pendahuluan kue

72
1 I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Budidaya kakao (Theobroma cacao L.) dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat karena kakao merupakan salah satu komoditas unggulan nasioanl setelah tanaman karet, kopi, kelapa sawit, dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperang penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani, dan penghasil devisa bagi negara. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga mengisi pasokan kakao dunia yang diperkirakan mencapai 20% bersama negara Asia lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan Papua New Guinea (UNCTAD, 2007; WCF,2007 dalam Supartha, 2008). Peningkatan luas areal pertanaman kakao belum diikuti oleh produktifitas dan mutu yang tinggi. Data biro pusat statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1983, luas aeal tanaman kakao 59.928 ha, dengan produksi sekitar 20.000 ton/tahun, dan pada tahun 1993 luas areal tanaman kakao menjadi 535.000 ha dengan produksi mencapai 258.000 ton/tahun ( direktur Jenderal perkebunan, 1994). Produksi kakao saat ini mencapai 35.000 ton/tahun dengan produksi dari perkebunan rakyat sekitar 87%. Produksi tertinggi yakni 67% di peroleh dari wilayah sentra produksi kakao yang berpusat di daerah SulSel, Sultengg, dan Sulteng (Suhendi, 2007).

Upload: ajie-dcuza

Post on 25-Jul-2015

338 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan Kue

1

I. PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Budidaya kakao (Theobroma cacao L.) dewasa ini ditinjau dari penambahan luas

areal Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat karena kakao merupakan

salah satu komoditas unggulan nasioanl setelah tanaman karet, kopi, kelapa

sawit, dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang

berperang penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam

penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani, dan penghasil

devisa bagi negara.

Indonesia merupakan negara terbesar ketiga mengisi pasokan kakao

dunia yang diperkirakan mencapai 20% bersama negara Asia lainnya seperti

Malaysia, Filipina, dan Papua New Guinea (UNCTAD, 2007; WCF,2007 dalam

Supartha, 2008). Peningkatan luas areal pertanaman kakao belum diikuti oleh

produktifitas dan mutu yang tinggi. Data biro pusat statistik menunjukkan bahwa

pada tahun 1983, luas aeal tanaman kakao 59.928 ha, dengan produksi sekitar

20.000 ton/tahun, dan pada tahun 1993 luas areal tanaman kakao menjadi

535.000 ha dengan produksi mencapai 258.000 ton/tahun ( direktur Jenderal

perkebunan, 1994). Produksi kakao saat ini mencapai 35.000 ton/tahun dengan

produksi dari perkebunan rakyat sekitar 87%. Produksi tertinggi yakni 67% di

peroleh dari wilayah sentra produksi kakao yang berpusat di daerah SulSel,

Sultengg, dan Sulteng (Suhendi, 2007).

Page 2: Pendahuluan Kue

2

Propinsi Bali merupakan salah satu di antara daerah lain penghasil kakao

nasional yang juga memberi sumbangan rata-rata sekitar 5.968,11 ton setiap

tahunnya mulai pada tahun 2003 (Dinas perkebunan propinsi Bali, 2009). Luas

areal tanaman kakao di propinsi Bali mengalami peningkatan antara tahun 2007

seluas 11.641 ha dan tahun 2009 mencapai luas areal 12.796 ha (dinas

perkebunan provinsi bali, 2009). Produksi kakao di provinsi Bali pada tahun 2009

mengalami peningkatan , namun peningkatan tersebut tersebut sebagaian besar

disebabkan oleh meningkatnya jumlah tanaman produktif, sementara laju

produktivitas tanaman perhektar pertahun cenderung menurun.

Menurut Suhendi 2007 beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya

produktivitas kakao selain serangan hama dan penyakit, anomani iklim, tajuk

tanaman rusak, populasi tanaman berkurang, tehnologi budidaya oleh petani

yang masih sederhana, penggunaan bahan tanaman yang mutunya kurang baik

juga karena umur tanaman yang sudah cukup tua sehingga kurang produktif lagi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kakao produktivitasnya

mulai menurun setelah berumur 15-20 tahun. Tanaman tersebut umumnya

memiliki produktivitas yang hanya tinggal setengah dari potensi produktivitasnya.

Kondisi ini berarti bahwa tanaman kakao yang sudah tua potensi

produktivitasnya rendah sehingga perlu dilakukan rehabilitasi ( Zaenuddin dan

Boon, 2004).

Upaya rehabilitasi tanaman kakao dimaksudkan untuk memperbaiki atau

meningkatkan potensi produktivitasnya yang dimana di antaranya sambung

samping, sampung pucuk/chupon dan penanaman ulang. Demi terlaksananya

kegiata rehabilitasi tersebut perlu adanya penyediaan bahan tanam. Penyediaan

Page 3: Pendahuluan Kue

3

bahan tanam atau pembibitan merupakan mata rantai utama dalam memeroleh

bibit yang berkualitas tinggi. Keberhasilan dalam budidaya kakao di pembibitan

dengan metode sambung pucuk atau perbanyakan tanaman dengan cara

vegetatif, juga akan mempengaruhi keberhasilan pada tahapan budidaya

tanaman kakao berikutnya. Untuk menunjang program pemerintah dalam rangka

peningkatan produksi dan mutu, maka perlu diperbaiki mulai dari pemilihan

sumber benih, perkecambahan hingga pada pemeliharaan bibit sambungan.

1.2. Tujuan dan kegunaan

Tujuan dilaksanakannya kegiatan praktek kerja lapang (PKL) adalah,

untuk mengetahui bagaimana cara budidaya tanaman kakao dengan teknik

perbanyakan tanaman kakao secara vegetatif maupun secara generatif.

Kegunaan dari kegiatan praktek kerja lapang (PKL) ini adalah, sebagai

bahan informasi tentang budidaya tanaman kakao untuk pribadi dan masyarakat.

Page 4: Pendahuluan Kue

4

II. GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1. Keadaan lokasi dan perusahaan

Salah satu proyek pengembangan kakao terpadu yang dimiliki PT. Mars

Incorporated adalah Mars Cocoa Depelovment Center (MCDC) terletak di Desa

Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur. Di desa pada ketinggian

tempat 30 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 30-320 C dan jenis

tanah alluvial (pH 6-7), dikelolah perkebunan kakao melalui pengembangan klon-

klon unggul dan teknis budidaya yang menjamin keberlanjutan produksi.

PT. Mars Incorporated adalah sebuah perusahaan swasta (Perseroaan

Terbatas) milik keluarga yang didirikan pada 1191 dan mempekerjakan 70.000

asosiasi dari 300 situs termasuk lebih dari 130 pabrik, disekitar 75 negara di

seluruh dunia. Berkantor pusat di Mc Lean, Virginia, USA. Mars Incorporated

adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia yang menghasilkan

pendapatan global lebih dari $ 30 milyar pertahun dan beroperasi dalam segmen

bisnis produk makanan olahan di mana di antaranya Chocolate, Petcare, Wrigley

Gum, aneka kue minuman dan symbioscience. Segmen ini menghasilkan

beberapa merek terkemuka di dunia sebagai M dan M’S snickers dan Mars bar

yang berbahan baku coklat. PT. Mars menjalankan lima prinsip yaitu : Quality,

tanggung jawab, kebersamaan, efesiensi dan kebebasan dan berupaya untuk

menempatkan prinsip itu dalam segala hal untuk membuat signifikan melalui

kinerja.

Mars Incorporated adalah salah satu pembeli terbesar biji kakao dan

menjalankan aktivitas pengelolaan perkebunan kakao melalui kemitraan dengan

Page 5: Pendahuluan Kue

5

petani dan pendirian Kakao Clinic dan Kakao Development Centre. Sejak tahun

1991 PT. Mars Incorporated masuk ke Indonesia dan memulai aktivitasnya

melakukan pembelian biji kakao yang difermentasi. Tahun 1992-1995 melakukan

survey perkebunan kakao dan pada tahun 1996 mendirikan pabrik pengolahan

kakao pertama yang berlokasi di PT. KIMA Makassar. Pabrik pengolahan

berkualitas International tersebut mempekerjakan 124 karyawan dan merupakan

pabrik pengolahan biji kakao pertama di kawasan regional Sulawesi. Setiap

tahun pabrik tersebut mengolah sekitar 17.000 ton biji kakao menjadi tepung dan

butter kakao.

Tahun 2003-2005, PT. Mars mendirikan prima kakao proyek bekerja sama

dengan pemerintah Belanda dan melibatkan diri dengan Cocoa Sustainability

Partnership (CSP) program pada 2005. Setelah sukses dengan usaha

pengelolaan biji kakao, PT. Mars membina pengelolaan perkebunan kakao

rakyat dibeberapa daerah di Sulawesi selatan dengan tujuan menerapkan

metode budidaya tanaman dan pengelolaan perkebunan kakao yang

berkelanjutan dan memenuhi standar kualitas produk untuk pangsa pasar

international. Pada tahun 2009, Mars Incorporated ikut aktif dalam program

GERNAS kakao melalui pengelolaan kebun lestari dan bekerjasama dengan

petani-petani kakao dibeberapa daerah di Indonesia. Aktivitas Mars Incoporated

dalam pengelolaan perkebunan kakao di Indonesia dilakukan dengan membuka

unit bisnis bernama PT. Mars symbioscience Indonesia dengan tiga devisi yaitu

Mars Sustainable Indonesia, Mars Cocoa Clinik dan Mars Cocoa Developmen

Center.

Perusahaan ini selalu menerapkan ilmu pengetahuan dalam industri global

untuk kakao yang berkelanjutan dan sebagai inovator dalam pengembangan

Page 6: Pendahuluan Kue

6

kakao yang bertujuan membuat perbedaan positif bagi petani dan masyarakat

seluruh dunia.

2.2. Jenis-jenis Klon

Jenis-jenis klon yang umum dikembangkan dan dibudidayakan di PT.Mars

khusus PT. Mars Cocoa development center di desa tarengge adalah Mukhtar M

06 (M 06), Mukhtar M 01 (M 01), klon sulawesi 1 (PBC 123), Mukhtar M04 (M

04), Sulawesi 2 (BR 25).

2.2.1 Mukhtar 06 (M 06)

Klon ini mempunyai potensi produksi mencapai 1,086 ton /ha pada tahun ketiga

dengan kadar lemak 48,60%. Klon ini tahan terhadap serangan hama PBK dan

penyakit black pod tetapi rentan terhadap penyakit VSD. Secara umum dapat

dideskripsikan sebagai berikut: buah Berbentuk ovale panjang, berwarna merah,

buahnya mempunyai leher botol, permukaan kulit kasar,dan pantat buahnya

runcing. Panjang buah mencapai 21,17 cm dengan diameter 9,53 cm. Alur buah

dangkal,dengan warna merah kehijauan. Biji berbentuk ovale bulat, total biji

dalam 100 gram adalah 91, dan kadar lemaknya adalah 48,60. Daunnya

berbentuk lebar panjang dan pucuk atau flushnya berwarna merah, produktivitas

mencapai 1.086 pada 800 pohon pada usia 3 tahun.klon ini dapat melakukan

penyerbukan sendiri dan pebungaannya cepat.

Page 7: Pendahuluan Kue

7

Gambar 1. Klon Mukhtar 06 (M 06)

2.2.2. Muhtar 01 (M 01)

Bentuk buah bulat pendek berwarna hijau, tidak memiliki leher buah, pantat buah

runcing,permukaannya halus,kulit halus,panjang buah 19,17cm, dengan

diameter mencapai 10,67cm. kerutan buah berupa alur dangkal yang berwarna

hijau.Biji dari klon M01 adalah berbentuk ovale, dalam 100 gram sekitar 63 biji,

dengan kadar lemak 48,90%. Daun berbentuk lebar panjang dengan pucuk

berwarna hijau muda –coklat. Potensi produktivitas mencapai 3.645 kg/tahun

dengan umur 6 tahun. Rentan terhadap hama PBK dan penyakit VSD tetapi

resisten terhadap penyakit black pod. pembungaannya cepat dan melakukan

penyerbukan sendiri.

Page 8: Pendahuluan Kue

8

Gambar 2. Mukhtar 01 (M 01)

2.2.3. PBC 123 (sulawesi 1)

Klon ini berproduksi optimal pada tahun kelima setelah tanam dengan potensi

produksi sekitar 1,8-2,5 ton/ha pertahunnya. Klon ini memiliki kadar lemak 49-

53% /100 gramnya. Morfologi klon Sulawesi 1 ini adalah bentuk buah oval

panjang berwarna merah, tidak mempunyai leher botol,permukaan buah halus

dan pantat buah tumpul. Panjang buah mencapai 20,17 cm dengan diameter

10,23 cm,kerutan pada buah dangkal dengan warna merah. Biji berbentuk

ovale,.Daun berbentuk panjang sempit ddengan flush berwarna

merah,percabangan yang terbentuk mengarah ke atas. Klon ini cukup toleran

terhadap serangan hama dan penyakit, PBK 2,25%, Busuk buah 1, 27%, VSD

1,50%. pembungaannya cepat dan melakukan penyerbukan sendiri.

Page 9: Pendahuluan Kue

9

Gambar 3. Klon PBC 123 ( sulawesi 1)

2.2.4. MUHTAR 04 (M 04)

Berbentuk ovale panjang berwarna hijau, mempunyai leher buah, pantat buah

runcing,permukaan buah kasar dengan panjang 23,00 cm, dengan diameter 9,73

cm. Alur buah dangkal dan berwarna hijau,biji berbentuk ovale bulat,dalam 100

gram terdapat 63 biji,dengan kadar lemak 51,30, daun

berbentuk panjang sempit,dengan pucuk merah coklat. produktivitas per

tahunnya 1.060 kg dalam waktu 4 tahun. ama penyakit yang biasa menyerang

adalah ,PBK 2,09%, busuk buah 1,62%, VSD 2,91, pembungaannya cepat dan

melakukan penyerbukan.

Page 10: Pendahuluan Kue

10

Gambar 4. Klon M 04 ( Muhtar 04)

2.2.5. Klon sulawesi 2 (BR 25)

Potensi produktivitas klon Sulawesi 2 dalam 800 pohon mencapai 1,8-2.734 kg

pertahunnya dengan usia produktif 3 tahun setelah tanam. Morfologi klon

Sulawesi 2 ini adalah sebaagai berikut : Bentuk buah bulat pendek berwarna

merah tidak mempunyai leher botol, pantatnya tumpul dan permukaan kulit

kasar. Panjang buah 17,00 cm dan diameternya 9,43 cm. Alur buah jelas dan

berwarna merah. Biji berbentuk ovale bulat, dalam 100 gramnya terdapat 76 biji,

dan kadar lemaknya 45-48,78%. Daun berbentuk panjang sempit, dan pucuknya

berwarna merah,. Intensitas serangan hama dan penyakitnya adalah PBK

1,83%, busuk bbuah 1,26%, VSD 2,05%. Pembungaan cepat dan melakukan

penyerbukan sendiri.

Page 11: Pendahuluan Kue

11

Gambar 5. Klon Sulawesi 2 (BR 25)

Page 12: Pendahuluan Kue

12

III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapang (PKL) ini di laksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2012

yang bertempat di Mars Cocoa Development Center (MCDC), Desa Tarengge,

Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan Indonesia.

3.2. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan pada kegiatan PKL yang meliputi replanting (pembukaan

lahan, penebangan pohon, pembersihan lahan, pengajiran, pembuatan lubang

tanam), penanaman (penanaman pohon pelindung, penanaman pohon utama),

pemeliharaan (penyiangan, pemangkasan, pemupukan, poladring pohon

pelindung, dan sanitasi), rehabilitasi (sambung pucuk, sambung samping, dan

sambung chupon), panen dan pasca panen (panen buah, sortasi buah, dan,

pemecahan buah). Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan di bawah bimbingan

staf atau karyawan Mars Cocoa Development Center (MCDC).

Selain praktek di lapangan atau perkebunan kakao juga dilakukan

wawancara dan observasi lapangan untuk mengetahui dan mengidentifikasi

jenis-jenis klon yang dibudidayakan, mengidentifikasi hama dan penyakit yang

menyerang pertanaman kakao dan mendapatkan data-data pendukung lainnya.

Page 13: Pendahuluan Kue

13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekap materi kegiatan praktek kerja lapang (PKL) di Mars Cocoa Development

Center (MCDC) Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur.

Kelompok kegiatan Uraian kegiatan Bentuk

kegiatan

Penyiapan

Lahan

Tanaman

- Membersihkan lahan dari

vegetasi di atasnya

- Membuat teras

- Membuat saluran drainase

- Mengolah lahan sampai siap

tanam

- Pengajiran, penentuan jarak

tanam,pengaturan letak tanam

- Praktek

- Teori

- Teori

- Prakte

- Praktek

Penyiapan bahan

tanam

- Seleksi buah sebagai sumber

benih

- Pembuatan persemaian dan

naungan

- Penyemaian biji

- Pemeliharaan persemaian

- Penyiapan batang bawah

- Pemilihan / pengambilan

batang atas

- Okulasi dan atau grafting

- Pemeliharaan bibit dan sarana

lingkungan pertanaman

- Prakte

- Teori

- Prakte

- Prakte

- Prakte

- Praktek

- Praktek

- Praktek

Penanaman - Menanam tanaman pelindung

- Menanam tanaman pokok

- Menyulam bibit yang mati

- Praktek

- Praktek

- Praktek

Page 14: Pendahuluan Kue

14

- Penanaman LCC - Tidak

ada

Pemeliharaan - Penyiangan

- Pemupukan

- Pengendalian hama dan

penyakit

- Pemangkasan tanaman kakao

- Pemangkasan tanaman

pelindung

- Pengendalian gulma

- Sambung samping untuk

peremajaan

- Praktek

- Praktek

- Teori

- Praktek

- Praktek

- Praktek

- Praktek

Panen dan

penanganan hasil

panen

- Penentuan waktu/kriteria buah

siap panen

- Pemanenan

- Sortasi buah/penanganan buah

- Teori

- Praktek

- Praktek

Pengolahan biji

kakao

- Pengupasan buah

- Fermentasi

- Pengeringan

- Sortasi biji

- Penetuan kualitas biji kakao

- Praktek

- Teori

- Teori

- Teori

- Praktek

Tabel 1. Rekap kegiatan di MCDC

4.1. Penyiapan lahan tanam

Page 15: Pendahuluan Kue

15

4..1.1. Pembukaan lahan

Persiapan lahan tanam diawali dengan pembukaan lahan yang meliputi

penebangan pohon, pencincangan, pengumpulan, pembakaran, dan

pembersihan lahan. Penebangan pohon dilakukan dengan menggunakan chain

sow dengan cara memotong batang pohon serendah mungkin dengan arah

miring. Batang-batang yang telah rebah dicincang atau dipotong-potong pendek

untuk mempermudah dalam pengangkutan ke pinggir kebun atau pengumpulan

serta memudahkan dalam pembakaran dan pembersihan lahan.

Untuk kawasan berkontur datar dibuatkan drainase dan untuk kawasan

miring dibuatkan trasering untuk menahan erosi, lokasi sebaiknya siap tanam

pada awal musim hujan akan tetapi untuk kawasan yang sering mengalami

kemarau panjang boleh di tanam 3-4 bulan sebelum musim kemarau, hal ini

dilakukan supaya tanaman ada waktu untuk adaptasi terhadap lingkungan

barunya. Dalam pengolahan lahan hanya memperbaiki pHnya saja tanpa harus

digemburkan, dibajak, dan lain-lain.

Page 16: Pendahuluan Kue

16

Gambar 6. Pembukaan lahan

4.1.2. Lining (Pengajiran)

Pengajiran adalah penentuan titik-titik sudut tanaman dan lubang tanam sesuai

dengan jarak tanam yang dikehendaki agar lokasi tanaman di dalam barisan dan

antar barisan teratur dan lurus untuk pertumbuhan tanaman secara optimal.

Pengajiran dilakukan untuk menghindari kompetisi antar tanaman pokok dengan

tanaman pelindung, mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam tanaman,

serta memudahkan dalam pengelolaan pertanaman. Pengajiran dilakukan

dengan terlebih dahulu memperhatikan atau menentukan batas kebun dengan

memasang patok dengan jarak ½ dari jarak tanam yang diinginkan, kemudian

membentangkan tali pancang dikedua sisi lahan dengan arah utara dan barat.

Tali pancang pada arah utara 60 cm dan barat 80 cm kemudian dibuat

pertemuan kedua sisi tali tersebut membentuk sudut siku-siku dengan cara

menarik garis diagonal sepanjang 100 cm. Setiap lubang akan ditandai dengan

patok atau ajir dari bambu dengan jarak tanam yang ditentukan untuk

memudahkan dalam pembuatan lubang dan penanaman pohon pelindung.

Page 17: Pendahuluan Kue

17

Gambar 7a. utara 60 gambar 7b. barat 80

Gambar 7c. diagonal 100

Gambar 7. Penentuan titik sudut.

4.2. Penanaman

4.2.1. Penanaman pohon pelindung

Berdasarkan fungsinya ada dua jenis pohon pelindung yaitu pelindung tetap dan

pelindung sementara. Pelindung sementara hanya berfungsi selama penaung

tetap belum berfungsi dengan baik. Pohon penaung yang digunakan sebagai

pelindun sementara adalah daun kelapa, daun kelapa sawit, daun salak, dan

Page 18: Pendahuluan Kue

18

daun sagu. Tanaman pelindung tetap bersifat permanen tetapi populasinya

selalu dikurangi seiring dengan bertambahnya umur tanaman kakao. Pohon yang

digunakan sebagai pelindung tetap adalah tanaman gamal, karena gamal

memiliki tajuk lebih tinggi dari tanaman kakao, pertumbuhannya cepat,

perakaran dalam sehingga tidak mudah rebah atau patah, tahan terhadap iklim

yang panas, mengandung unsur hara nitrogen, ekonomis, mudah tumbuh dan

bukan merupakan tanaman inang bagi hama dan penyakit. Pelindung tetap

sebaiknya ditanam enam bulan sebelum penanaman tanaman kakao.

Penanaman pohon pelindung dilakukan dengan cara memotong batang

gamal sepanjang 100 cm kemudian diruncingkan bagian yang mau ditancapkan

sepanjang 10-15 cm. Setelah diruncingkan dikuliti sepanjang 10 cm kemudian di

tancapkan pada patok atau ajir pohon pelindung.

Gambar 8. Penanaman pohon pelindung

4.2.2. Pembuatan lubang tanam

Pembuatan lubang tanam dilakukan pada posisi antar titik ajir tanaman pokok

dengan titik ajir tanaman pelindung dengan ukuran 40x40x40 cm. Sewaktu

menggali lubang lapisan tanah atas dipisahkan dengan lapisan tanah bagian

bawah. Ukuran lubang tanam sebaiknya lebih luas dari ukuran polybag agar

Page 19: Pendahuluan Kue

19

dapat mengembalikan kegemburan tanah dan memudahkan dalam penyenteran

atau penentuan letak tanam. Penggalian lubang tanam dilakukan dua minggu

sebelum penanaman agar penyakit atau bakteri tanah dapat hilang dalam

serapan cahaya matahari.

Gambar 9. Pembuatan lubang tanam

4.3. Penyiapan bahan tanam

Dalam penyiapan bahan tanam ada beberapa hal yang terlebih dahulu dilakukan

yaitu persiapan lahan pembibitan dan naungan. Persiapan lahan pembibitan

harus memiliki ketentuan sebagai berikut : permukaan tanah harus rata, dekat

dengan jalan raya agar memudahkan dalam pengangkutan, dekat dengan

sumber air dan dekat dengan pemasaran, memiliki pagar untuk menghindari

gangguan dari hewan perusak, dan jauh dari kebun yang terkena VSD. Selain

memperhatikan lokasi pembibitan juga harus memperhatikan naungan yang di

gunakan dalam rumah pembibitan. Bahan naungan hendaknya menahan sinar

matahari 60-70%, sehingga biasanya digunakan plastik UV yang mampu

menahan 30% sinar matahari serta dapat melindungi bibit dari penyakit VSD,

PPR, dan kelebihan air di musim hujan.

Page 20: Pendahuluan Kue

20

4.3.1. Pengisian polybag

Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit disimpan di tempat pembibitan.

Polybag yang digunakan untuk bahan sambungan berukuran 20x25 cm. Tanah

top soil yang telah di ayak diisikan masuk dalam polybag hingga setengahnya,

bagian bawah polybag diselipkan ke dalam agar polybag tidak mudah rebah.

Menyisakan 1-2 cm permukaan polybag. Polybag yang telah terisi tanah disusun

secara teratur dalam rumah pembibitan dengan susunan 4-6 baris perbedengan,

jarak antar antar polybag 1 cm arah melebar dan 2 cm arah memanjang, 50-60

cm jarak antar bedengan agar memudahkan dalam penyambungan serta untuk

pengangkutan 100 cm. Setelah polybag tersusun dengan rapi di beri pupuk

dasar berupa pupuk sp-18 dengan dosis 20 g/polybag atau setara dengan satu

sendok makan. Penyiraman dilakukan setiap 1-2 hari sekali dengan volume air

0.5-1 liter air/polybag atau tergantung dari keadaan tanah dalam polybag. Waktu

penyiraman yang baik adalah dipagi dan sore hari dengan memperhatikan

tingkat kelembaban tanah dalam polybag.

Page 21: Pendahuluan Kue

21

Gambar 10. Pengisian, Penyusunan, Pemupukan dan Penyiraman polybag

4.3.2. Sortasi buah dan biji

Sortasi buah dianjurkan mengambil buah batang yang besar dan sehat, berasal

dari klon unggul, masak fisiologis dan pemilihan buah sebaiknya dilakukan pada

awal musim puncak buah atau panen agar ketersediaan biji mencukupi. Buah

yang telah disortasi selanjutnya dibelah menggunakan parang dengan hati-hati

agar tidak mengenai biji atau dan saling dibenturkan. Biji dibagi tiga bagian yaitu

bagian pangkal, tengah, dan ujung. Biji yang dipilih adalah biji yang berada di

bagian tengah buah karena biji bagian tengah buah ukurannya seragam.

Page 22: Pendahuluan Kue

22

Gambar 11. Sortasi buah dan biji

4.3.3. Pembersihan pulp dan perendaman

Pembersihan pulp atau lendir dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk

gergaji, selain itu dapat pula menggunakan jaring-jaring, abu gosok, sekam, dan

pasir, namun diusahakan menghindari menggunakan pasir karena dapat

merusak permukaan biji. Pulp dibersihkan karena mengandung glukosa yang

menjadi penghambat perkecambahan serta menjadi makanan bagi semut, dan

dapat menjadi media bagi tumbuhnya jamur atau cendawan sehingga dapat

mengganggu pertumbuhan benih.

Biji tanpa pulp direndam dalam air supaya biji yang terisi sempurna dapat

mengapung sehingga yang terisi penuh dapat tenggelam dan dapat diambil

Page 23: Pendahuluan Kue

23

untuk di jadikan benih. Biji yang tenggelam di tenggelam ditiriskan kemudian di

rendam dalam larutan fungisida 1% selama 5-10 menit untuk mematikan jamur

atau cendawan yang berada pada biji. Setelah 10 menit bji-biji tersebut di

tiriskan dan diletakkan atau di kecambahkan di atas karung goni, disusun rapi

satu persatu kemudian diberi penutup dengan karung goni kembali dan

diletakkan di tempat yang teduh dengan sirkulasi udara disekitarnya baik. Biji

kakao akan berkecambah dalam masa kurang lebih 24 jam dan akan

berkecambah mencapai > 90%.

Gambar 12. Pembersihan pulp

4.3.4. Penancapan Biji Dan Pemeliharaan

Biji-biji yang sudah berkecambah ditancapkan di dalam tanah pada polybag yang

telah di siapkan sebelumnya dengan kecambah mengarah ke bawah. Lubang

penancapan biasanya menggunakan jari telunjuk maupun kayu kecil.

Page 24: Pendahuluan Kue

24

Penancapan biji dilakukan pada sore hari hari untuk menghindari resiko kematian

bibit akibat tingginya laju penguapan. Untuk antisipasi adanya kegagalan

tumbuh, benih perlu disiapkan sekitarnya 20-30% untuk penyulaman.

Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

Gambar 13. Penancapan biji

4.4. Sambung pucuk (top budding)

Sambung pucuk atau top budding diterapkan pada bibit yang berusia 2,5-3 bulan

setelah penanaman biji. Sehari sebelum penyambungan bibit di siram sampai

kondisi tanah dalam polybag betul-betul basah. Penyambungan dapat dilakukan

pada pagi hari, sore, maupun malam hari.

Pelaksanaan sambung pucuk pertama-tama adalah menyiapkan alat dan

bahan dimana diantaranya pisau okulasi, gunting tangan, plastik es, entris, dan

bibit yang berumur 2,5-3 bulan, kemudian memotong pucuk bibit dengan

menyisakan 3-5 helai daun. Untuk tahap pemula menyisakan 8 helai daun untuk

mengantisipasi kegagalan sambungan. Pada saat membelah batang bawah

tepat di tengah bekas potongan dan diusahakan rata antara sayatan sebelah kiri

Page 25: Pendahuluan Kue

25

dan sayatan sebelah kanan, untuk sayatan entris bersebelahan dengan mata

tunas dan jangan sampai melukai mata tunas. Model sayatan yang baik adalah

sama panjang atau seimbang antara sayatan sebelah kiri dan sayatan sebelah

kanan serta di bagian ujung sayatan membentuk tombak. Entris dipotong dengan

menyisakan 2-3 mata tunas kemudian sisipkan entris dalam belahan batang

bawah dengan cara menarik salah satu sisi belahan kemudian masukkan entris

dengan hati-hati, diusahakan jangan mendorong entris karena dapat membuat

adanya serabut yang mengakibatkan kegagalan sambungan. Apabila entris

lebih besar dari batang bawah atau sebaliknya maka salah satu sisi entris harus

rata dan sejajar dengan batang bawah kemudian lakukan pengikatan dari atas ke

bawah agar entris tidak bergerak. Hasil sambungan dapat dilihat setelah berumur

2-3 minggu setelah penyambungan dan melakukan pengawalan hama dan

penyakit dengan menyemprotkan larutan fungisida, folior, dan insektisida dengan

perbandingan dosis 2:2:1 perliter air. Pengawalan serangan hama dan penyakit

pada bibit sambungan dilakukan menggunakan larutan tersebut dengan interval

penyemprotan 2 minggu sekali selama 3 bulan.

4.5. Penanaman tanaman pokok

Bibit yang sudah siap ditanam adalah bibit yang berumur 3-4 bulan setelah

penyambungan , tidak sedang berdaun muda dan bertunas, juga tidak di serang

hama dan penyakit. Penanaman di awali dengan menaburkan furadan 3 g

sebanyak 5 gram /lubang, kemudian di taburi lagi dengan pupuk sp-18 dengan

dosis 100 g/lubang atau setara dengan 5 sendok makan. Lubang ditutup dengan

tanah top soil dengan menyisakan kurang lebih 25 cm atau setinggi polybag

kemudian bagian bawah polybag disobek kemudian bibit diletakkan pada titik

Page 26: Pendahuluan Kue

26

tanam. Setelah semua bibit siap pada titik tanam kemudian dilakukan

penyenteran untuk memastikan kelurusan tanaman, setelah lurus lubang tanam

di timbun lagi dengan tanah samapi ½ polybag dan diberi pupuk NPK dengan

dosis 100 g/lubang tanam. Polybag di lepas keseluruhan kemudian di timbun

sampai 2 cm di atas permukaan tanah sampai agak menggunung agar supaya

air tidak tergenang pada musim hujan.

Bibit yang telah ditanam diberi naungan sementara untuk membantu

dalam proses penyesuaian bibit terhadap lingkungan dan mengurangi laju

penguapan pada siang hari. Jenis naungan sementara yang digunakan adalah

dari daun kelapa dari arah timur barat hingga menutupi tanaman kakao.

Gambar 14. Penanaman tanaman pokok

Page 27: Pendahuluan Kue

27

4.6. Pemeliharaan

4.6.1. Sanitasi atau penyiangan

Sanitasi atau penyiangan adalah kegiatan membersihkan kebun atau lahan dari

gulma, sisa pangkasan, buah hitam, maupun kulit buah. Tujuan dari sanitasi atau

penyiangan adalah untuk mencegah persaingan hara maupun mencegah

serangan hama dan penyakit. Sanitasi harus dilakukan secara rutin minimal

sebulan sekali dengan menggunakan cangkul, skop,tajak, maupun dikendalikan

secara manual dengan cara mencabut. Gulma yang ada disekitar pertanaman

kakao biasanya dikendalikan dengan mesin babat, kalaupun terpaksa

menggunakan menggunakan herbisida kontak pada areal piringan dan herbisida

sistemik disekitar pertanaman kakao.

4.6.2. Pemangkasan

Pemangkasan adalah kegiatan atau proses memotong atau mengurangi ranting-

ranting kakao yang tidak produkrif lagi atau dianggap mengganggu tanaman

kakao sehingga proses fotosintesis tidak berjalan secara efektif. Pemangkasan

terdiri atas tiga macam pemangkasan yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan

pemeliharaan, dan pemangkasan produksi.

a. Pemangkasan bentuk

Pemangkasan bentuk bertujuan untuk memperoleh bentuk atau kerangka

cabang tanaman kakao dari fase masa muda yakni tanaman kakao yang memiliki

cabang-cabang primer yang tumbuhnya kokoh dan sehat dengan arah

pertumbuhan teratur. Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman umur 1-2

Page 28: Pendahuluan Kue

28

tahun atau telah membentuk jorqet atau cabang primer sampai 3-4 cabang.

Pemangkasan bentuk dilakukan dengan cara mengurangi cabang primer yang

berjumlah 3-4 menjadi 3 cabang saja, jika memotong cabang diusahakan ada

cabang sekunder yang disisakan dengan jarak 1 cm. Adapun cabang-cabang

yang di buang dalam pemangkasan bentuk adalah cabang sakit, cabang cacing,

wiwilan, dan cabang primer dengan menyisakan 3 cabang.

b. Pemangkasan pemeliharaan

Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan

kerangka yang sudah ada terbentuk. Pemangkasan pemelharaan merupakan

lanjutan dari pemangkasan bentuk yang dilakukan pada umur di atas dua tahun.

Pada pemeliharaan , obyek pemangkasan pemeliharaan adalah cabang-cabang

sekunder sehingga pertumbuhan tajuk tanaman kakao tidak saling menutupi.

Cabang-cabang yang dibuang dalam pemangkasan pemeliharaan adalah

cabang-cabang yang rusak, cabang cacing, tunas air, mati, dan sakit yang

menggunakan gunting tangan, gunting pangkas,parang, dan gergaji pangkas.

c. Pemangkasan produksi

Pemangkasan produksi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tanaman

untuk membentuk bunga dan buah yang dilakukan pada tanaman yang telah

berproduksi. Pemangkasan produksi merupakan perlakuan pokok pada

pemangkasan kerena tahap pemangkasan inilah yang berdampak langsung

terhadap kemampuan tanaman untuk membentuk bunga dan buah. Bagian-

bagian tanaman yang dibuang dalam pemangkasan produksi adalah tunas air,

Page 29: Pendahuluan Kue

29

cabang cacing, cabang rusak, cabang overlap, cabang tumpah tindih, cabang

sakit, dan puncak tajuk tanaman yang melebihi 4 meter.

4.6.3. Pemupukan

Pemupukan adalah kegiatan memberikan atau menambahkan unsur hara ke

dalam tanah dan tanaman untuk pertumbuhan secara optimal. Pemupukan

merupakan kegiatan terpenting dalam budidaya kakao mulai awal penanaman

sampai tanaman berproduksi. Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan dan

akhir musim hujan dengan aplikasi pemupukan untuk tahun pertama dilakukan

tiap 3 bulan sekali dan untuk tahun selanjutnya setiap 6 bualn sekali. Dosis

pemupukan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

Waktu Dosis /g Jenis pupuk

Awal 3.000 Kompos

- 100 SP-18 dan NPK

3 30-40 NPK

6 60 NPK

9 100 NPK

12 120 NPK

18 150 NPK

24 200 NPK

Tabel 2. Dosis pemupukan

Page 30: Pendahuluan Kue

30

Cara yang ideal untuk pemupukan dalam budidaya tanaman kakao adala

benam melingkar dan benam spot dengan jarak 75-100 cm dari batang pokok

kakao.

4.7. Rahabilitasi

Rahabilitasi adalah kegiatan memperbaiki atau mengganti tanaman dengan

varietas yang lebih unggul atau varietas yang sudah ada dimodifikasi untuk

mendapatkan produktifitas yang lebih tinggi. Tanaman kakao yang direhabilitasi

adalah tanaman yang sudah tua, pohon yang terlalu tinggi, pohon yang lemah,

tanaman yang produksinya rendah dan mudah di serang hama dan penyakit.

Rehabilitasi dilakukan dengan metode sambung samping (side grafting),

sambung chupon (chupon grafting), penyisipan (fill in), dan atau penanaman

ulang (replanting).

4.7.1. Sambung samping (side grafring)

Sambung samping adalah suatu teknik atau metode rehabilitasi dengan cara

menempelkan bagian tanaman dari klon unggul pada batang tanaman yang tidak

produktif lagi untuk meningkatkan produktifitas yang lebih tinggi. Tujuan utama

sambung samping adalah meningkatkan kembali produksi tanaman kakao yang

sudah tua melalui penyambungan klon unggul. Dalam kegiatan sambung

samping ada tiga tahapan dalam pelaksanaannya yaitu pra penyambungan,

proses penyambungan, dan pasca penyambungan.

Page 31: Pendahuluan Kue

31

a. Pra penyambungan

Kegiatan pra penyambungan adalah kegiatan persiapan sebelum melakukan

proses penyambungan. Pra penyambungan meliputi pemangkasan, sanitasi, dan

pemupukan. Tanaman kakao yang akan disambung samping terlebih dahulu di

pangkas dengan intensitas 50% dengan kata lain jumlah cabang yang dipangkas

harus mampu meneruskan cahaya matahri kepermukaan tanah sekitar 40-50%.

Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan adalah gunting pangkas,

gunting galah, dan parang. Tujuan dilakukan pemangkasan terlebih dahulu agar

kelembaban menurun terhadap pertanaman kakao. Setelah pemangkasan di

lakukan sanitasi sisa-sisa pangkasan dan diatur diletakkan di dalam areal

pertanaman kakao dalam benuk larikan. Tujuan dilakukannya sanitasi adalah

untuk mempermudah dalam melakukan aktivitas, serta memutus siklus hama

PBK, juga memperindah areal dalam kebun. Dua minggu setelah pemangkasan

dilakukan pemupukan. Tujuan dilakukan pemupukan adalah untuk menambah

unsur hara tanaman dan mengaktifkan kembali kambium tanaman untuk

kegiatan sambung samping. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk urea

maupun NPK dengan dodis 250-300 gr/pohon. Alat yang digunakan dalam

kegiatan pemupukan adalah ember, cangkul, dan takaran pupuk.Jarak

pemupukan dari batang poko yanamn kakao adalah 75-100 cm dengan

menggunakan metode piringan, larikan,tugal, maupun sebar, namun yang biasa

dilakukan adalah tugal. Tujuan pemberian pupuk urea yaitu untuk membentuk

pertumbuhan tanaman yang sehat dan pembentukan jaringan muda, sementara

pemberian pupuk majemuk NPK selain berfungsi untuk pertumbuhan vegetatif

tanaman juga berfungsi untuk meningkatkan produksi tanaman kakao.

Page 32: Pendahuluan Kue

32

b. Proses penyambungan

Kegiatan penyambungan dilakukan dua minggu atau sebulan setelah

pemangkasan. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan sambung samping

adalah pisau okulasi, gunting pangkas, tali rafiah, plastik uv, entris, dan tanaman

yang tidak produktif lagi.sebelum melakukan penyambungan terlebih dahulu

mempersiapkan entris. Entris yang biasa digunakan dalam sambung samping

adalah entris yang berwarna coklat kehijauan berasal dari klon unggul,bebas dari

hama penyakit, dan dari cabang plagiotrop (cabang kipas) serta mempunyai

mata bagong atau tunas. Pertama-tama memilih batang yang akan disambung

kemudian membuat tapak torehan berbentuk segitiga sama kaki dengan panjang

10 – 15 cm, apabila kambium berwarna putih maka batang baik untuk di

sambung namun jika kambium berwarna merah atau melekat pada kulit batang

kakao maka tidak layak untuk di sambung maka hal yang perlu dilakukan adalah

melakukan pemangkasan dan pemupukan untuk mengaktifkan kembali kambium

batang tanaman kakao. Tinggi tapak torehan pertama 45-60 cm dari permukaan

tanah atau setinggi lutut orang dewasa sementara tinggi torehan kedua adalah

25 – 40 cm dari tapak torehan pertama.

Tapak torehan dibuat disebelah utara dan selatan tujuannya agar

sambungan tidak terkena sinar matahari 100% .Setelah torehan selesai dibuat

dilakukan penyayatan entris dengan panjang sayatan 3 cm dan balasannya 1 cm

kemudian potong entris dengan arah berlawan dengan panjang sayatan depan

agar memudahkan dalam pengontrolan sambungan dan diusahakan dalam

memotong menyisakan mata tunas sebanyak 2-3. Diusahakan hasil sayatan

tidak melengkung dan tidak menimbulkan serabut. Kemudian entris dimasukan

Page 33: Pendahuluan Kue

33

kedalam torehan secara perlahan sambil menarik lidah torehan tanpa harus

menekan entris masuk kemudian diupayakan peletakkan entris rapat dengan

kayu atau kambium batang kakao.

Setelah peletakkan entris selesai ujung lidah torehan dipotong agar pada

saat kering tidak merobek plastik sungkup, kemudian dilakukan penyungkupan

dan pengikatan. Pengikatan dilakukan mulai dari atas dililitkan 2-3 kali kemudian

melingkar turun dibelakang sambungan kemudian dililitkan pada torehan atau

tempat melekatnya entris pada batang. Kemudian plastik sungkup dirapikan dan

bagian atasnya dilipat.

c. Pasca penyambungan

Pasca penyambungan adalah kegiatan setelah tumbuhnya hasil sambung

samping yang diawali dengan pengontrolan sambungan. Sambungan akan

tumbuh setelah berumur 2 – 4 minggu dan dilakukan pembukaan sungkup

dengan cara memotong atau membuka pengikat bagian atas dan menggulung

plastik sungkup kebawah dengan hati-hati dengan menyisakan pengikatan

bagian bawah serta melakukan pengawalan hama dan penyakit dengan

menggunakan folior dengan dosis 2 gram per 1 liter air, fungisida 2 gram per 1

liter air dan insektisida 1 ml per 1 liter air, kemudian dilakukan setiap 2 minggu.

Tujuan pembukaan pengikatan bagian atas saja adalah untuk memperkuat

penyatuan entris yang ditempelkan dengan batang bawah.

Setelah sambungan berumur 3-4 bulan dilakukan pemupukan dengan

menggunakan pupuk NPK dosisnya 100 gram per pohon. Pada saat itu juga

dilakukan topping atau pemotongan pucuk tanaman dengan jarak dari jorget

(sistem percabangan) 45 cm atau menyisakan 5-7 helai daun dengan tujuan

agar cabang tidak memanjang keluar dan untuk mendapatkan cabang-cabang

Page 34: Pendahuluan Kue

34

baru yang nantinya akan dibentuk atau memacu tumbhnya cabang-cabang

sekunder yang nantinya akan dibentuk. Setelah sambungan berumur 9 bulan

dilakukan poladring pertama atau pemotongan pohon induk yang dilakukan

dengan jarak dari sambungan kedua 75 cm dan saat itu juga dilakukan

pemangkasan bentuk untuk mengatur kerangka tanaman dan untuk

menyeimbangkan tanaman.

Poladring ke dua dilakukan pada Saat sambungan berumur 18 bulan dengan

jarak dari sambungan kedua 30-45 cm dari belakang tapak sambungan dan

diusahakan miring agar pada saat musim hujan aliran air dari tapak poladring

tidak langsung menerpa sambungan. Bekas poladring di beri cat kayu untuk

memperlambat proses pelapukan. Pemeliharaan dalam kegiatan sambung

sambing meliputi pemangkasan, pemeliharaan, dan produksi. Pemangkasan

pemeliharaan dilakukan setiap saat dengan membuang cabang cacing, cabang

terserang hama penyakit, dan tunas air.

Page 35: Pendahuluan Kue

35

Gambar 15. Proses sambung samping

4.7.2. Sambung chupon (chupon grafting)

Tanaman kakao yang sudah tua, terkena hama dan penyakit, produksi rendah

sehingga harus diremajakan. Metode peremajaan yang sering dilakukan adalah

sambung samping dan chupon grafting. Untuk sambung samping, batang harus

aktif namun jika sudah dilakukan peransangan kambium namun belum aktif maka

salah satu cara yang dilakukan untuk rehabilitasi tanaman kakao adalah

menunggu tumbuhnya chupon atau tunas air atau wiwilan.

Sambung chupon (chupon grafting) yaitu penyambungan pada tunas air.

Sama halnya dengan sambung samping, sambung chupon juga meliputi 3

tahapan yang antara lain, pra penyambungan, proses penyambungan, dan

pasca penyambungan.

Page 36: Pendahuluan Kue

36

a. Pra penyambungan

Pra penyambungan dalam kegiatan sambung chupon adalah pemangkasan,

sanitasi, dan pemupukan.pemangkasan ringan dilakukan dengan memotong

percabangan kakao hingga intensitas pemangkasan sampai 40%. Tujuan

pemangkasan adalah agar kelembaban tidak terlalu tinggi serta dapat memutus

siklus hama PBK. Kriteria pemangkasan yang ideal adalah adanya pancaran

bunga-bunga matahari di lantai kebun kakao. Setelah pemangkasan selesai

maka dilakukan sanitasi sisa-sisa pangkasan dengan cara mengumpulkan

cabang-cabang sisa pangkasan diantara tanaman kakao dengan bentuk larikan.

Dua minggu setelah pemangkasan dilakukan pemupukan dengan menggunakan

pupuk urea dan pupuk majemuk NPK dengan dosis 250-300 gr/pohon dengan

tujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah dan tanaman serta

mengaktifkan kambium batang tanaman kakao. Dua minggu berikutnya dilakukan

penyambungan. Untuk sambung chupon, menunggu tumbuhnya chupon dan

dipelihara sampai berumur 2,5-3 bulan.

b. Proses penyambungan

Tunas air yang telah berumur 2,5-3 bulan siap untuk disambung. Tunas air yang

akan disambung berjarak maksimal 15-30 cm dari permukaan tanah,batang

besar, tidak terserang hama dan penyakit. Alat dan bahan yang digunakan dalam

kegiatan sambung chupon adalah pisau okulasi, gunting pangkas, plastik es, dan

entris. Entris yang digunakan adalah enttris yang berwarna hijau kecoklatan dan

bebas dari penyakit VSD.

Page 37: Pendahuluan Kue

37

Tunas air dipotong dengan menyisakan 3-5 helai daun, lalu batang bawah

dibelah tepat di tengah bekas potongan dan diusahakan rata antara sayatan

sebelah kiri dan sayatan sebelah kanan, untuk sayatan entris bersebelahan

dengan mata tunas dan jangan sampai melukai mata tunas. Model sayatan yang

baik adalah seimbang antara sayatan sebelah kiri dan sayatan sebelah kanan

serta dibagian ujung sayatan membentuk tombak. Entris dipotong dengan

menyisakan 2-3 mata tunas kemudian sisipkan entris dalam belahan batang

bawah dengan cara menarik salah satu sisi belahan kemudian masukkan entris

dengan hati-hati, diusahakan jangan mendorong entris karena dapat membuat

adanya serabut yang mengakibatkan kegagalan sambungan. Apabila entris

lebih besar dari batang bawah atau sebaliknya maka salah satu sisi entris harus

rata dan sejajar dengan batang bawah kemudian lakukan pengikatan dari atas ke

bawah agar entris tidak goyang. Setelah selesai pengikatan sambungan di

sungkup dengan tplastik es dengan cara menarik ujung plastik es sehingga

memudahkan dalam memasukkan atau menyungkup sambungan. Jika

sambungan terkena matahari maka di sungkup atau dibuatkan pelindung dari

daun kakao.

c. Pasca penyambungan

Hasil sambungan dapat dilihat setelah berumur 2-3 minggu setelah

penyambungan dan melakukan pengawalan hama dan penyakit dengan

menyemprotkan larutan fungisida, folior, dan insektisida dengan perbandingan

dosis 2:2:1 perliter air. Alat yang digunakan dalam pengawalan hama dan

penyakit adalah handsparyer dengan cara menyemprotkan ke sambungan

dengan tetesan embun yang sampai pada sambungan. Pengawalan serangan

Page 38: Pendahuluan Kue

38

hama dan penyakit pada bibit sambungan dilakukan menggunakan larutan

tersebut dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali selama 3 bulan.

Setelah sambungan berumur satu bulan dilakukan pelukaan pada batang

bawah(paling dekat dengan tanah) dengan cara membuat jendela segi empat

dengan panjang 2 cm. Jendela yang telah dibuat tadi ditutup dengan gundukan

tanah dan dibiarkan selama satu bulan dengan tujuan agar bekas pelukaan tadi

akan membuat perakaran sendiri. Sambungan yang telah berumur tiga bulan

dilakukan peransangan pertumbuhan cabang-cabang baru melalui pemotongan

pucuk sambungan (topping) dan 9 bulan berikutnya dilakukan poladring atau

pemotongan batang utama dengan panjang potongan 15-30 cm dari atas

permukaan tanah dengan arah miring agar tidak mengganggu hasil sambungan.

Bekas pemotongan tadi kemudian diberi cat untuk memperlambatnya proses

pelapukan.

Page 39: Pendahuluan Kue

39

Gambar 16. Sambung chupon

4.7.3. Penyisipan (fill in)

Kegiatan peremajaan yang dilakukan pada tanaman kakao adalah penyisipan.

Penyisipan adalah kegiatan menyulam atau menyisipkan tanaman yang kurang

produktif, pertumbuhan terhambat, kerdil, rusak, dan terserang hama dan

penyakit. Tanaman yang biasa disulam atau diganti adalah tanaman yang masih

pertumbuhan vegetatif. Tujuan dilakukannya penyisipan atau penyulaman adalah

untuk menyeragamkan tanaman yang sudah tumbuh, serta untuk mendapatkan

tanaman yang sehat. Kegitan penyisipan sama dengan kegiatan penanaman

baru pada lahan yang baru hanya saja penyisipan terlebih dahulu mencabut

tanaman yang kurang produktif kemudian menanam tanaman baru diantara

tanaman yang sudah tumbuh.

4.7.4. Penanaman ulang (replanting)

Replanting merupakan cara atau kegiatan peremajaan kakao yang terakhir untuk

mendapatkan produksi tinggi. Raplanting adalah kegiatan menanaman ualng

tanaman kakao dengan cara mengganti tanaman yang tidak produktif, tua, rusak

dengan bibit kakao yang unggul sehingga dapat menghasilkan produksi tang

tinggi, tahan hama dan penyakit, mutu biji yang tinggi dengan tanaman yang

Page 40: Pendahuluan Kue

40

sifatnya homogen.kegiatan replanting sama halnya dengan kegiatan

penanaman tanaman pokok yang baru pada lahan yang telah ditanami tanaman

kakao atau tanaman lain

4.8. Pengenalan Hama dan penyakit utama tanaman kakao

Salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam budidaya tanaman kakao

untuk menunjang produksi yang tinggi adalah pengendalian hama dan penyakit.

Hama dan penyakit pada tanaman kakao terdapat ± 100 jenis, namun hanya ada

beberapa hama dan penyakit penting. Hama penting pada tanaman kakao antara

lain hama penggerek buah kakao (PBK), pengisap buah kakao (Helopetis spp),

penggerek batang, cabang dan ranting (Squamura sp, Zeuzera coffea dan

Glenia celia),kutu putih (pseudococcus sp.). Sedang penyakit penting pada

tanaman kakao antara lain busuk buah (Phytophthora palmivora butl.), kanker

batang (Phytophthora palmivora Butl.), antraknosa (Colletotrichum

gloesporioides), Vascular Streak Deaback (Oncobasidium theobromae), dan

jamur upas (Corticium salmonicolor).

4.8.1. Hama

Hama adalah semua organisme yang menurunkan kualitas dan kuantitas produk

tanaman yang diusahakan oleh manusia yang gejala dan penyebabnya dapat

dilihat dengan mata telanjang.

1. Penggerek Buah Kakao (Conophomorpha cramerella)

PBK adalah salah satu ancaman pertanaman kakao di Indonesia,

kehilangan hasil akibat hama ini mencapai 80% (Wardojo, 1994),PBK termasuk

dalam Ordo Lepidoptera, Famili Gracillariidae. Menyerang buah sebesar 3 cm,

tetapi umumnya lebih menyukai yang berukuran sekitar 8 cm atau sebesar batu

Page 41: Pendahuluan Kue

41

baterai. Metamorfosis atau siklus hidup PBK merupakan siklus hidup yang

sempurna yaitu telur, larva, pupa, imago. Telur berwarna orens, terletak pada

alur buah dan masa stadium 3-7 hari. Larva berwarna putih kehijauan dengan

masa stadium 14-18 hari. Setelah 18 hari dia akan menjatuhkan dirinya ke tanah

lalu mencari daun kering untuk berubah menjadi pupa, masa stadium pupa 5-7

hari. Imago PBK ini berwarna hitam bintik- bintik kuning,dan ciri yang dikenali

oleh pbk adalah berpola zig-zag sepanjang sayap depannya dan terdapat spot

oranye pada ujung sayapnya. aktif pada malam hari pada siang hari dia

beristirahat dibawak dahan yang horisontal yang aman dari sinar matahari dan

angin. PBK selain menyerang tanaman kakao juga menyerang tanaman lain

seperti: rambutan, langsat, nangka, dan serikaya

a. Gejala serangan :

Gejala yang biasa ditimbulkan oleh serangan hama PBK adalah Kulit buah

terlihat belang kunig kehijauan atau tampak masak ,ketika buah diguncang tidak

terdengar bunyi, hal ini disebabkan oleh biji-biji saling melekat di dalam, ketika

buah dibelah nampak biji-biji berwarna hitam.

b. Pengendalian

Pengendalian yang dilakukan pada pertanaman kakao adalah diantaranya :

Panen sering, Pemangkasan, Pemupukan, Sistem rampasan, setiap setahun

sekali dilakukan rampasan yang berarti semua buah yang menggantung di

pohon semua dirampas sehingga keberlanjutan PBK terputus, Sarungisasi buah

(kondomisasi), Pemanfaatan agens hayati seperti Beauvaria bassiana .

Page 42: Pendahuluan Kue

42

Gambar 20. Hama PBK dan segaja serangannya

2. Kepik Pengisap Buah (Helopeltis sp.)

Helopeltis sp. tergolong ke dalam Ordo Hemiptera, Famili Miridae. Helopeltis sp

menyerang buah yang sudah tua sehingga berat biji akan menurun dan pada

buah yang masih mudah mengakibatkan layu pentil dan buah tidak akan tumbuh

normal, serangga ini juga menyerang pucuk tanaman kakao dengan cara

menghisap cairan bagian tanaman tersebut. Siklus hidup helopeltis yaitu telur,

nimfa (serangga pradewasa), imago. Telur helopeltis berwarna keputihan dan

terletak pada selip pertulangan daun muda, tangkai atau ranting dan memiliki

masa stadium selama 5-7 hari. Setelah 7 hari telur berubah menjadi nimfa dan

dimasa ini dia akan mengisap buah. Nimfa atau serangga muda tidak bersayap

dan tubuh berwarna coklat dan berjalan secara miring dan stadia nimfa selama

10-11 hari dan mengalami 4 kali ganti kulit. Imago berwarna coklat atau coklat

kehitaman yang memiliki panjang tubuhnya 4,5-6 mm, pada bagian thoraxnya

terdapat tonjolan seperti jarum pentul. Imago Helopeltis terletak dipermukaan

buah dan tangkai buah dengan stadium hidup selama ± 16 hari atau

Perkembangan dari telur hingga menjadi dewasa 21-24 hari.

Page 43: Pendahuluan Kue

43

a. Gejala serangan

Gejala serangan Helopeltis pada bagian tanaman terserang seperti bagian buah

tampak bekas tusukan yang membentuk bintik-bintik berwarna coklat kehitaman,

pada ujung daun, muda terbakar dan pada tangkai daun terdapat bintik-bintik

hitam. Akibat dari serangan hama ini dapat menurunkan produksi sebesar 45-

50%.

Gambar 21. Hama helopeltis sp. dan gejalanya

a. Pengendalian

Pengendalian serangan Helopltis biasa dilakukan dengan cara mekanis atau

mengambil lansung imago atau nimfa, selain dapat juga dkendalikan dengan

cara pemangkasan, pemupukan, panen teratur, sanitasi (P3S), cara biologis

dengan memanfatkan semut hitam (Dolichoderus thoracicus) (Mariadi 2002),

serta penyemprotan dengan insektisida golongan pyretrod. Penyemprotan efektif

dilakukan pada pukul 18.00-22.00 karena pada saat itu penggerek Helopeltis

lamban atau diam sama sekali. Pengendalin dapat dilakukan pada saat fase

Page 44: Pendahuluan Kue

44

nimfa karena pada saat fase nimfa belum memiliki sayap untuk terbang jadi

mudah untuk dikendalikan.

3. Zeuzera coffeae, Squamura sp. Dan glenia sp.

Zeuzera coffeae dan Squamura sp. termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera,

Famili Cossidae sementara Glenea termasuk ke dalam Ordo Coleoptera, Famili

Cerambycidae. Ketiga serangga ini merupakan penggerek batang. Untuk

membedakan diantara ketiga serangga tersebut dapat dilihat dari cara atau letak

gerekannya.

a) Zeuzera coffeae

Siklus hidup Zeuzera coffea adalah telur, larva, pupa dan imago. Telur terletak

pada cela kulit atau kayu yang retak dengan stadium selama 7-10 hari. Larva

berwarna kemerah-merahan dengan kepala hitam yang mempunyai panjang 4-5

cm. larva ini menggerek dalam batang selama ± 120 hari kemudian berubah

menjadi pupa, masa stadium pupa sekitar 21- 30 hari. Imago mempunyai

panjang 25 mm, berwarna putih bintik-bintik hitam pada sayap dan aktif selama 7

hari.

a. Gejala serangan

Gejala serangan Zeuzera coffea, menggerek pada batang dengan panjang

gerekan ± 30 cm, dan sisa gerekannya yang kering jatuh ketanah sedangakan

yang basah lengket pada mulut gerekan, selain itu bagaian batang yang diserang

terlihat mudah patah bahkan mati.

Page 45: Pendahuluan Kue

45

b. Pengendalian

Cara pengendalian dengan melakukan pemangkasan, pemupukan, sanitas.

Secara mekanis yakni dengan memotong bagian tanaman yang terseran dengan

jarak 5 cm dari lubang gerekan dan dimusnahkan dan untuk yang sudah mati

dicincang dan dibakar sedangkan batang yang masih hidup disemprot atau

ditutup dengan insektisida nafas.

Gambar 22. Hama zeuzera

b) Squamura sp.

Squamura sp memiliki siklus hidup yang sempurna mulai dari telur, larva, pupa

dan imago. Stadium telur antara 7-10 hari, berwarna kuning kemerahan dengan

ukuran 1 mm dan lebar 0,5 mm. Larva berwarna kecoklat-coklatan dengan

stadium ± 150 hari dan berada pada kulit buah atau didalam batang, panjang 4

cm. Setelah berubah menjadi pupa dia pindah kelubang gerekan selama 21-30

hari. Imago squamura sp berupa kupu-kupu dengan sayap bintik- bintik tebal

warna hitam, panjang tubuh 20-21 mm.

Page 46: Pendahuluan Kue

46

a. Gejala serangan

Gejala serangan Squamura sp. adalah sisa gerekannya diletakkan diluar kulit

batang dan terdapat benang-benang pada hasil gerekan. Pada malam hari dia

menggerek diluar kulit didalam sisa gerekan dan pada siang hari dia menggerek

didalam batang.

b. Pengendalian

Cara pengendalian Squamura sp. yaitu dengan melakukan pemotongan cabang

yang digerek pada jarak sekitar 10 cm dari pangkal yang diukur dari lubang

gerekan dan menginfus dengan menggunakan sabun atau detergen.

Gambar 23. Hama Squamura sp. Dan gejala serangannya.

c) Glenia celia

Ciri khas kumbang ini yakni pada antena yang ukurannya lebih panjang dari

tubuhnya. Pada sayap (elitra) terdapat spot-spot berwarna putih, dengan warna

dasar hitam atau coklat. Tanaman inang lainnya merupakan pohon-pohon yang

terdapat di hutan

Telur Glenia celia diletakkan satu persatu dalam kulit bagian kambium

pohon kakao yang dibuat oleh betina dengan stadium 7-9 hari. Larva berwarna

Page 47: Pendahuluan Kue

47

putih, tidak memiliki tungkai (kaki), kepala besar dan stadium selama 80-90 hari.

Setelah 90 hari larva berubah menjadi imago dengan masa stadium 19-21 hari.

Imago glenia celia berupa kumbang yang memiliki antena panjang dengan masa

stadium ± 1 bulan.

a. Gejala serangan

Gejala serangannya, Larva yang menetas menggerek batang kakao pada

jaringan kambium. Arah gerekan menyamping (horizontal) dan dari lubang

gerekan dikeluarkan sisa-sisa gerekan yang strukturnya berserat dan berbuih.

Arah gerekan yang horizontal menyebabkan kerusakan kulit batang berbentuk

cincin selain itu dapat pula dikenali pada tangkai gerekan terdapat lubang yang

banyak sekitar 35-40 lubang, selain itu sisa gerekannya lebih halus dan

dijatuhkan ketanah.

b. Pengendalian

Pengendalian dengan Cara mekanis dengan membersihkan lubang gerekan dan

Memotong cabang yang terserang, serta melakukan pemangkasan,pemupukan,

saniatsi, dan pengaplikasian insektisida dengan cara menginfus dengan

insektisida racun nafas.

Page 48: Pendahuluan Kue

48

Gambar 24. Hama glenia dan serangannya

4. Tikus dan Tupai

Hama tikus beraktifitas pada malam hari, dengan gejala serangan lubang

gerekan dekat dengan pangkal batang, berbentuk bulat dan biji tidak dihabiskan

secara keseluruhan. Sedangka tupai beraktifitas pada siang hari, membuat

lubang gerekan pada pangkal, ujung dan tengah buah. Bentuk gerekannya

berbentuk oval dan semua biji dihabiskan.

5. Pseudococcus sp. (Kutu Putih)

Pseudococcus sp. Termasuk ke dalam Ordo Homoptera, Famili Psedococcoidae.

Kutu ini berbentuk oval dengan panjang 3-4mm, tubuh ditutupi oleh lapisan lilin

berwarna putih . Telur terbungkus oleh lapisan putih tebal yang terdapat pada

bagian bawah tubuh imago betina. Nimfa berkumpul pada bagian ketiak-ketiak

daun, pada bagian pucuk, dan pada bagian bekas sambungan. Lama siklus

hidup 37-50 hari

Page 49: Pendahuluan Kue

49

a. Gejala serangan

Gejala serangan yang ditimbulkan adalah membuat bagian tanaman menjadi

salah bentuk.

Gambar 25. Hama speudococcus sp.

4.8.2. Penyakit

Penyakit adalah semua mikroorganisme yang menyerang sistem fisiologi

tanaman sehingga menimbulkan suatu gejala yang penyebabnya tidak mampu

dilihat secara kasat mata.

1. Busuk Buah Kakao (Phytophthora palmivora)

Busuk buah kakao disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora.

Phytophthora SP.(Bultl.) salah satu pathogen paling penting di daerah tropis,

menyerang berbagai jenis tanaman seperti kakao, kelapa, karet, pepaya, pinang,

lada, nenas, kelapa sawit.

Page 50: Pendahuluan Kue

50

a. Gejala serangan

Pertama-tama akan muncul bercak-bercak hitam basah pada buah kemudian

meluas menyelubungi buah dalam waktu satu minggu. Bagian buah akan terjadi

pembusukan sehingga biji pun ikut membusuk dan jika buah teselubungi maka

akan tampak serbuk putih pada permukaan buah yang merupakan hifa

cendawan.

Serangan busuk buah dapat menyebabkan buah busuk. Jika penyakit ini

menyerang pada buah yang masih muda buah akan rusak dan tidak bisa

dipanen, tetapi bila menyerang pada buah yang sudah masak buah masih

dipanen tetapi kualitas biji kurang bagus karena biji kempes.

b. Penyebaran Phytophthora

Penyakit busuk buah dapat berpindah melaui beberapa cara seperti percikan air

hujan, dari buah yang terserang, serangga dan manusia.

c. Pengendalian

Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan Sanitasi, yakni buah yang terserang

segera dimusnahkan paling sedikit 4 minggu sekali namun akan lebih baik jika

seminggu sekali dengan cara memetik buah yang terserang kemudian Sisa

sanitas tersebut dibenamkan didalam tanah sedalam 30 cm.penggunaan

mikroba antagonis seperti trichoderma spp. dan pemangkasan dan pengaturan

penaung dilakukan untuk menghindari kondisi kebun yang lembab, Ataukah

dengan melakukan penyemprotan fungisida yang berbahan aktif tembaga

(cover sandoz, cobox dll) dengan konsentrasi 0,3 % selang waktu dua

Page 51: Pendahuluan Kue

51

minggu.penyemprotan dilakukan pada awal musim hujan yang disemprotkan

pada perakaran tanaman dan bantalan bunga.

Gambar 26. Penyakit busuk buah

2. VSD (Vascular Streak Dieback)

Penyakit vascular streak dieback (Oncobasidium theobromae) yang pertama kali

ditemukan pada tahun 2002 di daerah Polmas dan Pinrang (Rosmana, 2005). O.

theobromae menginfeksi pucuk dan cabang kakao, tetapi gejala hanya terlihat

pada daun yang tampak klorotik dan dapat berkembang pada gejala khas

berupa belang hijau dengan latar belakang kuning

a. Gejala serangan

Tanaman yang terserang penyakit VSD menunjukkan gejala meranting. Gejala

khusus adalah biasanya terdapat pada daun kedua dan ketiga dari pucuk, daun

menguning dengan bercak-bercak hijau, ditapak dan tangkai daun ada 3 titik

nokta berwarna kehitaman. Bila ranting dibelah membujur terlihat garis-garia

coklat pada jaringan xylem yang bermuara pada bekas duduk daun. Selain itu

permukaan tangkai daun dan cabang kasar. Kerusakan akibat serangan VSD

dapat mencapai 3-60%. Serangan yang paling kritis adalah ketika dia menyerang

tanaman dipembibitan ataukah tanaman muda.

Page 52: Pendahuluan Kue

52

b. Penyebaran

Penyakit VSD menular dari dari tanaman satu ketanaman yang lain melalui spora

yang dibawak oleh angin malam. VSD ini menyerang tanaman mulai pada

tanaman muda sampai tanaman yang dewasa.

c. Pengendalian

Teknik pengendalian penyakit VSD ini adalah dengan kultur teknis dengan

menebang atau pemangkasan pohon pelindung di musim hujan akan

memungkinkan mengurangi kelembaban, melakukan pemangkasan, sanitasi

dengan cara memotong cabang terserang 30 cm dari gejalanya kemudian

dibakar, dan penggunaan klon tahan VSD serta penggunaan fungisida berbahan

aktif tembaga oksida (CuO).

Gambar 27. Gejala serngan penyakit VSD

Page 53: Pendahuluan Kue

53

3. Jamur upas (Corticium salmonicolor)

Begitu banyak jenis jamur merugikan yang menyerang tanaman kakao, salah

satunya adalah jamur upas atau dalam bahasa latinnya Corticium Salmonicolor.

Jenis jamur ini merupakan penyakit utama yang menyerang tanaman kakao dan

dialami hampir oleh semua petani kakao. Penyebab utama penyakit ini adalah

kebersihan kebun yang kurang serta minimnya pemangkasan.

a. Gejala serangan

Gejala serangan dapat dilihat pada percabangan yang sudah berkayu. Serangan

jamur upas terdiri dari 4 tingkatan yaitu :

1. Tingkat laba-laba

Jamur mula-mula membentuk miselium tipis mengkilat seperti sutera atau perak,

sangat mirip dengan sarang laba-laba. Pada fase ini jamur belum masuk ke

dalam jaringan kulit

2. Tingkat bongkol

Jamur yang tadinya berwarna putih sudah bertambah tebal seperti gumpalan-

gumpalan hifa. Jamur kemudian membentuk kerak yang berwarna merah jambu

seperti warna ikan salem, kerak tersebut terdiri atas lapisan basidia, kulit cabang

dibawah kerak menjadi busuk.

3. Tingkat corticium

Pada tingkat corticium sudah bukan garis-garis tetapi jamur sudah membentuk

kerah yang berwarna merah jambu (pink disease) dan membusuk.

Page 54: Pendahuluan Kue

54

4. Tingkat nekator

Jamur berkembang terus dan akhirnya membentuk piknidia berwarna merah tua

dan biasanya terdapat pada sisi yang lebih kering. Pada bagian ujung

percabangan yang terserang akan layu kemudian mati. Pada bagian ujung dari

cabang yang sakit, daun-daun layu mendadak dan banyak yang tetap melekat

pada cabang, meskipun sudah kering.

b. Penyebaran

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corticium salmonikolor. Dalam

penyebarannya jamur upas dipencarkan oleh basidiospora yang terbawa oleh

angin. Jamur ini bersifat polifag, dengan beberapa tanaman inang antara lain,

karet, kopi, teh, kina dan beberapa tanaman keras lainnya. Tanaman penaung

Tephrosia Candida dapat sebagai sumber infeksi karena sangat peka terhadap

jamur upas.. Kelembaban yang tinggi sangat membantu perkembangan penyakit.

Kerusakan akibat jamur upas tanaman akan mati ranting bahkan pada tingkat

serangan berat dapat mematikan tanaman secara keseluruhan.

c. Pengendalian

Pengendalian jamur upas dapat dilakukan melalui pemangkasan dengan

mamangkas bagian yang terserang kemudian dicincang atau dibakar.

Pamangkasaan juga bertujuan untuk tetap menjaga kelembaban. Apa bila

seranagan masih pada tingkat laba-laba percabangan yang terserang masih bisa

dipertahankan dengan cara mengupas bagian yang terserang kemudian diolesi

dengan fungisida yang berbahan aktif tridemorf (Calixin RM) atau tembaga

Page 55: Pendahuluan Kue

55

konsentrasi 10% (Nordox, Cupravit, dll), dan menghilangkan dan memusnahkan

sumber infeksi yang terdapat di dalam maupun di luar kebun.

4. Antraknose (Colletotrichum gloesporiedis)

Penyakit antraknosa (mati ranting) yang menyerang pucuk dan ranting tanaman

kakao merupakan penyakit yang banyak menimbulkan kerugian. Penyakit ini

menyebabkan daun gugur, ranting meranggas dan mati. Akibat serangan

penyakit ini tanaman kakao menjadi kehilangan daun padahal daun merupakan

tempat untuk proses fotosintesis pada tanaman (Semangun, 2000). Tanaman

terserang tumbuh merana dan produksinya rendah. Pada serangan lanjut

tanaman menjadi mati meranggas.

Serangan penyakit semakin meningkat belakangan ini disebabkan

banyaknya pekebun yang menanam kakao tanpa naungan. Padahal untuk

tumbuh normal tanaman kakao adalah tanaman yang memerlukan naungan.

Menurut Sunanto (2002) intensitas sinar matahari yang diterima sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cokelat. Banyak ahli berpendapat

bahwa intensitas sinar matahari yang optimum adalah 50%, tetapi bila keadaan

tanah subur (tanaman yang dipupuk sesuai kebutuhan), intensitas bisa naik

menjadi 70-80%. Disamping itu peningkatan suhu udara akibat global warming di

duga turut memperbesar serangan penyakit.

a. Gejala serangan

Gejala serangan antraknose dapat di lihat pada daun dan buah. Pada daun

muda terlihat gejala bintik-bintik nekrosis berwarna cokelat. Setelah daun

berkembang, bintik nekrosis menjadi bercak berlubang berwarna kuning

Page 56: Pendahuluan Kue

56

kemudian menggulung/menekuk (Semangun, 2000). Pada daun tua penyakit

dapat menyebabkan terjadinya bercak-bercak nekrosis (jaringan mati) yang

terbatas tidak teratur. Bercak-bercak ini kelak dapat menjadi lubang. Daun-daun

yang terserang berat akan mudah gugur, sehingga ranting-ranting tanaman

menjadi gundul (Sunanto,2002).

Pada buah muda menimbulkan gejala kelayuan dengan bintik-bintik

cokelat. Bintik tersebut segera berkembang menjadi bercak cokelat yang

berlekuk Akhirnya buah mengering menjadi mumi (buah mengeras, mengecil

dan kering). Buah dewasa yang terinfeksi tidak menjadi layu, hanya mengerut

pada bagian ujung (Semangun, 2000). Ciri penting gejala serangan

Colletotrichum pada tanaman kakao adalah terbentuknya lingkaran berwarna

kuning (halo) disekeliling jaringan yang sakit, dan terjadinya jaringan mati yang

melekuk (antraknosa). Halo dan antraknosa dapat terjadi pada daun maupun

pada buah. Tanaman yang terserang berat oleh patogen ini berbuah sedikit

sehingga daya hasilnya sangat menurun (Mahneli, 2007).

b. Penyebaran

Penyakit antraknose disebabkan oleh cendawan Colletetricum gloesporidies dan

dapat menyebar ketanaman melalui angin dan air. Di Sumatera Utara diduga

bahwa infeksi pada semai kakao di pembibitan berasal dari kebun karet yang

ada didekatnya, yang sedang terserang penyakit gugur daun Colletotrichum

(Semangun, 2000).

Page 57: Pendahuluan Kue

57

c. Pengendalian

Teknik pengendalian penyakit antraknose dengan melakukan pemangkasan dan

sanitasi buah-buah yang teserang. Sanitasi dilakukan dengan cara

pemangkasan ranting-ranting sakit dan pemetikan buah-buah busuk kemudian di

bakar atau dipendam dalam tanah. Pangkasan sanitasi bertujuan menghilangkan

ranting atau cabang sakit yang terserang jamur dan untuk mengurangi

kelembaban kebun agar tidak sesuai untuk perkembangan penyakit.

Pemangkasan tunas air (mewiwil) pada batang atau cabang, karena bila infeksi

terjadi pada daun tunas air (wiwilan) cabang dan batang yang berada dekat

tunas air (wiwilan) juga akan terinfeksi dan mati lebih cepat( (Sulistiowati, dkk,

2003).

Gambar 28. Gejala penyakit antraknose

Page 58: Pendahuluan Kue

58

5. Kanker batang (Phytophthora palmivora Butl)

Penyakit kanker batang pada tanaman kakao disebabkan oleh sejenis patogen

yang menyerang batang kakao atau sering disebut juga Phytophthora Palmivora

(Butl.) Butl, sama seperti patogen pada penyakit busuk buah kakao.

a. Gejala serangan

Gejala penyakit ini dapat dilihat pada kulit batang. Pada kulit batang tampak

warna hitam / gelap agak berlekuk dan pecah-pecah kering, Sering terdapat

cairan kemerahan yang kemudian tampak seperti lapisan karat, bila batang

dibela akan ditemukan warna merah anggur. Kanker batang menyerang mulai

pada tanaman muda sampai yang dewasa.

Serangan penyakit kanker batang akan mengakibatkan jaringan pada

batang rusak,. batang menjadi busuk dan berlendir. Kerusakan pada batang

menyebabkan busuk dan seluruh cabang akan mati.

b. Penyebaran

Penyebaran penyakit kanker batang hampir sama dengan penyebaran penyakit

busuk buah. buah yang terserang busuk buah yang tidak dipanen kemudian

berkembang ketangkai buah. Dari tangkai buah inilah pathogen menjalar dan

menginfeksi batang dan akhirnya terjadi kanker batang. Selain buah yang hitam

penyakit kanker batang juga disebarkan melalui percikan hujan, dan kebun yang

mempunyai kelembaban dan curah hujan yang tinggi atau sering tergenang air.

Page 59: Pendahuluan Kue

59

c. Pengendalian

Pengendalian penyakit kanker batang dapat dikendaliakan dengan melakukan

pemangkasan, sanitasi dengan membongkar tanaman yang terserang lalu

dibakar. Jika serangan belum terlalu parah dapat dikandalikan dengan

menggunakan fungisida. Batang atau cabang yang terserang dikupas kemudian

diolesi dengan fungisida yang mengandung tembaga seperti Nordox atau

sejenisnya dengan konsentrasi 5% formulasi.

4.9. Panen dan pasca panen

4.9.1. Panen buah

Panen buah adalah kegiatan pemetikan buah kakao baik yang sudah masak

maupun buah yang terserang hama dan penyakit.Buah yang layak untuk

dipanen adalah buah yang telah masak fisiologis.Untuk buah yang berwarna

hijau jika sudah masak maka kulit buah berubah menjadi warna kuning dan buah

yang berwarna merah akan berwarna orange. Hindari memanen buah yang

terlalu masak dan terlalu tua karena akan menurunkan mutu biji kakao. Biasanya

buah masak setelah berumur 6 bulan sejak terbentuknya bunga. Hal-hal yang

perlu diperhatikan sebelum melakukan pemetikan buah antara lain, alat yang

digunakan diantaranya sabit, sabit bergalah, gunting pangkas, keranjang,karung

plastik, ember,dan lori-lori. Alat untuk memetik buah harus tajam dan melakukan

pemetikan harus hati-hati untuk menjaga agar bantalan buah tidak rusak karena

bantalan buah merupakan aset terpenting dalam tanaman kakao.

Page 60: Pendahuluan Kue

60

Gamabr 29. Panen buah

4.9.2. Sortasi Buah

Sortasi buah adalah kegiatan memisahkan buah yang sehat dan buah yang

terserang hama dan penyakit. Buah yang telah dipetik selanjutnya dikumpulkan

pada suatu tempat dan dilakukan sortasi buah.Buah kemudian didiamkan atau

diperam selama 5-9 hari dengan tujuan untuk mendapatkan buah masak

seluruhnya atau keseragaman buah, mendapatkan aroama yang lebih baik, dan

menurunkan kadar glukosa.

Page 61: Pendahuluan Kue

61

Gambar 30. Sortasi buah

4.9.3. Pemecahan buah

Pemecahan buah dilakukan dengan menggunakan parang maupun alat

pemecah lainnya,seperti kayu atau penjepit buah. Buah dibelah menggunakan

parang harus hati-hati jangan sampai melukai keping biji atau buah saling

dibenturkan.

4.9.4. Uji kualitas Biji

Kualiti biji kakao adalah deskripsi atau gambaran kondisi biji kakao yang

dihasilkan baik oleh petani,pedagang,eksportir maupun industry kakao.Beberapa

factor yang mempengaruhi kualiti biji adalah factor internal dan eksternal.Faktor

internal adalah factor yang berupa klon atau varietas dari kakao tersebut

sedangkan factor internal adalah factor yang mempengauhi mutu dari luar,seperti

praktek budidaya,geografi dan lingkungan serta penangan pasca panen.

Menurut ukuran biji, dalam jumlah biji 100 gram yang tergolong dalam

golongan A+ adalah yang mempunyai jumlah biji 85-100 biji tiap 100 gram, A

jumlah bijinya 86 biji dalam 100 gram,B yaitu berjumlah 101-110 tiap 100 gram, C

yaitu 111-120 biji dalam 100 gram, sedangkan golongan S biji yang berjumlah

lebih dari 120 biji dalam 100 gram.

Page 62: Pendahuluan Kue

62

Spesifikasi persyaratan mutu biji kakao berdasarkan SNI 01-2323-2002 adalah

sebagai berikut :

No Jenis biji Satuan Persyaratan

1. Serangga hidup - Tidak ada

2. Kadar air % Maks 7,5

3. Biji berbau asap/apnormal - Tiadak ada

Dan berbau asing

4. Kadar biji pecah % Maks 2,0

5. Kadar kotoran/waste % Maks 2,5

6. Kadar benda asing % Maks 0,2

7. Kotoran mamalia % Maks 0,1

Tabel 3. Spesifikasi persyaratan mutu biji

Catatan :

- Total kadar kotoran dan kadar benda asing maksimal 2.5%

- Total kadar benda asing dan kotoran mamalia maksimal 0,2%.

Page 63: Pendahuluan Kue

63

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tentang Praktek kerja Lapang (PKL) di

perkebunan milik PT. Mars Incorporated – MCDC Tarengge Kecamatan Wotu,

Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan dapat di simpulkan bahwa :

Teknik budidaya kakao untuk peningkatan produksi yang dilakukan.

dalam peremajaan kakao menggunakan klon unggul Sulawesi 1 (PBC123),

Sulawesi 2 (BR 25), M 01, M 04, dan M 06. serta penerapan prinsip berkebun

yang baik dengan P3S+Penyemprotan (Pemangkasan, Pemupukan, Panen

teratur, sanitasi dan Penyemprotan), Dan panen dan pasca panen yang baik.

Dengan dilakukannya praktek kerja lapang (PKL) dapat menambah

wawasan pengetahuan tentang bagaimana budidaya tanaman kakao yang

dibudidayakan secara vegetatif maupun generatif. Tenik budidaya kakao yang

dibudidayakan secara vegetatif adalah sambung pucuk, sambung samping, dan

sambung chupon, adapun yang lain yaitu sambung mata tunas. Untuk budidaya

secara generatif hanya sampai pada pembibitan.

Pada kegiatan PKL teknik budidaya kakao lebih banyak mengarah pada

tingkat rehabilitasi tanaman kakao yang sudah tidak produktif lagi menjadi lebih

produktif lagi. Rehabilitasi yang paling menguntungkan adalah rahabilitasi

dengan sambung pucuk karena tingkat produksinya lebih panjang dibandingkan

dengan sambung samping yang disambung dengan batang bawah yang sudah

tua.

Page 64: Pendahuluan Kue

64

5.2. SARAN

Berdasarkan pada kenyataan yang ada pada lapangan penulis dapat

menyarankan kalau tanamann kakao yang sudah tua, produksi rendah, dan

terserang hama dan penyakit sebaiknya langsung direhabilitasi dengan metode

sambung samping, sambung pucuk, sambung chupon, penyisipan, dan

penanaman ulang untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dan optimal

dengan dibarengi dengan teknik budidaya yang baik.

Page 65: Pendahuluan Kue

65

TINJAUAN PUSTAKA

Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional.Peremajaan Tanaman Kakao.2009. PT. Mars Incorporated – MCDC tarengge.

Gerakan Peningkatan Produksi Dan Mutu Kakao Nasional.Penangan Helopeltis Spp.2009.Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian.

Mars cocoa development center. Manajemen Pembibitan Kakao.2012. PT. Mars Incorporated.

Mars Cocoa Development Center Pemangkasan, Pemupukan, Panen teratur, Sanitasi. 2012. PT. Mars Incorporated.

Mars Cocoa Development Center. Rehabilitasi Tanaman Kakao. 2012. PT. Mars Incorporated.

Mars Cocoa Development Center. Hama & Penyakit Tanaman Kakao. 2012. PT. Mars Incorporated.

Mars Cocoa Development Center. Penanaman Ulang Kakao. 2012. PT. Mars Incorporated

Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.

Mars incorporate. 2012. Manual book peremajaan tanaman kakao dan praktek perkebunan yang baik.

Page 66: Pendahuluan Kue

66

Page 67: Pendahuluan Kue

67

Page 68: Pendahuluan Kue

68

Lampiran 2. Persiapan lahan

Page 69: Pendahuluan Kue

69

Lampiran 3. Pembibitan

Page 70: Pendahuluan Kue

70

Lampiran 4 .penanaman

Page 71: Pendahuluan Kue

71

Lampiran 5. Sambung samping

Page 72: Pendahuluan Kue

72