pembahasan praktikum histamin dan antihistamin

Upload: deasy07

Post on 08-Jan-2016

197 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kelompok a 11

TRANSCRIPT

Pembahasan Praktikum Histamin dan AntihistaminPada orang percobaan A yang mendapatkan antihistamin golongan kedua yaitu setrizindiketemukan efek dari obat tersebut. Efek yang timbul dari obat tersebut adalah bertambahpanjangnya waktu untuk timbulnya kemerahan pada tangan pada pemberian histaminyang keudakalinya. Pertambahan panjang waktunya cukup signifikan yaitu sekitar dua setangahkalinya. Selain dari bertambahnya waktu untuk timbulnya kemerahan, hal lain yang juga cukupmencolok adalah berkurangnya pembengkakan yang terjadi dan juga terjadi pengecilan daridiameter flare. Ketiga triple respon lewis ini berkurang karena sebagian reseptor histamin pada OPsudah diduduki oleh anti histamin golongan kedua ini. Masih timbulnya tripel respon lewis ini jugamasih dapat diterima karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan waktu sekitar duasampai dengan tiga jam untuk golongan ini. Antihistamin golongan kedua ini juga dapat bekerjasampai dengan 24 jam. Untuk tanda-tanda vital tubuh pada OP A tidak menunjukan perubahan yang berarti keciali pada tekanan darah yang meurun pada pemberian antihistamin. Mungkin untuk tandavital ini disebabkan salah satu efek anti histamin yang sangat jarang yaitu bekerja seperti kuinidin pada konduksi miokard berdasarkan sifat anastetik lokalnya. Mungkin juga penurunan tekanandarah ini disebabkan ada sebagian histamin pemberian intra dermal yang masuk ke dalam pembuluhdarah periver yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah periver. Tetapi kemungkinan keduaini sangat kecil karena jumlah antihistamin yang diberikan sangat sedikit dan tidak mungkin sampaimenunjukkan efek sistemik menurunkan tekanan darah hingga 20mmHg.Gejala atau efek samping yang timbul pada OP berupa rasa mengantuk dan terdapat gatal pada tempat pemerbiran histamin yang pertama. Untuk gatal pada tempat pemberian histamin yang pertama merupakan suatu hal yang wajar karena golongan antihistamin merupakan suatu antagoniskompetitif, reseptor histamin yang pertama sudah diduduki dan tidak dapat digeser, selain daripadaitu respon dari histamin pertama sudah berlangsung terlebih dahulu yaitu perembesan dari plasmaoleh karena vvasodilatasi kapiler. Golongan antihistamin tidak dapat serta merta membuatvasokonstriksi pada pembuluh darah kecil seperti yang dapat dilakukan oleh golongan adrenalin.Jadi rasa gatal yang dialami oleh OP bukan merupakan efek samping dair pemberian obatantihistamin melainkan efek dari pemberian histamin pertama yang belum dicerna sempurna olehtubuh. Sedangkan efek samping antihistamin generasi kedua yaitu berupa efek sedasi yangditunjukkan oleh OP. Sebenarnya menurut literatur yang dibaca efek samping ini seharusnya tidak timbul karena sangat lemah dan bahkan seharusnya tidak ada efek mengantuk dari generasi keduaini. Dua hipotesis yang mungkin dapat diambil dari kasus ini adalah orang tersebut mungkin sangatsensitiv terhadap obat ini sehingga akhirnya timbul juga efek mengantuknya dan kemungkinan lainadalah orang percobaan ini sudah mengetahui bahwa salah satu efeknya adalah mengantuk dan mengantuk ini mejadi sesuatu yang sangat subjektif dirasakan oleh OP ini. Walaupun padaantihistamin generasi kedua tidak menunjukan efek anti mengantuk yang hebat tetapi dengan percobaan ini dapat membuktikan bahwa tidak pada setiap orang antihistamin ini tidak menimbulkan rasa mengantuk. Hal ini perlu menjadi suatu pertimbangan apabila memberikan suatuantihistamin walaupun yang bersifat nonsedatif kepada orang yang membutuhkan kewaspadaantinggi.Pada orang percobaan B yang mendapatkan plasebo tidak didapatkan perubahan tanda vitalyang terjadi. Ketidak adaan perubahan tanda vital yang berarti menunjukkan tidak adanya efek dari plasebo. Tripel respon lewis pada orang percobaan B menunjukan penurunan yang juga cukupdramatis bahkan sampai sepertiga dari sebelum diberikan antihistamin. Menurut pengamatan pada percobaan yang dilakukan terdapat suatu kesalahan yang merupakan kelalaian dalam percobaan.Kesalahan yang kami maksudkan adalah pada goresan sebelum diberikan antihistamin, ada keluar sedikit darah dari tempat goresan dan tetap dilakukan pemberian antihistamin. Sedangkan untuk goressan setelah pemberian antihistamin tidak sampai timbulnya darah. Timbulnya darah ini justruakan mempermudah histamin tersebut masuk ke alira yang lebih luas dan mnunjukan efek yanglebih luas. Oleh karena itu pada percobaan yang pertama menunjukan reaksi alergi yang lebih parahdibandingkan dengan reaksi kedua setelah pemberian antihistamin. Efek samping dari plasebo yangmerupakan efek subjektif yang disebutkan pasien adalah kekeringan pada mulut. Sama seperti yangtelah disebutkan juga pada percobaan diatas yaitu, efek ini mungkin hanya merupakan gejalasubjektif karena telah mengetahui bahwa mungkin obat yang dimakan merupakan golonganantihistamin golongan pertam yang salah satu efeknya adalah menyebabkan kekeringan pada mulutyang lebih sering disebut atopin like syndrom.Pembahasan efek semprotan anti histamin pada marmotHasil pengamatan yang didapatkan adalah pada marmut yang tidak diberikan proteksi olehantihistamin mengalami sesak nafas. Sesak nafas ini terjadi setelah beberapa menit setelah penyemprotan histamin. Waktu yang dibutuhkan hingga marmut tesrebut sesak nafas termasuk sanggat cepat dan juga memerlukan pertolongan dengan adrenalin yang cepat pula melalui penyuntukan intraperitoneal. Sesak nafas yang terjadi pada marmut tersebut disebabkan oleh bekerjanya reseptor histamin H1 pada daerah bronkus. Reseptor histamin ini bekerja danmengakibatkan bronkospasme. Bronkospasme yang terjaid ini menyebabkan terganggunya jalannafas dan menyebabkan sesak nafas. Selain daripada itu efek lain yang tidak direkam adalahtekanan darah dari marmut tesrebut. Kemungkinan besar tekanan darah dari marmut tersebut akanmenurun yang juga disebabkan oleh efek dari histamin tersebut. Pemberian adrenalin segera setelahmarmut tersebut mengalami sesak nafas sangat diperlukan karena akan meningkatkan kemungkinanhidup dair marmut tesrsebut. Setelah penyuntikan adrenalin intraperitoneal akan mengakibatkankecepatan bernafas dan jalan nafas kembali ke dalam keadaan normal