pemanfaatan varietas lokal dalam keterkaitannya dengan teori keadilan

17
1 TUGAS FILSAFAT HUKUM PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN Di susun : Nama : Muh Nur Udpa, S.H., M.H NIM : 031317017325 PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

Upload: muhammad-nur-udpa

Post on 31-Dec-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hak kekayaan intelektualpengetahuan tradisionalvarietas tanamanvarietas lokalvarietas esensialteori keadilan

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

1

TUGAS FILSAFAT HUKUM

PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI

KEADILAN

Di susun :

Nama : Muh Nur Udpa, S.H., M.H

NIM : 031317017325

PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2014

Page 2: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

2

I. Prolog

Masyarakat adalah suatu asosiasi mandiri dari orang-orang yang saling berinteraksi

satu sama lain dengan mengakui aturan main tertentu sebagai pengikat dan sebagian besar

anggotanya bertindak sesuai dengan aturan tersebut. Anggaplah aturan-aturan tersebut

membentuk sistem kerja sama yang dirancang untuk menunjukkan kebaikan orang-orang

yang terlibat didalamnya. Kemudian, kendati masyarakat merupakan ikhtiar kooperatif demi

keuntungan bersama, ia bisanya ditandai dengan konflik dan juga identitas kepentingan.

Identitas kepentingan ini dikarenakan kerja sama sosial memungkinkan kehidupan yang lebih

baik bagi semua orang dari pada jika masing-masing hidup sendirian.1

Adanya konflik kepentingan dikarenakan orang-orang berbeda pandangan dalam hal

bagaimana pembagian keuntungan yang dihasilkan kerja sama mereka, sebab demi mengejar

tujuan mereka, setiap orang memilih bagian yang lebih besar ketimbang bagian yang sedikit.

Seperangkat prinsip dibutuhkan untuk memilih di antara berbagai tatanan sosial yang

menentukan pembagian keuntungan tersebut dan untuk mendukung kesepakatan pembagian

yang layak. Prinsip-prinsip ini adalah prinsip keadilan sosial: memberi jalan untuk

memberikan hak-hak dan kewajiban di lembaga-lembaga dasar masyarakat serta menentukan

pembagian keuntungan dan beban kerja sama sosial secara layak.2

Kendati orang saling mengajukan tuntutan yang sangat besar, namun mereka

mengakui sudut pandang bersama untuk mengungkapkan pernyataan-pernyataan mereka.

Jika kecenderungan orang-orang pada kepentingan diri sendiri memerlukan saling perhatian

satu sama lain, maka rasa keadilan publik memungkinkan asosiasi bersama mereka. Di antara

individu-individu dengan tujuan dan sasaran yang berbeda, sebuah konsepsi bersama

mengenai keadilan akan mengukuhkan ikatan kebersamaan sosial; keinginan umum pada

keadilan akan membatasi pencapaian tujuan-tujuan lain. Kita bisa menganggap konsepsi

publik mengenai keadilan sebagai pembentuk kontrak fundamental dari asosiasi manusia

yang tertata dengan baik. Masyarakat yang ada tentu jarang yang tertata dengan baik dalam

pengertian seperti itu, sebab apa yang adil dan tidak adil selalu masih dalam perdebatan.

Orang tidak saling sepakat tentang prinsip mana yang mesti menentukan kerangka dasar

asosiasi mereka. Namun, kita masih bisa mengatakan bahwa mereka semua punya konsepsi

tentang keadilan.3

1 John Rawls, 2011, Teori Keadilan, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, h. 4-52 Ibid.3 Ibid., h. 5-6

Page 3: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

3

Pemberian perlindungan terhadap karya intelektual dalam ranah internasional dan

nasional telah dilindungi dengan menggunakan berbagai aturan, salah satunya yaitu melalui

ranah Intellectual Property Rights yang dilahirkan atas kesepakatan bersama dalam perjanjian

TRIPs. Kesepakatan tersebut bertujuan untuk meminimalisir terjadinya berbagai tindakan

itikad buruk atas penggunaan karya intelektual. Namun, munculnya pembagian posisi Negara

Utara dan Negara Selatan atau opini akan dominasi kepentingan negara maju dan negara

berkembang. Mengakibatkan aturan yang mewadahi perlindungan hak kekayaan intelektual

tidak memberikan keadilan bagi seluruh anggotanya. Berbagai macam pemanfaatan karya

intelektual, yang dimiliki oleh negara berkembang, oleh negara maju tanpa pemberian

penghargaan atas pemanfaatan tersebut. Pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya

tradisional

II. Pengetahuan Tradisional

Pengetahuan tradisional (traditional knowledge), dapat ditemukan dalam semua

lapangan kehidupan yang relevan dengan masyarakat tradisional, terutama menyangkut

dengan pemenuhan kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup, seperti obat dan pengobatan,

makanan, dan pertanian. Namun, karena sulitnya untuk memastikan pengetahuan merupakan

milik seseorang atau suatu komunitas, pengetahuan tradisional adakalanya dipereloh oleh

orang yang bukan anggota komunitas dan digunakannya baik untuk tujuan yang sama

maupun untuk tujuan yang berbeda dan mengambil potensi ekonomi. Misalnya saja dalam

kasus Ayahuasca yang dapat mengilustrasikan bagaimana eksistensi dan perlindungan

pengetahuan tradisional. Banisteriopsiscaapi merupakan jenis tanaman di sekitar Amazon

Basin yang dipergunakan oleh para dukun (shamans) untuk membuat minuman Ayahuasca

atau Yage dalam rangka upacara penyembuhan penyakit. Menurut tradisi setempat

Ayahuasca merupakan simbol budaya dan religi, seperti halnya salib atau eukaristi

(perjamuan suci) bagi umat Kristen. Namun, seorang warga AS bernama Loren S, Miller

memperoleh paten dari USPTO (Paten Number 5751) atas varietas tanaman

Banisteriopsiscaapi pada tanggal 17 Juni 1986 dan mengajukan klaim paten karena ingin

memonopoli manfaat ekonomis dari invention mereka atas teknologi yang terkait dengan

Ayahuasca tersebut.4

Selain itu, di Indonesia terdapat pula beberapa kasus terkait penggunaan pengetahuan

tradisional oleh pihak asing misalnya saja pada desain patung Bali, desain batik, jamu

4 Agus, Sardjono, 2009, Membumikan HKI di IndonesiaI, Nuansa Aulia, Bandung, hlm. 102-103

Page 4: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

4

tradisional, makanan khas Indonesia (tempe), tari-tarian (tari reog ponorogo dan tari tor tor),

dan sebagainya yang pada dasarnya merupakan upaya menggali potensi ekonomis dari

penggunaan pengetahuan tradisional. Beberapa kasus tersebut menunjukkan betapa

pengetahuan tradisional memiliki nilai manfaat yang tinggi tidak hanya bagi masyarakat

tradisional, tetapi juga untuk masyarakat modern. Bahkan seluruh penduduk dunia juga dapat

mengambil manfaat dari pengetahuan tradisional.5 Pengetahuan tradisional dan Ekspresi

Budaya Tradisional menjadi sangat penting karena dapat digunakan secara luas untuk

merujuk pada inovasi-inovasi dan karya-karya berbasis tradisi yang dihasilkan dari kegiatan

intelektual di bidang industri, ilmu pengetahuan, seni atau sastra.6

Hampir di seluruh dunia, komunitas, dan orang perorangan (individual) mempunyai

pengetahuan yang diturunkan dari generasi kegenerasi, dikembangkan, dan dilestarikan

dengan cara-cara yang tradisional (traditional manner). Pengetahuan tersebut sering

merupakan pengetahuan yang sangat dasar, berasal dari pengalaman sehari-hari dan pada

umumnya ditandai dengan suatu ciri yang tradisional (a traditional). Komunitas tradisional

menggunakan cara “coba-coba (try and error)” terhadap sumber daya biologis yang ada di

sekitar mereka dan mengembangkan pengetahuan untuk menunjang serta mempertahankan

kelangsungan hidup mereka.7

Untuk memahami kepemilikan pengetahuan tradisional dalam masyarakat asli,

berikut ini dikemukakan konsep kepemilikan pengetahuan tradisional yang dikemukakan

oleh Anil K. Gupta yang dikenal dengan “Contested Domain of Knowledge”. Menurut Gupta,

dilihat dari aspek siap yang menghasilkan (producer), pengetahuan tradisional dapat

dihasilkan oleh individu, sekelompok individu, atau komunitas lokal atau masyarakat asli.

Namun, dilihat dari bagaimana pengetahuan tersebut dipertahankan, dijaga, dan diakses

pengetahuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi pengetahuan individu, pengetahuan

komunitas, dan pengetahuan yang sudah menjadi publik domain.

Pengetahuan individu adalah pengetahuan yang dijaga kerahasiaannya oleh seorang

(individu) dan oleh keturunannnya. Pengetahuan ini hanya dapat diakses secara terbata

dengan persyaratan tertentu. Pengetahuan individu ini dikelompokkan menjadi:

5 Lembaga Pengkajian Hukum Internasional FH-UI bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2005, Kepentingan Negara Berkembang terhadap Hak Atas Indikasi Geografis, Sumber Daya Genetika, dan Pengetahuan Tradisional, Depok, hlm. 63

6 Afrillyanna Purba, 2012, Pemberdayaan Perlindungan Hukum Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional Sebagai Sarana Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,Bandung, Alumni, Hlm. 122

7 Zainul, Daulay, 2011, Pengetahuan Tradisional-Konsep, Dasar Hukum, dan Praktiknya, RajaGrafindo Persada, Makassar, h. 1

Page 5: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

5

a. Pengetahuan individu yang dimiliki secara privat yang diwarisi dari nenek

moyangnya;

b. Keahlian yang diperoleh dan dipraktikkan dengan penuh keyakinan tanpa modifikasi

atau dengan modifikasi;

c. Hak individu untuk mengggunakan pengetahuan yang dimodifikasi dan yang tidak

dimodifikasi baik dengan menggunakan kaidah-kaidah yang sama (same rules) atau

dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berbeda (different rules)

Pengetahuan komunitas adalah pengetahuan yang dapat dibuka atau disebarkan secara

terbatas dalam suatu komunitas. Ruang lingkup maupun persyaratan untuk mengaksesnya

sangat ketat. Pengetahuan komunitas ini dikelompokkan menjadi :

a. Pengetahuan yang diketahui oleh komunitas;

b. Pengetahuan yang dipraktikkan oleh individu jika dibuka kepada individu-individu

lainnya;

c. Pengetahuan yang dipraktikkan oleh individu jika dibuka kepada komunitas;

d. Pengetahuan yang dipraktikkan oleh komunitas jika dibuka kepada komunitas;

e. Pengetahuan yang dipraktikkan oleh komunitas sekalipun jika dibuka kepada

individu-individu lainnya;

f. Pengetahuan yang terbuka pada komunitas tetapi tidak dipraktikkan oleh individu

maupun komunitas;

g. Pengetahuan yang terbuka pada komunitas dan dapat diakses oleh orang luar;

h. Pengetahuan yang terbuka pada komunitas tetapi tidak dapat diakses oleh orang luar.

Pengetahuan yang menjadi publik domain adalah pengetahuan yang telah dibuka dan dibagi

(shared) secara luas dalam suatu komunitas, baik sesama anggota komunitas atau dengan

orang luar (outsider). Pengetahuan yang termasuk kategori ini dikelompokkan menjadi:

a. Pengetahuan yang dibuka kepada publik secara luas melalui dokumentasi atau

sebaliknya;

b. Pengetahuan yang dibuka kepada publik secara luas dan dipraktikkan oleh hanya

individu-individu tertentu;

c. Pengetahuan yang dibuka kepada publik secara luas dan dipraktikkan oleh publik

secara luas;

d. Pengetahuan yang dibuka kepada publik secara luas tetapi belum dipraktikkan.

Page 6: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

6

Selanjutnya, menurut Gupta, di antara ketiga kelompok pengetahuan tersebut (pengetahuan

individu, komunitas, dan yang bersifat publik domain) terjadi titik singgung atau tumpang

tindih (overlapping) yang membentuk contested domains (domain yang diperebutkan) dalam

pengetahuan tradisional, yaitu :

a. Kreativitas individual yang dipelihara, dirawat oleh komunitas yang tersebar secara

luas dalam masyarakat;

b. Pengetahuan komunitas yang tersebar pada masyarakat umum secara luas dengan atau

tanpa izin terlebih dahulu (prior informed consent);

c. Pengetahuan individual yang tersebar pada masyarakat umum secara luas dengan atau

tanpa izin terlebih dahulu (prior informed consent);

d. Pengetahuan individual dan masyarakat.

Menurut penulis, tidaklah adil bagi sebuah pengetahuan tradisional yang berada

dalam kategori dipertahankan oleh individu dan komunitas dipersamakan perlakuan

perlindungannya terhadap pengetahuan tradisional yang menjadi public domain. Aristoteles

mengatakan bahwa keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi

haknya, fiat jutitia bereat mundus. Dalam pengertian ini Aristoteles membagi dua jenis

keadilan yaitu justitia correctiva (keadilan korektif) dan justitia distributiva (keadilan

distributif/membagi). Keadilan membagi adalah keadilan yang memberikan kepada tiap-tiap

orang hak atas bagiannya sesuai dengan jasa atau amal baktinya. Prinsip kesebandingan

disesuaikan dengan besar kecilnya bagiannya sesuai dengan jasanya.8

Sedangkan bagi pengetahuan tradisional yang tidak lagi dipertahankan oleh

pemiliknya atau tidak lagi dilestarikan oleh masyarakat asli. Pemanfaatan dan pendaftaran

oleh negara maju atas kepemilikan9 dapat dikatakan sebuah hal yang benar dan adil menurut

penulis. Penghargaan terhadap kepemilikan suatu benda semakin tinggi, disaat benda tersebut

telah dimiliki oleh orang lain. Padahal dilain sisi pemiliknya secara nyata tidak lagi

memperdulikan dan menjaganya. Pemenuhan hak yang diberikan atas kepemilikan

pengetahuan tradisional, secara langsung melekat kan pula kewajiban bagi pemiliknya. Salah

satunya yaitu dengan mewajibkan pemilik pengetahuan tradisional untuk tetap

melestarikannya. Pengetahuan tradisional yang tak bertuan tersebut secara tidak langsung

8 Dominikus Rato, 2010, Filsafat Hukum, Laksbang Justitia: Surabaya, h.59-609 Dalam hal ini pihak tersebut mengeluarkan waktu, tenaga, dan uang untuk melestarikan kembali

pengetahuan tradisional sekaligus menambahkan beberapa temuan baru untuk menambah keunggulan dari pengetahuan tradisional tersebut

Page 7: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

7

menimbulkan sebuah situasi dimana seluruh pihak memiliki hak yang sama untuk

memanfaatkannya. Dalam kondisi tersebutlah, menurut penulis, keadilan kreatif (iustitia

creativa) lebih diutamakan. Keadilan yang diberikan kepada masing-masing orang bagiannya

berupa kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreatifitas yang dimilikinya di berbagai

bidang kehidupan. Tanpa harus memperhatikan pembayaran royalti maupun pembagian

keuntungan kepada pemilik awal dari pengetahuan tersebut.

III. Varietas Lokal Keterkaitannya dengan Pengetahuan Tradisional

Perlindungan varietas tanaman yang selanjutnya disebut PVT adalah perlindungan

khusus yang diberikan negara yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah dan

pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman terhadap varietas

tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

Pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan

penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku untuk

menghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan.

UU PVT mengenal beberapa istilah varietas tanaman yaitu varietas unggul baru,

varietas bernama dan terdaftar (varietas hasil pemuliahan yang tidak diberikan PVT dan

varietas lokal), varietas turunan esensial, dan varietas asal. Varietas unggul baru yang

dimaksudkan penulis yaitu varietas yang diberikan perlindungan oleh UU PVT, akibat

pendafataran yang dilakukan oleh pemulia, yang memiliki kriteria varietas dari jenis atau

spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama. Suatu varietas dianggap

baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil

panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah

diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun atau telah diperdagangkan diluar negeri tidak

lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan.

Suatu varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas dengan

varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui secara umum pada saat penerimaan

permohonan hak PVT. Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau

penting pada varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai akibat dari cara

tanam dan lingkungan yang berbeda. Suatu varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya

tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang diperbanyak

melalui siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami perubahan pada setiap akhir siklus

Page 8: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

8

tersebut. Varietas unggul baru merupakan hasil dari pemulia tanaman melalui kegiatan

pemuliaan tanaman

Varietas bernama dan terdaftar merupakan varietas yang tidak dapat diberikan

perlindungan terhadap UU PVT tetapi telah diberikan nama dan didaftar oleh pemerintah.

Pasal 1 ayat 10 Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran,

dan Penggunaan Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial, mendefinisikan

bahwa penamaan varietas yang tidak diberi PVT merupakan kegiatan memberi nama kepada

varietas lokal dan varietas hasil pemuliaan yang tidak diberi PVT, sebagai identitas varietas

yang bersangkutan dan pemenuhan persyaratan peraturan perundang-undangan untuk

keperluan perolehan manfaat ekonomi bagi pemiliknya. Pendaftaran varietas adalah kegiatan

mendaftarkan suatu varietas untuk kepentingan pengumpulan data mengenai varietas lokal,

varietas yang dilepas, dan varietas hasil pemuliaan yang tidak dilepas, serta data mengenai

hubungan hukum antara varietas yang bersangkutan dengan pemiliknya dan/atau

penggunanya.

Varietas lokal adalah varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun

oleh petani, serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara dan dilaksanakan oleh

pemerintah. Pengertian pelaksanaan penguasaan varietas lokal oleh pemerintah meliputi

pengaturan hak imbalan dan penggunaan varietas tersebut dalam kaitan dengan PVT serta

usaha-usaha pelestarian plasma nutfah. Penggunaan varietas lokal mencakup antara lain

kepemilikan dan pengaturan manfaat ekonomi bagi masyarakat pemilik varietas lokal.

Varietas turunan esensial adalah varietas hasil perakitan dari varietas asal dengan

menggunakan seleksi tertentu sedemikian rupa sehingga varietas tersebut mempertahankan

ekspresi sifat-sifat esensial dari varietas asalnya tetapi dapat dibedakan secara jelas dengan

varietas asalnya dari sifat-sifat yang timbul dari tindakan penurunan itu sendiri. Varietas asal

adalah varietas yang digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan varietas turunan

esensial yang meliputi varietas yang mendapat PVT dan varietas yang tidak mendapat PVT

tetapi telah diberi nama dan didaftar oleh pemerintah. Pembuatan varietas turunan esensial

dan varietas asal harus memenuhi dua syarat yaitu melalui metode seleksi tertentu dan sifat

varietas asal tetap dapat dipertahankan, sifat varietas asal yang dapat dipertahankan paling

sedikit 70%. Metode seleksi tertentu meliputi mutasi alami, mutasi induksi, seleski

individual varietas yang sudah ada, silang balik, variasi somaklonal, dan atau rekayasa

genetik.

Page 9: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

9

Varietas tanaman jika dikaitkan dengan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya

tradisional, yang dapat dikaitkan dengan keduanya hanyalah pada varietas lokal. Alasan

penulis berdasarkan definisi varietas lokal yang menyebutkan bahwa varietas lokal telah ada

dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani serta telah menjadi milik masyarakat dan

dikuasai oleh negara. Selain berdasar pada definisi, persyaratan penamaan varietas lokal yang

tertuang dalam Pasal 4 PP Nomor 13 tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran, dan

Penggunaan Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial juga melandasai

penulis menyatakan hal tersebut. Penamaan varietas lokal harus memenuhi persyaratan

mencerminkan identitas varietas lokal yang bersangkutan; tidak menimbulkan kerancuan

karakteristik, nilai, atau identitas suatu varietas lokal; tidak telah digunakan untuk nama

varietas yang sudah ada; tidak menggunakan nama orang terkenal; tidak menggunakan nama

alam; tidak menggunakan lambang negara; dan/atau tidak menggunakan merek dagang untuk

barang dan jasa yang dihasilkan dari bahan propogasi seperti benih atau bibit atau bahan yang

dihasilkan dari varietas lain, jasa transportasi atau penyewaan tanaman.

Perlindungan varietas lokal dengan perlindungan Indikasi Geografis, memiliki

beberapa persamaan. Dimana keduanya sama-sama melindungi varietas tanaman yang

melekat didalamnya sebuah sejarah dan tradisi atas wilayah varietas tersebut. Namun,

perbedaan keduanya terdapat fungsi yang melekat pada kedua perlindungan tersebut. Varietas

lokal berfungsi utama sebagai tanda pembeda dengan suatu varietas lain sedangkan Indikasi

Geografis lebih berfungsi untuk menandakan asal tempat suatu varietas. Dimana karakteristik

dan kualitas dari varietas tersebut berasal dari wilayah pertumbuhan. Indikasi Geografis

memiliki berbagai persyaratan yang cukup ketat untuk memberikan perlindungannya

sedangkan varietas lokal hanya sebatas dari segi penamaan varietas.

Perbedaan selanjutnya dari keduanya yaitu dari segi kepemilikannya. Varietas lokal

dengan jelas dinyatakan dalam PP Nomor 13 tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran, dan

Penggunaan Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial dimiliki oleh negara

dimiliki oleh negara sedangkan dalam perlindungan Indikasi Geografis tidak dijelaskan

secara terperinci siapa pemilik dan pemegang hak untuk menggunakannya. Indikasi

Geografis hanya mengenal pihak-pihak yang dapat mendaftarkan tanpa ada hak yang

menyertainya ketika produk telah terindikasi geografis dan pemakai Indikasi Geografis

(produsen).

Page 10: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

10

PP Nomor 13 tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran, dan Penggunaan Varietas

Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial dengan jelas menetapkan bahwa

Bupati/walikota atau gubernur bertindak untuk dan atas nama serta mewakili kepentingan

masyarakat pemilik varietas lokal diwilayahnya memberikan nama varietas lokal berdasarkan

persyaratan penamaan. Ketika seseorang atau badan hukum yang akan menggunakan suatu

varietas lokal sebagai varietas asal untuk pembuatan varietas turunan esensial wajib membuat

perjanjian terlebih dahulu dengan bupati/walikota, gubernur, atau Kantor PVT yang mewakili

kepentingan masyarakat pemilik varietas varietas lokal yang bersangkutan. Perjanjian

tersebut harus dibuat dihadapan notaris. Perjanjian sebagaimana yang dimaksud dapat

mengatur tentang imbalan bagi masyarakat pemilik varietas asal yang diperoleh dari varietas

turunan esensial yang bahan dasarnya varietas lokal. Imbalan tersebut digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemilik varietas lokal dan konservasi varietas lokal

yang bersangkutan dan upaya-upaya pelestarian plasma nutfah di daerah tempat varietas lokal

tersebut. Bupati/walikota, gubernur, atau Kantor PVT yang mewakili kepentingan masyarakat

pemilik varietas lokal melaksanakan penggunaan imbalan tersebut.

Menurut penulis, varietas lokal yang dipertahankan secara turun temurun oleh

masyarakat dan diambil alih oleh pemerintah pusat dan daerah perihal proses pemanfaatan

dan penggunaan namanya memiliki dua sisi, positif dan negatif. Tahap yang harus dilalui

oleh pihak yang ingin menggunakannya wajib melewati prosedur perizinan. Melibatkan

profesi notaris dalam hal legalitas perjanjian penggunaan nama dan pemanfaatannya. Hal

tersebut telah mengadopsi Konvensi keanekaragaman hayati (covention biodiversity) perihal

Prior Informed Consent dan access and benefit sharing. Sehingga kekuatan hukum yang

mengikatnya akan lebih kuat mengingat telah didasari pula dari segi hukum internasional.

Namun, perizinan tersebut tidak melibatkan secara langsung masyarakat asli yang notabene

merupakan pihak yang telah mempertahankan varietas tersebut. Indonesia terdiri dari

berbagai macam adat istiadat keanekaragamn tersebut pula yang melahirkan berbagai macam

upacara adat di dalamnya. Sebaiknya, proses perjanjian dalam pemanfaatan dan penggunaan

varietas lokal ikut mempertimbangkan kedudukan dari masyarakat asli, serta

mempertimbangkan adat istiadat yang melekat di dalamnya. Perjanjian yang dilaksankan

secara tertulis harus didampingi pula dengan perjanjian secara adat.

Perjanjian adat menurut penulis seharusnya menjadi persyaratan pertama dan utama

yang harus dilaksanakan oleh pihak yang akan memanfaatkan varietas lokal tersebut. Jika

perjanjian adat tidak dilaksanakan maka permohonan perizinan tersebut akan ditolak.

Page 11: PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL DALAM KETERKAITANNYA DENGAN TEORI KEADILAN

11

Walaupun syarat-syarat lainnya telah terpenuhi. Menurut penulis, perjanjian adat menjadi

utama berdasarkan pertimbangan bagaimana masyarakat asli menciptakan dengan intelektual

adat istiadat serta mempertahankannya hingga saat ini. Tidak hanya sebatas itu saja, terdapat

beberapa varietas lokal yang sejak dulu hingga saat ini dipergunakan hanya sebatas pada

kalangan raja atau bangsawan saja. Contohnya saja pada salah satu varietas padi di Tana

Toraja, terdapat beberapa jenis varietas padi dan salah satunya yaitu varietas yang hanya

dikhususkan untuk dikonsumsi oleh raja. Varietas tersebut tentunya, saat ingin dimanfaatkan

oleh pihak lain, tidak dapat diizinkan mengingat derajat yang akan mengkonsumsi melanggar

aturan adat. Pemerintah harusnya hanya menjadi fasilitator dalam hal pemanfaatan tersebut.

Tidak mengambil alih secara keseluruhan, namun menjembataninya agar tetap berada dalam

koridor yang semestinya.