pemanfaatan media massa sebagai ... -...
TRANSCRIPT
1
PEMANFAATAN MEDIA MASSA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI
POLITIK DALAM PEMILIHAN CALON LEGISLATIF DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA TANJUNGPINANG
2014
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
MARSITAH
NIM : 100565201305
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2015
1
PEMANFAATAN MEDIA MASSA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI
POLITIK DALAM PEMILIHAN CALON LEGISLATIF DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA TANJUNGPINANG
2014
MARSITAH
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
Penyalahgunaan peran komunikasi politik dan komunikasi massa dapat
terlihat praktiknya dalam kampanye pemilihan umum khususnya di indonesia.
Dalam komunikasi politik dan komunikasi massa tentu terdapat efek yang
ditimbulkan masing-masing teori tersebut. Khususnya dalam pemilihan umum,
dimana suatu kegiatan politik yaitu kampanye yang didalamnya terdapat
komunikasi politik menimbulkan efek pada saat masyarakat sebagai orang yang
menerima pesan politik melalui kampanye, pesan politik ini dapat melalui media
massa juga seperti televisi, media sosial, radio dan media massa lainnya. Dengan
adanya pesan politik itu, masyarakat pun dapat menjatuhkan pilihan publiknya
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah mengetahui bagaimana peran
media massa dalam memperkenalkan dan menyebarluaskan calon anggota
legislatif kepada masyarakat. Mengetahui pemanfaatan media massa sebagai
sarana komunikasi politik dalam pemilihan calon legislatif dewan perwakilan
rakyat daerah (DPRD) Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif
kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa media massa
sudah mampu membantu memperkenalkan dan menyebarluaskan calon anggota
legislatif kepada masyarakat. Kemudian pemanfatan media massa sebagai sarana
komunikasi politik pada pemilihan legislatif di Kota Tanjungpinang tahun 2014
sudah baik. Di Kota Tanjungpinang selama berbulan-bulan sebelum pemilu
dilakukan banyak Koran yang menyediakan berita tentang pemilu. Pembentukan
opini publik di masyarakat yang dilakukan oleh media merupakan salah satu efek
yang ditimbulkan ketika media massa melakukan sebuah pemberitaan dan
konstruksi sosial.
Kata Kunci : Pemanfaatan media massa, Komunikasi politik
2
THE UTILIZATION OF MASS MEDIA AS A MEANS OF POLITICAL
COMMUNICATION IN THE ELECTION OF A CANDIDATE LEGISLATIVE
COUNCIL CAPITAL CITY TANJUNGPINANG 2014
MARSITAH
Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH
Abuse role of political communication and mass communication can be
seen practically in the election campaign, especially in Indonesia. In political
communication and mass communication are the effects of each of these theories.
Especially in the general election, in which a political activity that is a campaign
in which there are political communication effect upon society as a person who
received a political message through the campaign, the political message can be
through mass media such as television, social media, radio and other mass media.
With the political message that the community was able to drop the public option.
The purpose of this study is basically knowing how the media's role in
introducing and disseminating legislative candidates to the public. Examine the
use of the mass media as a means of political communication in the selection of
candidates legislature (DPRD) Tanjungpinang 2014. The data analysis technique
used in this research is descriptive qualitative data analysis techniques.
Based on the results of the study it can be concluded that the mass media has
been able to help introduce and disseminate legislative candidates to the public.
Then the utilization of the mass media as a means of political communication on
the legislative elections in Tanjungpinang 2014 has been good. In Tanjungpinang
for months before the election made many newspaper that provides news about
the election. The formation of public opinion in the community is done by the
media is one of the effects when the media do a news and social construction.
Keywords: Utilization of mass media, political communication
3
PEMANFAATAN MEDIA MASSA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI
POLITIK DALAM PEMILIHAN CALON LEGISLATIF DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA TANJUNGPINANG
2014
A. Latar Belakang
Dikebanyakan negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang
sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum diselenggarakan
dalam suasana keterbukaan dan kebebasan berpendapat, berserikat, dianggap
mencerminkan dengan akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. Pemilihan
Umum adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk
mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. (Budiarjo: 2008: 461)
Pemilihan umum merupakan salah satu hak asasi warga negara yang
sangat prinsipil, karena dalam pelaksanaan hak asasi adalah suatu keharusan
pemerintah untuk melaksanakan pemilu sesuai asas bahwa rakyatlah berdaulat
maka semua itu dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Dan
merupakan suatu syarat mutlak bagi negara demokrasi untuk melaksanakan
kedaulatan rakyat. Kenyataannya, hanya pemerintahan representatiflah yang
dianggap memiliki legitimasi dari rakyat untuk memimpin dan mengatur
pemerintahan (menjadi pengelola kekuasaan).
Menjelang pemilihan umum adalah masa saatnya kampanye dimana setiap
partai politik atau calon melakukan pendekatan pada massa untuk menarik
dukungan. Kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana
dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang
dilakuan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Perlu diperhatikan
bahwa pesan kampanye harus terbuka untuk didiskusikan dan dikritisi.
4
Keadilan pemilu, menurut Electoral Integrity Group, yang dideklarasikan
dengan judul Towards an International Statement of Principles of Electoral
Justice 15 September 2011, terdiri atas 11 prinsip. Rangkaian penyelenggaraan
pemilu akan dapat dikategorikan berdasarkan keadilan jika integritasnya tinggi,
melibatkan banyak warga, berdasarkan hukum berkepastian tinggi, imparsial dan
adil, profesional dan independen, transparan, tepat waktu sesuai dengan rencana,
tanpa kekerasan atau bebas dari ancaman dan kekerasan, teratur, dan peserta
pemilu menerima wajar kalah atau menang. Tiga Indikator pemilu berintegritas.
Pertama, pemilu berdasarkan prinsip demokrasi dengan hak pilih yang berlaku
umum dan kesetaraan politik seperti digambarkan dalam Deklarasi Umum HAM
dan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik. Kedua, persiapan
dan pelaksanaannya profesional, imparsial, dan transparan. Ketiga, kepatutan dan
praktik etika menuntun seluruh siklus pemilu. (http://www.rumahpemilu.org/).
Hal ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya
mengandung kebaikan untuk publik bahkan sebagian kampanye ditujukan
sepenuhnya untuk kepentingan dan kesejahtraan umum. Oleh karena itu isi pesan
tidak boleh menyesatkan, maka disini tidak perlu ada pemaksaan dalam
mempengaruhi apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan
kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan, sikap, dan prilaku.
Dalam momentum demokrasi peran media massa sangat penting,
berfungsi menjaga keseimbangan sebuah entitas negara dan masyarakat.
Kebebasan pers termasuk media massa merupakan keunggulan dalam rezim
demokrasi. Sehingga menjadi pilar penting dalam tegaknya berdemokrasi. Media
5
massa memiliki fungsi kontrol. Karena melalui transformasi informasi, media
massa mampu mengerem laju kebijakan peremintah yang tidak memihak kepada
kepentingan rakyat.
Kekinian dan relevansi politik adalah kekinian dan relevansi media. Kuasa
semakin ditentukan oleh corak penguasaan terhadap media. Tingginya pengaruh
media massa dalam menggiring opini publik mengakibatkan ideologi politik
bukan lagi menjadi kekuatan yang dapat menarik para pemilih terutama ketika
pemilik media sebagai praktisi politik maka penggiringan opini melalui media
massa menjadi kekuatan baru. Media massa menjadi alat sebagai ajang pencitraan
publik, meruntuhkan popularitas lawan politik, dan alat untuk menyerang balik
kepada serangan-serangan politis (Tjumano, 2013).
Komunikasi politik adalah proses komunikasi untuk menyampaikan
aspirasi yang bersifat politik, yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan media. Jika pada kegiatan komunikasi biasa,
pesan yang disampaikan bisa bersifat pribadi atau informasi umum, maka
komunikasi politik berisi pesan yang berunsur politik.
Secara luas, media lebih cenderung menguatkan tujuan-tujuan yang ada
dalam pemungutan suara daripada merubahnya. Seperti telah disinggung diawal
bahwa peran utama media dalam suatu Pemilihan Umum ialah menfokuskan
perhatian masyarakat pada kampanye yang sedang berlangsung serta berbagai
informasi seputar kandidat dan isu politik lainnya. Walaupun mungkin tidak
memberi dampak langsung untuk merubah perolehan jumlah suara, namun media
tetap mampu mempengaruhi banyaknya suara yang terjaring dalam suatu pemilu.
6
Satu fenomena yang menonjol dalam Pemilu 2014 adalah semakin
kuatnya peranan media massa. Misalnya terlibat dalam proses mengkonstruksi
citra para kandidat. Baik perseorangan Seperti calon legisatif, calon presiden dan
calon wakil presiden) maupun organisasi partai politik. Pemanfaatan media untuk
mendongkrak popularitas sebenarnya telah mulai marak dan bebas. Dimulai sejak
Pemilu 1999 dan semakin menguat di Pemilu 2004 hingga saat ini.
Seiring dengan peningkatan teknologi, media massa menjadi sarana dalam
memberikan informasi, serta melaksanakan komunikasi dan dialog. Secara tidak
langsung, dengan makna keberadaan media itu sendiri, media telah menjadi
sarana dalam upaya perluasan ide-ide, gagasan-gagasan dan pemikiran terhadap
kenyataan sosial (Dedy Jamaludi Malik, 2001: 23). Maka, media semakin marak
digunakan sebagai penggiring opini masyarakat menuju pencitraan yang
diinginkan.
Dalam masa kampanye Pemilu, media dalam hal ini media massa maupun
elektronik sangat potensial dalam hal memepengaruhi publik untuk menggalang
dukungan seperti contohnya Menjelang pesta politik 2014 terlihat ada gejala
revolusi media, khususnya televisi dan Koran atau media cetak. Kedua media ini
muncul sebagai kekuatan baru yang mampu menggiring opini publik dengan
tayangan dan iklan-iklan yang disajikan, terutama bagi masyarakat awam.
Kampanye politik melalui media dinilai sangat efektif dan praktis karena
jangkauannya yang luas dan bisa menembus ruang internal golongan manapun.
Tingkat kepopuleran seorang tokoh politik juga sangat dipengaruhi oleh
akses yang dimiliki kepada media. Makin besar akses yang dimiliki kepada suatu
7
media, kesempatan untuk mempengaruhi opini publik juga semakin besar dan
kesempatan memperoleh simpati dan dukungan masyarakat juga semakin
meningkat. Dalam hal kampanye, media massa baik cetak maupun elektronik
merupakan sebuah salauran kampanye terhadap konstituen. Apalagi dengan arus
teknologi ini, rasanya media elektronik menjadi salauran utama bagi jalan untuk
mempengaruhi pandangan masyarakat khususnya dalam masa kampanye Pemilu.
Surat kabar atau media cetak memiliki andil dalam pembentukan persepsi
masyarakat. Persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi yang ditangkap secara
keseluruhan. Begitu juga dengan pencitraan pada dasarnya juga dipengaruhi oleh
informasi yang diterima dan dipersepsi. Informasi atau berita dalam media massa
merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh gatekeeper yang dijabat oleh
pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana surat kabar. Berita merupakan salah
satu informasi yang diberikan oleh surat kabar. Dalam hal penyajian berita harus
melalui seleksi.Karena isi berita sangat berpengaruh pada minat masyarakat untuk
membaca.
Oleh karena adanya seleksi dalam pemuatan berita, maka tidak semua
berita atau informasi yang ada dapat di beritakan secara terbuka. Berita yang
dimuat biasanya hanya berita yang memiliki nilai jual. Ternyata media massa baik
surat kabar maupun televisi berpengaruh sangat besar bagi pemenangan dalam
Pemilu. Komunikasi politik lebih efektif melalui sarana tidak langsung atau
menggunakan media tersebut. Karena pesan yang disampaikan akan serentak
diketahui oleh orang banyak di segala penjuru dan juga dapat diulang-ulang
penayangannya. Persepsi, interpretasi, maupun opini publik mudah dipengaruhi
8
lewat iklan maupun berita dalam media. Maka untuk menghindari terjadinya
disfungsi media, media harus bisa menjadi penengah atau perantara antara
pemerintah, elit partai, dan masyarakat. (http://politik.kompasiana.com)
Ketika surat kabar/koran berada dalam konteks sosial dan dikonsumsi oleh
khalayak. Maka pada saat itu media massa berhadapan dengan masalah etika.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media massa pada dasarnya tidak bebas
nilai. Ujian terberat bagi media massa yakni menyeimbangkan kebebasan pers
dalam memberikan informasi/pemberitaan dengan porsi tanggung jawab yang
diembanya. Media khususnya surat kabar harus memposisikan netral. Definisi
etika ini juga berlaku untuk kelompok media sebagai subjek etis yang ada. Setiap
arahan dan aturan moral mempunyai nilai dan level kontekstualisasi. Bisa pada
tingkat individu, kelompok, komunitas atau sistem sosial yang ada. Dapat
dikatakan bahwa etika pada level tertentu sangat ditentukan oleh arahan sistem
sosial yang disepakati.
Modal sosial memfasilitasi demokrasi yang adil dan stabil. pengaruh
komponen struktural modal sosial terhadap keterlibatan politik menurun ketika
cara partisipasi politik yang kurang konvensional dipertimbangkan. Aspek
kultural modal social khususnya kepercayaan diduga berhubungan positif dengan
partisipasi tetapi bukti empiris berarti dua (ambiguous) pada poin ini. Pembuktian
yang kuat (atau penolakan) terhadap interpretasi ini memberikan informasi
penting untuk evaluasi persoalan dan prospek perbaikan keterlibatan demokrasi
dengan memfokuskan pada ketersediaan dan pembangunan modal sosial. (Jan W.
van Deth : 2001)
9
Menurut Undang-Undang Pers, idealisme jurnalisme dan media adalah
menyajikan informasi yang mencerdaskan dan memberdayakan publik agar
mereka bisa mengatur diri sendiri. Kepentingan publik adalah alasan utama
eksistensi jurnalisme. Maka, independensi dan netralitas menjadi elemen penting
dalam menjalankan profesi ini. Independensi media massa membawa gagasan
bahwa wartawan harus bebas dari segala macam bentuk campur tangan apapun
dalam menjalankan tugasnya.
Media yang bebas (independen) memiliki peranan yang penting seperti hal
nya lembaga hukum yang independen (tidak memihak), dimana mereka
menjalankan tugasnya dengan professional, tidak bertanggung jawab pada
kelompok tertentu, dalam hal ini politisi atau partai politik tertentu. Karena saat
ini pemilik modal dari media kebanyakan di Indonesia adalah seorang pengusaha
yang juga politisi. Setiap harinya kita melihat persaingan pemberitaan persaingan
antar calon yang juga persaingan medianya. Karena kebetulan yang sedang
bersaing juga masing-masing memiiki perusahaan media massa. Maka hal ini
akan sangat terlihat ketidak netralan sebuah pemberitaan yang ditayangkan karena
pemberitaan dianggap berat sebelah atau lebih kepada calon yang didukung oleh
pemilik media yang berpengaruh kepada hasil berita media itu juga.
Media yang bebas dapat menjadi pengontrol kebijakan pemerintah dan
partai-partai politik, memberikan berita-berita politik yang berimbang, dan
menjadi pedoman masyarakat dalam mendapatkan informasi secara jujur dan apa
adanya mengenai para politisi yang mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.
10
Media biasa mengambil posisi segaris dengan pandangan pihak tertentu,
atau posisi mendukung sikap pro atau kontra dalam menghadapi isu publik yang
kontroversial atau diperdebatkan (disputed). Media jurnalisme tidak boleh
bersifat partisan secara organis pada pihak/kelompok, sebab partisanship-nya
adalah pada gagasan moral yang dijadikan dasar dalam menghadapi fakta. Karena
itu, di atas episteme jurnalisme, masih ada tujuan jurnalisme yang lain, yaitu nilai
kebajikan umum yang harus dijaga dan diwujudkan. Media jurnalisme pada
dasarnya tidak berkepentingan dengan siapa pemenang di antara kandidat sebab
sebagai tujuan tetap dan akhir (ultimate) dalam jurnalisme adalah publik, bukan
penguasa. Informasi diperlakukan sebagai wacana yang kebenarannya bersifat
terbuka. Dengan begitu, media dapat mengangkat gagasan moral/kebajikan umum
dari setiap kandidat. Media jurnalisme dapat mengambil peran dalam
menumbuhkan rasionalitas masyarakat politik di ruang publik dalam menghadapi
wacana politik (Ashadi Siregar, http://www.rumahpemilu.org, 2014)
Di Kota Tanjungpinang menjelang Pemilu banyak calon legislatif yang
memanfaatkan media khususnya media cetak untuk memperkenalkan dirinya agar
masyarakat dapat mengenali calonnya dengan baik. Media menjadi komunikasi
pilihan untuk para caleg, setiap kegiatan diliput oleh Media untuk memberikan
gambaran kepada masyarakat tentang sosok caleg tersebut.
Para kandidat di Kota Tanjungpinang lebih sering menggunakan media
cetak. Alasan yang digunakan para kandidat adalah media cetak sangat mudah di
temui oleh masyarakat dan lebih murah. Tidak hanya itu media cetak dapat
menyentuh berbagai kalangan. Media cetak merupakan pilihan bagi para calon
11
legislatif untuk berkampanye memperkenalkan dirinya. Hal ini karena media
cetak sangat mudah masuk ke berbagai golongan masyarakat, mudah di temui,
dan banyak beredar setiap harinya. (http://kepri.antaranews.com/).
Selama kampanye Caleg banyak menggunakan media, seperti Koran-
koran ternama di Kota Tanjungpinang. Masyarakat melalui media mendapat
informasi utuh mengenai bakal calon legislatif. Informasi dan publikasi media
dalam memberitakan kualitas dan rekam jejak calon menjadi salah satu faktor
penentu yang dapat merobah dan membentuk opini serta menjadi masukan bagi
pemilih dalam menentukan pilihannya.
Penyalahgunaan peran komunikasi politik dan komunikasi massa dapat
terlihat praktiknya dalam kampanye pemilihan umum khususnya di indonesia.
Dalam komunikasi politik dan komunikasi massa tentu terdapat efek yang
ditimbulkan masing-masing teori tersebut. Khususnya dalam pemilihan umum,
dimana suatu kegiatan politik yaitu kampanye yang didalamnya terdapat
komunikasi politik menimbulkan efek pada saat masyarakat sebagai orang yang
menerima pesan politik melalui kampanye, pesan politik ini dapat melalui media
massa juga seperti televisi, media sosial, radio dan media massa lainnya. Dengan
adanya pesan politik itu, masyarakat pun dapat menjatuhkan pilihan publiknya.
Dalam kampanye pemilu, media massa dipandang sebagai satu alat
kampanye yang sangat ampuh digunakan untuk mempublikasikan kelebihan bakal
calon atau partai politik tertentu karena media massa merupakan sarana
penyampaian pesan secara langsung kepada masyarakat luas. Menurut Soehadi,
media massa adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam
12
hubungannya satu sama lain. keefektifan media massa dalam menyampaikan
pesan politik telah menjadikannya sebagai ajang pertempuran politik. Sekarang ini
adalah abad atau masa informasi yang membuat siapapun yang memiliki akses
kepada media massa memiliki kemampuan untuk membuat opini publik sesuai
dengan apa yang diinginkannya.(Sumber : Dewintasari:2014)
Dari latar belakang yang dipaparkan tersebut, maka penelitian ini
mengambil judul penelitian yaitu : Pemanfaatan Media Massa Sebagai Sarana
Komunikasi Politik Dalam Pemilihan Calon Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kota Tanjungpinang 2014.
B. Landasan Teoritis
1. Komunikasi Politik
Fungsi komunikasi politik itu terutama dijalankan oleh media massa, baik
itu media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian media massa itu
memiliki peranan yang strategis dalam sistem politik. Berarti frekuensi dan
intensitas yang lebih besar. Di samping perasaan “sadar informasi” hal itu juga
didukung oleh tersedianya fasilitas yang memadai. Kelancaran komunikasi
politik akan sangat berpengaruh pada kemantapan kehidupan politik.
Terlambatnya saluran komunikasi politik dapat mengakibatkan munculnya
kecurigaan antara satu kelompok lain, antara satu pihak dengan pihak lain. Atas
dasar itu, keterbukaan politik ada batasnya, diperlukan dalam pembinaan sistem
politik. Maka dari itulah munsul fungsi komunikasi bagi komunikasi politik
untuk mempermudah jalannya sistem politik yang ada. Berbeda dengan
pengertian komunikasi politik yang dikemukakan oleh Mirriam Budiardjo.
13
Beliau mengemukakan pengertian komunikasi politik dengan lebih terperinci
lagi.
“Komunikasi politik ialah proses penyaluran aneka ragam pendapat dan
aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga
kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang” (Budiardjo, 2000:
163).
Jadi, dilihat dari sistem dan pengertian komunikasi politik di atas
komunikasi politik merupakan suatu proses penyampaian informasi atau pesan
yang dilakukan oleh pimpinan partai politik terhadap anggota partai politik
dengan saluran / media berupa lisan maupun tulisan dan diharapkan anggota partai
politik tersebut mengerti dan menyetujui dari apa yang telah disampaikan.
Secara umum media massa memiliki berbagai fungsi bagi khalayaknya
yaitu pertama, sebagai pemberi informasi; kedua, pemberian komentaratau
interpretasi yang membantu pemahaman maknainformasi; ketiga, pembentukan
kesepakatan; keempat, korelasi bagian-bagian masyarakat dalam pemberian
respon terhadap lingkungan; kelima, transmisi warisan budaya; dan keenam,
ekspresi nilai-nilai dan simbol budaya yang diperlukan untuk melestarikan
identitas dan kesinambungan masyarakat (dalam Yuniati, 2002: 85).
Oleh karena itu media massa seharusnya menjadi sarana pencerahan dan
transformasi nilai-nilai kebenaran agar masyarakat dapat melihat secara apa
adanya. Media sebaiknya tidak memunculkan kesan menilai atau keberpihakan
khususnya dalam masa kampanye Pemilu. Biarlah masyarakat sendiri yang akan
menilai. Yang diperlukan media hanyalah menyampaikan informasi yang
14
sebenarnya, jelas hitam putihnya. Sehingga masyarakat tidak terjebak pada pilihan
mereka, karena persoalan Pemilu adalah persoalan masa depan bangsa. Media
harus mampu bersikap objektif dalam penayangan berita.
2. Media Masa
Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam
usaha mempengaruhi khlayaknya. Keberadaan media massa mempunyai
peranan penting dalam usaha memberikan informasi penting bagi masyarakat,
pengetahuan yang dapat memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas
ketegangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan media sebagai
kontrol sosial untuk memberikan kritik maupun mendukung kebijakan
pemerintah agara memotivasi masyarakat.
Menurut Albarran (1996:47) Media massa adalah sebuah kekuatan dalam
mengemas dan mempromosikan sebuah peristiwa yang diangkatnya. Dalam suatu
institusi, media tidak hanya mempunyai kekuatan ekonomi saja, akan tetapi
kekuatan politik juga ikut berperan didalamnya melalui kontrol dan penyebaran
informasi. Pada hakekatnya pekerjaan media adalah mengkontruksi realitas
(Sobur. 2002 : 88). Isi media merupakan hasil para pekerja media dalam
mengkontruksikan berbagai realitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebuah berita,
diantaranya realitas politik dan human interest. Disebabkan sifat dan faktanya
bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka
dapat di katakana bahwa seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksi
(construct reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya tidak lebih dari
penyusunan realitas-realitas, sehingga membentuk ssebuah “ cerita “. Berita
15
adalah realitas yang dikonstruksikan (Tuchman dalam Sobur, 2002 : 88).
Menurut Eriyanto (2002 : 31) Media massa mempunyai peranan sebagai
agen sosialisasi pesan tentang norma dan nilai. Majalah merupakan salah satu
bentuk media massa yang memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan kepada
masyarakat umum. Sebagai seorang agen wartawan telah menjalin transaksi dan
hubungan dengan objek yang diliputinya, sehingga berita merupakan produk dari
transaksi antara wartawan dengan fakta yang akan diliput.
Media cetak merupakan salah satu arena sosial, tempat berbagai kelompok
sosial masing-masing dengan politik bahasa yang mereka kembangkan sendiri,
berusaha menampilakan definisi situasi atau realitas berdasarkan versi mereka
yang dianggap sahih. (Hidayat dalam Siahaan, 2001 : 88). Berita untuk media
massa (majalah) harus berfungsi mengarahkan, menumbuhkan atau
membangkitkan semangat dan memberikan penerangan. Artinya, berita yang
dibuat harus mampu mengarahkan perhatian pembaca, sehingga mengikuti alur
pemikiran yang tertulis dalam berita tersebut. Sebab berita yang tersaji setiap
harinya adalah produk dari pembentukan realitas oleh media. Media adalah agen
yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak. (Djuroto,
2002 : 49).
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang
lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi
massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga
16
dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri (Ardianto, 2004:4).
C. Hasil Penelitian
1. Peran Media massa dalam memperkenalkan dan menyebarluaskan
calon anggota Legislatif kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pada saat Pileg 2014 di Kota
Tanjungpinang, media berperan sangat besar, dalam masa kampanye banyak caleg
yang memanfaatkan media, seperti sosialisasi yang diliput media, kemudian
wawancara, dan kegiatan yang dilakukannya semua diliput oleh media. Dalam
dimensi ini dapat dianalisa bahwa media cetak merupakan media yang cukup
efektif untuk menyampaikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pemilu. Di
Kota Tanjungpinang selama berbulan-bulan sebelum pemilu dilakukan banyak
Koran yang menyediakan berita tentang pemilu. Pihak media mendapat
keuntungan karena iklan halaman depan penuh oleh caleg, caleg harus membayar
mahal hal tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan maka dapat dianalisa
bahwa saat kampanye berlangsung di Kota Tanjungpinang media massa
khususnya yang ada di Kota Tanjungpinang sudah menjalankan perannya dengan
baik, mereka ikut membantu memberikan informasi mengenai caleg yang akan
maju untuk duduk menjadi wakil rakyat.
2. Pemanfaatan media massa sebagai sarana komunikasi politik
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan secara langsung
maka dapat diambil kesimpulan bahwa di Kota Tanjungpinang khsusnya media
massa belum dapat menggiring masyarakat untuk memilih salah satu caleg.
17
Tujuan media massa sendiri dijadikan sebagai sarana komunikasi politik yaitu
untuk menciptakan citra politik, pendapat umum dan partisipasi politik.
Pembentukan citra politik oleh media massa terbentuk melalui proses
pembelajaran politik, atau sosialisasi yang terus-menerus, melalui komunikasi
politik, baik yang berlangsung secara antarperson, maupun yang berlangsung
melalui media massa. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara maka dapat
diketahui bahwa selama ini media berperan aktif dalam menggiring opini publik
semua yang ditampilkan adalah kelebihan masing-masing caleg bukan
menjatuhkan. Kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor dimana media massa
dijadikan alat sebagai komunikasi politik untuk menciptakan citra politik,
pendapat umum, dan juga partisipasi politik
D. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa media massa
sudah mampu membantu memperkenalkan dan menyebarluaskan calon anggota
legislatif kepada masyarakat. Kemudian pemanfatan media massa sebagai sarana
komunikasi politik pada pemilihan legislatif di Kota Tanjungpinang tahun 2014
sudah baik. Di Kota Tanjungpinang selama berbulan-bulan sebelum pemilu
dilakukan banyak Koran yang menyediakan berita tentang pemilu. Pembentukan
opini publik di masyarakat yang dilakukan oleh media merupakan salah satu efek
yang ditimbulkan ketika media massa melakukan sebuah pemberitaan dan
konstruksi sosial. Melalui opini publik yang sudah terbentuk itulah beberapa
18
pihak yang memiliki kepentingan politik menggunakannya untuk mendapat
dukungan, dengan tujuan meraup suara sebanyak-banyaknya di pemilu.
Di Kota Tanjungpinang khususnya media massa sudah dapat menggiring
masyarakat untuk memilih salah satu caleg. Tujuan media massa sendiri dijadikan
sebagai sarana komunikasi politik yaitu untuk menciptakan citra politik, pendapat
umum dan partisipasi politik Citra politik seseorang akan membantu dalam
pemahaman, penilaian, dan pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan
pemimpin politik. Pendapat umum akan terbentuk dengan sendirinya dari proses
pencitraan politik di media massa.
Media bukan satu-satunya faktor yang mendorong masyarakat untuk
memilih, namun media juga berperan terhadap keputusan masyarakat untuk
memilih salah satu caleg. Karena menurut para informan mereka dapat mengenali
calegnya lewat media. Masyarakat akan langsung percaya dengan banyaknya
pemberitaan tentang salah satu caleg tersebut. Harusnya masyarakat lebih
mengkroscek kebenaran dari setiap pemberitaan yang dipaparkan oleh media
2. Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seharusnya media tetap memberitakan secara netral sehingga tidak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan pemilu khususnya dalam masa
kampanye.
2. Seharusnya media tidak berbuat suatu hal yang diluar kode etik
jurnalistiknya
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Abu Nashr Muhammad Al-Iman. 2004. Membongkar Dosa-dosa Pemilu, Prisma
Media, Jakarta.
Albarran. 1996. Media Economics: Understanding Markets, Industries and
Concepts, Iowa State University Press/Ames
Antar, Venus. 2004. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengekfektifkan kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama
Media.
Ardial. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta : PT.Indeks
Ardianto, E.L. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa.
Budioarjo, Miriam. 2000. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Yayasan Obor
Indonoesia
Budiardjo, Mirriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.
Brian McNair, 2003, An Introduction to Political Communication, ed. 3rd,
London: Routledge
Cholisin dkk. 2007.Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Universitas Terbuka
Dedy Jamaluddin Malik dan Dedy Mulyana. 2001. Etika Komunikasi, Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Dewintasari. 2014. Penyalahgunaan Peran Komunikasi Politik Dan Komunikasi
Massa Dalam Kampanye Pemilihan Umum Di Indonesia
Jatinangor:Universitas Padjadjaran.
Djuroto, totok. 2002. Manajemen Penerbitan Pers, PT Remaja Rosdakarya1
Bandung.
Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. PT Remaja
Rosda Karya, Bandung.
Eriyanto, 2002. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
Yogyakarta : LKIS.
20
Firmanzah.2007.Marketing Politik. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
Hafid Cangara. 2009. Komunikasi politik (Konsep, teori dan strategi). Jakarta : Pt
Rajawali
Jalaludin Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi, edisi revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Jan W. Van Deth dan Gugliemo Wolleb. 2001. The Hand Book of Social Capital.
New York, Oxford University Press.
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosda Karya
Nimmo, Dan. 2001. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
_________. 2004. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Rivers, William L. 2004. Media Massa dan Masyarakat Modern.Kencana:
Jakarta
Setiyono. 2008. Jurnalisme Sastrawi. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Siahaan, Hotman M. dkk. 2001. Pers yang Gamang: Studi Pemberitaan Jajak
Pendapat Timor Timur. Surabaya: Lembaga Studi Perubahan Sosial
Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis dan Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : CV. Alfabeta
21
Sumarno AP, 1993. Dimensi-dimensi Komunikasi Politik, Citraaditya Bakti,
Bandung.
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Ghalia Indonesia, Bogor
Winarni. 2003. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. UMM Press.
Perundang-undangan :
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
Internet :
http://www.rumahpemilu.org/in/read/4722/Pemilu-Berintegritas-dan-Adil-oleh-
Ramlan-Surbakti
http:/ /musfialdy. blogspot.com /2010_08_01_archive.html
Sumber lain :
Electoral Integrity Group.2011. judul Towards an International Statement of
Principles of Electoral Justice
Tjumano, Konglomerasi Media Massa, Kompas, 8 September 2013
Jurnal :
Jan W. van Deth . 2001. The Proof Of The Pudding: Social Capital, Democracy,
And Citizenship. University of Manheim Chair for Political Science and
International Comparative Social Research And Mainheim Centre for
European Social Research (MZES) 68131 Mainheim Germany
Yuniati, Yenni. 2002, “Pengaruh berita di Surat Kabar terhadap Persepsi
Mahasiswa tentang Politik”, Mediator: Jurnal Komunikasi Vol. 3 Nomor 1
Tahun 2002, Diterbitkan oleh Fikom Unisba, Bandung.