bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...

91
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dengan tegas menyebutkan bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa dalam melaksanakan tertib dunia. Tujuan bangsa ini telah disusun sedemikan rupa oleh founding father kita yang tentunya menjadi tanggungjawab bersama generasi penerus bangsa. Selanjutnya pada pasal 28C UUD 1945 menegaskan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia telah jelas memberikan mandat bagi negara untuk menjamin hak setiap warga negara untuk mengembangkan diri, untuk memenuhi kebutuhan dasar, untuk mendapatkan pendidikan, untuk hidup sejahtera, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama-sama dan terkoordinasi. Namun, penanganannya selama ini cukup parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan

Upload: trinhnga

Post on 08-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dengan tegas menyebutkan

bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah melindungi segenap

bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan

mencerdaskan kehidupan bangsa dalam melaksanakan tertib dunia.

Tujuan bangsa ini telah disusun sedemikan rupa oleh founding father kita

yang tentunya menjadi tanggungjawab bersama generasi penerus bangsa.

Selanjutnya pada pasal 28C UUD 1945 menegaskan bahwa setiap orang berhak

mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi

kesejahteraan umat manusia.

Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia telah jelas memberikan

mandat bagi negara untuk menjamin hak setiap warga negara untuk

mengembangkan diri, untuk memenuhi kebutuhan dasar, untuk mendapatkan

pendidikan, untuk hidup sejahtera, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan

lain sebagainya.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi

semua pihak secara bersama-sama dan terkoordinasi. Namun, penanganannya

selama ini cukup parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan

masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam

kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan

pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan

perubahan yang bersifat sistematis dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan

kemiskinan.

Sementara itu, sampai saat ini terjadi disparitas/kesenjangan yang cukup

mencolok antara hal yang menjadi tujuan atau harapan dan realita yang ada.

Bahwa bangsa Indonesia sampai saat ini masih terbelenggu dengan banyak

problem sosial yang tak kunjung sirna.

Kemiskinan, pengangguran, ketidakberdayaan, konflik antar masyarakat

dan berbagai macam problem lain termasuk akibat dari bencana/musibah yang

silih berganti. Kemiskinan merupakan permasalahan utama pembangunan, akibat

yang terjadi dari kemiskinan ini diantaranya adalah, pada bidang ekonomi

mengakibatkan produktivitas rendah, pada aspek politik dapat mengakibatkan

terjadinya instabilitas, pada aspek sosial mengakibatkan terjadinya penyakit

sosial, pada bidang budaya mengakibatkan terjadinya dekadensi moral dan pada

bidang pertahanan dan keamanan menjadi potensi terjadinya kerawanan

keamanan dan ketertiban.

Kemiskinan seolah menjadi permasalahan nasional yang sementara ini

tidak pernah terlepas dari bangsa kita, dari waktu ke waktu angka kemiskinan

tidak kunjung turun, namun malah menunjukan kenaikan begitu juga halnya

dengan kabupaten Bintan. Pada tahun 2010, dari data Badan Pusat Statistik

Kabupaten Bintan tercatat angka kemiskinan mencapai 16.600 jiwa dan angka

pengangguran terbuka mencapai hampir 9.250 orang.

Dengan berbagai masalah kemiskinan tersebut, pemerintah melalui

instansi, departemen dan lembaga telah banyak melaksanakan program-program

penanggulangan kemiskinan. Program-program penanggulangan kemiskinan

tersebut tersebar di berbagai departemen dan lembaga dengan pola dan

karakteristik masing-masing. Pada tahun 2002 tercatat terdapat 62 program

penanggulangan kemiskinan yang terdapat diberbagai departemen dan lembaga

pemerintah.

Sejalan dengan hal tersebut, dari tahun ke tahun anggaran pemerintah

yang dialokasikanuntuk program-program penanggulangan kemiskinan terus

meningkat. Tahun 2002 pemerintah mengalokasikan anggaran untuk program

penanggulangan kemiskinan sebesar 16 Triliun dan terus berkembang sampai

tahun 2010 sebesar 59 Triliun akan tetapi bahwa dari sejumlah anggaran tersebut,

alokasi untuk Program Pengembangan Kecamatan rata-rata tidak lebih dari 3%

(Laporan Tahunan PPK; 01/06/2010:3)

PNPM Mandiri Pedesaan menyediakan dana langsung dari pusat (APBN)

dan daerah (APBD) yang disalurkan ke rekening kolektif desa di Kecamatan.

Masyarakat desa dapat mempergunakan dana tersebut sebagai hibah untuk

membangun sarana/prasarana penunjang produktivitas desa, pinjaman bagi

kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti

kesehatan dan pendidikan. Setiap penyaluran dana yang turun ke masyarakat

harus sesuai dengan dokumen yang dikirim ke pusat agar memudahkan

penelusuran. Warga desa, dalam hal ini TPK atau staf Unit Pengelola Kegiatan

(TPK) di tingkat kecamatan mendapat peningkatan kapasitas dalam pembukuan,

manajemen data, pengarsipan dokumen dan pengelolaan uang/dana secara umum,

serta peningkatan kapasitas lainya terkait upaya pembangunan manusia dan

pengelolaan pembangunan wilayah pedesaan.

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan yang dibentuk berdasarkan

Undang – undang No. 21 Tahun 2001, sejalan dengan pembentukan Kecamatan

Singkep Barat, termasuk salah satu Kecamatan yang bergabung dalam PNPM

(PPK) tahun 2004. PNPM yang semulanya bernama PNPM – PPK berubah nama

menjadi PNPM Mandiri Perdesaan sejak tahun 2008.

PNPM Mandiri Pedesaan Kecamatan Gunung Kijang yang merupakan

pengelola dana program bantuan langsung masyarakat (BLM) menggulirkan dana

tersebut untuk kegiatan prasarana desa, usaha ekonomi produktif (UEP), simpan

pinjam kelompok perempuan, kegiatan pendidikan serta kegiatan kesehatan.

Kecamatan Gunung Kijang terdiri dari :

1. Kelurahan Kawal

2. Desa Malang Rapat

3. Desa Gunung Kijang

4. Desa Teluk Bakau

Pada penelitian ini, peneliti mengambil fokus pada pelaksanaan Simpan

Pinjam bagiPerempuan (SPP) di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan pada periode tahun 2013-2014.

Di bawah ini pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan pada Tahun 2013-

2014 di Kelurahan Kawal:

Kelurahan Kawal

1. Peningkatan Kapasitas Ekonomi

a. Pemberian pelatihan Sablon 1 paket, dengan alokasi dana sebesar Rp.

57.915.000,-.

b. Pemberian pelatihan menjahit 1 paket, dengan alokasi dana sebesar

Rp. 94.457.000,-

2. Kegiatan SPP,dengan alokasi dana sebesar Rp. 142.500.000,-

Kegiatan simpan pinjam bagi perempuan dengan pembentukan kelompok

usaha.Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan, adanya beberapa gejalah

yang mendukung untuk dilakukannya suatu penelitian antara lain :

1. Keberadaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) tidak lepas dari salah

satu tugas dan fungsi Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan. Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)

sebagai sarana untuk meningkatkan penghasilan bagi kaum perempuan

dalam membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jika

pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik maka Simpan Pinjam Bagi

Perempuan (SPP) tidak akan berhasil.

2. Jika dilihat saat ini dapat ditemukan bahwa Simpan Pinjam Bagi

Perempuan (SPP) ini kurang berjalan dengan baik, dikarenakan dana yang

diberikan kepada kelompok usaha tersebut tidak difungsikan sebagaimana

peruntukannya.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di lapangan, peneliti ingin

mengetahui keberhasilan maupun kegagalan dari pelaksanaan PNPM di

Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang tersebut.

Evaluasi yang merupakan salah satu rangkaian paling akhir dari program

yang telah diimplementasikan yang kemudian dilakukan penilaian terhadap

pelaksanaan dari kebijakan, melalui evaluasi terdapat tahapan identifikasi

terhadap hal-hal yang menjadi selama proses implementasi dilakukan dan setelah

itu hasil yang ada dapat dijadikan perbaikan untuk pelaksanaan PNPM selanjutnya

maka dari itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan penulisan skripsi

yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) (Studi Pada Simpan Pinjam Bagi

Perempuan (SPP) Di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Tahun 2013-

2014).”

1.2. Perumusan Masalah

Dari masalah yang muncul dalam penelitian ini dan juga disesuaikan

dengan alasan dalam memilih judul penelitian dapat disimpulkan perumusan

masalah yang akan peneliti bahas dalam penulisan ini yaitubagaimanaoutput

(hasil) Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP) diKelurahan Kawal Kecamatan

Gunung Kijang Tahun 2013-2014.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

. 1.3.1.1. Untuk mengevaluasi pelaksanaan Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP)

di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang selama periode 2013 –

2014;

1.3.1.2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang menjadi kendala bagi

Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP) di Kelurahan Kawal Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1.3.2.1. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan

pengetahuan karena akan menambah kahasana ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan kebijakan publik.

1.3.2.2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sumbangan dalam ilmu

pengetahuan umumnya dan studi bidang sosial khususnya Jurusan Ilmu

Pemerintahan.

1.3.2.3. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Pelaksanaan Simpan Pinjam

bagi Perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –

Mandiri Perdesaan dalam melaksanakan Program dimasa mendatang

dapat lebih baik.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini benar-benar menyentuh fenomena yang diteliti, maka

diberikan ruang lingkup di dalam penelitian ini diantaranya dengan memunculkan

variable penelitian. Variabel penelitian adalah objek yang berbentuk apa saja yang

ditentukan oleh peneliti untuk dicari informasinya dengan tujuan untuk ditarik

suatu kesimpulan (Sugiyono,2007;21)

Dalam penelitian ini agar tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda -

beda dari istilah-istilah yang digunakan dalam analisa, maka penulis akan

memberikan batasan-batasan tentang apa yang harus diketahui menyangkut

tentang evaluasi pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri

perdesaaan (PNPM-MP) (Study kasus pada simpan pinjam bagi perempuan (SPP)

Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Tahun 2013-2014) yang

berpedoman pada teori-teori yang digunakan dan disesuaikan dengan konsep

masalah yang diteliti.

Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu

kebijakan. Dalam hal ini evaluasi kebijakan mengenai Simpan Pinjam bagi

Perempuan (SPP) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Pedesaan di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang.

1.5. Kerangka Teoritis

Bila kebijakan dipandang sebagai suatu pola kegiatan yang

berurutan, maka evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir dalam proses

kebijakan.Hal ini tidak berarti bahwa kebijakan akan berakhir sama sekali dalam

tahap evaluasi, sebagai suatu kebijakan mungkin memerlukan perubahan-

perubahan atau perbaikan-perbaikan agar suatu kebijakan berhasil. Secara umum

evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi

atau penilaian kebijakan yang menyangkut subtansi, dari pelaksanaan kebijakan.

Selanjutnya evaluasi kebijakan (policy evalation) menurut Michel dan M.

Ramesh (Subarsono,2005:11) adalah suatu proses untukmemonitor dan menilai

hasil atau kinerja kebijakan. Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan

sebuah kebijakan harus di evaluasi.

Laster dan Stewar (Agustino, 2006:185) mengatakan evaluasi ditujukan

untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui

apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan dihasilkan dapat menghasilkan

dampak yang diinginkan.

Jadi evaluasi sangat mempengaruhi alokasi resourser bagi

pekerjaan-pekerjaan publik dan mengatur pembayaran dan manfaat yang

diberikan pada setiap kedudukan. Menurut Syukur (Sumardi, 2005:79) bahwa

terdapat 3 (tiga) unsur penting dalam proses implementasi yaitu :

1. Adanya program dan kebijaksanaan yang dilalukan;

2. Adanya target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan

diharapkan menerima manfaat dari program tersebut;

3. Adanya unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan.

Lebih lanjut, Subarsono (2005;105) untuk menilai suatu kebijakan perlu

dikembangkan beberapa indicator, karena penggunaan indikator yang tunggal

akan membahayakan, dalam arti hasil penilaian biasa dari yang sesungguhnya.

Menurut Dunn dalam Subarsono (2013;126), bahwa dalam menghasilkan

informasi mengenai kinerja kebijakan digunakan tipe kriteria yang berbeda-beda

untuk mengevaluasi hasil kebijakan. Ada beberapa kriteria evaluasi Simpan

Pinjam bagi Perempuan (SPP) dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan yang dijadikan indikator penelitian yaitu:

1. Efektifitas, berkenaan dengan apakah suatu kebijakan mencapai hasil yang

diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Indikator

yang digunakan adalah menilai apakah Simpan Pinjam bagi Perempuan

(SPP) sudah sejalan dengan visi dan misi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan.

2. Kecakupan (adequacy), berkenaan dengan seberapa jauh tingkat efektifitas

memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya

masalah. Indikator yang digunakan adalah menilai apakah dalam Simpan

Pinjam bagi Perempuan (SPP) sudah memiliki kredibilitas dan pola kerja

yang baik bagi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Pedesaan.

3. Kesamaan atau Pemerataan (equity), berhubungan erat dengan rasional

legal dan social dan merujuk pada distribusi akibat dan usaha antar

kelompok-kelompok yang berada dalam masyarakat. Indikator yang

digunakan adalah menilai apakah akses Simpan Pinjam bagi Perempuan

(SPP) yang tersedia sudah dimanfaatkan bagi kelompok-kelompok yang

diberikan dana.

4. Responsivitas, berkenaan dengan seberapa jauh kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok

masyarakat tertentu. Indikator yang digunakan adalah menilai apakah

dengan adanya Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP) sudah merasa aman

dalam menambah penghasilan bagi kelompok-kelompok yang

memanfaatkan dana tersebut.

5. Ketepatan (appropriateness), berhubungan dengan rasionalitas subtantif,

Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan kebijakan dan kepada

kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Indikator yang

digunakan adalah menilai apakah kebijakan Simpan Pinjam bagi

Perempuan (SPP) sudah sesuai dengan kondisi objektif yang ada di

Kelurahan Kawal.

Oleh karena itu strategi merupakan satu kesatuan yang komprehensif dan

terpadu untuk mencapai tujuan melalui berbagai cara atau alternative strategi yang

dipertimbangkan dan dipilih, diimplementasikan dan dievaluasi agar dapat lebih

efektif dan efisien sesuai dengan tujuan.

Berkaitan dengan tujuan dari pelaksanaan evaluasi kebijakan, menurut

Subarsono (2013:120) yang mengemukakan sedikitnya ada 6 (enam) rincian

tujuan dari evaluasi kebijakan yaitu:

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan;

2. Mengukur tingkat efisien suatu kebijakan;

3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan;

4. Mengukur dampak suatu kebijakan;

5. Untuk mengetahui apabila adanya penyimpangan;

6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.

Selain tujuan dilakukannya evaluasi kebijakan, perlu sebuah kebijakan

publicdievaluasi ada beberapa argumen mengenai perlunya evaluasi antara lain:

1. Untuk mengetahui tingkat efektifitas suatu kebijakan;

2. Mengetahui apakah suatu kebijakan itu berhasil atau gagal;

3. Memenuhi aspek akuntabilitas public;

4. Menunjukan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Subasono (2013:123)

1.6. Konsep Operasional

Untuk mencapai realitas dalam hasil penelitian secara empiris,

maka sejumlah konsep yang masih abstrak perlu dioperasionalkan agar benar-

benar menyentuh fenomena yang akan diteliti. Konsep-konsep yang

dioperasionalkan tersebut perlu dilakukanpengukuran guna mempermudah dalam

proses pemberian nilai/skor atas konsep-konsep dari masing-masing indikator

Untuk mengukur Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) di

Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang penulis menguraikan beberapa

indikator yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1.6.1. Efektifitas

Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi

kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak

adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya (Kurniawan, 2005:109).

Suatu organisasi secara keseluruhannya dalam kaitannya dengan efektivitas

adalah mencapai tujuan organisasi. Jika tiap-tiap individu berperilaku atau bekerja

efektif dalam mencapai tujuannya, maka kelompok dimana ia menjadi anggota

juga efektif dalam mencapai tujuan, organisasi itu juga efektif mencapai tujuan.

Efektivitas berbeda dengan efesiensi. Efesiensi adalah pengorbanan untuk

mencapai tujuan. Efektivitas dengan penilaian pencapaian visi dan misisebagai

berikut :

1. Pemahaman Program

2. Tepat Sasaran

3. Tepat waktu

4. Tercapainya tujuan

5. Perubahan nyata

1.6.2. Kecukupan

Kecukupan dalam kebijakan publik dapat dikatakan tujuan yang telah

dicapai sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai hal. Dunn mengemukakan

bahwa kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat

efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan

adanya masalah.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecukupan masih

berhubungan denganefektivitas dengan menilai kemampuan Unit Pengelolah

Kegiatan (UPK), keberhasilan Simpan Pinjam bagi Perempuan dapat menciptakan

kemandirian, dan nilai kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.

Kecukupan dengan penilaian sebagai berikut :

1. Kemampuan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) mengatualkan program Kerja.

2. Anggota /kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) dapat memenuhi

kebutuhan ekonomi.

3. Keberhasilan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) dapat menciptakan

kemandirian

1.6.3. Pemerataan

Perataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai arti dengan

keadilan yang diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik. Dunn

menyatakan bahwa kriteria kesamaan (equity) erat berhubungan dengan

rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara

kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang

berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil

didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapatefektif, efisien, dan

mencukupi apabila biaya dan manfaat merata.

Jadi indikator Pemerataan dalam evaluasi terhadap Pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (PNPM-MP) dengan studi

kegiatan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Kelurahan Kawal dimana dalam

hal ini Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) di Kelurahan Kawal.

dengan Indikator penilaian sebagai berikut :

1. Alokasi dana dan kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP).

2. Akses persyaratan dan ketentuan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)

1.6.4. Responsivitas

Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai respon dari

suatu aktivitas. Yang berarti tanggapan sasaran kebijakan publik atas penerapan

suatu kebijakan.Menurut Dunn menyatakan bahwa responsivitas (responsiveness)

berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,

preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Responsivitas

dengan menilai sebagai berikut :

1. Peningkatan status kelompok Simpan Pinjam Bagi perempuan.

2. Kepatuhan anggota pengguna dana pinjaman

3. Kenyamanan dan keamanan

1.6.5.Ketepatan

Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan pada

kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Dunn menyatakan bahwa

kelayakan (Appropriateness) adalah:

“Kriteria yang dipakai untuk menseleksi sejumlah alternatif untuk

dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang

direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak. Kriteria

kelayakan dihubungkan dengan rasionalitas substantif, karena kriteria ini

menyangkut substansi tujuan bukan cara atau instrumen untuk

merealisasikan tujuan tersebut”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ketepatan masih

berhubungan denganefektivitas dengan menilai manfaat bagi Kelompok Simpan

Pinjam Bagi Perempuan (SPP).

1.7. Metode Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan

pertimbangan bahwa metode ini sesuai dengan perumusan masalah, tujuan, dan

manfaat penelitian ini (Bungin, 2007). Selain itu dengan metode ini data yang

didapat lebih lengkap, lebih mendalam, dan kredibel.

Deskripsi yang luas dan mendalam akan dapat diketahui, sehingga tujuan

penelitian dapat dicapai sesuai dengan kondisi objektif terhadap pelaksanaan

Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) study pada

Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP) di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung

Kijang dalam bentuk data dan fakta di lapangan, sehingga nantinya dapat

memberikan gambaran dan penjelasan yang jelas dan logis.

1.7.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung

Kijang. Ini menarik karena untuk dilakukan penelitian mengingat program ini

merupakan wujud dari usaha pemerintah untuk menuntaskan kemiskinan dan

mengurangi kesenjangan wilayah. Kelurahan Kawal ini merupakan alokasi dana

Simpan Pinjam bagi Perempuan yang sangat besar.

Diharapkan dengan diperolehnya data dan informasi bisa memperjelas

kondisi yang sesungguhnya terjadi. Disamping itusepengetahuan penulis, di

Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang belum pernah ada yang mengadakan

penelitian masalah Evaluasi Pelaksanaan PNPM-Mandiri Pedesaan padaSimpan

Pinjam bagi Perempuan (SPP).

1.7.3. Informan

1.7.3.1. Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber informasi adalah para informan

yang berkompeten dan mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Menurut

Bungin, (2007:78) informan adalah orang yang dianggap menguasai dan

memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informan

penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai

pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.

Informan dalam penelitian ini adalah Lurah, sebagai informan

kunciFasilitator Desa (FD) sebanyak 1 (satu) orang , Ketua Unit Pengelola

Kegiatan (UPK) sebanyak 1 (satu) orang dan Penerima Manfaat PNPM/ Anggota

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) sebanyak 3 (tiga) orang

1.7.4. Jenis dan Sumber Data

1.7.4.1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari informan dengan menggunakan

wawancara tentang keberhasilan program PNPM-MP dalam tahapan pelaksanaan

kegiatan di Kecamatan Gunung Kijang

1.7.4.2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dengan tidak melalui wawancara namun melalui

dokumen-dokumen dan literatur, buku pedoman pelaksanaan PNPM-Mandiri

Pedesaan, data dari Kecamatan Gunung Kijang, Struktur organisasi dan tata kerja,

serta buku-buku teori dan sebagainya yang menunjang dan berkaitan dengan

masalah penelitian.

1.7.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk menghimpun data yang diperlukan maka dipergunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

1.7.5.1. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah informan yang

diteliti cukup tepat untuk memenuhi kebutuhan dalam penelitian ini juga akan

ikut berperan dalam kegiatan kemasyarakatan.

1.7.5.2. Wawancara

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan informan atau orang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman wawancara. (Bungin,2007;111).

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari

informan, yakni warga masyarakat khususnya di Desa/Kelurahan Kecamatan

Gunung Kijang serta data hasil wawancara dari informan Desa/Kelurahan yakni

Kepala Desa/ Lurah di Kecamatan Gunung Kijang. Alatnya dengan menggunakan

pedoman wawancara yaitu pertanyaan yang disusun secara sistematis yang

berguna sebagai pedoman untuk melakukan tanya jawab secara langsung dengan

informan.

1.7.5.2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah informan yang disimpan atau didokumentasikan

sebagai bahan dokumentasi yang terdiri dari buku-buku dokumen pemerintah.

Bahan-bahan dokumentasi berupa buku-buku bacaan yang berkaitan dengan

pemberdayaan masyarakat, Program PNPM Mandiri Pedesaan serta Monografi

Kecamatan Gunung Kijang.

1.7.6. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan model analisis deskriptif kualitatif. Dalam

model analisis deskriptif kualitatif ini peneliti harus menggambarkan keadaan dan

fenomena yang diperoleh dalam bentuk kata-kata untuk diperoleh kesimpulan.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui sebuah proses yang dimulai

sejak pengumpulan data, kemudian dikerjakan secara intensif sesudah penelitian

selesai dilakukan.

Teknik analisa dalam penelitian ini dilakukan dengan empat langkah yaitu

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi, Empat tahap dalam proses analisa data ini dijelaskan sebagai berikuti :

1.7.6.1. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

dicatat dalam lapangan yang berisi tentang apayang dilihat, didengar, disaksikan

dan juga temuan tentang apa saja yang dijumpai selama penelitian

(Bungin,2009;108).

1.7.6.2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses dimana penelitian melakukan

pemilahan dan penyederhanaan data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan

proses transformasi data, yaitu perubahan data yang bersifat kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis dilapangan menjadi data yang bersifat harus dan siap

pakai setelah dilakukan penyeleksikan dengan membuang data yang tidak

diperlukan. Data yang sudah direduksi juga akan memberikan gambaran yang

dapat mempermudah peneliti untuk mencari kembali data diperlukan nantinya

(Bungin,2009;115).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Publik

Kebijakan publik sering dipahami sebagai instrumen yang dipakai

pemerintah untuk memecahkan masalah publik secara teknokratis.Dalam arti

pemerintah menggunakan pendekatan rational choice untuk memilih

Kebijakan menurut E. Hugh Heclo ( Inu, 2002:85) adalah cara bertindak

yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan. Hampir sama dengan

kedua pendapat di atas, Aderson (Islamy, 2003:17) mengungkapkan bahwa

kebijaksanaan (policy) adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan

tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok

pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Kebijakan publik menurut Dye (Nugroho, 2008: 2-4) adalah segala

sesuatu yang dikerjakan atau tidak di kerjakan oleh pemerintah, mengapa suatu

kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus

menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat

yang besar bagi warga dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan

persoalan yang merugikan, walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan

ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus bijaksana dalam

menetapkan suatu kebijakan.

Kebijakan publik adalah adalah “segala yang dikerjakan pemerintah,

mengapa mereka melakukan, dan perbedaan yang dihasilkannya (what

government did, why they do it, and what differences it makes)”. Dalam

pemahaman bahwa “keputusan” termasuk juga ketika pemerintah memutuskan

untuk “tidak memutuskan” atau memutuskan untuk “tidak mengurus” suatu isu,

maka pemahaman ini juga merujuk pada definisi Thomas R. Dye dalam Tilaar

(Nugroho,2008:185) yang menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan

“segala sesuatu yang dikerjakan dan tidak dikerjakan oleh pemerinta.”

Kebijakan publik merupakan : Apa yang dinyatakan dan dilakukan atau

tidak dilakukan oleh pemerintah yang dapat ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan atau dalam policy statement yang berbentuk pidato-pidato

dan wacana yang diungkapkan pejabat politik dan pejabat pemerintah yang segera

ditindaklanjuti dengan program-program dan tindakan pemerintah.

Kebijakan publikmerupakan “kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan

dan aparat pemerintah”. Senada dengan Laswell dan Kaplan, David Easton dalam

Subarsono(2005:2) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “pengalokasian nilai-

nilai kepada masyarakat”, karena setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai

di dalamnya. Dari dua definisi ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik juga

menyentuh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Berdasarkan definisi-definisi kebijakan publik yang dipaparkan di atas,

maka kebijakan publik memiliki konsep-konsep sebagai berikut :

2.1.1. Kebijakan publik berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktik/pelaksanaannya.

2.1.2. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi

swasta.

2.1.3. Kebijakan publik tersebut menyangkut pilihan yang dilakukan atau tidak

dilakukan oleh pemerintah.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan dari definisi kebijakan publik

dalam Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

PER/04/M.PAN/4/2007 tentang Pedoman Umum Formulasi, Implementasi,

Evaluasi Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik di Lingkungan Lembaga

Pemerintah Pusat dan Daerah.

Dalam Peraturan Menteri ini, kebijakan publik adalah “keputusan yang

dibuat oleh pemerintah atau lembaga pemerintahan untuk mengatasi permasalahan

tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu atau untuk mencapai tujuan tertentu

yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat orang banyak”. Dalam

Peraturan Menteri tersebut, kebijakan publik mempunyai 2 (dua) bentuk yaitu

peraturan yang terkodifikasi secara formal dan legal, dan pernyataan pejabat

publik di depan publik.

Menurut Subarsono (2005:3) kebijakan publik dapat berupa Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Provinsi, Peraturan

Pemerintah Kota/Kabupaten, dan Keputusan Walikota/Bupati. Berdasarkan

Peraturan Menteri ini, pernyataan pejabat publik juga merupakan bagian

kebijakan publik. Hal ini dapat dipahami karena pejabat publik adalah salah satu

aktor kebijakan yang turut berperan dalam implementasi kebijakan itu sendiri.

Kebijakan dapat pula dipandang sebagai sistem. Bila kebijakan dipandang sebagai

sebuah sistem, maka kebijakan memiliki elemen-elemen pembentuknya.

Menurut Thomas R. Dye dalam Dunn (2000: 110) terdapat tiga elemen

kebijakan yang membentuk sistem kebijakan. Dye menggambarkan ketiga elemen

kebijakan tersebut sebagai kebijakan publik/public policy, pelaku

kebijakan/policy stakeholders, dan lingkungan kebijakan/policy. Ketiga elemen

ini saling memiliki andil, dan saling mempengaruhi.

Sebagai contoh, pelaku kebijakan dapat mempunyai andil dalam

kebijakan, namun mereka juga dapat pula dipengaruhi oleh keputusan pemerintah.

Lingkungan kebijakan juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat

kebijakan dan kebijakan publik itu sendiri.

Dunn (2000: 111) menyatakan, “Oleh karena itu, sistem kebijakan berisi

proses yang dialektis, yang berarti bahwa dimensi obyektif dan subyektif dari

pembuat kebijakan tidak tepisahkan di dalam prakteknya”. Jika kebijakan dapat

dipandang sebagai suatu sistem, maka kebijakan juga dapat dipandang sebagai

proses.

Untuk memahami kedudukan dan peran yang strategi dari pemerintah

sebagai public actor, terkait dengan kebijakan publik maka diperlukan

pemahaman bahwa untuk mengatualisasinya oleh karena itu diperlukan suatu

kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyat.

Sementara itu, Raksasataya (Islamy, 2003 : 17-18) mengemukakan bahwa

suatu kebijaksanaan harus menuat tiga elemen yaitu:

1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai;

2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang

diinginkan;

3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari

taktik atau strategi.

Sedangkan di lihat pembuat kebijakan publik tersebut, maka Nugroho R

(2004: 59-61) menyatakan bahwa pertama, kebijakan publik dapat dibuat oleh

lembaga Legislatif saja sesuai dengan konsep pembagian kekuasaan atau sering di

kenal dengan Tree As Politika. Kedua, dapat dibuat melalui kerjasama antara

Legislatif dan Eksekutif, dan ketiga kebijakan publik yang dibuat oleh Eksekutif

saja.

Menurut Hughes (Subarsono,2005:4) ketika mempelajari kebijakan publik

terdapat dua pendekatan, yakni:

1. Analisis kebijakan ( policy formation), yaitu studi analisis kebijakan lebih

terfokus pada studi pembuatan keputusan (decision making) dan penetapan

kebijakan (policy formation) dengan menggunakan model-model statistik dan

matematika yang canggih.

2. Publik Politik (political public policy), yaitu studi analisis kebijakan lebih

menekankan pada hasil dan custome dari kebijakan publik dari pada

penggunaan metode statistik, denga melihat interaksi politik sebagai faktor

tertentu. Di dalam bidang, seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan

lingkungan.

Dari pengertian dan pendekatan teori yang dikemukakan di atas, dapat

diasumsikan bahwa implementasi kebijakan merupakan proses dari kebijakan

publik yang tersusun dalam bentuk kegiatan dengan mengedepankan kerangka

program kebijakan yang telah di susun dan tentunya kebijakan tersebut harus

mempunyai dampak dan tujuan yang jelas sesuai dengan keinginan, dalam hal ini

implementasi dilaksanakan dan digunakan oleh implementor atau pelaksana

kebijakan pada setiap proses pelaksanaan kegiatan.

2.2. Evaluasi

Penilaian (evaluasi) adalah kegiatan untuk membandingkan antara hasil

yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Djoko Wijono

menyatakan bahwa penilaian merupakan alat penting untuk membantu

pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan kebijaan maupun pada tingkat

pelaksanaan program.

David Royse dan Bruce A. Thyer ( 1996) mengatakan bahwa evaluasi

program adalah penelitian terapan yang berguna sebagai proses manajemen.

Evaluasi berhubungan dengan upaya untuk memberikan masukan dalam membuat

keputusan administrasi tentang program-program pelayanan manusia. Para

pengambil keputusan perlu mengetahui hasil-hasil yang telah diperoleh jika suatu

program telah selesai dilaksanakan, jika kegiatan tersebut akan dibiayai kembali

pada tahun yang akan datang, atau jika program dapat diselesaikan dengan hasil

yang sama namun biayanya tidak mahal.

Tujuan penilaian adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna

perencanaan dan pelaksanaan program serta memberikan petunjuk dalam

pengelolaan tenaga, dana dan fasilitas untuk program yang ada, baiik sekarang

maupun yang akan datang. Adapun komponen utama penilaian yang dipakai

sebagai pendekatan untuk menilai pelaksanaan program yaitu:

1.5.1.1. Kesesuaian yang berkaitan dengan alasan-alasan atau maksud

mengadakan program, rencana kegiatan, pelayanan atau unit-unit,

1.5.1.2.Tujuan terhadap kemajuan program,

1.5.1.3.Daya guna dan hasil guna,

1.5.1.4. Dampak pelaksanaan program.

Djoko Wiyono (1999) mengemukakan secara umum komponen-komponen

program yang dievaluasi, sebagai berikut:

1. Kondisi Awal, yang dimaksud adalah keadaan atau situasi yang terjadi sebelum

program dilaksanakan.

2. Komponen Program, yang dimaksud adalah faktor-faktor masukan (inputs) dan

seluruh aktivitas program. Masukan adalah faktor-faktor utama yang

digunakan dan mempengaruhi secara langsung jalannya aktivitas program.

Aktivitas adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama pelaksanaan

program berlangsung.

3. Aktivitas/Proses, dipandang dari sudut manajemen yang diperlukan adalah

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen seperti: perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, pemantauan, pengendalian, dan penilaian.

4. Faktor-faktor antara (internal dan Ekternal) yaitu berbagai faktor yang

mempengaruhi secara tidak langsung dari keberlangsungan pelaksanaan

program, baik yang berasal dari dalam lingkungan proyek (faktor internal)

maupun yang berasal dari luar lingkuangan program pemberdayaan (faktor

ekternal). Faktor-faktor ini juga dapat merupakan faktor pendukung atau faktor

penghambat keberhasilan pelaksanaan program yang akhirnya mempengaruhi

keseluruhan keluaran pelaksanaan program (outputs)

5. Keluaran (outputs) yaitu yang dikeluarkan langsung/ hasil dari kegiatan

pelaksanaan program, seperti jumlah kelompok yang mendapat pinjaman dana

dari Pelaksanaan Program pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

(PNPM-MP).

6. Dampak jangka pendek dan manfaat (outcomes) yaitu kegunaan manfaat

langsung yang terjadi karena adanya investasi pelaksanaan program.

Dari pengertian dan pendekatan teori yang di kemukakan di atas, dapat

diasumsikan bahwa implementasi kebijakan merupakan proses dari kebijakan

publik yang tersusun dalam bentuk kegiatan dengan mengedepankan kerangka

program kebijakan yang telah di susun dan tentunya kebijakan tersebut harus

mempunyai dampak dan tujuan yang jelas sesuai dengan keinginan, dalam hal ini

implementasi dilaksanakan dan digunakan oleh omplementasi atau pelaksana

kebijakan pada setiap proses pelaksanaan kegiatan.

2.3. Deskripsi PNPM

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM

Mandiri Pedesaan atau PNPM Mandiri Pedesaan merupakan salah satu

mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM

MandiriPedesaan dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan

perluasan kesempatan kerja di wilayah pedesaan. PNPM MandiriPedesaan adalah

program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis

pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri

Pedesaanadalah :

2.3.1. PNPM Mandiri Pedesaan adalah program nasional dalam wujud kerangka

kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM

Mandiri Pedesaan dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan

sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan

dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi

masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

2.3.2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

kemandirian dan kesejahteraannya.Pemberdayaan masyarakat memerlukan

keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai

pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan

berbagai hasil yang dicapai.

PNPM Mandiri Pedesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan

prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan

sejak 1998. PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh Presiden RI

pada 30 April 2007 di Kota Palu Sulawesi Tengah.

PPK/PNPM Pedesaan memiliki kesamaan tujuan, yakni meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui berbagai tahapan kegiatan

dalam sebuah sirkulasi kegiatan Tahap-tahapan tersebut adalah:

1. Diseminasi informasi dan Sosialisasi Tahapan ini dilakukan dalam beberapa

cara : lokakarya dibeberapa level pemerintahan, hearing anggota legislatf di

berbagai jenjang, dan forum-forum musyawarah masyarakat. Setiap desa

dilengkapi papan informasi sebagai salah satu media (penyebaran) informasi.

Membuka kerjasama dengan berbagai pihak media masa.

2. Proses Perencanaan Partisipatif. Dilaksanakan mulai dari tingkat dusun, desa

dan kecamatan. Masyarakat memilih fasilitator Desa (FD) untuk

mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan. FD mengatur pertemuan

kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan, untuk membahas

kebutuhan dan prioritas usulan desa. Dengan difasilitasi FD, masyarakat Desa

bermusyawarah menentukan jenis kegiatan yang akan diusulkan mewakili

desa. Program menyediakan tenaga konsultan sosial dan teknis di tingkat

kecamatan dan kabupaten untuk membantu sosialisasi, perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan.

3. Seleksi Proyek di Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat melakukan

musyawarah di tingkat desa dan antar desa (kecamatan) untuk memutuskan

usulan prioritas dan layak didanai. Musyawarah terbuka bagi segenap anggota

masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan. Forum antar

desa terdiri dari wakil-wakil dari desa. Pilihan proyek adalah open menu untuk

semua investasi produktif, kecuali yang tercantum dalam daftar larangan.

4. Masyarakat melaksanakan proyek dalam forum musyawarah masyarakat

memilih anggotanya untuk menjadi tim pengelolah Kegiatan (TPK) di desa-

desa yang terdanai Fasilitator Teknis program akan mendampingi TPK dalam

mendesain prasarana, penganggaran kegiatan, verifikasi mutu dan supervise.

Para pekerja umumnya berasal dari desa penerima manfaat.

5. Akuntabilitas dan laporan perkembangan. Selama pelaksana kegiatan, TPK

harus memberikan laporan perkembangan kegiatan dua kali dalam tahap

berikiutnya. Pada pertemuan akhir, TPK akan melakukan serah terima proyek

kepada masyarakat, desa dan Tim Pemeliharaan kegiatan.

Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Pedesaan mempunyai

prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap

pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan

rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini

mampu mendorong terwujutnya tujuan PNPM Mandiri Pedesaan. Prinsip-prinsip

itu meliputi :

1. Transparan dan Akuntabilitas, masyarakat harus memiliki akses yang

memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan,

sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan

dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun

administratif

2. Desentralisasi,kewenangan pengelolah kegiatan pembangunan sektoral dan

kewilayaan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat sesuai

dengan kapasitasnya.

3. Keberhasilan pada orang atau masyarakat miskin,semua kegiatan yang

dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin

dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung

4. Otonomi, masyarakat diberi kewenangan secara mendiri untuk berpartisipasi

dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

5. Partisipasi atau Pelibatan masyarakat, masyarakat terlibat secara aktif dalam

setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong

menjalankan pembangunan.

6. Prioritas Usulan,pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan

pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak

dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat,dengan

mendayagunakan secara optimal sumberdaya yang terbatas.

7. Kesetaraan dan Keahlian Gender,laki-laki dan perempuan mempunyai

kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam

menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

8. Kolaborasi,semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan

kemiskinan didorong untuk mewujudkan, kerjasama dan sinergi antar

pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

9. Keberlanjutan,setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan

kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini

tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi

masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan. Program ini

menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat kelembagaan lokal,

pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM)

kepada masyarakat secara langsung.

Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp750 juta sampai Rp3

milliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk. Pelaksanaan PNPM Mandiri

Perdesaan berada di bawah pembinaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan

pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah

dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.

PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan dana langsung dari pusat (APBN)

dan Daerah (APBD) yang disalurkan ke rekening kolektif desa di Kecamatan.

Masyarakat desa dapat mempergunakan dana tersebut sebagai hibah untuk

membangun sarana dan prasarana penunjang produktifitas desa, pinjaman bagi

kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti

kesehatan dan pendidikan.

Setiap penyaluran dana yang turun ke masyarakat harus sesuai dengan

dokumen yang dikirimkan ke pusat agar memudahkan penelusuran. Warga desa,

dalam hal ini TPK atau staf Unit Pengelola Kegiatan (TPK) di tingkat Kecamatan

mendapatkan peningkatan kapasitas dalam pembukuan, manajemen data,

pengarsipan dokumen dan pengelolaan dana secara umum, serta peningkatan

kapasitas lainnya terkait upaya pembangunan manusia dan pengelolaan

pembangunan wilayah pedesaan.

Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan, terdapat para pelaku di

tingkat lokal sebagai pengelola maupun pelaksana dari program PNPM pedesaan.

Para pelaku ditingkat lokal terdiri dari para pelaku ditingkat kecamatan yaitu UPK

(Unit Pengelola Kecamatan) sebagai unit pengelola dana operasional pelaksanaan

kegiatan PNPM.

Fasilitator Kecamatan/Fasitator Teknik (FK/FT) sebagai fasilitator

masyarakat dalam setiap tahapan PNPM. Pendamping lokal (PL) sebagai tenaga

pendamping dari masyarakat yang menbantu fasilitator kecamatan unntuk

memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan setiap tahapannya. Para pelaku

ditiap desa terdiri dari Tim Pelaksana Kecamatan untuk memfasilitasi masyarakat

dalam melaksanakan ditiap tahapannya.

Para pelaku ditiap desa terdiri dari Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) sebagai

tim pelaksana PNPM, Tim Penulis Usulan (TPU) sebagai tim yang menyiapkan

dan menyusun gagasan-gagasan kegiatan yang diajukan oleh masyarakat, Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPM D/K) sebagai Kader

masyarakat yang membantu pengelolaan pembangunan di desa. Para pelaku

merupakan masyarakat lokal dari daerah tersebut yang dipilih melalui

Musyawarah Desa (Musdes) dan Musyawarah Antar Desa (MAD).

Jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM yaitu :Pertama, kegiatan

pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana dasar seperti perbaikan jalan,

pembuatan drainase, pembangunan bendungan dan lain sebagainya. Kedua,

kegiatan peningkatan dibidang kesehatan dan pendidikan. Termasuk pelatihan

pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan nonformal). Ketiga,

kegiatan peningkatan fasilitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi dan

penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP).

Pengajuan usulan kegiatan dilakukan mulai dari musyawarah yang

dilakukan pada tingkat dusun yang membuat peta sosial kemiskinan, setelah

masing-masing dusun menetapkan usulannya kemudian dibawa pada Musyawarah

Desa (Musdes). Dimana semua usulan antar dusun dirumuskan untuk menetapkan

3 usulan pada musyawarah desa untuk dipilih kembali pada Musyawarah Antar

Desa (MAD) yang diadakan ditingkat kecamatan.

Musyawarah Antar Desa (MAD) merupakan musyawarah untuk

mengambil keputusan terhadap usulan yang akan didanai oleh PNPM. Keputusan

pendanaan harus mengacu pada usulan yang telah dibuat pada saat Musyawarah

Antar Desa (MAD) prioritas unggulan.

Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) ini juga

terdapat keberpihakan pada perempuan yang ditandai dengan adanya Musyawarah

Desa Khusus Perempuan (MDKP) yaitu suatu forum yang dilakukan untuk

mendapatkan usulan dari kelompok perempuan, ada kecenderungan gagasan

perempuan lebih nyata menggambarkan kegiatan yang berkaitan langsung dengan

kondisi kemiskinan, karena merekalah yang seringkali merasakan sehari-hari

dengan kehidupan rumah tangganya agar penelitian ini benar-benar menyentuh

fenomena yang akanditeliti,maka diberikanlah ruang lingkup didalam penelitian

ini diantaranya dengan memunculkan variabel penelitian.

Variabel penelitian adalah objek yang berbentuk apa saja yang

ditentukan oleh peneliti untuk dicari informasinya dengan tujuan untuk ditarik

suatu kesimpulan (Sugiono,2007). Adapun variabel penelitian yang dimunculkan

yaitu : Penilaian (Evaluasi) adalah kegiatan untuk membandingkan antara hasil

yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditentukan.

Djoko Wijono (1999) menyatakan bahwa penilaian merupakan alat

penting untuk membantu sejak tingkat perumusan kebijakan maupun pada tingkat

pelaksanaan program.

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan ( PNPM-MP) Kecamatan Gunung

Kijang.

3.1.1. Sejarah Berdirinya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan Kecamatan Gunung Kijang

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

Kecamatan Gunung Kijang dimulai tahun2004, dan kegiatan pembangunan

dilaksanakan di kelurahan dan desa di Kecamatan Gunung Kijang, untuk

mempercepat proses pelaksanaan kegiatan tersebut maka ditunjuklah petugas

yang diperbantukan dari Kantor Camat Gunung Kijang.

Tujuannya adalah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara

terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program

Pengembangan Kecamatan, yang selama ini dinilai berhasil.

Beberapa keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan adalah berupa

penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,

efesiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan

partisipasi masyarakat.

Kecamatan Gunung Kijang terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 21

Tahun 2001 sejalan dengan pembentukan Kecamatan Singkep Barat. Mata

pencaharian sebagian besar di Kecamatan Gunung Kijang ini adalah nelayan,

petani kebun, buruh tani, dan sebagian buruh swasta.

Di Kecamatan Gunung Kijang Mulai bergabung dengan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Program Pengembangan Kecamatan (PNPM-PPK)

pada tahun 2004 dan dilanjutkan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) IIIb

yang di mulai tahun 2006. Dan di tahun 2007 sejalan dengan perkembangan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-PPK). Sedangkan pada

tahun 2008 seiring dengan perkembangan Program Nasioanl Pemberdayaan

Masyarakat Program Pengembangan Kecamatan (PNPM-PPK) berubah menjadi

Program Nasioanla Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP).

3.1.2. Visi dan Misi PNPM-MP

3.1.2.1. Visi PNPM-MP

Tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin

perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar

masyarakat.Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi

sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar

lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah

kemiskinan.

3.1.2.2. Misi PNPM-Mandiri Perdesaan

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;

2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;

3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan

ekonomi masyarakat;

5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan;

Dalam rangka mencapai visi dan misi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai

kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta

mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi dan

strategi yang dikembangkan, maka Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai

pendekatan yang dipilih.

Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu

tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran

dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan.

3.1.3. Tujuan PNPM-MP

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya

kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan

mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan

pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi:

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin

dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan sumber daya local

3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi

pengelolaan pembangunan partisipatif

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan

oleh masyarakat

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan KerjaSama Antar Desa

(BKAD)

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan

3.1.4. Prinsip – Prinsip PNPM-MP

Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai

prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap

pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan

rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini

mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip

itu meliputi:

3.1.4.2. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu

pada pembangunan manusia adalah masyarakat hendaknya memilih

kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan

manusia daripada pembangunan fisik semata;

3.1.4.3. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak

dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab,

tanpa intervensi negatif dari luar;

3.1.4.4. Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan

ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan

pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari

pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat;

3.1.4.5. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi

pada masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak

kepada masyarakat miskin;

3.1.4.6. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan

secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan

pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan,

dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga,

pikiran, atau dalam bentuk materill;

3.1.4.7. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan

keadilan gender adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan

mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan

dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan,kesetaraan juga

dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik;

3.1.4.8. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat

mengambil keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat;

3.1.4.9. Transparansi dan Akuntabel. Pengertian prinsip transparansi dan

akuntabel adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi

dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat

dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik

secara moral, teknis, legal, maupun administrative;

3.1.4.10. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih

kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan

dan kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan;

3.1.4.11. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam

setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan

kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya

3.1.5. Sasaran PNPM-MP

Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan merupakan ketentuan pokok

yang digunakan sebagaiacuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam

melaksanakankegiatan, mulai dari

tahapperencanaan,pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian.Ketetntuan dasar

PNPM Mandiri perdesaan dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara lebih

terarah.

3.1.6. Lokasi sasaran

Lokasi sasaran PNPM MAndiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan

perdesaan yang dalam pelaksanaanya dilakukan secara bertahap dan tidak

termasuk kecamatan kategori bermasalah dalam PNPM-Mandiri Perdesaan.Desa /

Kelurahan berpartisipasi :

3.1.6.2. Seluruh Desa/Kelurahan di kecamatan penerima PNPM-Mandiri

Perdesaan berhak berpartisipasi dalam seluruh tahapan program;

3.1.6.3. Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM-Mandiri Perdesaan dituntut

adanya kesiapan daru masyarakat dan desa dalam menyelengarakan

pertemuan - pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan

kader-kader Desa/ Kelurahan yang bertugas secara sukarela;

3.1.6.4. Adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan

dalam PNPM-Mandiri Perdesaan

Kriteria desa bisa terdanai :

1. Lebih bermanfaat bagi RTM,baik di lokasi desa tertinggal maupun bukan desa

tertinggal

2. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan.

3. Dapat dikerjakan oleh masyarakat.

4. Didukung oleh sumberdaya yang ada.

5. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan.

Kelompok Sasaran

1. Masyarakat Miskin

2. Kelembagaan Masyarakat di perdesaan

3. Kelembagaan Pemerintah Lokal

3.1.6. Pendanaan PNPM-MP

Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN)dan sumber-sumber pendanaan yang lain. Pendanaan tersebut

dilakukan melalui proses pencairan dan penyaluran dana.

Pada prinsipnya, semua proses terkait dengan penyaluran dan pencairan

dana PNPM Mandiri Perdesaan di kecamatan dikelola dan diadministrasikan oleh

Unit Pengelola Kegiatan (UPK), sedangkan kegiatan pengelolaan dan

pengadministrasian di desa dilaksanakan oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK).

3.17. Kriteria dan Jenis Kegiatan di dalam PNPM-MP.

Kegiatan yang dapat didanai dalam PNPM Mandiri Perdesaan dapat

diklasifikasikan menjadi enam jenis kegiatan, yang meliputi:

3.1.7.1. Kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana dasar yang

dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang

secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin;

3.1.7.2. Peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk

kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat;

3.1.7.3. Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi,

terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis

sumber daya lokal;

3.1.7.4. Penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan

(SPP);

3.1.7.5. Kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana yang

berhubungan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana

Ketentuan yang terkait dengan kegiatan pascabencana mengacu pada

Penjelasan 13 PTO;

3.1.7.6. Usulan kegiatan pengganti bagi lokasi kecamatan yang tidak memenuhi

kriteria bisa mengajukan dana SPP yang mencakup pembiayaan,

penyediaan sarana atau prasarana usaha, dan modal kerja yang dilakukan

oleh kelompok usaha yang dikelola oleh perempuan.

Usulan kegiatan prasarana dapat dipaketkan dengan usulan prasarana dan

kegiatan non prasarana yang lainnya, kecuali dengan jenis kegiatan penambahan

permodalan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP). Selain ituusulan

kegiatan pengganti bagi lokasi kecamatan yang tidak memenuhi kriteria bisa

mengajukan dana SPP, mencakup pembiayaan, penyediaan sarana atau prasarana

usaha, dan modal kerja yang dilakukan oleh kelompok usaha yang dikelola oleh

perempuan.Penentuan skala prioritas pendanaan kegiatan dilakukan masyarakat

dalam musyawarah.

3.1.8. Peran pelaku-pelaku Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan.

Masyarakat adalah pelaku utama Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan

pelestarian. Sedangkan pelaku - pelaku lainnya di desa, kecamatan, kabupaten

dan seterusnya berfungsi sebagai pelaksana, fasilitator, pembimbing dan pembina

agar tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur dan mekanisme Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan tercapai dan dilaksanakan secara

benar dan konsisten.

3.1.8.1. Pelaku di Desa

Pelaku di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan

dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan di desa. Pelaku di desa meliputi :

1. Kepala Lurah

Peran Lurah adalah sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta

keberhasilan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan di Kelurahan . Lurah menyusun peraturan Kelurahan yang relevan

dan mendukung terjadinya proses pelembagaan prinsip dan prosedur Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan sebagai pola

pembangunan partisipatif, serta pengembangan dan pelestarian aset Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang telah ada di

Kelurahan/Desa.

Lurah juga berperan mewakili Kelurahananya dalam pembentukan

forum musyawarah atau badan kerja sama antar Kelurahan/desa.

2. Kelompok Masyarakat

Kelompok masyarakat adalah kelompok yang terlibat dan mendukung

kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, baik

kelompok sosial, kelompok ekonomi maupun kelompok perempuan. Termasuk

sebagai kelompok masyarakat misalnya kelompok arisan, pengajian, kelompok

ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, kelompok Simpan Pinjam

Perempuan, kelompok usaha ekonomi, kelompok pengelola air, kelompok

pengelola pasar desa.

3. Pelaku di Kecamatan

a. Camat

Camat atas nama Bupati berperan sebagai pembina pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan kepada desa-desa di

wilayah kecamatan. Selain itu camat juga bertugas untuk membuat Surat

Penetapan Camat tentang usulan-usulan kegiatan yang telah disepakati

musyawarah antar desa untuk di danai melalui Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan.

b. Penanggungjawab Operasional Kegiatan (Pjok)

Pjok adalah seorang Kasi Pemberdayaan Masyarakat atau pejabat lain

yang mempunyai tugas pokok sejenis di kecamatan yang ditetapkan berdasarkan

Surat Keputusan Bupati dan bertanggungjawab atas penyelenggaraan

operasional kegiatan dan keberhasilan seluruh kegiatan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di kecamatan.

c. Tim Verifikasi

Tim Verifikasi adalah tim yang dibentuk dari anggota masyarakat yang

memiliki pengalaman dan keahlian khusus, di bidang teknik prasarana, simpan

pinjam, pendidikan, kesehatan atau pelatihan keterampilan masyarakat sesuai

usulan kegiatan yang diajukan masyarakat dalam musyawarah desa perencanaan.

Peran Tim Verifikasi adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan

kegiatan semua desa peserta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada musyawarah

antar desa sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan.

d. Unit Pengelola Kegiatan

Peran Unit Pengelola Kegiatan adalah sebagai unit pengelola

danoperasional pelaksanaan kegiatan antar desa. Pengurus Unit Pengelola

Kegiatan sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Unit

pengelola Kegiatan berasal dari anggota masyarakat yang diajukan oleh desa

berdasarkan hasil musyawarah desa dan selanjutnya dipilih dalam musyawarah

antar desa.

e. Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan

Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan berperan dalam mengawasi

pengelolaan kegiatan, administrasi dan keuangan yang dilakukan oleh Unit

Pengelola Kegiatan. Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan dibentuk melalui

musyawarah antar desa, sekurang-kurangnya tiga orang terdiri dari ketua dan

anggota.

f. Fasilitator Kecamatan

Fasilitator Kecamatan adalah pendamping masyarakat dalam mengikuti

atau melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan. Peran Fasilitator Kecamatan adalah memfasilitasi masyarakat dalam

setiap tahapan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

pada tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian, selain itu juga

berperan dalam membimbing kader-kader desa atau pelaku-pelaku Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di desa dan kecamatan.

g. Pendamping Lokal

Pendamping Lokal adalah tenaga pendamping dari masyarakat yang

membantu Fasilitator Kecamatan untuk memfasilitasi masyarakat dalam

melaksanakan tahapan dan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Di setiap

kecamatan akan di tempatkan minimal satu orang pendamping lokal.

4. Pelaku di Kabupaten

a. Bupati

Bupati merupakan Tim Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Kabupaten, Penanggungjawab Operasional Kegiatan (Pjok)

serta bertanggungjawab atas pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Kabupaten. Bersama DPRD, Bupati bertanggungjawab untuk

melakukan kaji ulang terhadap peraturan daerah yang berkaitan dengan

pengaturan desa sesuai komitmen awal

b. Tim Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Kabupaten

Tim Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Kabupaten dibentuk oleh bupati untuk melakukan pembinaan pengembangan

peran serta masyarakat, pembinaan administrasi dan fasilitasi pemberdayaan

masyarakat pada seluruh tahapan program Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan. Tim Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Kabupaten juga berfungsi dalam memberikan dukungan

koordinasi program antar instansi, pelayanan dan proses administrasi di tingkat

kabupaten.

c. Penanggungjawab Operasional Kabupaten

Penanggungjawab Operasional Kabupaten adalah seorang pejabat

dilingkungan Badan Pemberdayaan Masyarakat atau pejabat lain yang

mempunyai tugas pokok sejenis di kabupaten yang berperan sebagai pelaksana

harian Tim Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Kabupaten

d. Fasilitator Kabupaten

Fasilitator Kabupaten adalah tenaga profesional yang berkedudukan di

tingkat kabupaten. Peran Fasilitator Kabupetan adalah sebagai supervisor atas

pelaksanaan tahapan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan dilapangan yang difasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan dan

menfasilitasi perencanaan koordinatif di tingkat kabupaten

f. Pendamping Unit Pengelola Kegiatan

Pendamping Unit Pengelola Kegiatan adalah konsultan yang bertugas

melakukan pendampingan kepada Unit Pengelola Kegiatan dan lembaga

pendukung agar menjadi suatu lembaga handal dan akuntabel. Pendampingan

yang diberikan termasuk aspek pengelolaan keuangan dan pinjaman, aspek

penguatan kelembagaan serta aspek pengembanagan jaringan kerjasama, termasuk

lembaga pendukung

3.1.9. Alur Kegiatan PNPM-MP

Di Kecamatan Gunung Kijang mulai bergabung dengan PNPM (PPK)

pada tahun 2004 dan dilanjutkan PPK IIIb yang dimulai tahun 2006, Ditahun 2007

sejalan dengan perkembangan PNPM-PPK, Sedangkan pada tahun 2008 seiring

dengan perkembangan PNPM-PPK berubah nama menjadi PNPM-Mandiri

Pedesaan.

Alur tahapan PNPM Agribisnis Perdesaan sejalan dan seiring dengan alur

tahapan PNPM Mandiri Perdesaan, yang memiliki tahapan-tahapan: perencanaan,

pelaksanaan dan pelestarian kegiatan. Perbedaan antara PNPM Agribisnis

Perdesaan dengan PNPM Mandiri Perdesaan terletak pada :

1. Jenis kegiatan, terfokus pada agribisnis lingkup pertanian,

2. Usulan kegiatan yang didanai BLM adalah usulan yang terkait dengan

agribisnis perdesaan,

3. Adanya Pertemuan Khusus Kabupaten (setelah dilaksanakan MAD Prioritas

usulan)

Dimaksudkan untuk membahas aspek-aspek yang spesifik tentang

kegiatan agribisnis yang diusulkan oleh masyarakat, dan sekaligus sinkronisasi

dan koordinasi kegiatan PNPM- MP.

3.2. Gambaran Umum Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Yang

Dilaksanakan di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang

PNPM-MP sebagai salah satu program yang diarahkan untuk pemberdayaan

masyarakat yang biasanya pengelolaannya diserahkan pada perempuan melalui

kelompok, diharapkan mampu menjawab permasalahan yang ada dalam

masyarakat. Untuk tercapainya efektifitas ataupun tujuan dari sebuah

kelembagaan maka diperlukan pengelolaan dan manajemen yang baik, begitupun

halnya dengan kelompok Kelurahan Kawal yang juga bergerak dalam simpan

pinjam.

Terkait Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) perlu adanya menajemen

dan pengelolaan yang baik terhadap danaSimpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)

tersebut sehingga keberlanjutan program bisa tercapai. Hal ini mengingat

dimana dalam kegiatan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) yang menjadi

jembatan adalah adanya dana yang akan di simpan ataupun di pinjamkan

berdasarkan prosedur yang sudah ditetapkan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Pedesaan (PNPM -

MP)mengucurkan dana untuk usaha keluarga melalui kelompok yang dibentuk

perempuanyang berupa simpan pinjam. Dana tersebut akan diberikan dalam

bentuk bantuan kredituntuk membuka usaha keluarga melalui kelompok yang

dibentuk perempuan.

Bentukkelompok perempuan tersebut adalah Simpan Pinjam Perempuan

(SPP) ini nantinyaakan diberikan kepada perempuan, pinjamannya sesuai dengan

permintaan dalamproposal yang diajukan, satu kelompok minimal terdiri dari

sepuluh orang anggota yangmana nantinya pinjaman tersebut akan dibagikan

kepada masing-masing anggota.

Pengembalian pinjaman tersebut dilakukan setiap bulan selama satu tahun

ditambahdengan bunga pinjaman (Tim Koordinasi PNPM-MP).Pada umumnya

kegiatan perempuan ini bertujuan untuk membuka usaha dengan tujuan agar

pinjaman kelompok mudah dikembalikan untuk digilirkan kembali kekelompok

lainnya. Kalau dalam pelaksanaannya bermasalah maka satu desa tersebutatau

satu kecamatan tersebut tidak akan mendapatkan program itu lagi.

Dalam kegiatan SPP ini juga pihak UPK (Unit Pengelola Kegiatan)yang

berada di kecamatan dan TPK (Tim Pengelola Kegiatan) yang berada di masing-

masing desa operasionalnya diambil dari anggaran masing-masing kegiatan.

Besarnyaoperasional UPK untuk satu kegiatan atau satu kelompok kegiatan

simpan pinjamperempuan yaitu 20 persen, sementara untuk TPK untuk satu

kegiatan atau satukelompok kegiatan simpan pinjam perempuan sebesar 30 persen

dari anggaran yangprogram.

Sejumlah ibu-ibu tertarik dengan program Simpan Pinjam Perempuan

(SPP) yang diselenggarakan PNPM Mandiri Pedesaan. Program yang dinilai

sangat strategisitu menjadi wadah penangggulangan kemiskinan. Selain

melibatkan masyarakat dalamperencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan

PNPM Mandiri Pedesaan , masyarakat jugaterlibat dan berperan dalam

mengembangkan ekonomi kerakyatan (mikro ekonomi) melalui kelompok usaha

produktif, yang dikenal dengan Simpan Pinjam Perempuan(SPP) PNPM-Mandiri

Pedesaan.

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)yang diperuntukkan pada kelompok

perempuan Rumah TanggaMiskin (RTM) yang produktif dengan memberikan

keleluasaan kepada masyarakatuntuk memanfaatkan potensi dan kapasitas yang

dimiliki, seperti kegiatan industrirumah tangga (home industri), perdagangan dan

jasa (Tim Koordinasi PNPM-MP).

Di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang terdapat 3 (tiga)

KelompokSimpan Pinjam Perempuan (SPP) yang didanai oleh PNPM Mandiri

Pedesaanyaitu Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yaitu; Bunga

Kiambang, Bunga Raya II dan Fasta Biqul Khoirot. Kelompok Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) Bunga Kiambang berada di di Kampung Kawal panti,

Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Bunga Raya II berada di Kampung

Melayu , sedangkan Kelompok Simpan Perempuan (SPP) Fasta Biqul Khoirot

berada Kampung Bukit Batu.

Sasaran, Bentuk Kegiatan:

1. Sasaran Program

Sasaran program SPP adalah rumah tangga miskin yang produktif

yangmemerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar

melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat.

2. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan

modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan

dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman.

Ketentuan kelompok SPP adalah:

1 Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu sama saling

mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan

sekurang-kurangnya satu tahun.

2. Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturanpengelolaan dana simpanan

dan dana pinjaman yang telah disepakati.

3. Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana

pinjaman yang diberikan kepada anggota.

4. Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik.

5. Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana.

Penentuan Bunga Simpanan dan Bunga Pinjaman

Berdasarkan hasil wawancara dengan FK (Fasilitator Kecamatan) Gunung

Kijang penentuan tingkat bunga pinjaman ditetapkan melalui forum

musyawarah.Musyawarah dilakukan di Kecamatan Gunung Kijang, dengan

mengundang seluruhkelompok SPP yang ada di Kecamatan Gunung Kijang,

dalam musyawarah ini dihadirioleh kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP) dari Kelurahan Kawal, Desa Malang Rapat, Desa Teluk Bakau , Desa

Gunung Kijang, untuk dihadiri oleh Ibu-ibumenetapkan tingkat pinjaman bunga

terlebih dahulu pihak-pihak terkait yaituKetua TPK berserta anggota, UPK, dan

Fasilitator, melakukan survey ke Bank-bank yang ada di Kecamatan Gunung

Kijang untuk mengatahui tingkat bunga terendahBank yang ada di Kecamatan

Gunung Kijang. Hasil pengamatan ini digunakan untukpenetapan tingkat bunga

yang akan diberlakukan pada kelompok SPP untukdisepakati oleh semua anggota

kelompok.

Jumlah Pinjaman Maksimal

PNPM Mandiri Pedesaan sebagai sumber dana dasarnya sangat

terbukakepada semua pemanfaat dana, setiap anggota kelompok akan diberikan

danapinjaman oleh PNPM Mandiri Pedesaan melalui Unit Pengelolah Kegiatan

(UPK) setelah memenuhipersyaratan dan prosedur yang ditetapkan.

Berdasarkan hasil wawancara denganpihak UPK, kelompok mendapatkan

dana sesuai dengan usulan. Dana yangdidapatkan oleh kelompok batasan

minimumnya Rp 5.000.000 dan maksimumRp 30.000.000. Kelompok

menentukan jumlah dana yang mereka butuhkandengan cara membuat rencana

kegiatan yang tergantung pada rencana kegiatananggota kelompok.

Jangka Waktu Pinjaman

Penetapkan jangka waktu pinjaman oleh pihak PNPM Mandiri

Pedesaankepada kelompok ditetapkan di dalam perjanjian pinjaman, untuk

Kelompok(SPP) Bunga Kiambang, Bunga Raya II dan Fasta Biqul Khoirot

berjangka waktu 12 bulan yangterhitung mulai dana dicairkan yaitu tanggal 2 Juli

2013 dan berakhir pada 2 Juli 2014.

Untuk menjalankan jangka waktu pinjaman oleh kelompok semua

strukturyang ada pada kelompok harus berfungsi dengan baik, sehingga dalam

jangkawaktu pinjaman tidak ada yang terkendala, seperti pembayaran yang macet

danlain-lain. Penentuan jangka waktu pinjaman ini kelompok hanya

mengikutiaturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pihak PNPM Mandiri Pedesaan

dalampedoman Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Pedesaan jangka

waktupinjaman sumber dana BLM maksimal 12 bulan.

Jadwal Angsuran

Berdasarkan Wawancara dengan Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) dalam

penentuan jadwal angsuran masing-masing kelompok yaitu Kelompok Simpan

Pinjam Perempuan (SPP) Bunga Kiambang, Bunga Raya II dan Fasta Biqul

Khoirot , menetapkan jadwal angsuran anggota pada kelompokpada tanggal 15

setiap bulannya, dan untuk pembayaran angsuran pinjamanmasing-masing

kelompok ke UPK adalah tanggal 17 setiap bulannya. (hasil wawancara, 20 April

2015)

BAB IV

ANALISA DATA

4.1. Evaluasi Pelaksanaan Program Pelaksanaan PNPM Mandiri

Pedesaan pada Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Kelurahan Kawal

Kecamatan Gunung Kijang

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP) terutama dalam memberikan pelayanan dalam bidang memenuhi kebutuhan

ekonomi maka dari itu guna menganalisa satu persatu dari indikator yang ada,

maka disini akan di uraikan secara terperinci dan melihat tanggapan responden

yang untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

4.1.1. Efektifitas Simpan Pinjam Bagi Perempuan

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai

seberapajauhtercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal

tersebut sesuai denganpengertian efektifitas menurut Subarsono (1999 : 423)

yang menjelaskanbahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target yang telahtercapai.

Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin

tinggiefektifitasnya.Wiliam N Dunn dalam Subarsono ( 1999 : 324)

mengatakan Ada tiga ukuran dalam menilaiefektif atau tidaknya suatu organisasi

pada skala lokal. Ketiga ukurannya itu adalah :

4.1.1.1. Pelayanan kebutuhan masyarakat miskin sebagai kunci memperkuat

posisinya.Disamping itu juga berupaya meningkatkan suatu ekonomi

masyarakat yang dilayani,

4.1.1.2. Peningkatan partisipasi dan pemberdayaan anggotanya. Ini bisa dilihat

melaluikemampuan para anggotanya merespon ide baru dan

meningkatkan kemampuandasarnya,

4.1.1.3. Peningkatan kemampuan tawar menawar anggota dan dampak

negativeorganisasi bersangkutan terhadap lingkungan melalui inovasi

dan kebijaksanaan.

Daripenjelasan tersebut jelas bahwa pentingnya mengetahui efektifitas

suatu organisasi padaskala lokal seperti kegiatan kelompok SPP pada Program

Nasional PemberdayaanMasyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP).

Dalam mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktifitas perlu

diperhatikan beberapa indikator, yang menjadi ukuran dalam penelitian ini yaitu,

4.1.1.4. Pemahaman program

Pemahaman program, yaitu dilihat dari sejauh mana Kelompok Simpan

Pinjam Bagi Perempuan (SPP) dapat memahami kegiatan program Unit

Pengelolah Kegiatan (UPK) di Kelurahan Kawal.

Menurut analisis penulis dilapangan bahwa Kelompok Simpan Pinjam

Peremuan (SPP) belum menahami program dimaksud disebabkan oleh usaha

anggota pemanfaat dana SPPdikelola sama seperti ketika belum bergabungdengan

kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Dalam pengelolaanm usahanya,

belum ada fasilitasi program untuk pengembangan jaringan terutama

pemberianinformasi mengenai bantuan teknis, misalnyalembaga-lembaga

pelatihan, LSM, permodalan. Tidak ada bantuan dalampenguatan pengelolaan

usaha melalui pemasaranproduk, baik mengenai mutu, jaringan distribusi,strategi

promosi, persaingan harga jual dan sebagainya. Pengusaha mikro dan kecil

pemanfaat dana SPP mengakui bahwa masih belum ada bantuandalam penguatan

pengelolaan usaha produksi,yang mencakup masalah pasokan bahan baku,proses

produksi (sistem, kapasitas sarana, dankapasitas sumber daya manusia/SDM) dan

sebagainya. Terlihat bahwa fasilitas bagianggota kelompok belum menyentuh sisi

manajemenusaha pemanfaat dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP).

Keterbatasanfasilitator kecamatan dalam kemampuan untukpenguatan

pengelolaan usaha anggota harusdiatasi. Jika tidak kredibel, maka program

bisamelakukan kerjasama dengan lembaga lain,seperti bekerjasama dengan

perguruan tinggiyang memiliki tenaga akademis bidang agribisnis,teknologi

industri pertanian, atau manajemen.

4.1.1.5. Tepat Sasaran

Tepat sasaran, yaitu dilihat dari apakah Kelompok Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) yang sudah diberikan dana pinjaman sudah tepat sasaran

penggunaan dana yang sesuai dengan program yang diberikan.

Menurut analisis penulis dilapangan bahwa Kegiatan SPP bertujuan untuk

mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses

pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan

memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta

mendorongpengurangan Rumah Tangga Miskin (RTM) danpenciptaan lapangan

kerja. Dilihat dari pencapaiantujuan kegiatan SPP untuk penguranganRTM, maka

tujuan ini tidak tercapai, atau jikatercapai angkanya hanya kecil.

Dari penerimamanfaat dana SPP yang ada, terlihat hanyakeluarga yang

rawan miskin saja, atau keluargamampu yang ikut terbantu dari mengikuti

danmemanfaatkan dana kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP).

Berdasarkan observasi lapangan dari sisi sasaran penerima manfaat, SPP

bukanlah program yangbertujuan untuk menanggulangi kemiskinan, hanya

sedikit. Hal ini dikarenakan mayoritasperempuan yang memanfaatkan dana SPP

tersebutbukan dari kelompok miskin dan termiskin di Kelurahannya, meskipun

dalam proposal perguliranyang diajukan, jumlah RTM-nya lebih banyak.Selain itu

pula, dari kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yangdiwawancarai, hanya

ada 20% yang membukausaha baru dari dana yang didapatkan dari Simpan

Pinjam Perempuan (SPP).

4.1.1.6. Tepat waktu

Tepat waktu, yaitu dilihat dari apakah penggunaan waktu pengembalian

dana pinjaman untuk program bagi anggota Kelompok Simpan Pinjam Bagi

Perempuan (SPP) dilakukan sesuai dengan yang sudah ditentukan.

Menurut analisis penulis dilapangan bahwa Aspek prioritas peminjaman

bagi yang bisalancar dalam pengembalian pinjaman berakibatpada banyaknya

kelompok RTM yang tidak beranimeminjam, atau bingung harus diusahakan

untukapa dana tersebut jika meminjam. Banyak orang di Kelurahan yang tidak

ingin bergabung ke dalamkelompok (meskipun diberi kesempatan)

untukmeminjam, karena takut tidak dapat mengembalikankredit yang diberikan

padanya.

Dalam hal ini,belum ada pemberdayaan yang sungguh-sungguhuntuk

menyadarkan akan potensi diri danmembaca peluang usaha yang dapat

dijalankan.Apalagi sekarang sudah ada aturan yangmempermudah pelaku

usahatani untuk bisamemanfaatkan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP), yaitu

mencicil minimaltiga kali dalam setahun. Aturan tersebut membukapeluang usaha

yang perputaran uangnya lambatatau didapat setelah panen.

4.1.1.7. Tercapainya tujuan

Tercapainya tujuan, yaitu dilihat dari cara pencapaian tujuan yang

ditetapkan melalui kegiatan program Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP).

Menurut analisis penulis dilapangan bahwa Anggota kelompok SPP yang

sudah memanfaatkandana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) mendapatkan

peningkatanpendapatan. Peningkatan pendapatan ini menunjukkan bahwa

mayoritas setiap besaranpinjaman meningkatkan pendapatan pada Peningkatan

pendapatanjuga tidak selalu berbanding lurus denganbesarnya pinjaman

tergantung pengelolaah modal usaha tersebut, namun ada juga sebagian besar

tidak dapat meningkatkan penghasilan dikarenakan ada kelompok yang baru

membuka usaha belum berhasil mencapai tujuan yang diharapkan oleh PNPM

Mandiri Pedesaan.

4.1.1.8. Perubahan nyata.

Perubahan nyata, yaitu dilihat dari bagaimana kegiatan tersebut

memberikan efek atau dampak yang baik maupun adanya perubahan nyata bagi

Anggota Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)

Efektifitas, berkenan dengan apakah suatu kebijakan mencapai hasil yang

diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Indikator yang

digunakan adalah menilai apakah pelaksanaan Kelompok Simpan Pinjam Bagi

Perempuan (SPP) sudah sejalan dengan visi dan misi yang ada.

Formulasi visi dan misi sangat penting sebagai arah strategi dan pedoman

melaksanakan strategi yang telah dirumuskan. Visi yang baik dapat didefinisikan

sebagai deskripsi tentang apa yang ingin dicapai oleh Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) setelah Kelompok

Simpan Pinjam Bagi Perempuan tersebut dapat mengimplementasikan strateginya

dan mencapai potensi sepenuhnya.

Efektivitas adalah kebijakan kegiatan Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP) yang telah dikeluarkan tepat sasarandan tujuan yangdiinginkan telah

tercapai.Adapun sasaran dari Pelaksannan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) ini dalampelaksanaan kegiatan pada

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) adalahmasyarakat Tidak Mampu dengan

skala mikro yangberorientasi pada sektor usaha jualan kecil-kecilan seperti

kegiatan jualan sayuran, kue-kue basa.Selanjutnya, tujuan dari Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) iniadalah peningkatan

pendapatan dan kualitas

Diketahui bahwa visi dan misi yang ingin dicapai dengan adanya

Kelompok Simpan Bagi Perempuan (SPP) ini adalah dengan adanya dana

pinjaman yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat sedangkan misinya

untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat yang lebih maju dan mengurangi

kemiskinan, namun kenyataan misi ini belum berjalan secara maksimal karena

masih ditemukan penyaluran dana tidak merata.

4.1.2. Kecukupan Simpan Pinjam Bagi Perempuan

William N. Dunn mengemukakan bahwa kecukupan (adequacy) berkenaan

dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau

kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah (Dunn, 2003:430). Dari

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecukupan masih berhubungan

dengan efektivitas dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauh alternatif

yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan dalam

menyelesaikan masalah yang terjadi.

Kecakupan (adequacy), berkenaan dengan seberapa jauh tingkat

efektivitas kinerja Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) dalam mengelolah dana

pinjaman yang digunakan sebagai berikut :

4.1.2.1. Kemampuan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam

mengatualisasikan Program Kerja.

Berdasarakan Standar Operasional dan Prosedur Unit Pengelola Kegiatan

Kecamartan Gunung Kijang Kabupaten Bintan tanggal 21 Januari 2013

menyebutkan salah satu tugas dan fungsi Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) adalah

melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap dana pinjaman atas Kelompok

Smpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP).

Adapun tugas utama Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) adalah:

1. Kebijakan mengenai penerimaan anggota kelompok Simpan Pinjam Khusus

Perempuan;

2. Kebijakan mengenai jumlah maksimal perguliran yang dapat diberikan kepda

kelompok ekonomi produktif ,dengan mempertimbangkan ketentuan sebagai

berikut:

a. Skala usaha kelompok ekonomi produktif apakah sangat mikro, makro

atau usaha kecil;

b. Menentukan layak tidaknya kelompok ekonomi produktif untuk diberikan

dana perguliran;

c. Kesediaan menempatkan simpanan selama dalam masa perguliran kecuali

kelompok Simpan Pinjam Khusus

Menurut analisis penulis dilapangan bahwa dalam mengatur dana

pinjaman yang di gulirkan kepada kelompok Simpan Pinjam (SPP) terlihat belum

maksimal pengendaliannya hal ini terlihat Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) yang

mengatur penerima dana pinjaman, selain itu tidak adanya pengawasan yang

jelas.

Fatimah, anggota Kelompok Simpan Pinjam Simpan Pinjam Bagi perempuan

(SPP) mengatakan:

“Pada saat dana di gulirkan Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) tidak lagi

melakukan pengawasan apakah dana tersebut di gunakan sesuai kebutuhan “

(hasil wawancara, 5 Mei 2015)

Hal ini diakui oleh embun, anggota kelompok Simpan Pinjam Bagi

Perempuan yang mengatakan bahwa :

”Unit pengelolah Kegiatan (UPK) tidak peduli ketika dana pinjaman di

gunakan tidak sesuai dengan proposal yang mereka usulkan yang penting

bagi Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) dana pinjaman tersebut pada masa

pengembalian jatuh tempo uang setoran ada” (hasil wawancara, 2 Mei 2015)

Secara keseluruhan dalam pengguliran dana pinjaman kepada Kelompok

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) belum

memiliki kredibilitas dan pola kerja yang baik sesuai dengan standarisasi tugas

dan fungsi, hal ini diperlihatkan dari sikap Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) yang

belum menjalankan tugasnya dengan baik, seperti membiarkan dana pinjaman di

gunakan tidak sesuai dengan proposal yang di usulkan.

4.1.2.2. Anggota Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan dapat

memenuhi kebutuhan ekonomi.

Kecukupan adalah seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan telah

memecahkan masalah dengan penilaian berjalannya pembinaan dan pengawasan

kegiatan anggota Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) khususnya

pada penyaluran dana pinjaman oleh lembaga Pelaksanaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi.

Dari hasil wawancara dan analisis penulis, dapat dilihat tanggapan

informan bahwa dana pinjaman dapat memenuhi kebutuhan ekonomi anggota

Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) walaupun penggunaan dana

tidak sesuai dengan proposal yang diajukan, walaupun pembinaan dan

pengawasankegiatan Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)khususnya

pada pengelolaandana pinjaman oleh PNPM-MP tidak berjalan (Hasil wawancara

, 25 April 2015)

Semua informanmenyatakan kalau pembinaan tidak berjalan,dengan

alasan tidak adanya anggaran untukmembayar honor tenaga Fasilitator

Desa(FD)sebagai pembina di lapangan. Selain itu dulunyadiketahui kalau tenaga

FasilitaorDesa (FD)hanyaada satu orang untuk seluruh Kelurahan Kawal,

danpendampingan hanya berjalan sampai denganmendampingi dan memfalisitasi

masyarakat nelayan untuk dapat mengakses Dana.

Sementara untuk tugas Fasilitator Desa (FD) yang lainnyaseperti yang

diatur dalam pedoman umum pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) tidak berjalan, yaitumelakukan

pendampingan teknis dan menajemenusaha, serta membantu Kelompok Simpan

Pinjam Bagi Perempuan (SPP) untukmengakses modal usaha yang bersumber

darimengakses modal usaha yang bersumber dariperbankan.

4.1.2.4. Keberhasilan Simpan Pinjam Bagi Perempuan dapat menciptakan

kemandirian.

Efektivitas merupakan hasil yang dicapai pekerja dibandingkan jumlah

hasil produksi lain dengan jangka waktu tertentu. Kata kunci pengertian ini adalah

kata efektif karena pada akhirnya keberhasilan kepemimpinan dan organisasi

diukur dengan konsep efektivitas itu sendiri. Efektivitas berarti kuantitas atau

kualitas keluaran barang atau jasa.

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin

besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin

efektif organisasi, program atau kegiatan. Efektivitas berfokus pada outcome

(hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang

dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan bahwa dampak dari

kinerja program Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) bagi penerima dana

adalah mengalami peningkatan taraf hidup. Peningkatan taraf hidup tersebut

dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan mereka melalui usaha, meningkatkan

peluang lapangan pekerjan yakni ibu-ibu atau wanita yang sebelumnya tidak

memiliki pekerjaan, kini memiliki pekerjaan pokok sebagai penjahit dan ada juga

yang mulai berdagang dan kini mereka mampu untuk membiayai kehidupan

sehari-hari. (hasil wawancara, 5 Mei 2015)

Pada mata pencaharian yang memiliki waktu luang dapat membuka usaha

dagang kecil-kecilan setelah mengikuti program simpan pinjam perempuan yang

mana anggota ini akan memiliki penghasilan yang sisanya dapat ditabung, selain

itu dapat mengembangkan usaha.

Perkembangan usaha bagi yang sudah mempunyai usaha juga mengalami

peningkatan karena telah memiliki modal dan dapat melakukan inovasi usaha

melalui proses pendampingan. Ibu- ibu mengalami pembebasan dari jeratan bank

keliling dan tercapainya kebutuhan dasar sosial seperti pendidikan, kesehatan dan

peningkatan standar hidup menjadi lebih baik serta peningkatan lapangan

pekerjaan.

4.1.3. Kesamaan atau Pemerataan (equity) terhadap Simpan Pinjam Bagi

Perempuan

William N. Dunn( 2003:430) mengemukakan bahwa Pemerataan (equity)

berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan,

nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Indikator yang

digunakan adalah sebagai berikut:

4.1.3.1. Alokasi Dana dan Kelompok

Pemerataan adalah berkenaan dengan pemerataan distribusi manfaat atau

alokasi Dana Pinjaman merata kepada masyarakat sasaran. Suatu program

tertentu mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila manfaat merata.

Pemerataan berhubungan dengan keadilan yang didapatkan oleh

masyarakat sasaran dalam mendapatkan dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP) yang dikelola oleh Pelaksana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) diPemerataan juga menyangkutkepada

tersosialisasikannya program PNPM-MP kepada semua pihak yang terkait serta

lancarnya perguliran Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) kepada

masyarakat lainnya.

Dari hasil wawancara dengan informan mengenai pemerataan

dalamalokasi Dana Pinjaman kepadamasyarakat sasaran yang dilaksanakan oleh

PNPM-MP, dapat ditarik kesimpulan kalau alokasinya tidak merata. Masih

banyak masyarakat Kelurahan Kawal yang miskin tidak mendapatkan bantuan

modal ini. Malahan kalau dilihat masyarakat Kelurahan Kawal miskin yang

menjadi target utama yang palingbanyak tidak mendapatkan bantuan dari Dana

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) ini. (hasil wawancara, 25 April 2015)

Oleh karena itu untuk mengetahui sejauhmana fungsi Kelompok Simpan

Pinjam Bagi Perempuan (SPP) dimanfaatkan oleh masyarakat yang tergabung di

dalam kelompok tersebut secara garis besar dapat dilihat dari jumlah kelompok

yang mendapakan dana pinjaman tersebut.

Hal yang dapat ditarik dari hasil wawancaradi atas adalah,penyaluran

Dana oleh Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

(PNPM-MP) pada Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) tidak

efektif, karena tefokuskepada pemberian pinjaman kepada Kelompok Simpan

Pinjam Bagi Perempuan sedangkan untuk pemberdayaan masyarakatmelalui

sumber daya perikanan dan kelautantidak ada. Hal ini juga yang menyebabkan

masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan masih di laut. (Hasil Wawancara, 25

April 2015)

Berdasarkan hasil analisis data, komitmen pengembalian dana memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas keberlangsungan modal

usaha Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dari PNPM Mandiri Perdesaan di

Kelurahan Kawal Kecamatan Ginung Kijang.

Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi komitmen pengembalian

dana yang mereka jalankan, maka semakin tinggi efektivitas keberlangsungan

modal usaha yang terjadi pada Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dari

PNPM Mandiri Perdesaan di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang.

Komitmen pengembalian dana yang diukur dengan ketepatan Kelompok

Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam mengembalikan pinjaman dana bergulir,

sedangkan efektivitas keberlangsungan modal usaha diukur melalui penilaian

pada efektivitas kebijakan yaitu persentase total pengembalian pinjaman dan

bunga sampai tahun tertentu dibagi persentase pinjaman yang disalurkan.

Jadi ketika Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri

Perdesaan di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang mengembalikan dana

pinjaman sesuai dengan waktu yang ditentukan akan berdampak pada efektivitas

keberlangsungan modal usaha itu sendiri.

Tidak adanya petugas yang menagih pinjaman yang diberikan kepada

masyarakat juga yang menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk

berusaha membayar angsuran mereka. Petugas PNPM.MP seharusnya menambah

karyawan yang bertugas untuk menagih tunggakan dan juga bertugas

untukmensosialisasikan bahwa pinjaman tersebut merupakan hutang yang perlu

dibayarkan dan merupakan tanggungjawab dari Bank yang memberikan.

Dengan hal ini diharapkan dapat merubah pola pikir masyarakat Kelurahan

Kawal yang selama ini beranggapan bahwa dana yang diberikan merupakan

bantuan cuma-cuma dan masyarakat Kelurahan Kawal mempunyai

tanggungjawab bahwa dana yang dipinjamnya merupakan beban hutang.

Diharapkan Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) pada

PNPM-MP lebih aktif dan kreatif dalam pengelolaan dan penyaluran dana

sehingga kegiatan pun dapat berjalan efektif. Dan juga yang tidak kalah

pentingnya adalah penerapan sanksi yang tegas kepada masyarakat yang

menunggak, karena semuanya sudah ada dalam perjanjian yang telah mereka

tanda tangani.

4.1.3.2. Akses Persyaratan dan Ketentuan Simpan Pinjam bagi Perempuan

(SPP).

Aturan Pengelolaan Pinjamandan Persyaratan Pinjaman adalah Sebelum

Anggota kelompok mendapatkan dana dari PNPM MandiriPedesaan,semua

kelompok pemanfaat harus memenuhi persyaratan-persyaratanbaik itu yang ada

dikelompok ataupun yang ada di pihak PNPM MandiriPedesaan.

Penetapan persyaratan pinjaman ini tertuang dalam PerjanjianPinjaman, yaitu

sebagai berikut:

1.Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

2.Mengisi Perjanjian Tanggung renteng (Surat pernyataan jika ada

anggotakelompok yang tidak membayar angsuran pokok dan bunga pinjaman,

makasecara kelompok dan bersama-sama akan melunasinya)

3. Anggota membayar tepat waktu

4. Anggota membayar menghadiri pertemuan kelompok

5. Setiap anggota wajib membayar uang sosial

Persyaratan yang sulit untuk dipenuhi oleh masyarakat Kelurahan Kawal

yang miskin tersebut. Memang persyaratan ini dibuat untuk menghindari kejadian

pada penyaluran Dana Simpan Pinjam Bagi Pelempuan (SPP) tahun 2008, dimana

hampir seluruh Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) yang disalurkan

kepada kelompok penerima tidak dapat dikembalikan. Seharusnya ini bukan

menjadi satu-satunya alasan, karena sepengetahuan penulis, permasalahan pada

tahun 2008 tersebut juga diakibatkan oleh kemampuan managerial pengurus

yang terbatas dan tingginya dana operasional Lembaga Pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP).

Seharusnya kemampuan pengurus juga harus diperbaiki dan dana

operasional harus ditekan. Jangan masyarakat Kelurahan Kawal yang miskin

sebagai sasaran akhir yang harus menanggung akibatnya.

4.1.4. Responsivitas Terhadap Simpan Pinjam Bagi Perempuan

Responsivitas berkenaan dengan seberapa jauh kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok masyarakat

tertentu. Indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:

4.1.4.1. Peningkatan status Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan.

Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) ini dapat

meningkatkan status kelompok tersebut kelevel yang lebih baik dan dapat

memberikan rasa aman dan nyaman bagi anggota kelompok yang ada di

dalamnya.

Hasil wawancara dengan anggota kelompok SPP ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa sebelum mereka bergabung dengan kelompok SPP ini mereka

belum menemukan jati diri di karenakan mereka hanya beusaha untuk

mendapatkan uang sekedar untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari, tertapi setelah

mereka bergabung dengan kelompok SPP ini status mereka meningkat dan

penghasilan mereka bertambah.

4.1.4.2. Kepatuhan Anggota Pengguna Dana Pinjaman

Dalam menggunakan dana pinjaman sebaiknya anggota kelompok

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) dapat menggunakan dana tersebut sesuai

perjanjian yang disepakati agar tidak merugikan kedua belah pihak, dimana di

gunakan sesuai kebutuhan dan usaha ekonomi produktif yang dipunyai oleh

anggota kelompok agar pengembalian dana tepat pada waktu yang telah

ditetapkan.

Belum optimalnya pengelolaan dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP) juga dapat dilihat dari banyaknya anggota Kelompok Simpan Pinjam Bagi

Perempuan (SPP) tidak menggunakan dananya sesuai atauran yang berlaku karena

kurangnya pertemuan rutin sesama anggota kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota kelompok serta masyarakat

setempat bahwa kelompok sudah jarang melakukan pertemuan rutin, maka

kelompok tersebut cepat atau lambat akan mengalami kesulitan dalam mengelola

atau menjalankan kontrol terhadap anggota yang tidak memiliki arah atau rasa

tanggung jawab yang semakin berkurang dan keadaan ini bisa membuat

anggotakelompok mengalami kemacetan didalam melakukan angsuran

puinjaman. (hasil Wawancara, 25 April 2015)

4.1.4.3. Kenyaman dan Keamanan.

Berdasarkan observasi dan data dari informan yang telah dilakukan kepada

beberapa anngota Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP), secara

umum mereka berpendapat bahwa kondisi Kelompok Simpan Pinjam Bagi

Perempuan (SPP) Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang, secara umum

mereka berpendapat bahwa kondisi Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan

yang seperti ini mengurangi keoptimalan fungsi Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP) dalam menggunakan dana pinjaman tesebut.

Untuk itu perlu adanya penambahan dana untuk peningkatan dan

perbaikan ke depan dalam penganggaran dana agar lebih meningkatkan kebutuhan

masyarakat. Responsivitas adalah tanggapan dari masyarakat pemanfaat Dana

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)yang menjadi target kebijakan berkenaan

dengan kegiatan PNPM-MP dalam penyaluran Dana Simpan Pinjam Bagi

Perempuan (SPP). Responsivitas cerminan nyata kebutuhan, preferensi, dan nilai

dari kelompok masyarakat sasaran terhadap kriteria efektivitas, efisiensi,

kecukupan, dan pemerataan.

Tanggapan anggota Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)

dan masyarakat ini berupa tanggapan anggota dan masyarakat terhadap respon

pelaksana program dalam menghadapi keluhan dan permasalahan yang

dialamianggota Kelompok Simpan Pinjam Bagi Peremuan (SPP) dan masyarakat

pemanfaat Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP).

Tanggapan anggota Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)

masyarakat Kelurahan Kawal terhadap respon pelaksana program dalam

menghadapi keluhan dan permasalahan yang dialami masyarakat pemanfaat Dana

Simpan Pinjam Bagi Perempuan belumlah baik. Masyarakat menyampaikan

keluhannya, tapi solusi dari pihak pengelola tidak ada.

Masyarakat Kelurahan Kawal masih saja sulit untuk mendapatkan

bantuan modal dari Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) ini karena

terkendala persyaratan. Masalah pembinaan juga telah disampaikan, namun juga

tidak ada solusinya.

Menangapi hal tersebut diatas, hasil wawancara dengan anggota kelompok

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Ini menunjukkan respon yang sangat

buruk dari Unik Pengelolah Kegiatan (UPK) untuk dana pinjamanyaitu PNPM-

MP.Harusnyamereka cepat tanggap dalam menangani keluhan anggota pemanfaat

maupun masyarakat Kelurahan Kawal.

Pihak Kelompok Simpan Pinjampun bisa mendiskusikan ini dengan dinas

terkait untuk mendapatkansolusinya, sehingga kegiatan Kelompok Simpan Pinjam

Bagi Perempuan (SPP) Bunga Kiambang, Bunga Raya II dan Fasta Baitul Kohirat

dalam penyaluran Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan dapat berjalan dengan

baik dan maksimal.

Rasa nyaman bagi anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan di

Kelurahan Kawal secara keseluruhan belum berjalan dengan baik, belum

terciptanya kenyamanan ketika dana pinjaman belum bisa terima dengan baik

karena persyaratan dari Kelompok Simpan Pinjam Perempuan belum lengkap.

4.1.5. Ketepatan (appropriateness) Simpan Pinjam Perempuan

4.1.5.1.Manfaat Bagi Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan.

Ketepatan Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) yang disalurkan

PNPM-MP pada Kelompok Simpan Pinjam Bagi Perempuan yang ada benar-

benarberguna dan bernilai, sehingga tercapainya tujuanprogram yang telah

ditetapkan, sehingga tercapainya tujuanprogram yang telah ditetapkan yang

meliputimodal Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) bertambah yang bersumber

daripengembalian pinjaman, meningkatkan produksidan memperluas jenis usaha

dan meningkatkanpendapatan dan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM)masyarakat pemanfaat Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)

belumlah tercapai.

Tidak ada satupun tujuan yang disebutkan dapat dicapai. Secara

keseluruhan, pelaksanaan pengelolaan Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP) oleh Unit pengelolah Kegiatan (UPK)yang dilihat dari indikator efektivitas,

efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan ketepatan, masih banyak

terdapat kekurangan. Tidak ada satupun indikator evaluasi yang digunakan dapat

terpenuhi dalam pelaksanaan pengelolaan Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP) ini.

Berdasarkan observasi di lokasi Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)

banyak aktifitas anggota kelompok, tidak sesuai dengan tujuan meminjam dana

tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan tidak berkembangnya anggota

kelompok, akibat pemanfaatan dana yang kurang optimal.

Kekurangan-kekurangan inilah yang juga menyebabkan tidak berjalannya

dengan baik pengelolaan Dana Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) sehingga

tujuan yang diharapkan tidak dapat tercapai. Rendahnya pengembalian pinjaman

tunai dari dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) oleh masyarakat Kelurahan

Kawal tidak semata-mata kesalahan dari masyarakat, tetapi juga adanya

kekurangan dari pihak Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) sebagai pengelolanya.

BAB V

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka dalam penulisan skripsi ini ditarik kesimpulan bahwa

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Oleh Pelaksanaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Manidiri Pedesaan (PNPM-MP) belum berjalan

dengan baik. Hal ini berdasarkan sejumlah indikator penelitian yang digunakan

antara lain:

1. Efektifitas pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan secara keseluruhan

belum berjalan dengan baik, Hal ini dapat dilihat dari belum tercapainya visi

dan misi dari Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM-MP). Keberadaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) yang

seharusnya dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu yang dapat

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

2. Kecukupan Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) secara keseluruhan belum

berjalan dengan baik, Unit Pengelolah Kegiatan tidak bekerja secara maksimal

dan kurang memiliki pola kerja yang baik sesuai standar Operasional dan

Prosedur Unit Pengelolah Kegiatan, Hal ini dapat dilihat lemahnya kemampuan

Unit Pengelolah Kegiatan (UPK) dalam mengatualisasikan dana pinjaman yang

telah diberikan dan masih lemaahnya pengawasan terhadap kelompok SPP.

3. Kesamaan atau Pemerataan secara keseluruhan tidak mencerminkan kualitas

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dengan

tidak meratanya alokasi dana pinjaman ini terlihat pada masih banyaknya

masyarakat miskin di Kelurahan Kawal tidak mendapatkan bantuan dari dana

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP).

4. Responsivitas yang berhubungan dengan penilaian kepatuhan pengguna dana

pinjaman secara keseluruhan belum terlaksana dengan baik ini disebabkan

rendahnya kesadaran dan tidak adanya sanksi yang tegas bagi pengguna dana

pinjaman yang melakukan pelanggaran yang mengakibatkan tidak berjalannya

dana sesuai proposal yang diajukan. Hali ini disebabkan tidak adanya

pengawasan terhadap yang tidak memiliki arah atau rasa tanggungjawab yang

membuat kemacetan dalam pengembalian angsuran pinjaman.

5. Ketepatan, berhubungan dengan menilai apakah kebijakan Simpan Pinjam

Bagi Perempuan (SPP) yang disalurkan PNPM-MP pada Kelompok Simpan

Pinjam Bagi Perempuan (SPP) yang ada benar-benar berguna dan bernilai,

sehingga tercapainya tujuan program yang telah meliputi modal dan

bertambahnya sumber dari pengembalian pinjaman. Namun hal ini tidak

menjamin meningkatnya produksi dan memperluas jenis usaha dan

meningkatkan pendapatan dan kwalitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan

pemanfaat dana tersebut belum tercapai.Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP), sehingga menyebabkan banyaknyatungakan pinjaman karena tidak

adanya pembinaan terhadap masyarakat.

1.2. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian aktifitas Kelompok SimpanPinjam Perempuan

pada pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Pedesaan di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang

sudahdilaksanakan sesuai Petunjuk Teknis Operasional, Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri Pedesaan di Kelurahan Kawal

Kecamatan Gunung Kijang, sehingga diharapkan untuk kedepannya tetap

dipertahankan ataupun ditingkatkan lagi dan tetap mengikuti Petunjuk

Teknis Operasional (PTO) yang telah ada

2. Agar kelompok ini berlanjut terus diharapan kegiatan kelompok lebih

mempedulikan prinsip-prinsip keorganisasian, dimana prinsip tersebut

adanya anggaran dasar rumah tangga, sanksi terhadap anggota. Sehingga

kelompok dapat berkembang dan lebih maju kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo, 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV. Alfabetas.

Bungin, Burhan, 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group :

Jakarta

Dunn, N. William, 1999, Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada University

Press : Yogyakarta

David royse and Bruce A. Thyer. 1996. Program Evaluation. Chicago : Nelson –

Hill Publishers.

Edwad III , Ira Sharkansky, 2008, Implementasi Publik Policy, Congressional

quanterly Press : Washington DC

Islamy, M Irfan, 2003. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi

Aksara. Jakarta.

Nugroho Riant D, 2004/2008, Kebijakan Publik. Formulasi, implementasi, dan

Evaluasi, PT Elex Media Komputindo,Jakarta

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi, Edisi ke IV, Bandung, CV.

Alfabeta.

Sugiyono,2010. Mehamami Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung.

Subarsono,2005, Analisis Kebijakan Puplik, Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Suwitri, 2008, Implementasi Publik Policy, Press : Washington DC

Sumarjadi, I Nyoman, 2005. Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah,

Citra Utama : Jakarta

Sumardi, Muljanto dan Hans Dieter Evers. 1992, Sumber Pendapatan Kebutuhan

Pokok dan Prilaku Menyimpang. Jakarta : CV. Rajawali.

Syafiie, Inu Kencana, 1992, Pengantar Ilmu pemerintahan, PT. Eresco, Bandung

Wijono, Djoko., H, Dr, M.S. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan,

(Teori, Strategi dan Aplikasi) Vol. 1 dan 2. Surabaya : Airlangga

University Press.

DOKUMEN

Bintan Dalam Angka. Tim Penyusunan dan Pemutahiran Data Daerah Bappeda

Kabupaten Bintan dan BPS Kabupaten Bintan, 2012; Kabupaten Bintan.

Departemen Dalam Negeri RI. Penjelasan Petunjuk Teknis Operasional Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Program Pengembangan

Kecamatan (PNPM-PPK). 2007; Jakarta.

Departemen Dalam Negeri RI Direktorat Jendaral Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa. Laporan Tahunan PPK. 2007; Jakarta.

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Ttentang Petunjuk Teknis

Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan, 2008; Jakarta

PeraturanMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

PER/04/M.PAN/4/2007 tentang Pedoman Umum Formulasi,

Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik di

Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah.Tahun 2007

Undang-Undang Dasar 1945. CV Pustaka Agung Harapan Surabaya. 2007;

Jakarta.

Laporan Tahunan PPK : 01/06/2010 : 3 tentang Laporan Program pengembangan

Kecamatan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN

( PNPM – MP )

( Studi pada Simpan Pinjam Bagi Perempuan di Kelurahan Kawal Kecamatan

Gunung Kijang Tahun 2013 – 2014 ) Kabupaten Bintan

SKRIPSI

Oleh :

MASLAINI

NIM. 100565201188

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2015

PERSEMBAHAN

Karya ini senantiasa penulis persembakan

Kepada pencipta alam semesta, Allah SWT

Penguasa langit dan bumi yang mengatur seluruh makhluk-Nya

Aku memuji-Nya atas segala karunia yang diberikan-NYA

Aku memohon tambahan karunia dan kemudahan dari-Nya

Subhanallah Wal Hamdulillah wa laa illa ha illallah wallahu akbar

Laa Haula Wa Laa Quawwata Illa Billah

Baginda Rosulullah, Muhammad SAW,

Beliau adalah sebaik-baik makhluk yang menjadi suri tauladan

Shalawat beserta salam selalu tercurah kepada beliau, keluarga, beliau, sahabat

Beliau serta pengikut beliau yang istiqomah

Kepada Suami dan anak-anakku atas semua doa-doa yang tiada henti terucap

Yang dengan ketulusan hati membantu dan menyayangi penulis dan dengan

sengala pengorbanannya sampai kapanpun takkan mampu membalasnya

Ya Allah sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku

Berikanlah mereka kesehatan dan kebahagiaan baik Dunia maupun akhirat

Kepada Sahabat penulis yang selalu memberikan

doa dan semangat untuk penulis

Kepada Almamater...... Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Evaluasi

Pelaksanaan Progam Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan (PNPM-MP)

(Studi pada Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) di Kelurahan Kawal

Kecamatan Gunung Kijang.

Penelitian ini dibuat memenuhi syarat akhir perkuliahan untuk mengikuti

sidang skripsi. Dalam pembuatan penelitian ini penulis banyak mendapat

kesulitan-kesulitan untuk mendapakan informasi dan bahan yang berhubungan

dengan Evaluasi pada Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP). Penulis menyadari

bahwa, tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulisan

skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.Sc selaku rektor Universitas Maritim Raja Ali

Haji

2. Drs. Son Haji. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji.

3. Padang Rihim Siregar, M.A selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji.

4. Bismar Arianto, M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji.

5. Imam Yudhi Prastya, MPA selaku Pembimbing utama yang telah

meluangkan waktu kepada penulis dalam membimbing penulis hingga skripsi

ini dapat di selesaikan dengan baik.

6. Afrizal,S.IP.M.Si selaku Pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu

kepada penulis dalam membimbing penulis hingga skripsi ini dapat di

selesaikan dengan baik.

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali penulis ilmu-ilmu yang

bermanfaat serta karyawan/ti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang yang telah banyak

memberikan dukungan selama menyelesaikan perkuliahan.

8. Seseorang yang sangat teristimewa dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

suami tercinta, karena semangat moril berupa cinta dan kasih sayang yang

telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Propinvi

Kepulauan Riau Khusunya angkatan tahun 2010 yang memberikan semangat,

dorongan dan bantuan kepada penulis, sehingga penulis pada akhirnya dapat

untuk menyelesakan perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi kualitas. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik serta saran maupun bimbingan yang bermanfaat

guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan banyak

manfaat bagi semua pihak, Amin.

Tanjungpinang, September2015

Penulis,

M A S L A I N I

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Surat Keputusan Penelaah Seminar Usulan Penelitian

Lampiran 3 Surat Permohonan Menjadi Penguji

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin /Rekomendasi Penelitian dari

Fakultas.

Lampiran 5 Surat Pemberitahuan Penelitian dari KESBANGPOL

Kabupaten Bintan.

Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai penelitian dari Sekretaris Lurah

Kawal Kecamatan Gunung Kijang.

Lampiran 7 Lembaran Konsultasi Pembimbingan

Lampiran 8 Pedoman Wawancara kepada Lurah Kawal Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan

Lampiran 9 Pedoman Wawancara kepada Kelompok Simapan Pinjam

Bagi Perempuan (SPP).

MOTTO

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat

(Q.S Al Mufadah : 11)

Yesterday was histori tomorrow is mystery and today is a giff

(Anonim)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil,

tugas kita adalah untuk mencoba,

karena didalam mencoba itulah kita menemukan

dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil

( Motto Mario Teguh)

Lakukanlah hal yang terbaik sehingga kita dapat membuat

kemungkinan dari ketidak mungkinan (Do the best things. So

that we can make possible for that imposible)

(Penulis)

ABSTRAK

Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) adalah kegiatan pemberian

permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan

pinjam. Tujuan umum kegiatan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) ini adalah

untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudian

akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial

dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong

pengurangan rumah tangga miskin dan menciptakan lapangan kerja di Wilayah

Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang. Setidaknya bisa mewujudkan Visi

dan Misi Program Pelaksanaan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Pedesaan.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan dengan pertimbangan penulis ingin melakukan evaluasi

Pelaksanaan Program Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

(PNPM-MP) Khususnya pada Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) di

Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang. Adapun metode yang digunakan

adalah deskriftif kualitatif. Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara dengan sejumlah informan yang dianggap relevan dengan penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mengampil teori William N Dunn,

dimana untuk mengevaluasi suatu kebijakan, ada lima kriteria yang dijadikan

unsur penilaian yaitu efektivitas, kecakupan, pemerataan, responsivitas, dan

ketepatan. Secara keseluruhan penelitian ini dapat menggambarkan kesimpulan

bahwa Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) yang telah berjalan belum

terlaksana dengan baik kesimpulan ini didasari atas hasil observasi dan keterangan

sejumlah informan yang menjadi objek penelitian.

Kata Kunci : Evaluasi pada Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP)

ABSTRACT

Savings and Loans for Women (SPP) is a function of providing capital for

the group of women who have savings and loan activities. General purpose

activities of Savings and Loans for Women (SPP) is to develop the potential of

micro-credit activities rural, then access to micro scale finance, fulfillment

funding basic social and institutional strengthening activities of women and to

encourage the reduction of poor households and create jobs in Kelurahan Kawal

Kecamatan Gunung Kijang. At least be able to create the vision and mission of

the National Implementation Program for Community Empowerment (PNPM)

Rural.

This research was conducted in Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan with consideration the authors want to evaluate the

Nasioanal Program Implementation Rural Community Empowerment(PNPM-MP)

Particularly in the Savings and Loans for Women (SPP) in Kelurahan Kawal

Kecamatan Gunung Kijang. The method which used is a descriptive qualitative.

The technique of collecting data is through an interviews with several informants

that are considered relevant to the research.

In this study the authors adopting a William N Dunn's theory, in which to

evaluate a policy, there are five criteria that is used as an element of assessment

of effectiveness, includeness, equity, responsiveness, and accuracy. In a totality of

manner this study can describe the conclusion that the Savings and Loans for

Women (SPP) which has been running has not done in well, this conclusion was

based on observations and information from several informants that being an

object of the research.

Keywords: Evaluation on the Savings and Loans for Women (SPP)

RIWAYAT HIDUP

Maslaini lahir di Lirik, 25 September 1970. Anak keempat dari empat

bersaudara, memulai pendidikan pada tahun 1977 Sekolah Dasar YKPP Stanvac

Lirik Kabupaten Indragiri Hulu, Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama di SPMN I Lirik dan Lulus Tahun 1986, meneruskan ke Sekolah

Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS) Kejuruan dengan jurusan Pembangunan

Masyarakat Desa di Pekanbaru dan Lulus pada Tahun 1990 dan Bekerja sebagai

Pegawai Negeri Sipil di Departemen Sosial Pekanbaru dan pada Tahun 1992

dipindahkan Ke Tanjungpinang.

Mengingat pendidikan itu penting buat memambah ilmu dan pada Tahun

2010 saya melanjutkan ke Univesitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang di

Provinsi Kepulauan Riau di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan

mengambil Jurusan Ilmu Pemerintahan.

Saya mengambil kuliah sore dan malam karena paginya beraktifitas di

Dinas Sosial Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.