam beberapa sub-bagian

dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

 

28

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang

Masalah, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Peneliti, Metodologi Penelitian, Tinjauan

Pustaka, dan Sistematika Penulisan

Bab II Landasan Teori

Bab ini merupakan bab yang membahas teori

tentang Pemberdayaan Masyarakat, yang mana dalam

bahasan Pemberdayaa masyarakat ini akan membahas :

Definisi hakikat pemberdayaan masyarakat, tujuan

pemberdayaan masyarakat, strategi pemberdayaan

masyarakat, tahapan pemberdayaan, pelatihan, dan

Program KUBE.

Bab III Temuan Penelitian

Bab ini akan membahas tentang Gambaran Umum

Kelurahan Lenteng Agung serta Gambaran Umum

Program KUBE Lentera.

Bab IV Analisa Temuan Penelitian

Pada bab ini, berisi tentang analisis program

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui

program KUBE Lentera di Lenteng Agung. Dalam bab

ini berisi hasil wawancara dan observasi peneliti di

lapangan yang peneliti hubungkan dengan teori Isbandi

 

29

Rukminto Adi tentang tahapan pelaksanaan dalam

pemberdayaan. Tahapan – tahapan tersebut antara lain :

tahapan persiapan (engagement), tahapan pengkajian

(assesment), tahap perencanaan alternatif program atau

kegiatan, tahap pemformulasian rencana aksi, tahap

pelaksanaan program atau kegiatan, tahap evaluasi, dan

tahap terminasi. Namun, penelitian ini akan lebih fokus

pada tahap pelaksanaan pemberdayaan. Kemudian

faktor pendukung dan penghambat program KUBE.

Bab V Penutup

Bab ini merupakan penutup, yang di dalamnya

berisi kesimpulan serta saran-saran yang dianggap perlu

dalam perbaikan dan kemajuan program KUBE Lentera.

 

30

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian

Masyarakat yang mengalami masalah

kemiskinan perlu diberdayakan dengan cara pemberian

sebuah kegiatan pemberdayaan untuk memperkuat

keberdayaan baik secara individu maupun kelompok.

Proses dan tujuan pemberdayaan menunjuk pada

kemampuan orang atau hasil yang ingin dicapai yaitu

masyarakat yang berdaya, memiliki kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara fisik,

ekonomi, maupun sosial seperti berpartisipasi dalam

kegiatan sosial dan mandiri dalam pelaksanaan tugas –

tugas kehidupannya (Edi Suharto, 2005:60).

‘Pemberdayaan’ adalah adanya peningkatan

perubahan masyarakat dari yang kurang berdaya

menjadi mempunyai daya guna untuk mencapai

kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya

membahas bagaimana individu, kelompok ataupun

komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka

sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa

depan sesuai dengan keinginan mereka.

 

31

Menurut Syahril dalam bukunya Islam Konsep

Implementasi Pemberdayaan, beliau mengemukakan

bahwa yang ingin dikerjakan dengan pengembangan

masyarakat melalui dakwah Islam adalah dengan

menggerakan masyarakat yang tradisional atau transisi

menjadi masyarakat yang modern, masyarakat yang

berorientasi masa lalu menjadi masyarakat yang

berorientasi ke masa depan, dari masyarakat yang

pasrah kepada takdir menjadi masyarakat yang satgnan

menjadi masyarakat yang dinamis dan menjadi

masyarakat yang memiliki perencanaan panjang dalam

hidupnya. Islam mengarahkan manusia agar

merencanakan kehidupan dengan berorientasi ke masa

depan. Pada dasarnya manusia harus merencanakan

peningkatan taraf hidup dan tidak selalu menyerah

kepada takdir Tuhan (Syahril Harahap, 1999:132).

Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-

Insyirah Ayat 7-8 :

فَ إِّذَا فََرْغتَ فَاْنَصبْ وَ إِّلَى َرب ِّكَ فَاْرَغبْ

“Fa-idzaa faraghta fanshab, Wa-ilaa

rabbika farghab”

 

32

Artinya :

“Maka apabila kamu telah selesai ( disesuatu

urusan ), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (

urusan yang lain ), dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap” (Al-Insyirah : 7-8).

(Al-Quran Surat Al-Insyirah, ayat 7-8).

Pemahaman pemberdayaan ini adalah sebagai

cara untuk memberikan motivasi kepada masyarakat

yang mengalami situasi ketidakberdayaan atau lemah.

Ketidakberdayaan dimaksudkan bukan hanya dari segi

ekonomi saja, tapi juga ketidakberdayaan dalam

menciptakan ide-ide kreatif, ketidakberdayaan dalam

hubungan sosial, dan ketidakberdayaan dalam segi

ekologi.

Menurut Payne bahwa pemberdayaan

(empowerment) adalah pemerolehan daya bagi klien

untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

yang akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka,

termasuk pengurangan suatu hal yang menjadi

penghambat dalam bertindak (Isbandi Rukminto,

2002:162). Hal ini dilakukan melalui peningkatan

kemampuan dan rasa percaya diri dalam penggunaan

daya yang dimiliki antara lain melalui transter daya dari

lingkungan. Beberapa pemberdayaan menurut para ahli

diantaranya :

 

33

a. Shardlow melihat bahwa berbagai

pengertian mengenai pemberdayaan pada

intinya membahas bagaimana individu,

kelompok ataupun komunitas berusaha

mengontrol kehidupan mereka sendiri dan

mengusahakan untuk membentuk masa

depan sesuai keinginan mereka.

b. Mc. Ardle lebih menitikberatkan

pemberdayaan pada prosoes pengambilan

keputusan oleh orang-orang yang secara

konsekuen melaksanakan keputusan

tersebut. Orang-orang yang telah mencapai

tujuan kolektif diberdayakan melalui

kemandiriannya, bahkan merupakan

keharusan untuk lebih diberdayakan melalui

usaha mereka sendiri dan akumulasi

pengetahuan, keterampilan serta sumber

lainnya tergantung pada pertolongan dari

hubungan eksternal.

Dari beberapa paparan – paparan diatas, dapat

disimpulkan bahwa pemberdayaan pada dasarnya

merupakan suatu proses yang dijalankan dengan

kesadaran dan partisipasi penuh dari para pihak untuk

meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat

sebagai sumber daya pembangunan agar mampu

mengenali permasalahan yang dihadapi dalam

 

34

mengembangkan dan menolong diri menuju keadaan

yang lebih baik, mampu menggali dan memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia untuk kepentingan diri dan

kelompoknya, serta mampu mengeksistensikan diri

secara jelas dengan mendapat manfaat darinya.

Pemberdayaan adalah sebuah ”proses menjadi”,

bukan ”proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan

mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran,

pengkapasitasan, dan pendayaan. Selain itu

pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya atau

solusi baik individu atau kelompok untuk menjadi

mandiri dari sifat-sifat ketergantungan. Untuk menuju

kehidupan yang lebih baik dan sejahtera perlu dibentuk

adanya rasa percaya diri terhadap diri sendiri dan

memiliki sifat mandiri yang tidak ketergantungan.

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Sebagai tujuannya maka pemberdayaan

menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai

oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang

berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,

maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri,

mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan

 

35

mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan

seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan

pemberdayaan sebagai sebuah proses (Edi Suharto,

2005:60).

Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan

keberdayaan orang-orang yang lemah atau tidak

beruntung. Selain itu dapat meningkatan pengetahuan

dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

baik fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki

kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,

mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan social.

Menurut penulis lemahnya perekonomian tidak

hanya dialami oleh orang-orang yang lemah dan tidak

berdaya, namun dapat dilihat dari berbagai ragam

seperti lemah dan tidak beruntung dalam kreativitas,

lemah dan tidak beruntung dalam segi sosial, dan lemah

dan tidak beruntung dalam ilmu. Oleh karena itu salah

satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan

pemberian fasilitas kepada masyarakat agar memiliki

kekuasaan atau mempunyai keilmuan yang bisa

memberdayakan dirinya baik yang bersifat fisik, sosial,

dan ekonomi.

 

36

Dalam penelitian ini lebih mengangkat persoalan

tentang pemberdayaan masyarakat yang umumnya

masyarakat sulit untuk mendapatkan akses untuk

perekenomian seperti modal usaha, sulitnya dalam

meraih sumber ekonomi dan pelayanan, rendahnya

kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan,

pendidikan yang belum merata layak dan kesempatan

untuk menyalurkan bakat serta minatnya dalam

berkarya.

3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Untuk mengimplementasikan program

pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan secara

bertahap. Sebelum proses pelaksanaan berlangsung

perlu adanya pengklasifikasikan proyek Pengembangan

Masyarakat Islam dalam beberapa tahap, sehingga target

yang harus dipenuhi akan mudah untuk dievaluasi. Jika

setiap program dilakukan secara bertahap, maka setiap

kendala, problem atau bahkan kesalahan implementasi

dapat dikoreksi, dievaluasi serta diantisipasi sejak dini.

Tentu saja hal ini juga diorientasikan untuk mencapai

efektifitas serta efisiensi dalam pelaksanaan program

pengembangan. Menurut teori Isbandi Rukminto Adi

mempunyai rumusan strategi yang menjadikan beberapa

tahap dalam melakukan pemberdayaan yakni : (Isbandi

Rukminto Adi, 2001: 250 – 25).

 

37

a. Tahap persiapan (engagement), tahap

persiapan ini memiliki substansi

penekanan pada dua hal elemen penting

yakni penyiapan petugas dan penyiapan

lapangan. Tahapan ini adalah tahapan

prasyarat sukses atau tidaknya sebuah

program pemberdayaan berlangsung.

b. Tahap pengkajian (assestment), sebuah

tahapan yang telah terlibat aktif dalam

pelaksanaan program pemberdayaan

karena masyarakat setempat yang sangat

mengetahui keadaan dan masalah

ditempat mereka berada. Tahapan ini

memiliki penekanan pada faktor

identifikasi masalah dan sumber daya

yang ada dalam sebuah wilayah yang

akan menjadi basisi pemberdayaan serta

pelaksanaan program.

c. Tahap perencanaan alternatif program

atau kegiatan (designing), dalam tahap

ini program perencanaan dibahas secara

maksimal dengan melibatkan peserta

aktif dari pihak masyarakat guna

memikirkan solusi atau pemecahan atas

masalah yang mereka hadapi di

wilayahnya. Dalam tahap ini dipikirkan

secara mendalam agar program

 

38

pemberdayaan yang ada nantinya tidak

melulu berkisar pada program amal

(charity) saja dimana demikian itu tidak

memberikan manfaat secara pasti dalam

jangka panjang.

d. Tahap pemformulasian rencana aksi,

pada tahap ini masyarakat dan fasilitator

menjadi bagian penting dalam

bekerjasama secara optimal. Hal ini

disebabkan masyarakat telah

menjabarkan secara rinci dalam bentuk

tulisan tentang apa-apa yang akan

mereka laksanakan baik tujuan jangka

pendek maupun jangka panjang.

e. Tahap pelaksanaan program atau

kegiatan (implementasi), tahap ini

merupakan bentuk pelaksanaan serta

penerapan program yang telah

dirumuskan sebelumnya bersama para

masyarakat. Tahapan ini berisi tindakan

aktualisasi bersinergi antara masyarakat

dengan pelaku pemberdayaan (dalam

bahasa Isbandi disebut sebagai petugas)

f. Tahap evaluasi, tahapan yang memiliki

substansi sebagai proses pengawasan

dari warga dan petugas terhadap program

pemberdayaan masyarakat yang sedang

 

39

berjalan dengan melibatkan warga.

Tahapan ini juga akan merumuskan

berbagai indikator keberhasilan suatu

program yang telah diimplementasikan

serta dilakukan pula bentukbentuk

stabilisasi terhadap perubahan atau

kebiasaan baru yang diharapkan terjadi.

g. Tahap terminasi (disengagement),

sebuah tahapan dimana seluruh program

telah berjalan secara optimal dan petugas

fasilitator pemberdayaan masyarakat

sudah akan mengakhiri kerjanya.

Tahapan ini disebut sebagai tahap

pemutusan hubungan antara petugas

dengan para masyarakat yang menjadi

basis program pemberdayan ketikaitu.

Petugas pun tidak keluar dari komunitas

secara total, melainkan ia akan

meninggalkannya secara bertahap.

Dari 7 tahapan yang dikemukakan oleh Isbandi

Rukminto Adi dalam melakukan pemberdayaan,

bahwa dalam tahapan pemberdayaan masyarakat harus

selalu dilibatkan sejak dalam tahap perencanaan sampai

pada tahap implementasi serta evaluasi. Hal ini terkait

dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh

masyarakat karena masyarakat memang lebih tahu

 

40

semua permasalahan-permasalahan yang ada di

lingkungan mereka. Fasilitator hanya bertindak untuk

memfasilitasi dan mengarahkan aspirasi dari

masyarakat.

Peneliti menggunakan tahapan pemberdayaan

yang dilakukan menurut Isbandi Rukminto Adi dimana

proses tahapannya memiliki tujuh tahapan yang

terdeskripsi dengan jelas. Tahapan tersebut adalah

tahapan persiapan, tahapan pengkajian (assesment),

tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan,

tahap pemformulasi rencana aksi, tahap pelaksanaan

(implementasi) program atau kegiatan, tahap evaluasi,

dan tahap terminasi. Penelitian dalam penelitian ini

mengangkat tentang pemberdayaan masyarakat yang

umumnya masyarakat masih sulit untuk mendapatkan

akses untuk perekenomian seperti modal usaha,

sulitnya dalam meraih sumber ekonomi dan pelayanan,

rendahnya kesempatan mendapatkan pekerjaan,

pendidikan yang belum layak dan kesempatan untuk

menyalurkan bakat serta minatnya dalam berkarya.

4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Dalam konteks pekerjaan social, pemberdayaan

dapat dilakukan melalui tiga aras atau mantra

pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo,

dan makro. (Edi Suharto, 2005:66 )

 

41

a. Aras Mikro

Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara

individu melalui bimbingan, konseling, stress

management, crisis intervention. Tujuan

utamanya adala membimbing atau melatih klien

dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya,

model ini sering disebut dengan pendekatan

yang berpusat pada tugas (task centered

approach).

b. Aras Mezzo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok

klien. Pemberdayaan dilakukan dengan

menggunakan kelompok sebagai media

intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika

kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi

dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

keterampilan dan sikap-sikap klien agar

memiliki kemampuan memecahkan

permasalahan yang dihadapi.

c. Aras Makro

Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi

sistem besar , karena sasaran perubahan

diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih

luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

kampanye, aksi sosial, Lobbying,

pengorganisasian masyarakat, manajemen

konflik adalah beberapa strategi dalam

 

42

pendekatan ini. Strategi besar memandang klien

sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk

memahami situasi-situasi mereka sendiri dan

untuk memilih serta menentukan strategi yang

tepat untuk bertindak.

Menurut penulis melalui pendekatan tiga model

pemberdayaan ini diharapkan agar masyarakat dapat

berdaya untuk diri sendiri maupun orang lain dalam

memenuhi kebutuhan sesuai rencana dan langkah yang

sudah direncanakan.

B. Kelompok Usaha Bersama ( KUBE )

1. Pengertian Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) menurut

(Kementerian RI, 2016:115) “merupakan media

pemberdayaan sosial yang diarahkan untuk terciptanya,

aktifitas sosial ekonomi keluarga masyarakat miskin agar

dapat meningkatkan kesejahteraan sosial mereka. Melalui

kelompok dapat berinteraksi, saling tolong menolong

dalam memecahkan permasalahan dan memenuhi

kebutuhan.”

Secara umum KUBE merupakan salah-satu program

unggulan Kementerian Sosial dalam rangka mengentaskan

kemiskinan dengan pemberdayaan kelompok. KUBE

sebagai upaya penanggulangan kemiskinan dilaksanakan

dengan strategi penguatan kelompok, pemberian bantuan

 

43

stimulan usaha dan pendampingan yang menggunakan

pendekatan pekerjaan social.

Dalam pelaksanaannya bantuan yang diterima

masing-masing peserta program dikumpulkan menjadi

modal usaha bersama dalam kelompok (KUBE).

Pengambilan keputusan dalam kelompok diselenggarakan

secara demokratis, mulai dari pemilihan pengurus,

menetapkan aturan main.

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah “suatu

kelompok yang dibentuk oleh warga-warga/keluarga-

keluarga binaan sosial yang terdiri dari orang

orang/keluarga-keluarga miskin (pra sejahtera) yang

menerimapelayanan sosial melalui kegiatan Prokesos”

(Khatib Pahlawan Kayo, 2008: 15). Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) memiliki tujuan menurut (Kementerian

Sosial RI, 2016:115-116) adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan memperkuat

kesetiakawanan sosial warga miskin dan

masyarakat dalam menanggulangi berbagai

permasalahan kesejahteraan sosial.

b. Meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga

miskin.

c. Mewujudkan kemandirian usaha sosial-

ekonomi keluarga miskin.

 

44

d. Meningkatkan aksesbilitas keluarga miskin

terhadap pelayanan sosial dasar, fasilitas

pelayanan publik dan sistem jaminan

kesejahteraan sosial.

e. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab

sosial masyarakat dan dunia usaha dalam

penanggulangan kemiskinan.

f. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat

dalam mencegah masalah kemiskinan.

g. Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan

kesejahteraan sosial bagi keluarga miskin

Selain yang disebutkan diatas (Kementeian Sosial

RI, 2010: 13) menyebutkan tujuan Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) adalah:

a. Meningkatkan kemampuan anggota KUBE

dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

b. Meningkatkan kemampuan anggota KUBE

dalam mencegah dan mengatasi masalah yang

terjadi baik dalam keluarga maupun dengan

lingkungan sosialnya.

c. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok

KUBE dalam melaksanakan peran sosialnya.

Dalam pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) terdapat beberapa prinsip pengembangan

(Kelompok Usaha Bersama KUBE, 2010: 13-15) :

 

45

a. Penentuan nasib sendiri Anggota KUBE

sebagai manusia yang memiliki harkat dan

martabat, mempunyai hak untuk menentukan

dirinya sendiri.

b. Kekeluargaan Prinsip ini menekankan bahwa

pengembangan KUBE perlu dibangun atas

semangat kekeluargaan di antara sesama

anggota KUBE dan lingkungannya.

c. Kegotongroyongan Kegotongroyongan berarti

menuntut perlu adanya semangat kebersamaan

di antara sesama para anggota KUBE.

d. Potensi anggota Bahwa pengelolaan dan

pengembangan KUBE harus didasarkan pada

kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh

para anggota KUBE.

e. Sumber-sumber setempat Pengembangan

usaha yang dilakukan harus didasarkan pada

ketersediaan sumber-sumber yang ada di

daerah tersebut.

f. Keberlanjutan Pengelolaan KUBE, kegiatan-

kegiatannya, bidang usaha yang

dikembangkan harus diwujudkan dalam

program-program yang berkelanjutan, bukan

hanya untuk sementara waktu.

g. Usaha yang berorientasi pasar Pengembangan

KUBE melalui jenis usaha yang dilakukan

harus diarahkan pada jenis usaha yang

 

46

memiliki prospek yang baik dan sesuai dengan

kebutuhan pasar.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) merupakan program pemerintah

yang dijalankan oleh Dinas Sosial dan lembaga terkait

sebagai usaha dalam penanggulangan kemiskinan, yang

sasarannya adalah masyarakat yang berada dalam garis

kemiskinan.

2. Tahapan Pembentukan Kelompok Usaha

Bersama (KUBE)

Menurut (Kementerian Sosial RI, 2010: 15-16) ada

beberapa tahapan dalam pembentukan KUBE, antara lain :

a. Tahap Persiapan

Kegiatan ini terdiri dari: orientasi, observasi,

registrasi, identifikasi, perencanaan program

penyuluhan sosial, fasilitasi pengenalan

masalah, pengembangan motivasi, dan

evaluasi persiapan. Pelaksana: aparat desa,

pendamping sosial.

b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan ini meliputi

seleksi calon penerimaan pembentukan pra

kelompok dan kelompok,

pemilihan/penentuan jenis usaha, pelatihan

pendamping, pelatihan keterampilan anggota

KUBE, pemberian bantuan stimulan

permodalan, pendampingan dan evaluasi.

 

47

Pelaksana; aparat desa, pendamping sosial dan

dinas sosial.

c. Tahap pengembangan usaha Kegiatan pada

tahap ini meliputi: fasilitasi pengembangan

usaha, pemberian bantuan pengembangan

usaha, pendampingan dan evaluasi. Pelaksana:

pendamping sosial, dan Dinas Sosial di

instansi terkait.

d. Tahap kemitraan usaha Kegiatan pada tahap

ini meliputi: 1) Inventarisasi sumber-sumber

yang ada (sumber daya alam, sumber daya

ekonomi, dan sumber daya manusia) 2)

Membuat kesepakatan-kesepakatan 3)

Pelaksanaan kemitraan usaha 4) Perluasan

jaringan kemitraan usaha 5) Evaluasi

Pelaksana: pendamping sosial dan pelayanan.

e. Tahap monitoring dan evaluasi Kegiatan pada

tahap ini meliputi: pengendalian dan

monitoring proses pelaksanaan yang sedang

berjalan dan evaluasi terhadap keberhasilan

yang sudah dicapai. Pelaksana: pendamping

sosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan tahapan

pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah

tahap persiapan, tahap pelaksaaan, tahap pengembangan

usaha, tahap kemitraan dan tahap monitoring dan evaluasi.

 

48

3. Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama

(KUBE)

Menurut Kementerian Sosial RI, 2010: 17-21)

menjelaskan bahwa kelembagaan KUBE adalah :

a. Keanggotaan KUBE

1) Kriteria anggota

a) Kepala keluarga fakir miskin yang

mempunyai pendapatan di bawah

garis kemiskinan (tingkat

pengeluaran sama dengan 480 kg

setara beras untuk perkotaan dan

320 kg untuk pedesaan).

b) Warga masyarakat yang

berdomisili tetap.

c) Menyatakan kesediaan bergabung

dalam kelompok.

d) Memiliki potensi dan keterampilan

di bidang usaha ekonomi tertentu.

2) Jumlah anggota KUBE 10 kepala keluarga

3) Pembentukan KUBE mempertimbangkan:

a) Kedekatan tempat tinggal

b) Jenis usaha atau keterampilan

anggota

c) Ketersediaan sumber/keadaan

geografis

d) Latar belakang kehidupan budaya

e) Memiliki motivasi yang sama

 

49

f) Keberadaan kelompok-kelompok

masyarakat yang sudah tumbuh

berkembang lama.

4) Struktur dan kepengurusan KUBE

a) Struktur organisasi merupakan

suatu bentuk tanggung jawab yang

harus dijalankan. Dengan struktur

dapat diketahui “siapa

mengerjakan apa”, siapa

berkewajiban dan bertanggung

jawab apa”.

b) Struktur KUBE sangat tergantung

pada kegiatan atau jenis usaha yang

dijalankan oleh KUBE tersebut.

Tidak ada suatu struktur yang baku

tentang struktur KUBE,

strukturnya diserahkan sepenuhnya

pada kelompok KUBE.

c) Kepengurusan dipilih berdasarkan

hasil musyawarah atau kesepakatan

anggota kelompok.

Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Lentera sudah terdapat struktur organisasi pengurusnya.

Selain itu juga adanya pelaksanaan tugas-tuganya masing-

masing, serta kewajiban dan hak masing-masing anggota.

 

50

4. Kategori Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Menurut (Kementerian Sosial RI, 2010: 21-24)

menjelaskan tentang kategori Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) yaitu:

a. KUBE Tumbuh

KUBE tumbuh merupakan KUBE yang baru

dibentuk baik pemerintah maupun masyarakat,

untuk menjawab permasalahan fakir miskin atas

dasar kebutuhan dan potensi setempat, dengan

bimbingan Dinas Sosial setempat, Organisasi

Sosial/LSM, aparat desa dan pendamping.

Ciri KUBE tumbuh:

1) Sudah ada pengadministrasian kegiatan

2) Memiliki struktur organisasi

3) Jangkauan pemasaran terbatas

4) Asset terbatas

5) Usia KUBE kurang dari setahun.

b. KUBE Berkembang

KUBE berkembang merupakan KUBE yang

sudah mengalami perkembangan dibidang

sosial, ekonomi maupun kelembagaan meliputi

peningkatan usaha ekonomi produktif,

peningkatan pendapatan, anggota sudah

mengalami pembangian keuntungan, jangkauan

usaha berkembang atas dasar kemampuan dan

peluang usaha, dengan bimbingan Dinas Sosial

setempat, aparat desa dan pendamping.

 

51

Ciri KUBE berkembang adalah:

1) Administrasi lengkap

2) Berkembangnya organisasi

3) Bertambahnya jangkauan pemasaran

4) Berkembangnya akses

5) Berkembangnya asset

c. KUBE Mandiri

KUBE mandiri merupakan KUBE yang telah

mengalami kemajuan dibidang sosial, ekonomi

maupun kelembagaan dengan ciri diantaranya

sebagai berikut:

1) Administrasi lengkap.

2) Berkembangnya organisasi.

3) Bertambahnya jangkauan pemasaran.

4) Berkembangnya asset

5) Dapat mengakses lembaga keuangan

komersial.

6) Sembilan kunci sukses KUBE:

a) Usaha ekonomi berdasarkan

rencana usaha dan anggaran

belanja yang disepakati bersama.

b) Usaha ekonomi berorientasi

pasar.

c) Menggunakan modal usaha

sesuai dengan kebutuhan usaha.

 

52

d) Menggunakan bahan baku yang

mudah diperoleh di lingkungan

setempat.

e) Melakukan usaha sesuai dengan

keterampilan yang dimiliki.

f) Sistem pengelolaan usaha

ekonomi dapat dilaksanakan

semua anggota,

g) Ada komitmen dan kerjasama

yang kuat dari setiap anggota

untuk berhasil.

h) Harga yang ditawarkan

menguntungkan dan bersaing di

pasar.

i) Adanya kebersamaan dalam

mengahadapi berbagai hambatan

usaha.

Sesuai dengan uraian di atas Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) Lentera termasuk dalam kategori

KUBE mandiri karena sudah berdiri 7 tahun dari masa

awal berdirinya. Dengan ciri-ciri sudah ada

pengadministrasian lengkap, organisasinya berkembang,

jangkauan pasarnya semakin luas, asset yang dimiliki juga

bertambah, dan sudah mampu mengedukasi KUBE lain

yang baru ingin dibentuk ataupun sedang tumbuh.

 

53

5. Pengelolaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Menurut (Kementerian Sosial RI, 2010: 28-31)

menyebutkan pengelolaan Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) sebagai berikut:

a. Pengelolaan Kelompok

1) Menetapkan struktur organisasi dan

menyusun uraian tugas yang jelas dan

rinci.

2) Menata administrasi kegiatan kelompok

dengan baik.

3) Mengidentifikasi potensi dan sumber-

sumber yang dimiliki oleh anggota

KUBE.

4) Mengidentifikasi kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki oleh anggota

KUBE.

5) Menyusun rencana program dan

kegiatan, serta rencana anggaran biaya.

6) Menggalang kebersamaan dan

kekompakan di antara sesama anggota

KUBE dan juga dengan tokoh-tokoh

kunci masyarakat serta lingkungan yang

lebih luas.

7) Membangun komitmen bersama yang

dapat menumbuhkan semangat motivasi

kerja para anggota KUBE dalam

 

54

mengembangkan jenis usaha yang

dipilih.

8) Mengembangkan jenis usaha lebih dari

satu yang sesuai dengan potensi dan

sumber-sumber yang ada dalam

lingkungan masing-masing.

9) Melakukan inovasi-inovasi baru dalam

pengelolaan jenis usaha yang

dikembangkan.

10) Melakukan kegiatan-kegiatan sosial

yang dapat menumbuhkan kepercayaan

anggota dan lingkungan sekitarnya.

11) Membangun jaringan kerja dengan

berbagai pihak yang dapat

menguntungkan kelompok KUBE

b. Sumber pendanaan KUBE

1) Pemerintah/Pemerintah Daerah melalui

APBN/APBD

2) Dunia Usaha

3) Organisasi Sosial dalam dan luar negeri

4) Masyarakat perorangan atau kelompok

5) Dan sumber lainnya yang tidak

meningkat

c. Pengelolaan Jenis Usaha

1) Usaha kelompok dilaksanakan bersama-

sama di 1 (satu) tempat atau dapat

terpisah dimasing-masing anggota.

 

55

Namun demikian dalam hal usaha yang

terpisah pembinaan dan manajemennya

masih dalam satu kelompok.

2) Setiap KUBE dapat mengembangkan

satu atau beberapa jenis Usaha sosial

Ekonomi Produktif (UEP) yang sesuai

dengan minat, potensi dan kemampuan

para anggotanya serta potensi dan

sumber yang ada di lingkungan.

3) Untuk pengembangan jenis KUBE dapat

bekerja sama dengan pengusaha atau

instansi terkait.

d. Unsur Pengelolaan KUBE

1) Administrasi

a) Membuat program kegiatan

secara jelas dan rinci.

b) Membuat struktur organisasi dan

pembagian tugas bagi semua

anggota KUBE.

c) Membuat fungsi masing-masing

anggota KUBE sesuai dengan

struktur organisasi yang ada.

d) Melakukan pencatatan kegiatan

dan administrasi pembukuan

yang meliputi:

(a) Buku Daftar Anggota

Kelompok,

 

56

(b) Buku Tamu,

(c) Buku Kegiatan/Agenda

Kelompok,

(d) Buku Kas/Keuangan,

(e) Buku Inventaris,

(f) Buku Simpan Pinjam.

e) Menyusun Laporan Periodik

yang memuat tentang kondisi

kelembagaan, usaha ekonomi

produkif, sosial anggota KUBE,

yang disampaikan kepada

Dinas/Instansi Sosial

Kabupaten/Kota.

2) Sosial

a) Melaksanakan pertemuan rutin

bulanan anggota (atau sesuai

kebutuhan) yang dihadiri oleh

pendamping dan aparat desa.

b) Melaksanakan pertemuan rutin

anggota sesuai dengan

kesepakatan yang sudah

ditentukan.

c) Menumbuhkan kesadaran dan

kemauan anggota kelompok

untuk merubah kondisi/keadaan

kearah kondisi kehidupan yang

lebih baik.

 

57

d) Merintis pelaksanaan Iuran

Kesetiakawanan Sosial (IKS) dan

usaha simpan pinjam untuk

kesejahteraan anggota keluarga

KUBE.

e) Mendorong anggota KUBE

untuk aktif dalam kegiatan

keagamaan dan kemasyarakatan.

f) Ikut aktif dalam kegiatan-

kegiatan kemasyarakatan,

seperti: kerja bakti lingkungan,

gotong royong, siskamling dan

lain-lain.

Mengaktifkan/menggerakkan

para istri anggota KUBE untuk

terlibat dalam kegiatan-kegiatan,

seperti kegiatan posyandu, PKK,

dan lain-lain.

g) Menumbuhkan kesadaran pada

anggota tentang pentingnya

pendidikan bagi anggota

keluarga dan masyarakat.

h) Menumbuhkan kesetiakawanan

di antara sesama anggota maupun

dengan lingkungannya, melalui

partisipasi aktif dalam berbagai

 

58

kegiatan-kegiatan sosial

kemasyarakatan.

i) Menggagasi dan membentuk

embrio koperasi tingkat

desa/kelurahan.

j) Meningkatkan keterampilan

kerja anggota KUBE.

k) Meningkatkan kesadaran dan

kepedulian para anggota KUBE

untuk terlibat dalam penanganan

permasalahan sosial yang ada di

daerah masing-masing.

3) Ekonomi

a) Pengelolaan Usaha Ekonomi

Produktif (UEP) yang sudah ada

sehingga dapat berhasil dan

meningkatkan kesejahteraan para

anggota KUBE.

b) Pengembangkan jenis Usaha

Ekonomi Produktif (UEP) yang

sebelumnya hanya satu menjadi

beberapa jenis usaha.

c) Penggalian sumber-sumber dan

potensi yang dapat dimanfaatkan

untuk pengembangan dan

kesejahteraan anggota KUBE.

 

59

d) Melakukan pembaharuan atau

inovasi terhadap teknik

pengelolaan UEP untuk

tercapainya keberhasilan KUBE

yang optimal.

e) Mewujudkan usaha koperasi

yang dapat mendukung

pengelolaan Usaha Ekonomi

Produktif (UEP) dan peningkatan

kesejahteraan keluarga para

anggota KUBE.

f) Pengembalian dana pengguliran

secara utuh kepada kelompok

lain yang membutuhkan.

g) Membangun kerjasama dan

jaringan kemitraan dengan

berbagai pihak yang dapat

mempercepat keberhasilan

KUBE.

6. Indikator keberhasilan Kelompok Usaha

Bersama (KUBE)

Menurut (Kementerian Sosial RI, 2016: 120)

menyatakan indikator keberhasilan KUBE adalah:

a. Meningkatnya taraf pendapatan keluarga

miskin.

b. Meningkatnya kemandirian usaha sosial-

ekonomi keluarga miskin.

 

60

c. Meningkatnya aksesbilitas keluarga miskin

terhadap pelayanan sosial dasar dan fasilitas

pelayanan publik.

d. Meningkatnya kepedulian dan tanggung

jawab sosial masyarakat dan dunia usaha

dalam penanggulangan kemiskinan

meningkatnya ketahanan sosial masyarakat

dalam mencegah masalah kemiskinan.

e. Meningkatnya kualitas manajemen

pelayanan kesejahteraan sosial bagi keluarga

miskin.

Menurut (Hermawati, 2012: 17-18) bahwa

kriteria atau indikator keberhasilan KUBE sebagai

berikut:

a. Secara umum keberhasilan KUBE tercermin

pada meningkatnya taraf kesejahteraan

masyarakat disekitarnya.

1) Meningkatnya kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan dasar manusia (pangan, sandang dan

papan).

2) Meningkatnya dinamika sosial.

3) Meningkatnya kemampuan dan keterampilan

pemecahan masalah.

b. Secara khusus perkembangan KUBE

ditunjukkan oleh:

 

61

1) Berkembangnya kerjasama diantara sesama

anggota KUBE dan antar KUBE dengan

masyarakat sekitarnya.

2) Mantapnya usaha KUBE

3) Berkembangnya jenis kegiatan KUBE.

4) Meningkatnya pendapatan KUBE.

5) Tumbuh berkembangnya kesadaran dan rasa

tanggungjawab sosial dalam bentuk

pengumpulan dana iuran kesetiakawanan sosial

(IKS)

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan program

pemerintah yang dijalankan oleh Dinas Sosial dan lembaga

terkait sebagai usaha dalam penanggulangan kemiskinan,

melalui pemberdayaan masyarakat yang sasarannya adalah

masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan.

Kehadiran KUBE merupakan media untuk meningkatkan

motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi

dan sosial, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam

kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber-sumber

ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan,

mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan

sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait.

Melalui kelompok, setiap keluarga miskin dapat

saling berbagi pengalaman, saling berkomunikasi, saling

mengenal, dapat menyelesaikan berbagai masalah dan

 

62

kebutuhan yang dirasakan. Dengan sistem KUBE, kegiatan

usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri

kemudian dikembangkan dalam kelompok, sehingga setiap

anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

dalam kegiatan usaha ekonomi produktif, usaha

kesejahteraan sosial serta kemampuan berorganisasi.

C. Pelatihan Keterampilan

Pelatihan adalah sebagai bagian dari suatu

pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem

yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan

metode yang lebih menekankan praktik dari pada teori

(Veithzal Rivai,2004:266). Menurutnya pelatihan secara

singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk

meningkatkan kinerja saat ini dan masa yang akan datang.

Hal-hal berikut ini penting untuk mengetahui konsep lebih

lanjut, yakni:

1. Pelatihan adalah proses secara sistematis

mengubah tingkah laku peserta untuk mencapai

tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan

keahlian dan kemampuan peserta untuk

melaksanakan pekerjaan.

2. Program pelatihan formal adalah usaha

pemberi kerja untuk memberikan kesempatan

kepada peserta pelatihan untuk memperoleh

 

63

pekerjaan atau bidang tugas yang sesuai dengan

kemampuan, sikap dan pengetahuannya.

Menurut (Oemar Hamalik, 2007: 11) pelatihan juga

diberikan dalam bentuk bantuan. Bantuan dalam hal ini

dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas,

penyampaian informasi, latihan ketrampilan,

pengorganisasian suatu leingkungan belajar, yang pada

dasarnya peserta telah memiliki potensi dan pengalaman,

motifasi untuk melaksanakan sendiri kegiatan latihan dan

memperbaiki dirinya sehingga dia mampu membantu

dirinya sendiri.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pelatihan adalah pemberian suatu kegiatan yang berisi

pengetahuan, ketrampilan, informasi untuk dapat merubah

kehidupan seseorang ke arah yang lebih baik.

Pelatihan pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama ( KUBE )

Lentera dilakukan dengan memberikan suatu pelatihan

keterampilan berupa pembuatan kue kembang goyang,

dimana kue kembang goyang merupakan kue tradisional

nusantara khas Betawi yang keberadaannya hampir punah,

padahal pada kenyatannya permintaan pasar masih cukup

banyak serta harga jual yang cukup tinggi. Pada program

KUBE ini masyarakat dibekali pelatihan pemasaran,

pemerintah bersama masyarakat berupaya memberikan

kegiatan pemberdayaan agar tercapai suatu keadaan

 

64

masyarakat yang sejahtera dan terpenuhi segala

kebutuhannya.

 

65

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

KUBE Lentera terletak di Kelurahan

Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa, Jakarta

Selatan DKI Jakarta. Kelurahan ini berbatasan

dengan Kelurahan Tanjung Barat di sebelah

utara, Jagakarsa di sebelah barat, Cijantung di

sebelah timur dan Kota Adm Depok di sebelah

selatan.

b. Jumlah Kependudukan

Kelurahan Lenteng Agung merupakan

daerah padat penduduk, yang terbagi menjadi 10

RW dan 114 RT dengan total jumlah penduduk

sebanyak 55.324 jiwa pada tahun 2017.

c. Sosial Budaya

Masyarakat Kelurahan Lenteng Agung

sebagian besar warganya adalah warga asli

Betawi yang memiliki warisan kebudayaan dari

generasi terdahulu, kebudayaan tersebut tetap

dilestarikan seperti Orkes Melayu, Rebana

Qasidah dan Vocal Group.

 

66

B. Gambaran Umum Penelitian KUBE Lentera

1. Sejarah Berdiri

Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

merupakan program dari Departemen Sosial melalui

Program Kesejahteraan Sosial dalam rangka

memantapkan penghapusan kemiskinan. Dilakukan

dalam bentuk pemberdayaan keluarga miskin.

Salah satunya KUBE Lentera adalah program

pemberdayaan keluarga dibidang ekonomi yang

sasarannya wanita sebagai penggerak utama baik

secara perorangan maupun kelompok dengan modal

usaha yang bersumber dari pemerintah, swadaya

masyarakat, Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ),

Koperasi atau Perbankan.

Sedangkan KUBE Lentera sendiri terbentuk

pada tanggal 1 Maret tahun 2012 dengan di Ketuai

oleh Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi sebagai

pendamping KUBE Lentera hingga sampai saat ini.

Usaha bersama kue Kembang Goyang berdiri

pada tahun 2011. Ketika itu, Pekerja Sosial

Masyarakat (PSM) mengadakan pelatihan bersama

untuk membuat kue, dan di ikuti oleh masyarakat

yang masuk kategori PMKS (Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial) di wilayah Jagakarsa. Dan

kegiatan tersebut diadakan selama satu minggu.

Setelah pelatihan membuat kue selesai dengan

permintaan pasar cukup tinggi pada saat itu, maka

 

67

dibentuk KUBE Lentera. Pada awal pembentukan,

para anggota KUBE Lentera membuat kue

Kembang Goyang secara bersama-sama dan

kemudian dipasarkan secara kolektif. Dengan

berjalannya waktu dan saat ini para anggota KUBE

Lentera sudah mampu mandiri sehingga

diperbolehkan membuat kue Kembang Goyang di

rumah masing-masing. Untuk pemasaran

produksinya, Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Lentera mempunyai prinsip bahwa pasar mereka

adalah setiap orang yang mereka ditemui.

Melalui KUBE Lentera ini diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan wawasan berfikir

para anggota karena mereka dituntut pada suatu

kemampuan manajerial untuk megelola usaha yang

sedang dijalankan, dan berupaya menggali dan

memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di

lingkungan untuk keberhasilan kelompoknya.

2. Tujuan

a. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok

KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan

hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatnya

pendapatan, meningkatkan kualitas pangan,

sandang, kesehatan dan tingkat pendidikan;

b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok

KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang

 

68

mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dalam

lingkungan sosial,

c. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok

KUBE dalam menampilkan peranan-peranan

sosialnya. Baik dalam keluarga maupun lingkunga

sosialnya. (Departemen Sosial, 2004:52-53)

3. Visi dan Misi

Visi:

Menjadikan Kelompok Usaha Bersma (KUBE)

Lentera sebagai sarana peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Misi:

a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk

aktif mengikuti KUBE.

b. Memberikan keterampilan dan pengetahuan

yang sesuai dengan kondisi lingkungan.

c. Menumbuhkan kreatifitas masyarakat untuk

mengenali potensi daerahnya.

d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

melalui program KUBE.

4. Pendanaan

Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan

pertama kali berasal dari bantuan modal hibah dari

Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp.

20.000.000,- untuk 10 orang anggota pada tahun

2012. Dana digunakan untuk melaksanakan program

 

69

seperti pembelian gula, minyak goreng dan lain

sebagainya dan sisanya untuk kas.

5. Struktur Kelembagaan

Bagan 1.1

Struktur Kelembagaan KUBE Lentera

Sumber : Buku KUBE Lentera

Ketua KUBE:

Sri Mulyati

Bendahara: Hj. Siti

Munawaroh

Seksi Quality Control:

Rokiah & Yuliati

Seksi Produksi:

Neneng & Arni

Seksi Pemasaran:

Andi Armawati, Hj.

Nurhayati & Suryati

Sekertaris:

Indatiah

 

70

6. Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi merupakan suatu bentuk

tanggung jawab yang harus dijalankan, dengan struktur

organisasi dapat memberikan tugas pokok terhadap

pengurus dan anggotanya. Struktur organisasi sangat

tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang

dijalankan oleh KUBE Lentera tersebut.

a. Kepengurusan KUBE Lentera

Pada hakekatnya KUBE dibentuk

dari, oleh dan untuk anggota kelompok.

Dan Pengurus KUBE dipilih dari anggota

kelompok yang mau dan mampu

mendukung pengembangan KUBE,

memiliki kualitas seperti kesediaan

mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu

mengorganisasikan dan mengkoordinasikan

kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan,

pengetahuan dan pengalaman yang cukup

serta yang penting adalah merupakan hasil

pilihan dari anggotanya.

b. Keanggotaan KUBE Lentera

Anggota KUBE adalah PMKS

(Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial) sebagai sasaran program yang telah

disiapkan. Jumlah anggota untuk setiap

KUBE berkisar antara 5 sampai 10 orang

 

71

sesuai dengan jenis PMKS. Kemudian

Khusus untuk Pembinaan Masyarakat

Terasing dan Rehabilitasi Sosial Daerah

Kumuh pembentukan KUBE berdasarkan

unit pemukiman sosial, artinya suatu unit

pemukiman sosial adalah satu KUBE.

c. Administrasi KUBE Lentera

Untuk dapat berjalan dan

berkembangnya KUBE dengan baik, maka

pengurus maupun pengelola KUBE perlu

memiliki catatan atau administrasi yang baik,

yang mengatur keanggotaan, organisasi,

kegiatan, keuangan, pembukuan dan lain

sebagainya. Catatan dan administrasi KUBE

meliputi antara lain buku anggota, buku

peraturan KUBE, pembukuan keuangan atau

pengelolaan hasil, daftar pengurus dan

sebagainya.

7. Program Kegiatan

a. Bidang Sosial

Pertemuan rutin anggota Kube dan pengumpulan

Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS).

b. Bidang Ekonomi

1) Memproduksi Kue Kembang Goyang, Kue

Akar Kelapa, Rempeyek Kembang Goyang,

Biji Ketapang.

 

72

2) Menyediakan sarana Kebutuhan anggota

KUBE.

3) Memperluas networking atau kemitraan.

8. Kemitraan

Selain Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

sebagai Pembina KUBE Lentera menjalin kemitraan

dengan intansi lain yaitu:

a. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DKI Jakarta.

b. Dinas Perinduatrian dan Energi DKI Jakarta.

c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

dan KB Jakarta Selatan.

d. Tim Penggerak PKK Kecamatan Jagakarsa.

e. Asosiasi Kelompok Usaha (AKU) se- Jakarta

Selatan.

f. Kampus IISIP Jakarta

9. Indikator Keberhasilan KUBE Lentera

Adapun indikator keberhasilan Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) secara umum apabila telah

teraplikasikannya beberapa prinsip-prinsip

pengembangan KUBE di bawah ini:

a. Penentuan Nasib Sendiri

b. Kekeluargaan

c. Kegotong royongan

d. Potensi anggota

 

73

e. Sumber-sumber setempat

f. Keberlanjutan

g. Usaha yang berorientasi pasar

 

74

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian peneliti

ditemukan ada beberapa hal pada pelaksanaan program KUBE

dalam mencapai pemberdayaan masyarakat khususnya yang

dilakukan KUBE Lentera. KUBE Lentera berawal dari adanya

keaktifan seorang warga yang berprofesi sebagai Pekerja Sosial

Masyarakat (PSM) di wilayah RW 02 Kelurahan Lenteng Agung,

dimana beliau sering berkomunikasi dengan Dinas Sosial DKI

Jakarta. Selama menjadi penerima bantuan program KUBE,

banyak hal baru yang diterima oleh anggota KUBE Lentera, salah

satunya adalah pemberdayaan ekonomi yang anggotanya adalah

perempuan. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan

masyarakat terdiri dari beberapa bentuk pemberdayaan, antara lain

adanya pelatihan, pendampingan, dukungan sosial, lingkungan

sosial dan juga pemberian bantuan untuk meningkatkan usaha kue

kembang goyang.

Berikut ini peneliti akan memaparkan hasil temuan

lapangan baik data wawancara dan observasi yang peneliti lakukan

sesuai dengan urutan tahapan pemberdayaan masyarakat yang

dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi.

A. Tahapan Persiapan (enggagement)

KUBE Lentera adalah salah kelompok usaha

bersama yang berperan aktif dalam upaya

penganggulangan kemiskinan di Indonesia dengan

 

75

pembekalan skil atau keterampilan. Pada tahap persiapan

ini didalamnya ada dua tahap yang harus dikerjakan

adalah menyiapkan petugas pelaksana dan persiapan

lapangan.

1. Persiapan Petugas Pelaksana

Pemberdayaan yang dilakukan oleh KUBE

Lentera lebih menekankan pada keterampilan

pembuatan kue kembang goyang. Program ini sudah

berjalan kurang lebih sekitar 7 tahun sejak awal

berdiri. Program ini dinilai lebih terlihat jelas

keberlanjutannya dan lebih mudah dilakukan

mengingat para anggota yang bergabung adalah

kaum perempuan dan permintaan pasar yang selalu

ada bahkan melonjak di acara-acara tertentu.

Berikut hasil wawancara dengan Ketua

KUBE Lentera yaitu Ibu Sri Mulyati yang

menyatakan bahwa:

“KUBE Lentera sebenarnya mempunyai

banyak keterampilan pembuatan kue kering

seperti pembuatan kue kembang goyang, akar

kelapa, rempeyek, biji ketapang. Tetapi yang

peminatnya cukup banyak itu kue kembang

goyang, sehingga oleh sebagian masyarakat

menyebutnya sebagai kampung kembang

goyang. Selain peminatnya banyak, bahan dan

proses pembuatannya cukup mudah, sehingga

mudah diterapkan dipahami oleh anggota

lainnya ”(Wawancara pribadi dengan Ibu Sri

Mulyati Ketua KUBE Lentera,2019).

 

76

Pelaksanaan program akan berjalan baik

jika dilakukan oleh petugas yang profesional dan

kompeten di bidangnya. Dalam penelitian ini

KUBE Lentera terdapat satu orang pelaksana dan

satu pendamping hingga saat ini. Berikut hasil

wawancara peneliti dengan pelaksana program

yaitu Ibu Sri Mulyati yang menyatakan bahwa:

“Untuk petugas pelaksana lapangan baik

dalam tutor pelatihan kue kembang goyang

maupun kue kering lainnya hanya ada 1 orang

saja yaitu saya sendiri, dan untuk

pendampingan program ada 1 orang yaitu

Bapak Junaedi, keputusan ini juga disepakati

oleh pihak Dinas Sosial DKI Jakarta, karena

sebelumnya kami berdua sudah lama terlibat

dalam program PSM atau Pekerja Sosial

Masyarakat” (Wawancara pribadi dengan Ibu

Sri Mulyati,2019)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut

didapatkan data bahwa dalam pelatihan keterampilan

kue kembang goyang dan kue kering lainnya

dilakukan oleh 2 orang tutor dimana satu orang

pelaksana dan satu orang pendamping program.

Mereka merupakan orang yang pertama kali

mencetuskan KUBE Lentera hingga bertahan dan

berkembang baik sampai saat ini. Kedua pelaksana

tersebut merupakan seorang yang ahli dan kompeten

dalam bidangnya sehingga tujuan program

pemberdayaan tercapai. Penyiapan petugas ini

terutama diperlukan untuk menyamakan pendapat

 

77

antar anggota KUBE, lembaga pemerintahan seperti

Dinas Sosial, Kelurahan sebagai pelaku perubahan

sosial mengenai pendekatan atau teknik

pemberdayaan yang akan dilakukan dalam

pelaksanaannya.

2. Persiapan Lapangan

Pada umumnya untuk sebuah kegiatan

apapun sarana dan prasaran yang memadai sangat

diperlukan oleh petugas sesuai dengan tujuan dan

harapan yang diinginkan. Jika petugas pelaksana

sudah dipersiapkan dengan baik akan tetapi keadaan

lapangan atau lokasi sasaran ternyata kurang

memadai, maka hal itu akan menyulitkan proses

pelaksanaan. Maka dari itu, persiapan lapangan

diperlukan dengan tujuan meminimalisir

permasalahan baik diawal pelaksanaan maupun pada

saat akhir pelaksanaan. Dari hasil wawancara peneliti

dengan Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi yang

menyatakan bahwa:

“Berdirinya KUBE Lentera ini gagasan saya

(Ibu Sri Mulyati), karena saya sadar

lingkungan tempat saya tinggal saat ini

khususnya RW 02 Kelurahan Lenteng Agung

masih banyak masyarakat yang kaum dhuafa

dan tergolong rendah secara ekonomi dan

sangat diperlukan pemberdayaan masyarakat.

Pada saat itu saya aktif di PKK Kelurahan

Lenteng Agung dan saya memang mempunyai

basic wirausaha yaitu membuat kue kering.

Akhirnya saya merekrut temen dekat saya dulu

 

78

bernama Ibu Indahtiah dan Ibu Yulianti.

Kemudian kami kepikiran untuk membuat kue

kembang goyang, sambil mencari sumber

modal dari pemerintahan dan merekrut warga

sekitarnya yang tergolong ke dalam kriteria

masyarakat yang harus diberdayakan dan ingin

bergabung ke dalam kelompok KUBE

bentukannya. Salah satu warga yang di rekrut

oleh Ibu Sri yang dianggap masuk ke dalam

kriteria calon anggota KUBE adalah Ibu

Neneng Munawaroh. Kemudian kami mancari

orang lainnya untuk diajak menjadi angggota

kelompok KUBE dengan usaha Kembang

Goyang. Awalnya kenapa kue kembang goyang

karena sebelumnya saya memiliki sebuah

usaha kue kering, terus saya berfikir dan ingin

berinovasi sambil memberdayakan masyarakat

dari keterampilan yang saya miliki membuat

kue. Saya berfikir untuk jenis usaha apa yang

ingin dikembangkan di KUBE Lentera ini,

akhirnya saya menemukan ide Kue Kembang

Goyang. Kue Kembang Goyang itu merupakan

Kue Tradisional Khas Betawi, dan

keberadaannya sudah hampir punah, sudah

sangat jarang sekali ada orang yang produksi

kue tersebut di Jakarta ini padahal peminat

pasar masih cukup banyak. Kemudian

menetapkan tempat untuk produk kue tersebut,

untuk kegiatan sehari- hari. Nah berawal dari

situlah KUBE Lentera terbentuk pertama kali

dengan keterampilan usaha membuat kue

kembang goyang, dan saat ini Alhamdulillah

sudah berkembang dan berinovasi menu varian

lainnya seperti rengginang, biji ketapang, dan

rempeyek” (Wawancara dengan Ibu Sri

Mulyati,2019).

Kemudian berikut ini hasil wawancara

dengan Bapak Junaedi yang menyatakan bahwa:

 

79

“Betul apa yang dikatakan Ibu Sri Mulyati,

berdirinya KUBE Lentera ini sebenarnya

berdasarkan kesadaran individu, beliau

melihat kondisi dilingkungannya masih banyak

masyarakat yang perlu bantuan, perlu

peningkatan secara ekonomi. Akhirnya beliau

mengajak teman dekatnya untuk membentuk

sebuah kelompok usaha bersama. Kemudian

merekrut anggota yang lainnya sesuai dengan

kriteria seperti: membutuhkan bantuan atau

penyandang masalah kesejahteraan sosial,

minat dengan berwirusaha atau berdagang,

dan memiliki motivasi untuk berkembang dan

maju”(Wawancara dengan Bapak Junaedi,

2019).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut

didapatkan data bahwa KUBE Lentera dibentuk atas

dasar gagasan keaktifan seorang warga sebagai

Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di wilayah RW 02

Kelurahan Lenteng Agung, dimana ia sering

berkomunikasi dengan pihak pemerintahan seperti

Dinas Sosial DKI Jakarta. Tujuan dibentuknya

KUBE Lentera ini agar masyarakat sekitar tempat

wilayahnya yaitu RW 02 menjadi lebih sejahtera dan

mandiri disegala aspek. Sebelum KUBE Lentera

terbentuk ada beberapa tahap yang perlu disiapkan

seperti tempat menyiapkan petugas pelaksana yang

akan menghandle semuanya, kemudian persiapan

lapangan seperti sasaran program atau anggota

kelompok, gagasan menu yang ingin dibuat, tempat

utama untuk kegiatan sehari – hari. Dari hasil

 

80

pengamatan dilapangan, penulis melihat kondisi

tempat pembuatan kue kembang goyang cukup

sempit, sedikit kotor dan kurang ventilasi udara dan

lokasinya juga berada diantara gang yang hanya bisa

dilalui kendaraan roda dua. Kondisi ini dapat

menghambat pada proses pengembangan usaha

karena minimnya sarana dan prasaran yang tersedia.

Sedangkan KUBE Lentera beranggotakan 10

orang hingga sampai saat ini, berikut tabel untuk

anggota KUBE Lentera adalah :

Tabel.2.1

Daftar Anggota KUBE Lentera

No. Nama Posisi

1 Akhmad Junaedi Pendamping

2 Sri Mulyati Ketua KUBE

Lentera

3 Indatiah Sekretaris

4 Hj. Siti Munawaroh Bendahara

5 Andi Armawati Anggota

6 Arni Anggota

7 Rokiah Anggota

 

81

8 Neneg Munawaroh Anggota

9 Yulianti Anggota

10 Hj. Nurhayati Anggota

11 Suryati Anggota

Sumber : Buku KUBE Lentera

B. Tahapan Pengkajian (Assessment)

Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi

masalah atau kebutuhan yang dirasakan dan juga sumber

daya yang dimiliki. Dalam melakukan tahapan ini

masyarakat atau sasaran program sudah dilibatkan secara

aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan

yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang

keluar dari pandangan mereka sendiri. Masalah tersebut

adalah terdapatnya keinginan untuk hidup yang lebih baik

namun tidak tahu awal mulai darimana, takut akan

kerugian dan kegagalan yang akan diterimanya, terbentur

masalah modal apabila ingin memulai usaha serta cara

memasarkannya hasil produknya. Oleh karena itu melalui

KUBE Lentera ini, penerima manfaat atau anggota KUBE

Lentera diberdayakan antara lain dengan pelatihan,

pendampingan, dukungan sosial, lingkungan sosial,

hubungan sosial dan juga pemberian bantuan untuk

meningkatkan usaha kembang goyang.

 

82

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati

mengatakan bahwa tujuan dari dibentuknya KUBE Lentera

dan program-programnya adalah untuk memberdayakan

masyarakat menjadi lebih produktif dan mandiri dengan

cara yang mudah untuk diterapkan oleh anggotanya atau

masyarakat lainnya. Berikut hasil wawancara dengan Ibu

Sri Mulyati Ketua KUBE Lentera:

“Sebelum dibentuk KUBE Lentera ini selalu

kami konsultasikan terlebih dahulu kepada

kepemerintahan seperti Kelurahan Lenteng

Agung, Kecamatan Jagakarsa dan Dinas Sosial

DKI Jakarta. Selain itu kami selalu koordinasi

dengan tokoh masyarakat setempat agar proses

pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik

dan sesuai dengan tujuan dan sasaran kami.

Hal ini adalah sangat penting bagi KUBE

Lentera, karena posisi kami hanya sebagai

penyalur atau fasilitator yang akan membantu

dan mendampingi sasaran program untuk

mencapai tujuan program. Tahap sebelum

pelaksanaan dilakukan analisis dulu kaya

SWOTnya. Kekuatannya adalah para anggota

yang masih semangat dalam perubahan hidup

yang lebih baik, tapi kelemahannya tidak

adanya modal awal dalam dan bingung cara

memulainya. Kemudian peluangnya kalau ada

pemberdayaan seperti ini hidup para anggota

pasti lebih baik, terus ancamannya adalah pada

produknya yaitu tidak bisa ready stok.”

(Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

 

83

Dari hasil wawancara diatas, untuk teknik

pengkajian diperlukan adanya SWOT dengan melibatkan

Kekuatan (Strenght), Kelemahan (Weakness), Kesempatan

(Opportunies) dan Ancaman (Threat). Dalam hal ini

kelemahan yang terjadi adalah keterbatasan modal dan

ketidaktahuan masyarakat untuk merubah kualitas hidup

menjadi lebih baik lagi. Sementara kekuatannya terletak

pada motivasi atau semangat masyarakat untuk berubah

dalam hidupnya menjadi lebih baik. Kesempatannya

melalui program pemberdayaan yang dilakukan oleh

KUBE Lentera sehingga masyarakat atau anggota KUBE

Lentera dapat berdaya dan produktif. Ancamannya terletak

pada produk yang dihasilkan dimana produk harus made by

order atau tidak dapat ready stock setiap saat, serta untuk

pelabelan merek dagang agar lebih terpercaya yang

nantinya akan menjadi kekuatan bagi keberhasilan baik

untuk KUBE Lentera maupun anggotanya.

Kegiatan pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji

suatu kebutuhan dan keinginan masyarakat disesuaikan

dengan karakteristik lingkungan dan kemampuan sumber

daya manusia di RW 02. Selanjutnya anggota KUBE

Lentera diberdayakan mulai dari pemberian motivasi dan

kesadaran, pelatihan, pendampingan untuk menjadi

produktif dan mandiri.

 

84

C. Tahap Perencanaan Alternatif Program (Designing)

Pada tahap selanjutnya adalah menyusun rencana

kegiatan program yang dilaksanakan sekaligus

menanggulangi permasalahan yang muncul. Pada tahap ini,

petugas pelaksana dan pendamping adalah agen perubahan

secara partisipatif memikirkan program dan kegiatan apa

saja yang tepat dilaksanakan pada saat itu. Petugas

pelaksana dan pendamping memberikan alternatif program

seperti berbagai macam kegiatan keterampilan agar potensi

yang ada pada masyarakat berkembang sesuai dengan

bakatnya. Namun, pada program yang lebih ditekankan

dalam proses pemberdayaan ini dan sekaligus menjadi

bahasan dalam penelitian ini adalah keterampilan

pembuatan kue kembang goyang. Hal ini sesuai dengan

gagasan dari Ibu Sri Mulyati, beliau berkata:

“KUBE Lentera memiliki beberapa

keterampilan pembuatan kue kering

diantaranya kue kembang goyang, rengginang,

akar kelapa, rempeyek, biji ketapang. Namun,

yang lebih ditekankan adalah pembuatan kue

kembang goyang karena permintaan pasar

untuk kue kembang goyang lebih tinggi dari

pada kue kering lainnya. Selain itu juga bahan-

bahan yang digunakan sangat mudah didapat

dan pembuatannya juga sangat mudah. Hanya

ada resep tarakan penyajian saja di KUBE

Lentera sehingga kue kembang goyang kami

memiliki cita rasa yang unik dan berbeda

dengan kue kembang goyang lainnya. Oleh

karena itu, permintaan pesanan kue kembang

goyang di KUBE Lentera selalu overload,

 

85

apalagi untuk waktu musiman seperti lebaran”

(Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Kegiatan pertemuan rutin oleh PKK Kelurahan

Lenteng Agung sudah sering dilakukan kepada

masyarkatnya, oleh karena itu komunikasi antar

pemerintah setempat dan warga khususnya RW 02 ini

sudah terjalin dengan baik. Berikut adalah hasil wawancara

oleh Ibu Sri Mulyati:

“Untuk kegiatan masyarakat dari pihak

Kelurahan Lenteng Agung memang aktif

diadakan, seperti bazar, lomba. Jadi saya kan

dulu (PSM) pekerja sosial masyarakat dan aktif

juga sebagai PKK di Kelurahan Lenteng

Agung, waktu saya ingin sudah memiliki

kelompok terdiri dari saya dan beberapa

anggota yang sudah bergabung aktif

melakukan sosialiasi ke pihak pemerintahan

juga, ke Dinas Sosial, kepada RW 02, ada yang

gabung dan ada yang engga dan itu wajar”

(Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Pada tahap ini petugas pelaksana dan pendamping

program secara partisipatif mencoba menyadarkan dan

mengajak untuk berfikir tentang masalah yang dihadapi

dan bagaimana cara mengatasinya secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil wawancara Ibu Sri Mulyati didapatkan

data bahwa program pembuatan kue kering kembang

goyang merupakan salah satu solusi bagi permasalahan di

masyarakat yang menginginkan kehidupan yang lebih baik

karena dapat memberdayakan para anggotanya untuk lebih

produktivitas dari segi peningkatan ekonomi melalui usaha

 

86

kembang goyang ini, akan tetapi terkendala banyak hal

seperti mental keberanian keluar zona nyaman, kurangnya

pengetahuan, terhambat dengan modal untuk membuka

usaha. Dengan demikian program keterampilan kue

kembang goyang dari KUBE Lentera dapat menjadi

program pilihan atau unggulan yang dapat membantu

masyarakat atau anggota KUBE Lentera dalam

menciptakan produktivitas yang menghasilkan, agar

kehidupannya menjadi lebih baik lagi dan mandiri dari segi

manapun.

D. Tahapan Formulasi Rencana Aksi

Pada tahap ini petugas pelaksana dan pendamping

membantu anggota kelompok KUBE Lentera untuk

merumuskan dan menentukan program serta kegiatan apa

yang akan dilakukan. Proses pemformulasian ini diajukan

dalam bentuk tulisan untuk kemudian dilaporkan kepada

penyandang dana yakni Dinas Sosial, Kementerian Sosial,

Dinas Koperasi dan UKM DKI Jakarta, Dinas

Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan KB Jakarta

Selatan, Tim Penggerak PKK Kecamatan Jagakarsa,

Asosiasi Kelompok Usaha (AKU) se-Jakarta Selatan,

Kampus IISIP DKI Jakarta. Tujuan ini dapat

menformulasikan atau merumuskan tujuan-tujuan jangka

pendek dan jangka panjang yang dicapai dalam program

 

87

keterampilan pembuatan kue kembang goyang. Berikut

pernyataan Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi:

“Pada tahap awal pelatihan ini adalah

sosialisasi program ke masyarakat sambil

mencari anggota yang sesuai, setelah

mendapatkan anggota dan terkumpul 10 orang

anggota, kemudian para anggota berdiskusi

untuk menentukan dalam menjalankan dan

memulai usaha pembuatan kue kembang

goyang ini. Tugas saya adalah mengajarkan

kepada para anggota mulai dari kebutuhan

bahan-bahan. Awal pembuatan kue kembang

goyang agar lebih kondusif para anggota

dikumpulkan menjadi satu tempat yaitu rumah

saya (Ibu Sri Mulyati) untuk diajari cara

pembuatan kue kembang goyang. Ketika para

anggota sudah dapat menguasai teknik

pembuatannya dan dirasa bisa sedikit mandiri,

maka semua anggota diperbolehkan membuat

dirumah masing-masing. Sehingga para

anggota dapat menggunakan sarana dan

prasarana yang telah disediakan baik dari

KUBE Lentera maupun dari lembaga

pemerintahan, tujuannya agar para anggota

menjadi lebih produktif dalam sehari-hari dan

mendapatkan penghasilan tambahan untuk

keluarganya” (Wawancara dengan Ibu Sri

Mulyati,2019).

Sebagaimana pada pernyataan Bapak Junaedi

sebagai pendamping KUBE Lentera:

“Iya betul dalam pelatihan pembuatan kue

kembang goyang ini sebenarnya untuk

membantu masyarakat khususnya anggota

KUBE Lentera yang telah terpilih agar

mendapatkan hidup yang lebih baik dan

sejahtera. Karena warga di RW 02 ini masih

banyak yang sangat membutuhkan apalagi

 

88

untuk kaum perempuan yang menjadi kepala

keluarga. Oleh karena itu program ini sangat

membantu mereka dalam meningkatkan

kualitas kehidupannya, baik dari mempunyai

usaha kue kembang goyang, maupun usaha kue

yang sejenis lainnya” (Wawancara dengan

Bapak Junaedi, 2019).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat

disimpulkan bahwa tujuan yang akan dilakukan pada

program pemberdayaan keterampilan pembuatan kue

kembang goyang pada jangka pendeknya adalah

diharapkan para anggota KUBE Lentera dapat melanjutkan

dan mengembangkan usaha sampai dengan mandiri atau

mempunyai hak merek dagang sendiri, sehingga dapat

menjadi suatu produk unggulan khususnya makanan

tradisional khas adat Betawi. Sedangkan untuk jangka

panjangnya adalah agar masyarakat atau para anggota

dapat lebih produktif, berkembang, berdaya dan mandiri.

Meskipun mayoritas hanya berprofesi sebagai ibu rumah

tangga biasa tetapi dapat mempunyai pengasilan dari

rumah untuk membantu perekenomian keluarga.

Dalam mencapai tujuan tersebut KUBE Lentera

melakukan pemberdayaan secara bertahap, seperti

fasilitator dan calon penerima program bersama-sama

merumuskan tujuan adanya program. Tujuan jangka

pendeknya yakni melalui program tersebut diharapkan para

anggota KUBE Lentera dapat melanjutkan dan

mengembangkan usaha pada sampai pelabelan dengan

 

89

merk dagang sendiri sebab selama pelatihan berlangsung

yang dihasilkan dibawah naungan label KUBE Lentera.

sedangkan jangka panjangnya yakni agar para anggota

menjadi lebih produktif, mandiri sejahtera dan berdaya.

Dalam mencapai tujuan program KUBE Lentera

melakukan dengan cara bertahap, mulai dari pemberian

sosialisasi program, menyadarkan masyarakat, pemberian

motivasi, pelatihan, pendampingan, sampai dengan modal

usaha dari Dinas Sosial untuk masyarakat yang

berkeinginan kuat untuk melanjutkan hasil pelatihan yang

telah diberikan.

E. Tahap Pelaksanaan Program

Pada tahap ini merupakan salah satu tahap yang

paling penting dalam sukses atau tidaknya program

pemberdayaan masyarakat. Karena dibutuhkan kerjasama

yang baik antara KUBE Lentera dengan masyarakat,

sehingga program pemberdayaan ini dapat berjalan dengan

baik tanpa adanya hambatan. Satu cara yang digunakan

KUBE Lentera adalah dengan melibatkan seluruh

masyarakat agar berperan aktif dan partisipatif dalam

segala hal, baik gagasan atau ide maupun tindakan. Berikut

pernyataan Bapak Junaedi sebagai pendamping KUBE

Lentera:

“Pelaksanaan program ini sangat

membutuhkan kerjasama antara pihak, kalau

sudah program tapi tidak ada warganya ya

tidak jalan, begitupun sebaliknya sudah ada

 

90

warganya tapi tidak ada progran yang sesuai

ya bakal sama saja tidak ada kemajuan. Oleh

karena itu ketika visi misi sudah sesuai

kemudian tinggal action program sesuai

dengan rencana yang dibuat tadi” (Wawancara

dengan Bapak Junaedi, 2019).

Tahap pelaksanaan program KUBE Lentera pada

keterampilan pembuatan kue kembang goyang adalah

dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan terlebih

dahulu kepada para calon anggota KUBE Lentera selama

satu minggu yang dibina oleh Dinas Sosial DKI Jakarta.

Pelatihan yang diberikan Dinas Sosial DKI Jakarta yaitu,

pelatihan bimbingan teknik dan sosial serta pelatihan

keterampilan untuk anggota KUBE Lentera. Selain itu

pelatihan yang diberikan oleh KUBE Lentera, antara lain

pelatihan kue kembang goyang, pelatihan kemasan yang

baik, dan pelatihan pemasaran produk kembang goyang.

Pelatihan untuk pendamping juga diadakan dari Dinas

Sosial DKI Jakarta untuk menggali potensi dan memotivasi

anggota KUBE Lentera dalam melakukan usahanya.

Selanjutnya, pendampingan kepada KUBE Lentera sejauh

ini dilakukan oleh pendamping, ketua KUBE dan juga

Dinas Sosial.

Selain dari kerjasama antar pihak, lingkungan yang

nyaman juga merupakan salah satu bentuk pemberdayaan

masyarakat. Dalam hal ini seperti adanya kegiatan sosial

yang diadakan di lokasi KUBE Lentera. Kegiatan tersebut

menunjukkan keaktifan dari RW atau Ibu-Ibu PKK di

 

91

lokasi KUBE Lentera juga membuat anggota KUBE

Lentera memiliki akses untuk mendapatkan pemberdayaan

masyarakat berupa bantuan dana program KUBE. Selain

itu, keterlibatan anggota dalam kegiatan-kegiatan sosial

yang diadakan di RW tersebut membuat ketertarikan atau

rasa kekeluargaan di KUBE Lentera semakin lebih kuat.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Sri Mulyati sebagai

berikut:

“Awal mulanya kan saya, Bu Indahtiah, dan

Yulianti sudah membuat kue kembang goyang,

usaha yang berkelompok tetapi masih 3 orang,

kemudian kami sambil mencari anggota

lainnya, kami aktif ke pemerintahan untuk

mencari peluang dalam hal bantuan ataupun

pemberdayaan. Akhirnya kami mendapatkan

bantuan modal dan pelatihan keterampilan

pembuatan kue kering termasuk kembang

goyang selama 1 hari. Semua fasilitas ini dari

Dinas Sosial, dan pada tahun 2012 kami

mendapatkan modal usaha sebanyak 20juta

berupa dana hibah, dimana 20 juta itu dibagi

dalam 10 orang anggota jadi masing-masing

mendapatkan bantuan modal 2juta setiap

anggota. Dari 2 juta tersebut kami gunakan

untuk membeli bahan baku pembuatan kue

kembang goyang seperti terigu, telor, gula

pasir, mentega, dan peralatan menggoreng

serta mencetak. Nah dari sinilah usaha

kembang goyang mulai aktif memproduksi

ditempat saya (Ibu Sri Mulyati), semua anggota

10 orang saya kumpulkan dan saya ajarin

membuat kue kembang goyang. Saya ajarkan

kepara anggota kurang lebih 1 minggu

pelatihannya dirumah saya, setelah dirasa

mulai dapat memahami teknik pembuatannya

dan mampu memproduksi sendiri, barulah

 

92

mereka dapat memproduksi dirumah masing-

masing sesuai dengan kapasitas kemampuan

tiap anggota, mulai dari 1 kg sampai 4 kg setiap

anggotanya” (Wawancara dengan Ibu Sri

Mulyati,2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri

Mulyati didapatkan data bahwa proses pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat yaitu keterampilan pembuatan

kue kembang goyang adalah dengan diberikannya sebuah

pelatihan mendasar tentang kue kembang goyang dan cara

pemasarannya oleh Dinas Sosial DKI Jakarta. Kemudian,

untuk melanjutkan tahap binaan Dinas Sosial kelompok

usaha bersama atau KUBE dibina dan diberi bantuan berupa

modal usaha sebanyak 20juta untuk 10 anggota. Kegunaan

modal usaha tersebut langsung digunakan untuk pembelian

bahan baku pembuatan kue kembang goyang. Pembuatan

kue kembang goyang ini dibuat masih secara manual. Pada

awal pelatihan dikediaman Ibu Sri Mulyati dihadiri oleh

petugas lapangan dari Dinas Sosial, sehingga pihak

pemerintah menyaksikan bagaimana proses pemberdayaan

melalui keterampilan ini.

Dalam takarannya 1 kilogram adonan terigu dapat

menghasilkan sekitar 8 bungkus kembang goyang, dimana

1 bungkusnya berisi 12 buah kembang goyang yang

dibandrol dengan harga saat ini sebesar Rp. 15.000,00 setiap

bungkus. Saat ini masing-masing anggota setiap harinya

dapat memproduksi minimal 3 kilogram adonan, hal ini

tergantung dengan jumlah pesanan yang ada. Karena kue

 

93

kembang goyang merupakan makanan tradisional dan

banyak peminatnya diwaktu-waktu tertentu atau even-event,

seperti waktu lebaran permintaan pasar terhadap kue

kembang goyang dapat meningkat drastis, Lebaran tahun ini

2019 KUBE Lentera mendapatkan pesanan sebanyak

kurang lebih 2000 (dua ribu) bungkus yang harus dikerjakan

selama bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan Ibu Sri Mulyati dan Ibu Yulianti sebagai

berikut:

“Kue kembang goyang bukan makanan pokok

yang harus disetiap saat, oleh karena itu ketika

hari-hari biasanya pesanannya biasa aja, kami

lebih sering menerima pesanan ketika ada

even-event tertentu seperti nikahan, pengajian,

arisan, bazar, dan lebaran. Untuk permintaan

pesanan lebaran tahun ini 2019 kami menerima

pesanan sekitar 2000 bungkus kue kembang

goyang, dimana pembagian tugas ini

diserahkan kepara anggota KUBE Lentera

sesuai dengan kemampuannya. Tetapi rata-

rata masing-masing anggota mampu

memproduksi sebanyak 3 kilogram adonan

dalam sehari. Dalam 1 kilogram dapat

menghasilkan 8 bungkus kue, dan harga setiap

bungkus sebesar 15.000 rupiah. Lebaran tahun

ini 2019, Alhamdulillah ibu mendapatkan

orderan sebanyak 5000 bungkus, kita kan

KUBE jadi setiap ada orderan kita kerjakan

bersama-sama. Jadi pembagian kerjanya

adalah saling membuat setiap anggota

kelompok sesuai kapasitas anggota, rata-rata

tiap anggota ambil 20 sampai 40 bungkus para

anggota. Kemudian hasilnya dikumpulkan atau

disetor ke saya. Yang jadi keunikan resep di

KUBE kami adalah takaran pembuatan adonan

 

94

yang sesuai sehingga cita rasa selalu terjaga”

(Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Sama halnya seperti pernyataan ibu Yulianti

sebagai berikut:

“Kalu untuk tahap pembuatan kue kembang

goyang sangat mudah mas, semua berawal

dari belajar dulu. Pertama bikin adonan

sesuai takaran, terus dicetak pakai cetakan

manual sambil digoreng. Iya cukup mudah

sih cara pembuatannya, namun yang susah

itu cari pelanggan yang banyak biar setiap

hari para anggota juga dapat produksi, jadi

tidak waktu musim-musim tertentu aja yang

banyak pesanan” (Wawancara dengan Ibu

Yulianti, 2019)

Pada proses pelaksanaan pembuatan kue

sebenarnya tidak terlalu sulit diimplementasikan karena

proses pembuatan cukup mudah. Pada hasil lapangan

ditemukan bahwa tidak ada pembagian kerja yang spesifik,

pembagian kerjanya adalah semua anggota produksi kue

kembang goyang dirumah masing-masing.

Dalam pelaksanaan ada beberapa hal yang menjadi

hambatan diantaranya untuk mengembangkan usaha

kembang goyang menjadi lebih luas lagi ada beberapa

kendala yaitu, tidak adanya merek atau label pada kemasan,

karakteristik produk yang mudah hancur ketika ada

pengiriman pesanan dengan jarak jauh, dan kondisi produk

yang ready to eat dan made by order. Persediaan produk

tidak bisa selalu tersedia karena kue kembang goyang ini

termasuk jenis makanan yang rentan hancur dan melempam,

 

95

sehingga untuk pemesanan biasanya dengan sistem Pre

Order atau PO agar cita rasa kue kembang goyang buatan

KUBE Lentera tetap stabil terjaga dan selalu renyah.

Berikut ini hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati dan

Bapak Junaedi, sebagai berikut:

“Ada beberapa hambatan yang sampai saat ini

masih terabaikan yaitu pelabelan kemasan,

saya sudah sering menginformasikan kepada

para anggota bagaimana pentingnya merek,

namun pada kenyataannya belum semua

anggota dapat mengaplikasikannya. Jadi

terkadang ada kemasan yang kita kasih merk di

bagian penutupnya, tetapi banyak yang belum

bermerk polos seperti biasa. Hal ini otomatis

pemasaran produk dari KUBE Lentera sedikit

terhambat. Selain itu mungkin hambatan ini

sudah umum ya kaya modal, dan Alhamdulillah

kelompok KUBE Lentera ini bisa dapetin

bantuan modal usaha berupa dana hibah dari

Dinas Sosia. Akhirnya bisa berjalan sampai

saat ini” (Wawancara dengan Ibu Sri

Mulyati,2019).

Selain menurut Ibu Sri Mulyati yang sebagai ketua

KUBE Lentera, berikut ini ada pernyataan menurut Bapak

Junaedi sebagai pendampingnya, yaitu:

“Kesadaran akan anggota masih kurang

terhadap nama merek, jadi mereka masih

mengganggap merk itu tidak penting. Jadi

mindset anggota KUBE Lentera masih banyak

yang belum terbuka luas wawasannya, mereka

hanya fokus untuk produksi saja tapi belum tau

cara mengembangkan usaha seperti apa”

(Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019).

 

96

Berdasarkan hasil wawancara diatas didapatkan

data bahwa pelaksanaan keterampilan pembuatan kue

kembang goyang sebenarnya cukup mudah dilakukan.

Mulai dari bahan baku, teknik pembuatan kue, dan

pemasarannya, karena hal ini sudah mereka bentuk dari

awal merintis. Namun, ada satu kendala yaitu cara

bagaimana mempunyai suatu brand atau merek yang pada

faktanya dalam dunia usaha adalah hal pokok. Menurut

penulis, KUBE Lentera pada usaha kue kembang goyang

sudah mempunyai ciri khas tersendiri karena mereka

mempunyai resep dapur yang sudah turun menurun dari

nenek moyangnya sehingga rasa yang dihasilkan sangat

lembut dan renyah. Hal ini dapat menjadi acuan dalam

membuat brand bagi KUBE Lentera. Selain hambatan

terhadap merek, ada satu hambatan lagi menurut penulis

berdasarkan fakta dilapangan yaitu sifat ketergantungan

akan bantuan pemerintah atau Dinas Sosial, dimana hal

semacam ini akan sangat menghambat perkembangan

usaha dalam jangka panjang.

F. Tahapan Evaluasi Program

Tahap ini merupakan proses pengawasan dari

petugas pelaksana dan pendamping serta pihak Dinas

Sosial DKI Jakarta terhadap program pemberdayaan

masyarakat yang sedang berjalan. Keterlibatan aktif pada

tahal ini diharapkan mampun membentuk sistem dalam

masyarakat untuk melakukan pengawasan internal

 

97

sehingga dalam jangka panjang masyarakat dapat lebih

mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Pada KUBE Lentera terdapat beberapa prinsip-

prinsip yang digagas dalam pengembangan KUBE. Secara

umum, prinsip-prinsip pengembangan KUBE tersebut

dikatakan terwujud apabila dapat teraplikasikan kedalam

perjalanan KUBE dikemudian hari. Atas dasar ini, untuk

mengetahui keberhasilan prinsip-prinsip pengembangan

KUBE tersebut, maka penulis akan menganalisis

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera untuk

mengetahui indikator keberhasilannya, sebagai berikut:

1. Penentuan Nasib KUBE Lentera

Berdasarkan tujuan pembentukan Program

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) oleh

Kementrian Sosial Republik Indonesia (Kemensos

RI), yakni dengan harapan untuk meningkatkan

harkat dan martabat kemanusiaan Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), agar dapat

menikmati kehidupan secara layak dan berperan

dalam pembangunan dalam upaya untuk

menghapus kemiskinan.

Pembentukan KUBE dimulai dengan proses

pembentukan kelompok sebagai hasil dari

bimbingan sosial, pelatihan keterampilan berusaha,

bantuan stimulans dan pendampingan. Kesemua

perangkat bantuan tersebut diberikan kepada

KUBE yang telah terbentuk, bersifat sukarela atau

 

98

sebagai bantuan dana hibah, yang artinya bukan

pinjaman atau pun kredit.

Atas dasar itu, kini penentuan hak untuk

menentukan keberhasilan nasib sendiri atau

keberhasilan KUBE yang telah dibangun berada

pada genggaman masing-masing individu yang

terlibat dalam pembentukan KUBE meliputi

seluruh anggota, pendamping dan pemerintah.

Dengan diberikan dana yang bersifat hibah,

diharapkan bagi penerima bantuan, untuk

mengembangkan dan menggulirkan kepada warga

masyarakat lain yang perlu dibantu demi

tecapainya tujuan dari Program Kelompok Usaha

Bersama (KUBE).

Jika melihat pada perjalanan Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) Lentera yang dibentuk

pada tahun 2011 yang lalu hingga saat ini masih

tetap survive, maka dipastikan bahwa KUBE

Lentera yang berada dibawah naungan wilayah

Jagakarsa, telah menentukan nasibnya yang positif

yakni tetap survive dan berhasil berkembang

selama empat tahun setelah masa pembentukannya.

Konsep hak untuk menentukan nasib

sendiri (The Right of Self Determination)

merupakan hak asasi manusia (HAM) untuk

melakukan kebebasan sesuai kehendaknya tanpa

adanya tekanan atau paksaan serta ancaman dari

 

99

pihak lain yang dianggap menghalangi kebebasan

tersebut. (Ratna Sari, 2014:1). Hak untuk

menentukan nasib sendiri merupakan kebebasan

yang telah diberikan oleh pemerintah melalui dana

bantuan hibah. Artinya, pemerintah tidak

memberatkan atau mempersulit masyarakat yang

tergolong ke dalam PMKS untuk mengganti dana

bantuan tersebut di kemudian hari. Namun,

pemerintah berupaya mengarahkan masyarakat

yang tergolong ke dalam PMKS yang menerima

bantuan dana hibah tersebut, agar memanfaatkan

pemberian bantuan tersebut dengan sebaik-baiknya

sebagai upaya peningkatan kualitas hidup agar

dapat keluar dari golongan-golongan Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

Penentuan nasib yang positif dilakukan oleh

KUBE Lentera merupakan hak kolektif. Seluruh

anggota turut terlibat dalam penentuan arah

keberhasilan. Tidak memandang ras, etnis, bahkan

agama dimana penentuan nasib tersebut

diaplikasikan melalui pembentukan sistem

pemerintahan organisasi KUBE tersendiri,

memiliki aturan-aturan internalnya sendiri, peran

dan wewenang keanggotaan KUBE dengan metode

yang dianggap cocok, untuk mengejar peningkatan

ekonomi, sosial dan budaya mereka sendiri.

Keberhasilan KUBE Lentera dalam memanfaatkan

 

100

bantuan dana dari pemerintah merupakan salah satu

perwujudan dari hak asasi manusia (HAM) untuk

menentukan nasibnya sendiri.

2. Prinsip Kekeluargaan

Melihat indikator keberhasilan yang diraih

oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera

saat ini berdasarkan kebertahanan organisasi

KUBE Lentera dan semakin berkembangnya usaha

yang dijalankan hingga masuk ke beberapa market

tekemuka, maka secara tidak langsung dapat

memberikan gambaran bahwa budaya

kekeluargaan yang terjalin dalam organisasi

tersebut berjalan dengan baik. Sebab, tidak ada

keberhasilan suatu organisasi atau perkumpulan

dengan beragam karakter, sikap dan perilaku tanpa

didasari oleh sikap kekeluargaan seperti sikap

tenggang rasa, peduli, mengedepankan

perdamaian, saling bekerja sama dan saling

membantu satu sama lain. Berikut ini hasil

wawancara dengan Ibu Sri Mulyati sebagai ketua

KUBE Lentera, yaitu:

“Sistem disini tidak adanya paksaan sama

sekali, saya sebagai ketua sudah

menyadarkan, mengajak dan mendampingi

masyarakat yang ingin berubah agar lebih

baik lagi dan sejahtera. Indikator ini kan

juga sudah tertera dari Kemensos, bersifat

kekeluargaan dalam artian saling terbuka,

 

101

peduli dan saling membantu. Misalkan, jika

pesanan anggota ini lagi banyak kita bantu

membuatnya, atau anggota itu sedang tidak

bisa kita yang handle. Keluarga disini tidak

hanya dalam KUBE aja, tetapi lingkungan

sosial juga harus dimiliki sifat

kekeluargaan ini” (Wawancara dengan Ibu

Sri Mulyati, 2019)

Secara sadar maupun tidak sadar, prinsip

kekeluargaan yang telah dibangun diantara sesama

anggota dan lingkungannya membawa KUBE

Lentera kepada keberhasilan usaha, organisasi dan

ke dalam berbagai lini kehidupan lainnya. Juga,

nilai seperti ini secara otomatis turut menumbuhkan

suatu semangat dan sikap kerja tanpa pamrih dalam

mewujudkan keberhasilan Program KUBE.

3. Prinsip Kegotong Royongan

Dalam pengertiannya, gotong royong

berarti menuntut perlu adanya kebersamaan dan

semangat kebersamaan diantara sesama para

anggota KUBE. Dalam prinsip tidak saling

menonjolkan adanya perbedaan antara atasan dan

bawahan, tetapi lebih mengedepankan

kebersamaan diantara sesama anggota.

Jika merujuk pada pengertian tersebut,

maka berdasarkan temuan yang kami dapati di

lapangan bahwa KUBE Lentera sangat

 

102

mengedepankan jiwa kebersamaan dan saling

membantu satu sama lain sesama anggota. Karena

sesungguhnya, makna dari bergotong royong itu

sendiri adalah manusia tidak dapat hidup sendiri,

melainkan harus bersama orang lain karena

manusia merupakan makhluk sosial. Tanggung

jawab bersama (terlebih saat ini sudah memiliki

kelompok tersendiri yakni KUBE Lentera) yang

menyangkut kepentingan orang banyak tidak hanya

dipikul oleh orang tertentu saja, melainkan semua

orang ada di dalamnya harus turut terlibat.

Dalam satu kejadian misalnya. Ketika

pesanan kue Kembang Goyang sedang banyak

seperti di bulan Ramadhan menjelang Idul Fitri

seperti saat ini, maka sikap kebersamaan, saling

melengkapi dan saling membantu sangat terlihat

sekali. Berjalannya usia ke 8 tahun KUBE Lentera,

telah membuahkan hasil yang positif dimana para

anggota sudah dikatakan mandiri, memiliki market

masing-masing tanpa ketergantungan oleh ketua

atau anggota lain. Maka ketika pesanan kue

Kembang Goyang sedang banyak, maka pesanan

tersebut di bagi-bagikan kepada anggota yang lain

(yang sedang tidak banyak pesanan) untuk

membantu penyelesaian produksi demi ketepatan

waktu pemesanan, meringankan beban, lebih

 

103

efisien waktu dan secara otomatis menambah

kokohnya rasa persatuan dan kesatuan sesama

anggota KUBE. Hal ini dilakukan kerena,

minimnya tenaga kerja dalam usaha bersama kue

Kembang Goyang. Berikut hasil wawancara

dengan salah satu anggota KUBE Lentera yaitu Ibu

Rokiah yang berpendapat:

“Pokoknya orang-orangnya di KUBE

Lentera mah baik-baik mas, kalau ada

kesusahan saling dibantu, orderan sedikit

dicarikan orderan, orderan banyak ya kita

bagi-bagi tugas produksinya. Makanya

tidak ada beban disini, justru kebalikannya

dapat pengalaman banyak jadi tau cara

dagang gimana, cari pelanggan gimana,

terus ikutan kegiatan-kegiatan RW juga.

Cuma harapan yang dari dulu belum

terwujud Cuma satu mas belum ada toko

yang bisa buat pelanggan dateng langsung,

sekarang kan Cuma dirumah Ibu Sri atau

dirumah anggota lainnya, mencar-mencar

gitu” (Wawancara dengan Ibu Rokiah,

2019 )

4. Prinsip Potensi Anggota

Melalui strategi pemberdayaan

(empowering) yang selalu menginginkan hasil

keberlanjutan, bukan yang bersifat sementara.

(Muhtadi dan Tantan Hermansah, 2012:10). Maka

yang menjadi sasaran utama dari program KUBE

ini adalah mengubah paradigma dan spirit

masyarakat, dari sifat malas, pasif, dan pasrah,

 

104

menjadi penuh semangat, motivasi, dan akhirnya

tumbuh keinginan dan semangat untuk bekerja. Hal

ini kini terjadi oleh anggota-anggota KUBE

Lentera yang sekarang mempunyai semangat tinggi

dalam berwirausaha setelah di awal masa

pembentukan telah diberikan motivasi dan

pelatihan dari program KUBE. Seluruh potensi

tersebut sebenarnya di miliki oleh seluruh manusia

apabila dapat di kelola dengan benar. Untuk iut,

seiring berjalannya waktu, kini KUBE Lentera

telah berkembang menjadi salah satu bentuk Usaha

Kecil Menegah (UKM) yang memproduksi

makanan khas Betawi yaitu kue Kembang Goyang

di tengah masyarakat perkotaan yang serba modern

yang semakin hari makanan khas Betawi kian

memudar keberadaannya. Namun, berkat potensi-

potensi yang di miliki oleh anggota-anggota KUBE

Lentera yang di dominasi oleh kaum hawa,

akhirnya makanan khas Betawi tersebut dapat

kembali muncul atas keberadaan KUBE Lentera

yang memproduksi kue Kembang Goyang.

5. Prinsip Keberlanjutan

KUBE merupakan salah satu program

pemberdayaan dari pemerintah yang sifatnya

berkelanjutan. Hal terpenting dalam suksesnya

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera ini

adalah masih dapat berkembang hingga saat ini

 

105

sejak masa pembentukan pada tahun 2011. KUBE

Lentera merupakan program yang berkelanjutan

karena saat ini, anggota yang telah di bina dapat

berwirausaha secara mandiri. Artinya,

keberlanjutan usaha KUBE Lentera telah

memberikan nilai positif kepada masyarakat,

terkhusus anggotanya karena saat ini telah dapat

berdaya dengan mempunyai pasar atau marketnya

masing-masing dan tidak ketergantungan kepada

salah satu anggota lain. Jika melihat perkembangan

KUBE Lentera yang telah berjalan selama 8 tahun

terakhir, yang di ketuai oleh Ibu Sri dan Bapak

Junaidi selaku Pendamping, maka sudah dapat

dikatakan KUBE Lentera mampu memberdayakan

masyarakat sekitar minimal dalam lingkup RT dan

RW, tempat KUBE Lentera berada.

Berikut hasil wawancara dengan Bapak

Junaedi selaku pendamping KUBE Lentera:

“KUBE Letera termasuk dalam KUBE

Mandiri karena kami (Ibu Sri Mulyati dan

Bapak Junaedi) tidak jarang diundang untuk

mendampingi KUBE diluar sana yang masih

merintis. Setiap tahunnya banyak anggota-

anggota baru yang bergabung dengan kami,

karena mereka ingin belajar dan berubah

akhirnya kami ajarkan hingga sampai sini

semakin kita berbagi kepada orang lain,

Alhamdulillah usaha kembang goyang ini

semakin meningkat pesanannya”

(Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019)

 

106

Berkat usaha Kembang Goyang yang

dijalankan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Lentera, saat ini setiap tahunnya terdapat

peningkatan anggota-anggota baru yang Ibu Sri

bina (diluar dari anggota KUBE Lentera) dengan

keterampilan cara pembuatan kue Kembang

Goyang. Keberhasilan KUBE Lentera dalam

memanfaatkan pemberian modal bantuan usaha

oleh pemerintah telah membawa KUBE Lentera

kepada tahap yang lebih mapan. Keinginan untuk

menjadikan KUBE Lentera menjadi Koperasi

merupakan indikator keberhasilan pada prinsip

keberlanjutan yang terjadi oleh KUBE yang

memproduksi kue Kembang Goyang ini.

6. Prinsip Usaha yang berorientasi pasar

Budaya masyarakat Indonesia saat ini

terkenal dengan tingginya angka konsumtifitas

masyarakat. Sehingga untuk pemasaran dari produk

kue Kembang Goyang tidak mengalami kesulitan

yang terlalu berarti. Ditambah lagi dengan kesiapan

dan kerapihan konsep pemasaran yang dilakukan

oleh ketua dan pendamping dari KUBE Lentera

yakni Ibu Sri dan Bapak Junaidi sehingga orientasi

kepuasan pelanggan, produksi, penjualan, serta

pemasaran sudah mampu menembus pasar-pasar

yang berada di Jabodetabek dan luar Jakarta.

Dengan latar belakang profesi Ibu Sri sebagai

 

107

wirausahawan, tidak memberikan kesulitan dalam

tahap pemasaran. Untuk itu, penting bagi calon

anggota KUBE lainnya untuk memiliki jiwa

berwirausaha yang kuat demi kemudahan dalam

menjalankan usaha bersama.

Dalam menjalankan usaha bersama,

orientasi pesaing ini harus berjalan bersamaan

dengan orientasi pelanggan, yaitu bagaimana

caranya memenangkan persaingan namun tetap

dengan memuaskan keinginan pelanggan.

Keseimbangan antara orientasi pelanggan dan

pesaing diluar sana menjadi sangat penting dalam

KUBE Lentera, karena pesaing diluar (lebih kepada

jenis usaha lain) lebih luas dan juga memiliki daya

tarik yang menarik. Usaha kue Kembang Goyang

menjadi sebuah pilihan karena selain

mengupayakan pelestarian makanan khas Betawi

yang kian hari kian tergerus dengan makanan

lainnya atau bahkan makanan luar negeri, namun

juga memberikan peluang besar untuk

dikembangkan. Kesulitan masyarakat baik

masyarakat dari luar Jakarta ataupun mancanegara

ketika datang ke Jakarta dalam mencari makanan

khas Betawi memberikan peluang besar bagi

KUBE Lentera untuk mengembangkan makanan

tersebut. Dapat dikatakan bahwa market atau pasar

untuk memasarkan usaha tersebut sudah tersedia

 

108

namun yang memproduksi kue Kembang goyang

atau makanan khas Betawi minim sehingga

memunculkan ide dan gagasan untuk

mengembangkan usaha kue Kembang goyang dan

makanan khas Betawi lainnya seperti biji ketapang

dan rempeyek. Untuk dapat tembus ke market

terkemuka, KUBE Lentera berupaya untuk

menyajikan kue Kembang Goyang dengan cita rasa

yang fresh, berbeda, dan unik dengan mengikuti

keinginan pasar masa kini. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Ibu Sri Mulyati sebagai berikut:

“Awal-awal pemasaran kita dibantu sama

Dinas Sosial, sering ikut bazar sana sini, ikut

perlombaan, mulut ke mulut. Alhamdulillah

waktu pertama kali kami Juara II pada tahun

2012. Itu prestasi pertama KUBE Lentera,

nah hal ini semakin membuat semangat para

anggota lainnya untuk terus belajar lagi dan

lagi. Promosi dan promosi sana sana, hal ini

juga dilakukan oleh anggota lainnya. Sampai

akhirnya sekarang kami sudah memilik

pelanggan cukup banyak, dan ketika pesan

dalam jumlah yang banyak dan pesan hanya

melalui mobile aja. Saat ini kita belum online,

ada sih Instagramnya, tapi belum ada yang

mengelolahnya, karena sebagian anggota

 

109

juga belum paham terkait teknologi. Dan

alhamdulillah saat ini setiap anggota sudah

memiliki penghasilan setiap bulannya rata-

rata 5juta rupiah dengan jumlah laba sekitar

3 juta” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,

2019)

Secara garis besar, pembentukan Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) Lentera dirasa telah

memberikan Output atau hasil yang baik. Artinya,

proses dimulai dari awal pembentukan hingga

memproduksi suatu barang telah mampu

meningkatkan pendapatan para anggota. Saat ini,

indikator keberhasilan suatu usaha dinilai dari

faktor atau unsur jumlah pendapatan materil

semata. Maka, berdasarkan data yang kami dapat,

usaha kue Kembang Goyang yang dilakukan oleh

KUBE Lentera, dapat memperoleh pendapatan

kotor minimal 5 juta rupiah per bulan tiap anggota

sedangkan penghasilan bersih sekitar 3 juta rupiah.

Pendapatan dari usaha merupakan indikator

keberhasilan sebab jika melihat kesejahteraan

anggota KUBE sebelum memutuskan membentuk

KUBE di tahun 2011, para anggota hanya

berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan bekerja

sampingan sebagai buruh cuci, dimana pendapatan

 

110

atau penghasilan tidak menentu atau hanya stagnan

dengan penghasilan seperti itu di tiap bulannya.

Disamping keberhasilan dari segi ekonomi,

para anggota juga mampu menjalin hubungan

kerjasama dalam kelompok serta meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan dalam

memecahkan masalah kesejahteraan sosial.

Outcome atau dampak sosial menunjukkan bahwa

keberadaan KUBE Lentera mampu meningkatkan

rasa kebersamaan dalam berusaha, mampu

meningkatkan kepedulian dalam penanganan

permasalahan sosial di masyarakat, mampu

mengelola dana IKS (Iuran Kesetiakawanan Sosial)

untuk kesejahteraan masyarakat. Dampak ekonomi

dapat meningkatkan kesejahteraan anggota

(mampu membiayai sekolah) dapat memberikan

pinjaman modal usaha bagi masyarakat non

anggota KUBE, memberikan peluang kerja bagi

anggota non KUBE Lentera untuk bekerja di

usaha KUBE Lentera (kue kembang goyang).

G. Tahap Terminasi Program

Tahap ini merupakan tahap “pemutusan” hubungan

secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam

suatu program pemberdayaan masyarakat tidak jarang

dilakukan, bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap

 

111

mandiri namun lebih karena proyek sudah harus dihentikan

karena setiap proyek mempunyai masa kerja tersendiri.

Berdasarkan hasil lapangan, pada tahap ini KUBE

Lentera belum sepenuhnya melakukan terminasi. KUBE

Lentera akan selalu memonitoring para anggota KUBE,

bahkan melakukan perekrutan anggota-anggota baru untuk

memperluas jaringan market dan menambah sumber daya

manusia mengingat pesanan kue kembang goyang semakin

hari semakin meningkat.

Meskipun para anggota sudah dapat dikatakan

berhasil dan mandiri, namun KUBE Lentera tetap

melakukan monitoring guna untuk memberikan motivasi,

inovasi dan informasi-informasi terbaru yang berguna

untuk mengembangkan usaha kue kembang goyang

tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak

Junaedi sebagai pendamping dan Ibu Neneng Munawaroh

sebagai salah satu anggota KUBE Lentera :

“Setelah masa pembinaan selesai, pihak kami

katakanlah lembaga akan selalu memonitoring,

entah dalam hal informasi, motivasi,

pemasaran, bazar, perlombaan, bahkan

pelatihan-pelatihan tambahan untuk

menunjang KUBE Lentera kedepannya. Oleh

karena itu, banyak KUBE lainnya juga belajar

di KUBE Lentera agar dapat berhasil dan

berkembang” (Wawancara dengan Bapak

Junaedi, 2019)

 

112

Sama halnya seperti wawancara dengan Ibu

Neneng Munawaroh sebagai berikut:

“Yaa mas, kan setelah didampingin mulai dari

cara bikin kue nya gimana, cara ngepakinnya,

pasarinnya kemana, terus kita para anggota

dikasih tau cara mengatur keuangannya juga,

aktif ikut bazar sana sini, kadang ada info

pelatihan-pelatihan juga, tapi gak semua

anggota ikut, tapi nanti anggotanya sharing ke

anggota lainnya ilmu apa yang udah didapetin.

Ya pokoknya kita masih tetap di kontrol sama

Kelurahan, Kecamatan, Dinas Sosial. Cuma

ada 1 harapan kita semua mas, kita ingin sekali

punya toko yang isinya nanti makanan-

makanan khas Betawi yang bisa buat oleh-oleh

para wisatawan gitu. Kalau untuk KUBE

Lentera mah sangat membantu sekali buat

meningkatkan taraf hidup warga sekitarnya ya,

bersyukur banget saya bisa ikut bergabung dari

awal 2011 sampai sekarang. Apalagi kan saya

hidup sendiri, jadi hasil yang saya dapatin

setiap bulan sudah lebih dari cukup mas.

(Wawancara dengan Ibu Neneng Munawaroh,

2019).

 

113

Pada tahap terminasi ini baik, pengurus,

pendamping, dan anggota KUBE Lentera berharap agar

KUBE Lentera dapat terus berjalan dan menjadi lebih baik

dalam proses memberdayakan masyarakat. Meskipun masa

kerja KUBE Lentera sudah berakhir, tetapi para anggota

tetap masih dalam binaan Dinas Sosial DKI Jakarta.

Sampai saat ini pihak pemerintah selain Dinas Sosial baik

Dinas Perhubungan, Kementerian UMKM sering

mengadakan pelatihan-pelatihan terkait pengembangan

usaha. Hal ini dapat menjadi ilmu yang sangat berguna bagi

KUBE Lentera agar dapat berkembang lebih baik lagi

kedepannya. Hasil wawancara kepada salah satu anggota

KUBE Lentera yaitu Ibu Neneng Munawaroh bahwa

dengan adanya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan

KUBE Lentera sangat membantu perekonomian keluarga

dan sudah bagus dapat berkembang sampai saat ini. Untuk

para masyarakat luar sangat dibolehkan bergabung dengan

KUBE Lentera, karena pada dasarnya KUBE Lentera

masih kekurangan sumber daya manusia mengingat

pesanan yang masuk setiap harinya semakin meningkat.

Jadi, KUBE Lentera tidak semat-mata melepas anggotanya

begitu saja meskipun anggota tersebut sudah mampu

mandiri, hal ini sangat berorientasi pada tercapainya tujuan

dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri baik tujuan

jangka pendek dan jangka panjang.

 

114

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa temuan penelitian bahwa

program keterampilan pembuatan kue kembang goyang

oleh KUBE Lentera dapat dikatakan berhasil dalam

memberdayakan masyarakat dan pencapaiannya sesuai

dengan tahap pemberdayaan. Pemberdayaan tersebut telah

mencakup tujuh tahapan pemberdayaan menurut teori

Isbandi Rukminto Adi, dimana ketujuh tahapan yang telah

dilakukan KUBE Lentera adalah:

1. Tahap Persiapan: pada tahap ini KUBE Lentera

melakukan persiapan mulai dari persiapan

petugas dan persiapan lapangan. Petugas

pelaksana pada program ini adalah ketua dan

pendamping KUBE Lentera yang bertugas

menjadi fasilitator dalam pemberdayaan

masyarakat melalui keterampilan pembuatan

kue kembang goyang. Selain persiapan

lapangan dalam hal sarana dan prasarana juga

sangat penting, dimana pada program ini

berlokasi di kediaman ketua KUBE Lentera

yang dijadikan sebagai sekretariat.

2. Tahap Pengkajian (Assessment): dalam

melakukan tahapan ini masyarakat atau sasaran

program sudah dilibatkan secara aktif agar

 

115

mereka dapat merasakan bahwa permasalahan

yang sedang dibicarakan benar-benar

permasalahan yang keluar dari pandangan

mereka sendiri. Masalah tersebut adalah

terdapatnya keinginan untuk hidup yang lebih

baik namun tidak tahu awal mulai darimana,

takut akan kerugian dan kegagalan yang akan

diterimanya, terbentur masalah modal apabila

ingin memulai usaha serta cara memasarkannya

hasil produknya. Oleh karena itu melalui KUBE

Lentera ini, penerima manfaat atau anggota

KUBE Lentera diberdayakan antara lain dengan

pelatihan, pendampingan, dukungan sosial,

lingkungan sosial, hubungan sosial dan juga

pemberian bantuan untuk meningkatkan usaha

kembang goyang.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program: pada

tahap ini petugas pelaksana dan pendamping

program secara partisipatif mencoba

menyadarkan dan mengajak untuk berfikir

tentang masalah yang dihadapi dan bagaimana

cara mengatasinya secara bersama-sama.

Dengan demikian program keterampilan kue

kembang goyang dari KUBE Lentera dapat

menjadi program pilihan atau unggulan yang

dapat membantu masyarakat atau anggota

KUBE Lentera dalam menciptakan

 

116

produktivitas yang menghasilkan, agar

kehidupannya menjadi lebih baik lagi dan

mandiri dari segi manapun.

4. Tahap Formulasi Rencana Aksi: pada tahap ini

petugas pelaksana dan pendamping membantu

anggota kelompok KUBE Lentera untuk

merumuskan dan menentukan program serta

kegiatan apa yang akan dilakukan. Program

keterampilan pembuatan kue kembang goyang

pada jangka pendeknya adalah diharapkan para

anggota KUBE Lentera dapat melanjutkan dan

mengembangkan usaha sampai dengan mandiri

atau mempunyai hak merek dagang sendiri,

sehingga dapat menjadi suatu produk unggulan

khususnya makanan tradisional khas adat

Betawi. Sedangkan untuk jangka panjangnya

adalah agar masyarakat atau para anggota dapat

lebih produktif, berkembang, berdaya dan

mandiri. Meskipun mayoritas hanya berprofesi

sebagai ibu rumah tangga biasa tetapi dapat

mempunyai pengasilan dari rumah untuk

membantu perekenomian keluarga.

5. Tahap Pelaksanaan Program : Program KUBE

Lentera pada keterampilan pembuatan kue

kembang goyang adalah dengan memberikan

sosialisasi dan pelatihan terlebih dahulu kepada

para calon anggota KUBE Lentera selama satu

 

117

minggu yang dibina oleh Dinas Sosial DKI

Jakarta. Pelatihan yang diberikan Dinas Sosial

DKI Jakarta yaitu, pelatihan bimbingan teknik

dan sosial serta pelatihan keterampilan untuk

anggota KUBE Lentera. Selain itu pelatihan

yang diberikan oleh KUBE Lentera, antara lain

pelatihan kue kembang goyang, pelatihan

kemasan yang baik, dan pelatihan pemasaran

produk kembang goyang. Pelatihan untuk

pendamping juga diadakan dari Dinas Sosial

DKI Jakarta untuk menggali potensi dan

memotivasi anggota KUBE Lentera dalam

melakukan usahanya. Ada beberapa hambatan

dalam program ini yaitu belum adanya merek

dagang pada usaha ini, dan sebagain anggota

belum memahami arti merek dagang tersebut,

kemudian ada satu hambatan lagi menurut

penulis berdasarkan fakta dilapangan yaitu sifat

ketergantungan akan bantuan pemerintah atau

Dinas Sosial, dimana hal semacam ini akan

sangat menghambat perkembangan usaha

dalam jangka panjang.

6. Tahap Evaluasi: Tahap Evaluasi dalam

penelitin ini dapat dilihat dari beberapa

indikator keberhasilan dimana pembentukan

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera

dirasa telah memberikan Output atau hasil yang

 

118

baik. Artinya, proses dimulai dari awal

pembentukan hingga memproduksi suatu

barang telah mampu meningkatkan pendapatan

para anggota. Saat ini, indikator keberhasilan

suatu usaha dinilai dari faktor atau unsur jumlah

pendapatan materil semata. Selain itu

keberhasilan KUBE Lentera terlihat dari hasil

lomba-lomba yang diikuti dan kue kembang

goyang ini menjadi program unggulan serta

terlihat keberlanjutannya dibandingkan

program lain.

7. Tahap Terminasi: pada tahap ini KUBE Lentera

belum sepenuhnya melakukan terminasi.

KUBE Lentera akan selalu memonitoring para

anggota KUBE, bahkan melakukan perekrutan

anggota-anggota baru untuk memperluas

jaringan market dan menambah sumber daya

manusia mengingat pesanan kue kembang

goyang semakin hari semakin meningkat.

Meskipun para anggota sudah dapat dikatakan

berhasil dan mandiri, namun KUBE Lentera

tetap melakukan monitoring guna untuk

memberikan motivasi, inovasi dan informasi-

informasi terbaru yang berguna untuk

mengembangkan usaha kue kembang goyang

tersebut.

 

119

B. Saran

Berdasarkan hasil analisa yang penulis lakukan

mengenai program pemberdayaan masyarakat melalui

KUBE Lentera, ada beberapa saran dari penulis

diantaranya adalah:

1. Terkait dengan kurangnya modal usaha, sebaiknya

Pihak Dinas Sosial memberikan pelatihan tentang

bagaimana memanajemen keuangan usaha dengan

baik. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pendidikan

anggota KUBE Lentera dimana mereka tidak begitu

memahami tentang mengatur keuangan usaha mereka

sehingga mereka mengalami kekurangan modal dan

bergantung akan bantuan pemerintah.

2. Jika dilihat dari jumlah pesanan yang hampir setiap hari

ada, seharusnya sayap keanggotaan KUBE Lentera

diperbesar atau merekrut anggota-anggota baru yang

sesuai kriteria agar memilik sumber daya manusia yang

cukup dan dapat menerima pesanan lebih banyak lagi.

3. Terkait pengemasan dan merek dagang, sudah

seharusnya di legalkan ke Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI). Selain itu juga

pengemasan produk sebaiknya ada hangtag atau

labelnya.

 

120

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Al-Quran Surat Al-Insyirah ayat 7-8

Bungin, Burhan.2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif.Jakarta:

Raja Grafindo Persada. Cet. Ke-2

Bungin Burhan.2009. Penelitian Kualitatif:Komunikasi,

Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial

Lainnya.Jakarta : Prenada Media Group

Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Direktorat Jendral

Bantuan dan Jaminan Sosial.2004. Panduan Umum

Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin

Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan

Lembaga Keuangan Mokro (LKM).Jakarta: Departemen

social.

Ghony, M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur.2012.

Metodologi Penelitian Kualitatif.Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

Gunawan Imam.2013. Metode Penelitian Kualittafi Teori dan

Praktik.Jakarta: Bumi Aksara

Harahap Syahri.1999. Islam Konsep Implementasi

Pemberdayaan.Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya

 

121

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-15

Muhtadi dan Tantan Hermansah.2013. Manajemen

Pengembangan Masyarakat Islam.Jakarta: UIN Jakarta

Press

Nawawi Hadari.1991 Metode Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Prastowo Andi.2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam

Prespektif Rancangan Penelitian.Yogyakarta: Ar-

ruzz Media

Rivai Veithzal.2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk

Perusahaan dari Teori ke Praktek.Jakarta:

PT.Grafindo Persada

Suharto Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan

Rakyat. Bandung:PT Refika Aditama

Suharto Edi.2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan

Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan

Sosial dan Pekerjaan Sosial.Bandung: Refika Aditama

Soeharto Irawan.2008. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik

Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu

Sosial Lainnya. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya

 

122

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:

Alfabeta

Sumber Jurnal:

Anwar Sitepu. Analisis Efektifitas Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) Sebagai Instrumen Program Penanganan Fakir

Miskin. Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kesejahteraan Sosial. Kementerian Sosial RI

Hendrik Yasin, Upaya Strategis Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE),

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Gorontalo.

Pranestiti Embanaras dan Weni Rosdiana, Partisipasi Masyarakat

Dalam Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di

Kota Malang, (Studi Pada Kube Waratama 1 Di

Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang Kota

Malang), Ilmu Administrasi Negara, FISH, UNESA

Ratna Sari, Pengaturan Hukum Internasional Mengenai Hak

Menentukan Nasib Sendiri (The Right Of Self

Determination) Suatu Bangsa.Skripsi S1 Fakultas

Hukum, Universitas Hasanuddin Makasar.

Sumber Wawancara:

Akhmad Junaedi, Pendamping KUBE Lentera, Wawancara

Pribadi, Jakarta 27 April 2019

 

123

Indahtiah, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 27 April

2019

Neneng Munawaroh, Anggota KUBE Lentera, Wawancara

Pribadi, 27 April 2019

Rokiah, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 13 Mei

2019

Siti Munawaroh, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 13

Mei 2019

Sri Mulyati, Ketua KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, Jakarta 27

April 2019

Yulianti, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 27 April

2019

 

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Proses pembuatan kembang goyang dengan cara manual

Hasil kembang goyang yang sudah dalam kemasan

 

Proses pengemasan kedalam plastik

Hasil kembang goyang dalam kemasan

 

126

Salah satu bahan pembuatan rempeyek dan proses pembuatannya

Daftar pesanan kembang goyang ramadhan 2019

Daftar pesanan kembang goyang ramadhan 2019

 

Proses penutup kemasan menggunakan mesin pengepres

Sesi wawancara sambil mengerjakan proses pembuatan kembang

goyang

 

128

Prestasi yang diperoleh oleh KUBE Lentera dengan aktif

mengikuti Lomba-lomba

 

 

130

Pada saat KUBE Lentera mengikuti Bazar pada pengingatan hari

Kartini di RPTRA Lenteng Agung

 

 

132

PEDOMAN WAWANCARA KETUA DAN PENDAMPING

KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama :

Usia :

Pendidikan Terakhir :

1. Kapan berdirinya KUBE Lentera dimulai?

2. Bagaimana ide / sejarah / awal mula terbentuknya KUBE

Lentera dan pelatihan kue kembang goyang?

3. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan

ini?

4. Siapa saja penyandang bantuan program ini?

5. Bagaimana proses persiapan dalam program pelatihan kue

kembang goyang?

6. Bagaimana cara KUBE Lentera mengidentifikasi

kebutuhan – kebutuhan masyarakat sekitar?

7. Bagaimana proses perekrutan anggota dan sudah berapa

banyak anggota yang bergabung setiap kelompok.

8. Bagaimana cara pendamping / ketua membangun

kerjasama masyarakat dalam pelatihan ini?

9. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang

enak?

10. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang

telah dibuat dan berapa kisaran harganya?

11. Bagaimana cara KUBE Lentera mengelola kegiatan-

kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan?

12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang

ditemukan dalam pelaksanaan program berlangsung?

13. Harapan anda bagi anggota kedepannya?

 

PEDOMAN WAWANCARA ANGGOTA

KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama :

Usia :

Pendidikan Terakhir :

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?

2. Sudah berapa lama aktif di program ini?

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam

pelaksaan program?

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang

enak?

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang

telah dibuat dan berapa kisaran harganya?

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan

ini?

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut

bergabung?

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut

bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan

kelebihan dalam pelatihan ini?

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program

ini?

 

134

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP KETUA KUBE LENTERA

Identitas

Nama : Sri Mulyati, Spd

Usia : 49 th

Pendidikan : S1

1. Kapan berdirinya KUBE Lentera dimulai?

Berdirinya KUBE Lentera ini gagasan saya (Ibu Sri

Mulyati), karena saya sadar lingkungan tempat saya

tinggal saat ini khususnya RW 02 Kelurahan

Lenteng Agung masih banyak masyarakat yang

kaum dhuafa dan tergolong rendah secara ekonomi

dan sangat diperlukan pemberdayaan masyarakat.

Pada saat itu saya aktif di PKK Kelurahan Lenteng

Agung dan saya memang mempunyai basic

wirausaha yaitu membuat kue kering. Akhirnya saya

merekrut temen dekat saya dulu bernama Ibu

Indahtiah dan Ibu Yulianti. Kemudian kami

kepikiran untuk membuat kue kembang goyang,

sambil mencari sumber modal dari pemerintahan

dan merekrut warga sekitarnya yang tergolong ke

dalam kriteria masyarakat yang harus diberdayakan

dan ingin bergabung ke dalam kelompok KUBE

bentukannya. Salah satu warga yang di rekrut oleh

Ibu Sri yang dianggap masuk ke dalam kriteria calon

anggota KUBE adalah Ibu Neneng Munawaroh.

Kemudian kami mancari orang lainnya untuk diajak

menjadi angggota kelompok KUBE dengan usaha

Kembang Goyang.

2. Bagaimana ide / sejarah / awal mula terbentuknya KUBE

Lentera dan pelatihan kue kembang goyang?

“Awalnya kenapa kue kembang goyang karena

sebelumnya saya memiliki sebuah usaha kue

kering, terus saya berfikir dan ingin berinovasi

sambil memberdayakan masyarakat dari

 

keterampilan yang saya miliki membuat kue. Saya

berfikir untuk jenis usaha apa yang ingin

dikembangkan di KUBE Lentera ini, akhirnya saya

menemukan ide Kue Kembang Goyang. Kue

Kembang Goyang itu merupakan Kue Tradisional

Khas Betawi, dan keberadaannya sudah hampir

punah, sudah sangat jarang sekali ada orang yang

produksi kue tersebut di Jakarta ini padahal peminat

pasar masih cukup banyak. Kemudian menetapkan

tempat untuk produk kue tersebut, untuk kegiatan

sehari- hari. Nah berawal dari situlah KUBE

Lentera terbentuk pertama kali dengan

keterampilan usaha membuat kue kembang

goyang, dan saat ini Alhamdulillah sudah

berkembang dan berinovasi menu varian lainnya

seperti rengginang, biji ketapang, dan rempeyek”.

3. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan

ini?

“Awal mulanya kan saya, Bu Indahtiah, dan

Yulianti sudah membuat kue kembang goyang,

usaha yang berkelompok tetapi masih 3 orang,

kemudian kami sambil mencari anggota lainnya,

kami aktif ke pemerintahan untuk mencari peluang

dalam hal bantuan ataupun pemberdayaan.

Akhirnya kami mendapatkan bantuan modal dan

pelatihan keterampilan pembuatan kue kering

termasuk kembang goyang selama 1 hari. Semua

fasilitas ini dari Dinas Sosial, dan pada tahun 2012

kami mendapatkan modal usaha sebanyak 20juta

berupa dana hibah, dimana 20 juta itu dibagi dalam

10 orang anggota jadi masing-masing mendapatkan

bantuan modal 2juta setiap anggota. Dari 2 juta

tersebut kami gunakan untuk membeli bahan baku

pembuatan kue kembang goyang seperti terigu,

telor, gula pasir, mentega, dan peralatan

menggoreng serta mencetak. Nah dari sinilah usaha

kembang goyang mulai aktif memproduksi

 

136

ditempat saya (Ibu Sri Mulyati), semua anggota 10

orang saya kumpulkan dan saya ajarin membuat

kue kembang goyang. Saya ajarkan kepara anggota

kurang lebih 1 minggu pelatihannya dirumah saya,

setelah dirasa mulai dapat memahami teknik

pembuatannya dan mampu memproduksi sendiri,

barulah mereka dapat memproduksi dirumah

masing-masing sesuai dengan kapasitas

kemampuan tiap anggota, mulai dari 1 kg sampai 4

kg setiap anggotanya”.

4. Siapa saja penyandang bantuan program ini?

“Masyarakat yang tergolong PMKS, karena mereka

benar-benar sangat membutuhkan bantuan agar

hidupnya lebih sejahtera lagi. Selain itu juga

masyarakat yang mempunyai semangat

berwirausaha atau motivasi ingin mengubah

hidupnya menjadi lebih baik lagi dalam

perekonomiannya”.

5. Bagaimana proses persiapan dalam program pelatihan kue

kembang goyang?

“KUBE Lentera sebenarnya mempunyai banyak

keterampilan pembuatan kue kering seperti

pembuatan kue kembang goyang, akar kelapa,

rempeyek, biji ketapang. Tetapi yang peminatnya

cukup banyak itu kue kembang goyang, sehingga

oleh sebagian masyarakat menyebutnya sebagai

kampung kembang goyang. Selain peminatnya

banyak, bahan dan proses pembuatannya cukup

mudah, sehingga mudah diterapkan dipahami oleh

anggota lainnya.

“Untuk petugas pelaksana lapangan baik dalam

tutor pelatihan kue kembang goyang maupun kue

kering lainnya hanya ada 1 orang saja yaitu saya

sendiri, dan untuk pendampingan program ada 1

orang yaitu Bapak Junaedi, keputusan ini juga

disepakati oleh pihak Dinas Sosial DKI Jakarta,

karena sebelumnya kami berdua sudah lama terlibat

 

dalam program PSM atau Pekerja Sosial

Masyarakat”

6. Bagaimana cara KUBE Lentera mengidentifikasi

kebutuhan – kebutuhan masyarakat sekitar?

“Sebelum dibentuk KUBE Lentera ini selalu kami

konsultasikan terlebih dahulu kepada

kepemerintahan seperti Kelurahan Lenteng Agung,

Kecamatan Jagakarsa dan Dinas Sosial DKI

Jakarta. Selain itu kami selalu koordinasi dengan

tokoh masyarakat setempat agar proses

pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik dan

sesuai dengan tujuan dan sasaran kami. Hal ini

adalah sangat penting bagi KUBE Lentera, karena

posisi kami hanya sebagai penyalur atau fasilitator

yang akan membantu dan mendampingi sasaran

program untuk mencapai tujuan program. Tahap

sebelum pelaksanaan dilakukan analisis dulu kaya

SWOTnya. Kekuatannya adalah para anggota yang

masih semangat dalam perubahan hidup yang lebih

baik, tapi kelemahannya tidak adanya modal awal

dalam dan bingung cara memulainya. Kemudian

peluangnya kalau ada pemberdayaan seperti ini

hidup para anggota pasti lebih baik, terus

ancamannya adalah pada produknya yaitu tidak

bisa ready stok.”

7. Bagaimana proses perekrutan anggota dan sudah berapa

banyak anggota yang bergabung setiap kelompok.

“Berawal dari teman-teman dekat saya yang

kebanyakan hanya bekerja sebagai buruh cuci,

pengangguran. Akhirnya saya ajak mereka dan ada

yang sebagian mau ada yang engga. Kalau untuk

perekrutan anggota baru secara resmi belum ada,

hanya saja jika masyarakat lainnya ingin tahu atau

belajar saya ajarkan bersama anggota KUBE

Lentera lainnya yang sudah bisa. Jumlahnya saat ini

yang aktif ada sekitar 20 orang, baik dari KUBE

Lentera maupun masyarakat luar”.

 

138

8. Bagaimana cara pendamping / ketua membangun

kerjasama masyarakat dalam pelatihan ini?

“Sistem disini tidak adanya paksaan sama sekali,

saya sebagai ketua sudah menyadarkan, mengajak

dan mendampingi masyarakat yang ingin berubah

agar lebih baik lagi dan sejahtera. Indikator ini kan

juga sudah tertera dari Kemensos, bersifat

kekeluargaan dalam artian saling terbuka, peduli

dan saling membantu. Misalkan, jika pesanan

anggota ini lagi banyak kita bantu membuatnya,

atau anggota itu sedang tidak bisa kita yang handle.

Keluarga disini tidak hanya dalam KUBE aja, tetapi

lingkungan sosial juga harus dimiliki sifat

kekeluargaan ini”

9. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang

enak?

“Kue kembang goyang bukan makanan pokok

yang harus disetiap saat, oleh karena itu ketika

hari-hari biasanya pesanannya biasa aja, kami

lebih sering menerima pesanan ketika ada even-

event tertentu seperti nikahan, pengajian, arisan,

bazar, dan lebaran. Untuk permintaan pesanan

lebaran tahun ini 2019 kami menerima pesanan

sekitar 2000 bungkus kue kembang goyang,

dimana pembagian tugas ini diserahkan kepara

anggota KUBE Lentera sesuai dengan

kemampuannya. Tetapi rata-rata masing-masing

anggota mampu memproduksi sebanyak 3

kilogram adonan dalam sehari. Dalam 1 kilogram

dapat menghasilkan 8 bungkus kue, dan harga

setiap bungkus sebesar 15.000 rupiah. Lebaran

tahun ini 2019, Alhamdulillah ibu mendapatkan

orderan sebanyak 5000 bungkus, kita kan KUBE

jadi setiap ada orderan kita kerjakan bersama-

sama. Jadi pembagian kerjanya adalah saling

membuat setiap anggota kelompok sesuai

kapasitas anggota, rata-rata tiap anggota ambil 20

 

sampai 40 bungkus para anggota. Kemudian

hasilnya dikumpulkan atau disetor ke saya. Yang

jadi keunikan resep di KUBE kami adalah takaran

pembuatan adonan yang sesuai sehingga cita rasa

selalu terjaga”

10. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang

telah dibuat dan berapa kisaran harganya?

“Awal-awal pemasaran kita dibantu sama Dinas

Sosial, sering ikut bazar sana sini, ikut perlombaan,

mulut ke mulut. Alhamdulillah waktu pertama kali

kami Juara II pada tahun 2012. Itu prestasi pertama

KUBE Lentera, nah hal ini semakin membuat

semangat para anggota lainnya untuk terus belajar

lagi dan lagi. Promosi dan promosi sana sana, hal

ini juga dilakukan oleh anggota lainnya. Sampai

akhirnya sekarang kami sudah memilik pelanggan

cukup banyak, dan ketika pesan dalam jumlah yang

banyak dan pesan hanya melalui mobile aja. Saat

ini kita belum online, ada sih Instagramnya, tapi

belum ada yang mengelolahnya, karena sebagian

anggota juga belum paham terkait teknologi. Dan

alhamdulillah saat ini setiap anggota sudah

memiliki penghasilan setiap bulannya rata-rata

5juta rupiah dengan jumlah laba sekitar 3 juta”

11. Bagaimana cara KUBE Lentera mengelola kegiatan-

kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan?

“Pelaksanaan program ini sangat membutuhkan

kerjasama antara pihak, kalau sudah program tapi

tidak ada warganya ya tidak jalan, begitupun

sebaliknya sudah ada warganya tapi tidak ada

progran yang sesuai ya bakal sama saja tidak ada

kemajuan. Oleh karena itu ketika visi misi sudah

sesuai kemudian tinggal action program sesuai

dengan rencana yang dibuat tadi”

 

140

12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang

ditemukan dalam pelaksanaan program berlangsung?

“Ada beberapa hambatan yang sampai saat ini

masih terabaikan yaitu pelabelan kemasan, saya

sudah sering menginformasikan kepada para

anggota bagaimana pentingnya merek, namun pada

kenyataannya belum semua anggota dapat

mengaplikasikannya. Jadi terkadang ada kemasan

yang kita kasih merk di bagian penutupnya, tetapi

banyak yang belum bermerk polos seperti biasa.

Hal ini otomatis pemasaran produk dari KUBE

Lentera sedikit terhambat. Selain itu mungkin

hambatan ini sudah umum ya kaya modal, dan

Alhamdulillah kelompok KUBE Lentera ini bisa

dapetin bantuan modal usaha berupa dana hibah

dari Dinas Sosia. Akhirnya bisa berjalan sampai

saat ini. Faktor pendukungnya Alhamdulillah selalu

di support oleh pemerintah Dinas Sosial, sering

mengikuti lomba-lomba dan bazar. Karena

kegiatan tersebut dapat memacu semangat bagi

saya pribadi dan anggota lainnya”.

13. Harapan anda bagi KUBE Lentera dan anggota

kedepannya?

“Harapan saya mungkin mewakili para anggota

lainnya, yaitu ingin sekali memiliki koperasi atau

outlet toko sendiri yang dikhususkan untuk

makanan-makanan khas tradisional Betawi.

Mempunyai merek disetiap produk yang

diproduksi, dan dapat menambah sumber daya

manusia karena ketika ramadhan seperti ini banyak

pesanan yang kita batasi mengingat tenaga kita

tidak cukup banyak. Jika sumber daya manusia

bertambah kan otomatis omset juga akan

meningkat dan dapat digunakan untuk

mengembangkan KUBE Lentera ini kedepannya.

Sedangkan untuk anggota kami hanya meminta

konsisten dan semangat, karena berbisnis itu harus

 

ulet. Oleh karena itu waktu seleksi anggota baru

sangat selektif sekali”.

 

142

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP PENDAMPING KUBE LENTERA

Identitas

Nama : Akhmad Junaedi

Usia : 54 th

Pendidikan : SLTA

1. Kapan berdirinya KUBE Lentera dimulai?

“Betul apa yang dikatakan Ibu Sri Mulyati,

berdirinya KUBE Lentera ini sebenarnya

berdasarkan kesadaran individu, beliau melihat

kondisi dilingkungannya masih banyak masyarakat

yang perlu bantuan, perlu peningkatan secara

ekonomi. Akhirnya beliau mengajak teman

dekatnya untuk membentuk sebuah kelompok usaha

bersama. Kemudian merekrut anggota yang lainnya

sesuai dengan kriteria seperti: membutuhkan

bantuan atau penyandang masalah kesejahteraan

sosial, minat dengan berwirusaha atau berdagang,

dan memiliki motivasi untuk berkembang dan

maju”.

2. Bagaimana ide / sejarah / awal mula terbentuknya KUBE

Lentera dan pelatihan kue kembang goyang?

“Awal mulanya dari gagasan Ibu Sri Mulyati sama

teman dekatnya yang ingin mengubah nasib secara

berkelompok. Akhirnya ketemulah ide membuat

kue, karena Ibu Sri Mulyati memang hobby

berwirausaha, awalnya membuat kembang goyang

pada tahun 2011. Setelah itu sambil mencari

dukungan modal sana sini, dapetlah informasi

adanya bantuan modal dari Dinas Sosial akhirnya

mengajukan. Pada 2012 mendapatkan modal dan

dibentuklah KUBE Lentera ini dengan produknya

kembang goyan”.

 

3. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan

ini?

“Modal awal adalah sendiri, karena produksinya

juga masih sekedar iseng barulah ada informasi

tentang adanya pendanaan buat wirausaha

kemudian mendaftarkan diri dan mendapatkan

bantuan modal 20juta untuk 10 orang”.

4. Siapa saja penyandang bantuan program ini?

“Yang jelas masyarakat yang membutuhkan, kalau

di lingkungan RW 02 ini mayoritas adalah kaum

perempuan yang profesinya sekedar buruh cuci,

pengangguran. Penyandang masalah ekonomi dan

sosial target utamanya”.

5. Bagaimana proses persiapan dalam program pelatihan kue

kembang goyang?

“Persiapan awal adalah petugasnya dulu baru

kemudian sasaran program. Petugas disini yaitu Ibu

Sri Mulyati dan saya sendiri sebagai pendamping.

Sebelum disahkan menjadi pendamping saya juga

mendapat pelatihan dari Dinas Sosial tentang

memotivasi anggota nanti, manajemen KUBE

bagaimana. Kemudian baru disosialisasi ke warga,

sedangkan untuk sekretariatan sehari-hari adalah

dikediaman Ibu Sri Mulyati mulai dari produksi,

dan lain sebagainya”.

6. Bagaimana cara KUBE Lentera mengidentifikasi

kebutuhan – kebutuhan masyarakat sekitar?

“Sebelum dibentuk KUBE Lentera ini selalu kami

konsultasikan terlebih dahulu kepada

kepemerintahan seperti Kelurahan Lenteng Agung,

Kecamatan Jagakarsa dan Dinas Sosial DKI

Jakarta. Selain itu kami selalu koordinasi dengan

tokoh masyarakat setempat agar proses

pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik dan

sesuai dengan tujuan dan sasaran kami. Hal ini

adalah sangat penting bagi KUBE Lentera, karena

posisi kami hanya sebagai penyalur atau fasilitator

 

144

yang akan membantu dan mendampingi sasaran

program untuk mencapai tujuan program”

7. Bagaimana proses perekrutan anggota dan sudah berapa

banyak anggota yang bergabung setiap kelompok.

“Perekrutan kita ambil dari orang-orang terdekat

yang mempunyai masalah perekonomian dan

mempunyai motivasi untuk maju. Barulah anggota

dari RW lain boleh bergabung dengan KUBE

Lentera”.

8. Bagaimana cara pendamping / ketua membangun

kerjasama masyarakat dalam pelatihan ini?

“Cara pendampingannya sih kita kekeluargaan ya,

semua kita anggap seperti saudara sendiri. Saling

membantu hal yang paling penting untuk

kekompakan KUBE Lentera ini dan saling backup

antar anggota yang satu dengan lainnya”.

9. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang

enak?

“Pembuatannya cukup mudah, bahannya hanya

tepung, telur, mentega, vanilli, wijen. Hanya saja

untuk takarannya memang tidak sembarangan, ada

takaran khusus yang dilakukan agar rasa yang

dihasilkan stabil”.

10. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang

telah dibuat dan berapa kisaran harganya?

“Melalui mulut ke mulut atau ke saudara dekat

terlebih dahulu, melalui bazar juga atau sewaktu

acara resmi kaya nikahan, pengajian, perpisahan

sekolah”.

11. Bagaimana cara KUBE Lentera mengelola kegiatan-

kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan?

“Seperti diatas tadi, kerjasama baik pengurus dan

anggota KUBE Lentera. Keaktifan setiap anggota

juga dapat membantu dalam mengelolah kegiatan

yang di KUBE seperti iuran kas setiap bulan,

perwakilan anggota jika ada peluang pelatihan-

pelatihan usaha diluar sana”.

 

12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang

ditemukan dalam pelaksanaan program berlangsung?

“Kesadaran akan anggota masih kurang terhadap

nama merek, jadi mereka masih mengganggap

merk itu tidak penting. Jadi mindset anggota KUBE

Lentera masih banyak yang belum terbuka luas

wawasannya, mereka hanya fokus untuk produksi

saja tapi belum tau cara mengembangkan usaha

seperti apa”

13. Harapan anda bagi KUBE Lentera dan anggota

kedepannya?

“Harapannya tentu yang baik-baik seperti kue

kembang goyang buatan KUBE Lentera semakin

terkenal seluruh Indonesia. Dapat memiliki banyak

varian rasa agar orang-orang tidak bosan dengan

rasa yang original saja. Dapat membantu

memberdayakan masyarakat lebih luas lagi tidak

hanya didaerah Lenteng Agung saja namun ke

daerah-daerah yang masih minim terjangkau akses

pemberdayaan”.

 

146

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Indahtiah

Usia : 42 th

Pendidikan Terakhir : SMA

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?

“Ya awalnya kan saya lagi berkumpul sama Ibu Sri

dan Ibu Yuli, terus Ibu Sri mempunyai gagasan agar

masyarakat di sekitar RW 02 ini bisa berkembang.

Kita fikirin bagaimana caranya, akhirnya kita coba

bikin kembang goyang. Saya mikirnya ya untuk

penghasilan tambahan saja ketika ikut KUBE

Lentera ini”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini?

“Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011

hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam

kepengurusan, jadi tidak hanya anggota saja”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam

pelaksaan program?

“Ya awal-awalnya ya cari modal usahanya yang

bingung, untung saja bahan-bahan membuat

kembang goyang cukup murah-murah. Lama

kemudian kita dapet bantuan pemerintah, terus

terbentuklah KUBE Lentera ini yang di ketuai oleh

Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi sebagai

pendampingnya. Dulu pendampingnya juga dikasih

pelatihan dulu tentang motivasi biar bisa

memotivasi anggota yang lainnya juga”.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang

enak?

“Prosesnya gampang banget, hehe buat yang sudah

bisa tapi. Untuk awal-awal kan bahan kaya tepung,

telur, vanilli, gula pasir, wijen di mixer sampai

halus. Baru kemudian dicetak pakai cetakan

kembang goyang. Cara masaknya sambil di

 

goyang-goyang biar terlepas dari cetakannya.

Tungggu sampai sedikit kecokelatan setelah itu

selesai, cukup simpel sih mas”.

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang

telah dibuat dan berapa kisaran harganya?

“Dipasarkan ke orang-orang terdekat dulu sih kalau

saya, kaya saudara-saudara, teman, atau sekolah.

Harganya sekitar Rp. 15.000/ bungkus isinya 12 pcs”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan

ini?

“Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta

setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa

produksi setiap harinya. Awalnya hanya produksi

1 kg, sekarang sudah bisa 3 kg setiap hari

tergantung pesanan juga”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut

bergabung?

“Wah banyak sekali mas manfaatnya, punya

banyak teman jaringannya luas, otomatis

marketnya semakin nambah. Dapetin ilmu yang

berguna banget buat wirausaha kaya saya ini, dapet

pengalaman juga karena banyak kembang goyang

diluar sana, jadi bisa perbandingan rasa antar

kembang goyang KUBE Lentera dengan tempat

lain”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut

bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan

kelebihan dalam pelatihan ini?

“Kendalanya hampir tidak ada ya untuk produksi,

hanya saja harus bisa berbagi waktu untuk keluarga

dan usaha. Soalnya ketika bikin kue ini tidak bisa

sambil mengerjakan yang lain, harus benar-benar

duduk didepan kompor. Selain itu juga

pemasarannya yang masih kurang tersebar luas”.

 

148

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program

ini?

“Harapannya bisa ngirim kue kembang goyang ke

seluruh Indonesia, bisa punya toko sendiri biar

akses pembeli mudah tanpa perlu pesan dahulu.

Tetapi bisa langsung datang ke toko kembang

goyang”.

 

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Neneng Munawaroh

Usia : 59 th

Pendidikan Terakhir : SD

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?

“Awalnya diajak sama Ibu Sri Mulyati untuk

gabung di kelompok kembang goyang. Tanpa mikir

panjang saya mau kan lumayan buat nambah

penghasilan sama buat pekerjaan tambahan selain

buruh cuci”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini?

“Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011

hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam

anggota”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam

pelaksaan program?

“Yaa mas, kan setelah didampingin mulai dari cara

bikin kue nya gimana, cara ngepakinnya,

pasarinnya kemana, terus kita para anggota dikasih

tau cara mengatur keuangannya juga, aktif ikut

bazar sana sini, kadang ada info pelatihan-pelatihan

juga, tapi gak semua anggota ikut, tapi nanti

anggotanya sharing ke anggota lainnya ilmu apa

yang udah didapetin. Ya pokoknya kita masih tetap

di kontrol sama Kelurahan, Kecamatan, Dinas

Sosial. Cuma ada 1 harapan kita semua mas, kita

ingin sekali punya toko yang isinya nanti makanan-

makanan khas Betawi yang bisa buat oleh-oleh para

wisatawan gitu. Kalau untuk KUBE Lentera mah

sangat membantu sekali buat meningkatkan taraf

hidup warga sekitarnya ya, bersyukur banget saya

bisa ikut bergabung dari awal 2011 sampai

sekarang. Apalagi kan saya hidup sendiri, jadi hasil

 

150

yang saya dapatin setiap bulan sudah lebih dari

cukup mas.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang

enak?

“Cara bikinnya lumayan mudah mas, tinggal bikin

adonan dari tepung, gula pasir, telur, mentega,

vanilli sama wijen. Takarannya harus sesuai kalau

engga sesuai pasti rasanya akan beda”.

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang

telah dibuat dan berapa kisaran harganya?

“Sama tetangga-tetangga aja dulu, sama saudara

sana sini, mulut ke mulut yang sering, soalnya kalo

via handphone saya kurang paham”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan

ini?

“Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta

setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa

buat produk awal. Awalnya hanya produksi 1 kg,

sekarang sudah bisa 2 kg setiap hari tergantung

pesanan juga. Soalnya saya kan termasuk sudah

sepuh, jadi tidak bisa ambil banyak-banyak”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut

bergabung?

“Dapet wawasan lebih luas, pengalaman usaha,

kenal anggota kelurahan, kecamatan sama aparat

setempat. Jadi lebih menyibukan diri mas ke hal-hal

yang lebih baik”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut

bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan

kelebihan dalam pelatihan ini?

“Kendalanya buat saya hampir tidak ada, karena

pelanggan kita udah ada beberapa, kaya orderan

yang musiman. Jadi kaya bulan ramadhan banyak

banget pesanan, tapi kalau hari biasa ya

 

Alhamdulillahin aja sih yaa cukup buat sehari-hari

saya”.

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program

ini?

“KUBE Lentera makin terkenal lagi, sekarang kan

terkenalnya kalo ada pesenan kembang goyang

orang-orang bilangnya pesen ke kembang goyang

bang jun. Nah dari sini harapannya ingin lebih maju

lagi buat KUBE Lentera”.

 

152

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Sri Purwanti

Usia : 42 th

Pendidikan Terakhir : SMP

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?

“Saya termasuk anggota baru ya mas, awalnya saya

tertarik ikut ingin belajar saya juga jualan nasi

uduk, jadi ikut KUBE Lentera ini ya ingin mengisi

waktu luang juga ketika belum berjualan nasi uduk.

Hasilnya kan bisa membantu ekonomi di keluarga

mas”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini?

“Saya mulai aktif dari tahun 2017, jadi udah 2 tahun

saya di KUBE Lentera ini”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam

pelaksaan program?

“Persiapannya ya pasti dibekali dulu sama

pelatihan-pelatihan. Kita seringnya dapet pelatihan

dari Dinas Sosial, jadi kita anggota diajarin terlebih

dahulu dan dibina sama KUBE Lentera selama

kurang lebih satu minggu”.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang

enak?

“Pembuatannya seperti ini mas, bahan-bahannya

di mixer semua sampai halus kaya tepung, telur,

gula pasir. Barulah digoreng sambil pakai cetakan

kembang goyang, biar lepas dari cetakannya

sambil di goyang-goyang alat cetakannya. Dalam

satu adonan ini sebanyak satu kg tepung dan

hasilnya bisa 8 bungkus kembang goyang, setiap

bungkus isinya 12 kue”.

 

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang

telah dibuat dan berapa kisaran harganya?

“Biasanya Ibu Sri yang selalu dapat orderan terus,

kita anggota orderannya sedikit-sedikit. Karena

pelanggan kita juga sudah cukup banyak, seperti

dari bazar-bazar, perlombaan, acara nikahan,

pengajian, arisan keluarga, sekolahan. Namun,

belum menjangkau secara online, paling hanya via

WhatsApp, sama koran”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan

ini?

“Kalau saya sendiri modalnya awalnya ya kemauan

mas, kan saya anggota baru jadi saya tinggal

menjalankan apa yang sudah berjalan. Saya tidak

dapat bantuan modal yang 2 juta itu, tapi saya

gunakan sedikit uang sendiri barulah terkumpul

nanti buat modal yang lebih besar lagi”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut

bergabung?

“Jadi mengurangi gossip atau sekedar ngumpul-

ngumpul tidak ada manfaatnya. Hehe semakin lebih

produktif aja sih mas setiap harinya jadi tidak

banyak nganggur dirumah”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut

bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan

kelebihan dalam pelatihan ini?

“Kendala pribadi buat saya sih paling dibagi waktu

aja, karena saya juga jualan nasi uduk, akhirnya

saya tidak bisa produksi kembang goyang dalam

jumlah banyak”.

 

154

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program

ini?

“Harapannya lebih terkenal lagi KUBE Lentera

dengan kue kembang goyangnya.

 

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Rokiah

Usia : 52 th

Pendidikan Terakhir : SD

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?

“Alesannya biar ada pekerjaan tambahan aja mas,

sama pemasukan. Berhubung saya suka dibagian

dapur nah pas diajakin sama Bu Sri bikin kelompok

kembang goyang ya kenapa saya tolak kesempatan

ini”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini?

“Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011

hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam

anggota”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam

pelaksaan program?

“Awalnya saya diajarin dulu sama Bu Sri

dirumahnya selama kurang lebih seminggu.

Diajarin bikin kue kembang goyang, cari pembeli,

cara ngemasnya. Baru setelah bisa dan tahu

tekniknya barulah bisa memproduksi sendiri

dirumah masing-masing”.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang

enak?

“Bikinnya cukup mudah, bahan-bahannya juga

mudah didapatkan.

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang

telah dibuat dan berapa kisaran harganya?

“Waktu awalnya kita dibantuin sama Dinas Sosial

untuk cara pasarinnya lewat bazar-bazar, dari

 

156

situlah kita dapet pelanggan pelan-pelan. Akhirnya

mereka order, dan mereka promosiin ke teman-

temannya”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan

ini?

“Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta

setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa

buat produk awal. Awalnya hanya produksi 1 kg,

sekarang sudah bisa 2 kg setiap hari tergantung

pesanan juga. Soalnya saya kan termasuk sudah

sepuh, jadi tidak bisa ambil banyak-banyak”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut

bergabung?

“Punya banyak teman yang kekeluargaan, saling

perduli satu sama lain. Untuk perekonomian juga

meningkat mulai dari 1-3 juta setiap bulan Insya

Allah dapat mas”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut

bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan

kelebihan dalam pelatihan ini?

“Pokoknya orang-orangnya di KUBE Lentera mah

baik-baik mas, kalau ada kesusahan saling dibantu,

orderan sedikit dicarikan orderan, orderan banyak

ya kita bagi-bagi tugas produksinya. Makanya tidak

ada beban disini, justru kebalikannya dapat

pengalaman banyak jadi tau cara dagang gimana,

cari pelanggan gimana, terus ikutan kegiatan-

kegiatan RW juga. Kendalanya dari KUBE Lentera

belum mempunyai kendaraan operasional sendiri,

akhirnya jika ada pesanan diantarkan ke tempat

pemesan pakai mobil pribadi atau online gitu”.

 

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program

ini?

“Cuma harapan yang dari dulu belum terwujud

Cuma satu mas belum ada toko yang bisa buat

pelanggan dateng langsung, sekarang kan Cuma

dirumah Ibu Sri atau dirumah anggota lainnya,

mencar-mencar gitu”

 

158

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Yulianti

Usia : 50 th

Pendidikan Terakhir : SMA

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?

“Berawal dari kegundahan kita bertiga terkait

kondisi lingkungan tempat tinggal banyak warga

yang mengganggur khususnya perempuan yang

hanya sebagai buruh cuci dengan penghasilan yang

tidak seberapa. Dari sinilah saya , Ibu Iin dan Ibu

Sri membentuk kelompok dan membuat usaha kue

kembang goyang”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini?

“Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011

hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam

pengurus dan anggota”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam

pelaksaan program?

“Para anggota dibina dibawah binaan Dinas Sosial.

Kami didampingi dan diberi bantuan baik materil

dan non materil.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang

enak?

“Kalau untuk tahap pembuatan kue kembang

goyang sangat mudah mas, semua berawal dari

belajar dulu. Pertama bikin adonan sesuai takaran,

terus dicetak pakai cetakan manual sambil

digoreng. Iya cukup mudah sih cara pembuatannya,

namun yang susah itu cari pelanggan yang banyak

biar setiap hari para anggota juga dapat produksi,

 

jadi tidak waktu musim-musim tertentu aja yang

banyak pesanan”

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang

telah dibuat dan berapa kisaran harganya?

“Dipasarkan kemana saja, setiap orang yang kita

temui itu adalah market kita. Awal-mulanya ya dari

mulut ke mulut, aktif ikut bazar dari situ barulah

kita sedikit-sedikit dapet pelanggan dari beberapa

kalangan sosial. Dalam 1 bungkus harganya 15.000

dan isinya ada 12 pcs / bungkusnya”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan

ini?

“Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta

setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa

buat produk awal. Awalnya hanya produksi 1 kg,

sekarang sudah bisa 2 kg setiap hari tergantung

pesanan juga. Soalnya saya kan termasuk sudah

sepuh, jadi tidak bisa ambil banyak-banyak”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut

bergabung?

“Dapet wawasan lebih luas, pengalaman usaha,

kenal anggota KUBE yang lain juga tau informasi

terbaru dari kelurahan, kecamatan sama aparat

setempat terkait program pemberdayaan. Jadi lebih

menyibukan diri mas ke hal-hal yang lebih baik”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut

bergabung dan melakukan kegiatan hambatan dan

kelebihan dalam pelatihan ini?

“Kendalanya buat saya hampir tidak ada, karena

pelanggan kita udah ada beberapa, kaya orderan

yang musiman. Jadi kaya bulan ramadhan banyak

banget pesanan, tapi kalau hari biasa ya

 

160

Alhamdulillahin aja sih yaa cukup buat sehari-hari

saya”.

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program

ini?

“Bisa Go International harapan terbesarnya, hehee

ya bisa menjangkau semua pasar semua Indonesia

kalau bisa. KUBE Lentera memilik outlet tersendiri

jadi kaya outlet kue bakpia yang Jogja itu,

memproduksi kemudian bisa langsung dijual ke

konsumen langsung”.